Uji Toksisitas Subkronis Fraksi Etil Asetat Kulit Buah Asam Kandis (Garcinia cowa Roxb.) terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Mencit Putih Betina

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Uji Toksisitas Subkronis Fraksi Etil Asetat Kulit Buah Asam Kandis (Garcinia cowa Roxb.) terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Mencit Putih Betina"

Transkripsi

1 Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), Jurnal Sains Farmasi & Klinis (p- ISSN: e-issn: ) diterbitkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia - Sumatera Barat homepage: Uji Toksisitas Subkronis Fraksi Etil Asetat Kulit Buah Asam Kandis (Garcinia cowa Roxb.) terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Mencit Putih Betina {Sub-chronic toxicity evaluation of ethyl acetate fraction of fruit rind of asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) against liver and kidney function of female white mice} Fatma Sri Wahyuni 1, Intan Nedia Putri 1, & Dessy Arisanti 2 1 Fakultas Farmasi Universitas Andalas 2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Keywords: sub-chronic toxicity; ethyl acetat fraction; Garcinia cowa; cowa mangosteen; fruit rind. Kata Kunci: toksistas sub kronik; fraksi etil asetat; Garcinia cowa; asam kandis; kulit buah. ABSTRACT: The sub-chronic toxicity testing of ethyl acetate fraction of fruit rind of asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) to the liver and kidney function has been carried out to female white mice. A total of 18 female white mice aged 2-3 months weighing grams are used as test animals. Animals were divided into three groups: one control group and two treatment groups. Groups were given daily ethyl acetate fraction at the doses of 500 and 1000 mg/kg orally for 60 days. Parameters observed were the activity of SGPT and liver weight ratio to observe the liver function; serum creatinine level and kidney weight ratio to determine kidney function. Data of SGPT, serum creatinine and the weight ratio of liver and kidney were analyzed by two-way ANOVA. Results show that the activity of SGPT and serum creatinine level were directly affected by the dose (p<0.05), while the organ weight ratio of liver and kidney were not affected by the dose and duration of administration (p>0.05). The study concluded that the dosage of ethyl acetate fraction of the fruit rind of G. cowa had a significant effect on the activity of SGPT and serum creatinine level of female white mice. The duration of administration did not give a significant effect on the increase of serum creatine level as well as the organ weight ratio of liver and kidney of mice. ABSTRAK: Pengujian toksisitas subkronis fraksi etil asetat kulit buah asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) terhadap fungsi hati dan ginjal mencit putih betina telah dilakukan. Sebanyak 18 ekor mencit putih betina berusia 2-3 bulan dengan berat badan gram digunakan sebagai hewan uji. Hewan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu 1 kelompok kontrol dan 2 kelompoj perlakuan yang diberi fraksi etil asetat kulit buah asam kandis dengan dosis 500 dan 1000mg/kgBB sekali sehari secara oral selama 60 hari. Parameter yang diamati yaitu aktivitas SGPT dan rasio berat hati untuk fungsi hati dan aktivitas kreatinin serum dan rasio berat ginjal untuk aktivitas ginjal. Data aktivitas SGPT, kreatinin serum dan rasio berat organ hati dan ginjal dianalisis dengan ANOVA dua arah. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas SGPT, Kreatinin serum dipengaruhi secara langsung oleh dosis (p<0,05) dan untuk rasio berat hati dan ginjal tidak dipengaruhi secara langsung oleh dosis dan lama pemberian (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa dosis pemberian fraksi etil asetat kulit buah asam kandis memberikan pengaruh yang bermakna terhadap aktivitas SGPT dan kadar kreatinin serum mencit putih betina. Lama pemberian tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan kadar kreatinin serum mencit putih betina dan rasio berat hati dan ginjal mencit putih betina. *Corresponding Author: Fatma Sri Wahyuni (Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Kec. Pauh, Kota Padang, Sumbar 21563). fatmasriwahyuni@gmail.com Article History: Received: 23 Mar 2017 Accepted: 03 May 2017 Published: 21 May 2017 Available online: 30 May

2 PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar. Hal ini tentu memiliki potensi dalam pengembangan obat herbal yang berbasis pada tumbuhan obat dalam usaha kemandirian di bidang kesehatan. Dewasa ini telah di lakukan penelitian dimana terdapat tumbuhan menghasilkan senyawa metabolit sekunder dengan struktur molekul dan aktivitas biologi yang beraneka ragam. Beberapa senyawa yang telah terbukti memiliki aktivitas sebagai antikanker, antara lain golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid, xanthon, dan kumarin [1]. Tanaman dari genus Garcinia (guttiferae) telah diteliti secara luas secara fitokimia dan biologis [2]. Genus Garcinia kaya akan metabolit sekunder terutama triterpen, flavonoid, santon dan phloroglucinol. Senyawa-senyawa yang telah diisolasi dilaporkan memiliki berbagai aktivitas farmakologis, seperti aktivitas antikanker, antiinflamasi, antibakteri, antivirus, antijamur, anti- HIV, antidepresan, dan antioksidan [3]. Garcinia cowa Roxb., atau yang lebih dikenal dengan nama asam kandis, adalah pohon berukuran sedang dengan buah-buahan yang dapat dimakan, telah digunakan masyarakat sebagai obat disentri, antipiretik dan anti-inflamasi. Beberapa penelitian melaporkan bahwa senyawa santon, benzofenon, dan derivat acylphloroglucinol telah berhasil diisolasi dari G. cowa [2,4], dimana senyawa santon sendiri telah dikenal dengan potensi efek sitotoksiknya [5]. Ekstrak etanol kulit buah asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) diketahui memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D [6]. Fraksi etil asetat kulit buah asam kandis memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC 50 16,194±3,5019 µg/ ml [7]. Sebagai bahan obat herbal baru dan akan digunakan oleh masyrakat, perlu dilakukan kajian keamanan terhadap G. cowa. Meskipun obat herbal sudah dimanfaatkan sejak lama namun penggunaannya belum sepenuhnya aman, sehingga sangatlah penting mengetahui batas keamanan atau ketoksikannya. Untuk mengevaluasi suatu zat kimia perlu dikenali bahayanya dengan mengumpulkan dan menyusun data toksisitas. Keamanan obat menjadi salah satu faktor terpenting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan penggunaan obat herbal. Keamanan obat juga menjadi salah satu syarat dalam pelaksanaan uji praklinik obat herbal. Uji yang biasanya dilakukan adalah uji toksisitas yang meliputi uji toksisitas akut, sub akut, sub kronik dan kronik [8]. Data ini digunakan bertujuan untuk menentukan sifat dan tempat efek toksik dan menentukan kadar tanpa efek samping yang sering disebut no observed adverse effect level (NOAEL). Salah satu kelebihan penelitian ini adalah kita dapat menggunakan satu atau beberapa dosis yang relatif tinggi yang dapat menginduksi tanda-tanda toksisitas. Tanda tanda ini akan membantu menunjukan secara tepat organ sasaran dan efek khusus yang disebabkan oleh dosis [9]. Penelitian tentang keamanan fraksi etil asetat kulit buah asam kandis pada tingkat toksisitas sub akut telah dilakukan. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa fraksi etil asetat kulit buah asam kandis aman untuk digunakan karena tidak mempengaruhi kadar SGPT hati dari mencit putih secara langsung setelah pemberian selama 21 hari, namun dipengaruhi secara bermakna terhadap besaran dosis yang diberikan. Kadar kreatinin mencit putih dipengaruhi secara bermakna oleh lama pemberian dan dosis fraksi etil asetat kulit buah asam kandis [10]. Untuk menguji keamanan fraksi lebih lanjut di perlukan pengujian lanjutan akan keamanan fraksi etil asetat kulit buah asam kandis ini. Pada penelitian ini dilakukan penelitian lanjutan yang merupakan uji toksisitas sub kronik. Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 03 No. 02 Mei

3 Uji toksisitas subkronis adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama 1 sampai 3 bulan [9]. Pada pengamatan ini yang diperhatikan dalam uji toksisitas sub kronik yaitu fungsi organ seperti hati dan ginjal setelah pemberian fraksi selama 60 hari [11]. Hati merupakan organ yang berperan dalam fungsi metabolisme dan ekskresi toksik dalam tubuh [12]. Jika terjadi gangguan hati ditandai dengan peningkatan aktivitas serum transaminase berupa SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase) pada serum [13]. Ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik karena ginjal menghasilkan urin yang merupakan jalur utama ekskresi toksikan dan mempunyai volume aliran darah yang tinggi [14]. Salah satu indikator terjadi kerusakan ginjal adalah terjadi peningkatan atau penurunan kadar kreatinin dalam tubuh maka interpretasi klinik akan lebih cenderung pada gangguan fungsi ginjal [15]. Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian lanjutan uji toksisitas sub kronik fraksi etil asetat kulit buah asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) terhadap mencit putih betina. Parameter yang diamati adalah penentuan aktivitas SGPT, kadar kreatinin serum serta perbandingan rasio berat organ hati dan ginjal. METODE PENELITIAN Penyiapan Hewan Uji Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan gram sebanyak 28 ekor untuk tiap kelompoknya, dan belum pernah mengalami perlakuan terhadap obat. Hewan percobaan dibagi dalam 4 kelompok yang terdiri dari 3 kelompok uji dan 1 kelompok kontrol. Sebelum digunakan, semua mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan hewan berada pada lingkungan percobaan. Makanan dan minuman diberikan secukupnya. Mencit yang digunakan adalah mencit yang sehat dan tidak mengalami perubahan berat badan lebih dari 10% dan secara visual menunjukkan perilaku yang normal [16]. Perencanaan Dosis dan Pengelompokan Hewan Dosis sediaan uji yang diberikan kepada hewan uji ditentukan berdasarkan penelitian sebelumnya. Dosis sediaan uji yang diberikan kepada hewan uji adalah 500 dan 1000 mg/kgbb. Sediaan uji diberikan secara oral dengan frekuensi pemberian 1 kali sehari selama 60 hari [11]. Untuk kontrol hanya diberikan larutan tween 80 5%. Hewan uji dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor mencit, dimana perlakuan dilakukan selama 60 hari. Cek kreatinin serum, SGPT dilakukan pada hari, ke-31 dan ke-61 serta diambil organ hati dan ginjal untuk menentukan rasio berat organ. Penyiapan Sediaan Uji Sediaan uji dibuat dengan melarutkan fraksi etil asetat kulit buah asam kandis dengan menggunakan Tween 80 5% dan aquadest. Berat ekstrak yang akan dilarutkan ditimbang berdasarkan dosis yang direncanakan Volume sediaan uji yang akan diberikan secara oral ke dalam tubuh mencit adalah 1% dari berat badan. Pengambilan darah mencit dilakukan pada hari ke- 31, dan ke 61 (tiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit) dengan cara memotong pembuluh darah dibagian leher [11]. Darah ditampung dengan microtube 1,5 ml, didiamkan selama 15 menit, kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit untuk mendapatkan serum. Serum dipisahkan dengan cara dipipet dan digunakan untuk pengujian SGPT, kadar kreatinin serum dan penentuan rasio berat organ hati dan ginjal. 204 Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 03 No. 02 Mei 2017

4 Pemeriksaan Fungsi Hati Pengujian pengaruh fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap fungsi hati dengan penentuan aktivitas SGPT. Sebanyak 1 ml reagen I ditambahkan ke dalam microtube serum 100 µl (0,1 ml), kemudian didiamkan 5 menit. Selanjutnya ditambahkan 0,25 ml reagen II hingga tercampur homogen. Setelah 1 menit, serapan diukur dengan spektrometer uv-visible pada panjang gelombang 365 nm setiap menit selama 3 menit, kemudian dihitung selisih rata-rata serapan tiap menit. Kenaikan aktivitas SGPT dapat dihitung dengan rumus: Aktivitas SGPT (U/L) = ΔA/menit x F Keterangan: ΔA/menit: perubahan aktivitas rata-rata per menit F:faktor 3235 (untuk pengukuran pada panjang gelombang 365 nm) (As 2 - As 1 ) Scr = x 2 mg/dl (Ast 2 - Ast 1 ) Keterangan: Scr: Kadar kreatinin dalam serum (mg/dl) As 1 : Absorban sampel pada menit pertama As 2 : Absorban sampel yang diukur 2 menit setelah As 1 Ast 1 : Absorban larutan standar kreatinin pada menit pertama Ast 2 : Absorban larutan standar kreatinin pada 2 menit setelah Ast 1 2 mg/dl: Konsentrasi larutan kreatinin standard. Penetuan Rasio Berat Organ Hati dan Ginjal Pada hari ke-30 dan ke-60, (tiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit) setelah di lakukan pengambilan darah mencit organ hati dan ginjal di ambil lalu di bersihkan dan di timbang. Selanjutnya di tentukan berat organ relatif terhadap berat masing-masing hewan. Kemudian di dapatkan rasio berat organ dengan rumus: (Abs Tes 2-Abs Tes 1)-(Abs test 3-Abs Tes 2) ΔA/menit = 2 Rasio Berat Badan = Berat organ (g) Berat badan mencit (g) Pemeriksaan Fungsi Ginjal Pengujian pengaruh fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap fungsi ginjal dengan penentuan kadar kreatinin serum. Kadar kreatinin serum diukur dengan cara memipet 50 µl serum ke dalam tabung reaksi. Kemudian 1 ml reagen I ditambahkan ke dalam tabung dan diamkan selama 5 menit. Sebanyak 0,25 ml reagen II dicampurkan dengan baik menggunakan vortex. Pengukuran absorban sampel dilakukan dengan spertrofotometer uv-visible pada panjang gelombang 492 nm. Absorban sampel diukur pada menit pertama (As1) dan pengukuran selanjutnya dilakukan pada menit ketiga (As2). Kadar kreatinin serum ditentukan dengan rumus: Analisis Data Data dari hasil penelitian pada aktivitas SGPT, kadar kreatinin dan perbandingan rasio berat organ dianalisa secara statistik dengan metoda analisis variasi (ANOVA) dua arah. Analisa kemudian dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan s Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna pada masingmasing kelompok perlakuan. HASIL DAN DISKUSI Pengujian fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap aktivitas SGPT mencit putih betina Aktivitas SGPT mencit putih betina dipengaruhi secara bermakna oleh lama pemberian (p<0,05) dan dosis sediaan uji (p<0,05). Aktivitas Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 03 No. 02 Mei

5 g1 Gambar 1. Pengaruh fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap aktivitas SGPT mencit putih jantan SGPT rata-rata kelompok mencit kontrol dan kelompok yang diberi sediian uji dengan dosis 500 mg/kgbb, 1000 mg/kgbb berturut-turut adalah 25,888±3.91, 46,918±6,56, 48,733±5,066, sedangkan aktivitas SGPT rata rata pada hari ke 31, dan 61 berturut turut adalah 32,872±3,21, 46,198±5,71. tidak dipengaruhi secara bermakna oleh dosis (p>0,05). Rasio organ hati rata-rata kelompok mencit kontrol dan kelompok yang diberi sedian uji dengan dosis 500 mg/kgbb, 1000 mg/kgbb berturut-turut adalah 0,406±0,003, 0,412±0,002, 0,034±0,007 Sedangkan rasio organ hati rata rata pada hari 0,036±0,0015, 0,043±0,004. Pengujian fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap kadar kreatinin serum mencit putih betina Kadar kreatinin serum mencit putih Betina tidak dipengaruhi secara bermakna oleh lama pemberian (p>0,05) namun dipenagruhi secara bermakna oleh dosis (p>0,05). Kadar kreatinin rata-rata kelompok mencit kontrol dan kelompok yang diberi sedian uji dengan dosis 500 mg/kgbb, dan 1000 mg/kgbb berturut-turut adalah 0, 5333 ±0.843, 0,640±0,95, 05,00±0,68. Sedangkan kadar kreatinin rata rata pada hari ke 31, dan 61 berturutturut adalah 5,777±0,84 dan 5,377±0,481. Pengujian fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap rasio berat organ hati mencit putih betina Rasio berat organ hati dipengaruhi secara bermakna oleh lama pemberian (p<0,05) tetapi Pengujian fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap rasio berat organ ginjal mencit putih betina Rasio berat organ ginjal tidak dipengaruhi secara bermakna oleh lama pemberian (p>0,05) dan tidak di pengaruhi secara bermakna oleh dosis (p>0,05). Sedangkan tidak terdapat pengaruh yang bermakna terhadap interaksi antara lama pemberian dan dosis (p>0,05). Rasio organ ginjal rata-rata kelompok mencit kontrol, dan kelompok yang diberi sediaan uji dengan dosis 500 mg/kgbb, 1000 mg/kgbb berturut-turut adalah 0,036±0,015, 0,012±0,001, 0,015±0,008. Sedangkan rasio organ hati rata-rata pada hari ke 31dan 61 berturut-turut adalah 0,019±0,08 dan 0,026±0,008. Penggunaan obat tradisional sebenarnya dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Keadaan ini ditimbulkan oleh produk yang mungkin toksik 206 Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 03 No. 02 Mei 2017

6 atau telah terkontaminasi. Menurut WHO efek toksik dari suatu senyawa tergantung pada dosis dan durasi pemakaiaan obat [17]. Pengembangan suatu obat tradisional dari tumbuhan harus terlebih dahulu diuji keamanannya sebelum diajukan sebagai fitofarmaka, karena obat tradisional ini merupakan senyawa asing bagi tubuh, sehingga sangatlah penting mengetahui ketoksikannya [19]. Untuk menilai keamanan tersebut dilakukan serangkaian uji toksisitas. Salah satu syarat tumbuhan dapat dijadikan sebagai obat herbal adalah diuji tingkat keamanannya terlebih dahulu, diantaranya melalui uji toksisitas akut dan uji toksisitas subkronik. Toksisitas akut (jangka pendek) adalah pemberian bahan kimia ada hewan coba dengan jumlah yang semakin meningkat dalam kurun waktu 14 hari hingga hewan percobaan tersebut mati. Sedangkan toksisitas subkronik adalah pemberian bahan kimia dengan jangka waktu panjang hingga timbulnya efek yang merugikan kesehatan [20]. Uji toksisitas sub kronik fraksi etil asetat kulit buah asam kandis ini dilakukan sebagai penelitian lanjutan dari penelitian uji toksisitas sub akut fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap organ hati dan ginjal mencit putih betina. Uji toksisitas sebelumnya didapatkan bahwa pada beberapa parameter seperti kadar SGPT, kadar kreatinin serum, rasio berat hati dan ginjal dipengaruhi secara bermakna oleh pemberian fraksi etil asetat kulit buah asam kandis ini [10]. Pada uji subkronis ini akan mengamati dan mengevaluasi keseluruhan efek yang merugikan setelah pemberian fraksi etil asetat kulit buah asam kandis dalam kurun waktu 2 bulan pada organ hati dan ginjal mencit putih betina [21]. Uji toksisitas subkronik dirancang untuk mengetahui spektrum efek toksik serta hubungan dosis dan toksisitas pada pemberian secara berulang dalam jangka waktu 2 bulan (90 hari) [22]. Sediaan uji yang digunakan adalah fraksi etil asetat dari kulit buah asam kandis (Garcinia cowa Roxb). Berdasarkan penelitian sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kandungan metabolit sekunder terhadap kulit buah asam kandis menunjukan adanya senyawa golongan flavonoid dan fenolik [7]. Fraksi etil asetat kulit buah asam kandis (Garcinia cowa Roxb.) memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC 50 16,194±3,5019 µg/ml [7]. Dengan g2 Gambar 2. Pengaruh fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap kadar kreatinin serum mencit putih betina Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 03 No. 02 Mei

7 g3 Gambar 3. Hasil penelitian pengaruh fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap rasio berat organ hati mencit putih betina melihat besarnya IC 50 yang dimiliki fraksi etil asetat kulit buah asam kandis ini memungkinkan bahwa fraksi ini memiliki potensi sebagai anti kanker. Pada penelitian ini hewan yang digunakan adalah mencit putih betina. Faktor hormonal yang terdapat pada mencit betina tidak mengganggu parameter yang digunakan pada penelitian sehingga mencit betina dapat digunakan sebagai hewan uji. Mencit juga mempunyai waktu pengujian pendek, hewan mudah didapat, mudah dalam pemeliharaan dan perlakuan, dapat beradaptasi dengan baik terhadap keadaan laboratorium, memerlukan zat uji dalam jumlah kecil dan biaya lebih terjangkau dibandingkan dengan hewan lainnya. Pemberian obat diberikan secara oral karena tidak menyakitkan bagi hewan serta sesuai dengan penggunaan yang biasa dilakukan oleh manusia [14]. Penentuan dosis dalam penelitian ini dilakukan dengan mengikuti penelitian uji toksisitas subakut yang telah dilakukan sebelumnya [10]. Hewan dikelompokkan menjadi empat kelompok uji dengan masing masing dosis kontrol, 500 mg/kgbb, 1000 mg/kgbb dan 2000 mg/kgbb. Adanya kelompok kontrol bertujuan untuk membandingkan hasil kelompok uji sehingga dapat melihat adanya perbedaan yang nyata antara hewan uji yang diberi perlakuan. Organ vital yang diamati pada penelitian ini adalah organ hati dan ginjal. Hati merupakan organ vital yang terlibat dalam proses metabolisme tubuh. Hati juga mempunyai peranan penting dalam proses detoksifikasi. Hati dapat mengaktifkan atau menonaktifkan zat zat yang masuk ke dalam tubuh. Ginjal juga merupakan organ yang vital bagi tubuh, oleh sebab itu sering dijadikan parameter pengamatan untuk uji toksisitas suatu obat. Ginjal mempunyai aliran darah yang besar karena berfungsi menjaga homoeostatik tubuh dengan cara mengatur keseimbangan elektrolit tubuh, mengatur keseimbangan asam basa, dan mengatur osmolaritas tubuh. Ginjal mengekresikan zat terlarut dan membuang hasil metabolisme sehingga zat zat yang kiranya tidak berguna bagi tubuh akan dibawa ke ginjal dalam jumlah yang besar. Paramater yang digunakan untuk melihat fungsi hati adalah kadar Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). SGPT merupakan enzim aminotransferase yang dibuat dalam sel hati (hepatosit) sehingga keberadannya hanya terdapat pada organ hati. Bila terjadi kerusakan enzim 208 Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 03 No. 02 Mei 2017

8 ini akan keluar dari sel hati dan masuk kedalam sistem peredaran darah. Adanya enzim ini di darah mengindikasikan adanya kerusakan sel-sel hati [23]. Paramater yang digunakan untuk melihat fungsi ginjal dapat berupa peningkatan kadar kreatinin darah. Kreatinin ada 2 yaitu kreatinin serum dan kreatinin klirens. Pada penelitian ini kadar kreatinin serum merupakan metoda spesifik untuk melihat aktifitas organ ginjal. Kreatinin merupakan hasil metabolism otot, dan dieksresikan secara konstan melalui ginjal. Sehingga kerusakan ginjal, akan berdampak pada kadar kreatinin serum. Penggunaan dosis pada penelitian ini berubah dari rancangan dosis yang akan digunakan sebelumnya. Sebelumnya dosis yang dirancang adalah kontrol, dosis 500 mg/kgbb, 1000 mg/ kgbb dan 2000 mg/kgbb. Pada perjalanan penelitian diketahui bahwa hewan uji tidak mampu bertahan hidup bila diberikan dosis 2000 mg/ kgbb. Dari 20 hewan uji yang disediakan untuk kelompok dosis uji 2000 mg/kgbb. Hanya 3 ekor hewan uji yang dapat bertahan hidup. Hal ini dimungkinkan terjadi karena dosis terlalu tinggi sehingga toksik untuk hewan uji. Pada penelitian sebelumnya dikatakan bahwa hewan uji mampu bertahan pada dosis 8000 mg/kgbb [10]. Namun kenyataan yang ditemui pada penelitian ini, hewan uji tidak dapat bertahan hidup setelah pemberian berulang dosis 2000 mg/kgbb. Hal ini dapat terjadi karena pada penelitian pendahuluan, dosis tinggi hanya diberikan sekali. Dan pada penelitian ini, dosis yang diberikan memang tidak setinggi dosis saat uji pendahuluan, namun karena pemberian di berikan berulang membuat terjadinya akumulasi pada tubuh hewan uji dan menyebabkan toksik kepada hewan uji. Pengamatan lain yang terlihat pada penilitian uji toksistas subkronik fraksi etil asetat kulit buah asam kandis ini adalah terjadinya perubahan warna mata pada 1 bagian mata pada hewan uji yang diberi perlakuan dosis 1000 mg/kgbb. Perubahan terjadi di akhir masa hidup hewan uji. Awalnya mata hewan uji akan berubah warna menjadi lebih pucat dan akhirnya tertutup. Terjadinya penurunan fungsi pengelihatan ini kemungkinan disebabkan oleh dosis pemberiaan sediaan uji yang tinggi sehingga berpengaruh kepada mata hewan uji. Penurunan bobot berat badan juga ditemukan pada kelompok ini. Penurunan bobot berat badan g4 Gambar 4. Hasil penelitian pengaruh fraksi etil asetat kulit buah asam kandis terhadap rasio berat organ hati mencit putih betina Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 03 No. 02 Mei

9 kemungkinan terjadi karena sediaan uji yang terlalu asam sehingga melukai saluran cerna hewan uji dan menyebabkan hewan uji kehilangan nafsu makan. Bila diamati, hewan uji yang sehat dan dapat bertahan hidup kebanyakan ditemukan pada kelompok yang diberikan sediaan uji sebesar 500 mg/kgbb. Pada kelompok ini berat badan hewan uji tidak menunjukan penurunan yang signifikan. Dan banyak nya hewan uji yang bertahan hidup lebih banyak daripada hewan uji kelompok dosis 1000 mg/kgbb. Hal ini kemungkinan terjadi karena perbedaan kadar dosis yang diberikan. Halhal diluar harapan yang terjadi pada penelitian ini kemungkinan terjadi karena pemilihan dosis yang terlalu besar untuk sediaan uji yang menggunakan fraksi. fraksi berbeda dengan ekstrak, fraksi merupakan bentuk yang sederhana dari ekstrak sehingga sebaiknya pada penggunaan fraksi dosis yang digunakan juga kecil. Aktivitas SGPT pada organ hati dilihat dengan mereaksikan darah mencit dengan reagen I dan reagen II. Serapan dari kedua reaksi ini akan dilihat dan dibaca serapannya di bawah mikroskop. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian fraksi etil asetat kulit buah asam kandis dengan variasi dosis kontrol, 500 mg/kgbb, 1000 mg/ kgbb, dan 2000 mg/kgbb pengamatan dilakukan pada hari ke 31 dan 61. Parameter yang dilihat untuk mengetahui fungsi hati hewan uji adalah kadar SGPT. Kadar SGPT dapat menggambarkan kerusakan hati yang disebabkan oleh sediaan uji. Menurut hasil pengolahaan statistik hasil yang didapat dari perhitungan kadar SGPT bahwa aktivitas SGPT dipengaruhi secara bermakna oleh dosis juga dipengaruhi secara bermakna oleh lama waktu pemberian. Namun interaksi antar dosis dan lama pemberian tidak mempengaruhi kadar SGPT secara bermakna. Setelah dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan s Multiple Range Test (DMRT). Terlihat bahwa terdapat perbedaan nyata antara letak subset dari kontrol dan dosis 500 mg/kgbb juga 1000 mg/kgbb. Sedangkan untuk dosis 500 mg/kgbb dan 1000 mg/kgbb tidak terdapat perbedaan bermakna aktivitas rata rata kadar SGPT karena masih terletak pada subset yang sama. Artinya tidak ada pengaruh atau efek yang bermakna yang terjadi akibat pemberian dosis yang berbeda. Terjadinya perbedaaan aktivitas rata rata kadar SGPT untuk kelompok kontrol dan kelompok yang diberi sediaan dikarenakan pada dosis kontrol tidak diberikan sediaan uji. Sediaan uji meningkatkan proses metabolisme hati hewan uji sehingga terjadinya kerusakan hati dan sel sel hati mengalami lisis. Enzim GPT yang dimana dalam keadaan normal berada di dalam sel saat terjadinya lisis sel hati akan keluar dan masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga kadar SGPT menjadi tinggi dalam darah. Dengan hasil uji lanjut ini menandakan bahwa dengan bertambahnya dosis yang diberikan memberikan peningkatan SGPT kepada hewan uji. Menurut penelitian uji toksisitas subakut sebelumnya dikatakan bahwa tidak adanya pengaruh yang berarti terhadap dosis maupun waktu pemberian terhadap kadar SGPT. Setelah dilakukan uji toksisitas subkronik baru diketahui bahwa pemberian sediaan uji secara berulang dapat memberikan peningkatan kadar SGPT kepada hewan uji. Berdasarkan pengujian statistik dengan uji analisis variasi dua arah dari data pengujian fungsi ginjal diketahui bahwa kadar kreatinin dipengaruhi secara bermakna oleh dosis (p<0,05). Selain itu interaksi antara faktor lama pemberian dan dosis sediaan uji tidak memberikan pengaruh yang bermakna (p<0,05). Setelah dilakukan uji lanjut Duncan s Multiple Range Test (DMRT) terhadap faktor dosis memang terjadi perbedaan aktivitas kadar kreatinin serum pada kelompok kontrol dan kelompok dosis. Pada penelitian ini nilai kreatinin serum yang 210 Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 03 No. 02 Mei 2017

10 diberi ekstrak menunjukan aktifitas rata rata kreatinin serum yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktifitas rata rata kreatinin serum kontrol. Aktifitas rata rata kreatinin serum yang diberikan sediaan uji meningkat mungkin dikarenakan dosis pemberiaan sediaan uji yang tinggi dan pemberiaan sedian uji yang cukup lama sehingga metabolit metabolit hasil metabolisme sediaan uji terakumulasi di ginjal dan membuat sel sel epitel nefron terluka. Kreatinin serum seharusnya tidak ditemukan pada darah. Kreatinin serum adalah hasil metabolisme pada otot yang seharusnya dikeluarkan dari luar tubuh. Bila sel sel nefron ginjal rusak kreatinin serum yang seharusnya dibuang akan masuk kembali kedalam tubuh dan ikut dalam aliran darah. Tingginya kadar kreatinin serum pada darah merupakan indikasi bahwa terjadinya penurunan fungsi ginjal pada hewan uji. Pada penelitian uji toksisitas sub akut yang telah dilaksanakan sebelumnya dikatakan bahwa aktifitas kreatinin serum berhubungan secara nyata dengan dosis dan lamanya pemberian. Namun pada penilitian uji toksisitas subkronik yang telah dilakukan, lama nya pemberian uji tidak berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin serum. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan kepada hewan uji, maka akan meningkatkan kadar kreatinin serum pada hewan uji. Rasio organ hati juga diamati sebagai parameter pada penelitiaan ini hal ini dikarenakan karena organ hati merupakan organ yang juga sensitif terhadap paparan toxican. Dengan menggunakan uji statistik ANOVA diketahui bahwa tidak adanya hubungan antara lama pemberian sediaan uji terhadap rasio berat hati. Begitu juga terhdap faktor dosis dan interaksi antar keduanya. Dapat dikatakan bahwa sediaan uji tidak berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan berat dari organ hati walaupun bila ditinjau dari kadar SGPT, sediaan uji dapat meningkatkan kadar SGPT. Rasio organ ginjal juga menjadi salah satu parameter pada peneilitian ini. Hasil analisa statistik untuk rasio berat ginjal mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang berarti antara besaran dosis yang diberikan. Begitu juga terhadap lama pemberian maupun interaksi antara lama pemberian dan besaran dosis. Sedangkan pada penelitian sebelumnya dikatakan bahwa peningkatan rasio berat ginjal dipengaruhi oleh faktor lama pemberian. Perbedaan antara hasil ini kemungkinan karena tidak seragam nya berat badan pada penelitian sebelumnya. KESIMPULAN Dosis pemberian fraksi etil asetat kulit buah asam kandis memberikan pengaruh yang bermakna terhadap aktivitas SGPT dan terhadap kadar kreatinin serum mencit putih betina. Lama pemberian tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan kadar kreatinin serum mencit putih betina. Lama pemberian dan dosis pemberian tidak memberikan pengaruh bermakna terhadap rasio berat hati dan ginjal mencit putih betina. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan terutama kepada Universitas Andalas yang telah mendanai penelitian ini melalui Hibah Klaster Riset Guru Besar No 23/UN.16/HKRGB/LPPM/2016, DAFTAR PUSTAKA 1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003). Pneumonia Komuniti: Pedoman Diagnosa dan Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: Departemen Kesehatan. 3. World Health Organization (WHO). Rational Use of Medicines Diakses dari rational_use/en/ Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 03 No. 02 Mei

11 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: Departemen Kesehatan. 5. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun Padang: Dinas Kesehatan. 6. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Jakarta. 7. Bahry, B. (1989). Kesenjangan Peresepan Pada Anak. Prosiding: Kongres Nasional VII Ikatan Farmakologi Indonesia, Yogyakarta Oktober 1989, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. 8. Jukemura, E. M., Burattini, M. N., Pereira, C. A., Braga, A. L., & Medeiros, E. A. (2007). Control of multi-resistant bacteria and ventilator-associated pneumonia: is it possible with changes in antibiotics?. Brazilian Journal of Infectious Diseases, 11(4), Huang, K. T., Tseng, C. C., Fang, W. F., & Lin, M. C. (2010). An early predictor of the outcome of patients with ventilatorassociated pneumonia. Chang Gung Med J, 33(3), Departemen Kesehatan RI. (2009). Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, Jakarta. 11. Suharjono, Y.T, Sumarno, Semedi J. (2009). Studi penggunaan antibiotika pada penderita rawat inap pneumonia (penelitian di sub Departemen Anak Rumkital Dr. Ramelan Surabaya). Majalah Ilmu Kefarmasian, 6(3), Advisedly, A.T., Berawi, M.M. (2014). Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children of 0-59 Month s Old in Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 (Skripsi). Lampung; Faculty of Medicine Lampung University. 13. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika. Jakarta: Kementrian Kesehatan. 14. Darmansjah, I. (2008). Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak. Majalah Kedokteran Indonesia, 58(10). 15. Priyanto. (2009). Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi, Jawa Barat. 16. Jawetz, E. (1984). Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, Edisi 16. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 17. Anonim. (2010). Efek Samping Obat. Yogyakarta: Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 18. Worokarti. (2005). Peran Farmasis Dalam Pengelolaan Penderita Penyakit Infeksi Untuk Mencegah Timbulnya Resistensi Antimikroba. In: Naskah Lengkap Simposium Penyakit Infeksi dan Problema Resistensi Antimikroba. Surabaya: AMRIN Study Group and Infectious Disease Center dan FKUA RSU Dr. Soetomo. hal Ostapchuk, M., Donna, M.R., Richard, H.M.D., (2004). Community-Acquired Pneumoni in Infant and Children, Journal of The American Academy of Family Physicians. 20. Nugroho, F., Pri I.U., Ika Y. (2011). Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Penyakit Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga (Skripsi). Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 21. Kaparang, P.C., Tjitrosantoso, H., & Yamlean, P.V.Y. (2014). Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Antibiotika Pada Pengobatan Pneumonia Anak Di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. DR. R. Kandou Manado Periode Januari-Desember Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(3), Shargel. (1988). Biofarmasetika dan Farmakokinetik Terapan, Edisi. 2, Penterjemah Fasich dan Siti Syamsiah. Surabaya: Penerbit Universitas Airlangga. 23. Dipiro, J.T., Robert, L.T., Gary, C.Y., R.M., Barbara, G.W., Michael Posey. (2011). Pharmacotheraphy; A Pathophysiology approach, Eight Ed. Mc GrawHill Companies. 212 Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol. 03 No. 02 Mei 2017

Kajian Deskriptif Retrospektif Regimen Dosis Antibiotik Pasien Pneumonia Anak di RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Kajian Deskriptif Retrospektif Regimen Dosis Antibiotik Pasien Pneumonia Anak di RSUP. Dr. M. Djamil Padang Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 128-133 Jurnal Sains Farmasi & Klinis (p- ISSN: 2407-7062 e-issn: 2442-5435) diterbitkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia - Sumatera Barat homepage: http://jsfkonline.org

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly,

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly, I. PENDAHULUAN Tumbuhan telah digunakan manusia sebagai obat sepanjang sejarah peradaban manusia. Penggunaan tumbuh-tumbuhan dalam penyembuhan suatu penyakit merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia.

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH

UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh: MUTIA HARISSA No. BP 0811013150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat

I. PENDAHULUAN. tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat I. PENDAHULUAN Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat saat ini berkembang pesat. Oleh karena bahannya yang mudah diperoleh dan diolah sehingga obat tradisional lebih banyak digunakan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan I. PENDAHULUAN Kanker masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia dan menjadi penyebab kematian kelima di Indonesia. Jumlah penderita baru per tahun 5,9 juta di seluruh dunia dan tiga juta

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan kesehatan, namun penggunaan obat tradisional tetap mendapat tempat yang penting bahkan terus berkembang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL BUNGA PEPAYA JANTAN (Carica papaya L.) PADA MENCIT JANTAN SKRIPSI OLEH: FADLY AR RAZI NIM 091501077 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Aktivitas Enzim Alanin Amino Transferase Plasma a. Kurva kalibrasi Persamaan garis hasil pengukuran yaitu : Dengan nilai koefisien relasi (r) = 0,998.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah

I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan terhadap penyakit ringan atau berat dapat dilakukan menggunakan obat sintetis ataupun obat yang berasal dari bahan alam. Namun demikian, beberapa pihak terutama

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK PRODUK HERBAL X SECARA IN VIVO SKRIPSI

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK PRODUK HERBAL X SECARA IN VIVO SKRIPSI UJI TOKSISITAS SUBKRONIK PRODUK HERBAL X SECARA IN VIVO SKRIPSI Skripsi digunakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Diajukan oleh DWI SULISTIYORINI 1108010113

Lebih terperinci

EFEK PROTEKSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI

EFEK PROTEKSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI ABSTRAK EFEK PROTEKSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI (Glycine max L.merr) DETAM-1 DAN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia) TERHADAP UREUM DAN KREATININ TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jamur telah menjadi bahan pengobatan tradisional di daerah oriental, seperti Jepang, Cina, Korea, dan daerah Asia lainnya sejak berabad-abad lalu, (Ooi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI ABSTRAK UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI Ratna octaviani 1310147 Pembimbing I : Rosnaeni, dra., Apt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya mempertahankan kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Toksisitas akut isolat fraksi n-hexana dan etanol daun Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. yang mempunyai aktivitas imunostimulan

Toksisitas akut isolat fraksi n-hexana dan etanol daun Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. yang mempunyai aktivitas imunostimulan Majalah Katrin Farmasi Indonesia, 16(4), 227 231, 2005 Toksisitas akut isolat fraksi n-hexana dan etanol daun Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. yang mempunyai aktivitas imunostimulan The acute toxicity

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK DIBANDINGKAN SIMVASTATIN Jessica Angela Haryanto,

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, TOKSISITAS DAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL DARI EKSTRAK DAUN PULAI (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) SKRIPSI SARJANA KIMIA

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, TOKSISITAS DAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL DARI EKSTRAK DAUN PULAI (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) SKRIPSI SARJANA KIMIA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, TOKSISITAS DAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL DARI EKSTRAK DAUN PULAI (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) SKRIPSI SARJANA KIMIA Oleh ANNISA WULANDARI BP : 1310411025 JURUSAN S1 KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey pada tahun 2007 menyatakan terjadi peningkatan konsumsi MSG, di negara-negara Eropa, rata-rata 0,3-0,5 g/hari sedangkan di Asia dapat mencapai 1,2-1,7 g/hari.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus)

PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus) PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus) THE EFFECT OF PER ORAL APPLICATION OF TAPAK DARA (Vinca sp.) INFUS ON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, penggunaan bahan kimia berbahaya yang marak digunakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Advisedly, Tarigan A, Masykur-Berawi M. Faculty of Medicine Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini sebagian besar masyarakat lebih mempercayai pengobatan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini sebagian besar masyarakat lebih mempercayai pengobatan I. PENDAHULUAN Dewasa ini sebagian besar masyarakat lebih mempercayai pengobatan tradisional dibandingkan pengobatan medis konvensional untuk mengatasi suatu penyakit. Hal ini disebabkan oleh biaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan perubahan-perubahan dalam profil lipid yang terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density

Lebih terperinci

EFEK SUBKRONIS PEMBERIAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI

EFEK SUBKRONIS PEMBERIAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI ABSTRAK EFEK SUBKRONIS PEMBERIAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI (Glycine max L.merr) VARIETAS DETAM-1 DAN DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia) TERHADAP FUNGSI HATI DENGAN PARAMETER SGPT PADA TIKUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian balita tiap tahunnya. Jumlah ini melebihi angka kematian gabungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah

I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang telah dikenal sejak lama dan dimanfaatkan menjadi obat tradisional sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari EFEK TOKSISITS SUBKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT BTNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR* Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sri.adi@unpad.ac.id Intisari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai hasil alam yang berlimpah dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan. Salah satu dari hasil alam

Lebih terperinci

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan telah dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara turun temurun. Hal tersebut didukung dengan kekayaan alam yang

Lebih terperinci

FITA DWI AMIRIA Y

FITA DWI AMIRIA Y UJI TOKSISITAS AKUT BAHAN OBAT HERBAL X DITINJAU DARI NILAI LD 50 SERTA FUNGSI HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH FITA DWI AMIRIA 030405026Y UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi sebagai penyebab kematian di dunia, khususnya di negara-negara berkembang (Anderson et al., 2001;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi

Lebih terperinci

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR)

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR) PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR) SKRIPSI Oleh Febrian Naufaldi NIM 102010101026 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, termasuk Bahan Tambahan Pangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, atau campuran bahan bahan tersebut yang secara tradisional telah

Lebih terperinci

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK BAB 1 PENDAHULUAN Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang berpotensi fatal dan dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan kualitas hidup baik kecacatan maupun kematian. Pada penyakit ginjal

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR SANTON SERTA UJI ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L)

ISOLASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR SANTON SERTA UJI ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) ISOLASI DAN KARAKTERISASI STRUKTUR SANTON SERTA UJI ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) Skripsi Sarjana Kimia OLEH : FAUZI ALFON SURI 07 132 025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 UJI TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL BUNGA PEPAYA JANTAN (Carica papaya L.) PADA MENCIT JANTAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak 20 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober 2009. Pembuatan ekstrak rimpang rumput teki dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati berupa ratusan jenis tanaman obat dan telah banyak dimanfaatkan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit. Namun sampai sekarang

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) Nazmy Maulidha*, Aditya Fridayanti, Muhammad Amir Masruhim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk kesejahteraan manusia. Mikroba endofit merupakan mikrobia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk kesejahteraan manusia. Mikroba endofit merupakan mikrobia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Mikroba endofit merupakan mikrobia yang berasosiasi dengan tumbuhan. Tipe

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre and post test with control group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manfaat berbagai macam tanaman sebagai obat sudah dikenal luas di negara berkembang maupun negara maju. 70-80% masyarakat Asia dan Afrika masih menggunakan

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) Defriana, Aditya Fridayanti, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT OKSALOASETAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari EFEK TOKSISITS SUKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT TNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sumiwi@yahoo.co.id Intisari

Lebih terperinci

Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Tampa Badak (Voacanga foetida (Bl.) K Schum) Terhadap Klirens Kreatinin Mencit Putih (Mus musculus L.

Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Tampa Badak (Voacanga foetida (Bl.) K Schum) Terhadap Klirens Kreatinin Mencit Putih (Mus musculus L. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 1(2), Maret 2013: 52-56 ISSN 52 2302-187X Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 1(2): 52-56 Susanty, et al. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Tampa Badak (Voacanga foetida

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PROFIL FARMAKOKINETIKA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kadar Enzim SGPT dan SGOT Pada Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki Tabel 1. Kadar Enzim SGPT pada mencit betina setelah pemberian

Lebih terperinci

Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol (Eugenia malccensis L.)

Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol (Eugenia malccensis L.) Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol (Eugenia malccensis L.) Helmi Arifin, Novika Maulina, Zet Rizal Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang Abstract The research of acute toxicity of the

Lebih terperinci

ABSTRAK. Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes. ABSTRAK EFEK SAMPING JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR SGPT (SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE) TIKUS JANTAN GALUR Wistar Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Penetapan Dosis Obat Individual Menggunakan Pemrograman Visual Basic.Net Berdasarkan Perhitungan Data Farmakokinetika

Rancang Bangun Aplikasi Penetapan Dosis Obat Individual Menggunakan Pemrograman Visual Basic.Net Berdasarkan Perhitungan Data Farmakokinetika Rancang Bangun Aplikasi Penetapan Dosis Obat Individual Menggunakan Pemrograman Visual Basic.Net Berdasarkan Perhitungan Data Farmakokinetika Ari Usman Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis panicdata Nees) PADA MENCIT

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis panicdata Nees) PADA MENCIT ABSTRAK UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL SAMBILOTO (Andrographis panicdata Nees) PADA MENCIT Elza Sundari, 2003; Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. Pembimbing II : Rosnaeni, Dra., Apt. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuhan. Sekitar 30.000 jenis tumbuhan diperkirakan terdapat di dalam hutan tropis Indonesia. Dari jumlah tersebut, 9.600 jenis

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN PILADANG (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN

UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN PILADANG (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN SCIENTIA VOL. NO., AGUSTUS 1 UJI TOKSISITAS AKUT FRAKSI ETIL ASETAT DAUN PILADANG (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN Mimi Aria, Afdhil Arel, Nella Widya Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) UJI EFEK ANALGETIK, TOKSISITAS AKUT DAN TERTUNDA EKSTRAK ETANOL DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus) ABSTRAK Syilfia Hasti, Elka Yuslinda, Nofri Hendri Sandi, Wan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan sumber terbesar dari produk baru dalam bidang farmasi. Lebih dari itu, jamur memiliki peranan penting dalam pengobatan modern, itu menunjukkan sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa negara-negara di Afrika, Asia dan

Lebih terperinci

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid, BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Secara umum nyeri dibedakan menjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Antibiotik adalah obat yang digunakan sebagai obat anti infeksi,

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Antibiotik adalah obat yang digunakan sebagai obat anti infeksi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Antibiotik adalah obat yang digunakan sebagai obat anti infeksi, penggunaan antibiotik ini menjadi meningkat akibat tingginya kasus infeksi yang terjadi. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat dan kegunaan tanaman obat hanya berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia banyak mengandung berbagai jenis patogen, misalnya bakteri, virus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan darah di atas nilai nomal. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH Dian Pratiwi, Lasmaryna Sirumapea Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam dengan berbagai jenis tumbuhan yang tersebar merata di seluruh daerah. Tuhan menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun... Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),

Lebih terperinci

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet 1 Melvina Afika, 2 Herri S. Sastramihardja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman herbal sudah lama digunakan oleh penduduk Indonesiasebagai terapi untuk mengobati berbagai penyakit. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat berpendapat

Lebih terperinci

UJI HEPATOTOKSISITAS SENYAWA O-(4-NITROBENZOIL)PARASETAMOL PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS)

UJI HEPATOTOKSISITAS SENYAWA O-(4-NITROBENZOIL)PARASETAMOL PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) UJI HEPATOTOKSISITAS SENYAWA O-(4-NITROBENZOIL)PARASETAMOL PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) DONNA KHARISMA NOVITA 2443007030 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2011 ABSTRAK UJI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III-1

BAB III ANALISIS III-1 BAB III ANALISIS 3.1 Data Understanding Phase Pada penelitian ini, data kasus yang digunakan adalah data pasien liver. Data ini dikumpulkan dari timur laut bagian Andhra Pradesh, India. Data pasien liver

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) MUDA DAN TUA TERHADAP JUMLAH JANIN MATI MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER BUNTING AWAL DAN AKHIR Naurah Alzena Hana Dhea, 1210005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi, dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEK FRAKSI

PERBANDINGAN EFEK FRAKSI ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK FRAKSI n-heksana DAN FRAKSI ETIL ASETAT Phyllanthus niruri L HERBA TERHADAP PERSENTASE EOSINOFIL PADA APUS DARAH MENCIT DENGAN DERMATITIS ALERGIKA DAN UJI KUALITATIF SENYAWA AKTIF

Lebih terperinci

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No. 1, 2012, halaman ISSN :

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No. 1, 2012, halaman ISSN : Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No. 1, 2012, halaman 40-43 ISSN : 1410-0177 UJI EFEK ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL, FRAKSI n-heksana DAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN BERINGIN (Ficus benjamina L.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer yang digunakan berupa pengamatan histologis sediaan hati yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik, dan nekrosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu alasan utama pasien datang ke layanan kesehatan adalah karena nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia. Prevalensi nyeri

Lebih terperinci