PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA"

Transkripsi

1 PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

2 2016 ANNUAL REPORT

3 DAFTAR ISI Daftar Isi i Kata Pengantar iii Kaleidoskop 4 Highlight Kegiatan 9 Capaian Indikator Kinerja Utama 24 Kemitraan Expertory Statistik 31 i

4 KATA PENGANTAR Dinamika dan kompleksitas yang dihadapi pemerintah saat ini menuntut setiap aparatur sipil negara untuk sigap dan tangkas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Berbagai upaya penguatan untuk mengakomodasi kebutuhan aparatur sipil negara dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya tersebut sudah dilakukan pemerintah melalui beragam payung hukum yang dikeluarkan. Meski demikian, ada beberapa hal yang ternyata tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara melihat beberapa persoalan itu dari sudut pandang hukum antara lain hak diskresi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang masih belum banyak dimanfaatkan pejabat. Persoalan lain yang juga menarik untuk dikaji adalah penguatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pasca UU Administrasi Pemerintahan, mengingat sampai saat ini belum terlihat peran APIP secara signifikan. Hal lain yang saat ini menjadi perhatian banyak pihak adalah fenomena terjadinya (kembali) pungutan liar. Masalah yang masih saja terjadi selama bertahun-tahun. Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara memberikan alternatif Strategi Pemberantasan Pungli sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan publik. Masalah jaminan kesehatan nasional yang juga berkaitan dengan hukum administrasi negara, yaitu BPJS Kesehatan, PKSANHAN melihat masih ada permasalahan terkait layanan BPJS Kesehatan. Sebagai jaminan kesehatan bagi rakyat Indonesia, masih ada silang sengkarut dalam pelaksanaannya sehingga diperlukan triple partnership antara Pemerintah, BPJS, dan Faskes menuju peningkatan kualitas pelayanan jaminan kesehatan nasional. Selain melakukan kajian terhadap beberapa isu aktual, PKSANHAN juga menggagas sejumlah inovasi di antaranya Survey Kebutuhan Day Care di LAN untuk meminimalisasi kekhawatiran orang tua terhadap tumbuh kembangnya anak saat ditinggal bekerja, early warning system amanat regulasi guna memberikan sistem peringatan dini terkait perencanaan penyusunan Undang-Undang di bidang Sistem Hukum Administrasi Negara. iii

5 PKSANHAN juga menggagas inovasi berupa Piloting Daerah Sadar Hukum Administrasi Negara di beberapa daerah yang terpilih sebagai pilot project. Sosialisasi UU Administrasi Pemerintahan di kalangan Pemda diharapkan mampu membuat pemerintahan daerah menjadi sadar akan pentingnya Hukum Administrasi Negara. Beragam isu aktual sepanjang tahun 2016 dan inovasi tahun 2016 yang menjadi fokus kajian PKSANHAN diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran kepada negara demi kemajuan bersama. Kapus Kajian SANHAN, Tri Saksono S.H., MPd iv

6 2016 KALEIDOSKOP

7 I. SEMINAR KALEIDOSKOP Seminar Nasional Utilisasi Diskresi untuk Akselerasi Pembangunan dan Pelayanan Publik Seminar Nasional Membangun Triple- Partnership antara Pemerintah, BPJS, dan Fasilitas Kesehatan menuju Peningkatan Kualitas Pelayanan Jamkesnas 1

8 PKSHAN bekerjasama dengan Inspektorat LAN mengadakan Seminar Nasional Penguatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam Pemberantasan Korupsi Pasca UU Administrasi Pemerintahan PKSHAN bekerjasama dengan Biro PH2P mengadakan Dialog Kebangsaan Pilkada dan Tantangan Merawat Kebhinekaan 2

9 II. DISKUSI PAKAR 3

10 III. DIALOG MEDIA Dialog Media Membedah Pola Korupsi & Pungli di Birokrasi; Modus dan Solusinya Dialog Media Refleksi dan Proyeksi Penegakan Hukum di Indonesia 4

11 IV. BIMBINGAN TEKNIS Bimbingan Teknis Penulisan Media Cetak Bimbingan Teknis Penulisan Media Online 5

12 V. PROYEK INOVASI Proyek Inovasi PKSHAN - Daerah Sadar Hukum Administrasi Negara di Lebak Banten Proyek Inovasi PKSHAN - Daerah Sadar Hukum Administrasi Negara di Karawang Proyek Inovasi PKSHAN Survey LAN Daycare ke TPA di Kementerian Sekertaris Negara 6

13 VI. AUDIENSI Audiensi PKSHAN ke Mahkamah Konstitusi RI Audiensi PKSHAN ke BPHN - Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 7

14 VII. FASILITASI 8

15 2016 HIGHLIGHTKEGIATAN

16 HIGHLIGHT KEGIATAN I. KAJIAN A. Kajian Tentang Diskresi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan Output : Policy Paper & POLICY BRIEF Anggaran : Rp ,- Policy Brief Kajian Tentang Diskresi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan Diskresi telah diatur secara rinci dalam UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU AP). Undang-Undang Administrasi Pemerintahan sebenarnya merupakan payung hukum bagi Aparatur Pemerintah agar tidak secara gegabah dikriminalisasi. Namun hingga saat ini, Undang-Undang tersebut belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan masih terjadi kegamangan di kalangan aparatur pemerintahan untuk melakukan diskresi. Hal ini disebabkan, norma diskresi dalam UU AP masih terkesan seperti halnya pengambilan kebijakan dalam keadaan normal. Bahkan hampir semua pejabat pemerintahan, enggan atau malah tidak mau menggunakan UU AP untuk dasar pengambilan kebijakan. Padahal hampir semua inovasi pastinya memerlukan payung diskresi sebagai dasar pengaman pengambilan keputusan. Dasar political will Diskresi. 1. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis tertanggal 8 Januari 2016 (yang selanjutnya disebut Inpres ), dimana dalam Diktum KEENAM Inpres tersebut menyatakan bahwa : Jaksa Agung dan Kapolri: mendahulukan proses administrasi Pemerintahan sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan sebelum melakukan penyidikan atas laporan masyarakat yang menyangkut penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. 2. Sambutan pengantar Presiden Republik Indonesia kepada seluruh Kapolda dan Kajati di Istana Negara, Jakarta, 19 Juli 2016, memberikan beberapa hal penting, 9

17 yang pada intinya adalah sebagai berikut: Kebijakan dan diskresi pemerintah tidak bisa dipidanakan; dan Tindakan administrasi pemerintahan harus dibedakan dengan yang memang berniat korupsi. 3. Pasal 2 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara dalam Penilaian Unsur Penyalahgunaan Wewenang, yang mengatur: Pengadilan berwenang menerima, memeriksa dan memutus permohonan penilaian ada atau tidak ada penyalahgunaan Wewenang dalam Keputusan dan/atau Tindakan Pejabat Pemerintahan sebelum adanya proses pidana. Rekomendasi yang dapat disampaikan berdasarkan hasil kajian ini antara lain adalah : - Operasionalisasi diskresi perlu diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah yang bersifat mandiri, karena tidak ada amanat langsung dalam UU AP untuk ditindaklanjuti dalam Peraturan Pemerintah. Dalam Peraturan dimaksud diatur pula mengenai siapa pejabat yang bisa melakukan diskresi, lembaga yang dapat memberikan advokasi terkait keterpenuhan syarat diskresi dan prosedur diskresi. - Pada masa transisi, bisa dioptimalkan fungsi Tim Pengawalan, Pengamanan Pemerintahan dan Pembangunan Pusat (TP4P) dan (TP4D) yang dibentuk oleh Kejaksaan Agung, sebagai lembaga yang dapat memberikan konsultasi dan advokasi bagi aparatur pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk mengambil diskresi. - Perlu koordinasi dan sinkronisasi dengan APH, terkait penegakan hukum atas UU AP agar dapat berjalan sebagaimanamestinya. (Mahkumjakpol). - Presiden dapat menginstruksikan kepada Kejaksaan Agung, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan BPKP --- institusi di ranah eksekutif ---, untuk melakukan legal audit terkait kasus-kasus tindak pidana (pidana umum maupun korupsi), yang menjerat pejabat atau mantan pejabat yang sekarang sedang ditangani di tahap penyelidikan maupun penyidikan. Apakah perkara perkara tersebut masuk ranah Administrasi Pemerintahan atau pidana umum atau Tipikor. 10

18 B. Kajian Isu-Isu Strategis Bidang Sistem dan Hukum Administrasi Negara Kajian ini terdiri dari 3 (tiga) isu strategis, yaitu : A. Triple Partnership Pemerintah-BPJS-Fasilitas Kesehatan dalam Penyelengaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) B. Penguatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pasca UU Administrasi Pemerintahan C. Strategi Pemberantasan Pungli sebagai Bagian dari Reformasi Birokrasi Output : Policy Paper & POLICY BRIEF Anggaran : Rp ,- Policy Brief Isu I Meningkatkan Kemitraan Antara Pemerintah, BPJS Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan Menuju Peningkatan Kualitas Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional Pertumbuhan peserta BPJS Kesehatan yang begitu pesat dan jauh melampaui target berdampak signifikan bagi peningkatan permintaan pelayanan kesehatan terutama dari kalangan masyarakat yang selama ini tidak mampu memanfaatkan layanan kesehatan. Lonjakan peserta ini sayangnya tidak diiringi dengan pelayanan yang mumpuni sehingga menimbulkan banyak keluhan terhadap program JKN. Keberhasilan JKN tidak dapat diserahkan sepenuhnya hanya kepada pemerintah semata, JKN juga melibatkan aktor lainnya seperti BPJS Kesehatan dan Faskes. Pemerintah sebagai regulator penyelenggara JKN sesuai peraturan perundang- 11

19 undangan dibantu oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) selaku operator penyelenggara JKN dan Faskes selaku penyedia jasa Jaminan Kesehatan. Ketiga pihak tersebut merupakan aktor penting pelaksana JKN, mereka harus bekerjasama mewujudkan suksesnya JKN ini, disamping tentu adanya dukungan dari faktor lain seperti Pemerintah Daerah, badan usaha dan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut di atas maka lembaga Administrasi Negara cq Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara melakukan analisis terhadap peran masingmasing aktor pelaksana JKN dan mutual partnership antara Pemerintah, BPJS Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan. Pemerintah sebagai regulator, BPJS Kesehatan sebagai operator, serta Faskes sebagai penyedia jasa harus mampu menjawab berbagai tantangan untuk perbaikan program JKN. Ada beberapa prinsip kemitraan dalam rangka membangun kemitraan yang baik atau berkualitas. Prinsip-prinsip tersebut adalah : adanya kesetaraan dan keadilan (equally dan equity), keterbukaan (openness), kemanfaatan bersama (mutual benefit), dan tanggung jawab (responsibility). Terwujudnya pelayanan kesehatan yang baik dilaksanakan berdasarkan hubungan kemitraan yang harmonis. Oleh karena itu setiap pelaksana JKN harus melaksanakan perannya dengan optimal, meningkatkan kapasitas dan melakukan inovasi yang dapat menunjang pelayanan kesehatan. Policy Brief Isu II Penguatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pasca UU Administrasi Pemerintahan Dengan keluarnya UU AP fungsi APIP menjadi bertambah yaitu harus mampu menilai sebuah keputusan dan/atau tindakan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan itu termasuk dalam kategori : (1) melampaui wewenang; (2) mencampuradukkan wewenang; dan/atau (3) bertindak sewenang-wenang; atau tidak salah sama sekali. Fakta yang dihadapi saat ini, SDM APIP masih dihadapkan pada sejumlah tantangan seperti persoalan tumpang tindihnya pengawasan, hubungan dengan Aparat Penegak Hukum dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor eksternal, kurangnya komitmen tindak lanjut atas hasil pengawasan, kurang jelasnya pembagian tugas antar lembaga pengawasan, serta minimnya kompetensi yang dimiliki oleh SDM APIP. Kedudukan kelembagaan serta pengembangan kapasitasi APIP ini menjadi sangat penting, karena kewenangan APIP yang teramat besar sepatutnya diiringi dengan posisi kelembagaan yang dapat men-support pelaksanaan fungsi APIP secara optimal, obyektif dan profesional. Pertanyaan besarnya adalah APIP yang sudah dilengkapi standar yang baik dan dipersenjatai dengan UU AP saja masih bisa terjadi tindakan korup dari oknum pejabat atau aparat pemerintahnya. Untuk itu dilakukan kegiatan kajian isu strategis tentang Penguatan Peran APIP Pasca UU Administrasi Pemerintahan 12

20 Dasar political will Penguatan Peran APIP 1. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis tertanggal 8 Januari 2016 (yang selanjutnya disebut Inpres ), dimana dalam Diktum KEENAM Inpres tersebut menyatakan bahwa : Jaksa Agung dan Kapolri: mendahulukan proses administrasi Pemerintahan sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan sebelum melakukan penyidikan atas laporan masyarakat yang menyangkut penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. 2. Pasal 2 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara dalam Penilaian Unsur Penyalahgunaan Wewenang, yang mengatur: Pengadilan berwenang menerima, memeriksa dan memutus permohonan penilaian ada atau tidak ada penyalahgunaan Wewenang dalam Keputusan dan/atau Tindakan Pejabat Pemerintahan sebelum adanya proses pidana. Berdasarkan hasil kajian serta pembahasan para Narasumber, Lembaga Administrasi Negara (LAN) cq. Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara (PKSHAN) merekomendasikan beberapa hal untuk memperkuat kedudukan dan peran APIP pasca pemberlakukan UU AP. Yakni Perlu adanya reformulasi kedudukan kelembagaan APIP dan perlunya peningkatan kompetensi SDM APIP diluar kompetensi teknis di bidang auditif. Policy Brief Isu III Strategi Pemberantasan Pungli Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Pelayanan publik yang prima (cepat, mudah, pasti, murah dan akuntabel) merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah kepada seluruh warga negara tanpa terkecuali (non diskriminatif). Namun kenyataannya yang terjadi seringkali muncul berbagai masalah dalam pelayanan publik pemerintah terhadap masyarakat. Tidak hanya itu, bahkan ada oknum aparat pemerintah yang mencoba memanfaatkan posisinya untuk mendapatkan penghasilan tambahan, mereka membuat masyarakat untuk membayar uang tambahan dengan dalih untuk memperlancar dan mempercepat segala urusan. Ketidakpastian dan lemahnya posisi masyarakat dalam pelayanan publik menjadikan praktek Pungutan Liar (Pungli) tetap menjamur hingga saat ini. Operasi Tangkap Tangkap (OTT) yang melibatkan oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, pegawai Pelindo I, Pelindo III serta tertangkapnya pejabat pemeriksa bea cukai pelabuhan Tanjung Mas mencerminkan masih maraknya praktik Pungli di Indonesia. 13

21 Data ICW Sektor Yang Menjadi Ranah Pungli Paling Banyak Dilaporkan Tahun Untuk itu perlu melakukan kajian yang bertujuan untuk mengidentifikasi alternatif strategi pemberantasan Pungli yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka mencapai nawacita poin kedua dan reformasi birokrasi di bidang pelayanan publik. Rekomendasi Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara untuk mengatasi Pemberantasan Pungli di Birokrasi dapat dilakukan melalui alternatif strategi berikut : 1. Memaksimalkan fungsi APIP sesuai dengan amanat UU Administrasi Pemerintahan; 2. Mendorong dilaksanakannya pelayanan publik secara online; 3. Melaksanakan disriminsasi positif bagi pelayanan publik yang bersifat komersil; 4. Menuangkan komitmen pemberantasan pungli dalam kontrak kinerja PNS. 5. Mengidentifikasi jabatan rawan pungli dan memberi insentif yang layak dan seimbang dengan resiko jabatannya. 6. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif untuk memberi informasi dan melaporkan pungutan liar. Paket Kebijakan Reformasi Hukum Tahap 1 14

22 II. PROYEK PERUBAHAN A. Early Warning System Amanat Regulasi Banyak peraturan pelaksanaan yang disusun lewat waktu pembentukannya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang (kadaluwarsa kewenangan pembentukannya). Atas dasar itu, perlu adanya sistem peringatan dini (early warning system) bagi yang akan memberikan sinyal waktu perencanaan penyusunan peraturan pelaksanaan amanat dari Undang-Undang di bidang SANHAN. Pembangunan early warning system ini bertujuan memberikan informasi kepada instansi pemerintah terkait mengenai batas waktu penyusunan peraturan pelaksanaan amanat dari Undang-Undang di bidang Sistem Administrasi Negara dan Hukum Administrasi Negara. Output kegiatan ini adalah tersedianya rancangan desain Early Warning System Amanat Regulasi di bidang Sistem Administrasi Negara dan Hukum Administrasi Negara. Halaman depan desain early warning 15

23 Roadmap Inovasi Early Warning System B. Daerah Sadar Hukum Administrasi Negara Perubahan kebijakan dalam bidang Sistem dan Hukum Administrasi Negara (SHAN), khususnya di level Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah, membawa dampak mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan. Atas dasar itu, perlu adanya bimbingan teknis (Bimtek) kepada daerah terpilih terkait perubahan kebijakan dan penyampaian metode untuk mengimplementasikannya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Selanjutnya, untuk memonitor hasil bimtek tersebut, diperlukan adanya komitmen dari pihak Pemda untuk menerapkannya dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan di daerah (quality insurance). Tujuan kegiatan ini adalah memberikan panduan kepada Aparatur Pemda agar dapat memahami dan mengimplementasikan perubahan kebijakan dalam bidang Sistem Administrasi Negara dan Hukum Administrasi Negara serta membangun jejaring kerja stratejik dengan pihak aparatur Pemda. 16

24 Proyek Inovasi PKSHAN - Daerah Sadar Hukum Administrasi Negara di Lebak - Banten Proyek Inovasi PKSHAN - Daerah Sadar Hukum Administrasi Negara di Karawang Roadmap Inovasi Daerah Daerah Sadar HAN C. Survey Kebutuhan Day Care di LAN Fasilitas daycare di perkantoran menjadi harapan para orang tua karena anak tetap senang saat ditinggalkan bekerja dan perusahaan pun mendapatkan keuntungan karena karyawan bisa meredakan kekhawatiran saat meninggalkan anaknya untuk bekerja. Dengan adanya daycare orang tua dapat lebih tenang dan produktif bekerja. Keberadaan daycare diseputar wilayah Gambir dan Pejompongan masih terbatas keberadaan serta kuotanya tidak dapat menampung banyak anak. Saat ini daycare di wilayah perkantoran sangat dibutuhkan, terlebih hal ini telah diamanatkan 17

25 dalam Peraturan Menteri Pmberdayaaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 5 Tahun 2015 tentang Urgensi Penyediaan Sarana Kerja yang Responsif Gender dan Peduli Anak Ditempat Kerja. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, mengeluarkan peraturan baru yang strategis dan harus diterapkan oleh instansi pemerintah maupun swasta untuk menyediakan tempat penitipan anak dan Ruang khusus ASI. Berdasarkan hal tersebut, Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara akan melakukan survey kebutuhan day care bagi pegawai LAN. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui informasi terkait pendirian dan pengelolaan day care serta kebutuhan day care bagi para pegawai LAN. Benchmark ke Kementerian Sekretariat Negara Roadmap Inovasi Survey Kebutuhan Daycare 18

26 III. POLICY BRIEF A. Meningkatkan Gotong Royong dan Kemitraan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional Lembaga Administrasi Negara mengusulkan beberapa rekomendasi dari pendekatan kemitraan maupun pendekatan operasional, sebagai berikut. Dari pendekatan kemitraan 1. Kesetaraan dan keadilan (equally dan equity). Rekomendasi ke depan adalah : - Adanya kesempatan yang lebih luas untuk bagi setiap pihak dalam menyampaikan aspirasi dan pendapat - Adanya kesempatan yang sama bagi faskes untuk memilih dan membangun konsensus dengan pemerintah dan bpjs dalam pelaksanaan kebijakan JKN B. Keterbukaan (Opennes) Rekomendasi ke depan adalah perlu dibangunnya akses informasi yang yang siap, mudah dijangkau, bebas diperoleh, dan tepat waktu antara pemerintah-bpjs kesehatan- faskes. C. Kemanfaatan Bersama (Mutual Benefit) Rekomendasi ke depan adalah - Perlu adanya Visi dan Strategi yang jelas dan mapan dalam pelaksanaan kerjasama pemberian JKN dengan menjaga kepastian hukum - Adanya adanya kebijakan timbal balik manfaat antara dan bagi pemerintahbpjs-faskes dalam kerjasama pemberian JKN. D. Tanggung Jawab (Responsibility) Rekomendasi ke depan adalah : - Adanya kejelasan pembagian tugas dan wewenang antara Pemerintah-BPJS- Faskes - Tersedianya mekanisme prosedur pengaduan permasalahan kerjasama antara pemerintah bpjs-faskes - Adanya tindak lanjut yang cepat dari laporan pengaduan permasalahan kerjasama - Adanya kesesuaian antara pelaksanaan kerjasama dengan standar prosedur pelaksanaan. - Adanya kepastian dan penegakan hukum setiap pelanggaran hukum - Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan Dari Pendekatan Operasional 1. Aspek kebijakan Memperkuat kewenangan Kemenkes (sebagai pembantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan) untuk mengatur pengelolaan penyelenggaraan program JKN yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan menerbitkan Inpres yang mengatur hubungan kerja antara Kemenkes, DJSN dan BPJS Kesehatan. 2. Aspek Pengelolaan Dana Jaminan Sosial Kesehatan - Mengembangkan mekanisme penghimpunan iuran Dana Jaminan Sosial Kesehatan yang dapat memaksa peserta BPJS Kesehatan membayar iuran secara rutin. 19

27 - Meskipun penyelenggaraan BPJS berdasarkan asas gotong royong namun selain adanya klasifikasi pembayar iuran dana BPJS perlu dipertimbangkan untuk membuat klasifikasi pengguna dana BPJS berdasarkan kelompok peserta yaitu penerima bantuan iuran, pekerja penerima upah, pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja. 3. Aspek Pelayanan - Mengembangkan sistem rujukan terintegrasi yang secara otomatis mengarahkan pasien dari faskes pratama untuk dirujuk ke faskes lanjutan (rumah sakit) yang sesuai. Dalam sistem yang dikembangkan ini data pasien (peserta BPJS) yang akan dirujuk hanya dapat diinput difaskes pratama. Dengan demikian peserta pasien (peserta BPJS) harus terlebih dahulu datang ke faskes pertama untuk mendapatkan layanan jaminan kesehatan nasional, kecuali untuk hal-hal yang bersifat kecelakaan dan gawat darurat. - Mengembangkan sistem informasi layanan rujukan yang terintegrasi pada faskes tingkat lanjutan, yang dapat diakses oleh faskes pratama. - Meningkatkan layanan preventif kesehatan dengan mewajibkan faskes pratama melakukan penyuluhan kesehatan kepada peserta yang terdaftar dilingkup faskes tersebut. Misalnya penyuluhan bulanan, dokter keliling, dan lainnya. B. Utilasi DISKRESI Untuk Akselerasi Pembangunan dan Pelayanan Publik Berdasarkan hasil kajian awal serta merujuk pada masukan para narasumber dalam seminar nasional, maka rekomendasi stratejik yang ditawarkan oleh Tim Kajian PKSHAN adalah : - Operasionalisasi diskresi perlu diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah yang bersifat mandiri, karena tidak ada amanat langsung dalam UU AP untuk ditindaklanjuti dalam Peraturan Pemerintah. Dalam Peraturan dimaksud diatur pula mengenai siapa pejabat yang bisa melakukan diskresi serta lembaga yang dapat memberikan advokasi terkait keterpenuhan syarat; - Pada masa transisi, bisa dioptimalkan fungsi Tim Pengawalan, Pengamanan Pemerintahan dan Pembangunan Pusat (TP4P) dan Daerah (TP4D) yang dibentuk oleh Kejaksaan Agung, sebagai lembaga yang dapat memberikan konsultasi dan advokasi bagi aparatur pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk mengambil diskresi; - Perlu dilakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan APH, terkait penegakan hukum atas UU AP agar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilakukan dalam forum Mahkumjakpol dengan output adalah kesepakatan bersama. Tindaklanjut atas kesepakatan tersebut, Presiden dapat menunjuk Menkopolhukam sebagai koordinator monitoring implementasinya. 20

28 - Dalam rangka menegakkan UU AP, Presiden dapat menginstruksikan kepada Kejaksaan Agung, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan BPKP --- institusi di ranah eksekutif ---, utk melakukan legal audit terkait kasus-kasus tindak pidana (pidana umum maupun korupsi), yang menjerat pejabat atau mantan pejabat yang sekarang sedang ditangani di tahap penyelidikan maupun penyidikan. Apakah perkara-perkara tersebut masuk ranah Administrasi Pemerintahan atau pidana umum atau Tipikor? jika memenuhi persyaratan norma dalam UU AP, maka wajib hukumnya bagi Presiden meminta Kepolisian maupun Kejaksaan agar menyesuaikan dan mentransfer yurisdiksinya ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Hal ini sesuai dengan Pasal Peralihan UU AP yang pada hakekatnya menyatakan untuk perkara-perkara dalam ranah AP, meskipun sdh didaftarkan di Peradilan Umum, tapi belum masuk pemeriksaan perkara --- logikanya apalagi masih tahap penyelidikan atau penyidikan ---, harus dialihkan penanganannya ke PTUN (bukan Pengadilan Negeri atau Seminar Nasional Utilasi Diskresi Pengadilan Tipikor). C. Pertimbangan Penggunaan Diskresi Untuk Peningkatan Pelayanan Masyarakat dan Percepatan Pembangunan Berdasarkan syarat-syarat sahnya keputusan diskresi, maka berikut hal-hal yang harus dilakukan pejabat pemerintahan apabila akan membuat diskresi untuk peningkatan pelayanan Masyarakat dan percepatan pembangunan. 1. Untuk memenuhi syarat empiris, calon pengambil keputusan diskresi harus menilai apakah situasinya memang tepat? Dan apakah fakta telah didukung data/informasi yang benar. 2. Untuk memenuhi syarat yuridis, calon pengambil keputusan diskresi harus melakukan penelaahan peraturan perundang-undangan yang ada secara bertahap, untuk memastikan apakah peraturannya tidak ada? Apakah peraturannya tidak lengkap? Apakah peraturan tidak jelas? Serta apakah peraturannya memberi pilihan? 3. Untuk memenuhi syarat materiil, calon pengambil keputusan diskresi harus memastikan bahwa produk atau keputusan diskresi tersebut : - memenuhi unsur yuridis, nilai-nilai moral dan kearifan; - memperhatikan rambu/batas aturan hukum; - tidak dimuati kepentingan pribadi; 21

29 - terukur/seimbang antara tindakan dan berat ringannya kesalahan; - dapat dipertanggungjawabkan secara moral, asas-asas umum pemerintahan yang baik, dan hukum di kemudian hari; - mengutamakan keadilan, kesejahteraan dan kepentingan umum; - tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia, ketertiban umum dan kesusilaan; - memperhatikan batas kewenangan pengambil diskresi dan kepentingan/kewenangan pemerintah lainnya; - mempersiapkan kompensasi pada pihak-pihak yang mungkin akan dirugikan. D. Penguatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pasca UU Administrasi Pemerintahan Berdasarkan hasil kajian serta pembahasan para Narasumber, Lembaga Administrasi Negara (LAN) cq. Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara (PKSHAN) merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut untuk memperkuat kedudukan dan peran APIP pasca pemberlakukan UU AP. 1. Perlu dilakukan harmonisasi regulasi pasca diberlakukannya UU AP yang diperkuat dengan UU Pemda. Khususnya revisi terhadap PP No. 60 Tahun 2008 dan PP No. 79 Tahun 2005, terkait dengan pengertian dan identifikasi APIP serta mekanisme kerja APIP di tingkat nasional yang harus sinergi dengan APIP di tingkat lokal; 2. Masih terkait dengan aspek kebijakan, dalam rencana pembentukan UU tentang Sistem Pengawasan, perlu kiranya dikuat dan dipertegas kedudukan APIP sebagaimana dimaksud dalam UU AP dan UU Pemda. Diharapkan pembentukan UU tentang Sistem Pengawasan menjadi solusi atas problem disharmonisasi regulasi terkait APIP tersebut; 3. APIP perlu diperkuat struktur dan personalianya untuk memahami unsur melawan hukum perdata, administrasi negara, dan pidana serta penyelesaiannya menurut sistem hukum dan peraturan perundang-undangan. Untuk itu, Lembaga Administrasi Negara sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam bidang pengkajian serta pendidikan dan pelatihan (Diklat) ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, perlu menyusun Diklat Teknis bagi Auditor berkoordinasi dengan BPKP dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam Diklat dimaksud, peserta akan dibekali kompetensi-kompetensi teknis di bidang hukum, keuangan negara, investigatif dan tentu saja bidang auditif; 22

30 4. Perlu dibangun mekanisme kerja (SOP) yang sinergis antara APIP sebagai internal auditor dengan BPK selaku eksternal auditor dan lembaga penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan dan KPK); 5. Secara kelembagaan, APIP berkedudukan di internal instansi pemerintahan, namun secara fungsional pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan oleh BPKP; dan 6. Terkait dengan upaya pencegahan korupsi, APIP secara intensif melakukan berbagai upaya pencegahan, diantaranya melalui Program Pelaporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Program Pengendalian Gratifikasi di instansi masing-masing. Rekomendasi penguatan APIP secara kelembagaan maupun SDM Aparatur, sebagaimana diuraikan di atas, akan lebih kuat jika diatur dalam Peraturan Pemerintah sebagai bentuk pelaksanaan UU AP sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan Pasal 8 UU 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. E. Mewujudkan Birokrasi Bebas Pungli Sebagai Hakikat Agenda Reformasi Birokrasi Rekomendasi stratejik dan sistemik untuk memberantas pungli di birokrasi adalah sebagai berikut: 1. Penyederhanaan jenis dan prosedur pelayanan. Tiap instansi pemerintah mereview jenis pelayanan, menyederhanakan prosedur pelayanan serta berorientasi pada pelayanan publik secara online. 23

31 2. Perlu dipertimbangkan diskriminasi positif atau mekanisme fast track untuk pelayanan publik yang bersifat komersil. 3. Memasukkan pencegahan dan pemberantasan pungli sebagai bagian kontrak integritas pejabat. Jika terjadi pungli, pejabat dimaksud langsung dapat dikenakan sanksi tegas dan mekanisme yang lebih cepat. Hal ini penting agar sanksi dikenakan mempunyai dasar hukum dan tidak dianggap bertentangan dengan PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. 4. Penguatan Kapasitas SDM APIP dalam rangka pencegahan dan pemberantasan pungli. Untuk itu, SDM APIP perlu dibekali kompetensi investigatif (surveilance, informan handling dan under cover). CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA Indikator Target Capaian Jumlah rekomendasi kebijakan di bidang sistem administrasi negara dan hukum administrasi negara yang menjadi wacana publik Jumlah policy brief di bidang sistem dan hukum administrasi negara yang menjadi wacana publik KEMITRAAN 1. Audiensi dengan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia 2. Audiensi dengan Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Kementerian Hukum dan HAM RI 3. Legal Drafting bersama Kementerian Perhubungan 4. Penyusunan pedoman dan pelatihan Daerah sadar hukum administrasi negara dengan Pemerintah Kabupaten Lebak 5. Penyusunan pedoman dan pelatihan Daerah sadar hukum administrasi negara dengan Pemerintah Kota Karawang 6. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 24

32 2016 EXPERTORY

33 EXPERTORY PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA NO N A M A PROFESI/INSTANSI KEPAKARAN MATERI YANG PERNAH DISAJIKAN PROF. DR. SALDI ISRA, S.H., M.PA. PROF. DENNY INDRAYANA, S.H., LL.M., Ph.D. PROF. DR. GUNTUR HAMZAH, S.H., M.H. GURU BESAR HUKUM TATA NEGARA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG GURU BESAR HUKUM TATA NEGARA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA GURU BESAR HUKUM ADMINISTRASI UNIVERSITAS HASANUDIN MAKASSAR & SEKRETARIS JENDERAL MAHKAMAH KONSTITUSI HUKUM TATA NEGARA ILMU PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN PEMILIHAN UMUM ANTI KORUPSI KELEMBAGAAN NEGARA HUKUM TATA NEGARA ILMU PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN ANTI KORUPSI KELEMBAGAAN NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ILMU ADMINISTRASI STRATEGI IMPLEMENTASI UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN STRATEGI IMPLEMENTASI UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KEGIATAN DI BIDANG SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN 25

34 NO N A M A PROFESI/INSTANSI KEPAKARAN MATERI YANG PERNAH DISAJIKAN PROF. DR. ASEP WARLAN, S.H., M.H. PROF. DR. H. NANDANG ALAMSAH DELIARNOOR, SH., M.HUM PROF. DR. EKO PRASOJO MAG. RER. PUBL. PROF. DR. YOS JOHAN UTAMA, S.H., M.HUM. GURU BESAR HTN UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN BANDUNG GURU BESAR ILMU HUKUM TATA PEMERINTAHAN PADA PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK (FISIP) UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG GURU BESAR DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI FISIP UI REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ILMU ADMINISTRASI ILMU PEMERINTAHAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN IMPLEMENTASI UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN IMPLEMENTASI UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PENGUATAN PERAN APIP 26

35 NO N A M A PROFESI/INSTANSI KEPAKARAN MATERI YANG PERNAH DISAJIKAN DR. REFLY HARUN, S.H., M.H., LL.M. DR. ZAINAL ARIFIN MOCHTAR, S.H., GANJAR LAKSAMANA BONDAN, S.H, M.H ARIEF ZULKIFLI ARIFIN ASYDHAD DR. Dr. TB. RACHMAT SENTIKA, Sp.A., MARS. PAKAR HUKUM TATA NEGARA DOSEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA DOSEN HUKUM PIDANA UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA PEMIMPIN REDAKSI KORAN TEMPO MANTAN PEMIMPIN REDAKSI DETIK.COM KETUA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL HUKUM TATA NEGARA PEMILU ANTIKORUPSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ANTIKORUPSI HUKUM PIDANA ANTIKORUPSI JURNALISM MEDIA JURNALISM MEDIA KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL BPJS IMPLEMENTASI UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DISKRESI ATAU KORUPSI? PUNGLI DI BIROKRASI IMPLEMENTASI UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PENGUATAN PERAN APIP DIKRESI ATAU KORUPSI TEKNIK PENULISAN MEDIA CETAK TEKNIK PENULISAN MEDIA ONLINE MEMBANGUN TRIPLE PARTNERSHIP ANTARA PEMERINTAH, BPJS DAN FASILITAS KESEHATAN MENUJU PENINGKATAN PELAYANAN KUALITAS PELAYANAN JKN 27

36 NO N A M A PROFESI/INSTANSI KEPAKARAN MATERI YANG PERNAH DISAJIKAN ALVIN LIE, M.Sc. ANGGOTA OMBUDSMAN KONSULTAN HUBUNGAN KEPARLEMENAN PENGAMAT PENERBANGAN Dr. DIAN PUJI N. SIMATUPANG, S.H., M.H. RODHIAL HUDA SURIA NINGSIH, S.H., M.Hum. ARMANSYAH, S.H., M.H. DOSEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS INDONESIA PENGUSAHA BIDANG PERIKANAN LAUT KETUA DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEKTOR KEPALA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA KEUANGAN NEGARA KEMARITIMAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM TATA NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM TATA NEGARA MEMBANGUN TRIPLE PARTNERSHIP ANTARA PEMERINTAH, BPJS DAN FASILITAS KESEHATAN MENUJU PENINGKATAN PELAYANAN KUALITAS PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PENGUATAN PERAN APIP IMPLEMENTASI TOL LAUT IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PENGUATAN PERAN APIP IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PENGUATAN PERAN APIP 28

37 NO N A M A PROFESI/INSTANSI KEPAKARAN MATERI YANG PERNAH DISAJIKAN DR. SRI WINARSI, S.H., M.H. PROF. Dr. Ir. BUDIMAWAN, DEA PROF. Dr. MUHAMMAD AKIB, S.H., M.Hum. Dr. SUPARTO WIJOYO ASEP RAHMAT FAJAR, SH, MH WAKIL DIREKTUR II BIDANG UMUM & KEUANGAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA KEPALA PUSLITBANG LAUT PESISIR DI PULAU- PULAU KECIL, UNIVERSITAS HASANUDDIN DOSEN WAKIL DIREKTUR I PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG KOORDINATOR PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS HUKUM & PEMBANGUNAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA TENAGA AHLI UTAMA KEDEPUTIAN KAJIAN DAN PENGELOLAAN ISU-ISU POLHUKKAM STRATEGIS PADA KANTOR STAF PRESIDEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM TATA NEGARA KEMARITIMAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM TATA NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM TATA NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM TATA NEGARA IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PENGUATAN PERAN APIP IMPLEMENTASI TOL LAUT IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MEWUJUDKAN BIROKRASI BEBAS PUNGLI SEBAGAI HAKIKAT AGENDA REFORMASI BIROKRASI 29

38 NO N A M A PROFESI/INSTANSI KEPAKARAN MATERI YANG PERNAH DISAJIKAN 24 EMERSON YUNTHO, SH KOORDINATOR DIVISI MONITORING HUKUM DAN PERADILAN INDONESIA CORRUPTION WATCH (ICW) HUKUM PIDANA ANTIKORUPSI MEWUJUDKAN BIROKRASI BEBAS PUNGLI SEBAGAI HAKIKAT AGENDA REFORMASI BIROKRASI 25 AGUS SUNARYANTO WAKIL KOORDINATOR INDONESIA CORRUPTION WATCH (ICW) HUKUM PIDANA ANTIKORUPSI MEWUJUDKAN BIROKRASI BEBAS PUNGLI SEBAGAI HAKIKAT AGENDA REFORMASI BIROKRASI 26 JOHANIS TANAK, SH, MH DIREKTUR TATA USAHA NEGARA (TUN) HUKUM TATA NEGARA IMPLEMENTASI DISKRESI BERDASARKAN UU NO. 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN 30

39 2016 STATISTIK

40 STATISTIK I. DEMOGRAFI SDM PKSANHAN Berdasarkan Strata Pendidikan S1 S2 Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Berdasarkan Jabatan JPT Pratama Jbt. Administrator Jbt. Fungsional Pelaksana 31

41 No. Nama Jabatan Bidang Kompetensi Pendidikan 1. Tri Saksono, S.H., MPd Kepala Pusat Hukum Administrasi Negara S2 2. Tri Atmojo Sejati, S.T., S.H., M.Si Kepala Bagian Administrasi HAN/HTN S2 3. Antun Nastri Sidik, SIP, M.Si Peneliti Muda Administrasi Negara/ Pemerintahan S2 4. Zulfarida, S.H Peneliti Muda Hukum Administrasi Negara S1 5. Dian Eka Rahayu Sawitri, SH, MH Peneliti Pertama Hukum Administrasi Negara S2 6. Reagant Dwi Putra, S.H. Pengelola Data dan Informasi Hasil Kajian Hukum Administrasi Negara S1 7. Fachrizal, SE Pengelola Kajian Ekonomi Pembangunan S1 8. Eko Nurwajito, S.AP Pengadministrasi Tata Usaha Administrasi Perkantoran S1 9. Niken Hapsari, S.Sos Pengelola Kajian Komunikasi S1 II. PRODUK PKSANHAN Kajian Isu-Isu Strategis Policy Brief 32

42 III. Peraturan Perundangan di Indonesia Dari Tahun 2015 Undang-Undang (UU) Tahun Jumlah Data UU di Indonesia (Sumber : peraturan.go.id) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ( Perpu) Tahun Jumlah ,8 0,6 0,4 0, Data Perpu di Indonesia (Sumber : peraturan.go.id) Peraturan Pemerintah (PP) Tahun Jumlah Data PP di Indonesia (Sumber : peraturan.go.id) 33

43 Peraturan Presiden (Perpres) Tahun Jumlah Data Perpres di Indonesia (Sumber : peraturan.go.id) IV. DATA KINERJA Pagu Anggaran Nama Kegiatan Kajian Rp ,- Rp ,- Kajian Isu-Isu Strategis Rp ,- Rp ,- Realisasi Anggaran Nama Kegiatan ( Rp.) (%) ( Rp.) (%) Kajian , ,37 Kajian Isu-Isu Strategis , ,74 34

44 DAFTAR TABEL TABEL Capaian Indikator Kinerja Utama Hal 24 Expertory Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara 25 Demografi SDM PKSANHAN 32 Peraturan Perundangan di Indonesia Dari Tahun Pagu Anggaran 34 Realisasi Anggaran 34 35

45 DAFTAR GRAFIK GRAFIK Data ICW, Sektor Yang Menjadi Ranah Pungli Paling Banyak Dilaporkan Tahun Hal Demografi SDM PKSANHAN 32 Produk PKSANHAN 32 Peraturan Perundangan di Indonesia Dari Tahun

46

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA POLICY BRIEF PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Penguatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Pasca UU Administrasi Pemerintahan LATAR BELAKANG Disahkannya UU No.

Lebih terperinci

Tri Atmojo Sejati. Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara Deputi Bidang Kajian Kebijakan Lembaga Administrasi Negara

Tri Atmojo Sejati. Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara Deputi Bidang Kajian Kebijakan Lembaga Administrasi Negara Tri Atmojo Sejati Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara Deputi Bidang Kajian Kebijakan Lembaga Administrasi Negara ADA 2 REGULASI PENTING DALAM REFORMASI BIROKRASI, YAKNI UU NO. 5 TAHUN 2014

Lebih terperinci

Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara mencanangkan visi :

Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara mencanangkan visi : COMPANY PROFILE Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara mencanangkan visi : Pusat Terpercaya dalam Kajian Sistem Administrasi Negara dan Hukum Administrasi Negara Misi yang akan dilaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110 Telp. (021) 3864634 ext. 117-120 Fax.

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

Kajian ISU-ISU STRATEGIS DI BIDANG SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Kajian ISU-ISU STRATEGIS DI BIDANG SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Kajian ISU-ISU STRATEGIS DI BIDANG SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DEPUTI BIDANG KAJIAN KEBIJAKAN PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA JAKARTA, 2015 Kajian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL I. UMUM Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral sebagai penyelenggara

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG 1 of 17 8/18/2012 9:24 AM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL I. UMUM Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Tim Pokja Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

-2- pembangunan nasional di pusat maupun di daerah sebagaimana penjabaran dari Nawa Cita demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepr

-2- pembangunan nasional di pusat maupun di daerah sebagaimana penjabaran dari Nawa Cita demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepr No.1831, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN. T4P. Mekanisme Kerja Teknis. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 014/A/JA/11/2016 TENTANG MEKANISME KERJA TEKNIS DAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Nomor : Nomor : TENTANG KERJA SAMA DALAM PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM INTERNAL AUDIT (INTERNAL AUDIT CHARTER) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan. No.16, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR

Lebih terperinci

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA A. Pendahuluan Alasan/pertimbangan penggantian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian

Lebih terperinci

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017 TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 217 LATAR BELAKANG 1. Informasi penanganan kasus korupsi yang ditangani oleh aparat penegak hukum tidak dipublikasi secara transparan, khususnya Kepolisian dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.571, 2015 OMBUDSMAN. Tata Kerja. Susunan Organisasi. Pecabutan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016 Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016 REFORMASI SISTEM PENEGAKAN HUKUM DAN PELAYANAN PUBIK YANG TRANSPARAN DAN AKUNTABEL Jakarta, 23 November

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia, perlu

Lebih terperinci

SABER PUNGLI. di lingkungan Kemendikbud. Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

SABER PUNGLI. di lingkungan Kemendikbud. Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia SABER PUNGLI di lingkungan Kemendikbud Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Apa pungutan pendidikan itu boleh? MARAKNYA OTT KASUS PUNGLI DI SEKOLAHRINGKASAN BERITA

Lebih terperinci

MEKANISME KOORDINASI PENINDAKAN TINDAK PIDANA KORUPSI

MEKANISME KOORDINASI PENINDAKAN TINDAK PIDANA KORUPSI MEKANISME KOORDINASI PENINDAKAN TINDAK PIDANA KORUPSI Badan Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia oleh : BRIGJEN POL Dr. Akhmad Wiyagus Msi, M.M Dir TIPIDKOR BARESKRIM POLRI TANNAS GLOBAL BANGNAS

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 No.1879, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. LHKPN. LHKASN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.817, 2012 PPATK. Organisasi. Tata Kerja. PPATK. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR PER-07/1.01/PPATK/08/12 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

POLICY BRIEF NO. 005/DKK.PB/2017

POLICY BRIEF NO. 005/DKK.PB/2017 POLICY BRIEF NO. 005/DKK.PB/017 Upaya Percepatan Pengarusutamaan Gender di Birokrasi Pendahuluan Istilah gender yang berasal dari bahasa Inggris tidak merujuk kepada jenis kelamin tertentu (laki-laki atau

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENANGANAN PENGADUAN (WHISTLEBLOWER SYSTEM) TINDAK PIDANA KORUPSI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

Kajian ISU-ISU STRATEGIS. di Bidang Sistem dan Hukum Administrasi Negara

Kajian ISU-ISU STRATEGIS. di Bidang Sistem dan Hukum Administrasi Negara Kajian ISU-ISU STRATEGIS di Bidang Sistem dan Hukum Administrasi Negara Isu I : Meningkatkan Kemitraan antara Pemerintah, BPJS Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan menuju Peningkatan Kualitas Pelayanan Jaminan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com) Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Abstrak Dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 23

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

HASIL PERTEMUAN BERKALA. Jawa Timur dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

HASIL PERTEMUAN BERKALA. Jawa Timur dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik HASIL PERTEMUAN BERKALA Pertemuan Berkala Kegiatan Dokumentasi dan Informasi Hukum ini merupakan pertemuan yang ke XXIII, diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PENGADUAN DI LINGKUNGAN BADAN

Lebih terperinci

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS - 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS A. KEMAJUAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sebagai langkah strategis,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA, SALINAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2016 BPKP. Pengaduan. Penanganan. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.584, 2015 OMBUDSMAN. Whistleblowing System. Pelanggaran. Penanganan. Pelaporan. Sistem. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PELAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. politik dan kekuasaan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. politik dan kekuasaan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah terjadi perubahan yang mendasar salah satunya Pasal 23 ayat (5) yang mengatur kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari semangat reformasi birokrasi adalah dengan melakukan penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sehubungan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sehubungan dengan perkembangan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07PRT/M/2017 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik Pengantar Sejak 2015, pemerintah melalui amanat UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa mengalokasikan anggaran nasional untuk desa

Lebih terperinci

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta

2017, No di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tenta No.43, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. PPNPN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme No.839, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPP-PA. LHKPN. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

Indonesia Corruption Watch. Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode

Indonesia Corruption Watch. Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode Indonesia Corruption Watch 100 HARI MEMBERANTAS KORUPSI Usulan Kerja Antikorupsi 100 hari Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2014-2019 Jakarta, 19 Agustus 2014 1 0 0 H a r i M

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan No.1280, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. LHKPN. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA, TATA CARA PENGANGKATAN, PENGGANTIAN, DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.104, 2014 KESRA. Dewan Jaminan Sosial Nasional. Susunan Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI

Lebih terperinci

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERAN DAN DUKUNGAN KEJAKSAAN RI TERHADAP PRIORITAS RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) TAHUN ANGGARAN 2018 Disampaikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENYAMPAIAN LAPORAN HARTA

Lebih terperinci

2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat

2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat No.943, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Penyampaian LHKPN. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYAMPAIAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR RI TERHADAP CALON PIMPINAN KPK ------------------------------------- (BIDANG HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang- Undang

Lebih terperinci

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se No.547, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07/PRT/M/2017 TENTANG KODE ETIK DAN KODE

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat :

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat : No.1268, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-MARITIMAN. LHKPN. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

KEDUDUKAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM MENDORONG PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

KEDUDUKAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM MENDORONG PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI KEDUDUKAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM MENDORONG PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI POKOK-POKOK BAHASAN 2 1 REFORMASI BIROKRASI 2 KEDUDUKAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN 3 GAGASAN PENTING UU ADMINISTRASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN Pengantar Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan dilakukan sejak tahun 2014. Pada tahun 2016 diperkirakan terdapat 9.767 puskesmas dan

Lebih terperinci

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci