BAB II PROFIL PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DAN TINJAUAN KEBIJAKAN SISTEM KERJA OUTSOURCING. hingga kondisi buruh yang bekerja di perusahaan ini sendiri.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PROFIL PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DAN TINJAUAN KEBIJAKAN SISTEM KERJA OUTSOURCING. hingga kondisi buruh yang bekerja di perusahaan ini sendiri."

Transkripsi

1 BAB II PROFIL PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI DAN TINJAUAN KEBIJAKAN SISTEM KERJA OUTSOURCING Pada bab ini, peneliti akan menguraikan gambaran umum dari keadaan lokasi penelitian di PT. Pacific Medan Industri. Keadaan tersebut akan diuraikan dalam beberapa sub pembahasan diantaranya yaitu sejarah pendirian perusahaan, manajemen dan struktur kepemilikan perusahaan, kondisi produksi perusahaan, hingga kondisi buruh yang bekerja di perusahaan ini sendiri. Selain profil perusahaan, dalam bab ini juga akan menguraikan serta memaparkan beberapa tinjauan kebijakan yang berkenaan dengan kebijakan sistem kerja outsorcing. Kebijakan tersebut antara lain yaitu kebijakan perusahaan dalam penyelenggaraan sistem kerja outsourcing yang berlaku kepada sebagian besar buruh yang bekerja di perusahaan tersebut. Kebijakan perusahaan ini ditinjau dari hasil pengamatan peneliti terhadap penyelenggaraan sistem kerja outsourcing di perusahaan dan wawancara pihak jajaran manajerial perusahaan. Sementara, kebijakan lainnya yaitu kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan sistem kerja outsourcing yang ditetapkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam bentuk Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. Kebijakan ini dipaparkan berdasarkan tinjauan naskah yang ada. 58

2 Adapun sebagai catatan dalam proses pengumpulan data dan informasi sendiri, peneliti kesulitan untuk mendapatkan akses data yang bersumber dari perusahaan langsung. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan akses yang diberikan perusahaan terhadap pengambilan data dan informasi kepada peniliti, meskipun telah beberapa cara ditempuh peniliti guna mengakses data dari perusahaan baik secara langsung maupun tidak. Alhasil data dan informasi yang dapat dikumpulkan pada penelitian ini sangat minim bersumber langsung dari pihak yang mewakili atas nama PT. Pacific Medan Industri. Meskipun demikian, guna menjamin keobjektifan penelitian ini. Peneliti merangkum data tentang perusahaan berdasarkan hasil wawancara pihak manajerial yang diwakilkan oleh supertendennya. Selain itu ditambah dengan hasil pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak buruh. Sehingga kolaborasi data dan informasi tersebut menjadi sumber data pada penelitian ini untuk kemudian menjadi pijakan analisis penelitian Profil Perusahaan Perusahaan yang bernama PT. Pacific Medan Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan minyak kelapa sawit. PT. Pacific Medan Industri, beralamatkan di Jln. Pulau Nias Selatan Kawasan Industri Medan (KIM) II Medan Dengan lokasi perusahaan yang terletak di Kawasan Industri Medan II, menjadikan perusahaan ini memilki kedudukan strategis secara ekonomi dan politik atas pengembangan investasinya yang terkonsentrasi di 59

3 dalam kawasan berikat. Sebagaimana kawasan berikat ini, telah diatur terkait perlindungan kegiatan investasi yang ada didalamnya dibawah peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1984 Tentang Penyertaan Modal untuk PT. KIM serta Peraturan Menteri Keuangan No. 120 Tahun 2013 Tentang Kawasan Berikat 62. Secara ekonomi, pengembangan investasi perusahaan yang berada di lingkungan kawasan berikat sangat diperbantukan dengan ketersediaan fasilitas pergudangan, energi, akses bahan mentah, dan pembuangan limbah. Sedangkan secara politik perusahaan telah dijamin atas pengamanan dan kekondusifan dari segala bentuk pengrusakan dan kecauan sosial dibawah kendali kepolisian bahkan tentara dalam kebijakan kawasan berikat KIM merupakan salah satu objek vital nasional Indonesia (OVNI) 63. Lokasi perusahaan yang berada di Kawasan Medan Industri II memiliki 2 area produksi yang saling berdekatan yaitu area I (Pamin I) dan area II (Pamin II). Luas area I sendiri yaitu sekitar 2,5 Ha dengan 4 gedung utama produksi, sedangkan luas area II yakni 2 Ha dengan 3 gedung utama produksi. Dibawah ini merupakan lambang PT. Pacific Medan Industri yang melambangkan produktifitas minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) dan denah lokasi perusahaan yang berada di lingkungan Kawasan Medan Industri II (KIM). 62 Dikutip dari Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1984 Tentang Penyertaan Modal Untuk PT. KIM. 63 Dikutip dari Surat Keputusan Kapolri No. 738 Tahun 2005 Tentang Sistem Pengamanan Objek Vital Nasional Indonesia. 60

4 Gambar 2.1 Lambang PT. Pacific Medan Industri Sumber : Situs Resmi Website Pacific Inter Link Gambar 2.2 Peta Lokasi PT. Pacific Medan Industri Sumber : Peta PT. KIM Tahun 2015 Gambar 2.3 Gambar Depan PT. Pacific Medan Industri 61

5 PT. Pacific Medan Industri merupakan perusahaan yang tergabung dalam group regional perusahaan Hayel Saeed Anam (HSA) Group, yakni Pacific Inter- Link (PIL) Group yang dibentuk pada tahun 1988 di Kuala Lumpur Malaysia. Saat ini, PIL telah memiliki keanggotaan sebanyak 8 perusahaan yaitu : 1. PT. Pacific Medan Industri 2. PT. Pacific Agritama Comoditi 3. PT. Pacific Indo Dairy 4. PT. Pacific Indopalm Industri 5. PT. Pacific Palmindo Industri 6. PT. Pacific Texindo Industri 7. PT. Oleochem & Soap Industri 8. Pacific Oils & Fats Industries Sdn Bhd Adapun visi dan misi PT. Pacific Medan Industri bersama Pacific Inter Link Grop yakni 64 : Visi : Menjadi Perusahaan Minyak Nabati & FMCG Secara Global Terpadu Yang Menyelenggarakan Praktek Bisnis Berkelanjutan dan Beretika 64 Diakses pada tanggal 10 Mei 2016 pukul

6 Misi : Dalam mengejar keunggulan, nilai tambah dan saling penghargaan, kami yakin bahwa kami akan menjadi perusahaan global benar-benar dinamis, dan memberikan kontribusi melalui cara-cara yang sederhana untuk kemajuan umat manusia. Didorong oleh keyakinan sederhana bahwa setiap orang berhak terbaik, PIL berkomitmen untuk terus menyediakan produk dan layanan terbaik, mempromosikan kemitraan baik dengan para pemasok kami dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Kami selalu berkomitmen untuk dinamis, berpandangan jauh dan berpikiran maju perusahaan, loyalitas, integritas dan kesetaraan adalah kebajikan yang telah menuntun kita sejauh ini. Dan, akan terus menjadi prioritas utama kami untuk masa depan Sejarah Perusahaan Tahun 1997 merupakan tahun pertama pendirian PT. Pacific Medan Industri di kawasan industri medan II. Selang satu tahun berikutnya 1998, PT. Pacific Medan Industri mulai menjalankan proses produksinya dengan melakukan pengolahan terhadap minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) dan CPKO (Crude Palm Kernel Oil). Pada tahun 1999, ditengah semakin melejitnya kebutuhan bahan olahan minyak kelapa sawit di pasar dunia terhadap berbagai 63

7 perusahaan produsen barang berbahan dasar olahan minyak kelapa sawit. PT. Pacific Inter Link (PIL) sebagai group regional perusahaan dari HSA Group yang mengatur manajemen produksi PT. Pacific Medan Industri (PT. Pamin) semakin tertarik untuk mengembangkan usahanya di Indonesia, terlebih dengan karakter agraria Indonesia yang sangat menyediakan jumlah minyak kelapa sawit dari hasil produksi perkebunan kelapa sawit yang begitu luas. Akhirnya, untuk memamfaatkan kondisi tersebut di atas, Pacific Inter Link membangun kembali dua perusahaannya di tahun 1999 yakni PT. Pacific Palmindo Industri dan PT. Oleochem & Soap Industri yang berlokasi bersebelahan dengan PT. Pacific Medan Industri 65. Pembangunan kembali dua perusahaan dibawah kontrol Pacific Inter Link yang berlokasi bersebelahan dengan PT. Pacific Medan Industri dilaksanakan setelah Pacific Inter Link mendapat izin investasi pada tahun 1998 dengan dana awal sebesar 20 juta USD. Jumlah dana awal tersebut digunakan untuk pembangunan PT. Pacific Palmindo Industri, dengan kapasitas produksi per hari metric ton minyak sawit untuk diolah menjadi stearin, olein dan fatty acid dan pembangunan PT.Oleochem & Soap Industri, guna menghasilkan sabun, glycerine dan olein-based chemicals 66. Dengan kehadiran dua perusahaan tersebut, proses produksi semakin berkembang dengan manajemen alur produksi yang teratur dengan baik diantara 65 DPD GSBI Sumatera Utara. Laporan Investigasi PT. Pacific Industri Tahun Hal 6 66 Ibid 64

8 ketiga perusahaan tersebut. PT. Pacific Palmindo Industri dijadikan sebagai perusahaan kilang penampung minyak kelapa sawit dengan jumlah besar untuk diolah dan disuling menjadi berbagai bahan yang memiliki nilai guna lebih tinggi seperti minyak makan, minyak ghee, margarin, mayonais, sabun kosmetik, dan lain-lain. Kemudian hasil olahan tersebut disalurkan melalui saluran pipa besar yang terhubung dari PT. Pacific Palmindo Industri ke PT. Pamin dan PT. Oleochem & Soap Industri yang selanjutnya dikemas di kedua perusahaan tersebut untuk dipasarkan. Kemudian, dalam tahun-tahun berikutnya perusahaan terus mengalami perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan aliran dana investasi yang dikucurkan oleh perusahaan induk Hayel Saed Anam Co.Ltd maupun group regional perusahaan Pacific Inter Link kepada PT. Pacific Medan Industri guna perluasan maupun pengembangan aset produksi perusahaan. Tahun 2008, Presiden SBY dalam kunjungannya ke Dubai, bertemu dengan CEO Pacific Inter Link untuk menyepakati penanaman investasi Pacifc Inter Link di dumai riau dalam pembangunan kilang minyak kelapa sawit. Pabrik yang akan mengolah produk CPO (Crude Palm Oil) dari perkebunan-perkebunan di Sumatera ini dibangun dengan investasi USD 500 juta. Ditahun yang sama juga, PT. Pacific Medan Industri melalui PIL dengan menggunakan salah satu anak perusahaannya PIL yaitu (PT. Pacific Plantation) telah mendapatkan persetujuan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) untuk membuka perkebunan kelapa sawit seluas hektar dan industri minyak kasar (minyak makan) dari bahan nabati yang 65

9 berlokasi di kabupaten Tanah Bumbu, propinsi Kalimantan Selatan dengan total investasi sekitar USD 5 juta 67. Selanjutnya di tahun 2011, Pacific Inter Link mendapatkan konsesi lahan perkebunan kelapa sawit seluas Ha di atas tanah masyarakat adat Papua, yang dibeli dari 4 perusahaan agrikultur menara group milik Chairul Anwar dan Da i Backhtiar (Mantan Kapolri). Konsesi lahan ini telah memberikan sokongan berarti bagi produktifitas perusahaan-perusahaan dibawah naungan Pacific Inter Link, termasuk salah satunya PT. Medan Industri guna mengurangi beban biaya bahan baku produksi yang selama ini dibeli dari beberapa perusahaan. Saat ini PT. Pacific Medan Industri telah menjadi salah satu perusahaan ternama yang memproduksi komoditas berbahan dasar CPO. Sejak tahun 2015 lalu, perusahaan ini juga telah meraih status keanggotaan penuh dalam forum sertifikasi standar mutu internasional produksi berbahan CPO atau yang lebih dikenal yaitu RSPO (Roundtable Suitainable Palm Oil) 68. Kini perusahaan ini dipimpin oleh seorang General Manager berkebangsaan Yaman yaitu Mr. Ali Sulaiman yang menggantikan posisi General Manager sebelumnya Mr. Muhammed Al-Sarary di tahun Ibid 68 PT. SAI Global. Certificate Of Registration PT. Pacific Medan Industri

10 Manajemen dan Struktur Kepemilikan Perusahaan PT. Pacific Medan Industri merupakan perusahaan yang tergabung dalam anak group perusahaan Hayel Saeed Anam Co.Ltd (HSA) Group, yakni Pacific Inter-Link (PIL) Group yang dibentuk pada tahun 1988 di Kuala Lumpur Malaysia. Pacific Inter-Link (PIL) Group yang saat ini dipimpin oleh seorang pengusaha berkebangsaan Yaman yaitu Fouad Hayel Saeed. Menjalankan aktivitas usahanya dalam hal perdagangan berbagai komoditas olahan berbasis minyak kelapa sawit ke pasar dunia, diantaranya seperti : - Sabun kebersihan dan kecantikan, dengan merk label Oleo, Saba, Softsilk, Lyn, Twist, Meditwist, dan Juliet. - Detergen, dengan merk label Saba dan Oleo - Susu bubuk, dengan merk label Milgro dan Sheeba - Biskuit dan makanan cepat saji, dengan merk label Avena - Serta minyak makan, minyak ghe, margarin dan mayonais, dengan merk label Avena, Madina, dan Sheeba. Pemasaran hasil produksi terutama produksi komoditas berjenis minyak makan, minyak ghee, margarin dan mayonais telah tersebar ke 64 negara di wilayah Timur Tengah, Asia, Afrika, Amerika Tengah, Australia, dan Eropa terutama di Rusia, Ukraina, serta Turki. Untuk pasar domestik sendiri PIL melalui PT. Pacific Medan Industri memasarkan produk dengan merk Avena dan Madina serta Minyakita yang menjadi salah satu program pasar pemerintah. Dari luasnya 67

11 jangkauan pasar PIL maka kesemua anak perusahaan PIL yang memproduksi minyak makan mampu memproduksi 1000 MT (Metrik Ton) per harinya. Hayel Saeed Anam Co.Ltd (HSA) sendiri merupakan group induk perusahaan yang memiliki anak perusahaan sebanyak 72 perusahaan terletak di 8 negara yaitu Yaman, Mesir, Arab, Inggris, Uni Emirat Arab (Dubai), Malaysia, Indonesia, Singapura. Setiap perusahaan tersebut dipimpin oleh masing-masing seorang General Manager (GM), seluruh GM tersebut dipimpin oleh 5 anggota direksi sebagai dewan direksi di struktur kepemimpian HSA yang dibagi berdasarkan teritorial perusahaan atau group regional perusahaan. Tujuan pemasaran ke sekitar 80 negara. Perusahaan multi nasional ini berpusat di Yaman, dengan mempekerjakan sekitar buruh yang tersebar di berbagai negara 69. Perusahaan HSA pertama sekali didirikan pada tahun 1938 yang bergerak di bidang usaha retail di Kota Aden Yaman. Usaha tersebut dirintis mulai sejak tahun 1923 ketika 3 orang bersaudara, anak dari Saed Anam yaitu Al Haj Hayel Saeed Anam, Mohammed, dan Abdo yang berangkat ke Marsille Perancis untuk membangun kemitraan bisnis dalam hal perdagangan barang komoditas retail yang dipasarkan ke negara Yaman. Sepeninggal Saed Anam pada tahun 1935 Bapak dari tiga bersaudara tersebut, ketiganya kembali dari aktifitas bisnis mereka di Perancis untuk membangun usaha keluarga di Kota Aden yakni dengan nama Hayel Saed Anam 69 Brochure tahun 2015 dalam bentuk PDF. 68

12 & Brothers Co. Dimulai dari pengembangan bisnis usaha retail keluarga yang mengimpor barang-barang komoditas masyarakat dari Perancis, selanjutnya perusahaan semakin berkembang menjadi perusahaan eksport di tahun 1960 ke beberapa kota Yaman Utara Hodeida, Mocha, dan Taiz. Di tahun 1968, agar dapat semakin memperluas pasar penjualan perusahaannya, HSA & Brother Co menggencarkan pinjaman modal dari berbagai bank investasi dunia. Dengan banyaknya suntikan dana yang didapatkan dari berbagai bank investasi dunia, HSA & Brother Co semakin yakin untuk menjadikan perusahaan ini sebagai perusahaan multi nasional di tahun 1970 an. Sejak tahun 1970, HSA & Brothers Co.Ltd telah berkembang menjadi perusahaan multinasional dengan nama HSA Group dengan mengatur struktur kepemimpinan perusahaan secara teroganisir yang menjangkau seluruh regional perusahaan 70. Dengan manajemen group perusahaan yang terintegrasi dan terorganisir secara baik dari tingkatan perusahaan regional hingga induk perusahaan, HSA Group dapat mengembangkan aktivitas usaha hingga meraup pendapatan rata-rata USD 10 miliar per tahun 71. Secara sederhana struktur kepemimpinan perusaahaan induk HSA Group atau Hayel Saeed Anam Co.Ltd dan struktur PT. Pacific Medan Industri dapat dilihat di bagan struktur dibawah ini : 70 Ibid 71 Ibid 69

13 Gambar 2.4 Struktur Pimpinan HSA Group Sumber : Laporan Investigasi PT. Pacific Medan Industri Tahun 2015 DPD GSBI Sumatera Utara 70

14 Struktur kepemimpinan perusahaan tertinggi dimulai dari Dewan Pengawas Agung yang ditanggung jawabi oleh 3 orang bersaudara yaitu Ali Mohammed Saed dan Abdul Rahman Hayel Saeed selaku ketua pendiri serta Abdul Wasa Hayel Saeed selaku wakil ketua yang memimpin 3 anggota Dewan Pengawas Agung yaitu Abdullah Abdo Saeed, Mohammed Abdo Saeed, Abdul Gabbar Hayel Saeed. Kemudian pada posisi dibawahnya yaitu Dewan Direksi yang mengawasi kinerja beberapa anak group perusahaan. Dewan Direksi sendiri dipimpin oleh Abdul Gabbar Hayel Saeed dan diwakili oleh Dirhem Abdo Saeed. Dalam hal pengawasannya, Dewan Direksi melalui Mahfouz Ali Mohammed Saeed sebagai penanggung jawab dibawah koordinasi Abdul Gabbar Hayel Saeed dan wakilnya, membagi tugas pengawasan atas 5 kawasan regional perusahaan yang dipimpin masing-masing oleh anggota direksi sebagai direktur kawasan regional perusahaan yaitu Ibrahim Hayel Saeed, Fuad Hayel Saeed, Ahmed Gazem Saeed, Rashad Hayel Saeed, dan Nabil Hayel Saeed. Sedangkan struktur kepemimpinan manajemen PT. Pacific Medan Industri sendiri, digambarkan dibawah ini : 71

15 Gambar 2.5 Struktur Pimpinan PT. Pacific Medan Industri Sumber : Laporan Investigasi PT. Pacific Medan Industri Tahun 2016 DPD GSBI Sumatera Utara 72

16 Dari gambar diatas, PT. Pacific Medan Industri dipimpin oleh seorang General Manager bernama Ali Sulaiman yang bertanggung jawab kepada Fuad Hayel Saeed selaku Direktur PIL yang berkedudukan di Malaysia. Dalam menjalankan roda produksi perusahaan, Ali Sulaiman didampingi oleh Mr. Pateh serta membawahi sekitar 7 bagian managerial. Ketujuh bagian manajerial ini dipimpin oleh seorang koordinator manager dengan sebutan manager plan yang bernama Sumali Malik. Selanjutnya dalam pengoperasiannya, manajer membawahi supertenden yang kemudian diteruskan kepada supervisor dan foreman sebagai pendamping supervisor. Kesemua posisi manajemen struktur PT. Pacific Medan Industri diisi oleh 42 orang, termasuk General Manager dan Deputi dengan posisi dan tanggung jawabnya masing-masing yang saling memiliki hirarki satu sama lain. Dari jumlah 42 orang tersebut 3 orang diantaranya berkembangsaan Yaman (WNA) dan selebihnya WNI Kondisi Produksi Perusahaan Proses produksi di PT. Pacific Medan Industri sangat ditentukan dengan keberadaan produksi dari PT. Pacific Palmindo sebagai perusahaan yang juga dibawah naungan Pacific Inter Link. Hal ini disebabkan oleh PT. Pacific Palmindo merupakan perusahaan kilang penampung minyak kelapa sawit CPO/CPKO dengan kemampuan produksi penyulingan dan fraksinasi sebanyak 1500 MT per hari. PT. Palmindo memiliki kapasitas penampung minyak dengan 73

17 sebanyak 17 tank penampung minyak dengan total MT 72. Kemudian jumlah penyediaan minyak kelapa sawit di PT. Palmindo kemudian diolah dan disuling menjadi berbagai bahan yang memiliki nilai guna lebih tinggi seperti minyak makan, minyak ghee, margarin, mayonais. Selanjutnya hasil olahan tersebut disalurkan melalui saluran pipa besar yang terhubung ke PT. Pamin. Sehingga secara mendasar PT. Pacific Medan Industri hanya memproduksi beberapa kemasan di dalam proses produksi perusahaan. Namun meskipun demikian, perusahaan ini tetap memiliki brand komoditas di pasaran dari beberapa jenis produksi seperti : a. Minyak makan b. Sortening c. Margarin d. Minyak ghee Adapun jenis-jenis merk serta ukuran yang diproduksi lazimnya oleh PT. Pacific Medan Industri, yaitu antara lain 73 : Tabel 2.1 Tabel Jenis Produk PT. Pacific Medan Industri No Jenis Produk Tujuan Merk Ukuran (Liter) Pemasaran 1 Minyak Makan Ekspor Sabe 5, 20, 25 Mosave 3, 5, 20, 25 Aquiedearo 5, 20, 25 Nabil 5, 20, 25 Ramen 3 Reem 20, DPD GSBI Sumatera Utara. Loc.Cit. Hal Hasil wawancara dengan Bapak Agus Permana selaku supertenden tanggal 11 Mei 2016 di lingkungan PT. Pacific Medan Industri pukul

18 Avena 3, 5, 18, 20, 25 Madina 5, 18, 20, 25 Lokal Avena 5, 18 Madina 5, 18 Avena & Madina 1, 2 Via Indomas 2 Shortening Ekspor Avena Blue Krewl 15 2 BF 15 Saleem 20 Lokal Pamin Pamin Pamin Pamin Mc Donald 20 3 Margarin Ekspor/Lokal Avena 15 Madina 15 Margarin Pail - Jumlah pemasaran produk hasil produksi PT. Pacific Medan Industri terbagi atas dua jenis yakni lokasi perusahaan 1 dan lokasi perusahaan 2. Untuk lokasi perusahaan 1 sendiri, diperhitungkan dalam setiap 1 sift mampu memasarkan 18 unit kontainer, maka dalam 1 hari berjumlah 54 unit kontainer. Dalam 1 bulan berjumlah 54 unit dikali 30 hari yakni 1620 unit kontainer. Diperhitungkan 1 kontainer memiliki berat sebesar 20 ton, dan harga 1 kg minyak senilai Rp Sehingga 1 kontainer setidaknya bernilai sekitar Rp Sehingga dalam sebulan perusahaan untuk lokasi 1 mampu meraup keuntungan kotor sebesar Rp dikali 1620 yakni Rp (324 miliar). Sementara untuk jumlah pemasaran produk dari hasil produksi perusahaan lokasi 2, diperhitungkan dalam setiap 1 sift mampu memasarkan 10 unit kontainer 75

19 maka dalam 1 hari berjumlah 30 unit kontainer. Dalam 1 bulan berjumlah 30 unit kontainer dikali 26 hari yakni 780 unit kontainer. Sehingga jika 780 x Rp maka keuntungan yang didapatkan dari produksi pamin 2 yaitu Rp (156 miliar). Maka total secara keseluruhan yakni berkisar 480 miliar 74. Alur pemasaran produk PT. Pacific Medan Industri terdiri 2 kategori yaitu kategori ekspor dan lokal. Kategori ekspor, dengan alur pemasaran melalui perusahaan induk pasifik inter link di malaysia. Sedangkan jaringan pemasaran PIL sebanyak 64 negara antara Rusia, Turki, Ukraina serta negara-negara yang berada di timur tengah, eropa, asia, afrika, australia, dan amerika. Sedangkan untuk kategori lokal, dengan alur pemasaran sebagian produk melalui PT. Indomas yang berada di jakarta dan sebagian lainnya langsung dipasarkan oleh PT. Pamin. Terdapat beberapa perusahaan besar yang merupakan konsumen tetap hasil produksi PT. Pacific Medan Industri yaitu antara lain perusahaan Kraft, Mc Donald, dan Arnott & Wendy. Selain itu, perusahaan juga kerap melakukan kerjasama produksi atas nama program kemanusiaan diantaranya yaitu USAID dan WFP (World Food Program) yang dana produksinya disokong oleh negaranegara seperti Kanada, Jepang, Australia, Cina, Congo, dan Switzerland 75. Dalam pemasaran lokal produksi PT. Pacific Medan Industri menggunakan jasa PT. Indomas yang berkedudukan di Jakarta untuk sebagain 74 Hasil wawancara dengan Riski selaku buruh tetap di bagian filling tanggal 12 Mei 2016 pukul DPD GSBI Sumatera Utara. Loc.Cit. Hal 16 76

20 produk. Sementara sebagian lainnya dipasarkan langsung oleh perusahaan. Berdasarkan pernyataan Nadya Surury (Marketing PT. Indomas) Jaringan pasar PT. Indomas khusus produk Madina telah mencapai 8 % dari seluruh Indonesia khususnya wilayah Aceh, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali, dengan persentase pemasaran untuk wilayah Kalimantan 40%, Sumatera 35%, Jawa dan Bali 25%. Volume produksi mencapai MT per tahun. PT. Indomas merupakan salah satu perusahaan produsen minyak makan bermerk MinyaKita. Minyakita merupakan Program minyak makan bersubsidi dari pemerintah yang telah dilaksanakan sejak tahun 2008 melalui kebijakan Menteri Keuangan tentang pemberian insentif dalam bentuk Pajak Pertambahan Nilai Yang Ditanggung Oleh Pemerintah untuk minyak goreng kemasan sederhana (Minyakita). Setiap tahunnya pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi untuk program minyakita sekitar 250 miliar Kondisi Buruh Keseluruhan buruh yang bekerja di PT. Pacific Medan Industri terbagi atas 2 jenis status hubungan kerja yakni 77 : a. PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu), status ini juga sering disebut sebagai buruh tetap. Jumlah buruh yang bekerja dengan status ini di perusahaan yakni 178 orang Jadi.MinyakKita. Diakses pada tanggal 10 Mei 2016 pukul Arsip PT. Pacific Medan Industri. Data Jumlah Karyawan Tahun

21 b. PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu), status ini kemudian dibagi kembali menjadi 2 kategori yaitu : PKWT non outsourcing atau sering disebut status kerja kontrak non outsourcing, untuk status ini sendiri berjumlah 67 orang. PKWT Outsorcing, untuk buruh kontrak outsourcing ini berjumlah sekitar 1350 orang yang tersebar di 4 biro jasa antara lain, PT. Citra Nusa Mutiara 350 orang, PT. Depo 100 orang, PT. Yubash 700 orang, dan PT. SMAD 150 orang. Total dari seluruh buruh yang terbagi atas 2 jenis hubungan kerja tersebut ialah 1595 orang. Kesemua buruh tersebut tersebar di beberapa bagian kerja pabrik. Adapun jenis bagian kerja atau departemen kerja di PT. Pacific Medan Industri adalah 78 : a. Bagian Molding Lokasi Pamin 1 b. Bagian Molding Lokasi Pamin 2 c. Bagian Filling Lokasi Pamin 1 d. Bagian Filling Lokasi Pamin 2 e. Bagian Maintenence f. Bagian Shortening g. Bagian Kenmeking h. Bagian Loading i. Bagian QCI j. Bagian Finish Goods & Material 78 DPD GSBI Sumatera Utara. Loc.Cit. Hal 24 78

22 Dari kesemua bagian kerja diatas, hanya bagian kerja QCI dan Finish Good & Material yang tidak mempekerjakan buruh outsourcing didalamnya. Dalam aktivitas kerja produksi beserta penunjangnya, seluruh buruh dibedakan ke beberapa shift kerja, tidak terkecuali buruh dengan status outsourcing seluruhnya tersebar di ketiga shift kerja tersebut. Setiap 1 minggu sekali dilakukan pergantian shift kepada masing-masing buruh yang bekerja. Adapun waktu shift kerja tersebutr yaitu 79 : Shift 1 = waktu kerja Shift 2 = waktu kerja Shift 3 = waktu kerja Sementara dalam sistem pengupahan sendiri, nilai upah pokok para buruh di PT. Pacific Medan Industri bervariasi berdasarkan jenis hubungan kerja buruh tersebut serta masa kerja. Adapun varian besaran upah buruh di PT. Pacific Medan Industri tertera pada tabel di bawah ini 80 : Tabel 2.2 Tabel Varian Besaran Upah Buruh No Jenis Hubungan Kerja Nilai Upah Jabatan 1 PKWTT Rp Rp /bulan Biasa SPV 2 PKWT Non Outsourcing Rp Rp /bulan Biasa SPV 3 PKWT Outsourcing PT. Citra Nusa Mutiara : Rp /hari PT. Depo : Rp /hari - PT. Yubash : Rp /hari - PT. SMAD : Rp hari - 79 Ibid. Hal Ibid. Hal 27 79

23 Selain itu, terdapat pemotongan upah yang dilakukan pihak biro jasa outsourcing sebesar Rp per hari dari upah harian buruh sebesar Rp yang diberikan oleh perusahaan. Sehingga para buruh harian hanya menerima Rp per hari. Khusus untuk biro jasa Yubas, pihak biro melakukan pemotongan upah buruh dari perusahaan sebesar Rp per hari, sehingga para buruh yang menerima upah per hari sebesar Rp Jika suatu hari jumlah request melampui dari kehadiran buruh outsourcing yang menunggu di depan pabrik. Maka buruh-buruh ousourcing yang tidak hadir tanpa keterangan akan dikenakan sanksi pemotongan upah selama 2 hari. Bagi buruh outsourcing pada 3 bulan pertama bekerja dipotong upahnya sebesar Rp per bulan 81. Sementara untuk pemenuhan hak jaminan kesehatan dan sosial sendiri di perusahaan dilaksanakan bagi buruh tetap dan kontrak untuk pembayaran premi BPJS Ketenagakerjaan, upah dipotong 2 % dari upah UMSK. Untuk premi kesehatan ditanggung oleh perusahaan. Sementara untuk buruh outsourcing sebagian besar tidak didaftarkan BPJS baik ketenagakerjaan dan kesehatan. Dalam persoalan hak cuti hanya diberikan kepada buruh tetap dan kontrak, beberapa hak cuti tersebut antara lain cuti haid bagi perempuan selama 2 hari dan cuti tahunan 12 hari Hasil wawancara dengan Nova Arianto sebagai buruh outsourcing tanggal 5 Mei 2016 pukul Hasil wawancara dengan Ali sebagai buruh status tetap di bagian filling tanggal 5 Mei 2016 pukul

24 2.2. Tinjauan Kebijakan Outsourcing di Perusahaan Dalam uraian pembahasan tinjauan tentang kebijakan outsourcing di PT. Pacific Medan Industri ini akan dipaparkan berdasarkan penyelenggaraan sistem kerja outsourcing yang berkembang dan terjadi di perusahaan. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan akses yang diberikan oleh perusahaan kepada peneliti atas data tertulis mengenai penyelenggaraan outsourcing di perusahaan. Meskipun demikian, patut digaris bawahi bahwa seluruh buruh yang bekerja di perusahaan dengan status kerja outsourcing melalui berbagai biro jasa outsourcing yang menjalin kerjasama dengan PT. Pacific Medan Industri tidak pernah diberikan dan diperlihatkan ketentuan-ketentuan atau aturan tentang hubungan kerja outsourcing yang berlaku di perusahaan 83. Adapun penyelenggaraan sistem kerja outsourcing yang terselenggara perusahaan berdasarkan hasil riset DPD GSBI Sumatera Utara dalam program investigasi PT. Pacific Medan Industri tahun 2016 yaitu sebagai berikut 84 : a. Terdapat 4 biro jasa yang bekerja sama dengan perusahaan dalam mengerahkan buruh bekerja di pabrik yaitu : PT. Citra Nusa Mutiara = 350 orang PT. Depo = 100 orang PT. Yubash = 700 orang 83 Hasil wawancara dengan Nova Arianto sebagai buruh outsourcing tanggal 5 Mei 2016 pukul DPD GSBI Sumatera Utara. Laporan Investigasi PT. Pacific Industri Tahun

25 PT. SMAD = 150 b. Seluruh buruh yang direkrut melalui biro jasa tersebut dikenakan biaya administrasi sebesar Rp Rp c. Seluruh buruh yang direkrut melalui biro jasa, tidak mendapatkan kesepakatan perjanjian kerja yang mengatur tentang berbagai hak dan kewajiban buruh serta masa kerja kontrak dan outsourcingnya. d. Sebagian besar buruh outsourcing tidak memiliki kesempatan bekerja penuh dalam sebulan (26 hari). Rata-rata dalam keadaan normal mereka hanya bekerja hari dalam sebulan. Jika buruh tersebut tidak bekerja maka tidak dihitung upah pada hari tersebut. e. Kesempatan buruh outsourcing di perusahaan Pamin ditentukan berdasarkan sistem request. f. Proses penentuan sistem request adalah sebagai berikut : Pihak supertenden menentukan jumlah request atau disebut dalam istilah planing untuk menetapkan berapa jumlah buruh outsourcing yang dibutuhkan dalam 1 shift kerja per hari, selanjutnya hasil planing tersebut diteruskan kepada HRD (Human Resource Development). Pihak HRD selanjutnya menyampaikan kepada supervisor, kemudian supervisor menyampaikan kepada asistennya (mandor ruangan) 82

26 Asisten supervisor selanjutnya menentukkan nama-nama buruh outsourcing sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan berdasarkan penyampai dari supervisor. Kemudian setelah penentuan nama dari asisten supervisor, maka data tersebut diteruskan kepada mandor biro jasa. Terakhir mandor biro jasa melakukan absensi kepada seluruh buruh outsourcing yang telah menunggu di depan perusahaan untuk bekerja ketika namanya dipanggil oleh mandor Tinjauan Kebijakan Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 ialah peraturan tentang syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. Peraturan ini juga sering disebut sebagai peraturan yang berlaku terhadap penyelenggaraan sistem kerja outsourcing. Sistem kerja outsourcing sendiri telah dilindungi secara hukum dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, akan tetapi dalam tata perundang-undangan di Indonesia setiap pelaksanaan amanat Undang- Undang maka dibutuh peraturan dibawah Undang-Undang sebagai peraturan pelaksana. Oleh sebab itu, Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 merupakan peraturan pelaksana sistem kerja outsourcing yang memuat tata cara proses pemborongan kerja dan tenaga kerja, proses penyelenggaraan hubungan kerja antara buruh dengan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja atau pihak ke tiga, 83

27 serta hak dan kewajiban para pihak yang berkepentingan. Kesemuanya diatur di dalam 6 BAB dan 36 pasal di Permenakertrans No. 19 Tahun Adapun ketentuan-ketentuan pokok dari Permenakertrans No. 19 Tahun 2012 sendiri, diuraikan dibawah ini : BAB II PEMBORONGAN PEKERJAAN Bagian Kesatu Persyaratan Pemborongan Pekerjaan Pasal 3 (1) Perusahaan pemberi pekerjaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan. (2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan pelaksanaan pekerjaan; b. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan; c. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan 84

28 kegiatan utama sesuai dengan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan oleh asosiasi sektor usaha yang dibentuk sesuai peraturan perundangundangan; dan d. tidak menghambat proses produksi secara langsung, artinya kegiatan tersebut merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Pasal 4 (1) Asosiasi sektor usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c harus membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan sesuai sektor usaha masing-masing. (2) Alur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menggambarkan proses pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir serta memuat kegiatan utama dan kegiatan penunjang dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2). (3) Alur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipergunakan sebagai dasar bagi perusahaan pemberi pekerjaan dalam penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan melalui pemborongan pekerjaan. Pasal 5 Jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan harus dilaporkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan kepada 85

29 instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan dilaksanakan. Pasal 6 Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 mengeluarkan bukti pelaporan jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan melalui pemborongan pekerjaan paling lambat 1 (satu) minggu sejak pelaporan dilaksanakan oleh perusahaan pemberi pekerjaan. Pasal 7 (1) Perusahaan pemberi pekerjaan dilarang menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan apabila belum memiliki bukti pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. (2) Apabila perusahaan pemberi pekerjaan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan sebelum memiliki bukti pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, maka hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih kepada perusahaan pemberi pekerjaan. 86

30 Pasal 8 Perusahaan pemberi pekerjaan harus melaporkan secara tertulis setiap perubahan jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan melalui pemborongan pekerjaan, kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan dilaksanakan dengan tetap memperhatikan proses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. Bagian Kedua Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Pasal 9 (1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan secara tertulis. (2) Perjanjian pemborongan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat: a. hak dan kewajiban masing-masing pihak; b. menjamin terpenuhinya perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh sesuai peraturan perundang-undangan; dan c. memiliki tenaga kerja yang mempunyai kompetensi di bidangnya. 87

31 Pasal 10 (1) Perjanjian pemborongan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus didaftarkan oleh perusahaan penerima pemborongan kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan dilaksanakan. (2) Pendaftaran perjanjian pemborongan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah perjanjian tersebut ditandatangani oleh perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan, paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan. Pasal 11 Dalam hal perjanjian pemborongan pekerjaan telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan menerbitkan bukti pendaftaran paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak berkas permohonan pendaftaran perjanjian diterima. Bagian Ketiga Persyaratan Perusahaan Penerima Pemborongan Pasal 12 Perusahaan penerima pemborongan harus memenuhi persyaratan: a. berbentuk badan hukum; 88

32 b. memiliki tanda daftar perusahaan; c. memiliki izin usaha; dan d. memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan. Bagian Keempat Perjanjian Kerja Pemborongan Pekerjaan Pasal 13 Setiap perjanjian kerja dalam pemborongan pekerjaan wajib memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh dalam hubungan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 14 Perjanjian kerja dalam pemborongan pekerjaan mengatur tentang hubungan kerja antara perusahaan penerima pemborongan dengan pekerja/buruhnya yang dibuat secara tertulis. Pasal 15 Hubungan kerja antara perusahaan penerima pemborongan dengan pekerja/buruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu. 89

33 Pasal 16 Pelaporan jenis kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan pendaftaran perjanjian pemborongan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 tidak dikenakan biaya. BAB III PENYEDIAAN JASA PEKERJA/BURUH Bagian Kesatu Persyaratan Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh Pasal 17 (1) Perusahaan pemberi pekerjaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh melalui perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. (2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus merupakan kegiatan jasa penunjang atau yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. (3) Kegiatan jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. usaha pelayanan kebersihan (cleaning service); b. usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering); c. usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan); d. usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan 90

34 e. usaha penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh. Pasal 18 Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dilarang menyerahkan pelaksanaan sebagian atau seluruh pekerjaan yang diperjanjikan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh lain. Bagian Kedua Perjanjian Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh Pasal 19 Perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: a. jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; b. penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh bersedia menerima pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebelumnya untuk jenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; dan hubungan kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruh yang dipekerjakannya berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu. 91

35 Pasal 20 (1) Perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh harus didaftarkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan. (2) Pendaftaran perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak ditandatangani dengan melampirkan: a. izin operasional perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang masih berlaku; dan b. draft perjanjian kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruh yang dipekerjakannya. (3) Pendaftaran perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan biaya. Pasal 21 (1) Dalam hal perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 20, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan menerbitkan bukti pendaftaran paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak berkas permohonan pendaftaran perjanjian diterima. 92

36 (2) Dalam hal perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana pada ayat (1), maka pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota dapat menolak permohonan pendaftaran dengan memberi alasan penolakan. Pasal 22 Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak dapat melakukan operasional pekerjaannya sebelum mendapatkan bukti pendaftaran perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan. Pasal 23 (1) Dalam hal perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh tidak didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tetap melaksanakan pekerjaan, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi mencabut izin operasional berdasarkan rekomendasi dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota. (2) Dalam hal izin operasional perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dicabut, pemenuhan hak-hak pekerja/buruh tetap menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang bersangkutan. 93

37 Bagian Ketiga Persyaratan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh Pasal 24 Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh harus memenuhi persyaratan: a. berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan; b. memiliki tanda daftar perusahaan; c. memiliki izin usaha; d. memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan; e. memiliki izin operasional; f. mempunyai kantor dan alamat tetap; dan g. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan. Pasal 25 (1) Izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e diajukan permohonannya oleh perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi tempat pelaksanaan pekerjaan, dengan melampirkan: a. copy anggaran dasar yang didalamnya memuat kegiatan usaha penyediaan jasa pekerja/buruh; b. copy pengesahan sebagai badan hukum Perseroan Terbatas (PT); 94

38 c. copy surat ijin usaha penyediaan jasa pekerja/buruh; d. copy tanda daftar perusahaan; e. copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan; f. copy pernyataan kepemilikan kantor atau bukti penyewaan kantor yang ditandatangani oleh pimpinan perusahaan; dan g. copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan. (2) Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menerbitkan izin operasional terhadap permohonan yang telah memenuhi persyaratan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima. (3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku di seluruh kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan. Pasal 26 (1) Izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama. (2) Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan berdasarkan persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini dan hasil evaluasi kinerja perusahaan yang dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota. 95

39 (3) Berdasarkan hasil evaluasi kinerja perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi menyetujui atau menolak. Bagian Keempat Perjanjian Kerja Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh Pasal 27 (1) Setiap perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh wajib membuat perjanjian kerja secara tertulis dengan pekerja/buruh. (2) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dicatatkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan. (3) Dalam hal perjanjian kerja tidak dicatatkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi mencabut izin operasional berdasarkan rekomendasi dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota. (4) Pencatatan perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan biaya. 96

40 Pasal 28 Setiap perjanjian kerja penyediaan jasa pekerja/buruh wajib memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh dalam hubungan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 29 (1) Hubungan kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu. (2) Dalam hal hubungan kerja didasarkan atas perjanjian kerja waktu tertentu yang objek kerjanya tetap ada sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurangkurangnya harus memuat: a. jaminan kelangsungan bekerja; b. jaminan terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan yang diperjanjikan; dan c. jaminan perhitungan masa kerja apabila terjadi pergantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh untuk menetapkan upah. (3) Hak-hak pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: a. hak atas cuti apabila telah memenuhi syarat masa kerja; b. hak atas jaminan sosial; c. hak atas tunjangan hari raya; 97

41 d. hak istirahat paling singkat 1 (satu) hari dalam 1 (satu) minggu; e. hak menerima ganti rugi dalam hal hubungan kerja diakhiri oleh perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir bukan karena kesalahan pekerja; f. hak atas penyesuaian upah yang diperhitungkan dari akumulasi masa kerja yang telah dilalui; dan g. hak-hak lain yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan dan/atau perjanjian kerja sebelumnya. Pasal 30 Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu tidak memuat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29, maka hubungan kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruh berubah menjadi hubungan kerja yang didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu sejak ditandatanganinya perjanjian kerja yang tidak memenuhi persyaratan. Pasal 31 Dalam hal pekerja/buruh tidak memperoleh jaminan kelangsungan bekerja, maka pekerja/buruh dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Hubungan Industrial. 98

42 Pasal 32 (1) Dalam hal perusahaan pemberi pekerjaan tidak melanjutkan perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh dan mengalihkan pekerjaan penyediaan jasa pekerja/buruh kepada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang baru, maka perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang baru, harus melanjutkan perjanjian kerja yang telah ada sebelumnya tanpa mengurangi ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja yang telah disepakati. (2) Dalam hal terjadi pengalihan pekerjaan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka masa kerja yang telah dilalui para pekerja/buruh pada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang lama harus tetap dianggap ada dan diperhitungkan oleh perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh yang baru. 99

TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM KERJA UUTSOURCING DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI

TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM KERJA UUTSOURCING DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI LAMPIRAN TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM KERJA UUTSOURCING DI PT. PACIFIC MEDAN INDUSTRI Nama Pekerjaan : Nova Arianto : Buruh Outsourcing PT. Citra Nusa Mutiara 1. Bagaimana

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA

I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA Oleh : Basani Situmorang SH,Mhum Dampak dan Trend Outsourcing Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting. Dilihat

Lebih terperinci

1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada

1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada 1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun 2003 2. Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada Perusahaan Lain Pasal 64 UU No.13 Tahun 2003 : Perusahaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA. Buku BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdassarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa implementasi tanggung jawab pengusaha penyedia jasa pekerja dalam hal ini PT. Sandhy putra makmur terhadap pekerja

Lebih terperinci

SURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG

SURAT EDARAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA SURAT EDARAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE.04/MEN/VIII/2013 TENTANG 26 Agustus 2013 PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH POVINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.123, 2015 KEMENAKER. Izin Usaha. Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh. Pelayanan Satu Pintu. BKPM. Penerbitan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh: TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN Oleh: Ayu Puspasari, S.H., M.H Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Email: ABSTRAK Penyerahan sebagian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan Permata Hijau Group (PHG) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau Group

Lebih terperinci

Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing

Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing Langkah Strategis Pelaksanaan Permenakertrans NO. 19 Tahun 2012 Terkait Outsourcing Outsourcing Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian

Lebih terperinci

NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERBITAN

Lebih terperinci

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DI LINGKUNGAN PT PLN (PERSERO) DIREKSI PT PLN (PERSERO)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

Miftakhul Huda, S.H., M.H

Miftakhul Huda, S.H., M.H Miftakhul Huda, S.H., M.H Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) Perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap Dapat mensyaratkan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Sejarah Perusahaan PT. Batara Elok Semesta Terpadu merupakan salah satu perusahaan di Gresik yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran minyak goreng kelapa sawit. Perusahaan

Lebih terperinci

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei 2018 1. Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? Target produksi Perseroan untuk tahun 2018 adalah 219.000

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2015 KEMENAKER. Izin Usaha Jasa. Penempatan Tki. Dalam Negeri. Pelayanan Satu Pintu. BKPM. Standar Operasional Prosedur. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Nasional Bruto (PDNB) sektor Pertanian, salah satunya adalah kelapa sawit.

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBENTUKAN DEWAN NEGARA-NEGARA PRODUSEN MINYAK SAWIT

PIAGAM PEMBENTUKAN DEWAN NEGARA-NEGARA PRODUSEN MINYAK SAWIT PIAGAM PEMBENTUKAN DEWAN NEGARA-NEGARA PRODUSEN MINYAK SAWIT ------------------------------------------------------------------------------------------------ PEMBUKAAN Pemerintah negara-negara anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah BAB I PENDAHULUAN I.1. Sejarah Perusahaan PT. Sari Mas Permai adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan dan pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia, Tbk adalah salah satu perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) oleh Horrison Crosfield Ltd. England

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 34 BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 3.1 Pelaporan Perjanjian Kerja Antara Perusahaan Pemberi Pekerjaan Dengan Perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG M MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IZIN USAHA JASA PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.417, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Kilang Minyak. Dalam Negeri. Pembangunan. Pengembangan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan kebutuhan akan minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub sektor agroindustri

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1.tE,"P...F.3...1!..7. INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

KOP SURAT BKPM RI IZIN KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN ASING

KOP SURAT BKPM RI IZIN KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN ASING LAMPIRAN IX PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERIZINAN DAN NONPERIZINAN PENANAMAN MODAL Bentuk Izin Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN - 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT Stars Internasional didirikan pada tanggal 28 Mei 2001 oleh delapan orang yang telah berpengalaman. Kedelapan orang tersebut pernah bekerja dan

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. yang dibawa oleh Mauritius dari Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya

BAB IV GAMBARAN UMUM. yang dibawa oleh Mauritius dari Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya 62 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Komoditas Kelapa Sawit Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang

Lebih terperinci

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, : a.

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I KETENTUAN U M U M UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG K E T E N A G A K E R J A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek penelitian III. 1.1 Sejarah Singkat PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh perusahaan adalah dalam bidang perkebunan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1990, 2016 KEMENAKER. Penempatan Tenaga Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PENERBITAN IZIN LOKASI DAN PERSETUJUAN PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Selain sebagai sumber utama minyak nabati, kelapa sawit

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC) NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO Widiastuti *) Kepala Bagian Pengembangan Pasar, BAPPEBTI Pengantar redaksi: Tahun 2010, lalu, Biro Analisa Pasar, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri minyak kelapa sawit (crude palm oil CPO) di Indonesia dan Malaysia telah mampu merubah peta perminyakan nabati dunia dalam waktu singkat. Pada tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang : a. bahwa minyak dan gas bumi

Lebih terperinci

Form. Surat Keputusan Pembaharuan IUI

Form. Surat Keputusan Pembaharuan IUI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.70/Menhut-II/2006 TANGGAL : 6 Nopember 2006 TENTANG : Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 300/Kpts-II/2003 tentang

Lebih terperinci

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Oleh: Arum Darmawati Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Hukum Ketenagakerjaan Seputar Hukum Ketenagakerjaan Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja (Perjanjian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BKPM NO. 5 TAHUN 2013 JO. PERATURAN KEPALA BKPM NO. 12 TAHUN 2013

PERATURAN KEPALA BKPM NO. 5 TAHUN 2013 JO. PERATURAN KEPALA BKPM NO. 12 TAHUN 2013 PERATURAN KEPALA BKPM NO. 5 TAHUN 2013 JO. PERATURAN KEPALA BKPM NO. 12 TAHUN 2013 CHECK LIST IZIN USAHA BARU/ PERLUASAN/ ALIH STATUS/ PENGGABUNGAN *) *) pilih salah satu Menunjukan dokumen asli Fotokopi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.40, 2013 KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. Pelaksanaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 30 /KPPU Pat /X/2017 TENTANG PENILAIAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 30 /KPPU Pat /X/2017 TENTANG PENILAIAN PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 30 /KPPU Pat /X/2017 TENTANG PENILAIAN PEMBERITAHUAN ATAS PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT ANUGERAH PALM INDONESIA OLEH PT USAHA AGRO INDONESIA

Lebih terperinci

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi. HMGRIN Harga Margarin (rupiah/kg) 12393.5 13346.3 7.688 VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil pendugaan model pengembangan biodiesel terhadap produk turunan kelapa sawit

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa sebagai upaya pengendalian agar penggunaan tanah dalam

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak Goreng adalah salah satu komoditi dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil sebagai bahan dasar

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Beberapa ketentuan diubah dengan Permenakertrans Nomor PER.12/MEN/VI/2009 MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN

Lebih terperinci

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUMEDANG BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2099, 2014 KEMENAKER. Peraturan Perusahaan. Pembuatan dan Pendaftaran. Perjanjian Kerja Sama. Pembuatan dan Pengesahan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci