BAB V WACANA KRITIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V WACANA KRITIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN"

Transkripsi

1 BAB V WACANA KRITIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN A. Pemanfaatan Wacana Demokrasi dalam Media Umat Sebagai Bahan Ajar Berupa Modul Wacana demokrasi yang dituangkan dalam tabloid Media Umat telah menjadi wacana yang khas, unik, dan menarik. Kekhasannya ini karena wacana demokrasi dalam tablod Media Umat ditampilkan tidak seperti oleh kebanyakan media yang cenderung berada pada posisi sejalan dengan arus utama (mainstream) yakni berada pada posisi pro, mendukung, menerima, bahkan mengkampanyekan dan membesarkan opini tentang demokrasi bahwa ia adalah sebuah sistem yang paripurna yang sudah final sebagai tatanan hidup untuk mengatur masyarakat. Tabloid Media Umat justru mengambil peran melawan arus utama dalam hal pemberitaan terkait wacana demokrasi, ini tidak lepas dari ideologi Islam yang diusungnya, sehingga pemberitaan yang disajikan setidaknya mampu mengimbangi dominasi dari pemberitaan dengan wacana yang sama namun sejalan arus utama. Dominasi ini juga tampak pada bahan-bahan pembelajaran analisis wacana kritis di perguruan tinggi. Daya tarik yang coba ditampilkan tabloid Media Umat dalam pemberitaannya, menjadikan pentingnya wacana ini menjadi salah satu contoh yang dapat dimanfaatkan dalam mata kuliah anaisis wacana kritis di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI Bandung. B. Contoh Modul Analisis Wacana Kritis Berikut ini adalah pemanfaatan materi analisis wacana kritis menggunakan model Roger Fowler dkk., yang disajikan berupa modul pembelajaran.

2 107 MODUL MATA KULIAH ANALISIS WACANA KRITIS MODEL ROGER FOWLER, DKK

3 108 ROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014 PENGANTAR Modul ini merupakan salah satu mata rantai yang tidak terpisahkan dari mata kuliah Analisis Wacana Kritis yang diajarkan di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), Universitas Pendididkan Indonesia, Bandung. Dalam modul ini diuraikan tentang Analisis Wacana Kritis model Roger Fowler, dkk. Analisis wacana adalah alternatif terhadap kebuntuan-kebuntuan dalam analisis media yang selama ini lebih didominasi oleh analisis isi konvensional dengan paradigma positivis atau konstruktivisnya. Jika yang kedua ini terpancang pada pertanyaan apa, maka analisis wacana lebih jauh pada bagaimana dari sebuah pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis wacana, kita akan tahu bukan hanya bagaimana isi teks berita, tetapi bagaimana dan mengapa pesan itu dihadirkan. Bahkan kita bisa lebih jauh membongkar penyalahgunaan kekuasaan, dominasi, dan ketidakadilan yang dijalankan dan diproduksi secara samar melalui teks-teks berita itu. Ulasan inilah yang akan diuraikan dalam modul ini. Modul tentang analisis wacana model Roger Fowler, dkk ini akan mengantarkan mahasiswa pada pengertian tentang langkah-langkah analisis wacana yang dilakukan oleh Fowler, dkk secara sederhana. Pengertian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mendapatkan pemahaman yang memadai tentang analisis wacana kritis.

4 109 Adapun sebagai korpus yang akan dijadikan contoh analisis model Roger Fowler, dkk ini adalah tabloid Media Umat edisi , 122, dan 124 khusus pada topik-topik tentang implementasi demokrasi di Indonesia. DAFTAR ISI Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 1 Pengantar Daftar Isi Kompetensi Dasar Kemampuan Akhir yang Diharapkan Kegiatan Belajar Latihan Petunjuk Latihan Rangkuman Tes Formatif Umpan Balik dan Tindak Lanjut Kunci Jawaban Daftar Pustaka

5 110 KOMPETENSI DASAR Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 2 Mengetahui analisis wacana kritis model Roger Fowler dkk., dan langkah-langkah implementasinya dalam konteks media. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa dapat menjelaskan alur analisis wacana kritis model Roger Fowler, dkk. Mahasiswa dapat mengimplementasikan analisis wacana kritis model Roger Fowler, dkk dalam sebuah teks berita. Mahasiswa dapat menarik kesimpulan dari hasil kajian analisis wacana kritis model Roger Fowler, dkk. KEGIATAN BELAJAR Analisis Wacana Kritis Model Roger Fowler dkk. 1. Uraian dan Contoh Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew adalah sekelompok pengajar di Universitas East Anglia. Kehadiran mereka terutama ditandai dengan diterbitkannya buku Language and Control pada tahun Pendekatan yang mereka lakukan kemudian dikenal sebagai critical linguistics. Critical linguistics terutama memandang bahasa sebagai praktik sosial, melalui

6 111 mana suatu kelompok memantapkan dan menyebarkan ideologinya. Critical linguistics terutama dikembangkan dari teori linguistik. Yang dilakukan oleh sekelompok peneliti ini adalah melihat bagaimana tata bahasa /grammar tertentu dan pilihan kosakata tertentu membawa implikasi dan ideologi tertentu. Dalam membangun model analisisnya, Roger Fowler, dkk., terutama mendasarkan pada penjelasan Halliday mengenai struktur dan fungsi bahasa. Fungsi dan struktur bahasa ini menjadi dasar struktur tata bahasa, dimana tata bahasa Modul itu Analisis menyediakan Wacana Kritis; alat Model untuk Roger dikomunikasikan Fowler dkk kepada khalayak. 3 Apa yang dilakukan oleh Fowler, dkk., adalah meletakkan tata bahasa dan praktik pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi. Berikut ini akan diuraikan satu persatu beberapa elemen yang dipelajari oleh Fowler dkk., tersebut. A. Kosakata Roger Fowler dkk. memandang bahasa sebagai sistem klasifikasi. Bahasa mendeskripsikan bagaimana realitas dunia dilihat, memberi kemungkinan seseorang untuk mengontrol dan mengatur pengalaman realitas sosial. Klasifikasi ini berbeda-beda antara orang atau kelompok satu dengan lainnya, sebab mengacu pada pengalaman budaya, sosial, dan politik yang berbeda pula. Pengalaman dan politik yang berbeda dapat dilihat dalam bahasa yang dipakai yang menggambarkan bagaimana pertarungan sosial terjadi. Di sini, peristiwa yang sama dibahasakan dengan bahasa yang berbeda. Kata-kata yang berbeda itu semata-mata tidak saja masalah sintaksis tapi praktik ideologi tertentu. Pembaca juga akan menerima dengan pandangan yang berbeda pula terhadap penggunaan bahasa yang berbedabeda. Kosakata menurut Eriyanto yaitu;

7 112 (a) mampu mengklasifikasi realitas tertentu dalam kategorisasi dan akhirnya dibedakan dengan realitas yang lain. Klasifikasi ini terjadi karena kompleksitas realitas, sehingga orang, menyusun dalam tingkat yang lebih sederhana dari realitas itu. Klasifikasi menyediakan untuk mengontrol informasi dan pengalaman. (b) mampu memberi batasan pandangan. Seperti dikatakan Roger Fowler, bahasa pada dasarnya bersifat membatasi, kita diajak berpikir untuk memahami seperti itu, bukan yang lain. Dikarenakan pembaca atau khalayak tidak mengalami atau mengikuti suatu peristiwa secara langsung maka ketika membaca kosakata tertentu akan dihubungkan dengan realitas tertentu. Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 4 (c) menjadi ranah dalam pertarungan wacana. Setiap pihak mempunyai versi tersendiri atas suatu masalah. Klaim atas kebenaran, dasar pembenar dan penjelas mengenai suatu masalah, berusaha agar versi kelompoknya dianggap paling benar dan lebih menentukan dalam mempengaruhi opini publik. (d) menjadi alat marjinalisasi. Kata, tulis Roger Fowler dkk., adalah pilihan linguistik tertentu kata, kalimat, proposisi membawa nilai ideologis tertentu. Kata dipandang bukan suatu yang netral, tapi ada implikasi ideologis tertentu. Pemakaian kata, kalimat, proposisi, bentuk kalimat, gaya, tidak semata-mata persoalan teknis tata bahasa atau linguistik, tapi ekspresi suatu ideologi: upaya pembentukan opini publik, meneguhkan, dan membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain. Teks memproduksi posisi pembacaan untuk khalayak, menyediakan perspektif bagaimana suatu teks harus dilibatkan juga hubungan transaksional dengan pembaca. Titik perhatian dari Roger Fowler dkk. adalah pada representasi, bagaimana kelompok, seseorang, kegiatan, atau peristiwa tertentu ditampilkan dalam wacana publik. Proses representasi ini selalu melalui

8 113 medium (bahasa). Bukan bias atau distorsi dari pemakaian bahasa yang menjadi fokus utama, tapi bagaimana pemakaian bahasa tertentu tidak objektif dan membawa nilai ideologis tertentu. Karena itu model Fowler dkk., dipusatkan pada salah representasi (misrepresentation) dan diskriminasi seseorang/kelompok dalam wacana publik. Di sini, bagaimana pemakaian bahasa tertentu dapat secara sengaja atau tidak memarjinalkan dan mendiskriminasikan seseorang/kelompok dari pembicaraan publik. B. Tata Bahasa Penggunaan tata bahasa dalam mewacanakan suatu kasus atau peristiwa, Modul Analisis juga berdampak Wacana Kritis; pada Model pemaknaan Roger Fowler yang dkk akan diterima oleh halayak 5 pembaca. Roger fowler dkk., memandang bahasa sebagai suatu set katagori dan proses yang menggambarkan antara objek dengan peristiwa. Dalam hal ini, dapat dilihat dari penggunaan bentuk kalimat. Seperti, penggunaan kalimat transitif (kalimat langsung), yakni melihat aktor atau bagianmana yang dianggap penyebab dan aktor atau bagian mana yang dianggap sebagai akibat. Juga pada kalimat intransitif (kalimat tidak langsung), yakni aktor dihubungkan dengan proses tanpa menyebutkan atau menjelaskan akibat atau aktor lain yang dikenakan tindakan. Umumnya dua kalimat di atas biasanya digunakan pada bentuk kalimat aktif dan bentuk kalimat pasif. Penggunaan tata bahasa dalam menganalisis wacana pemberitaan dapat dilakukan dengan dua langkah: a. Efek bentuk kalimat pasif : menghilangkan pelaku Dalam kalimat aktif, yang ditekankan adalah subjek pelaku dari suatu tindakan, sedangkan kalimat pasif yang ditekankan adalah sasarannya atau korbannya. Efek dari kalimat pasif ini tidak hanya membuat halus atau netral

9 114 posisi pelaku tatapi pelaku juga dapat dihilangkan dalam struktur kalimat. Titik tekan kalimatnya adalah sasaran atau korban. Seperti: seorang mahasiswa tertembak peluru saat berdemonstrasi di depan gedung MPR. Posisi pelaku dihilangkan dengan memakai kosakata tertembak. b. Efek nominalisasi: menghilangkan pelaku Efek dari nominalisasi adalah dengan melihat kalimat verbal menjadi kalimat nominal. Dalam hal ini, wacana yang dihadirkan dengan menghilangkan subjek atau pelaku karena dalam bentuk kalimat nominal titik tekannya bukan pada tindakan tetapi pada peristiwanya. c. Kontek sejarah Modul Kontek Analisis sejarah Wacana (historis) Kritis; Model dapat Roger dilakukan Fowler dkk dengan berbagai referensi 6 buku-buku sejarah yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Dengan memilih yang sesuai dengan kontek sejarah yang terjadi. Berikut ini akan disajikan contoh analisis wacana kritis model Roger Fowler dkk., dengan korpus tabloid Media Umat edisi 119. Terjebak Ritual Demokrasi Siapa Pilihan Umat? Rubrik Media Utama MU Edisi 119, 3-16 Januari, Halaman 4 Tinggal empat bulan lagi, pesta demokrasi akan dihelat kembali. Partaipartai politik sudah mengelus-elus kandidatnya untuk memperebutkan kursi tertinggi negeri ini. Spanduk dan poster berserakan di jalanan. Para kandidat muncul di layar kaca dengan tampang yang tak alami lagi.

10 115 Seperti perhelatan sebelumnya, mereka lagi-lagi berbusa-busa mengobral janji. Semua ingin menjadikan negeri ini lebih baik dari sebelumnya kendati tidak dibarengi program yang rinci dan terukur. Dan dapat dipastikan tidak ada satu kandidat pun yang membawa misi perubahan radikal. Melihat pemunculan mereka di media massa atau di area publik, dapat dipastikan mereka mengeluarkan dana yang luar biasa besar. Sebagian dari mereka memang para pengusaha. Bahkan ada yang memiliki jaringan media massa. Sebagian lain adalah orang-orang yang dibackingi orang kaya. Kebanyakan mereka adalah stok lama. Mereka adalah orang-orang yang pernah memimpin negeri ini atau berkecimpung bersama rezim-rezim lama yang selama ini dinilai gagal. Dan sepak terjangnya tidak menunjukkan adanya keberanian mereka mengubah kondisi yang rusak bersama rezim tersebut. Memang ada pula stok baru. Tapi sebenarnya dia selama ini belum teruji kemampuannya. Dia memang populer di media massa. Bukan karena prestasinya Modul Analisis tapi karena Wacana rekayasa Kritis; Model opini Roger yang Fowler dibuat dkk tim opininya. 7 Nah, sosok-sosok inilah yang akan disodorkan kepada rakyat di negeri ini yang mayoritas Muslim. Mereka ingin memperjuangkan Islam? Jangan tanya soal itu. Tak pernah satu pun kandidat baik stok lama maupun stok baru yang akan mendarmabaktikan jabatannya untuk Islam. Semua mewakili kalangan sekuler-liberal yang pro Barat dan sebagian anti-islam. Bahkan rekam jejak mereka menunjukkan betapa mereka sangat dekat dengan kalangan non Muslim. Hadir Natal Bersama misalnya, sudah biasa. Bahkan ada kandidat yang bertekad memberantas kalangan Islam yang dianggap radikal. Apatis Munculnya sosok-sosok tersebut tanpa membawa misi perubahan - kecuali perubahan kepemimpinan saja menjadi salah satu alasan banyak masyarakat yang apatis terhadap pemilu. Selain itu masyarakat telah muak dengan janji-janji kosong yang tak pernah terwujud. Banyak pihak memprediksi partisipasi masyarakat akan terus menurun. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, dari waktu ke waktu, masyarakat mulai enggan menggunakan hak pilihnya. Tren ini kian kentara di masyarakat perkotaan yang mulai melek politik. Mereka mulai sadar bahwa pemilu tak mengubah kondisi secara signifikan meski wakil rakyat dan pimpinan bergantiganti.

11 116 Rakyat telah merasakan keberadaan wakil rakyat dan penguasa tak mengubah apa-apa. Malah mereka sadar bahwa justru wakil rakyat bersama penguasalah yang membuat kondisi negeri ini makin runyam. Wakil rakyat tak pernah sejalan dengan aspirasi rakyat kendati ada partai yang menyatakan suara rakyat adalah suara partainya. Dalam beberapa kebijakan, justru rakyat dikorbankan dan penguasa dimenangkan. Di kalangan Muslim, suara mereka diharapkan tapi begitu wakil rakyat duduk di lembaga perwakilan, aspirasi Islam diabaikan. Ada beberapa UU yang justru menjerumuskan umat Islam ke dalam kerusakan. Anehnya, sikap masyarakat yang apatis ini disalahkan oleh partai politik. Padahal sikap rakyat ini adalah dampak dari perilaku partai politik itu sendiri yang abai terhadap rakyat. Kaum Muslim pun kembali digiring untuk memilih pemimpin/wakil rakyat yang tak pernah merepresentasikan Islam. Ayat-ayat suci pun digunakan untuk melegitimasi penggiringan itu. Perubahan Perubahan menjadi hal yang dituju. Tapi perubahan seperti apa? Inilah yang Modul tidak Analisis pernah Wacana disampaikan Kritis; Model oleh Roger para kandidat Fowler dkk penguasa dan wakil rakyat. 8 Semuanya bersifat abstrak. Jika perubahan itu hanya perubahan sosok kepemimipinan, ini adalah mengulang kesalahan yang ke sekian kalinya. Bukankah negeri ini sudah berulang kali berganti pimpinan dan wakil rakyat? Bukankah semuanya gagal? Nah, kalau mau jeli, sebenarnya persoalannya bukan terletak pada sosok pemimpinnya saja. Faktor sistem, sebenarnya sangat menentukan. Sebaik apapun pemimpinnya, kalau sistemnya bobrok maka dia tidak akan mampu membawa laju negeri yang dipimpinnya. Dalam kasus negeri ini, terbukti sistem kapitalis-demokrasi saat ini telah gagal. Maka, perubahan sistem menjadi mutlak dilakukan jika ingin ada perubahan yang hakiki. Pertanyaannya, sistem apa? Tidak ada alternatif sistem lain kecual sistem Islam. Kembali ke sosialis-komunis berarti mengulang kesalahan. Mempertahankan sistem kapitalis-sekuler-demokrasi berarti berkutat dalam kubangan kegagalan. Sistem Islam memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh sistem lainnya. Sistem ini berasal dari Yang Maha Baik, Yang Maha Benar, Yang Maha Adil. Sistem ini terbukti berhasil membangun peradaban yang tinggi yang belum pernah ada sebelumnya selama berabad-abad lamanya. Nah, dalam konteks perubahan menuju penerapan Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah itulah seharusnya partai berada. Bukan sebaliknya, partai politik menjadi benteng bagi sistem yang rusak. Karena itu, tidak ada

12 117 pahalanya mungkin malah berdosa memimpin negeri milik Allah dengan sistem rusak buatan manusia. Lama kelamaan umat menyadari apa yang terjadi. Berbagai ketidakadilan dan penindasan yang mereka alami telah menjadikan mereka rindu terhadap penerapan syariah Islam secara kaffah. Survei global membuktikan itu. Jadi, jangan kaget ketika Khilafah tegak dan menerapkan syariah secara kaffah, masyarakat dunia khususnya dunia Islam akan menyambutnya dengan suka cita. Inilah masa yang dijanjikan Allah dan dinantikan oleh umat. Dari wacana di atas dapat diuraikan analisis wacana kritis model Roger Modul Fowler Analisis dkk., sebagai Wacana berikut. Kritis; Model Roger Fowler dkk 9 1. Topik-Topik Pemberitaan Demokrasi Pada Tabloid Media Umat Pemberitaan tentang bobroknya pelaksanaan demokrasi di Indonesia dalam tabloid Media Umat secara konsisten disajikan integral dengan topiktopik yang menjadi headline sehingga pembaca akan mendapati uraian analisis dan pembahasan tentang suatu topik yang pada akhirnya dibawa pada kesimpulan bahwa kondisi yang disampaikan tersebut adalah akibat dari kebobrokkan demokrasi. Topik-topik pemberitaan demokrasi pada tabloid Media Umat disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Topik Pemberitaan Demokrasi pada Tabloid Media Umat edisi 119 No Topik Pemberitaan Edisi

13 118 1 Terjebak Ritual Demokrasi Siapa Pilihan 19 (3-16 Januari 2014) Umat? : Pentingnya Kristalisasi Kesadaran 19 (3-16 Januari 2014) Umat 3 Rekam Jejak Para Kandidat 19 (3-16 Januari 2014) 4 Partai Bermasalah, Bikin Rakyat Susah 19 (3-16 Januari 2014) 5 Agar Perubahan Tak Kandas Lagi 19 (3-16 Januari 2014) 6 Partai Islam Tinggal Nama 19 (3-16 Januari 2014) 7 Umat Butuh Khilafah 19 (3-16 Januari 2014) 8 Berdasarkan UU, Golput Boleh 19 (3-16 Januari 2014) 9 Sadarlah, Sekarang Saatnya Ganti Sistem! 19 (3-16 Januari 2014) Wacana yang dominan dari setiap pemberitaan dengan topik demokrasi di tabloid Media Umat adalah gambaran demokrasi yang identik dengan ketidakadilan, kedzaliman, sumber masalah, mahal, gagal, kufur dan Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 10 lain-lain. Sejumlah rentetan peristiwa yang hadir penuh dengan kontradiktif dijadikan argumentasi utama Media Umat dalam melakukan serangannya terhadap demokrasi. Pelaksanaan sistem pemerintahan yang tidak amanah, tidak jujur, tidak adil, penuh dengan praktik politik transaksional yang kental dengan korupsi, kolusi, manipulasi, hingga intimidasi dengan berbagai cara terbukti telah mencetak politikus yang jauh dari harapan masyarakat. 2. Kosakata yang Digunakan Tabloid Media Umat Demokrasi yang digambarkan tabloid Media Umat menjelma menjadi sosok biang kerok atas permasalahan yang terjadi di negeri ini. Hal tersebut tercermin dari kosakata yang dipilih tabloid Media Umat dalam menyajikan setiap analisis pemberitaannya yang cenderung negatif terhadap pelaksanaan

14 119 sistem demokrasi. Secara umum kosakata yang terangkum dalam pemberitaan di tabloid Media Umat edisi 119 dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 2. Kosakata yang Digunakan Tabloid Media Umat Edisi 119 (3-16 Januari 2014) Kosakata yang digunakan kesadaran, kemiskinan, kebodohan, perampokkan, kemaksiatan, korupsi, kriminalitas, persoalan, multikompleks, solusi, syariah, khilafah, perubahan, kaki tangan, wajib, ditolak, tersesat, sistem, kufur, dakwah, politik, tipu daya, ahlul quwwah, kekuasaan, ritual, demokrasi, pesta, janji, radikal, sekular, liberal, pro Barat, anti-islam, legitimasi, penggiringan, bobrok, rezim, sistem. Kosakata-kosakata yang terangkum dalam tabloid Media Umat empat edisi tersebut adalah kosakata secara umum dan akan disortir mana kosakatakosakata yang terkategori mengandung wacana kritis tingkat Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 11 kata. 3. Kalimat yang Digunakan Tabloid Media Umat Selain kosakata, tingkat yang ingin dilihat dalam analisis ini adalah tingkat dalam tataran kalimat. Beberapa wacana dalam tabloid Media Umat mengandung wacana kritis tingkat kalimat yang di dalamnya diungkap pembahasan dan ulasan mengenai implementasi sistem demokrasi yang dengan eksplisit telah menyimpang dan penuh pertentangan dengan adagium yang selama ini didengung-dengungkan yakni demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, atau demokrasi menjadikan suara rakyat suara kebenaran, demokrasi mengakomodasi semua kalangan, dll.

15 120 Penggambaran secara umum tentang tingkat kalimat ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 3. Kalimat yang Digunakan Tabloid Media Umat Edisi Kalimat yang digunakan - Mereka mulai sadar bahwa pemilu tak mengubah kondisi secara signifikan meski wakil rakyat dan pimpinan berganti-ganti. - Rakyat telah merasakan keberadaan wakil rakyat dan penguasa tak mengubah apa-apa. 119 (3-16 Januari 2014) - Malah mereka sadar bahwa justru wakil rakyat bersama penguasalah yang membuat kondisi negeri ini makin runyam. - Wakil rakyat tak pernah sejalan dengan aspirasi rakyat kendati ada partai yang menyatakan suara rakyat adalah suara partainya. - Dalam beberapa kebijakan, justru rakyat dikorbankan dan penguasa dimenangkan. - Di kalangan Muslim, suara mereka diharapkan tapi begitu wakil rakyat duduk di lembaga perwakilan, aspirasi Islam diabaikan. Modul Analisis Wacana Kritis; - Ada Model beberapa Roger Fowler UU yang dkk justru menjerumuskan 12 umat Islam ke dalam kerusakan. - Anehnya, sikap masyarakat yang apatis ini disalahkan oleh partai politik. - Padahal sikap rakyat ini adalah dampak dari perilaku partai politik itu sendiri yang abai terhadap rakyat.

16 121 - Kaum Muslim pun kembali digiring untuk memilih pemimpin/wakil rakyat yang tak pernah merepresentasikan Islam. - Ayat-ayat suci pun digunakan untuk melegitimasi penggiringan itu. - Sebaik apapun pemimpinnya, kalau sistemnya bobrok maka dia tidak akan mampu membawa laju negeri yang dipimpinnya. - Dalam kasus negeri ini, terbukti sistem kapitalisdemokrasi saat ini telah gagal. - Kembali ke sosialis-komunis berarti mengulang kesalahan. - Mempertahankan sistem kapitalis-sekulerdemokrasi berarti berkutat dalam kubangan kegagalan. - Bukan sebaliknya, partai politik menjadi benteng bagi sistem yang rusak. Modul Analisis Wacana Kritis; - Karena Model itu, Roger tidak Fowler ada dkk pahalanya mungkin malah 13 berdosa memimpin negeri milik Allah dengan sistem rusak buatan manusia. Kalimat-kalimat dalam tabel tersebut secara eksplisit maupun implisit mengandung wacana kritis yang merepresentasikan ideologi yang dianut tabloid Media Umat. Uraian tentang penggunaan tata bahasa dalam hal ini kalimat akan dijelaskan dalam pembahasan analisis data. 4. Kosakata a. Kosakata: Membuat Klasifikasi

17 122 Bahasa pada dasarnya selalu menyediakan klasifikasi. Klasifikasi terjadi karena realitas begitu kompleksnya, sehingga orang kemudian membuat penyerderhanaan dan abstraksi dari realitas tersebut. Realitas tersebut bukan hanya bisa dikenali, pada akhirnya juga berusaha dibedakan dengan yang lain. Untuk itu, klasifikasi menyediakan arena untuk mengontrol informasi dan pengalaman. Untuk melihat bagaimana klasifikasi dalam wacana tabloid Media Umat edisi 119, berikut uraiannya. Dalam tabloid Media Umat edisi 119 (3-16 Januari 2014), halaman 4 pada rubrik Media Utama dengan judul Terjebak Ritual Demokrasi Siapa Pilihan Umat?. disebutkan kosakata melegitimasi untuk menggambarkan bahwa dalam sistem demokrasi akan tumbuh subur perilaku para calon wakil rakyat (calon legislatif) ataupun calon presiden yang maju pada ajang pemilu presiden 2014 yang memaksakan segala cara demi meraih dukungan masyarakat, sebagai contoh mereka mencoba menggiring masyarakat untuk memilihnya dan menjadikan ayat-ayat suci untuk penggiringan tersebut. Kita lihat di sini bagaimana kata-kata tersebut menyediakan klasifikasi bagaimana realitas dipahami. Klasifikasi ini bermakna peristiwa seharusnya dilihat dari sisi yang satu bukan yang lain. Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 14 Pemberian kosakata melegitimasi adalah untuk melabeli tindakan yang dilakukan para caleg dan capres dalam upaya mereka mencari simpati dari rakyat agar memilihnya dalam pemilu. Tabloid Media Umat telah membentuk klasifikasi dengan realitas tertentu. Kosakata ini memberi arahan kepada khalayak bagaimana realitas seharusnya dipahami. Perhatikan tabel di bawah ini. Tabel 4. Membuat Klasifikasi Klasifikasi (Wakil Rakyat) membela rakyat Klasifikasi (Wakil Kapitalis) membela pemilik modal

18 123 membawa perubahan sekadar ganti pemimpin, tak mengubah apa-apa menepati janji Berharap janji-janji kosong Apatis b. Kosakata: Membatasi Pandangan Untuk melihat bagaimana kosakata mempengaruhi pandangan kita, berikut akan diuraikan pembahasannya. Pada tabloid Media Umat edisi 119 kosakata yang digunakan menunjukkan adanya pembatasan pandangan yang dilakukan. Pemakaian kata melegitimasi membatasi pikiran kita dengan persepsi khalayak, bahwa kampanye para caleg dan capres telah mengarah pada upaya memaksakan segala cara guna meraih dukungan masyarakat sebagai konstituennya. Menurut KBBI legitimasi berarti keterangan yang mengesahkan atau membenarkan bahwa pemegang keterangan adalah betul-betul orang yang dimaksud; kesahan; pernyataan yang sah (menurut undang-undang atau sesuai Modul dengan Analisis undang-undang); Wacana Kritis; Model dapat Roger juga Fowler berarti dkk pengesahan. 15 Dengan pemakaian kata itu, realitas sepak terjang para caleg atau capres (dengan sengaja) dibongkar dan diungkap ke pubik bahwa materi kampanye mereka hanya berisi janji-janji kosong dan ada upaya pembenaran dengan mengutip ayat-ayat suci agar janji-janji kosong itu terlihat benar adanya. Hal tersebut tersaji dalam tabel 2. Tabel 5. Pembatasan Pandangan Pemberitaan Kategori Wakil Rakyat Wakil Kapitalis Visi-misi membela rakyat membawa perubahan membela pemilik modal sekadar ganti pemimpin, tak mengubah apa-apa

19 124 Realisasi menepati janji berharap janji-janji kosong apatis c. Kosakata: Pertarungan Wacana Penggunaan kosakata juga pada gilirannya menggambarkan pertarungan wacana antarpihak yang berkepentingan dalam wacana demokrasi tersebut. Dalam penelitian ini pertarungan wacana tergambar dalam wacana pemberitaan Media Umat. Pertarungan wacana menggambarkan bagaimana pihak media mengambil peran dan diperankan dalam pemberitaan. Semakin dominan perannya semakin besar kemungkinan memenangkan pertarungan wacana. Sebaliknya semakin kecil peran pemberitaannya, maka pihak media menempatkan posisi dalam kedudukan yang terpojokkan. Dalam Media Umat edisi 119 tampak bagaimana pertarungan wacana tersaji sebagaimana digambarkan dalam tabel 3. Tabel 6. Pertarungan Wacana Demokrasi Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 16 Versi Pro Demokrasi Versi Kontra Demokrasi Pesta demokrasi akan dihelat kembali Semua ingin menjadikan negeri ini lebih baik dari sebelumnya Perubahan menjadi hal yang dituju Sebaik apapun pemimpinnya, kalau sistemnya bobrok maka dia tidak akan mampu membawa laju negeri yang dipimpinnya. Rakyat telah merasakan keberadaan wakil rakyat dan penguasa tak mengubah apa-apa. Mempertahankan sistem kapitalissekuler-demokrasi berarti berkutat dalam kubangan

20 125 kegagalan. d. Kosakata: Marjinalisasi Pada akhirnya, kosakata akan menggambarkan marjinalisasi aktor atau pelaku dalam wacana tersebut. Media Umat lebih banyak menyebutkan kosakata marjinalisasi dalam bentuk peristiwa. Beberapa kosakata yang digunakan antara lain, kemiskinan, kebodohan, perampokkan, kemaksiatan, korupsi, kriminalitas, kaki tangan, tersesat, kufur, tipu daya, radikal, sekular, liberal, pro Barat, anti-islam, melegitimasi, penggiringan, dan bobrok. Tabel 7. Marjinalisasi Aktor Aktor (Korban) Peristiwa Aktor (Pelaku) Masyarakat diobral janji Para kandidat (caleg dan capres) Kursi kekuasaan Diperebutkan Partai politik Kalangan Islam radikal Memberantas Kandidat Rakyat kondisi makin runyam Wakil rakyat Rakyat Modul Analisis Wacana Kritis; Dikorbankan Model Roger Fowler dkk Penguasa 17 Rakyat aspirasi Islam diabaikan Wakil rakyat Umat Menjerumuskan Undang-undang Ayat-ayat suci Melegitimasi Para kandidat Rakyat Ketidakadilan, penindasan Penguasa 5. Penggunaan Kalimat dalam Pemberitaan Demokrasi pada Tabloid Media Umat Pada bagian ini dideskripsikan bagaimana peristiwa digambarkan dalam kalimat (rangkaian kata). Kalimat yang digunakan dapat berbentuk

21 126 aksional-relasional, transitif-intransitif, aktif-pasif, dan verba-nomina. Masingmasing kalimat tersebut menggambarkan dan memfokuskan penekanan yang berbeda-beda. Melalui bentuk kalimat tersebut implementasi demokrasi yang penuh dengan paradoks dapat digambarkan lebih jelas. Berikut disajikan contoh kalimat yang terdapat dalam Media Umat edisi 119. Tabel 8. Klasifikasi Kalimat dalam Pemberitaan Wacana Demokrasi edisi 119 Kategori Aksional Deskripsi Kalimat Mereka mulai sadar bahwa pemilu tak mengubah kondisi secara signifikan meski wakil rakyat dan pimpinan berganti-ganti. Bukan sebaliknya, partai politik menjadi benteng bagi sistem yang rusak. Sebaik apapun pemimpinnya, kalau sistemnya bobrok maka dia tidak akan mampu membawa laju negeri yang dipimpinnya. Wakil rakyat tak pernah sejalan dengan aspirasi rakyat Relasional kendati ada partai yang menyatakan suara rakyat adalah suara partainya. Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 18 Padahal sikap rakyat ini adalah dampak dari perilaku partai politik itu sendiri yang abai terhadap rakyat. Ada beberapa UU yang justru menjerumuskan umat Islam ke dalam kerusakan. Aktif Rakyat telah merasakan keberadaan wakil rakyat dan penguasa tak mengubah apa-apa. Mempertahankan sistem kapitalis-sekuler-demokrasi berarti berkutat dalam kubangan kegagalan. Pasif Ayat-ayat suci pun digunakan untuk melegitimasi

22 127 penggiringan itu. Anehnya, sikap masyarakat yang apatis ini disalahkan oleh partai politik. Di kalangan Muslim, suara mereka diharapkan tapi begitu wakil rakyat duduk di lembaga perwakilan, aspirasi Islam diabaikan. Kaum Muslim pun kembali digiring untuk memilih pemimpin/wakil rakyat yang tak pernah merepresentasikan Islam. Dalam beberapa kebijakan, justru rakyat dikorbankan dan penguasa dimenangkan. Verba Malah mereka sadar bahwa justru wakil rakyat bersama penguasalah yang membuat kondisi negeri ini makin runyam. Karena itu, tidak ada pahalanya mungkin malah berdosa memimpin negeri milik Allah dengan sistem rusak buatan manusia. Kembali ke sosialis-komunis berarti mengulang kesalahan. Modul Nomina Analisis Wacana Dalam Kritis; kasus Model negeri Roger ini, Fowler terbukti dkk sistem kapitalis-demokrasi 19 saat ini telah gagal. Penggunaan kalimat pada Media Umat tergambar pada teras berita, yaitu Terjebak Ritual Demokrasi; Siapa Pilihan Umat. Kalimat tersebut menggambarkan bagaimana Media Umat menempatkan demokrasi sebagai ritual yang bisa menjebak masyarakat untuk masuk dalam perangkap kehidupan yang lebih sengsara tanpa adanya perubahan yang signifikan. Retorika yang digunakan Media Umat jelas-jelas menggambarkan sikap tidak sejalan dan menolak ide demokrasi beserta pelaksanaannya di negeri ini

23 128 yang digambarkan melalui tajuk Mempertahankan sistem kapitalis-sekulerdemokrasi berarti berkutat dalam kubangan kegagalan. LATIHAN Dari contoh yang sudah dipaparkan di atas, kerjakanlah latihan berikut ini: a) Buatlah kerangka analisis Roger Fowler dkk., untuk membedah katakata dan kalimat-kalimat yang terdapat pada wacana dalam tabloid Media Umat edisi 122 dan 124 berikut ini. b) Kerjakan hal-hal berikut: Tentukan terlebih dahulu topik, kosakata, dan kalimat yang ada dalam Media Umat edisi 122 dan 124 tersebut! Analisislah penggunaan kata yang terdapat dalam wacana tersebut! Analisislah penggunaan kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut! Wacana 1 Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 20 Daulat Wakil Rakyat Rubrik Media Utama MU Edisi 122, 21 Februari-6 Maret 2014, Halaman 7 Demokrasi memang mahal. Maka hanya mereka yang memiliki modal besarlah yang akan menikmati demokrasi itu. Ini berlaku pula pada para calon anggota legislatif. Yang modal cekak atau pas-pasan pasti tersingkir.

24 129 Pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi mengatakan, sistem politik saat ini mengubah sistem demokrasi menjadi demokrasi kapitalis. Efeknya berimbas pada pengambilan kebijakan yang sangat transaksional. Tak heran jika rakyat tak merasakan dampak signifikan dari wakil rakyat mereka yang duduk di DPR. Hasil Survei Nasional Pol-Tracking Institute akhir tahun lalu menyebut sebagian besar masyarakat tidak puas dengan kinerja Dewan Perwakilan Rakyat. Hanya 12 persen saja yang mengatakan kinerja DPR baik. Menurut Direktur Riset Arya Budi, survei ini menunjukkan hanya 12,64 persen masyarakat yang menjawab puas terhadap kinerja DPR periode Sisanya ada 61,68 persen menyatakan tidak puas terhadap kinerja DPR. Sebanyak 25,68 persen menyatakan tidak tahu. Hal ini bisa dijelaskan dengan menelusuri riwayat tiga fungsi dewan: legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Menurut Arya, rendahnya penilaian publik terhadap kinerja DPR RI periode ini disebabkan oleh rendahnya kualitas dan kuantitas kinerja serta produk DPR. "Hal ini diperburuk oleh tersangkutnya anggota dewan dalam kasus hukum, seperti korupsi, skandal moral, dan komunikasi publik yang kurang etis di media," katanya. Terkorup Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), selama lima tahun berturut-turut DPR meraih predikat lembaga terkorup. Parlemen di Indonesia Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 21 adalah koruptor. Hanya di Indonesia, parlemen yang korupsi. 2009, 2010, 2011 parlemen paling korup. Itulah unik Indonesia. Kelebihan parlemen kita, mereka kreatif, ujar Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja pada kuliah Upaya Pemberatasan Korupsi dan Anatomi Korupsi pada Pelaksanaan Pemilu", di Gedung KPU, Senin (16/9/2013). Ia mengatakan, dibandingkan korupsi lembaga di negara-negara lain di Asia Tenggara, hanya di Indonesia yang anggota parlemennya melakukan korupsi, bahkan secara terstruktur.mengapa korupsi? Ya karena biaya politik yang telah mereka keluarkan besar. Ketua Lajnah Siyasiyah/Politik DPP HTI Yahya Abdurrahman menjelaskan, biaya politik yang besar itu menuntut kompensasi dan membawa konsekuensi. Kompensasi itu maksudnya adalah kompensasi kepada pemilik modal yang memberikan modal. Menurut Yahya, Itu bisa terjadi minimal melalui dua hal. Pertama dengan memberikan proyek. Proyek diusulkan dan diatur supaya didapatkan oleh pemilik modal itu. Jika proyek itu besar sesuai UU harus melalui lelang

25 130 tender, dan untuk memastikan biasanya lelang itu sudah diatur sedemikian rupa sehingga tampak seolah transparan, tapi sebenarnya pemenang tender sudah diketahui sejak awal. Cara kedua, lanjutnya, adalah dengan kebijakan dan peraturan yang menguntungkan pemilik modal baik lokal atau asing yang membantu membiayai mereka sebelumnya. Maka yang lahir adalah undang-undang dan aturan yang sangat pro kepada para pemilik modal, baik kapitalis lokal maupun kapitalis asing. Ini sudah terlihat dalam berbagai UU seperti UU Kelistrikan, UU Penanaman Modal, UU Minerga, UU Migas, dan UU Sumber Daya Air. Inilah mengapa UU yang dikeluarkan tidak berpihak kepada rakyat. Ini, menurut Suswanta Abu Alya, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), sebagai dampak dari konspirasi antara para caleg dengan para cukong yang mem-back up mereka. Bahkan sekarang, para cukong (konglomerat) yang dulu hanya di belakang layar, sekarang langsung terjun menguasai partai politik untuk menentukan kebijakan negara. Sedangkan konsekuensi, maksudnya adalah bagaimana modal yang dikeluarkan itu bisa kembali disertai keuntungan. Konsekuensinya ada dua, korupsi dan penghasilan untuk pejabat makin besar. Namun demikian yang paling dominan adalah korupsi. Wajar bila wakil rakyat dikenal sebagai jago korupsi atau dalam beberapa kasus seperti Ketua MK, menjadi calo bagi koruptor lembaga lain. Di DPR sudah berderet nama kini menjadi terdakwa dan terpidana kasus korupsi yang nilainya milyaran. Perilaku korupsi ini pun menjalar hingga ke DPRD. Di Papua Barat, semua Modul ketua Analisis dan Wacana anggota Kritis; DPRD Model dinyatakan Roger Fowler bersalah dkk oleh Pengadilan Tipikor 22 Jayapura karena terlibat korupsi pada 10 Februari 2014 lalu. Mereka divonis penjara satu tahun hingga satu tahun tiga bulan, berikut denda dengan besaran bervariasi. Sebanyak 44 wakil rakyat itu terbukti menerima dana Rp 22 milyar dari BUMD PT Papua Doberai Mandiri (Padoma) untuk memenuhi kebutuhan pribadi seperti mengontrak rumah, membeli kendaraan dan biaya mengunjungi konstituen. Tak Wakili Rakyat Sudah menjadi rahasia umum, DPR dan juga DPRD menjalankan politik transaksional. Ini konsekuensi logis mahalnya demokrasi. Menurut Suswanta, dalam politik praktis hari ini, tidak ada kawan atau lawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan. Dan kepentingan yang dimaksud bukanlah kepentingan rakyat, tapi kepentingan pihak-pihak yang mendanai para wakil rakyat tersebut atau yang bertransaksi dengan mereka.

26 131 Rakyat yang memilih akhirnya dihilangkan dari kamus wakil rakyat. Toh, fakta menunjukkan, setiap wakil rakyat ketika duduk di kursi tak bebas lagi menyuarakan atau mengambil keputusannya secara mandiri. Mereka harus tunduk pada kepentingan partai/fraksi. Yang berkuasa adalah ketua fraksi sebagai kepanjangan tangan ketua umum partai. Walhasil, para wakil rakyat itu sejatinya hanyalah wakil partai yang mengatasnamakan rakyat. [] Wacana 2 Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 23 Campakkan Demokrasi, Tegakkan Khilafah Rubrik Media Utama MU Edisi 124, 21 Maret-3 April 2014, Halaman 7 Demokrasi bagi Amerika adalah alat untuk mendominasi dunia. Makanya, negara manapun yang mengambil demokrasi sebagai sistemnya, pasti akan tetap ada dalam cengkraman Amerika. Tak akan bisa bangkit, karena Amerika tak menginginkan hal itu. Ketua DPP HTI Rokhmat S Labib menyatakan, secara fakta demokrasi

27 132 adalah sistem yang bobrok. Demokrasi menjadi jalan bagi para pemilik modal menguasai rakyat. Demokrasi tidak pernah menyuarakan suara rakyat, tapi hanya merupakan kepentingan segelintir orang saja. Demokrasi meniscayakan kebenaran dan kebaikan ditentukan oleh manusia dan mengesampingkan agama [baca: Islam] karena didasari prinsip sekulerisme pemisahan agama dari kehidupan. Dapat dipastikan, hukumhukum yang dihasilkan akan berpihak kepada kepentingan para pembuat hukumnya saja. Dari kacamata syariah, tindakan para pembuat hukum ini berarti menyejajarkan diri dengan Allah SWT. Bahkan, mereka lebih tinggi karena untuk melegalkan hukum Islam, harus mendapat persetujuan mereka. Bukankah ini tindakan syirik? Walhasil, mempertahankan demokrasi berarti sama juga membiarkan negeri ini tetap dalam cengkraman asing dan membiarkan rakyat hidup tertindas serta berbuat maksiat kepada Allah SWT karena mereka mengesampingkan hukum Allah. Banyak orang kemudian bingung, jika tidak menggunakan demokrasi, menggunakan sistem apa. Padahal ada banyak sistem yang berkembang di dunia. Dan di antara semua sistem tersebut, menurut Rokhmat, satu-satunya yang benar adalah sistem pemerintahan Islam. Itulah khilafah. Karena itu berdasarkan wahyu Allah SWT, katanya. Sistem itu sangat khas. Sistem ini sepenuhnya memberlakukan hukum dari Modul Dzat Analisis Yang Maha Wacana Benar Kritis; dan Model Maha Roger Adil. Fowler Hukumnya dkk berlaku secara universal 24 kepada manusia dan tidak memihak kepada satu kelompok tertentu. Hukumnya bersifat tetap sampai akhir zaman, tidak berubah dengan bergantinya rezim. Sistem ini berbeda dengan sistem manapun, apakah sistem teokrasi, sistem kerajaan, sistem federasi, termasuk sistem demokrasi. Dan sistem ini bukan sistem baru, tapi sistem yang pernah diterapkan berabad-abad lamanya hingga menghasilkan peradaban dunia yang cemerlang. Hasilnya, bahkan dinikmati oleh manusia pada masa sekarang. Will Durant, dalam bukunya The Story of Civilization, vol. XIII, halaman 151 menulis: "Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas, di mana fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan tersebar luas, hingga berbagai ilmu, sastera,

28 133 filsafat dan seni mengalami kemajuan luar biasa, yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad. Secara akidah, menerapkan seluruh syariah Islam hukumnya wajib. Dan itu hanya bisa terjadi dalam sistem Islam yang disebut khilafah. Maka kalau ada orang Islam yang menolak sistem Islam, patut dipertanyakan keislamannya, kata Rokhmat. Lebih jauh ia menjelaskan, sistem Islam memberikan ruang bagi masyarakat seluas-luasnya untuk berpendapat, namun tetap dalam kerangka hukum syariah yang menjadi standar acuan. Di sana juga ada Majelis Umat yang berfungsi mengontrol khalifah, bukan legislasi hukum. Khalifah dipilih oleh rakyat, bukan turun temurun seperti dalam sistem kerajaan. Ia dipilih untuk melaksanakan hukum syariah. Karena itu, lanjutnya, mengkritik penguasa yang menyimpang dalam Islam bukan hanya hak, tetapi sekaligus merupakan kewajiban. Pahala sangat besar pun diberikan kepada mereka yang syahid mengkritik penguasa dengan sebutan sebaik-baik jihad (afdhal al-jihad) dan pemimpin para syuhada, jelasnya. Terdapat juga Mahkamah Mazhalim yang akan menyelesaikan persengketan antara rakyat dan penguasa, kalau rakyat menganggap kebijakan penguasa merugikan mereka. Mahkamah Mazhalim juga akan meluruskan keputusan-keputusan khalifah yang bertentangan dengan hukum syariah. Sistem Islam akan menjamin hak-hak mendasar manusia. Penerapan syariah Islam akan menjaga nyawa manusia, keturunan, harta dan kehormatan. Di Modul antaranya Analisis Wacana dengan Kritis; menjatuhkan Model Roger sanksi Fowler dkk yang keras bagi pelaku 25 pembunuhan, pencuri, pezina dll. Dan tak kalah penting, sistem Islam akan menjamin kepastian hukum dan persamaan di depan hukum. Muslim dan non Muslim memiliki kedudukan yang sama. Sementara itu dalam hal kesejahteraan, khilafah akan menjamin kebutuhan pokok tiap individu rakyat, pendidikan gratis dan kesehatan gratis. Barang tambang yang melimpah (emas, perak, minyak dll), air, hutan dan listrik merupakan milik umum yang digunakan untuk kepentingan rakyat; tidak boleh diberikan kepada swasta atau individu. Dengan cara seperti ini khilafah akan menyejahterakan rakyat. Campakkan demokrasi, tegakkan khilafah, tandas Rokhmat. Apa ada yang lebih baik dari sistem Islam?[]

29 134 PETUNJUK LATIHAN Untuk menjawab latihan di atas silakan membaca kegiatan belajar dan contoh implementasi analisis wacana kritis model Roger Fowler dkk. RANGKUMAN Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 26 Analisis wacana kritis model Roger Fowler, dkk., terutama mendasarkan pada penjelasan Halliday mengenai struktur dan fungsi bahasa. Fungsi dan struktur bahasa ini menjadi dasar struktur tata bahasa, dimana tata bahasa itu menyediakan alat untuk dikomunikasikan kepada khalayak. Apa yang dilakukan oleh Fowler, dkk., adalah meletakkan tata bahasa dan praktik pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi. Beberapa elemen yang dipelajari oleh Fowler dkk., tersebut. A. Kosakata Roger Fowler dkk. memandang bahasa sebagai sistem klasifikasi. Bahasa mendeskripsikan bagaimana realitas dunia dilihat, memberi kemungkinan seseorang untuk mengontrol dan mengatur pengalaman

30 135 realitas sosial. Klasifikasi ini berbeda-beda antara orang atau kelompok satu dengan lainnya, sebab mengacu pada pengalaman budaya, sosial, dan politik yang berbeda pula. Pengalaman dan politik yang berbeda dapat dilihat dalam bahasa yang dipakai yang menggambarkan bagaimana pertarungan sosial terjadi. Di sini, peristiwa yang sama dibahasakan dengan bahasa yang berbeda. Kata-kata yang berbeda itu semata-mata tidak saja masalah sintaksis tapi praktik ideologi tertentu. Pembaca juga akan menerima dengan pandangan yang berbeda pula terhadap penggunaan bahasa yang berbedabeda. Kosakata menurut Eriyanto yaitu; (a) mampu mengklasifikasi realitas tertentu dalam kategorisasi dan akhirnya dibedakan dengan realitas yang lain. Klasifikasi ini terjadi karena kompleksitas realitas, sehingga orang, menyusun dalam tingkat yang lebih sederhana dari realitas itu. Klasifikasi menyediakan untuk mengontrol informasi dan pengalaman. (b) mampu memberi batasan pandangan. Seperti dikatakan Roger Fowler, bahasa pada dasarnya bersifat membatasi, kita diajak berpikir untuk memahami Modul Analisis seperti Wacana itu, bukan Kritis; Model yang Roger lain. Dikarenakan Fowler dkk pembaca atau khalayak 27 tidak mengalami atau mengikuti suatu peristiwa secara langsung maka ketika membaca kosakata tertentu akan dihubungkan dengan realitas tertentu. (c) menjadi ranah dalam pertarungan wacana. Setiap pihak mempunyai versi tersendiri atas suatu masalah. Klaim atas kebenaran, dasar pembenar dan penjelas mengenai suatu masalah, berusaha agar versi kelompoknya dianggap paling benar dan lebih menentukan dalam mempengaruhi opini publik. (d) menjadi alat marjinalisasi. Kata, tulis Roger Fowler dkk., adalah pilihan linguistik tertentu kata, kalimat, proposisi membawa nilai ideologis

31 136 tertentu. Kata dipandang bukan suatu yang netral, tapi ada implikasi ideologis tertentu. Pemakaian kata, kalimat, proposisi, bentuk kalimat, gaya, tidak semata-mata persoalan teknis tata bahasa atau linguistik, tapi ekspresi suatu ideologi: upaya pembentukan opini publik, meneguhkan, dan membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain. Teks memproduksi posisi pembacaan untuk khalayak, menyediakan perspektif bagaimana suatu teks harus dilibatkan juga hubungan transaksional dengan pembaca. Titik perhatian dari Roger Fowler dkk. adalah pada representasi, bagaimana kelompok, seseorang, kegiatan, atau peristiwa tertentu ditampilkan dalam wacana publik. Proses representasi ini selalu melalui medium (bahasa). Bukan bias atau distorsi dari pemakaian bahasa yang menjadi fokus utama, tapi bagaimana pemakaian bahasa tertentu tidak objektif dan membawa nilai ideologis tertentu. Karena itu model Fowler dkk., dipusatkan pada salah representasi (misrepresentation) dan diskriminasi seseorang/kelompok dalam wacana publik. Di sini, bagaimana pemakaian bahasa tertentu dapat secara sengaja atau tidak memarjinalkan dan mendiskriminasikan Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 28 seseorang/kelompok dari pembicaraan publik. B. Tata Bahasa Penggunaan tata bahasa dalam mewacanakan suatu kasus atau peristiwa, juga berdampak pada pemaknaan yang akan diterima oleh halayak pembaca. Roger fowler dkk., memandang bahasa sebagai suatu set katagori dan proses yang menggambarkan antara objek dengan peristiwa. Dalam hal ini, dapat dilihat dari penggunaan bentuk kalimat. Seperti, penggunaan kalimat transitif (kalimat langsung), yakni melihat aktor atau bagianmana yang dianggap penyebab dan aktor atau bagian mana yang dianggap sebagai akibat.

32 137 Juga pada kalimat intransitif (kalimat tidak langsung), yakni aktor dihubungkan dengan proses tanpa menyebutkan atau menjelaskan akibat atau aktor lain yang dikenakan tindakan. Umumnya dua kalimat di atas biasanya digunakan pada bentuk kalimat aktif dan bentuk kalimat pasif. Penggunaan tata bahasa dalam menganalisis wacana pemberitaan dapat dilakukan dengan dua langkah: a. Efek bentuk kalimat pasif : menghilangkan pelaku Dalam kalimat aktif, yang ditekankan adalah subjek pelaku dari suatu tindakan, sedangkan kalimat pasif yang ditekankan adalah sasarannya atau korbannya. Efek dari kalimat pasif ini tidak hanya membuat halus atau netral posisi pelaku tatapi pelaku juga dapat dihilangkan dalam struktur kalimat. Titik tekan kalimatnya adalah sasaran atau korban. Seperti: seorang mahasiswa tertembak peluru saat berdemonstrasi di depan gedung MPR. Posisi pelaku dihilangkan dengan memakai kosakata tertembak. b. Efek nominalisasi: menghilangkan pelaku Efek dari nominalisasi adalah dengan melihat kalimat verbal menjadi Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 29 kalimat nominal. Dalam hal ini, wacana yang dihadirkan dengan menghilangkan subjek atau pelaku karena dalam bentuk kalimat nominal titik tekannya bukan pada tindakan tetapi pada peristiwanya. c. Kontek sejarah Kontek sejarah (historis) dapat dilakukan dengan berbagai referensi buku-buku sejarah yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Dengan memilih yang sesuai dengan kontek sejarah yang terjadi. Kategorisasi Wacana Demokrasi dalam Tabloid Media Umat

33 138 Pembahasan tentang wacana demokrasi yang menjadi topik inti dari tabloid Media Umat dapat dikategorisasikan dalam beberapa wacana, yaitu. a. Demokrasi Tidak Mewakili Rakyat Pembahasan tentang demokrasi sudah menjadi pembahasan yang paling banyak diminati, betapa tidak hampir semua kajian sosial politik pasti menjadikan wacana demokrasi sebagai topik utama, dalam tabloid Media Umat diungkap terkait wacana demokrasi yang sudah tidak sejalan dengan slogan yang selama ini dikenal, yakni Demokrasi Mewakili Rakyat. Sudah menjadi rahasia umum, DPR dan juga DPRD menjalankan politik transaksional. Ini konsekuensi logis mahalnya demokrasi. Menurut Suswanta, dalam politik praktis hari ini, tidak ada kawan atau lawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan. Dan kepentingan yang dimaksud bukanlah kepentingan rakyat, tapi kepentingan pihak-pihak yang mendanai para wakil rakyat tersebut atau yang bertransaksi dengan mereka. Rakyat yang memilih akhirnya dihilangkan dari kamus wakil rakyat. Fakta menunjukkan, setiap wakil rakyat ketika duduk di kursi tak bebas lagi menyuarakan atau mengambil keputusannya secara mandiri. Mereka harus tunduk pada kepentingan partai atau fraksi. Yang berkuasa adalah ketua fraksi sebagai kepanjangan tangan ketua umum partai. Walhasil, para wakil rakyat Modul Analisis Wacana Kritis; Model Roger Fowler dkk 30 itu sejatinya hanyalah wakil partai yang mengatasnamakan rakyat. Bagi mereka yang terpilih jadi wakil rakyat, mereka pun harus menghitung untung dan rugi. Karena, berdasarkan riset Pramono Anung, motivasi mereka menjadi anggota legislatif sebenarnya adalah kekuasaan dan faktor ekonomi. Tentu, kekuasaan itu akan menjadi ajang bagi mereka untuk mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan sebelum pemilu berlangsung. Baik itu berupa uang dan janji yang harus ditepati kepada para pendukungnya, apakah itu uang atau kebijakan, izin, proyek, dll.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah maka diperlukan metode yang sesuai dengan objek penelitian. Karena metode berfungsi sebagai acuan dalam mengerjakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ungkapan seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat

Lebih terperinci

Pemilu yang ada bahkan tidak membawa perubahan orang. Sebagian besar akan tetap orang dan muka lama.

Pemilu yang ada bahkan tidak membawa perubahan orang. Sebagian besar akan tetap orang dan muka lama. Pengantar: Pemilihan umum legislatif berlangsung 9 April. Banyak pihak berharap hasil pemilu bisa membawa perubahan bagi Indonesia. Bisakah itu terwujud? Dan bagaimana hukum syara tentang pemilu legislatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan paradigma kritis. Perspektif kritis ini bertolak dari asumsi umum bahwa realitas kehidupan bukanlah

Lebih terperinci

Aneh jika ada orang yang mengaku Muslim tapi takut terhadap penerapan syariah.

Aneh jika ada orang yang mengaku Muslim tapi takut terhadap penerapan syariah. Aneh jika ada orang yang mengaku Muslim tapi takut terhadap penerapan syariah. Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Tak ada masyarakat yang statis. Masyarakat selalu dinamis. Ketika mereka menghadapi kondisi

Lebih terperinci

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia? {mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Tak lama lagi, rakyat Indonesia akan kembali berpesta dalam demokrasi. Setelah beberapa waktu lalu diminta memilih wakil rakyat, kini rakyat

Lebih terperinci

Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri.

Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri. Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri. Sejak reformasi, Indonesia makin demokratis. Sayangnya proses demokratisasi itu tak signifikan dengan proses pemberantasan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik (Sobur, 2009: 30). Dalam hal ini, media digunakan

Lebih terperinci

Klaim partai nasionalis pada faktanya hanya sekadar jargon. Ujung-ujungnya juga kapitalis dan neoliberal.

Klaim partai nasionalis pada faktanya hanya sekadar jargon. Ujung-ujungnya juga kapitalis dan neoliberal. Klaim partai nasionalis pada faktanya hanya sekadar jargon. Ujung-ujungnya juga kapitalis dan neoliberal. Hingar bingar pemilihan umum legislatif telah usai. Spanduk, poster, baliho, dan alat peraga lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik lima tahunan bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan dalam proses Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pascaruntuhnya runtuhnya kekuasaan orde baru terjaminnya kebebasan pers telah menjadi ruang tersendiri bagi rakyat untuk menggelorakan aspirasi dan kegelisahan

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Yang berhak membuat hukum hanyalah Allah SWT. Namun masih saja ada kaum Muslim yang turut dalam Pemilu legislatif (DPR/DPRD) dengan berdalih dalam

Lebih terperinci

Terjadinya jual beli pasal di DPR itu salah satu bukti buruknya moralitas oknum atau bobroknya sistem?

Terjadinya jual beli pasal di DPR itu salah satu bukti buruknya moralitas oknum atau bobroknya sistem? Farid Wadjdi, Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI Diungkapnya fenomena jual beli pasal di DPR oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menambah panjang daftar kebobrokan tata kelola negara di negeri yang berpenduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Bertolak dari rumusan persolan penelitian, hasil analisis dan hasil interpretasi data penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Proses

Lebih terperinci

Mengapa Amerika menyebarkan demokrasi ke negeri-negeri Muslim termasuk Indonesia?

Mengapa Amerika menyebarkan demokrasi ke negeri-negeri Muslim termasuk Indonesia? Rokhmat S Labib, Ketua DPP HTI Selain dijadikan alat penjajahan oleh Amerika dan negara asing lainnya, demokrasi ternyata bertentangan dengan Islam. Bukan hanya produknya yang berupa UU yang pro para korporasi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu korupsi, suap, pencucian uang, dan semua bentuk penggelapan uang negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia. Para aparatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris.

Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris. Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris. Tidak pernah ada cerita orang Kristen disebut teroris, meski tindakannya sama persis dengan teroris.

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebebasan media dalam memberitakan berita yang bertentangan dengan pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan bebas memberitakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

Muhammad Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia.

Muhammad Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia. Muhammad Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia. Perdebatan pemimpin harus bermoral menyeruak setelah Mendagri berencana menambahkan syarat bahwa calon kepala daerah itu harus

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

"Pemilu bukan lagi menjadi variabel yang menentukan asing semakin mencengkeram Indonesia atau tidak, katanya.

Pemilu bukan lagi menjadi variabel yang menentukan asing semakin mencengkeram Indonesia atau tidak, katanya. "Pemilu bukan lagi menjadi variabel yang menentukan asing semakin mencengkeram Indonesia atau tidak, katanya. Banyak orang yang berharap dengan pemilihan umum, Indonesia akan menatap masa depan yang lebih

Lebih terperinci

Kondisi umat Islam pada Ramadhan ini sepertinya tak berubah. Pandangan Anda?

Kondisi umat Islam pada Ramadhan ini sepertinya tak berubah. Pandangan Anda? Rokhmat S Labib, Ketua DPP HTI Ramadhan adalah bulan mulia. Rakyat seharusnya menyambut dengan suka cita. Namun apa daya, justru kaum Muslim kian terjepit di bulan penuh berkah ini. Berbagai kesulitan

Lebih terperinci

Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme.

Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme. Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme. Mantan Wakil Presiden RI beberapa waktu lalu mengatakan bahwa saat ini tidak ada bedanya antara partai politik nasionalis sekuler

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mediator utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasi, menafsirkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat, orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

Lebih terperinci

[108] Demokrasi, Sistem Buruk Thursday, 12 September :06

[108] Demokrasi, Sistem Buruk Thursday, 12 September :06 Slogan Suara Rakyat adalah Suara Tuhan adalah sebuah ilusi karena membayangkan bahwa kesepakatan (wakil) rakyat pasti akan selaras dengan kebenaran tuhan adalah juga sebuah ilusi. Indonesia termasuk negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum dan negara

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu 2014 akan menjadi cermin bagi kualitas yang merujuk pada prinsip demokrasi yang selama ini dianut oleh Negara kita Indonesia. Sistem Pelaksanaan

Lebih terperinci

MENDENGARKAN HATI NURANI

MENDENGARKAN HATI NURANI Mengejawantahkan Keputusan Kongres Nomor Kep-IX / Kongres XIX /2013 tentang Partisipasi Dalam Partai Politik dan Pemilu Wanita Katolik Republik Indonesia MENDENGARKAN HATI NURANI Ibu-ibu segenap Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa telah berfungsi sebagai alat propaganda paling efektif, di samping dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammad Nazir dalam bukunya "Metode Penelitian", menyatakan bahwa. terus-menerus untuk memecahkan masalah.

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian, menyatakan bahwa. terus-menerus untuk memecahkan masalah. 34 BAB III METODE PENELITIAN Berbagai literature dalam metodologi penelitian menyatakan bahwa penelitian dilaksanakan dalam rangka memperoleh pemecahan terhadap masalah. Muhammad Nazir dalam bukunya "Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam informasi. Hal itu berkaitan dengan semakin canggihnya industri media informasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

Jokowi, Jangan Ragu Senin, 16 Pebruari 2015

Jokowi, Jangan Ragu Senin, 16 Pebruari 2015 Jokowi, Jangan Ragu Senin, 16 Pebruari 2015 Jakarta - â œâ jika Budi Gunawan batal diangkat sebagai Kapolri maka Presiden telah melanggar etika hubungan legislatif. Namun jika tetap dilantik maka Jokowi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI Daftar Isi i ii Demokrasi & Politik Desentralisasi Daftar Isi iii DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI Oleh : Dede Mariana Caroline Paskarina Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita pasti masih ingat dengan fenomena kemenangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki (Ahok) dalam pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berjalan selama 2 kali

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pertama Kedua

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pertama Kedua BAB V PENUTUP Bagian ini adalah bab final yang merangkum hasil penelitian tentang framing majalah Tempo terhadap representasi perempuan dalam pemberitaan skandal politik Anatsari Azhar. Penelitian yang

Lebih terperinci

Hasil Wawancara Informan (Pembaca)

Hasil Wawancara Informan (Pembaca) Hasil Wawancara Informan (Pembaca) 1. Sebagai pembaca, menurut anda apakah reshuffle harus dilakukan? Jawab Di negara kita yaitu indonesia memiliki presiden, dan presiden tersebut mempunyai hak prerogatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat dengan masyarakat. Bukan hanya para penyelenggara pemerintahan yang mempraktekan ilmu tersebut. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

Parpol Islam dan yang berbasis massa Islam, tak lagi terlihat menyuarakan Islam, bahkan seakan menghindar untuk diidentikkan dengan Islam.

Parpol Islam dan yang berbasis massa Islam, tak lagi terlihat menyuarakan Islam, bahkan seakan menghindar untuk diidentikkan dengan Islam. Pengantar: Partai politik Islam selalu berkiprah dalam pesta demokrasi di Indonesia. Meski sudah 10 kali ikut pemilu, alih-alih menang, parpol Islam sepertinya hanya menjadi penggembira. Mengapa sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56 Generasi muda merupakan asset terpenting bagi masa depan suatu bangsa. Disadari atau tidak bahwa peran pemuda sangat berpengaruh dalamp roses pembangunan bangsa serta proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah memberikan posisi tawar yang jauh lebih dominan kepada politisi dibandingkan dengan masa Orde Baru. Politisi unjuk gigi dengan kedudukan,

Lebih terperinci

MAKALAH ISLAM. Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU

MAKALAH ISLAM. Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU MAKALAH ISLAM Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU 1 April 2014 Makalah Islam Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU Ahmad Munif (Dosen STAI Indonesia Jakarta) Jum at, 9 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tindak korupsi merupakan salah satu masalah yang paling krusial yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah kegiatan yang menyimpang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat

Lebih terperinci

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 29) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XI/2013 Parlementary Threshold, Presidential Threshold, Hak dan Kewenangan Partai Politik, serta Keberadaan Lembaga Fraksi di DPR I. PEMOHON Saurip Kadi II. III.

Lebih terperinci

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H 1 UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H A. LATAR BELAKANG Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap warga negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan

Lebih terperinci

Oleh: Hafidz Abdurrahman

Oleh: Hafidz Abdurrahman Oleh: Hafidz Abdurrahman Negara Khilafah adalah khalifah itu sendiri. Karena itu, kekuasaan di dalam negara khilafah berbeda dengan kekuasaan dalam negara-negara lain. Maka, negara khilafah tidak mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bukti nyata bahwa Negara dengan sistem demokrasi yang baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bukti nyata bahwa Negara dengan sistem demokrasi yang baik itu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu bukti nyata bahwa Negara dengan sistem demokrasi yang baik itu ditentukan dari ada tidaknya perwujudan dan pelaksanaan daripada demokrasi tersebut, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Pesta demokrasi dimulai, saat ini bangsa Indonesia sedang memeriahkan pesta, yang di tunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2014. Pemilu

Lebih terperinci

RESENSI BUKU MEMAHAMI PEMILU DAN GERAKAN POLITIK KAUM DIFABEL

RESENSI BUKU MEMAHAMI PEMILU DAN GERAKAN POLITIK KAUM DIFABEL M. Akbar Satriawan, Memahami Pemilu dan... RESENSI BUKU MEMAHAMI PEMILU DAN GERAKAN POLITIK KAUM DIFABEL Muhammad Akbar Satriawan Judul buku : Memahami Pemilu dan Gerakan Politik Kaum Difabel Penulis :

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat

Lebih terperinci

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober

Lebih terperinci

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2 Oleh Dadang Juliantara Kalau (R)UU Kebudayaan adalah jawaban, apakah pertanyaannya? I. Tentang Situasi dan Kemendesakkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak bisa berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh merupakan akibat

Lebih terperinci

H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI

H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI Ceramah Disampaikan pada Forum Konsolidasi Pimpinan Pemerintah Daerah Bupati, Walikota, dan Ketua DPRD kabupaten/kota Angkatan III 2010 di Lembaga Ketahanan Nasional(Lemhannas-RI).

Lebih terperinci