RENDEMEN DAN KADAR TANIN KULIT KAYU BAKAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENDEMEN DAN KADAR TANIN KULIT KAYU BAKAU"

Transkripsi

1 RENDEMEN DAN KADAR TANIN KULIT KAYU BAKAU (Rhizophora mucronata Lamck) DARI DAERAH TAKISUNG Rendemen and Tanin Content in Mangrove Bark (Rhizophora mucronata Lamck) From Takisung Region Oleh/By Siti Hamidah Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Jl.A. Yani KM 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan ABSTRACT Tanin is complex compound in the form of polifenol compound, tanin obtained by extracting parts of plant containing tanin, like stem, branch, root, fruit, seed and mangrove bark. Direction of this research is to know diameter influences to rendeman and tanin rate in mangrove bark (Rhizophora mucronata Lamck) through alcohol extraction method, so that can give information about mangrove husk exploiting maximally, and also improve economics socialize.substance that used specially the mangrove bark which extracted with alcohol, hence got result that increasedly the diameter, rendemen and tanin rate progressively mount also, rendemen tanin mean range from 27,31-30,13%, while tanin rate range from 19,03-27,01%.Tanin content in mangrove bark from Takisung sufficiently high that is more than 5 %, hence can be made as tanin source and better be taken tree with diameter > 20 cm. Key words : tannin, tannin content, rendemen, mangrove bark I. Pendahuluan Indonesia mempunyai hutan mangrove yang cukup luas, yang diperkirakan luasnya sekitar 4,25 juta hektar yang tersebar di sepanjang pantai dan muara-muara sungai. Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada tanah lumpur, aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Di daerah Kalimantan Selatan, khususnya luas areal hutan mangrove sebesar 25 persen dari luas hutan mangrove di Indonesia (Darsidi, 1982). Jenis hutan ini terdapat hampir di sepanjang pesisir pantai Kalimantan Selatan. Menurut data dari Dinas Perikanan & Kelautan (2004), Kalimantan Selatan memiliki wilayah hutan mangrove sebesar ,11 Ha yang tersebar di 5 kabupaten, yaitu Kotabaru seluas 9.177,90 Ha, Tanah Bumbu seluas 3.651,21 Ha, Tanah Laut seluas 2.550,00 Ha, Kabupaten Banjar seluas 65,00 Ha & Barito Kuala seluas 3.105,00 Ha. Salah satu hutan mangrove di wilayah Tanah Laut terdapat di daerah Tabanio Kecamatan Takisung. Salah satu jenis tanaman yang tumbuh di hutan mangrove tersebut adalah Bakau (Rhizophora mucronata Lamck). Sukardjo (1978) menyatakan kulit pohon bakau yang dikeringkan atau dihancurkan dan dibuat menjadi tepung, rata-rata mengandung tanin % dan kadar tanin tersebut tergolong cukup tinggi dan sangat baik untuk penyamakan kulit sol dan juga kulit untuk pelana kuda serta industri lainnya. Tanin dari kulit kayu bakau termasuk dalam kelompok tanin nabati. Tanin nabati sangat disukai oleh perusahaan pengolahan kulit karena dapat menghasilkan tanin dalam jumlah banyak. Selama ini penduduk di daerah Tabanio Kecamatan Takisung, hanya memanfaatkan kayu Bakau sebagai tiang dalam pembuatan rumah, perkakas rumah Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret

2 tangga dan bahan bakar untuk dibuat arang tanpa menggunakan kulitnya. Kulit kayu bakau dianggap sebagai limbah yang tak berguna, dibakar atau disimpan, dan belum dimanfaatkan secara maksimal, hanya sebagian kecil saja digunakan untuk bahan bakar. Daya guna limbah ini masih dapat ditingkatkan dengan cara memanfaatkannya menjadi bahan dasar untuk membuat tanin. Selama ini bahan-bahan penyamak kulit pada umumnya masih diimpor dari luar negeri, sehingga harga dari bahan penyamak merupakan salah satu faktor utama dalam industri penyamakan kulit dan merupakan komponen biaya yang tinggi. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi hal ini yaitu dengan memanfaatkan limbah yang berupa kulit kayu bakau sebagai salah satu bahan baku pembuat tanin. Oleh sebab itu sebagai langkah awal perlu dilakukan penelitian mengenai rendemen dan kadar tanin kulit kayu bakau khususnya yang berasal dari pohon kayu Bakau yang tumbuh di Kecamatan Takisung. II. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rendemen dan kadar tanin dari kulit Bakau pada berbagai kelas diameter pohon yang tumbuh di daerah Takisung. Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat maupun instansi terkait mengenai rendemen dan kadar tanin kulit kayu Bakau yang dapat dihasilkan dari berbagai kelas diameter pohon kayu Bakau yang tumbuh di daerah Takisung. Hal ini dapat mendukung usaha diversifikasi pemanfaatan kayu bakau sebagai salah satu sumber tanin yang potensial, sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah tersebut dan sebagai salah satu usaha untuk dapat terus mempertahankan eksistensi kayu Bakau di daerah pesisir khususnya di Kecamatan Takisung. III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :parang untuk menguliti kayu, kantong plastik, label plastik, meteran untuk mengukur diameter pohon, alat penggiling, untuk menggiling kulit kayu, saringan berukuran 40 dan 60 mesh untuk memperoleh serbuk kulit kayu, oven untuk mengeringkan hasil ekstraksi, water bath untuk memanaskan ekstraksi kulit kayu, neraca analitik untuk menimbang serbuk kulit kayu, desikator untuk menyimpan sementara tanin setelah dikeluarkan dari oven, labu erlenmeyer untuk meletakkan serbuk kulit kayu selama ekstraksi, labu ukur 250 ml untuk membuat larutan dalam jumlah tertentu, pipet hisap 10 ml untuk mengambil larutan (zat kimia) dalam jumlah tertentu, pipet tetes untuk memindahkan larutan (zat kimia) yang berupa tetesan, kertas saring untuk memisahkan filtrat dan ampas setelah ekstraksi, buret 50 ml untuk titrasi, statif untuk menyangga buret, kamera foto untuk dokumentasi penelitian, kalkulator untuk menghitung data dan alat tulis menulis untuk mencatat data. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :kulit kayu Bakau (Rhizophora mucronata lamck), C 16 H 8 N 2 Na 2 O 8 S 2 (larutan indigo carmin), H 2 SO 4 (Asam sulfat), Na 2 C 2 O 4 ( Natrium oksalat), KMnO 4 (Kalium permanganat), C 2 H 5 OH (Alkohol 70 %) dan Aquadest. Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret

3 B. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan contoh uji Kulit kayu bakau (Rhizophora mucronata Lamck) diambil dari pohon yang berdiameter <10 cm (A1), cm (A2), dan >20 cm (A3). Pada masing-masing kelas diameter tersebut diambil sebanyak 3 pohon, dari pohon yang sehat dan batangnya lurus, sehingga total ada 9 pohon bakau yang diambil kulitnya untuk dijadikan sampel uji. Kulit kayu yang sudah dikuliti dibuat serpihan-serpihan kecil, kemudian dikeringudarakan, lalu digiling menjadi serbuk kulit dengan menggunakan alat Dismilk dan setelah itu disaring dengan ketentuan lolos saringan berukuran 40 mesh dan tertahan pada saringan dengan ukuran 60 mesh. Serbuk yang telah disaring dimasukkan dalam kantong plastik tertutup dan diberi kode sesuai dengan kelas diameter masing-masing. 2. Perhitungan kadar air Menurut Dumanauw (1982) penentuan kadar air adalah : Menimbang botol timbang yang telah dikeringkan dalam oven Mengisi botol dengan sampel serbuk kulit sebanyak 1 gram Mengeringkan dalam oven dengan temperatur (100±5) 0 C sampai berat konstan kemudian didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang kembali. Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui berat serbuk yang akan diekstraksi. Adapun rumus untuk menghitung kadar air adalah sebagai berikut: Ka = Bb - Bkt Bkt 100 Keterangan : Bb = Berat serbuk awal Bk = Berat serbuk kering tanur % Berat serbuk yang akan diekstraksi didapatkan dengan rumus: Berat serbuk = Berat Serbuk Kering Tanur (1+ %kadar air/100) 3. Penentuan rendemen tanin Menurut Pari (1990) penentuan rendemen tanin dengan ekstraksi alkohol adalah sebagai berikut: Menimbang serbuk kulit kayu bakau dan memasukkan ke dalam labu erlenmeyer Mengekstraksi serbuk kulit kayu bakau dalam alkohol 70 % dengan perbandingan antara berat serbuk dengan alkohol 1 : 10 Melakukan ekstraksi selama 2 jam dengan suhu 70 o C Menyaring dengan kertas saring untuk memisahkan filtrat dari ampas, kemudian menambahkan alkohol (diulang dua kali), kemudian filtratnya disatukan dengan hasil saringan pertama. Memasukkan filtrat dalam oven dengan suhu 65 o - 70 o C sampai terbentuk padatan tanin dengan berat konstan dan sebelum ditimbang memasukkan terlebih dahulu ke dalam desikator selama 2 menit. Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret

4 Menurut Pari (1990) rendemen tanin dihitung dengan rumus : Rendemen tanin (%) Berat Padatan Tanin Kering Tanur = 100% Berat Serbuk Kulit Kayu Kering Udara 4. Penentuan Kadar Tanin Menurut Pari (1990) penentuan kadar tanin dengan ekstraksi alkohol adalah sebagai berikut : a. Memasukkan 1 gram tanin ke dalam labu erlenmeyer 100 ml, kemudian mengisinya dengan alkohol 50 ml dan dipanaskan selama 30 menit pada suhu 50 o C b. Setelah dingin menyaring larutan ke dalam labu ukur 250 ml dan menambahkan alkohol sampai batas garis pada labu ukur c. Memipet larutan sebanyak 25 ml dan menambahkan larutan indigo carmin sebanyak 20 ml untuk dititrasi dengan KMnO 4. Penambahan larutan indigo carmin berfungsi untuk menghancurkan senyawa-senyawa selain tanin sehingga yang terbentuk hanya tanin murni. Adapun cara pembuatan larutan indigo carmine selengkapnya adalah : 6 gr Natrium indigotindisulfonat dilarutkan kedalam 500 ml aquadest dan dipanaskan, setelah dingin ditambahkan 50 ml asam sulfat dan aquadest sebanyak 1 liter, kemudian disaring. d. Menambahkan KMnO4 dengan dua tahap, pertama menambahkan sebanyak 1 ml sampai larutan berubah dari biru menjadi hijau. Pada tahap kedua menambahkan setetes demi setetes sampai berubah menjadi kuning emas. Perubahan warna menjadi kuning emas ini menunjukkan adanya atau terbentuknya tannin. Cara pembuatan larutan KMnO4 0,1 N adalah : menimbang KMnO4 sebanyak 3,2 gr, kemudian dilarutkan ke dalam 1 liter aquadest,didihkan selama menit untuk mengusir semua oksigen yang terlarut, kemudian disimpan selama 1 malam, encerkan dan disaring sampai 1 liter dengan aquadest, penyimpanan dilakukan dalam botol berwarna gelap. e. Untuk larutan blanko dilakukan dengan cara memipet larutan indigo carmin sebanyak 10 ml kemudian memasukkan ke dalam labu erlenmeyer, dan menambahkan alkohol lalu menitrasi dengan KMnO 4 Menurut Pari (1990) perhitungan kadar tanin dilakukan dengan rumus : KT FP (A - B) N KMnO4 0, = 100% Berat Contoh Uji dari Padatan Tanin Keterangan : KT = Kadar Tanin FP = Faktor Pengenceran A = Banyaknya KMnO 4 yang ditambahkan pada larutan tanin (ml) B = Banyaknya KmnO 4 yang ditambahkan pada larutan blanko (ml) 1 ml KMnO 4 0,1 N 0, gram tanin larutan blanko : aquadest Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret

5 C. Analisis Data Model Rancangan Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan (kelas diameter pohon), pada setiap kelas diameter diambil 3 pohon sebagai ulangan, sehingga ada 9 pohon yang dijadikan tempat pengambilan sampel. Dari setiap pohon yang dijadikan sampel, diambil kembali 3 bagian (pangkal, tengah dan ujung) untuk dijadikan ulangan dalam setiap pohon, sehingga total satuan percobaan ada 27 buah. Sebelum data dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yaitu pengujian sebaran normal menurut prosedur lilifors dan uji homogenitas ragam bartlet. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh diameter pohon terhadap rendemen dan kadar tanin kulit kayu bakau (Rhizophora mucronata Lamck), maka dilakukan uji F dengan menggunakan sidik ragam. Jika dari hasil analisis sidik ragam, perlakuan berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda. Uji beda yang dilakukan disesuaikan dengan nilai KK (Koefisien Keragaman) yang nanti diperoleh. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rendemen tanin Hasil penelitian rendemen tanin kulit kayu bakau (Rhizophora mucronata Lamck) pada tiga kelas diameter ( <10 cm, cm, > 20 cm)) dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam yang dilakukan, besar kecilnya diameter pohon kayu bakau berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen tannin dari kulit kayu Bakau yang dihasilkannya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa semakin besar diameter pohon kayu Bakau maka rendemen tannin yang dihasilkannya semakin besar pula. Tingginya kandungan tanin pada pohon dengan diameter yang besar dikarenakan semakin besar diameter sel-sel parenkim yang terbentuk lebih banyak, dimana sel-sel parenkim pada kulit mengandung sel-sel yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan. Tingginya kandungan tanin yang terbentuk pada pohon diameter besar diduga karena tebal kulit pada diameter yang lebih besar, akan lebih tebal dibanding kulit pada diameter pohon kecil. Seperti pendapat Haygreen & Bowyer (1996) yang menyatakan bahwa pembentukan sel-sel kulit (floem) bersamaan dengan pembentukan sel-sel kayu yang dilakukan oleh sel-sel kambium. Dengan demikian pada diameter pohon (kayu) yang semakin besar berarti jaringan kulit yang terbentuk semakin banyak pula, dimana salah satu sel penyusun jaringan kulit adalah sel parenkim. Sel-sel ini berfungsi sebagai penyimpanan cadangan makanan hasil metabolisme atau bahan lain yang diendapkan (zat ekstraktif termasuk tanin). Oleh karena itu makin banyaknya sel parenkim yang terbentuk maka kulit semakin tebal seiring dengan meningkatnya diameter pohon dan akan semakin banyak pula tanin yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fengel dan Wagener (1995), menyatakan bahwa selama pohon tumbuh, lapisan kambium di antara xilem dan floem menghasilkan sel xilem ke arah dalam membentuk batang pohon dan sel floem kearah luar membentuk kulit. Semakin banyak floem yang terbentuk, maka semakin banyak pula sel-sel parenkim yang dihasilkan, karena sel-sel parenkim merupakan salah satu komponen yang menyusun floem. Sel-sel parenkim merupakan tempat tanin diendapkan. Diameter pohon bertambah disebabkan karena adanya proses pertumbuhan tiap tahun, dengan bertambahnya diameter pohon maka sel-sel parenkim pada jaringan floem juga akan selalu bertambah, sehingga kulit semakin tebal dan kandungan taninnya juga semakin banyak. Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret

6 Tabel 1. Rendemen tanin kulit kayu bakau (Rhizophora mucronata Lamck) dari daerah Takisung pada tiga kelas diameter pohon. Perlakuan (Diameter Pohon) Kelas Diameter Pohon A1 (<10 cm) A2 (10 20 cm) A3 (> 20 cm) Jumlah total Rata-rata Total Ulangan Pangkal Tengah Ujung Jumlah Ratarata Pohon 1 29,50 27,16 26,50 83,16 27,72 Pohon 2 28,16 27,00 25,50 80,66 26,88 Pohon 3 29,16 26,66 26,16 82,00 27,33 Jumlah 86,83 80,83 78,16 245,83 Rata-rata 28,94 26,94 26,05 27,31 Pohon 1 30,50 29,66 27,50 87,66 29,22 Pohon 2 30,83 28,33 26,66 85,83 28,61 Pohon 3 30,00 29,33 27,16 86,50 28,83 Jumlah 91,33 87,33 81,33 260,00 Rata-rata 30,44 29,11 27,11 28,88 Pohon 1 33,00 30,66 27,66 91,33 30,44 Pohon 2 32,66 30,16 27,50 90,33 30,11 Pohon 3 32,50 29,50 27,50 89,50 29,83 Jumlah 97,16 90,33 82,66 271,16 Rata-rata 32,38 30,11 27,55 30,12 275,33 258,50 242,16 777,00 30,59 28,72 26,90 28,77 Semakin tingginya rendemen tannin dengan semakin meningkatnya diameter pohon kayu bakau secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini. Rendemen Tanin (%) A1 A2 A3 PERLAKUAN (diameter pohon) Gambar 1. Rendemen tannin kayu Bakau pada tiga kelas diameter pohon Rata-rata rendemen tanin kulit kayu bakau yang diperoleh pada penelitian ini adalah 28,77 %. Dengan kisaran antara 26,06 % - 32,66 %. Hasil yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu berkisar antara 23,25 % - 30,83 % dan lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Pari (1990) antara 20,29 % 41,2 % dengan tanaman yang sama dan menggunakan pelarut air panas. Perbedaaan ini disebabkan oleh perbedaan umur, letak geografis, hal ini juga disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi mutu tanin antara lain jenis pelarut, ukuran partikel kulit dan lamanya ekstraksi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret

7 dikemukakan oleh Guenther (1987) yang menyatakan bahwa ada beberapa yang dapat mempengaruhi mutu tanin yaitu suhu ekstraksi dibawah C, jenis pelarut yang digunakan seperti air, alkohol dan aseton, ukuran partikel dan lama ekstraksi (Guenther, 1987). Demikian pula pendapat dari Prayitno (1982) yang menyatakan bahwa perbedaan kadar tanin disebabkan oleh perbedaan jenis, umur, tempat tumbuh dan pembagian batang. Menurut Sumardiwangsa (1985) dan juga menurut Soenardi (1985), secara ekonomis tanin dapat disari dari bahan yang mengandung kadar tanin lebih dari 10 %, jika kita bandingkan dengan persyaratan ini maka kandungan tanin yang terdapat pada kayu Bakau dari daerah Takisung sudah dapat memenuhi persyaratan. Dengan demikian kayu bakau dari daerah tersebut dapat dijadikan salah satu sumber tanin yang potensial. B. Kadar Tanin Ekstraksi tanin yang dihasilkan pada penelitian rendemen tanin tidak murni 100 %, karena selain terdiri dari tanin ada juga zat non tanin seperti glukosa dan hidrokoloid yang berberat molekul tinggi. Untuk itu kita perlu mengetahui kadar tanin (berupa polifenol) untuk mengetahui kadar tanin aktifnya. Hasil penelitian mengenai kadar tanin kulit kayu bakau berdasarkan diameter pohon dan bagian batang dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa faktor diameter pahon dan bagian batang kulit kayu bakau berpengaruh sangat nyata terhadap kadar tanin yang dihasilkan. Tabel 2. Kadar tanin kulit kayu bakau (Rhizophora mucronata Lamck) dari daerah Takisung pada tiga kelas diameter pohon Perlakuan (Diameter Pohon) Kelas Diameter Pohon A1 (<10 cm) A2 (10 20 cm) A3 (> 20 cm) Ulangan Jumlah Rata-rata Pangkal Tengah Ujung Pohon 1 21,17 21,07 17,03 59,27 19,75 Pohon 2 20,71 18,54 16,31 55,57 18,52 Pohon 3 20,53 19,46 16,39 56,39 18,79 Jumlah 62,41 59,07 49,74 171,24 Rata-rata 20,80 19,69 16,58 19,02 Pohon 1 25,79 23,31 22,75 71,86 23,95 Pohon 2 24,61 24,07 22,75 71,44 23,81 Pohon 3 25,47 24,87 24,07 74,42 24,80 Jumlah 75,88 72,26 69,59 217,73 Rata-rata 25,29 24,08 23,19 24,19 Pohon 1 28,57 27,90 27,91 84,39 27,13 Pohon 2 28,64 25,84 25,25 79,74 26,58 Pohon 3 28,03 25,54 25,41 78,99 26,33 Jumlah 85,24 79,29 78,59 243,13 Rata-rata 28,416 26,43 26,19 27,01 5 Jumlah total 223,54 210,63 192,93 632,11 Rata-rata Total 24,83 23,40 21,99 23,41 Untuk memudahkan interpretasi, maka hubungan diameter pohon kadar tanin dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini: Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret

8 Kadar Tanin (%) A1 A2 A3 PERLAKUAN A (diameter pohon) Gambar 2. Kadar tannin kayu Bakau pada tiga kelas diameter pohon Berdasarkan Tabel 2 dan gambar 2 terlihat bahwa kadar tanin tertinggi terdapat pada pohon kayu bakau dengan diameter > 20 cm (A3) diikuti diameter sedang; A2 (10-20 cm) dan yang paling kecil diameter < 10 cm (A1). Kadar tanin dari kulit kayu bakau diameter > 20 cm (27,01 %) berbeda sangat nyata dengan kadar tanin dari pohon dengan diameter cm (24,19 %) maupun pohon diameter < 10 cm (19,02 %). Kadar tanin semakin tinggi dengan meningkatnya atau bertambahnya diameter pohon, diduga ada hubungan dengan semakin meningkatnya rendemen tanin pada pohon yang berdiameter lebih besar dibanding pohon dengan diameter lebih kecil. Dengan meningkatnya diameter pohon merupakan salah satu komponen yang menentukan rendemen tanin disamping zat-zat yang lain. Secara umum rata-rata kadar tanin yang dihasilkan dari kulit kayu bakau adalah 23,41 % yang berkisar antara 16,58 % - 28,42 %. Kadar tanin yang dihasilkan ini lebih tinggi daripada kadar tanin menurut Sudarmaningsih (1990) yang menghasilkan kadar tanin 11,02 % dan lebih rendah dibandingkan penelitian menurut Pari (1990) yang menghasilkan kadar tanin 39 % -63 % dan lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya, Yuniarti (2001) yaitu 17,01 % - 27,02 % dengan menggunakan ekstraksi air panas. Perbedaan mungkin disebabkan beberapa faktor antara lain, perbedaan tempat tumbuh, suhu ekstraksi, ukuran partikel, umur pohon dan lain-lain. Kadar tanin sebesar 23,41 % mengisyaratkan adanya bahan lain non tanin yang terdapat pada ekstrak/rendemen tanin. Ekstrak tanin tidak murni 100 % karena selain tanin ada juga zat non tanin seperti glukosa dan hidrokoloid. Secara ekonomis jika ditinjau dari kadar tanin kulit bakau yang dihasilkan sebesar 16,58 %-28,42 %, maka kulit kayu bakau dapat dijadikan sebagai sumber tanin. Hal ini sesuai pendapat Soenardi (1985) yang menyatakan bahwa kadar ekstraktif tanin hanya ekonomis apabila kadar tanin lebih dari 5 %. Hasil yang didapat pada penelitian ini jauh lebih tinggi dari nilai yang dipersyaratkan. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Diameter pohon dan batang berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen dan kadar tanin. Semakin besar diameter pohon maka rendemen dan kadar tanin semakin meningkat, disebabkan meningkatnya diameter pohon diikuti oleh Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret

9 bertambahnya ketebalan kulit sehingga pada pohon yang berdiameter besar lebih banyak mengandung sel parenkim dibanding bagian lainnya. 2. Rata-rata rendemen tanin kulit bakau 28,78 %, dengan kisaran antara 26,06 % - 32,39 %, rata-rata kadar tanin kulit kayu bakau adalah 23,41 %, dengan kisaran antara 16,58 % - 28,42 %. Berdasarkan nilai rendemen dan kadar tanin tersebut, secara ekonomi kulit kayu bakau dari daerah Takisung dapat dimanfaatkan sebagai sumber tanin yang potensial. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan sebagai berikut: 1. Kayu bakau dari daerah Takisung secara ekonomis dapat dijadikan sebagai sumber tanin yang potensial, untuk mendapatkan rendemen dan kadar tanin yang tinggi sebaiknya diambil dari pohon yang mempunyai diameter (> 20 cm) 2. Perlu penelitian lanjutan mengenai rendemen dan kadar tanin dari kulit bakau dengan menggunakan metode ekstraksi dan jenis pohon yang berbeda, serta mengetahui komposisi kimia dari tanin yang dihasilkan dari kayu Bakau asal Takisung. DAFTAR PUSTAKA Anshori, Y.D. Sutarjo, Hermanto,A. Nor Ekstraksi Tanin dari Kulit Kayu Bakau untuk Penyamak Kulit. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. Samarinda. Dumanauw, J.F Mengenal Kayu. PT.Gramedia, Jakarta. Fengel dan Wegener Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Edisi Kedua. Gajah Mada Univesity Press. Yogyakarta. Guenther, E Minyak Atsiri. Jilid I. Penerbit Universitas Indonesia. Terjemahan Ketaren. Jakarta. Haygreen dan Bowyer Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Heyne, K Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan Jakarta. Jakarta. Jamaran, K Analisa Kualiatif Senyawa Tanin. Widjaya. Jakarta. Kasmudjo Dasar-Dasar Pengolahan minyak kayu putih. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pari,G Beberapa Sifat Fisis dan Kimia Ekstrak Tanin. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 6(8): Prayitno, T.A Pengaruh Umur terhadap Kadar Tanin dalam Pohon. Duta Rimba 8(55):43-44 Raharjo, Sabat, A. Abdullah, M. Aziz, Mannussungi Penelitian Pemisahan dan Analisa Tanin dari Kulit Bakau. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. Ujung Pandang. Soenardi, B.S.F Sifat-sifat Kimia Kayu. Cetakan Kelima. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sudarmaningsih Pengaruh Penggunaan Tanin Kulit Acacia Mangium Wlld Sebagai Perekat Terhadap Keteguhan Rekat Kayu Lapis Meranti Merah Skripsi. Fakultas Kehutanan Unlam. Banjarbaru. Tidak Dipublikasikan. Sudarmawangsa,S.,S. Widarma, C.G. Serayar & A. Nur Tanin Sebagai Perekat Papan Partikel. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. PP 2-4 Yuniarti Pengaruh Diameter dan Ketinggian Kulit Bnatang Terhadap Rendemen Dan Kadar Tanin Pohon Bakau (Rhizophora mucronata Lamk) Skripsi. Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru. Tidak Dipublikasikan. Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Bahan Bahan yang Digunakan a. Buah mangrove jenis Rhizophora stylosa diperoleh dari daerah Pasar Banggi, Rembang b. Air diperoleh dari Laboratorium Aplikasi Teknik

Lebih terperinci

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU (Rhizophora mucronata Lamck) DAN KAYU RAMBAI (Sonneratia acida Linn) DENGAN BERBAGAI TEKANAN Oleh/by: Gt. A. R. THAMRIN Program Studi Teknologi Hasil Hutan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 10 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Februari 2015. Tempat pengambilan sampel dilakukan di pertanaman pohon gaharu di

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di petak 37 f RPH Maribaya, BKPH Parungpanjang, KPH Bogor. Dan selanjutnya pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) Oleh/by HENNI ARYATI Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen 21 Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan di Bab I. Dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan, yaitu eksperimen dan telaah pustaka.

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari Januari sampai April 2010, dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : a. pengambilan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) 1 Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) Kartika Tanamal Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma Standar Nasional Indonesia Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma ICS 85.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 11 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan September 2011 yang bertempat di laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) BAB V METODOLOGI 5.1. Pengujian Kinerja Alat yang digunakan Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) 1. Menimbang Variabel 1 s.d 5 masing-masing

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Studi literatur merupakan input dari penelitian ini. Langkah kerja peneliti yang akan dilakukan meliputi pengambilan data potensi, teknik pemanenan

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2015 di Laboratorium 14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2015 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pascapanen Jurusan Teknik Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -

BAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem - 21 BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern - Erlenmeyer 250 ml pyrex - Pipet volume 25 ml, 50 ml pyrex - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex -

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT a. Enceng gondok yang digunakan berasal dari sungai di kawasan Golf. Gambar 16. Enceng Gondok Dari Sungai di Kawasan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Waktu penelitian yakni pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup SNI 01-5009.12-2001 G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan gondorukem, sebagai pedoman pengujian gondorukem yang

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015. III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015. Lokasi penelitian adalah di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel 1. Pengukuran Kadar Air (AOAC, 1984) Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat alat 1. Neraca Analitik Metter Toledo 2. Oven pengering Celcius 3. Botol Timbang Iwaki 4. Desikator 5. Erlenmayer Iwaki 6. Buret Iwaki 7. Pipet Tetes 8. Erlenmayer Tutup

Lebih terperinci

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B)

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B) PENGARUH UKURAN.. (19) 1-19 PENGARUH SUSUNAN PARTIKEL TERHADAP SIFAT MEKANIK (MoE dan MoR) PAPAN SEMEN PARTIKEL KAYU ULIN (Eusidexylon zwageri T.Et.B) Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

Analysis of Concentration of Tannins from Ethanol and Water Extract at the Pinang Sirih Seed (Areca Catechu L)

Analysis of Concentration of Tannins from Ethanol and Water Extract at the Pinang Sirih Seed (Areca Catechu L) 59 Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol pada Biji Pinang Sirih (Areca Catechu. L) Analysis of Concentration of Tannins from Ethanol and Water Extract at the Pinang Sirih Seed (Areca Catechu

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo, 22 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada 7 Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo,

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

K O P A L SNI

K O P A L SNI K O P A L SNI 01-5009.10-2001 1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, klasifikasi mutu, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan Kopal, sebagai pedoman pengujian Kopal yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Papan partikel dari campuran limbah rotan dan penyulingan PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Particle Board from Mixture of Rattan Waste and Gemor

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 s/d juni 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di perkebunan PT. Asam Jawa Kecamatan Torgamba, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c. BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH Berikut diuraikan prosedur analisis contoh tanah menurut Institut Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. Pengujian Kandungan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 21 April 2014 Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 MILLAH HANIFAH (1112016200073) YASA ESA YASINTA (1112016200062) WIDYA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB 3 BAHAN DAN METODE BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat-alat - Alat Soklet Pyrex - Botol Aquades - - Buret 10 ml Brand - Cawan Petridish - - Desikator - - Gelas Erlenmeyer 125 ml Pyrex - Gelas ukur 50 ml Pyrex - Lab Mill - -

Lebih terperinci

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutu produk kopi instan formula a. Kadar air (AOAC, 1995) Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsip dari metode

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. 57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung, Laboratorium Jasa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang pengaruh variasi konsentrasi penambahan tepung tapioka dan tepung beras terhadap kadar protein, lemak, kadar air dan sifat organoleptik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat namun belum sebanding dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI Tujuan: Menerapkan analisis gravimetric dalam penentuan kadar klorida Menentukan kadar klorida dalam MgCl 2 Widya Kusumaningrum (1112016200005),

Lebih terperinci