PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PETERNAKAN TERKAIT PERUBAHAN IKLIM: TEKNOLOGI MITIGASI GAS METAN ENTERIK PADA TERNAK RUMINANSIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PETERNAKAN TERKAIT PERUBAHAN IKLIM: TEKNOLOGI MITIGASI GAS METAN ENTERIK PADA TERNAK RUMINANSIA"

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PETERNAKAN TERKAIT PERUBAHAN IKLIM: TEKNOLOGI MITIGASI GAS METAN ENTERIK PADA TERNAK RUMINANSIA (Development of Livestock Technology Related to Climate Change: Mitigation Technology for Enteric Methane on Ruminant) AMLIUS THALIB Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor ABSTRACT The main gases emissions causing the greenhouse effect on agricultural activities are CO 2, CH 4 and N 2 O. Methane is a typical greenhouse gas (GHG) emitted by livestock and about 90% of the livestock methane emission was contributed by ruminants. Contribution of livestock in national GHG emissions only about 1.2%, but globally livestock activities contributed about 12% of global greenhouse gas emissions. The significant and drastic increased concentrations of greenhouse gases would cause global warming. It is predicted that global warming will increase the global average temperatures between 1.8 to 4.0 C in the year Production of gases having a greenhouse effect should be reduced through appropriate mitigation technology, but the mitigation efforts on agricultural sector should always be guided by the policy of national food security. Reduction technology of enteric methane has been widely carried out through a nutritional approachs with the aspects of management and manipulation of rumen ecosystem. This paper describes the various technologies that have been developed to reduce enteric methane production. The application of technology decreasing methane production in ruminant cause the improved animal performance and improve maintenance efficiency. Enteric methane emissions in the buffalo is assumed to be lower than cattle if both are given the same feed. Key Words: Methane, Greenhouse Gas, Global Warming, Ruminants ABSTRAK Emisi gas-gas yang menimbulkan efek rumah kaca dari hasil kegiatan pertanian terutama adalah CO 2, CH 4 dan N 2 O. Gas metan merupakan tipikal emisi gas rumah kaca (GRK) pada komoditas peternakan dan sekitar 90% dari emisi metan ternak dikontribusi oleh ruminansia. Kontribusi emisi GRK subsektor peternakan secara nasional hanya sekitar 1,2%, namun secara global aktivitas peternakan memberikan kontribusi sebesar 12% dari emisi gas rumah kaca global. Peningkatan konsentrasi GRK secara nyata dan drastis akan menyebabkan terjadi pemanasan global. Diprediksi bahwa pemanasan global menyebabkan temperatur rata-rata dunia akan naik antara 1,8 4,0 C pada tahun Produksi gas-gas yang mempunyai efek rumah kaca harus dapat ditekan melalui upaya mitigasi yang tepat, namun untuk sektor pertanian upaya mitigasi harus selalu berpedoman kepada kebijakan kecukupan pangan nasional. Teknologi penurunan produksi metan enterik telah banyak dilakukan melalui pendekatan aspek manajemen nutrisional dan manipulasi ekosistem rumen. Makalah ini menjelaskan berbagai teknologi yang telah dikembangkan untuk mengurangi produksi gas metan enterik. Penerapan teknologi penurunan produksi gas metan pada sistem pemberian pakan ternak ruminansia menyebabkan performans ternak dan efisiensi pemeliharaan meningkat. Emisi metan enterik pada kerbau diasumsikan lebih rendah daripada sapi bila keduanya diberikan pakan yang sama. Kata Kunci: Metan, Gas Rumah Kaca, Pemanasan Global, Ruminansia 39

2 EMISI GAS RUMAH KACA PADA KOMODITAS TERNAK Efek yang ditimbulkan oleh molekulmolekul gas atmosfir yang terdapat di lapisan troposfir mempunyai peranan penting dalam memelihara suhu udara bumi agar relatif stabil dengan suhu rata-rata yang ditimbulkan mengikuti pola iklim pada area geografis setempat. Namun bila terjadi peningkatan konsentrasi gas-gas dilapisan troposfir (gas rumah kaca: GRK) secara nyata dan drastis akan menyebabkan terjadinya pemanasan global. Diprediksi bahwa pemanasan global menyebabkan temperatur rata-rata dunia akan naik antara 1,8 4,0 C pada tahun 2100 (IPCC, 2007). Peningkatan drastis konsentrasi GRK telah terjadi dalam kurun waktu 250 tahun dan berbagai dampak ekstrim yang ditimbulkan sangat terasa dalam beberapa dekade terakhir. Penyebab terjadinya peningkatan konsentrasi GRK atmosfir dapat bersumber dari proses alami seperti sebagai akibat aktivitas kimiawi di alam baik dalam kegiatan biologis maupun dalam bentuk proses alam lainnya (natural sources), dan dari akibat aktivitas manusia (anthropogenic). Dibandingkan dengan era praindustri (tahun 1750), maka konsentrasi GRK saat ini mengalami peningkatan secara signifikan, yakni masing-masing mengalami kenaikan konsentrasi untuk CO 2 sebesar 34%, CH 4 sebesar 152% dan N 2 O sebesar 18%, dimana CH 4 mengalami peningkatan konsentrasi yang tertinggi. Dalam jumlah mol yang sama, gas metan mempunyai efek rumah kaca yang lebih besar dibandingkan dengan gas CO 2 karena daya menangkap panas CH 4 : 25 CO 2 (VLAMING, 2008). Memasuki era industri, muncul gas chlorofluorocarbon (CFC) yang berpotensi sebagai penyebab penipisan lapisan ozone (PIDWIRNY, 2007). Emisi GRK global kumulatif dalam masa 50 tahun diperlihatkan pada Tabel 1. Secara kumulatif dalam masa 50 tahun yang tanpa disertai Land-Use Change and Forestry (LUCF), Indonesia berada di luar 20 top emitter (HARYANTO dan THALIB, 2009), namun bila disertai dengan LUCF Indonesia menjadi peringkat ke 5 dunia sebagai emitter GRK. Peningkatan signifikan nilai kumulatif emisi GRK di Indonesia terjadi disebabkan karena disertai proses LUCF secara tidak terkendali sejak 3 4 dekade terakhir. Sehingga Indonesia sebagai emitter GRK menempati peringkat ke 4 pada tahun 2000 (Tabel 1). Emisi GRK secara nasional dalam masa 5 tahun berikutnya (HARYANTO dan THALIB, 2009) diperlihatkan pada Gambar l. Emisi GRK di sektor pertanian relatif tetap pada posisi nomor dua terendah dari seluruh sektor dengan laju peningkatan 1,1% per tahun. Laju peningkatan emisi GRK di sektor lain, energi, industri dan limbah berturut-turut 5,7 ; 2,6 dan 1,2% per tahun. LUCF dan kebakaran tanah gambut (peat fire) berfluktuatif dimana emisinya ekstrim tinggi pada tahun 2002, dan dengan demikian total emisi nasional dengan dan tanpa LUCF juga ekstrim tinggi pada tahun Posisi Indonesia sebetulnya bisa tidak termasuk dalam 20 top emitter bila penanganan LUCF terkendali dengan baik. Tabel 1. Emisi gas rumah kaca (GRK) global/dunia (dalam juta ton CO 2 eq)* Kumulatif emisi GRK dalam 50 tahun ( ) Tanpa LUCF Dengan LUCF Emisi GRK tahun 2000dengan LUCF (Indonesia ranking ke 21) (Indonesia ranking ke-5) (Indonesia ranking ke 4) LUCF: Land Use Change and Forestry Sumber: WALSER (2008) dalam HARYANTO dan THALIB (2009) 40

3 7000 (Juta ton CO-e) Total w LUCF Total t LUCF Peat fire LUCF Limbah Pertanian Industri Energi Tahun LUCF: Land-Use Change and Forestry Gambar 1. Emisi nasional GRK Sumber: MOE (2009); VAN DER WERF et al. (2007) dan VAN DER WERF et al. (2008) dikutip dalam HARYANTO dan THALIB (2009) Bagi dunia pertanian, perubahan cuaca dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola bertani karena adanya pergeseran iklim, terutama curah hujan, angin dan intensitasnya. Pemanasan global dapat menyebabkan mencairnya lapisan es dari kutub utara maupun kutub selatan. Dengan demikian akan terjadi peningkatan volume air laut yang berdampak pada meningkatnya permukaan laut tersebut. Pemanasan global juga menyebabkan lebih intensifnya penguapan dari permukaan bumi sehingga suhu lingkungan menjadi lebih tinggi dan produksi uap H 2 O meningkat. Apabila pemanasan tersebut menyebabkan kebakaran hutan (massa organik) maka akan mengakibatkan adanya peningkatan produksi gas CO 2 ke udara dan seterusnya. Oleh karena itu, produksi gas-gas yang mempunyai efek rumah kaca harus dapat ditekan melalui upaya mitigasi yang tepat. Kegiatan pertanian memberikan kontribusi emisi GRK sekitar 5 7% dari emisi GRK nasional, dan uraian masing-masing kegiatan pertanian yang memberikan kontribusi terhadap emisi nasional GRK seperti diperlihatkan pada Tabel 2 (KP3I Litbangtan, 2008, unpublished). Dengan demikian kontribusi emisi GRK subsektor peternakan secara nasional hanya sekitar 1,2%, namun secara global aktivitas peternakan dunia memberikan kontribusi sebesar 12% dari emisi global (DOURMAD et al., 2008). Tabel 2. Emisi nasional GRK pada sektor pertanian (dalam juta ton CO 2 eq) tahun 2007 Sumber emisi CO 2 eq* (juta ton) Komposisi (%) Padi/sawah 53,84 60,8 Ternak 21,32 24,1 Tanah pertanian 3,27 3,7 Pembakaran massa organik 10,1 11,4 Total 88, *) Perhitungan dengan metode IPCC 2006 Emisi GRK dari hasil kegiatan pertanian terutama adalah CO 2, CH 4 dan N 2 O. Gas CH 4 41

4 merupakan tipikal emisi GRK pada komoditas peternakan. Hasil inventory emisi gas CH 4 pada komoditas peternakan dengan menggunakan metode IPCC 2006 Tier-1 menunjukkan jumlah yang relatif stabil untuk masa 10 tahun ( ) yaitu berada dalam kisaran Gg CH 4 /tahun, dan sekitar 90% dari jumlah ini berasal dari ternak ruminansia (Gambar 2) dengan urutan komposisi: sapi potong (65,1%), kerbau (15,3%), kambing (9,3%), domba (6,1%) dan sapi perah (4,2%) (KP3I Litbangtan, 2008, unpublished). Dalam emisi GRK nasional yang sangat fluktuatif pada kisaran juta ton 2 e (Gambar 1), kontribusi hewan ternak berkisar 0,92 1,77%. Dengan menggunakan metode IPCC-Tier-1, emisi gas metan pada komoditas ternak hanya ditentukan oleh angka populasi. Komposisi per regional antar pulau seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3. Emisi gas metan tertinggi pada ternak berada di pulau Jawa dan diikuti oleh pulau Sumatera. Kedua pulau ini menyumbang emisi gas metan sekitar 70% dari emisi GRK nasional. Oleh sebab itu, pengembangan sistem produksi ternak yang rendah emisi disarankan untuk lebih diprioritaskan di kedua daerah pulau ini. 42

5 MITIGASI DAN STRATEGI PEMBERIAN PAKAN YANG RENDAH EMISI METAN Berbagai teknologi untuk menurunkan produksi gas metan enterik telah banyak dilakukan, antara lain dengan pendekatan manajemen pemberian pakan, manajemen penggunaan bahan pakan (rumput budidaya, leguminosa, konsentrat, hasil sampingan pertanian/perkebunan yang dapat dijadikan sumber protein dan energi) dan manipulasi rumen. Peningkatan nilai DMD/OMD hijauan dapat menurunkan produksi gas metan persatuan DMI pada domba (ULYAT et al., 2005). Produksi CH 4 yang ekivalen dengan kehilangan 4,5 5,3% GEI sapi perah pada musim semi meningkat menjadi ekivalen dengan kehilangan 6 7% GEI di musim kemarau (ROBERSTON dan WAGHORN, 2002). Hal ini disebabkan karena kualitas gizi rumput di musim semi lebih baik daripada di musim kemarau. Penggunaan rasio komposisi konsentrat/rumput yang tinggi akan menurunkan rasio asetat/propionat dan produksi CH 4. Kehilangan energi sebagai CH 4 pada ransum berbasis rumput ekivalen dengan sekitar 6 7% GEI dan pada ransum berbasis konsentrat ekivalen dengan sekitar 2 3% GEI (MONTENY et al., 2006). Produksi CH 4 enterik dapat turun hingga 20% dengan penggunaan 25% level karbohidrat non-struktural dalam ransum (VAN SOEST, 1982). Peningkatan porsi legum dalam ransum rumput dapat menurunkan produksi CH 4 enterik sebesar 10 hingga 16% (MCCAUGHEY et al., 1999; LEE et al., 2004). Ransum campuran Ryegrass dan C. Clover (70 : 30)% menghasilkan penurunan produksi CH 4 enterik sebesar 17 24% dibandingkan dengan 100% Ryegrass (BEUCHEMIN et al., 2008). Beberapa macam bahan yang dapat menjadi campuran ransum ternak ruminansia berupa hasil sampingan dan limbah yang juga berpotensi untuk dapat meningkatkan efisiensi produksi dan menurunkan emisi gas metan enterik, antara lain adalah ampas tahu, bungkil biji sawit, dedak halus, bungkil biji kapuk dan polard. Semua contoh bahan ini mempunyai nilai gizi yang bagus, dimana nilai TDN nya cukup hingga tinggi dengan kandungan protein cukup hingga tinggi. Peningkatan efisiensi produksi ternak ruminansia dan penurunan produksi gas metan enterik dengan cara menghambat/menurunkan laju metanogenesis melalui manipulasi rumen juga telah banyak dilaporkan. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan proses defaunasi (menekan/menurunkan populasi protozoa rumen), menggunakan aditif pengguna hidrogen/dan atau hydrogen sinks/akseptor elektron, menggunakan aditif methane derivatives, antibiotik dan vaksin. Berbagai jenis feed additives telah dilaporkan dapat menghambat metanogenesis secara efektif dengan beberapa tipe mekanisme, antara lain senyawa-senyawa derivat metan (BOCCAZZI dan PATTERSON, 1995; MILLER dan WOLIN, 2001); asam-asam lemak berantai panjang tidak jenuh (FIEVES et al., 2003; THALIB, 2004a; MACHEMULLER, 2006); ion ferri dan ion sulfat (OBASHI et al., 1995; THALIB, 2004a); dan senyawa saponin (JOUANY, 1991; THALIB, 2004a). Studi in vitro fermentasi substrat, menunjukkan defaunator (bahan aktif saponin dari buah lerak) dengan dan tanpa ekstraksi dapat menurunkan produksi CH 4 masingmasing sebesar 31 dan 21%; Fe 3+ dan SO 4 2- masing-masing menurunkan produksi CH 4 sebesar 22 dan 10%; PUFA menurunkan produksi CH 4 sebesar 11% (THALIB, 2004a). Isolat bakteri asetogenik dari rumen rusa yang telah teridentifikasi (A.noterae dan A.woodii) juga telah dilaporkan (THALIB, 2008a) dapat menurunkan produksi gas metan enterik sebesar 11,6% (sediaan noterae, in vitro) dan 9,4% (sediaan woodii, in vitro) dan daya inhibisi metanogenesis kedua sediaan meningkat bila dikombinasikan dengan defaunator (Aksapon SR dan defaunator lainnya) yaitu berturut-turut menjadi 28,8% dan 20,6%. Studi in vivo dengan menggunakan Mix feed additive yang merupakan campuran dari beberapa komponen dengan multi fungsi yakni terdiri dari komponen-komponen yang berperan sebagai defaunator, inhibitor metanogenesis, faktor pertumbuhan bakteri dan pemacu pencernaan serat, bakteri asetogenik dan pengguna hidrogen lainnya telah dilaporkan efektif untuk meningkatkan produktivitas ternak domba yang rendah emisi metan (THALIB et al., 2008), yakni meningkatkan ADG ternak domba sebesar 43

6 45% dengan perbaikan efisiensi pakan sebesar 17%, menurunkan produksi metan enterik sebesar 23%. Produk Mix Feed Additive ini dinamakan complete rumen modifier (CRM). Komponen utama dari formula CRM adalah buah lerak (sapindus rarak) dalam bentuk sediaan ekstrak maupun sediaan yang digiling langsung. Secara tunggal pemberian buah sapindus rarak dilaporkan dapat meningkatkan ADG domba sebesar 44% dengan perbaikan FCR sebesar 20% (THALIB et al., 1996) dan menurunkan produksi metan enterik sebesar 21% (THALIB, 2004a). Penggunaan ekstrak kasar sapindus rarak juga telah dilaporkan oleh WINA et al. (2005) bahwa terjadi kenaikan ADG domba sebesar 40% dan penggunaan pada sapi dilaporkan meningkatkan ADG sebesar 20% (ASTUTI et al., 2007). Penggunaan CRM pada ransum domba, kambing perah dan sapi perah pada studi pemantapan peranan CRM sebagai komponen pakan imbuhan untuk menurunkan produksi metan enterik dan perbaikan performans ternak ruminansia diperlihatkan pada Tabel 3. Tidak terlihat tanda-tanda/gejala adanya efek negatif penggunaan aditif CRM selama masa beberapa tahun percobaan in vivo. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Balitnak (Tabel 3) dan dalam penelitian-penelitian lainnya bahwa penurunan produksi CH 4 enterik yang menyebabkan terjadi perbaikan produktivitas dan efisiensi pada ternak ruminansia sejalan dengan yang didapat oleh laporan-laporan penelitian negara-negara luar lainnya. Hal ini menjadi sejalan dari sisi tujuan pengembangan usaha ternak, khususnya ruminansia, yang efisien dan ramah lingkungan, dan hal ini tentu akan memberikan efek positif bagi kalangan peternak/pengguna dalam merespon program mitigasi CH 4 enterik. Namun pelaksanaannya secara nasional masih banyak kendala terutama ditingkat petani/peternak rakyat dikarenakan skala pemilikan yang hanya 1 3 ekor sapi/keluarga, sehingga adopsi teknologi juga masih sangat rendah, pada hal lebih dari 90% populasi ternak ruminansia berada di tangan petani/peternak rakyat. SAR et al. (2004) melaporkan bahwa nitrat dapat berperan sebagai akseptor elektron yang cukup kuat untuk menekan produksi CH 4. Namun bersifat toxic terhadap fungsi haemoglobin. Senyawa kompleks bromochloromethane dengan α-cyclodextrin, dapat menurunkan laju produksi CH 4 (0,25 ml/menit vs 205 ml/menit), menurunkan rasio C2/C3 (14%), dan juga menurunkan DMI (8 10%), namun tidak ada pengaruh terhadap ADG selama masa percobaan (MCCRABB et al., 1997). α-bromoethanesulfonic (BES) menunjukan inhibitor yang sangat efektif yakni dapat menurunkan emisi CH 4 dari 3,9% menjadi 0,6% GEI langsung setelah beberapa saat diberikan pada ternak, namun hanya dalam waktu 4 hari pemberian, mikroba telah mampu beradaptasi dengan senyawa tersebut (MATHISON et al., 1998). Antibiotik (seperti ionophore) juga efektif digunakan untuk menurunkan produksi CH 4, yakni dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas hewan ternak sekitar 8% (MOSS et al., 2000). Domba dengan pakan hijauan segar yang diberi monensin 15 mg/hari, dapat menurunkan produksi CH 4 sebesar 33% (SWAINSON et al., in VLAMING, 2008). Namun antibiotik memiliki kelemahan, yaitu dapat menimbulkan efek Tabel 3. Studi in vivo: daya aktivitas CRM terhadap penurunan produksi CH 4 enterik dan perbaikan performans ternak Inhibitor metanogenesis Penurunan CH 4 enterik Peningkatan ADG Perbaikan FCR/Lemak susu Keterangan CRM 22% 43 47% 18% Pada domba (THALIB et al., 2010) CRM 17 22% 30% 18% CRM 14% 12% CRM 41% 67 97% 25% Pada domba, Chamber method (THALIB et al., 2011) Pada sapi perah. (THALIB et al., 2011) Pada kambing PE (SUKMAWATI, Thesis, Fapet, IPB. 2010) 44

7 resisten terhadap mikroba (metanogen), sehingga tidak efektif untuk waktu lama. Suatu penelitian yang baru dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir yaitu dengan pendekatan vaksinasi untuk melemahkan metanogen pada ternak ruminansia. Cara ini sangat menguntungkan bila berhasil mendapatkan vaksin yang efektif menstimulasi hewan ruminansia untuk menghasilkan antibodi nya guna melawan metanogen. Peneltian yang sedang berjalan menunjukan bahwa Cassapon (produk Balitnak, Puslitbang Peternakan, Badan Litbang Pertanian) dan FBS (produk Fapet IPB) masing-masing dapat digunakan sebagai pakan suplemen untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi dan menurunkan produksi gas metan enterik. Kedua produk ini memperlihatkan pengaruh yang lebih baik lagi bila dikombinasikan. Karena cara penggunaannya mudah maka petani/peternak dapat menerima teknologi ini, namun dari aspek ekonomi belum dilakukan pengkajian. Pemberian FBS dan Cassapon efektif miningkatkan pertambahan bobot badan sapi potong walaupun dalam kondisi pakan yang relatif rendah. Peningkatan ini disebabkan terjadi peningkatan efesiensi penggunaan pakan yang pada akhirnya menurunkan emisi gas metan enterik (KP3I LITBANGTAN, 2010, unpublished). PERBEDAAN EKOSISTEM RUMEN ANTARA KERBAU DAN SAPI Studi in vivo yang terkait dengan pengamatan penurunan produksi gas metan enterik kebanyakan dilakukan pada ternak domba, sapi potong dan sapi perah, sedangkan laporan pada kerbau sangat jarang. Besarnya produksi gas metan enterik pada hewan ruminansia terutama ditentukan oleh tingkat daya cerna dan efisiensi penggunaan pakan. Sudah lama dilaporkan bahwa kerbau (Bubalus bubalis) lebih superior daripada lembu (Bos indicus) maupun sapi European cattle (Bos taurus) dalam hal kemampuan mencerna selulosa (ICHHPONANI et al., in VLAMING, 2008) dan mencerna bahan kering dan serat kasar (RAGHOVAN et al., in VLAMING, 2008; JOHNSON et al., in VLAMING, 2008). Hal ini berkaitan dengan perbedaan kinerja dan ekosistem rumen antara kerbau dan sapi. Dalam beberapa studi memperlihatkan bahwa secara umum terdapat perbedaan kondisi rumen antara kerbau dan sapi (Tabel 4). Tabel 4. Performans rumen kerbau versus rumen sapi Parameter Kinerja dan ekosistem rumen Kerbau Sapi Literatur Bacteria tc (10 9 /ml RF) 25,5 21,88 PANT dan ROY (1970) Protozoa (10 4 /ml RF) 21,29 21,66 KENNEDY et al. (1992) Oscillospira (10 5 /ml RF) 10,46 0,56 FRANZOLIN et al. (2010) NH3-N (mg/100 ml) 10,33 23,80 6,96 14,51 DMI (g DM/kg BW/day) 19,8 16,2 KENNEDY et al. (1992) Dig.cotton wool (% in 24 hr) 43,9 31,2 FRANZOLIN et al. (2010) Outflow rate of rumen fluid (%/hr) 8,2 9,4 5,5 7,7 Large protozoa (105/ml RF) 0,13 0,65 C3/C2 0,24 0,23 DMI (g DM/kg0,75) 113,9 100,5 FRANZOLIN et al. (2010) Outflow rate of rumen fluid (%/hr) 9,4 7,7 Ciliata protozoa (10 5 /ml RF) 6,1 8,8 VFA (mm) 82,52 83,66 C2/C3 2,20 2,67 45

8 Populasi mikroba dalam rumen kerbau dan sapi, masing-masing untuk bakteri adalah 25, dan 21, per ml cairan rumen; Oscillospira adalah 10, dan 0, per ml cairan rumen; nitrogen NH 3 adalah 10,33 dan 6,96 mg/100 ml. Lebih tingginya kandungan N bakterial disertai jumlah oscillospira yang lebih tinggi dalam rumen kerbau diindikasikan sebagai faktor yang mendukung rumen kerbau untuk lebih mampu mensintesa protein (PANT dan ROY, 1970). Lebih lanjut telah dilaporkan perbedaan kinerja rumen antara kerbau dan sapi, masing-masing untuk DMI adalah 19,8 dan 16,2 g BK/kg BB/hari; laju alir fraksi cairan rumen adalah 8,2 dan 5,5%/jam; kandungan N adalah 238 dan 101 mg N/l; kecernaan cotton wool adalah 43,9 dan 31,2% dalam 24 jam; protozoa besar adalah 0, dan 0, per ml cairan rumen (KENNEDY et al., 1992). Adanya perbedaan 5 parameter ini yang diperlihatkan rumen kerbau dibandingkan rumen sapi diasumsikan sebagai faktor potensial bagi kerbau untuk berproduksi yang lebih efisien dengan emisi CH 4 enterik yang lebih rendah. Laporan terbaru juga menunjukkan keunggulan kinerja rumen kerbau Asia dibandingkan dengan rumen sapi berdasarkan pengamatan yang sama dengan yang sebelumnya, ditambah dengan adanya perbedaan nilai rasio asetat/propionat yang lebih rendah pada rumen kerbau (2,20 vs 2,67 pada sapi) (FRANZOLIN et al., 2010). Hal ini lebih memperkuat bahwa emisi metan enterik pada kerbau diasumsikan lebih rendah daripada sapi bila keduanya diberikan pakan yang sama. DAFTAR PUSTAKA. ASTUTI, D.A., E. WINA, B. HARYANTO dan S. SUHARTI Peningkatan Produksi dan Respon Kebal Sapi Potong Melalui Pakan Aditif Lerak (Sapindus Rarak De Candole) pada Pemberian Ransum Berbasis Jerami Padi. Laporan Penelitian KKP3T, Litbang Deptan-Institut Pertanian Bogor. BEAUCHEMIN, K.A., M. KREUZER, F. O MARA and T.A. MCALLISTER Nutritional management for enteric methane abatement: a review. Australian J. Experimental Agric. 48: BOCCAZI, P. and J.A. PATTERSON Potential for functional replacement of methanogenic bacteria by acetogenic bacteria in the rumen environment. IV th Intertnational Symposium on the Nutrition of Herbivores. September, 16 17,Clermont Ferrand, France. COMMUNICATION. Ministry of Environment and United Nation Development Program, Jakarta. DOURMAD, J.Y., C. RIGOLOT and H.V.D WERF Emission of greenhouse gas, developing management and animal farming system to assist mitigation. Proc. Livestock and Global Climate Change. ROWLINSON, P., M.STEELE and A. NEFZAOUI. Ed. Hammamet, Tunisia. Cambridge University Press. pp FIEVES,A., F. DOHME, M. DANEELS, K. RAES and D. DEMEYER Fish oil as potent rumen methane inhibitors and associated effects on rumen fermentation in vitro and in vivo. Anim. Feed Sci.Technol.104: FRANZOLIN, R., F.P. ROSALES and W.V.B. SOARES Effect of dietary energy and nitrogen supplements on rumen fermentation and protozoa population in buffalo and zebu cattle. Reviste Brasileira de Zootechnia, 39: HARYANTO, B. and A. THALIB Emission of methane from enteric fermentation: National contribution and factors affecting it in livestock. Wartazoa 19(4): IPCC Emission from Livestock and Manure Management. Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Ch.10. IPCC Summary for Policymakers. In Climate Change 2007: The Physical Science Basis. JOUANY, J.P Defaunation of the rumen. In: Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. JOUANY. J.P. Ed. INRA: KENNEDY, P.M., G.L.R. GORDON and J.P. HOGAN Nutrition comparisons between cattle and buffalo and implications for draught animal power, In: 6 th Asian-Australasian Association of Animal Productions Societies Congress November 1992, Bangkok, Thailand. ACIAR Proc. no. 46: LEE, J.M., S.L. WOODWARD, G.C. WAGHORN and D.A. CLARK Methane emissions by dairy cows fed increasing proportions of white clover (Tripolium repens) in pasture. Proc. the New Zealand Soc. Anim. Product. 66:

9 MACHEMULLER, A Medium-chain fatty acids and their potential to reduce methanogenesis in domestic ruminants. Agric. Ecosyst. Environ. 112: MATHISON, G.W., E.K. OKINE, T.A. MCALLISTER, Y. DONG, J.GALBRAITH and O.I.N. DMYTRUK Reducing methane emissions from ruminant animals. J. Applied Anim. Research 14: MCCAUGHEY, W.P., K. WITTENBERG and D. CORRIGAN Impact of pasture type on methane production by lactating beef cows. Can. J. Anim. Sci. 79: MCCRABB, G.J., K.T. BERGER, T. MAGNER, C. MAY and R.A. HUNTER Inhibiting methane production in Brahman cattle by dietary supplementation with a novel compound and the effects on growth. Aust. J. Agric. Res. 48: MOE, Technical Report: National Greenhouse Gas Inventory for the Second National. MOSS, A.R., J.P. JOUANY and J. NEWBOLD Methane production by ruminants: its contribution to global warming. Annales de Zootechnie 49: N.M.D. SUKMAWATI Produktivitas dan Emisi Metan pada Kambing Perah Peranakan Etawah yang Disuplementasi Kaliandra dan Complete Rumen Modifier (CRM). Tesis. Ilmu Nutrisi dan Pakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. OBASHI, Y., K. USHIDA, K. MIYASAKI and K. KOJIMA Effect of initial sulfate level on electron partition between methanogenesis and sulfate reduction in the rumen. Sattelite symposium of IV th International Symposium on the Nutrition of Herbivores. Clermont-Fd., France: 42. PANT, H.C. and A. ROY Studies on the rumen microbial activity of buffalo and zebu cattle. PIDWIRNY, M The Greenhouse Effect. Fundamentals of Physical Geography. als/7th.html. (4 Desember 2007). ROBERTSON, L.J. and G.C. WAGHORN Dairy industry perspectives on methane emissions and production from cattle fed pasture or total mixed rations in New Zealand. Proc. the New Zealand Soc. Anim. Prod. 62: SAR, C., B. SANTOSO, B. MWENYA, Y. GAMO, T. KOBAYASHI, R. MORIKAWA, K. KIMURA, H. MIZUKOSHI and J. TAKAHASHI Manipulation of rumen methanogenesis by the combination of nitrate with B 1 4 galactooligosacchrides or nisin in sheep. Anim. Feed Sci. Technol. 115: THALIB A, Y. WIDIAWATI, H. HAMID, D. SUHERMAN dan M. SABRANI The effects of saponin from Sapindus rarak fruit on rumen microbes and performance of sheep. JITV 2(17 20). THALIB, THALIB, A. dan Y. WIDIAWATI Efek pemberian bakteri Acetoanaerobium noterae terhadap performans dan produksi gas metana pada ternak domba. JITV 13(4): A. dan Y. WIDIAWATI. 2008b. Efek pemberian bakteri Acetoanaerobium noterae terhadap performans dan produksi gas metana pada ternak domba. JITV 13(4): THALIB, A. 2004a. Uji efektivitas saponin buah Sapindus rarak sebagai inhibitor metanogenesis Secara in vitro pada system pencernaan rumen. JITV, 9(3): THALIB, A. 2008a. Isolasi dan identifikasi bakteri asetogenik dari rumen rusa dan potensinya sebagai inhibitor metanogenesis. JITV 13(3): THALIB, A., P. SITUMORANG, I.W. MATHIUS, Y. WIDIAWATI and W. PUASTUTI Utilization of the complete rumen modifier on dairy cows. JITAA 36(2): THALIB, A., Y. WIDIAWATI, W. PUASTUTI and FIRSONI Use a chamber method to verify the effectiveness of a complete rumen modifier reducing the enteric methane on ruminants. Submitted. Proc. of 6 th Int. Symp. on Non-CO 2 Greenhouse Gas (in press). THALIB, A., Y. WIDIAWATI and B. HARYANTO Penggunaan complete rumen modifier ( CRM ) pada ternak domba yang diberi hijauan pakan berserat tinggi. JITV 15(2): THALIB, A., Y. WIDIAWATI dan H. HAMID. 2004b. Uji efektivitas isolat bakteri hasil isolasi mikroba rumen dengan media asetogen sebagai inhibitor metanogenesis. JITV 9(4): ULYATT, M.J., K.R. LASSEY, I.D. SHELTON and C.F. WALKER Methane emission from sheep grazing four pastures in late summer in New Zealand. New Zealand J. Agric. Res. 48:

10 VAN SOEST, P.J Nutritional Ecology of the Ruminant. O. and B. Books Inc. Corvallis, Oregon. VLAMING, J.B Quantifying Variation in Estimated Methane Emission from Ruminants Using the SF 6 Tracer Technique. A Thesis of Doctor of Phylosophy in Animal Science. Massey University, Palmerston North, New Zealand. WALSER, M.L Greenhouse gas emissions: perspective on the top 20 emitters and developed versus developing nations. In: Environmental Information Coalition, National Council for Science and the Environment, CUTLER J. CLEVELAND (Eds). Encyclopedia of Earth, April 4, WINA, E The Utilization of Sapindus Rarak DC Saponins to Improve Ruminant Production Through Rumen Manipulation. PhD. Thesis. University of Hohenheim, Germany. Verlag Grauer-Beuren, Stuttgart, 143 p. 48

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan di Indonesia sampai saat ini masih sering dihadapkan dengan berbagai masalah, salah satunya yaitu kurangnya ketersediaan pakan. Ketersediaan pakan khususnya

Lebih terperinci

Penggunaan Complete Rumen Modifier (CRM) pada Ternak Domba yang Diberi Hijauan Pakan Berserat Tinggi

Penggunaan Complete Rumen Modifier (CRM) pada Ternak Domba yang Diberi Hijauan Pakan Berserat Tinggi THALIB et al. Penggunaan complete rumen modifier (CRM) pada ternak domba yang diberi hijauan pakan berserat tinggi Penggunaan Complete Rumen Modifier (CRM) pada Ternak Domba yang Diberi Hijauan Pakan Berserat

Lebih terperinci

X. STRATEGI MITIGASI METANA ENTERIK DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMINANSIA

X. STRATEGI MITIGASI METANA ENTERIK DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMINANSIA X. STRATEGI MITIGASI METANA ENTERIK DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMINANSIA Mitigation Strategies of Enteric Methane in Improving Productivity of Ruminants Amlius Thalib Balai Penelitian Ternak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. vii

DAFTAR ISI. Halaman. vii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv I. PENGELOLAAN PAKAN SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI UNTUK MITIGASI GAS RUMAH KACA DARI TERNAK RUMINANSIA Yeni

Lebih terperinci

EMISI METANA DARI FERMENTASI ENTERIK: KONTRIBUSINYA SECARA NASIONAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA TERNAK

EMISI METANA DARI FERMENTASI ENTERIK: KONTRIBUSINYA SECARA NASIONAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA TERNAK EMISI METANA DARI FERMENTASI ENTERIK: KONTRIBUSINYA SECARA NASIONAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA TERNAK BUDI HARYANTO dan A. THALIB Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 (Makalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU DENGAN EMISI GAS METAN YANG RENDAH MELALUI PEMBERIAN RMK SEBAGAI IMBUHAN PADA RANSUM SAPI PERAH

PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU DENGAN EMISI GAS METAN YANG RENDAH MELALUI PEMBERIAN RMK SEBAGAI IMBUHAN PADA RANSUM SAPI PERAH PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU DENGAN EMISI GAS METAN YANG RENDAH MELALUI PEMBERIAN RMK SEBAGAI IMBUHAN PADA RANSUM SAPI PERAH (The Improvement on Milk Production and Quality with Low Emission

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PETERNAKAN SAPI POTONG BERWAWASAN LINGKUNGAN

TEKNOLOGI PETERNAKAN SAPI POTONG BERWAWASAN LINGKUNGAN WARTAZOA Vol. 18 No. 3 Th. 2008 TEKNOLOGI PETERNAKAN SAPI POTONG BERWAWASAN LINGKUNGAN ABDULLAH M. BAMUALIM 1, A. THALIB 2, Y.N. ANGGRAENI 3 dan MARIYONO 3 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Minyak daun cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh dengan menggunakan metode penyulingan (uap /steam). Minyak daun cengkeh berbentuk cair (oil) dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN LITERATUR. Metana diproduksi disaluran pencernaan ternak, sebesar 80-95% diproduksi di

II. TINJAUAN LITERATUR. Metana diproduksi disaluran pencernaan ternak, sebesar 80-95% diproduksi di II. TINJAUAN LITERATUR 1. Pembentukan Gas Metana Pada Ternak Ruminansia Metana diproduksi disaluran pencernaan ternak, sebesar 80-95% diproduksi di dalam rumen dan 5-20% dalam usus besar. Metana yang dihasilkan

Lebih terperinci

Profil Emisi Gas Rumah Kaca dari Sapi Potong di 34 Provinsi Menggunakan Metode Tier-2

Profil Emisi Gas Rumah Kaca dari Sapi Potong di 34 Provinsi Menggunakan Metode Tier-2 DOI: http://dx.doi.org/10.14334/pros.semnas.tpv-2017-p.280-291 Profil Emisi Gas Rumah Kaca dari Sapi Potong di 34 Provinsi Menggunakan Metode Tier-2 (Profile of Greenhouse Gas Emissions from Beef Cattle

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Pakan Fermentasi Parameter kualitas fisik pakan fermentasi dievaluasi dari tekstur, aroma, tingkat kontaminasi jamur dan tingkat keasaman (ph). Dari kedua bahan pakan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ransum Komplit Ransum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rumput gajah, konsentrat, tepung daun kembang sepatu, dan ampas teh. Rumput gajah diperoleh dari Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas ternak ruminansia sangat tergantung oleh ketersediaan nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan produktivitas ternak tersebut selama

Lebih terperinci

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO EVALUASI SUPLEMENTASI EKSTRAK LERAK (Sapindus rarak) TERHADAP POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO SKRIPSI ARISMA KURNIAWATI DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. Pemanfaatan limbah industri gula tebu sebagai pakan alternatif merupakan

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Keasaman (ph) Rumen Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara jenis ransum dengan taraf suplementasi asam fulvat. Faktor jenis ransum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

Uji Efektivitas Saponin Buah Sapindus rarak sebagai Inhibitor Metanogenesis secara In Vitro pada Sistem Pencernaan Rumen

Uji Efektivitas Saponin Buah Sapindus rarak sebagai Inhibitor Metanogenesis secara In Vitro pada Sistem Pencernaan Rumen THALIB: Uji efektivitas saponin buah Sapindus rarak sebagai inhibitor metanogenesis secara in vitro Uji Efektivitas Saponin Buah Sapindus rarak sebagai Inhibitor Metanogenesis secara In Vitro pada Sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Daun Kersen sebagai Pakan Peningkatan produksi daging lokal dengan mengandalkan peternakan rakyat menghadapi permasalahan dalam hal pakan. Pakan yang digunakan oleh peternak rakyat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. limbah-limbah pasar dan agroindustri. Salah satu cara untuk mengatasi

I. PENDAHULUAN. limbah-limbah pasar dan agroindustri. Salah satu cara untuk mengatasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini ketersediaan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan bahan baku, musim, berkembangnya pemukiman masyarakat, sehingga peternak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isi rumen merupakan limbah rumah potong hewan ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) yang masih belum optimal

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan utama makanan ternak ruminansia adalah hijauan pada umumnya, yang terdiri dari rumput dan leguminosa yang mana pada saat sekarang ketersediaannya mulai terbatas

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP DAYA INHIBITOR METANOGENESIS SEDIAAN CAIR KULTUR BAKTERI Acetoanaerobium noterae DAN Acetobacterium woodii

PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP DAYA INHIBITOR METANOGENESIS SEDIAAN CAIR KULTUR BAKTERI Acetoanaerobium noterae DAN Acetobacterium woodii PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP DAYA INHIBITOR METANOGENESIS SEDIAAN CAIR KULTUR BAKTERI Acetoanaerobium noterae DAN Acetobacterium woodii (Effects of Storage Temperatures on Inhibiting Power of Metanogenesis

Lebih terperinci

Syifa Nurjannah*, Budi Ayuningsih**, Iman Hernaman** Universitas Padjadjaran

Syifa Nurjannah*, Budi Ayuningsih**, Iman Hernaman** Universitas Padjadjaran Pengaruh Tingkat Penambahan Complete Rumen Modifier (CRM) dalam Ransum Berbasis Pucuk Tebu (Saccharum officinarum) terhadap Degradasi Bahan Kering dan Produksi Gas Metan (In Vitro) The Effect of Addition

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR PROTEIN PAKAN DAN WAKTU PEMBER IAN SUPLE MEN ENERGI TERHADAP PRODUKSI MASSA MIKROBA RUMEN DOMBA

PENGARUH KADAR PROTEIN PAKAN DAN WAKTU PEMBER IAN SUPLE MEN ENERGI TERHADAP PRODUKSI MASSA MIKROBA RUMEN DOMBA PENGARUH KADAR PROTEIN PAKAN DAN WAKTU PEMBER IAN SUPLE MEN ENERGI TERHADAP PRODUKSI MASSA MIKROBA RUMEN DOMBA B. Haryanto*, C. Hendratno**, dan R. Bahaudin** ABSTRAK PENGARUH KADAR PROTEIN PAKAN DAN WAKTU

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut

PENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut PENGANTAR Latar Belakang Populasi ternak khususnya ruminansia besar yaitu sapi potong, sapi perah dan kerbau pada tahun 2011 adalah 16,7 juta ekor, dari jumlah tersebut 14,8 juta ekor adalah sapi potong

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI INDONESIA

DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI INDONESIA JASMAL A. SYAMSU et al.: Daya Dukung Limbah Pertanian sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di Indonesia DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI INDONESIA JASMAL A. SYAMSU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

FENOMENA GAS RUMAH KACA

FENOMENA GAS RUMAH KACA FENOMENA GAS RUMAH KACA Oleh : Martono *) Abstrak Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO 2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO 2 ini disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu PENDAHULUAN Latar Belakang Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar 288 0 K (15 0 C ), suhu tersebut dapat dipertahankan karena keberadaan sejumlah gas yang berkonsentrasi di atmosfer bumi. Sejumlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim global merupakan salah satu issu lingkungan penting dunia dewasa ini, artinya tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain

Lebih terperinci

Efek Pemberian Bakteri Acetoanaerobium noterae terhadap Performans dan Produksi Gas Metana pada Ternak Domba

Efek Pemberian Bakteri Acetoanaerobium noterae terhadap Performans dan Produksi Gas Metana pada Ternak Domba JITV Vol. 13 No.4 Th. 2008 Efek Pemberian Bakteri Acetoanaerobium noterae terhadap Performans dan Produksi Gas Metana pada Ternak Domba AMLIUS THALIB dan YENI WIDIAWATI (Balai Penelitian Ternak, PO Box

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

Pengaruh Complete Rumen Modifier (CRM) dan Calliandra calothyrus terhadap Produktivitas dan Gas Metan Enterik pada Kambing Perah PE

Pengaruh Complete Rumen Modifier (CRM) dan Calliandra calothyrus terhadap Produktivitas dan Gas Metan Enterik pada Kambing Perah PE Pengaruh Complete Rumen Modifier (CRM) dan Calliandra calothyrus terhadap Produktivitas dan Gas Metan Enterik pada Kambing Perah PE NI MADE SUCI SUKMAWATI 1, I.G. PERMANA 1, A. THALIB 2 dan S. KOMPIANG

Lebih terperinci

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT PENGARUH TAKARAN INOKULUM (Trichoderma viridae) DAN SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT Tjitjah Aisjah Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

RESPON PENAMBAHAN AMPAS TEH

RESPON PENAMBAHAN AMPAS TEH RESPON PENAMBAHAN AMPAS TEH (Camellia sinensis) DAN DAUN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L) PADA KARAKTERISTIK FERMENTASI DAN PRODUKSI GAS IN VITRO SKRIPSI NUR HIDAYAH DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

Competency. - Mengurangi emisi metan ternak ruminansia melalui manipulasi nutrisi:

Competency. - Mengurangi emisi metan ternak ruminansia melalui manipulasi nutrisi: Competency - Ilmu nutrisi dan makanan ternak: Bidang ilmu yang secara general saya tekuni sejak kuliah S1 hingga saat ini. Terkait ini, saya sangat berterima kasih kepada orang2 yang telah banyak memberikan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING

PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING BALAI PENELITIAN TERNAK 2012 Bidang Fokus : Ketahanan Pangan Jenis Insentif : Paket Insentif

Lebih terperinci

Penggunaan Bungkil Inti Sawit Terfermentasi untuk Sapi Perah

Penggunaan Bungkil Inti Sawit Terfermentasi untuk Sapi Perah Penggunaan Bungkil Inti Sawit Terfermentasi untuk Sapi Perah (Utilization of Fermented Palm Kernel Cake for Dairy Cattle) 1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 yeni_widiawati14@yahoo.com 2

Lebih terperinci

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi Salah satu masalah yang umum dihadapi oleh peternak tradisional adalah rendahnya mutu pekan dengan kandungan serat kasar yang

Lebih terperinci

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui sistem produksi ternak kerbau sungai Mengetahui sistem produksi ternak kerbau lumpur Tujuan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI (Evaluation of feeding practice on lactating dairy cowsusing NRC 2001 standard: study case from

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH SKRIPSI Oleh ZULFARY ARIF FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc Kinerja Pencernaan dan Efisiensi Penggunaan Energi Pada Sapi Peranakan Ongole (PO) yang Diberi Pakan Limbah Kobis dengan Suplemen Mineral Zn dan Alginat Tyas Widhiastuti Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani,

Lebih terperinci

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PRODUKSI DAN LAJU PRODUKSI GAS METHAN PADA BIOGAS DARI FESES SAPI MADURA JANTAN YANG MENDAPATKAN PAKAN UNTUK PRODUKSI YANG BERBEDA (Production

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI EKSTRAK HERBAL PENGARUHNYA TERHADAP POPULASI PROTOZOA DAN PRODUKSI GAS TOTAL SECARA IN VITRO

SUPLEMENTASI EKSTRAK HERBAL PENGARUHNYA TERHADAP POPULASI PROTOZOA DAN PRODUKSI GAS TOTAL SECARA IN VITRO SUPLEMENTASI EKSTRAK HERBAL PENGARUHNYA TERHADAP POPULASI PROTOZOA DAN PRODUKSI GAS TOTAL SECARA IN VITRO (SUPPLEMENTATION OF HERBALEXTRACTS ITS EFFEECT ON THE POPULATION OF PROTOZOA AND TOTAL GAS PRODUCTION

Lebih terperinci

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN Jurnal Ilmiah Peternakan 5 (2) : 80-84 (2017) ISSN : 2337-9294 PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN the using of Indigofera sp. in

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rataan konsumsi protein kasar (PK), kecernaan PK dan retensi nitrogen yang dihasilkan dari penelitian tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi, Kecernaan PK, Retensi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425% HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Sebelum dilakukan pencampuran lebih lanjut dengan aktivator dari feses sapi potong, Palm Oil Mill Effluent (POME) terlebih dahulu dianalisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (inframerah atau gelombang panas) yang dipancarkan oleh bumi sehingga tidak dapat

Lebih terperinci

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI DEFAUNATOR DAN PROBIOTIK TERHADAP EKOSISTEM RUMEN DAN PERFORMAN TERNAK DOMBA

PENGARUH KOMBINASI DEFAUNATOR DAN PROBIOTIK TERHADAP EKOSISTEM RUMEN DAN PERFORMAN TERNAK DOMBA PENGARUH KOMBINASI DEFAUNATOR DAN PROBIOTIK TERHADAP EKOSISTEM RUMEN DAN PERFORMAN TERNAK DOMBA AMLIUS THALIB, B. HARYANTO, H. HAMID, D. SUHERMAN, dan MULYANI Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor

Lebih terperinci

EFEK PROBIOTIK DAN SELUBIOSE TERHADAP VOLATILE FATTY ACIDS (VFA) DAN NH3 RUMINAL DOMBA GARUT

EFEK PROBIOTIK DAN SELUBIOSE TERHADAP VOLATILE FATTY ACIDS (VFA) DAN NH3 RUMINAL DOMBA GARUT BIOMA 13 (2), 2017 Biologi UNJ Press ISSN : 0126-3552 E- ISSN : 2580-9040 DOI : 10.21009/Bioma13(2).2 Research Article EFEK PROBIOTIK DAN SELUBIOSE TERHADAP VOLATILE FATTY ACIDS (VFA) DAN NH3 RUMINAL DOMBA

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales. 1 Strategi Pemberian Pakan Berkualitas Rendah (Jerami Padi) Untuk Produksi Ternak Ruminansia Oleh Djoni Prawira Rahardja Dosen Fakultas Peternakan Unhas I. Pendahuluan Ternak menggunakan komponen zat-zat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

dengan bakteri P. ruminicola (98-100%), B. fibrisolvens (99%), C. eutactus (99%) dan T. bryantii (94%). Bakteri-bakteri tersebut diduga sering

dengan bakteri P. ruminicola (98-100%), B. fibrisolvens (99%), C. eutactus (99%) dan T. bryantii (94%). Bakteri-bakteri tersebut diduga sering PEMBAHASAN UMUM Buah dan biji lerak yang diekstraksi dengan metanol mengandung senyawa aktif saponin yang sangat tinggi yaitu sebesar 81.5% BK. Senyawa saponin diketahui dapat memodifikasi mikroba rumen

Lebih terperinci

JEJAK KARBON PRODUKSI SUSU PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN PATI

JEJAK KARBON PRODUKSI SUSU PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN PATI Jejak Karbon Produksi Susu pada Peternakan Sapi Perah Rakyat (Wahyudi) JEJAK KARBON PRODUKSI SUSU PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN PATI Jatmiko Wahyudi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

TOTAL PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BERBAGAI HIJAUAN TROPIS PADA MEDIA RUMEN DOMBA YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG SAPONIN DAN TANIN SKRIPSI RIANI JANUARTI

TOTAL PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BERBAGAI HIJAUAN TROPIS PADA MEDIA RUMEN DOMBA YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG SAPONIN DAN TANIN SKRIPSI RIANI JANUARTI TOTAL PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BERBAGAI HIJAUAN TROPIS PADA MEDIA RUMEN DOMBA YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG SAPONIN DAN TANIN SKRIPSI RIANI JANUARTI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik dalam ketersediaan, distribusi dan konsumsi daging sapi dan kerbau belum memenuhi tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu jenis ternak pengahasil daging dan susu yang dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing adalah

Lebih terperinci

(S). Tanpa suplementasi, maka mineral sulfur akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan

(S). Tanpa suplementasi, maka mineral sulfur akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan Latar Belakang 4 Untuk mampu berproduksi sesuai dengan potensi genetiknya, ternak unggul hasil pemuliaan dan bioteknologi memerlukan pakan berkualitas baik. Limbah serat merupakan sumberdaya yang tersedia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK Dian Agustina (dianfapetunhalu@yahoo.co.id) Jurusan Peternakan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

[Pengaruh Level Penambahan Complete Rumen Modifier (CRM)...] Nughraha F

[Pengaruh Level Penambahan Complete Rumen Modifier (CRM)...] Nughraha F Pengaruh Level Penambahan Complete Rumen Modifier (Crm) dalam Pakan Berbasis Campuran Daun dan Pelepah Kelapa Sawit Terhadap Degradasi Bahan Kering dan Produksi Gas Metana (In Vitro) The Effect Of Feed

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar populasi ternak sapi di Indonesia dipelihara oleh petani peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., 2011). Usaha peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Nutrien Berbagai Jenis Rumput Kadar nutrien masing-masing jenis rumput yang digunakan berbeda-beda. Kadar serat dan protein kasar paling tinggi pada Setaria splendida, kadar

Lebih terperinci

Fadlil Ichwani dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): , Juli 2013

Fadlil Ichwani dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): , Juli 2013 PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus) DALAM RANSUM SAPI LOKAL BERBASIS JERAMI PADI AMONIASI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK (THE EFFECT ON DRY MATTER AND ORGANIC MATTER

Lebih terperinci

Kajian Pemanfaatan Pakan Berbasis Bahan Lokal yang Berwawasan Lingkungan untuk Sapi Potong di Lampung

Kajian Pemanfaatan Pakan Berbasis Bahan Lokal yang Berwawasan Lingkungan untuk Sapi Potong di Lampung Kajian Pemanfaatan Pakan Berbasis Bahan Lokal yang Berwawasan Lingkungan untuk Sapi Potong di Lampung Elma Basri, Reny D. Tambunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam No. 1a,

Lebih terperinci

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi Salah satu masalah yang umum dihadapi oleh peternak tradisional adalah rendahnya mutu pakan dengan kandungan serat kasar yang

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur Pada Ensilase Jerami Jagung Terhadap NH3 dan VFA Rumen Sapi Potong (In Vitro)

Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur Pada Ensilase Jerami Jagung Terhadap NH3 dan VFA Rumen Sapi Potong (In Vitro) Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur Pada Ensilase Jerami Jagung Terhadap NH3 dan VFA Rumen Sapi Potong (In Vitro) The Effects of Nitrogen And Sulfur Addition Corn Straw Ensilage on NH3 And VFA Consentration

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL PENELITIAN KKP3T 2009

SEMINAR HASIL PENELITIAN KKP3T 2009 SEMINAR HASIL PENELITIAN KKP3T 2009 Institut Pertanian Bogor 2009 Performa Sapi Peranakan Ongole Yang Diberi Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat Dalam Ransum Berbasis Jerami Padi Peneliti Utama Prof.

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB EFEK PAKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU Suryahadi dan Despal Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB PENDAHULUAN U Perkembangan sapi perah lambat Populasi tidak merata, 98% di P. Jawa

Lebih terperinci

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN MURSAL BOER, ARIZAL P. B., YANOVI HENDRI dan ERMIDIAS Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat PO Box 34 Padang, Sumatera

Lebih terperinci