PREFERENSI PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA BUDIDAYA ANGGREK DAN ANALISIS EKONOMINYA: STUDI KASUS DI BOGOR KADE KUSUMA DEWI
|
|
- Hartanti Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PREFERENSI PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA BUDIDAYA ANGGREK DAN ANALISIS EKONOMINYA: STUDI KASUS DI BOGOR KADE KUSUMA DEWI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2 2 ABSTRAK KADE KUSUMA DEWI. Preferensi Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman pada Budidaya Anggrek dan Analisis Ekonominya: Studi Kasus di Bogor. Dibimbing oleh ALI NURMANSYAH dan GEDE SUASTIKA. Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Serangan OPT dalam budidaya tanaman ini dapat menyebabkan penurunan kualitas maupun kuantitas produksi, sehingga dapat menurunkan harga jual anggrek. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan tindakan pengendalian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara petani anggrek mengendalikan OPT dan menentukan faktor yang mempengaruhi tindakan pengendalian tersebut, serta menghitung nilai ekonomi dari cara pengendalian OPT pada budidaya anggrek. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, yaitu wawancara secara langsung dengan petani/pemilik kebun anggrek, dan melalui pengamatan di lapangan. Wawancara dilakukan secara perorangan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang tersusun dalam satu paket kuisioner. Jumlah responden adalah sebanyak 30 petani, dipilih dari yang paling mudah diakses atau dijumpai (convenience sampling). Petani responden terdiri dari kelompok petani yang melakukan tindakan pengendalian OPT secara konvensional dan lebih ramah lingkungan. Pengamatan OPT di lapangan meliputi: foto hama dan gejala penyakit, pengambilan sampel tanaman sakit dan hama. Terdapat empat OPT utama yang menyerang anggrek yaitu: tungau merah, Fusarium spp., bekicot, dan Erwinia carotovora. Di antara keempat OPT tersebut, yang memiliki insidensi tertinggi adalah bekicot. Untuk mengatasi masalah OPT, hampir seluruh petani anggrek mengendalikannya secara konvensional dan hanya sebagian kecil yang menggunakan cara-cara yang lebih ramah lingkungan. Pendidikan dan pengalaman berusaha tani cenderung berpengaruh terhadap preferensi cara pengendalian OPT. Walaupun memerlukan biaya tinggi, pengendalian yang lebih ramah lingkungan mampu menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengendalian secara konvensional.
3 3 PREFERENSI PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA BUDIDAYA ANGGREK DAN ANALISIS EKONOMINYA: STUDI KASUS DI BOGOR Kade Kusuma Dewi Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
4 4 Judul Penelitian : Preferensi Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman pada Budidaya Anggrek dan Analisis Ekonominya: Studi Kasus di Bogor Nama Mahasiswa NRP : Kade Kusuma Dewi : A Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Ali Nurmansyah, M.Si Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Dadang, M.Sc NIP Tanggal Lulus :
5 5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Juli 1987 di Denpasar, Bali. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Ketut Suarda dan Ni Ketut Warsiki. Penulis telah menyelesaikan pendidikan formal dari SMAN 1 Denpasar pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tercatat sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB pada tahun Selama di IPB penulis pernah aktif di dalam UKM KMHD sebagai seksi kerohanian periode Selain itu, penulis juga pernah aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Proteksi Tanaman dari Departemen Proteksi Tanaman IPB pada tahun ajaran 2008/2009.
6 6 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sanghyang Widhi Waça karena atas berkat rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas akhir mahasiswa sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dalam pengambilan keputusan pengendalian hama dan penyakit terutama pada budidaya anggrek. Penelitian ini dilakukan melalui survei ke beberapa petani anggrek di Kabupaten dan Kotamadya Bogor, yang dimulai dari bulan Desember 2008 sampai Mei Sumber dana penelitian ini berasal dari penulis sendiri. Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ali Nurmansyah, M.Si dan Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc yang telah banyak membimbing, membantu, serta memberikan saran dan masukan kepada penulis selama melakukan penelitian hingga penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Dr. Ir. Suryo Wiyono M.Sc.M.Agr, atas bantuan konsultasi dalam identifikasi di Klinik Tanaman IPB, terima kasih juga kepada Dr. Ir. Abdul Muin Adnan, MS sebagai dosen penguji tamu atas saran dan masukannya dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada para petani anggrek di Kelompok Tani Mekarsari, Desa Cibinong serta petani anggrek responden lainnya di Kabupaten dan Kotamadya Bogor, atas partisipasinya sebagai responden untuk menunjang penelitian ini, terutama kepada Bu Yusi, Pak Muslih, Pak H. Naan, Keluarga Pak Satiri, dan Pak Ardi yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung. Terima kasih kepada keluarga tercinta, Septripa, Jessi, Huda, Putri, Ana, Tb.Kiki K., Mba Eneng, Mba Ita, serta teman-teman di Departemen Proteksi Tanaman IPB terutama angkatan 42 yang telah banyak membantu selama survei, kepada teman-teman KMHD IPB atas kerjasama dan dukungannya selama ini. Penulis berharap karya ini memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Kritik dan saran membangun sangat diharapkan penulis untuk perbaikan di masa mendatang. Bogor, September 2009 Penulis
7 7 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN Halaman Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian. 3 Manfaat Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA Bioekologi dan Taksonomi Tanaman Anggrek.. 4 Jenis Jenis OPT Anggrek... 5 Tindakan Pengendalian OPT... 8 Analisis Ekonomi Pengendalian OPT BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode penelitian Analisis Data Karakteristik Petani Anggrek Masalah OPT dan Tindakan Pengendalian Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Tindakan Pengendalian Analisis Ekonomi dari Pengendalian OPT HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Anggrek Masalah OPT dan Tindakan Pengendalian Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Tindakan Pengendalian 20 Analisis Ekonomi dari Pengendalian OPT KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii ix
8 8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Persentase tingkat pendidikan petani anggrek Gambar 2 Persentase luas kebun anggrek Gambar 3 Persentase lama pengalaman berusaha tani anggrek Gambar 4 Persentase jenis pelatihan yang diikuti Gambar 5 Persentase jumlah kebun anggrek yang terserang OPT Gambar 6 Persentase jumlah kebun anggrek yang terserang OPT utama 18 Gambar 7 Persentase insidensi OPT utama berdasarkan perkiraan petani Gambar 8 Persentase tindakan pengendalian OPT yang dilakukan Gambar 9 Persentase alasan petani dalam melakukan tindakan pengendalian OPT Gambar 10 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan Pengendalian Gambar 11 Hubungan antara pengalaman berusaha tani anggrek dengan tindakan pengendalian OPT Gambar 12 Hubungan antara jenis pelatihan dengan tindakan pengendalian OPT Gambar 13 Perbandingan biaya produksi-keuntungan dari tindakan pengendalian OPT Gambar 14 Nilai B/C dari masing-masing tindakan pengendalian OPT Gambar 15 Harga jual anggrek rata-rata berdasarkan tindakan pengendalian OPT Gambar 16 Biaya rata-rata penggunaan pestisida/agens pengendali untuk masing-masing jenis hasil panen Gambar 17 Jumlah panen jika terdapat serangan dan tanpa serangan OPT 27 Gambar 18 Persentase kehilangan hasil pada tingkat serangan OPT 80% dari kedua jenis tindakan pengendalian... 28
9 9 Lampiran 1 Lampiran 2 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Survei pengelolaan organisme pengganggu tanaman (OPT) anggrek Gambar hama dan gejala penyakit pada tanaman anggrek... 38
10 10 PENDAHULUAN Latar Belakang Anggrek adalah salah satu jenis tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman ini menghasilkan bunga yang unik sehingga menarik perhatian botanis yang menggemari tanaman hias sejak dua abad yang lalu (Gunawan 1998). Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual baik sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua. (Rimando 2001). Jumlah tanaman anggrek diperkirakan meliputi spesies yang merupakan 10% daripada jumlah seluruh tanaman berbunga di dunia ini (Limartha 1979). Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam budidaya anggrek. Menurut Karyatiningsih, dkk. (2008), terdapat jenis-jenis hama yang dapat menyerang anggrek, antara lain: hama bekicot Achatina fulica Bowdich, kumbang moncong Orchidophilus aterrimus Wat., siput semak Bradybaena similaris (Ferussac), siput setengah telanjang Parmarion sp., dan tungau merah Tenuipalpus pacificus Baker. Beberapa jenis penyakit pada tanaman ini, seperti: penyakit antraknosa, bercak kelabu Pestalotia sp., bercak kuning, hawar bunga, busuk hitam Phytophthora spp., busuk lunak Erwinia, layu Fusarium, layu Sclerotium, Odontoglossum Ring Spot Virus (ORSV), dan Cymbidium Mosaic Virus (CyMV). Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh serangan OPT tersebut yaitu penurunan nilai estetika/kualitas maupun kuantitas produksi tanaman anggrek. Menurunya kualitas dapat menurunkan harga jual anggrek, terutama untuk jenis bunga potong. Bunga anggrek potong pascapanen tergolong peka terhadap penyakit dan kerusakan mekanis. Faktor penyebabnya adalah mahkota bunga yang agak rapuh dan adanya cairan madu pada bunga yang dapat merangsang pertumbuhan patogen (Siswadi 2007).
11 11 Dalam upaya mencegah kerusakan tanaman akibat serangan OPT, pengendalian selalu dilakukan baik preventif maupun kuratif. Cara yang efektif dan praktis ialah penyemprotan dengan pestisida secara rutin. Walaupun produk tanaman hias tidak dikonsumsi, adanya senyawa toksik yang umumnya berspektrum luas dapat mengganggu keseimbangan ekosistem karena terbunuhnya organisme-organisme berguna. Sejalan dengan kebijakan pemerintah dan tuntutan global, penggunaan pestisida harus seminimal mungkin agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, dalam dua tahun terakhir telah dirintis penggunaan agens hayati dalam pengendalian OPT pada tanaman hias (Suhardi & Maryam 2002). Pada umumnya, pengendalian OPT dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengendalian secara konvensional dan pengendalian bersifat ramah lingkungan. Pengendalian OPT dengan cara konvensional yaitu hanya menggunakan pestisida kimia sintetis sedangkan pengendalian OPT yang bersifat ramah lingkungan yaitu teknik yang lebih memperhatikan keamanan lingkungan dalam pengendalian, dengan membatasi penggunaan pestisida sintetis serta memadukannya dengan pengendalian hayati (Perum Perhutani KPH Randublatung 2009). Terdapat beberapa keuntungan maupun kerugian dari kedua tindakan pengendalian tersebut. Pada pengendalian OPT secara konvensional, keuntungannya yaitu: mudah dalam mengaplikasikan, ampuh dalam menurunkan populasi hama, serta mudah diperoleh, sedangkan kerugiannya antara lain: dapat menimbulkan resistensi hama sasaran terhadap pestisida, mematikan organisme bukan sasaran, mencemari lingkungan, serta dapat menimbulkan keracunan bagi manusia. Tindakan pengendalian OPT yang bersifat ramah lingkungan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: tidak mencemari lingkungan, dapat melestarikan agroekosistem, serta keuntungan hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia sintetis, sedangkan kerugiannya yaitu: sulit memastikan akan keberhasilannya, memerlukan waktu untuk memperlihatkan keberhasilannya, serta terbatas penyebarannya (Oka 2005)..
12 12 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara petani anggrek mengendalikan OPT dan menentukan faktor yang mempengaruhi tindakan pengendalian tersebut, serta menghitung nilai ekonomi dari cara pengendalian OPT pada budidaya anggrek. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi petani anggrek dalam pengambilan keputusan pengendalian OPT pada tanaman anggrek sehingga dapat meminimalisir biaya pengendalian serta meningkatkan produktivitas anggrek.
13 TINJAUAN PUSTAKA Bioekologi dan Taksonomi Tanaman Anggrek Anggrek dalam penggolongan taksonomi, termasuk dalam ordo Asparagales, famili Orchidaceae, merupakan salah satu tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Hingga saat ini diindikasikan terdapat sekitar 130 genus dan 941 spesies, namun hanya 25 genus dan 140 spesies yang memiliki nilai komersial. Anggrek dapat ditemukan hampir di mana-mana, mulai dari daerah puncak gunung yang dingin hingga padang pasir yang panas, di atas bebatuan dan perakaran tanaman mangrove, dekat habitat perairan, dan pada cabang pepohonan, namun tanaman ini tidak tumbuh di daerah kutub ataupun samudera. Sebagian besar anggrek tumbuh di daerah beriklim tropis, khususnya di hutan pegunungan (Rimando 2001). Beberapa genera yang dikenal secara komersial adalah Dendrobium, Phalaenopsis, Arachnis, Cymbidium, Cattleya, Vanda serta kerabatnya. Seluruh genera tersebut mempunyai daerah penyebaran di Asia Tenggara, kecuali Cattleya. Beberapa genera komersial tersebut terdapat di bumi Indonesia dalam jumlah yang sangat besar. Semua jenis anggrek Dendrobium yang bunga potongnya memiliki nilai komersial yang sangat tinggi, apabila ditelusuri dengan seksama ternyata induknya berasal dari Indonesia, kecuali Dendrobium taurianum yang berasal dari Filipina. Jenis dendrobium ini kebanyakan terdapat di Kepulauan Maluku dan Papua ( Menurut Sitohang (2009), tanaman anggrek dapat dibedakan menjadi lima jenis berdasarkan habitatnya, yaitu: epifit, semi epifit, terrestris, saprofit, dan litofit. 1. Anggrek epifit (ephytis) adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan tanaman yang ditumpangi (tanaman inang). Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara. Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitat aslinya, anggrek ini kerap menempel di pohon-pohon besar dan rindang.
14 14 Contoh anggrek epifit antara lain: Dendrobium, Cattleya, Oncidium, dan Phalaenopsis. 2. Anggrek semi epifit adalah jenis anggrek yang juga menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi. Pada anggrek semi epifit, selain untuk menempel pada media, akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan. Contoh anggrek semi epifit antara lain: Epidendrum, Leila, dan Brassavola. 3. Anggrek terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas permukaan tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh atau cahaya matahari langsung. Contoh anggrek terresterial antara lain: Vanda, Renanthera, Arachnis, dan Aranthera. 4. Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit dalam pertumbuhannya membutuhkan sedikit cahaya matahari. Contohnya: Goodyera sp. 5. Anggrek litofit adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek jenis ini biasanya tumbuh di bawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh jenis ini antara lain: Dendrobium dan Phalaenopsis. Jenis-jenis OPT Anggrek Menurut Sutiyoso (2003), terdapat beberapa jenis hama yang sering menyerang anggrek, yaitu: 1. Kumbang Orchidophilus (kumbang gajah) yang menyerang pupus Dendrobium. Pada saat menyerang, kumbang sekaligus meletakkan telurnya. Larva akan memasuki bulb dari pucuk dan membuat lubang di dalam bulbnya. hal ini akan mengganggu aliran fotosintesis dari atas ke bawah. Jenis anggrek yang diserang adalah jenis anggrek epifit antara lain: Arachnis sp., Cattleya sp., Coelogyne sp., Cypripedium sp., Dendrobiium sp., Cymbidium sp., Paphiopedilum sp., Phalaenopsis sp., Renanthera sp., dan Vanda sp. 2. Tungau banyak ditemukan di permukaan daun sebelah bawah. Hama ini menusuk dan menghisap jaringan daun. Gejala berupa bercak kuning pada permukaan atas daun dan garis berkelok-kelok keperak-perakan pada permukaan bawah daun. Jenis-jenis anggrek yang dapat diserang hama ini
15 15 adalah Phalaenopsis sp., Dendrobium sp., Onchidium sp., Vanda sp., dan Gramatophyllum sp. 3. Hama keong yang berumah (snail)/bekicot maupun yang tidak berumah (slug) dalam semalam dapat memakan habis tunas dan daun muda pada areal yang luas. Hama ini bersifat polifag sehingga menyerang berbagai jenis anggrek. 4. Hama Thrips berkeliaran di dalam kuntum bunga. Hama ini membuat garis dan bercak putih pada kelopak dan mahkota bunga sehingga seluruh malai rusak dan tidak dapat dijual. jenis anggrek yang dapat diserang hama ini adalah anggrek Arachnis sp., Cattleya sp., Dendrobium sp., Renanthera sp., dan Vanda sp. 5. Hama Liriomyza meletakkan telur pada kuncup kuntum bunga. Hama ini menimbulkan gejala seperti kuncup bunga cacat dan menguning. Pada akhirnya kuncup akan gugur dan malai ompong beberapa kuntum. Bila bunga berhasil mekar, akan tampak bercak hitam pada kelopak dan mahkotanya. Menurut Semangun (2007), terdapat jenis-jenis penyakit yang dapat menyerang anggrek, antara lain: 1. Antraknosa Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletothrichum gloeosporioides. Gejalanya yaitu pada daun atau umbi semu mula-mula timbul bercak bulat, mengendap berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat dan mempunyai bintik-bintik hitam yang terdiri atas badan buah (aservulus) jamur. Pada umumnya bintik-bintik ini teratur pada lingkaranlingkaran yang sepusat. 2. Bercak daun Cercospora Bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Cercospora spp. dengan gejala: mula-mula pada sisi bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil yang berwarna coklat. Bercak-bercak dapat berkembang melebar dan memanjang, serta dapat bersatu membentuk bercak yang besar. Pusat bercak mengering dan akhirnya dapat menjadi berlubang. Gejala ini lebih banyak terjadi pada daun-daun tua. Penyakit ini sering ditemukan pada Arachnis, Dendrobium, dan Vanda.
16 16 3. Layu Fusarium Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp. cattleyae. Patogen ini menginfeksi tanaman melalui akar atau masuk melalui luka pada akar rimpang yang baru saja dipotong. Bagian atas tanah tampak merana seperti kekurangan air, menguning, dengan daun-daun yang keriput, umbi semu menjadi kurus, kadang-kadang agak terpilin. Akar-akar busuk, pembusukan pada akar dapat meluas ke atas sampai ke pangkal batang. 4. Bercak daun Curvularia Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Curvularia sp. Gejala penyakit ini mirip dengan gejala bercak daun Cercospora dan hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan mikroskopis. Cendawan ini dilaporkan di Malaysia, dapat menyerang bunga dan menyebabkan hawar bunga. 5. Bercak daun Pestalotia Pada daun anggrek sering terdapat bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Pestalotia (Pestalotiopsis). Gejala pada sisi bawah daun, terutama pada ujung daun yang sudah tua, timbul bercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuningan. Bercak-bercak dapat bersatu menjadi bercak yang lebih besar, berwarna hitam mengkilat dengan pusat berwarna kelabu. 6. Hawar bunga Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium spp. Gejala terjadi pada bunga yang masih kuncup ataupun yang sudah mekar. Mula-mula tangkai bunga menguning dan mengerut, akhirnya berwarna cokelat kehitaman. Penyakit meluas ke seluruh tangkai sampai ke kuncup-kuncup sehingga menjadi busuk kering, berwarna cokelat kehitaman, dan dapat rontok. Pada bunga yang sudah mekar, mula-mula pada mahkota bunga terjadi bercak kecil berwarna cokelat yang cepat meluas dan menyebabkan kelayuan. 7. Busuk lunak Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Bakteri masuk ke dalam badan tanaman melalui luka-luka menyebabkan busuk basah yang berkembang dengan pesat dan menimbulkan bau yang tidak enak. Pada jaringan muda yang lunak, pembusukan maju dengan cepat, tetapi pada bagian
17 17 yang lebih dewasa, khususnya pada umbi semu atau akar rimpang, pembusukan berkembang lebih lambat. 8. Mozaik Cymbidium Penyakit ini disebabkan oleh Cymbidium Mozaik Virus. Pada anggrek tipe Cattleya mula-mula terjadi bercak-bercak kuning pada daun ayang baru, meskipun sering kali gejala ini tidak ditangkap. Pada daun dewasa terdapat bercak-bercak panjang mengendap berwarna cokelat atau hitam ungu. Jenis anggrek yang dapat diserang adalah Cymbidium dan Cattleya. Tindakan Pengendalian OPT Upaya dalam meningkatkan produktivitas tanaman anggrek salah satunya melalui tindakan pengendalian OPT. Tindakan pengendalian tersebut ada yang secara konvensional yaitu menggunakan pestisida sintetis ataupun pengendalian yang bersifat ramah lingkungan yaitu dengan mengurangi penggunaan pestisida sintetis serta menggunakan agens pengendali sebagai penggantinya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan pengendalian OPT. Menurut Rogers & Shoemarker (1971) & Rogers (1995) dalam Yusalina, dkk. (2002), faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam: (a) faktor internal yang berasal dari petani, dan (b) faktor eksternal yang berada di luar kendali petani. Faktor internal di antaranya: pendidikan, umur, luas tanah garapan, status kepemilikan tanah, jumlah tenaga kerja dari anggota keluarga petani, persepsi petani, dan aktivitas petani dalam kelompok taninya. Termasuk faktor eksternal di antaranya: faktor kelembagaan, faktor lingkungan, dan kebijaksanaan pemerintah. Menurut Sukahar (1982) dalam Yusalina, dkk. (2002), faktor sosial yang dapat mempengaruhi kepututsan petani dalam penggunaan input modern diantaranya adalah tingkat pendidikan petani. Petani yang mempunyai tingkat pendidikan yang relatif tinggi mempunyai respon yang lebih baik terhadap penggunaan teknologi baru. Tindakan pengendalian OPT yang ramah lingkungan, salah satunya adalah menggunakan biopestisida. Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua, yakni pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati
18 18 merupakan hasil ekstraksi dari bagian tertentu dari tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar yang senyawa atau metabolit sekundernya memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk mengendalikan hama maupun penyakit. Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga (hama) maupun nematoda yang menjadi penyebab penyakit tanaman (Balithi 2009). Pestisida nabati dapat diperoleh dari berbagai jenis tanaman, salah satunya berasal dari tanaman serai. Tanaman ini mengandung minyak atsiri yang terdiri dai senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol, methil heptenon, dan dipentena (Kardinan 2002). Senyawa sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiscant) yang dapat mengakibatkan kematian akibat kehilangan cairan secara terus-menerus pada tubuh serangga (Wahyuni 2005). Selain itu, kandungan bahan aktif dari tanaman tersebut dapat digunakan sebagai racun kontak dan penghambat peletakan telur. Pestisida hayati atau yang lebih dikenal sebagai agens hayati, salah satunya dapat diperoleh dari ekstrak guano. Guano merupakan feses atau sisa metabolism dari burung liar atau kelelawar yang kaya akan nutrisi mikro maupun makro. Selain kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman, guano merupakan sumber dari bakteri yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman (Sasmito 2007). Kandungan nutrisi dalam guano kelelawar selain berpotensi sebagai pupuk organik juga mempunyai aktivitas fungisidal dan nematisidal yang cukup tinggi, serta dapat digunakan sebagai bahan yang mempercepat dekomposisi dalam proses pengomposan (Prasetyo 2006 dalam Sasmito 2007). Menurut Tondok (2006), filtrat guano dapat mengaktifkan mikroba antagonis di permukaan tanaman (aerial) sehingga dapat melindungi bagian tanaman di permukaan dari patogen.
19 19 Analisis Ekonomi Pengendalian OPT Nilai ekonomi dari pengendalian OPT dapat dilihat dari berbagai metode yang diitinjau dari kelayakan usaha atau proyek. Menurut Soeharto (1999), kriteria seleksi yang telah lazim dipraktekkan yaitu: kriteria yang tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang, antara lain: payback period dan ROI (return of investment). Kriteria yang memperhitungkan nilai waktu dari uang, terdiri dari: NPV (net present value), IRR (Internal Rate Return), Indeks profitabilitas, benefit cost ratio (B/C ratio), dan Annual capital charge. Kriteria yang paling sering digunakan adalah B/C ratio, dimana penekanannya ditujukan kepada manfaat bagi kepentingan umum. Benefit cost ratio merupakan perbandingan manfaat (benefit) terhadap biaya. Bila nilai yang diperoleh lebih dari satu, maka usaha dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Namun bila kurang dari satu, maka usaha tersebut dikatakan tidak layak (Soeharto 1999).
20 20 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten dan Kotamadya Bogor yang meliputi enam kecamatan, yaitu: Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Tajur Halang, Cisarua, Bogor Barat, dan Bogor Timur yang merupakan daerah sentra pertanaman anggrek di Jawa Barat. Identifikasi hama dan penyakit tanaman dilakukan di Klinik Tanaman, Laboratorium Taksonomi Serangga, dan Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai Mei Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, yaitu wawancara secara langsung dengan petani/pemilik kebun anggrek, dan melalui pengamatan di lapangan. Wawancara dilakukan secara perorangan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang tersusun dalam satu paket kuisioner. Jumlah responden adalah sebanyak 30 petani, dipilih dari yang paling mudah diakses atau dijumpai (convenience sampling) (Malhotra 2005). Petani responden terdiri dari kelompok petani yang melakukan tindakan pengendalian OPT secara konvensional dan yang lebih ramah lingkungan. Pengendalian OPT dengan cara konvensional yaitu petani yang hanya menggunakan pestisida sintetis dalam tindakan pengendalian, sedangkan yang bersifat lebih ramah lingkungan yaitu petani yang memadukan teknik pengendalian hayati dengan pestisida sintetis. Metode selanjutnya yaitu pengamatan OPT di lapangan yang bertujuan untuk mengklarifikasi kebenaran informasi jenis-jenis OPT yang diberikan oleh petani. Kegiatan ini meliputi: foto hama dan gejala penyakit, pengambilan sampel tanaman sakit dan hama, selanjutnya dilakukan identifikasi di Klinik Tanaman, Laboratorium Taksonomi Serangga, dan Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
21 21 Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut dianalisis dengan menghitung persentase dan rataannya, kemudian disajikan dalam bentuk diagram doughnut dan batang dengan menggunakan program Microsoft Office Excel Berdasarkan kedua jenis diagram tersebut, dijelaskan beberapa kriteria yang meliputi: (1) karakteristik petani anggrek, (2) masalah OPT dan tindakan pengendalian, (3) hubungan antara karakteristik petani dengan tindakan pengendalian, (4) analisis ekonomi pengendalian OPT. 1. Karakteristik Petani Anggrek Bagian ini menjelaskan gambaran umum mengenai karakteristik petani yang meliputi: tingkat pendidikan yang ditempuh, luas kebun anggrek yang dibudidayakan, lamanya pengalaman petani dalam berusaha tani anggrek, dan jenis pelatihan yang diikuti sebagai penunjang dalam berusaha tani anggrek. 2. Masalah OPT dan Tindakan Pengendalian Pada bagian ini dijelaskan jenis-jenis OPT yang ditemukan maupun yang diketahui berdasarkan pengamatan petani di pertanaman anggrek yang dibudidayakan, yang meliputi OPT secara keseluruhan dan OPT yang menjadi masalah utama di lapangan. Penentuan insidensi OPT utama diketahui berdasarkan perkiraan petani yang diperoleh dari pengamatan secara langsung di lapangan, kemudian diambil nilai rata-ratanya dan digambarkan dalam bentuk diagram batang. Penjelasan selanjutnya yaitu mengenai tindakan pengendalian OPT yang dilakukan petani anggrek selama ini dan alasan memilih tindakan pengendalian tersebut. 3. Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Tindakan Pengendalian Berdasarkan data yang diperoleh, persentase karakteristik petani dan jenis tindakan pengendalian OPT digambarkan dalam bentuk diagram batang untuk melihat hubungan antara karakteristik petani yang meliputi: tingkat pendidikan,
22 22 lamanya pengalaman berusaha tani anggrek, dan jenis pelatihan yang diikuti, dengan tindakan pengendalian OPT. 4. Analisis Ekonomi Pengendalian OPT Analisis ekonomi yang dilakukan yaitu dengan membandingkan antara tindakan pengendalian OPT secara konvensional dengan tindakan pengendalian yang ramah lingkungan. Analisis pertama yaitu perhitungan rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh untuk masing-masing tindakan pengendalian OPT. Selanjutnya, dilakukan analisis biaya-manfaat atau benefit cost ratio yang merupakan ukuran perbandingan manfaat terhadap biaya dari masing-masing tindakan pengendalian OPT (Soeharto 1999). Analisis selanjutnya yaitu perbandingan harga jual anggrek rata-rata dari masing-masing tindakan pengendalian OPT, baik penjualan tanaman dalam pot maupun bunga potong. Rata-rata biaya pestisida sintetis dan agens pengendali yang diperlukan dibandingkan untuk masing-masing jenis penjualan, yaitu bunga potong dan tanaman dalam pot. Berdasarkan perkiraan petani, dapat diketahui perbandingan hasil panen rata-rata yang diperoleh jika terdapat serangan OPT dan tanpa adanya serangan OPT untuk setiap tindakan pengendalian.
23 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Anggrek Berdasarkan hasil wawancara terhadap 30 petani anggrek di daerah Bogor, sebagian besar (80%) merupakan petani yang tergabung dalam kelompok tani bernama Kelompok Tani Mekarsari yang berlokasi di Desa Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Bogor. Tingkat pendidikan petani anggrek umumnya menengah ke atas dan hanya sebagian kecil yang lulus SD (Gambar 1). Gambar 1 Persentase tingkat pendidikan petani anggrek Luas kebun anggrek rata-rata yang dikelola oleh petani adalah 1200 m 2. Sebagian besar petani (73%) memiliki luas kebun sekitar m 2, hanya 10% petani yang memiliki luas kebun lebih dari 2000 m 2 (Gambar 2). Hal tersebut memberi indikasi bahwa petani anggrek tersebut memiliki usaha tani yang berskala kecil-menengah. Pada kelompok tani di Kecamatan Gunung Sindur, kebun petani satu dengan yang lain dalam kelompok tani ini memiliki jarak yang berdekatan. Anggota kelompok tani tersebut biasanya masih merupakan anggota keluarganya, sehingga kebun yang dimiliki rata-rata merupakan warisan dari keluarganya. Berbeda dengan petani anggrek di kecamatan lainnya di daerah Bogor pada umumnya merupakan kebun yang berdiri sendiri yang letaknya di pekarangan rumah mereka. Sebagian besar petani anggrek merupakan pemilik dan penggarap dari lahan tersebut. Namun, ada beberapa petani yang menyewa lahan dimana biaya sewa lahan per 1000 m 2 sebesar 7,5 juta rupiah selama 5 tahun atau sekitar 1,5 juta rupiah pertahun.
24 24 Gambar 2 Persentase luas kebun anggrek Pengalaman petani dalam berusaha tani anggrek cukup lama, dimana petani yang memiliki pengalaman berusaha tani selama lebih dari 5-20 tahun mencapai 50% petani, yang lebih dari 20 tahun sebanyak 30% petani, dan sisanya sebanyak 20% petani berpengalaman kurang dari 5 tahun (Gambar 3). Petani yang telah memiliki pengalaman berusaha tani hingga 20 tahun tersebut sebagian besar berasal dari Kelompok Tani Mekarsari, baik yang pernah ataupun yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebelumnya. Rata-rata mereka memperoleh pelatihan dari Dinas Pertanian Bogor setempat yang hampir setiap tahun memberikan pelatihan ataupun penyuluhan tentang budidaya anggrek dan pengelolaan OPT anggrek. Selain dari Dinas Pertanian, beberapa petani tersebut terutama petani anggrek bunga potong (cut flower) bahkan pernah bekerja sama dengan sebuah perusahaan swasta di daerah Tanggerang sekitar tahun Selain memberikan pelatihan, mereka juga memberikan bibit anggrek kepada petani sehingga terdapat sistem bagi hasil antara petani dengan perusahaan tersebut. Namun, saat ini petani tidak bekerja sama lagi dengan perusahaan tersebut karena mengalami kebangkrutan, sehingga petani sudah dapat menjalankan usaha tani anggreknya secara mandiri. Gambar 3 Persentase lama pengalaman berusaha tani anggrek
25 25 Pada umumnya, petani tersebut mengikuti beberapa materi pelatihan maupun penyuluhan dalam berusaha tani anggrek agar memperoleh hasil yang optimal. Sebagian besar petani anggrek yaitu sebanyak 50% mengikuti materi pelatihan budidaya dan pengelolaan OPT anggrek, sedangkan sebagian kecil petani mengikuti pelatihan yang tidak berkaitan dengan pengelolaan OPT, seperti kultur jaringan. Namun, terdapat 30% petani yang tidak pernah mengikuti pelatihan apapun (Gambar 4). Petani yang tidak mengikuti pelatihan disebabkan karena mereka sudah merasa cukup mampu dengan belajar sendiri secara autodidak ataupun bertanya kepada petani lain yang sudah memiliki pengalaman terlebih dahulu. Petani yang tidak pernah mengikuti pelatihan tersebut, beberapa diantaranya merupakan petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mekarsari, sehingga mereka lebih memilih untuk belajar dari petani lain yang pernah mengikuti pelatihan di dalam kelompok tani tersebut. Gambar 4 Persentase jenis pelatihan yang diikuti Masalah OPT dan Tindakan Pengendalian Dalam berusaha tani anggrek, serangan OPT merupakan salah satu faktor pembatas untuk meningkatkan produksi. Jika tidak dilakukan pengendalian, dapat mengakibatkan menurunya kualitas/nilai estetika dari tanaman hias tersebut, sehingga harga jual tanaman juga dapat menurun. Akibat selanjutnya terhadap kehadiran OPT yaitu dapat menyebabkan kematian pada tanaman anggrek. Jenis-jenis OPT yang paling dominan menyerang kebun anggrek, melalui identifikasi berdasarkan morfologi, antara lain: tungau merah Tenuipalpus pacificus Baker (Zhang 2003), bekicot Achatina fulica (Karyatiningsih, dkk. 2008), dan Pestalotia sp., yang diidentifikasikan sebagai Pestalotia palmarum
26 26 Cke. (Singh 1980 dalam Semangun 2007). Dari ketiga OPT tersebut, tungau merah yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 27% kebun petani. OPT lain yang cukup dominan yaitu: Colletotrichum sp., yang biasa menyerang anggrek pada umumnya adalah Colletotrichum gloeosporioides, kemudian ditemukan bakteri yang kemungkinan besar adalah Erwinia sp., merupakan bakteri Erwinia carotovora (Karyatiningsih, dkk. 2008), dan ditemukan Fusarium spp., yang biasa menyerang anggrek adalah Fusarium moniliforme Sheld. (Singh 1980 dalam Semangun 2007). OPT yang paling sedikit ditemukan berdasarkan morfologinya, menurut Kalshoven (1981), yaitu siput telanjang/slug (Filicaulis bleekeri), kemudian Curvularia sp., yang biasa menyerang anggrek adalah Curvularia palescens Boed., dan ditemukan juga Phyllosticta sp. yang merupakan Phyllosticta pyriformis E.K. Cash dan AMJ Watson (Karyatiningsih, dkk. 2008) (Gambar 5). Untuk Curvularia sp. dan Colletotrichum sp. ditemukan memiliki gejala penyakit yang sama yaitu penyakit bercak cokelat. Gambar 5 Persentase jumlah kebun anggrek yang terserang OPT Berdasarkan data yang diperoleh dari petani dan pengamatan di lapangan, terdapat 4 jenis OPT utama yaitu OPT yang menjadi masalah utama karena serangannya dapat menurunkan hasil yang cukup tinggi. OPT tersebut antara lain: tungau merah, Fusarium spp., bekicot, dan Erwinia carotovora. Dari keempat jenis OPT tersebut, yang paling banyak ditemukan adalah tungau merah yaitu sebanyak 63% kebun petani (Gambar 6).
27 27 Gambar 6 Persentase jumlah kebun anggrek yang terserang OPT utama Dari keempat jenis OPT utama yang menyerang anggrek tersebut, ternyata meskipun bekicot ditemukan dalam jumlah yang sedikit tetapi insidensinya paling tinggi yaitu mencapai 53,33%. Lain halnya dengan Erwinia carotovora yang paling sedikit ditemukan dan insidensinya terendah yaitu 3% (Gambar 7). Bekicot merupakan OPT yang berbahaya bagi tanaman karena memakan seluruh bagian tanaman. Selain itu, bekicot merusak terutama pada tempat yang gelap sehingga sulit untuk ditemukan dan dikendalikan (Jones 2002). Gambar 7 Persentase insidensi OPT utama berdasarkan perkiraan petani Dalam hal pengendalian OPT, sebagian besar petani yaitu sebanyak 93% petani melakukan tindakan pengendalian secara konvensional, sedangkan petani lainnya sebanyak 7% petani melakukan tindakan pengendalian OPT yang ramah lingkungan yaitu dengan mengurangi penggunaan pestisida sintetis dan memadukannya dengan pengendalian hayati. Agens pengendali yang digunakan berasal dari ekstrak guano, sedangkan formulasi pestisida nabati berbahan baku
28 28 serai (Gambar 8). Sebagian besar petani menggunakan pestisida sintetis karena dianggap sebagai tindakan yang paling ampuh untuk mencegah serta mengatasi serangan OPT tersebut. Namun, untuk jenis hama tertentu seperti bekicot, petani biasanya melakukan pengendalian secara mekanis yaitu dengan mengambil dan mengumpulkan hama tersebut secara langsung jika ditemukan, kemudian mematikannya. Menurut beberapa petani, untuk mengendalikan hama tersebut tidak cukup hanya dengan menggunakan pestisida, sedangkan menurut beberapa petani lainnya, biaya pestisida untuk mengendalikan hama tersebut dianggap cukup mahal, sehingga pengendalian secara mekanis menjadi salah satu alternatif karena lebih murah dan mudah dilakukan. Gambar 8 Persentase tindakan pengendalian OPT yang dilakukan Terdapat beberapa alasan yang disebutkan oleh sebanyak 93% petani yang melakukan tindakan pengendalian OPT secara konvensional. Sebagian besar petani yaitu sebanyak 44% petani menggunakan pestisida karena dinilai ampuh dalam mengendalikan OPT, sedangkan petani lainnya mengatakan bahwa pestisida praktis dalam penggunaannya, mudah diperoleh di pasaran, dan hanya sebagian kecil petani yang menggunakan pestisida sebagai tindakan pencegahan datangnya OPT (Gambar 9). Petani anggrek yang melakukan tindakan pengendalian OPT yang ramah lingkungan yaitu sebanyak 7% memiliki alasan bahwa penggunaan agens pengendali seperti ekstrak guano tersebut dapat meningkatkan kesehatan tanaman dan ketahanan terhadap OPT, sedangkan pemanfaatan formulasi pestisida nabati berbahan baku serai dapat digunakan sebagai anti bakteri patogen, mengusir hama, serta mengandung pupuk sehingga dapat menyuburkan tanaman (Gambar
29 29 9). Hal ini menyebabkan penggunaan pestisida yang sedikit dan hanya dilakukan jika ada serangan OPT yang dinilai cukup merugikan. Gambar 9 Persentase alasan petani dalam melakukan tindakan pengendalian OPT Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Tindakan Pengendalian Jika dilihat dari hubungan antara tingkat pendidikan petani anggrek dengan jenis pengendalian OPT yang dilakukan, petani yang melakukan tindakan pengendalian secara konvensional umumnya memiliki tingkat pendidikan menegah ke bawah, sedangkan tindakan pengendalian OPT yang ramah lingkungan dilakukan oleh petani yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (Gambar 10). Hal ini memberi indikasi bahwa pendidikan yang ditempuh petani cenderung mempengaruhi perilakunya dalam pengambilan keputusan tindakan pengendalian OPT. Menurut Soekartawi (1988), mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi informasi. Dalam hal ini, informasi mengenai tindakan pengendalian yang bersifat ramah lingkungan seperti pemanfaatan agens pengendali merupakan informasi yang belum banyak dikembangkan di bidang pengendalian OPT. Selain itu, informasi tersebut kurang diterima dengan baik oleh petani yang berpendidikan menengah ke bawah. Pada umumnya mereka cenderung memilih tindakan pengendalian yang sudah biasa dilakukan dan sudah terbukti keberhasilannya.
30 30 Gambar 10 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan pengendalian Hubungan antara lamanya pengalaman yang dimiliki oleh petani dalam berusaha tani anggrek dengan jenis pengendalian yang dilakukan yaitu: pada umumnya, petani yang melakukan tindakan pengendalian secara konvensional adalah petani yang memiliki pengalaman berusaha tani anggrek selama > 5 tahun, sedangkan tindakan pengendalian yang ramah lingkungan dilakukan oleh petani yang berpengalaman < 5 tahun (Gambar 11). Hal ini menunjukkan bahwa petani yang baru memulai usaha tani anggrek tersebut lebih terbuka untuk mencari informasi dan mencoba hal-hal yang baru, misalnya melakukan pengendalian hayati untuk mengendalikan OPT. Mereka akan lebih memiliki semangat untuk mencari tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka akan lebih cepat mengadopsi informasi baru meskipun belum mengetahui risikonya. Lain halnya dengan petani yang sudah lama berusaha tani anggrek, umumnya merupakan petani kecil. Menurut Soekartawi (1988), kebanyakan petani kecil adalah mempunyai sifat menolak risiko (risk averter).
31 31 Gambar 11 Hubungan antara pengalaman berusaha tani anggrek dengan tindakan pengendalian OPT Jenis pelatihan yang pernah diikuti petani tersebut ternyata cenderung tidak mempengaruhi tindakan pengendalian OPT. Baik petani yang mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan OPT maupun yang tidak, sama-sama melakukan tindakan pengendalian secara konvensional, sedangkan pengendalian OPT yang ramah lingkungan dilakukan oleh petani yang mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan pengelolaan OPT (Gambar 12). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh informasi yang diperoleh dalam pelatihan terutama yang berkaitan dengan pengelolaan OPT kurang berkualitas dari segi materi ataupun penyampaiannya sehingga sulit untuk diaplikasikan oleh petani. Beberapa petani lain yang juga mengikuti pelatihan yang sama, ternyata memperoleh informasi yang lebih baik dalam materi pelatihannya sehingga mereka cenderung lebih mudah untuk menerapkannya seperti pengendalian OPT yang bersifat ramah lingkungan.
32 32 Gambar 12 Hubungan antara jenis pelatihan dengan tindakan pengendalian OPT Analisis Ekonomi Pengendalian OPT Dari kedua jenis tindakan pengendalian OPT yang dilakukan petani anggrek, yaitu secara konvensional dan pengendalian OPT yang ramah lingkungan, terdapat perbedaan biaya produksi dan keuntungan hasil yang diperoleh. Untuk setiap 1000 m 2 luasan kebun anggrek, petani yang melakukan tindakan pengendalian secara konvensional, membutuhkan biaya produksi ratarata yaitu sebesar Rp ,- per tahun dengan keuntungan rata-rata yang diperoleh Rp ,- per tahun, sedangkan petani yang melakukan tindakan pengendalian OPT yang ramah lingkungan, membutuhkan biaya produksi ratarata sebesar Rp ,- per tahun dengan keuntungan rata-rata sebesar Rp ,- per tahun (Gambar 13). Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa biaya produksi yang diperlukan pada tindakan pengendalian yang ramah lingkungan lebih tinggi dibandingkan dengan pengendalian secara konvensional. Hal ini disebabkan oleh harga bahan pengendali hayati yang digunakan dalam tindakan pengendalian yang ramah lingkungan cukup mahal. Akan tetapi, keuntungan yang diperoleh petani yang melakukan tindakan pengendalian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tindakan pengendalian secara konvensional.
33 33 Gambar 13 Perbandingan biaya produksi -keuntungan dari tindakan pengendalian OPT Berdasarkan analisis biaya-manfaat, perbandingan antara keuntungan dengan biaya produksi yang dikeluarkan atau nilai benefit-cost ratio (B/C), diperoleh nilai sebagai berikut: pada tindakan pengendalian OPT secara konvensional, nilai B/C = 1,36, sedangkan tindakan pengendalian yang ramah lingkungan memiliki nilai B/C sebesar 1,62 (Gambar 14). Hal ini menunjukkan bahwa usaha tani dari kedua jenis tindakan pengendalian tersebut sama-sama bersifat menguntungkan karena nilai B/C > 1 (Soeharto 1999). Jika dilihat perbandingan nilai B/C dari kedua jenis tindakan pengendalian tersebut, menunjukkan bahwa dengan melakukan pengendalian yang bersifat ramah lingkungan, usaha tani anggrek akan lebih menguntungkan. Gambar 14 Nilai B/C dari masing-masing tindakan pengendalian OPT
34 34 Jenis hasil panen yang dijual oleh petani tersebut ada dua, yaitu: dijual dalam bentuk tanaman dalam pot (pot plant) dan bunga potong (cut flower). Pada budidaya anggrek dengan tindakan pengendalian OPT secara konvensional, untuk tanaman dalam pot, penjualan rata-rata seharga Rp ,- per pot tanaman, sedangkan untuk penjualan dalam bentuk bunga potong, petani memberikan harga rata-rata Rp ,- per tangkai bunga. Pada budidaya anggrek dengan tindakan pengendalian OPT yang ramah lingkungan, hanya menjual anggrek dalam bentuk pot plant, dengan harga rata-rata Rp ,- per pot tanaman (Gambar 15). Pada penjualan tanaman dalam pot, stadia tanaman yang dapat dijual bervariasi, mulai dari tanaman remaja (pot tunggal) hingga tanaman dewasa yang sudah berbunga. Harga jual tanaman pun bervariasi, mulai dari Rp. 9000,- hingga Rp ,- per pot, bahkan mencapai Rp ,- per pot, tergantung pada umur dan varietas tanaman anggrek. Jika tanaman sudah dewasa dan berbunga ataupun merupakan varietas anggrek yang cukup langka, maka harganya pun lebih mahal. Penjualan bunga potong tersebut biasanya dikemas dalam bentuk paket atau ikatan, dimana satu ikat biasanya terdapat 50 tangkai bunga anggrek. Jenis bunga anggrek yang digunakan sebagai bunga potong adalah anggrek dendrobium karena memiliki tangkai yang tegak serta bunga yang banyak dalam satu tangkai. Sebagian besar petani anggrek bunga potong tersebut menjual anggrek dendrobium yang berwarna putih karena lebih banyak diminati dan termasuk salah satu jenis bunga yang mampu bertahan lama dalam kondisi mekar. Pada umumnya penjualan anggrek baik tanaman dalam pot maupun bunga potong dilakukan langsung di tempat. Untuk tanaman anggrek dalam pot, pembeli biasanya berasal dari pedagang anggrek sehingga pembeliannya pun dalam jumlah yang cukup besar. Untuk penjualan anggrek bunga potong, pembeli biasanya berasal dari Jakarta dimana mereka telah melakukan pemesanan sebelumnya. Rata-rata pemesanan anggrek bunga potong tersebut dilakukan setiap minggu.
35 35 Gambar 15 Harga jual anggrek rata-rata berdasarkan tindakan pengendalian OPT Biaya yang dibutuhkan dalam penggunaan pestisida maupun agens pengendali untuk masing-masing jenis penjualan berbeda-beda. Rata-rata biaya yang dibutuhkan untuk setiap 1000 m 2 luasan kebun anggrek yaitu: pada budidaya anggrek dalam pot, membutuhkan biaya sebesar Rp ,- per tahun, sedangkan untuk anggrek bunga potong mengeluarkan biaya sebesar Rp ,- per tahun (Gambar 16). Pemeliharaan tanaman anggrek bunga potong membutuhkan biaya pestisida yang lebih banyak karena menurut para petani, serangan OPT sangat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas bunga yang akan dijual, sehingga penyemprotan pestisida dilakukan lebih intensif. Bahkan jika terdapat serangan OPT yang dinilai cukup merugikan, penyemprotan dapat dilakukan hampir setiap hari dalam kurun waktu tertentu. Gambar 16 Biaya rata-rata penggunaan pestisida/agens pengendali untuk masing-masing jenis hasil panen
36 36 Jumlah panen yang diperoleh petani untuk jenis penjualan tanaman dalam pot, jika terdapat serangan maupun tanpa serangan OPT, ternyata selisih hasil yang diperoleh dari tindakan pengendalian secara konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan yang ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa pada tindakan pengendalian secara konvensional, jika dilakukan pengendalian terhadap serangan OPT mampu meningkatkan hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan tindakan pengendalian yang ramah lingkungan. Hal ini disebabkan oleh keefektifan pestisida yang digunakan pada tindakan pengendalian secara konvensional. Pada budidaya anggrek bunga potong yang melakukan tindakan pengendalian secara konvensional, menunjukkan bahwa serangan OPT sangat berpengaruh terhadap jumlah bunga yang dapat dipanen, sehingga perlu dilakukan pengendalian (Gambar 17). J umlah panen C ut flower (tangkai) 60,000 J umlah panen Pot plant (pot) 8,000 50,000 40,000 30,000 7,000 6,000 5,000 4,000 20,000 10,000 3,000 2,000 1,000 0 K onvens ional R amah lingkungan K onvens ional R amah lingkungan Ters erang OP T Tanpa OP T 0 P ot P lant C ut flower Gambar 17 Jumlah panen jika terdapat serangan dan tanpa serangan OPT Terdapat perbedaan besarnya kehilangan hasil akibat serangan OPT untuk setiap jenis tindakan pengendalian. Pada insidensi OPT sebesar 80%, untuk tanaman anggrek dalam pot dengan tindakan pengendalian secara konvensional, kehilangan hasil sebesar 18,35%, sedangkan pengendalian yang ramah
37 37 lingkungan, kehilangan hasil sebesar 14,58%. Untuk budidaya anggrek bunga potong dengan tindakan pengendalian secara konvensional, pada insidensi OPT sebesar 80%, kehilangan hasilnya mencapai 41,54% (Gambar 18). Hal ini menunjukkan bahwa pada insidensi OPT yang sama (80%), kehilangan hasil pada pengendalian secara konvensional baik tanaman dalam pot maupun bunga potong lebih tinggi daripada pengendalian yang ramah lingkungan. Gambar 18 Persentase kehilangan hasil pada insidensi OPT 80% dari kedua jenis tindakan pengendalian
38 38 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan OPT utama yang menyerang anggrek adalah tungau merah, Fusarium spp., bekicot, dan Erwinia carotovora. Di antara keempat OPT tersebut, yang memiliki insidensi tertinggi adalah bekicot. Untuk mengatasi masalah OPT, hampir seluruh petani/pengusaha anggrek mengendalikannya dengan cara konvensional yaitu menggunakan pestisida sintetis dan hanya sebagian kecil yang menggunakan cara-cara yang lebih ramah lingkungan. Faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi petani dalam melakukan tindakan pengendalian OPT, yaitu: pendidikan dan pengalaman dalam berusaha tani anggrek, sedangkan jenis pelatihan yang pernah diikuti petani cenderung tidak mempengaruhi tindakan pengendalian OPT. Tindakan pengendalian secara konvensional paling banyak dilakukan oleh petani yang memiliki pendidikan menengah ke bawah dan telah lama berusaha tani. Petani yang melakukan tindakan pengendalian yang ramah lingkungan merupakan petani yang cenderung berpendidikan tinggi dan baru mulai berusaha tani. Dalam penelitian ini, terindikasi bahwa walaupun memerlukan biaya tinggi, pengendalian yang lebih ramah lingkungan mampu menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengendalian yang hanya mengandalkan bahan-bahan kimia sintetis. Biaya pengendalian OPT pada usaha tani anggrek bunga potong lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman dalam pot. Kehilangan hasil akibat serangan OPT pada tindakan pengendalian dengan cara konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan yang ramah lingkungan. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai preferensi pengelolaan OPT pada budidaya anggrek, terutama yang bersifat ramah lingkungan di daerah sentra lainnya.
39 39 DAFTAR PUSTAKA Anonim Teknik Produksi Bibit Anggrek. [09 Juni 2009]. Balithi Biopestisida Sebagai Pengendali Hama dan Penyakit Tanaman. [09 Juli 2009]. Gunawan LW Budidaya Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya. Jones S Snail and Slugs. [05 Juni 2009] Kalshoven LGE The Pest Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeven. Terjemahan dari: De Plagen van de Culturegewassen in Indonesia. Kardinan A Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Karyatiningsih R, dkk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Anggrek dan Krisan. Jakarta: Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. Limartha IP Anggrek: Budidaya dan Pengembangannya. Jakarta: Lembaga Penelitian Hortikultura Pasar Minggu. Malhotra NK Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan jilid 1 edisi keempat. Jakarta: PT Indeks. Oka IN Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah mada University Press. Perum Perhutani KPH Randublatung Pelatihan Pembuatan Pestisida Ramah Lingkungan di KPH Randublatung. [21 Agustus 2009] Rimando TJ Ornamental Horticulture A Little Giant in The Tropics. Philipines:UPLB. Sasmito EE Penggunaan Guano Kelelawar Pemakan Serangga untuk Pengendalian Penyakit Layu Bakteri oleh Ralstonia solanacearum pada Tanaman Tomat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Semangun H Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia edisi ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
40 40 Siswadi Fisiologi Pasca Panen pada Bunga Anggrek Potong. Jurnal Inovasi Pertanian 6 (1): Sitohang B Bercocok Tanam Anggrek. [09 Juni 2009]. Soeharto I Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) jilid I edisi kedua. Jakarta: Erlangga. Soekartawi Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: UI-Press. Suhardi, Maryam ABN Inventarisasi Organisme Pengganggu Tanaman dan Agens Hayati pada Tanaman Hias Tropis. Balithi. Sutiyoso Y Anggrek Potong Dendrobium. Jakarta: Penebar Swadaya. Tondok ET Pemanfaatan Agens Biokontrol dan Filtrat Guano untuk Menekan Penyakit Busuk Phomopsis pada Terong. Laporan Kegiatan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat. Dosen Muda-IPB. Wahyuni Daya Bunuh Ekstrak Serai (Androgen nardus) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti [skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Yusalina, Purnaningsih, dan Sadono Hubungan Perilaku Manusia dan Lingkungan Binaan: Aspek Persepsi dan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Studi Kasus pada Petani Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu di Kabupaaten Karawang, Jawa Barat [laporan penelitian]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Zhang ZQ Mites of Greenhouse Identification, Biology, and Control. Aucland: CABI Publishing.
41 L A M P I R A N 41
42 42 SURVEI PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) ANGGREK Kabupaten : Pewawancara :... Kecamatan : Tempat : kebun/rumah* Desa / Kp. :... Tanggal/Waktu :... Beri Tanda ( ) pada Pilihan yang Sesuai, *) Coret Salah Satu I. Karakteristik Petani : 1. Nama : 2. Umur :.th 3. Pekerjaan Utama : [ ] petani [ ] pedagang [ ] buruh tani [ ] lainnya, sebutkan: 4. Pekerjaan sampingan : [ ] petani [ ] pedagang [ ] buruh tani [ ] lainnya, sebutkan: 5. Pendidikan terakhir : [ ] tak tamat SD [ ] SMA [ ] SD [ ] PT (Perguruan Tinggi) [ ] SMP 6. Pengalaman berusaha tani anggrek : [ ] < 1 tahun [ ] > tahun [ ] 1-5 tahun [ ] > tahun [ ] > 5-10 tahun [ ] > 20 tahun 7. Pengalaman kursus/pelatihan pertanian: [ ] tidak pernah ikut [ ] pernah ikut, sebutkan materi pelatihan:... Kapan kursus/pelatihan tersebut diselenggarakan?... Oleh siapa?
43 43 II. Lahan 8. Luas kebun anggrek yang diusahakan: m 2 9. Status kepemilikan tanah: [ ] pemilik dan penggarap [ ] penyewa [ ] lainnya, sebutkan :.. Jika menyewa, berapa biaya yang dikeluarkan : Rp. Ket.. III. Budidaya Anggrek 10. Klon/varietas anggrek yang ditanam : Asal bibit : [ ] membeli dari perusahaan pembibitan [ ] membeli dari petani lain [ ] lainnya, sebutkan :... Jenis bibit yang dibeli: [ ] bibit botol =...@ Rp.... [ ] seedling =...@ Rp.... [ ] bibit remaja =...@ Rp.... Total biaya = Rp Umur tanaman saat ini: bulan/tahun* Jumlah tanaman:.pot/tanaman* 13. Pola tanam: [ ] di dalam pot, dengan media tanam :... [ ] di atas permukaan tanah [ ] lainnya, sebutkan : Persiapan lahan : Kegiatan:... HOK = Upah/HOK= Rp....
44 44... Biaya : Rp Alat bantu penunjang lainnya (jika ada): a.... ; Rp.... b.... ; Rp.... c.... ; Rp.... Total biaya = Rp Biaya kebutuhan listrik: Kebutuhan listrik =... watt Biaya = Rp Jumlah tenaga kerja yang diperlukan: Jumlah HOK =... Upah per HOK = Rp.... Total biaya = Rp Persiapan media dan pot: Jumlah pot yang diperlukan =... Biaya untuk pot Rp.... Biaya untuk media tanam = Rp.... Total biaya = Rp.... Ket Pemupukan: Jenis pupuk Intensitas Waktu pemupukan Ket.... Dosis (kg) Harga/kg IV. Masalah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) 20. Jenis OPT apa saja yang menyerang pertanaman anggrek? Di antara OPT tersebut, manakah jenis yang paling penting?...
45 45 Berapa persen kehilangan hasil (nilai estetika/jual) tanaman akibat serangan OPT tersebut?...% 22. Secara total berapa persen kehilangan hasil akibat serangan OPT secara keseluruhan?...% 23. Tindakan apa saja yang pernah dilakukan untuk mengatasi masalah OPT di atas?... Tindakan Pengendalian Biaya (Rp/musim) Tenaga Kerja (HOK) Upah/HOK (Rp) [ ] Fisik:... [ ] Mekanis:... [ ] Kultur teknis:... [ ] Kimiawi:... [ ] Hayati: Alasan pengambilan keputusan pengendalian: a. Fisik:... b. Mekanis:... c. Kultur teknis:... d. Kimiawi:... e. Hayati: Khusus untuk penggunaan pestisida: Jenis Harga (Rp/kemasan) Ket.... Frekuensi (dalam 1 minggu) Jumlah penggunaan (liter/botol*) 26. Apakah pernah ada karyawan/anggota keluarga/konsumen yang mengalami keracunan pestisida? [ ] Ya. Lanjutkan ke no. 26 dan 27 [ ] Tidak 27. Bila ya, bagaimana kondisi keracunannya? [ ] Ringan
46 46 [ ] Sedang [ ] Parah 28. Bila ada, berapa besar biaya untuk pengobatannya? Rp.... V. Produksi 29. Jenis hasil yang dijual ke konsumen? [ ] bunga potong [ ] tanaman dalam pot 30. Jumlah panen dalam setahun: Jenis Produksi 1.Bunga potong 2.Tanaman pot Jumlah panen /tahun Jumlah bunga/pot* per panen Harga (Rp) (per bunga /pot*) 31. Penjualan bunga/tanaman*: [ ] dijual langsung di tempat [ ] dijual melalui distributor [ ] dijual ke nursery [ ] lainnya, sebutkan: Bila tidak ada serangan OPT, berapa banyak bunga/tanaman* pot yang bisa dijual per bulan/tahun*? [ ] bunga:... potong [ ] tanaman:...pot Catatan:
47 47 Gambar Hama dan Gejala Penyakit pada Tanaman Anggrek Tungau merah Gejala serangan Gejala serangan bekicot tungau merah Bekicot (Achatina fulica) Siput telanjang (slug) Gejala hawar bunga Fusarium spp. Gejala busuk basah Erwinia carotovora Gejala bercak daun Phyllosticta sp. Gejala bercak daun Pestalotia sp. Gejala bercak cokelat
PREFERENSI PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA BUDIDAYA ANGGREK DAN ANALISIS EKONOMINYA: STUDI KASUS DI BOGOR KADE KUSUMA DEWI
PREFERENSI PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA BUDIDAYA ANGGREK DAN ANALISIS EKONOMINYA: STUDI KASUS DI BOGOR KADE KUSUMA DEWI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar
4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. adalah salah satu genus Anggrek terbesar yang terdapat pada dunia ini.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Anggrek Dendrobium merupakan jenis Anggrek asli Indonesia yang mempunyai banyak warna, bentuk dan aroma yang khas, serta bunga Anggrek Dendrobium dapat bertahan kurang lebih
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggrek Dendrobium Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan sangat bervariasi. Famili ini terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 25.000
Lebih terperinciHAMA DAN PENYAKIT PENTING Dendrobium sp. DI KEBUN PT EKAKARYA GRAHA FLORA FAUZANAH ILMA
HAMA DAN PENYAKIT PENTING Dendrobium sp. DI KEBUN PT EKAKARYA GRAHA FLORA FAUZANAH ILMA PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK FAUZANAH ILMA.
Lebih terperinciHama Aggrek. Hama Anggrek
Hama Anggrek Dr. Akhmad Rizali Hama Aggrek Tungau merah (Tennuipalvus orchidarum) Kumbang gajah (Orchidophilus aterrimus) Kumbang penggerek (Omobaris calanthes) Kutu perisai (Parlatoria proteus) Pengorok
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A
LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA disusun oleh: Lutfi Afifah A34070039 Vishora Satyani A34070024 Johan A34070034 Listika Minarti A34070071 Dosen Pengajar:
Lebih terperinciSISTEM PAKAR IDENTIFIKASI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA ANGGREK PHALAENOPSIS BERBASIS WEB
SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA ANGGREK PHALAENOPSIS BERBASIS WEB Eva Puspita 1), Taufik Baidawi 2) Sistem Informasi, STMIK Nusamandiri, Sukabumi email: eva.puspita47@yahoo.co.id
Lebih terperinciPENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.) SECARA KULTUR TEKNIS DAN HAYATI MIFTAHUL HUDA
PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.) SECARA KULTUR TEKNIS DAN HAYATI MIFTAHUL HUDA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK MIFTAHUL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama menjadi bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu. Mula-mula manusia membunuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik. Buahnya dikenal sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis-jenis flora yang ada di Indonesia masih banyak yang belum dimanfaatkan dan dimasyarakatkan. Eksplorasi dan inventarisasi untuk menyelamatkan plasma nutfah tanaman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT
HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan
Lebih terperinciPREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA
PREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA ANDES HERYANSYAH PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS
Lebih terperinciAlternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama
Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lahan Kecamatan Pangalengan berada pada ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut (dpl). Keadaan iklim di lokasi ini adalah sebagai berikut meliputi curah hujan rata-rata
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH
IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang
Lebih terperinciOleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27
Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal
Lebih terperinciMENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas
Lebih terperinciPengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang
1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga anggrek adalah salah satu jenis tanaman hias yang mampu memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, terus menghasilkan ragam varietas anggrek
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL.... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.... ix PRAKATA... xi KATA PENGANTAR... xiii I. PENDAHULUAN... 1 II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI... 5 Iklim... 5
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kedelai di Indonesia merupakan tanaman pangan penting setelah padi dan jagung. Kedelai termasuk bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.
Lebih terperinciPERAN AGENS ANTAGONIS DAN TEKNIK BUDIDAYA DALAM PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA PISANG LANDES BRONSON SIBARANI
PERAN AGENS ANTAGONIS DAN TEKNIK BUDIDAYA DALAM PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA PISANG LANDES BRONSON SIBARANI PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan
PENDAHULUAN Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan banyak digunakan sebagai bumbu, bahan obat tradisional, manisan, atau minuman penyegar, dan sebagai bahan
Lebih terperinciBIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)
BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA) I. PENDAHULUAN Diantara penyebab rendahnya produktivitas kakao di Indonesia adalah serangan organisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kondisi pertanian Indonesia saat ini dengan harga pestisida tinggi, menyebabkan bahwa usaha tani menjadi tidak menguntungkan sehingga pendapatan tidak layak. Kondisi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :
4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyebab Penyakit Jamur penyebab penyakit rebah semai ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Basidiomycota : Basidiomycetes
Lebih terperinciPeningkatan Keberhasilan Dalam Penyediaan Bibit Anggrek
Peningkatan Keberhasilan Dalam Penyediaan Bibit Anggrek Potensi ekonomi anggrek sebagai salah satu komoditas tanaman hias telah banyak dimanfaatkan dan dikembangkan oleh banyak negara. Di Indonesia, potensi
Lebih terperinciMengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati
Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili Oleh : Umiati Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman industri yang mempunyai nilai terbaik dengan kadar vanillin 2,75% (Hadisutrisno,2004).
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang berupa hutan di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk keperluan
TINJAUAN PUSTAKA Inventarisasi Inventarisasi hutan dilaksanakan guna mengetahui modal kekayaan alam yang berupa hutan di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk keperluan perencanaan pembangunan proyek-proyek
Lebih terperinciTAHLIYATIN WARDANAH A
PEMANFAATAN BAKTERI PERAKARAN PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN (PLANT GROWTH- PROMOTING RHIZOBACTERIA) UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT MOSAIK TEMBAKAU (TOBACCO MOSAIC VIRUS) PADA TANAMAN CABAI TAHLIYATIN WARDANAH
Lebih terperinciLAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU
LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. keluarga tanaman bunga-bungaan yang paling besar. Indonesia memiliki
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Anggrek Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae yang merupakan suatu keluarga tanaman bunga-bungaan yang paling besar. Indonesia memiliki kurang lebih 5.000 spesies
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan
Lebih terperinciPENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan Masalah Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat berpotensi dalam perdagangan buah tropik yang menempati urutan kedua terbesar setelah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat
Lebih terperinciPengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati
Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Stroberi merupakan tanaman buah herba dan ditemukan pertama kali di Chili, Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah menyebar ke berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penggemarnya. Selain itu bunga anggrek memiliki variasi bentuk, warna dan ukuran
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan tanaman dengan bunga yang cukup indah, menarik dan banyak penggemarnya. Selain itu bunga anggrek memiliki variasi bentuk, warna dan ukuran bunga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan
Lebih terperinciKEEFEKTIFAN BIOPESTISIDA ORGANIK CAIR UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BUSUK LUNAK YANG DISEBABKAN OLEH Erwinia carotovora PADA ANGGREK Phalaenopsis sp.
KEEFEKTIFAN BIOPESTISIDA ORGANIK CAIR UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BUSUK LUNAK YANG DISEBABKAN OLEH Erwinia carotovora PADA ANGGREK Phalaenopsis sp. CHAIRUL HAKIM DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak ditanam di Indonesia yang memiliki nilai dan permintaan cukup tinggi (Arif, 2006). Hal tersebut dibuktikan
Lebih terperinciMODUL-12 MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP A. KOMPTENSI DASAR B.
MENGENAL GEJALA PENYAKIT DAN TANDA PADA TANAMAN MODUL-12 Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic Jl.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)
TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.
Lebih terperinciPERLAKUAN AGEN ANTAGONIS DAN GUANO UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT DAN HAMA PENGGEREK BUAH TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) DI LAPANGAN
PERLAKUAN AGEN ANTAGONIS DAN GUANO UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT DAN HAMA PENGGEREK BUAH TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) DI LAPANGAN IZZATI SHABRINA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi patogen tular tanah (Yulipriyanto, 2010) penyebab penyakit pada beberapa tanaman family Solanaceae
Lebih terperinciPENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).
PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588,329,553.00, walaupun
Lebih terperinciStrategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada
Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan yang diperoleh dari buah lada black pepper. Meskipun
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN DURIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik ataupun abiotik. Faktor pengganggu biotik adalah semua penyebab gangguan yang terdiri atas organisme atau makhluk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah
18 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah gandum, jagung dan padi. Di Indonesia kentang merupakan komoditas hortikultura yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jeruk merupakan komoditas buah unggulan nasional karena memiliki nilai ekonomi tinggi, adaptasinya sangat luas, sangat populer dan digemari hampir seluruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai rawit ( Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu dari beberapa tanaman holtikultura yang potensial untuk dikembangkan. Buah cabai rawit berubah warnanya
Lebih terperinciAnggrek memiliki nama latin Orchidaceae, yaitu merupakan satu suku tumbuhan berbunga
Bunga Anggrek, Ciri-ciri, Jenis dan Klasifikasi Anggrek Anggrek memiliki nama latin Orchidaceae, yaitu merupakan satu suku tumbuhan berbunga yang memiki anggota atau jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya
Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel
Lebih terperinciPengorok Daun Manggis
Pengorok Daun Manggis Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah berpotensi ekspor yang termasuk famili Guttiferae. Tanaman manggis biasanya ditanam oleh masyarakat Indonesia di pertanaman
Lebih terperinciPENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI
PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI Triyani Dumaria DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN PEMANFAATAN BAKTERI KITINOLITIK DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum gloeosporioides) SEBAGAI PENYAKIT PENTING PASCAPANEN PADA BUAH
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
23 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha Tani PT JORO merupakan sebuah perusahaan agribisnis hortikultura yang meliputi budidaya, sarana budidaya, distributor benih, produsen pupuk dan konsultan pertanian..
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN PEMANFAATAN AGENS HAYATI AKTINOMISET UNTUK MENGENDALIKAN ULAT KUBIS (Crocidolomia pavonana) DAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum capsici) PADA
Lebih terperinciKebun Indah, Musuh Alami Datang Karena Ada Refugia
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Kebun Indah, Musuh Alami Datang Karena Ada Refugia Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Muda (BBPPTP Surabaya)
Lebih terperinciASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.
ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan
Lebih terperinciINVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH
INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK LAELA NUR RAHMAH. Inventarisasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman
TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Jarak Pagar Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar sebagai berikut (Hambali, dkk.,
Lebih terperinciPERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP
PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP GAMBARAN UMUM Tanamankaret(Haveabrasiliensis) merupakan salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura Indonesia, selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, saat ini cabai juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanaman yang dibudidayakan kerap mengalami gangguan atau pengrusakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman yang dibudidayakan kerap mengalami gangguan atau pengrusakan oleh organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan pembudidaya karena dapat menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mendapatkan perhatian serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat
Lebih terperinciHAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA
HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India
Lebih terperinciPengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciPENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH
PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) BAWANG MERAH (Allium ascolonicum Linn.) DI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT YOKI DAIKHWA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuaiitas dan Kesehatan Benih Cabai Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Petani indonesia sebagian besar menggunakan fungisida kimawi. Upaya tersebut memberikan hasil yang cepat dan efektif. Kenyataan ini menyebabkan tingkat kepercayaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran yang tergolong tanaman tahunan berbentuk perdu.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris
Lebih terperinciDETEKSI DAN IDENTIFIKASI Cymbidium Mosaik Virus (CyMV) PADA TANAMAN ANGGREK FITRI MENISA
DETEKSI DAN IDENTIFIKASI Cymbidium Mosaik Virus (CyMV) PADA TANAMAN ANGGREK FITRI MENISA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK FITRI MENISA. Deteksi dan Identifikasi
Lebih terperinci