PENGARUH PENGGUNAAN OVITRAP DENGAN MENGGUNAKAN ATRAKTAN BIJI JINTEN 10% DAN ATRAKTAN GULA PASIR TERHADAP KEBERADAAN JUMLAH JENTIK AEDES AEGYPTY
|
|
- Ratna Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH PENGGUNAAN OVITRAP DENGAN MENGGUNAKAN ATRAKTAN BIJI JINTEN 10% DAN ATRAKTAN GULA PASIR TERHADAP KEBERADAAN JUMLAH JENTIK AEDES AEGYPTY INFLUENCE OF OVITRAP USING ATTRACTANT CUMIN SEED 10% AND ATTRACTANT SUGAR TOWARD THE TOTAL LARVAE OF AEDESAEGYPTI Mulyana Sari*, Farrah fahdhienie**, Susanti*** Universitas. Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh, Abstrak: Nyamuk Aedes Aegypty merupakan salah satu vector penyakit yang harus diwaspadai dan dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue. Salah satu pengendalian nyamuk dengan cara mekanis yaitu penggunaan ovitrap. Modifikasi ovitrap dengan menggunakan atraktan masih jarang dilakukan di Indonesia sehingga perlu dilakukan penelitian manakah diantara atraktan tersebut yang paling efektif. Salah satu atraktan yang digunakan adalah biji jinten 10% dan gula pasir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modifikasi ovitrap terhadap jumlah jentik yang didapat sehingga dapat direkomendasikan kepada masyarakat. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan desain Post Test Only Control Group Design. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah jumlah jentik yang didapat pada ovitrap yang dimodifikasi yang diletakkan pada 10 rumah. Penelitian ini dilakukan di Kp. Keuramat yang merupakan angka tertinggi terdapatnya kasus DBD. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Anova One Way (Anova Satu Arah) dan data disajikan menggunakan table dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ovitrap dengan atraktan biji jinten 10% mengasilkan jentik yang terbanyak didalamnya dan pada ovitrap tanpa atraktan tidak ditemukan jentik satupun karena kurang tertariknya nyamuk untuk bertelur didalamnya. Berdasarkan hasil uji anova yang di dapat nilai F hitung> F tabel (5,610 > 3,354) dan p value <0,05 (p=0,009<0,05)yang berarti ada pengaruh antara ovitrap yang dimodifikasi terhadap keberadaan jumlah jentik yang terdapat didalamnya dengan tingkat keyakinan 0,05. Kata kunci: Aedes Aegypty, ovitrap, atraktan, biji jinten, gula pasir, Abstract: Aedes Aegypty is one of vector that should be watched and can cause Dengue Hemorrhagic Fever. One of control by mechanical means namely the use of ovitrap. Ovitrap modifications by using attractants are still rarely carried out in Indonesia. It was necessary to study which of the most effective attractant. One of attractant was cumin seeds 10% and sugar. This study aimed to analyze the effect of number of ovitrap to larvae that can be recommended to the public. This study was experimental with Post test Only Control Group Design. Population and sample was the number of larvae which obtained on a modified ovitrap in 10 homes in Keuramat village. This village had the highest number of dengue cases. Processing and analysis of data using One Way Anova (Anova One Way) and the data were presented using tables and narrative. The findings showed that the ovitrap with cumin seeds 10%, the most popular place for larvae to lay their eggs compared the ovitrap without attractants. The ANOVA test showed that F count > F table (5.610 > 3.354) and p value < 0.05 (p = < 0.05), which means there was influence between modified ovitrap to the number of larvae with confidence level = Keywords: Aedes aegypty, ovitrap, attractants, cumin seeds, sugar
2 Pengaruh Penggunaan Ovitrap dengan Menggunakan Atraktan Biji Jinten 32 PENDAHULUAN Ovitrap secara bahasa dapat diartikan dikenal sebagai arthropod borne disease atau sering juga disebut sebagai vector sebagai perangkap telur (ovi=telur, borne disease. Penyakit ini merupakan trap=perangkap). Jadi dapat didefinisikan sebagai perangkap telur nyamuk sederhana. Dikatakan sederhana karena alat ini dapat penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan dapat menimbulkan bahaya kematian. Di dibuat sendiri dengan menggunakan barang Indonesia penyakit-penyakit yang bekas yang mudah ditemukan disetiap ditularkan melalui serangga merupakan rumah. Ovitrap adalah alat pemancing penyakit endemis pada daerah tertentu nyamuk untuk bertelur di dalamnya. antara lain DBD, malaria, dan kaki gajah. 2 Awalnya ovitrap hanya digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan survei jentik Pada musim hujan hampir tidak ada daerah di Indonesia yang terbebas dari Aedes Aegypty, namun pada perkembangannya serangan penyakit DBD. Penelitian ditambahkan zat kimia yang berfungsi untuk membunuh larva Aedes Aegypty saat menetas dari telur. Sekarang ovitrap bahkan menunjukkan bahwa DBD ditemukan di seluruh provinsi Indonesia. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan kasus DBD di digunakan untuk mengontrol populasi semua negara Asia. Salah satu penyebabnya nyamuk karena alat ini dapat memonitor, yaitu pengaruh globalisasi dan mobilisasi mengontrol dan mendeteksi populasi yang semakin tinggi. Hal ini turut nyamuk Aedes Aegypty. Teknik ini mempermudah penyebaran penyakit DBD. 3 dikembangkan oleh Jakob dan Bevier pada tahun Lebih dari 50% fauna yang menghuni muka bumi adalah serangga. Selama ini Indonesia selama tahun angka kasus DBD menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Selama tahun 2003 tercatat kasus IR (Insidens Rate) kehadiran beberapa jenis serangga telah atau angka kesakitan 23,87; CFR (Case mendatangkan manfaat bagi manusia, Fatality Rate) atau angka kefatalan kasus misalnya lebah madu, ulat sutera, serangga 1,5 ; Tahun 2004 tercatat kasus penyerbuk, atau musuh alami hama (IR=37,11; CFR=1,2); tahun 2005 tercatat tanaman. Meskipun demikian, tidak sedikit kasus (IR=43,42; CFR=1,36); serangga yang justru membawa kerugian bagi kehidupan manusia, misalnya serangga perusak tanaman dan nyamuk. 1 Tahun 2006 tercatat kasus (IR= 52,48; CFR=1,04); Tahun kasus (IR=71,778; CFR=1,01). 4 Penularan penyakit pada manusia Namun demikian, tingkat kematian melalui vektor penyakit berupa serangga atau CFR yang ditimbulkan oleh DBD
3 33 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, cenderung menurun dari tahun ketahun. Pada awal mula munculnya penyakit ini di Indonesia Tahun 1968, CFR mencapai angka 41,3 namun selang waktu berganti menempati urutan kedua setelah Bali angka Insidens Rate (IR) tahun 2011 sebanyak 31,90% dan terdapat kasus pada tahun CFR mengalami penurunan yang Penyakit DBD di Provinsi Aceh terus signifikan. Menurunnya kasus penyakit meningkat yaitu pada tahun 2009 mencapai Demam Berdarah Dengue (DBD) salah satu faktor pendukungnya adalah partisipasi 1549 kasus namun pada tahun 2010 insiden DBD terus meninggkat yaitu 2834 kasus masyarakat dalam Pemberantasan Sarang (IR=63,1; CFR=0,9). Berdasarkan data Nyamuk (PSN) sehi ngga jentik-jentik yang diperoleh dari Dinas Kesehatan nyamuk semakin berkurang. Pada tahun 2005, 2006, dan 2007 masing-masing CFR bernilai 1,36; 1,04; dan 1,01. Angka ini provinsi Aceh tahun 2010, jumlah kasus penderita DBD di Aceh sebanyak kasus. Angka kasus DBD tertinggi di Kota menunjukkan bahwa CFR semakin Banda Aceh yaitu sebanyak 750 kasus, mendekati CFR nasional, yakni < 1. 4 Kematian akibat DBD di Indonesia mencapai orang pada tahun 2010 dan Indonesia merupakan negara tertinggi kasus DBD diantara negara ASEAN lainnya. kemudian disusul Aceh Besar sebanyak 539 kasus, Lhokseumawe sebanyak 378 kasus, Aceh Tamiang sebanyak 244 kasus dan Bireuen sebanyak 283 kasus. 7 Setiap tahunnya insidens DBD di Berdasarkan data P2B2 (Pengendalian beberapa kabupaten/kota masih merupakan Penyakit Bersumber Binatang) jumlah masalah. Selain kondisi geografis dan kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada kasus dan paling banyak terjadi di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. 5 Jumlah kasus DBD di Provinsi Aceh musim yang tidak menentu juga sumber perindukan yang tidak dimusnahkan secara cepat oleh penduduk maupun petugas. Laporan hasil survei yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Tahun adalah 2,834 jiwa dengan kematian 2011 menyatakan terdapat 1230 unit berjumlah 26 jiwa. Incidence Rate (IR) DBD di provinsi Aceh tahun 2010 pada rumah/bangunan yang positif jentik dari 5466 unit rumah/bangunan yang diperiksa laki-laki 32,8/ dan CFR=0,1% dengan. 7 sementara pada wanita IR=30,7% / Ovitrap dapat dimodifikasi dengan dan CFR = 0,8% (Profil Kesehatan Aceh, 2010). Berdasarkan data dari Direktorat menggunakan zat atraktan yaitu zat penarik penciuman yang mempengaruhi perilaku Jenderal Pengendalian Penyakit dan nyamuk dalam memilih tempat bertelur. Penyehatan Lingkungan Provinsi Aceh Para peneliti terdahulu menggunakan zat
4 Pengaruh Penggunaan Ovitrap dengan Menggunakan Atraktan Biji Jinten 34 atraktan dari air rendaman jerami, air biji jinten 10% dan ovitrap dengan rendaman udang, air rendaman kerang, air cabai merah, air biji jinten, air rendaman rumput dan lain-lain yang digunakan dalam menggunakan atraktan gula pasir serta ovitrap yang dijadikan sebagai kontrol pada 10 rumah. Sampel pada penelitian ini berbagai konsentrasi. Dalam penelitian ini adalah jumlah dari keseluruhan pada peneliti tertarik untuk meneliti antara populasi yaitu keberadaan jumlah jentik ovitrap yang menggunakan atraktan biji Aedes Aegypty pada ovitrap yang jinten 10% dan atraktan gula pasir menggunakan atraktan biji jinten 10% dan disebabkan karena kedua jenis bahan ovitrap dengan menggunakan atraktan gula tersebut mudah didapat dan tidak pasir serta ovitrap yang dijadikan sebagai menimbulkan gangguan pada individu lain kontrol pada 10 rumah. baik dari segi bau maupun cara Data yang diperoleh disajikan dalam pengolahannya. Peneliti menggunakan tabel dengan menggunakan analisis Varians konsentrasi 10% karena para peneliti terdahulu telah melakukan penelitian dan atau Anova jika berdistribusi normal untuk memeriksa atau menguji perbedaan mean konsentrasi yang terbukti paling banyak terhadap kelompok yang mendapat menghasilkan nyamuk untuk bertelur perlakuan (kelompok eksperimen) dengan adalah 10%. yang tidak mendapat perlakuan (kelompok kontrol) sedangkan bila distribusinya tidak METODE PENELITIAN normal maka digunakan uji Kruskall- Jenis penelitian yang dilakukan adalah Wallis. Maka dalam penelitian ini bersifat Eksperimen dengan rancangan Posttest Only Control Group Design yaitu mengukur variabel dependen dan variabel menggunakan Anova untuk mengetahui efektifitas kedua jenis ovitrap dengan atraktan tersebut. independen secara bersamaan dengan membandingkan hasil yang diberi PEMBAHASAN perlakuan dengan hasil observasi pada Jumlah jentik Aedes Aegypty yang kelompok kontrol tanpa dilakukannya terperangkap didalam ovitrap yang pretest. Populasi dalam penelitian ini adalah dimodifikasi dengan jumlah ovitrap keberadaan jumlah jentik Aedes Aegypty sebanyak 30 buah yang ditempatkan pada pada ovitrap yang menggunakan atraktan 10 rumah adalah sebagai berikut:
5 35 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, Tabel 1. Hasil jumlah jentik Aedes Aegypty yang terdapat didalam ovitrap Jumlah jentik yang didapat Ovitrap yang pada 10 rumah dimodifikasi Total jentik Kontrol (air biasa) Biji jinten 10% Gula pasir Total 30 Tabel 2. Hasil jumlah jentik Aedes Aegypty yang terdapat didalam ovitrap Ovitrap yang Standar Standar n Rata-rata dimodifikasi deviasi eror Minimum Maksimum Kontrol (air biasa) 10 0,00 0,000 0, Biji jinten 10% 10 1,90 1,912 0, Gula pasir 10 1,10 1,101 0, Total 30 Tabel 3. Hasil uji anova pada jumlah jentik yang didapat pada ovitrap Sumber Variasi Antar Kelompok Dalam kelompok Data yang dikuadratkan 18,200 43,800 df 2 27 Total 62, Berdasarkan hasil penelitian (Tabel.1) diketahui bahwa jumlah jentik yang paling banyak terdapat pada ovitrap dengan atraktan biji jinten 10% dengan jumlah 19 jentik, dan yang paling terendah terdapat pada ovitrap yang tidak menggunakan atraktan yang dijadikan sebagai kontrol dengan tidak ditemukannya satupun jentik yang terdapat didalamnya. Rata-rata jumlah jentik yang terdapat didalam ovitrap pada atraktan biji jinten 10% adalah 1,90 atau 2 jentik dalam waktu 2 minggu, pada atraktan gula pasir rataratanya adalah 1,10 atau 1 jentik yang didapat dalam kurun waktu 2 minggu selama penelitian. Dari nilai rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Rata-rata yang dikuadratkan 9,100 1,622 F hitung Sig. 5,610 0,009 jentik pada biji jinten 10% lebih banyak terdapat dari pada kontrol dan gula pasir. Nilai ( n) pada tabel 2 tersebut merupakan jumlah masing-masing ovitrap yang digunakan pada setiap kelompok, ovitrap yang menggunakan atraktan menggunakan 10 ovitrap pada masingmasing kelompok sehingga jumlah keseluruhan ovitrap yang digunakan adalah 30 ovitrap. Standar deviasi terendah terdapat pada kelompok kontrol yaitu 0,000 sementara standar deviasi tertinggi terdapat pada kelompok biji jinten 10% sebesar 1,912. Nilai ini menunjukkan bahwa atraktan biji jinten memiliki ketidakseragaman (variatif) dalam jumlah jentik yang didapat karena dengan standar error (tingkat signifikan) 0,605 semakin
6 Pengaruh Penggunaan Ovitrap dengan Menggunakan Atraktan Biji Jinten 36 besar nilai standar deviasi maka semakin besar pula tingkat ketidakseragaman data. Nilai minimum yang didapat antara ketiga kelompok sama yaitu 0 sedangkan nilai maksimum yang paling tinggi terdapat pada biji jinten 10% adalah 5. Sumber variasi merupakan kelompok yang akan dilihat perbedaannya baik antar kelompok maupun didalam kelompok itu sendiri, data yang dikuadratkan adalah jumlah jentik yang didapat dibagi dengan jumlah kelompok kemudian di kuadratkan baik antar kelompok maupun dalam kelompok. Nilai df adalah derajat kebebasan yang digunkan sebagai penentu dalam melihat F tabel p1= 2, dan p2= 27 Pada penelitian ini digunakan ovitrap yang berjumlah 30 ovitrap dengan masingmasing kelompok digunakan 10 ovitrap. Ovitrap tersebut ditempatkan pada 10 rumah yang ada di kawasan Kp. Keuramat, pada setiap rumah ditempatkan sebanyak 3 ovitrap yang berbeda dari masing-masing kelompok. Ovitrap tersebut diletakkan pada daerah yang tidak langsung terkena matahari ataupun di tempat-tempat yang gelap. Pada penelitian ini peneliti meletakkan ovitrap tersebut pada daerah luar dan dalam rumah seperti di dapur, di sudut luar rumah, di tempat yang banyak penumpukan barang dan di belakang mesin cuci. Ovitrap yang digunakan dilapisi pada confident interval 0,05. F hitung dengan warna agar didalam ovitrap terlihat adalah nilai F yang didapat dan gelap sehingga nyamuk tertarik untuk dibandingkan dengan nilai F tabel. Sig bertelur didalamnya. adalah nilai probabilitas yang disimbolkan Hasil penelitian Sayono (2008), dengan p value yang merupakan tingkat Ho ditolak atau diterima. Dari tabel Anova (Tabel 3) dapat diketahui bahwa F hitung 5,610 dengan signifikan 0,009. Sedangkan untuk F tabel pada tingkat signifikan 0,05 adalah 3,354. kriteria pengujian yaitu H0 ditolak apabila F hitung > F tabel karena F hitung > F tabel ( 5,610 > 3,354) dan nilai p value <0,05 (p=0,009<0,05) maka HO ditolak yang artinya ada pengaruh antara ovitrap yang dimodifikasi terhadap jumlah jentik yang terdapat didalamnya. tentang penggunaan lethal ovitrap (LO) yang dimodifikasi menggunakan atraktan air rendaman jerami, air rendaman udang, dan air hujan di Kota Semarang. Dari hasil penelitian didapatkan nyamuk Aedes yang terperangkap selama penelitian adalah ekor dengan sebaran ekor pada LO di luar rumah dan ekor di dalam rumah, menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,0001). Rerata mingguan nyamuk yang terperangkap per LO menurut jenis atraktan adalah 13,19 ekor pada LO berisi air rendaman udang, 4,20 ekor pada LO berisi air rendaman jerami dan 3,02 ekor
7 37 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, pada LO berisi air hujan, berbeda signifikan (p<0,0001). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ovitrap yang dimodifikasi dengan menggunakan berbagai macam atraktan, kontrol (air biasa), biji jinten 10%, gula pasir, memberi pengaruh terhadap keberadaan jumlah jentik Aedes Aegypty yang ada didalamnya. Rata-rata yang paling banyak terdapat pada ovitrap dengan atraktan biji jinten 10% berjumlah 2 jentik dalam waktu 2 minggu sedangkan pada kontrol tidak ditemukannya jentik disebabkan kurang tertariknya nyamuk untuk bertelur karena tidak terdapatnya atraktan sebagai daya tarik nyamuk untuk atau berasal dari nyamuk lain. Pada penelitian ini juga terdapat jentik dari nyamuk lain, namun peneliti hanya menghitung jentik nyamuk yang ciricirinya sesuai dengan sifat dan perilaku dari jentik Aedes Aegypty. Dari hasil uji Anova didapatkan hasil yang berbeda secara keseluruhan antar kelompok dan perlakuan ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara ovitrap yang dimodifikasi terhadap keberadaan jentik yang ada didalamnya dengan tingkat keyakinan 95% atau α=0,005. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diantara ketiga kelompok yang diberi perlakuan tersebut maka kelompok ovitrap dengan bertelur. Penelitian yang dilakukan selama 2 minggu ini dipantau selama 3 kali dalam 2 minggu atau berjarak 5 hari dari atraktan biji jinten 10% yang paling banyak membuat nyamuk tertarik untuk bertelur didalamnya. Dari segi biaya pantauan pertama untuk melihat dengan menggunakan atraktan tersebut keberadaan jentik yang ada didalamnya. Jentik nyamuk yang ada didalamnya diidentifikasi dengan cara melihat secara manual baik dari perilaku maupun sifat dari ciri-ciri jentik Aedes Aegypty yang maka atraktan biji jinten 10% yang paling efisien dan efektif, hal itu dapat dilihat dengan lebihnya zat atraktan tersebut setelah digunakan untuk 10 ovitrap pada penelitian ini. apabila dalam keadaan diam maka jentik KESIMPULAN akan tegak lurus posisinya didalamnya air, Penggunaan ovitrap yang dimodifikasi sedangkan saat air digoyangkan maka dengan menggunakan atraktan air jentik tersebut akan bergerak lincah atau rendaman biji jinten 10% dan gula pasir naik turun pada permukaan air. Pada dapat mempengaruhi tingkat jumlah jentik penelitian ini terdapat kelemahan atau yang didapat didalam ovitrap tersebut, kurang valid disebabkan tidak adanya tes penggunaan ovitrap yang dimodifikasi yang dilakukan di laboratorium untuk dengan menggunakan atraktan gula pasir melihat keabsahan dari jentik tersebut dapat mempengaruhi tingkat jumlah jentik apakah berasal dari nyamuk Aedes agypti
8 Pengaruh Penggunaan Ovitrap dengan Menggunakan Atraktan Biji Jinten 38 yang didapat didalam ovitrap tersebut dengan jumlah jentik yang didapat sebanyak 19 jentik dengan rata-rata di dapat 1 jentik dalam waktu 2 minggu, dan Penggunaan ovitrap yang paling banyak terdapat jentik didalamnya adalah ovitrap dengan menggunakan atraktan biji jinten 10%. SARAN Disarankan pada peneliti selanjutnya agar menggunakan ovitrap dengan desain yang berbeda untuk melihat perbandingan jumlah jentik yang didapat, seperti desain dengan menggunakan kaleng susu bekas dan kawat kasa pada bagian dalamnya dan diharapkan sebaiknya penelitian ini dilakukan pada saat musim penghujan dimana pada musim tersebut nyamuk lebih banyak untuk bertelur. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Muhammadiyah Banda Aceh yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian, Geucik Gampong Keuramat yang membantu menyediakan Lahan penelitian. Terima kasih kami ucapkan juga kepada Direktur Politeknik Kesehatan kementerian Kesehatan Aceh dan semua pihak yang turut membantu kelancaran penelitian ini. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan imbalan dari Yang Maka Kuasa. DAFTAR PUSTAKA Kardinan, Agus, Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk, Cet. ke-9. Jakarta Selatan: Agromedia Pustaka, Chandra, Budiman, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, Satari, dkk., Demam Berdarah (Perawatan di Rumah dan Rumah Sakit), Jakarta: Puspa Swara, Profil Kesehatan Aceh 2010, Banda Aceh: Dinas Kesehatan Aceh, Rimanews, Penderita DBD di Indonesia Ternyata Tertinggi di ASEAN, Depkes RI, Ditjen PPM&PL, Jakarta: 2011 Profil Kesehatan Aceh 2011, Banda Aceh: Dinas Kesehatan Aceh, 2011.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit disebabkan oleh virus dengue. [1] Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan aegypti dan albopictus. [1] Nyamuk ini bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN T 2 T 3 T 4. : observasi pada perlakuan air rendaman cabai merah segar 10%
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan desain after only with control design. Banyaknya perlakuan dalam penelitian ini adalah 4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
daerah. 3 Selama 40 tahun terakhir, zat kimia telah banyak digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung
Lebih terperinciSTUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan
STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO Tri Puji Kurniawan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropis di seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang lebih dikenal dengan singkatan DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan merupakan vector borne disease
Lebih terperinciFAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012 I Gusti Putu Anom Surya 1, I Ketut Aryana 2, I Wayan Jana 3 Abstract:
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I
0 HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun
Lebih terperincimasyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad, penyakit Demam Berdarah Dengue dianggap sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) dan dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciPenyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah sub tropis dan tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang harus lebih mengutamakan upaya promotif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
Lebih terperinciANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY
85 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 85 93 ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY TERHADAP KASUS DBD DI LHONG RAYA KECAMATAN BANDA RAYA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014 ANALYSIS
Lebih terperinciKata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado
HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010
Lebih terperinciHUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI
HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Dhina Sari dan Sri Darnoto Program Studi Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari
Lebih terperinciEFEKTIFITAS KOTAK PERANGKAP NYAMUK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedesaegypti
EFEKTIFITAS KOTAK PERANGKAP NYAMUK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedesaegypti Aienieng Nurahayati 1, Sayono 1 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar belakang: Kelurahan
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini
BAB l PENDAHULUAN A. Pendahuluan Nyamuk sering dikaitkan dengan masalah kesehatan karena gigitan nyamuk tidak hanya menimbulkan gatal saja tetapi beberapa spesies nyamuk juga dapat menularkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. O1 X 0 O k : Observasi awal/pretest sebanyak 3 kali dalam 3minggu berturut-turut
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimen quasi. Tujuannya untuk menurunkan populasi jentik Aedes sp didalam dan diluar rumah.
Lebih terperinciPromotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.
BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental quasi dengan rancangan penelitian Postes dengan kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropisdan sub tropis, dan menjangkit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus Flavivirus, virus RNA dari keluarga Flaviviridae yang dapat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kini telah menjadi endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu kejadian luar biasa
Lebih terperinciPENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015
PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty
PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty Suprapto Abstrak Penyakit demam berdarah dangue adalah salah satu penyakit yang paling menonjol di Indonesia yang disebarkan oleh gigitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di negara yang sedang berkembang, khususnya Indonesia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciHUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I
HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciUJI KERENTANAN NYAMUK AEDES SP. TERHADAP FOGGING INSEKTISIDA MALATHION 5% DI WILAYAH KOTA DENPASAR SEBAGAI DAERAH ENDEMIS DBD TAHUN 2016
UNIVERSITAS UDAYANA UJI KERENTANAN NYAMUK AEDES SP. TERHADAP FOGGING INSEKTISIDA MALATHION 5% DI WILAYAH KOTA DENPASAR SEBAGAI DAERAH ENDEMIS DBD TAHUN 2016 I WAYAN DARMA KUSUMA PROGRAM STUDI KESEHATAN
Lebih terperinciEFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III
EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciABSTRAK. EFEKTIVITAS LARVISIDA EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Aedes sp.
ABSTRAK EFEKTIVITAS LARVISIDA EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Aedes sp. Jericho Immanuela O., 2016; Pembimbing I : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing II : Kartika
Lebih terperinciABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI
ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI Wilma Angela, 2009, Pembimbing I : Meilinah Hidayat,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra.,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang tinggi dan dalam waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengeu Hemorragic Fever (DHF) saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderita penyakit DBD cenderung meningkat dari tahun ke
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Kartika 26
ANALISIS PERBEDAAN PENGGUNAAN OVITRAP JENIS TUTUP DATAR DAN OVITRAP JENIS TUTUP LENGKUNG DALAM EFEKTIFITAS SEBAGAI PERANGKAP TELUR NYAMUK AEDES SP. DI PERUMAHAN BAROS KELURAHAN BAROS KOTA SUKABUMI Achmad
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama.
Lebih terperinciPREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay
PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN 2012-2014 Ronald Imanuel Ottay *Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Abstrak Manado
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini banyak menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena perjalanan penyakit
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health Organization (WHO) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebaranya semakin
Lebih terperinciPERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE
Yunita K.R. dan Soedjajadi K., Perilaku 3M, Abatisasi PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE 3M Behavior, Abatitation, Aedes aegypti Larva
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya sampai saat ini masih tetap menjadi salah satu penyakit menular yang berisiko menyebabkan tingginya angka kesakitan serta masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI
ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI Evelyn Susanty Siahaan, 2009 Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS.,
Lebih terperinciEFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun
Lebih terperinciSARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai derajat
Lebih terperinciUji Kefektifan Atraktan oryza sativa, capsicum annum, trachisperum roxburgianum pada Trapping nyamuk Aedes Aegypti
Uji Kefektifan Atraktan oryza sativa, capsicum annum, trachisperum roxburgianum pada Trapping nyamuk Aedes Aegypti Siti Rahayu, Whawan Bayu A, Destie Nur Lailly V, M. Adib Mubarok Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciDemam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak
Lebih terperinciANALISIS SPASIAL KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MANADO TAHUN Daniel A. Mangole*, Angela F. C. Kalesaran*, Budi T.
ANALISIS SPASIAL KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MANADO TAHUN 2014-2016 Daniel A. Mangole*, Angela F. C. Kalesaran*, Budi T. Ratag* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh vektor masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukan Asia menempati urutan
Lebih terperinciBAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui
1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama bertahun-tahun penyakit Demam Berdarah Dengue telah menjadi masalah yang serius di negara-negara beriklim tropis termasuk di Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada tahun 2001, wabah demam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan serangga yang sering mengganggu kehidupan manusia. Selain itu nyamuk juga dapat menyebarkan Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) Filariasis. Didaerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERAN SERTA KADER KESEHATAN DAN PEMERINTAH DESA DENGAN UPAYA PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 Skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005
ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 Oleh: TH.Tedy B.S.,S.K.M.,M.Kes. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No.23
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah satunya adalah musim penghujan. Pada setiap musim penghujan datang akan mengakibatkan banyak genangan
Lebih terperinciABSTRAK. EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP Aedes sp. SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE
ABSTRAK EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP Aedes sp. SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Selly Laurencia Rudolfo, 2014 ; Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc.
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WARGA KECAMATAN ARCAMANIK PROVINSI JAWA BARAT MENGENAI VEKTOR DBD DAN CARA PEMBERANTASANNYA TAHUN 2012-2013 Indra Bayu, 2013; Pembimbing I : Dr. Felix
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia yang disebutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sehat,
Lebih terperinciPERBEDAAN PENGETAHUAN PEMANTAUAN JENTIK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN (Studi Pada Siswa Kelas V SDN Karsamenak Kota Tasikmalaya Tahun 2017)
PERBEDAAN PENGETAHUAN PEMANTAUAN JENTIK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN (Studi Pada Siswa Kelas V SDN Karsamenak Kota Tasikmalaya Tahun 2017) Ilham Nasrulloh 134101112 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: DBD, Efek Spasial, Spatial Autoregressive (SAR).
Judul Nama Pembimbing : Pemodelan Penyebaran Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Denpasar dengan Metode Spatial Autoregressive (SAR) : Ni Made Surya Jayanti : 1. I Wayan Sumarjaya, S.Si., M.Stats.
Lebih terperinciARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KELUARGA TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TLOGOSARI WETAN KOTA SEMARANG ASSOSIATION
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SISWA PEMANTAU JENTIK DENGAN HOUSE INDEX DAN CONTAINER INDEX LARVA NYAMUK Aedes sp.
HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SISWA PEMANTAU JENTIK DENGAN HOUSE INDEX DAN CONTAINER INDEX LARVA NYAMUK Aedes sp. *Andreas Woitila Sukur, **Florentina Sustini, ***Subagyo Yotopranoto *STIKES William Booth,
Lebih terperinciSkripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN KEPALA KELUARGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA GONDANG TANI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG KABUPATEN SRAGEN Skripsi ini Disusun
Lebih terperinciIQBAL OCTARI PURBA /IKM
PENGARUH KEBERADAAN JENTIK, PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2014 TESIS OLEH IQBAL OCTARI
Lebih terperinciPREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.
PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : FATHIRAH AINA BT. ZUBIR NIM : 070100405 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciHubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang
Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang Nafifah Rahmayanti, Nur Endah Wahyuningsih, Resa Ana Dina Bagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kasus DBD di Indonesia pertama
Lebih terperinciFAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)
Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 2 Tahun 2016 FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT The objective of the study was to analyze the relationship
Lebih terperinci