PARAMETER GENETIK PERFORMANS BABI SILANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PARAMETER GENETIK PERFORMANS BABI SILANGAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id PARAMETER GENETIK PERFORMANS BABI SILANGAN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Peternakan Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Peternakan Oleh : Yuli Wulandari H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 i

2 digilib.uns.ac.id PARAMETER GENETIK PERFORMANS BABI SILANGAN Skripsi yang dipersiapkan dan disusun oleh Yuli Wulandari H telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 11 Juli 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Ketua Susunan Tim Penguji Anggota I Anggota II Ir. YBP. Subagyo, MS. NIP drh. Sunarto, M. Si. NIP Ir. Lutojo, MP. NIP Surakarta, 20 Juli 2012 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. NIP ii

3 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberika segala kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Paramater Genetik Performans Babi Silangan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Ir. YBP. Subagyo MS., selaku Pembimbing Utama serta Ketua dari Tim Penguji Skripsi. 4. Bapak drh. Sunarto M. Si., selaku pembimbing pendamping serta Anggota Penguji I. 5. Bapak Ir. Lutojo, MP., selaku Anggota Penguji II. 6. Segenap staf CV. Adhi Farm yang telah membantu proses penelitian ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih memerlukan banyak perbaikan, oleh karenanya kritik dan saran untuk perbaikan usulan penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Juli 2012 Penulis iii

4 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii RINGKASAN... ix SUMMARY... xi I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Babi... 4 B. Sifat Produksi dan Reproduksi Babi... 5 C. Sistem Perkawinan... 6 D. Bobot Lahir... 7 E. Genetik... 8 F. Varians Genetik... 9 G. Heritabilitas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat Penelitian C. Cara Penelitian Macam Penelitian Observasi Lapangan Metode Penurunan Faktor commit Genetik to... user 18 iv

5 digilib.uns.ac.id 4. Parameter yang Diestimasi D. Cara Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komponen Varians B. Heritabilitas V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

6 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman 1 Hasil Estimasi Komponen Varians Hasil Persentase Komponen Varians Hasil Estimasi Nilai Heritabilitas Hasil Estimasi Nilai Heritabilitas dengan Pemisahan Pengaruh Lingkungan yang Sama vi

7 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman 1 Skema Perkawinan vii

8 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Judul Halaman 1 Data Tetua Pejantan Data Tetua Betina Sebaran Data Cek Analisis Variansi dengan SAS Hasil Perhitungan Analisis Variansi Pendugaan Komponen Ragam (Variansi) Pencarian Environment Common (Pengaruh Lingkungan yang Sama Pendugaan Nilai Heritabilitas Pendugaan Ragam dan Galat Baku Komponen Ragam Pendugaan Galat Baku Nilai Heritabilitas viii

9 digilib.uns.ac.id PARAMETER GENETIK PERFORMANS BABI SILANGAN Yuli Wulandari H RINGKASAN Ternak babi mempunyai sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan ternak lainnya, khususnya dari sifat produksi dan reproduksinya. Keunggulan tersebut antara lain adalah tingkat efisiensi penggunaan pakan tinggi, pertumbuhannya yang cepat, umur kebuntingan yang relatif singkat, prolifik, cepat dewasa tubuh serta lebih tahan terhadap penyakit. Peningkatan mutu genetik ternak babi pada dasarnya dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu seleksi dan sistem perkawinan. Evaluasi mutu genetik pada seekor ternak bagi sifat produksi biasanya didasarkan pada Parameter Genetik, dalam penelitian ini adalah ternak babi. Salah satu Parameter Genetik yang biasanya digunakan pada program pemuliaan adalah nilai pewarisan sifat (heritabilitas). Heritabilitas berfungsi menggambarkan hubungan antara nilai fenotip suatu sifat dengan nilai pemuliaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan partisi varians pada tetua pejantan dan betina terhadap sifat bobot lahir anak babi silangan, serta untuk mengestimasi heritabilitas pada tetua pejantan, betina dan total keduanya berdasarkan informasi data bobot lahir anak babi. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan Desember Penelitian dilaksanakan di perusahaan babi CV. Adhi Farm Palur Kabupaten Karanganyar. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 168 ekor anak babi (piglet) yang berasal dari 3 ekor pejantan dan 21 ekor betina. Metode yang digunakan adalah observasi. Heritabilitas bobot lahir diestimasi dengan Analisis Sidik Ragam Pola Tersarang (nested design) dengan data pengamatan yang tidak sama per individu. Bangsa babi pejantannya adalah dari bangsa babi Duroc, Landrace dan Hampshire, sedangkan betinanya berasal dari bangsa babi Landrace. Parameter yang diestimasi adalah varians genetik tetua pejantan, varians genetik tetua betina, heritabilitas tetua pejantan, heritabilitas tetua betina serta heritabilitas total dari kedua tetua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai varians genetik pejantan dan betina adalah sebesar 0,016 dan 0,026. Nilai varians genetik tersebut jika dipersentasekan menunjukan hasil 21,33% dan 34,67%. Nilai varians genetik untuk tetua betina lebih besar daripada nilai varians genetik pada pejantan. Hal ini disebabkan dalam genetik induk terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi besarnya nilai varians genetik pada betina. Nilai yang lebih besar ini juga disebabkan karena pada betina nilai atau pengaruhnya hanya terbatas dalam satu pejantan saja, sedangkan pengaruh pejantan dapat tersebar dalam beberapa betina yang cangkupan nilainya lebih luas. Nilai heritabilitas pejantan, betina dan total berturut-turut adalah sebesar 0,85 ± 0,02; 0,58 ± 0,014 dan 0,72 ± 0,017. Nilai yang didapat tergolong nilai heritabilitas commit to yang user tinggi karena lebih dari 0,3. Nilai ix

10 digilib.uns.ac.id tersebut mempunyai arti bahwa anak babi (piglet) yang dilahirkan mempunyai kemiripan yang besar dengan tetuanya. Nilai heritabilitas tertinggi terdapat pada tetua pejantan yang dapat diartikan bahwa sifat berat lahir banyak dipengaruhi atau mempunyai kemiripan sifat dengan tetua pejantannya. Heritabilitas total nilainya menurun karena pengaruh dari betina, jadi dapat diartikan bahwa nilai heritabilitas total tidak sama dengan penjumlahan dari nilai heritabilitas pejantan ditambah dengan heritabilitas betina. Kesimpulan dari penelitian ini adalah nilai varians genetik pada tetua pejantan adalah 0,016 atau 21,33 % dan pada varians genetik pada tetua betina adalah 0,026 atau 34,67%. Nilai heritabilitas sifat bobot lahir yang diamati adalah 0,58±0,014 pada heritabilitas betina, 0,72±0,017 pada heritabilitas total dan 0,85±0,02 pada heritabilitas pejantan. Nilai heritabilitas tersebut menunjukkan kemiripan yang sangat besar antara tetua dengan keturunannya karena nilainya lebih dari 0,3. Kata Kunci : Babi, berat lahir, varians genetik, heritabilitas. x

11 digilib.uns.ac.id GENETICS PARAMETER OF PERFORMANS CROSSBREEDING SWINE Yuli Wulandari H SUMMARY Swine of the traits that have superior compared with other livestock, especially for productive characteristic and it s reproduction. The special characteristic such as feed efficient, faster to grow and the pregnant old is faster. Prolific older body and it can survive from the illness. Improvement of genetic pig quality cold be done by two manner such us breeding and selection. Genetic quality evaluation in swine for productive characteristic as in basic genetic parameter, in this experiment is swine. One of genetic parameter in this program of heritability is about relation phenotype value with breeding value. The purpose of this experiment is to partition the variance on the Sire and Dam s weight characteristic born cross of pig. This research was conducted for a month that on December This experiment is done in pig breeding CV. Adhi Farm Palur, Karang Anyar District. Experiment material is pig such as 168 piglet s from 3 sire and 21 dam. This experiment is used observation method. The weight heritability born to estimation with nested design and different file experiment every swine. The Sire s breed form Duroc, Landrace and Hampshire, the Dam s breed from Landace. The parameter to estimation is the older male genetic variance, older female heritability and totality heritability from two the older. The results showed the value of genetic variance Sire s and Dam s are 0,016 and 0,026. The value of the genetic variance same are 21,33 % and 34,67 %. The genetic Variance Value Dam s is more than genetic Variance value in Sire s. Because in Dam s genetic has many the other factor influence genetic Variance value in Dam s. The more value to Dam s cause of limited in only one sire, while the influence of the Sire s can spread in a few Dam s where group value more wide. The male influence can spread in to many female where group value more wide. The heritability value of Sire s, Dam s and totality are 0,85 ± 0,02; 0,58 ± 0,014 and 0,72 ± 0,017. The Heritability value include high quality because more than 0,03, that value is meaning that piglet was born has many characteristic with the older. The high heritability value exist in Sire s, born weight influence or same the characteristic with Sire s. The totality heritability is fluctuate because influence from Dam s, so the heritability value didn t same with point out from Sire s heritability added with Dam s heritability. The conclusion of this experiment is genetic variance value in Sire s 0,016 or 21,33 % and variance value in Dam s 0,026, or 34,67 %. The heritability value weight characteristic born research 0,58±0,014 in Dam s heritability, totality heritability 0,72±0,017 and Sire s heritability is 0,85±0,02. The xi

12 digilib.uns.ac.id heritability value is include high quality same characteristic between Sire s and Dam s with piglet s, because the value more than 0,3. Keys Word : Swine, Weight Born, Genetic of Variance, and Heritability. xii

13 digilib.uns.ac.id PARAMETER GENETIK PERFORMANS BABI SILANGAN Jurusan/Program Studi Peternakan Oleh : Yuli Wulandari H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012 to user xiii

14 digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ternak babi mempunyai sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan ternak lainnya, khususnya dari sifat produksi dan reproduksinya. Keunggulan tersebut antara lain adalah tingkat efisiensi penggunaan pakan yang tinggi, pertumbuhannya yang cepat, umur kebuntingan yang relatif singkat, cepat dewasa tubuh serta lebih tahan terhadap penyakit. Ternak babi juga berpotensi untuk digunakan sebagai objek penelitian, salah satu contohnya pada program pemuliaan yaitu dalam hal peningkatan mutu genetik ternak. Peningkatan mutu genetik ternak babi pada dasarnya dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu seleksi dan sistem perkawinan. Kualitas genetik ternak tidak dapat dilihat secara kasat mata, oleh karena itu dapat diduga menggunakan parameter genetik. Warwick et al., (1984) menyatakan bahwa beberapa parameter genetik dan fenotip perlu diketahui sebelum melakukan program pemuliaan agar diperoleh hasil yang optimum dan maksimum. Lasley (1978) cit Sulastri et al. (2002) juga menyatakan bahwa Parameter genetik dikembangkan berdasarkan kemiripan antar individu yang berkerabat. Seleksi mengakibatkan perubahan nilai parameter genetik karena terjadinya perubahan frekuensi gen. Nilai parameter genetik harus diestimasi secara periodik agar menjadi pedoman yang akurat untuk merancang, menyusun, dan mengevaluasi program pemuliaan dalam suatu populasi. Parameter genetik yang penting dalam program pemuliaan adalah varians genetik dan heritabilitas. Falconer dan Mackay (1996) menyatakan bahwa variasi genetik dan variasi lingkungan, bersama-sama membentuk variasi fenotip yang menyebabkan adanya perbedaan penampilan individu. Pengaruh genotip dan lingkungan yang berbeda menyebabkan terjadinya atau terbentuknya varians. Pane (1986 ) berpendapat bahwa commit variasi to user adalah bahan baku yang baik untuk 1

15 digilib.uns.ac.id 2 suatu tujuan perbaikan mutu. Makin besar variasinya makin besar pula kemungkinan dilaksanakannya perbaikan mutu secara keseluruhan. Heritabilitas (angka pewarisan) merupakan suatu konsep atau penjelasan yang memprediksi seberapa besar proporsi suatu sifat dalam tubuh tetua dapat diturunkan pada anaknya. Fungsi heritabilitas adalah menggambarkan hubungan antara nilai fenotip suatu sifat dengan nilai pemuliaannya. Angka heritabilitas dalam ilmu pemuliaan dikatakan tinggi mempunyai arti bahwa kemiripan antara anak dan induknya juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Heritabilitas bobot badan dan pertambahan bobot badan dapat dijadikan dasar untuk program pemuliaan yang lebih terarah. Bobot badan merupakan sifat kuantitatif yang dipengaruhi oleh banyak pasangan gen, meliputi gen additif dan non additif. Bobot badan merupakan salah satu sifat kuantitatif yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. B. Rumusan Masalah Kualitas genetik ternak adalah faktor penentu berkualitas atau tidaknya ternak yang akan dipelihara, kualitas ini tidak dapat dilihat atau dihitung secara langsung, oleh karena itu dapat diduga menggunakan parameter genetik. Nilai genetik pada sifat kuantitatif biasanya dapat diperkirakan besarnya. Nilai parameter genetik dapat dihitung dengan menggunakan data performans atau produksi yang sudah ada. Parameter genetik dikembangkan berdasarkan kemiripan antar individu yang berkerabat. Hal-hal yang termasuk dalam parameter genetik sangat banyak, diantara parameter genetik yang dapat diestimasi adalah heritabilitas dan varians genetik dari seekor ternak. Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total yang diukur dengan ragam suatu sifat yang diakibatkan pengaruh genetik. Program seleksi sangat penting dipelajari atau dihitung karena hal ini dapat dijadikan dasar untuk menduga produktivitas ternak dimasa mendatang berdasarkan catatan produktivitas sekarang.

16 digilib.uns.ac.id 3 C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Melakukan partisi varians pada tetua pejantan dan betina terhadap sifat bobot lahir anak babi silangan. b. Mengestimasi nilai heritabilitas pada tetua pejantan dan betina serta heritabilitas total keduanya berdasarkan informasi data bobot lahir anak babi silangan.

17 digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi hutan atau bagsa babi pertama ditemukan pertama kali di Eropa, babi tersebut masih tinggal di beberapa dari hutan Eropa. Setelah terjadinya domestikasi atau penjinakan pada babi, terjadilah persilangan dan menghasilkan keturunan yang subur. Tidak diragukan lagi hal ini dijinakkan di suatu tempat di sekitar Laut Baltik pada masa Neolitikum. Babi ras atau spesies (umumnya dikenal sebagai S. vittatus, meskipun beberapa diantaranya dibagi menjadi dua kelompok dan diberi nama S. cristatus untuk yang pertama) untuk bagian barat asli berasal dari Asia Timur Tengah dan Mainladdi India Barat, dan untu bagian tengah terdapat di sekitar China Tengah dan ditemukan juga di dekat pulau kecil seperti seperti Jepang, Formosa, Sumatera, Jawa dan Kalimantan, babi-babi tersebut ditemukan secara terpisah dan kemudian dijinakkan di China, hal ini berlangsung kirakira 3000 tahun yang lalu (Lush, 1963). Bangsa babi yang banyak beredar di masyarakat peternak adalah : Landrace : berasal dari Denmark, warna putih, bertubuh panjang dan kakinya panjang, tampilan yang khas telinganya rebah ke depan. Panjang tubuh 16 sampai 17 tulang rusuk, subur, mempunyai puting susu yang lebih banyak, jantan dewasa berbobot kg dan betina kg. Karkas panjang, paha besar, daging di bawah dagu gemuk dengan kaki pendek, dikenal karena konversi pakannya sangat baik dan bobot badan yang tinggi. Kelemahan kaki belakang yang lemah saat bunting dan daging pucat, lembek dan eksudatif ini karena inbreeding yang terlalu lama. Duroc : berasal dari Amerika Serikat, warna merah mulus, tubuh padat dan prolifik, babi siap potong 90 kg, dapat dicapai 5 bulan atau lebih, jantan dewasa kg, betina kg. Hamshire : dikembangkan di USA, berasal dari Inggris, ciri khas selempang putih yang meliliti tubuhnya yang berwarna hitam, warna putih itu terdapat di kedua kaki depan. Termasuk tipe pedaging, tubuh melengkung seperti busur, mempunyai sifat keindukan yang commit baik to (Gordon, user 2008). 4

18 digilib.uns.ac.id 5 Bangsa babi Duroc mempunyai ciri-ciri tubuh panjang, besar, warna merah bervariasi mulai dari merah muda sampai merah tua, punggung berbentuk busur dari leher sampai ekor, kepala sedang dengan terkulai ke depan, produksi cukup tinggi dan banyak anak. Bangsa babi Landrace mempunyai ciri-ciri tubuh panjang besar lebar dan dalam, warna putih dengan bulu halus, kepala kecil agak panjang dengan telinga terkulai, leher panjang, bahu rata, kaki letaknya baik kuat dengan paha yang kuat, puting susu satu sisi 6-7 buah. Bangsa babi Yorkshire memiliki ciri-ciri tubuh panjang, besar, lebar dan dalam, warna putih halus, telinga tegak, memiliki sifat keindukan yang baik, mampu memelihara anak dengan baik dan produksi susu cukup tinggi (Blakely dan Bade, 1996 cit Pardosi, 2004). Bangsa babi Landrace merupakan babi tipe bacon yang sangat istimewa. Badannya panjang, berwarna putih. Bangsa babi Landrace banyak digunakan dalam persilangan dengan babi-babi di Asia Tenggara. Babi ini mempunyai kelemahan pada kakinya dan kurang tahan terhadap sinar matahari (Hardjosubroto, 1994). B. Sifat Produksi dan Reproduksi Babi Pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu faktor yang penting dalam pemuliabiakan (breeding). Pertumbuhan adalah pertambahan dalam berat badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur. Perkembangan lebih banyak ditentukan oleh perubahan proporsi berbagai bagian tubuh hewan sejak embrio hingga dewasa (Pane, 1986). Produktivitas ternak babi seperti jumlah anak per kelahiran ( littersize ), bobot lahir, daya hidup dari lahir sampai dengan sapih dan bobot saat disapih dapat ditingkatkan. Cara meningkatkan sifat-sifat ini dengan manipulasi sistem pemberian pakan dan tata laksana, tetapi perubahannya bersifat sementara dan mudah kembali seperti semula. Peningkatan produktivitas perlu dilakukan melalui program pemuliaan yang terarah sesuai dengan tujuan untuk memperbaiki keunggulan yang bersifat lebih permanen (Sihombing, 1997).

19 digilib.uns.ac.id 6 Sifat-sifat yang mungkin dipertimbangkan dalam program seleksi ternak babi adalah sifat jumlah anak sepelahiran (Littersize at birth) dan sifat anak disapih sepelahiran (Number of pigs weaned per litter). Sifat pertumbuhan yang cepat dan kenaikan bobot badan per harinya cukup besar serta jarak kelahiran dan perkawinan yang cukup pendek dan lama bunting yang rata-rata hanya 3 bulan. Setiap ekor induk dapat melahirkan sekitar 8-14 ekor dalam satu kali kelahiran (Warwick et al., 1984). Toliehere (1981) cit Pardosi (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah anak dalam setiap induk adalah : bangsa, paritas, kesuburan induk dan pejantan, kualitas pakan yang diberikan dan sistem perkawinan yang digunakan pada peternakan babi. Schneider et al., (1982) cit Pardosi (2004) juga mengemukakan bahwa induk hasil persilangan akan menghasilkan jumlah anak sepelahiran lebih tinggi dibanding bangsa murni. Warwick et al., (1984), menambahkan bahwa jumlah anak sepelahiran akan mengalami peningkatan sebesar 101% pada persilangan pertama (first cross), 111% pada 3-breed cross dan 113% pada 4-breed cross jika dibandingkan dengan bangsa murni. Kesuburan pejantan juga sangat mempengaruhi jumlah anak sepelahiran disamping kemampuan induk. Pejantan yang kurang subur tidak akan dapat menghasilkan spermatozoa yang berkualitas untuk dapat membuahi semua sel telur yang diovulasikan, akibatnya jumlah anak sepelahiran rendah. Persentase telur yang diovulasikan menjadi embrio pada umur 25 hari setelah kawin, sangat nyata dipengaruhi oleh pejantan yang digunakan. (Aritonang, 1982 cit Pardosi, 2004). C. Sistem Perkawinan Sistem perkawinan yang terdapat di alam ini terbagi menjadi dua sistem dan dikontrol oleh manusia, yaitu silang dalam (inbreeding) dan silang luar (outbreeding). Silang dalam (inbreeding) adalah perkawinan yang ditujukan untuk menghasilkan keturunan dari tetua yang masih berkerabat. Silang luar (outbreeding) yaitu perkawinan antara individu-individu yang

20 digilib.uns.ac.id 7 tidak mempunyai hubungan kekerabatan yang nantinya akan meningkatkan heterozigositas dan menurunkan homozigositas (Maylinda, 2010). Perkawinan yang dapat meningkatkan sifat heterozigot maupun homozigot dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu perkawinan alami dan buatan. Perkawinan alami pada ternak biasanya dilakukan pada ternakternak muda atau dara yang belum pernah bunting, hal ini untuk melatih otototot pada organ reproduksi ternak betina. Perkawinan alami sangat terbatas kelebihannya dibandingkan dengan perkawinan buatan yang dapat dikontrol oleh manusia. Perkawinan buatan biasaya dilakukan dengan teknik IB (Inseminasi Buatan) atau biasa disebut Artificial Insemination. Pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik ternak. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit ternak yang unggul dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak (Pane, 1986). D. Bobot Lahir Bobot lahir adalah bobot badan anak babi yang ditimbang segera setelah dilahirkan. Bobot lahir ini sangat bervariasi dan dipengaruhi beberapa faktor seperti genetik, pakan, jumlah anak dalam kandungan, jenis kelamin anak serta sudah berapa kali ini induk babi tersebut beranak (paritas) (Millagres et al., 1983 cit Pardosi, 2004). Pengaruh bangsa terhadap bobot lahir anak babi adalah sangat nyata. Bobot lahir anak babi sangat dipengaruhi oleh sudah berapa kali induk babi tersebut beranak (parity), dan biasanya bobot lahir anak babi pada kelahiran pertama akan lebih rendah dibandingkan kelahiran berikutnya. Semua faktor yang memberikan dan menjaga pertumbuhan dari fetus dan uterus dapat mempengaruhi bobot lahir anak babi. Faktor genetik dan efek keindukan dari betina sebagian besar akan memberikan respon terhadap bobot lahir anak (Widodo dan Hakim, 1981).

21 digilib.uns.ac.id 8 E. Genetik Sel mempunyai cairan yang disebut protoplasma dan di tengahtengahnya terdapat inti sel yang berfungsi mengendalikan mekanisme dari kehidupan. Di dalam inti sel terdapat kromatin yang membentuk semacam garis-garis atau benang yang disebut kromosom. Di dalam kromosom terdapat gen atau pembawa sifat keturunan. Gen atau pembawa sifat keturunan ini dapat digambarkan sebagai bintik-bintik atau bercak-bercak yang terdapat pada benang-benang kromosom (Pane, 1986). Pernyataan di atas didukung oleh Maylinda (2010) yang menyatakan bahwa gen adalah unit penurunan sifat. Konsep genetika bahwa gen digambarkan sebagai kesatuan fungsional yaitu sebagai informasi genetika yang tersusun pada DNA. Gen mempunyai frekuensi tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan frekuensi gen adalah proporsi relatif dari suatu gen untuk sifat tertentu pada populasi tertentu dibandingkan dengan alelnya pada populasi yang sama. Frekuensi gen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : seleksi, mutasi faktor kebetulan (genetic drift) migrasi dan meiotic drive. Keseimbangan gen dalam suatu populasi membutuhkan beberapa asumsi yang tercantum dalam Hukum Hardy Weinberg. Hukum tersebut isinya adalah : individu-individu dari tiap genotipe dalam populasi harus mempunyai kecepatan atau peluang bereproduksi sama, populasi harus terdiri dari individu-individu yang berjumlah tak terbatas, dalam populasi perkawinannya harus acak, individu anggota populasi tidak diperbolehkan keluar dari populasi dan yang bukan anggota tidak diperbolehkan masuk ke dalam populasi, dalam populasi harus terjadi keseimbangan mutasi (Maylinda, 2010). Performans atau penampilan individu pada suatu populasi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki individu tersebut. Faktor genetik sudah ada sejak terjadinya pembuahan atau bersatunya sel telur dengan sel spermatozoa. Pengaruh faktor genetik bersifat baka, artinya tidak akan berubah selama hidupnya, commit sepanjang to user tidak terjadi mutasi dari gen yang

22 digilib.uns.ac.id 9 menyusunnya. Pengaruh faktor genetik ini dapat diturunkan pada anakanaknya, selain itu pengaruh gen pada beberapa sifat dikontrol oleh suatu enzim (Hardjosubroto, 1994). Para ahli genetik biokimia membuktikan bahwa enzim adalah pengontrol atau pengendali utama dari gen. Enzim adalah protein yang tampaknya bertindak sebagai pemicu atau akselerator, agar fungsi dan aktivitas gen dapat berjalan. Gen tersebut seakan-akan dapat diatur sesuai kebutuhannya, selain itu gen-gen tersebut dapat diduga besarnya pengaruh serta nilai yang dikandungnya (Pane, 1986). Nilai genetik adalah suatu fungsi dari gen-gen yang dimiliki oleh ternak untuk mengekspresikan sifat tertentu dan merupakan rata-rata nilai relatif terhadap kelompok dasar. Nilai genetik ini pada sifat kuantitatif biasanya dapat diperkirakan besarnya. Nilai genetik lebih dikaitkan dengan nilai genotip dan frekuensi gen serta frekuensi genotipnya (Kurnianto, 2009). F. Varians Genetik Ahli-ahli genetik berpendapat bahwa variasi adalah bahan baku yang baik untuk suatu tujuan perbaikan mutu. Makin besar variasinya makin besar pula kemungkinan dilaksanakannya perbaikan mutu secara keseluruhan. Variasi dapat terjadi pada sifat yang terlihat (fenotip) dan dapat pula pada sifat yang tidak terlihat (genotip) (Pane,1986). Fenotip merupakan kombinasi ekspresi genetik dan lingkungan, serta interaksi antara genetik dan lingkungan. Pemulia ternak (animal breeder), tugas utamanya adalah menentukan seberapa besar keunggulan genetik untuk suatu sifat yang disebabkan oleh efek genetik. Hal tersebut sangat penting karena keunggulan genetik diwariskan tetua kepada anak-anaknya melalui gen yang dimilikinya. Keunggulan genetik dapat diduga pada seekor ternak secara relatif terhadap ternak-ternak lainnya pada kondisi, lingkungan dan waktu yang sama (Kurnianto, 2009). Pengaruh genotip dan lingkungan yang berbeda menyebabkan terjadinya atau terbentuknya varians. Varians fenotip yang biasa diamati terdiri dari varians yang disebabkan oleh faktor genotipe yang berbeda pada

23 digilib.uns.ac.id 10 setiap hewan dan varians yang disebabkan oleh berbagai pengaruh lingkungan. Biasanya terdapat varians yang merupakan interaksi antara faktor lingkungan dan genotip (Pirchner, 1981). Falconer dan Mackay (1996) menyatakan bahwa variasi genetik dan variasi lingkungan, bersama-sama membentuk variasi fenotip yang menyebabkan adanya perbedaan penampilan individu. Pernyataan ini ditambah dengan yang disampaikan oleh Lasley (1978) cit Sulastri et al.,(2002), bahwa pengaruh lingkungan yang menyebabkan keragaman fenotip misalnya adalah faktor penyakit, nutrisi, pengelolaan dan iklim. Pengaruh genetik adalah komposisi gen yang berbeda. Sifat-sifat kuantitatif pada seekor ternak banyak dipengaruhi oleh genetik seekor ternak. Pengaruh genetik pada suatu individu ternak tidak dapat dihitung besarnya pengaruh secara pasti, oleh karena itu hanya dapat dilakukan estimasi atau pendugaan. Hampir tidak mungkin untuk menentukan pengaruh atau cara berperannya masing-masing gen atau lokus pada sifat kuantitatif. Pernyataan di atas benar tetapi dimungkinkan menggunakan pendekatan statistik untuk menduga besarnya pengaruh gen pada suatu sifat yang berbeda secara keseluruhan (Hardjosubroto, 1994). Bobot badan merupakan sifat kuantitatif yang dipengaruhi oleh banyak pasangan gen, meliputi gen additif dan non additif (Lasley, 1978 cit Sulastri et al., 2002). Keragaman penampilan suatu sifat (σ² P ) disebabkan oleh keragaman gen additif (σ² A ), gen dominan (σ² D ) atau interaksi antara gen additif dan gen dominan (σ² I ) dan keragaman lingkungan (σ² e ) (Falconer dan Mackay, 1996). Kuadrat dari standart deviasi disebut varians (σ²). Varians ini tidak seperti standart deviasi, varians tidak dapat digambarkan pada kurva normal dan hanya dapat dinyatakan secara matematik. Varians dalam arti luas digunakan sebagai suatu ekspresi variabilitas karena sifat additif komponenkomponennya. Varians fenotip (σ² P ) yang diekspresikan oleh suatu sifat tertentu dalam suatu populasi secara statistik dapat dipecah-pecah (fragmentasi) atau dibagi menjadi commit to komponen-komponen user varians genetik

24 digilib.uns.ac.id 11 (σ² G ), varians non genetik (lingkungan) (σ² E ), dan varians yang disebabkan oleh interaksi-interaksi genotip lingkungan(σ² GE ), ini dapat dihitung dengan suatu teknik yang disebut analisis variansi (Stansfield, 1991). Falconer dan Mackay (1996) menyatakan faktor genetik bukanlah satu-satunya alasan untuk menjamin kemiripan antara saudara, ada juga pengaruh keadaan lingkungan yang cenderung membuat kemiripan antar saudara. Sekelompok ternak dipelihara bersama-sama seperti dalam tiap litter, maka mereka akan berbagi lingkungan yang sama. Hal ini berarti kondisi lingkungan yang sama menyebabkan perbedaan antara individuindividu dan lingkungan yang sama inilah yang menyebabkan perbedaan antar saudara. Simbol yang harus kita gunakan adalah σ 2 Ec, simbol ini disebut varians lingkungan yang sama (Environment common), istilah ini lebih tepat ketika komponen sebagai penyebab dari kesamaan antara anggota kelompok dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan antar anggota kelompok. Maternal effect adalah faktor non genetik yang berasal dari induk, jadi hanya akan muncul jika analisis melibatkan data dari induk (dengan kata lain untuk model saudara kandung atau saudara tiri seinduk). Maternal effect bias dibagi menjadi 2, prenatal dan post natal. Prenatal berarti kondisi pada saat babi sumber data (piglet) berada dalam kandungan induk. Babi mempunyai jumlah fetus yang banyak dalam satu kali bunting. Fetus-fetus ini berbagi lingkungan rahim yang sama, yang nantinya ikut berkontribusi atau berpengaruh dalam fenotip mereka. Misalnya lagi, jika jumlah fetus dalam satu rahim bervariasi, maka hal ini juga bisa mempengaruhi bobot lahir maupun sifat-sifat terkait lainnya (Falconer dan Mackay, 1996). Contoh maternal effect yang lain adalah umur dan paritas pada saat induk bunting, yang akan sangat menentukan kondisi fisiologisnya sehingga nantinya akan berpengaruh pada piglet. Widodo dan Hakim (1981), menyatakan bahwa bobot lahir piglet sangat dipengaruhi oleh sudah berapa kali induk babi tersebut beranak (paritas), dan biasanya bobot lahir piglet pada kelahiran anak pertama akan lebih rendah dibanding kelahiran berikutnya. Semua faktor yang commit memberikan to user dan menjaga pertumbuhan dari

25 digilib.uns.ac.id 12 fetus dalam uterus dapat mempengaruhi bobot lahir piglet (Widodo dan Hakim, 1981). Eisen et al., (1984) cit Pardosi (2004) juga menambahkan bahwa faktor genetik dan efek keindukan dari betina sebagian besar akan memberikan respon terhadap bobot lahir anak. Postnatal effect adalah faktor yang muncul setelah piglet lahir. Antara lain: mothering ability induk, jumlah puting susu induk, kualitas dan kuantitas produksi susu induk. Semua faktor tadi merupakan faktor non genetik yang berkontribusi terhadap varians fenotip piglet. Faktor-faktor tersebut melekat pada induk, sehingga diperlukan derivasi lebih lanjut untuk memisahkannya dari varians genetik additif dari induknya (Falconer dan Mackay, 1996). Gordon (2008) menyatakan bahwa jumlah fetus yang dikandung oleh betina sangat berdampak pada masa kebuntingan, dengan jumlah fetus babi yang sedikit cenderung mengalami masa kebuntingan yang lebih lama. Jumlah fetus yang dikandung oleh induk babi akan mempengaruhi bobot lahir pada anak babi. Contohnya adalah jika jumlahnya sedikit maka perkembangan fetus di dalam uterus akan lama sehingga kebuntingannya lama dan bobot badan anak babi akan tinggi, begitu pula sebaliknya. Kita harus berhati-hati dalam menginterpretasikan mengenai perkiraan efek induk mungkin bias disebabkan oleh perbedaan dalam nilai genetik additif untuk efek langsung antara pejantan dan betina pada bangsa yang sama. Penelitian lain menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan yang ditemukan pada sifat pertumbuhan, ketebalan lemak babi yang berasal dari induk. Kesimpulan yang dapat diambil adalah efek induk dalam penurunan sifat terhadap keturunannya hanya pada sifat yang lain di luar performans karena pengaruhnya yang kecil pada penurunan sifat produksi anaknya. Sifat-sifat yang bisa dimasukkan pada penurunan sifat induk adalah pada sifat reproduksinya (Sellier, 1976). Wolf et al, (1999) juga menemukan bahwa pada tetua betina lebih banyak menurunkan sifat reproduksi serta ketahanan terhadap penyakit. Hal ini dapat dilihat pada kromosom commit yang to diwariskan user oleh tetua betina dan hal ini

26 digilib.uns.ac.id 13 tidak lepas dari pengaruh maternal effect. Sifat produksi yang dimiliki oleh seekor individu ternak lebih dominan diturunkan oleh tetua pejantannya. G. Heritabilitas Salah satu faktor yang paling penting dalam merumuskan rencana pemuliaan yang efektif untuk memperbaiki kualitas genetik dari seekor ternak adalah suatu pengetahuan mengenai kontribusi relatif yang diberikan oleh gen-gen terhadap variabilitas suatu sifat yang dipersoalkan. Variabilitas nilainilai fenotip bagi suatu sifat kuantitatif dibagi dalam komponen-komponen genetik dan non genetik (lingkungan). Heritabilitas adalah proporsi dari varians fenotip total yang disebabkan oleh efek gen. Parameter heritabilitas melibatkan semua tipe aksi gen dan oleh karena itu membentuk suatu perkiraan heritabilitas yang luas (Stansfield, 1991). Istilah heritabilitas menggambarkan kekuatan sifat yang dapat menurun dari suatu karakter atau sifat, apakah karakter ini akan diturunkan pada anak-anaknya atau tidak. Definisi yang lebih mendekati adalah : untuk suatu perilaku atau karakter, heritabilitas adalah suatu keunggulan dari penurunan kelompok sejenisnya pada waktu yang sama yang secara rata-rata diturunkan pada keturunannya. Semakin besar nilai heritabilitas, semakin besar pula kemungkinan kesamaan atau kemiripan tetua dengan keturunannya, terutama jika faktor lingkungannya sama atau hampir sama (Pane, 1986). Heritabilitas merupakan nilai ukuran populasi, bukan merupakan suatu nilai yang berhubungan dengan ternak secara individu. Nilai heritabilitas bervariasi pada tiap populasi maupun bangsa yang berbeda dim bukan suatu nilai yang tetap. Nilai heritabilitas yang tinggi tidak menjamin nilai pemuliaan sifat yang bersangkutan akan tinggi pula. Heritabilitas yang tinggi menunjukkan lebih eratnya korelasi antara nilai fenotipe dan nilai pemuliaan suatu sifat. Jika nilai heritabilitas tinggi maka nilai pemuliaan dugaan akan lebih akurat (Sukmasari et al., 2002). Heritabilitas merupakan suatu besaran nilai yang menunjukkan proporsi dari ragam genetik terhadap ragam fenotip. Besaran nilai ini

27 digilib.uns.ac.id 14 bervariasi dari 0-1. Nilai mutlak 0 dan 1 mustahil terjadi untuk sifat kuantitatif, karena nilai heritabilitas 0 berarti semua variasi yang ada seluruhnya disebabkan oleh faktor lingkungan, dan sebaliknya, untuk nilai heritabilitas 1 berarti semua variasi yang ada seluruhnya disebabkan oleh faktor genetik (Warwick et al., 1984). Warwick et al., (1984) juga menyatakan bahwa heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total yang diukur dengan ragam suatu sifat yang diakibatkan pengaruh genetik. Semua komponen genetik ini dipengaruhi oleh frekuensi gen yang dapat berbeda dari suatu populasi lainnya. Heritabilitas adalah spesifik untuk suatu populasi dan merupakan suatu sifat yang menjadi perhatian. Heritabilitas dalam arti sempit dinotasikan sebagai h² adalah suatu koefisien yang menggambarkan berapa bagian dari keragaman fenotipik total yang disebabkan oleh pengaruh kelompok gen yang beraksi secara additif. Nilai heritabilitas berkisar antara 0 sampai 1. Kegunaan nilai heritabilitas adalah untuk menentukan metode seleksi yang paling tepat untuk meningkatkan mutu genetik ternaknya. Seleksi massa merupakan metode yang paling tepat untuk meningkatkan mutu genetik bagi sifat-sifat yang mempunyai nilai heritabilitas sedang (0,1-0,3) sampai tinggi (>0,3), sedangkan untuk sifat-sifat dengan nilai heritabilitas rendah (0-0,1) maka metode silang luar (out breeding atau out crossing) dapat digunakan untuk memperbaiki mutu genetik ternak (Rice et al., 1957). Heritabilitas secara sederhana berhubungan dengan proporsi keragaman fenotip yang dikontrol oleh gen. Proporsi ini dapat diwariskan pada generasi berikutnya. Diingat bahwa dalam hal ini yang dibicarakan bukanlah masalah nilai mutlak dari suatu sifat, melainkan mengukur perbedaan antar individu untuk sifat yang sama. Nilai heritabilitas suatu sifat berkisar antara 0 sampai 100% (Noor, 2000). Definisi heritabilitas sebagai proporsi varians fenotip yang dipengaruhi oleh faktor genetik, maka kita dapat merumuskan heritabilitas dalam arti luas sebagai:

28 digilib.uns.ac.id 15 ↈ Bagian dari faktor genetik yang diwariskan hanyalah additif, maka heritabilitas dalam arti sempit didefinisikan sebagai bagian dari varians fenotip yang terwariskan (additif) ; atau: Konsep heritabilitas dalam arti sempit inilah yang digunakan dalam program pemuliaan karena berkaitan dengan substansi terwariskan untuk suatu sifat (Hardjosubroto, 1994). Seleksi pada anak, pejantan, dan induk dapat dilakukan berdasarkan nilai pemuliaannya. Nilai pemuliaan tersebut antara lain ditentukan oleh nilai heritabilitas. Nilai pemuliaan pada induk antara lain ditentukan oleh nilai repitabilitas suatu sifat. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa nilai parameter genetik yang meliputi heritabilitas, repitabilitas, dan korelasi genetik sangat diperlukan dalam seleksi (Lasley, 1978 cit Sulastri et al., 2002). Seleksi individu dapat dilakukan bila nilai heritabilitas suatu sifat cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya kecermatan seleksi karena performans ternak berkorelasi cukup tinggi dengan nilai pemuliaan individu. Besarnya kecermatan seleksi dan respon seleksi ditentukan oleh besarnya heritabilitas suatu sifat. Semakin tinggi heritabilitas suatu sifat, semakin tinggi pula respon seleksi yang dicapai. Nilai heritabilitas suatu sifat dalam suatu populasi perlu diketahui (Falconer dan Mackay, 1996).

29 digilib.uns.ac.id 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan babi CV. Adhi Farm yang bertempat di desa Sepreh Rt 03 Rw 06 Kelurahan Sroyo Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada bulan Desember B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Babi Pejantan Babi jantan yang terdapat di CV. Adhi Farm berjumlah 3 ekor dan berasal dari bangsa yang berbeda, yaitu : Landrace, Duroc dan Hampshire. 2. Babi Betina Babi betina yang terdapat di CV. Adhi Farm dari bangsa Landrace, saat penelitian dilakukan babi betina yang melahirkan berjumlah 21 ekor. 3. Anak Babi (Piglet) Anak babi yang digunakan merupakan keturunan dari perkawinan pejantan dan betina tersebut di atas. Data yang digunakan pada penelitian adalah bobot lahir dari anak babi. 4. Timbangan Timbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital Summa kapasitas 3 kilogram dengan kepekaan 0,1 gram untuk menimbang bobot lahir anak babi. 5. Spidol/penanda (Marker) 6. Alat Tulis 7. Kamera C. Cara Penelitian 1. Macam Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan merupakan penelitian eksperimental. Objek penelitian dialokasikan menurut rancangan acak 16

30 digilib.uns.ac.id 17 lengkap pola tersarang. Rancangan ini dipilih karena dalam penelitian, model yang digunakan adalah pejantan dan betina yang tersarang dalam pejantan. Pengaruh betina dalam model tidak dapat berdiri sendiri tetapi berada dibawah pengaruh pejantan. Satu ekor pejantan kawin dengan beberapa betina tetapi setiap betina hanya bisa kawin dengan satu pejantan, sehingga pengaruh betina dibatasi oleh pengaruh pejantan. Gambar 1 Skema perkawinan L1 Duroc Hampshire Landrace L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 L18 L19 L20 L21 Jumlah anak tiap litter distandarisasi untuk tujuan simplifikasi estimasi yang akan dilakukan. commit to Tujuan user dari dilakukannya standarisasi

31 digilib.uns.ac.id 18 jumlah piglet tiap induk adalah agar rancangan yang digunakan seimbang. Rancangan ini digunakan karena untuk memisahkan varians genetik dari induk harus dibagi dengan jumlah anaknya. Perhitungan dengan jumlah anak yang tidak sama dapat dilakukan dengan prosedur yang jauh lebih rumit dan berada diluar cakupan penelitian ini. 2. Observasi lapangan Penelitian ini merupakan penelitian observasional di bidang pemuliaan ternak. Langkah-langkah sebagai berikut : 1) Tahap persiapan : meliputi penyusunan formulir yang akan diisi pada saat pelaksanaan pengamatan. 2) Tahap pengamatan di lapangan : pengamatan dilakukan selama 1 bulan. a) Pengamatan terhadap variabel-variabel yang relevan (keadaan kandang, pakan, air minum, kesehatan dan manajemen pemeliharaan). b) Betina yang melahirkan akan dicatat datanya, selain itu juga data mengenai keturunan dan pejantannya. c) Data betina meliputi : identitas, bangsa, umur, paritas, littersize, dan rerata bobot lahir keturunan sebelumnya. d) Data anak babi meliputi jenis kelamin, identitas, bobot lahir. e) Data pejantan meliputi identitas, bangsa, umur dan bobot badan. 3. Metode penurunan faktor genetik Fenotip merupakan kombinasi ekspresi genetik dan lingkungan, serta interaksi antara genetik dan lingkungan. Pemulia ternak (animal breeder), tugas utamanya adalah menentukan seberapa besar keunggulan genetik untuk suatu sifat yang disebabkan oleh efek genetik. Hal tersebut sangat penting karena keunggulan genetik diwariskan tetua kepada anakanaknya melalui gen yang dimilikinya. Keunggulan genetik dapat diduga pada seekor ternak secara relatif terhadap ternak-ternak lainnya pada kondisi, lingkungan dan waktu yang sama (Kurnianto, 2009).

32 digilib.uns.ac.id 19 Penelitian ini tidak mencari nilai f hitung (F value) maupun Pr > F karena penelitian ini tidak tertarik pada signifikan pengaruh dari tiap faktor terhadap bobot lahir. Partisi varians dilakukan berdasarkan model genetik, dimana fenotip (P) dipengaruhi oleh faktor genetik (G) dan faktor lingkungan (E). Sedangkan faktor genetik sendiri terdiri dari faktor additif (A), dominansi (D) dan epistasis (I), sehingga : P = G + E dan G = A + D + I (1) Dikonversi dari sudut pandang performan suatu sifat maka: P i = µ + G i + E i (2) P i merupakan fenotip (performan) hasil observasi dari individu i, µ adalah rerata populasi, G i adalah nilai genetik dan E i adalah pengaruh lingkungan pada individu i. Komponen varians dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 學 2) 學 2) 學 2) 學 2) Karena varians dari konstan adalah nol, maka Var(µ) = 0; sehingga: 學 2) 學 2) 學 2) Disubtitusikan ke dalam rumus (1) maka: 學 2) 學 2) 學 2) 學 2) 學 2) Epistasis (I) merupakan peristiwa interaksi antar lokus, hal ini diluar cakupan penelitian ini, maka dalam kesempatan ini diabaikan. Dominansi (D) merupakan bentuk interaksi antar gen (alel) dalam lokus yang sama, dan mungkin terjadi dalam model analisis saudara kandung. Merujuk asumsi tersebut, maka: 學 2) 學 2) 學 2) 學 2) (3) Varians dari fenotip merupakan Kuadrat Tengah (KT) total dalam tabel ANOVA, adapun pengaruh pejantan merupakan bagian dari varians genetik additif dan pengaruh betina terdiri dari pengaruh genetik additif, dominansi serta pengaruh lingkungan permanen. Pernyataan ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikutnya.

33 digilib.uns.ac.id 20 Selain model genetik, untuk dapat mempartisi varians, diperlukan model transmisi, yaitu sebuah model yang menjelaskan tentang transmisi (perpindahan) materi genetik additif dari tetua kepada keturunannya. Asumsi yang mendasari model ini adalah bahwa seekor individu memiliki sepasang (2 set) kromosom. Satu set berasal dari tetua jantan dan satu set lagi dari tetua betina. Tetua (baik jantan maupun betina) juga memiliki 2 set kromosom, (misalnya A dan B) namun hanya satu yang diwariskan ke keturunannya. Sepasang kromosom tersebut berpisah pada saat meiosis, dan set yang mana (A atau B) yang akan diwariskan merupakan suatu proses acak yang sering disebut Mendelian sampling. Sehingga dapat dirumuskan bahwa: A off = ½ A S + ½ A D + MS (4) Nilai genetik additif seekor individu (A off ) berasal dari ½ nilai genetik additif tetua jantan (A S ) dan setengah nilai genetik additif tetua betina (A D ) dan suatu konstan yang mewakili ketidakpastian bagian substansi genetik yang diwariskan (MS). 4. Parameter yang diestimasi 1) Estimasi atau pendugaan keragaman genetik pada tetua pejantan babi berdasarkan informasi dari bobot lahir keturunannya (varians genetik). σ² s = 픘 픘 Keterangan : n = jumlah anak tiap pejantan (Falconer, 1996). 2) Estimasi atau pendugaan keragaman genetik pada tetua betina babi berdasarkan informasi dari bobot lahir keturunannya (varians genetik). σ² d = 픘 픘 Keterangan : k = jumlah anak tiap betina (Falconer, 1996).

34 digilib.uns.ac.id 21 3) Pendugaan nilai pewarisan sifat dari tetua pejantan yang diturunkan pada anak-anaknya berdasarkan informasi bobot lahir keturunannya (Heritabilitas). h 2 = ² ² ² ² (Falconer, 1996). 4) Pendugaan nilai pewarisan sifat dari tetua betina yang diturunkan pada anak-anaknya berdasarkan informasi bobot lahir keturunannya (Heritabilitas). h 2 = σ² σ² ² ² (Falconer, 1996). 5) Pendugaan nilai pewarisan total dari tetua yang diturunkan pada anak-anaknya berdasarkan informasi bobot lahir keturunannya (Heritabilitas Total). h 2 = σ2 σ 2 σ² ² ² (Falconer, 1996). Keseluruhan parameter yang akan diestimasi tersebut akan diperoleh dari data bobot lahir pada anak babi silangan. Bobot lahir dicatat atau dihitung dengan cara menimbang bobot lahir setelah dibersihkan dari cairan-cairan kelahiran. Langkah selanjutnya pemotongan tali pusar dan selama anak babi belum mengkonsumsi pakan ataupun susu dari induk (belum ada bahan pakan atau zat lain yang masuk dalam tubuh anak babi). Data yang didapat murni merupakan bobot lahir. D. Cara Analisis Data Semua data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis variansi berdasarkan Rancangan Tersarang (Nested Design) untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. Model analisisnya : Y ijk = µ +α i + β(α) ij + ε ijk

35 digilib.uns.ac.id 22 Dengan : µ : rata-rata dari data bobot lahir α i : pejantan i β(α) ij : betina yang tersarang dalam pejantan ij ε ijk : eror (faktor lain diluar genetik) Faktor pejantan dan betina akan dianalisis dengan anova pola tersarang, yaitu pejantan sumber sendiri dan betina tersarang dalam pejantan. Heritabilitas akan diestimasi sebagai proporsi varians genetik dalam varians fenotip total.

36 digilib.uns.ac.id 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komponen Varians Bobot badan merupakan sifat kuantitatif yang dipengaruhi oleh banyak pasangan gen, meliputi gen additif dan non additif (Lasley, 1978 cit Sulastri et al., 2002). Keragaman penampilan suatu sifat (σ² P ) disebabkan oleh keragaman gen additif (σ² A ), gen dominan (σ² D ) atau interaksi antara gen additif dan gen dominan (σ² I ) dan keragaman lingkungan (σ² e ) (Falconer dan Mackay, 1996). Faktor genetik hanya dapat diduga lewat parameter varians, yaitu seberapa besar varians (keragaman) dalam populasi yang disebabkan oleh keragaman genetik. Komponen varians (peragam) menjadi sangat esensial. Tabel 1 menunjukkan hasil estimasi komponen varians dari sifat berat lahir yang diamati. Tabel 1 Hasil Estimasi Komponen Varians Komponen Varians Pejantan 0,016 Betina 0,026 Total 0,075 Sumber : Estimasi berdasarkan hasil ANOVA yang diderivasi lebih lanjut dengan model genetik dasar (3) dan model transmisi (4). Tabel 2 Hasil Persentase Komponen Varians Komponen Varians (%) Pejantan 21,33 Betina 34,67 Tabel di atas dapat dilihat varians genetik pada pejantan sebesar 0,016 yang dapat dikatakan bahwa varians pada nilai bobot lahir (fenotip) dipengaruhi oleh varians dari pejantan sebesar 21,33%. Varians genetik pada betina sebesar 0,026 yang dapat dikatakan bahwa varians pada nilai bobot lahir (fenotip) dipengaruhi oleh varians dari betina sebesar 34,67%. Terlihat dari hasil di atas bahwa nilai varians genetik untuk tetua betina lebih besar daripada nilai varians genetik pada pejantan. Hal ini disebabkan dalam faktor yang commit berasal to dari user induk terdapat sub-faktor lain yang 23

37 digilib.uns.ac.id 24 mempengaruhi besarnya nilai varians dari faktor betina. Nilai yang lebih besar ini juga disebabkan karena pada betina nilai atau pengaruhnya hanya terbatas dalam satu pejantan saja, sedangkan pengaruh pejantan dapat tersebar dalam beberapa betina yang cangkupan nilainya lebih luas. B. Heritabilitas Definisi heritabilitas sebagai proporsi varians fenotip yang dipengaruhi oleh faktor genetik. Bagian dari faktor genetik yang diwariskan hanyalah additif, maka heritabilitas dalam arti sempit didefinisikan sebagai bagian dari varians fenotip yang terwariskan (additif). Konsep heritabilitas dalam arti sempit inilah yang digunakan dalam program pemuliaan karena berkaitan dengan substansi terwariskan untuk suatu sifat (Hardjosubroto, 1994). Tabel 3 Hasil Estimasi Nilai Heritabilitas Komponen Heritabilitas Pejantan 0,85±0,02 Betina 1,39±0,014 * Total 1,12±0,017 * Keterangan : * = nilai-nilai ini mempunyai arti bias karena nilai maksimal teoritis hanya berselang antara 0 1. Nilai heritabilitas atau angka pewarisan sifat pada tetua pejantan berdasarkan informasi dari bobot lahir keturunannya adalah sebesar 0,85. Hal ini menunjukkan angka heritabilitas yang cukup tinggi karena nilai tersebut berada lebih dari 0,3; yang dapat diartikan bahwa anak babi yang diturunkan mempunyai kemiripan yang besar dengan tetua pejantannya. Angka heritabilitas yang didapat tersebut angka nyata pewarisan sifat tetua pejantan terhadap keturunanya karena tidak terdapat pengaruh luar pada pejantan. Nilai heritabilitas atau angka pewarisan sifat pada tetua betina dan heritabilitas total berdasarkan informasi dari bobot lahir keturunannya adalah sebesar 1,39 dan 1,12. Heritabilitas ini lebih dari 1 adalah karena bias yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dari betina dan pengaruh dominansi dari genetik kedua tetuanya, maternal effect yang merupakan common environmental factor (faktor commit lingkungan to user bersama) merupakan faktor yang

Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya

Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya Tropical Animal Husbandry Vol. (1), Januari 013: 8-33 ISSN 301-991 Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya K. Satriavi, Y. Wulandari, Y.B.P.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang cepat, jumlah anak per kelahiran (littersize) yang tinggi dan efisiensi

TINJAUAN PUSTAKA. yang cepat, jumlah anak per kelahiran (littersize) yang tinggi dan efisiensi 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Babi Babi merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan ternak babi memiliki sifat dan

Lebih terperinci

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009 ANALISIS HERITABILITAS POLA REGRESI LAPORAN PRAKTIKUM Oleh Adi Rinaldi Firman 200110070044 LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Mammalia, Order: Artiodactyla, Genus: Sus,Spesies: Sus scrofa, Sus

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Mammalia, Order: Artiodactyla, Genus: Sus,Spesies: Sus scrofa, Sus TINJAUAN PUSTAKA Babi Yorkshire Klasifikasi zoologis ternak babi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas: Mammalia, Order: Artiodactyla, Genus: Sus,Spesies: Sus scrofa, Sus vittatus, Sus cristatus,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang TINJAUAN PUSTAKA SistematikaTernak Kambing Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besarbagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. Walaupun demikian semuanya termasuk dalam genus Bos dari famili Bovidae (Murwanto, 2008).

Lebih terperinci

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat Problem utama pada sub sektor peternakan saat ini adalah ketidakmampuan secara optimal menyediakan produk-produk peternakan, seperti daging, telur, dan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat akan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Klasifikasi Ternak Kambing Kingdom Bangsa Famili Subfamili Ordo Subordo Genus Spesies : Animalia : Caprini : Bovidae :Caprinae : Artiodactyla : Ruminansia : Capra : Capra sp.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) PANJANG BADAN TERNAK SAPI PO

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) PANJANG BADAN TERNAK SAPI PO BAB 11 ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) PANJANG BADAN TERNAK SAPI PO Nilai genetik dan rata-rata populasi ditentukan dengan menggunakan data kajian pada ternak sapi PO. Data fenotip yang dimaksud

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) LINGKAR DADA TERNAK SAPI PO

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) LINGKAR DADA TERNAK SAPI PO BAB 10 ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) LINGKAR DADA TERNAK SAPI PO Nilai genetik dan rata-rata populasi ditentukan dengan menggunakan data kajian pada ternak sapi PO. Data fenotip yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Friesien Holstein Sapi perah adalah jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu (Blakely dan Bade, 1992) ditambahkan pula oleh Sindoredjo (1960) bahwa

Lebih terperinci

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT Erwin Jatnika Priyadi*, Sri Bandiati Komar Prajoga, dan Deni Andrian Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Domba Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia. Disamping sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi saudara tiri dan regresi anak-induk berturut turut 0,60±0,54 dan 0,28±0,52. Nilai estimasi heritabilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya atau dikonsumsi. Sapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Boerawa Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dan PE betina. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, kambing Boer merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih Bobot Lahir HASIL DAN PEMBAHASAN Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih Rataan dan standar deviasi bobot lahir kambing PE berdasarkan tipe kelahiran dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang

TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Penemuan-penemuan arkeologi di India menyatakan bahwa kerbau di domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang lalu. Hampir tidak ada bangsa kerbau

Lebih terperinci

PERFORMAN ANAK BABI SILANGAN BERDASARKAN PEJANTAN DAN PARITAS INDUKNYA. Jurusan/Program Studi Peternakan

PERFORMAN ANAK BABI SILANGAN BERDASARKAN PEJANTAN DAN PARITAS INDUKNYA. Jurusan/Program Studi Peternakan PERFORMAN ANAK BABI SILANGAN BERDASARKAN PEJANTAN DAN PARITAS INDUKNYA Jurusan/Program Studi Peternakan Oleh : Nur Wahyuningsih H 0508072 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Peranakan Etawah Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo Ruminansia, Famili Bovidae, dan Genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burns,

Lebih terperinci

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011) TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produksi Susu Sapi Perah Nasional Industri persusuan sapi perah nasional mulai berkembang pesat sejak awal tahun 1980. Saat itu, pemerintah mulai melakukan berbagai usaha

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE SKRIPSI Oleh: EKANI PUTRI GURUSINGA 110306027 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Domba Garut Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES Nico ferdianto, Bambang Soejosopoetro and Sucik Maylinda Faculty of Animal Husbandry, University

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011) TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Sapi Perah di Indonesia Usaha peternakan sapi perah yang diusahakan oleh pribumi diperkirakan berdiri sekitar tahun 1925. Usaha ini berlanjut secara bertahap sampai saat ini.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT P a g e 1 MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT TERNAK DOMBA POTONG EKOR GEMUK (DEG) DAN DOMBA EKOR TIPIS (DET )DI INDONESIA UNTUK SIFAT PRODUKSI DAGING MELALUI

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI LANDRACE

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI LANDRACE PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI LANDRACE SKRIPSI MARIDA S. NABABAN 110306014 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang cukup banyak dan tersebar luas di wilayah pedesaan. Menurut Murtidjo (1993), kambing Kacang memiliki

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at : On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENDUGAAN KEUNGGULAN PEJANTAN KAMBING PERANAKAN ETTAWA BERDASARKAN BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH CEMPE DI SATKER SUMBEREJO KENDAL (Estimation of

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

Performan Anak Babi Silangan Berdasarkan Paritas Induknya

Performan Anak Babi Silangan Berdasarkan Paritas Induknya Sains Peternakan Vol. 10 (), September 01: 56-63 ISSN 1693-888 Performan Anak Babi Silangan Berdasarkan Paritas Induknya N.Wahyuningsih, Y.B.P. Subagyo, Sunarto, S. Prastowo dan N. Widyas Jurusan Peternakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Ayam lokal di Indonesia telah lama dikembangkan oleh masyarakat Indonesia dan biasanya sering disebut dengan ayam buras. Ayam buras di Indonesia memiliki perkembangan

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PTP101 Dasar Produksi Ternak 3(2-3) Mata kuliah ini memberikan pengetahuan kepada mahasiswa untuk dapat menjelaskan, memahami tentang arti, fungsi jenis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Domba Priangan Domba Priangan atau lebih dikenal dengan nama domba Garut merupakan hasil persilangan dari tiga bangsa yaitu antara domba merino, domba kaapstad dan domba lokal.

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER NURGIARTININGSIH, V. M. A. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ABSTRAK Penelitian tentang potensi genetik galur murni Boer dilaksanakan di Laboratorium Lapang

Lebih terperinci

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH Lusty Istiqomah Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK)-LIPI Jln. Jogja Wonosari Km. 31, Gading, Playen, Gunungkidul,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan bagian penting dari sektor pertanian dalam sistem pangan nasional. Industri peternakan memiliki peran sebagai penyedia komoditas pangan hewani. Sapi

Lebih terperinci

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI THE EFFECT OF ALTITUDES AND CARE SYSTEM ON THE GENETIC CORRELATION BETWEEN BIRTH WEIGHT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT Media Akuakultur Vol. 10 No. 2 Tahun 2015: 65-70 SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT Didik Ariyanto Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl. Raya 2 Pantura Sukamandi, Patokbeusi, Subang 41263, Jawa

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Definisi Puyuh ( Coturnix Coturnix Japonica) Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ketersediaan susu sebagai salah satu bahan pangan untuk manusia menjadi hal

Lebih terperinci

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur. 23 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan terhadap sifat rontok bulu dan produksi telur dilakukan sejak itik memasuki periode bertelur, yaitu pada bulan Januari 2011 sampai Januari 2012.

Lebih terperinci

PEMULIABIAKAN PADA TERNAK BABI Oleh : Setyo Utomo Bahan kuliah ke 13 kampus e learning kampus 1 sore dan kampus 2 1. Seleksi Indeks pada ternak babi

PEMULIABIAKAN PADA TERNAK BABI Oleh : Setyo Utomo Bahan kuliah ke 13 kampus e learning kampus 1 sore dan kampus 2 1. Seleksi Indeks pada ternak babi PEMULIABIAKAN PADA TERNAK BABI Oleh : Setyo Utomo Bahan kuliah ke 13 kampus e learning kampus 1 sore dan kampus 2 1. Seleksi Indeks pada ternak babi Populasi babi di Indonesia pada tahun 1969 adalah 2,9

Lebih terperinci

PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA

PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA 55 PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA Pendahuluan Kuda pacu Indonesia merupakan ternak hasil silangan antara kuda lokal Indonesia

Lebih terperinci

ESTIMASI HERITABILITAS SIFAT PERTUMBUHAN DOMBA EKOR GEMUK DI UNIT HERITABILITY ESTIMATION OF GROWTH TRAITS OF FAT TAILED SHEEP AT UNIT

ESTIMASI HERITABILITAS SIFAT PERTUMBUHAN DOMBA EKOR GEMUK DI UNIT HERITABILITY ESTIMATION OF GROWTH TRAITS OF FAT TAILED SHEEP AT UNIT Buletin Peternakan Vol. 38(3): 15-131, Oktober 014 ISSN 016-4400 ESTIMASI HERITABILITAS SIFAT PERTUMBUHAN DOMBA EKOR GEMUK DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMBIBITAN TERNAK-HIJAUAN MAKANAN TERNAK GARAHAN HERITABILITY

Lebih terperinci

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH (The Estimation of Beef Cattle Output in Sukoharjo Central Java) SUMADI, N. NGADIYONO dan E. SULASTRI Fakultas Peternakan Universitas Gadjah

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI THE HERITABILITY ESTIMATION FOR BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND YEARLING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sapi adalah salah satu hewan yang sejak jaman dulu produknya sudah dimanfaatkan oleh manusia seperti daging dan susu untuk dikonsumsi, dimanfaatkan untuk membajak

Lebih terperinci

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN PUYUH PEJANTAN BERDASARKAN BOBOT BADAN KETURUNANNYA PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN PUYUH PEJANTAN BERDASARKAN BOBOT BADAN KETURUNANNYA PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica) PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN PUYUH PEJANTAN BERDASARKAN BOBOT BADAN KETURUNANNYA PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica) BREEDING VALUE ESTIMATION OF MALE QUAIL BASED ON BODY WEIGHT OF GENERATED OF QUAIL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Babi adalah binatang yang dipelihara dari dahulu, dibudidayakan, dan diternakkan untuk tujuan tertentu utamanya untuk memenuhi kebutuhan akan daging atau

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 79 PEMBAHASAN UMUM Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kuda di Sulawesi Utara telah dikenal sejak lama dimana pemanfatan ternak ini hampir dapat dijumpai di seluruh daerah sebagai ternak tunggangan, menarik

Lebih terperinci

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION BETWEEN BIRTH WEIGHT AND WEANING WEIGHT ON MADURA CATTLE Karnaen Fakulty of Animal Husbandry Padjadjaran University, Bandung ABSTRACT A research on estimation of genetic

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : RINALDI

SKRIPSI OLEH : RINALDI PENDUGAAN PARAMETER GENETIK KAMBING BOERKA (F2) BERDASARKAN BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DAN BOBOT UMUR 6 BULAN DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : RINALDI 100306003 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PERFORMANS GENETIK + LINGKUNGAN NILAI EKONOMIS KUALITATIF KUANTITATIF PRODUKSI SUSU PRODUKSI DAGING

PENDAHULUAN PERFORMANS GENETIK + LINGKUNGAN NILAI EKONOMIS KUALITATIF KUANTITATIF PRODUKSI SUSU PRODUKSI DAGING Suhardi, S.Pt.,MP 1 PENDAHULUAN PERFORMANS GENETIK + LINGKUNGAN KUALITATIF KUANTITATIF KEMAMPUAN NILAI EKONOMIS KESEMPATAN PRODUKSI SUSU PRODUKSI DAGING 2 HUKUM HARDY WEINBERG Populasi mendelian yang berukuran

Lebih terperinci

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar PERFORMA PRODUKSI PUYUH PETELUR (Coturnix-coturnix Japonica) HASIL PERSILANGAN WARNA BULU HITAM DAN COKLAT THE PRODUCTION PERFORMANCE OF LAYING QUAIL (Coturnix-coturnix Japonica) COME FROM BLACK AND BROWN

Lebih terperinci

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN ARTIKEL ILMIAH Oleh Ikalia Nurfitasari NIM 061810401008 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2012 ARTIKEL ILMIAH diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi

Lebih terperinci

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran ABSTRACT A research on estimation of genetic parameters

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN.1. Sapi Perah Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM KAMBING KACANG

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM KAMBING KACANG PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM KAMBING KACANG SKRIPSI MUHAMMAD ARY SYAPUTRA 110306028 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 PENDUGAAN PARAMETER GENETIK

Lebih terperinci

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas Pendahuluan: Timbulnya keragaman berbagai sifat kuantitatif Derajat keragaman yang dihitung ( Rataan, varians dan SD) BERAPA BAGIAN DARI PERBEDAAN

Lebih terperinci

VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) merupakan kelinci hasil persilangan dari Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati Sistem perkandangan menggunakan kandang panggung terdiri atas dua sistem, yaitu kandang individu (individual system)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1 DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1 Kromosom Meiosis Dan Mitosis Biokimia Sifat Keturunan Apakah Gen Itu? Regulasi Gen Mutasi Gen, Alel, dan Lokus Pewarisan Sederhana atau Mendel Keterpautan (Linkage) Inaktivasi

Lebih terperinci

INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera

INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera Domba Sumatera merupakan domba asli yang terdapat di daerah Sumetera Utara. Domba ini termasuk jenis domba ekor tipis dan merupakan jenis penghasil daging walaupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Kelinci Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo: Lagomorpha, Genus: 1.Lepus (22 species)=genuine Hare, 2.Orictolagus (1 species)=o. Cuniculus/European

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing merupakan hewan yang pertama kali didomestikasi dan dipelihara oleh manusia untuk memproduksi daging, susu, kulit, dan serat (Gall, 1981). Kambing telah didomestikasi sejak

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fenotipe morfometrik Karakteristik morfometrik ikan nilem meliputi 21 fenotipe yang diukur pada populasi ikan nilem hijau (tetua) dan keturunannya dari hasil perkawinan

Lebih terperinci

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak Suhardi, S.Pt.,MP NILAI PEMULIAAN Dalam pemuliaan ternak, pemilihan ternak ternak terbaik berdasarkan keunggulan genetik, karena faktor ini akan diturunkan pada anak anaknya.? Nilai Pemuliaan (NP) merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KORELASI SIFAT BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DAN LITTER SIZE PADA KELINCI NEW ZEALAND WHITE, LOKAL DAN PERSILANGAN

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KORELASI SIFAT BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DAN LITTER SIZE PADA KELINCI NEW ZEALAND WHITE, LOKAL DAN PERSILANGAN PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KORELASI SIFAT BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DAN LITTER SIZE PADA KELINCI NEW ZEALAND WHITE, LOKAL DAN PERSILANGAN SKRIPSI Oleh : AHMAD AWALUDDIN 100306056 PROGRAM STUDI PETERNAKAN

Lebih terperinci

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama PEMBAHASAN UMUM Potensi pengembangan itik potong dengan memanfaatkan itik jantan petelur memiliki prospek yang cerah untuk diusahakan. Populasi itik yang cukup besar dan penyebarannya hampir disemua provinsi

Lebih terperinci

Pengertian : ilmu aplikasi dari genetika dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak ilmu yang mempelajari cara peningkatan produktivitas dan

Pengertian : ilmu aplikasi dari genetika dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak ilmu yang mempelajari cara peningkatan produktivitas dan Pengertian : ilmu aplikasi dari genetika dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak ilmu yang mempelajari cara peningkatan produktivitas dan sekaligus populasi ternak melalui perbaikan mutu genetik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama

Lebih terperinci

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah FH Sapi perah Fries Holland (FH) sering dikenal dengan nama Holstein Friesian. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011).

Lebih terperinci

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire Standar Nasional Indonesia Bibit babi Bagian 4 : Hampshire ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan antara lain karena pertumbuhannya yang cepat, konversi ransum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan antara lain karena pertumbuhannya yang cepat, konversi ransum yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Ternak babi adalah ternak monogastrik penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Hal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Keadaan Umum Balai Pengembangan Ternak Domba Margawati merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM

PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM Jurusan/Program Studi Peternakan Oleh : ALI MAKSUM H0508004 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN 1. ANALISIS KORELASI Mempelajari hubungan antara dua sifat yang diamati atau mengukur keeratan (derajat)hubungan antara dua peubah. 2. ANALISIS REGRESI

Lebih terperinci

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60

2011) atau 25,10% ternak sapi di Sulawesi Utara berada di Kabupaten Minahasa, dan diperkirakan jumlah sapi peranakan Ongole (PO) mencapai sekitar 60 BAB 1 PENDAHULUAN Di wilayah Indonesia, sejauh ini,ditemukan keturunan tiga bangsa besar ternak sapi potong yaitu bangsa sapi Ongole, bangsa sapi Bali dan bangsa sapi Madura serta peranakan beberapa bangsa

Lebih terperinci

Gambar 2. Induk Babi Bunting yang Segera Akan Beranak

Gambar 2. Induk Babi Bunting yang Segera Akan Beranak METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2009 di Peternakan Babi Rachel Farm yang berada di Kampung Cina, Desa Tajur Halang, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012. I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak kambing

Lebih terperinci