BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini menjelaskan mengenai model pembelajaran outdoor Activities, pembelajaran IPA di SD dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini menjelaskan mengenai model pembelajaran outdoor Activities, pembelajaran IPA di SD dan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini menjelaskan mengenai model pembelajaran outdoor Activities, pembelajaran IPA di SD dan hasil belajar yang diambil dari beberapa ahli dan sumber yang kemudian disimpulkan. Dari simpulan tersebut akan dijadikan dasar teori dari penelitian ini Model Pembelajaran Outdoor Activities Model pembelajaran Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Menurut Komaruddin (Sagala 2009:175) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Sedang menurut Sagala (2009:176) model pembelajarran merupakan suatu desain yang melukiskan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan digunakan sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran adalah suatu bentuk pembelajaran yang mendesain pengalaman belajar dari awal sampai akhir pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Outdoor activities Outdoor Activities menurut Adelia Vera (2012:16) pengertian belajar diluar kelas atau outdoor activities adalah kegiatan belajar-mengajar antara guru dan murid, namun tidak dilakukan di dalam kelas, tetapi dilakukan di luar kelas atau alam terbuka sebagai kegiatan pembelajaran siswa. Menurut Irawan dalam Ginting (2005:37) Outdoor Activities merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi pembelajaran sebagai media transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Indramunawar (2009) 6

2 7 Outdoor activities adalah kegiatan di alam bebas dan mempunyai sifat menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang terbentang di alam. Berdasarkan uraian di atas outdoor activities adalah sebuah kegiatan pembelajaran di luar kelas dalam situasi pembelajaran dan alam sebagai media pembelajaran yang bersifat menyenangkan dan dapat melihat langsung. Lingkungan dapat digunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan jenis pembelajaranya untuk menggantikan proses pendidikan konvensional yang hanya berorientasi pada nilai-nilai kuantitatif. Dari teori-teori di atas dapat ditarik simpulan bahwa outdoor activities yang berorientasi pada lingkungan dapat digunakan sebagai sumber belajar dan sebagai sumber-sumber pengetahuan. Dari pengertian model pembelajaran dan pengertian outdoor Activities di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran outdoor activities adalah suatu bentuk pembelajaran yang mendesain pengalaman belajar dari awal sampai akhir pembelajaran yang dilakukan di luar kelas dan alam sebagai media untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Adelia Vera (2012:18) manfaat dari pembelajaran Outdoor activities yaitu: 1. para peserta didik akan dapat beradaptasi dengan lingkungan, alam sekitar serta dengan kehidupan masyarakat. 2. para peserta didik dapat mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup dilingkungan dan alam sekitar. Belajar di luar kelas lebih menuntut peserta didik memahami kenyataan riil yang terjadi 3. para peserta didik akan dapat memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitarnya. Penyampaian suatu pesan pendidikan melalui sebuah pengalaman langsung cepat meresap ke daya tangkap pikiran manusia. Sehingga siswa di dalam belajar akan lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru. Karena siswa belajar secara langsung berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan.

3 8 Adapun tujuan pembelajaran outdoor menurut Adelia Vera (2012:21) yaitu: 1) mengarahkan peserta untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka dengan selua-luasnya dialam terbuka. 2) menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental peserta didik. 3) meningkatkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman peserta didik terhadap lingkungan sekitar, serta cara mereka bisa membangun hubungan baik dengan alam. 4) membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik agar menjadi manusia sempurna, yaitu memiliki perkembangan jiwa, raga dan spirit yang sempurna. 5) memberikan konteks dalam proses pengenalan berkehidupan sosial dalam kenyataan dilapangan. 6) menunjang ketrampilan dan ketertarikan peserta didik. 7) menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai alam dan lingkungan. 8) menganalkan berbagai kegiatan diluar kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif. 9) memberikan kesempatan yang unik bagi peserta didik untuk perubahan perilaku melalui penataan latar pada kegiatan luar kelas. 10) memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu mengembangkan hubungan guru dan murid. 11) menyediakan waktu seluas-luasnya bagi pesrta didik untuk belajar dari pengalaman langsung melalui implementasi bebas kurikulum sekolah diberbagai area. 12) memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pendidikan 13) agar peserta didik dapat memahami secara optimal seluruh mata pelajaran. Penyampaian suatu pesan pendidikan melalui sebuah pengalaman langsung cepat meresap kedaya tangkap pikiran manusia. Dan dalam

4 9 menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar didalam proses pembelajaran memerlukan persiapan dan perencanaan yang seksama dari guru. Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa bisa tidak terkendali, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan siswa tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan. Kelemahan dalam penggunaan metode outdoor activities menurut Adelia Vera (2012:47) yaitu : 1. para siswa bisa keluyuran kemana-maan karena berada di alam bebas(luar kelas). 2. gangguan konsentrasi. 3. kurang tepat waktu(waktu akan tersita). 4. pengelolaan kelas lebih sulit. 5. lebih banyak menguasai praktik dan minim teori. 6. bisa terserang panas dan dingin. Prosedur yang digunakan dalam mengajar IPA di luar kelas menurut Adelia Vera (2012:79) adalah sebagai berikut. 1. Guru mengajak siswa keluar kelas yang teduh dan menyehatkan. Kemudian guru bisa menyuruh murid satu persatu menyebutkan benda hidup dan mati yang ada disekitarnnya. 2. Dengan menyuruh siswa menyebutkan jenis-jenis tumbuhan yang termasuk jenis dikotil dan monokotil lalu menyuruh mengamati citi-ciri yang terdapat pada jenis tumbuhan tersebut. 3. Guru dapat menyuruh siswa menyebutkan tumbuhan-tumbuhan yang berbunga dan yang tidak. 4. Para siswa diajak jalan-jalan ke kebun binatang. Metode observasi dalam kegiatan belajar-mengajar di luar kelas adalah metode atau cara-cara belajar di luar kelas yang dilakukan dengan melihat atau mengamati materi pelajaran secara langsung di alam bebas. Metode ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan membuat catatan-catatan secara objektif mengenai sesuatu yang diamati kemudian menyimpulkannya. Dalam metode ini, para siswa diajak berkeliling lingkungan di sekitar lingkungan sekolah guna

5 10 melakukan pengamatan terhadap objek yang berkaitan dengan mata pelajaran yang sedang dibahas. Lokasi yang dijadikan tujuan observasi adalah yang berkaitan dengan mata pelajaran yang akan dipelajari. Metode observasi dalam pengajaran di luar kelas memiliki banyak nilai lebih yang dapat mendukung keberhasilan belajar. Diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Dapat merangsang kepekaan siswa terhadap peristiwa atau gejala yang terjadi di alam bebas. 2. Dapat mendorong siswa untuk mencatat data atau gejala yang terjadi dialam. 3. Mampu melatih siswa untuk mangambil keputusan yang tepat sesuai dengan nilai-nilai moral yang diperoleh dikelas. 4. Dapat memperluas cakrawala berpikir para siswa mengenai nilai-nilai moral atau ilmu pengetahuan. Melakukan observasi dalam rangka melaksanakan kegiatan belajarmengajar di luar kelas harus mengacu pada langkah-langkah dasar dalam observasi. Menurut Adelia Vera (2012:137) langkah-langkah observasi di luar kelas adalah sebagi berikut. Tahap perencanaan 1. Guru harus menetapkan tujuan pembelajaran melalui observasi. 2. Guru menetapkan objek yang akan diobservasi. 3. Menentukan alat yang dibutuhkan dalam observasi 4. Guru harus membuat instrumen untuk mengadakan observasi 5. Guru memperkirakan resiko-resiko yang bisa muncul ketika observasi. Tahap observasi 1. Para siswa dan guru menuju ke tempat observasi yang telah ditentukan. 2. Para siswa mengadakan pengamatan terhadap objek observasi dan dibimbing oleh guru yang mendampingi. 3. Ketika melakukan pengamatan, sesekali guru juga menerangkan tentang sesuatu yang diamati oleh para siswa. 4. Guru bertanya untuk menguji pemahaman siswa. 5. Ketika melakukan pengamatan, para siswa harus mencatat semua hasil pengamatan. Setelah observasi dilakukan, mereka menyusunnya kedalam

6 11 bentuk laporan yang diserahkan kepada guru, kemudian hasil laporan itu dibahas bersama dan diberi nilai oleh guru. Prosedur mempersiapkan pembelajaran dengan outdoor activities siswa (experiental learning) menurut Oemar Hamalik (2003: 47) adalah sebagai berikut. a. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif hasil. b. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan memotivasi. c. Siswa dapat bekerja secara individual dan dapat bekerja dalam kelompokkelompok kecil. Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah: 1) Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai, kegiatan outdoor activities ini dapat divariasi sendiri oleh guru. Misalnya: dalam satu materi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema yang lain seperti lingkungan. 2) Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan outdoor activities ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga dilaksanakan di luar jam pelajaran. 3) Menentukan rute perjalanan Outdoor activities ini dapat dilakukan satu kelas bersama-sama. Outdoor activities dapat menggunakan rute di sekitar sekolahan atau di lingkungan warga sekitar. 4) Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan outdoor activities yaitu guru menjelaskan tentang aturan dalam pembelajaran dengan outdoor activities. 5) Setelah kegiatan outdoor activities, guru bersama siswa membahas kembali apa yang telah dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu metode diskusi, dimana akan diperoleh pendapat yang berbeda dan bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru bertugas memfasilitasi dalam menyisipkan makna (misal pesan moral, sikap dan kerjasama).

7 12 Berdasarkan prosedur dari beberapa ahli yang dijelaskan di atas dapat diperoleh simpulan mengenai prosedur pembelajaran outdoor activities yaitu dalam kegiatan dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapannya yaitu meliputi: a. Memastikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dalam pembelajaran di luar kelas. b. Mempersiapkan objek dan lokasi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. c. Mengkondisikan waktu yang akan digunakan dalam pembelajaran d. Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan Tahap pelaksanaan a. Siswa bersama guru mendatangi tempat yang akan digunakan b. Menjelaskan variasi kegiatan yang akan dilakukan jika ada c. Siswa melakukan pengamatan dan guru mendampingi d. Catat semua pengamatan dan laporkan ke guru Pembelajaran IPA di SD Pengertian IPA menurut Hendro dalam Usman Samatowa (2011:2) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Hakikat ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Wina-putra, 1992: 122). Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus. S. 2003: 11). Pengertian IPA berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh secara ilmiah yang berupa fakta dan proses yang dapat memberikan pengalaman. Pembelajaran IPA di SD adalah pelajaran tentang alam yang dapat membantu melatih siswa dalam berpikir kritis, siswa diajarkan untuk belajar

8 13 mencari atau menyelidiki hal-hal yang ada di alam yang sering mereka temui sehingga akan membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Hal ini diungkapkan oleh Usman Samatowa (2011:3). Sedangkan menurut Nuryani Rustaman ( ) pembelajaran IPA di SD adalah memberikan kesempatan dan bekal untuk memproses alam dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan dan etika yang berlaku dalam masyarakatnya. Berdasarkan pengertian pembelajaran IPA di SD dari beberapa ahli yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD adalah pembelajaran tentang alam untuk mencari, menyelidiki, memproses tentang alam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengikuti etika keilmuan dan etika yang berlaku dalam masyarakat sehingga membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA. Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

9 14 hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep IPA dan penerapannya (terdiri atas makhluk hidup dan alam semesta; serta sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat). Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA. Mata pelajaran IPA di SD/MI yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia (DIKNAS) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran TuhanYang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan

10 15 proses untuk menyelidiki lam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari dasar untuk membekali siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai dasar, siswa SD diberikan pembelajaran yang bersifat konkret dengan cara mengajaknya langsung menenukan masalah-masalah yang terdapat pada mata pelajaran IPA. Dengan pengamatan langsung dan pengalaman sendiri, siswa dapat lebih memahami dan mengingatnya dalam waktu yang lebih lama. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dapat disusun sebagai landasan pembelajaranuntuk menembangkan kemampuan tersebut. Selain itu dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan IPA. Berikut ini tabel Standar Kompetensi dan kompetensi dasar IPA pokok bahasan sumber daya alam pada kelas 4 semester 2 Tabel 1 Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat 11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan 11.2 menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknoligi yang digunakan 11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap lingkungan (permendiknsa No. 22 Tahun 2006)

11 16 Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Standar Kompetensi : 11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat. Kompetensi Dasar: 11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan 11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap lingkungan Hasil Belajar Menurut Winkel dalam Purwanto (2010:45) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar adalah perubahan perilaku akibat proses pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Purwanto (2010:23). Menurut Sudjana (1990:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengertian hasil belajar menurut Dimyati dan mudjiono (1999:250) adalah hasil proses belajar yang dilihat dari 2 sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru, pada diri siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran yang terkait dengan tujuan pengajaran. Berdasarkan pengertian di atas hasil belajar merupakan suatu penilaian yang terdapat pada kemampuan siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diperoleh dari hasil tes setelah mengalami aktivitas belajar atau setelah menerima pengalaman sehingga mengalami perubahan sikap dan tingkah laku.hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran, apabila hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai yang diharapkan maka siswa akan merasakan kepuasan. Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasiinformasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan

12 17 berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama. Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka intinya adalah "perubahan". Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat diketahui setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Setelah proses pembelajaran selesai, biasanya untuk mengukur sampai dimana tingkat pemahaman siswa terhadap suatu pokok bahasan, guru mengadakan evaluasi atau penilaian berupa tes. Dari jumlah skor yang diperoleh akan menunjukkan sampai dimana tingkat ketercapaian hasil belajar siswa. Oleh sebab itu pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah penilaian. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Jadi penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi melalui kegiatan belajar mengajar. Jenis penilain selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan penilaian. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22). Taksonomi bloom mula diperkenalkan oleh Benjamin Bloom pada tahun Taksonomi bloom mengkategorikan kemahiran dan objektif yang ingin dicapai oleh pelajar kepada 3 domain iaitu kognitif, afektif dan psikomotor. 1) Domain kognitif digunakan untuk mengukur kemahiran intelektual.

13 18 2) Domain afektif digunakan untuk mengukur kemahiran generik, yang telah diterapkan kepada pelajar melalui penglibatan pelajar dalam persatuan-persatuan dan juga dalam pelbagai perbincangan secara berkumpulan seperti dalam kursus rekabentuk sistem dan sebagainya. 3) Domain psikomotor pula bertujuan mengukur kemahiran praktikal dan teknikal. Kemahiran ini diterapkan melalui proses latihan industri, ujikaji makmal dan juga lawatan teknikal. Kemahiran kognitif merupakan domain taksonomi yang digunakan untuk mengukur kemahiran intelektual berdasarkan satu hirarki kognitif yang disusun dari aras rendah hingga ke aras tinggi yaitu asas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian. Taksonomi ini diperkenalkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom untuk tujuan pendidikan. Hasil belajar digunakan guru untuk mengukur pencapaian suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Menurut Kerlinger dalam Purwanto (2010:2) pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerapkan angka menurut sistem aturan tertentu. Hopkins dan Antes dalam Purwanto (2010:2) mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka pada atribut dari obyek, orang atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukan perbedaan dalam jumlah. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, tugas, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Dari pengertian pengukuran di atas untuk mengukur hasil belajar peseta didik digunakan instrumen penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat diukur melalui teknik tes dan non tes. Menurut Menurut Arikunto (2006:150) tes adalah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Menurut Endang Poerwanti (2008:1-5) tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk

14 19 mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Dari pengertian diatas tes adalah seperangkat pertanyaan yang dijawab oleh siswa untuk mengukur tingkat pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya. 1. Tes Lisan Pada tes ini tersaji dalam bentuk lisan pada pertanyaan maupun jawaban. Tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku sehingga tidak menjadi informasi pokok tetapi hanya sebagai pelengkap dari instrumen asesmen yang lain. 2. Tes tertulis Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam soal maupun jawabannya, misalnya tes formatif dan tugas tertulis. 3. Tes perbuatan Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian tes adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa dalam bentuk lisan, tulisan atau perbuatan. Pengukuran selain menggunakan tes juga dapat menggunakan non tes. Teknik tes yang menekankan pada aspek kognitif berbeda dengan teknik non tes yang sangat penting dalam mengukur kemampuan ranah efektif dan psikomotor pada peserta didik. Menurut Endang Poerwanti (2008:3.19) ada beberapa macam teknik non tes, yaitu: 1. Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja siswa maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

15 20 2. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan oleh sumber. 3. Angket Angket merupakan suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa hasil belajar dalam penelitian ini adalah besar skor siswa yang diperoleh dari skor tes (tes formatif) dan non tes (observasi keaktifan siswa menyimak materi dan keaktifan siswa ketika belajar bersama). 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan atau yang hampir sama dengan penelitian ini adalah Outdoor Activitites untuk Meningkatkan Pemahaman dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 4 di SD Negri 01 Anggaswangi Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran oleh Heri Susanti dengan hasil outdoor activities dengan pengamatan atau observasi, kerjasama dan diskusi dapat meningkatkan pemahaman dalam mata pelajaran IPA di kelas4 SD Negeri 01 Anggaswangi Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan pada materi pokok sumber daya alam. Sebelum diterapkan pembelajaran outdoor acivities, dari 36siswa terdapat 31 siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar (KKM=70) dan hanya 5 siswa yang mencapai ketuntasan. Sedangkan pada siklus I dan II sebanyak 36 siswa atau 100% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan. Kelebihan dari penelitian ini yaitu bahwa peneliti telah berhasil menerapkan outdoor activities pada kelas dan materi yang tepat karena pada siklus pertama dan siklus kedua, hasil belajar siswa telah memenuhi KKM yang telah ditentukan mencapai 100%. Sedangkan kekurangannya yaitu untuk materi Sumber daya alam jika digunakan dengan Outdoor activities maka sumber daya alam yang dapat dijadikan media sangat terbatas. Maka tindak lanjut yang diperlukan yaitu dengan memberikan materi

16 21 yang lebih tepat dapat dijangkau oleh anak SD. Penelitian ini akan mengatasi masalah tersebut Ibnu Prihantoro dengan Outdoor Activities untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 4 pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD Negri2 Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran Dalam penelitian ini terdapat 14 siswa yang belum mencapai KKM=60 dan hanaya 10 siswa yang mencapai ketuntasan dalam mata pelajaran IPA, pada siklus pertama 21 siswa (87,5%) mencapai ketuntasan dan 3siswa (12,5%) belum mencapai ketuntasan. Dan pada siklus 2 sebanyak 24 siswa(100%) dari jumlah 24mencapai kriteria ketuntasan belajar. Terbukti siswa tidak lagi bermain seenaknya sendiri saat kegiatan belajar sedang berlangsung, siswa lebih aktif, antusis untuk bertanya dan kerja sama kelompok sudah baik. Dengan demikian dapat dikatakan pembelajaran di luar kelas (outdoor activities) yang dilakukan pada kelas 4 mata pelajaran IPA SDN2 Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan berhasil dan sesuai tujuan yang diharapkan. Kelebihan dari penelitian ini yaitu peneliti dapat menambah motivasi siswa dalam pembelajaran Sumber daya alam. Sedangkan kekurangannya yaitu bagaimana jika model ini digunakan tidak hanya pada kelas tinggi,tetapi juga kelas rendah. Maka diperlukan tindak lanjut yaitu dengan menerapkan outdoor activities pada kelas rendah. Penelitian ini akan mengatasi masalah tersebut. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas4 melalui Outdoor Activities SD Negeri 6 Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester2 Tahun 2010/2011 oleh Suwarti dengan hasil Outdoor Activities pada materi Sumber Daya Alam di SD N 6 Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan semester2 tahun 2010/2011 sebelum diterapkan, dari 25 terdapat 14 siswa atau 56% siswa yang belum mencapai ketuntasan dngan KKM=70 dan hanya 11 siswa atau 44% siswa yang sudah mencapai. Pada siklus1 terdapat 8 siswa 32% siswa yang belum tuntas dan 17 siswa atau 68% siswa telah tuntas. Pada siklus 2 terdapat 2 siswa atau 8% siswa yang belum mencapai batas ketuntasan dan 23 siswa 92% siswa telah mencapai batas ketuntasan. Kelebihan dari penelitian ini yaitu bahwa peneliti telah berhasil menerapkan outdoor

17 22 activities pada kelas dan materi yang tepat karena pada siklus pertama dan siklus kedua, hasil belajar siswa telah memnuhi KKM yang telah ditentukan. Sedangkan kekurangannya yaitu untuk materi Sumber daya alam jika digunakan dengan Outdoor activities maka sumber daya alam yang dapat dijadikan media sangat terbatas. Maka tindak lanjut yang diperlukan yaitu dengan memberikan materi yang dapat dijangkau oleh anak SD. Penelitian ini akan mengatasi masalah tersebut. 2.3 Kerangka Pikir Berdasarkan kajian pustaka yang dikemukakan di atas, proses pembelajaran penerapan strategi pembelajaran yang sesuai akan mempengaruhi proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Model pembelajaran yang tidak tepat akan membuat siswa lebih cepat bosan sehingga materi yang disampaikan tidak sampai pada siswa. Terutama pada siswa SD yang pemikirannya masih dalam tahap konkret jika diterapkan dalam model pembelajaran yang sifatnya hanya membaca buku lalu menghafal maka penyampaian materi ke siswa tidak akan tercapai. Pada penggunaan model pembelajaran konfensional dimana guru mendominasi kegiatan belajar mengajar dan buku menjadi sumber utama maka pembelajaran akan terasa kaku, menjenuhkan dan membosankan sehingga materi yang disampaikan tidak tercapai dengan baik dan hasil belajar siswa rendah yaitu dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan 75. Perubahan paradigma pembelajaran untuk siswa mempelajari materi dengan pengamatan langsung pada obyek yang sedang dipelajari. Suatu pembelajaran akan efektif jika siswa aktif secara langsung untuk mengamati dan mempelajarinya. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami konsep yang telah dipelajari dengan mengamati langsung pada obyek. Dengan penggunaan outdoor activities yang membawa siswa keluar kelas dan melihat langsung objek yang dipelajari maka siswa akan menjadi aktif untuk menemukan sendiri konsep yang telah dipelajarinya. Dengan penggunaan model pembelajaran ini daya tahan menghafal bertahan lama sehingga hasil belajar yang didapat

18 23 menjadi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang sifatnya hanya membaca buku lalu menghafal. Model pembelajaran outdoor activities diawali dengan kegiatan dimana guru mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa mengenai sumber daya alam. Pada pembahasan guru membagi siswa kedalam sebuah kelompok lalu meminta siswa untuk keluar kelas dan mengamati benda-benda yang mereka temukan. Siswa mengelompokkan benda-benda tersebut lalu menulisnya kedalam lembar kerja siswa yang diberi oleh guru. Setelah pengamatan selesai siswa berdiskusi dalam membuat kesimpulan. Jika semua kelompok sudah selesai guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kesimpulan yang didapatkan. Setelah pembelajaran selesai guru memberikan tes formatif kepada siswa untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran. Dalam model pembelajaran outdoor activities ini penilaian dibagi menjadi dua, yaitu penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar dengan KKM 75. Penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar ini kemudian diolah menjadi nilai akhir siswa yang meningkat KKM 75. Penjelasan lebih rinci akan disajikan dalam gambar 1 sebagai berikut:

19 24 Kondisi awal Pembelajaran konvensional (metode ceramah) hasil pembelajaran di bawah KKM 75 Pembelajaran dengan metode outdoor activities. - Penjelasan kegiatan pembelajaran Proses - Pembagian kelompok dan LKS - Pengamatan - Diskusi - Presentasi - Kesimpulan Kondisi akhir Hasil pembelajaran yang tercapai: - Penilaian hasil: nilai siswa memenuhi KKM 75 - Penilaian proses : siswa belajar dengan aktif dan dapat berpikir kritis Gambar 1 Kerangka Pikir 2.4 Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: apabila dalam pembelajaran menerapan model pembelajaran outdoor activities maka hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas 4 di SDN 01 Kundisari Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung semester genap tahun pelajaran akan meningkat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu dari 5 mata pelajaran utama yang diajarkan dari di sekolah dasar.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata pendidikan pun sudah tidak asing lagi di dengar oleh seluruh lapisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh: ADI SUNGKAWA A54B090021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini semakin berkembangnya teknologi dan informasi yang menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk aspek pendidikan.

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan IPA SD BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Pendidikan IPA SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang sangat penting di dunia ini. Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini sangat beragam. Salah satunya adalah ilmu tentang alam.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran outdoor activities Dalam pembelajaran outdoor activities yang akan dibahas adalah pengertian outdoor

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran outdoor activities Dalam pembelajaran outdoor activities yang akan dibahas adalah pengertian outdoor BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran outdoor activities Dalam pembelajaran outdoor activities yang akan dibahas adalah pengertian outdoor activities, manfaat pembelajaran outdoor activities dan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil belajar Hasil belajar adalah upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan telah dicapai oleh siswa pada akhir setiap catur wulan,

Lebih terperinci

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Erlinda Guru SDN 018 Rantau Sialang erlinda916@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA Latar belakang pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diamati oleh panca indera maupun yang tidak dapat diamati oleh panca indera. Karena IPA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diamati oleh panca indera maupun yang tidak dapat diamati oleh panca indera. Karena IPA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pintu utama bagi siswa dalam memasuki gerbang pengetahuan, oleh karena itu kedudukan suatu pengetahuan itu sangatlah penting untuk diberikan

Lebih terperinci

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR Syahrun Kepala SD Kartika XX-1 Abstrak:. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakekat Pembelajaran Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa, Degeng(1997). Carey (1986: 7) menyatakan Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Barat III Desa Cikampek Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

materi yang ada dalam suatu pengajaran. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yang harus kita mengerti yaitu pemahaman dan konsep, dua kata tersebut yang harus kita pahami terlebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori merupakan kerangka acuan yang digunakan untuk dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori-teori yang dikaji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Belajar Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas V Nana Sudjana (2002: 22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun masalah pendidikan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SD Negeri Jetis 01 terletak di desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Kelas lima Tahun Ajaran 2011/2012 memiliki siswa 24 orang yang tersdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci