BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamanya kehamilan yang normal adalah 280 hari atau 40 minggu. dihitung dari hari pertama haid yang terakhir (Krisnadi, 2005).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamanya kehamilan yang normal adalah 280 hari atau 40 minggu. dihitung dari hari pertama haid yang terakhir (Krisnadi, 2005)."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan normal a. Pengertian Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan yang normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari hari pertama haid yang terakhir (Krisnadi, 2005). b. Tanda-tanda kehamilan Wiknjosastro (2005) mengatakan bahwa untuk dapat menegakkan diagnosa kehamilan, dapat dilakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan : 1) Tanda pasti kehamilan a) Adanya gerakan janin dalam rahim dan teraba bagian kecil janin b) Denyut jantung janin bisa didengar dengan Laenec atau alat Doppler dan dapat dilihat dengan ultrasonografi. c) Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin. 2) Tanda Bahaya Kehamilan Salmah (2006) menambahkan bahwa tanda bahaya pada masa kehamilan perlu diketahui oleh pasien terutama yang mengancam keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sesuai dengan program di puskesmas, commit minimal to user yang perlu diketahui tentang tanda 5

2 6 bahaya kehamilan yaitu perdarahan yang keluar dari jalan lahir, hiperemesis, pre-eklampsi dan eklampsia, ketubah pecah dini, dan gerakan janin yang tidak dirasakan. 2. Perdarahan pada kehamilan muda Perdarahan merupakan salah satu tanda bahaya dalam kehamilan yang harus diwaspadai oleh ibu hamil. Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pada kehamilan < 22 minggu (Yulaikhah, 2008). Perdarahan yang terjadi saat hamil muda disebabkan oleh beberapa hal, antara lain keguguran (abortus), kehamilan di luar kandungan (Kehamilan Ektopik Terganggu), ataupun hamil anggur (molla hidatidosa). 3. Abortus a. Pengertian Abortus merupakan kegagalan kehamilan pada tahap awal yang terjadi karena perdarahan dan pengeluaran janin secara spontan atau janin mungkin meninggal dalam kandungan (Wahyuni, Indarwati, 2011). Persentase pada semua kehamilan yang mengalami keguguran mencapai 15% dimana sekitar 30% kehamilan pertama diakhiri dengan keguguran (Bilotta, 2011). Menurut Yulaikhah (2008) abortus adalah berakhirnya kehamilan (akibat faktor tertentu) pada atau sebelum kehamilan itu berusia 20 minggu dan buah kehamilan belum mampu hidup di luar kandungan. Abortus adalah berakhirnya kehamilan baik secara spontan maupun buatan, sebelum janin mampu commit bertahan to user hidup di luar kandungan. Batasan

3 7 yang digunakan berdasarkan umur kehamilan dan berat janin. Menurut Salhan S (2011), abortus merupakan penghentian kehamilan dengan umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan sebelum fetus dapat hidup di luar uterus atau saat berat fetus kurang dari 500 gram. Abortus dapat menyebabkan kehilangan darah yang cukup bermakna (Cunningham, 2006). Jadi dapat disimpulkan abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum usia kehamilan tersebut 20 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram. Menurut Krisnadi (2005), setengah dari abortus imminens akan menjadi abortus inkomplet atau komplet, sedangkan pada sisanya kehamilan akan terus berlangsung. Tetapi untuk wanita yang telah mengalami abortus 2 kali bahkan sampai 3 kali berturut turut, kemungkinan untuk kembali terjadinya abortus menjadi lebih besar. Pada abortus spontan, terdapat trias gejala klinik yaitu nyeri atau kram, perdarahan, dan adanya ekspulsi jaringan (Manuaba, 2007). b. Etiologi Kebanyakan etiologi bersifat multifaktorial dimana penyebab terjadinya abortus tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan merupakan campuran atau gabungan dari beberapa faktor, misal faktor genetik dan lingkungan (Benson, Pernoll, 2009). Kemungkinan sebab abortus spontan, yakni abortus yang terjadi tanpa intervensi dari luar dan berlangsung tanpa sebab yang jelas, diantaranya :

4 8 1) Penyebab abortus yang berasal dari janin yaitu : a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Menurut Benson dan Pernoll (2009), produk konsepsi yang abnormal merupakan penyebab terbanyak abortus spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan sebagian besar akan gugur. b) Kelainan pada plasenta Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menyebabkan keguguran (Yulaikhah, 2008). 2) Faktor maternal juga menjadi penyebab abortus, antara lain : a) Infeksi misal cytomegalovirus, sifilis, malaria, toxoplasmosis, herpes simplex (Manuaba, 2007). Virus menginfeksi janin melalui plasenta. Transmisi virus secara transplasental tergantung virus tersebut terdapat di dalam plasma atau dibawa sel darah tepi. Secara umum, virus dapat mengakibatkan beberapa abnormalitas baik struktural maupun fungsional pada janin. Pada kasus abortus, virus menyebabkan abnormalitas pada perkembangan plasenta dan janin (Prasetyo, 2010). b) Gangguan fisiologis ibu misal gangguan jantung, hipertensi, pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain (Wiknjosastro, 2007).

5 9 c) Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus lainnya (Yulaikhah, 2008). d) Terpapar faktor fetotoksik misal keracunan logam berat, penyalahgunaan zat-zat (Benson, Pernoll, 2009). 3) Faktor paternal Tidak banyak diketahui hubungannya dengan abortus. Namun, diduga translokasi kromosom pada sperma, hiperspermatozoa, dan oligospermia dapat menyebabkan abortus (Manuaba, 2007). 4) Faktor psikologi dan aktivitas Beban pekerjaan sebagai stressor psikologis pada saat kehamilan dapat menyebabkan keadaan fisik ibu menjadi menurun dan berpengaruh terhadap kondisi janin yang sangat rentan terhadap berbagai pengaruh dari luar (Anonim, 2012). Teguh (2007) menambahkan, hal-hal utama yang sering mengganggu kehamilan pada dasarnya disebabkan oleh dua hal yaitu kelelahan ibu dan kelaparan. Lelah meliputi : a) Lelah fisik, terutama karena pekerjaan rutin sehari-hari, seperti pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah tangga. Kelelahan yang lain juga bisa disebabkan oleh koitus yang terlalu sering, bepergian dan berbagai macam alasan lainnya. b) Lelah mental, lebih sering disebabkan karena konflik / masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kelelahan mental juga dapat disebabkan karena kecemasan ibu terhadap kehamilannya.

6 10 Kelelahan juga dapat menyebabkan kontraksi rahim yang meningkat. Bila kontraksi rahim meningkat tak terkendali, maka akan terjadi pengeluaran buah kehamilan. Pada kehamilan sangat muda disebut abortus. Pada tengah kehamilan disebut premature dan pada akhir kehamilan disebut persalinan biasa. Wahyuni dan Indarwati (2011) menambahkan bahwa kelelahan menyebabkan ibu malas makan, sehingga asupan gizi pada ibu dan janin akan berkurang, yang membuat ibu dan janin menjadi kelaparan. Apabila dibiarkan terusmenerus, janin akan mengalami gangguan pertumbuhan. Jadi mobilitas/ aktivitas fisik yang berlebihan dan kelelahan akan dapat mengganggu pertumbuhan janin serta meningkatkan kontraksi pada ibu hamil yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya abortus. Cara mengatasinya adalah dengan mengurangi aktivitas selama kehamilan dan jangan sampai kelelahan, serta istirahat kapan saja saat merasa lelah. Makan makanan bergizi juga diperlukan untuk menjaga asupan energi. Tidak ada kegiatan atau aktivitas yang lebih penting dan berharga selain mempertahankan atau menjaga kehamilan agar dapat berlangsung dengan baik dan sehat. c. Klasifikasi Secara klinis abortus dibedakan menjadi : 1) Abortus imminens (sinonim : threatened abortion, abortus mengancam) ialah proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai

7 11 dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin masih baik intrauterin (Achadiat, 2004). 2) Abortus insipiens (keguguran berlangsung) ialah abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, ostium terbuka, teraba ketuban, berlangsung hanya beberapa jam saja (Krisnadi, 2005). 3) Abortus inkompletus ialah perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai keluarnya sebagian hasil konsepsi (sebagian tertinggal di dalam uterus) dan dapat menimbulkan perdarahan yang terkadang dapat menimbulkan syok (Yulaikhah, 2008). 4) Abortus kompletus (keguguran lengkap) Pada abortus kompletus seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap, ostium tertutup lebih kecil dari umur kehamilan atau ostium terbuka, kavum uteri kosong (Krisnadi, 2005). 5) Abortus tertunda (missed abortion) ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi bertahan dalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati. Batasan ini berbeda dengan batasan ultrasonografi (Krisnadi, 2005). 6) Abortus Habitualis, yaitu abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih berturut-turut (Saifuddin, 2009). 7) Abortus terinfeksi ialah abortus yang disertai infeksi pada genitalia interna (Benson, Pernoll, 2009).

8 12 8) Abortus sepsis ialah abortus terinfeksi dengan penyebaran bakteri melalui sirkulasi ibu (Benson, Pernoll, 2009). Angka kematian akibat abortus sepsis ini cukup tinggi yaitu sekitar 60% (Achadiat, 2004). 4. Abortus imminens a. Pengertian 1) Abortus imminens (keguguran mengancam) ialah abortus yang baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Ostium uteri tertutup uterus sesuai umur kehamilan (Krisnadi, 2005). 2) Abortus imminens mengacu ke perdarahan intrauterin pada umur < 20 minggu kehamilan lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus, tanpa dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi (product of conception, POC) (Benson, Pernoll, 2009). 3) Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks (Wiknjosastro, 2007). 4) Abortus imminens (sinonim : threatened abortion, abortus mengancam) ialah proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin masih baik intrauterin (Achadiat, 2004). b. Diagnosis dan tanda gejala Pada abortus imminens terdapat sedikit flek kecoklatan selama beberapa minggu sebelum kram, kemudian baru terjadi perdarahan merah muda selama beberapa hari sebelum kram. Perdarahan per vagina ditemukan selama paruh commit pertama to user kehamilan. Sekitar 20% ibu hamil

9 13 mengalami bercak darah pada awal masa kehamilan. Dari angka tersebut, 50% nya mengalami abortus (Bilotta, 2011). Tanda lainnya yaitu besar uterus sesuai umur kehamilan, tidak ada jaringan ekspulsi, pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tertutup, ostium uteri tertutup, tanda Hegar positif, Piscaceks postif, Chadwieck positif, perdarahan dengan konsistensi encer (Manuaba, 2007). Krisnadi (2005) menambahkan threatened abortion (ancaman keguguran) didiagnosis bila seorang wanita hamil < 20 minggu mengeluarkan darah sedikit per vaginam. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Dasar diagnosis abortus imminens secara klinis : 1) Anamnesis : perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan. 2) Pemeriksaan dalam : perdarahan ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai umur kehamilan. 3) Pemeriksaan penunjang a) Pemeriksaan laboratorium : dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan golongan darah. Pemeriksaan golongan darah dilakukan sebagai antisipasi jika terjadi perdarahan (Benson & Pernoll, 2008). b) Tes kehamilan : tes kehamilan masih memiliki kemungkinan positif, tetapi kehamilan tidak dapat dipertahankan (Manuaba, 2007).

10 14 c) Pemeriksaan USG : hasil USG dapat menunjukkan buah kehamilan utuh /ada tanda kehidupan, meragukan, buah kehamilan tidak baik atau janin mati. c. Diagnosis Banding Menurut Benson dan Pernoll (2009), diagnosis banding dari abortus imminens yaitu : 1) Kehamilan ektopik dibedakan dengan abortus spontan dengan adanya tanda dan gejala tambahan berupa nyeri pelvis unilateral atau nyeri pada massa adneksa. 2) Mola hidatidosa memiliki gejala hampir sama yaitu perdarahan yang banyak disertai kram atau nyeri perut. Mola hidatidosa biasanya berakhir dengan abortus (<5 bulan) tetapi ditandai dengan kadar hcg yang sangat tinggi dan tidak adanya janin. d. Patofisiologi Krisnadi (2005) mengatakan bahwa kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implementasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan pervaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi).

11 15 Sebelum minggu ke-10, biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua basalis hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10 sampai 12, korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus. Gambar 2.1 Patofisiologi Abortus imminens Kehamilan Faktor risiko abortus : 1. Faktor janin 2. Faktor maternal 3. Faktor paternal Penembusan vili korialis ke dalam desidua basalis saat implantasi 1. Perdarahan (sedikit) 2. Kadang disertai kram, nyeri perut 3. Pada pemeriksaan dalam: OUE tertutup 4. Pada pemeriksaan USG: Hasil konsepsi utuh Abortus imminens Sumber : diolah dari Krisnadi (2005) dan Winkjosastro (2005) e. Prognosis Tidak kurang dari 75% keguguran terjadi selama trimester pertama (Bilotta, 2011). Pada wanita commit yang to user belum pernah melahirkan bayi hidup

12 16 dan pernah mengalami paling sedikit satu kali abortus spontan, risiko abortus sebesar 46%. Wanita dengan abortus spontan minimal tiga kali berisiko lebih besar mengalami persalinan preterm, plasenta previa, presentasi bokong, dan malforasi janin pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2005). Setengah dari abortus imminens akan menjadi abortus incompletus atau completus, sedangkan pada sisanya kehamilan akan terus berlangsung. Beberapa kepustakaan menyebutkan adanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim (intrauterine growth retardation) pada kasus seperti ini (Krisnadi, 2005). f. Penatalaksanaan 1) Krisnadi (2005) menyebutkan untuk penatalaksanaan abortus imminens yakni bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin, penatalaksanaannya: a) Bedrest selama 3x24 jam dan pemberian preparat progesteron bila ada indikasi b) Bila hasil USG meragukan, ulangi pemeriksaan USG 1-2 minggu, kemudian bila hasil USG tidak baik, evakuasi. 2) Manuaba (2004) menambahkan untuk terapi abortus imminens : a) Sebaiknya istirahat total terutama yang pernah abortus b) Terapi medikamintosanya: sedative ringan c) Kegagalan terapi akan berubah menjadi abortus insipien.

13 17 3) Istirahat baring yang merupakan unsur terpenting karena menyebabkan peningkatan aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis, serta terapi Fenobarbital 3x30 mg dapat diberikan untuk menenangkan penderita (Achadiat, 2004). 4) Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 2006) 5) Pemeriksaan penunjang dengan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup atau tidak (Mansjoer, 2005). 6) Saifudin (2006) menambahkan, bila terjadi perdarahan : 1. Berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi. 2. Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan/usg). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola). 3. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik. 4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen dan progesteron) atau tokolitik seperti salbutamol, karena obat ini tidak dapat mencegah abortus.

14 18 Gambar 2.2 Penatalaksanaan Abortus Kehamilan 1) Perdarahan 2) Nyeri abdomen 3) Tidak ada pembukaan (ostium uteri tertutup) 4) Tidak ada jaringan ekspulsi Abortus imminens 1) Tirah baring 2) Obat : Penenang Antibiotik 3) Lab. Penunjang: USG Perdarahan berhenti Perdarahan tidak berhenti USG Kehamilan dapat berlanjut Abortus Insipiens Abortus Inkompletus Kehamilan ektopik Molla hidatidosa Lakukan ANC terjadwal Sumber : diolah dari Manuaba (2007), Krisnadi (2005), dan Saifudin (2006)

15 19 g. Komplikasi Abortus Tidak ada abortus tanpa komplikasi (Achadiat, 2004). Komplikasikomplikasi yang terjadi pada kasus abortus diantaranya : 1) Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya (Sujiyatini, 2009). 2) Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus (Wiknjosastro, 2007). 3) Infeksi Umumnya terjadi dari luar (akibat penanganan yang tak memadai, misalnya abortus provokatus oleh dukun), tetapi dapat juga terjadi setelah tindakan di RS. Dalam keadaan infeksi sebaiknya tidak dilakukan evakuasi dulu, sebelum diberikan antibiotika (Achadiat, 2004).

16 20 4) Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik) (Mansjoer, 2005). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Manajemen Kebidanan Berdasarkan 7 Langkah Varney Manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens mengacu pada 7 langkah Varney, yaitu : a. Langkah I: Pengumpulan data dasar secara lengkap Untuk memperoleh data dasar secara lengkap pada ibu hamil dengan abortus imminens dapat diperoleh melalui: 1) Data Subjektif a) Biodata atau identitas Terdiri dari nama untuk mengetahui identitas pasien, umur untuk mengetahui pasien sudah masuk dalam kategori umur reproduktif, agama untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan terkait dengan asuhan kebidanan, suku/bangsa untuk mengetahui pengaruh faktor ras dan lingkungan, pendidikan terkait dengan tingkat pengetahuan pasien tentang kesehatan reproduksi, pekerjaan untuk menunjukkan keadaan ekonomi yang mempengaruhi masalah keluarga, dan alamat untuk mengetahui tempat tinggal dan lingkungan tempat tinggal sekitar pasien (Nursalam, 2003).

17 21 b) Keluhan Utama Menurut Benson & Pernoll (2009), abortus imminens mengacu ke perdarahan intrauterin pada umur < 20 minggu kehamilan lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus. Cavendish M (2008) menambahkan bahwa keluhan yang paling umum terjadi pada abortus imminens adalah perdarahan per vaginam, kram perut atau keduanya. Selain itu, Pillitteri A (2010) menjelaskan bahwa abortus imminens juga ditegakkan dengan hasil test kehamilan yang positif, tidak adanya dilatasi uterus pada pemeriksaan dalam, serta didukung oleh pemeriksaan USG yang menunjukkan bahwa fetus berada dalam uterus dan adanya denyut jantung janin. c) Riwayat Kebidanan (1) Riwayat menstruasi : dikaji mengenai usia menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, jumlah darah yang keluar, karakteristik darah, ada tidaknya keluhan seperti dismenorea. (Varney, 2007). (2) Riwayat perkawinan : untuk mengetahui umur ibu saat menikah, merupakan perkawinan yang ke-berapa, lama menikah dan merupakan istri atau suami yang ke-berapa. (3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : data ini untuk mengetahui jumlah abortus yang pernah dialami, riwayat kehamilan yang kurang baik, berat badan dan panjang bayi

18 22 serta adanya masalah kehamilan yang terdahulu (Saifuddin, 2007). (4) Riwayat kehamilan sekarang : untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan nyeri dari kehamilan sekarang (5) Riwayat keluarga berencana : sampai saat ini belum terdapat bukti yang mendukung bahwa kontrasepsi oral atau spermisida dapat meningkatkan insidensi abortus (Cunningham, 2006). d) Riwayat kehamilan dan persalinan Semakin muda kehamilan, semakin mungkin terjadi abortus. Sekitar 75% abortus terjadi sebelum umur 16 minggu, dan kira-kira 60% terjadi sebelum 12 minggu (Benson, Pernoll, 2009). e) Riwayat kesehatan Terdiri dari riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial. Data kesehatan mengacu pada alasan masuk rumah sakit (Susilowati, 2008). f) Pola kebiasaan sehari-hari Littler (2008) menambahkan data kebiasaan sehari-hari berkaitan dengan kebiasaan, baik sebelum hamil maupun saat hamil. Hal ini meliputi : (1) Nutrisi dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum dan selama hamil apakah mengalami perubahan. Pada saat ini, tampak bahwa hanya malnutrisi umum yang berat merupakan predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus imminens (Susilowati, 2008).

19 23 (2) Eliminasi menggambarkan pola eliminasi meliputi kebiasaan BAB dan BAK serta masalah yang dialami atau dikeluhkan selama kehamilan. (3) Istirahat dan aktivitas perlu dikaji untuk mengetahui kegiatan ibu dalam kesehariannya, karena pola istirahat dan aktivitas ibu hamil sangat mempengaruhi perkembangan janinnya. Sulistyawati (2009) menambahkan bahwa aktivitas ibu hamil yang padat dan berat serta kurangnya waktu istirahat dapat memicu terjadinya kontraksi hingga terjadinya abortus dan persalinan preterm. (4) Personal hygiene perlu ditanyakan untuk mengetahui kebersihan tubuh dan cara membersihkan alat genetalianya (Saifuddin, 2007). Keputihan (leukore) yang terjadi selama kehamilan adalah normal, tapi bila keputihan dengan rasa gatal, berbau dengan jumlah sangat banyak merupakan tanda infeksi bila tidak segera ditangani akan terjadi perlunakan leher rahim yang akan berlanjut pada timbulnya kontraksi hingga abortus maka ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dan kelembaban daerah vaginanya (Indriarti, 2008). (5) Perilaku seks meliputi frekuensi melakukan hubungan seks dengan pasangan dan masalah yang dikeluhkan. Pada ibu hamil dengan riwayat perdarahan atau abortus dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks terlebih dahulu karena

20 24 dapat menyebabkan timbul kontraksi hingga abortus (Littler, 2008). g) Data psikososial dan agama Rasa bersalah, cemas akan kondisi kematian janin pada trimester pertama kehamilan adalah hal yang bisa saja terjadi dan pendekatan sesuai dengan agama atau keyakinan yang dianut merupakan salah satu bentuk dukungan yang diharapkan (Varney, 2007). 2) Data Objektif Data objektif diperoleh melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, terdiri dari : a) Pemeriksaan Umum Pada pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui kesadaran dan keadaan umum pasien. Pemeriksaan fisik yang meliputi : (1) Tanda-tanda vital meliputi keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan. (2) Kepala : meliputi keadaan rambut, mudah rontok atau tidak, warna dan kebersihannya. Hal ini digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi ibu hamil. (3) Muka dan mata: meliputi pucat tidaknya wajah serta conjunctiva pucat atau tidak untuk memperkirakan adanya tanda anemia. (4) Hidung, telinga : meliputi kebersihan, ada tidaknya polip.

21 25 (5) Mulut/gigi : meliputi ada tidaknya stomatitis, keadaan gusi, gigi, lidah bersih atau kotor, untuk mengetahui kecukupan vitamin dan mineral. (6) Leher : ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening. (7) Dada : pemeriksaan payudara meliputi bentuk, warna dan keadaan puting susu, ada tidaknya massa serta ada tidaknya pengeluaran serta pemeriksaan axilla meliputi ada tidaknya pembesaran pada kelenjar limfe dan ada tidaknya nyeri tekan. (8) Abdomen : dilakukan dengan 2 cara yaitu inspeksi dan palpasi. Inspeksi untuk menilai kemungkinan adanya pembesaran abnormal pada daerah abdomen, ada tidaknya bekas operasi. Menurut Varney (2007), selama evaluasi perdarahan trimester pertama dilakukan di klinik, bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen yaitu palpasi untuk nyeri tekan yang hilang timbul (intermitten) atau terus-menerus, mengukur tinggi fundus atau memeriksa massa lain. Yulaikhah (2008) menambahkan bahwa pada kasus abortus imminens, tinggi fundus uteri ibu sesuai dengan usia kehamilannya serta terdapat kram perut bagian bawah. (9) Genetalia : dilakukan dengan 2 cara yaitu inspeksi dan pemeriksaan dalam.

22 26 Inspeksi untuk mengetahui keadaan dan kebersihan genetalia, vulva, labia mayor, labia minor, pengeluaran pervaginam seperti darah (seberapa banyak). Achadiat (2004) menambahkan pada inspeksi vulva, perdarahan pervaginam (biasanya sedikit, berwarna merah, cepat berhenti), ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva. Manuaba (2007) menambahkan pada pemeriksaan dalam untuk abortus imminens dapat diketahui adanya ostium uteri eksterna atau ostium uteri interna yang masih tertutup, tidak teraba jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai usia kehamilan. (10) Ekstremitas : adakah oedema, keadaan kuku pucat atau tidak untuk mengetahui apakah ibu anemia atau tidak, bagaimana gerakannya, kelengkapan jari-jari dan ada tidaknya kelainan lainnya. 3) Pemeriksaan penunjang a) Tes Kehamilan : pada abortus imminens menunjukkan hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif (Mansjoer, 2007). b) Pemeriksaan USG : hasil USG pada abortus imminens harus memperlihatkan hasil adanya janin yang masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan misal denyut jantung atau gerakan janin (Benson dan Pernoll, 2009).

23 27 b. Langkah II: Interpretasi data dasar Langkah intepretasi data dasar ini meliputi : 1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens adalah Ny. X G x P x A x umur X tahun hamil X minggu dengan abortus imminens. Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan data subjektif, objektif, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan. 2) Masalah Bidan melakukan identifikasi yang akurat atas masalah atau diagnosa serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus, masalah sering kali berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan diagnosanya dan ini sering kali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang (Varney, 2007). Masalah yang muncul pada ibu hamil dengan abortus imminens biasanya berkaitan dengan kecemasan pasien terhadap perdarahan yang dialaminya saat hamil muda (Indriarti, 2008), kecemasan terhadap kondisi kehamilan dan janinnya. 3) Kebutuhan Kebutuhan muncul setelah dilakukan pengkajian. Menurut Saifuddin (2009), salah satu rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens adalah memberikan informasi kepada ibu dan keluarga mengenai keadaan kehamilan dan tindakan yang

24 28 mungkin dilakukan. Pemberian dukungan pada ibu bertujuan agar tidak terjadi gangguan psikis dan mengembalikan kepercayaan diri pada ibu. c. Langkah III : Identifikasi diagnosa potensial dan mengantisipasi penanganannya Diagnosa potensial yang akan terjadi pada ibu hamil dengan abortus imminens yaitu abortus incompletus bila kram dan nyeri menetap, serta perdarahan pervaginam meningkat (Marmi, 2011). Untuk mengantisipasi terjadinya diagnosa potensial tersebut, bidan perlu mengobservasi keadaan umum dan vital sign ibu serta pemberian asupan nutrisi (Sulistyawati, 2009). Selain itu, antisipasi penanganannya adalah dengan bedrest total dan terapi sedative (Manuaba, 2004). d. Langkah IV: Kebutuhan terhadap tindakan segera Tindakan segera dibutuhkan bila pada pasien abortus imminens adalah mengalami tanda-tanda pada tahap kejadian abortus insipiens yaitu perdarahan lebih banyak, perut mules lebih hebat, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba. Manuaba (2008) menjelaskan bahwa kebutuhan segera yang dibutuhkan pada kasus abortus imminens adalah melaksanakan konsultasi / kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi, yaitu pemberian infus dan obat tokolitik. e. Langkah V: Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Mengembangkan sebuah rencana

25 29 asuhan yang menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya dan sesuai dengan hasil pembahasan bersama pasien (Varney, 2007). Rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens menurut Saifuddin (2009) dan Varney (2006) antara lain : 1) Berikan informasi kepada ibu dan keluarga mengenai keadaan kehamilan dan tindakan yang mungkin dilakukan 2) Berikan dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan suami atau keluarga dalam perawatan Menurut Saifuddin (2009), pemberian dukungan pada ibu bertujuan agar tidak terjadi gangguan psikis dan mengembalikan kepercayaan diri pada ibu. 3) Observasi keadaan umum, vital sign, dan pengeluaran pervaginam Manuaba (2008) menambahkan observasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital (meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi) untuk mengetahui keadaan umum pasien dan untuk mendektesi adanya perubahan sistem tubuh apabila terdapat penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 4) Anjurkan ibu istirahat total sampai perdarahan berhenti Achadiat (2004) menjelaskan bahwa istirahat baring merupakan unsur terpenting karena menyebabkan peningkatan aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.

26 30 5) Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi. Berdasarkan protap asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens di RSUD Karanganyar (2010), dokter memberikan terapi cairan intravena, antibiotik dan asam traneksamat sebagai obat anti perdarahannya. Mansjoer (2005) menjelaskan bahwa pemeriksaan penunjang dengan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup atau tidak. Bila perdarahan berhenti maka bidan melakukan asuhan antenatal seperti biasa dan melakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi Saifuddin (2004). f. Langkah VI: Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lain. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi benar benar dilakukan (Varney, 2008). Pada kasus abortus imminens, bidan melakukan asuhan yang menyeluruh, mengacu pada langkah kelima yang telah disetujui klien : 1) Memberikan informasi tentang keadaan kehamilan dan tindakan yang mungkin dilakukan kepada ibu dan keluarga serta memberikan dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan suami atau keluarga.

27 31 Penjelasan dan persetujuan tindakan pasien dilakukan dengan komunikasi melalui dialog yang didasari keterbukaan (Sastrawinata, 2004; Sofyan, 2006). Melibatkan pendamping terutama suami atau keluarga untuk aktif dalam asuhan dengan memberi kesempatan pendamping memberikan perhatian pada ibu (Saifuddin, 2007; Varney, 2006). 2) Melakukan observasi keadaan umum, vital sign, dan pengeluaran pervaginam Menurut Protap pemeriksaan nadi dan pernafasan di RSUD Karanganyar (2009), pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba denyut nadi pasien menggunakan 2 jari (telunjuk dan tengah) dan menghitungnya sekurang-kurangnya selama 1 / 2 menit. Untuk pemeriksaan pernafasan dilakukan dengan mengamati gerakan dada/perut pasien selama 1 menit. Pengeluaran pervaginam diobservasi dengan cara inspeksi (Manuaba, 2008). 3) Menganjurkan ibu istirahat total sampai perdarahan berhenti 4) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi. Berdasarkan Protap asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens di RSUD Karanganyar (2010), dokter memberikan terapi cairan intravena, antibiotik dan asam traneksamat sebagai obat anti perdarahannya.

28 32 g. Langkah VII : Evaluasi Menurut Manuaba (2008), evaluasi dilakukan untuk menindaklanjuti kemungkinan yang akan terjadi pada pasien dengan abortus imminens. Evaluasi juga digunakan untuk mengetahui efektivitas asuhan sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah pada abortus imminens. Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan abortus imminens adalah pasien menerima kondisinya dan diharapkan kondisinya baik dari segi fisik maupun psikologi (Varney, 2007). 2. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Pasien Dalam pendokumentasian pada asuhan kebidanan ibu hamil dengan abortus imminens, penulis menggunakan metode pendokumentasian yang disebut dengan SOAP. SOAP merupakan inti dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai catatan kemajuan atau perkembangan. SOAP terdiri dari: S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data pasien melalui anamnesa keluhan yang dirasakan pasien dengan abortus imminens sebagai langkah I Varney.

29 33 Data subjektif pada kasus ibu hamil dengan abortus imminens, didapatkan dari hasil wawancara dengan ibu mengenai perubahan setelah dilakukan evaluasi. O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain pada pasien dengan abortus imminens yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. Data objektif pada kasus ibu hamil dengan abortus imminens berupa hasil observasi keadaan umum baik, kesadaran composmentis, vital sign dalam batas normal, perdarahan pervaginam, pemeriksaan penunjang, dan terapi dari dokter SpOG harus sudah dilaksanakan semua dengan baik. A : Analisis Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam dalam kasus abortus imminens, sebagai langkah II Varney. Pada kasus ibu hamil dengan abortus imminens, diagnosa yang dapat ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif adalah Ny. M G 2 P 1 A 0 umur 28 tahun hamil 9 +3 minggu dengan abortus imminens. Masalah yang dialami pasien biasanya yakni kecemasan pasien terhadap kondisi kehamilan dan janinnya. Anonim (2012)

30 34 menambahkan, hal ini bisa muncul karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan. P : Perencanaan Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up pada pasien dengan abortus imminens sebagai langkah III,IV,V,VI dan VII Varney. Penatalaksanaan pada kasus abortus imminens yakni istirahat total, pemeriksaan USG, dan pemberian terapi sedative. percentage of women who miscarriage in indonesia Suneeta Mittal dkk.threatened miscarriage

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer Arif, 1999) Abortus

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Abortus Imminens A.PENGERTIAN Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

Asuhan Keperawatan Abortus Imminens A.PENGERTIAN Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan Asuhan Keperawatan Abortus Imminens A.PENGERTIAN Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Abortus 1. Pengertian Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang abortus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada saat hamil, seorang wanita merasakan proses menjadi wanita sesungguhnya yaitu bisa memberi keturunan.

Lebih terperinci

ABORSI / ABORTUS KATA PENGANTAR. Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya)

ABORSI / ABORTUS KATA PENGANTAR. Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya) ABORSI / ABORTUS Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan Karunia-Nya kami dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Ibu masuk memeriksakan diri ke poli pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 09.00 WIB. Ibu mengatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI Oleh : Rita Purnamasari Tanggal : 11 November 2011 Waktu : 10.00 WIB I. PENGKAJIAN A. IDENTITAS ISTERI SUAMI Nama : Ny. Y Tn. A Umur

Lebih terperinci

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh 1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tanggal Masuk : 26 Maret 2013 Pukul : 09.15 WIB Tempat : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo No Register : 015113 1. Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tanggal masuk : 15 April 2013 Pukul : 10.00 WIB Tempat : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta No. Register : 00015748 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada kehamilan muda (TM 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan konseling asuhan kebidanan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. S UMUR 30 TAHUN G III P II A O DENGAN DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012 I. Pengkajian Tanggal :.. Jam. Tempat :.. Nama Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan

BAB IV PEMBAHASAN. Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan BAB IV PEMBAHASAN Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah varney dan asuhan kebidan SOAP, dari bab pembahasan ini membahas kesenjangan yang di temukan saat

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38).

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Indonesia, diantara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebidanan ibu hamil pada Ny. G umur 30 tahun G 3 P 2 A 0 UK minggu. dengan letak sungsang, penulis menyimpulkan bahwa :

BAB V PENUTUP. kebidanan ibu hamil pada Ny. G umur 30 tahun G 3 P 2 A 0 UK minggu. dengan letak sungsang, penulis menyimpulkan bahwa : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis dalam asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. G umur 30 tahun G 3 P 2 A 0 UK 35 +1 minggu dengan letak sungsang, penulis menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 Antika Putri 1 Marlina 2 Ulfah Jamil 3 Intisari Abortus merupakan penghentian kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015 (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015 (Depkes RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada Tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu menurun sebesar tiga seperempatnya dalam kurun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi adalah kegagalan seorang wanita dalam manajemen kesehatan reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah kesehatan reproduksi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepasnya dari

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi. keluarga sehat dan bahagia (Anggraini, 2010.h.10).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi. keluarga sehat dan bahagia (Anggraini, 2010.h.10). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari pada tahun 2010, sekitar 800 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, termasuk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN Disusun Oleh : MUHAMMAD JAMAL MISHBAH 6143027 STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS S1 Keperawatan 3A Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan selama kehamilan dan prinsip makan yang besar (Noerpramana

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan selama kehamilan dan prinsip makan yang besar (Noerpramana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah suatu keadaan dari mulainya terjadi pembuahan dalam uterus, pada saat hamil banyak hal yang harus dipertimbangkan, salah satunya adalah mempersiapkan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas SELAMA KEHAMILAN Ada 6 (enam) tanda bahaya dalam masa periode antenatal 1. Perdarahan pervagina 2. Sakit kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 359 kematian ibu per kelahiran hidup. AKI kembali. hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015:104).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 359 kematian ibu per kelahiran hidup. AKI kembali. hidup pada tahun 2015 (Kemenkes, 2015:104). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI ) pada tahun 1991 sampai dengan 2007 mengalami penurunan AKI, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun pada tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu yang berasal dari kegiatan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) merupakan angka nasional. SDKI terakhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami 1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). Peran

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian maternal menurut WHO (World Health Organization) seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari

Lebih terperinci

TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL

TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL Langkah I : Pengumpulan data dasar Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS I. PENGUMPULAN DATA A. Identitas Nama Ibu : Marni Umur : 26 Tahun Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Alamat : Jl. Tebing

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB.

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB. BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam 10.30 WIB. 1. Biodata a. Identitas Pasien Nama Klien Ny. S, umur 35 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat Kalisegoro

Lebih terperinci

Abortus. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Abortus. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Abortus Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi berawal dari tidak normalnya siklus haid dan banyak darah yang keluar saat haid. Siklus menstruasi normal berlangsung selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Dwi Anggun Nugraeni, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Dwi Anggun Nugraeni, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 359/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 19/1000 kelahiran hidup, dan kematian neonatal sebesar 20/1000 kelahiran hidup.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1. Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Saifuddin (2001), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Masa Nifas a. Pengertian 1) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan memicu perubahan- perubahan fisiologis yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan memicu perubahan- perubahan fisiologis yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan memicu perubahan- perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis sejumlah kelainan hematologis serta pengkajian pengobatannya. Salah satu perubahan

Lebih terperinci

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila : 4 Oksigen / Cairan & Elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Rekreasi / Aman & 5 Promotif / Preventif/ Kuratif/Rehabilitatif 6 Pengkajian/Penentuan Diagnosis/Perencanaan/ Implementasi/Evaluasi/Lainlain 7 Maternitas/Anak/KMB/Gadar/Jiwa/Keluarga/Komunitas/Gerontik/Manajemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Pada pemeriksaan didapatkan hasil data subjektif berupa identitas pasien yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari. menurut kalender internasional (Winkjosastro, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari. menurut kalender internasional (Winkjosastro, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan a. Pengertian 1) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

Lebih terperinci

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA

IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN IBU DGN MOLAHIDATIDOSA, PLASENTA PREVIA, ABRUPSIO PLASENTA For better health Oleh Ni Ketut Alit Armini School Of Nursing Faculty Of Medicine Airlangga University MOLA HIDATIDOSA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan masa konsepsi sampai dengan lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari mulai hari pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu pertama di indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu pertama di indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu pertama di indonesia, yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan nifas. Perdarahan yang sering dihadapi dalam kehamilan,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Program Studi : D III Kebidanan Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) Kode Mata Kuliah : KEB. 301 Semester : II (dua) SKS : 4 SKS (T : 1 SKS, P : 3 SKS) Dosen

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang akan berakhir dengan kelahiran bayi. Namun tak jarang kehamilan sering berakhir dengan keguguran. Umumnya kehamilan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di mulai dari kehamilan, persalinan bayi baru lahir dan nifas yaang secara berurutan berlangsung secara fisisologis dan diharapkan ibu pasca melahirkan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat,dengan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny F GI P TRIMESTER III INPARTU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT. Siti Aisyah* dan Sinta Lailiyah** ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny F GI P TRIMESTER III INPARTU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT. Siti Aisyah* dan Sinta Lailiyah** ABSTRAK ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny F GI P 00000 TRIMESTER III INPARTU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT Siti Aisyah* dan Sinta Lailiyah** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat. Gangguan kesehatan dalam masa kehamilan dan persalinan mengakibatkan ancaman, baik bagi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Sehingga kesehatan ibu merupakan komponen yang penting

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Abortus Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis

Lebih terperinci

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Perawatan kehamilan & PErsalinan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep kehamilan Tanda tanda kehamilan Tanda tanda persalinan Kriteria tempat bersalin Jenis tempat bersalin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui. Suami dan istri berperan penting dalam menjaga dan merawat bayinya mulai dari janin agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat. Gangguan kesehatan dalam masa kehamilan dan persalinan mengakibatkan ancaman, baik bagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Ruang VK RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Ruang VK RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Tempat : Ruang VK RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tanggal Masuk : 10 Maret 2014 No. Register : 297210 I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Asuhan pada masa nifas diperlukan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI Kustini Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Persalinan gemelli merupakan salah satu penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plasenta Previa Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menit ada satu perempuan yang meninggal. Dilihat dari data WHO persentase

BAB I PENDAHULUAN. menit ada satu perempuan yang meninggal. Dilihat dari data WHO persentase 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya setiap menit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut definisi WHO, kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M G III P 2002 PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2010

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M G III P 2002 PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2010 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M G III P 2002 PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2010 Nur Hasanah* Faridatul Utrifah** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahirnya janin. Kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40 minggu. minggu ke-28 sampai minggu ke-40 (Sarwono, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahirnya janin. Kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40 minggu. minggu ke-28 sampai minggu ke-40 (Sarwono, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal a. Definisi Kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan merupakan proses fisiologi mulai dari konsepsi, implantasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan dan telah ditetapkan dalam tujuan pembangunan Millenium Developmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi sampai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi sampai dengan lahirnya janin. Lamanya hamil normal berkisar 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga.

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, melalui jalan lahir atau melalui jalan buatan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri. Persalinan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015 Eka Sarofah Ningsih *Dosen Program Studi D III Kebidanan Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut lalage (2013) anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana tubuh memiliki sedikit sel-sel darah merah atau sel tidak dapat membawa oksigen ke berbagai organ

Lebih terperinci