Obsesi yang paling banyak dijumpai adalah kontaminasi (55%), impuls agresif (50%), seks (32%), ketakutan somatis (35%), dan need for symmetry (37%).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Obsesi yang paling banyak dijumpai adalah kontaminasi (55%), impuls agresif (50%), seks (32%), ketakutan somatis (35%), dan need for symmetry (37%)."

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN Gangguan obsesif-kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu atau menyebabkan distress dan hendaya yang bermakna. Pada dasarnya setiap orang pernah memiliki pemikiran yang negatif atau mengganggu. Dari suatu studi ditemukan bahwa 84% orang normal melaporkan pernah memiliki pemikiran yang terus berulang dan mengganggu. Orang akan mudah memunculkan pemikiran yang negatif dan juga perilaku yang kaku dan berulang ketika mereka mengalami distress. Yang membedakan dengan orang yang mengalami Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah bahwa orang-orang yang normal akan mampu menghentikan pemikiran-pemikiran negatif tersebut sehingga tidak sampai mengganggu dirinya; sedangkan penderita gangguan obsesifkompulsif tidaklah demikian. (1) Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kepribadian cemas atau takut yang ditandai oleh pola terjebak dengan keteraturan yang sangat kuat, perfeksionisme, dan kontrol mental serta interpersonal dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi. Obsesif kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan-dorongan intrusif dan kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh individu. Sedangkan kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang digunakan untuk menekan obsesi dan membuat individu merasa lega. Gangguan obsesif-kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman atau anggota keluarga. (2) Gangguan obsesif-kompulsif dialami 2-3% masyarakat umum pada suatu saat dalam kehidupan mereka. (3) DSM-IV membuat diagnosis gangguan obsesif-kompulsif bila orang terganggu oleh obsesi atau kompulsi yang berulang, atau keduanya sedemikian rupa sehingga menyebabkan distress yang nyata, memakan waktu lebih dari satu jam dalam sehari, atau secara signifikan mengganggu hal-hal rutin yang normal, mengganggu fungsi kerja atau sosial. Gangguan obsesif-kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan jiwa setelah fobia, gangguan penyalahgunaan zat dan gangguan depresi berat. 1

2 Obsesi yang paling banyak dijumpai adalah kontaminasi (55%), impuls agresif (50%), seks (32%), ketakutan somatis (35%), dan need for symmetry (37%). Pada OCD sering sekali terjadi underdiagnosis dan undertreatment dan studi yang terkini mengindikasikan bahwa 59,5% pasien OCD tidak menerima terapi seperti yang dibutuhkan meskipun terapi yang efektif telah eksis. Serotonin reuptake inhibitor(ssri) dan Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan lini pertama terapi OCD. CBT dapat mengurangi simptom OCD, yang ditunjukkan dengan menurunnya tingkat kecemasan, pemikiran negatif dan perilaku kompulsif. (1) 2

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Obsesif-Kompulsif Obsesif adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang berulang dan intrusif. (2) Literatur lain mendefinisikan obsesif sebagai ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang, yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang disertai dengan kecemasan. (1) Dalam DSM-IV TR (Diagnostic & Stacistical Manual IV-Text Revision) obsesi didefinisikan sebagai berikut : Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah hasil dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran) Pengertian obsesi menurut Kaplan, et all., adalah pikiran, ide atau sensasi yang muncul secara berulang-ulang. Hal-hal tersebut muncul tanpa dapat dicegah, dan individu merasakannya sebagai hal yang tidak rasional dan tidak dapat dikontrol. Sedangkan kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dilakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa, mencari, atau menghindari. Kompulsi merupakan kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan. (2) 3

4 Dalam DSM-IV TR (Diagnostic & Stacistical Manual IV-Text Revision) mendefinisikan kompulsi sebagai berikut : Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipenuhi secara kaku. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, akan tetapi, perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk menetralkan atau mencegah, atau secara jelas berlebihan. Kompulsi dapat berbentuk perilaku (misalnya mencuci tangan, memeriksa keadaan) atau mental (memikirkan tentang kata-kata tertentu dengan urutan tertentu, menghitung, berdoa dan seterusnya). Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Dari beragam definisi, dapat disimpulkan bahwa gangguan obsesif-kompulsif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari Onset Gangguan Obsesif-Kompulsif Umumnya usia rata-rata penderita obsesif-kompulsif adalah antara tahun. Hanya 15% yang muncul pada usia diatas 35 tahun. Onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun. Walaupun begitu, laki-laki memiliki onset yang lebih awal (rata-rata 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-rata 22 tahun). Gangguan obsesif-kompulsif dapat memiliki onset pada masa remaja atau masa anak-anak. (5) 4

5 2.3. Epidemiologi Gangguan Obsesif Kompulsif Tingkat prevalensi pada umumnya diperkirakan 2-3% di Amerika Serikat, meskipun prevalensi bisa sedikit lebih rendah dalam beberapa sub kelompok etnis, termasuk Amerika dan Afrika. Sejumlah peneliti memperkirakan bahwa gangguan ini ditemukan pada sebanyak 10% pasien rawat jalan di klinik psikiatri. Gambaran ini membuat OCD menjadi diagnosis psikiatri keempat terbanyak setelah fobia, gangguan terkait zat, dan gangguan depresif berat. Perbandingan yang sama dijumpai pada laki-laki dan perempuan dewasa, akan tetapi remaja laki-laki lebih mudah terkena daripada remaja perempuan. Pasien dengan gangguan obsesifkompulsif umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67% dan untuk fobia sosial adalah kira-kira 25%. Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan penggunaan alkohol, fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan makan. (3,5) 2.4. Etiologi Gangguan Obsesif Kompulsif a) Faktor Biologis Salah satu penjelasan yang mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya kurangnya jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum sebagai penyebab individu mengalami gangguan obsesif-kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari gangguan ini. Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh lokasi sistem proyeksinya. Proyeksi pada korteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesif-kompulsif. Sistem serotonergik Banyak uji klinis obat yang telah dilakukan untuk mendukung hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dalam gangguan ini. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem neurotransmiter lainnya, tetapi keterlibatan serotonin sebagai penyebab OCD belum jelas. Studi klinis telah menganalisis konsentrasi metabolit serotonin (misalnya, 5-hydroxyindoleacetic asam [5-HIAA]) dalam cairan serebrospinal (CSF) serta 5

6 afinitas dan jumlah ikatan trombosit dari imipramine yang telah dititrasi (Tofranil), yang berikatan dengan reuptake serotonin, dan melaporkan temuan pada pasien dengan OCD. Sistem noradrenergik Saat ini, ada sedikit bukti yang ada untuk disfungsi dalam sistem noradrenergik pada OCD. Laporan yang tidak resmi menunjukkan beberapa perbaikan dalam gejala OCD dengan penggunaan clonidine oral (Catapres), obat yang mengurangi jumlah norepinefrin dilepaskan dari ujung saraf presinaptik. b) Faktor Psikologis atau Tingkah Laku Orang dengan OCD menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut thought-action fusion (fusi pikiran dan tindakan). Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh sikap-sikap tanggung jawab yang berlebih-lebihan yang menyebabkan timbulnya rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat. Menurut beberapa ahli teori pembelajaran, obsesi merupakan stimulus yang dipelajari. Sebuah stimulus yang relatif netral dikaitkan dengan rasa takut atau kecemasan melalui proses pembelajaran responden, yaitu dengan memasangkan stimulus netral dengan dihubungkan ke peristiwa-peristiwa berbahaya atau menimbulkan kecemasan atau rasa tidak nyaman. Dengan demikian, objek dan pikiran yang sebelumnya netral mampu mencetuskan kecemasan atau ketidaknyamanan. Kompulsi terjadi dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menyadari bahwa perbuatan tertentu dapat mengurangi kecemasan akibat obsesif, orang tersebut mengembangkan suatu strategi penghindaran aktif dalam bentuk kompulsi atau ritual untuk mengendalikan kecemasan tersebut. Secara perlahan, karena efikasinya dalam mengurangi kecemasan, strategi penghindaran ini menjadi suatu pola tetap dalam kompulsi. 6

7 c) Faktor Psikososial Menurut Sigmund Frued, gangguan obsesif-kompulsif bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam fase perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi gangguan obsesif-kompulsi. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut Faktor Resiko Gangguan Obsesif-Kompulsif a) Genetik - Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami OCD. b) Organik Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD. Terdapat laporan kasus menyebutkan hubungan antara infeksi streptokokus dengan kaitannya dengan kejadian OCD. Ada hipotesis yang menyatakan, infeksi oleh streptokokus memicu terjadinya respon autoimun yang berdampak kepada timbulnya simptom neuropsikiatri pada anak (Pediatric autoimmune neuropsychiatric disorder associated with streptococcal infections [PANDAS]), yang mana kasus-kasus ini mengalami perbaikan dengan terapi antibiotik. c) Kepribadian - Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah. d) Pengalaman masa lalu - Pengalaman masa lalu juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD. e) Konflik - Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja, keyakinan diri, ke-tuhanan atau apa saja yang dapat mencetuskan konflik dalam diri. Namun konflik ini tidak dapat diselesaikan dengan cara yang positif atau benar sehingga menyebabkan mereka merasa tertekan dengan konflik tersebut. 7

8 Dengan arti kata lain, apapun peristiwa atau tragedi yang dapat mencetuskan tekanan akan menimbulkan gejala-gejala OCD. Berikut ini adalah beberapa perspektif menurut aliran-aliran lain mengenai obsesifkompulsif: 1. Perspektif psikoanalisis Menurut pandangan psikoanalisa, obsesif-kompulsif timbul dari daya-daya instinktif seperti seks dan agresivitas, yang tidak berada di bawah kontrol individu karena toilettraining yang kasar. Ada juga yang memandang obsesif-kompulsif sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten. 2. Perspektif behavioristik Para ahli tingkah laku mengemukakan bahwa obsesif-kompulsif adalah perilaku yang dipelajari, dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut. Teori Behavioral menganggap kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh redukasi yang kuat. 3. Perspektif kognitif Ide lain yang muncul adalah, kompulsi memeriksa terjadi karena defisit ingatan. Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa tindakan dengan akurat, atau untuk membedakan antara perilaku yang benar-benar dilakukan dan imajinasi seseorang memeriksa berkali-kali. Sedangkan pemikiran obsesif muncul karena ketidakmampuan atau kesulitan untuk mengabaikan stimulus. 4. Teori belajar (Learning theory) Gabungan dari teori dan pengalaman dalam aplikasi terapi perilaku timbul beberapa konsep terjadinya gangguan obsesif-kompulsif. 5. Mowrer s two stage theory Mowrer mengajukan teori ini di tahun 1939 dan dikembangkan oleh Dollard dan Miller di tahun Gangguan obsesi-kompulsi ini didapat secara dua tahap. Tahap 8

9 pertama adalah adanya rangsangan yang menimbulkan kecemasan. Reaksi yang timbul adalah menghindari (escape) atau menolak (avoidance). Respon-respon ini menimbulkan negative reinforcement akibat berkurangnya rasa cemas. Tahap berikutnya adalah upaya menetralisasi kecemasan yang masih ada dengan rangkaian kata-kata, gagasan-gagasan atau bayangan-bayangan bahkan objek-objek lain. Penyebarluasan ini mengaburkan asal-usul rangsangan tadi. Kecemasan terhadap suatu objek tadi sudah meluas menjadi perasaan tidak enak atau tidak menentu. Sebagai kompensasinya penderita menentukan strategi perilaku yang enak baginya dan perilaku ini menetap menjadi kompulsif akibat negative reinforcement Gejala Klinis Gangguan Obsesif-Kompulsif Orang itu obsesional dari aspek pemikiran, bayangan atau cara yang bertubi-tubi (rumination), contohnya dia merasa tangannya kotor walaupun hakikatnya tidak. Individu tersebut berada dalam keadaan resah, cemas, tertekan dan merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Individu tersebut tahu bahwa pemikiran atau bayangan yang hadir dalam dirinya itu adalah kacau, tidak logis dan tidak sepatutnya terjadi. Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk mengurangi kecemasan. Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh individu dan berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga, namun tidak berhasil dan menyebabkan dirinya menjadi resah. Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres yang dirasakannya. Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terusmenerus dalam beberapa kali setiap harinya. Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan dalam diri penderita dan menghabiskan waktu (lebih dari satu jam sehari) atau secara signifikan mengganggu fungsi normal seseorang, atau kegiatan sosial atau suatu hubungan dengan orang lain. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang seperti mencuci tangan & melakukan pengecekan dengan maksud tertentu. 9

10 Secara klinis, obsesi yang paling banyak terjadi berkaitan dengan ketakutan akan kontaminasi, ketakutan mengekspresikan impuls seksual atau agresif, dan ketakutan hipokondrial akan disfungsi tubuh. Obsesi juga dapat berupa keragu-raguan ekstrem, prokrastinasi, dan ketidaktegasan. Gejala pasien gangguan obsesif-kompulsif mungkin berubah sewaktu-waktu tetapi gangguan ini mempunyai lima pola gejala klinis yang paling sering ditemui, yaitu : 1. Kontaminasi Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh pembersihan atau kompulsi menghindar dari objek yang dirasa terkontaminasi. Objek yang ditakuti biasanya sulit untuk dihindari, misalnya feces, urine, debu, atau kuman. Termasuk perhatian mengenai menjadi sakit atau membuat orang lain sakit. Perilaku mencuci dan membersihkan tangan, merapikan, mandi yang berlebihan sampai menjadi satu ritual. 2. Keraguan Patologis Pola kedua yang sering terjadi adalah obsesi tentang ragu-ragu yang diikuti dengan perilaku kompulsi mengecek/ memeriksa. Tema obsesi tentang situasi berbahaya atau kekerasan. Sikap ragu-ragu ini timbul akibat rasa takut membuat keputusan yang salah dan membahayakan orang lain, takut melakukan sesuatu yang tidak diinginkan yang dapat menyakiti orang lain secara tidak sengaja, takut menimbulkan kerusakan, maupun takut harus bertanggung jawab terhadap suatu kejadian yang buruk. Penderita akan sering mengecek berulang kompor, keran air, lampu, kunci pintu rumah dan lain-lain. Penderita akan melakukan kembali tindakan-tindakan sampai betul-betul sempurna atau sampai diselesaikan dengan pikiran atau perasaan yang tepat atau sampai dirasakan benar. 3. Pemikiran yang Mengganggu Obsesi ini biasanya meliputi pikiran berulang tentang tindakan agresif atau seksual yang salah oleh pasien. 4. Simetri Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan menimbulkan kompulsi kelambanan. Pasien membutuhkan waktu berjam-jam untuk menghabiskan makanan atau bercukur. Tidak nyaman ketika benda-benda tidak simetris tersusun di tempatnya sehingga akan 10

11 bertindak mengatur dan mengatur ulang, memperbaiki susunan karena kebutuhan akan simetri, ketepatan, dan perfeksionis. 5. Pola yang lain : obsesi bertemakan keagamaan, trichotilomania, menggigit-gigit jari, menghitung tindakan-tindakan yang dilakukan, atau kebutuhan untuk melakukan sesuatu dalam jumlah tertentu bisa ganjil atau genap Beberapa gejala yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah sebagai berikut: OBSESI Perhatian terhadap kebersihan (kotoran, kuman, kontaminasi) Perhatian terhadap ketepatan Perhatian terhadap peralatan rumah tangga (piring, sendok) Perhatian terhadap sekresi tubuh (ludah, feses, urine) Obsesi religious Obsesi terhadap kesehatan (sesuatu yang buruk akan terjadi dan menimbulkan kematian) Obsesi ketakutan (menyakiti diri sendiri atau orang lain) Pemikiran mengganggu tentang suara, katakata atau musik KOMPULSI Ritual mandi, mencuci dan membersihkan yang berlebihan. Ritual mengatur posisi berulang-ulang. Memeriksa berulang-ulang dan membuat inventaris peralatan Ritual menghindari kontak dengan sekret tubuh, menghindari sentuhan. Ritual keagamaan yang berlebihan (berdoa sepanjang hari Ritual berulang (mencari informasi tentang kesehatan dan kematian) Pemeriksaan pintu, kompor, gembok dll secara berulang-ulang Menghitung, berbicara, menulis, memainkan alat musik dengan ritual beragam Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien; yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai sesuatu yang aneh dan tidak rasional. Kadang-kadang pasien terlalu menilai lebih obsesi dan kompulsi. Misalnya, seorang pasien dapat memaksa bahwa kebersihan kompulsif secara moral adalah benar walaupun ia dapat kehilangan pekerjaan karena waktu dihabiskan untuk membersihkan sesuatu. Gambaran klinis dari obsesi kompulsi berupa: 11

12 Pre-okupasi pada aturan, regulasi, ketertiban, kerapian, kebersihan, detail dan pencapaian kesempurnaan. Peraturan diikuti dengan kaku dan tidak bisa ditoleransi, akibatnya mereka kehilangan fleksibilitas dan intolerant. Memiliki keterampilan hubungan interpersonal yang terbatas. Formal, serius, sering kehilangan rasa humor. Mengasingkan diri, tidak mampu berkompromi, dan menuntut orang lain mengikuti kemauannya. Mempunyai sedikit teman meskipun stabil dalam pekawinan dan pekerjaan yang baik. Frekuensi pengulangan suatu tindakan, fisik atau mental, dapat luar biasa tinggi. Kompulsi yang umum dilaporkan mencakup hal-hal berikut : Mengupayakan kebersihan dan keteraturan, kadangkala melalui acara rumit yang memakan waktu berjam-jam atau bahkan sepanjang hari. Menghindari objek tertentu. Melakukan praktik repetitif, magis, dan protektif, seperti menghitung, mengucapkan angka tertentu, atau menyentuh bagian tubuh tertentu. Mengecek sebanyak tujuh atau delapan kali untuk memastikan bahwa tindakan yang dilakukan benar-benar telah dilakukan, contohnya pintu telah dikunci, kompor telah dimatikan, dan sebagainya Melakukan suatu tindakan tertentu, seperti makan dengan sangat lambat Tipe Gangguan Obsesif-Kompulsif A. Checkers Terobsesi untuk selalu memeriksa. Penyebabnya kecemasan yang irasional. Cemas dapat akan hal-hal buruk yang berpotensi mencelakai diri sendiri dan orang-orang sekeliling. Dan jika hal buruk kejadian, orang yang punya kecenderungan ini bakal menganggap dialah pihak pertama yang harus disalahkan. Beberapa contoh OCD untuk jenis ini diantaranya adalah: 12

13 Takut membahayakan diri sendiri ataupun pasangan. Takut kotor, terkena kuman ataupun infeksi. Ketakutan pasangan mendapatkan bahaya saat mengemudi. Selalu saja merasa resah. Banyak pikiran negative yang ada di pikiran seperti perasaan mengunci pintu, lupa mematikan kompor ataupun hal-hal sejenis. B. Washers and Cleaners Merupakan orang yang memiliki ketakutan irasional terkontaminasi kuman, jadinya secara kompulsif dia akan menghindarkan diri dari kontaminasi tersebut. Pada beberapa kasus, tipe ini terjadi akibat trauma diperkosa (atau diperlakukan tidak senonoh secara seksual), sehingga ia merasa dirinya terus menerus kotor. C. Orderers Obsesi dengan simetri yang disertai dengan mengatur dan mengulangi dorongan. Mereka fokus mengatur segala sesuatu agar tepat pada tempatnya dan akan merasa tertekan jika benda-benda tersebut dipindahkan, dipegang, atau ditata oleh orang lain. D. Obsessionals Merupakan orang yang memiliki perasaan obsesif dan intruktif, bahkan terkadang takut jika dirinya akan mengakibatkan kemalangan atau kecelakaan. E. Hoarders Gejala penimbunan. Merupakan orang-orang yang senang mengumpulkan barangbarang tidak berharga. 13

14 2.8. Diagnosis Gangguan Obsesif-Kompulsif Kriteria diagnosis gangguan obsesif-kompulsif (F42) berdasarkan PPDGJ-III. (6) Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau menggangu aktivitas penderita. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut : a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita c) Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas) d) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive). (Ego distonik) Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. Penderita gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiranpikiran obsesif selama episode depresifnya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejalagejala yang timbul lebih dahulu. Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif-kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut. 14

15 PPDGJ-III turut mencantumkan pedoman diagnosis jika terdapat predominan pikiran obsesif atau tindakan kompulsif atau campuran keduanya seperti berikut : (6) Predominan pikiran obsesif atau pengulangan (F42.0) : Keadaan ini dapat berupa : gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien) Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu menyebabkan penderitaan (distress). Predominan tindakan kompulsif [Obsessional Rituals] (F42.1) : Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan : kebersihan (khususnya mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi, atau masalah kerapihan dan keterlaluan. Hal tersebut dilatar-belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari bahaya tersebut. Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidak-mampuan mengambil keputusan dan kelambanan. Campuran pikiran dan tindakan obsesif (F42.2) : Kebanyakkan dari penderita obsesif-kompulsif memperlihatkan pikiran obsesif serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bilamana kedua hal tersebut sama-sama menonjol, yang umumnya memang demikian. Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. Hal ini berkaitan dengan respons yang berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif terhadap terapi perilaku. 15

16 Pedoman diagnosis menurut DSM-IV : (7) A. Salah satu obsesif atau kompulsif Obsesif didefinisikan sebagai berikut : 1. Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap yang intrusive dan tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang ada selama periode gangguan. 2. Pikiran, impuls, atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang nyata. 3. Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan atau menetralisir dengan pikiran lain atau tindakan. 4. Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan faktor luar atau pikiran yang disisipkan). Kompulsif didefinisikan oleh (1) dan (2) 1. Perilaku yang berulang (misalnya : cuci tangan, mengecek) atau aktivitas mental (berdoa, menghitung, mengulang kata dengan tanpa suara) yang individu merasa terdorong melakukan dalam respons dari obsesinya, atau sesuatu aturan yang dilakukan secara kaku. 2. Perilaku atau aktivitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan distress atau mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktivitas mental tidak berhubungan dengan cara yang realistik untuk mencegah atau menetralisir. B. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadari bahwa obsesi dan kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan keadaan ini tidak berlaku pada anak. C. Obsesi dan kompulsi menyebabkan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan waktu lebih dari 1 jam perhari) atau mengganggu kebiasaan normal, fungsi pekerjaan atau akademik atau aktivitas sosial. D. Bila ada gangguan lain pada aksis I, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait dengan gangguan tersebut. E. Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya penyalahgunaan zat, obat) atau kondisi medik umum. 16

17 Di dalam DSM-IV, gangguan obsesif-kompulsif ini dimasukkan dibawah gangguan cemas, tetapi di dalam DSM-V, gangguan obsesif-kompulsif ini dijadikan penggolongan tersendiri yang termasuk dibawahnya gangguan obsesif-kompulsif yang spesifik, gangguan dismorfik tubuh, hoarding disorder, trikotillomania, ekskoriasi, gangguan obsesif-kompulsif terkait zat dan gangguan obsesif-kompulsif tidak tergolongkan Diagnosis Banding : a. Keadaan Medis Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distres pribadi dan gangguan fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit berlebihan atau biasa. Gangguan neurologis utama dipertimbangkan dan diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan tic lainnya, epilepsy lobus termporalis dan kadang-kadang-kadang trauma serta komplikasi pasca-ensefalitis. b. Gangguan Tourette Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering terjadi gejala bahkan setiap hari. Gangguan Tourete dan OCD memiliki awitan dan gejala yang serupa. Sekitar 90 peresen orang dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan sebanyak dua pertiga memenuhi kriteria diagnostik OCD. c. Keadaan Psikiatri lain Keadaan psikiatri lain yang dapat terkait erat dengan OCD adalah hipokondriasi, gangguan dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan pengendalian impuls lain, seperti kleptomania dan judi patlogis. Pada semua gangguan ini, pasien memiliki berulang (contohnya kepedulian akan tubuh) atau perilaku berulang (contohnya mencuri). 17

18 2.10. Perjalanan Penyakit Gangguan Obsesif-Kompulsif Lebih 50% pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif gejala awalnya muncul mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa yang menimbulkan stress, seperti kehamilan, masalah seksual, kematian keluarga dan lain-lain. Seringkali pasien merahsiakan gejala sehingga terlambat datang berobat. Perjalanan penyakit bervariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien mengalami perjalanan penyakit yang berfluktuasi sementara sebagian lain menetap atau terus menerus ada. Kira-kira 20-30% pasien mengalami perbaikan gejala yang bermakna, sementara 40-50% perbaikan sedang, sedangkan sisanya 20-40% gejala menetap atau memburuk. Sepertiga dari gangguan obsesif-kompulsif disertai gangguan depresi, dan semua pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki risiko bunuh diri. Indikasi prognosis buruk adalah kompulsi yang diikuti, awitan masa kanak, kompulsi yang bizarre, memerlukan perawatan rumah sakit, ada komorbiditas dengan gangguan depresi, adanya kepercayaan yang mengarah ke waham dan adanya gangguan kepribadian (terutama kepribadian skizotipal). Indikasi adanya prognosis yang baik adalah adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa yang menjadi pencetus, dan gejala yang episodik. (4) Penatalaksanaan Obsesif-Kompulsif Beberapa penelitian mendapatkan bahwa kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi khususnya terapi perilaku lebih efektif menurunkan gejala obsesif-kompulsif dibanding jika dilakukan salah satunya sahaja. (1,2,5) a) Psikoterapi Psikoterapi untuk gangguan obsesif-kompulsif umumnya diberikan hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Ada beberapa faktor OCD sangat sulit untuk disembuhkan. Faktor pertama, penderita OCD kesulitan mengidentifikasi kesalahan (penyimpangan perilaku) dalam mempersepsi tindakannya sebagai bentuk penyimpangan perilaku yang tidak normal. Individu beranggapan bahwa ia normal-normal saja walaupun perilakunya itu diketahui pasti sangat menganggunya. Baginya, perilaku kompulsif tidak salah dengan perilakunya tapi bertujuan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan dengan 18

19 baik-baik saja. Faktor lain adalah kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai kondisi yang dialami oleh individu oleh praktisi secara tidak tepat dapat membuat individu merasa enggan untuk mengikuti terapi. Terapi kognitif adalah terapi yang memfokuskan pada bagaimana mengubah pemikiran atau keyakinan yang negatif. Karena banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa kesuksesan penerapan teknik kognitif akan lebih besar bila disertai teknik-teknik modifikasi tingkah laku (misalnya pemberian tugas-tugas rumah dan exposure) daripada teknik menyerang pemikiran irasional semata-mata yang merupakan prosedur terapi kognitif, maka teknik yang akan digunakan untuk mengatasi gangguan obsesif-kompulsif adalah gabungan dari kedua pendekatan tersebut yaitu Cognitive Behavior Therapy. Terapi ini selanjutnya diharapkan dapat diterapkan oleh penderita sendiri dalam kehidupannya sehari-hari tanpa harus bergantung pada terapis (self help). Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk mengatasi gangguan obsesif-kompulsif, mendasarkan pada perspektif kognitif dan perilaku, tehnik yang umumnya diterapkan adalah Exposure with response prevention. Pasien dihadapkan pada situasi dimana ia memiliki keyakinan bahwa ia harus melakukan tingkah laku ritual yang biasa dilakukannya namun mereka cegah untuk tidak melakukan ritual itu. Jika pasien dapat mencegah untuk tidak melakukan ritual tersebut, hal ini dapat membantu dalam mengubah keyakinan individu akan tingkah laku ritual. Tehnik Exposure with response prevention dalam penerapannya biasanya disertai dengan restrukturisasi kognitif, latihan relaksasi dan modeling. (1) Dalam CBT, terapis juga melatih pernafasan, latihan relaksasi dan manajemen stres pada individu ketika menghadapi situasi konflik yang memberikan kecemasan, rasa takut atau stres muncul dalam diri individu. Prosedur CBT : (1) Latihan relaksasi, berupa relaksasi otot progresif untuk belajar menegangkan dan mengendurkan bermacam-macam kelompok otot serta belajar memperhatikan perbedaan antara rasa tegang dan rileks. (2) Restrukturisasi kognitif, prosedur terapi untuk mengurangi tingkat kecemasan subyek yang disebabkan oleh pemikiranpemikiran negatif dan menggantikannya dengan pemikiran-pemikiran yang lebih positif, dan (3) Exposure with response prevention, untuk mengatasi gangguan obsesif-kompulsif. Subyek dihadapkan pada situasi dimana ia memiliki keyakinan bahwa ia harus melakukan tingkah laku ritual yang biasa dilakukannya (bila tidak akan menimbulkan bahaya ) namun mereka dicegah untuk tidak melakukan ritual itu. Jika subyek dapat mencegah untuk tidak melakukan ritual tersebut dan ternyata sesuatu yang mengerikannya tidak terjadi, hal ini dapat membantu dalam mengubah keyakinan individu akan tingkah laku ritual tadi. (1) 19

20 Penilaian dan pengukuran keberhasilan CBT dilakukan sebelum terapi (pra terapi), selama terapi berlangsung, segera setelah keseluruhan terapi selesai diberikan (pasca terapi), dan terakhir pada tahap tindak lanjut (setelah terapi dihentikan). Penilaian dan pengukuran sebelum terapi dilakukan untuk mengetahui bagaimana pola pemikiran obsesif dan tingkah laku kompulsif subyek yang selama ini dilakukan. Penilaian selama terapi dilakukan terusmenerus pada setiap sesi selama terapi berlangsung dimulai setelah tehnik relaksasi dan restrukturisasi kognitif diberikan yaitu apakah subyek mampu menghasilkan alternatifalternatif pemikiran yang semula negatif menjadi lebih positif. Pencatatan dan pengukuran selama exposure mengacu pada identifikasi pemikiran obsesif dan tingkah laku kompulsif yang telah dibuat pada pertemuan awal terapi. Dengan demikian, akan diketahui apakah ada perubahan pemikiran obsesif dan tingkah laku kompulsinya. Penilaian setelah terapi (pasca terapi) dilakukan segera setelah keseluruhan terapi selesai diberikan. Sedangkan penilaian dan pengukuran pada tahap tindak lanjut dilakukan dua minggu setelah pasca terapi (tindak lanjut ke-1) dan satu bulan setelah pasca terapi (tindak lanjut ke-2). Penilaian dan pengukuran pada tahap tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan pemikiran obsesif dan tingkah laku kompulsi subyek yang terjadi selama terapi berlangsung relatif menetap setelah terapi dihentikan. Proses penilaian dan pengukuran tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah teknik-teknik terapi kognitif-tingkah laku yang telah diterapkan efektif untuk mengatasi gangguan obsesif-kompulsif subyek. (1) Yale-Brown Obsessive Compulsives Scale (Y-BOCS) dianggap sebagai baku emas dalam mengukur keparahan gejala obsesif-kompulsif dan digunakan pada sebagian besar uji coba terapi. Terapi paparan dan pencegahan respon mampu menurunkan skor Y-BOCS hingga 55%,dan terapi tunggal clomipramine mampu menurunkan skor ini hingga 31%. Kombinasi antara terapi paparan dan pencegahan respon dan clomipramine mampu menurunkan skor Y-BOC hingga 58%, di mana secara signifikan lebih besar dibandingkan terapi tunggal clomipramine. b) Farmakoterapi Pemberian obat medis hanya bisa dilakukan oleh dokter atau psikiater atau social worker yang terjun dalam psikoterapi. Pemberian obat-obatan haruslah melalui kontrol yang ketat karena beberapa dari obat tersebut mempunyai efek samping yang merugikan. Pemberian satu macam obat SSRI memberikan kesembuhan klinis pada 40-60% pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Medikasi sangat jarang membawa pasien pada 20

21 remisi. Respons pada penelitian OCD didefinisikan sebagai pengurangan gejala OCD 25-35%. Tidak ada SSRI yang terbukti lebih efektif dibanding dengan lainnya dalam penanganan kasus OCD. (2) Gangguan obsesif-kompulsif menunjukkan perbaikan yang lambat, berangsur-angsur yang dimulai dari beberapa hari setelah pemberian obat dan berlanjut beberapa bulan kemudian. Obat yang sudah disetujui oleh FDA untuk terapi OCD pada orang dewasa adalah Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) yang dapat mengubah level serotonin dalam otak. Jenis obat SSRIs ini adalah Fluoxetine (Prozac), Sertraline (Zoloft), Escitalopram (Lexapro), Paroxetine (Paxil), dan Citalopram (Celexa). Obat ini bersamaan dengan psikoterapi merupakan intervensi lini pertama pada pasien OCD. (8) SSRI merupakan terapi lini pertama pada OCD dengan bukti yang meyakinkan mengenai efikasi dari beberapa penelitian yang luas. Tolerabilitas dan penerimaan yang lebih baik dari Clomiperamine membuat SSRI menjadi terapi yang cocok pada OCD dan Clomiperamine menjadi terapi lini kedua pada mereka yang tidak dapat mentoleransi SSRI dan yang tidak berespon dengan SSRI. Pemilihan SSRI antara Fluoxetine, Fluvoxamine, Citalopram, Paroxetine, dan Sertraline cukup sulit tetapi pada umumnya tergantung pada masing-masing individu karena efeknya mirip satu dengan yang lain. Dosis yang direkomendasikan adalah : (8) Nama Generik Dosis terendah (mg/hari) Dosis tertinggi (mg/hari) Sediaan Paroxetine Tab 20 mg Sertraline Tab 50 mg Fluvoxamine Tab 50 mg Fluoxetine Tab/Cap 20 mg Citalopram Tab 20 mg Clomiperamine Tab 25 mg Pada kebanyakan pasien, terapi dengan SSRI memberikan perbaikan yang lambat dan berangsur-angsur. Terapi berlangsung jangka lama dan dosis dinaikkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pada pasien yang tidak berrespon dengan SSRI yang pertama maka dapat 21

22 dirubah dengan menggunakan SSRI yang lain karena 25% pasien yang gagal dengan obat SSRI yang pertama dapat memberikan respon dengan obat SSRI lainnya. SSRI secara umum ditoleransi lebih baik dibandingkan dengan Clomiperamine karena efek samping yang lebih kurang pada antikolinergik (mulut kering, keluhan lambung, konstipasi, gangguan fungsi seksual, retensi urin dll) dan anti alfa-adenergik (perubahan EKG, hipotensi ortostatik). Meski demikian SSRI dapat juga menyebabkan astenia, insomnia, nausea, dan gangguan fungsi seksual. Meskipun banyak obat anti-obsesi yang muncul tetapi Clomiperamine, suatu antidepresan trisiklik tetap merupakan terapi OCD yang efektif dan dapat ditoleransi dengan baik dan menjadi lini kedua setelah SSRI. Clomiperamine merupakan obat pertama yang disetujui FDA untuk OCD menunjukkan hasil yang superior pada penelitian RCT. Clomiperamine cukup efektif dalam menangani OCD meskipun dengan profil tolerabilitas yang lebih buruk. Pada kebanyakkan pasien, Clomiperamine dengan dosis 25-50mg/hari (dosis tunggal pada malam hari, waktu paruhnya jam), dinaikkan secara bertahap dengan penambahan 25mg/hari, sampai tercapai dosis efektif yang mampu mengendalikan sindrom obsesif-kompulsif (biasanya sampai mg/hari) dan diberikan minimal 10 minggu menghasilkan efikasi yang cukup. Dan kenaikan dosis ini sangat tergantung pada toleransi penderita terhadap efek samping obat. Apabila didapatkan respon yang tidak adekuat atau intoleransi terhadap Clomiperamine oral maka dapat diberikan Clomiperamine intravena sebagai alternatif. Seperti obat trisiklik yang lain, Clomiperamine memiliki efek samping yang berhubungan dengan efek antikolinergik dan alfa-adrenergik yaitu : mulut kering, konstipasi, pandangan kabur, hipotensi ortostatik, pusing dan nausea. Clomiperamine toksik pada overdosis dan berpotensi mengakibatkan keadaan fatal yaitu kematian karena aritmia jantung, hipotensi, maupun kejang. Setelah memberikan dosis akut pada pasien dan gejala obsesif- kompulsif sudah terkontrol maka dapat dikurangkan dosis obat untuk tujuan maintenance untuk mecegah relaps dan meminimalkan efek samping. Dosis pemeliharaan atau maintenance umumnya agak tinggi, sekitar mg/hari, serta bertahan untuk jangka waktu yang lama (1-2 tahun), sambil tetap dilakukan CBT atau psikoterapi lain. (2,8) Pemberian obat SSRI atau Clomiperamine, sebelum dihentikan, pengurangan dosis harus secara tapering off agar tidak terjadi kekambuhan dan kesempatan yang luas untuk menyesuaikan diri. Meskipun respons terhadap pengobatan sudah dapat terlihat dalam 1 sampai 2 minggu, untuk mendapatkan hasil yang memadai setidaknya diperlukan waktu 2 sampai 3 bulan dengan dosis antara mg/hari. Batas lamanya pemberian obat bersifat individual, umumnya diatas 6 bulan sampai tahunan, kemudian dihentikan secara bertahap 22

23 bila kondisi penderita sudah memungkinkan. Dan harus diyakinkan kepada penderita bahwa obat golongan SSRI dan trisiklik ini tidak berpotensi menimbulkan ketergantungan obat. (8) Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs). Jenis obat ini adalah phenelzine (Nardil), tranylcypromine (Parnate) dan isocarboxazid (Marplan). Pemberian MAOIs harus diikuti pantangan makanan yang berkeju atau anggur merah, penggunaan pil KB, obat penghilang rasa sakit (seperti Advil, Motrin, Tylenol), obat alergi dan jenis suplemen. Kontradiksi dengan MOAIs dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Suatu pendekatan yang mengkombinasikan terapi berbasis paparan dengan medikasi berbagai agen farmakologis yang diteliti dapat menghilangkan rasa takut. Penelitian pada binatang menunjukkan bahwa reseptor N-melhyl-D-aspartate (NMDA) glutamat penting bagi ekspresi respon takut terkondisi pada amigdala basolateral dan hilangnya takut terkondisi pada amigdala. Penemuan ini konsisten dengan pandangan bahwa proses hilangnya takut, sama dengan proses penyisipan takut, sama-sama merupakan bentuk pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, agonis NMDA yang diberikan sebelum paparan mungkin dapat memfasilitasi proses hilangnya respon takut. Terdapat beberapa bentuk intervensi yang dapat diberikan pada pasien OCD yang berespon parsial dan tidak berespon terhadap pengobatan. Pada pasien yang memiliki respon parsial dapat dilakukan peningkatan dosis dan augmentasi dengan anti-psikotik atipikal. Pada pasien yang tidak berespon setelah 2 atau 3 SSRI dan paling tidak 1 Serotonin-norephinefrine reuptake inhibitor (SNRI) dan augmentasi dengan anti-psikotik atipikal (risperidone atau olanzapine), strategi augmentasi lain perlu dipikirkan. Hal ini termasuk augmentasi dengan mood stabilisers (lithium carbonate, valproate acid), benzodiazepine (clonazepam) atau clomiperamine intravena. Pada kasus yang refrakter terhadap pengobatan perlu dipikirkan teknik stimulasi otak yaitu Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) dan Deep Brain Stimulation (DBS). TMS adalah teknik non-invasif menggunakan stimulasi elektrik pada area otak yang spesifik dengan induksi magnetik. DBS merupakan teknik yang agak invasif, reversibel dan memerlukan prosedur neurosurgikal dengan cara mengimplant 2/4 elektroda di anterior limb kapsula interna dihubungkan dengan kabel subkutan ke pulse generator di dada anterior. Intervensi bedah bagi gangguan obsesif kompulsif meliputi pemotongan traktus (sirkuit) di antara struktur yang mungkin penting dalam gangguan ini (misal traktus penghubung sekresi antara korteks frontal orbita dan cingulianterior). Prosedur ini meliputi kapsulotomi anterior, cingulotomi anterior, traktotomi subcaudatus, dan leukotomi limbik. Terapi bedah biasanya dilakukan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif yang gagal merespon terapi farmakologis 23

24 maupun psikologis. Namun demikian, keamanan dan efikasi intervensi bedah bagi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif masihlah kontroversial. Kini berkembang minat akan adanya terapi alternatif, suatu prosedur bedah non-ablatif. Salah satu bentuk intervensi alternatif ini adalah stimulasi otak dalam pada ganglia basalis, melalui implantasi elektroda secara bedah. Walaupun hasil awalnya menjanjikan, intervensi ini harus dinilai secara adekuat tentang keamanan dan efikasinya sebagai terapi gangguan obsesif kompulsif. Sebuah metode stimulasi otak non-bedah diubah dengan menempatkan elektromagnet eksternal di atas regio otak tertentu. Walaupun stimulasi ini belum dinilai secara ekstensif sebagai terapi gangguan obsesif-kompulsif, data yang tersedia belum mendukung efikasi terapeutiknya bagi kondisi ini. (1) Ada juga yang menggunakan tehnik-tehnik seperti : 1. Pendekatan Psikoanalisa Terapi yang dilakukan adalah mengurangi represi dan memungkinkan pasien untuk menghadapi hal yang benar-benar ditakutinya. Namun karena pikiran-pikiran yang mengganggu dan perilaku kompulsif bersifat melindungi ego dari konflik yang direpres, maka hal ini menjadi sulit untuk dijadikan target terapi, dan terapi psikoanalisa tidak terlalu efektif untuk menangani gangguan obsesif-kompulsif. 2. Rational-Emotive Behavior Therapy Menurut Davison & Neale, terapi ini digunakan dengan pemikiran untuk membantu pasien menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi menurut apa yang mereka inginkan, atau bahwa hasil pekerjaan harus selalu sempurna. Terapi kognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk menangani pasien gangguan obsesif kompulsif. Pada pendekatan ini pasien diuji untuk menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika mereka tidak menampilkan perilaku kompulsi. 3. Terapi Keluarga (Family therapy) Terapi keluarga, merupakan teknik pengobatan yang sangat penting bila pada keluarga pasien OCD ini didapatkan kekacauan hubungan dalam keluarga, kesukaran dalam perkawinan, masalah spesifikasi dalam anggota keluarga atau peran anggota keluarga yang 24

25 kurang sesuai yang akan mengganggu keberhasilan fungsi masing-masing individu dalam keluarga termasuk dalam waktu jangka panjang akan berakibat buruk pada anak OCD. Seluruh anggota keluarga dimasukkan ke dalam proses terapi, menggunakan semua data anggota keluarga seperti tingkah laku individu dalam keluarga. Menilai tingkah laku setiap anggota keluarga yang mempengaruhi tingkah laku yang baik dan membina pengaruh tingkah laku yang positif dari setiap individu. Terapi gangguan yang berhubungan dengan obsesif kompulsif Terapi dengan menggunakan SSRI memberikan hasil yang istimewa pada gangguan : Body dysmorphic disorders, hypocondriasis, gangguan depersonalisasi, anoreksia nervosa, judi patologis, perilaku seksual obsesif-kompulsif, perilaku melukai diri dan trikotilomania. Pasien dengan gangguan impulsif seperti binge eating disorders dan compulsive buying memiliki respons yang cepat pada pemberian SSRI tetapi kemudian semakin berkurang. Pasien ini membutuhkan obat lain untuk stabilisasi seperti mood stabiliser. Lebih lanjut beberapa gangguan pengendalian gangguan impuls berhasil diterapi secara monoterapi dengan mood stabiliser dan anti konvulsan seperti lithium, valproate. Terapi perilaku juga bermanfaat pada terapi gangguan yang berhubungan dengan OCD. (1) Kualitas Hidup dan Prognosis Obsesif-Kompulsif A. Kualitas hidup Perilaku kompulsi pada penderita kompulsif akan membuang waktu dan tidak dapat melakukan aktivitas lainnya. Orang-orang dengan gangguan obsesif kompulsif mungkin tertunda keluar rumah sampai satu jam atau lebih karena harus melakukan ritual pengecekan mereka. Mereka seharusnya dapat melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat dari pada mengikuti pikiran obsesinya dan tindakan kompulsif nya. B. Prognosis Lebih dari separuh pasien dengan OCD memiliki awitan gejala yang mendadak. Mengalami perjalanan yang bervariasi dan tidak dapat diduga. Sekitar 50% hingga 70% 25

26 pasien terjadi setelah peristiwa yang penuh tekanan, seperti kehamilan, masa seksual, atau kematian kerabat. Karena banyak orang tetap merahasiakan gejalanya, sering terdapat penundaan 5 hingga 10 tahun sebelum pasien datang untuk mendapatkan perhatian psikiatri, walaupun penundaan mungkin memendek dengan meningkatnya keaspadaan terhadap gangguan ini. Sekitar pasien mengalami perbaikan gejala yang signifikan dan 40 hingga 50% mengalami perbaikan sedang. Sisa 20 sampai 40% tetap sakit atau mengalami perburukan gejala. 26

27 BAB III KESIMPULAN Obsesi adalah pikiran berulang dan mengganggu, perasaan,dan ide. Kompulsi adalah perilaku yang berulang, disengaja atau tindakan mental orang yang merasa dipaksa untuk melakukan, biasanya dengan sebuah keinginan untuk melawan (misalnya mencuci tangan). Gangguan obsesif-kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik. Diantara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung terkena, tetapi diantara remaja, laki-laki lebih lazim terkena daripada perempuan. Usia rerata awitan sekitar 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki usia sedikit lebih awal (laki-laki sekitar 19 tahun) daripada perempuan (sekitar 22 tahun). Etiologi gangguan obsesif-kompulsif yaitu faktor biologi (Neurotransmitter : Sistem noradrenergik dan Sistem serotonergik) dan faktor perilaku. Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien; yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai sesuatu yang aneh dan tidak rasional. Terapinya dapat berupa psikoterapi, psikofarmaka, dan kombinasi keduanya. 27

PENYEBAB. Penyebab Obsesif Kompulsif adalah:

PENYEBAB. Penyebab Obsesif Kompulsif adalah: Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan.

Lebih terperinci

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ Oleh: Raras Silvia Gama 082011101038 Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSD dr.soebandi Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2013 Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang

Lebih terperinci

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF (F.42) gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF (F.42) gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF (F.42) I. PENDAHULUAN Gangguan Obsesif kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder OCD) adalah gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan disertai

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kepribadian cemas atau takut yang ditandai oleh pola terjebak dengan keteraturan yang sangat kuat, perfeksionisme,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

Dua komponennya yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis dan kesadaran bahwa ia gugup

Dua komponennya yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis dan kesadaran bahwa ia gugup Gangguan Anxietas Gangguan jiwa paling umum di seluruh dunia Dua komponennya yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis dan kesadaran bahwa ia gugup Mengganggu proses pembelajaran Anxietas patologis: prevalensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gangguan Obsesif Kompulsif Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah peristiwa kognitif repetitif, tidak diinginkan, dan intrusive

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER Pembimbing: dr.ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K) Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan obsesif-kompulsif merupakan sebuah gangguan kecemasan di mana orang memiliki keinginan yang tidak diinginkan dan diulang, perasaan, ide, sensasi (obsesi) atau tingkah laku yang

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. singkat. Pada awal tahun 1980-an, gangguan obsesif kompulsif dianggap

Bab I. Pendahuluan. singkat. Pada awal tahun 1980-an, gangguan obsesif kompulsif dianggap Bab I Pendahuluan Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu contoh dari efek positif dimana penelitian modern telah menemukan gangguan tersebut dalam waktu singkat. Pada awal tahun 1980-an, gangguan obsesif

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan obsesif - kompulsif merupakan sebuah gangguan kecemasan di mana orang memiliki keinginan yang tidak diinginkan dan diulang, perasaan, ide, sensasi (obsesi) atau tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.

Lebih terperinci

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitasnya sendiri

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Workplan POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Oleh: RIDHA MAWADDAH 0907101010116 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA/BLUD RUMAH SAKIT JIWA BANDA ACEH 2014 POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Definisi Posttraumatic

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya. IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam

Lebih terperinci

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan)

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan) Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Anxiety (kecemasan) Oleh: TirtoJiwo, Juni 2012 TirtoJiwo 1 Gelisah atau cemas

Lebih terperinci

RESENSI FILM MISS CONGENIALITY

RESENSI FILM MISS CONGENIALITY K A M I S, 1 6 D E S E M B E R 2 0 1 0 GANGGUAN MAKAN - "BULIMIA NERVOSA" RESENSI FILM MISS CONGENIALITY Dalam film ini seorang agen FBI yang bernama Hart (Sandra Bullock) ditugaskan untuk menyamar sebagai

Lebih terperinci

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ GASTROINTESTINAL Maria Inez Devina Siregar 11.2013.158 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

PATOFISIOLOGI ANSIETAS PATOFISIOLOGI ANSIETAS Faktor Predisposisi (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : 1. Peristiwa traumatik 2. Konflik emosional 3. Konsep diri terganggu 4. Frustasi 5. Gangguan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Oleh : Husna Nadia 1102010126 Pembimbing : dr Prasila Darwin, SpKJ DEFINISI PTSD : Gangguan kecemasan yang dapat terjadi setelah mengalami /menyaksikan suatu peristiwa

Lebih terperinci

Pengobatan Gangguan Ansietas di Klinik

Pengobatan Gangguan Ansietas di Klinik Pengobatan Gangguan Ansietas di Klinik Mustafa M. Amin Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran USU Kongres PW IDI SUMUT Medan, 11 April 2015 0 Pendahuluan 1 Epidemiologi 2 Etiologi 3 Diagnosis

Lebih terperinci

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li GANGGUAN ANXIETAS DAN DEPRESI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN PENATALAKSANAANNYA DI PELAYANAN PRIMER Carla R. Marchira Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University,

Lebih terperinci

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA MAKALAH DISKUSI TOPIK GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA Disusun oleh: NUR RAHMAT WIBOWO I11106029 KELOMPOK: VIII KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Materi ini merupakan salah satu bahan kuliah online gratis bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa dan perawat pendamping Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Oleh: Tirto Jiwo Juni 2012 Tirto Jiwo

Lebih terperinci

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN Definisi Suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang untuk mengambil tindakan 2 Beda kecemasan dan ketakutan

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah Konsep Kecemasa n Oleh : Hapsah Pengertian Ketegangan, rasa tak aman atau kekhawatiran yg timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yg tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui.

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

Social Anxiety Disorder (Social Fobia)

Social Anxiety Disorder (Social Fobia) Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Social Anxiety Disorder (Social Fobia) Oleh: TirtoJiwo, Juni 2012 TirtoJiwo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Definisi: Suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan dengan corak-corak maladaptif dari penyesuaian dirinya terhadap

Lebih terperinci

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR Abstrak Gangguan bipolar adalah penyakit umum yang ditandai dengan peningkatan kematian prematur, tetapi mereka sering tetap tidak terujuk, tidak terdiagnosis, dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Yogyakarta, 11 Oct 2014 1 Prevalensi Ganguan Psikiatrik yang lazim di Komunitas dan Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi gagap yang disetujui belum ada. Menurut World Health Organization (WHO) definisi gagap adalah gangguan ritme bicara dimana seseorang tahu apa yang mau dibicarakan,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih banyak daripada anak yang tidak mengalaminya, tetapi mereka memiliki gejala yang lebih sedikit dibandingkan

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dua kata yaitu obsession dan compulsion. Obsesi (obsession) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari dua kata yaitu obsession dan compulsion. Obsesi (obsession) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada berbagai macam gangguan kecemasan, salah satunya adalah obsessive compulsive disorder (OCD). Gangguan obsesif kompulsif berasal dari dua kata yaitu obsession

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

RESENSI FILM. 4. Cuba Gooding, JR sebagai Frank Sachs Seorang dealer lukisan yang sangat dekat dan peduli pada Simon.

RESENSI FILM. 4. Cuba Gooding, JR sebagai Frank Sachs Seorang dealer lukisan yang sangat dekat dan peduli pada Simon. RESENSI FILM Judul film : As Good As It Gets Deskripsi tokoh-tokoh dalam film 1. Jack Nicholson sebagai Melvin Udall Seorang laki-laki paruh baya yang berprofesi sebagai penulis novel yang berhasil namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut

BAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut akan sesuatu yang terkadang tidak mengidap sesuatu adalah lucu dan aneh, tetapi bagi orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

TAKUT YANG TIDAK WAJAR

TAKUT YANG TIDAK WAJAR SISTEM NEURO PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO MODUL PROBLEM BASED LEARNING TAKUT YANG TIDAK WAJAR DISUSUN OLEH : dr. Satrio Wicaksono dr.dany H. Ludong, Sp.KJ dr.ika Juliet,Sp.S FAKULTAS

Lebih terperinci

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masing-masing dari kita mungkin pernah menyaksikan di jalan-jalan, orang yang berpakaian compang-camping bahkan terkadang telanjang sama sekali, berkulit dekil, rambut

Lebih terperinci

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Gangguan Suasana Perasaan Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Pendahuluan Mood : suasana perasaan yang pervasif dan menetap yang dirasakan dan memperngaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunianya.

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan tanda dan gejala yang beraneka ragam, baik dalam derajat maupun jenisnya dan seringkali ditandai suatu perjalanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Bipolar I Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision edisi yang ke empat (DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

Pedologi. Gangguan Perilaku dan Perkembangan Perilaku Antisosial. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Gangguan Perilaku dan Perkembangan Perilaku Antisosial. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Gangguan Perilaku dan Perkembangan Perilaku Antisosial Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id GANGGUAN TINGKAH LAKU (Conduct Disorder)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) EPIDEMIOLOGI NCS (National Comorbidity Survey): ggn bipolar-i menurut DSM-III-R ± 0,4% pd usia 15-54 thn. Peter M.Lewinsohn dkk 1% (terutama ggn

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

Gangguan makan. Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan binge-eating Reverse anorexia

Gangguan makan. Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan binge-eating Reverse anorexia Gangguan makan Gangguan makan Menjelaskan etiologi dan faktor-faktor yang menyebabkan gangguan makan Menjelaskan gambaran klinik gangguan makan anoreksia dan bulimia Menjelaskan prinsip pengelolaan pasien

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

Oleh: ADE F SYAIRAH B Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ

Oleh: ADE F SYAIRAH B Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ GANGGUAN KPERIBADIAN (PERSONALITY DISORDER) Oleh: ADE F.1102007002 SYAIRAH B. 1102008249 Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ KEPRIBADIAN Totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka

Lebih terperinci

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER POST TRAUMATIC STRESS DISORDER 1. Definisi Gangguan stress pasca trauma merupakan sindrom kecemasan, labilitas otonomik, dan mengalami kilas balik dari pengalaman yang amat pedih setelah stress fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

ESCITALOPRAM. Jika terlupa mengambil ubat, ambil sejurus selepas mengingati selagi masih dalam beberapa jam masa yang sepatutnya

ESCITALOPRAM. Jika terlupa mengambil ubat, ambil sejurus selepas mengingati selagi masih dalam beberapa jam masa yang sepatutnya ESCITALOPRAM (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat Lexapro (escitalopram) adalah ubat psikiatri yang digunakan untuk merawat gangguan utama depresi (MDD- Major Depressive Disorder) pada orang dewasa dan remaja berusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mental Emosional 2.1.1 Definisi Mental Emosional Mental adalah pikiran dan jiwa, sedangkan emosi adalah suatu ekspresi perasaan, atau dapat juga diartikan sebagai sebuah afek

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

Faktor Biologis Faktor Kognitif

Faktor Biologis Faktor Kognitif ANSIETAS Amelia Herawati 1041611166 Meridian Puspawati 1041611181 Mujahidah Asma K 1041611182 Nur Aliya Fitri Ana 1041611184 Bonita Murniati 1041611171 Putri Nur Fatimah 1041611186 Ansietas Kecemasan/ansietas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Populasi lanjut usia (lansia) di dunia akan bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

Lebih terperinci