BAB I PENDAHULUAN (%) ,82 52, ,05 55,25

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN (%) ,82 52, ,05 55,25"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang termasuk dalam daftar kota wisata favorit di Indonesia. Sebagai kota wisata, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara terus menunjukkan peningkatan tiap tahunnya. Tingginya jumlah kunjungan wisatawan menjadi salah faktor utama laju pertumbuhan hotel yang semakin pesat di Yogyakarta. Ber dasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga awal tahun 2014 jumlah hotel khusus di wilayah Yogyakarta tercatat sebanyak 339 hotel, terdiri atas 43 hotel berbintang dan 356 hotel non bintang. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan terus bertambah mengingat terdapat total 110 pengajuan izin pendirian hotel baru di Yogyakarta sepanjang tahun 2014 ( Selain sebagai kota wisata, Yogyakarta juga menyandang predikat sebagai salah satu kota destinasi MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition). Dengan semakin kondusifnya destinasi Yogyakarta menjadikan wisata MICE semakin berkembang pada beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari data berikut: Tabel 1.1. Tabel Perkembangan Jumlah Wisatawan, MICE, Rata-rata Lama Tinggal dan Tingkat Hunian Hotel di DIY, Jumlah Jumlah Rata-rata lama Tingkat Tahun Wisatawan MICE Tinggal Wisatawan Hunian Hotel (Orang) (Kali) (Hari) (%) ,82 52, ,05 55,25

2 2 Jumlah Jumlah Rata-rata lama Tingkat Tahun Wisatawan MICE Tinggal Wisatawan Hunian Hotel (Orang) (Kali) (Hari) (%) ,78 50, ,82 45, ,96 55,51 Sumber: Dinas Pariwisata DI Yogyakarta Sepanjang tahun , penyelenggaraan MICE di Yogyakarta terjadi rata-rata sebanyak 23 kali dalam 1 (satu) hari, baik di hotel maupun di gedung pertemuan lainnya. Dari data tersebut juga terlihat bahwa pada tahun 2012, aktivitas MICE yang dilaksanakan di DIY mengalami peningkatan sebesar 43% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2014, sektor yang paling dominan dalam mempengaruhi tren positif peningkatan pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang diperkirakan tumbuh mencapai 5,95%. Namun, pada triwulan akhir 2014 tercatat terjadi pelambanan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal tersebut berkaitan dengan kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat yang mengurangi pelaksanaan kegiatan MICE di hotel. Munculnya kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor dilatarbelakangi oleh tingginya angka kerugian negara akibat inefisiensi biaya perjalanan dinas yang dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN). Berdasarkan catatan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), penyalahgunaan anggaran selama ini mencapai 30%. Pemborosan dari rapat-rapat yang dilaksanakan di hotel mencapai angka hingga Rp 5,122 triliun ( Selain itu, Pemerintah juga menilai dana yang tertuang dalam APBN yang dialokasikan untuk perjalanan dinas dan pelaksanaan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Pegawai Negeri Sipil

3 3 (PNS) tidak efisien dan berpotensi menyebabkan kerugian negara. Implikasinya, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN- RB) menerbitkan Surat Edaran Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pembatasan Kegiatan Pertemuan/Rapat di Luar Kantor. Peraturan ini kemudian diberlakukan terhitung sejak 1 Desember Tidak dipungkiri, kebijakan pemerintah ini menuai beragam reaksi dari berbagai kalangan. Meski didukung oleh kepala daerah untuk implementasinya, namun tidak demikian dari pihak industri perhotelan. Sebesar 40% dari pemasukan bisnis hotel bergantung pada kegiatan MICE yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pihak hotel berdalih dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut, maka akan berdampak pada penurunan pemasukan hotel. Hal ini dikarenakan bisnis hotel tidak bisa sepenuhnya mengandalkan pemasukannya dari wisatawan yang menginap mengingat banyaknya jumlah hotel yang ada di tengah persaingan yang ketat. Menanggapi protes tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan petunjuk teknis yang mengatur kegiatan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan di luar kantor. Hal ini dilakukan karena banyak pihak menilai adanya ketidakjelasan tentang batasan-batasan kegiatan yang dimaksudkan dalam Surat Edaran Kemenpan RB Nomor 11 Tahun 2014 tersebut, sehingga muncul perbedaan persepsi dalam memandang peraturan ini. Pemerintah kemudian melakukan peninjauan ulang yang diwujudkan dengan pencabutan Surat Edaran Nomor 11 Tahun 2014 dan digantikan dengan Peraturan Menteri PAN RB Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembatasan Pertemuan/Rapat di Luar Kantor dalam Rangka Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Kerja Aparatur yang diberlakukan mulai April Perubahan kebijakan Kemenpan tersebut tidak terlepas dari peran serta public relations hotel. Dalam merespon dampak yang ditimbulkan akibat dikeluarkannya kebijakan tersebut, public relations hotel mengambil tindakan awal yakni aktif melakukan koalisi dengan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Koalisi yang dijalankan tersebut merupakan bentuk nyata dari peran yang dimainkan public relations (PR) pada level strategis, artinya

4 4 bagaimana public relations secara aktif bekerjasama dengan PHRI untuk turut serta mempengaruhi kebijakan pemerintah tersebut. Sebagai jembatan komunikasi antara perusahaan yang diwakilinya dengan publik, public relations secara aktif menyampaikan bentuk protes maupun aspirasi-aspirasi kepada PHRI terkait kondisi yang dihadapi perusahaannya akibat adanya kebijakan pembatasan tersebut untuk kemudian dapat diteruskan kepada pemerintah pusat. Hal ini dibuktikan dengan dilaksanakannya sejumlah pertemuan sepanjang tahun 2015 antara PHRI Yogyakarta dengan perwakilan public relations hotel-hotel di Yogyakarta untuk membahas dampak yang muncul akibat kebijakan Kemenpan tersebut. Setelah PHRI daerah dan pusat melakukan pertemuan dengan pemerintah dan DPR, maka akhirnya kebijakan tersebut kembali direvisi oleh pemerintah sehingga kembali memunculkan harapan bagi industri perhotelan. Keberadaan public relations dalam perusahaan sangat penting sebagai salah satu fungsi khusus manajemen yang memiliki akses dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan strategis. Keberadaan public relations sendiri akan efektif apabila public relations berkontribusi terhadap penyusunan strategi dan pembuatan kebijakan dalam perusahaan. Dalam permasalahan ini, public relations hotel membantu manajemen hotel untuk tetap responsif terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan serta menjadi mediator antara perusahaan dengan pemerintah. Public relations membantu menganalisis situasi dan dampak dari kebijakan tersebut terhadap perusahaannya untuk selanjutnya dapat terlibat dalam pengambilan dan penyusunan keputusan strategis. Public relations menjalankan peran managerial skill untuk membantu mengakomodir pendapat mereka tentang kebijakan pembatasan pertemuan/rapat di hotel kepada PHRI. Selanjutnya, PHRI menyampaikan aspirasi pihak hotel tersebut kepada pemerintah agar bagaimana kebijakan tersebut tidak merugikan industri perhotelan. Hotel Inna Garuda merupakan salah satu hotel berbintang di Yogyakarta yang memposisikan diri sebagai Hotel, Convention dan Business yang terletak pada lokasi strategis, yaitu tepat berada di jalan Malioboro sebagai jantung Kota Yogyakarta. Setiap bulannya, penyelenggaraan kegiatan MICE di Hotel Inna Garuda mencapai 20 pertemuan, yang didominasi oleh pihak pemerintah

5 5 (government). Berdasarkan data awal yang dikumpulkan oleh peneliti, pemerintah menyumbang hampir 70% pasar MICE Hotel Inna Garuda dan 30% lainnya berasal dari pihak swasta atau umum. Kegiatan MICE sendiri tidak hanya terbatas pada pemesanan ruang meeting saja, namun juga termasuk kamar hotel dan makanan (meals) untuk pihak penyelenggara. Adapun kontribusi pasar MICE bagi pemasukan Hotel Inna Garuda hampir mencapai 60%, dengan sebagian besar tamu hotel merupakan peserta rapat, bukan para wisatawan. Sebelum adanya kebijakan tersebut, sudah banyak pemesanan ruang meeting oleh instansi pemerintah untuk bulan Desember 2014 hingga Maret Namun, pasca diberlakukannya Surat Edaran Nomor 11 Tahun 2014 pada bulan Desember lalu, banyak terjadi penarikan atau pembatalan sepihak terhadap pemesanan ruang meeting oleh pihak penyelenggara. Situasi yang tidak terduga tersebut membuat pihak Hotel Inna Garuda tidak mampu berbuat banyak. Akibatnya, total kerugian yang dialami Hotel Inna Garuda mencapai 1,8 miliar dengan penurunan jumlah tamu dari sekitar 70% hanya menjadi 20%. Meski kemudian PR membangun koalisi dengan PHRI untuk berupaya mengubah kebijakan tersebut yang kemudian diwujudkan oleh pemerintah dengan memberikan kelonggaran dengan merevisi kebijakan pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di hotel sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, namun hal tersebut belum memberikan perubahan yang signifikan bagi pemasukan hotel. Pihak Hotel Inna Garuda mengakui meski Surat Edaran sebelumnya telah dicabut dan digantikan dengan petunjuk teknis yang baru, kondisi pemasukan hotel belum pulih sepenuhnya pasca kerugian yang dialami. Pemesanan kegiatan MICE di Hotel Inna Garuda hanya mencapai rata-rata 3 pertemuan/bulan. Kondisi ini dipicu oleh faktor belum semua instansi pemerintah berani untuk kembali menggelar rapat di hotel. Hal ini dikarenakan anggaran yang diberikan untuk masing-masing instansi atau kementerian terbatas, sehingga mereka hanya memilih hotel dengan rate yang sesuai dengan anggaran yang dimiliki. Tidak jarang pula pihak penyelenggara rapat menginap di Hotel Inna Garuda, namun lebih memilih untuk menggunakan gedung-gedung diklat sebagai tempat pelaksanaan rapat dan bukan di ballroom yang tersedia di hotel.

6 6 Akibatnya, terhitung sejak Januari April 2015, Hotel Inna Garuda hanya mampu memperoleh rata-rata pemasukan sebesar 1 miliar/bulan dari total target pemasukan sebesar 5 miliar/bulan. Pegawai hotel yang sebelumnya mengandalkan service fee dari banyaknya tamu yang menginap kini hanya bisa mengandalkan pendapatan dari gaji pokok saja. Selain itu, pengurangan tenaga outsourcing dari sebelumnya sebanyak 15 orang menjadi 10 orang saja juga dilakukan untuk mengurangi biaya operasional hotel. Kebijakan pemerintah terkait pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) tentu saja juga menyebabkan dampak kerugian bagi hotel-hotel lain selain Hotel Inna Garuda di Kota Yogyakarta. Terhitung sejak Desember 2014, beberapa hotel besar terutama hotel-hotel bintang tiga hingga bintang lima yang kerap dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan rapat atau kegiatan instansi pemerintah telah melaporkan kerugian yang dialami kepada PHRI Yogyakarta. Hotel-hotel tersebut antara lain Hotel Melia Purosani, Hotel Tentrem, Hotel Grand Quality, Hotel Saphir, Royal Ambarrukmo Hotel, dan East Parc Hotel. Adapun kerugian yang dialami hotelhotel tersebut akibat pembatalan pemesanan ruang meeting dan kamar hotel berkisar antara 600 juta hingga 1,4 miliar rupiah ( Meski sama-sama terkena dampak dari kebijakan tersebut, terdapat hal yang membedakan kondisi yang terjadi antara hotel-hotel lainnya dengan Hotel Inna Garuda. Di hotel-hotel lain jumlah pemesanan ruang rapat dari sektor pemerintahan tidak terlalu besar dan lebih banyak dikuasai oleh korporasi swasta. Meski terjadi penurunan okupansi, namun hotel-hotel tersebut masih bisa mengandalkan pangsa pasar lain, seperti yang dilakukan oleh East Parc Hotel dengan menyasar market leisure dan series market dari wisatawan asing. Contoh lainnya seperti yang dilakukan oleh Hotel Tentrem yang serius menggarap pasar MICE lain dengan gencar mengadakan konser artis baik dari dalam negeri maupun internasional. Berbeda dengan kondisi tersebut, selama ini Hotel Inna Garuda lebih banyak mengandalkan pemesanan dari segmen pemerintah dan

7 7 kurang serius dalam menggarap pasar MICE dari segmen swasta, terutama saat low season. Hal ini terbukti dari kontribusi pemerintah mencapai 70% dari total pemasukan hotel. Kegiatan-kegiatan rapat tersebut menunjang operasional hotel selama weekdays, berbeda hal nya dengan wisatawan yang hanya berkontribusi pada weekend ataupun musim liburan saja. Sebelum muncul kebijakan tersebut, Hotel Inna Garuda tidak serius menjalin kerjasama dengan pihak lain seperti tour & travel ataupun menggarap e-commerce. Padahal sebagaimana diketahui Hotel Inna Garuda terletak di lokasi strategis sehingga bisa dengan mudah menarik wisatawan. Pihak Hotel Inna Garuda juga merasa tidak bisa sepenuhnya terjun dalam persaingan harga mengingat tingginya persaingan hotel berbintang di Yogyakarta. Akibatnya, dengan munculnya kebijakan tersebut seolah menjadi pukulan telak bagi Hotel Inna Garuda apabila dibandingkan dengan hotel lainnya. Perbedaan-perbedaan ini lah yang kemudian menjadi alasan peneliti untuk memilih Hotel Inna Garuda sebagai objek penelitian. Dengan demikian, kondisi ini telah memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi Hotel Inna Garuda. Public relations Hotel Inna Garuda dituntut untuk mampu mengamati dan menganalisis persoalan yang menyangkut kepentingan instansi dan stakeholder-nya, dalam hal ini yaitu mencermati dan menganalisis secara mendalam apa saja dampak yang ditimbulkan akibat penetapan kebijakan pemerintah di lingkungan eksternal, sehingga selanjutnya mampu mengambil keputusan-keputusan strategis sebagai bentuk respon terhadap dampak kebijakan pemerintah tersebut dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi manajemen hotel. Hal ini diperlukan agar nantinya strategi yang diimplementasikan dalam program-program yang dijalankan oleh public relations, baik strategi komunikasi maupun strategi tindakan dapat dijalankan secara efektif dalam rangka menjawab atau menjadi solusi atas permasalahan yang sebenarnya Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan dan data yang telah disajikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

8 8 Bagaimana strategi public relations Hotel Inna Garuda dalam menanggulangi dampak kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana strategi public relations Hotel Inna Garuda dalam menanggulangi dampak kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan akan diperoleh berbagai manfaat yang diharapkan berguna bagi berbagai pihak terkait, di antaranya: a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmiah, pemikiran, ide-ide baru, serta sebagai sarana untuk memahami ilmu komunikasi khususnya di bidang kehumasan atau public relations. b. Manfaat praktis Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan kajian bagi pihak Hotel Inna Garuda Yogyakarta, khususnya guna meningkatkan kinerja bagian public relations terkait bagaimana strategi untuk menanggulangi dampak dari kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Bagi peneliti Meningkatkan pengetahuan tentang implementasi strategi public relations Hotel Inna Garuda dalam menanggulangi dampak kebijakan

9 9 pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kerangka Penelitian Public Relations (PR) Public relations merupakan bentuk kegiatan yang bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan jaman, khususnya memasuki era globalisasi saat ini. Hal ini membuat banyak definisi tentang public relations (PR) yang telah dijelaskan oleh para ahli maupun profesional di bidang public relations. Praktek public relations sendiri mungkin bervariasi dalam konteks lingkungan atau perusahaan yang berbeda, sehingga definisi yang muncul akan selau beradaptasi sesuai dengan konteksnya. Salah satu definisi universal yang bisa diterima secara luas sebagaimana yang dikemukakan oleh PRSA: Public relations is a strategic communication process that builds mutually beneficial relationships between organizations and their publics. ( Sedangkan definisi lain mengkonsepsikan public relations lebih dari sekedar kegiatan komunikasi, sebagaimana menurut Cutlip, Center & Broom (1999: 1), sebagai berikut: Public Relations is the management function that identifies, establishes, and maintains mutually beneficial relationships between an organization and various publics on whom its success or failure depends. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa public relations adalah fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam berkomunikasi, yang meliputi pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan berbagai publiknya. Sebagai fungsi manajemen public relations memfokuskan diri pada membangun atau mengembangkan relasi serta

10 10 komunikasi yang dilakukan secara individual maupun organisasi terhadap publik guna menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Pada dasarnya peran public relations terbagi menjadi dua, yakni peran teknis dan peran manajerial. Pada level teknis, kegiatan public relations berfokus pada kegiatan seperti penyusunan pesan, publisitas, media relations dan efek media. Sedangkan pada level manajerial, public relations ikut terlibat dalam pengambilan keputusan organisasi serta memberikan masukan kepada jajaran manajemen atas (Grunig, 2009). Namun dewasa ini, peran public relations beralih lebih dari sekedar pekerjaan teknisi dan mengarah kepada peran manajerial. Peran disini membantu untuk mempelajari kekuatan dari fungsi public relations dalam organisasi dan bagaimana aktivitas public relations menghasilkan program yang tepat, mempengaruhi perencanaan strategi dan efek pada tujuan organisasi baik tujuan jangka pendek (bottom-line) maupuan tujuan jangka panjang (survival) (Baskin, Aronoff, & Lattimore, 1997: 93). Keterlibatan public relations dalam manajemen strategis berarti public relations mengembangkan program untuk berkomunikasi dengan publik-publik strategis, baik itu publik internal maupun eksternal, yang terpengaruh oleh segala keputusan dan tindakan organisasi dan siapa pun yang menuntut atau berhak mengungkapkan pendapatnya terkait dengan keputusan perusahaan - baik sebelum atau setelah keputusan tersebut dibuat (Grunig, 2009), terlibat dalam pembuatan keputusan organisasi dan umumnya terlibat dalam pembuatan keputusan strategis untuk mengelola perilaku organisasi (Putra, 2011). Adapun elemen signifikan dari peran manajerial menyangkut tren identifikasi dan manajemen respon, identifikasi dan manajemen isu dan problem, riset, perencanaan strategis, konsultan, dan menjalankan tanggung jawab korporat (McDonald dan Hebbani, 2011). Lebih jauh, PRSA memberikan penjelasan terkait peran public relations sebagai fungsi manajemen yang mencakup hal-hal berikut (

11 11 - Mengantisipasi, menganalisis dan menafsirkan opini publik, sikap dan isuisu yang mungkin dapat berdampak, secara baik ataupun buruk, terhadap operasionalisasi dan rencana organisasi. - Memberikan konseling pada semua tingkatan organisasi yang berkaitan dengan keputusan kebijakan, program aksi dan komunikasi, dengan mempertimbangkan konsekuensi publik dan tanggung jawab sosial. - Meneliti, memimpin dan mengevaluasi secara berkelanjutan, program aksi dan komunikasi untuk mencapai pemahaman publik atas informasi yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan tujuan organisasi. Hal ini bisa meliputi pemasaran, keuangan, penggalangan dana, karyawan, masyarakat atau hubungan pemerintah dan lainnya. - Perencanaan dan pelaksanaan upaya organisasi untuk dapat mempengaruhi atau mengubah kebijakan publik. Moss, Newman, & DeSanto (2004: 9) menyatakan terdapat delapan peran yang dapat dilakukan oleh public relations dalam menjalankan peran manajerial, yaitu sebagai berikut: a. Sebagai Pembuat Kebijakan/Strategi Moss menyatakan peran strategis public relations dalam organisasi adalah membantu menyusun strategi-strategi korporat dengan memberikan informasi mengenai isu-isu apa yang ada di pemangku kepentingan kepada manajer senior (Franklin, et.al., 2009). Tujuannya adalah agar organisasi bisa beradaptasi terhadap perubahan yang timbul dari lingkungan eksternal. Sementara di tingkatan strategi kompetitif, praktisi public relations membantu dengan menyusun program-program komunikasi dengan para pemangku kepentingan utama dalam rangka mengembangkan hubungan dua arah yang kuat dan tercipta saling pemahaman. b. Pemantauan dan Evaluasi Dalam pemantauan dan evaluasi, praktisi public relations menjalankan tanggung jawab manajerial dengan menyusun tujuan dan sasaran program

12 12 komunikasi, memantau implementasi program tersebut lewat pengukuran dan bekerja dengan manajer senior untuk menentukan target yang tepat. Ada tiga elemen dalam evaluasi yakni input, output, dan outcome. Input mengukur apa yang dilakukan public relations dan bagaimana pekerjaan mereka didistribusikan. Output mengukur bagaimana input digunakan seperti pemberitaan di media, sirkulasi, tingkat pembaca, dan analisis isi. Sementara pengukuran outcome mengukur efek dari komunikasi dalam tiga kategori: perubahan terhadap pemahaman, perubahan terhadap sikap dan perubahan perilaku (Franklin, et.al., 2009). c. Manajemen Isu Ada dua poin utama dalam pelaksanaan manajemen isu. Pertama adalah identifikasi awal terhadap isu yang berpotensi mempengaruhi perusahaan. Kedua merupakan respon strategis yang didesain untuk meminimalkan konsekuensikonsekuensi yang terjadi. Sejumlah ahli memperluas definisi manajemen isu dengan memasukkan aspek: antisipasi, meneliti dan memprioritaskan isu, memperkirakan akibat dari isu tersebut terhadap organisasi, merekomendasikan kebijakan dan strategi untuk meminimalkan resiko dan memperbesar peluang bagi perusahaan, partisipasi dan implementasi strategi, dan evaluasi. Misalnya, dalam kaitannya dengan opini publik, manajemen isu berusaha untuk mengetahui tren apa yang tengah menjadi pembicaraan publik, sehingga organisasi bisa merespon sebelum opini tersebut membesar menjadi ancaman yang serius (Cutlip, et.al., 2006). d. Memberikan Masukan kepada Manajemen di Level Senior Menurut Haynes (2003) masukan yang diberikan mulai dari membantu organisasi dengan mempublikasikan aktivitas organisasi hingga memberikan rekomendasi perubahan dalam kebijakan-kebijakan mendasar atau rencana untuk aktivitas-aktivitas yang dijalankan agar semua itu dapat semakin dekat dengan kebutuhan publik. Masukan tersebut seperti mengembangkan dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan public relations, memberikan pandangan public relations dalam penyusunan kebijakan perusahaan. Peran

13 13 pemberi saran ini dapat berjalan dengan baik ketika public relations memiliki akses kepada pihak-pihak yang memiliki kekuatan dalam proses pengambilan keputusan. e. Negosiator Peran sebagai negosiator berkaitan dengan fungsi boundary spanning. Agar organisasi bisa bertahan, maka organisasi tersebut harus menyesuaikan diri dengan dinamika lingkungan. Public relations bertindak sebagai penghubung antara organisasi dengan lingkungannya. Dengan demikian praktisi public relations harus mampu melakukan negosiasi antara tuntutan lingkungan di satu sisi dengan kebutuhan sebuah organisasi untuk bertahan dan berkembang di sisi lain. f. Teknisi Komunikasi Peran sebagai teknisi komunikasi memandang public relations hanya menyediakan layanan teknis komunikasi untuk organisasi, sedangkan keputusan untuk teknis komunikasi yang harus dijalankan ditentukan oleh orang atau bagian lain dalam organisasi. Secara spesifik tugas teknisi komunikasi adalah menulis dan mengedit buletin internal, mengembangkan konten web organisasi, dan menjalin kontak dengan media. Public relations yang menjalankan peran teknis komunikasi umumnya tidak terlibat (atau tidak dilibatkan) dalam pengambilan keputusan manajemen. Public relations hanya mengkomunikasikan dan mengimplementasikan keputusan tersebut (Putra, 1999; Cutlip, et.al., 2006). Namun terdapat pandangan lain yang berpendapat ketika public relations menjalankan peran manajerial, bukan berarti peran teknisi komunikasi ditinggalkan (Grunig, 2009). g. Keterlibatan dalam Penyelesaian Masalah Keterlibatan public relations dalam menyelesaikan masalah organisasi merupakan salah satu prinsip dalam konsep Excellence Public Relations yang dirumuskan oleh Grunig. Public relations merumuskan program untuk berkomunikasi dengan publik-publik strategis, baik itu publik internal atau pun

14 14 eksternal yang terpengaruh oleh keputusan dan tindakan organisasi. Komunikasi dilakukan sebelum atau sesudah keputusan dirumuskan. Untuk itu public relations harus memiliki akses ke koalisi dominan dalam organisasi. h. Administratif Layanan administratif oleh public relations mencakup akunting, penyusunan anggaran, manajemen data, penyediaan barang-barang dan perlengkapan, dan juga penyusunan rencana perjalanan (Haynes, 2003) Strategi Public Relations Dalam praktek public relations, strategi biasanya mengacu pada konsep, pendekatan atau rencana umum untuk program yang didesain guna mencapai tujuan. Adapun peran dan fungsi public relations dapat diwujudkan dalam program kegiatan yang telah dirancang sebelumnya dengan strategi yang tepat agar program dapat berjalan dengan baik. Berpikir strategis meliputi tindakan memperkirakan atau membangun tujuan masa depan yang diinginkan, menentukan kekuatan-kekuatan yang akan membantu atau yang akan menghalangi tercapainya tujuan, serta merumuskan rencana untuk mencapai keadaan yang diinginkan (Morissan, 2008: 152). Sebagaimana dinyatakan oleh Cutlip, Center, & Broom (1994: 346), strategi pada hakekatnya adalah: The determination of the basic long-term goals and objectives of an enterprise, and the adoption of course of action and the allocation of resources necessary for carrying out these goals. Strategi adalah suatu cara yang menyeluruh dan terpadu mengenai kegiatankegiatan utama perusahaan yang akan menentukan keberhasilannya untuk mencapai tujuan pokok dalam lingkungan bisnis yang penuh tantangan. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut diperlukan keberadaan public relations dalam perusahaan sebagai salah satu fungsi khusus manajemen yang memiliki akses dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan strategis. Keberadaan public relations sendiri akan efektif apabila public relations berkontribusi terhadap penyusunan strategi dan pembuatan kebijakan dalam perusahaan yang diwujudkan

15 15 dalam bentuk penyusunan dan pelaksanaan program aksi dan komunikasi dalam rangka memperoleh pemahaman dan penerimaan dari publik. Dalam menjalankan kegiatannya, strategi public relations berperan penting bagi kebijakan perusahaan berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas bisnis perusahaan. Faktor-faktor ini termasuk stratifikasi sosial, kesejahteraan sosial, serta proses-proses politik, hukum, dan peraturan yang berhubungan dengan operasi perusahaan. Semua faktor ini perlu dipahami karena dapat mempengaruhi reputasi organisasi atau perusahaan dan penerimaan publik (Oliver, 2007: 13). Public relations merupakan bagian dari fungsi strategis dalam organisasi dan untuk menentukan strategi diperlukan perencanaan dalam penyusunan program public relations Cutlip, Center, & Broom (2006: 309). Perencanaan strategis dalam public relations melibatkan pengambilan keputusan tentang tujuan dan sasaran program, pengenalan publik utama, penetapan kebijakan atau aturan untuk menjadi pedoman pemilihan strategi, dan penentuan strategi. Harus terdapat hubungan yang dekat antara keseluruhan tujuan program, sasaran yang ditetapkan bagi setiap publik, dan strategi untuk dipilih. Kuncinya adalah bahwa strategi dipilih untuk mewujudkan hasil tertentu. Dalam penelitian ini, konsep strategi public relations yang akan dibahas lebih mengacu kepada model yang ditawarkan oleh Ronald D. Smith, yang disebut Nine Steps of Strategic Public Relations (Sembilan Langkah Perencanaan Strategik Public Relations) (2005: 10-11). Adapun Nine Steps of Strategic Public Relations terbagi dalam empat bagian besar sebagai berikut: Tahap pertama: Formative Research Tahapan ini adalah langkah awal yang berfokus pada kegiatan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta melakukan analisa terhadap situasi. Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan antara lain: Langkah 1: Analyzing The Situation (Menganalisis Situasi) Merupakan langkah awal dan yang paling utama untuk dilakukan pada proses perencanaan strategi. Langkah ini sangat diperlukan bagi semua pihak terkait dalam program untuk memiliki kesepakatan yang kuat

16 16 mengenai opportunity dan threat terkait dalam program yang akan dijalankan. Langkah 2: Analyzing The Organization (Menganalisis Organisasi) Langkah ini berfokus pada tiga aspek yang terdapat pada organisasi atau perusahaan dengan seksama dan jujur. Aspek-aspek tersebut meliputi: (1) keadaan internal perusahaan (misi, sumber daya, dan kinerja perusahaan); (2) persepsi publik perusahaan (reputasi); dan (3) kondisi lingkungan eksternal (kompetitor, lawan termasuk juga pendukung). Langkah 3: Analyzing The Public (Menganalisis Publik) Pada tahap ini dilakukan identifikasi dan analisa terhadap publik-publik kunci dari organisasi. Hal ini akan membantu perusahaan agar mampu menentukan prioritas dalam berhubungan publiknya yang beragam. Tahap Dua: Strategy Tahap ini merupakan jantung dari perencanaan kegiatan public relations, karena pada tahap inilah dilakukan langkah-langkah penetapan tujuan serta dampak yang diharapkan dari kegiatan public relations yang akan dijalankan, di samping karakteristik dari kegiatan komunikasinya itu sendiri. Strategi berkaitan dengan keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Adapun langkah-langkah pada tahap ini meliputi: Langkah 4: Establishing Goals and Objectives (Menentukan Sasaran dan Tujuan) Pada langkah ini dilakukan pengembangan tujuan yang jelas, spesifik dan terukur (measurable), serta dapat menggambarkan apa yang diharapkan perusahaan dari kegiatan tersebut, terutama dampak awareness, penerimaan, dan tindakan dari setiap stakeholder kunci organisasi.

17 17 Langkah 5: Formulating Action and Response Strategies (Memformulasikan Strategi Tindakan dan Respon) Pada langkah ini ditentukan tindakan atau respon seperti apa yang akan dilakukan untuk setiap situasi yang mungkin muncul dalam pelaksanaan program kegiatan. Langkah 6: Using Effective Communication (Penggunaan Komunikasi yang Efektif) Langkah ini berkaitan dengan pesan yang akan disampaikan, mulai dari siapa yang menyampaikan pesan (komunikator), isi pesan, bunyi dan gaya pesan, penggunaan verbal dan non-verbal, serta isu apa yang akan diangkat melalui pesan. Tahap Tiga: Tactics Fokus pada tahap ini yakni meliputi pertimbangan terhadap alat komunikasi apa yang akan digunakan, keterlibatan elemen perencanaan komunikasi yang telah direncanakan, serta implementasi dari rencana strategis yang telah disusun. Langkah 7: Choosing Communication Tactics (Pemilihan Taktik Komunikasi) Perusahaan akan dihadapkan pada penentuan taktik komunikasi dari beragam pilihan yang ada. Secara detail, ada empat kategori taktik komunikasi yang dapat dipilih oleh public relations, yaitu: (1) face to face communication dan kesempatan dalam hal terlibat secara personal; (2) organizational media (controlled media atau media yang dibatasi); (3) news media (media yang tidak dapat dikontrol); dan (4) media periklanan dan kegiatan promosi (bentuk lain dari controlled media).

18 18 Langkah 8: Implementing The Strategic Plan (Implementasi Perencanaan Strategis) Pada tahap ini dilakukan pengembangan budget (rencana anggaran) dan schedules, serta persiapan untuk implementasi program komunikasi yang akan dijalankan. Tahap Empat: Evaluative Research Tahap ini berkaitan dengan pengevaluasian dan penilaian, serta memudahkan penetapan pada tingkatan mana dari tujuan yang bisa dicapai, yang diperbaiki, ataupun penetapan kegiatan komunikasi itu sendiri. Langkah 9: Evaluasi Terhadap Perencanaan Strategi Langkah ini merupakan langkah final dalam proses perencanaan di atas. Disini ditunjukkan secara spesifik metode yang digunakan dalam pengukuran keefektifan dari setiap taktik yang telah direkomendasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan di awal. Kemudian evaluasi terhadap strategi public relations menjadi penting dilakukan mengingat dua alasan; pertama, dengan mengevaluasi program yang telah dijalankan, manajer public relations sebuah perusahaan dapat mempertahankan program-program public relations dan keberadaan bagian public relations dalam perusahaan dengan menunjukkan nilai program public relations bagi perusahaan. Kedua, adanya tuntutan manajemen perusahaan terhadap setiap bagian dalam perusahaan agar setiap pengeluaran sumber daya perusahaan pada bidang apapun harus dapat dipertanggungjawabkan (Putra, 1999: 70). Apabila dilihat dari jenisnya, strategi dapat dibedakan menjadi 2 (Cutlip, Center, & Broom, 1999: ), yaitu: 1) Strategi Tindakan (Action Strategies) Strategi tindakan berfokus pada penyesuaian dalam diri organisasi atau perusahaan. Strategi ini merupakan hasil akhir dari pengetahuan organisasi

19 19 mengenai bagaimana kebijakan-kebijakan organisasi atau perusahaan, peraturan, tindakan dan output lain memberi kontribusi pada masalah yang dihadapi oleh public relations. Sebuah pemahaman terhadap situasi masalah merupakan hal yang penting untuk merancang strategi tindakan. Kesempatan untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan, membutuhkan sebuah pandangan yang sama antara top manajemen dengan para praktisi public relations tentang public relations sebagai suatu bidang yang lebih dari sekedar publisitas dan komunikasi persuasif. Seperti yang ditegaskan oleh Harold Burson, public relations yang dewasa (mature form of PR) juga terlihat dalam menentukan apa yang harus dilakukan, selain apa dan bagaimana mengatakan sesuatu. Smith (dalam Putra, 2008: ) menyebutkan terdapat beberapa tindakan sebagai langkah proaktif yang dapat dilakukan oleh public relations, meliputi: Kinerja perusahaan (Organizational Performance). Cara komunikasi atau program public relations yang efektif dijalankan oleh organisasi, bergantung pada kinerja mereka. Oleh karena itu, komunikasi hanya akan berjalan dengan baik, apabila didukung dengan kinerja organisasi yang baik pula. Partisipasi khalayak, merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan public relations adalah dengan memberikan kesempatan berkomunikasi secara dua arah antara khalayak dengan organisasi. Special Event. Strategi ini dilakukan dengan cara mengadakan acara yang menjadi ajang khusus untuk melibatkan publik dan perhatian dari media. Ajang ini biasanya dikemas dengan cara yang kreatif agar dapat menarik perhatian khalayak dan media massa. Aliansi dan koalisi. Tindakan strategis ini dilakukan dengan dibentuknya kerja sama antar organisasi yang mana akan meningkatkan daya mereka dalam memberikan pengaruh bagi khalayak. Sponsorship. Tindakan strategi ini merupakan tindakan proaktif organisasi dengan cara mendapatkan publisitas melalui dukungan finansial maupun sumber daya lainnya dalam kegiatan publik.

20 20 Strategic Phylantropy, merupakan sebuah pendekatan dengan mengimplementasikan corporate social responsibility dengan berbagi bantuan yang dibutuhkan oleh komunitas secara berkesinambungan. Aktivisme, merupakan strategi yang menggunakan pendekatan advokasi dalam public relations, dimana organisasi terlibat dalam memperjuangkan hak dan kepentingan masyarakat, seperti di bidang sosial, budaya, dan lingkungan. Tindakan-tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan dilakukan untuk menghilangkan sumber masalah yang ada. Public relations dapat melakukannya dengan memberi masukan dalam melakukan perbaikan terhadap kebijakan dan tindakan yang perlu dilakukan organisasi. Strategi tindakan yang diambil biasanya meliputi perubahan atau perbaikan dalam kebijakan, prosedur, produk, layanan dan perilaku organisasi. 2) Strategi Komunikasi (Communication Strategies) Strategi komunikasi adalah paduan antara perencanaan komunikasi (Communication Planning) dengan manajemen komunikasi (Communication Management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi komunikasi merupakan kegiatan yang sifatnya informasional maupun persuasif untuk membangun pemahaman dan dukungan terhadap suatu ide, gagasan atau kasus, produk maupun jasa yang terencana yang dilakukan oleh suatu organisasi baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, memiliki tujuan, rencana dan berbagai alternatif berdasarkan riset dan memiliki evaluasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi. Dengan demikian, strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan komunikasi dengan

21 21 memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Smith dalam (Putra, 2008: ) menyatakan paling tidak terdapat tiga strategi komunikasi yang sangat penting yang dapat digunakan dalam kegiatan public relations, meliputi: Publisitas, merupakan jenis strategi komunikasi dengan menggunakan perhatian yang diberikan oleh media massa terhadap organisasi karena dianggap mampu mempengaruhi pandangan publik terhadap organisasi. Newsworthy Information, diartikan sebagai strategi komunikasi dengan menyebarluaskan informasi yang bernilai berita kepada media massa. Transparent Communication, adalah istilah yang merujuk pada gagasan aktivitas yang terbuka dan dapat dilihat (observable) oleh sebuah organisasi. Hal ini akan membantu publik dalam memahami organisasi dan mendukung setiap tindakan organisasi. Keberadaan strategi komunikasi sangat diperlukan untuk mendukung programprogram tindakan yang telah disusun sebelumnya. Pesan strategi komunikasi tersebut adalah: Untuk menginformasikan target publik internal dan eksternal. Untuk mendorong publik tersebut untuk mau mendukung dan menerima tindakan (action) yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi. Untuk melatih publik keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan mengubah perhatian publik menjadi tindakan. Agar proses komunikasi tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka setiap perusahaan memerlukan strategi komunikasi yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan publiknya, masalah dan faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi.

22 Kebijakan Pemerintah Terkait Pembatasan Kegiatan Pertemuan/Rapat di Luar Kantor Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Adanya kebijakan pembatasan rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) karena masih maraknya penyalahgunaan anggaran negara. Berdasarkan catatan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), penyalahgunaan anggaran selama ini mencapai 30%. Pemborosan dari rapat di hotel-hotel tersebut mencapai angka hingga Rp 5,122 triliun ( Tidak hanya itu, masih banyak terdapat laporan dari manajer perhotelan mengenai pola pembukuan ganda. Masih sering ditemukannya mark up harga kamar yang disewa menunjukkan adanya penyalahgunaan anggaran negara. Hal ini menyebabkan negara dirugikan akibat inefisensi tersebut. Diterbitkannya kebijakan pembatasan kegiatan ASN di hotel-hotel merupakan salah satu cara untuk mengubah dan membentuk pola pikir dan budaya kerja ASN. Hal ini dilakukan dalam rangka membentuk pola pikir aparatur sipil yang disiplin dalam menemukan budaya kerja baru yang profesional. Pasca terbitnya Surat Edaran Kemenpan RB No 11 Tahun 2014 tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor, tidak hanya bentuk dukungan yang bermunculan, respon berupa protes dari kalangan industri perhotelan juga turut bermunculan. Menanggapi protes tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan petunjuk teknis yang mengatur kegiatan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan di luar kantor. Untuk tetap konsisten dalam melakukan penghematan keuangan Negara, Kementerian PAN RB kemudian mengganti Surat Edaran Nomor 11 Tahun 2014 dengan Peraturan Menteri PAN RB Nomor 6 Tahun 2015, sebagaimana tercantum dalam pasal 4 sebagai berikut: Dengan berlakunya peraturan ini, Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pembatasan Kegiatan Pertemuan/Rapat di Luar Kantor dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.

23 23 Petunjuk teknis yang dimaksud di atas kemudian tertuang dalam Peraturan Menteri PAN RB Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pembatasan Pertemuan/Rapat di Luar Kantor dalam Rangka Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Kerja Aparatur. Pedoman ini mengatur kriteria yang bersifat umum dan merupakan acuan bagi seluruh instansi penyelenggara pemerintahan. Meski pemerintah terkesan telah melonggarkan aturan rapat bagi aparatur sipil negara tersebut, namun bukan berarti pihak instansi pemerintah dan kalangan perhotelan bebas untuk melakukan transaksi tanpa batasan. Untuk meminimalkan terjadinya penyelewengan anggaran perjalanan dinas, maka pemerintah bersama pengusaha hotel akan menandatangani pakta integritas yang berisi pengusaha hotel yang bertransaksi tidak sesuai dengan aturan akan memperoleh sanksi black list dan tidak bisa lagi bekerja sama dengan pemerintah, hingga memperoleh sanksi pidana. Selanjutnya pemerintah akan bekerja sama dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk mengawasi agar kebijakan ini dikelola dengan baik Kerangka Konsep Fokus pada penelitian ini adalah strategi public relations Hotel Inna Garuda dalam menanggulangi dampak kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Agar keberadaan public relation dapat berfungsi dengan benar maka sebelum mengimplementasikan programnya perlu disusun rencana strategis. Adanya tantangan perubahan di lingkungan perusahaan seperti kebijakan pemerintah membuat perusahaan harus memiliki pendekatan yang sistematis terhadap perubahan yang terjadi agar perusahaan bisa berjalan dan bertahan dengan baik. Terkait dengan penyusunan strategi, maka tahapan strategi dalam penelitian ini akan diidentifikasi sesuai dengan konsep strategi public relations oleh Ronald D. Smith yang disebut dengan Nine Steps of Strategic Public Relations. Seorang public relations perlu menganalisis situasi terlebih dahulu untuk mengumpulkan data, informasi, serta fakta yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah strategi. Selain itu, seorang public relations harus membuat rencana dan program atau

24 24 menyusun strategi agar langkah atau kegiatan-kegiatan yang nantinya dilakukan dapat terstruktur dengan baik. Baru lah kemudian diambil langkah tindakan dan berkomunikasi atau melakukan penerapan, yang dalam hal ini public relations harus menjalin hubungan baik dengan publik sasaran. Dan yang terakhir, public relations melakukan evaluasi program atau melakukan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan untuk mengetahui apakah strategi yang dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau justru belum berhasil mencapai tujuan yang ada. Dalam merespon kebijakan pemerintah, public relations sebagai bagian integral dari manajemen perusahaan cenderung menjalankan peran manajerial, artinya praktisi public relations diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam penyelesaian masalah, memberikan saran pada divisi lain maupun manajemen puncak, membuat keputusan kebijakan, dan keberhasilan atau kegagalan program public relations. Munculnya kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara merupakan bentuk perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis Hotel Inna Garuda. Meskipun kebijakan tersebut telah direvisi, namun kebijakan tersebut tetap saja merupakan bentuk perubahan yang tidak terduga dan memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi usaha yang dijalankan oleh Hotel Inna Garuda, terlebih lagi di tengah persaingan ketat antar hotel yang ada di Yogyakarta. Untuk itu diperlukan strategi public relations yang tepat untuk merespon kebijakan pemerintah tersebut. Strategi public relations yang dikaji dalam penelitian ini merupakan elaborasi dari jenis-jenis strategi menurut Cutlip, Center, & Broom (1999) dan Smith (2005), yang mencakup strategi proaktif yang terdiri atas strategi tindakan dan strategi komunikasi yang dilakukan Hotel Inna Garuda dalam merespon kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Strategi tindakan yang akan diteliti difokuskan pada langkah-langkah yang termasuk dalam bentuk kinerja perusahaan, partisipasi khalayak, spesial event, aliansi dan koalisi, sponsorship, strategic philanthropy,

25 25 aktivisme, dan tindakan-tindakan perbaikan baik dalam hal kebijakan, prosedur, produk, layanan dan perilaku perusahaan. Sedangkan pada kajian strategi komunikasi, peneliti akan melihat dan mengidentifikasi bentuk strategi yang termasuk dalam kegiatan publisitas, newsworthy information, dan transparent communication. Konsep inilah yang kemudian akan digunakan untuk mengetahui bagaimana strategi public relations Hotel Inna Garuda dalam merespon kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).

26 Metodologi Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (1998: 6), data penelitian yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut dapat berasal dari naskah, wawancara, catatan-lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini bersifat deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian kualitatif berfokus pada kasus yang dijumpai pada kehidupan sosial sehari-hari. Dalam penelitian ini, penulis mencari data-data terkait dengan strategi public relations Hotel Inna Garuda dalam merespon kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Disini penulis melakukan penelitian terhadap objek yang alamiah, yakni objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh penulis dan kehadiran penulis tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut Metode Penelitian Metode yang akan digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang terperinci tentang seseorang atau sesuatu unit peristiwa selama kurun waktu tertentu. Sebagaimana menurut Yin (1996: 1), penggunaan studi kasus disesuaikan dengan bentuk pertanyaan berupa bagaimana atau mengapa, atau bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diteliti dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena masa kini di dalam konteks kehidupan nyata. Dalam penelitian ini dipilih tipe deskriptif karena dapat menjabarkan hal-hal yang umum melalui hal-hal yang khusus.

27 Objek dan Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Hotel Inna Garuda yang berlokasi di Jalan Malioboro Nomor 60 Yogyakarta, yaitu khususnya pada divisi Public Relations yang berada di bawah naungan divisi Marketing Manager. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah strategi public relations Hotel Inna Garuda dalam merespon kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Limitasi Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan mengingat tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk memaparkan suatu peristiwa, sesuai dengan metode studi kasus yang digunakan oleh peneliti. Fokus penelitian ini terbatas pada strategi public relations Hotel Inna Garuda dalam merespon kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan pertemuan/rapat di luar kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). Maka dari itu, data yang dikumpulkan oleh peneliti hanya data-data setelah adanya pemberlakuan kebijakan tersebut. Adapun penelitian ini dilakukan terhitung sejak bulan Maret Oktober Selain itu, pemilihan informan atau narasumber wawancara juga terbatas pada pihak-pihak yang telah bertugas ketika diberlakukannya kebijakan tersebut. Dengan demikian diharapkan adanya kestabilan informan dan tidak menyebabkan bias dalam penelitian ini Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan objek penelitian dan telah bertugas ketika kebijakan tersebut diberlakukan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari media perantara atau dari catatan pihak lain, seperti teori dan konsep dari literatur-literatur atau media buku, jurnal ilmu komunikasi, internet, artikel-artikel surat kabar, arsip-arsip internal seperti notulen rapat dan agenda kerja yang berkaitan dengan objek penelitian, company profile, rekaman arsip, hasil penelitian internal bagian public relations, hasil konferensi pers, rilis

28 28 berita yang sesuai dengan masalah yang diteliti, maupun sumber-sumber tertulis lainnya. Adapun teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: a) Wawancara Mendalam (In-depth Interview) Wawancara ini dimaksudkan untuk memverifikasikan, mengubah dan memperluas pemikiran yang dikembangkan peneliti sebagai pengumpulan data. Wawancara yang akan dilakukan secara semi terstruktur bertujuan mencari data yang mudah dikualifikasi, digolongkan, dan diklasifikasikan, dimana sebelumnya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada Public Relations Manager (PRM), Public Relations Officer (PRO), dan Sales Manager Hotel Inna Garuda yang terlibat sebagai sumber informasi penelitian. b) Observasi Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang nyata dan jelas mengenai kegiatan yang akan diteliti. Jenis observasi yang dilakukan penulis adalah observasi tidak langsung, yakni peneliti hanya sewaktu-waktu saja meninjau lokasi penelitian. c) Dokumentasi Selain menggunakan teknik di atas, data dalam penelitian ini juga diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi, yakni mempelajari atau menelaah dokumen-dokumen yang relevan dengan konteks penelitian. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, notulen rapat mingguan Hotel Inna Garuda, agenda kerja Public Relations Manager (PRM) Hotel Inna Garuda, dan sebagainya Teknik Analisis Data Proses analisis data dalam metode studi kasus dapat dilakukan sejak pengambilan data dilakukan. Setelah melakukan pengumpulan data, maka kemudian peneliti akan mengelompokkannya ke dalam kategori-kategori atau

BAB V KESIMPULAN & SARAN

BAB V KESIMPULAN & SARAN 162 BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1. Kesimpulan Dalam menghadapi era globalisasi yang erat kaitannya dengan persaingan bisnis mendorong setiap perusahaan untuk lebih maju serta mampu mempertahankan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang mempengaruhi intensitas persaingan pada industri perhotelan kelas

BAB V PENUTUP. yang mempengaruhi intensitas persaingan pada industri perhotelan kelas BAB V PENUTUP Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan penelitian mengenai kekuatankekuatan yang mempengaruhi intensitas persaingan pada industri perhotelan kelas bintang tiga dan empat di DIY, kemudian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations atau Humas secara garis besar adalah komunikator sebuah organisasi atau perusahaan, baik kepada publik internal maupun publik eksternal. Bagi sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui strategi humas Departemen Agama dalam mengkampanyekan penyelenggaraan ibadah haji untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi membutuhkan peran public relations untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi membutuhkan peran public relations untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan atau organisasi membutuhkan peran public relations untuk menyampaikan pesan kepada pihak terkait dan membentuk citra dan opini yang baik agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering disebut dengan humas merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. sering disebut dengan humas merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam era globalisasi sekarang ini, Public Relations (PR) atau yang sering disebut dengan humas merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam profesi Humas antar instansi pun tidak jauh berbeda. Menurut Frank

BAB I PENDAHULUAN. dalam profesi Humas antar instansi pun tidak jauh berbeda. Menurut Frank BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan Humas dalam sebuah instansi atau organisasi terus berkembang pesat, meskipun belum ada standarisasi yang jelas dan baku bagi mereka yang akan menggeluti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dimana metode ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang faktafakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Terjalinnya hubungan baik dalam sebuah perusahaan dengan publiknya baik internal maupun eksternal merupakan salah satu kunci dalam mewujudkan visi dan misi sebuah perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Divisi Public Relations (PR) diperlukan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Divisi Public Relations (PR) diperlukan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Public Relations di Indonesia dewasa ini sangat signifikan. Semakin banyak perusahaan yang memanfaatkan peran dan fungsi Public Relations karena mereka

Lebih terperinci

Kata kunci: public relations, manajemen, staff public relations, Mirota Kampus.

Kata kunci: public relations, manajemen, staff public relations, Mirota Kampus. Studi Perbandingan Pemahaman Konsep Public Relations Menurut Manajemen dan Staff Public Relations di Mirota Kampus Florensia Samodra / Ike Devi Sulistyaningtyas, S.Sos., M.Si. Program Studi Ilmu Komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan sektor pariwisata di dunia perekonomian Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan sektor pariwisata di dunia perekonomian Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan sektor pariwisata di dunia perekonomian Indonesia semakin penting, dengan adanya perkembangan sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Jakarta perkembangan hotel sangat padat dan berkembang, ini dikarenakan sebagai ibu kota negara Republik Indonesia yang merupakan pusat pemerintahan dan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman seperti pada waktu-waktu belakangan ini menjadikan kegiatan pariwisata dan travelling sebagai kegiatan yang sangat digemari oleh hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Sebab tanpa adanya komunikasi tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Sebab tanpa adanya komunikasi tidak mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Masyarakat (humas) merupakan bentuk kegiatan dan sekaligus suatu proses komunikasi. Proses komunikasi dalam kegiatan humas merupakan hal yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan manusia tidak akan bertahan hidup. Demikian juga dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan manusia tidak akan bertahan hidup. Demikian juga dalam sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mewarnai era globalisasi memungkinkan perusahaan atau organisasi beroperasi diberbagai belahan dunia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Public Relations 2.1.1. Definisi Public Relations Menurut Denny Griswold yang dikutip Ardianto (2011, p.14) yang menjelaskan bahwa PR sebagai fungsi manajemen yang mengevaluasi

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Kota Solo memiliki banyak keunikan salah satunya dikenal sebagai

B A B I PENDAHULUAN. Kota Solo memiliki banyak keunikan salah satunya dikenal sebagai 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Solo memiliki banyak keunikan salah satunya dikenal sebagai Kota pariwisata tradisional budaya Jawa. Hal ini dikarenakan banyaknya obyek-obyek wisata yang menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations (PR) di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations (PR) di Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations (PR) di Indonesia tidak terlampau pesat. Namun secara bertahap, fungsi dan peranan PR mulai diterapkan di banyak

Lebih terperinci

Produksi Media PR Cetak

Produksi Media PR Cetak Produksi Media PR Cetak Modul ke: 07Fakultas FIKOM Humas dan Audiens Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Program Studi HUMAS Latar Belakang Public Relations merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi, dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu organisasi atau perusahaan tidak mungkin berdiri sendiri tanpa dukungan dan citra publik yang berkaitan dengan aktivitas dan perkembangan organisasi atau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan manusia setiap harinya untuk berinteraksi antar sesama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan manusia setiap harinya untuk berinteraksi antar sesama untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjdi salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Komunikasi dilakukan manusia setiap harinya untuk berinteraksi antar sesama untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemerintahan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM)

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pemerintahan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga Pemerintahan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) adalah suatu institusi dalam melindungi masyarakat dari produk obat dan makanan yang membahayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri jasa yang bergerak di bidang kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak perusahaan baru hadir dan berkompetisi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan Travel and Tourism Competitiveness Report 2015, lonjakan posisi daya saing Indonesia yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi informasi saat ini, keberadaan informasi menjadi hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi informasi saat ini, keberadaan informasi menjadi hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi informasi saat ini, keberadaan informasi menjadi hal yang penting, bahkan diakui bahwa informasi bisa dijadikan komoditi yang turut diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive,

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kegiatan kepariwisataan yang saat ini dianggap sangat potensial adalah Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention,

Lebih terperinci

Etika Profesi Public Relations

Etika Profesi Public Relations Modul ke: Etika Profesi Public Relations KESALAHAN ETIKA Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S, M.IKom Program Studi Public Relations Kesalahan Etika Modul 5 Syerli Haryati, SS. M.Ikom 0812-966 2614 Email:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. SDM yang baik atau SDA yang menguntungkan. Banyak sekali sektor pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. SDM yang baik atau SDA yang menguntungkan. Banyak sekali sektor pariwisata BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan ekonomi di Indonesia sangat berkembang pesat. Banyak hal yang mempengaruhi perkembangan ekonomi di Indonesia. Salah satu hal yang mempengaruhi

Lebih terperinci

MANAGEMENT PR. Pokok Bahasan KONSEP MANAJEMEN PR DALAM ORGANISASI. Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

MANAGEMENT PR. Pokok Bahasan KONSEP MANAJEMEN PR DALAM ORGANISASI. Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi Modul ke: MANAGEMENT PR Pokok Bahasan KONSEP MANAJEMEN PR DALAM ORGANISASI Fakultas Ilmu Komunikasi Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Program Studi PUBLIC RELATIONS www.mercubuana.ac.id Definisi Public Relations

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara. Salah satu Visi Pariwisata Indonesia yaitu, industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara. Salah satu Visi Pariwisata Indonesia yaitu, industri pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, salah satu bidang potensi yang digalakkan di Indonesia adalah sektor pariwisata yang merupakan salah satu sumber penting bagi penghasil devisa negara. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang bertugas untuk memberikan masukan tentang konsekuensi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang bertugas untuk memberikan masukan tentang konsekuensi dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, khususnya di Jakarta, berpengaruh secara signifikan pada meningkatnya fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis,

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan aset sebuah negara yang tidak ada habisnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah dengan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampanye Public Relations merupakan aspek penting dalam kegiatan PR dan menentukan keberhasilan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atau sebuah institusi. Menurut

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam penelitian ini, fokus penelitiannya adalah Pendekatan Media Relations Yayasan Puteri Indonesia dalam meningkatkan publisitas Puteri Indonesia. Penelitian ini

Lebih terperinci

Bahkan pada tahun 2012 ini BPS Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan data bahwa tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan April 2012 menc

Bahkan pada tahun 2012 ini BPS Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan data bahwa tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan April 2012 menc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia pariwisata di kota Jakarta semakin berkembang pesat dan cukup menggembirakan. Predikat Jakarta sebagai kota metropolitan menjadi magnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata berkembang sangat pesat. Pada. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan dirinya semakin optimis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata berkembang sangat pesat. Pada. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan dirinya semakin optimis BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan industri pariwisata berkembang sangat pesat. Pada tahun 2014 silam berhasil mencapai angka 7,2 persen. Angka itu dianggap jauh melampaui angka pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sebuah perusahaan dalam melaksanakan usaha penjualan produk dan jasa tidak lepas dari dukungan manajemen didalamnya termasuk seorang praktisi Public Relations

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara yang memiliki kurang lebih pulau menyebar sekitar khatulistiwa, 1 dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara yang memiliki kurang lebih pulau menyebar sekitar khatulistiwa, 1 dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar yang terletak di Asia Tenggara yang memiliki kurang lebih 18.000 pulau menyebar sekitar khatulistiwa, 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TIPE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui rangkaian proses yang panjang. Mengukitp dari Burhan Bungin, dalam konteks ilmu sosial,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjabaran latar belakang masalah pemilihan studi kasus berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan dan juga rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI. Oleh: Lena Satlita. Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional

OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI. Oleh: Lena Satlita. Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI Oleh: Lena Satlita Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional Kehumasan Pendidikan ( Perguruan Tinggi Negeri, Dinas Pendidikan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN BAB V PENUTUP Bab terakhir ini akan menjelaskan kesimpulan hasil penelitian yang sudah dilakukan dan dianalis. Bab ini juga memberikan saran terkait dengan masalah yang diteliti untuk pengembangan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam industri telekomunikasi saat ini cenderung berada dalam kondisi pasar dengan tingkat kompetisi yang tinggi dan ke depan akan terus meningkat tekanannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendefinisikan masalah atau peluang, merencanakan, mengkomunikasikan dan mengevaluasi dalam kegiatan-kegiatan humas.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendefinisikan masalah atau peluang, merencanakan, mengkomunikasikan dan mengevaluasi dalam kegiatan-kegiatan humas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pelaksanaan pekerjaannya, seorang praktisi humas akan menggunakan konsep-konsep manajemen untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugasnya. Manajemen PR dapat dikatakan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (berkomunikasi) sudah dianggap sebagai suatu kepentingan bagi public relations. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (berkomunikasi) sudah dianggap sebagai suatu kepentingan bagi public relations. Dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan modern perkembangan masyarakat telah memasuki era globalisasi, seiring perkembangan era globalisasi berinteraksi dengan orang lain (berkomunikasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi. BAB I 1.1 Pengantar PENDAHULUAN Tuntutan mengenai pengelolaan suatu organisasi berdasarkan sistem tata kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi organisasi di sektor pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat berpengalaman di bidangnya untuk beragam klien lokal dan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat berpengalaman di bidangnya untuk beragam klien lokal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdiri di tahun 2003, Weber Shandwick Indonesia menyediakan spesialis komunikasi yang sangat berpengalaman di bidangnya untuk beragam klien lokal dan regional. Pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi serta komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi serta komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aktivitas dasar manusia, dengan adanya proses komunikasi manusia dapat saling berhubungan satu dengan lainnya baik dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak terlibat dalam komunikasi. Begitu pentingnya komunikasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak terlibat dalam komunikasi. Begitu pentingnya komunikasi dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dan merupakan aktifitas dasar manusia,melalui komunikasi dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran public relations officer saat ini sangat di butuhkan disetiap perusahaan swasta dan perusahaan milik negara termasuk di sebuah instansi pemerintah. Public

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asing lagi. Terbukti beberapa hotel berbintang tidak melewatkan sosok Public

BAB 1 PENDAHULUAN. asing lagi. Terbukti beberapa hotel berbintang tidak melewatkan sosok Public BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations dalam dunia perhotelan telah menjadi hal yang tidak asing lagi. Terbukti beberapa hotel berbintang tidak melewatkan sosok Public Relations sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada sebuah perusahaan bahwa tanggungjawab seorang public relations sangat diperlukan dengan tujuan membina hubungan yang baik dengan stakeholder termasuk dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan maupun

Lebih terperinci

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Hubungan Internal dan Eksternal

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Hubungan Internal dan Eksternal HAND OUT PERKULIAHAN Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Hubungan Internal dan Eksternal Pertemuan : V (Lima) Topik/Pokok Bahasan : Hubungan Eksternal Pokok-Pokok Perkuliahan : Pengertian Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stakeholdernya. Dengan melakukan komunikasi yang efektif kepada stakeholders,

BAB I PENDAHULUAN. stakeholdernya. Dengan melakukan komunikasi yang efektif kepada stakeholders, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini komunikasi memegang peran penting di segala sendi kehidupan, salah satunya dalam dunia bisnis. Kesuksesan perusahaan atau organisasi saat ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari untuk itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, teknologi merupakan suatu hal yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari untuk itu pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization

BAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu usaha yang memberikan kontribusi besar bagi negara-negara di seluruh dunia, hal ini dibuktikan dengan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Public relations (PR) atau hubungan masyarakat (humas) telah menjadi semacam kebutuhan dalam manajemen di Indonesia, dengan berbagai istilahnya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis pengolahan data, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Dapat diketahui faktor eksternal dan internal Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu kegiatan sosial perusahaan, dari tahun ke tahun semakin menjadi perbincangan. CSR merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, kegiatan ekonomi berkembang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan perkembangan berbagai sektor industri,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. akurat yang diperlukan, melakukan wawancara mendalam dengan key informan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. akurat yang diperlukan, melakukan wawancara mendalam dengan key informan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data data akurat yang diperlukan, melakukan wawancara mendalam dengan key informan serta observasi lapangan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis pelayanan jasa perhotelan. Semakin banyaknya para investor asing yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis pelayanan jasa perhotelan. Semakin banyaknya para investor asing yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis saat ini sangat pesat, begitu juga halnya dengan bisnis pelayanan jasa perhotelan. Semakin banyaknya para investor asing yang menanamkan modal,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TEORI DASAR / TEORI UMUM 2.1.1 DEFINISI PUBLIC RELATIONS Hubungan masyarakat ( humas ) atau yang lebih dikenal dengan istilah Public Relation merupakan serangkaian kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan suatu daerah terutama dengan adanya hubungan dengan otonomi daerah khususnya di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan dalam lingkup Asean Economic Community (AEC) yang akan efektif berlaku pada tahun 2015, terbukanya akses pasar dunia, dalam arti bahwa pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Humas merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengevaluasi opini, sikap, dan perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur suatu individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini makin ketat, dalam tahun ini akan ada penambahan kamar dari 11

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini makin ketat, dalam tahun ini akan ada penambahan kamar dari 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan hotel kelas bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini makin ketat, dalam tahun ini akan ada penambahan 1.000 kamar dari 11 hotel kelas

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan globalisasi yang semakin meluas dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan globalisasi yang semakin meluas dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan globalisasi yang semakin meluas dewasa ini menciptakan keterhubungan antar negara di seluruh belahan dunia yang memberikan pengaruh pada perubahan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam perkembangan Ekonomi Dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, Pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul krisis atau menjadi juru bicara saja, kini peran PR telah berkembang jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. muncul krisis atau menjadi juru bicara saja, kini peran PR telah berkembang jauh lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran Public Relations (PR) telah jauh berkembang dalam beberapa tahun terakhir, dari sebelumnya dianggap hanya berperan seperti pemadam kebakaran saat muncul krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat. Saat ini, tercatat ada sekitar 800. distro di sejumlah kota di Indonesia 1.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat. Saat ini, tercatat ada sekitar 800. distro di sejumlah kota di Indonesia 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis distribution store atau distro di beberapa kota besar di Indonesia terus membaik. Di Jakarta, misalnya, bisnis penjualan fashion dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK, TUGAS, JENIS PEKERJAAN, PERANAN, RUANG LINGKUP, & fungsi PUBLIC RELATIONS. Kuliah ke-3.

KARAKTERISTIK, TUGAS, JENIS PEKERJAAN, PERANAN, RUANG LINGKUP, & fungsi PUBLIC RELATIONS. Kuliah ke-3. KARAKTERISTIK, TUGAS, JENIS PEKERJAAN, PERANAN, RUANG LINGKUP, & fungsi PUBLIC RELATIONS Kuliah ke-3 1 The key words for PR Management function Planed Relationship Goodwill Understanding Acceptance Public

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran dan Fungsi Public Relations Public relations dapat berfungsi sebagai fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi di instansi pemerintahan umumnya berisi tentang acara kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata di dunia dewasa ini berkembang dengan sangat cepat dan dikatakan berada ada tingkat sekunder, artinya keberadaan pariwisata bisa di sejajarkan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

Etika Profesi Public Relations

Etika Profesi Public Relations Modul ke: Etika Profesi Public Relations HUMAS SEBAGAI PROFESI ETIS Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S, M.IKom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Public Relations memiliki karakteristik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Kalimantan Timur khususnya Kota Balikpapan yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Kalimantan Timur khususnya Kota Balikpapan yang dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Kalimantan Timur khususnya Kota Balikpapan yang dikenal dengan kota bisnis juga merupakan salah satu kota yang bergerak di bidang pelayanan jasa. Sebagai tempat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

Everything You Should Know About PUBLIC RELATIONS

Everything You Should Know About PUBLIC RELATIONS Everything You Should Know About PUBLIC RELATIONS presented by : B.Natalia Sari Pujiastuti, S.Psi, M.Si Exclusive for YAYASAN PENDIDIKAN NASIONAL KARANGTURI SEMARANG 2015 KONSEP DASAR PUBLIC RELATIONS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa negara. Salah satu komponen industri pariwisata yang besar peranannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu kesatuan usaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam setiap aktivitasnya, komunikasi adalah suatu instrumen yang penting dalam

Lebih terperinci

Kedudukan PR dalam Organisasi. Dosen: Ade Suryani, M.Soc.Sc

Kedudukan PR dalam Organisasi. Dosen: Ade Suryani, M.Soc.Sc Kedudukan PR dalam Organisasi Dosen: Ade Suryani, M.Soc.Sc TUJUAN PUBLIC RELATIONS (Kriyantono, 2008) Menciptakan pemahaman (mutual understanding) antara perusahaan dengan publiknya Membangun citra korporat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia. Menurut Santoso (2002), sekitar delapan persen dari ekspor barang dan jasa pada umumnya berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perhotelan termasuk dalam industri jasa yang menawarkan jasa pelayanan kamar, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola

Lebih terperinci

OLEH PROF. DR. JAMALUDDIN, M.ED KOORDINATOR WILAYAH XIII ACEH

OLEH PROF. DR. JAMALUDDIN, M.ED KOORDINATOR WILAYAH XIII ACEH LOKAKARYA KEHUMASAN DALAM MEMBANGUN CITRA PTS DAN KOPERTIS OLEH PROF. DR. JAMALUDDIN, M.ED KOORDINATOR WILAYAH XIII ACEH 15/03/2017 HUMAS (YY) 2 15/03/2017 HUMAS (YY) 3 15/03/2017 HUMAS (YY) 4 15/03/2017

Lebih terperinci

Produksi Media Public Cetak. Modul ke: 02FIKOM. Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas ) Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom. Fakultas. Program Studi HUMAS

Produksi Media Public Cetak. Modul ke: 02FIKOM. Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas ) Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom. Fakultas. Program Studi HUMAS Modul ke: Produksi Media Public Cetak Fakultas 02FIKOM Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas ) Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Program Studi HUMAS Latar Belakang Marketing Public Relations (MPR) sebagai

Lebih terperinci