Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan indikator kesehatan di suatu negara. Angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi. Salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas kepada masyarakat (Prawirohardjo, 2005). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Anak anak terutama bayi lebih rentan terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat, oleh karena itu tujuan keempat MDGs adalah menurunkan angka kematian bayi menjadi 23 per kelahiran hidup pada tahun 2015 (Prasetyawati, 2012). Angka Kematian Bayi di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 34/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingka pada tahun 2010 sebesar 31/1.000 kelahiran hidup, sehingga angka kematian bayi di Indonesia harus menjadi perhatian serius untuk mencapai target MDGs pada tahun 2015 (Kepmenkes, 2011). Penyebab kematian neonatal menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) antara lain disebabkan karena gangguan pernafasan sebesar 37%, prematuritas sebesar 34%, sepsis sebesar 12%, hipotermi sebesar 7%, kelainan 1

15 2 darah / hiperbilirubinemia sebesar 6%, postmatur sebesar 3%, dan kelainan kongenital sebesar 1% (Depkes, 2007). Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 10,62/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di kota Surakarta sebesar 3,63/1.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2011). Keadaan bayi sangat bergantung pada pertumbuhan janin didalam uterus, kualitas pengawasan antenatal serta penanganan dan perawatan setelah lahir. Penanggulangan bayi tegantung pada keadaannya apakah bayi normal atau tidak. Diantara bayi yang normal ada yang membutuhkan pertolongan medik segera seperti bayi baru lahir dengan asfiksia, perdarahan dan hiperbilirubinemia (Wiknjosastro, 2006). Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali dirawat dalam minggu pertama kahidupan disebabkan oleh keadan ini. Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning. Keadaan ini timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin (4Z, 15Z, bilirubin IX alpha) yang berwarna kuning yang terlihat pada sklera dan kulit (Abdulrahman, 2010). RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit pendidikan Klas III Tipe A yang mempunyai fasilitas PONEK dan sebagai pusat rujukan bagi rumah sakit di sekitar Surakarta, Jawa Tengah serta Jawa Timur bagian Barat. Menurut data yang diambil dari rekam medik di RSUD Dr. Moewardi pada bulan

16 3 september 2011 september 2012 terdapat jumlah bayi baru lahir sebanyak bayi. Sebanyak 1942 bayi (73,89% ) lahir normal, sebanyak 339 bayi (12, 88%) dengan berat badan lahir rendah (BBLR), sebanyak 285 bayi (10,83%) dengan hiperbilirubinemia dan sebanyak 61 bayi (2,32%) lahir postmatur. Dari data yang diperoleh, angka kejadian bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta masih tergolong tinggi (RM RSUD Dr. Moewardi, 2012). Berdasarkan latar belakang tersebut angka kejadian bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia masih tinggi dan merupakan salah satu penyebab tertingi kematian bayi sehingga diperlukan penanganan yang lebih optimal untuk menurunkan kejadian hiperbilirubinemia, karena itu penulis tertarik melaksanakan studi kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. S umur 10 jam dengan Hiperbilirubinemia derajat III di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. B. Perumusan Masalah Bagaimana penatalaksanaan Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Bayi Ny. S umur 10 jam dengan hiperbilirubinemia derajat III di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan menggunakan Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney? C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III dengan menggunakan pendekatan menejemen kebidanan 7 langkah Varney.

17 4 2. Tujuan Khusus a. Penulis : 1) Mampu melakukan pengkajian terhadap bayi baru lahir pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III secara lengkap dan sistematis. 2) Mampu menginterprestasikan data dengan memberikan diagnosa kebidanan, masalah masalah dan kebutuhan bayi baru lahir pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III 3) Mampu mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial bayi baru lahir pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajad III. 4) Mampu melaksanakan antisipasi akan kebutuhan yang memerlukan penangan segera pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III. 5) Dapat merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh pada Bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia derajat III. 6) Mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan sesuai dengan diagnosa pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III. 7) Mampu melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III. b. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada saat memberikan asuhan kebidanan pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III.

18 5 c. Mampu memberikan alternatif pemecahan pada kesenjangan teori dan kasus nyata pada penatalaksanaan bayi baru lahir dengan Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Diri sendiri Dapat menambah pengetahuan, wawasan ketrampilan serta gambaran yang nyata dalam mengatasi dan melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia derajat III. 2. Bagi profesi Dapat memberikan informasi yang digunakan untuk bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugas kolaborasi dan rujukan serta antisipasi tindakan segera dalam memberikan asuhan kebidanan dan memberikan penanganan pertama pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III dengan tepat dan cepat. 3. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam memberikan asuhan untuk meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

19 6 b. Pendidikan Sebagai tambahan bahan kepustakaan tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III. c. Bagi Masyarakat Mampu mengetahui dan mengenali tanda bahaya bayi dengan hiperbilirubinemia dan segera membawa ke petugas kesehatan sehingga bayi mendapatkan pertolongan dengan tepat. E. Keaslian Studi Kasus Studi Kasus tentang asuhan kebidanan bayi baru dengan hiperbilirubinemia sudah pernah ditulis oleh : 1. Dewi, A (2007), dengan judul Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. A dengan Hiperbilirubinemia derajat III di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Asuhan selama 15 hari dengan tindakan pemberian PASI, mengobservasi keadaan hiperbilirubin bayi, menjaga lingkungan sekitar bayi agar tetap hangat, mengobservasi BAB dan BAK, mengisolasi bayi, kolaborasi dengan dokter spesialis anak dengan foto terapi dan injeksi berupa ampisilin 2 x 50 mg, Sagestam 2 x 5mg Neo K 1 X 0,5 gram selama 2 hari. Didapatkan kadar bilirubin menjadi 7,5 mg % dan bayi pulang dalam kondisi sehat. 2. Trionika, N (2009), dengan judul Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan hiperbilirubinemia di RSU Cibitung Bekasi. Asuhan selama 8 hari dengan tindakan pemberian PASI, mengobservasi keadaan hiperbilirubin bayi, menjaga lingkungan sekitar bayi agar tetap hangat, mengobservasi BAB dan

20 7 BAK, mengisolasi bayi, kolaborasi dengan dokter spesialis anak dengan foto terapi, dan bayi pulang dalam keadaan sehat. 3. Listyaningsih, K (2006), dengan judul Asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny.S dengan Hiperbilirubinemia di RS. Panti Waluyo Surakarta dengan asuhan selama 7 hari dengan tindakan pemberian ASI yang cukup, observasi kaedaan umum bayi, penjemuran bayi dengan sinar matahari pada pukul WIB sampai WIB, kolaborasi dengan dokter spesialis anak dengan sinar terapi. Hasil kadar bilirubin menjadi 3,5 mg % dan bayi pulang dalam keadaan sehat. Perbedaan pada studi kasus diatas dengan kasus yang telah dilaksanakan terletak pada subyek, tempat, waktu penelitian dan terapi yang diberika F. Sistematika penulisan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi menjadi lima bab, yang masing masing memuat tentang : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini berisi teori bayi baru lahir, teori medik hiperbilirubinemia, teori kebidanan 7 langkah Varney yang meliputi pengkajian, interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi,

21 8 perencanan, melaksanakan tindakan, evaluasi serta data perkembangan SOAP dan landasan hukum. BAB III METODOLOGI Dalam bab ini berisi jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek studi kasus, teknik pengumpulan data dan alat alat yang dibutuhkan dalam melakukan studi kasus. BAB IV TNJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi tentang tinjauan kasus dan pembahasan. Tinjauan kasus berisi tentang asuhan yang diberikan pada bayi Ny. S sesuai dengan manajemen 7 langkah Varney yang meliputi pengkajian, interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan pembahasan berisi tentang masalah atau kesenjangan antara teori dan kasus yang temukan dilapangan. BAB V PENUTUP Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran, kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan dan merupakan inti dari pembahasan kasus bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III, sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan masalah dan tanggapan dari kesimpulan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI MEDIS 1. Bayi Baru Lahir (BBL) a. Pengertian Bayi Baru Lahir Normal Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan kongenital atau cacat bawaan yang berat (Kristiyanasari, 2010 dan Kosim, 2007). b. Ciri ciri Bayi Baru Lahir Normal Menurut Dewi (2010), ciri ciri bayi baru lahir normal adalah sebagai berikut : 1) Lahir aterm antara minggu. 2) Berat badan gram. 3) Panjang badan cm. 4) Lingkar kepala cm. 5) Lingkar dada cm. 6) Lingkar lengan cm. 7) Frekuensi denyut jantung x / menit. 8) Pernafasan x/menit. 9

23 10 9) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup. 10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala telah sempurna. 11) Kuku panjang dan lemas. 12) Nilai APGAR > 7. 13) Reflek rooting ( mencari puting susu denga rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut ) sudah terbentuk. 14) Reflek sucking (isap dan menelan ) sudah terbentuk denga baik. 15) Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan ) sudah terbentuk dengan baik. 16) Reflek grasping (menggenggam ) sudah baik. 17) Genetalia pada laki laki testis pada skrotum dan penis berlubang pada perempuan uretra berlubang serta adanya labia mayora dan minora. 18) Eliminasi baik dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan. c. Klasifikasi Bayi Baru Lahir Menurut Damamik (2010), klasifikasi bayi baru lahir menurut usia gestasi, yaitu : 1) Bayi Kurang Bulan (BKB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi< 37 minggu (259 hari). 2) Bayi Cukup Bulan ( BCB) : Bayi dilahirkan dengan masa

24 11 gestasi antara < minggu ( hari ). 3) Bayi Lebih Bulan ( BLB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi>42 minggu (294 hari). d. Perubahan perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir 1) Pernafasan Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam waktu 30 detik setelah lahir, pernafasan bayi pada menit menit pertama kurang lebih 80 x/menit disertai pernafasan cuping hidung rintihan berlangsung menit (Wiknjosastro, 2005). 2) Suhu Bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit apabila dibiarkan dalam suhu kamar 25 0 C. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2 0 C dalam waktu 15 menit (Wiknjosastro, 2005 ). 3) Perubahan sistem sirkulasi Dengan berkembangnya paru paru, tekanan oksigen didalam alveoli meningkat. Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah paru, sehingga aliran darah meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru paru melalui vena umbilikus dengan dipotongnya talipusat, aliran darah dari plasenta melalui vena inferior

25 12 dan foramen di atrium kanan ini menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu (Wiknjosastro, 2005). 4) Feces Feces berbentuk mekoneum berwarna hijau tua yang telah berada di saluran pencernaan sejak janin berumur 16 minggu, akan mulai keluar dalam waktu 24 jam, pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2 3. Pada hari keempat sampai hari kelima warna tinja menjadi coklat kehijau-hijauan. Selanjutnya warna feces akan tergantung dari jenis susu yang yang diminumnya (Wiknjosastro, 2005). 5) Perubahan metabolisme karbohidrat Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk menambah energi pada jam jam pertama. Setelah lahir energi diambil dari hasil metabolisme asam lemak (Kristiyanasari, 2010). e. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal Menurut Ladewig (2006), penanganan bayi baru lahir normal meliputi : 1) Membersihkan jalan nafas dan sekaligus menilai APGAR menit pertama. 2) Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain halus atau handuk.

26 13 3) Memotong dan mengikat tali pusat dengan memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik. 4) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara dibungkus dengan kain hangat dan kepala diberi topi. 5) Memberikan vitamin K dengan dosis 0,5-1 mg secara IM untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K. 6) Memberikan salep mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena klamida. 7) Mendekapkan bayi ke ibu dan menetekkan segera setelah lahir agar ibu tenang, ada kontak batin antara ibu dan bayi, kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi. 2. Hiperbilirubinemia a. Pengertian hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia merupakan istilah yang dipakai untuk ikterus neonatorum setelah ada hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar serum bilirubin. Hiperbilirubinemia dibagi dua, yaitu : hiperbilirubinemia fisiologis dan hiperbilirubinemia patologis. Hiperbilirubinemia fisiologis apabila kadar bilirubin tidak >10 mg/dl pada bayi kurang bulan dan tidak >12 md/dl pada bayi cukup bulan. Hiperbilirubinemia patologis apabila kadar bilirubin total >12 mg/dl pada bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kurang bulan bila kadar >10 mg/dl (Depkes RI, 2007).

27 14 Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern ikterik bila tidak tertanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 2005). b. Etiologi hiperbilirubinemia Menurut Prawirohardjo (2005) dan Haws (2005), etiologi hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi hiperbilirubinemia adalah : 1) Faktor produksi bilirubin yang berlebihan melampaui kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada : haemolisis yang meningkat seperti pada ketidak cocokan golongan darah antara lain Rh, ABO antagonis, defisiensi enzim G6-PD, golongan darah lain, sepsis. 2) Gangguan dalam up take dan konjugasi hepar disebabkan imaturitas hepar, kurangnya substrak konjugasi (mengubah) bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak terdapat enzim glukuronil transferase (G6PD). 3) Gangguan transportasi bilirubin dalam darah terikat oleh albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan ini dapat dipengaruhi oleh obat seperti salsilat, sulfafu razole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat pada sel otak (kern ikterik).

28 15 4) Gangguan dalam ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau diluar hepar. Akibat kelainan bawaan atau infeksi, atau kerusakan hepar oleh penyebab lain. 5) Kekurangan protein yang tidak mencukupi jumlah enzim sehingga kemampuan hati untuk melakukan konjugasi dan ekskresi bilirubin berkurang. 6) Peningkatan kadar bilirubin berlebih. 7) Pemberian minum ASI yang belum mencukupi. c. Patofisiologi hiperbilirubinemia Menurut Lissauer (2009), patofisiologi hiperbilirubin yaitu : Hiperbilirubin terbentuk dari metabolisme hemoglobin dan protein hem lainnya. Produk pemecahan awal bilirubin takterkonjugasi (bilirubin indirek), yang dibawa di dalam darah dalam keadaan terikat dengan albumin. Ketika ikatan albumin tersaturasi, bilirubin bebas yang bersifat larut dalam lemak dapat melewati sawar darah menuju ke otak yang menyebabkan terjadinya kernikterus. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) yang berikatan dengan albumin dikonjugasi dihati diekskresikan melalui saluran empedu kedalam saluran cerna. Sebagian bilirubin diabsorbsi kembali dari saluran cerna (sirkulasi enterohepatik). Faktor resiko untuk ikterus ditunjukkan dengan warna kuning pada kulit.

29 16 1. Peningkatan jumlah sel darah merah 2. Hemolisis- antibodi rhesus dan sel darah merah 3. Defisiensi G6PD hemoglobin dan protein hem lainnya Hipoksia Asidosis Bilirubin Indirek terikat dengan albumin Melewati sawar darah otak menyebabkan kernikterus Pemecahan bilirubin indirek bebas Albuminbebas Pada hati terjadi konjugasi (glukoriniltransferase). Bilirubin direk Ginjal Usus sterkobilinoge Ekresi ke empedu Sumber :Lissauer& Fanaroff (2009) Gambar 2.1. Skema Peningkatan Hiperbilirubinemia d. Jenis jenis hiperbilirubin. Menurut Prawirohardjo (2005), jenis jenis hiperbilirubin antara lain : 1) Hiperbilirubin hemolitik Pada umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang disebabkan oleh inkompabilitas golongan darah ibu dan bayi, seperti: a) Inkompabilitas Rhesus

30 17 b) Inkompabilitas ABO c) Inkompabilitas golongan darah lain d) Kelainan eritrosithconginetal e) Defisiensi enzim G6PD 2) Hiperbilirubin Obstruktiva Hiperbilirubin yang terjadi karena sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun diluar hati. Akibat sumbatan itu terjadi penumpukan bilirubin tidak langsung. 3) Hiperbilirubin yang disebabkan oleh hal lain, seperti : a) Pengaruh hormon atau obat yang mengurangi kesanggupan hepar untuk mengadakan konjugasi bilirubin. b) Hipoalbuminemia. c) Adanya obat atau zat kimia yang mengurangi ikatan bilirubin tidak langsung pada albumin misalnya, sulfafurzole, salsilat dan heparin. d) Sindrom Griger Najur. Penyakit ini tidak terdapat atau sangat kurang glukoronil transferase dalam hepar. e) Hiperbilirubinemia karena late feeding. f) Asidosis metabolik. g) Pemakaian vitamin K, kalau dosis melebihi 10 mg%. e. Diagnosa hiperbilirubinemia

31 18 Sebaiknya penilaian hiperbilirubinemia dilakukan secara laboratories, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan sacara klinis. Untuk pengamatan hiperbilirubin paling baik dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna, karena pengaruh sirkulasi darah. Di bawah ini dapat dilihat gambar hiperbilirubinemia: pembagian derajat dan daerah a) Derajat I : kepala sampai leher b) Derajat II : kepala, badan sampai umbilicus c) Derajat III : kepala, badan, Paha, sampai dengan lutut. d) Derajat IV : kepala, badan, paha, lutut sampai pergelangan kaki e) Derajat V : kepala, badan, semua ekstremitas sampai ujung jari Sumber :Saifuddin (2005) Gambar 2.2. Derajat dan daerah hiperbilirubinemia

32 19 Berikut adalah tabel rumus Kremer untuk menilai besarnya kadar bilirubin berdasarkan luas ikterus. Tabel 2. 1.Rumus Kremer Daerah Luas Hiperbilirubin Kadar bilirubin (mg %) 1 Kepala dan leher 5 2 Daerah 1 (+) Badan bagian atas 9 3 Daerah 1, 2 (+) Badan bagian bawah dan tungkai 11 Daerah 1, 2, 3 (+) 4 Lengan dan kaki dibawah dengkul 12 5 Daerah 1, 2, 3, 4 (+) Tangan dan kaki 16 Sumber : Prawirohardjo (2005) f. Penatalaksanaan hiperbilirubinemia. 1) Menuru Surasmi (2003), hiperbilirubinemia dapat ditangani dengan cara : a) Fototerapi. Penggunaan fototerapi sesui anjuran dokter biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%, sebelum transfusi tukar atau sesudah transfusi tukar. Pemberian terapi sinar dapat menimbulkan efek samping. Namun efek samping tersebut bersifat sementara, yang dapat dicegah atau ditanggulangi dengan memperhatikan tata cara penggunaan terapi sinar dan diikuti dengan pemantauan keadaan bayi secara berkelanjutan.

33 20 b) Trassfusi Tukar. Transfusi tukar akan dilakuka oleh dokter pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek sama dengan atau lebih tinggi dari 20 mg% atau secara lebih awal sebelum bilirubin mencapai kadar 20 mg%. Pada neonatus dengan kadar bilirubin tali pusat lebih dari 4 mg% dan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 10 mg%, peningkatan kadar bilirubin 1 mg% tiap jam. Darah yang digunakan sebagai darah pengganti (darah donor) ditetapkan berdasarkan penyebab hiperbilirubinemia. c) Fenobarbital Dapat mengekskresikan bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transfuse yang mana dapat meningkatkan bilirubin konjugasi dan clerancehepatic pada pigmen dalam empedu, sintesis protein dimana dapat merningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin. Fenobarbital tidak begitu sering dianjurkan. 2) Menurut Prawirohardjo (2006), pengelolaan hiperbilirubinemia menurut waktu dapat dilihat dalam tabel:

34 21 Tabel 2.2. Pedoman pengelolaan hiperbilirubinemia menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin Bilirubin (mg%) < 24 jam jam < 5 Pemberian makan yang dini 5 9 Terapi sinar bila Kalori cukup haemolisis Transfusi tukar bila Terapi sinar haemolisis Transfusi tukar Transfusi tukar bila haemolisis Terapi sinar < 9 Transfusi tukar Sumber : ( Prawirohardjo, 2006) Keterangan : Sebelum dan sesudah transfusi tukar diberi terapi sinar : + Bila tidak berhasil lakukan tranfusi tukar Bila < 5 mg% selalu observasi Bila > 5 mg% penyebab hiperbilirubinemia perlu diselidiki 3) Menurut Surasmi (2003), Prawirohardjo (2006), Suradi & Rita (2010), Kosim, dkk (2010) penatalaksanan bayi dengan hiperbilirubinemia antara lain : a) Melakukan pengamatan yang ketat dan cermat dengan melakukan pemeriksaan kadar bilirubin setiap 8 jam sekali sesuai program untuk mengetahui adanya perubahan peningkatan kadar bilirubin pada bayi. b) Mencegah terjadinya kurang volume cairan.

35 22 c) Pertahankan intake cairan dengan memberikan minum sesuai jadual (2-3 jam) atau kebutuhan bayi. d) Memberi terapi infus sesui program bila indikasi meningkatnya temperatur, meningkatnya konsentrasi urine dan cairan hilang berlebihan. e) Kaji dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit. f) Memonitor temperatur setiap 2 jam. 4) Jemur bayi pada sinar matahari pagi pukul WIB WIB pada kadar bilirubin 5-15 mg% atau dilakukan terapi sinar. Apabila kadar bilirubin > 15 mg% dan ada peningkatan kadar bilirubin >5 mg%/hari lakukan transfuse tukar. 5) Bila bilirubin tidak turun setelah dilakukan fototerapi dan kadar bilirubin total > 25 mg% atau > 20 mg% pada bayi sakit lakukan pemeriksaan darah untuk dilakukan tranfusi tukar. 6) Bayi dengan penyakit otoimun hemolitik dan kadar bilirubin meningkat walau telah dilakukan foto terapi intensif berikan imonoglobulin intravena 0,5-1 g/kgbb selama 2 jam dan boleh diulangi bila perlu12 jam kemudian. 7) Pada bayi yang mengalami penurunan berat badan 12% atau secara klinis dianjurkan pemberian susu furmula atau ASI tambahan. Bila pemberian peroral sulit dapat diberikan intravena.

36 23 g. Komplikasi hiperbilirubinemia Menurut Dewi (2010) komplikasi hiperbilirubinemia yaitu kern ikterus (ensefalopati biliaris) merupakan suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirek pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi >20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada bayi berat lahir rendah disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata berputar, letargis, kejang, tidak mau menghisap, tonus otot meningkat, leher kaku, sianosis serta dapat juga diikuti dengan ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi mengtal di kemudian hari. 3. Hiperbilirubinemia derajat III a. Pengertian Hiperbilirubinemia derajat III adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain akibat penumpukan kadar bilirubin bagian kepala, badan, paha sampai dengan lutut (Surasmi, 2003). Hiperbilirubinemia derajat III dipakai untuk ikterus neonatorum setelah ada hasil labolatorium yang menunjukkan peningkatan kadar serum bilirubin meningkat mg/dl dalam 24 jam (Kosim dkk, 2010). b. Tanda dan Gejala Menurut Suriadi (2010), tanda dan gejala hiperbilirubinemia derajat III antara lain : 1) Warna kuning pada kulit kepala, badan, paha sampai dengan lutut.

37 24 2) Reflek hisap lemah 3) Sering tidur 4) Berat badan yang menurun 5) Feces berwarna seperti dempul 6) Warna urine gelap jika disertai dehidrasi 7) Peningkatan suhu bila disertai dehidrasi 8) Pemeriksaan bilirubin lebih dari 10 mg%. c. Penatalaksanaan Penanganan hiperbilirubinemia derajat III pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2006) dan Surasmi (2003), antara lain: 1) Melakukan pengamatan yang ketat dan cermat dengan melakukan pemeriksaan kadar bilirubin setiap 8 jam sekali sesuai program untuk mengetahui adanya perubahan peningkatan kadar bilirubin. 2) Pada bayi dengan kadar bilirubin mg% lakukan fototerapi. 3) Menganjurkan ibu untuk memberi ASI agar kebutuhan nutrisi terpenuhi. 4) Jika dengan fototerapi kadar bilirubin tidak turun dan terdapat kenaikan kadar bilirubin 5mg%/hari maka melakukan pemeriksaan golongan darah ibu dan bayi serta memeriksa kadar bilirubin untuk transfuse tukar.

38 25 4. Foto Terapi a. Pengertian Menurut Kosim dkk (2010), foto terapi intensif adalah foto terapi menggunakan sinar blue- green specttrum (panjang gelombang nm) dengan kekuatan 30 Uw/cm 2 (diperiksa dengan radiometer atau diperkirakan dengan menempatkan bayi langsung dibawah sumber sinar dan kulit bayi yang terpajan lebih luas). b. Tehnik Pemberian Foto terapi Menurut Kosim dkk ( 2010), tehnik pemberian foto terapi diberikan dengan cara sebagai berikut : 1) Letakkan bayi dibawah lampu terapi sinar dengan jarak cm. 2) Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai sesui dengan petunjuk. 3) Ubah posisi bayi setiap 3 jam. 4) Pastikan bayi terpenuhi kebutuhan cairannya. 5) Pantau suhu tubuh bayi dan suhu tubuh ruangan setiap 3 jam. 6) Periksa kadar bilirubin serum setiap 6 12 jam pada bayi dengan kadar bilirubin yang cepat meningkat, bayi kurang bulan atau bayi sakit. Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang setelah jam terapi sinar dihentikan.

39 26 7) Hentikan terapi sinar bila kadar bilirubin turun dibawah batas untuk dilakukan terapi sinar atau mendekati nilai untuk dilakukan transfusi tukar. B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan dengan menggunakan langkah langkah yang dipergunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan penemuan, ketrampilan dalam tahapan yang akurat untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007). 2. Langkah langkah Dalam studi kasus ini mengacu pada pola pikir Varney karena untuk memudahkan dalam pengerahan pemecahan masalah terhadap klien. Proses menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari pungumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Pengkajian Data Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, sesui dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang, (Varney, 2007).

40 27 Proses menejemen menurut Varney ada 7 langkah dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut adalah : 1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalm menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu proses sistematis dalam pengumpulan data (Nursalam, 2007). a. Data Subyektif Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadia, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2007). Menurut Nursalam (2007) dan Metondang (2003), data subyektif meliputi : 1) Identitas Pasien Menurut Nursalam (2007), identitas pasien meliputi : a) Nama Untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar benar bayi yang dimaksud. b) Umur Untuk menginterprestasikan apakah data pemeriksaan klinis bayi tersebut normal sesuai dengan umurnya.

41 28 c) Jenis kelamin Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai nilai buku, penyakit penyakit seks (seks linkes) d) Alamat Untuk memudahkan komunikasi jika terjadi hal hal yang gawat, atau hal lain yang dibutuhkan, serta untuk kepentingan kunjungan rumah jika diperlukan. e) Nama orang tua Agar tidak terjadi kekeliruan dengan orang lain f) Umur orang tua Untuk menambah kekuatan data yang diperoleh serta dapat ditemukan pola pendekatan dalam anamnesis. g) Agama Untuk mendapatkan identitas serta untuk mengetahui perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit yang sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa. h) Pendidikan Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesui tingkat pengetahuan.

42 29 i) Pekerjaan Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi orang tua berhubungan dengan kemampuan dalam mencukupi kebutuhan nutrisi. 2. Anamnesa dengan Orangtua a. Keluhan Utama Keluhan utama adalah proses pengkajian kondisi pasien pada saat datang. Pada bayi dengan hiperbilirubinemia keluhan dapat berupa terlihat kuning disekitar kepala, badan, paha sampai dengan lutut, sulit menghisap, sering tidur, sehingga timbul kecemasan pada orangtuanya (Wiknjosastro, 2006). b. Riwayat penyakit 1) Riwayat penyakit sekarang Mengkaji kondisi bayi untuk menentukan pemeriksaan disamping alasan datang ( Nursalam, 2007). 2) Riwayat prenatal (kehamilan) Untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan. Pengkajian ini meliputi : hamil keberapa, umur kehamilan, ANC, HPL dan HPHT (Prawirohardjo, 2007).

43 30 3) Riwayat intranatal (persalinan) Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan tanggal), penolong, tempat, dimana cara persalinanya spontan atau tidak serta keadaan bayi saat lahir (Prawirohardjo,2007). 4) Riwayat postnatal Untuk mengetahui keadaan bayi dan ibu saat nifas, adakah komplikasi saat nifas (Prawirohardjo, 2007). 5) Riwayat penyakit keluarga Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular dan menurun ( Prawirohardjo, 2007). c. Data Obyektif Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh tenaga kesehatan ( Nursalam, 2007). Data obyektif terdiri dari : 1) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum Menurut Hidayat (2007), pemeriksaan keadaan umum dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan bayi. Menurut Metondang (2003) keadaan umum pada bayi hiperbilirubinemia derajad III umumnya lemah.

44 31 b) Kesadaran Menurut Surasmi (2003), pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang ekstrem dan ketegangan otot. Menurut Surasmi (2003), pada bayi dengan hiperbilirubinemia derajad III bayi sadar penuh. c) Suhu Menurut Strigh (2004), suhu untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Nilai batas normal 36 0 C 37 0 C. Menurut Suriadi & Rita (2010), suhu pada bayi dengan hiperbilirubinemia meningkat apabila disertai dehidrasi. d) Nadi Menurut Strigh (2004), nadi untuk mengetahui nadi lebih cepat atau tidak. Nilai batad normal kali/ menit e) Respirasi Menurut Farer (2007), respirasi untuk mengetahui pola pernafasan, nilai batas normal kali/menit. f) Riwayat Apgar Score Menurut Priharjo (2010), riwayat khusus apgar score yang dinilai antara lain : (1) Denyut jantung, dengan nilai batas normal adalah kali/menit.

45 32 (2) Pernafasan dengan batas normal adalah kali/menit. (3) Tonus otot, dengaan batas normal adalah bayi dapat bergerak normal dan aktif. (4) Reaksi pengisapan, dengan batas normal adalah dapat menghisap dengan baik pada saat menetek atau pada saat pemeriksaan fisik. (5) Warna kulit, dengan nilai batas normal adalah merah muda damn tidak kebiru biruan. 2) Pemeriksaan fisik secara sistematis Menurut Hidayat (2007), pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis yang dimulai dari kepala smpai kaki (head to toe) a) Kepala Pemeriksaan kepala untuk mengetahui ada/tidaknya caput atau cepal (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperbilirubin derajat III ubun-ubun terlihat cekung ( Saifuddin, 2006). b) Muka Pemeriksaan muka untuk mengetahui simetris atau tidak (Hidayat, 2009). Pada kasus muka muka terlihat kuning (Saifuddin, 2006).

46 33 c) Telinga Pemeriksaan telinga untuk mengetahui simetris atau tidak bagian kana atau kiri (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperbilirubin derajat III terlihat kuning (Saifuddin, 2006). d) Mata Pemeriksaan mata untuk mengetahui sklera dan konjungtiva normal atau nampak kekuningan (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperbilirubin derajat III sklera terlihat kuning (Saifuddin, 2006). e) Mulut Pemeriksaan mulut untuk mengetahui ada atau tidak ada labiopalatokisis (Hidayat, 2009). f) Hidung Pemeriksaan hidung untuk mengetahui ada atau tidak adanya benjolan,bersih atau tidak (Hidayat, 2009). g) Leher Pemeriksaan leher untuk mengetahui ada atau tidak adanya pembesaran, nampak kekuningan (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperbilirubinemia derajat III kulit leher berwarna kuning (Saifuddin, 2006).

47 34 h) Dada Pemeriksaan dada untuk mengetahui simetris atau tidaknya bagian kanan dan kiri (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperbilirubin derajat III dada terlihat kuning (Saifuddin, 2006). i) Perut Pemeriksaan perut untuk mengetahui perut kembung atau tidak kembung (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperbilirubin derajat III perut terlihat kuning (Saifuddin, 2006). j) Tali pusat Pemeriksaan tali pusat untuk mengetahui tali pusat terbungkus kasa steril atau tidak, kering atau basah, ada kemerahan, bengkak atau tidak (Hidayat, 2009). k) Punggung Pemeriksaan punggung untuk mengetahui adanya spinabifida atau tidak (Hidayat, 2009). Pada kasus hiperbilirubin derajat III punggung terlihat kuning (Saifuddin, 2006). l) Ekstremitas Pemeriksaan ekstremitas untuk mengetahui kelengkapan ekstremas kanan dan kiri, estremitas bawah kanan dan kiri serta kelengkapan jari-jari tangan dan kaki (Hidayat, 2009).

48 35 Pada kasus hiperbilirubin derajat III pada ekstremitas terlihat kuning pada tangan sampai siku dan ekstremitas bawah paha sampai lutut terlihat kuning (Saifuddin, 2006). m) Genetalia Laki laki Perempuan : Testis sudah turun atau belum : Labiamayora sudah menutupi labia Minora atau belum (Hidayat, 2009). n) Anus Pemeriksaan anus untuk mengetahui ada tidaknya atresia ani (Hidayat, 2009). 3) Pemeriksaan Reflek a) Reflek moro Reflek ekstensi dangan ibu jari dan jari telunjuk berbentuk hurf C diikuti dengan ekstremitas kembali ke fleksi jika posisi bayi berubah tiba tiba atau jika bayi diletakan terlentang pada permukaan yang datar (Strigh, 2005). Reflek moro pada bayi hiperbilirubinemia derajat III biasanya lemah (Farrer, 2007). b) Reflek menggenggam atau reflek gasping Reflek menggenggam bisa kuat sekali dan kadang kadang bayi dapat diangkat dari permukaan meja /tidurnya sementara bayi berbaring terlentang dan menggenggam jari

49 36 tangan di periksa (Wong, 2004). Reflek gasping pada bayi hiperbilirubin derajat III biasanya lemah ( Farrer, 2007). c) Reflek menghisap atau reflek suching Bayi normal yang cukup bulan akan berupaya untuk menghisap setiap benda yang menyentuh bibirnya. Reflek menelan juga terdapat (Wong, 2004). Reflek suching pad bayi hiperbilirubin derajat III biasanya lemah (Farrer, 2007). d) Reflek mencari atau reflek roting Saat pipi bayi disentuh bayi akan menolehkan kepala kesisi yang disentuh untuk mencari puting susu (Wong, 2004). Reflek roting pada bayi hiperbilirubinemia derajat III lemah (Farrer, 2007). e) Reflek melangkah atau plantar Jari jari kaki bayi akan melekuk kebawah bila jari jari diletakkan didasar jari jari kakinya (Stright, 2005). Reflek plantar pada bayi hiperbilirubinermia derajat III biasanya lemah (Farrer, 2007). f) Reflek tonik neck Saat bayi ditengkurapkan maka kepala bayi akan menengadah ke atas dan berputar (Wong, 2004). Reflek

50 37 Tonik neck pada bayi hiperbilirubinemia derajad III biasanya lemah (Farrer, 2007). 4) Pemeriksaan Antropometri Pemeriksaan Antropometri menurut Arief (2009), meliputi : a) Lingkar kepala : Batas normal cm. b) Lingkar dada : Batas normal cm. c) Berat badan : Batas normal gram. d) Panjang badan : Batas normal cm. 5) Eliminasi Pada pemeriksaan ini yang dikaji antara lain eliminasi urin dan meconium terutama pada 24 jam pertama baik frekuensi, warna dan kondisi eliminasinya. Pada keadaan normal urin dan mekonium sudah keluar pada 24 jam pertama. Pada kasus bayi dengan hiperbilirubin derajat III fecesnya seperti dempul, urine berwarna gelap (Prihardjo, 2010) 6) Data Penunjang Data penunjang untuk kasus hiperbilirubin derajar III ini diperoleh dari pemeriksaan labolatorium antara lain : pemeriksaan Hb dan golongan darah, serta kadar bilirubin dalam darah >10 14 mg% ( Depkes RI 3, 2007).

51 38 Langkah II Interprestasi Data Pada langkah ini melaksanakan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuha klien berdasarkan interprestasi yang benar. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik (Varney, 2007). a. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar momenklatur diagnosa kebidanan (Varney, 2007). Diagnosa untuk kasus hiperbilirubin derajat III : Bayi Ny. S lahir cukup bulan umur...hari, jenis kelamin...dengan hiperbilirubinemia derajad III. Dasar : Data Subyektif menurut Surasmi (2003): 1) Ibu mengatakan bayinya kuning 2) Ibu mengatakan bayinya malas minum Data Obyektif menurut Surasmi (2003) 1) Keadaan umum lemah 2) Muka, badan, paha sampai lutut nampak kuning 3) Reflek suchung, reflek moro, reflek gaspin, reflek rooting, reflek plantar lemah.

52 39 b. Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa dan tetap membutuhkan penanganan (Varney, 2007). Masalah-masalah yang sering dijumpai pada bayi dengan hiperbilirubinemia derajat III adalah gangguan sistem pernafasan, reflek hisap dan menelan minuman, kesadaran menurun atau sering tidur ( Surasmi, 2003). c. Kebutuhan Kebutuhan kebutuhan yang harus diberikan pada bayi bari lahir dengan hiperbilirubinemia adalah oksigen sesuai terapi, pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif menjaga supaya lingkungan sekitar nyaman dan hangat (Surasmi, 2003) Hal hal yang di butuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Varney, 2007). Langkah III Diagnosa Potensial Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dengan hati hati dan kritis pola atau kelompok tanda atau gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah yang spesifikasi. Diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III akan terjadi hiperbilirubinemia derajat IV dan kernikterus apabila kadar bilirubin semakin meningkat lebih dari15 20 mg % ( Varney, 2007).

53 40 Menurut Kosim dkk (2010), antisipasi bidan untuk mencegah terjadinya hiperbilirubinemia derajat IV yaitu dengan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan ASI sesuai kebutuhan 2-3 jam, observasi KU, pemantauan kadar bilirubin, pemberian terapi untuk penatalaksanaan hiperbilirubin derajat III. Langkah IV Antisipasi atau Tindakan Segera Langkah keempat ini merupakan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera dan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk menghindari terjadinya kegawat daruratan (Varney, 2007) Antisipasi untuk kasus hiperbilirubinemia derajat III antara lain memperhatikan hasil darah bilirubin jika hasilnya 7 mg% atau lebih segera hubungi dokter spesialis anak, bayi perlu terapi, melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi pada kadar bilirubin mg% dan jika terjadi hemolisis lakukan tranfusi tukar ( Prawirohardjo, 2007). Langkah V Perencanaan Asuhan Kebidanan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidantifikasi atau diantisipasi (Varney, 2007). Menurut Dewi (2010), perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III antara lain:

54 41 a. Observasi keadaan umum dan tanda vital b. Penuhi kebutuhan dan cairan c. Jemur bayi pada sinar matahari pagi pukul 7 8 sampai selama menit. d. Periksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan labolatorium e. Penuhi kebutuhan bayi dengan baik f. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk melakukan terapi selanjutnya. Langkah VI Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan Langkah keenam ini adalah pelaksanaan dari asuhan menyeluruh. Penatalaksanaan manajemen yang efesien akan meningkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien ( Varney, 2007). Menurut Dewi (2010), pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III antara lain: a. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital b. Memenuhi kebutuhan dan cairan c. Menjemur bayi pada sinar matahari pagi pukul 7 8 sampai selama menit. d. Memeriksa bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan labolatorium e. Memenuhi kebutuhan bayi dengan baik f. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk melakukan terapi selanjutnya.

55 42 Langkah VII Evaluasi Evaluasi merupakan sebuah perbandingan antara hasil yang aktual dengan hasil yang diharapkan (Varney, 2007). Menurut Surasmi (2003), evaluasi pada perencanaan yang telah disusun untuk asuhan bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia derajat III dapat terlaksana dan terpenuhi kebutuhannya meliputi kebutuhan terpenuhi, kadar bilirubin atau derajat hiperbilirubinemia menurun, kondisi umum bayi baik, berat badan naik, reflek menghisap dan reflek gerak baik atau kuat, dan bayi tidak kesulitan dalam menyusu Dalam pendokumentasian sebagai catatan perkembangan digunakan asuhan kebidanan menurut Varney yang diringkas menjadi 4 langkah (SOAP). Menurut Varney (2007), sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu : S : Subyektif Menggunakan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. O : Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lain dan tes diagnostik dalam data fokus untuk mendukung assesment.

56 43 A : Assesment / analisa Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi. 1) Diagnosa atau masalah. 2) Antisipasi diagnosa / masalah potensial. 3) Perlunya tindakan segera oleh bidan, dokter, konsultasi, atau kolaborasi dan atau rujukan. P : Planning Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi, perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah V, VI, VII Varney. C. Landasan Hukum 1. Menurut keputusan Permenkes RI No. 149/Menkes/2010 tentang registrasi praktek bidan yaitu : a. Kompetensi 6 bidan berwenang dalam pelayanan bayi baru lahir meliputi: 1) Bayi baru lahir dengan hipoglikemi 2) Bayi baru lahir dengan hipotermi 3) Bayi baru lahir dengan dehidrasi 4) Bayi baru lahir dengan diare 5) Bayi baru lahir dengan infeksi 6) Bayi baru lahir dengan ikterus

57 44 b. Kompetensi 7 bidan berwenang melakukan tindakan pertolongan kegawat daruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya. 2. Berdasarkan Kepmenkes 369/2007 pasal 16 Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi : pemeriksaan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan bayi, resusitasi bayi baru lahir, pemantauan tumbuh kembaang anak, pemberian imunisasi, pemberian penyuluhan (Menkes RI 1, 2010).

58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Laporan Kasus Laporan ini merupakan jenis studi kasus, yaitu studi yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu peroses yang terdiri dari unit tunggal, yaitu satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini membahas tentang Asuhan Kebidanan Bayi Ny. S umur 10 jam dengan hiperbilirubinemia derajat III dengan manajemen 7 langkah Varney dan dokumentasi SOAP untuk data perkembangan. B. Lokasi Laporan Kasus Menurut Notoatmodjo (2010), lokasi merupakan tempat atau lokasi yang digunakan untuk mengambil laporan kasus dan sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian. Laporan studi kasus ini dilaksanakan di ruang HCU neonatus RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 45

59 46 C. Subyek Laporan Kasus Menurut Notoatmodjo (2010), subyek studi kasus adalah suatu hal atau seseorang yang akan dikenai kegiatan laporan kasus. Subyek dari laporan kasus ini adalah bayi baru lahir pada Bayi Ny. S umur 10 jam dengan hiperbilirubinemia derajat III. D. Waktu Studi Kasus Menurut Notoatmodjo (2010), waktu studi kasus adalah kapan waktu yang digunakan untuk pelaksanaan pengambilan studi kasus. Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 27 April Mei E. Instrumen Studi Kasus Menurut Arikunto (2010), instrumen adalah alat atau fasilitas yang akan akan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Pada kasus ini instrumen digunakan adalah format asuhan kebidanan 7 langkah Varney pada bayi baru lahir untuk pengumpulan data awal dan format asuhan kebidanan dengan SOAP untuk data perkembangan. F. Tehnik Pengumpulan Data Setelah mendapat ijin dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pengumpulan data pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia menggunakan : 1. Data primer Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari obyekobyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2007).

60 47 Data primer diperoleh dengan cara : a. Pemeriksaan fisik Menurut Nursalam (2005), pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik yaitu : 1) Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi yang dilakukan secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Secara sistematis dari kepala sampai kaki. Inspeksi untuk kasus hiperbilirubinemia derajat III dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki yaitu dengan melihat warna kulit bayi. Pada kasus kulit bayi berwarna kuning pada kulit kepala, leher, badan, ekstremitas atas sampai siku, ekstremitas bawah sampai paha. 2) Palpasi Palpasi adalah tehnik pemeriksaan menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang positif karena dapat menghantarkan rangsangan dengan baik untuk palpasi. Pada kasus bayi baru lahir dengan hiperbilirubin derajat III melakukan palpasi untuk menentukan adanya kulit tipis, transparan, lanugo banyak. Pada kasus bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia palpasi digunakan untuk memeriksa bayi kembung atau tidak.

61 48 3) Perkusi Perkusi adalah tehnik pemeriksaan dengan mengetukngetukkan jari kebagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian dengan yang kiri dan kanan untuk menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsisten jaringan. Pada kasus bayi baru lahir dengan hiperbilirubin derajat III dilakukan pada abdomen. Pada kasus bayi Ny.S dengan hiperbilirubinemia tidak dilakukan pemeriksaan dengan teknik perkusi. 4) Auskultasi Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi frekuensi jantung, pernafasan, bising usus. b. Wawancara Menurut Notoatmodjo (2010), wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden atau sasaran peneliti atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Pada kasus ini wawancara atau tanya jawab dilakukan pada keluarga pasien dan petugas kesehatan yang lain seperti bidan, perawat, dan dokter.

62 49 c. Pengamatan (Observasi) Menurut Arikunto (2010), observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Menurut Saifudin (2005), observasi dilakukan pada studi kasus bayi baru lahir dengan hiperbilirubin derajad III dengan mengobservasi keadaan umum, TTV (suhu, nadi, respirasi), kadar bilirubin, intake, warna kulit, daerah yang kuning, terapi, BAK, BAB, yang dilakukan sampai bayi pulang dari rumah sakit. 2. Data Skunder Data sekunder didapatkan dari dokumentasi catatan medik yang merupakan sumber informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi masalah, menegakkan diagnosa, merencanakan tidakan kebidanan dan memonitor respon pasien terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2005). Data skunder pada studi kasus ini didapatkan dari : a. Studi dokumentasi Menurut Notoatmodjo (2005), yaitu sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi. Pengambilan kasus ini menggunakan catatan rekam medik pasien di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, buku KIA, catatan keperawatan, lembar obsarvasi untuk memperoleh informasi data medik yang ada.

63 50 b. Studi kepustakaan Menurut Notoatmodjo (2005), yaitu bahan-bahan pustaka yang sangat penting dalam menunjang latar belakang suatu penelitian. Studi kepustakaan ini diambil dari buku refrensi kesehatan yang diterbitkan tahun yang berhubungan dengan asuhan bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia. G. Alat-alat yang Dibutuhkan Alat-alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antaralain : 1. Alat untuk wawancara a. Format pengkajian dengan 7 langkah Varney. b. Alat tulis 2. Alat untuk pemeriksaan dan observasi a. Termometer b. Stetoskop c. Jam tangan d. Senter e. APD

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009). BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas asuhan kebidanan pada bayi S dengan ikterik di RSUD Sunan Kalijaga Demak menggunakan manajemen asuhan kebidanan varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Berat badan 2500-4000 gram. Panjang badan lahir 48-52 cm. Lingkar dada 30-35 cm. Lingkar kepala 33-35 cm. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara Lengkap. Pengkajian kasus By Ny A dengan asfiksia sedang di RSUD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara Lengkap. Pengkajian kasus By Ny A dengan asfiksia sedang di RSUD BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengkajian kasus By Ny A dengan asfiksia sedang di RSUD Karanganyar dilakukan dengan manajemen 7 langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. jepit bayi menangis yang dapat merangsang pernafasan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. jepit bayi menangis yang dapat merangsang pernafasan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan kelahiran bayi ialah lahirnya seorang individu yang sehat dari seorang ibu yang sehat. Bayi lahir sehat artinya tidak mempunyai gejala sisa atau tidak mempunyai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI DENGAN IKTERIK DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. : RSUD Sunan Kalijaga Demak

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI DENGAN IKTERIK DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. : RSUD Sunan Kalijaga Demak BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGI DENGAN IKTERIK DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK A. TINJAUAN KASUS 1. Pengkajian Tempat : RSUD Sunan Kalijaga Demak Hari / Tanggal : Rabu, 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara gram,

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara gram, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38).

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Indonesia, diantara negara

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN PENDAHULUAN Bayi muda : - mudah sekali menjadi sakit - cepat jadi berat dan serius / meninggal - utama 1 minggu pertama kehidupan cara memberi pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO ( World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup terutama disebabkan

Lebih terperinci

ASUHAN HIPERBILIRUBIN

ASUHAN HIPERBILIRUBIN ASUHAN HIPERBILIRUBIN Pengertian. KERN IKTERUS Suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. HIPERBILIRUBIN Suatu keadaan dimana kadar bilirubinemia mencapai nilai yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berat badan lahir rendah (BBLR) Merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. Dalam penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5, 5/1000 per kelahiran hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO (World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di dalam sisitem retikuloendotelial. Mayoritas bilirubin diproduksi dari protein yang mengandung heme

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana bilirubin berasal dari penguraian protein dan heme. 13 Kadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan. perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan. perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait kesehatan reproduksi perempuan. Pelayanan kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2014 menyebutkan bahwa Angka kematian ibu (AKI) sebesar per kelahiran hidup, dibanding tahun 2013 sebesar

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2014 menyebutkan bahwa Angka kematian ibu (AKI) sebesar per kelahiran hidup, dibanding tahun 2013 sebesar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil situasi derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Banyumas tahun 2014 menyebutkan bahwa Angka kematian ibu (AKI) sebesar 114.73 per 100.000 kelahiran hidup, dibanding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk adalah terjadinya perubahan jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk adalah terjadinya perubahan jumlah penduduk pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk adalah terjadinya perubahan jumlah penduduk pada suatu wilayah, baik bertambah maupun berkurang, di Indonesia pertumbuhan penduduk mencapai 1,49%.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis

BAB IV PEMBAHASAN. yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengankesenjangan yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin

Lebih terperinci

INOVASI TERKAIT HIPERBILIRUBINEMIA

INOVASI TERKAIT HIPERBILIRUBINEMIA Lampiran 1 INOVASI TERKAIT HIPERBILIRUBINEMIA A. Judul Penggunaan linen putih sebagai media pemantulan sinar pada fototerapi. B. Pengertian Foto terapi yaitu pemberian lampu fluoresen (panjang gelombang

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY S BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BERAT. : Ruang bayi RSUD R.Syamsudin SH. Tanggal/Jam Lahir : 25 Maret 2012 jam 19.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY S BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BERAT. : Ruang bayi RSUD R.Syamsudin SH. Tanggal/Jam Lahir : 25 Maret 2012 jam 19. ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY S BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BERAT Tanggal pengkajian : 25 Maret 2012 Jam Ruangan : 19.48 WIB : Ruang bayi RSUD R.Syamsudin SH I. DATA SUBJEKTIF A. IDENTITAS 1. Bayi Nama

Lebih terperinci

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14 BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14 1. PENGERTIAN Bayi dari ibu diabetes Bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes. Ibu penderita diabetes termasuk ibu yang berisiko tinggi pada saat kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adaptasi bayi baru lahir yang baru mengalami proses kelahiran sangat perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3). Kehidupan antara intrauterine

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut WHO, kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan konseling asuhan kebidanan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan angka harapan hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan angka harapan hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Masalah Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia, antara lain angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi dan angka harapan hidup. Angka

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. S DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. S DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. S DENGAN IKTERUS NEONATORUM DERAJAT II DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Pendidikan D III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan dari kabupaten/kota Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. laporan dari kabupaten/kota Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita pada dasarnya harus menjalankan kodrat sebagai seorang ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa saat ini Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah tertinggi. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB I PENDAHULUAN. bahwa saat ini Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah tertinggi. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun diseluruh dunia sejumlah 4,3 juta bayi baru lahir meninggal, dan di negara berkembang kurang lebih 70% dari jumlah kematian ini dapat dicegah dengan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Population Prospect menurun dari 13 per 1000 penduduk pada periode tahun 1970 sampai dengan 1975, menjadi

Lebih terperinci

TAHUN 2014 NIM B11016 PROGRAM. Disusun oleh :

TAHUN 2014 NIM B11016 PROGRAM. Disusun oleh : ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. A DENGAN N IKTERUS DERAJAT I DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A DENGAN IKTERUS DERAJAT IV DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014

ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A DENGAN IKTERUS DERAJAT IV DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014 ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A DENGAN IKTERUS DERAJAT IV DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Sehingga kesehatan ibu merupakan komponen yang penting

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF BBL PADA BY I DENGAN BBLR HARI KE-2 DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Dini Novia Sari**

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF BBL PADA BY I DENGAN BBLR HARI KE-2 DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Dini Novia Sari** ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF BBL PADA BY I DENGAN BBLR HARI KE-2 DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015 Ida Susila* Dini Novia Sari** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari kehamilan, persalinan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari kehamilan, persalinan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi yang baru dilahirkan (Prawirohardjo, 2010; h. 3).Ilmu kebidanan menjadi dasar usaha-usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat waktu lahir, tubuh bayi baru lahir berpindah dari ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit ini dikenal sebagai periode transisi-periode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Pada pemeriksaan didapatkan hasil data subjektif berupa identitas pasien yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu negara atau wilayah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu negara atau wilayah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau wilayah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepasnya dari

Lebih terperinci

HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS

HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS IKTERUS Jaundice/ikterus : pewarnaan kuning pada kulit, sklera, atau membran mukosa akibat penumpukan bilirubin yang berlebihan 60% pada bayi cukup bulan; 80% pada bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan masa konsepsi sampai dengan lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari mulai hari pertama

Lebih terperinci

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU 1 Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara (Saifuddin 2009, h.7).

BAB I PENDAHULUAN. keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara (Saifuddin 2009, h.7). BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kematian ibu pada umumnya dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara (Saifuddin 2009, h.7). Kematan ibu adalah kematian seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi. keluarga sehat dan bahagia (Anggraini, 2010.h.10).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi. keluarga sehat dan bahagia (Anggraini, 2010.h.10). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, masalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta ekskresi. Bilirubin merupakan katabolisme dari heme pada sistem retikuloendotelial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Hiperbilirubinemia merupakan kondisi peningkatan kadar bilirubin yang terakumulasi dalam darah dan di tandai dengan jaundice atau ikterus, suatu pewarnaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Asuhan pada masa nifas diperlukan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post partum spontan di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung Semarang pada tanggal 14 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan dan telah ditetapkan dalam tujuan pembangunan Millenium Developmen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga.

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian maternal menurut WHO (World Health Organization) seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK Dinamika Kesehatan, Vol. 6 No. 2 Desember 2015 Khadijah et al., Gambaran Tingkat Ikterus Fisiologis... GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jiwa yang terdiri atas jiwa penduduk laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN jiwa yang terdiri atas jiwa penduduk laki-laki dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil estimasi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 sebesar 252.124.458 jiwa yang terdiri atas 126.921.864 jiwa penduduk laki-laki dan 125.202.594 jiwa penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada generasi. mendatang. Kematian ibu menurut WHO didefinisikan sebagai kematian

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada generasi. mendatang. Kematian ibu menurut WHO didefinisikan sebagai kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan bersalin adalah masalah besar bagi suatu negara, karena kesehatan ibu hamil dan bersalin sangat menentukan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu merupakan bagian yang sangat penting dalam. kesehatan reproduksi karena seluruh bagian yang lain sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu merupakan bagian yang sangat penting dalam. kesehatan reproduksi karena seluruh bagian yang lain sangat dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu merupakan bagian yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena seluruh bagian yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidan, Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280

BAB I PENDAHULUAN. bidan, Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu dan bayi merupakan salah satu tanggung jawab bidan, Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. ASI juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. ASI juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. ASI juga merupakan nutrisi alamiah bagi bayi karena mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ethiopia (13 000), Indonesia ( 8800), Pakistan (7900), Republik Tanzania

BAB I PENDAHULUAN. Ethiopia (13 000), Indonesia ( 8800), Pakistan (7900), Republik Tanzania 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013, angka kematian ibu global (MMR) adalah 210 kematian ibu per 100 000 kelahiran hidup, turun dari 380 kematian ibu per 100 000 kelahiran hidup pada

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN S IDENTITAS PASIEN S NAMA: MUH FARRAZ BAHARY S TANGGAL LAHIR: 07-03-2010 S UMUR: 4 TAHUN 2 BULAN ANAMNESIS Keluhan utama :tidak

Lebih terperinci

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g ASUHAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH By. Farida Linda Sari Siregar, M.Kep PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut definisi WHO, kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR By Ny. N DENGAN HIPERBILIRUBIN DERAJAT III DI RSU ASSALAM GEMOLONG KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR By Ny. N DENGAN HIPERBILIRUBIN DERAJAT III DI RSU ASSALAM GEMOLONG KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR By Ny. N DENGAN HIPERBILIRUBIN DERAJAT III DI RSU ASSALAM GEMOLONG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan peningkatan Angka Kematian Ibu yang signifikan yaitu 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses persalinan merupakan masa yang kritis sepanjang kehidupan bayi. Perubahan minimal yang terjadi sebelum atau pada saat persalinan, dapat berpengaruh

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) REFERENSI Abdul Bari Saifuddin, Buku Acuan Nasional Palayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Ed. 1, Cet. 3. 2002, Jakarta: YBP-SP (Hal :376-378)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas. obstetri yang rendah pula (Profil kesehatan jawa tengah 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas. obstetri yang rendah pula (Profil kesehatan jawa tengah 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibuibu selama kehamilan sampai dengan paska persalinan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana salah satunya di tentukan oleh kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal dalam 100.000 persalinan hidup.

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Aunida Hasyyati*,Dwi Rahmawati 1,Mustaqimah 1 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *Korepondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan (Jateng, DinKes.2013;h.9). Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan (Jateng, DinKes.2013;h.9). Masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang langsung berhubungan dengan keberhasilan fasilitas pelayanan kesehatan (Jateng,

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan sampai dengan paska persalinan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan kesenjangan yang ada di lahan praktek di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Berat Bayi Lahir 2.1.1. Pengertian Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur

Lebih terperinci

3. Potensial komplikasi : dehidrasi. 3. Defisit pengetahuan

3. Potensial komplikasi : dehidrasi. 3. Defisit pengetahuan ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA A. Definisi: Keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DI. Pengkajian secara autoanamnesa / alloanamnesa Hari / tanggal : Jam : A. DATA SUBYEKTIF 1. Identitas pasien : - Nama : - Umur : - Pekerjaan : - Agama : - Alamat : 2.

Lebih terperinci