Nama : Rizki Ananda : Jurusan: Fisika. : Introductory Concepts (konsep pengantar)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Nama : Rizki Ananda : Jurusan: Fisika. : Introductory Concepts (konsep pengantar)"

Transkripsi

1 Nama : Rizki Ananda NIM : Jurusan: Fisika Tugas Mata kuliah : Laser 1 Hal : Introductory Concepts (konsep pengantar) Buku yang digunakan : Principles of Lasers (FIFTH EDITION), Orazio Svelto Polytechnic Institute of Milan and National Research Council Milan, Italy. Translated from Italian and edited by David C. Hanna Southampton University Southampton, England

2 1. Konsep pengantar Dalam bab pendahuluan ini, proses yang mendasar dan ide-ide utama di balik operasi laser yang diperkenalkan dengan cara yang sangat sederhana. Sifat-sifat sinar laser yang juga akan dibahas. Tujuan utama bab ini adalah untuk memperkenalkan pembaca banyak konsep yang akan dibahas nanti, dalam buku, dan karena itu membantu pembaca untuk menghargai organisasi logis dari buku. 1.1 Emisi Spontan dan Emisi Terstimulasi, Penyerapan Untuk menggambarkan fenomena emisi spontan, mari kita perhatikan dua tingkat energi, 1 dan 2, dari beberapa atom atau molekul suatu bahan tertentu, energinya menjadi E1 dan E2. E1 <E2 (Gambar. 1.1a). Sejauh pembahasan berikut yang menyangkut, kedua tingkat tersebut bisa menjadi lebih dari dua himpunan tak terhingga dari tingkat yang dimiliki oleh atom. Hal ini mudah, namun, untuk mengambil level 1 menjadi tingkat dasar. Mari sekarang kita asumsikan bahwa atom pada awalnya di level 2. Karena E2> E1,maka atom akan cenderung meluruh ke tingkat 1. Yang berkaitan dengan perbedaan energi, E2-E1, karena itu harus dikeluarkan oleh atom. Ketika energi ini disampaikan dalam bentuk gelombang elektromagnetik (e.m.), proses akan disebut emisi spontan (atau radiasi). Dengan frekuensi V0 gelombang radiasi kemudian dinyatakan dalam persamaan V0 = (E2 -E1)/h (1.1.1) di mana h adalah konstanta Planck. karena itu emisi spontan ditandai dengan emisi energi foton hv0 = E2 - E1, ketika atom meluruh dari tingkat 2 ke tingkat 1 (Gambar 1.1a). Perhatikan bahwa emisi radiasi adalah salah satu dari dua cara yang mungkin untuk atom meluruh. Peluruhan juga dapat terjadi dengan cara nonradiative. Dalam hal ini perbedaan energy E2- E1 disampaikan dalam beberapa bentuk energi lain selain radiasi e.m (misal, hal itu mungkin masuk ke energi kinetik atau atom internal atau molekul sekitarnya). Fenomena ini disebut peluruhan non-radiasi.

3 Gambar Skema ilustrasi dari tiga proses: (a) emisi spontan, (b) emisi terstimulasi, (c) penyerapan Mari kita anggap bahwa atom pada awalnya di level 2 dan gelombang e.m pada frekuensi V= Vo (yaitu, sama dengan gelombang yang dipancarkan secara spontan) adalah peristiwa pada bahan (Gambar 1.1b). Karena gelombang ini memiliki frekuensi yang sama seperti frekuensi atom, ada suatu probabilitas dimana gelombang ini akan mendorong atom untuk melakukan transisi 2 1. Dalam hal ini perbedaan energi E2- E1 disampaikan dalam bentuk gelombang e.m. yang menambahkan suatu kejadian. Yaitu fenomena emisi terstimulasi. Ada perbedaan mendasar antara proses emisi spontan dan emisi terstimulasi. Dalam kasus emisi spontan, atom memancarkan gelombang e.m yang tidak memiliki fase hubungan pasti dengan yang dipancarkan oleh atom lain. Selanjutnya, gelombang dapat dipancarkan ke segala arah. Dalam kasus emisi terstimulasi, karena proses ini dipaksa oleh peristiwa gelombang e.m, emisi atom pun bertambah fase dalam gelombang yang masuk dengan sepanjang arah yang sama. Mari sekarang kita asumsikan bahwa atom pada awalnya berada di level 1 (Gambar 1.1c). Jika ini adalah permukaan tanah, atom akan tetap pada level ini kecuali beberapa rangsangan dari luar diberikan. Kita akan berasumsi, kemudian, frekuensi gelombang e.m. V= Vo adalah peristiwa atau kejadian pada bahan. Dalam hal ini ada kemungkinan berhingga atau terbatas bahwa atom akan dinaikkan ke level 2. Perbedaan energi E2- E1 yang dibutuhkan oleh atom untuk menjalani transisi diperoleh dari energi gelombang e.m. Hal ini disebut proses penyerapan. Untuk mengenalkan probabilitas pada fenomena emisi dan penyerapan, dimana N adalah jumlah atom (atau molekul) per satuan volume pada waktu t, terletak di tingkat energi tertentu. Mulai sekarang kuantitas N akan disebut tingkat populasi. Untuk kasus emisi spontan, probabilitas untuk proses terjadi dapat didefinisikan dengan menyatakan bahwa tingkat peluruhan dari keadaan populasi atas,. (dn2 / dt) sp, harus proporsional dengan populasi N2. Oleh karena itu dapat kita tulis (1.1.2)

4 Dimana tanda minus menegaskan kenyataan bahwa turunan waktunya negatif. Koefisien A, diperkenalkan dengan konstanta positif dan disebut tingkat emisi spontan atau koefisien Einstein A (ekspresi untuk A sebenarnya pertama diperoleh oleh Einstein dari pertimbangan termodinamika). Kuantitas τsp = 1/A disebut emisi spontan (atau radiasi) masa pakai ( masa hidup). Demikian pula, peluruhan non-radiasi, kita bisa tuliskan (1.1.3) Dimana τnr disebut sebagai masa peluruhan non-radiasi. Perhatikan bahwa, untuk emisi spontan, nilai numerik dari A (dan τnr ) hanya bergantung pada pertimbangan transisi tertentu. Untuk peluruhan non-radiasi, τnr tidak hanya bergantung pada transisi tetapi juga pada karakteristik medium sekitarnya. Kita sekarang dapat melanjutkan, dengan cara yang sama, untuk proses dterstimulasi (emisi atau penyerapan). Untuk emisi terstimulasi kita dapat menulis (1.1.4) Dimana, (dn2 / dt) st adalah tingkat di mana transisi 2 1terjadi sebagai akibat dari emisi terstimulasi and W21 disebut tingkat emisi terstimulasi. Sama seperti dalam kasus A koefisien didefinisikan oleh Persamaan (1.1.2) dengan koefisien W 21 juga memiliki dimensi ( Waktu ) -1. Tidak seperti A, namun, W21 tidak hanya tergantung pada transisi tertentu, tetapi juga pada intensitas gelombang e.m. Lebih jelasnya, untuk gelombang datar, itu akan menunjukkan bahwa kita dapat menulis (1.1.5) dimana F adalah fluks gelombang foton dan σ21 adalah besaran yang memiliki dimensi pada daerah (emisi penampang distimulasi) dan tergantung pada karakteristik transisi

5 yang diberikan. Dengan cara yang sama pada Persamaan. (1.1.4), kita dapat mendefinisikan sebuah Daya Tingkat penyerapan W21 melalui persamaan (1.1.6) dimana. (dn1 / dt )α adalah tingkat transisi 1 2 karena penyerapan dan N1 adalah populasi level 1. Selain itu, seperti pada Persamaan. (1.1.5), kita dapat menulis (1.1.7) Dimana σ12 adalah beberapa area karakteristik (penyerapan penampang), yang hanya bergantung pada transisi tertentu. Pada apa yang baru saja dikatakan, proses distimulasi telah dicirikan oleh emisi dan penyerapan penampang distimulasi, σ 21 dan σ12, masingmasing. Sekarang, hal itu ditunjukkan oleh Einstein pada awal abad kedua puluh yang jika dua tingkat non-terdegenerasi, salah satu selalu memiliki W 21 = W12 dan σ21 = σ12. Jika tingkat 1 dan 2 adalah g1 kali lipat dan g2 kali lipat terdegenerasi, masing-masing sebaliknya (1.1.8) Atau (1.1.9) Perhatikan juga bahwa proses dasar dari emisi spontan, emisi terstimulasi dan penyerapan dapat mudah dijelaskan dalam hal diserap atau dipancarkan foton seperti berikut (lihat Gambar. 1.1). (1) Dalam proses emisi spontan, atom meluruh dari tingkat 2 ke tingkat 1 melalui emisi foton. (2) Dalam proses emisi distimulasi, foton menstimulasi transisi 2 1 dan kemudian kita memiliki dua foton (yang menstimulasi ditambah satu lagi yang distimulasi). (3) Dalam proses penyerapan, foton hanya diserap untuk

6 menghasilkan transisi 1 2. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa setiap proses emisi terstimulasi menciptakan foton sedangkan setiap proses penyerapan melenyapkan atau menghilangkan foton. 1.2 Gagasan Laser Perhatikan dua tingkat energi sembarang 1 dan 2 dari bahan tertentu dan membiarkan N1 dan N2 menjadi masing-masing populasi. Jika gelombang datar dengan fluks foton F yang bepergian sepanjang arah z pada bahan (Gambar 1.2), perubahan unsur, df, pada fluks sepanjang unsur, dz, bahan akan terjadi proses stimulasi dan emisi di daerah yang diarsir pada Gambar Misalkan S adalah luas penampang balok. Perubahan jumlah antara foton keluar dan masuk, dalam volume diarsir per satuan waktu, sehingga akan SdF. Karena setiap proses distimulasi menimbulkan penyerapan menghilangkan foton sementara, SdF harus setara dengan perbedaan antara emisi terstimulasi dan peristiwa penyerapan yang terjadi dalam volume diarsir per satuan waktu. Dari persamaan (1.1.4) dan (1.1.6) Dengan demikian kita dapat menulis SdF =( W21N2- W12N1)(Sdz ) dimana Sdz adalah, tentu, volume daerah yang diarsir. Dengan bantuan Persamaan (1.1.5), (1.1.7) dan (1.1.9) kita peroleh (1.2.1) Perhatikan bahwa, untuk menurunkan persamaan (1.2.1), kita tidak memperhitungkan peluruhan radiasi dan non-radiasi. Bahkan, peluruhan non-radiasi tidak menambahkan foton baru sedangkan foton diciptakan oleh peluruhan radiasi yang dipancarkan ke segala arah dan tidak memberikan kontribusi pada foton fluks masuk F. Persamaan (1.2.1) menunjukkan bahwa materi berperilaku sebagai penguat (yaitu, df / dz> 0) jika N 2 > g2n1 = g1, sementara itu berperilaku sebagai penyerap jika N2 < g2n1 = g1. Sekarang, pada kesetimbangan termal, populasinya dijelaskan oleh statistik Boltzman. Sehingga, jika N1e dan N2e adalah kesetimbangan termal

7 Gambar Perubahan unsur df dalam foton fluks F dari bidang gelombang e.m saat menempuh jarak dz melalui bahan. populasi dari dua tingkat, kita peroleh (1.2.2) di mana k adalah konstan dan T temperatur absolut Boltzmann material. Dalam kesetimbangan termal kita memperoleh Ne2 < g2 Ne1/ g1. Menurut Persamaan (1.2.1), bahan tersebut kemudian bertindak sebagai penyerap pada frekuensi V. Seperti inilah yang terjadi dalam kondisi biasa. Namun, jika kondisi tidak setimbang dapat dicapai,dimana N2 > g2 N1 / g1 maka bahan itu akan bertindak sebagai penguat. Dalam hal ini kita akan mengatakan bahwa ada inversi populasi pada bahan, dimana bahwa ada perbedaan populasi N2- ( g2 N1 / g1 ) adalah berlawanan tanda dengan yang ada di bawah kesetimbangan termodinamika [N2 (g2n1/g1)< 0 ]. Bahan inversi populasi yang diproduksi ini disebut bahan aktif. Jika frekuensi transisi V0 = (E2 - E1 )/kt jatuh di wilayah gelombang mikro, jenis penguat ini disebut penguat maser. Kata maser adalah singkatan untuk "amplifikasi gelombang mikro dengan emisi terstimulasi radiasi." Jika frekuensi transisi jatuh di wilayah optik, penguat disebut penguat laser. kata laser merupakan singkatan, dengan huruf L (cahaya) menggantikan huruf m (gelombang mikro). Untuk membuat osilator dari amplifier, perlu untuk memasukkan umpan balik positif yang sesuai. Di wilayah gelombang mikro ini dilakukan dengan memasang bahan aktif dalam rongga resonan yang memiliki resonansi pada frekuensi V0. Pada kasus laser, umpan balik sering diperoleh dengan menempatkan bahan aktif antara dua cermin

8 pemantul yang tinggi (misalnya bidang cermin paralel, lihat Gambar. 1.3). Dalam hal ini, sebuah bidang gelombang e.m bepergian dalam arah tegak lurus ke cermin akan memantul bolak-balik antara dua cermin dan diperkuat pada setiap bagian melalui bahan aktif. Jika salah satu dari dua cermin dibuat transparan sebagian, sinar keluaran yang digunakan diperoleh dari cermin ini. Hal ini penting untuk disadari bahwa, baik untuk maser dan laser, kondisi ambang batas tertentu harus dicapai. Dalam kasus laser, misalnya, osilasi akan dimulai ketika gain dari bahan aktif memberikan kompensasi atas kehilangan laser (misalnya kehilangan akibat penghubung keluaran). Menurut Persamaan (1.2.1), gain pelewat atau pemasuk dalam bahan aktif (yaitu rasio antara keluaran dan pemasukan fluks foton) adalah exp {σ[n2 (g2n1/g1)/ l } di mana kita memiliki notasi, untuk mempermudah, σ = σ21,, dan di mana l adalah panjang dari bahan aktif. R1 dan R2 menjadi kekuatan atau daya pemantulan dua cermin (Gambar 1.3) dan Li menjadi loss internal tiap melintas dalam rongga laser. Jika, pada waktu tertentu, F adalah fluks foton dalam rongga, meninggalkan cermin 1 dan berjalanan menuju cermin 2, maka fluks foton, F, sekali lagi meninggalkan cermin 1 setelah perjalanan kembali akan menjadi F = F exp {σ[n2-(g2n1/g1)]l } x (1-Li ) R2 x exp {σ[n2-(g2n/g1)]l } x (1-Li)R1. Pada ambang batas kita harus memiliki F = F, dan karena itu R1R2 (1 Li)2 exp {2σ [N2 (g2n1/g1)]l} = 1. Persamaan ini menunjukkan bahwa ambang tersebut tercapai ketika inversi populasi, N = N2-(g2N1/g1), (1.2.3) Gambar Skema laser Istilah sebelumnya dapat dimasukkan ke dalam bentuk yang agak lebih sederhana jika kita definisikan

9 dimana T1 dan T2 adalah dua transmisi cermin (cermin untuk penyerapan kesederhanaan telah diabaikan). Penggantian Persamaan. (1.2.4) dalam Persamaan (1.2.3) memberikan (1.2.5) dimana kita telah mendefinisikan (1.2.6) Perhatikan bahwa kuantitas ϒi, yang didefinisikan oleh Persamaan. (1.2.4c), dapat disebut loss internal rongga logaritmik. Bahkan, ketika Li << 1, salah satu kuantitas ϒ i Li. Demikian pula, karena kedua T1 dan T2 merupakan loss dalam rongga, ϒi dan ϒi, didefinisikan oleh Persamaan (1.2.4a dan b), dapat disebut loss logaritmik dari dua cermin rongga. Dengan demikian, kuantitas ϒ didefinisikan oleh Persamaan. (1.2.6) disebut loss single pass dari rongga. Setelah inversi kritis tercapai, osilasi akan membangun emisi spontan. Foton akan dipancarkan secara spontan sepanjang sumbu rongga, pada kenyataannya, memulai proses amplifikasi. Ini merupakan dasar dari osilator laser, atau laser, karena mudah disebut. Perhatikan bahwa, sesuai dengan arti dari laser singkatan seperti yang dibahas di atas, kata laser untuk memancarkan radiasi terlihat. Kata yang sama, namun, sekarang umum diterapkan ke perangkat lain memancarkan radiasi terstimulasi, baik dalam inframerah, ultraviolet, atau bahkan di wilayah X-ray jauh atau dekat. Untuk lebih spesifik tentang suatu jenis radiasi yang dipancarkan maka biasanya berbicara tentang inframerah, cahaya tampak, ultraviolet atau laser X-ray. 1.3 Skema Pemompaaan Kita sekarang akan membahas permasalahan bagaimana inversi populasi dapat diproduksi dalam bahan tertentu. Sekilas, mungkin terlihat bahwa akan ada kemungkinan untuk mencapai hal ini melalui interaksi bahan dengan gelombang e.m yang cukup kuat, mungkin berasal dari lampu yang cukup intens, pada frekuensi V = Vo. Karena, pada kesetimbangan termal, g1n1 > g2n2g1, penyerapan justru akan mendominasi atas emisi terstimulasi. Gelombang yang masuk akan menghasilkan lebih banyak transisi 1 2 dari transisi 2 1 dan diharapkan akan terselesaikan

10 dengan cara inversi populasi ini. Kita lihat langsung, bahwa sistem tersebut tidak akan bekerja (setidaknya dalam kondisi steady state). Ketika pada kenyataannya kondisi tersebut dicapai seperti g2n2 = g1n1, maka penyerapan dan proses emisi terstimulasi akan memberikan kompensasi satu sama lain dan, menurut Persamaan (1.2.1), bahan selanjutnya akan menjadi transparan. Situasi ini sering disebut dengan istilah kejenuhan tingkat dua. Gambar (a) Tiga-tingkat dan (b) skema Laser empat tingkat. Dengan hanya dua tingkat, 1 dan 2, tidak mungkin untuk menghasilkan inversi populasi.hal ini wajar untuk dipertanyakan apakah mungkin hal ini menggunakan lebih dari dua tingkat himpunan tak terbatas pada tingkat sistem atom tertentu. Sebagaimana yang akan kita lihat, dalam hal ini jawabannya adalah positif, dan kita akan membahas laser tiga tingkat atau laser empat tingkat, tergantung pada jumlah tingkat yang digunakan (Gambar 1.4). Dalam laser tiga tingkat (Gambar 1.4a), atom-atom diperoleh dalam beberapa cara dari tingkat dasar 1 sampai tingkat 3. Jika bahan tersebut sedemikian rupa sehingga, setelah atom sudah dinaikkan ke Tingkat 3, meluruh dengan cepat ke level 2 (mungkin oleh peluruhan nonradiatif yang cepat), ketika inversi populasi dapat diperoleh antara tingkat 2 dan 1. Pada laser empat-tingkat (Gambar 1.4b), atom diperoleh kembali dari tingkat dasar (yang kini kita sebut tingkat ini 0) ke tingkat 3. kemudian atom meluruh dengan cepat ke tingkat 2 (misalnya oleh peluruhan nonradiatif cepat), inversi populasi dapat kembali diperoleh di antara tingkat 2 dan 1. Setelah osilasi dimulai barupa laser tingkat empat, namun atom kemudian akan ditransfer ke Tingkat 1, melalui emisi terstimulasi. Untuk gelombang kontinu (disingkat cw) karena itu perlu pengoperasian bahwa transisi 1 0 juga harus lebih cepat (biasanya terjadi oleh peluruhan nonradiatif cepat). Kita baru saja melihat bagaimana menggunakan tiga atau empat tingkat dari bahan tertentu untuk menghasilkan inversi populasi. Apakah sistem akan bekerja dalam skema tiga atau empat tingkat (ataukah semua akan bekerja!) Tergantung pada bagaimana

11 semua kondisi yang diberikan di atas terpenuhi. Kita tentu saja bertanya mengapa kita harus repot-repot dengan skema empat tingkat ketika skema tiga tingkat merupakan cara yang cocok untuk menghasilkan inversi populasi. Jawabannya adalah bisa saja, secara umum, untuk menghasilkan inversi populasi jauh lebih mudah dengan laser empat tingkat dibandingkan laser tiga tingkat. Untuk melihat ini, kita mulai dengan memperhatikan perbedaan energi antara berbagai tingkatan (Gambar 1.4) biasanya jauh lebih besar daripada kt. Menurut statistik Boltzmann [lihat, misalnya, Persamaan (1.2.2)] kita dapat mengatakan bahwa pada dasarnya semua atom adalah awal (yaitu, pada kesetimbangan) di tingkat dasar. Jika Nt sebagai kerapatan atom dalam bahan, dari kasus tiga tingkat maka semua berada di tingkat 1. Mari kita mulai menaikkan atom dari tingkat 1 ke tingkat 3. Atom kemudian akan meluruh ke tingkat 2 dan, jika peluruhan ini cukup cepat, tingkat 3 akan tetap atau kosong. sekarang kita asumsikan, untuk memudahkan, bahwa dua tingkat dapat berupa non-degenerasi (yaitu g1 = g2 = 1) atau memiliki degenerasi yang sama. Kemudian, menurut Persamaan (1.2.1), penyerapan loss akan dikompensasi oleh kenaikan ketika N2 = N1. Dari hal ini, setiap atom yang dinaikkan maka akan memberikan kontribusi untuk inversi populasi. Dalam laser empat-tingkat, namun karena tingkat 1 juga kosong, setiap atom yang telah diangkat ke tingkat 2 segera menghasilkan inversi populasi. pembahasan di atas menunjukkan bahwa, jika memungkinkan, kita sebaiknya mencari bahan yang dapat dioperasikan sebagai empat-tingkat ketimbang sebuah sistem tiga-tingkat. Penggunaan lebih dari empat tingkat tentu saja mungkin juga. Perlu dicatat bahwa istilah " laser empat-tingkat " digunakan untuk setiap Laser di mana laser tingkat rendah pada dasarnya kosong, terutama berada di atas tingkat dasar dengan berbagai kt. Jadi, jika level 2 dan level 3 adalah tingkat yang sama, Maka skema tingkatan akan digambarkan sebagai " empat - tingkat " seperti pengertian di atas, Disaat hanya memiliki tiga tingkat! berdasarkan Kasus skema " empat - tingkat " yang ada. Hal ini juga harus dicatat bahwa, baru-baru ini, yang disebut laser quasi - tiga tingkat juga menjadi kategori laser yang sangat penting. Dalam hal ini, tingkat dasar terdiri dari banyak sub tingkatan, tingkat laser yang rendah menjadi salah satu sub tingkatan ini. Oleh karena itu, skema Gambar. 1.4b masih bisa diterapkan untuk laser quasi - tiga tingkat dengan pengertian bahwa tingkat 1 adalah subtingkatan dari tingkat dasar dan tingkat 0 adalah sub tingkat terendah dari permukaan tanah (Ground level ). Jika semua sub tingkatan keadaan dasar digabungkan, mungkin proses peluruhan non radiasi sangat cepat, maka populasi dari sub tingkatan ini akan selalu berada dalam kesetimbangan termal. lebih lanjut,mari kita mengasumsikan bahwa energy pemisahan antara level 1 dan level 0 ( lihat Gambar. 1.4b ) sebanding dengan kt. Kemudian, menurut persamaan ( ), akan selalu ada beberapa populasi yang terdapat di laser tingkat rendah dan sistem laser akan berjalan pada tingkat tengah antara laser tiga tingkat dan laser empat - tingkat.

12 Proses di mana atom dinaikkan dari tingkat 1 ke tingkat 3 ( dalam skema tiga tingkat ), dari 0 sampai 3 ( dalam skema empat - tingkat ), atau dari tingkat dasar ke tingkat 3 ( di Skema kuasi-tiga-tingkat ) dikenal sebagai pemompaan (pumping). Ada beberapa cara di mana proses ini dapat direalisasikan dalam praktek, misalnya, pada intensitas lampu yang cukup atau dengan mengalirkan listrik di medium. Kita mengacu pada Bab 6 untuk pembahasan yang lebih rinci dari berbagai proses pemompaan. kita catat di sini, bagaimanapun, bahwa, jika pemompaan tingkat atas kosong, di mana laser tingkat atas menjadi populasi oleh pemompaaan,.(dn2/dt)p, secara umum dapat ditulis sebagai (dn2/dt)p = WpNg dimana Wp adalah tingkat yang cocok untuk menggambarkan proses pemompaan dan Ng Adalah populasi tingkat dasar baik untuk laser s tiga - tingkat atau empat - tingkat, untuk kuasi tiga tingkat, dapat digunakan menjadi total populasi untuk semua sub tingkatan keadaan dasar. Walau bagaimanapun, kita akan berkonsentrasi pada pembahasan kita terutama pada laser empat tongkat atau laser quasi - tiga tingkat. Kasus yang paling penting dari tiga tingkat laser, pada kenyataannya, adalah laser Ruby, Berdasarkan sejarah penting tentang Laser ( bahwa laser pertama yang pernah dibuat untuk beroperasi ) meskipun tidak begitu banyak digunakan. Bagi sebagian besar laser empat - tingkat dan laser quasi - tiga tingkat digunakan dalam komune (pengelompokan), pada penipisan dan pengosongan tingkat dasar karena proses pemompaan, dapat diabaikan. * kemudian dapat ditulis Ng = konstan dan persamaan sebelumnya dapat ditulis lebih sederhana, seperti (1.3.1) dimana Rp dapat disebut sebagai tingkat pemompaan per satuan volume atau disingkat, laju pompa. untuk mencapai kondisi ambang batas, tingkat pemompaan harus mencapai ambang batas atau nilai kritis, Rcp. pembahasan khusus untuk Rcp akan diperoleh di Bab 6 dan Bab Sifat Laser Beam Radiasi Laser ditandai dengan tingkat yang sangat tinggi (1) monochromaticity, (2) koherensi, (3) arah, dan (4) kecerahan. Untuk sifat ini kelima dapat ditambahkan, * perlu dicatat bahwa, sebagai laser quasi-tiga-tingkat sangat dekat dengan laser murni tingkat-tingkat, bahwa asumsi perubahan populasi keadaan dasar diabaikan oleh proses pemompaan akhirnya tidak dibenarkan.perlu dicatat juga bahwa pada serat laser, di mana pemompaan sangat intens mudah dicapai, keadaan dasar hampir sepenuhnya dapat dikosongkan. yaitu, ( 5 ) durasi waktu singkat. Hal ini mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan pulsa cahaya yang sangat singkat, properti yang meskipun mungkin kurang mendasar, bagaimanapun sangat penting. sekarang kita akan mempertimbangkan sifat ini dalam seberapa detil.

13 monochromaticity Secara singkat, kita dapat mengatakan bahwa properti ini merupakan dua situasi berikut : ( 1 ) Hanya Sebuah gelombang e.m pada frekuensi V0 diberikan oleh ( ) dapat diperkuat. ( 2 ) karena pengaturan dua cermin membentuk rongga resonan, osilasi dapat terjadi hanya pada frekuensi resonansi rongga ini. Keadaan yang terakhir mengarah kelebar garis laser yang jauh dan kecil atau sempit ( sebanyak sepuluh kali lipat! ) daripada lebar garis transisi 2 1 seperti yang diamati dalam emisi spontan koherensi Untuk urutan pertama, untuk setiap gelombang e.m, diperkenalkan dua konsep koherensi, yaitu, spasial dan temporal koherensi. Untuk menentukan koherensi spasial, mari kita perhatikan dua poin P1 dan P2 bahwa, pada saat t = 0, letak yang sama pada gelombang depan diberikan gelombang e.m dan misalkan E1(t) dan E2(t) medan listrik akan sesuai pada dua titik ini. Menurut definisi, perbedaan antara fase dua medan pada waktu t= 0 adalah nol. Sekarang, jika perbedaan ini tetap nol setiap saat t > 0, kita akan mengatakan bahwa ada koherensi sempurna antara dua titik. Jika hal ini terjadi untuk dua titik dari gelombang e.m yang depan, kita akan mengatakan bahwa gelombang memiliki koherensi spasial yang sempurna. Dalam prakteknya, untuk setiap titik P1, P2 titik harus terletak dalam beberapa daerah terbatas di sekitar P 1 jika kita ingin mendapatkan fase korelasi yang baik. Dalam hal ini kita akan mengatakan bahwa gelombang memiliki koherensi spasial parsial dan, untuk setiap titik P, kita bisa mengetahui daerah koherensi ditetapkan sesuai Sc(P). Untuk menentukan koherensi temporal, sekarang kita anggap medan listrik dari gelombang e.m diberikan pada titik P, pada waktu t dan t + τ. Jika, untuk waktu tunda tertentu τ, Perbedaan fasa antara dua medan tetap sama untuk setiap waktu t, kita akan mengatakan bahwa ada koherensi sementara selama waktu τ. Jika hal ini terjadi untuk setiap nilai τ, gelombang E.m dikatakan memiliki waktu koherensi yang tepat. Jika hal ini terjadi untuk waktu tunda τ sehingga 0 < τ < τ 0, gelombang akan dikatakan memiliki koherensi temporal yang parsial, dengan waktu koherensi sama dengan τ 0. Sebuah contoh dari gelombang e.m dengan waktu koherensi sama τ 0ditunjukkan pada Gambar Angka ini menunjukkan listrik bidang sinusoidal mengalami fase acak melompat pada interval waktu sama dengan τ 0. Kita melihat bahwa konsep koherensi temporal, setidaknya dalam kasus ini, berhubungan langsung dengan yang monochromaticity.kita akan melihat kenyataannya di Bab 11, setiap gelombang e.m. stasioner dengan waktu koherensi τ 0memiliki lebar garis ΔV 1/τ0.. Dalam masalah yang sama juga akan menunjukkan bahwa, non - stasioner tetap berulang-ulang mereproduksi beam ( misalnya, berulang-ulang Q -switched atau sinar laser modus - terkunci ) waktu koherensi tidak terkait dengan kebalikan dari osilasi lebar garis ΔV dan mungkin sebenarnya jauh lebih lama dari 1 / ΔV.

14 Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa dua konsep temporal dan spasial koherensi adalah memang independen satu sama lain. Bahkan, contoh-contoh dapat diberikan dari gelombang yang memiliki koherensi spasial sempurna tapi koherensi temporal hanya terbatas ( atau sebaliknya ). Jika, misalnya, gelombang ditunjukkan pada Gambar. 1,5 adalah untuk mewakili medan listrik pada titik-titik P1 dan P2 separti yang dianggap sebelumnya, Gambar Contoh gelombang e.m. dengan waktu koherensi sekitar τ0. gelombang koherensi spasial antara dua titik akan memiliki koherensi temporal yang terbatas. Kita menyimpulkan bagian ini dengan menekankan bahwa konsep koherensi spasial dan temporalhanya memberikan gambaran orde pertama laser koherensi. sifat koherensi Orde tinggi sebenarnya akan dibahas dalam Bab 11. pembahasan semacam ini penting apresiasi penuh dari perbedaan antara sumber cahaya biasa dan laser. Ini akan ditampilkan dalam kenyataan bahwa, berdasarkan perbedaan antara tingkat tinggi yang sesuai sifat koherensi, sebuah sinar laser secara fundamental berbeda dari sumber cahaya biasa directionality Properti ini merupakan konsekuensi langsung dari fakta bahwa media aktif ditempatkan dalam rongga resonan. Dalam kasus satu bidang sejajar Gambar. 1.3, misalnya, gelombang menyebarhanya dalam arah orthogonal ke cermin ( atau dalam arah yang sangat dekat) dapat berkelanjutan dalam rongga. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam sifat directional laser beam ( atau, pada umumnya, setiap gelombang em ), akan lebih mudah dianggap secara terpisah, kasus beam dengan koherensi spasial sempurna dan kasus koherensi spasial parsial.

15 Mari kita anggap kasus koherensi spasial yang sempurna. Bahkan untuk kasus ini, seberkas celah terbatas memiliki perbedaan karena difraksi. Hal ini dapat dipahami dengan bantuan Gambar 1.6, di mana intensitas sinar monokromatik seragam dan bidang gelombang depan diasumsikan pada peristiwa layar S terdapat celah D. Menurut prinsip Huyghens gelombang depan di beberapa bidang P di belakang layar dapat diperoleh dari superposisi gelombang dasar yang dipancarkan oleh setiap titik dari celah. Sehingga kita melihat bahwa, karena ukuran celah D terbatas, beam memiliki perbedaan terbatas Өd. Nilainya dapat diperoleh dari teori difraksi. Untuk distribusi amplitudo kita mendapatkan (1.4.1) Gambar Divergensi sebuah bidang gelombang e.m akibat difraksi di mana λ dan D adalah panjang gelombang dan diameter beam. Faktor β adalah koefisien numerik urutan kesatuan yang nilainya tergantung pada bentuk distribusi amplitudo dalam kedua perbedaan dan diameter beam didefinisikan. beam yang divergensi dapat dinyatakan dalam Persamaan ( ) yang digambarkan sebagai difraksi terbatas. Jika gelombang hanya memiliki koherensi spasial parsial, perbedaan akan lebih besar dari nilai minimum yang ditetapkan oleh difraksi. Memang, untuk setiap titik P gelombang depan, argumen Huygens ' Gambar. 1,6 hanya dapat diterapkan untuk poin terletak dalam S c koherensi sekitar daerah titik P. Daerah koherensi bertindak sebagai celah pembatas untuk gelombang superposisi koheren dasar. sekarang sinar divergensi akan diberikan oleh (1.4.2)

16 β adalah koefisien numerik dari urutan kesatuan yang nilainya tergantung pada cara divergensi dan Sc didefinisikan daerah koherensi. kita menyimpulkan permasalahan umum ini sifat directional gelombang e.m dengan menunjukkan bahwa, mengingat kondisi operasi yang sesuai, berkas output dari laser dapat dibuat difraksi terbatas kecerahan Kita mendefinisikan sumber kecerahan gelombang e.m tertentu sebagai daya yang dipancarkan per unit luas permukaan per satuan sudut yang solid. Untuk lebih tepat, ds menjadi luas permukaan elemental di titik O dari sumber (Gambar 1.7A ). daya dp dipancarkan oleh ds menjadi sudut dω sekitar arah OO dapat ditulis sebagai (1.4.3) Dimana Ө adalah sudut antara OO dan n normal ke permukaan. Perhatikan bahwa faktor cos hanya timbul dari kenyataan bahwa kuantitas fisik penting bagi emisi sepanjang Arah OO adalah proyeksi ds di bidang ortogonal terhadap arah OO, yaitu cos ds. Jumlah B ditentukan melalui Persamaan. ( ) disebut sumber kecerahan pada titik O diarah OO. Kuantitas ini umumnya akan tergantung pada koordinat polar Ө dan φ dari arah OO dan pada titik O. Ketika B konstan, sumber dikatakan isotropik ( atau sumber Lambertian ). Mari kita anggap bahwa daya sinar laseradalah P, dengan penampang lingkaran diameter D dan dengan perbedaan (Gambar 1.7b ) karena biasanya cos sangat kecil, maka cos 1 karena

17 Gambar ( a) Permukaan Kecerahan pada titik O untuk sumber gelombang e.m umum ( b ) Kecerahan sinar laser dari diameter D dan divergensi Ө. daerah beam adalah sama dengan πd2 =4 dan emisi sudut benda πө2, maka, menurut persamaan ( ), kita memperoleh beam kecerahan sebagai (1.4.4) Perhatikan bahwa, jika beam difraksi terbatas,maka Ө = Өd dan dengan bantuan persamaan ( ), kita peroleh dari Persamaan ( ) (1.4.5) yang merupakan kecerahan maksimum denangan sinar beam P dapat diperoleh. Kecerahan adalah parameter yang paling penting dari sebuah sinar laser dan, secara umum, dari sumber cahaya. Untuk menggambarkan hal ini pertama-tama kita ingat bahwa, jika kita membentuk sebuah gambar dari sumber cahayamelalui sistem optik yang diberikan dan jika kita berasumsi bahwa objek dan gambar berada dalam medium yang sama ( misalnya udara ), maka properti berikut ini berlaku : kecerahan gambar selalu kurang dari atau sama dengan yang dari sumbernya, kesetaraan ketika sistem optik menyediakan pencitraan loss kecil dari cahaya yang dipancarkan oleh sumber. Untuk lebih pentingnya menggambarkan kecerahan, mari kita perhatikan beam pada Gambar. 1.7b, memiliki perbedaan sama dengan θ, yang akan difokuskan oleh lensa panjang fokus f. kita hitung intensitas puncak beam di bidang fokus lensa (Gambar 1.8a ). Untuk membuat perhitungan ini kita ingat bahwa beam dapat didekomposisi menjadi satu set bidang gelombang dengan penyebaran sudut sekitar arah propagasi. Dua gelombang itu, membuat sudut Ө ditunjukkan dengan benda dan garis putus-putus, pada Gambar. 1.8b. Dua beam masing-masing akan difokuskan ke tempat berbeda pada bidang fokus, untuk sudut kecil Ө, dua tempat yang melintang dipisahkan oleh jarak r = fө. Karena penyebaran sudut dari bidang gelombang yang membentuk beam.(gambar. 1.8a ) adalah sama dengan perbedaan beam, Kita sampai pada kesimpulan bahwa diameter d, dari Titik api ( titik pusat lensa) pada Gambar. 1.8a kira-kira sama dengan d = 2fӨ. Untuk ideal loss kecil,

18 keseluruhan daya lensa di bidang fokus sama dengan P, dari gelombang yang masuk. dengan demikian Intensitas puncak di bidang fokus Ip = 4P/ πd2 = P/ π (fө)2. Dalam hal kecerahan beam, menurut persamaan ( ) kita kemudian memiliki l p = (4/π)B(D/f)2. dimana Ip meningkat dengan meningkatnya beam. Gambar ( a) distribusi Intensitas pada bidang lensa fokus untuk sinar divergensi Ө. ( b ) dekomposisi dari gelombang bidang balok. diameter D. Nilai maksimum Ip kemudian dicapai ketika D dibuat sama dengan diameter lensa DL. Dalam hal ini kita peroleh (1.4.6) dimana N.A = sin [ tan-1 ( DL / f ] ( DL / f ) adalah celah lensa numerik. kemudian Persamaan ( ) menunjukkan bahwa, untuk celah numerik yang diberikan, puncak intensitas pada bidang fokus lensa hanya bergantung pada kecerahan beam. Daya sebuah sinar laser biasa sedang (misalnya beberapa miliwatt ) memiliki kecerahan yang beberapa kali lipat lebih besar dari sumber-sumber konvensional terang (lihat, misalnya, masalah 1.7 ). Hal ini terutama karena sifat sinar laser sangat terarah. Menurut persamaan ( ), ini berarti bahwa intensitas puncak dihasilkan di bidang fokus lensa, beberapa urutan besarnya lebih besar untuk sinar laser dibandingkan dengan sumber konvensional. Dengan demikian intensitas sinar laser terfokus dapat mencapai nilai yang sangat besar, sebuah fitur yang dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi laser Durasi Waktu Singkat

19 kita hanya menyebutkan teknik cara khusus yang disebut penguncian modus, adalah untuk menghasilkan pulsa cahaya yang durasi kira-kira sama dengan kebalikan dari lebar garis transisi 2 1. Jadi, dengan laser gas, yang memiliki lebar garis relatif sempit, mungkin lebar pulsa ~ ns. Jangka waktu pulsa tersebut tidak dianggap sangat singkat dan memang bahkan beberapa flashlamps dapat memancarkan pulsa cahaya dengan durasi agak kurang dari 1 ns. Di sisi lain, lebar garis beberapa solid state dan laser cair dapat menjadi kali lebih besar dari laser gas, dan, dalam hal ini, banyak pulsa lebih pendek dapat dihasilkan ( turun ke ~ 10 fs ). Ini membuat kemungkinan baru yang menarik untuk penelitian laser dan aplikasi. Perhatika properti durasi waktu singkat, yang berarti konsentrasi energi dalam waktu bisa dalam arti tertentu, harus dianggap sebagai mitra dari monochromaticity, yang berarti Konsentrasi energi dalam panjang gelombang. Durasi waktu singkat akan dianggap sebagai properti kurang mendasar daripada monochromaticity. Padahal pada prinsipnya semua laser bisa dibuat sangat monokromatik, hanya laser dengan lebar garis luas, yaitu solid state dan laser cair, dapat menghasilkan pulsa durasi waktu yang sangat singkat. 1.5 Jenis Laser sejauh ini berbagai jenis laser telah dikembangkan, menampilkan berbagai parameter fisik dan operasional. Memang, jika laser ditandai sesuai dengan keadaan fisik material aktif, satu menggunakan deskripsi state, cair gas, atau laser padat. Sebuah kasus yang agak khusus adalah di mana bahan aktif terdiri dari elektron bebas, di kecepatan relativistik, melewati periodik medan magnet spasial ( laser elektron bebas ). Jika laserdicirikan oleh panjang gelombang dari radiasi yang dipancarkan, satu mengacu pada laser inframerah,laser terlihat, UV dan X - ray laser. Panjang gelombang yang sesuai dapat berkisar dari 1mm ( yaitu gelombang milimeter ) ke 1 nm ( yaitu untuk batas atas X - ray ). Rentang di panjang gelombang sehingga dapat difaktorkan 106 ( kita ingat bahwa kisaran rentang cahaya tampak kurang dari 2 faktor, kira-kira nm). Kekuatan output bahkan lebih besar dari nilainilai. Untuk laser cw, tipikal dayanya dalam mw, laser digunakan untuk sumber sinyal ( misalnya untuk komunikasi optik atau bar-code scanner ), hingga laser puluhan kw digunakan untuk bekerja meterial, ke beberapa MW (sejauh 5MW) laser digunakan untuk beberapa aplikasi militer ( misalnya untuk pengarah energi senjata ). Untuk pulsa laser daya puncak bisa jauh lebih tinggi daripada laser cw dan dapat mencapai nilai setinggi 1 PW (10 15 W )! Sekali lagi untuk pulsa laser, pulsa durasinya dapat bervariasi dari tingkat ms,laser beroperasi di disebut freerunning Rezim ( yaitu tanpa Q -switching atau mode -locking elemen dalam rongga ) sekitar 10 fs (1fs = 1015 s ) untuk beberapa modus laser terkunci. Dimensi fisik juga dapat sangat bervariasi. Dalam hal panjang rongga, misalnya, panjangnya bisa sekecil ~1 μm untuk laser terpendek hingga beberapa km untuk terpanjang ( misalnya panjang laser 6,5 km, yang didirikan pada sebuah gua untuk studi geodesi ).

20 berbagai parameter fisik atau operasi mewakili kedua kekuatan dan kelemahan. Sejauh aplikasi yang bersangkutan ini menawarkan berbagai parameter potensial besar dalam beberapa bidang ilmu dasar dan terapan. Di sisi lain, dalam hal pasar, penyebaran perangkat yang sangat luas yang berbeda dan sistem dapat menjadi kendala untuk massa produksi dan terkait dengan harga. 1.6 Organisasi buku Organisasi buku ini didasarkan pada kenyataan bahwa, seperti yang ditunjukkan dalam permasalahan sejauh ini, laser dapat dianggap terdiri dari tiga unsur : ( 1 ) bahan aktif, ( 2 ) skema memompa, ( 3 ) resonator. Dengan demikian, dua bab berikutnya berurusan dengan interaksi radiasi dengan materi, mulai dari kasus yang paling sederhana, yaitu atom atau ion pada dasarnya situasi terisolasi, (Bab 2 ), terjadi kasus-kasus yang lebih rumit, yaitu molekul dan semikonduktor, (Bab 3 ). Sebagai pengantar resonator optik, Bab berikutnya (Bab 4 ) menganggap beberapa topik yang berkaitan dengan ray dan propagasi gelombang khususnya elemen optic seperti ruang bebas, media lensa seperti optical, Fabry - Perot interferometer dan pelapis multilayer dielektrik. Bab 5 kemudian berurusan dengan teori resonator optik sedangkan Bab berikutnya (Bab 6 ) berkaitan dengan proses pemompaan. Konsep ini diperkenalkan di bab kemudian digunakan dalam dua bab berikutnya (Bab 7 dan 8 ) di mana teori dikembangkan untuk gelombang kontinu dan perilaku laser yang sementara, masing-masing. Teori ini didasarkan pada pendekatan terendah, yaitu menggunakan pendekatan persamaan laju.,pada kenyataannya, kita mampu menggambarkan sebagian karakteristik laser. Jelas, laser berdasarkan jenis media aktif memiliki perbedaan yang signifikan dalam karakteristik mereka. Jadi, dua bab berikutnya ( Bab 9 dan 10 ) membahas sifat karakteristik dari sejumlah jenis laser. Demikian bab 9 meliputi kristal ionik, pewarna dan semikonduktor laser, ini memiliki jumlah fitur yang sama,sementara bab 10, gas, kimia dan elektron bebas laser. Pada dasarnya, pembaca harus memperoleh pemahaman yang cukup tentang perilaku laser untuk lanjut ke studi sifat dari berkas output ( koherensi, monochromaticity, kecerahan, kebisingan ). properti yang dibahas dalam bab 11. Akhirnya, tema bab 12 didasarkan pada kenyataan bahwa, sebelum digunakan, sinar laser umumnya berubah dalam beberapa cara. Ini termasuk : ( 1 ) transformasi spasial beam karena propagasi misalnya sistem lensa, (2 ) transformasi amplitudo akibat melewati sebuah penguat, (3 ) panjang gelombang transformasi, atau konversi frekuensi, melalui sejumlah fenomena nonlinear (generasi harmonik kedua, proses parametrik ), (4 ) dengan waktu transformasi misalnya kompresi pulsa.

21

LASER (LIGHT AMPLIFICATION BY STIMULATED EMISSION OF RADIATION)

LASER (LIGHT AMPLIFICATION BY STIMULATED EMISSION OF RADIATION) LASER (LIGHT AMPLIFICATION BY STIMULATED EMISSION OF RADIATION) INTERAKSI CAHAYA DENGAN MATERIAL. ABSORPSI, EMISI SPONTAN DAN EMISI TERSTIMULASI Pandang suatu sistem dengan dua-tingkatan energi E dan E

Lebih terperinci

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN JURUSAN FISIKA NAMA : HERLIN TARIGAN NPM :

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN JURUSAN FISIKA NAMA : HERLIN TARIGAN NPM : PRINSIP KERJA LASER NAMA : HERLIN TARIGAN NPM : 140310090029 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012 OUTLINE PENDAHULUAN PENGERTIAN INTERAKSI CAHAYA DENGAN

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

MODEL ATOM DALTON. Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan

MODEL ATOM DALTON. Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan MODEL ATOM MODEL ATOM DALTON Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan MODEL ATOM DALTON Konsep Model Atom Dalton : 1. Setiap benda (zat)

Lebih terperinci

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam RADIASI BENDA HITAM Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam Teori Benda Hitam Jika suatu benda disinari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Sinar Sinar merupakan berkas sempit sempit cahaya yang diidealkan. Sinar dapat digunakan untuk menjelaskan dua aspek penting mengenai perambatan cahaya yakni pemantulan

Lebih terperinci

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan Getaran Teredam Dalam Rongga Tertutup pada Sembarang Bentuk Dari hasil beberapa uji peredaman getaran pada pipa tertutup membuktikan bahwa getaran teredam di dalam rongga tertutup dapat dianalisa tidak

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M0207025 Di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari An introduction by Heinrich Kuttruff Bagian 6.6 6.6.4 6.6 Penyerapan Bunyi Oleh

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas

Lebih terperinci

Pembuatan Model Laser Nd-YAG Gelombang Kontinyu Daya Rendah

Pembuatan Model Laser Nd-YAG Gelombang Kontinyu Daya Rendah JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 3, NOMOR 2 JUNI 2007 Pembuatan Model Laser Nd-YAG Gelombang Kontinyu Daya Rendah Muchiar Pusat Penelitian Fisika - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kawasan Puspiptek,

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi 1 A. PENGERTIAN Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah

Lebih terperinci

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi

Lebih terperinci

BAB V RADIASI. q= T 4 T 4

BAB V RADIASI. q= T 4 T 4 BAB V RADIASI Radiasi adalah proses perpindahan panas melalui gelombang elektromagnet atau paket-paket energi (photon) yang dapat merambat sampai jarak yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA NAMA : ST MANDARATU NIM : 15B08044 KD 3.1 KD 4.1 : Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahayadalam tekhnologi : merencanakan dan melaksanakan percobaan interferensi

Lebih terperinci

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax. 022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id HANDOUT

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

Hal tersebut mencerminkan ide inti atom bagaimana laser dapat bekerja. Setelah elektron bergerak ke orbit energi yang lebih tinggi, pada akhirnya

Hal tersebut mencerminkan ide inti atom bagaimana laser dapat bekerja. Setelah elektron bergerak ke orbit energi yang lebih tinggi, pada akhirnya JENIS-JENIS LASER Sebelum menjelaskan jenis-jenis laser maka alangkah baiknya mengenal dahulu bagaimana dari sebuah laser itu bekerja. Dasar dari sebuah atom sifat atom adalah terus bergerak. Mereka terus

Lebih terperinci

ACOUSTICS An Introduction Book of : Heinrich Kuttruff

ACOUSTICS An Introduction Book of : Heinrich Kuttruff ACOUSTICS An Introduction Book of : Heinrich Kuttruff Translate by : Setyaningrum Ambarwati M 0207014 Fisika-UNS Halaman 79-86 5.5 Dipol Sebagai contoh pertama dari sumber suara direktif kita menganggap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kisi Difraksi Kisi difraksi adalah suatu alat yang terbuat dari pelat logam atau kaca yang pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar. Suatu

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan

Lebih terperinci

FONON I : GETARAN KRISTAL

FONON I : GETARAN KRISTAL MAKALAH FONON I : GETARAN KRISTAL Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat Disusun Oleh: Nisa Isma Khaerani ( 3215096525 ) Dio Sudiarto ( 3215096529 ) Arif Setiyanto ( 3215096537

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET

MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET 1. Tujuan a. Merangkai Interferometer Michelson Morley dan Mach Zehnder b. Menggunakan Interferometer Michelson Morley dan Mach Zehnder untuk meneliti dan memahami

Lebih terperinci

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi.

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi. Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi. KELOMPOK 2 Anggota : Amry Priswanto 135090807111001 Achmad Ainul Yaqin 135090301111014 Aulia Ainur Rohmah 135090301111028 Talitha Dea Ambarwati

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gelombang Bunyi Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi sebagai hasil dari fluktuasi tekanan karena perapatan dan perenggangan dalam media elastis. Sinyal

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelombang Gelombang adalah gangguan yang terjadi secara terus menerus pada suatu medium dan merambat dengan kecepatan konstan (Griffiths D.J, 1999). Pada gambar 2.1. adalah

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI DASAR-DASAR OPTIKA Oleh: Dr. Ida Hamidah, M.Si. JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI OUTLINE Pendahuluan Optika Klasik Optika Modern Pendahuluan Optika adalah ilmu yang menjelaskan kelakuan dan sifat-sifat

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI 1. EKSITASI ATOMIK 2. SPEKTRUM EMISI HIDROGEN 3. DERET SPEKTRUM HIDROGEN 4. TINGKAT ENERGI DAN

Lebih terperinci

BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI

BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI BAB 5. PROPERTIS FISIK BUNYI Definisi: Suara - gangguan yang menyebar melalui bahan elastis pada kecepatan yang merupakan karakteristik dari bahan tersebut. Suara biasanya disebabkan oleh radiasi dari

Lebih terperinci

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut.

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. 1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Rentang hasil pengkuran diameter di atas yang memungkinkan adalah. A. 5,3 cm sampai dengan 5,35 cm

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB

FISIKA MODERN. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB FISIKA MODERN Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika,, FMIPA, IPB 1 MANFAAT KULIAH Memberikan pemahaman tentang fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui fisika klasik Fenomena alam yang berkaitan

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 1 BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK.1 Gelombang Elektromagnetik Energi gelombang elektromagnetik terbagi sama dalam bentuk medan magnetik dan medan listrik. Maxwell menyatakan bahwa gangguan pada gelombang

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laser merupakan singkatan dari Light Aplification by Stimulated Emission of Radiation, yaitu terjadinya proses penguatan cahaya oleh emisi radiasi yang terstimulasi. Menurut sejarah,

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Spektrum Gelombang Elektromagnetik (Young & Freedman, 2008)

Gambar 2.1. Spektrum Gelombang Elektromagnetik (Young & Freedman, 2008) 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Gelombang Elektromagnetik Gelombang merupakan getaran yang merambat secara kontinu dengan bentuk yang tetap pada kecepatan konstan secara periodik. Dalam gejala penyerapan,

Lebih terperinci

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik GELOMBANG II 1 MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Refleksi, Refraksi, Interferensi gelombang optik Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik 1 Sifat-sifat gelombang

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

MGMP FISIKA - SMA DKI

MGMP FISIKA - SMA DKI DINAS PENDIDIKAN PROPINSI DKI JAKARTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMA MGMP FISIKA - SMA DKI PAKET B TRY OUT UJIAN NASIONAL SMA 2016 / 2017 PROVINSI DKI JAKARTA Mata Pelajaran : FISIKA Program

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Air terjun setinggi 8 m dengan debit 10 m³/s dimanfaatkan untuk memutarkan generator listrik mikro. Jika 10% energi air berubah menjadi energi listrik dan g = 10m/s², daya keluaran generator listrik

Lebih terperinci

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di  dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa yang akan terjadi jika sinar-x ditembakkan ke permukaan logam seng? (A) tidak ada elektron

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN

XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN XV - 1 XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN 15.1 Pendahuluan. Pada akhir abad ke-xix dan awal abad ke-xx semakin jelas bahwa fisika (konsepkonsep fisika) memerlukan revisi atau perubahan/penyempurnaan. Hal ini

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma. Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang

Lebih terperinci

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN TEORI FOTON Gelombang Elektromagnetik termasuk cahaya memiliki dwi-sifat (Dualisme)

Lebih terperinci

s(t) = C (2.39) } (2.42) atau, dengan menempatkan + )(2.44)

s(t) = C (2.39) } (2.42) atau, dengan menempatkan + )(2.44) 2.9 Analisis Fourier Alasan penting untuk pusat osilasi harmonik adalah bahwa virtually apapun osilasi atau getaran dapat dipecah menjadi harmonis, yaitu getaran sinusoidal. Hal ini berlaku tidak hanya

Lebih terperinci

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah...

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah... Kelas X 1. Tiga buah vektor yakni V1, V2, dan V3 seperti gambar di samping ini. Jika dua kotak mewakili satu satuan vektor, maka resultan dari tiga vektor di atas adalah. 2. Dua buah vektor A dan, B masing-masing

Lebih terperinci

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Spektrum Gelombang Elektromagnetik Spektrum Gelombang Elektromagnetik Hubungan spektrum dengan elektron Berkaitan dengan energi energi cahaya. energi gerak elektron dan Keadaan elektron : Saat arus dilewatkan melalui gas pada tekanan rendah,

Lebih terperinci

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK Elinda Prima F.D 1, Muhamad Naufal A 2, dan Galih Setyawan, M.Sc 3 Prodi D3 Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut,

Lebih terperinci

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan 1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan setiap benda akan memancarkan cahaya bila dipanaskan, contoh besi yang dipanaskan warna yang terpancar tidak bergantung pada jenis bahan atau warna asalnya, melainkan

Lebih terperinci

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x BAB II CAHAYA 2.1 Pendahuluan Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Sifat-sifat cahaya adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

IDE-IDE DASAR MEKANIKA KUANTUM

IDE-IDE DASAR MEKANIKA KUANTUM IDE-IDE DASAR MEKANIKA KUANTUM RADIASI BENDA HITAM EFEK FOTOLISTRIK DAN TEORI KUANTUM CAHAYA EFEK COMPTON GELOMBANG MATERI: Relasi de Broglie dan Prinsip Ketidakpastian Heisenbergh. PRINSIP HEISENBERGH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian diawali dengan pembuatan sampel untuk uji serapan panjang gelombang sampel. Sampel yang digunakan pada uji serapan panjang gelombang sampel adalah

Lebih terperinci

D. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini :

D. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini : 1. Tiga buah vektor gaya masing-masing F 1 = 30 N, F 2 = 70 N, dan F 3 = 30 N, disusun seperti pada gambar di atas. Besar resultan ketiga vektor tersebut adalah... A. 0 N B. 70 N C. 85 N D. 85 N E. 100

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

Total bunyi dalam titik bidang P diperoleh dengan pengintegrasian atas area yang aktif dari radiator: p(r,, t) =

Total bunyi dalam titik bidang P diperoleh dengan pengintegrasian atas area yang aktif dari radiator: p(r,, t) = 5.8 Piston dalam suatu batas bidang Jenis sumber bunyi dibahas sampai kepada titik ini- sumber titik, dua kutub dan 'bola bernapas' - adalah model yang sangat idealis, untuk menjelaskan proses dasar radiasi

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: SBMPTN 2015 Fisika Kode Soal Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: 2015-09 halaman 1 16. Posisi benda yang bergerak sebagai fungsi parabolik ditunjukkan pada gambar. Pada saat t 1 benda. (A) bergerak dengan

Lebih terperinci