BAB I PENDAHULUAN. yang cantik, sehingga banyak sekali upaya yang mereka lakukan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. yang cantik, sehingga banyak sekali upaya yang mereka lakukan untuk"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keinginan perempuan untuk mempercantik diri seringkali mendominasi isi kepala perempuan. Mereka yang terlalu mengagungkan sisi kecantikan lahiriah perempuan menyebabkan perempuan menjadi sangat terobsesi pada penampilan yang cantik, sehingga banyak sekali upaya yang mereka lakukan untuk mempercantik diri. Berbagai macam jasa dan produk yang menawarkan perawatan kecantikan semakin menjamur di daerah perkotaan. Di era himpitan ekonomi seperti sekarang ini urusan untuk tampil cantik secara fisik tidak kunjung surut, bahkan nampaknya semakin meningkat meskipun harus mengeluarkan biaya lebih. Masyarakat modern cenderung di tuntut untuk bersolek diri. Untuk tampil dalam kehidupan sehari-hari seperti pergi ke kampus, pusat-pusat perbelanjaan, tempat makan, dan tempat-tempat bersosialisasi lainnya, masyarakat perlu memperhatikan penampilan. Dalam istilah Chaney, hal seperti itu disebut masyarakat pesolek (Chaney, 2004: 16). Wanita cantik perlu didukung oleh fisik yang menarik seperti bertubuh ramping dan berkulit putih. Implikasinya, para perempuan terus berusaha memperbaiki penampilannya agar semakin cantik. Kebudayaan modern cenderung melihat kecantikan fisik sebagai simbol untuk membangun citra diri di dalam ruang publik. Jika merujuk pada stigma 1

2 cantik yang berkembang sekarang ini, dapat dikatakan bahwa ada standar atau ukuran kecantikan yang menjadi patokan bagi perempuan untuk mendapatkan penghargaan melalui penilaian dari orang-orang di sekitarnya. Adanya wacana tentang bagaimana perempuan cantik menyebabkan banyak perempuan berusaha untuk membuat dirinya cantik menurut standar yang berlaku di masyarakat. Konsep perawatan tubuh untuk perempuan bukanlah hal yang baru, namun konsep ini semakin kompleks ketika memasuki era modern. Untuk membujuk masyarakat industri kecantikan menggunakan perempuan-perempuan cantik sebagai model promosinya. Salah satu contohnya adalah dengan caramenampilkan baliho produk kecantikan di jalan yang mampu menarik perhatian setiap orang yang melintasi jalan tersebut. Hal seperti itu lama-kelamaan menjadi suatu bentuk konstruksi sosial yang menumbuhkan kesadaran pentingnya merawat kecantikan menggunakan produk tersebut. Keinginan untuk selalu tampil cantik juga terjadi pada mahasiswi Yogyakarta. Disela-sela kegiatan menuntut ilmu dan memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan perkuliahan, para mahasiswi masih sempat memikirkan penampilan agar terlihat menarik didepan orang lain. Salah satu usaha yang dilakukan oleh mahasiswi dalam mempercantik wajah adalah dengan menggunakan perawatan dari klinik kecantikan. Klinik kecantikan adalah pusat perawatan kecantikan yang menggunakan sistem medis modern di mana perempuan bisa mempercayakan perawatan kulit agar lebih terawat, segar, dan menjadikan perempuan terlihat lebih cantik. 2

3 Salah satu klinik kecantikan yang ada di Yogyakarta adalah klinik kecantikan NaavaGreen. Di tengah-tengah maraknya bombardir industri kecantikan terhadap konsep cantik yang homogen, Naavagreen menawarkan konsep yang berbeda dengan klinik-klinik kecantikan lain. Konsep kecantikan yang ditawarkan oleh NaavaGreen adalah kecantikan yang alami karena klinik kecantikan Naavagreen menggunakan bahan-bahan botanical alami pada setiap produknya. Perawatan diawasi oleh dokter dan harga yang diberikan oleh Naavagreen terjangkau. Naavagreen juga ditunjang tempat yang nyaman dan fasilitas yang maksimal. Konsep cantik yang berbeda dari klinik kecantikan lainnya membuat klinik kecantikan NaavaGreen menjadi pilihan mahasiswi sebagai media untuk mempercantik wajah. Dalam pelayanan, Navaagreen secara profesional mampu mengatasi masalah wajah seperti komedo, jerawat, kusam, flek, kulit sensitif, keriput, penuaan dini, dan lain-lain. 1 Mempercantik wajah dengan menggunakan produk dan perawatan dari klinik kecantikan merupakan fenomena yang sekarang ini sedang digandrungi oleh mahasiswi. Kecantikan fisik menjadi salah satu bagian penting yang harus dimiliki oleh seorang perempuan. Berbagai usaha dilakukan untuk menutupi dan memperbaiki kekurangan yang nampak dari fisik. Salah satunya adalah dengan melakukan perawatan kecantikan di klinik kecantikan NaavaGreen agar kulit wajah tampak cantik alami dengan kondisi wajah yang lebih bersih dan lebih cerah. 1 Anonim, Naavagreen Natural Skincare, 14/10/2013 3

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui: 1. Bagaimana pemaknaan cantik di kalangan mahasiswi. 2. Bagaimana alasan mahasiswi dalam menentukan klinik kecantikan NaavaGreen sebagai media untuk mempercantik wajah C. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami makna cantik di kalangan mahasiswi yang menggunakan perawatan di klinik kecantikan Naavagreen 2. Mengetahui dan mendeskripsikan alasan mahasiswi memilih klinik kecantikan NaavaGreen sebagai media untuk mempercantik wajah. D. Manfaat Bagi kepentingan akademis, diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan sumbangan pada kajian-kajian kecantikan dan implikasinya secara sosiologis sehingga bisa memberikan wawasan untuk penelitian-penelitian berikutnya. Selain itu, secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi para perempuan dalam memanfaatkan kecantikan sendiri ke arah yang positif. 4

5 E. Tinjauan Pustaka Penelitian yang mengangkat tema perempuan dan kecantikan telah banyak dilakukan. Dari beberapa penelitian terdahulu, salah satunya adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Indriana. Dalam skripsinya, Indriana meneliti tentang perempuan dan perilaku konsumtif terhadap produk kecantikan di London Beauty Centre (LBC). Dari hasil penelitiannya, Indriana mengemukakan bahwa klinik kecantikan merupakan sarana perawatan kecantikan kulit yang memiliki keunggulan dalam penggunaan alat-alat modern. Selain itu, penanganan juga didasarkan atas rekomendasi dari dokter spesialis kulit sehingga hal tersebut membuat mahasiswi merasa aman dan percaya menggunakan perawatan kecantikan di klinik kecantikan LBC.Kehadiran klinik kecantikan dipandang positif oleh mahasiswi karena klinik kecantikan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kecantikan kulit. Indriana mengatakan bahwa mahasiswi telah tertipu daya untuk mengkonsumsi terus menerus, mereka tidak menyadari jika atas pengkonsumsiannya terhadap produk kecantikan menjadikan mereka telah berperilaku konsumtif. 2 Selain Indriana, Veranantika juga melakukan penelitian yang mengatakan bahwa kecantikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan perempuan. Veranantika meneliti tindakan perempuan yang mengkonsumsi produk-produk pemutih kulit. 2 Indriana T.A., Perempuan dan Perilaku Konsumtif: Studi Mengenai Perilaku Konsumtif Mahasiswi Terhadap Strategi Pemasaran Klinik Kecantikan di London Beauty Centre, Skripsi, 2010, hlm

6 Hasil dari penelitiannya adalah bahwa kecantikan merupakan simbol dari perilaku manusia yang diidealkan, dimana masyarakat ikut menanamkan nilai kecantikan di masyarakat. Perempuan dituntut untuk selalu terlihat ideal sesuai standar yang berlaku di masyarakat. Standar itulah yang kemudian menyebabkan perempuan modern banyak mengkonsumsi krim pemutih. Berdasarkan penelitian yang sudah ada sebelumnya, penelitian ini lebih berfokus pada makna kecantikan di kalangan mahasiswi serta mendeskripsikan alasan, tujuan, dan faktor-faktor pendorong mahasiswi melakukan perawatan kecantikan wajah di klinik kecantikan NaavaGreen. Memiliki wajah yang cantik adalah impian perempuan karena wajah adalah hal yang diperhatikan oleh orang lain ketika berinteraksi. Wajah yang cantik akan terlihat lebih menarik sehingga hall ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan perempuan. Salah satu cara untuk mendapatkan kecantikan tersebut adalah merawat wajah menggunakan produk-produk perawatan kecantikan modern. Industri kecantikan berkembang pesat di kota-kota besar seperti Yogyakarta. Klinik kecantikan Naavagreen menawarkan produk dan paket perawatan yang menjanjikan dapat mengatasi keluhan perempuan berkaitan dengan kecantikan wajah. Kecenderungan estetasi mahasiswi terhadap usaha mempercantik wajah yang dilakukan melalui klinik kecantikan NaavaGreen inilah yang membuat peneliti ingin mengetahuinya secara lebih mendalam. 6

7 F. Kerangka Konseptual 1. Teori Jaringan Teori jaringan menjelaskan bahwa interaksi yang dilakukan dalam suatu kelompok sosial membentuk suatu identitas bersama pada suatu kelompok sosial dalam sebuah struktur sosial. Setiap aktor mempunyai tujuan tertentu, namun struktur sosial dengan nilai dan normanya memberikan batasan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh untuk menentukan keinginan individu. Manusia adalah makhluk kreatif, mereka memiliki kekuatan untuk melawan struktur sosial tersebut yang akan berpengaruh terhadap perubahan struktur tersebut untuk mengakomodir keinginan yang dulu tidak diizinkan oleh struktur sosial. Teori jaringan berfokus pada bagaimana kebudayaan dan juga sosialisasi membentuk norma dan nilai dalam suatu kelompok sosial. Menurut teori ini, orang memusatkan perhatian pada pola ikatan objektif yang menghubungkan anggota masyarakat. Menurut Wellman, analisis jaringan lebih ingin mempelajari keteraturan individu atau kolektivitas berperilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Karena itu pakar analisis jaringan mencoba menghindarkan penjelasan normatif dari perilau sosial. Mereka menolak setiap penjelasan nonstruktural yang memperlakukan proses sosial sama dengan penjumlahan ciri pribadi aktor individual dan norma yang tertanam (Ritzer, 2010: 382) Sasaran perhatian utama pada teori jaringan adalah pola objektif ikatan yang menggabungkan anggota masyarakat. Sama seperti teori pilihan rasional, 7

8 teori ini juga memusatkan perhatian pada struktur mikro hingga makro. Granoveter melukiskan hubungan di tingkat mikro itu seperti tindakan yang melekat dalam hubungan pribadi konkret dan dalam struktur (jaringan) hubungan itu (Ritzer, 2010: 383). Lebih lanjut lagi, Ritzer juga mengungkapkan bahwa hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau kolektivitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi) (Ritzer, 2010: 383). Akibatnya adalah bahwa sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, komponen tertentu tergantung pada komponen lain (Ritzer, 2010: 383). Interaksi yang terjalin antara individu dengan yang lainnya dipengaruhi oleh kuat atau lemahnya suatu relasi sosial antar individu satu dengan individu lainnya. Ikatan yang kuat misalnya, hubungan antara seseorang dan teman karibnya. Pada kasus ini, ikatan yang kuat bisa dilihat dari interaksi antara mahasiswi dengan keluarga dan antara mahasiswi dengan teman. Ikatan yang lemah misalnya antara seseorang dengan kenalannya. Sosiolog cenderung memusatkan perhatian pada orang yang mempunyai ikatan yang kuat atau kelompok sosial (Ritzer, 2010: 383). Orang yang mempunyai ikatan kuat memiliki motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih cepat untuk saling memberikan bantuan (Ritzer, 2010: 384). Interaksi akan lebih sering dilakukan oleh seseorang dengan orang lain karena danya kesamaan nilai dan norma dibandingkan dengan individu yang berbeda nilai dan norma. Dengan demikian, munculah kohesi diantara sesama 8

9 kelompok sosial tertentu yang memiliki kesamaan nilai dan norma. Dalam kasus ini, ikatan yang kuat terjalin antara mahasiswi dengan keluarga dan antara mahasiswi dengan teman sepermainan. Mereka memiliki kesamaan nilai dan norma yang membuat hubungan diantara mereka semakin intens. Teori jaringan bersandar pada sekumpulan prinsip yang berkaitan logis di mana ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya (Ritzer, 2010: 384). Pada penelitian ini, hubungan antara mahasiswi dengan keluarga dan mahasiswi dengan teman berada pada garis yang tidak asimetris. Mahasiswi dengan teman saling berbagi informasi yang membuat intensitas diantara mereka semakin besar. 2. Pilihan Rasional Penelitian yang telah dilakukan ini berusaha untuk memahami dan mendeskripsikan tentang perilaku mahasiswi dalam mempercantik wajah melalui klinik kecantikan NaavaGreen dan mengetahui bagaimana mahasiswi memaknai kecantikan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka peneliti menggunakan teori pilihan rasional sebagai alat analisis. Peneliti mencari tahu alasan dan tujuan di balik tindakan tersebut. Model pilihan rasional merupakan mekanisme yang membutuhkan fakta-fakta tertentu yang eksternal seperti tujuan dan makna dari tindakan. Perilaku mempercantik wajah dengan menggunakan wadah teknologi modern tidak semata-mata perilaku yang tanpa tujuan. 9

10 Teori pilihan rasional sangat penting untuk menjelaskan pertukaran sosial, dalam arti tindakan situasi interaktf yang sangat dipengaruhi oleh upaya pemaksimalan menurut tujuan. Di dalam kasus ini, kecantikan adalah hal yang dikejar oleh perempuan. Kecantikan seperti dijadikan sebagai alat pertukaran, di mana cantik seolah-olah menjadi barang yang bisa diperjual-belikan. Perempuan yang menginginkannya tinggal datang, membeli, kemudian mendapatkan hasilnya. Pendekatan teori ini berfokus dari dasar metodologi individualism, di mana teori ini lebih memusatkan perhatian pada level individu. Teori ini digunakan sebagai landasan tingkat mikro untuk menjelaskan fenomena tingkat makro. 3 Gagasan dasar dari teori ini adalah bahwa tindakan seseorang menuju kepada tujuan, dan tujuan tersebut ditentukan oleh nilai dan pilihan. 4 Pilihan rasional adalah model penjelasan dari tindakan-tindakan manusia, dimaksudkan untuk memberikan analisa formal dari pengambilan keputusan rasional berdasarkan sejumlah kepercayaan dan tujuan. Coleman mengadopsi teori ekonomi, yaitu setiap aktor memiliih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan yang memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. 5 Dalam proses konsumsi, keputusan melakukan tindakan konsumsi yang dilakukan seseorang dipengaruhi dan disesuaikan dengan beberapa hal, seperti; disesuaikan dengan apa yang ia butuhkan, sesuai dengan penghasilan yang 3 Ritzer, G., Goodman, D.J,. Teori Sosiologi Modern, Edisi keenam, Kencana, Jakarta, 2007, hlm Ibid, hlm ibid.,

11 diperoleh, fungsi dari barang itu sendiri, dan waktu penggunaan barang. Coleman juga mengungkapan adanya elemen utama dalam pilihan rasional, yaitu aktor dan benda (sumber daya). 6 Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan dapat di kontrol oleh aktor. Pelaku menjalankan kekuasaannya dengan cara yang dapat memenuhi kepentingannya. Masyarakat saat ini diatur oleh berbagai macam hal yang berisfat kekinian untuk ditiru. Selain kebutuhan pokok, sekarang ada semakin banyak kebutuhan lain yang perlu dipenuhi. Menurut Baudrillard, perempuan banyak diajak untuk membiasakan diri menyenangkan dirinya sendiri (Baudrillard, 2011: 113). Salah satu bentuknya adalah dengan melakukan perawatan kecantikan menggunakan produk-produk perwatan moder. Perilaku ini berkaitan dengan kepuasan dan perhatian yang besar terhadap dirinya sendiri. Konsep pilihan rasional Coleman berpijak pada gagasan tentang berbagai macam tindakan (atau bermacam barang) yang memiliki kegunaan tertentu bagi si pelaku dan disertai dengan sebuah prinsip tindakan yang bisa diungkapkan dengan mengatakan bahwa si pelaku memilih tindakan yang akan memaksimalkan kegunaan itu (Coleman, 2008: 15). Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang membawanya pada objek yang memberinya kepuasan (Coleman, 2008: 73). Pada kasus ini, mahasiswi beramai-ramai mendatangi klinik kecantikan untuk memenuhi kebutuhannya sebagai perempuan dalam hal mempercantik diri. Terdapat simbol atau image yang melekat pada produk dan perwatan dari klinik 6 Ibid, hlm

12 kecantikan. Dengan melakukan perawatan kecantikan wajah tersebut, psikologis mahasiswi menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih karena merasa bahwa dirinya semakin cantik dari sebelumnya. Perawatan kecantikan wajah tidak dianggap sebagai paksaan atau tuntutan, melainkan memang bagian dari kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pemenuhan kepuasaan mahasiswi terhadap diri sendiri untuk tampil menarik. Perawatan kecantikan wajah di klinik kecantikan adalah cara yang dilakukan oleh mahasiswi sebagai bentuk kehadirannya di tengahtengah lingkungan. 3. Pencitraan Diri Tubuh perempuan telah menjadi arena praktik dan pengujian kekuasaan, padahal tubuh sebagai milik individu seharusnya menjadi wilayah yang sangat pribadi di mana seseorang memiliki hak penuh dalam pengelolaannya. Pada saat kontrol sosial mulai menyentuh tubuh yang merupakan dunia privat maka sesungguhnya perempuan tidak memiliki kebebasan lagi (Abdullah, 2006: 18) Di dalam kehidupan sosial dapat dilihat dengan jelas bagaimana pengelolaan tubuh telah menjadi suatu gejala yang sangat penting dewasa ini (Abdullah, 2006: 18). Sebagai contohnya adalah banyaknya pusat-pusat kebugaran yang menawarkan bagaimana cara untuk membentuk ukuran tubuh agar proposional, banyaknya salon-salon yang menawarkan treatmen perawatan 12

13 mulai dari ujung ramput sampai ujung kaki, juga tidak ketinggalan dengan kemunculan klinik-klinik kecantikan dengan konstruksi wajah cantik idealnya. Bentuk tubuh telah menjadi syarat atau faktor dominan di dalam berbagai pertukaran sosial (Abdullah, 2006: 18). Di zaman sekarang ini, masyarakat selalu terdorong untuk dapat berpenampilan semenarik mungkin. Selain dengan mengenakan pakaian dan aksesoris yang menarik dan sedang trend, cara lain yang dapat ditempuh untuk memperindah penampilan adalah dengan merawat wajah dan tubuh dengan menggunakan produk-produk dan perawatan kecantikan di klinik kecantikan. Menurut David Chaney, pada akhir modernitas, semua yang kita miliki akan menjadi suatu budaya tontonan (a culture of spectacle) (Chaney, 2004: 167). Semua orang ingin menjadi penonton sekaligus ingin ditonton. Ingin melihat sekaligus juga ingin dilihat (Chaney, 2004: 167). Disinilah gaya mulai menjadi modus manuisia modern: kamu bergaya maka kamu ada! Kalau kamu tidak bergaya, siap-siaplah dianggap tidak ada, diremehkan, diabaikan, atau mungkin dilecehkan. Itulah sebabnya maka orang sekarang perlu bersolek atau merias diri (Chaney, 2004: 44). Penerimaan sosial dan batas-batas hubungan sosialdipengaruhi oleh bentuk tubuh seseorang, yang itu menjadi stamdar ukuran menarik tidaknya seseorang (Abdullah, 2006: 19). Usaha-usaha mengendalikan, mengatur, dan menertibkan tubuh menjadi bagian dari gejala sosial yang dikuatkan keberadaannya dengan institusi-institusi pendukung (Abdullah, 2006: 19). 13

14 Menurut Abdullah, perempuan sesungguhnya menjadi korban (Abdullah, 2006: 20). Mereka menjadi alat di dalam proses distribusi produk dan gaya hidup. Perempuan dieksploitasi sedemikian rupa dengan cata membentuk dan menonjolkan bagian tertentu dari bagian tubuh perempuanuntuk membangun citra yang sesuai dengan produk yang dipasarkan, namun di isisi lain, perempuan menjadi objek pasar dari produk kapitalisme (Abdullah, 2006: 20). Media masa adalah agen sosialisasi memiliki pengaruh besar dalam membeangun konstruksi cantik. Konsep-konsep ideal disebarkan dengan menggunakan bentuk tubuh perempuan untuk menawarkan produk perawatan kesehatan dan kecantikan perempuan. Jika melihat kenyataan tersebut, maka tidak mengherankan jika para perempuan termasuk para mahasiswi menjadi tertarik untuk menjadikan dirinya seperti yang dikonstruksikan itu. Berbagai upaya pembentukan citra ideal ini tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan manusia yang terus menerus diciptakan tanpa ada habisnya. Benda-benda dan praktik-praktik perawatan kesehatan dikonsumsi oleh perempuan sebagai bagian dari proses estetisasi kehidupan, suatu mode konsumsi yang didasari oleh nilai simbolis suatu produk. Hal yang terjadi pada mahasiswi adalah gaya hidup yang cenderung konsumtif terhadap produk-produk perawatan kecantikan. Produk-produk tersebut merupakan bagian dari pembentukan estetika wajah yang sesuai dengan apa yang dikonstruksikan oleh media. Mahasiswi pun berlomba-lomba untuk menjadikan dirinya cantik seperti yang di idealkan dengan 14

15 mendatangi klinik kecantikan. Di dalam produk yang digunakan terkandung simbol cantik yang menjadi daya tarik dari produk perawatan itu sendiri. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Keberadaan metode mutlak diperlukan karena fakta-fakta sosial harus dibuka dari kulit pembungkus kenyataan yang sepintas tampak, harus diamati dalam suatu kerangka acuan yang spesifik, harus diukur dengan tepat, dan harus diamati pula pada suatu fakta yang dapat dikaitkan dengan fakta-fakta lain yang relevan. Metode penelitian digunakan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ada pada rumusan masalah, yaitu bagaimana pemaknaan cantik di kalangan mahasiswi dan bagaimana alasan mahasiswi dalam menentukan klinik kecantikan NaavaGreen sebagai media untuk mempercantik wajah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang diamati dari orang-orang yang diteliti. 7 Metode penelitian kualitatif deskriptif dipilih karena digunakan untuk menjelaskan permasalahan diatas secara terperinci. Metode penelitian kualitatif cocok dengan penelitian ini karena dengan menggunakan metode ini peneliti dapat menganalisa perilaku mahasiswi dalam mempercantik 7 Taylor dan Bogdan, dalam (Bagong Suyanto dan Sutinah), Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Edisi Revisi, Jakarta:Kencana, 2011, hlm

16 wajah di klinik kecantikan NaavaGreen secara lebih mendalam. Metode ini dapat digunakan untuk menelaah suatu latar belakang seperti motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi. Untuk mendapatkan gambaran terkait dengan objek yang diteliti maka pada penelitian ini telah dilakukan penelitian secara menyeluruh dan mendalam. Peneliti berusaha menggambarkan bagaimana proses dialektika antara mahasiswi dengan lingkungan / sosio-kultural dalam melakukan perawatan kecantikan di klinik kecantikan naavagreen. 2. Unit Analisis Dalam riset ilmu sosial, hal yang penting adalah menentukan sesuatu yang berkaitan dengan apa atau siapa yang ditelaah. 8 Dari tingkat analisis yang ditetapkan maka data diperoleh. Pengumpulan data pada penelitian ini terarah kepada mahasiswi Yogyakarta yang dipengaruhi faktor-faktor pendorong mahasiswi menggunakan produk dan perawatan kecantikan melalui klinik kecantikan Navaagreen. Lokasi Penelitian ini berada di klinik kecantikan NaavaGreen, Jalan Cendrawasih No.5 Demangan, Yogyakarta, dan di sekitar lingkungan mahasiswi. Peneliti memilih klinik kecantikan Naavagreen karena klinik kecantikan NaavaGreen cukup ramai didatangi oleh mahasiswi Yogyakarta. Klinik 8 Ridzal Tdjoer, Metode Bricolage Dalam Penelitian Sosial,Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed: Burhan Bungin, Jakarta; PT Rahagrafindo Persada, 2001, hlm

17 kecantikan NaavaGreen memberikan pelayanan perawatan kecantikan kulit dan wajah secara alami, berkualitas dan murah, juga terpercaya. Selain itu, lokasi klinik kecantikan NaavaGreen cukup strategis dengan kampus dan tempat tinggal peneliti. Dalam penelitian ini diambil delapan narasumber yang dianggap bisa memberikan informasi terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan pupossive sampling. Purpposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, di mana orang yang menjadi narasumber adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan sehingga memudahkan peneliti dalam menjelajahi situasi yang sedang diteliti. Dalam menentukan informan, Sudikan mengatakan dalam penentuan mengenai siapa yang harus menjadi informan harus melalui pertimbangan, yaitu orang yang bersangkutan memiliki pengalaan pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti, usia oang yang bersangkutan sudah deawasa, orang yang bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai kepentingan pribadi untuk menjelekan orang lain, orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan luas tentang permasalahan yang akan diteliti. 9 Pengambilan informan dilakukan peneliti dengan cara pergi ke klinik kecantikan NaavaGreen. Peneliti mencoba berbincang-bincang dengan beberapa 9 Sudikan Setya Yuawana, Ragam Metode Pengumpulan Data, Mengulas Kembali; Pengamatan, Wawancara, Analisis Life History, Analisis Folklore., Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed: Burhan Bungin, Jakarta; PT Rahagrafindo Persada, 2001, hlm

18 pelanggan di klinik kecantikan NaavaGreen, dengan demikian peneliti dapat menentukan pelanggan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan narasumber. Kriteria pemilihan informan diantaranya adalah informan merupakan mahasiswi aktif universitas di Yogyakarta, informan adalah pelanggan/konsumen di klinik kecantikan NaavaGreen, serta sudah menggunakan perawatan lebih dari tiga bulan. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam setiap kegiatan penelitian dibutuhkan objek atau sasaran penelitian yang objek atau sasaran tersebut umumnya eksis dalam jumlah yang besar atau banyak. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan (April Juni 2014) tiga bulan pertama digunakan untuk pengumpulan data, dan tiga bulan berikutnya untuk menganalisis dan penyusunan skripsi. Pengumpulan data dilakukan melalui penggabungan observasi, wawancara, dan dokumentasi. 3.1.Observasi Observasi atau pengamatan dipergunakan untuk mendapatkan data. Dengan demikian dapat diperoleh data yang sebenar-benarnya terkait penelitian. Pada tahap ini, peneliti melakukan deskripsi terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Peneliti berpartisipasi secara fungsional di 18

19 dalam penelitian ini. Ketika di lapangan, peneliti ikut berpartisipasi dengan subjek yang diteliti dalam kapasitas sebagai pengamat. Observasi dilakukan di sekitar klinik kecantikan NaavaGreen. Pada tahapan ini, peneliti memulai pengamatan dengan memasuki lokasi penelitian, yaitu di klinik kecantikan NaavaGreen yang terletak di Demangan, Yogyakarta. Peneliti mengamati kegiatan-kegiatan yang ada di klinik kecantikan NaavaGreen. Hasil pengamatan mendapati bahwa klinik kecantikan NaavaGreen memiliki pengunjung yang ramai. Klinik kecantikan NaavaGreen di setting dengan tempat cukup nyaman bagi pengunjung yang menunggu untuk mendapatkan pelayanan perawatan kecantikan. Observasi atau pengamatan dipergunakan untuk mengetahui bagaimana perilaku mahasiswi dalam mempercantik wajah di klinik kecantikan NaavaGreen. Pada teknik observasi, peneliti juga telah berpartisipasi menjadi konsumen di klinik kecantikan tersebut. Hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh gambaran terkait dengan permasalahan yang diteliti. Observasi juga dilakukan untuk memahami kode-kode/tingkah laku untuk membedakan tingkah laku satu dengan lainnya. Contohnya, peneliti melakukan observasi terhadap informan dan beberapa pengunjung di klinik kecantikan NaavaGreen. Hal-hal yang menjadi bagian observasi 19

20 adalah seperti penampilan fisik, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan aktivitas yang dilakukan. 3.2.Wawancara Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi. Dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, peneliti juga menggunakan metode wawancara mendalam. Wawancara mendalam bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu penyamaran dan terbuka (Bungin, 2001: 109). Penyamaran adalah pewawancara menyamar sebagai anggota masyarakat pada umumnya dan hidup dan beraktivitas dengan wajar dengan orang yang diwawancarai. Wawancara terbuka dilakukan dengan informan secara terbuka di mana informan mengetahui kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang bertugas melakukan wawancara di lokasi penelitian (Bungin, 2001: 109) Pada penelitian ini, wawancara mendalam bersifat terbuka dan dilakukan kepada delapan mahasiswi Yogyakarta yang menjadi pelanggan di klinik kecantikan NaavaGreen. Wawancara dilakukan di sekitar klinik kecantikan NaavaGreen dan di sekitar lingkungan kampus mahasiswi. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait dengan 20

21 perilaku mahasiswi dalam mempercantik wajah, yaitu untuk mengetahui bagaimana pemaknaan cantik di kalangan mahasiswi dan apa saja yang menjadi alasan mahasiswi melakukan perawatan kecantikan wajah di klinik kecantikan NaavaGreen. 3.3.Dokumentasi Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dengan mempergunakan rekaman suara, foto/gambar, dan bahan-bahan tertulis sebagai dokumen pada saat penelian. Teknik dokumentasi ini dilakukan sebagai pelengkap teknik observasi dan wawancara pada saat penelitian. 4. Teknik Analisis Data Teknik analaisa data diantaranya ada tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Ketiga tahapan tersebut berlangsung secara simultan. Analisis data dalam penelitian berlangsung dengan proses pengumpulan data dan setelah pengumpulan data selesai. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara menyusun semua hasil observasi dan wawancara dengan informan. Pada saat proses wawancara, analisisis terhadap jawaban dari informan telah berlangsung. Peneliti kemudian memilih dan memusatkan perhatian pada penyederhanaan, pengabstarakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan. Proses reduksi data berjalan terus menerus selama 21

22 penelitian ini berlangsung. Pada tahapan ini peneliti memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan pola sehingga data yang telah direduksi memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Langkah berikutnya adalah penyajian data, yang disusun dari sekumpulan informasi yang telah didapat selama penelitian berlangsung. Penyajian data diakukan dalam bentuk deskripsi yang didapat dari hasil yang telah direduksi. Sekumpulan informasi tersebut memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Terakhir adalah penarikkan kesimpulan, di mana tujuan utama dari penelitian ini adalah adanya temuan. Pada penelitian ini peneliti mendapatkan pemaknaan cantik di kalangan mahasiswi dan alasan di balik perilaku mahasiswi dalam melakukan perawatan kecantikan di klinik kecantikan NaavaGreen. 22

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian khusus. Cross dan Cross

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian khusus. Cross dan Cross BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kalangan mahasiswa merupakan salah satu kelompok sosial dalam masyarakat yang rentan terhadap pengaruh gaya hidup, trend, dan mode yang sedang berlaku. Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaum wanita adalah kaum yang sangat memperhatikan penampilan. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun identitas, penampilan juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas, baik yang merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas, baik yang merupakan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia usaha merupakan kondisi yang harus dihadapi oleh suatu unit usaha, di mana setiap perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu 12 BAB II KERANGKA TEORI A. Kajian Pustaka Perilaku Konsumtif Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia

Lebih terperinci

MENGKAJI TEORI SOSIOLOGI MODERN: TEORI JARINGAN. Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah: Metode Penelitian Sosial. Dosen Pengampu : Drs. Prijana, M.

MENGKAJI TEORI SOSIOLOGI MODERN: TEORI JARINGAN. Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah: Metode Penelitian Sosial. Dosen Pengampu : Drs. Prijana, M. MENGKAJI TEORI SOSIOLOGI MODERN: TEORI JARINGAN Untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah: Metode Penelitian Sosial Dosen Pengampu : Drs. Prijana, M.Si Andri Yanti, S.Sos.M.Ikom Disusun Oleh : Santi Rizki Sopianti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang pada dasarnya mempunyai keinginan untuk memiliki kulit yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang pada dasarnya mempunyai keinginan untuk memiliki kulit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang pada dasarnya mempunyai keinginan untuk memiliki kulit yang sehat, cantik, dan bersinar, terutama wanita yang ingin terlihat sempurna dimanapun dan kapanpun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan yang pesat didunia kecantikan saat ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan yang pesat didunia kecantikan saat ini hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan yang pesat didunia kecantikan saat ini hanya menjadi kebutuhan untuk masyarakat umum saja akan tetapi juga menjadi prospek bisnis yang prospektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dilepas dari kaum wanita. Secara psikologis wanita memang

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dilepas dari kaum wanita. Secara psikologis wanita memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kesehariannya, kaum wanita tidak lepas dari tuntutan untuk tampil cantik, dan menarik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, kosmetik telah menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia negara dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa. Selain sandang, pangan dan papan, masyarakat Indonesia terutama kaum wanita yang peduli dengan penampilannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan cantik. Kecantikan dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh perempuan. Banyak peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Industri kecantikan terus

BAB I PENDAHULUAN. meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Industri kecantikan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Industri di bidang kecantikan mempunyai kecenderungan yang terus meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Industri kecantikan terus menunjukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengkaji dunia konsumen memanglah tidak ada habis-habisnya. Di dunia dengan era yang serba dinamis ini, sikap konsumen pun sangatlah fleksibel. Hal ini tidak luput

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup pesat.

I. PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup pesat. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup pesat. Kesadaran terhadap sebuah penampilan dirasa sangat penting dewasa ini, baik bagi kaum hawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan scrub,facial,serta menggunakan lotion wajah hingga tubuh. Ada

BAB I PENDAHULUAN. dengan scrub,facial,serta menggunakan lotion wajah hingga tubuh. Ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis skin care saat ini telah berkembang sangat pesat, khususnya pada bisnis skin care di Semarang. Perawatan kulit wajah telah menjadi kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia mempunyai kelebihan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman di era modern ini, perawatan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman di era modern ini, perawatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman di era modern ini, perawatan kecantikan telah menjadi kebutuhan yang dianggap penting bagi sebagian masyarakat khususnya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia yang semakin modern, menuntut masyarakat untuk mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia yang semakin modern, menuntut masyarakat untuk mengikuti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia yang semakin modern, menuntut masyarakat untuk mengikuti gaya hidup yang serba modern pula. Apalagi dalam modernisasi sering terselip falsafah konsumerisme,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan perubahan yang sangat cepat. Adapun perubahan yang terjadi ditandai dengan pola pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Arus globalisasi yang terus berkembang memberikan perubahan pada perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini, masyarakat seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion kini merambah begitu besar. Para pelaku bisnis dan perancang busana berlombalomba untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu pengertian dari masing-masing kata yang menyusun judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen. Perkembangan zaman yang sangat pesat secara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perawatan kesehatan badan dan kecantikan kulit sudah dilakukan oleh masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perawatan kesehatan badan dan kecantikan kulit sudah dilakukan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawatan kesehatan badan dan kecantikan kulit sudah dilakukan oleh masyarakat sejak dulu kala. Bahkan di masyarakat, proses perawatan itu sudah menjadi budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diferensiasi social yang tercipta dari relasi konsumsi. 1 Konsumsi pada era ini

BAB I PENDAHULUAN. diferensiasi social yang tercipta dari relasi konsumsi. 1 Konsumsi pada era ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman yang serba modern ini kehidupan masyarakat sering kali berubah-ubah tanpa ada yang bisa mengontrolnya. Masyarakat seperti dipaksa menuju masyarakat post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang diterima (perceived service) dengan tingkat layanan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui perilaku konsumtif

Lebih terperinci

dari modernitas ke postmodernitas secara historis.

dari modernitas ke postmodernitas secara historis. BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Terdapat dua kesimpulan umum yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini. Pertama, media massa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah bermunculan berbagai macam klinik maupun salon yang menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. telah bermunculan berbagai macam klinik maupun salon yang menawarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha merupakan suatu kondisi yang harus dihadapi oleh suatu unit usaha. Dengan adanya perekonomian global membuat unit usaha baik yang bergerak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif 38 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan perspektif fenomenologi. Penelitian dengan pendekatan fenomenologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis. Sehingga menimbulkan persaingan-persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis. Sehingga menimbulkan persaingan-persaingan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang berkembang pesat saat ini mengakibatkan manusia setiap kali akan mengalami perubahan, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol gaya hidup yang sama. Ketika

BAB II KERANGKA TEORI. yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol gaya hidup yang sama. Ketika BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Gaya hidup Menurut Max Weber, gaya hidup merupakan persamaan status kehormatan yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol gaya hidup yang sama. Ketika seorang individu berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, perdagangan bebas menjadi suatu fenomena yang harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor prooduksi yang dimiliki perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang. terbatas pada kebutuhan biologis, tetapi juga pada kebutuhan psikologis seperti

BAB I. A. Latar Belakang. terbatas pada kebutuhan biologis, tetapi juga pada kebutuhan psikologis seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan manusia makin lama makin berkembang, tak hanya terbatas pada kebutuhan biologis, tetapi juga pada kebutuhan psikologis seperti penghargaan diri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja bisa diatur dengan fleksibel juga potensi penghasilan yang bisa lebih

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja bisa diatur dengan fleksibel juga potensi penghasilan yang bisa lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuka usaha memang menjadi impian banyak orang. Sebab banyak sekali keuntungan yang bisa kita dapat dari situ. Selain bisa menjadi bos dari diri sendiri jam kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada umumnya para remaja sekarang senang berbelanja tertutama pada mahasiswa, semakin berkembangnya social media maka banyak yang membuka usaha di social media contohnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh perkembangan zaman yang semakin pesat membuat setiap pemilik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh perkembangan zaman yang semakin pesat membuat setiap pemilik 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh perkembangan zaman yang semakin pesat membuat setiap pemilik atau pelaku usaha seharusnya senantiasa melakukan riset dan pengembangan agar selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu yang beranekaragam mendorong banyak orang mendirikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu yang beranekaragam mendorong banyak orang mendirikan tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya berupaya memenuhi kebutuhan dari mulai kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Perkembangan kebutuhan dari setiap individu yang beranekaragam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. orang yang menginginkan kulit yang sehat, khususnya wanita yang menginginkan

BAB I. PENDAHULUAN. orang yang menginginkan kulit yang sehat, khususnya wanita yang menginginkan 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan kecantikan pada saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi setiap orang yang menginginkan kulit yang sehat, khususnya wanita yang menginginkan kecantikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan, kebutuhan, dan keinginan yang beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008, p.37) ditinggalkan baik oleh wanita maupun pria. Wanita maupun pria di

BAB I PENDAHULUAN. serasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008, p.37) ditinggalkan baik oleh wanita maupun pria. Wanita maupun pria di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kecantikan adalah: anggapan untuk suatu objek yang molek dan lainnya tampak serasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008, p.37) Kecantikan juga mulai menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja praktik Pengaruh perkembangan era globalisasi yang semakin pesat membuat mahasiswa dituntut untuk bisa memahami banyak hal dengan mengikuti perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi tersebut membuat berbagai perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia sehingga banyak ditemui perempuan muslim Indonesia menggunakan jilbab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dari kebersihan dan kecantikan seseorang. Diera globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. juga dari kebersihan dan kecantikan seseorang. Diera globalisasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penampilan merupakan salah satu penunjang kepercayaan diri seseorang. Penampilan yang menarik tidak hanya dilihat dari pakaian namun juga dari kebersihan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Zimmerer, Scarborough, & Wilson dalam Wijatno (2009: 42) kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan atau ide baru untuk menemukan cara-cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah china, India, dan Amerika Serikat. Saat ini Indonesia menempati posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk yang memiliki kualitas baik berpengaruh besar di pilih oleh konsumen. Demikian

BAB I PENDAHULUAN. Produk yang memiliki kualitas baik berpengaruh besar di pilih oleh konsumen. Demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumen yang semakin sadar akan kualitas hidup, merupakan salah satu tantangan kegiatan pemasaran suatu perusahaan di era globalisasi saat ini. Sekarang ini

Lebih terperinci

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut.

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut. BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND A. Konsep Rasional Untuk menjelaskan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, yaitu strategi bertahan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan masyarakat yang semakin maju dan modern menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan masyarakat yang semakin maju dan modern menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat yang semakin maju dan modern menuntut setiap orang, badan, dan organisasi untuk memperoleh informasi agar dapat berkembang dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha mikro ini sangat membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat fenomena saat ini susahnya mencari pekerjaan formal, sehingga warga sekitar lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa di masa depan yang diharapkan dapat memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan pendidikan akademis dengan belajar, yang berguna bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari dengan cara menukarkan sejumlah uang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin majunya zaman, perekonomian, dan teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin majunya zaman, perekonomian, dan teknologi membuat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin majunya zaman, perekonomian, dan teknologi membuat setiap individu maju dan membutuhkan perubahan, itu memberikan peluang bisnis bagi setiap perusahaan khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keinginan manusia untuk tampil cantik dan sempurna khususnya wanita merupakan suatu hal yang wajar. Untuk mencapai tujuannya, banyak wanita yang menghabiskan uangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan pasar yang semakin ketat secara tidak langsung akan mempengaruhi usaha suatu perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar. Setiap perusahaan dituntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membawa dampak yang besar bagi perkembangan dunia bisnis. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya persaingan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring dengan peningkatan peradapan manusia menyebabkan persaingan semakin katat. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis pada dewasa ini sangat pesat sehingga perusahaan dituntut bersaing ketat. Terlebih lagi dalam hal pemenuhan terhadap kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi perempuan. Kecantikan bukan lagi dianggap sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi perempuan. Kecantikan bukan lagi dianggap sebagai kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini, kebutuhan untuk tampil cantik merupakan kebutuhan yang mendasar bagi perempuan. Kecantikan bukan lagi dianggap sebagai kebutuhan tersier. Semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat. Seiring dengan era globalisasi saat ini, perusahaan jasa terus melakukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang di Indonesia, terutama di kalangan perempuan, mengaitkan warna kulit yang lebih putih dengan kekayaan dan gaya hidup yang terkini. Penampilan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi konsumen wanita, kosmetik adalah salah satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Keinginan mereka yang besar untuk memiliki kulit yang lebih halus dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral dalam masyarakat disekitarnya, menurut Suratno dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia baik sebagai individu maupun makhluk sosial, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut berupa: 1) Kebutuhan utama, menyangkut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rohani. Kebutuhan manusia tidak terbatas, faktor yang menyebabkan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. rohani. Kebutuhan manusia tidak terbatas, faktor yang menyebabkan kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan. Kebutuhan adalah keinginan manusia terhadap benda atau jasa yang dapat memberikan kepuasan jasmani maupun rohani. Kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena keputusan pembelian adalah merupakan rangkaian akhir yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. karena keputusan pembelian adalah merupakan rangkaian akhir yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya memahami peranan keputusan pemebelian konsumen bagi produsen atau perusahaan adalah merupakan faktor penting yang harus di penuhi, karena keputusan pembelian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya industri yang bermunculan dengan produk dan kualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya industri yang bermunculan dengan produk dan kualitas yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia pemasaran semakin kompetitif hal ini disebabkan banyaknya industri yang bermunculan dengan produk dan kualitas yang bisa diperhitungkan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada.ide adalah hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri jasa di Indonesia dalam kurun waktu belakang ini, menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Produk Nasional Indonesia dari tahun ke tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu

Lebih terperinci

UKDW. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah. Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dambaan dan daya tarik tersendiri

UKDW. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah. Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dambaan dan daya tarik tersendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dambaan dan daya tarik tersendiri bagi setiap orang. Untuk itu yang selalu ingin berpenampilan menarik, perwatan wajah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Berdasarkan kajian awal beserta berbagai pertimbangan, penelitian dilaksanakan dengan mengambil Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri periklanan belakangan ini menunjukan perubahan orientasi yang sangat signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dilahirkan, individu sudah memiliki naluri bawaan untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Gejala yang wajar apabila individu selalu mencari kawan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peranan media. Media massa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan hidup yang berbasis pada langkah-langkah sehat. Jika tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan hidup yang berbasis pada langkah-langkah sehat. Jika tubuh kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya hidup sehat merupakan sebuah konsep kehidupan dengan mengutamakan berbagai kegiatan hidup yang berbasis pada langkah-langkah sehat. Jika tubuh kita sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan jasa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan jasa itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan jasa pada saat sekarang telah mengalami perkembangan yang pesat dan mengalami perubahan yang berkelanjutan. Kondisi tersebut membuat perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data dalam suatu penulisan, dengan kata lain dapat dikatakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah mengalami peningkatan yang pesat yang terjadi di berbagai Negara, dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi kaum wanita. Kecantikan merupakan harta yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi kaum wanita. Kecantikan merupakan harta yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman di era modern ini, perawatan kecantikan telah menjadi kebutuhan yang dianggap penting bagi sebagian masyarakat khususnya bagi kaum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang pun mengikuti perkembangan bisnis industri kecantikan yang

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang pun mengikuti perkembangan bisnis industri kecantikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan industri kecantikan sekarang ini sangat pesat. Negara negara maju dan berkembang pun mengikuti perkembangan bisnis industri kecantikan yang sangat menjanjikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dan informasi yang sentral. Usaha dalam bidang. serta guna memperoleh kualitas yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dan informasi yang sentral. Usaha dalam bidang. serta guna memperoleh kualitas yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era globalisasi yang semakin berkembang pesat maka persaingan yang terjadi di dalam dunia telekomunikasi juga semakin meningkat. Hal ini membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan pembelian. Menurut Setiadi (2007: 44) perilaku konsumen

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan pembelian. Menurut Setiadi (2007: 44) perilaku konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis saat ini tumbuh dengan pesat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan produk dan jasa. Keadaan ini tidak terlepas dari perilaku konsumen dalam menentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan wajar. Di era globalisasi ini banyak orang yang kurang memperdulikan bagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PADA MINIMARKET GALAXY DI BOYOLALI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PADA MINIMARKET GALAXY DI BOYOLALI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PADA MINIMARKET GALAXY DI BOYOLALI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci