SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT PANi SiO 2 DENGAN PENGISI GEL SiO 2 DARI PASIR BANCAR TUBAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT PANi SiO 2 DENGAN PENGISI GEL SiO 2 DARI PASIR BANCAR TUBAN"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR SF SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT PANi SiO 2 DENGAN PENGISI GEL SiO 2 DARI PASIR BANCAR TUBAN Regina Gaby Lastiana Dyana NRP Dosen Pembimbing Dr.rer.nat Triwikantoro, M.Si JURUSAN FISIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 i

2 TUGAS AKHIR SF SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT PANi SiO 2 DENGAN PENGISI GEL SiO 2 DARI PASIR BANCAR TUBAN Regina Gaby Lastiana Dyana NRP Dosen Pembimbing Dr.rer.nat Triwikantoro, M.Si JURUSAN FISIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017 i

3 FINAL PROJECT SF SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF COMPOSITE PANi - SiO 2 WITH FILLER GEL SiO 2 OF SAND BANCAR TUBAN Regina Gaby Lastiana Dyana NRP Advisor Dr.rer.nat Triwikantoro, M.Si DEPARTEMENT OF PHYSICS Faculty of Mathematics and Natural Science Institute Technology of Sepuluh Nopember Surabaya 2017 ii

4

5 Sintesis dan Karakterisasi Komposit PANi SiO 2 dengan Pengisi Gel SiO 2 dari Pasir Bancar Tuban Nama : Regina Gaby Lastiana Dyana NRP : Jurusan : Fisika, FMIPA-ITS Pembimbing : Dr. rer.nat Triwikantoro, M.Si Abstrak Sintesis dan karakterisasi komposit PANi-SiO 2 dengan pengisi gel SiO 2 telah dilakukan dengan menggunakan metode polimerisasi in-situ. Gel SiO 2 disintesis dari silika hasil pemurnian pasir Bancar Tuban menggunakan metode kopresipitasi. Dimana banyaknya silika hasil pemurnian atau mikrosilika yang di sintesis mnjadi gel di variasi sebanyak 5gr, 10gr dan 15 gr. Gel SiO 2 tersebut selanjutnya disintesis bersama Polianilin membentuk komposit PANi - SiO 2 dengan 2 jenis metode yaitu metode stirrer dan ultrasonik. Pada penelitian ini komposit PANi - SiO 2 kemudian dikarakterisasi menggunakan X- ray Diffratometer (XRD), Fourier Transform Infrared (FTIR) dan SEM-EDX. Berdasarkan karakterisasi yang telah dilakukan terhadap komposit PANi - SiO 2 didapatkan hasil bahwa fasa yang terbentuk dari komposit PANi - SiO 2 adalah amorf dengan struktur semikristalin. Secara mikrostruktur, penambahan gel SiO 2 dalam proses sintesis komposit PANi - SiO 2 mempengaruhi sifat dan struktur kehomogenan dari komposit PANi - SiO 2 menjadi lebih homogen. Kehomogenan struktur komposit PANi - SiO 2 ditandai dengan jarak antar partikelnya yang sempit dan ukuran partikel yang merata dalam komposit PANi - SiO 2 ketika variasi kandungan Si pada gel SiO 2 semakin banyak. Sedangkan berdasarkan metode yang digunakan untuk mensintesis komposit PANi - SiO 2 didapatkan hasil bahwa komposit PANi - SiO 2 metode stirrer memiliki struktur yang elbih homogen daaripada komposit PANi - SiO 2 metode ultrasonik. Kata kunci : amorf, komposit, kopresipitasi, silika, ultrasonik iv

6 Synthesis and Characterization of Composite PANi-SiO 2 with Filler Gel SiO 2 of Sand Bancar Tuban Name : Regina Gaby Lastiana Dyana NRP : Major : Physics, FMIPA-ITS Advisor : Dr. rer.nat Triwikantoro, M.Si Abstract Synthesis and characterization of composite PANi-SiO 2 has done by using in-situ polymerization method. Gel SiO 2 synthesized from silica purification of sand Bancar Tuban using copresipitation method. With variaion of silica purification sand or microsilica in gel are 5gr, 10gr and 15gr. Gel SiO 2 with polianilin then synthetized together to form composite PANi-SiO 2 using stirrer and ultrasonic method. In this research, composite PANi-SiO 2 characterized using X-ray Diffractometer (XRD), Fourier Transform Infrared (FTIR) and SEM-EDX. Based on the characterization of composite PANi-SiO 2 can be obtained that the phase formed from composite PANi-SiO 2 is amorphous with semicystalin structure. In microstructur, addition of gel SiO 2 in synthesis process of composite PANi-SiO 2 can affect the characterictic and homogenity structure of composite PANi-SiO 2 become more homogen. Homogenity structure of composite PANi-SiO 2 could been seen from narrow distance and eqqualy distribution particle in composite PANi-SiO 2 when there s more Si content on gel SiO 2. But based on methods used to synthesize composite PANi SiO 2 obtained the result that composite PANi SiO 2 using method stirrer have more homogeneous structure than composite PANi SiO 2 using ultrasonic method Keyword : amorphous, composite, coprecipitation, silica, ultrasonic v

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis pnjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan optimal dan tanpa suatu kendala apapun. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kami dari kebodohan menuju jalan kebenaran. Tugas Akhir ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata satu dan mendapatkan gelar sarjana (S1) di jurusan Fisika FMIPA ITS. Judul dari Tugas Akhir ini adalah : Sintesis dan Karakterisasi Komposit PANi SiO 2 dengan Pengisi Gel SiO 2 dari Pasir Bancar Tuban Penulis mempersembahkan Karya Tulis ini kepada masyarakat Indonesia guna berpartisipasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang sains dan teknologi. Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu dan keluarga tercinta yang telah memberikan seluruh hal terbaik bagi penulis, terutama doa dan dukungannya. 2. Bapak Dr.rer.nat. Triwikantoro, M.Si sebagai dosen pembimbing Tugas Akhir yang telah membagi pengalaman, memberikan bimbingan, wawasan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. 3. Bapak M. Zainuri sebagai dosen wali yang selalu memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menjalani perkuliahan. vi

8 4. Bapak Dr. Yono Hadi P., M. Eng. dan Bapak Eko Minarto selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Fisika FMIPA ITS yang telah memberikan kemudahan sarana kepada penulis selama kuliah sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini. 5. Bapak Prof. Drs. Suminar Pratapa, Ph.D yang telah memberikan pemahaman mengenai software Match dan Rietica. 6. Bapak Sukir, Bapak Slamet, Bapak Sholeh, dan Mas Mufid yang senantiasa membantu penulis memberikan bimbingan dan sarana dalam proses menyelesaikan Tugas Akhir ini. 7. Mbak Aini, Mbak Ofa, Mbak Umi, Mbak Gaby, Mas Nanda dan Mbak Fitri yang senantiasa sabar dalam meluangkan waktunya untuk mengajari dan memberikan arahan kepada penulis selama penggerjaan Tugas Akhir ini. 8. Rekan-rekan satu bimbingan Tugas Akhir Leny, Anis, Akmal, Sari, Ni ma dan Ryandhika yang banyak membantu dalam proses sintesis dan pengerjaan Tugas Akhir ini. 9. Temen seperjuangan Shofi, Faisol, Ning, Dewangga, Mega, Ari, Dyah Nur, Yusro, Wahyu Han dll, terima kasih atas semua pengalaman dan segala dukungan yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini. 10. Kepada keluarga Fisika ITS 2012 (Meson) yang telah memberikan banyak rasa kekeluargaan dan kenangan yang tidak akan pernah penulis lupakan selama menjalani perkuliahan di FISIKA FMIPA ITS. 11. Mbak Iis selaku pihak Teknik Material dan Metalurgi yang bisa bekerja sama dalam menyelesaikan penelitian ini. vii

9 12. Pihak-pihak yang terkait dalam pengujian material penelitian di Laboratorium Sentral Univeristas Negeri Malang. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kesalahan. Mohon kritik dan saran pembaca guna menyempurnakan laporan ini. Akhir kata semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak. Amiin Ya Rabbal Alamiin. Surabaya, Januari 2017 Penulis viii

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i COVER PAGE... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan Laporan... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Silika Silika Gel Polianilin (PANi) Metode Polimerisasi Kimia Metode Ultrasonikasi BAB III METODOLOGI ix

11 3.1 Bahan dan Peralatan Bahan Peralatan Prosedur Penelitian Sintesis Mikrosilika Sintesis Gel SiO Sintesis PANi SiO Karakterisasi Material Diagram Alir Penelitian Sintesis Mikro Silika Sintesis Gel SiO Sintesis PANi SiO BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Hasil Pemurnian Pasir Silika Hasil Karakterisasi XRD Gel SiO Hasil Pengujian Spektroskopi FTIR Hasil Karakterisasi XRD Komposit PANi - SiO Hasil Karakterisasi Morfologi Komposit PANi - SiO 2 menggunakan SEM-EDX BAB V KESIMPULAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI PENULIS x

12 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi X-Ray Fluorescene (XRF) sebelum dilakukan proses pemurnian...23 Tabel 4.2 Hasil Karakterisasi X-Ray Fluorescene (XRF) setelah dilakukan proses pemurnian...24 Tabel 4.3 Data spektra yang muncul pada material Komposit PANi SiO 2 yang disintesis menggunakan metode stirrer Tabel 4.4 Data spektra yang muncul pada material Komposit PANi SiO 2 yang disintesis menggunakan metode ultrasonik xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Struktur Silika Gel... 7 Gambar 2.2 Struktur umum Polianilin... 9 Gambar2.3 Struktur Polianilin pada tingkat oksidasi yang berbeda Gambar 3.1 Diagram Sintesis Mikrosilika Gambar 3.2 Diagram Sintesis Gel SiO Gambar 3.3 Diagram Sintesis PANi SiO Gambar 4.1 Hasil Karakterisasi XRD dari serbuk Mikrosilika Gambar 4.2 Hasil Karakterisasi XRD Gel SiO 2 dengan Variasi Massa SiO Gambar 4.3 Hasil Karakterisasi FTIR PANi SiO 2 Metode Stirrer Gambar 4.4 Hasil Karakterisasi FTIR PANi SiO 2 Metode Ultrasonik Gambar 4.5 Hasil Karakterisasi XRD Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Stirrer Gambar 4.6 Hasil Karakterisasi XRD Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Ultrasonik.. 33 Gambar 4.7 Hasil Karakterisasi SEM Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Stirrer xii

14 Gambar 4.8 Hasil Karakterisasi SEM Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Ultrasonik.. 36 Gambar 4.9 Hasil Karakterisasi SEM dan Kualitatif Elemen PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Stirrer Gambar 4.10 Hasil Karakterisasi SEM dan Kualitatif Elemen Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Ultrasonik xiii

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, perkembangan dunia riset dan penelitian sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut tampak dari munculnya berbagai teknologi terbarukan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dalam bidang material dan bahan, salah satu material yang banyak dikembangkan dalam penelitian saat ini adalah material komposit. Komposit merupakan suatu material hasil kombinasi makroskopis dari dua atau lebih material yang berbeda, dengan tujuan untuk mendapatkan sifat-sifat dan karakteristik tertentu yang lebih baik daripada sifat masing-masing komponen penyusunnya. Salah satu jenis komposit yang banyak diteliti pada saat ini adalah komposit PANi SiO 2. Komposit PANi SiO 2 sesuai dengan namanya, terdiri atas Polianilin (PANi) dan Silika (SiO 2 ). Silika merupakan material alam yang paling banyak ada di alam dapat berbentuk pasir kuarsa, gelas dan sebagainya. Pada saat ini dengan berkembangnya teknologi nano-material, silika dapat diproses menjadi bentuk nanosilika yang penggunaanya jauh lebih luas dan lebih bernilai ekonomis seperti untuk industri semikonduktor dan industri berteknologi tinggi. Sedangkan, material polimer konduktif (PANi) yang memiliki kestabilan tinggi di udara, konduktivitas listrik yang baik, dan dapat digunakan untuk pelapisan pencegahan korosi (Li dkk., 2005). Dikarenakan PANi memiliki sifat termal yang kurang baik, silika yang memiliki sifat mekanik yang baik, inert dan tahan terhadap temperatur tinggi (Bhandari dkk., 2012), maka jika dikompositkan kedua material tersebut akan didapatkan komposit PANi SiO 2 yang memiliki sifat gabungan dari kedua meterial tersebut. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah pembuatan komposit PANi SiO 2 dengan cara polimerisasi in-situ dimana material SiO 2 mikro atau nano yang berbentuk serbuk dilarutkan kedalam larutan monomer polianilin 1

16 2 yang kemudian ditetesi dengan larutan inisiator dan distirrer. Dengan hasil akhir produk yang didapatkan adalah serbuk komposit PANi SiO 2. Dalam penelitian sebelumnya mengenai sifat dan struktur komposit PANi -SiO 2 nano dengan SiO 2 yang digunakan berbentuk serbuk menghasilkan bahwa ketika diamati menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) tampak bahwa terjadi aglomerasi atau penggumpalan antara PANi sendiri dan silika sendiri. Sehingga komposit PANi SiO 2 yang dihasilkan menjadi kurang homogen (Gaby,2014). Ketidakhomogenan struktur komposit PANi SiO 2 tersebut kemungkinan diakibatkan karena struktur silika berbentuk serbuk sehingga kurang mudah melarut ketika disintesis bersama larutan PANi. Pada penelitian ini dibuat komposit PANi SiO 2 dengan penambahan Gel SiO 2 sebagai pengisi (filler). Dengan menggunakan metode ini diharapkan bahwa komposit PANi SiO 2 yang terbentuk memiliki struktur yang lebih homogen. Pada penelitian ini dibuat komposit PANi SiO 2 dengan variasi banyaknya massa silika mikro yang dimasukkan dalam proses kopresipitasi untuk membuat gel SiO 2 yaitu sebanyak 5gr, 10gr dan 15gr. Selain itu, digunakan pula variasi cara pembuatan komposit PANi gel SiO 2 yaitu menggunakan metode stirrer dan ultrasonik. 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh penambahan gel SiO 2 terhadap kehomogenan struktur PANi SiO 2 terbentuk? 2. Bagaimana pengaruh variasi massa gel SiO 2 terhadap sifat dan struktur komposit PANi SiO 2? 3. Bagaimana pengaruh variasi metode pembuatan PANi SiO 2 terhadap sifat dan struktur komposit PANi SiO 2? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam Tugas Akhir ini antara lain adalah :

17 1. Material alam yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah pasir silika dari pantai Bancar Tuban 2. Gel SiO 2 disintesis dengan menggunakan metode kopresipitasi. 3. Pembuatan komposit PANi SiO 2 menggunakan 2 jenis metode yaitu metode stirrer dan metode ultrasonik. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan gel SiO 2 terhadap kehomogenan struktur PANi SiO Untuk mengetahui pengaruh variasi massa gel SiO 2 terhadap sifat dan struktur PANi SiO Untuk mengetahui pengaruh variasi metode pembuatan PANi SiO 2 terhadap sifat dan struktur PANi SiO Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi peneliti dan pembaca bahwa terdapat beberapa metode untuk mensitesis komposit PANi-SiO 2 dengan sifat yang homogen yaitu menggunakan metode stirrer dan ultasonik. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi pada para peneliti dan pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai material komposit PANi - SiO 2 yang berbasis material pasir alam. 1.6 Sistematika Penulisan Laporan Laporan Tugas Akhir ini tersusun atas 5 bab, yaitu : Bab 1 Pendahuluan : Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka : Bab ini berisi tentang dasardasar teori yang digunakan sebagai acuan penelitian dan menunjang analisa hasil penelitian. Bab 3 Metodologi Penelitian : Bab ini berisi tentang rancangan penelitian, prosedur pelaksanaan, spesifikasi peralatan, dan material uji yang digunakan. Bab 4 Analisa Data dan Pembahasan : Bab ini berisi tentang data - data yang dihasilkan dan pembahasan yang sesuai dengan 3

18 4 permasalahan yang mengacu pada penelitian. Bab 5 Kesimpulan dan Saran : Bab ini berisi tentang kesimpulan yang menjawab dari semua rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian dan saran yang sebaiknya dilakukan pada penelitian selanjutnya.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Silika Silika (SiO 2 ) merupakan salah satu bahan mineral alam yang paling sering dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari. Penggunaan silika dalam kehidupan misalnya digunakan sebagai bahan pembuat kaca, gelas dan piranti semikonduktor, juga untuk berbagai keperluan dengan berbagai ukuran partikel silika, tergantung aplikasi yang dibutuhkan seperti dalam industri ban, karet, gelas, semen, beton, keramik, tekstil, kertas dan lain-lain. Silika merupakan senyawa terbanyak penyusun kerak bumi pada saat ini yaitu sebesar 60,6%. Silika bisa didapatkan dari pasir silika yang jumlahnya melimpah di Indonesia atau dari limbah penghancuran gelas dan kaca, juga dari bahan organik seperti abu sekam padi, dan abu tebu. Dalam bentuk aplikasinya, silika seringkali dibuat dalam bentuk gelas,kristal,gel, aerogel, fumed silika dan silika koloid (Aerosil) (Zainuri et al., 2012). Silika dalam Tabel periodik temasuk golongan IV yang memiliki sifat ketahanan abrasi yang baik, isolator listrik yang baik, dan stabilitas termal yang tinggi. Silika dalam strukturnya memiliki ikatan koordinasi tetrahedral dengan satu atom silika (Si) ditengah dan empat atom oksigen (O) di sekelilingnya. Silika berbentuk kristal transparan memiliki titik leleh sebesar K dan densitas sebesar 2,648 g/cm 3 (Akbar, 2010). Silika merupakan bahan silikat paling sederhana yang mempunyai 3(tiga) struktur kristal polymorphie yaitu Quartz, Crystobalite, dan Tridymite. Kristal silika mempunyai kerapatan yang rendah dan memiliki ikatan atom kuat yang dapat dicerminkan dari temperatur lelehnya yang mencapai 1710 ᵒC (Hadi and others, 2011). Dalam silika (SiO 2 ), ion Si 4+ menempati intertisial tetrahedral O 2- dengan 2 oksigen dipakai bersama dengan tetrahedral tetangga. SiO 2 mempunyai ikatan kombinasi ionik dan kovalen. Struktur polimorfi dalam silika bergantung 5

20 6 pada tekanan dan temperatur dimana silika tersebut di proses. Pada SiO 2 masing-masing fase mempunyai bentuk tinggi (High) dan rendah (Low) yang terkait dengan pergeseran transformasi. Kristal High memiliki kesimetrian yang lebih tinggi. Crystobalite memiliki temperatur polimorfi yang paling tinggi. Struktur kristalnya menyerupai Zinc blende dengan substitusi tetrahedral untuk atom-atomnya. Tridymite memiliki struktur monoklinik pada struktur high. Struktur Quartz adalah hexagonal dan pada struktur low adalah trigonal (Chiang et al., 1997). Pada era nanoteknologi, dapat ditunjukkan bahwa ukuran partikel bahan baku yang diperkecil membuat produk memiliki sifat yang berbeda sehingga dapat meningkatkan kualitas material. Sebagai salah satu contoh, silika dalam ukuran mikron banyak diaplikasikan dalam material building, yaitu sebgai campuran pada beton. Rongga yang kosong diantara partikel semen akan diisi oleh mikrosilika sehingga berfungsi sebagai bahan penguat beton dan meningkatkan daya tahan. Ukuran lainnya yang lebih kecil adalah nanosilika. Nanosilika yang banyak digunakan dalam aplikasi di industri misalnya, dengan penambahan nanosilika pada ban akan membuat ban memiliki daya lekat yang lebih baik pada jalan salju, mereduksi kebisingan yang ditimbulkan dan usia ban yang lebih panjang daripada produk ban yang tidak ditambahkan nanosilika. Untuk mendapatkan ukuran silika dalam skala mikron dapat dilakukan dengan metode milling, sedangkan untuk memperoleh ukuran silika dalam orde nano dapat dilakukan metode-metode tertentu seperti sol-gel process, chemical precipitation, polimerisasi dan sebagainya (Zainuri et al., 2012). 2.2 Silika Gel Silika merupakan senyawa yang tersusun dari rantai satuan SiO 4 tetrahedral dengan formula umum SiO 2. Di alam senyawa silika ditemukan dalam beberapa bahan alam, seperti pasir kuarsa, gelas, dan sebagainya. Silika sebagai senyawa yang terdapat di alam berstruktur kristalin, sedangkan sebagai senyawa sintetis adalah amorf. Secara sintetis senyawa silika dapat dibuat dari

21 larutan natrium silikat. Silika gel merupakan salah satu senyawa silika sintetis yang berstruktur amorf. Silika gel merupakan salah satu bahan kimia berbentuk padatan yang banyak dimanfaatkan sebagai adsorben. Hal ini disebabkan oleh mudahnya produksi dan juga beberapa kelebihan yang lain, yaitu : sangat inert, hidrofilik, mempunyai kestabilan termal dan mekanik yang tinggi serta relatif tidak mengembang dalam pelarut organik jika dibandingkan dengan padatan resin polimer organik. Kualiatas yang berkaitan dengan pemanfaatannya ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu struktur internal, ukuran partikel, porositas, luas permukaan, ketahanan dan polaritasnya. Sifat sebagai penyerap yang disebut juga sifat adsorptif disebabkan karena adanya situs aktif pada permukaan gel silika. Kegunaan silika gel yang lazim adalah sebagai penyerap uap air pada penyimpanan bahan bahan yang bersifat higroskopis, atau mudah menyerap uap air seperti pada berbagai produk makanan dan juga obat obatan (Sulastri, Kristaningrum, 2010). Silika gel merupakan silika amorf yang terdiri atas globula globula SiO 4 tetrahedral yang tersusun secara tidak teratur dan beragregasi membentuk kerangka tiga dimensi yang lebih besar. Rumus kimia silika gel secara umum adalah SiO 2.x H 2 O. Struktur satuan mineral silika pada dasarnya mengandung kation Si 4+ yang terkoordinasi secara tetrahedral dengan anion O 2-. Akan tetapi, susunan tetrahedral SiO 4 pada silika gel tidak beraturan seperti struktur berikut : 7 Gambar 2.1 Struktur Silika Gel

22 8 Sifat silika gel ditentukan oleh orientasi dari ujung tempat gugus hidroksil berkombinasi. Oleh karena ketidak-teraturan susunan permukaan SiO 4 tetrahedral, maka jumlah distribusinya per unit area bukan menjadi ukuran kemampuan adsorpsi silika gel, meskipun gugus silanol dan siloksan terdapat pada permukaan silika gel. Kemampuan adsorpsi ternyata tidak sebanding dengan jumlah gugus silanol dan gugus siloksan yang ada pada permukaan silika gel, tetapi tergantung pada distribusi gugus OH per unit area adsorben (Oscik.J et al., 1994). 2.3 Polianilin (PANi) Bahan Polimer merupakan bahan yang memiliki kemampuan yang rendah untuk dapat menghantarkan listrik dan memiliki respon yang rendah terhadap medan magnet dari luar. Akan tetapi, bahan polimer memiliki keunggulan dapat tahan dalam lingkungan yang korosif. Konduktivitas listrik dari sebagian bahan polimer dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan bahan asam sehingga timbul sifat kedua yang bersifat konduktif. Salah satu bahan polimer yang konduktivitas listriknya dapat ditingkatkan adalah Polianilin (PANi) (Permana, Darminto, 2012). Polianilin (PANi) adalah salah satu bahan polimer konduktif yang banyak dikaji dalam dua dekade terakhir karena sifat fisika dan kimianya yang khas yaitu stabil dalam lingkungan, konduktivitas listriknya yang baik dan harga yang rendah. Karena sifat-sifatnya tesebut Polianilin (PANi) mempunyai potensi aplikasi yang luas dalam industri seperti sebagai baterai sekunder, sensor, LED, bahan-bahan elektonik dan optoelektronik lainnya. Polianilin telah banyak digunakan sebagai bahan pelapis anti korosi pada logam. Hal tersebut dikarenakan polianilin mampu menciptakan proteksi katodik melawan lingkungan yang agresif dengan cara menghambat proses oksidasi logam pada mekanisme terjadinya korosi (Zuhri et al., 2013). Polianilin dapat di sintesis secara elektrokimia dan secara kimia. Sintesis secara elektrokimia akan menghasilkan produk

23 dalam bentuk film, sedangkan sintesis secara kimia akan menghasilkan produk dalam bentuk serbuk. Sintesis yang dilakukan pada polianilin dapat mempengaruhi sifat dari polianilin itu sendiri. Selain jenis sintesis, sifat dari polianilin juga dapat dipengaruhi oleh parameter sintesis seperti konsentrasi monomer anilin, jenis dopan, konsentrasi yang digunakan, lama waktu serta arus dan tegangan polimerisasi. Dengan parameter sintesis yang optimum, akan didapatkan polianilin dengan nilai konduktivitas listrik yang maksimum (Nurkumala, 2014) Polianilin adalah molekul besar yang di bangun oleh pengulangan kesatuan unit kimia kecil sederhana yang disebut monomer anilin (C 6 H 2 NH 2 ) yang berikatan kovalen. Penggabungan monomer-monomer anilin akan membentuk cincin benzoid dan kuinoid yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh atom nitrogen melalui ikatan amin dan imin. Secara umum struktur kimia polianilin dalam keadaan basa dapat ditulis sebagai berikut : 9 Gambar 2.2 Struktur umum Polianilin Pada struktur kimia polianilin, indeks y menyatakan tingkat oksidasi dari basa polianilin yang nilainya berkisar antara nol sampai satu (0 y 1). Nilai y menyatakan tingkat oksidasi dari basa polianilin. Polimer yang teroksidasi berarti polimer tersebut telah kehilangan atom H yang berkaitan dengan ikatan kovalen dengan atom N di sebelah cincin benzoid. Penarikan atom H pada dua atom N berdekatan yang diciptakan oleh cincin quinoid tersebut akan mengubah cincin quonid menjadi cincin benzoid. Proses ini juga mengubah atom N dari bentuk amin (terhibridisasi sp 3 ) menjadi bentuk imin (terhibridisasi sp 2 ). Dari penelitian yang dilakukan terhadap polianilin yang dibuat secara kimiawi diketahui bahwa y mempunyai tiga nilai yang berbeda dengan tiga struktur polianilin yang berbeda pula (Huang, Kaner,2004).

24 10 Gambar 2.3 Struktur Polianilin pada tingkat oksidasi yang berbeda (a) Pernigranilin (b) Emeraldin (c) Leukoemeraldin (Kusumawati et al., 2008). 2.4 Metode Polimerisasi Kimia Polimerisasi merupakan suatu jenis reaksi kimia dimana monomer monomer bereaksi untuk membentuk rantai yang besar. Proses polimerisasi memiliki beberapa tahapan yaitu inisiasi rantai, pertumbuhan rantai dan terminasi rantai. Pada umumnya proses polimerisasi dibagi menjadi dua cara, yaitu polimerisasi kondensasi dan polimerisasi adisi. Proses polimerisasi anilin merupakan polimerisasi adisi atau seringkali disebut sebagai polimerisasi in situ. Reaksi ini dapat terjadi dengan bantuan katalisator. Katalisator akan membuka ikatan rangkap pada monomer-monomer pembentuk sehingga monomermonomer tersebut dapat berikatan satu sama lain membentuk polimer. Pada penelitian tugas akhir ini, proses polimerisasi in situ diterapkan dalam proses pembuatan komposit PANi SiO 2. Polimerisasi dilakukan dengan cara membuat larutan monomer

25 11 dari anilin, DBSA, aquades dan gel SiO 2 yang distirrer selama 30 menit. Selanjutnya larutan inisiator yang dibuat dari pelarutan Amonium Peroxydisulfat kedalam aquades diteteskan sedikit demi sedikit kedalam larutan monomer yang sebelumnya telah dibuat. Kemudian, proses polimerisasi dimulai dengan menstirrer larutan monomer yang telah dicampur larutan inisiator selama ± 8 jam. Hasil dari proses ini berupa gel komposit PANi SiO 2 yang berwarna hijau tua. 2.5 Metode Ultrasonikasi Ultasonik merupakan vibrasi suara dengan frekuensi melebihi batas pendengaran manusia yaitu di atas 20 KHz. Ultrasonikasi merupakan salah satu teknik paling efektif dalam pencampuran, proses reaksi, dan pemecahan bahan dengan bantuan energi tinggi. Batas atas rentang ultrasonik mencapai 5 MHz untuk gas dan 500 MHz untuk cairan dan padatan (Mason, 2002). Penggunaan ultasonik berdasarkan rentangnya yang luas ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah suara beramplitudo rendah (frekuensi kebih tinggi). Gelombang beramplitudo rendah ini secara umum digunakan untuk analisis pengukuran kecepatan dan koefisien penyerapan gelombang pada rentang 2 hingga 10 MHz. Bagian kedua adalah gelombang berenergi tinggi dan terletak pada frekuensi 20 hingga 100 KHz. Gelombang ini dapat digunakan untuk pembersihan, pembentukan plastik, dan modifikasi bahan-bahan organik maupun anorganik (Mason, 2002). Ultrasonikasi dengan intensitas tinggi dapat menginduksi secara fisik dan kimia. Efek fisik dari ultrasonikasi intensitas tinggi salah satunya adalah emulsifikasi. Beberapa aplikasi ultrasonikasi ini adalah dispersi bahan pengisi dalam polimer dasar, emulsifikasi partikel anorganik pada polimer dasar, serta pembentukan dan pemotongan plastik (Suslick, 1994). Efek kimia pada ultrasonikasi ini menyebabkan molekulmolekul berinteraksi sehingga terjadi perubahan kimia. Interaksi tersebut disebabkan panjang gelombang ultrasonik lebih tinggi

26 12 dibandingkan panjang gelombang molekul-molekul. Interaksi gelombang ultrasonik dengan molekul - molekul terjadi melalui media cairan. Gelombang yang dihasilkan oleh tenaga listrik diteruskan oleh media cair ke medan yang dituju melalui fenomena kavitasi akustik yang menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan lokal dalam cairan. Ultrasonikasi pada cairan memiliki berbagai parameter seperti frekuensi, tekanan, suhu, viskositas, dan konsentrasi suatu sampel. Aplikasi ultrasonikasi pada polimer berpengaruh terhadap degradasi polimer tersebut (Wardiyati, 2004).

27 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan dalam proses sintesis antara lain adalah saringan tepung, botol sampel, spatula kaca, spatula besi, pipet,magnet batang, magnetic bar, magnetic stirrer, corong, kertas saring, aluminium foil, tisu, kertas ph, bola milling, planetary ballmill, ultrasonic cleaner, gelas beker dengan ukuran 10ml, 100ml, 250ml, 500ml dan 1000ml, gelas ukur 100ml, gelas erlemeyer 500ml, cawan petri, timbangan digital, label nama, oven, masker dan sarung tangan Bahan Dalam penelitian ini, bahan-bahan yang digunakan dalam proses sintesis material antara lain adalah Pasir Silika Bancar, Aquadest, Alkohol, HCl 2M, NaOH 99%, Anilin, Amonium Peroxydisulfat (APS), Dodecyl Benzene Sulfonic Acid (DBSA), Es batu dan Aceton. 3.2 Prosedur Penelitian Sintesis Mikrosilika Tahapan sintesis mikrosilika dalam penelitian ini meliputi 3 tahapan,yaitu preparasi pasir silika, proses milling dan proses leaching. a. Preparasi Pasir Alam Pasir alam yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pasir Silika Bancar. Sebelum digunakan sebagai bahan penelitian, pasir tersebut di karakterisasi X-ray Diffraction (XRD) dan X-ray Fluorescence (XRF) dengan tujuan untuk mengetahui unsurunsur yang ada di dalam pasir silika tersebut dan data hasil dari karakterisasi tersebut kemudian digunakan sebagai data awal yang akan dibandingkan dengan hasil karakterisasi XRD dan 13

28 14 XRF sampel hasil sintesis. Pada langkah awal, pasir silika Bancar disaring terlebih dahulu menggunakan ayakan dengan tujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang ada pada pasir tersebut. Selanjutnya, pasir ditimbang sebanyak 200 gram dengan menggunakan neraca digital dan dicuci dengan menggunakan aquades sebanyak 1 liter. Dalam pencucian ini, pasir dalam aquades diaduk dengan menggunakan spatula kaca selama 3 menit. Proses pencucian ini dilakukan berulang sebanyak 5 kali. Proses pencucian ini dilakukan bertujuan untuk menghilangkan kadar garam dan pengotor yang masih terdapat pada pasir sehingga pasir tersebut tidak terkontaminasi dengan unsur-unsur lain yang tidak diinginkan. Langkah selanjutnya, pasir dikeringkan di dalam oven dengan tujuan untuk mengurangi kadar air pada pasir SiO 2. Setelah proses pengeringan, selanjutnya dilakukan separasi magnetik menggunakan magnet batang dengan tujuan untuk menghilangkan unsur besi (Fe) dalam pasir silika tersebut. b. Proses Milling Proses Ball milling ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan silika dalam orde mikro. Prinsip dasar dari proses milling ini adalah untuk mereduksi ukuran partikel. Pada proses ini ukuran partikel dapat tereduksi karena adanya gaya luar dari pergerakan bola milling yang saling bertumbukkan. Gaya dari bola milling tersebut dapat menyebabkan partikel yang berukuran besar mengalami patah dan menjadi partikel-partikel yang berukuran kecil. Apabila gaya luar tersebut terjadi secara berulang dan semakin lama, maka akan terjadi deformasi plastis dimana atom-atom pada sampel akan mengalami dislokasi dan terjadi perubahan bentuk, sehingga menjadikan ukuran partikel tereduksi menjadi lebih kecil. Proses Ball milling yang dilakukan menggunakan metode wet milling dan menggunakan bola milling berupa bola zirkonia. Metode wet milling ini dilakukan dengan menggunakan media alkohol, dimana perbandingan bahan (gr) : bola Zirkonia (gr) : alkohol (ml) adalah sebesar 3 : 5 :. Dalam penelitian ini proses ball milling dilakukan selama 120 menit

29 15 dengan kecepatan 150 rpm dimana dalam setiap 1 jam proses, Ball milling berhenti selama 30 menit. Setelah proses Ball milling telah dilakukan, sampel kemudian dikeringkan dalam oven. c. Proses Leaching Pada proses leaching ini silika hasil Ball milling direndam dalam larutan HCl 2 M dan diaduk dengan magnetic stirrer selama 2 jam, kemudian diendapkan selama ±12 jam hingga terbentuk endapan yang warnanya coklat kekuningan. Pada proses ini, perbandingan pasir silika dan HCl adalah sebesar 1:10. Setelah itu,pasir silika yang sudah direndam dan diendapkan dengan HCl dicuci dengan aquades hingga ph larutan mencapai 7. Setelah ph larutan mencapai 7, sampel kemudian dikeringkan dalam oven. Tujuan dilakukannya proses leaching ini adalah untuk mengurangi impuritas atau ketidakmurnian unsur lain yang masih ada dalam pasir silika. Sehingga didapatkan silika yang memiliki tingkat kemurnian lebih tinggi. Setelah proses ini maka didapatkan serbuk silika mikro atau mikrosilika Sintesis Gel SiO 2 Terdapat 2 tahapan dalam proses sintesis gel SiO 2,yaitu : a. Tahap pembentukan larutan Natrium Silikat (Na 2 SiO 3 ). Tahap ini dilakukan dengan cara melarutkan serbuk silika mikro kedalam larutan NaOH 7M menggunakan magnetic stirrer dengan temperatur 225 o C dalam waktu 2 jam. Hasil dari proses tersebut yang berupa kristal sodium silikat kemudian dilarutkan kembali dengan aquades sebanyak 200 ml menggunakan magnetic stirrer dan disaring menggunakan kertas saring hingga didapatkan larutan Natrium Silikat (Na 2 SiO 3 ). Dalam penelitian ini digunakan variasi banyaknya serbuk silika mikro yang dilarutkan adalah sebanyak 5gr, 10gr dan 15gr. b. Tahap pembentukan Gel SiO 2 (Si(OH 4 )) dengan menggunakan metode kopresipitasi.

30 16 Larutan Natrium silikat yang telah diendapkan selama ±3jam diaduk menggunakan magnetic stirrer sambil dititrasi dengan HCl 2M hingga ph larutan mencapai 7 dan terbentuk larutan keruh serta gel berwarna putih. Selanjutnya, sampel dibiarkan mengendap selama 24 jam. Setelah 24 jam, gel yang sudah mengendap dalam larutan dicuci menggunakan aquades sebanyak 15 kali untuk menghilangkan kandungan NaCl yang ada pada gel akibat yang terbentuk pada proses sebelumnya. Selanjutnya, larutan disaring menggunakan kertas saring sehingga yang didapatkan hanya berupa endapan gel SiO 2. Gel SiO 2 yang terbentuk tersebut kemudian didiamkan dan disimpan dalam wadah tertutup agar tidak mengering Sintesis Komposit Polianilin - SiO 2 (PANi - SiO 2 ) Komposit PANi - SiO 2 dalam penelitian ini di sintesis menggunakan 2 jenis metode yaitu metode stirrer dan metode ultrasonik. a. Metode Stirrer Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai proses sintesis PANi - SiO 2 yang dilakukan dengan menggunakan metode stirrer. Anilin dan DBSA dilarutkan kedalam aquades sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit pada suhu 0 0 C hingga warna larutan menjadi putih, larutan ini kemudian disebut sebagai larutan monomer. Disisi lain, Amonium Peroxydisulfat (APS) dilarutkan ke dalam aquades dan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit hingga warna menjadi bening, larutan ini disebut sebagai larutan inisiator. Selanjutnya, proses polimerisasi dilakukan dengan cara menambahkan SiO 2 kedalam larutan monomer yang berada pada gelas labu sambil di aduk menggunakan stirrer. Kemudian dalam larutan tersebut ditetesi sedikit demi sedikit larutan inisiator sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga warna larutan menjadi hijau tua. Selanjutnya, larutan tersebut distirrer selama ± 8 jam pada suhu 0 0 C. Dari proses ini terbentuklah larutan PANi SiO 2. Dalam penelitian ini digunakan variasi berupa Gel SiO 2 yang dimasukkan dalam larutan monomer yaitu: Gel 5gr SiO 2, Gel 10gr SiO 2 dan Gel 10gr SiO 2.

31 17 Langkah berikutnya, larutan PANi SiO 2 tersebut di saring menggunakan kertas saring hingga didapatkan hasil saringan berupa gel PANi SiO 2. Gel PANi SiO 2 yang ada di atas kertas saring tersebut kemudian di cuci menggunakan aquades hingga air pencucinya menjadi bening dan memiliki nilai ph = 2. Selanjutnya, gel PANi - SiO 2 tersebut dicuci kembali menggunakan Aseton dan dikeringkan untuk mendapatkan serbuk PANi SiO 2. b. Metode Ultrasonik Dalam mensintesis komposit PANi SiO 2 dengan menggunakan metode ultrasonik, langkah awal yang dilakukan hampir sama dengan cara sintesis menggunakan metode stirrer. Pertama-tama Anilin dan DBSA dilarutkan kedalam aquades sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit pada suhu 0 0 C hingga warna larutan menjadi putih, larutan ini kemudian disebut sebagai larutan monomer. Disisi lain, Amonium Peroxydisulfat (APS) dilarutkan ke dalam aquades dan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit hingga warna menjadi bening larutan ini disebut sebagai larutan inisiator. Selanjutnya, proses polimerisasi kemudian dilakukan dengan cara menambahkan Gel SiO 2 ke dalam larutan monomer yang berada pada gelas labu sambil di aduk menggunakan stirrer. Kemudian dalam larutan tersebut ditetesi sedikit demi sedikit larutan inisiator hingga warna larutan menjadi hijau tua dan di stirrer selama ± 1 jam pada suhu 0 0 C. Selanjutnya, larutan PANi - SiO 2 yang telah distirrer selama ±1 jam tersebut yang ada di dalam gelas beker dipindahkan kedalam ultrasonic cleaner dan dilakukan proses ultrasonikasi selama ±8 jam. Dalam sintesis menggunakan metode ultrasonikasi ini digunakan variasi yang sama dengan ketika sintesis menggunakan metode stirrer, yaitu berupa Gel SiO 2 yang dimasukkan dalam larutan monomer adalah Gel 5gr SiO 2, Gel 10gr SiO 2 dan Gel 10gr SiO 2.

32 Karakterisasi Material Karakterisasi Material yang dilakukan pada sampel dalam penelitian ini meliputi : a. X-Ray Fluorescence (XRF) Pengkarakterisasian XRF dilakukan untuk mengetahui komposisi unsur unsur yang terkandung dalam material. Dalam penelitian ini pengkarakterisasian XRF dilakukan pada sampel pasir alam Bancar. b. X-Ray Diffraction (XRD) Karakterisasi XRD dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui fasa yang terkandung dalam material. Dalam penelitian ini pengkarakterisasian XRD dilakukan pada sampel pasir alam Bancar, serbuk silika mikro, gel SiO 2 dan serbuk PANi SiO 2. Pengkarakterisasian dilakukan pada rentang sudut 0 o 90 o menggunakan Philips X Pert MPD (Multi Purpose Difractometer) dengan radiasi Cu-Kα di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS Surabaya. Pola radiasi difraksi yang didapatkan kemudian dianalisa secara kualitatif menggunakan software Match!. c. Fourier Transform Infrared (FTIR) Pengkarakterisasian Fourier Transform Infrared (FTIR) digunakan untuk mengetahui ikatan ikatan atau gugus fungsi yang terbentuk melalui proses pembuatan PANi SiO 2. d. Scanning Electron Microscopy (SEM) Pengkarakterisasian Scanning Electron Microscopy (SEM) dilakukan untuk mengetahui mikrostruktur dan bentuk morfologi serta ukuran butir rata rata dari material. Dalam penelitian ini dilakukan pengkarakterisasian SEM pada komposit PANi SiO 2. Pengkarakterisasian SEM dilakukan di LPPM ITS Surabaya.

33 Diagram Alir Penelitian Sintesis Mikrosilika Pasir alam silika Karakterisasi XRD dan XRF Pasir silika disaring Pasir dicuci menggunakan aquades Pencucian sebanyak 5x Pasir dikeringkan dengan oven Separasi magnetik pasir silika Penghalusan menggunakan proses wet milling Milling dilakukan selama 2 jam dengan kecepatan 150 rpm Perendaman dalam HCl 2M Perendaman dalam HCl selama 12 jam Pencucian menggunakan aquades Mikrosilika / Silika Mkro Karakterisasi XRD dan XRF Gambar 3.1 Diagram Sintesis Mikrosilika

34 Sintesis Gel SiO 2 Silika Mikro Pelarutan dalam NaOH 7 M Pengadukan dengan magnetic stirrer Kristal Sodium Silikat Pengadukan dilakukan pada suhu 225 o selama 2 jam Pelarutan kristal sodium silikat dalam aquades 200ml menggunakan stirrer Larutan Sodium Silikat (Na 2 SiO 3 ) Penyaringan menggunakan kertas saring Diambil yang lolos saring Titrasi dengan HCl 2 M Pengendapan Larutan selama 24 jam Proses titrasi dilakukan hingga ph larutan 7 dan terbentuk larutan keruh dan gel putih Pencucian dengan aquades dan penyaringan Pencucian sebanyak 15x Gel SiO 2 Gambar 3.2 Diagram Sintesis Gel SiO 2

35 Sintesis PANi SiO 2 Larutan Monomer Anilin + DBSA Gel SiO 2 Larutan A Dilarutkan dalam aquades dan disttirer selama 30 menit Disttirer pada suhu 0 C Larutan Inisiator Amonium Peroxidisulfate (APS) Larutan B Larutan Distirrer selama 8 jam Larutan Diultrasonik selama 8 jam Penyaringan larutan hasil polimerisasi menggunakan kertas saring Gel PANi - SiO 2 Pencucian dengan aquadest hingga ph 2 Pencucian dengan aceton Pengeringan Serbuk komposit PANi - SiO 2 Karakterisasi FTIR, XRD dan SEM EDX Gambar 3.3 Diagram Sintesis PANi SiO 2

36 22 Halaman ini sengaja dikosongkan

37 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pemurnian Pasir Silika Material alam yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pasir Silika dari Pantai Bancar, Tuban, Jawa Timur. Pemilihan penggunaaan Pasir Bancar sebagai bahan dasar penelitian ini didasari karena kandungan unsur silika yang tinggi pada pasir tersebut. Sebelum digunakan sebagai material utama dalam penelitian ini, pasir Silika Bancar Tuban di uji X-ray Fluorescence (XRF) terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya uji XRF tersebut adalah untuk mengetahui unsur apa saja yang terkandung dalam pasir Bancar Tuban tersebut. Setelah dilakukan karakterisasi XRF, maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi X-Ray Fluorescene (XRF) sebelum dilakukan proses pemurnian No Unsur Presentase (%) 1. Si 68,2 2. K 0,24 3. Ca Ti 0,22 5. Cr 0, Fe 2,08 7. Ni 0,21 8. Cu 0,14 9. Sr 0, Ba 0,2 11. Yb 0,1 Pada Tabel 4.1 tampak bahwa kandungan unsur paling tinggi pada pasir Bancar Tuban adalah unsur silika (Si) yaitu sebesar 68,2%, sedangkan untuk unsur lainnya memiliki kandungan unsur yang lebih rendah dari silika. Berdasarkan hasil karakterisasi XRF terhadap pasir silika awal tersebut, maka selanjutnya dilakukan proses pemurnian pasir silika. Proses pemurnian silika ini dibagi menjadi 3 tahapan utama yaitu proses preparasi pasir silika 23

38 24 (pencucian dengan aquades, separasi magnetik), proses Ballmilling dan proses Leaching dengan HCl 2M. Tujuan dari 3 tahapan proses pemurnian tersebut masing-masing adalah Proses pencucian dengan aquadest untuk mengurangi pengotor dalam pasir silika, Proses separasi magnetik untuk memisahkan unsur besi (Fe) dalam pasir silika, Proses ballmilling untuk mereduksi ukuran partikel dan Proses leaching dengan HCl 2 M untuk mengurangi impuritas yang tidak diharapkan dalam penelitian. Berikut adalah hasil karakterisasi XRF setelah dilakukan proses pemurnian terhadap pasir silika tersebut : Tabel 4.2 Hasil Karakterisasi X-Ray Fluorescene (XRF) setelah dilakukan proses pemurnian. No Unsur Presentase (%) 1. Si 89,77 2. Al 1,76 3 P 0,69 4 Cl 0,41 5 S 0,38 6 Ca 5,42 7 Fe 0,28 8 Zr 0,19 9 Ti 0,21 10 Zn 0,01 Berdasarkan hasil karakterisasi XRF pada Tabel 4.2 tampak bahwa setelah melalui proses pemurnian kandungan unsur Si meningkat dari 68,2 % menjadi 89,77 %. Peningkatan kandungan unsur Si dapat terjadi karena adanya proses leaching menggunakan HCl 2M. Larutan HCl merupakan larutan asam kuat yang bersifat korosif, sementara SiO 2 memiliki sifat yang tidak mudah bereaksi dengan larutan asam klorida. Sehingga, ketika SiO 2 di leaching dalam larutan HCl 2M, yang hilang atau berkurang adalah unsur-unsur selain Si seperti unsur Fe yang nilai kandungannya menurun dari 2,68 % menjadi 1,28 %. Oleh karena itulah, kandungan Si setelah pemurnian menjadi lebih tinggi.

39 25 Selain terjadinya penurunan dan peningkatan jumlah kandungan suatu unsur dalam SiO 2 setelah pemurnian, tampak pula muncul beberapa unsur baru setelah dilakukannya proses sintesis. Beberapa unsur baru tersebut, yaitu Al, P, Cl, S dan Zr. Unsur Zr dapat muncul karena adanya proses ballmilling. Dimana ketika proses milling, bola milling yang terbuat dari zirkonia juga ikut terkikis. Sedangkan unsur Al dan Zn diduga muncul karena adanya kontaminasi saat silika hasil sintesis digerus dengan mortar dan penggunaan spatula besi untuk mengambil sampel mikrosilika. Material silika yang dihasilkan dari proses pemurnian pasir Bancar Tuban adalah sebuk silika dengan skala mikro atau serbuk mikrosilika. Serbuk mikrosilika tersebut selanjutnya dikarakterisasi X-Ray Diffractometer (XRD) dengan tujuan untuk mengetahui fasa yang terbentuk setelah dilakukan pemurnian. Setelah dilakukan karakterisasi XRD terhadap serbuk mikrosilika, maka didapatkan pola difraksi sebagai berikut : Gambar 4.1 Hasil Karakterisasi XRD dari serbuk Mikrosilika Gambar 4.1 menunjukkan hasil karakterisasi XRD dari serbuk mikrosilika. Pada Gambar tersebut tampak bahwa karakterisasi dilakukan pada rentang sudut 2θ dari 5 o hingga 90 o. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan menggunakan software Match! pada hasil karakterisasi XRD tersebut diketahui bahwa serbuk mikrosilika memiliki puncak difraksi tertinggi pada posisi

40 26 2θ = 20,92 o, 26,70 o, 50,19 o, 60,01 o dan 68,37 o. dimana pada puncak-puncak difraksi tersebut menunjukkan bahwa fasa yang terdapat dalam serbuk mikrosilika adalah fasa Quartz yang merupakan fasa tunggal. Identifikasi fasa tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya (Leny,2016) yang menunjukkan bahwa fasa yang terbentuk dalam mikrosilika adalah fasa Quartz. 4.2 Hasil Karakterisasi X-Ray Diffractometer (XRD) Gel SiO 2 Pada proses sintesis mikrosilika didapatkan hasil sintesis mikrosilika berbentuk serbuk. Serbuk mikrosilika tersebut selanjutnya dikopresipitasi dengan cara melarutkan serbuk silika mikro dalam larutan NaOH 7M. Hasil dari proses kopresipitasi ini berupa Gel SiO 2. Dalam proses pembuatan gel ini, silika mikro yang dilarutkan divariasi massanya yaitu sebesar 5gr, 10gr dan 15 gr. Sehinggga, hasil akhir gel yang didapatkan juga terdapat 3 variasi yaitu gel 5gr SiO 2, gel 10gr SiO 2, dan gel 15gr SiO 2. Gel SiO 2 yang didapatkan dari hasil kopresipitasi selanjutnya di karakterisasi XRD yang bertujuan untuk mengetahui fasa yang terbentuk dalam Gel SiO 2 tersebut. Berdasarkan hasil karakterisasi XRD pada gel SiO 2 didapatkan pola difraksi sebagai berikut : Gambar 4.2 Hasil Karakterisasi XRD Gel SiO 2 dengan Variasi Massa SiO 2

41 27 Karakterisasi XRD Gel SiO 2 dalam penelitian ini dilakukan pada rentang sudut 2θ antara 5 o hingga 90 o. Berdasarkan hasil karakterisasi XRD pada Gambar 4.2, tampak bahwa pola difraksi dari gel SiO 2 setelah kopesipitasi memiliki fasa amorf. Dikatakan memiliki masa amorf karena pola difraksinya memiliki bentuk puncak yang lebar dan memiliki intensitas yang rendah (~ counts) pada rentang sudut 2θ antara 22 o hingga 48 o. Pada penelitian sebelumnya oleh Nittaya dan Chaironi mengenai SiO 2 hasil kopresipitasi yang di XRD dalam bentuk serbuk menunjukkan pola difraksi yang lebar dengan intensitas rendah pada 2θ antara 22 o -23 o hingga 30 o. Sehingga, apabila dibandingkan akan diketahui bahwa dalam penelitian ini muncul punuk difraksi baru pada rentang 2θ dari 35 o hingga 48 o. Munculnya punuk baru pada pola difraksi silika gel hasil kopresipitasi pada penelitian ini diduga karena ketika proses pengujian sampel uji masih berupa gel sehingga masih terdapat kandungan H 2 O didalamnya. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, pengujian dilakukan pada Gel SiO 2 yang telah dikeringkan menjadi serbuk. Pada Gambar 4.2 tampak pula bahwa ketiga grafik hasil karakterisasi XRD Gel SiO 2 menunjukkan keseragaman bentuk. Akan tetapi, pada grafik diatas tampak bahwa ada kecenderungan penurunan intensitas seiring dengan penambahan mikrosilika yang disintesis menjadi gel. Hal tersebut sesuai dengan prinsip dasar dari puncak difraksi, dimana perubahan komposisi pada material yang disiintesis akan mempengaruhi tinggi puncak atau tinggi intensitas pola difraksi yang terbentuk pada material tersebut (Pratapa,2004). 4.3 Hasil Karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat menganalisa dan mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada Polimer PANi dan Komposit PANi - SiO 2. Gugus fungsi dari material tersebut dapat diketahui dan dianalisa dari spektra vibrasi yang dihasilkan oleh material material tersebut pada suatu

42 28 panjang gelombang tertentu. Dalam penelitian ini, Polimer PANi dan komposit PANi - SiO 2 dihasilkan dengan menggunakan metode polimerisasi in-situ dan digunakan dopan Dodecyl Benzene Sulfonic Acid (DBSA). Ketika proses sintesis komposit PANi - SiO 2, digunakan 2 jenis variasi metode pencampuran yaitu dengan cara di stirrer selama 8 jam dan dengan cara di stirrer lalu di ultrasonik selama 8 jam. Adapun hasil dari karakterisasi spektroskopi FTIR yang telah dilakukan pada material tersebut adalah sebagai berikut : Gambar 4.3 Hasil Karakterisasi FTIR PANi SiO 2 Stirrer Gambar 4.4 Hasil Karakterisasi FTIR PANi SiO 2 Ultrasonik

43 29 Berdasarkan hasil karakterisasi spektroskopi FTIR pada Gambar 4.3 dan 4.4 tampak bahwa terdapat puncak spektra yang muncul pada bilangan gelombang tertentu. Berikut merupakan data spektra yang muncul pada material komposit PANi SiO 2 hasil sintesis menggunakan metode stirrer dan metode ultrasonik. Tabel 4.3 Data spektra yang muncul pada material Komposit PANi SiO 2 yang disintesis menggunakan metode stirrer. Referensi(*) PANi SiO 2 5gr PANi SiO 2 10gr PANi SiO 2 15gr , , , , , , , , , , , ,01 Referensi (*) : Chomari,M.N (2011) Jenis Ikatan / Gugus Fungsi Si-O-Si Streching C-N Strech of (Q-B-Q) C=C Benzenoid Ring Strech (N-B-N) C=N Strech Of Quinoid Ring (N=Q=N)

44 30 Tabel 4.4 Data spektra yang muncul pada material Komposit PANi SiO 2 yang disintesis menggunakan metode ultrasonik. Referensi(*) PANi SiO 2 5gr PANi SiO 2 10gr PANi SiO 2 15gr , , , , , , , , , , , ,42 Referensi (*) : Chomari,M.N (2011) Jenis Ikatan / Gugus Fungsi Si-O-Si Streching C-N strech of (Q-B-Q) C=C Benzenoid Ring Strech (N-B-N) C=N Strech Of Quinoid Ring (N=Q=N) Pola serapan (absorbsi) komposit PANi-SiO 2 pada Gambar 4.3 dan 4.4 secara umum cenderung mirip dengan pola serapan PANi. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan Gel SiO 2 dalam proses sintesis komposit PANi-SiO 2 tidak merubah struktur matriks dari polianilin akan tetapi memunculkan gugus fungsi baru. Adanya pola serapan pada rentang panjang gelombang cm -1 menunjukkan adanya pola serapan gugus fungsi Si-O-Si (Siklosan) yang merupakan karakteristik dari SiO 2. Pada penelitian ini, kemiripan pola serapan komposit PANi- SiO 2 dengan PANi ditunjukkan dengan munculnya gugus fungsi C=N Strech of (Q-B-Q) merupakan karakteristik pola penyerapan kuat material Polianilin yang bersifat konduktif ketika dalam keadaan basa emeraldin. Gugus fungsi C-N Strech dalam sampel komposit PANi SiO 2 5gr, PANi SiO 2 10gr, PANi SiO 2 15gr metode stirrer terdapat pada bilangan gelombang 1282,56 cm -1,

45 1286,94 cm -1 dan 1286,94 cm -1. Sedangkan pada sampel komposit PANi SiO 2 5gr, PANi SiO 2 10gr, PANi SiO 2 15gr metode ultrasonik, gugus fungsi C-N strech masing masing muncul pada bilangan gelombang 1289,59 cm -1, 1286,54 cm -1 dan 1286,62 cm -1. Gugus fungsi karakteristik dari polianilin lainnya yang muncul pada komposit PANi-SiO 2 adalah gugus fungsi C=C Benezoid ring strech (N-B-N). Gugus fungsi C=C Benezoid Ring Strech dalam sampel komposit PANi SiO 2 5gr, PANi SiO 2 10gr, PANi SiO 2 15gr metode stirrer masing masing terdapat pada bilangan gelombang 1422,69 cm -1, 1437,91 cm -1 dan 1438,17 cm - 1. Sedangkan pada sampel komposit PANi SiO 2 5gr, PANi SiO 2 10gr, PANi SiO 2 15gr metode ultrasonik, gugus fungsi C=C Benezoid Ring Strech masing masing muncul pada bilangan gelombang 1438,52 cm -1, 1438,01 cm -1 dan 1437,65 cm Gugus fungsi karakteristik polianilin lannya yang terdapat pada kompait PANi-SiO 2 adalah gugus fungsi C=N Strech Of Quinoid Ring. Gugus fungsi ini dalam sampel komposit PANi SiO 2 5gr, PANi SiO 2 10gr, PANi SiO 2 15gr metode stirrer masing masing terdapat pada bilangan gelombang 1686,24 cm -1, 1549,34 cm -1 dan 1543,01 cm -1. Sedangkan pada sampel komposit PANi SiO 2 5gr, PANi SiO 2 10gr, PANi SiO 2 15gr metode ultrasonik, gugus fungsi C=C Quinoid Ring Strech masing masing muncul pada bilangan gelombang 1654,58 cm -1, 1654,33 cm -1 dan 1685,42 cm -1. Apabila dibandingkan antara kedua pola serapan gugus fungsi ini antara komposit PANi-SiO 2 Stirrer dan ultrasonik, tampak bahwa terjadi pergeseran spektra panjang gelombang. Pergeseran tersebut diakibatkan karena adanya perbedaaan kondisi suhu lingkungan saat proses sintesis dilakukan. Pada proses sintesis secara stirrer, komposit PANi- SiO 2 disintesis pada suhu 0 o sedangkan pada proses sintesis secara ultrasonik, komposit PANi-SiO 2 disintesis pada lingkungan yang suhunya cenderung suhunya makin bertambah ketika proses ultrasonik yang dilakukan semakin lama. Peningkatan suhu air yang merupakan media saat proses ultrasonik dapat menghilangkan adanya doping DBSA dalam larutan komposit PANi-SiO 2 dan menjadikan larutan komposit menjadi tidak

46 32 konduktif. Hilangnya doping DBSA ini menjadikan intensitas vibrasi cincin quinoid lebih tinggi daripada intensitas vibrasi cincin benzenoid. Hal ini menunjukkan struktur PANI berubah dari emeraline menjadi pernigraniline. Karena hal tersebutlah, maka pola serapan gugus fungsi C=C Quinoid Ring Strech pada komposit PANi-SiO 2 ultrasonik seolah-olah mengalami pergeseran. 4.4 Hasil Karakterisasi X-Ray Diffractometer (XRD) Komposit Polianilin (PANi) - SiO 2 Komposit Polianilin (PANi) SiO 2 pada penelitian ini disintesis menggunakan 2 metode yaitu metode stirrer dan metode ultrasonik. Serbuk komposit PANi SiO 2 hasil sintesis dengan 2 jenis metode tersebut selanjutnya dikarakterisasi XRD dengan tujuan untuk dapat mengetahui fasa yang terbentuk dalam material tersebut. Berdasarkan hasil karakterisasi XRD didapatkan pola difraksi sebagai berikut : Gambar 4.5 Hasil Karakterisasi XRD Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Stirrer

47 33 Gambar 4.6 Hasil Karakterisasi XRD Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Ultrasonik Komposit PANi SiO 2 pada penelitian ini dikarakterisasi XRD pada rentang sudut 2θ antara 5 o -90 o. Berdasarkan karakterisasi XRD tersebut, diketahui bahwa pola difraksi komposit PANi SiO 2 yang terbentuk berupa kristal parsial atau semikristalin. Pola difraksi tersebut identik dengan pola difraksi polinilin dan Gel SiO 2. Pada penelitian sebelumnya diketahui polanilin memiliki pola difraksi yang berbentuk semikristalin dengan tiga puncak kuat pada posisi 2θ = 15,87 o ; 20,78 o dan 25,64 o (Zuhri et.al.,2013). Pada komposit PANi-SiO 2 hasil sintesis tampak bahwa terjadi sedikit pergeseran posisi puncak difraksi. Dimana pada komposit PANi-SiO 2 stirrer pada semua variasi puncak kuat difraksi terdapat pada posisi 18 o, 20 o dan 25 o, sedangkan pada komposit PANi-SiO 2 ultrasonik pada semua variasi puncak kuat difraksi terdapat pada posisi 18,5 o, 19,8 o dan 25 o. Dalam Gambar 4.5 dan 4.6 Hasil karakterisasi XRD komposit PANi - SiO 2 yang disintesis menggunakan metode stirrer dan ultrasonik tampak pola difraksi yang dihasilkan mengalami penurunan intensitas pada puncak difraksinya seiring dengan semakin banyaknya kandungan silika dalam gel. Seperti yang diketahui sebelumnya, Gel SiO 2 memiliki fasa amorf yang

48 34 susunan atom-atomnya acak. Sehingga ketika gel disintesis bersama polianilin yang pada dasarnya memiliki struktur polikristalin atau gabungan antara struktur amorf dan kristal maka akan menghasilkan komposit yang memiliki struktur polikristalin dengan komposisi fasa amorf lebih dominan. Maka dari itulah ketika kandungan SiO 2 dalam Gel SiO 2 yang disintesis bersama polianilin semakin banyak kemudian komposit tersebut didifraksi, intensitas difraksi yang dihasilkan semakin menurun. Selain itu, apabila pola difraksi yang terbentuk antara komposit PANi - SiO 2 yang di sintesis menggunakan metode stirrer dan yang di sintesis menggunakan metode ultrasonik dibandingkan, maka akan tampak adanya perbedaan ketinggian intensitas. Dimana pada komposit PANi - SiO 2 yang di sintesis menggunakan metode stirrer pola difraksi yang terbentuk memiliki intensitas pola difraksi yang lebih tinggi daripada yang menggunakan metode ultrasonik. Tingginya fasa amorf pada PANi - SiO 2 yang disintesis menggunakan metode stirrer, dapat diakibatkan karena proses sintesisnya yang dilakukan pada kondisi suhu 0 o. Sedangkan ketika proses sintesis sampel PANi - SiO 2 yang disintesis menggunakan metode ultrasonik, larutan dalam gelas beker diletakkan pada media air dalam ultrasonik cleaner lalu digetarkan. Getaran dari ultrasonik tersebut lama kelamaan membuat atom-atom dalam air dan dalam larutan komposit PANi-SiO 2 juga ikut bergetar semakin cepat dan menjadikan suhu disekitar larutan menjadi semakin tinggi. Semakin tingginya suhu lingkungan sekitar saat sintesis sesuai hasil FTIR akan dapat menghilangkan dopan DBSA dalam larutan. Karena hilangnya unsur dopan tersebut, otomatis struktur dan komposisi dari polianilin akan berubah. Hal tersebutlah yang kemudian dapat mempengaruhi bentuk puncak dan intensitas dari komposit PANi-SiO 2 metode ultrasonik berbeda dari komposit PANi-SiO 2 metode stirrer. 4.5 Hasil Karakterisasi Struktur Morfologi Komposit PANi - SiO 2 menggunakan SEM-EDX. Karakterisasi SEM-EDX pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui struktur morfologi dan

49 35 presentase unsur yang ada pada sampel komposit PANi - SiO 2. Pada penelitian ini, pengujian SEM-EDX dilakukan pada sampel komposit PANi SiO 2 yang distirrer menggunakan metode stirrer dan ultrasonik. Dari hasil karakterisasi SEM-EDX tersebut selanjutnya dapat diketahui kehomogenan dari komposit PANi SiO 2 tersebut. Berikut adalah hasil karakterisasi SEM-EDX dari komposit PANi - SiO 2 : PANi SiO 2 5gr PANi SiO 2 10gr PANi SiO 2 15gr Gambar 4.7 Hasil Karakterisasi SEM EDX Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Ultrasonik

50 36 PANi SiO 2 10gr PANi SiO 2 15gr Gambar 4.8 Hasil Karakterisasi SEM Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Ultrasonik

51 37 PANi SiO 2 5gr PANi SiO 2 10gr PANi SiO 2 15gr Gambar 4.8 Hasil Karakterisasi SEM dan Kuantitatif Elemen Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Stirrer

52 38 PANi SiO 2 5gr PANi SiO 2 10gr PANi SiO 2 15gr Gambar 4.8 Hasil Karakterisasi SEM dan Kuantitatif Elemen Komposit PANi - SiO 2 yang Disintesis Menggunakan Metode Ultrasonik Berdasarkan hasil karakterisasi SEM - EDX pada Gambar 4.7, 4.8, 4.9 dan 4.10 diatas tampak bahwa sebagian besar silika mengalami aglomerasi disekitar partikel polianilin. Aglomerasi partikel silika di sekitar partikel polianin tersebut dapat terjadi akibat terbentuknya cross link antara PANi dan SiO 2 pada saat dilakukan proses polimerisasi in-situ dalam penelitian. Pada penelitian ini, prose sintesis komposit PANi-SiO 2 dimulai dengan pembuatan larutan monomer yang terdiri atas aquades, anilin,

53 39 DBSA dan Gel SiO 2. Dimana DBSA dalam hal ini bertindak sebagai dopan. Interaksi antara DBSA dengan partikel SiO 2 dalam larutan monomer menghasilkan template atau tempat untuk terjadinya proses emulsi. Penambahan oksidan yang larut dalam air, yaitu APS pada larutan monomer ini kemudian mengakibatkan proses polimerisasi dalam larutan mulai berlangsung. Dimana proses polimerisasi tersebut dimulai dari melekatnya cincin Anilin pada template yang terbentuk dari dopan dan gel SiO 2. Secara mikrostruktur, melekatnya cincin anilin pada template yang terbentuk dari dopan dan gel SiO 2 dapat diamati dengan adanya aglomerasi partikel silika di sekitar partikel polianilin. Pada Gambar 4.9 dan 4.10 terlihat pula bahwa jumlah silika yang beraglomerasi di sekitar partikel polianilin akan semakin banyak seiring dengan semakin banyaknya kandungan silika dalam Gel SiO 2. Dengan semakin banyaknya aglomerasi silika di sekitar partikel polianilin tersebut maka jarak antar partikel dalam mikrostruktur PANi-SiO 2 akan menjadi semakin dekat dan ukuran partikel dalam komposit menjadi semakin merata. Hal tersebut. Semakin dekatnya jarak antar partikel dan semakin meratanya ukuran partikel yang ada dalam mikrostruktur komposit tersebut merupakan parameter bahwa komposit tersebut memiliki struktur yang homogen. Kehomogenan struktur komposit PANi-SiO 2 dalam penelitian ini dapat diakibatkan karena adanya variasi metode pembuatan kompositnya. Jika diamati secara mikrostruktur pada Gambar 4.7 dan 4.8 tersebut terlihat bahwa struktur mikro dari komposit PANi-SiO 2 yang di sintesis menggunakan metode stirrer tampak lebih homogen daripada komposit PANi-SiO 2 yang di sintesis menggunakan metode ultrasonik. Hal tersebut tampak dari jarak antar partikel pada komposit PANi SiO 2 yang di sintesis menggunakan metode stirrer memiliki jarak antar partikel yang dekat dan persebaran partikelnya lebih merata. Struktur morfologi komposit PANi SiO 2 yang lebih homogen tersebut didasarkan pada proses stirrer yang berupa pengadukan membutuhkan energi yang besar. Karena menggunakan energi yang besar ditambah waktu polimerisasi yang lama yaitu selama 8jam, maka proses terbentuknya cross link antara PANi dan Gel

54 40 SiO 2 pada saat dilakukan proses polimerisasi in-situ dapat terjadi secara lebih sempurna. Selain itu, proses sintesis komposit PANi- SiO 2 metode stirrer ini dilakukan pada kondisi suhu lingkungan 0 o C. Karena disintesis pada kondisi suhu tersebut maka jarak antar partikel dalam komposit ini menjadi tidak terlalu jauh. Hal tersebut berbeda dengan ketika proses sintesis komposit PANi-SiO 2 secara ultrasonik. Dalm proses ultrasonik, larutan monomer, larutan inisiator dan Gel SiO 2 awalnya di stirrer selama 1 jam. Setelah di stirrer selama 1 jam, larutan barulah di ultrasonik. Prinsip dasar dari metode ultrasonik adalah dengan cara larutan digetarkan oleh getaran yang berasal dari gelombang ultrasonik. Karena proses penggetaran tersebut, maka cross link yang terjadi antara PANi dan Gel SiO 2 saat di stirrer selama 1 jam sebelumnya menjadi terlepas. Secara mikrostruktur, lepasnya cross link antara PANi dan Gel SiO 2 tersebut akan berakibat pada kurang meratanya partikel dalam komposit. Kurang meratanya partikel ini dapat dilihat dari jarak antar partikelnya yang renggang dan cenderung terjadinya aglomerasi atau penggerombolan partikel-partikel yang berukuran besar dan partikel partikel yang berukuran kecil. Selain itu, proses ultrasonikasi juga mengakibatkan partikel silika yang melekat di sekitar polianilin sedikit seperti yang tampak pada Gambar 4.10

55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penambahan gel SiO 2 pada sintesis komposit PANi-SiO 2 menghasilkan struktur yang homogen dengan adanya aglomerasi silika disekitar polianilin. 2. Variasi massa massa mikrosilika dalam proses pembuatan Gel SiO 2 berpengaruh terhadap mikrostruktur komposit PANi-SiO 2. Dimana semakin banyaknya kandungan mikrosilika dalam gel akan mengakibatkan jumlah silika yang beraglomerasi di sekitar partikel polianilin semakin banyak. Dengan semakin banyaknya aglomerasi silika di sekitar partikel polianilin tersebut maka jarak antar partikel dalam mikrostruktur PANi-SiO 2 akan menjadi semakin dekat dan ukuran partikel dalam komposit menjadi semakin merata. Sehingga struktur komposit PANi-SiO 2 menjadi lebih homogen. 3. Komposit PANi-SiO 2 yang di sintesis menggunakan metode stirrer lebih homogen daripada komposit PANi- SiO 2 yang di sintesis menggunakan metode ultrasonik. Dimana pada komposit PANi-SiO 2 metode stirrer menunjukkan ukuran partikel yang lebih homogen dan jarak antar partikel yang lebih sempit daripada PANi- SiO 2 metode ultrasonik. 5.2 Saran Saran untuk penelitian selanjutnya mengenai penelitian ini yaitu sebagai berikut: 41

56 42 1. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan sintesis komposit PANi-SiO 2 dengan variasi lamanya waktu proses polimerisasi in-situ. 2. Penelitian selanjutnya perlu melakukan karakterisasi SAA untuk mengetahui banyaknya kandungan unsur H 2 O dalam Gel SiO 2 hasil sintesis dan kemampuan penyerapan dari Gel SiO 2.

57 DAFTAR PUSTAKA Akbar,Sulthoni Sintesis Silika Amorf Berbasis Pasir Bancar Alam Slopeng menggunakan Metode Alkalifusion. FMIPA ITS Surabaya. Aristia.G.A.G,Triwikantoro,Suminar P. 2012, Sifat Korosi Komposit PANi/SiO 2 Bervariasi Struktur Pada Larutan Salinitas Tinggi. ITS : Surabaya. Chiang,Y.Ming.,Kingery,W.David., Birnie,Dunbar P Physical Ceramics : Principles for Ceramis Science and Engineering. J.Willey. Chomari,M.N Sintesis dan Karakterisasi PANi/(HCl ; H 2 SO 4 ) dan Nanopartikel Fe 3 O 4. Surabaya : ITS- Skripsi. Huang,J., Kaner,R.B A General Chemical Route to Polyaniline Nanofibers. Journal of The American Chemical Society 126(3), Kusumawati,D.H., Setyarsih,W., Putri,N.P Studi Pengeruh Arus Polimerisasi terhadap Konduktivitas Listrik Polianilin yang di Sintesisdengan Metode Galvanostatik. Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 4. No 1.Universitas Negeri Surabaya. Latif, Chaironi., others Pengaruh Variasi Temperatur Kalsinasi pada Struktur Silika. Jurnal sains dan Seni ITS Vol 3 : B4-B7. Surabaya. Mason,T.J Introduction to Sonochemistry. diakses pada 27 September 2016 pukul Nurkumala,E Pengaruh Temperatur Kalsinasi dan Waktu Penahanan terhadapa Pertumbuhan Kristal 43

58 44 Nanosilika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Oscik,J., I.L,Copper Adsorption. Ellis Horwood Publisher,Ltd. Chichester. Permana,A., Darminto,D Fabrikasi Polianilin-TiO 2 dan Aplikasinya sebagai Pelindung Anti Korosi pada Lingkungan Statis, Dinamis dan Atmosferik. Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 8 Isu 1. Putri,A.Leny.,Triwikantoro Identifikasi Produk Korosi Baja SS304 Coating PANi/SiO 2 pada Larutan Salinitas Tinggi NACl 3,5 M. ITS Surabaya Ramadahan,N.I., others Sintesis dan Karakterisasi Serbuk SiO 2 dengan Variasi ph dan Molaritas Berbahan Dasar Pasir Bancar, Tuban. Jurnal Sins dan Seni ITS Vol 3 : B15-B17. Surabaya Sulastri,S., Kristianingrum,S Berbagai Macam Senyawa Silika : Sintesis, Karakterisasi dan Pemanfaatan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Penelitian dan Penerapan MIPA. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Suslick,K.S The Chemistry of Ultrasound. Encyclopedia Britannica, Chicago. Wardiyati,S Pemanfaatan Ultrasonik dalam Bidang Kimia. Dalam Prosiding Pertemuan Ilmu Iptek Bahan 2004 Penguasaan Iptek Bahan untuk Meningkatkan Kualiatas Produk Nasional P3IB Batan Serpong Zainuri,M., Munasir,M., Triwikantoro,T., Darminto,D Perbandingan Massa Kalium Hidroksida pada Ekstraksi SiO 2 Orde Nano berbasis Bahan Aam Pasir

59 45 Kuarsa. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sins san Pendidikan Sains VII UKSW. Zuhri,A.A., others Sintesis dan Karakterisasi Nanokomposit PANi/SiO 2 sebagai Pelapis Tahan Korosi. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia Vol 2.

60 44 Halaman ini sengaja dikosongkan

61 BIODATA PENULIS Penulis dikenal dengan nama Regina Gaby Lastiana Dyana merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang dilahirkan pada 29 Maret 1995 dari pasangan Eka Diana Soekatja dan Toetoet Soeelastri. Penulis berasal dari kota pahlawan Surabaya. Penulis telah menempuh pendidikan formal di TK Mekarsari Surabaya, SDN Gading VIII Surabaya, SMP Negeri 41 Surabaya dan SMA Giki 2 Surabaya. Penulis mengikuti jalur SNMPTN tulis dan diterima di Jurusan Fisika FMIPA ITS pada tahun 2012 yng terdaftar dengan NRP Dijurusan Fisika ini, penulis menggeluti bidang minat Fisika Material. Penulis sangat menyukai kegiatan yang berhubungan dengan bidang akademik, bahasa dan jurnalistik. Sejak SMP hingga SMA penulis aktif dalam oranisasi jurnalistik sekolah dan kegiatan Olimpiade Sains. Penulis juga aktif berpartisipasi dalam kompetisi karya tulis ilmiah yang salah satunya adalah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Penulis juga pernah aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas FMIPA (BEM-FMIPA) ITS. Harapan besar penulis adalah karya ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan bagi diri penulis sendiri sebagai sarana pengembangan potensi dan kualifikasi diri serta mampu menjadi pribadi yang lebih baik yang berlandaskan ajaran Allah SWT. Penulis menerima segala kritik dan saran mengenai penelitian yang penulis lakukan ini. Kritik dan saran dapat dikirim melalui regina.gaby12@mhs.physics.its.ac.id. 47

Sintesis dan Karakterisasi Komposit PANi-SiO 2 dengan Pengisi Gel SiO 2 dari Pasir Bancar Tuban

Sintesis dan Karakterisasi Komposit PANi-SiO 2 dengan Pengisi Gel SiO 2 dari Pasir Bancar Tuban JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) B-14 Sintesis dan Karakterisasi Komposit PANi-SiO 2 dengan Pengisi Gel SiO 2 dari Pasir Bancar Tuban Regina Gaby Lastiana Dyana

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

FABRIKASI POLIANILIN-TiO 2 DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELINDUNG ANTI KOROSI PADA LINGKUNGAN STATIS, DINAMIS DAN ATMOSFERIK

FABRIKASI POLIANILIN-TiO 2 DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELINDUNG ANTI KOROSI PADA LINGKUNGAN STATIS, DINAMIS DAN ATMOSFERIK FABRIKASI POLIANILIN-TiO 2 DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELINDUNG ANTI KOROSI PADA LINGKUNGAN STATIS, DINAMIS DAN ATMOSFERIK Andry Permana, Darminto. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Kalsinasi dan Waktu Penahanan terhadap Pertumbuhan Kristal Nanosilika

Pengaruh Temperatur Kalsinasi dan Waktu Penahanan terhadap Pertumbuhan Kristal Nanosilika JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Pengaruh Temperatur Kalsinasi dan Waktu Penahanan terhadap Pertumbuhan Kristal Nanosilika Anggriz Bani Rizka, Triwikantoro Jurusan Fisiska, FMIPA, Institut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang tinggi, porositas yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TAHAN PADA PROSES HYDROTHERMAL DAN TEMPERATUR KALSINASI TERHADAP KEKRISTALAN SILIKA DARI BAHAN ALAM PASIR KUARSA

PENGARUH WAKTU TAHAN PADA PROSES HYDROTHERMAL DAN TEMPERATUR KALSINASI TERHADAP KEKRISTALAN SILIKA DARI BAHAN ALAM PASIR KUARSA Jurnal Fisika. Volume 04 Nomor 01 Tahun 2015, hal 32 36 PENGARUH WAKTU TAHAN PADA PROSES HYDROTHERMAL DAN TEMPERATUR KALSINASI TERHADAP KEKRISTALAN SILIKA DARI BAHAN ALAM PASIR KUARSA Mashudi Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

Fabrikasi Komposit PANi/CaCO 3 berbasis Material Alam sebagai Pelapis Anti Korosi

Fabrikasi Komposit PANi/CaCO 3 berbasis Material Alam sebagai Pelapis Anti Korosi JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 8, NOMOR 2 JUNI 2012 Fabrikasi Komposit PANi/CaCO 3 berbasis Material Alam sebagai Pelapis Anti Korosi Herman Jufri Andi, Zainal Arifin, dan Darminto Jurusan Fisika-FMIPA,

Lebih terperinci

Elektropolimerisasi Film Polianilin dengan Metode Galvanostatik dan Pengukuran Laju Pertumbuhannya

Elektropolimerisasi Film Polianilin dengan Metode Galvanostatik dan Pengukuran Laju Pertumbuhannya JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 8, NOMOR 1 JANUARI 2012 Elektropolimerisasi Film Polianilin dengan Metode Galvanostatik dan Pengukuran Laju Pertumbuhannya Rakhmat Hidayat Wibawanto dan Darminto Jurusan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pencapaian sekitar 54 juta ton per tahun yang mencerminkan bahwa negara kita

I. PENDAHULUAN. pencapaian sekitar 54 juta ton per tahun yang mencerminkan bahwa negara kita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil padi terbesar ke tiga di dunia dengan pencapaian sekitar 54 juta ton per tahun yang mencerminkan bahwa negara kita adalah negara agraris

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

ISSN Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016

ISSN Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 Pengaruh Konsentrasi NaOH pada Sintesis Nanosilika dari Sinter Silika Mata Air Panas Sentral, Solok Selatan, Sumatera Barat dengan Metode Kopresipitasi Hendro Susilo *, Ardian Putra, Astuti Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari

Lebih terperinci

SINTESIS SILIKA BERBABIS PASIR ALAM BANCAR MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

SINTESIS SILIKA BERBABIS PASIR ALAM BANCAR MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI SINTESIS SILIKA BERBABIS PASIR ALAM BANCAR MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Surahmat Hadi 1, Munasir 2, Triwikantoro 3 Program Studi Magister Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

Hariadi Aziz E.K

Hariadi Aziz E.K IMMOBILISASI LOGAM BERAT Cd PADA SINTESIS GEOPOLIMER DARI ABU LAYANG PT. SEMEN GRESIK Oleh: Hariadi Aziz E.K. 1406 100 043 Pembimbing: Ir. Endang Purwanti S,M.T. Lukman Atmaja, Ph.D. MIND MAP LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Rizky Prananda(1410100005) Dosen Pembimbing Dosen Penguji : Suprapto, M.Si, Ph.D : Ita Ulfin S.Si, M.Si Djoko Hartanto, S.Si, M.Si Drs. Eko Santoso,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen,

I. PENDAHULUAN. dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silika merupakan senyawa yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen, katalisator dan masih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu : preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND Oleh : Henny Dwi Bhakti Dosen Pembimbing : Dr. Mashuri, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Dibutuhkannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE 1 PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE Arum Puspita Sari 111010034 Dosen Pembimbing: Dr. Mochamad Zainuri, M. Si Kamis, 03 Juli 2014 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1. 3 Percobaan 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Daftar peralatan untuk sintesis,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan pada tahun 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRSI CaCO 3 TERHADAP SIFAT KOROSI BAJA ST.37 DENGAN COATING PANi (HCl) CaCO 3

PENGARUH KONSENTRSI CaCO 3 TERHADAP SIFAT KOROSI BAJA ST.37 DENGAN COATING PANi (HCl) CaCO 3 Tugas Akhir PENGARUH KONSENTRSI CaCO 3 TERHADAP SIFAT KOROSI BAJA ST.37 DENGAN COATING PANi (HCl) CaCO 3 Oleh: Ahmad Hijazi 1106 100 018 Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., ph.d. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi sampel dan uji sifat fisis akan dilakukan di Laboratorium Fisika Material

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Percobaan ini melewati beberapa tahap dalam pelaksanaannya. Langkah pertama yang diambil adalah mempelajari perkembangan teknologi mengenai barium ferit dari berbagai sumber

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISA LAJU KOROSI PADA BAJA SS304 DENGAN VARIASI MATERIAL PELAPIS PADA LINGKUNGAN SALINITAS TINGGI NaCl 3,5 M

ANALISA LAJU KOROSI PADA BAJA SS304 DENGAN VARIASI MATERIAL PELAPIS PADA LINGKUNGAN SALINITAS TINGGI NaCl 3,5 M TUGAS AKHIR SF 141501 ANALISA LAJU KOROSI PADA BAJA SS304 DENGAN VARIASI MATERIAL PELAPIS PADA LINGKUNGAN SALINITAS TINGGI NaCl 3,5 M Ryandhika Rukmana NRP 1112 100 073 Dosen Pembimbing Dr.rer.nat Triwikantoro,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan I Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Riau selama 2 bulan (April s/d Juni 2009) 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Laporan Akhir Tesis LOGO PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Disusun Oleh: M. Furoiddun Nais 2309201016 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa, M.Eng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat 28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Fisika Indonesia Vol.02 No. 03 Tahun

Jurnal Inovasi Fisika Indonesia Vol.02 No. 03 Tahun Jurnal Inovasi Fisika Indonesia Vol.02 No. 03 Tahun 2013 1-6 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOKOMPOSIT PANi/SiO 2 SEBAGAI PELAPIS TAHAN KOROSI Ahmad Arifudin Zuhri Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH ARIZA NOLY KOSASIH 1108 100 025 PEMBIMBING : Dr. M. ZAINURI M,Si LATAR BELAKANG Barium

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan

Pengolahan Limbah Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan Pengolahan Limbah Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan Disusun oleh: Veny Rachmawati NRP. 3309 100 035 Dosen Pembimbing: Alia Damayanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara penghasil tebu yang cukup besar di dunia. Menurut data FAO tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ke-9 dengan produksi tebu per

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah dilakukan. Sub bab pertama diuraikan mengenai waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci