II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 1. Konsep Tanggungjawab Sosial Perusahaan. a. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 1. Konsep Tanggungjawab Sosial Perusahaan. a. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan"

Transkripsi

1 11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tanggungjawab Sosial Perusahaan a. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau yang sering dikenal Corporate Social Responsibility (CSR) telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah definisi yang dikemukakan oleh Elkington (1997dalam Susanto, 2009) yang mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab sosial perusahaan dengan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat khususnya komunitas sekitar perusahaan (people),serta lingkungan (planet). Menurut Sumaryo (2009), konsep tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu pendekatan perubahan atau pengembangan masyarakat khususnya peningkatan sumberdaya manusia. Pendekatan ini dimaksudkan agar masyarakat terlibat atau menjadi bagian dari perusahaan dan menikmati manfaat dari keberadaan perusahaan yang berada di sekitar wilayah masyarakat.

2 12 ISO dalam Rachman (2011), menyatakan bahwa corporate social responsibility adalah bentuk kepedulian sosial perusahaan yang saat ini menjadi aspek dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan. Secara garis besar dalam ISO terdapat tujuh isu utama dalam melaksankan CSR yaitu tata kelola organisasi, hak asasi manusia, aktivitas tenaga kerja, lingkungan, aktifitas operasi yang adil, isu konsumen, dan kontribusi pada masyarakat serta pembangunan. ISO adalah standar internasional untuk tanggung jawab sosial dan bersifat guideline (pedoman). b. Implementasi Corporate Social Responsibility Contoh bentuk kegiatan tanggungjawab sosial menurut Kotler dan Lee ( 2005) yaitu bidang kesehatan, keamanan, pendidikan, dan pelatihan kerja bidang tertentu, yang diberikan dapat berupa dana (modal), pinjaman, biaya promosi, tenaga (bimbingan teknis tenaga ahli), peralatan/teknologi, akses informasi, dan sebagainya. Menurut Wibisono (2007 dalam Wicaksosno, 2010), contoh lingkup program CSR yang disarikan dari beberapa perusahaan terkemuka adalah: 1. Bidang sosial, seperti pendidikan/pelatihan, kesehatan, kesejahteraan sosial, kepemudaan, keagamaan, dan penguatan kelembagaan. 2. Bidang ekonomi, seperti kewirausahaan, pembinaan UKM, agribisnis, pembukaan lapangan kerja, sarana/prasarana ekonomi, dan usaha produktif lainnya.

3 13 3. Bidang lingkungan, seperti penggunaan energi secara efisien, proses produksi yang ramah lingkungan, pengendalian polusi, penghijauan, pengelolaan air, pelestarian alam, pengembangan ekowisatai, perumahan dan pemukiman. c. Tahapan Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Wibisono (2007 dalam Rosyida, 2011) mengemukakan adapun tahaptahap dalam penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya, yaitu : 1. Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Upaya perencanaan kegiatan CSR dapat dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.

4 14 2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumberdaya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. 2. Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisidan situasi serta pencapaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. 4. Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. 2. Konsep PKBL Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP.04/MBU/2007 menjelaskan bahwa dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat, perusahaan

5 15 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) wajib berpartisipasi dalam memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya, melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Program kemitraan BUMN dengan usaha kecil yang selanjutnya disebut Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Usaha kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp c. Milik Warga Negara Indonesia; d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; e. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. Dana program kemitraan bersumber dari (1) Penyisihan laba setelah pajak sebesar 1 % (satu persen) sampai dengan 3 %, (2) Hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah

6 16 dikurangi beban operasional, (3) Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada. Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk: a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan; b. Pinjaman khusus: 1) Untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan; 2) Perjanjian pinjaman dilaksanakan antara 3 (tiga) pihak yaitu BUMN Pembina, Mitra Binaan dan rekanan usaha Mitra Binaan dengan kondisi yang ditetapkan oleh BUMN Pembina. c. Hibah (hanya diberikan kepada mitra binaan): 1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian; 2) Besarnya dana hibah ditetapkan maksimal 20 % (duapuluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan. Program Bina Lingkungan yang selanjutnya disebut Program BL adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Dana Program BL digunakan untuk tujuan yang memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN dalam bentuk bantuan korban bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan prasarana dan sarana umum serta sarana ibadah.

7 17 3. Teori Kebutuhan a. Pengertian Kebutuhan Menurut Arifin (2007), kebutuhan merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mencapai kesejahteraan. Kebutuhan manusia mencerminkan adanya perasaan kurang puas yang ingin dipenuhi dalam diri manusia yang muncul secara alamiah untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Definisi lain dikemukakan oleh Setiadi (2003), kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat mencapai kesejahteraan, sehingga bila ada di antara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Menurut Adisasmita (2013), kebutuhan berbeda dengan keinginan yang bersifat sesaat dan untuk menentukan program yang akan di bangun di suatu desa/kecamatan agar sesuai dengan kebutuhan, maka harus didahului dengan kegiatan sosialisasi kepada anggota masyarakat, kegiatan tersebut diantaranya : 1. Menjelaskan pentingnya pembangunan pedesaan. 2. Mengidentifikasi potensi sumberdaya yang dimiliki, kebutuhan, dan menghimpun aspirasi masyarakat. 3. Melakukan identifikasi berbagai jenis program yang dibutuhkan masyarakat. 4. Menentukan program pembangunan yang paling penting (prioritas).

8 18 5. Upaya/hal lainnya yang diperlukan atau mendukung penentuan program. b. Tingkatan Kebutuhan Maslow Maslow dalam Siagian (2004) mengemukakan bahwa kebutuhan seseorang itu adalah berjenjang. Artinya jika kebutuhan pertama (dasar) telah terpenuhi maka kebutuhan tingkat atasnya akan muncul, kemudian Maslow mengklasifikasikan kebutuhan manusia dalam tingkatan kebutuhan yang selanjutnya disebut hierarki kebutuhan yang terdiri dari : 1. Kebutuhan Fisiologis. Perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisiologi ialah kebutuhankebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan, dan perumahan. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar bukan karena setiap orang membutuhkannya terus menerus sejak lahir hingga ajalnya, akan tetapi juga karena tanpa pemuasan berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak dapat dikatakan hidup secara normal. 2. Kebutuhan Akan Keamanan. Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya dalam arti keamanan fisik meskipun hal ini aspek yang sangat penting. Segisegi keamanan yang bersifat psikologis juga mutlak penting mendapat perhatian. Perlakuan yang manusiawi dan adil adalah salah satu contohnya. Kebutuhan ini mendorong manusia untuk membuat peraturan, undang-undang, sistem, asuransi dan sebagainya. Secara

9 19 naluri manusia membutuhkan rasa aman (safety need), untuk itu manusia ingin bebas dari segala bentuk ancaman. Dengan kondisi ini aman, maka sumber daya dapat berkembang dengan baik. 3. Kebutuhan Sosial. Telah umum diterima sebagai kebutuhan universal bahwa manusia adalah makhluk sosial. Biasanya dalam kebutuhan sosial tersebut tercermin dalam empat bentuk perasaan, yaitu (1) perasaan ingin diterima oleh orang lain dalam pergaulan dan interaksinya di lingkungan masyarakat, (2) perasaan ingin dianggap penting dalam komunitasnya, (3) perasaan mengalami kegagalan karena setiap manusia memiliki keinginan untuk selalu naju, (4) Perasaan diikutsertakan, kebutuhan ini paling terasa dalam proses pengambilan keputusan. 4. Kebutuhan Harg Diri. Salah satu ciri manusia ialah bahwa dia mempunyai harga diri. Karena itu semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain. Pada dasarnya jika kebutuhan tingkat relatif rendah sudah terpenuhi maka akan timbul kebutuhan akan harga diri. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampilsebagai orang yang percaya diri. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Kebtuhan selanjutnya setelah kebutuhan harga diri tercapai adalah kebutuhan aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan terakhir dalam

10 20 hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan ini menjelaskan bahwa manusia selalu ingin mengembangkan potensi dirinya agar meraih kemajuan profesional yang pada gilirannya memungkinkan yang bersangkutan memuaskan berbagai jenis kebutuhannya. Menurut Maslow, dari urutan-urutan tersebut dapat disimpulkan, bahwa pengembangan sumber daya manusia baik secara mikro maupun secara makro pada hakikatnya adalah merupakan upaya untuk merealisasikan semua kebutuhan. Adapun piramida hirarki kebutuhan Maslow dapat dilihat pada gambar 1. Aktualisasi diri Harga diri Hubungan sosial Rasa aman Kecukupan fisiologis Gambar 1. Piramida Hierarki Kebutuhan Manusia Menurut Maslow

11 21 4. Teori Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Terdapat beberapa definisi partisipasi, diantaranya dikemukakan oleh Nasdian (2006 dalam Rosyida, 2011) yaitu proses aktif dan inisiatif yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses ( lembaga dan mekanisme) sehingga mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Definisi ini memberi pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (perdesaan) merupakan aktualisasi dari kepedulian, kesediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang dilaksanakan di daerahnya. Bentuk kontribusi masyarakat dapat berupa tenaga, dana, harta, dan pemikiran (Adisasmita R, 2013). Menurut Soetrisno (1995), ada dua jenis partisipasi yang beredar di masyarakat. Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para perencana pembangunan formal di Indonesia. Definisi partisipasi jenis ini mengartikan partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan

12 22 rakyat terhadap rencana atau proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Definisi kedua, mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil yang telah dicapai. Uphof (2003 dalam Kali, 2011) mengatakan bahwa partisipasi pembangunan dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, uang, barang material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan. b. Tahapan Partisipasi Cohen dan Uphof (1977 dalam Rosyida, 2011) mengemukakan bahwa sejauhmana keterlibatan para stakeholders dalam tahapan penyelenggaraan program digambarkan melalui tingkat partisipasi masing-masing stakeholder. Pada setiap tahapan penyelenggaraan, dilihat sejauhmana keterlibatan stakeholders, termasuk frekuensi kehadiran, tingkat keaktifan, tingkat pemahaman, dan juga keterlibatan dalam pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi dapat dilihat dari tiap tahapan penyelenggaraan program, yakni tahap pengambilan keputusan (perencanaan), pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil yang dijelaskan sebagai berikut :

13 23 1. Tahap pengambilan keputusan (perencanaan), yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan suatu kegiatan. 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. 3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. 2. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Menurut Kaho (2002 dalam Kali, 2011), partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat tahap yaitu (1) partisipasi dalam proses pembuatan keputusan (2) partisipasi dalam bentuk pelaksanaan, (3) partisipasi dalam pemanfaatan hasil, (4) partisipasi dalam mengevaluasi. Tjokroamidjojo (1996 dalam Kali, 2011) juga mengemukakan pendapatnya bahwa ada tiga dimensi untuk mewujudkan partisipasi masyarakat yang terdiri dari

14 24 partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan, dan partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan pembangunan. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Menurut Pangestu (1995 dalam Febrina, 2008) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Faktor internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan lama mukim. 2. Faktor eksternal, yaitu meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Menurut Wijayanti (2011), ketika suatu perusahaan telah memberikan sumberdayanya, kemudian muncul permasalahan baru, yaitu masyarakat menjadi tergantung terhadap sumberdaya yang telah diberikan oleh perusahaan. Masyarakat hanya menunggu pemberian dari perusahaan, mereka menjadi pasif terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan.

15 25 Mereka lupa akan sumberdaya yang mereka miliki sendiri untuk terus dikembangkan. Agar masyarakat tidak menjadi pasif, maka faktor input yang menentukan proses pemberdayaan adalah masyarakat itu sendiri. Hal-hal dari masyarakat yang mempengaruhi implementasi program CSR adalah kondisi sosial dan ekonomi (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah beban keluarga). Murray dan Lappin (1967 dalam Febrina, 2008) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal/lama mukim. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. 5. Konsep Pembangunan dari Bawah (Bottom Up) Konsep pembangunan bottom up adalah konsep yang menghargai masyarakat sebagai sasaran pembangunan secara bijaksana dengan melibatkannya secara langsung sebagai subjek pembangunan dalam menentukan berbagai program yang dibutuhkannya. Perencanaan pembangunan dengan konsep bottom up berkaitan erat dengan pembangunan partisipatif dan konsep ini jauh lebih ideal dibandingkan dengan pendekatan top down yang cendrung terpusat. Pembangunan masyarakat pedesaan merupakan bagian dari pengembangan masyarakat, pengembangan masyarakat adalah kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat

16 26 dengan meningkatkan partisipasi masyarakat. Rumusan program-program pembangunan dipedesaan atau disuatu daerah harus dilakukan berdasar dan sesuai kebutuhan masyarakat. Menurut Adisasmita (2013), Penyusunan program-program pembangunan pedesaan yang diusulkan itu dilakukan melalui beberapa analisis, yaitu : 1. Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (analisis SWOT). 2. Analisis permasalahan yang dihadapi. 3. Analisis kebutuhan/kepentingan. 4. Penyusunan program pembangunan. Adisasmita (2013) mengemukakan, terdapat beberapa startegi dalam mewujudkan tujuan pembangunan suatu daerah pedesaan, yaitu : 1. Strategi Pertumbuhan. Strategi pertumbuhan umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis melalui peningktan pendapatan penduduk, produktivitas sektor pertanian, permodalan, dan kesempatan kerja. 2. Startegi Kesejahteraan. Strategi kesejahteraan padadasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki taraf hidup atau kesejahteraan penduduk pedesaan melalui pelayanan dan peningkatan program-program pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional, seperti peningkatan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, penanggulangan urbanisasi, pembangunan fasilitas transportasi, pembuatan sarana dan prasarana sosial lainnya.

17 27 3. Strategi Tanggap terhadap Kebutuhan Masyarakat. Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang dirumuskan masyarakat sendiri dengan bantuan pihak luar untuk memperlancar usaha mandiri melalui tersedianya sumber-sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan di pedesaan. Ketiga strategi diatas memiliki kelemahannya masing-masing. Strategi pertumbuhan kelemahannya yaitu semakin lebarnya ketimpangan antar si kaya dan si miskin. Kelemahan strategi kesejahteraan yaitu menciptakan ketergantungan masyarakat kepada pemerintah. Strategi tanggap terhadap kebutuhan masyarakat sangat sulit untuk direalisasikan, diadaptasikan dan ditransformasikan karena terlalu idealis, sehingga sukar dilaksanakan secara efektif. 6. Keterkaitan antara Kegiatan PKBL dengan Partisipasi dan Kebutuhan Masyrakat Sumaryo (2011), mengemukakan bahwa keberadaan perusahaan di suatu wilayah seharusnya mempertimbangkan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar perusahaan. Dipandang dari perspektif social justice masyarakat sekitar perusahaan juga ikut diberdayakan, sehingga terjadi proses empowerment melalui kegiatankegiatan pelatihan (capacity building) sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, masyarakat juga dibantu fasilitas (dana, sarana, dan prasarana) agar mereka dapat bekerja dan menciptakan peluang usaha untuk

18 28 meningkatkan kualitas kehidupannya. Dipandang dari segi perspektif ecological masyarakat diharapkan juga turut menjaga keberlanjutan (sustainability) perusahaan tersebut. Perusahaan merupakan unit bisnis yang keberadaannya tak dapat dilepas dari lingkungan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, eksistensi perusahaan harus sesuai dengan harapam masyarakat yang juga merupakan bagian dari stakeholder (Norhadi, 2011). Menurut Ghozali dan Chariri (2007) dalam Asyari ( 2009), teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Stakeholders mencakup karyawan, pelanggan, pemegang saham, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dengan lainnya, tergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan. Stakeholders mempunyai hak terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan (Rachman dkk, 2011). Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap stakeholders dan masyarakat merupakan stakeholder yang menjadi bahasan dalam penelitian ini. Bentuk pengimplentasian tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan PTPN VII melalui kegiatan dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkunga (PKBL), dalam penentuan program yang akan dilakukan, masyarakat harus ikut terlibat secara penuh, baik sebagai objek maupun sebagai subjek dalam pembangunan. Menurut Adisasmita (2013), dengan adanya keterlibatan

19 29 masyarakat, perencanaan pembangunan diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang disusun sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pengimplementasian kegiatan PKBL merupakan salah satu wadah kegiatan pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat adalah suatu metode atau pendekatan pembangunan yang menekankan adanya partisipasi atau keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan, dimana semua usaha swadaya masyarakat disinergikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat dan stakeholders lainnya untuk meningkatkan taraf hidup, dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri, serta pelayanan teknis. Pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai program yang bertujuan mengembangkan kualitas masyarakat. (Nasdian,2003) 7. Transformasi Data Ordinal menjadi Data Interval Menurut Muhidin dan Abdurahman (2007), transformasi data ordinal menjadi data interval dilakukan agar data yang diperoleh dapat diolah menggunakan operasi matematika seperti ditambah, dikurang, dikali dan dibagi tanpa mempengaruhi jarak relatif diantara skor-skornya. Karakteristik lainnya dari data interval adalah skala pengukurannya tidak mempunyai nilai nol mutlak. Berbeda dengan data ordinal bilangan/angka yang diberikan kepada objek hanya menyatakan tempat dalam suatu susunan, tidak menyatakan apa-apa mengenai jarak dari satu datum ke datum lainnya tetapi hanya memberikan urutan (rengking) relatif saja.

20 30 Data ordinal adalah data kualitatif, mengkuantifikasikan data ordinal adalah dengan cara menghitung frekuensinya dan di buat rangkingnya, Contohnya seperti kualitas sangat baik = 5, baik =4, cukup = 3, kurang baik = 4, dan buruk = 1, sehingga dalam penelitian ini dilakukan transformasi data dari data ordinal ke data interval menggunakan software MSI agar data yang diperoleh dapat diberikan operasi matematika. 8. Tinjauan Penelitian Terdahulu Suparno (2010), melakukan penelitian mengenai analisis kebutuhan masyarakat dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kabupaten Seram Bagian Timur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa beberapa aspek yang dibutuhkan masyarakat Kabupaten Seram Bagian Timur yaitu aspek sumberdaya manusia, aspek sumberdaya modal, aspek pemasaran, aspek sarana prasarana, dan aspek lainnya. Oktaviana (2013) melakukan studi pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Pupuk Kalimantan Timur dalam usaha menciptakan kemandirian masyarakat. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa Program Kemitraan yang dilaksanakan PT. Pupuk Kalimantan Timur melalui program pinjaman modal usaha membuat masyarakat menjadi tergantung dengan bantuan tersebut. Ketergantungan tersebut muncul karena ada perubahan kondisi usaha ke arah yang lebih baik, mudahnya prosedur pengajuan pinjaman, rendahnya bunga pinjaman yang ditetapkan, jumlah pinjaman yang tergolong besar, dan lain-lain menjadikan program

21 31 pinjaman modal usaha dari PKBL sebagai tempat bertumpu dalam hal mendapatkan pinjaman modal usaha. Sihaloho (2007), melakukan penelitian mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dan modal sosial PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Kabupaten Lampung Selatan menjelaskan bahwa strategi pelaksanaan CSR PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari adalah bermitra dengan masyarakat. Namun, kemitraan yang terjalin hanya pada tataran semi-productive, yang bersifat kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak menimbulkan sense of belonging antara perusahaan dengan mitranya. Hal ini terjadi karena masyarakat masih dianggap sebagai obyek program, sehingga menimbulkan kurangnya kepercayaan dan ketidaktaatan mitra pada aturan yang telah disepakati. Hasil kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unila dengan pihak PT Perkebunan Nusantara VII Unit Bisnis Kedaton melalui penelitian studi formulasi program PKBL di Unit Bisnis Kedaton Kecamatan Jati Agung (2010). Kerjasama tersebut memperoleh hasil bahwa kebutuhan masyarakat yang perlu diberdayakan melalui program PKBL PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah (1) kebutuhan dibidang kesehatan dengan program pengobatan dan pemeriksaan kesehatan gratis, (2) kebutuhan pendidikan dengan program perbaikan sarana pendidikan serta beasiswa, (3) bidang lingkungan, masyarakat desa membutuhkan pengembangan sarana dan prasarana umum dengan memprioritaskan pada perbaikan jalan yang rusak

22 32 dan pembukaan jalan desa untuk mempercepat akses mobilitas masyarakat menuju wilayah unit bisnis Kedaton. Mutolib (2013), melakukan penelitiaan mengenai kebutuhan masyarakat sekitar perusahaan untuk program CSR PT PLN (Persero) Sektor Pembangkit Tarahan di Desa Rangai Tri Tunggal Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa strategi prioritas yang dibutuhkan masyarakat sekitar perusahaan untuk program CSR PT PLN meliputi: (1) Strategi bidang ekonomi yaitu mengembangkan potensi dusun untuk meningkatkan kegiatan taraf ekonomi masyarakat seperti potensi batu gunung di Dusun Gotong Royong dan Kampung Baru, potensi laut dan pariwisata di Dusun Sukamaju, dan potensi debu fly ash di Dusun Mataram, (2) Strategi bidang sosial: peningkatan kesehatan masyarakat baik melalui pengobatan gratis ataupun pendirian sarana dan prasarana kesehatan seperti Puskesdus di empat dusun sekitar PT PLN, (3) Strategi bidang lingkungan: perbaikan sanitasi dan drainase dengan pelebaran dan pendalaman siring PT PLN agar tidak menyebabkan banjir di Dusun Gotong Royong, Mataram, Sukamaju dan Kampung Baru. Kali (2011), melakukan penelitian yang berjudul analisis partisispasi masyarakat terhadap perencanaan dan pembangunan PLTMH di Paneki Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Kampung Paneki terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan PLTMH di Paneki secara

23 33 persentase mayoritas sangat rendah karena proses sosialisasi dari aparat pemerintah tidak berjalan dengan baik, tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap informasi masih rendah, dan masyarakat di kampung Paneki lebih mengutamakan melakukan aktifitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena kondisi ekonomi masyarakat Paneki pada umumnya termasuk kategori kurang mampu. Wijayanti (2011), melakukan penelitian yang berjudul Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga dan Tingkat Kemanfaatan Program di Karawang International Industrial City. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karakteristik peserta program beragam, mulai dari usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah beban keluarga. Dari empat jenis karakteristik tersebut, usia, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan yang memiliki hubungan signifikan dengan partisipasi peserta program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga tergolong rendah. Husinsyah (2008), melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat pada pengelolaan perkebunan kelapa sawit PT Etam Bersama Lestari. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi seluruh masyarakat adalah jumlah tanggungan, umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan lama kerja. Afifah (2011), melakukan penelitian mengenai persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan corporate social responsibility (CSR) oleh PT Wirakarya Sakti dalam penguatan ekonomi lokal. Hasil penelitian diperoleh

24 34 bahwa PT Wirakarya Sakti sebagai pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI) telah mengelola program CSR dengan baik. Bentuk-bentuk penerapan program CSR di perusahaan ini terbagi kedalam 3 kelompok kegiatan yaitu dukungan finansial yang bersifat charity, proyek fisik, dan usaha produktif. Persepsi masyarakat jika dilihat dari aspek ekonomi penerapan program CSR yang dilakukan oleh PT. Wirakarya Sakti, tergolong kategori sedang. Demikian pula halnya dengan partisipasi masyarakat berdasarkan tahapan perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi, secara keseluruhan tergolong sedang. B. Kerangka Pemikiran Pemerintah menegaskan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 bahwa setiap perusahaan BUMN berupa perseroan memiliki kewajiban untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Tanggung jawab perusahaan perseroan kembali dibahas dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 pasal 74. PT Perkebunan Nusantara VII merupakan perusahaan BUMN berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang telah melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan (needs) masyarakat sekitar perusahaan di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) untuk kegiatan PKBL, sehingga dapat diketahui apakah program yang telah dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya atau

25 35 belum. Analisis yang akan dilakukan adalah analisis kebutuhan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) untuk menggali program CSR yang sesusai dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat, kemudian hasil analisis yang telah diperoleh akan dirumuskan melalui Focus Group Discussion. Analisis kebutuhan dan SWOT yang dilakukan digunakan untuk menentukan strategi prioritas program perusahaa yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan masyarakat. Keberhasilan kegiatan PKBL perusahaan dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat sekitar sebagai salah satu bagian dari stakeholders, sehingga dalam penelitian ini juga dianalisis mengenai partisipasi masyarakat dalam kegiatan PKBL yang telah dilakukan perusahaan. Pengimplementasian kegiatan PKBL dikategorikan dalam program-program yang dibutuhkan masyarakat, baik dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, maupun lingkungan. Kegiatan PKBL akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat jika didukung dengan keterlibatan atau partisipasi masyarakat secara aktif. Sejauhmana keterlibatan masyarakat dalam tahapan penyelenggaraan program tersebut digambarkan melalui tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1979 dalam Rosyida, 2011) dilihat dari empat kategori, yakni tingkat pengambilan keputusan (perencanaan), tingkat pelaksanaan, tingkat pemanfaatan hasil, dan tingkat evaluasi.

26 36 Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel X dan variabel Y. Variabel X merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan PKBL. Faktor-faktor tersebut meliputi usia (X 1 ), tingkat pendidikan (X 2 ), tingkat pendapatan (X 3 ), jumlah anggota keluarga (X 4 ), dan lama mukim (X 5 ). Variabel Y merupakan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan PKBL yang dilihat dari empat indikator. Indikator tersebut dilihat dari empat tahapan partisipasi masyarkat dalam kegiatan PKBL, meliputi tahap perencanaan program, pelaksanaan program, menikmati hasil, dan tahap evaluasi program. Berdasarkan uraian di atas kerangka pemikiran analisis kebutuhan dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan PKBL PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.

27 37 11 Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 UUPT No 40 tahun 2007 pasal 74 Program/Kegiatan PKBL Perusahaan yang Telah Dilaksanakan : Sosial : Pendidikan, keagamaan, kesehatan. Ekonomi : permodalan usaha. Lingkungan : perbaikan sarana umum dan penghijauan Analisis Kebutuhan Masyarakat : PKBL yang dibutuhkan masyarakat dalam bidang sosial PKBL yang dibutuhkan masyarakat dalam bidang ekonomi. PKBL yang dibutuhkan masyarakat dalam bidang lingkungan Partisipasi Masyarakat Sekitar dalam PKBL (Y) 1. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan program. 2. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PKBL 3. Keterlibatan masyarakat dalam menikmati hasil dari kegiatan PKBL 4. Keterlibatan masyarakat dalam evaluasi kegiatan PKBL Faktor-Faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat (X) Umur (X 1 ) Tingkat Pendidikan (X 2 ) Jumlah Anggota Keluarga (X 4 ) Tingkat Pendapatan (X 3 ) Pertimbangan PKBL yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan masyarakat Lama Mukim (X 5 ) Keterangan: = garis interaksi. = garis hubungan Gambar 2. Kerangka Pemikiran Analisis Kebutuhan dan Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari

28 38 C. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dapat diturunkan beberapa hipotesis berikut ini: a. Terdapat hubungan yang nyata antara umur dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari. b. Terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan responden dengan partisipasi masyarakat sekitar perusahaan dalam kegiatan PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari. c. Terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendapatan responden dengan partisipasi masyarakat sekitar perusahaan dalam kegiatan PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari. d. Terdapat hubungan yang nyata antara jumlah anggota keluarga responden dengan partisipasi masyarakat sekitar perusahaan dalam kegiatan PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari e. Terdapat hubungan yang nyata antara lama mukim responden dengan partisipasi masyarakat sekitar perusahaan dalam kegiatan PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari.

DAFTAR PUSTAKA. Arifin I Membuka Cakrawla Ekonomi. PT Setia Purna Inves.Bandung

DAFTAR PUSTAKA. Arifin I Membuka Cakrawla Ekonomi. PT Setia Purna Inves.Bandung DAFTAR PUSTAKA Adisasmita R. 2013. Pembangunan Perdesaan : Pendekatan Partisipatif, Tipologi, Strategi,Konsep Desa Pusat Pertumbuhan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Afifah D. 2011. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan merupakan suatu usaha yang terencana untuk menciptakan kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. power yang berarti daya atau kekuatan. Kartasasmita dalam Ramdhan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. power yang berarti daya atau kekuatan. Kartasasmita dalam Ramdhan 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pemberdayaan Masyarakat Kata pemberdayaan dalam bahasa Indonesia diadaptasi dari bahasa Inggris yaitu empowerment. Empowerment dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BUMN untuk melaksanakan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang tentunya mempunyai peranan sangat penting terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan menuju bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan bukan merupakan suatu proses yang mudah dilalui. Banyak tantangan dan agenda pembangunan yang

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha khususnya sektor industri yang mana akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha khususnya sektor industri yang mana akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian, suatu Negara yang semakin berkembang dan semakin maju, maka kegiatan ekonomi pada Negara tersebut juga akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1928, 2016 BUMN. Program Kemitraan. Program BL. Perubahan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 03/MBU/12/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) LAPORAN KEUANGAN Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Beserta Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan sekarang ini, perusahaan tidak lagi berhadapan pada tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan arti keseimbangan antar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak perusahaan yang

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 02/MBU/7/ 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI BADAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016:

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016: LATAR BELAKANG Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 Pada tanggal 3 Juli 2015, Pemerintah mengundangkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga

PENDAHULUAN. dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan di Indonesia telah menunjukkan hasil nyata bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga membawa dampak pada terjadinya

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013 KEBUTUHAN MASYARAKAT SEKITAR PERUSAHAAN UNTUK PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN TARAHAN: KASUS DI DESA RANGAI TRI TUNGGAL KECAMATAN KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN BUMN TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

KEBIJAKAN KEMENTERIAN BUMN TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) KEBIJAKAN KEMENTERIAN BUMN TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISAMPAIKAN OLEH : ASDEP PEMBINAAN KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PADA ACARA RAKOR PENGUATAN KERJASAMA PENGELOLAAN PELUANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah menyadari pemberdayaan usaha kecil menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mendorong kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan adanya hubungan antara perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan oleh dampak yang timbul dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disebut CSR sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR), atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan, adalah kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG INFRASTRUKTUR BISNIS ASDEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 Indonesia Telp. 021-29935678

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan itulah yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social. Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan itulah yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social. Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Eksistensi suantu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat.

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (Persero) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (Persero) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (Persero) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG 2.1 Sejarah PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Perjalanan berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN SERTA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang

Lebih terperinci

MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG

MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1 Oleh: Almasdi Syahza 2 Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.staff.unri.ac.id Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang memuat pasal tentang kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan, membuat isu Corporate Social

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan adalah kegiatan yang bukan semata-mata melakukan penggalian bahan mineral/batubara saja, tetapi juga merupakan kegiatan pengembangan masyarakat/wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. PLN PERSERO DI SURABAYA DALAM PEMBERDAYAAM USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) ABSTRAKSI

ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. PLN PERSERO DI SURABAYA DALAM PEMBERDAYAAM USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. PLN PERSERO DI SURABAYA DALAM PEMBERDAYAAM USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) ABSTRAKSI Di era globalisasi yang semakin berkembang dengan pesat, menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan public relations. Dalam pelaksanaan kegiatan community relations,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan public relations. Dalam pelaksanaan kegiatan community relations, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Community relations pada dasarnya merupakan salah satu bentuk dari kegiatan public relations. Dalam pelaksanaan kegiatan community relations, komunitas dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan dan penguatan ekonomi kerakyatan. Program pembangunan yang demikian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi 2.1.1 Pengertian partisipasi Menurut Rodliyah (2013) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi dalam situasi kelompok sehingga dapat dimanfaatkan sebagai motivasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1 BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR TAHUN. TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN SERTA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Jurnal ruang VOLUME 1 NOMOR 1 September 2009

Jurnal ruang VOLUME 1 NOMOR 1 September 2009 ASPEK KUALITAS PADA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI SULAWESI TENGAH (Telaah Penyusunan Kembali RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008) Wildani Pingkan Suripurna Hamzens pink_2hz@yahoo.com

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) 31 Desember 2014 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak cara dilakukan pemerintah sebagai otoritas kebijakan publik untuk

I. PENDAHULUAN. Banyak cara dilakukan pemerintah sebagai otoritas kebijakan publik untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak cara dilakukan pemerintah sebagai otoritas kebijakan publik untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakatnya, salah satunya melalui tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai dengan kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan suatu wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana CSR tersebut digunakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan oleh masing-masing perusahaan. Saat ini, Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan oleh masing-masing perusahaan. Saat ini, Corporate Social BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat perusahaan mulai berkembang, kesadaran dalam mengurangi dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan operasional perusahaan perlu ditingkatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari peranan sektor industri yang sangat mempengaruhi kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya hal demikian perusahaan mengadakan program Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya hal demikian perusahaan mengadakan program Corporate Social BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam persaingan dunia perbankan yang semakin pesat, setiap bank menetapkan adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat. Dengan adanya hal demikian

Lebih terperinci

Aceh Besar, Banda Aceh, Sabang, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. 5. Bantuan kepada masyarakat terdiri dari bantuan korban bencana alam,

Aceh Besar, Banda Aceh, Sabang, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. 5. Bantuan kepada masyarakat terdiri dari bantuan korban bencana alam, Hasil Wawancara : 1. Apakah kehadiran perusahaan serta kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara I Langsa sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat? 2. Apakah kontribusi perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus 39 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Indikator Pengukuran Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang menjadi fokus Penelitian, untuk memahami beberapa istilah tersebut, berikut

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang masih sangat membutuhkan pembangunan. Tanpa adanya pembangunan suatu bangsa tidak akan pernah

Lebih terperinci

Bab II. Corporate Social Responsibility

Bab II. Corporate Social Responsibility Bab II Corporate Social Responsibility 2.1. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) kian berkembang. Namun belum ada standar maupun seperangkat kriteria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

Laporan Evaluasi Program

Laporan Evaluasi Program PERTAMINA Laporan Evaluasi Program dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Program Community Development PT. PERTAMINA (PERSERO) Terminal BBM Boyolali 2017 EXECUTIVE SUMMARY Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian Salah satu isu penting yang masih terus menjadi perhatian dalam dunia usaha hingga saat ini yaitu terkait tentang tanggung jawab sosial perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Efektivitas 1. Definisi Efektivitas Menurut Islami (1997: 7) e fektivitas implementasi kebijakan bisa berarti diperolehnya hasil ( output) sebagai bentuk dampak

Lebih terperinci

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN Tanggung jawab perusahaan tersebut dituangkan dalam bentuk kepedulian Bank Riau Kepri dengan menyediakan dana bagi kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

SKRIPSI. diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN: Veteran Jawa Timur. Disusun Oleh :

SKRIPSI. diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN: Veteran Jawa Timur. Disusun Oleh : PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM KEMITRAAN TELKOM COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER SURABAYA TIMUR DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL PADA PENGRAJIN BATIK DI JETIS - SIDOARJO SKRIPSI diajukan

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa keberadaan dunia usaha seyogyanya

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BAD-AN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 03/MBU/12/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI BADAN USAHA

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis adalah meningkatkan keuntungan. Logika ekonomi neoklasik adalah bahwa dengan meningkatnya keuntungan dan kemakmuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan beasiswa bagi pelajar atau pekerja yang berprestasi, disebabkan oleh aktifitas dari kegiatan produksi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan beasiswa bagi pelajar atau pekerja yang berprestasi, disebabkan oleh aktifitas dari kegiatan produksi perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, perusahaan merupakan lembaga yang paling berpengaruh dan yang paling diharapkan bagi masyarakat luas seperti memberikan lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci