BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data kependudukan tahun 2008, jumlah penduduk Kecamatan Jatinom tercatat orang, terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Jumlah kepala keluarga di Kecamatan Jatinom pada tahun 2005 ada KK, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 4,8 jiwa. Rata-rata jumlah penduduk per desa adalah jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk per km² sebanyak jiwa. Sedangkan pada tahun 2003 rata-rata jumlah anggota keluarga 4,28 jiwa dan kepadatan penduduknya jiwa per km². Dengan demikian dari tahun 2003 ada kenaikan kepadatan penduduk sebanyak 2,9%. Pertambahan penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan tempat perbelanjaan, sekaligus meningkatkan masalah-masalah dalam penyediaan tempat perbelanjaan. Di dalam penyediaan tempat perbelanjaan secara tersirat terkandung banyak permasalahan yang terkait dengan lokasi yang strategis dan jumlah penduduk/konsumen yang dilayani. Salah satu tempat perbelanjaan yang paling menonjol dalam kehidupan penduduk adalah pasar. Pasar dalam hal ini merupakan salah satu pusat pelayanan ekonomi sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli barang maupun jasa. Pengertian pasar tersebut tidak terbatas pada pasar-pasar yang sifatnya tradisional tetapi juga meliputi pasar-pasar yang mengikuti perkembangan sosial ekonomi penduduk dan menggunakan teknik baru, yang dikenal dengan swalayan atau supermarket. Sejalan dengan pertumbuhan jumlah dan kepadatan penduduk, maka pasar sebagai tempat berlangsungnya aktivitas perdagangan yang merupakan salah satu pusat pelayanan juga meningkat baik kualitas maupun kuantitas. Namun hal ini justru menimbulkan persaingan antara pasar tradisional dan swalayan. Berdasarkan keadaan tersebut di atas maka sangat menarik apabila dapat diketahui pola ruang belanja penduduk berdasarkan kecenderungan mereka dalam memilih pasar tradisional maupun swalayan sebagai tempat belanja, khususnya yang bertempat tinggal di pedesaan di 1

2 Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ruang belanja penduduk tersebut mempunyai pola menyebar atau mengumpul. Pola menyebar diperoleh apabila sebagian besar dari masyarakat desa berbelanja di pasar-pasar tradisional maupun swalayan-swalayan di luar daerahnya atau di pusat Kota Klaten, sedangkan pola mengumpul apabila sebagian besar dari masyarakat desa lebih senang berbelanja di pasarpasar tradisional maupun swalayan-swalayan di daerah setempat. Dengan pola ruang belanja yang mengumpul, maka masyarakat desa di Kecamatan Jatinom dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal, sebaliknya jika polanya menyebar, maka masyarakat desa memiliki andil besar terhadap merosotnya ekonomi lokal. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasikan tempat belanja mana yang paling dimanfaatkan oleh penduduk masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan hidup, apakah itu pasar tradisional maupun swalayan sebagai tempat belanja. Penelitian seperti ini memang lebih banyak dilakukan di bidang ilmu ekonomi mikro, untuk geografi sendiri khususnya dipelajari dalam geografi ekonomi. Geografi ekonomi merupakan analisis terhadap fenomena ekonomi dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan adanya penelitian tentang Preferensi Terhadap Pasar Tradisional dan Swalayan Dalam Perilaku Belanja Masyarakat Desa di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten ini, diharapkan dapat mengembangkan ilmu geografi sekaligus juga dapat menerapkan ilmu ekonomi dalam geografi dimana kedua ilmu tersebut tergabung dalam geografi ekonomi. 1.2 Perumusan Masalah Jumlah penduduk di Kecamatan Jatinom dari tahun ke tahun bertambah. Pada tahun 2007 misalnya, jumlah penduduk di Kecamatan Jatinom sebanyak jiwa, sedangkan pada tahun 2008 jumlah penduduknya Jumlah KK dan kepadatan penduduknya pun bertambah dimana pada tahun 2007 jumlah KK sebanyak KK dengan kepadatan penduduk jiwa/km², sedangkan pada tahun 2008 jumlah KK sebanyak KK dengan kepadatan penduduk jiwa/km² (Kecamatan Jatinom Dalam Angka Tahun 2008). Melihat jumlah penduduk yang semakin bertambah dan semakin tingginya kepadatan penduduk di Kecamatan Jatinom akan berakibat pada semakin banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga sarana 2

3 prasarana yang ada harus ditambah. Salah satu sarana prasarana yang harus dapat dicukupi adalah sarana belanja baik itu pasar, toko-toko, warung, maupun fasilitas perbelanjaan lainnya. Masyarakat desa Kecamatan Jatinom memiliki kondisi sosial ekonomi yang berbedabeda. Rumah tangga yang mempunyai latar belakang atau kondisi sosial ekonominya lebih baik akan mengarahkan keluarganya agar selektif dalam memilih tempat belanja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sejalan dengan hal tersebut tentunya masyarakat desa memiliki faktor-faktor yang mendorong mereka untuk berbelanja secara selektif karena pendapatan per bulan yang terbatas sedangkan pemenuhan kebutuhan tidak terbatas. Antara daerah masyarakat desa pertanian dan daerah masyarakat desa non pertanian tentunya akan mempunyai karakteristik sosial ekonomi yang berbeda sehingga akan mempengaruhi perilaku belanja ke pasar tradisional dan ke swalayan. Selain itu, jika dilihat dari lokasi daerah-daerah tersebut terhadap pusat perdagangan Kota Klaten, maka ada yang lokasinya di daerah yang dekat pusat perdagangan dan ada pula yang lokasinya di daerah yang jauh dari pusat perdagangan. Secara teoritis, lokasi daerah yang dekat pusat perdagangan memiliki kelebihan diantaranya, pilihan tempat belanjanya lebih bervariasi dan faktor aksesibilitas menuju tempat perbelanjaan lebih mudah, namun belum tentu frekuensi belanja ke pasar tradisional maupun ke swalayan lebih tinggi. Demikian juga penduduk daerah yang jauh dari pusat perdagangan dengan pilihan tempat belanja yang sangat terbatas, belum tentu frekuensi belanja ke pasar tradisional maupun ke swalayan lebih rendah. Dengan demikian ingin diketahui faktor apa yang sebenarnya disukai/diprioritaskan dalam menentukan pilihan terhadap pasar tradisional dan swalayan sebagai tempat belanja dengan terlebih dahulu mengetahui karakteristik sosial ekonomi penduduk dan perilaku belanjanya. Trend yang terjadi saat ini adalah penduduk cenderung memilih berbelanja di pasar swalayan meskipun harga barang disana lebih mahal dibanding dengan harga barang di pasar tradisional ataupun dilihat dari jaraknya lebih jauh untuk ditempuh daripada ke pasar tradisional. Selain itu, penduduk lebih menyukai tempat berbelanja di swalayan karena lebih praktis dan lebih bersih. Hal itu akibat dari kondisi fisik pasar tradisional yang kotor. Fenomena seperti ini sudah banyak ditemui di pasar-pasar tradisional di Kota Klaten dan sekitarnya (Kompas, 2006). 3

4 Dari trend seperti diatas, maka masalah yang dapat diungkapkan dalam penelitian ini adalah apabila penduduk di Kecamatan Jatinom lebih banyak yang memilih pasar tradisional sebagai tempat belanjanya atau dengan kata lain frekuensi ke pasar tradisional lebih sering, maka mereka dapat meningkatkan pendapatan penduduk yang mata pencahariannya bersumber dari pasar tradisional (umumnya penduduk dengan tingkat pendapatan yang rendah). Apabila didukung ruang belanja yang berorientasi lokal, maka masyarakat desa di Kecamatan Jatinom dapat mendorong ekonomi lokal. Melihat permasalahan diatas, maka sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah perlunya perbaikan pasar tradisional yang lama di Kecamatan Jatinom dan bila memungkinkan maka dapat dibangun pasar tradisional yang baru. Dari latar belakang dan permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah perbedaan nyata kondisi sosial ekonomi antara penduduk masyarakat desa pertanian dan masyarakat desa non pertanian di Kecamatan Jatinom? 2. Bagaimanakah perilaku belanja masyarakat desa di Kecamatan Jatinom dan hal-hal yang mempengaruhinya? 3. Hal-hal apa saja yang menjadi preferensi masyarakat desa di Kecamatan Jatinom dalam memilih pasar tradisional dan swalayan sebagai tempat belanja? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbedaan nyata kondisi sosial ekonomi antara penduduk masyarakat desa pertanian dan masyarakat desa non pertanian di Kecamatan Jatinom. 2. Mengetahui perilaku belanja masyarakat desa di Kecamatan Jatinom dan hal-hal yang mempengaruhinya. 3. Mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi preferensi masyarakat desa di Kecamatan Jatinom dalam memilih pasar tradisional dan swalayan sebagai tempat belanja. 4

5 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan penyusunan skripsi untuk menempuh ujian akhir tingkat sarjana S1 di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. 2. Dapat digunakan sebagai bahan untuk memperluas dan memperdalam teori tentang preferensi, tentang pasar tradisional dan swalayan, tentang perilaku belanja, dan tentang daerah masyarakat desa. 3. Memberikan alternatif strategi bagi para pengambil dan pelaksana kebijakan dalam perencanaan dan pembangunan wilayah Kecamatan Jatinom dengan memperhatikan pada sektor perdagangan dan sosial ekonomi masyarakat desa. 4. Dapat menambah referensi dan bahan pembanding penelitian sejenis lainnya. 1.5 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Telaah Pustaka Pendekatan Kompleks Wilayah dalam Geografi Secara umum geografi mempunyai dua obyek bahasan, yaitu obyek yang berkenaan dengan materi dan obyek formal (Hinderink dan Murtomo, 1988). Obyek materi geografi berupa fenomena geosfer, yaitu atmosfer, hidrosfer, litosfer, serta biosfer, dimana di dalam fenomenafenomena tersebut dijalin suatu interaksi, baik yang sederhana maupun yang rumit (Bintarto dan Surastopo, 1982). Sedangkan yang membedakan geografi dengan disiplin ilmu yang lain adalah obyek formalnya dilihat dari pendekatannya. Geografi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi yang fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto dan Surastopo, 1982). Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Murtomo (1988) yang menyatakan bahwa untuk kepentingan penelitian geografis dapat menggunakan tiga macam jenis analisis terutama untuk kepentingan pembangunan, yaitu : 5

6 1. Analisis ekologikal, yaitu hubungan manusia dengan lingkungannya. 2. Analisis kompleks wilayah, yaitu menganalisa distribusi dan deferensiasi dalam suatu wilayah. 3. Analisis organisasi keruangan, yaitu menganalisa terjadinya pola-pola tertentu dalam ruang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompleks wilayah yang merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dengan pendekatan ekologi, yaitu dimana faktor fisik, sosial, ekonomi, dan budaya dikaji secara terpadu. Pendekatan ini juga banyak berhubungan dengan unsur-unsur keruangan seperti dibawah ini (Bintarto, 1982) yaitu : 1. Jarak, baik jarak absolut maupun jarak relatif atau jarak sosial. 2. Situs dan situasi yang banyak berhubungan dengan fungsi suatu wilayah. 3. Aksesibilitas. 4. Keterkaitan atau konektivitas yang besar kecilnya banyak menentukan hubungan fungsional antara beberapa tempat. 5. Pola, yaitu perulangan fenomena tertentu dalam lingkup geosfer. Dalam penelitian ini, unsur-unsur keruangan yang lebih banyak dikaji dalam pendekatan kompleks wilayah adalah (1) unsur jarak yaitu jarak tempat tinggal ke pasar, semakin dekat jarak tempat tinggal ke pasar maka semakin besar frekuensi berbelanja ke pasar tersebut, (2) keterkaitan, dalam hal ini terjadi keterkaitan antara daerah pinggiran kota dengan pusat kota dimana pusat kota sebagai tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas perbelanjaan atau barangbarang yang dibutuhkan oleh penduduk pinggiran kota, (3) pola ruang belanja, dalam hal ini berbentuk pola ruang belanja berdasarkan pasar tradisional dan swalayan yang paling sering dikunjungi Konsep Pemasaran dan Teori Perilaku Konsumen Konsep pemasaran merupakan pemasaran yang berorientasi pada konsumen. Pengertian pemasaran yang dianggap paling luas dikemukakan oleh Stanton, William J., yang diterjemahkan oleh Basu Swastha : 6

7 Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Dalam pemasaran ini, perilaku konsumen perlu dipelajari agar dapat menawarkan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh persepsi konsumen tersebut terhadap situasi yang dihadapi. Pada umumnya perilaku konsumen berkenaan dengan dimana mereka membeli barang dan jasa, mengapa mereka membeli barang dan jasa tersebut, kapan mereka membeli dan seberapa sering mereka membeli barang-barang dan jasa. Menurut Basu Swastha dan T. Hani Handoko : Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang-barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan dan persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. (1982:9) Menurut Basu Swastha (1982), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah : a. Faktor ekstern yaitu faktor kebudayaan dan faktor sosial. Faktor kebudayaan meliputi kebudayaan, sub budaya, kelas sosial. Faktor sosial meliputi kelompok referensi yaitu kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang, misalnya : serikat buruh, tim olahraga, perkumpulan agama, kesenian, dan lain sebagainya. b. Faktor intern/individu psikologis yaitu persepsi, sikap, kepribadian dan konsep diri, belajar serta motivasi. Persepsi dapat dirumuskan dalam arti sebagai proses individu memilih, mengorganisasi dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan sebuah gambar yang bermakna tentang dunia. Motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. 7

8 Proses belajar terjadi melalui keadaan saling mempengaruhi antara dorongan, rangsangan, petunjuk-petunjuk, penting jawaban, faktor penguat dan tanggapan. Keputusan seorang pembeli dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya termasuk usia, pekerjaan, dan pendapatannya. Selain itu juga kepribadian dan konsep diri. Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah-masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen. c. Proses pengambilan keputusan dari konsumen itu sendiri misalnya waktu dan situasi. Kepergian konsumen ke pasar tradisional maupun ke swalayan untuk belanja kebutuhan sehari-hari disesuaikan dengan keadaan ekonomi mereka. Disamping itu juga ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi mereka dalam menentukan tempat belanja. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah lingkungan sosial, jarak tempat tinggal ke pasar, dan jenis barang yang akan dibeli. Selain itu faktor nilai barang atau jarak juga mempengaruhi pola belanja konsumen. Ada suatu teori yang mendasari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang memilih suatu tempat belanja untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu Teori Perilaku Konsumen. Selain jenis barang, faktor ekonomi, faktor psikologis, faktor sosiologis dan faktor antropologis juga menentukan perilaku konsumen. Pemilihan tempat belanja ini tidak hanya didorong oleh satu motif saja sehingga motif pemilihan tempat belanja ini bersifat kompleks dan berubah-ubah. Perilaku konsumen juga berubah-ubah karena adanya perubahan usia, pendapatan, dan faktor lainnya. Berikut pola dasar teori perilaku konsumen : Faktor-faktor Lingkungan Individu Perilaku Gambar 1. Pola Dasar dari Teori Perilaku Konsumen Gambar tersebut memperlihatkan bahwa perilaku konsumen ditimbulkan oleh adanya beberapa bentuk interaksi antara faktor-faktor lingkungan di satu pihak, dan individu di lain pihak. Seseorang individu dapat memilih berbelanja ke swalayan karena pengaruh teman (faktor lingkungan) dan merasa cocok berbelanja ke swalayan itu karena harganya murah (pertimbangan dari individu itu sendiri). Interaksi antara kedua faktor tersebut mengakibatkan adanya perilaku konsumen dalam memilih swalayan. 8

9 Selain teori perilaku konsumen terdapat pula model perilaku konsumen, salah satunya adalah Model Howard-Sheth yang berisi 4 elemen pokok, yaitu : a. Input, berupa dorongan yang ada dalam lingkungan konsumen. Sejumlah pendorong tersebut meliputi baik yang bersifat komersial maupun sosial. Dorongan komersial berasal dari sumber pemasaran tempat belanja, yaitu yang berkaitan dengan harga, kualitas, kekhususan, pelayanan, dan ketersediaan. Sedangkan dorongan sosial adalah komunikasi yang terjadi dalam keluarga, kelas sosial, dan kelompok referensi. b. Susunan hipotesis, merupakan proses intern dari konsumen, yang menggambarkan proses hubungan antara input dan output pemilihan tempat belanja. c. Output, adalah variabel tanggapan yang berupa keputusan untuk memilih tempat belanja. Tujuan adalah kecenderungan konsumen untuk memilih tempat belanja yang paling disukai. d. Variabel-variabel eksogen, meliputi sifat kepribadian, status keuangan, batasan waktu (mendesak tidaknya kebutuhan), faktor sosial dan organisasi, kelas sosial, kebudayaan. Model perilaku konsumen lainnya adalah model hirarki kebutuhan dari Maslow. Konsepnya melakukan adanya suatu hirarki dari kebutuhan, dimana kebutuhan yang lebih tinggi akan mendorong seseorang untuk mendapatkan kepuasan atas kebutuhan tersebut, setelah kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan. Menurut Maslow, kebutuhan utama manusia berada pada tingkatan pertama, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum, dan lain-lain). Setelah kebutuhan pertama ini terpenuhi, barulah menginjak pada kebutuhan yang kedua (lebih tinggi), yaitu kebutuhan akan keselamatan. Kebutuhan ketiga (kebutuhan milik dan kecintaan) baru dilaksanakan setelah kebutuhan kedua terpenuhi. Kemudian kebutuhan keempat (kebutuhan akan penghargaan) baru dilaksanakan setelah kebutuhan ketiga terpenuhi. Proses seperti ini berjalan terus sampai akhirnya terpenuhi kebutuhan kelima (kebutuhan akan kenyataan diri). Model ini sangat bermanfaat untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan yang akan dipenuhi pasar, dan dapat memperkirakan perilaku konsumen atas dasar tingkat kebutuhannya. 9

10 Pendekatan Preferensi Pendekatan preferensi meliputi pengujian dari observasi terhadap perilaku konsumen (consumen behavior) dengan tujuan untuk mengetahui struktur preferensi dan kemudian mengetahui keteraturan dari perilaku konsumen spasial (Pipkin, 1979 dalam Cadwallader : 1985). Samuelson (dalam Cadwallader, 1985) menyimpulkan bahwa pendekatan ini memiliki relevansi dengan penggunaan teori permintaan konsumen yang beragumentasi bahwa dapat diketahui adanya perankingan yang unik atas obyek-obyek yang diminati. Preferensi merupakan perankingan yang diturunkan dari perbandingan oyek-obyek tersebut. Dengan demikian teknik yang diturunkan dari pendekatan tersebut adalah meminta responden untuk memilih faktor preferensi personal dan preferensi lokasi geografis berdasarkan tingkat kepentingan sehingga nantinya dapat diranking dari yang paling tinggi frekuensinya sampai yang paling rendah frekuensinya. 1. Pasar merupakan suatu tempat dimana terjadi aktivitas dari manusia untuk mengadakan kegiatan jual beli barang-barang kebutuhannya atau konsumsinya (Lpem, 1977 : 5). 2. Pasar merupakan suatu tempat dimana pembeli dan penjual bertemu untuk mengadakan pertukaran barang-barang maupun jasa (Hoddrem 1974 : 136). 3. Pengertian pasar menurut masyarakat umum, yaitu dimana masyarakat ramai mengartikan pasar sebagai tempat membeli dan menjual barang dan jasa tanpa menghiraukan apakah tempat-tempat itu disediakan secara resmi atau tidak oleh pemerintah setempat (Lpem, 1977 :46). Dari beberapa pengertian diatas dengan jelas menyebutkan adanya suatu tempat, adanya kelompok penjual dan pembeli serta adanya barang dang jasa yang diperjualbelikan. Pengertian pasar tersebut diatas tidak terbatas pada pasar-pasar yang sifatnya tradisional, tetapi juga meliputi pasar-swalayan yang mengikuti perkembangan sosial ekonomi masyarakat dan menggunakan teknik baru, misalnya swalayan, mall, dan department store. Adapun ciri-ciri dari pasar tradisional, adalah sebagai berikut : 1. Pasar tradisional pada dasarnya adalah pasar bagi masyarakat konsumen. 2. Barang dagangannya adalah barang-barang keperluan sehari-hari terutama bahan makanan segar hasil pertanian rakyat dan barang-barang hasil kerajinan rakyat. 10

11 3. Jarak ke pasar pada umumnya dapat ditempuh dengan jalan kaki di daerah pedesaan, jarak itu lebih kurang 5 km yang dapat ditempuh pejalan kaki dimana dalam waktu sehari dapat ditempuh pulang-pergi. 4. Struktur ruang bangunan pasar tradisional yang umumnya didominasi oleh los-losan terbuka diatas suatu pelataran. Jelas keadaan ini dapat dibedakan dari kelompok pertokoan yang terdiri dari bangunan rumah-rumah perorangan yang seringkali merupakan tempat tinggal. 5. Pasar tradisional merupakan kegunaan umum yang diakui umum, penguasa atau disahkan pemerintah setempat. 6. Pedagang pasar tradisional adalah pedagang pribumi, umumnya dari golongan pedagang kecil dan menengah. 7. Pasar tradisional biasanya mengenal hari-hari pasaran tertentu. 8. Pasar tradisional pada umumnya melayani masyarakat pembeli golongan yang mempunyai pendapatan terbatas. 9. Pasar tradisional pada dasarnya adalah pasar eceran tetapi dapat pula berkembang menjadi pasar pengumpul dan juga pasar borongan (Lpem, 1977 :2). Menurut lokasi dan kemampuan pelayanannya, pasar dapat digolongkan menjadi 3 jenis : a. Pasar induk, yaitu pasar dimana mempunyai tempat strategis dan luas serta mempunyai bangunan permanen dan kemampuan pelayanan meliputi seluruh wilayah kota dan daerah-daerah di luar kota, sedangkan barang-barang yang diperjualbelikan lengkap. b. Pasar wilayah, yaitu pasar dimana mempunyai tempat strategis dan bangunan permanen, sedangkan kemampuan pelayanan meliputi beberapa lingkungan kota. Barang-barang yang diperjualbelikan kurang lengkap bila dibandingkan pasar induk. c. Pasar lingkungan, yaitu pasar yang mempunyai tempat yang cukup strategis dan bangunannya pada umumnya masih bersifat sementara atau sudah permanen, sedangkan kemampuan pelayanannya meliputi suatu lingkungan kota. Barang-barang yang diperjualbelikan tidak lengkap atau terbatas. Dalam penelitian ini sasarannya ditekankan pada ketiga jenis pasar tersebut karena berkaitan dengan konsep lokasi dan pelayanan. Baik pasar tradisional maupun swalayan dalam penelitian ini berkaitan erat dengan perdagangan eceran (retail) karena keduanya merupakan 11

12 jenis pedagang eceran. Meskipun ada juga pasar tradisional yang menjual secara grosir/bukan eceran, tetapi sebagian besar menjual secara eceran. Adapun pengertian dari perdagangan eceran itu sendiri adalah semua kegiatan yang terlibat di dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi, bukan bisnis (Kotler, 1983 : 50). Jenis-jenis pedagang eceran adalah : a. Store retailer yaitu pedagang eceran yang menyediakan berbagai macam barang dan jasa untuk konsumen dalam berbagai macam toko. b. Non store retailer yaitu pedagang eceran yang tidak menggunakan bentuk toko untuk menjual barang dan jasa. c. Retailer organization yaitu pedagang eceran yang diorganisir dibawah satu perusahaan. Pasar swalayan/supermarket merupakan salah satu jenis store retailer yang dapat didefinisikan sebagai berikut : merupakan toko yang beroperasi dengan skala relatif besar dengan biaya dan margin rendah, volume penjualan tinggi dan menggunakan sistem swalayan (self service). Swalayan/supermarket didesain untuk melayani kebutuhan total konsumen terhadap makanan dan produk-produk tertentu, sehingga minimarket juga termasuk dalam golongan swalayan. Inilah yang membedakan swalayan dengan toko konvensional. Menurut Philip Duncan (1987) karakteristik, kekuatan dan kelemahan swalayan sebagai berikut : a. Sebagian besar barang yang diperdagangkan adalah shooping good, yaitu barang yang harus dibeli dengan mencari dahulu dan didalam membelinya harus mempertimbangkan masak-masak, misalnya dengan membandingkan mutu, harga, kemasan, dan sebagainya. Termasuk dalam barang shooping yaitu tekstil, perabot rumah tangga, dan sebagainya. b. Volume penjualan tinggi, karena ragam dan jumlah barang yang dijual relatif banyak. c. Kegiatannya dikelola menjadi kegiatan perdagangan dan kegiatan non perdagangan seperti personalia dan pembukuan. 12

13 Kekuatan swalayan : 1. Kemampuan menarik konsumen, karena : a. Kelengkapan barang dagangan yang dijual. b. Keleluasaan memilih barang yang diinginkan. c. Mutu barang terjamin. d. Penataan barang terjamin. e. Kenyamanan berbelanja, karena ruangan yang luas, terang, bersih, dan sebagainya. 2. Pembagian tenaga kerja yang terspesialisasi. 3. Kemampuan finansial dalam melakukan pembelian secara besar-besaran sehingga mendapatkan potongan harga yang besar dan pada akhirnya harga yang dijual kepada konsumen menjadi rendah. Kelemahan swalayan : adalah anggapan sebagian orang menyorot masalah pelayanan yang kaku dan kurang ramah. Selain itu harga operasi yang cukup tinggi terutama listrik dan gaji pegawai. Baik pasar tradisional maupun swalayan terdapat atribut di dalamnya. Atribut ini akan mempengaruhi konsumen dalam menentukan suatu pasar sebagai tempat pilihan dalam berbelanja. Menurut Dunne (1990 : 10), macam-macam atribut tempat belanja/pasar yang sering digunakan adalah : harga, barang dagangan (kualitas, model, macam-macam barang), karakteristik fisik (dekorasi, layout, ruang), kenyamanan (jam kerja, lokasi, kemudahan mencari barang dan tempat parkir), pelayanan, personil tempat belanja/pasar (keramahan, kesopanan), dan promosi penjualan Teori Lokasi Pasar Penyebaran pelayanan menyangkut aspek sosial dan keruangan. Aspek sosial berkaitan dengan tingkat kemudahan dicapai oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat, sedangkan aspek keruangan berkaitan erat dengan tingkat kemudahan dicapai per wilayah/daerah. Sejak dari proses perencanaan sampai pelaksanaan dari suatu pelayanan sosial ekonomi tidak dapat terlepas dari partisipasi masyarakat (Huisman dan Purbo, 1987 : 12). 13

14 Salah satu teori yang membahas tentang lokasi pasar adalah teori yang dikemukakan oleh Christaller-Losch. Teori ini didasarkan pada dua konsep pokok yaitu : 1. The range of good, yaitu jarak tempuh yang masih dapat ditolerir untuk satu jenis atau pelayanan tertentu, disamping unsur jarak, penentuan pilihan oleh pengguna dipengaruhi oleh jenis, kualitas, dan harga barang dan pelayanan yang ada di tempat sentral mempunyai harga yang berbeda sesuai dengan jauh dekatnya konsumen tinggal. Ada hubungan positif antara jarak dari pusat dengan peningkatan harga. Sehingga perilaku konsumen akan mencari pusat yang terdekat untuk mendapatkan barang atau pelayanan dengan kualitas dan harga asli yang sama. 2. The threshold value, yaitu jumlah penduduk atau sumberdaya minimum yang dibutuhkan untuk menciptakan permintaan yang cukup atas barang dan pelayanan yang ditawarkan. The threshold value juga menentukan jenis jumlah, harga barang atau pelayanan yang ditawarkan daerah pusat. Berdasarkan jangkauan barang, Christaller menganggap bahwa bentuk wilayah layanan yang paling ideal adalah segi enam (heksagonal), yang memberikan layanan optimal dan merata tanpa adanya tumpang tindih. Selanjutnya dibedakan atas tiga asas atau prinsip, yaitu asas pasar, asas pengangkutan, dan asas pemerintahan. Penelitian ini cenderung mengarah pada asas pasar/pemasaran (the marketing or supply principle) Penelitian Sebelumnya Suwarti (1981) mengemukakan bahwa pengelompokan persebaran penduduk erat sekali hubungannya dengan terjadinya kota dan kegiatan yang mereka lakukan. Hal tersebut berpengaruh terhadap kegiatan perdagangan, pemilihan wilayah untuk tempat tinggal yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka yang berakibat penyebaran penduduk dan fasilitas tidak merata. Masih tentang hasil penelitian dari Suwarto (1981), disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belanja penduduk antara lain : 1. Faktor pribadi : pendidikan, mobilitas, sikap. 14

15 2. Faktor lingkungan sosial ekonomi : lingkungan tetangga, kelompok arisan, tingkat pendapatan keluarga. 3. Faktor lingkungan fisikal : jarak tempat tinggal konsumen ke pasar. Kemudian dalam mengelola kehidupan keluarga, maka ibu rumah tangga mempunyai peranan yang cukup penting karena ibu rumah tangga merupakan pemrakarsa, pengambil keputusan dan pelaksana belanja kebutuhan sehari-hari. Susiyanti Nugroho (2002) dalam penelitiannya tentang lokasi belanja mahasiswa UNWAMA menyebutkan bahwa pemilihan lokasi belanja mahasiswa dipengaruhi oleh tingkat pemasukan, jarak yang ditempuh untuk membeli barang yang dibutuhkan, jenis barang kebutuhan yang dibeli apakah barang-barang kebutuhan tingkat rendah atau tingkat tinggi, dan harga barang yang akan dibeli. Ada pula faktor lain yang mempengaruhi mahasiswa untuk memilih lokasi belanja yaitu faktor rekreasi (non ekonomi). Oleh karena sebagian besar mahasiswa memilih belanja di Malioboro karena barang yang disediakan lengkap dan variasinya banyak sehingga polanya menyebar. Menurut penelitian dari Sari Asih (2000) tentang pola perjalanan penduduk kawasan permukiman baru di Kecamatan Kasihan Kabupaten Dati II Bantul, disebutkan bahwa perjalanan dengan tujuan ke pusat kota sebagian besar adalah untuk maksud pendidikan (sekolah/kuliah). Sedangkan suatu rumah tangga dalam melakukan perjalanan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan jumlah pemilikan kendaraan bermotor. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka perjalanan yang dilakukan juga lebih tinggi, dan semakin banyak jumlah kendaraan yang dimiliki maka perjalanan yang dilakukan akan lebih banyak pula. Nanik Suprapti (1993) dalam skripsinya tentang pemanfaatan fasilitas pelayanan pasar di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul menjelaskan bahwa kepergian konsumen ke pasar (frekuensi ke pasar) dipengaruhi oleh jarak tempuh konsumen dan tingkat pendapatan rumah tangga. Hubungan antara jarak tempuh konsumen dengan frekuensi ke pasar baik ke pasar tingkat desa maupun ke pasar tingkat kecamatan kuat tetapi pengaruhnya lemah. Tingkat pendapatan ternyata tidak mempunyai hubungan dengan frekuensi ke pasar tingkat desa tetapi untuk pasar tingkat kecamatan terdapat hubungan positif yang kuat antara tingkat pendapatan dengan frekuensi ke pasar. Adapun sebagian penduduk di Kecamatan Piyungan lebih memilih tempat belanja di warung, toko, dan pedagang keliling untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 15

16 dan membeli sarana pertanian. Sedangkan untuk membeli alat-alat rumah tangga, sebagian besar penduduk membeli ke pasar tingkat desa. 1.6 Kerangka Pemikiran Peningkatan jumlah penduduk di kota menyebabkan meningkatnya perkembangan kota secara spasial. Oleh karena di kota sudah tidak mampu lagi menampung penduduk karena harga lahannya tinggi. Kondisi inilah yang menyebabkan penduduk kota kemudian berpindah ke daerah pinggiran kota. Dampak dari pemekaran kota yang ditandai dengan berpindahnya penduduk ke daerah pinggiran inilah yang menyebabkan timbulnya daerah masyarakat desa di daerah pinggiran. Dengan demikian maka terjadi perkembangan daerah masyarakat desa di daerah pinggiran. Daerah pinggiran kota yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. Semakin berkembangnya daerah masyarakat desa di Kecamatan Jatinom juga menimbulkan masalah baru yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan hidup penduduk, tetapi sarana/tempat belanja seperti pasar tradisional dan swalayan untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut terbatas jumlahnya. Kondisi seperti inilah yang mempengaruhi penduduk di daerah pinggiran untuk belanja ke luar wilayahnya atau ke pusat kota yang lebih banyak tersedia sarana pasar tradisional maupun swalayannya. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa asumsi yang mendasari penelitian ini adalah penduduk masyarakat desa di Kecamatan Jatinom melakukan kegiatan belanja tidak hanya di pasar tradisional dan swalayan di daerahnya tetapi juga berbelanja ke pasar tradisional dan swalayan di luar daerahnya maupun di pusat Kota Klaten. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian gejala sosial ini diharapkan dapat membentuk suatu pola ruang belanja penduduk masyarakat desa tersebut. Masalah-masalah baru di Kecamatan Jatinom seperti yang telah diuraikan di atas secara tidak langsung menjadi latar belakang perlunya mempelajari perilaku belanja penduduk masyarakat desa di Kecamatan Jatinom. Perilaku belanja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam memilih tempat belanja, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Basu Swatha, 1982). Berdasarkan pengertian tersebut, maka penelitian ini akan menguraikan perilaku belanja 16

17 penduduk masyarakat desa yang meliputi jenis barang, apa saja yang biasa dibeli di pasar tradisional dan di swalayan; dimana saja tempat belanja lainnya (toko, warung, pedagang keliling, dan sebagainya); bagaimana cara belanjanya, yaitu siapa yang menyarankan belanja, yang mengambil keputusan, dan yang melaksanakan belanja ke pasar tradisional maupun ke swalayan, jenis kendaraan yang digunakan untuk belanja ke pasar tradisional maupun ke swalayan; frekuensi belanja ke pasar tradisional dan frekuensi belanja ke swalayan; serta pengeluaran rumah tangga per bulan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belanja penduduk masyarakat desa (frekuensi belanja ke pasar tradisional maupun ke swalayan), dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Basu Swastha, 1982). Adapun faktor-faktor intern yang dimaksud adalah karakteristik sosial ekonomi rumah tangga, meliputi : umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan utama, dan tingkat mobilitas ibu rumah tangga, tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga. Sedangkan faktor ekstern dibatasi pada faktor aksesibilitas yaitu jarak tempuh ke pasar tradisional maupun ke swalayan, tingkat kemacetan jalan menuju pasar tradisional maupun swalayan, waktu tempuh ke pasar tradisional maupun ke swalayan; dan faktor interaksi sosial yaitu sumber informasi dari luar tentang tempat perbelanjaan (teman, tetangga, iklan TV/radio, media cetak, spanduk, baliho, pamflet, dan lainlain), dan tingkat keaktifan dalam organisasi/kelompok sosial. Dalam penelitian ini, perilaku belanja penduduk masyarakat desa tidak lepas dari bagaimana preferensi penduduk masyarakat desa dalam memilih pasar tradisional dan swalayan sebagai tempat belanja mereka. Adapun pasar yang dimaksud dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern (swalayan). Penelitian ini berusaha mengetahui mengapa penduduk masyarakat desa memilih berbelanja di pasar tradisional maupun swalayan, kaitannya dengan studi geografi yaitu bahwa variasi wilayah sebagai wadah aktivitas manusia dalam hal berbelanja merupakan salah satu variabel keruangan. Selanjutnya preferensi penduduk masyarakat desa terhadap pasar tradisional dan swalayan ini menjelaskan tentang halhal yang lebih disukai/diprioritaskan penduduk masyarakat desa dalam memilih pasar tradisional dan swalayan sebagai tempat belanja. Preferensi tersebut dapat dipengaruhi oleh preferensi personal dan preferensi lokasi geografis. Preferensi personal meliputi harga barang yang murah (ekonomis), kualitas dan kelengkapan barang, kemudahan mencari barang (praktis), dan 17

18 sebagainya. Dengan kata lain penelitian mengenai preferensi penduduk masyarakat desa sebagai konsumen pasar tradisional dan swalayan ini diperlukan untuk mengetahui preferensi mereka terhadap atribut maupun lokasi pasar tradisional dan swalayan itu sendiri, sehingga dapat diketahui pengelolaan terhadap atribut tersebut secara kolektif. Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor yang lebih disukai/diprioritaskan dalam memilih pasar tradisional dan swalayan sebagai tempat belanja tersebut maka akan terlihat lokasi pasar tradisional dan swalayan yang paling sering dikunjungi penduduk masyarakat desa di Kecamatan Jatinom. Dengan demikian maka variabel manusia sebagai konsumen dapat menjadi faktor geografi jika dikaitkan dengan proses menetapkan suatu lokasi pasar tradisional dan swalayan sebagai tempat belanja. Dari lokasi pasar tradisional dan swalayan yang paling sering dikunjungi tersebut, maka dapat diketahui pola ruang belanja penduduk masyarakat desa apakah mengumpul atau menyebar. Pola menyebar apabila penduduk masyarakat desa lebih banyak berbelanja ke pasar tradisional dan swalayan di luar daerahnya, sedangkan pola mengumpul apabila mereka lebih banyak berbelanja ke pasar tradisional dan swalayan di wilayah setempat atau di Kecamatan Jatinom. Pola tersebut dapat dilihat dari peta pola ruang belanja penduduk masyarakat desa di Kecamtan Jatinom. Setelah diketahui pola ruang belanja tersebut, apabila pola menyebar maka hal ini menjadi pertimbangan dalam kebijakan pengembangan ekonomi lokal. Preferensi penduduk masyarakat desa di Kecamatan Jatinom terhadap pasar tradisional, yang ditinjau dari faktorfaktor yang lebih disukai/diprioritaskan dalam memilih pasar tradisional juga menjadi masukan penting bagi pemerintah daerah dalam hal pembangunan pasar tradisional dan swalayan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam kebijakan pembangunan daerah masyarakat desa. Implikasi kebijakan pembangunan tersebut diharapkan dapat mendukung kebijakan pengembangan wilayah Kecamatan Jatinom dimana di dalamnya ditegaskan bahwa Kota Kecamatan Jatinom sebagai pusat pertumbuhan dan diarahkan sebagai daerah perdagangan yang mampu menyediakan berbagai macam kebutuhan penduduknya. Lebih jelasnya tentang diagram alir kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini : 18

19 Masyarakat Desa di Kecamatan Jatinom Faktor Intern yang Mempengaruhi Perilaku Belanja Masyarakat Desa Karakteristik Sosial ekonomi Masyarakat Desa - Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga - Jenis Pekerjaan Ibu Rumah Tangga - Pendapatan Rumah Tangga - Jumlah Kendaraan Bermotor Preferensi Lokasi Geografis - Kemudahan Untuk Dijangkau - Kedekatan Dengan Tempat Kerja - Kedekatan Dengan Tempat Tinggal - Kedekatan Dengan Sekolah Anak - Dilalui Kendaraan Umum - Kedekatan Dengan Tempat Perbelanjaan Lainnya Masalah di Kecamatan Berupa Jatinom pasart Jumlah penduduk bertambah, kebutuhan hidup meningkat, namun sarana/tempat belanja berupa pasar tradisional dan swalayan terbatas jumlahnya Perilaku Belanja Masyarakat Desa - Jenis Barang yang Akan Dibeli di Pasar Tradisional dan Swalayan - Tempat Belanja Lainnya (Toko, Warung, Pedagang Keliling, dan Lain Sebagainya) - Cara Belanja ke Pasar Tradisional dan swalayan. Proses Belanja. Jenis Kendaraan yang Digunakan Untuk Belanja - Frekuensi Belanja ke Pasar Tradisional dan Swalayan Faktor Ekstern yang Mempengaruhi Perilaku Belanja Masyarakat Desa Faktor Interaksi Sosial - Tingkat Keaktifan Dalam Organisasi/Kelompok Sosial - Sumber informasi dari Luar Tentang Tempat Perbelanjaan Preferensi Sosial/Personal - Harga Barang Murah - Kualitas dan Kelengkapan Barang - Kemudahan Mencari Barang (Praktis) - Pelayanan Yang memuaskan - Ruangan yang Luas - Dan Lain sebagainya Preferensi Masyarakat Desa Terhadap Pasar Pasar Tradisional Pasar Modern (Swalayan) Lokasi Pasar Tradisional yang Paling Sering Dikunjungi Masyarakat Desa di Kecamatan jatinom Pola Ruang Belanja Lokasi Swalayan yang Paling Sering Dikunjungi Masyarakat Desa di Kecamatan jatinom Gambar 2. Diagram alir Kerangka Pemikiran Penelitian Implikasi Kebijakan Pembangunan Pasar dan Swalayan Masyarakat Desa 19

20 Pemikiran di atas dapat dituangkan secara rinci sebagai hubungan antar variable penelitian yang akan diacu pada metodologi, yaitu : Strata Mata Pencaharian Faktor Intern (Karakteristik Sosial Ekonomi Penduduk Perumahan) Faktor Ekstern (Aksesibilitas Tempat Tinggal & Interaksi Sosial) Lokasi Permukiman Perilaku Belanja Penduduk Masyarakat Desa Preferensi Lokasi Geografis Preferensi Personal Preferensi Penduduk Perumahan Terhadap Pasar Tradisional & Swalayan Keterangan : : Hubungan timbal balik : Hubungan searah Gambar 3. Hubungan Antar Variabel Penelitian 20

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak 1 BAB I PENDAHUALAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk meraih dan merebut hati para pelanggan merupakan tantangan bagi setiap pelaku bisnis di tengah situasi persaingan yang semakin ketat dewasa ini. Sejalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24),

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24), BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kajian Geografi a. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejalagejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Yang Melandasi Permasalahan Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam masalah, maka perlu dikemukakan suatu landasan teori yang bersifat ilmiah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang semakin berkembang dan pertumbuhan ekonomi serta industri telah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin maju dan mengalami perkembangan, ini ditunjukkan semakin banyaknya bermunculan perusahaan industri, baik industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa dampak positif dalam bidang usaha dimana perusahaan-perusahaan mengalami perkembangan pesat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, memberikan definisi pasar tradisional dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, memberikan definisi pasar tradisional dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Pasar Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 70 / M- DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2002) memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisai telah menuntut adanya perubahan dalam segala bidang. Salah satunya adalah bidang pemasaran. Semakin tingginya tingkat persaingan di dunia bisnis dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dibidang ekonomi selama ini telah banyak membawa perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Dengan banyaknya perkembangan di bidang usaha banyak bermunculan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR HARGA, LOKASI, PELAYANAN, PROMOSI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA SUPERMARKET LESTARI GEMOLONG SRAGEN 2008/2009 SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR HARGA, LOKASI, PELAYANAN, PROMOSI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA SUPERMARKET LESTARI GEMOLONG SRAGEN 2008/2009 SKRIPSI ANALISIS FAKTOR HARGA, LOKASI, PELAYANAN, PROMOSI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA SUPERMARKET LESTARI GEMOLONG SRAGEN 2008/2009 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemasaran a. Pengertian Pemasaran Dalam perusahaan yang menganut konsep pemasaran, semua fungsi yang ada sangkut pautnya dengan kegiatan pemasaran dikoordinasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan yang memproduksi produk-produk yang saat ini beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba menciptakan komunikasi yang unik agar

Lebih terperinci

MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN. Rindyah Hanafi

MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN. Rindyah Hanafi MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN Rindyah Hanafi Abstract : The purpuse of this study is to examine motivation shopping in traditional market and supermarket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya. mempertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain.

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya. mempertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN, KONSEP, DEFINISI PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN

BAB I PENGERTIAN, KONSEP, DEFINISI PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN A. Pengertian Pemasaran BAB I PENGERTIAN, KONSEP, DEFINISI PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah : a. Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan produk saat ini merupakan sebuah dampak dari semakin banyak dan kompleksnya kebutuhan manusia. Dengan dasar tersebut, maka setiap perusahaan harus memahami

Lebih terperinci

BAURAN PEMASARAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA TOKO LISARI POSO. Holmes Rolandy Kapuy *) ABSTRAK

BAURAN PEMASARAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA TOKO LISARI POSO. Holmes Rolandy Kapuy *) ABSTRAK BAURAN PEMASARAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA TOKO LISARI POSO Holmes Rolandy Kapuy *) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor keragaman produk, layanan dan atmosfer

Lebih terperinci

NIM : B FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NIM : B FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANALISIS PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA SWALAYAN ASSGROS SARTIKA DI KECAMATAN GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retail (Eceran) Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha menjual barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas konsumen terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: berbelanja, melakukan pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, konsumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Oleh: TUNJUNG ANGGRAINI A

SKRIPSI. Diajukan Oleh: TUNJUNG ANGGRAINI A FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK PAKAIAN JADI BERMOTIF BATIK PADA MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN TAHUN 2006/2007 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya. Perkembangan ini menciptakan suatu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya. Perkembangan ini menciptakan suatu persaingan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin cepat dan batas yang semakin tipis membuat masyarakat sekarang ini lebih selektif dan menuntut dalam pemenuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia di sektor ritel semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pengusaha, baik dari dalam maupun luar negeri yang terus menerus melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL TUGAS INDIVIDU Oleh: MUHAMMAD HANIF IMAADUDDIN (3613100050) JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Oleh : M. Dian Azhari F BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah dengan mengembangkan tempat perbelanjaan. Pola

Oleh : M. Dian Azhari F BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah dengan mengembangkan tempat perbelanjaan. Pola Pengaruh atmosfir toko, kenyamanan, kesesuaian, keragaman produk, harga, pelayanan, dan personil, dalam pembentukan citra toko eceran (studi kasus di wilayah kotamadya Surakarta) Oleh : M. Dian Azhari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri ritel Indonesia kini semakin semarak. Kehadiran para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi perkembangan industri ritel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan kehidupannya, manusia memiliki berbagai macam kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya kebutuhan tersebut,

Lebih terperinci

Pemasaran Pada Perusahaan Kecil. Oleh Sukanti, M.Pd

Pemasaran Pada Perusahaan Kecil. Oleh Sukanti, M.Pd Pemasaran Pada Perusahaan Kecil Oleh Sukanti, M.Pd A. Pendahuluan Pengusaha kecil pada umumnya menghadapi masalah kurangnya keahlian dalam bidang pemasaran dan kelemahan dalam bidang organisasi dan manajemen,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, menentukan berbagai

II. LANDASAN TEORI. pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, menentukan berbagai II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan fungsi yang mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengukur seberapa besarnya, menentukan pasar target

Lebih terperinci

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Sidang Preview 4 Tugas Akhir Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Oleh RIANDITA DWI ARTIKASARI 3607 100 021 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Tahun 2011 Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pemasaran adalah suatu kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat memuaskan

Lebih terperinci

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: RONY RUDIYANTO L2D 306 022 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan kenampakan di permukaan bumi, hubungan antar manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan konsep yang mendasari perumusan masalah. Kerangka pemikiran dan hipotesis. Melihat kerangka konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo tahun 2005 tercatat sebanyak 821.213 jiwa yang terdiri dari 405.831 laki-laki (49,4%) dan 415.382 perempuan (50,6%). Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial budaya. Pembangunan agar menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri (self sustaining process)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring perkembangan yang disertai dengan kemajuan teknologi. Segala kemudahan yang diciptakan oleh manusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kottler dan Amstrong (2001:7), Pemasaran adalah Suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan berkelompok memperoleh apa yang mereka

Lebih terperinci

VI ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRIMA FRESH MART

VI ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRIMA FRESH MART VI ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRIMA FRESH MART 6.1. Karakteristik Umum Responden Konsumen yang berbelanja di Prima Fresh Mart (PFM) memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyak investor yang melakukan investasi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis ritel eceran saat ini mengalami perkembangan cukup pesat, ditandai dengan semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG Dessy Amelia Fristiana Abstract Beragam faktor dapat mempengaruhi konsumen dalam mempercayakan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran. Pemasaran yang diberikan sering berbeda antara ahliyang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari suatu kesenangan adalah merupakan suatu motif berbelanja yang baru. Motivasi merupakan konsep yang dinamis dan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan juga perlu mengkombinasikan fungsi-fungsi dan menggunakan. keahlian mereka agar perusahaan berjalan dengan baik.

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan juga perlu mengkombinasikan fungsi-fungsi dan menggunakan. keahlian mereka agar perusahaan berjalan dengan baik. BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan usaha dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan

Lebih terperinci

produk dan jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan pelanggan serta kegiatankegiatan

produk dan jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan pelanggan serta kegiatankegiatan 1 PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan permintaan kebutuhan konsumen semakin tinggi. Hal ini menyebabkan banyaknya pesaing yang bermunculan memenuhi kebutuhan konsumen untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak potensi dan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya adalah pada sektor pariwisata. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel atau eceran di Indonesia telah memperlihatkan bahwa industri pada sektor ini memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, kepuasan konsumen, dan persaingan yang terjadi antar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, kepuasan konsumen, dan persaingan yang terjadi antar perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang dialami perusahaan untuk mencapai tujuannya semakin lama dirasa semakin kompleks. Permasalahan tersebut disebabkan oleh adanya bermacam-macam faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, dunia perdagangan dewasa ini terjadi persaingan didalam memasarkan produk atau jasa. Kegiatan pemasaran memiliki peran yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis eceran merupakan bagian dari saluran distribusi yang memegang peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau perantara antara konsumen dam produsen.

Lebih terperinci

SALURAN DISTRIBUSI MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PRODUK

SALURAN DISTRIBUSI MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PRODUK SALURAN DISTRIBUSI MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PRODUK Dartu Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Kunci keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai oleh keahliannya di bidang distribusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pemasaran

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pemasaran 6 BAB II LANDASAN TEORI 2. 2 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yaitu mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran pada saat perusahaan ingin memuaskan kebutuhannya melalui sebuah proses transaksi. Pemasaran juga

Lebih terperinci

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok lokasi usaha ritel dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mall, menurut Ma ruf (2005), adalah suatu tempat berkumpulnya para peritel yang mampu menjual aneka barang dan jasa yang dibutuhkan pribadi dan rumah tangga, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang. Dapat dilihat dari semakin banyaknya usaha-usaha kecil menengah,

BAB I PENDAHULUAN. barang. Dapat dilihat dari semakin banyaknya usaha-usaha kecil menengah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini persaingan bisnis cukup ketat, baik di bidang jasa maupun barang. Dapat dilihat dari semakin banyaknya usaha-usaha kecil menengah, dan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

Meskipun saat ini perekonomian Indonesia berada dalam kondisi. yang tidak menentu, namun hal ini dalam kenyataannya tidak

Meskipun saat ini perekonomian Indonesia berada dalam kondisi. yang tidak menentu, namun hal ini dalam kenyataannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun saat ini perekonomian Indonesia berada dalam kondisi yang tidak menentu, namun hal ini dalam kenyataannya tidak berpengaruh besar dalam jumlah permintaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMASARAN. Oleh kelompok 4: Amalya Liputo Juli Eka Pardede Afner Mengi Meify Pontororing. Published By Stefanikha69

MANAJEMEN PEMASARAN. Oleh kelompok 4: Amalya Liputo Juli Eka Pardede Afner Mengi Meify Pontororing. Published By Stefanikha69 MANAJEMEN PEMASARAN Oleh kelompok 4: Amalya Liputo Juli Eka Pardede Afner Mengi Meify Pontororing A. PENGERTIAN PEMASARAN Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah : a. Philip Kotler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Industri ritel memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara., terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kotler (2005:157), Pasar merupakan kumpulan seluruh pembeli dan potensial atas tawaran pasar tertentu. Ukuran pasar tergantung pada jumlah pembeli yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari tidak akan terlepas dari kegiatan transportasi, sehingga sarana transportasi yang memadai dibutuhkan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis yang ada, tetapi kebanyakan perusahaan tidak menyadarinya. Demi tercapainya tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari saling ketergantungan antar makhluk hidup untuk selalu berkembang dan bertahan hidup.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBINAAN PASAR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PADA MINIMARKET GALAXY DI BOYOLALI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PADA MINIMARKET GALAXY DI BOYOLALI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PADA MINIMARKET GALAXY DI BOYOLALI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT KONSUMEN MENGUNJUNGI SWALAYAN INDOMARET REMBANG TAHUN 2007/2008

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT KONSUMEN MENGUNJUNGI SWALAYAN INDOMARET REMBANG TAHUN 2007/2008 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT KONSUMEN MENGUNJUNGI SWALAYAN INDOMARET REMBANG TAHUN 2007/2008 Skripsi Diajukan untuk memenuhi syarat-syarat Guna mencapai Gelar Sarjana S-I Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2..1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, terjadi pula pergeseran tata kehidupan masyarakat secara menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, terjadi pula pergeseran tata kehidupan masyarakat secara menyeluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan semakin banyak dan kompleksnya tantangan yang ada di dalamnya. Seiring dengan hal tersebut, terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Arti dan Tujuan Pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Arti dan Tujuan Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Teori 2.1.1. Pemasaran 2.1.1.1. Arti dan Tujuan Pemasaran Pemasaran menyentuh kehidupan setiap orang. Ia merupakan sarana dengan mana standart hidup dikembangkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang atau jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan kepemilikan (Tjiptono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan manusia telah dan akan semakin kompleks. Kebutuhan manusia yang mendasar atau disebut dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan data dipersiapkan dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan dan ciri perjuangan nasional dengan mengkaji dan memperhitungkan implikasinya dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

Bab 3. Model Perilaku Konsumen

Bab 3. Model Perilaku Konsumen Bab 3 Model Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN Tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring dengan peningkatan peradapan manusia menyebabkan persaingan semakin katat. Dengan adanya

Lebih terperinci