BAB I PENDAHULUAN. kehidupan karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup manusia. Keduanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup manusia. Keduanya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap kehidupan karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup manusia. Keduanya sama-sama berurusan dengan persoalan manusia sebagai mahluk individu dan makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan landasan yang sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan telaah. Oleh karena itu, pendekatan psikologi dianggap penting penggunaanya dalam penelitian sastra (Endraswara dalam Minderop, 2010: 2). Ada tiga cara yang dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu : a) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, b) memahami unsur-unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalam karya sastra, dan c) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca. Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah para tokoh fiksional yang terkandung dalam karya sastra (Ratna, 2003: 343). Dengan demikian, cara yang kedua tersebut akan menjadi titik tumpu dalam penelitian ini. Psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop, 2010: 3). Psikologi sastra tidak bermaksud memecahkan masalah-masalah psikologis, namun secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya. Melalui pemahaman terhadap para tokoh misalnya, masyarakat dapat 1

2 2 memahami perubahan, kontradiksi dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi di masyarakat, khususnya yang terkait dengan psike (Minderop, 2010: 54). Pendekatan psikologi sastra bertolak dari asumsi bahwa karya sastra membahas tentang peristiwa kehidupan manusia sebagai salah satu bahasannya. Dalam sebuah karya sastra terkandung perilaku-perilaku manusia yang kompleks dan terwujud melalui karakter tokoh dalam ceritanya. Kompleksitas perilaku tersebut sangat beragam diantaranya konflik batin, konflik antar tokoh, dan sebagainya. Konflik-konflik yang muncul tersebut berakar dari aspek kejiwaan masing-masing tokohnya. Dengan demikian perilaku dan kejiwaan para tokoh akan saling mempengaruhi serta memiliki keterkaitan yang menarik untuk dikaji lebih mendalam. Problematika perilaku dan kejiwaan tersebut salah satunya dapat ditemukan pada cerpen Jigokuhen ini. Cerpen Jigokuhen karya Akutagawa Ryuunosuke berkisah tentang kehidupan Yoshihide, pelukis yang dikenal karena karya-karya, kesombongan dan berbagai perilakunya yang tak lazim. Yoshihide memiliki seorang anak perempuan semata wayang yang sangat ia sayangi. Yoshihide yang sangat menyayangi anaknya sebenarnya tidak rela jika ia menjadi pelayan istana di puri seorang pangeran besar. Pangeran besar adalah seorang yang berjiwa besar dan mulia. Ia tidak menyukai sikap Yoshihide yang angkuh, kikir, dan selalu menganggap konyol kebiasaan dan adat istiadat masyarakat. Suatu ketika pangeran besar memerintahkan Yoshihide untuk membuat sebuah lukisan neraka. Selama lima-enam bulan berikutnya Yoshihide disibukkan oleh perintah pangeran besar. Yoshihide yang tidak bisa melukis tanpa pernah melihat terlebih dahulu

3 3 obyek yang ingin dilukisnya, menjadikan para muridnya sebagi model. Ketika ingin melukis sosok manusia yang sedang terikat rantai, ia memerintahkan muridnya untuk telanjang dan mengikatnya dengan rantai tanpa memperdulikan muridnya yang kesakitan. Kemudian ketika ingin melukiskan sosok manusia yang sedang dipatuki oleh burung dalam lukisan nerakanya, ia membiarkan burung hantu peliharaannya yang sebesar kucing, mematuk-matuk muridnya tanpa ampun, kemudian seolah-olah kerasukan ia mulai menjilati kuasnya dan mulai melukis sketsa dari situasi yang mengerikan tersebut. Beberapa bulan kemudian, Yoshihide mulai kehabisan ide untuk melanjutkan lukisan nerakanya. Kemudian ia memutuskan untuk menggambar sebuah kereta yang berisikan seorang wanita bangsawan yang terbakar dan jatuh dari langit ditengah-tengah lukisannya. Namun karena ia belum pernah melihat secara langsung peristiwa seperti itu, akhirnya ia memohon kepada pangeran besar untuk membakar sebuah kereta dengan seorang wanita bangsawan di dalamnya untuk ia saksikan. Pangeran besar mengabulkan keinginannya, namun wanita bangsawan yang berada di dalam kereta tersebut tak lain adalah anak perempuannya sendiri. Ketika melihat anaknya dibakar hidup-hidup, Yoshihide sempat berlari ke arah kereta tersebut. Namun tiba-tiba ia merasa takjub oleh kobaran api yang membakar kereta serta anak perempuannya sendiri. Tanpa disangka-sangka ia malah melukis sketsa dari peristiwa mengerikan tersebut dan kemudian melukiskannya ditengah lukisan nerakanya. Sebulan setelah lukisan itu selesai, pangeran besar menerima lukisan neraka tersebut dengan perasaan takjub dan sedih. Beberapa saat kemudian, Yoshihide memutuskan untuk mengakhiri

4 4 hidupnya dengan cara menggantung dirinya dengan seutas tali yang dikaitkan pada balok kayu di dalam kamarnya. Berangkat dari tindakan bunuh diri tersebut, muncul sebuah pertanyaan besar mengenai bagaimana pergolakan jiwa yang terjadi pada Yoshihide hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Sebelum dilakukan penelitian mengenai apa yang mendorong tindakan bunuh diri tersebut, pertama tama akan dilakukan penelitian mengenai struktur cerpen Jigokuhen. Analisis struktural ini bertujuan untuk memaparkan fungsi dan keterkaitan antar unsur hingga dapat diperoleh makna cerita secara utuh. Setelah dilakukan analisis struktural tersebut, selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap kejiwaan tokoh Yoshihide. Dipilihnya tokoh Yoshihide dalam penelitian ini, dikarenakan peran sentralnya dalam cerita. Sebagai tokoh utama yang digambarkan sangat terobsesi dengan lukisan hingga pada akhirnya melakukan tindakan bunuh diri, membuat penulis tertarik untuk meneliti menggunakan psikologi humanistik yang membahas mengenai aktualisasi diri serta motif dibalik perilaku manusia. Teori ini dirasa tepat untuk menganilis obsesi serta pergolakan jiwa tokoh Yoshihide dalam mencapai aktualisasi diri. Selain itu, teori ini juga mampu menjelaskan motif perilaku manusia berdasarkan teori hierarki kebutuhan, sehingga mampu mengidentifikasi motif yang melandasi tindakan bunuh diri Yoshihide.

5 5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah unsur intrinsik serta keterkaitan antar unsur dalam cerpen dalam membangun totalitas makna dan motif apakah yang mendasari tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh Yoshihide? 1.3 Tujuan Penelitian Dengan mengambil karya sastra Jigokuhen sebagai objek material dan teori Struktural dan psikologi Humanistik Abraham Maslow sebagai objek formal, penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan teoritis dan tujuan praktis. Tujuan teoritis penelitian ini adalah untuk mengetahui motif yang mendasari tindakan bunuh diri Yoshihide sehingga membantu pembaca untuk lebih memahami karya sastra Jigokuhen dari perspektif psikologi sastra, khusunya melalui Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Adapun tujuan praktis penelitian ini adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap karya sastra Jepang, khususnya karya cerita pendek Jigokuhen dan diharapkan dapat menambah wawasan pembaca terhadap kesusasteraan Jepang, khususnya terhadap karya-karya Akutagawa Ryuunosuke. 1.4 Tinjauan Pustaka Cerpen Jigokuhen telah digunakan sebagai objek penelitian oleh Ugi Purwanti, mahasiswi Sastra Jepang Universitas Gadjah Mada, dalam skripsinya pada tahun 2003 yang berjudul Analisis Kepribadian Tokoh Utama Yoshihide

6 6 dalam Cerita Pendek Jigokuhen Karya Akutagawa Ryuunosuke. Dalam skripsi ini dipaparkan bahwa Id dan Ego merupakan struktur kepribadian yang sangat mempengaruhi tokoh Yoshihide. Namun, pada akhirnya, Superego memberikan peringatan sekaligus nurani terhadap apa yang telah dilakukan oleh Yoshihide yaitu rasa penyesalan dan kesepian karena ketiadaan anak perempuan satusatunya dan menghantarkan Yoshihide kepada sebuah akhir perjalanan kehidupan yang buruk. Sejauh penelusuran yang telah dilakukan, cerpen Jigokuhen telah digunakan sebagai obyek penelitian oleh Ugi Purwanti. Dalam deskripsi sebelumnya, penelitian tersebut menekankan pada struktur kepribadian tokoh dengan menggunakan teori Psikoanalisis Freud. Namun, penelitian terhadap motif dibalik tindakan bunuh diri tokoh Yoshihide, dengan perspektif Psikologi Humanistik Abraham Maslow belum pernah dilakukan. Teori psikologi Humanistik Abraham Maslow telah banyak digunakan sebagai objek formal, salah satunya pada skripsi mahasiswa sastra Jepang Universitas Gadjah Mada, oleh Fatma Noor Aini pada skripsinya Motif pembunuhan Kenji oleh Yayoi dalam novel AUTO karya Natsuo Kirino pada tahun Dalam skripsi ini diungkapkan bahwa Yayoi, sang tokoh utama dalam novel, dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan baik ketika ia tinggal dengan ibunya, namun tidak demikian ketika ia telah menikah. Setelah menikah ia merasa kebutuhan-kebutuhannya terhambat sehingga ia melakukan pembunuhan terhadap Kenji, suaminya. Setelah melakukan pembunuhan tersebut ia merasa kebutuhan dasarnya berupa kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang

7 7 dan penghargaan telah terpenuhi karena ia merasa sosok suami yang sebelumnya menjadi ancaman telah mati. 1.5 Landasan Teori Teori yang akan digunakan untuk menganalisis cerpen Jigokuhen adalah teori Struktural dan teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Teori Struktural digunakan untuk memahami unsur-unsur intrinsik dalam cerpen serta keterkaitan antar unsurnya dalam membangun totalitas makna. Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow digunakan untuk memahami bagaimana proses pemenuhan atas kebutuhan-kebutuhannya serta pengaruhnya terhadap tindakan bunuh diri tokoh Yoshihide Teori Struktural Sebelum dilakukan penelitian terhadap aspek psikologis tokoh, akan dilakukan penelitian terhadap unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen terlebih dahulu. Aspek-aspek intrinsik yang membangun karya sastra tersebut, meliputi: tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, hubungan harmonis antar aspek (Semi, 1993: 67). Analisis struktural tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, namun yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro, 1995: 37). Robert Stanton dalam buku terjemahannya yang berjudul Teori Fiksi menyatakan bahwa karya sastra memiliki unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung di dalamnya sebagai sesuatu yang saling berhubungan dan

8 8 membentuk satu kesatuan makna (Stanton, 2007: 20-71). Terkait dengan unsurunsur intrinsik dalam karya sastra, Robert Stanton membagi unsur-unsur fiksi menjadi tiga unsur utama, yaitu tema (theme), fakta (facts), dan sarana cerita (literary devices). Fakta cerita (facts) dalam sebuah karya sastra meliputi alur (plot), karakter (tokoh cerita), dan latar (setting). Kemudian, sarana cerita (literary devices) meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi. Selanjutnya, tema (theme) merupakan sesuatu yang menjadi dasar cerita. Berdasarkan hal tersebut, aspek struktural yang digunakan dalam penelitian ini adalah tema dan fakta cerita (terdiri dari alur, karakter dan latar). Aspek-aspek tersebut digunakan karena dapat membantu secara langsung dalam menganalisis kepribadian tokoh Yoshihide. Berikut adalah bagan yang menjelaskan keterkaian antar unsur intrinsik dalam cerita. Gambar 1 Hubungan Antar Unsur dalam Cerita

9 Tema Menurut Stanton tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Cara efektif untuk mengenali tema sebuah karya fiksi adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya. Kedua hal ini berhubungan sangat erat dan konflik utama biasanya mengandung sesuatu yang sangat berguna jika benar-benar dirunut (Stanton, 2007: 42). Tema dapat digolongkan menjadi beberapa kategori tergantung dari segi mana penggolongan itu dilakukan. Tema dapat dikategorikan menjadi tema mayor dan tema minor yang digolongkan berdasarkan tingkat keutamaan. Tema mayor merupakan makna yang menjadi pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya tersebut. Tema minor merupakan makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita, sehingga dapat diidentifikasikan sebagai makna bagian ataupun makna tambahan (Nurgiyantoro, 1995: 83). Proses identifikasi tema dari sebuah cerita tidak dapat dilakukan hanya dengan membaca sepintas suatu karya. Selama proses membaca perlu dilakukan pengamatan pada setiap detail-detailnya, karena dalam setiap detail mengandung aspek-aspek yang mendukung tema cerita. Makna inti dari sebuah cerita umumnya sangat erat kaitannya dengan peristiwa dan problematika yang ditampilkan, sehingga dengan memfokuskan pada kedua aspek tersebut dapat membantu dalam menemukan tema cerita.

10 Fakta Cerita Alur, penokohan dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Ketiganya berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita yang apabila dirangkum dinamakan sebagai struktur faktual atau tingkatan faktual cerita (Stanton, 2007: 22). a) Alur Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita yang biasanya terbatas pada peristiwa yang terhubung secara klausal saja. Peristiwa klausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan pandangannya, keputusan-keputusannya, dan segala yang menjadi variabel pengubahan dalam dirinya (Stanton, 2007: 26). Sama halnya dengan elemen-elemen lain, alur memiliki hukum sendiri; alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinkan dan logis, dapat menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton, 2007: 28). - Konflik Dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan klimaks. Setiap karya fiksi setidak-tidaknya memiliki konflik internal (yang tampak jelas) yang hadir melalui hasrat dua orang karakter atau hasrat seorang karakter dengan

11 11 lingkungannya. Konflik-konflik spesifik ini merupakan subordinasi satu konflik utama yang bersifat eksternal, internal, maupun keduanya (Stanton, 2007: 31-32). Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang diluar dirinya, baik dengan lingkungan alam maupun lingkungan manusia. Dengan demikian, konflik eksternal dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu konflik fisik (physical conflict) dan konflik sosial (social conflict). Konflik fisik adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Misalnya, konflik yang terjadi akibat bencana banjir, gunung meletus, dan sebagainya. Sebaliknya, konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antar manusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antar manusia (Nurgiyantoro, 1995: 124). Konflik internal (atau: konflik kejiwaan) adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh (atau tokoh-tokoh) cerita. Jadi, ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya, hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapanharapan, atau masalah-masalah lainnnya (Nurgiyantoro, 1995: 124). Konflik internal maupun eksternal dapat berfungsi sebagai konflik utama maupun konflik tambahan (sub-konflik). Sebuah cerita mungkin mengandung lebih dari satu konflik, tetapi hanya konflik utamalah yang dapat merangkum seluruh peristiwa yang terjadi dalam alur dan dengan bantuan konflik tambahan yang mendukung dan mempertegas konflik utama (Stanton, 2007: 31-32).

12 12 - Klimaks Klimaks adalah saat ketika konflik terasa sangat intens sehingga ending tidak dapat dihindari lagi. Klimaks merupakan titik yang mempertemukan kekuatan-kekuatan konflik dan menentukan bagaimana oposisi tersebut dapat terselesaikan. Klimaks utama sering berwujud satu peristiwa yang tidak terlalu spektakuler. Klimaks utama tersebut acap sulit dikenali karena konflik-konflik subordinat pun memiliki klimaks-klimaksnya sendiri. Akan tetapi, memilih satu tentu tidak akan ada ruginya karena pilihan tersebut masih dapat merangkum struktur cerita secara menyeluruh (Stanton, 2007: 32). b) Tokoh dan Penokohan (Karakter) Menurut Robert Stanton, penggunaan istilah karakter (character) dalam berbagai literatur bahasa Inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut (Stanton, 2007: 33). Dalam kesusasteraan Indonesia, istilah tokoh berarti pelaku cerita, menunjuk pada orangnya, sedangkan penokohan merupakan sifat dan sikap para tokoh yang menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165). Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu karakter utama, yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Biasanya, peristiwa-peristiwa ini menimbulkan perubahan pada diri sang karakter atau pada sikap kita terhadap karakter tersebut. Alasan seorang karakter untuk bertindak sebagaimana yang ia lakukan dinamakan motivasi. Motivasi spesifik

13 13 seorang karakter adalah alasan atas reaksi spontan, yang mungkin juga tidak disadari, yang ditunjukkan oleh adegan atau dialog tertentu. Motivasi dasar adalah suatu aspek umum dari suatu karakter atau hasrat dan maksud yang memandu sang karakter dalam melewati keseluruhan cerita. Arah yang dituju oleh motivasi dasar adalah arah tempat seluruh motivasi spesifik bermuara (Stanton, 2007: 33). Selanjutnya, untuk meneliti tokoh dan penokohan ini digunakan metode karakterisasi. Metode karakterisasi digunakan agar dapat ditelusuri secara komprehensif apa yang menjadi latar belakang timbulnya masalah-masalah psikologis tokoh, serta dapat pula dipahami proses dan akibat dari kondisi-kondisi yang mendorong pencerminan konsep-konsep psikologi pada tokoh (Minderop, 2010: 98). Metode karakterisasi dapat dilakukan dengan metode langsung dan metode tidak langsung, metode karakterisasi melalui sudut pandang, melalui telaah arus kesadaran, dan melalui gaya bahasa (Minderop, 2005: 3). Dalam cerpen ini, penulis menggunakan metode telling untuk menggambarkan karakter-karakter tokoh dalam cerita. Metode telling mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan komentar langsung dari pengarang. Biasanya metode ini digunakan oleh para penulis fiksi jaman dahulu-bukan fiksi modern. Melalui metode ini keikutsertaan pengarang dalam menyajikan perwatakan tokoh sangat terasa sehingga para pembaca mengilhami dan menghayati perwatakan tokoh berdasarkan tuturan pengarang (Minderop, 2005: 11). Metode ini mencakup: Karakterisasi Melalui Penggunaan Nama Tokoh, Karakterisasi Melalui

14 14 Penampilan Tokoh, dan Karakterisasi Melalui Tuturan Pengarang (Minderop, 2005:8). c) Latar Latar atau setting memiliki pengertian sebagai tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial di mana terjadi peristiwa-peristiwa yang diceritakan oleh pengarang (Nurgiyantoro, 1995: 216). Unsur latar dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Selain itu, ia akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sejalan dengan perkembangan plot dan tokoh. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual seperti dikemukakan sebelumnya. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas (Nurgiyantoro, 1995: ) Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow Teori Psikologi Humanistik merupakan salah satu dari tiga teori yang paling berpengaruh dalam ilmu psikologi yang meneliti tingkah laku manusia.

15 15 Teori Psikoanalisis Sigmun Freud dianggap sebagai mahzab pertama yang merintis penelitian terhadap penyakit mental, serta pengaruh ketidak sadaran terhadap tingkah laku manusia. Teori Behaviorisme disebut-sebut sebagai mahzab kedua yang dipelopori oleh John B. Watson. Teori ini berpusat pada penelitian yang menganggap tingkah laku manusia tidak dipengaruhi oleh dorongandorongan dalam diri manusia layaknya Freudianisme, namun dipengaruhi oleh lingkungannya. Tidak seperti Freudianisme yang cenderung meneliti manusia yang memiliki penyakit mental dan Behaviorisme yang menggunakan binatang sebagai obyek penelitiannya, Abraham Maslow memusatkan penelitiannya pada jiwa-jiwa manusia yang sehat dan mengaktualisasikan dirinya. Humanisme menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputusasaan pandangan psikoanalitik dan konsep kehidupan robot pandangan behaviorisme. Humanisme yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya potensi untuk berkembang sehat dan kreatif, dan jika ia mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, ia akan menyadari potensinya dan mengatasi tekanan-tekanan sosial disekitarnya (Alwisol, 2009: 199). Abraham Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi terhadap kebutuhan manusia tersusun secara hierarki atau bertingkat. Kebutuhan tersebut tersusun dari yang paling kuat sampai yang paling lemah dan tersusun dalam satu tingkatan. Kebutuhan yang terletak paling bawah, menuntut untuk

16 16 dipenuhi sebelum muncul kebutuhan-kebutuhan ditingkat berikutnya, seperti terlihat pada bagan dibawah ini. Gambar 2 Hierarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow Adapun penjabaran dari bagan hierarki kebutuhan Abraham Maslow diatas adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makan, minum, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan lain-lain (Maslow via Goble, 1987: 71). Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat homoestatik (yaitu usaha untuk menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan untuk istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan ia akan mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi

17 17 kebutuhan ini. Bisa jadi kebutuhan fisiologis harus dipuaskan oleh pemuas yang seharusnya (misal orang yang kehausan harus minum atau dia mati); tetapi ada juga kebutuhan yang dapat dipuaskan dengan pemuas yang lain (misalnya ia minum atau merokok untuk menghilangkan rasa lapar). Bahkan bisa terjadi pemuas fisiologis itu dipakai untuk memuaskan kebutuhan jenjang yang lebih tinggi, misalnya orang yang tidak terpuaskan cintanya, merasa kurang puas secara fisiologis sehingga terus-menerus makan untuk memuaskannya (Alwisol, 2009:204). 2. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety) Segera setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, muncul kebutuhan lain yang menurut Maslow disebut sebagai kebutuhan akan rasa aman. Jika kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, kebutuhan akan rasa aman merupakan pertahanan hidup jangka panjang (Alwisol, 2009: 204). Kebutuhan ini telah muncul sejak bayi, dalam bentuk menangis dan berteriak ketakutan karena perlakuan yang kasar atau karena perlakuan yang dirasa sebagai sumber bahaya. Sedangkan pada masa dewasa kebutuhan terhadap rasa aman berwujud dalam berbagai bentuk, misalnya kebutuhan pekerjaan dan gaji yang mantap, praktek beragama dan keyakinan filsafat tertentu yang membantu ia untuk senantia merasa selamat semasa hidup dan sesudah mati Menurut Maslow, gejala neurotik obsesif-kompulsif banyak dilatar belakangi oleh kegagalan memenuhi kebutuhan ini (Alwisol, 2009: 205).

18 18 3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki dan Cinta (Belonging and Love) Sesudah kebutuhan fisiologi dan keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka tehadap kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini akan terus penting sepanjang hidup (Alwisol, 2009: 205). Kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan menerima. Manusia akan mendambakan hubungan penuh kasih sayang dengan orang lain pada umumnya. Kegagalan untuk memenuhi kebutuhan ini menjadi penyebab hampir semua bentuk psikopatologi (Maslow via Goble, 1987: 74-75). 4. Kebutuhan Akan Harga Diri (Self Esteem) Manakala kebutuhan dimiliki dan memiliki relatif terpuaskan, akan timbul kebutuhan lain yang menuntut untuk dipenuhi, yakni kebutuhan akan harga diri. Harga diri menurut jenisnya terbagi menjadi dua, yaitu: - Menghargai diri sendiri (self respect), meliputi: kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Manusia membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri bahwa dirinya berharga, mampu menguasai tugas dan tantangan hidup. - Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from others), meliputi: prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Manusia membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dan dinilai baik oleh orang lain (Alwisol, 2009: 206).

19 19 Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri sendiri, nilai, kekuatan, kapabilitas dan kelaikan, perasaan dibutuhkan dan bermanfaat bagi dunia. Sebaliknya, ketidak mampuan dalam pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan perasaan rendah diri, lemah dan tak berdaya (Maslow, 1993: 56). 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Empat kebutuhan yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai kebutuhan meta atau kebutuhan berkembang, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan berkembang yang menjadikan seseorang memiliki rasa ingin berkembang, ingin bertranformasi lebih berwarna. Aktualisasi diri merupakan keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri, untuk menyadari potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dapat ia lakukan, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensi dirinya (Alwisol, 2009: 206). Bentuk khusus dari kebutuhan ini berbeda bagi masing-masing individu. Pada orang yang satu kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk menjadi ibu yang ideal, pada orang lain dapat berupa keinginan untuk menjadi atlet, dan pada yang lainnya terungkap pada waktu melukis atau menemukan hal-hal baru. Pada tingkat inilah terletak perbedaan-perbedaan individu terbesar (Maslow, 1993: 57).

20 Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan terdiri dari dua, yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis data. Dalam pengumpulan data, pertama-tama penulis menentukan obyek material penelitian, yaitu cerpen Jigokuhen karya Akutagawa Ryuunosuke. Kemudian dilakukan penerjemahan teks asli kedalam bahasa Indonesia untuk memudahkan proses pemilihan data penelitian. Kedua, mencari dan mengumpulkan data-data terkait penelitian berupa referensi buku mengenai teori sastra, teori psikologi humanistik Abraham Maslow, serta referensi melalui media internet yang terkait dengan obyek penelitian. Kemudian setelah data-data dianggap lengkap dan telah dilakukan penerjemahan, dilakukan proses analisis dengan menerapkan metode analisis deskriptif. Dalam proses analisis, pertama-tama penulis membaca hasil terjemahan dan membuat ringkasan cerita. Selanjutnya dilakukan analisis unsurunsur intrinsik dalam cerita dan mencari keterkaitan antar unsurnya. Setelah dilakukan analisis unsur intrinsik, dalam tahapan kedua, dilakukan analisis terhadap tokoh menggunakan teori Humanistik Abraham Maslow. Teori Psikologi Humanistik digunakan untuk memahami bagaimana proses pemenuhan atas kebutuhan-kebutuhan tokoh utama sehingga motif tindakan bunuh diri yang dilakukannya dapat diketahui.

21 Sistematika Penulisan Penulisan laporan penelitian ini dibagi kedalam empat bab. Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua merupakan analisis struktural yang membahas tema, fakta cerita berupa penokohan dan latar serta keterkaitan antar unsur. Bab tiga berupa pembahasan mengenai pemenuhuan kebutuhan-kebutuhan tokoh serta analisis terhadap motif tindakan bunuh diri tokoh Yoshihide. Bab empat merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dari hasil penelitian. Selain itu, terdapat pula lampiran meliputi sinopsis cerpen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya sudah ada penelitian mengenai teori motivasi tindakan Abraham Maslow, yaitu penelitian yang ditulis oleh Setyawan Budi Jatmiko

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian digambarkan melalui tulisan oleh pengarang. Saxby dalam Nurgiyantoro (2005: 4) mengatakan

Lebih terperinci

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN 7 TEORI HIRARKI KEBUTUHAN Motivasi : Teori Hirarki Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua macam sifat yaitu, karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non imajinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengapresiasikan pikiran sehingga tercipta pengertian antara individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan material adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam ilmu multimedia, animasi merupakan hasil dari kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa melalui sebuah aplikasi multimedia sehingga menghasilkan gambar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan umat manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan nonmaterial. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. Sedangkan dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh manusia. Pada konteks yang berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016 PENGANTAR SEKITAR TAHUN 1950, ABRAHAM MASLOW (PSIKOLOG DARI AMERIKA) MENGEMBANGKAN TEORI TENTANG KEBUTUHAN DASAR MANUSIA YANG DIKENAL DENGAN ISTILAH HIERARKI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 1 HIERARKI

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang psikologi sastra merupakan bidang interdisipliner antara ilmu sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan. Bisa dikatakan manusia hidup berdampingan dengan problematika tersebut. Demikian juga dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011:54). Analisis psikologi terhadap karya sastra, terutama fiksi dan drama

BAB I PENDAHULUAN. 2011:54). Analisis psikologi terhadap karya sastra, terutama fiksi dan drama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Psikologi sastra adalah interdisiplin antara psikologi dan sastra (Endraswara dalam Minderop, 2011:59). Psikologi sastra adalah karya sastra yang diyakini mencerminkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Konflik dalam Karya Sastra Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Novel Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika belum pernah dijadikan objek penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penulis memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kagum. Hasil karya manusia itu bisa berupa kebendaan atau kreatifitas seni. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kagum. Hasil karya manusia itu bisa berupa kebendaan atau kreatifitas seni. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada dasarnya, setiap manusia diberkahi keahlian untuk menciptakan dan merasakan keindahan. Perasaan untuk dapat menikmati keindahan itu mendorong manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer di antara bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu kenyataan yang ditemui di dalam masyarakat. Fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA TOKOH-TOKOH NOVEL BIOLA PASIR DARI MASA LALU KARYA D.K. SUMIRTA Ni Komang Dewi Anggraeni email: dewianggraeni081292@gmail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, sastra dalam bahasa Inggris literature sehingga popular literature dapat diterjemahkan sebagai sastra populer. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ABSTRAKSI Jigokuhen merupakan salah satu karya terbaik Akutagawa Ryuunosuke yang bercerita mengenai seorang pelukis terkenal yang terobsesi dengan kesempurnaan dalam menyelesaikan lukisan neraka. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. Keempat hal

Lebih terperinci

MAKALAH TERAPAN. Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

MAKALAH TERAPAN. Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MAKALAH TERAPAN Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah teori Belajar dan Pembelajaran Dosen Pengampu: Imron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki Bab I Pendahuluan 1.Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki pemikiran bentuk

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci