ANALISIS SISTEM FAIR TRADE USA PADA NELAYAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP HANDLINE DI DUSUN SUPULESI KABUPATEN MALUKU TENGAH SYIFFA SYAFIAH HERYANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SISTEM FAIR TRADE USA PADA NELAYAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP HANDLINE DI DUSUN SUPULESI KABUPATEN MALUKU TENGAH SYIFFA SYAFIAH HERYANTI"

Transkripsi

1 ANALISIS SISTEM FAIR TRADE USA PADA NELAYAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP HANDLINE DI DUSUN SUPULESI KABUPATEN MALUKU TENGAH SYIFFA SYAFIAH HERYANTI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Sistem Fair Trade pada Nelayan Tuna dengan Alat Tangkap Handline di Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2017 Syiffa Syafiah Heryanti NIM C

4

5 ABSTRAK SYIFFA SYAFIAH HERYANTI, C Analisis Sistem Fair Trade USA pada Nelayan Tuna dengan Alat Tangkap Handline di Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah. Dibimbing oleh DARMAWAN dan BUDY WIRYAWAN. Fair Trade USA, merupakan salah satu bentuk sistem gerakan perdagangan adil yang bertujuan mengurangi kemiskinan di tingkat global, meningkatkan kapasitas nelayan skala kecil, dan mempromosikan sistem perdagangan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan sistem perikanan fair trade USA dan menganalisis kesesuaian sistem tersebut terhadap kriteria perdagangan adil dalam rangka pembangunan perikanan berkelanjutan. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survey berupa purposive sampling serta melalui studi beberapa literatur terkait. Terdapat tiga aspek yang digunakan untuk mengetahui penerapan sistem fair trade USA dalam konsep perikanan berkelanjutan, yaitu ekonomi, ekologi dan sosial. Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat praktek perikanan yang belum sesuai dengan sistem sertifikasi fair trade USA ini dan beberapa hal yang belum sejalan dengan pembangunan perikanan berkelanjutan. Oleh karena itu dapat dikatakan pengelolaan sistem sertifikasi fair trade USA yang tengah berjalan belum memenuhi konsep perikanan berkelanjutan secara sempurna, meskipun demikian komoditi tuna setempat telah memenuhi seleksi tahun nol untuk mendapatkan sertifikasi label fair trade USA. Kata kunci: fair trade USA, perikanan berkelanjutan, tuna ABSTRACT SYIFFA SYAFIAH HERYANTI, C Fair Trade USA System Analysis on Handline Tuna Fishermen in Supulesi Village, Central Maluku District. Supervised by DARMAWAN and BUDY WIRYAWAN. Fair Trade USA is one of fair-trade system aiming to reduce poverty at global level, to improve the capacity of small-scale fishermen and to promote a sustainable trading system. This study aims to describe the fishery system of fair trade USA and to analyze the suitable its system to fair trade criteria in the concept of sustainable fisjeries. Method used in this research was survey method by purposive sampling, and also using some of its literature. There are three aspects that are used to determine the application of the fair trade USA system in the concept of sustainable fisheries, namely: economic, ecological and social. The result of this research indicate that there are practice that have not been suit with the fair trade USA system and also with sustainability fisheries development. Therefore, it can be concluded that the ongoing management of Fair Trade USA certification system has yet to meet the perfect concept of sustainable fisheries, however, local tuna commodities have fulfilled the selection of year 0 to get the certification label from fair trade USA. Keywords: fair trade USA, sustainable fisheries, tuna

6

7 Analisis Sistem Fair Trade USA pada Nelayan Tuna dengan Alat Tangkap Handline di Dusun Supulesi Kabupaten Maluku Tengah SYIFFA SYAFIAH HERYANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

8

9

10

11 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul Analisis Sistem Fair Trade pada Nelayan Tuna dengan Alat Tangkap Handline di Dusun Supulesi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Kelautan di Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada : 1. Dr Ir Darmawan, MAMA selaku pembimbing I dan Bapak Dr Ir Budy Wiryawan, MSc selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada penulis. 2. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bpk Heri Jumhaeri (Papa) dan Fadhlir Rahman, adik tercinta yang penulis banggakan serta Alm Mama yang amanahnya senantiasa menjadi penyemangat penulis hingga proses penyelesaian skripsi ini dapat dilalui. 3. Keluarga besar Alm Mustari dan keluarga besar Alm Sugandi, khususnya kepada Ibu Ika Kartika dan Bpk Dede Somantri yang tak terhingga kebaikan hatinya dalam membantu kebutuhan dan keperluan penulis selama proses penulisan sehingga dapat terselesaikan dengan lancar. Semoga keluarga besar Mustari dapat terus melahirkan generasi emas penerus agama dan bangsa. 4. Ucapan terima kasih penulis kepada; Ayah Asep Ilyas, Ibu Nunun Lusida, Muhammad Ihsan Maulana Yusuf, Muhammad Iqbal Fauzi, dan Sri Sugiarti, yang senantiasa hadir memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. Semoga Allah senantiasa membalas segala kebaikan yang diberikan. 5. Penulis haturkan terima kasih pula kepada PSP 49, tim Tapak Bulus, dan semua sahabat yang dengan tulus selalu membagikan semangatnya; tak lupa kepada Ayu Asriani, Gamal, Bella, Agung, Hanif, Adit, Evan, Adam, Rima, Dianto, Mareta, Mery, Trengganawati, dan Dwi. Dorongan serta motivasi dari kalian sangat berarti hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini mash jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Alla SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-nya, aamiin. Bogor, Maret 2017 Syiffa Syafiah H

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 METODE 4 Waktu dan Tempat 4 Alat dan Bahan 4 Metode Penelitian 4 Jenis dan Sumber Data 5 Prosedur Pengumpulan Data 6 Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 9 Fair Trade USA 9 Pelaksanaan Fair Trade USA di Dusun Supulesi 11 Sistem Aturan 13 Sistem Sanksi 15 Sistem Monitoring dan Evaluasi 15 Sistem Dana Premium 17 Pelaksanaan Fair Trade USA dalam Perikanan Berkelanjutan di Dusun Supulesi 19 Ekologi 19 Ekonomi 21 Sosial 23 Rekomendasi Penyempurnaan Pelaksaan Sistem Fair Trade USA 24 KESIMPULAN DAN SARAN 25 Simpulan 25 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 27 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 34 viii viii viii

14 DAFTAR TABEL 1 Alat dan bahan penelitian 4 2 Metode pengumpulan dan analisis data primer penelitian 6 3 Metode pengumpulan dan analisis data sekunder penelitian 6 4 Konsep perikanan berkelanjutan 7 5 Konsep fair trade pada pembangunan perikanan berkelanjutan 8 6 Aturan pelaksaan sistem fair trade USA di Dusun Supulesi 13 7 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem fair trade USA pada Kelompok nelayan handline di Dusun Supulesi 16 8 Perhitungan pendapatan hasil tangkapan nelayan Dusun Supulesi sebelum sistem fair trade 22 9 Perhitungan pendapatan hasil tangkapan nelayan Dusun Supulesi setelah sistem fair trade Rekomendasi perbaikan sistem sertifikasi fair trade USA dalam Konsep perikanan berkelanjutan 24 DAFTAR GAMBAR 1 Lokasi penelitian 4 2 Alur kordinasi dalam sistem fair trade USA 12 3 Aliran barang dan dampak pada pelaksanaan sertifikasi fair trade USA 14 4 Alur pencairan dana premium 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Pasal 7, 9, dan 85 UU Perikanan Nomor 45 Th 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Th 2004 tentang Perikanan Ketentuan 29 2 Ringkasan oleh MDPI PERMEN-KP No 26 Th 2004 tentang Perizinan Rumpon 30 3 PERMEN-KP tentang Rumpon Nomor 26 Th

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Supulesi merupakan salah satu Dusun yang terletak di Bagian Selatan pulau Seram, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah yang didiami oleh 228 kepala keluarga yakni terdiri dari 920 orang jiwa. Dusun ini merupakan salah satu dusun yang sebagian besar penduduknya melakukan operasional penangkapan ikan sebagai mata pencaharian utama. Sistem operasional perikanan tangkap yang dilakukan terdiri dari nelayan dan supplier (tengkulak). Terdapat satu buah landing port (pendaratan ikan) yang biasa digunakan oleh nelayan dan supplier sebagai lokasi transaksi jual beli. Perikanan tuna setempat merupakan perikanan skala kecil dimana armada kapal yang digunakan berukuran 1-2 GT. Metode penangkapan pada umumnya menggunakan alat tangkap Handline atau Tasi (alat) dalam bahasa lokal setempat (DKP Kabupaten Maluku Tengah 2014). Ikan hasil tangkapan utama dari alat tangkap ini adalah Tuna Sirip Kuning dengan berat perloin mencapai 4 hingga 15 kg. Daerah penangkapan nelayan tradisional ini berada di kawasan WPP 714 yakni berjarak 10 hingga 40 mil dari pesisir Dusun Supulesi dengan metode pencarian daerah penangkapan ikan mengikuti arah rasi bintang serta mengikuti laju pergerakkan kawanan lumba-lumba dan juga posisi rumpon. Hingga sebelum menginjak tahun 2015, penduduk Dusun Supulesi berprofesi sebagai nelayan secara tradisional. Sebagian besar kegiatan jual beli ikan hasil tangkapan di Dusun Supulesi ditangani oleh penadah yang disebut dengan supplier dalam istilah lokal. Disebut supplier karena tugasnya sebagai pemasok ikan bagi beberapa perusahaan maupun konsumen dalam sistem transaksi jual beli ikan dari nelayan. Supplier berperan sebagai pembeli hasil tangkapan nelayan Dusun Supulesi dan mendistribusikannya secara bebas sesuai dengan tujuan pemasaran supplier tersebut. Sebagian besar hasil pembelian ikan dari nelayan tersebut ditujukan oleh supplier ke industri-industri perikanan di Wilayah Ambon untuk selanjutnya diolah sebagai komoditi ekspor, hal tersebut dapat tercapai apabila kondisi hasil tangkapan masuk dalam klasifikasi grade A. Adapun klasifikasi grade B-C masih bisa ekspor dengan harga yang berbeda atau dipasarkan langsung secara lokal. Keberadaan supplier sangat memengaruhi pola perilaku nelayan dalam menjalankan operasional penangkapan ikan. Salah satu hal yang terjadi adalah adanya ketidakpastian bagi nelayan terhadap penjualan hasil tangkapannya, hal ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah supplier tersebut. Disamping itu pula, adanya fluktuatif harga ikan yang berlaku dari supplier kepada nelayan menjadikan faktor turunnya minat nelayan untuk mengembangkan jumlah dan kualitas produksi perikanan setempat. Pada awal tahun 2015 program Fair Trade USA melalui Lembaga Sosial Masyarakat MDPI dan PT Harta Samudera selaku pelaku industri perikanan setempat bekerjasama dengan supplier Dusun Supulesi untuk dapat mengimplementasikan sistem fair trade USA pada nelayan setempat. Program ini dimulai dengan tahap assesment potensi ikan dan pendataan selama tahun nol, untuk selanjutnya dilakukan proses penilaian dan evaluasi sebelum dapat sertifikat atau tidak.

16 2 Sistem fair trade adalah sistem perdagangan berkelanjutan yang berusaha untuk membantu produsen yang terpinggirkan melalui sistem pembayaran yang adil, kondisi tempat kerja yang layak, bantuan teknis, program sosial, kesetaraan, transparansi, saling memercayai dan menjaga lingkungan seiring dengan proses produksi tersebut. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan pasar baru di antara negara-negara berkembang, sementara di sisi lain untuk menjaga nilai-nilai dan tradisi lokal (MDPI 2015). Fair trade merupakan gerakan sosial yang muncul sebagai respon terhadap kegagalan perdagangan liberal dalam mengatasi persoalan kemiskinan dan ketimpangan eknomi dunia. Pada initinya, fair trade bertujuan untuk menciptakan sistem perdagangan yang adil, khususnya bagi petani atau buruh miskin di negaranegara selatan, dengan mendorong kesadaran terutama kepada konsumen di negaranegara maju tentang dampak-dampak negatif yang disebabkan oleh sistem perdagangan konvensional (UGM 2000). Berbeda dengan perdagangan liberal, fair trade tidak mempercayai penentuan harga berdasarkan mekanisme pasar. Dalam setiap transaksi perdagangan yang memegang nilai fair trade, semua pihak harus diuntungkan, tidak ada satupun yang dirugikan, apalagi dengan sengaja dieksploitasi. Tidak seperti perdagangan konvensional, fair trade mampu memberikan jaminan kepada konsumern bahwa produk yang mereka konsumsi berasal dari produsen yang mendapatkan harga beli yang layak atas kmoditas yang diproduksinya. Hal ini dinilai telah berperan besar terhadap produsen kecil dari praktik perdagangan yang tidak adil. Nicholls (dalam UGM 2000) mengatakan bahwa market akses yang ditawarkan oleh fair trade telah memberikan kesempatan kepada produsen di negara-negara berkembang untuk keluar dari kemiskinan ekstrim. Negara berkembang memiliki kontribusi besar dalam penyediaan sumber daya perikanan, sekitar 60% volume produk perikanan dunia berasal dari negaranegara berkembang (Llich-Cota 2014). Namun hingga saat ini, Indonesia yang pernah menduduki peringkat 4 dunia untuk produsen perikanan tangkap belum sepenuhnya memiliki sistem sertifikasi untuk pasar global (Asia-Pasific Fishery Comission 2014). Tantangan berikutnya mulai 2018 retailer di Amerika dan Eropa hanya akan membeli produk perikanan yang diproduksi sesuai syarat keberlanjutan yang dibuktikan dengan sertifikasi salah satunya fair trade. Tanpa syarat tersebut, produk perikanan dari Indonesia beresiko kehilangan daya saing dan bernilai ekonomi rendah di pasaran dunia. Sesuai dengan mandat tersebut, sistem fair trade USA hadir dan diimplementasikan di nelayan Dusun Supulesi. Sistem ini melibatkan antara lain PT Harta Samudera sebagai perusahaan industri ekspor yang menyerap hasil produksi nelayan setempat, Anova Food Amerika yang berperan sebagai pengimpor ikan sekaligus pemegang sertifikasi fair trade USA, kemudian satu orang supplier tetap selaku kordinator yang menjembatani pembelian ikan dari nelayan Dusun Supulesi dengan perusahaan Harta Samudera, serta pendampingan teknis dari Lembaga Sosial Masyarakat MDPI terhadap nelayan untuk memonitori proses kegiatan perikanan baik sebelum maupun sesudah penangkapan berdasarkan aturan fair trade USA sehingga produk hasil tangkapan nelayan diharapkan mampu bersaing dan layak dikatakan sebagai komoditi ekspor.

17 Seiring berjalannya waktu, banyak respon positif dari nelayan terhadap sistem fair trade USA ini. Namun demikian sebagai sebuah pilot project pada program ini masih memungkinkan ditemui beberapa kendala antara lain proses adaptasi pola perilaku nelayan pada saat bermusyawarah dalam setiap pengambilan keputusan yang masih menjadi keluhan bagi nelayan, serta belum adanya deskripsi secara ilmiah yang menerangkan bahwa praktek penangkapan dari sistem ini sudah sesuai dengan hakikat fair trade baik dari segi metode maupun lokasi yang legal. Disamping hal tersebut, tingkat kebermanfaatan fair trade USA terhadap nelayan Supulesi yang belum diketahui penjelasannya secara ilmiah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendalami studi kasus upaya penerapan sistem fair trade USA terhadap nelayan handline Dusun Supulesi kaitannya dalam rangka pembangunan perikanan berkelanjutan. 3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang menjadi dasar terhadap latar belakang penelitian sebagaimana disebutkan di atas, antara lain : 1. Apakah penerapan sistem fair trade USA terhadap sektor perikanan di Dusun Supulesi dapat meningkatkan tingkat perekonomian nelayan setempat? 2. Apakah sistem fair trade USA yang dijalankan oleh pihak terkait saat ini sudah memenuhi standar operasional dan kriteria fair trade itu sendiri? Bagaimana pelaksanaan dan rekomendasi perbaikannya dalam rangka pembangunan perikanan berkelanjutan? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan sistem perikanan fair trade yang diterapkan di kelompok nelayan Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah 2. Menganalisis kesesuaian konsep fair trade USA di Dusun Supulesi terhadap konsep pembangunan perikanan berkelanjutan. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan penjelasan mengenai implementasi sistem fair tade USA yang sedang berjalan di sektor perikanan Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah. 2. Memberikan rekomendasi perbaikan kepada pihak terkait yakni pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat dalam menjalankan dan mengkawal sistem fair trade USA yang tengah berlangsung. 3. Menjadi salah satu sumber informasi bagi nelayan, pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat terkait informasi perkembangan perikanan di Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah.

18 4 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November2015 hingga Desember 2015 bertempat di Dusun Supulesi, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Ambon, Maluku. Gambar 1. Lokasi penelitian: Supulesi, Kecamatan Tehoru, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku Alat dan Bahan Secara keseluruhan alat dan bahan penelitian ini dapat dilihat pada tabulasi Tabel 1. Tabel 1. Alat dan bahan penelitian Nama Alat Kegunaan Laptop Media dalam penulisan dan penyusunan Propoposal hingga Skripsi Penelitian Kuisioner Alat bantu untuk menunjang jenis data yang dibuthkan dalam proses pengumpulan data primer Voice Recorder Alat bantu dalam proses pengumpulan data primer Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei terhadap pelaksanaan sistem sertifikasi fair trade USA pada perikanan tuna nelayan handline di Dusun Supulesi Kabupaten Maluku Tengah, dalam rangka perikanan berkelanjutan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

19 Pendekatan analisis melalui analisis kualitatif. Analisis ini digunakan karena peneliti ingin mencari makna di balik fenomena atau kenyataan yang ada di lapangan. Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik wawancara mendalam, snowball, observasi serta metode studi literatur. 5 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini memiliki dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara terkait pelaksanaan sertifikasi sistem fair trade USA. Data sekunder terdiri dari standar operasional pelaksaan sistem fair trade USA yang diperoleh melalui serta informasi umum wilayah setempat yang diperoleh melalui data statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Maluku Tengah dan laporan kependudukan dari Raja Dusun Supulesi. Selain itu, data sekunder pula melibatkan studi literatur terhadap keterikatan indikator pembangunan perikanan berkelanjutan dengan sistem sertifikasi fair trade USA melalui berbagai sumber penelitian terdahulu. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat survei yang sekaligus dilanjutkan dengan perolehan data primer, dapat diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini antara lain pihak-pihak utama yang tergabung dalam sistem sertifikasi fair trade USA yakni MDPI, ketua komite yang berperan sebagai supplier atau tengkulak dan pengurus kelompok sekaligus anggota kelompok nelayan fair trade, serta pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah, khususnya Dusun Supulesi. Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tengah khususnya Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah dalam hal ini dilibatkan sebagai informan untuk menggali informasi keterlibatan pihak pemerintah terhadap pelaksanaan sistem sertifikasi fair trade USA yang tengah berlangsung di Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah. Pemegang sekaligus penanggung jawab sertifikat fair trade USA adalah Anova, sebuah perusahaan di Amerika yang bergerak pada komoditi perikanan dalam hal ini bekerja sama dengan CTP (Coral Triangle Processor). Pada prakteknya di lapangan, PT.Anova dibantu oleh Lembaga MDPI (Masyarakat dan Perikanan Indonesia) dalam memonitori jalannya operasional sistem perikanan fair trade USA pada kelompok nelayan Dusun Supulesi, oleh karena itu dengan mewawancarai kepala site supervisor MDPI wilayah Supulesi dianggap cukup mewakili bagian penanggung jawab sertifikasi fair trade USA. Ketua komite yang sekaligus bertugas pula sebagai supplier (tengkulak) bertugas mengkoordinasi pasokan ikan dari nelayan untuk selanjutnya di olah oleh PT.Harta Samudera sebelum dilakukan ekspor ke Anova Amerika. Fungsi supplier dengan PT.Harta Samudera dalam hal ini adalah fungsi bisnis sedangkan fungsi supplier dengan Anova adalah fungsi informasi sistem fair trade. Ketua komite Pulau Seram dianggap memiliki pengalaman yang luas terkait profesi nelayan setempat juga selaku pihak yang melakukan kordinasi secara teknis antara anggota kelompok fair trade dengan pihak MDPI sebagai tim monitoring, oleh karena itu informasi yang didapat melalui supplier/ketua komite dianggap cukup mewakili gambaran teknis pelaksanaan fair trade berdasarkan sudut pandang lapangan.

20 6 Kelompok nelayan yang terdiri dari struktur organisasi ketua kelompok, sekretaris dan bendahara kelompok. Pengurus dan beberapa dari anggota nelayan fair trade pula menjadi bagian dari informan penelitian ini. Berdasarkan penjelasan tersebut, digunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, yakni suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan tujuan atau masalah dalam penelitian sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam 2008). Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur dan wawancara kuisioner. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data prier dan data sekunder. Data primer terdiri dari hasil wawancara kuisioner dan observasi peneliti saat berada di lokasi penelitian. Berikut tabulasi metode pengumpulan data primer disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Metode pengumpulan dan analisis data primer penelitian Data Sumber Data Cara Pengumpulan Data Cara Pengolahan Data Konsep dan Standar Situs resmi Referensi dokumen Analisis deskriptif Ketentuan Sertifikasi fairtradeusa.org Fair Trade USA Penerapan atau LSM MDPI, Survei dan Analisis deskriptif implementasi sistem komite kelompok wawancara Fair Trade USA pada nelayan air perikanan Tuna di Dusun Supulesi, Ambon, Maluku Tenggara Trade USA, anggota nelayan Fair Trade USA Selain data primer, penelitian ini menggunakan data sekunder antara lain dokumen laporan hasil pelaksanaan sistem fair trade USA tahun 2015 dan dokumen data statistik perikanan wilayah Supulesi tahun 2014 yang didapatkan melalui data statistik wilayah Kabupaten Maluku Tengah tahun 2014, serta beberapa literatur terkait. Berikut tabulasi metode pengumpulan dan analisis data sekunder disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Metode pengumpulan dan analisis data sekunder penelitian Data Sumber Data Cara Pengumpulan Data Laporan hasil pelaksanaan sistem Fair Trade USA Data Statistik kondisi perikanan Dusun Supulesi, MDPI, komite kelompok nelayan fair trade USA Dinas Kelautan dan Perikanan Referensi dokumen Referensi dokumen Cara Pengolahan Data Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif

21 7 Lanjutan Tabel 3. Metode pengumpulan dan analisis data sekunder penelitian Data Sumber Data Cara Pengumpulan Data Cara Pengolahan Data Data Statistik kondisi perikanan Dusun Supulesi, Konsep perikanan berkelanjutan dalam pelaksanaan sistem fair trade US di Dusun Supulesi, Kabupaten Maluku Tengah : Ekonomi Sosial Lingkungan Kabupaten Maluku Tengah, dan Kepala Dusun Supulesi Studi literatur mendalam melalui penelitian pendahulu terkait gerakan fair trade Referensi dokumen Referensi dokumen Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif Analisis Data Data mengenai kondisi perikanan di Dusun Supulesi didapatkan berdasarkan hasil wawancara kuisioner dan studi literatur. Data yang dikumpulkan antara lain kondisi umum wilayah Dusun Supulesi, hasil tangkapan utama, armada penangkapan dan metode operasional penangkapannya, serta pencarian daerah penangkapan dan penanganan ikan diatas kapal. Selanjutnya data tersebut dianalasis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Penjelasan mengenai kondisi umum perikanan di Dusun Supulesi diikuti dengan penjelasan mengenai kriteria fair trade USA secara umum pada tahap entry (penerapan awal masuk). Setelah menjelaskan tentang perikanan di Dusun Supulesi dan standar fair trade USA, dilakukan analisis data terhadap pelaksanaan sistem sertifikasi fair trade USA di Dusun Supulesi, yakni melalui identifikasi kesesuaian pelaksanaan sisten fair trade USA (sistem aturan, sistem sanksi, sistem monitoring dan evaluasi, serta sistem dana premium) terhadap konsep perikanan berkelanjutan. Analisis data disajikan ke dalam bentuk tabel konsep perikanan berkelanjutan pada Tabel 4. Tabel 4. Konsep perikanan berkelanjutan No Aspek Indikator Indikator kesuksesan 1 Ekologi Ukuran hasil tangkapan Jumlah tangkapan Penelitian stok dan biodiversitas Tidak mengecil Tidak berkurang Dilakukan berkala 2 Ekonomi Pendaaptan pekerja (nelayan dan supplier) terhadap UMR Kontribusi perikanan fair trade USA terhadap pendapatan masyarakat Dusun Supulesi Di atas rata-rata Meningkat nilainya

22 8 Lanjutan 4. Konsep perikanan berkelanjutan No Aspek Indikator Indikator kesuksesan 3 Sosial Frekuensi konflik Sedikit/Tidak ada Keterlibatan nelayan dalam pengambilan keputusan - Perencanaan - Aktif terlibat - Pelaksanaan - Aktif mengelola - Aktif terlibat - Pengawasan Jumlah nelayan anggota fair trade Pembatasan/pengaturan perwilayah Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan agar kegiatan perikanan dapat dikatakan berkelanjutan. Menurut Munasinghe (2002), terdapat tiga aspek utama yang perlu diperhatikan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam konsep perikanan berkelanjutan, aspek ekonomi bertujuan melihat pengembangan sumberdaya manusia, khususnya peningkatan konsumsi barang dan jasa. Aspek sosial bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar manusia, pencapaian aspirasi, individu, dan kelompok, serta penguatan nilai serta institusi. Sedangkan aspek lingkungan difokuskan pada integritas perlindungan lingkungan. Hasil pengamatan di lapangan diidentifikasi berdasarkan kriteria dari ketiga aspek tersebut. Hasil identifikasi tersebut dapat dijadikan sumber informasi terkait keadaan sistem fair trade yang tengah berlangsung. Adapun beberapa kekurangan dan rekomendasi perbaikkannya dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai acuan rekomendasi oleh pihak terkait baik pemerintah maupun LSM agar pelaksanaan sistem fair trade USA di Dusun Supulesi dapat lebih memenuhi konsep perikanan berkelanjutan. Selain itu, dapat juga dijadikan sebagai rekomendasi untuk menyempurnakan sistem fair trade USA pada sektor perikanan di wilayah dan komite lainnya. Mengacu pada Tabel 4 mengenai konsep perikanan berkelanjtuan, 10 prinsip fair trade dunia menurut WFTO selanjutnya disajikan pada Tabel 5, yang juga menempatkan tiga aspek pokok, yakni aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara seimbang. Prinsip fair trade dalam Tabel 5 selanjutnya digunakan sebagai komparasi secara deskriptif dalam pembahasan fair trade USA yang sedang berjalan. Tahap ini digunakan sebagai proses untuk menganalisis secara deskriptif kualitatif terkait praktek fair trade USA apa saja yang belum terpenuhi pada masing-masing aspek pembangunan perikanan. Tabel 5. Konsep fair trade pada pembangunan perikanan berkelanjutan Ekonomi Sosial (premium fee, bisnis, dan (sistem demokratis, hakhak pekerja, pengembangan transparansi) Transparansi dan akuntabilitas Melakukan praktek perdagangan (jual dan beli) Menciptakan peluang bagi produsen kecil Memastikan tidak ada tenaga kerja anak dan tenaga kerja paksa Ekologi (perlindungan lingkungan) Menghormati keberlanjutan lingkungan

23 Lanjutan Tabel 5. Konsep fair trade pada pembangunan perikanan berkelanjutan Ekonomi (premium fee, bisnis, dan pengembangan Sosial (sistem demokratis, hakhak pekerja, transparansi) Ekologi (perlindungan lingkungan) Pembayaran yang layak / adil dalam transaksi perdagangan Mempromosikan mensosialisasikan trade dan fair Komitmen untuk tidak mendiskriminasi, mengutamakan kesetaraan gender, dan kebebasan berasosiasi Memastikan kondisi kerja layak, dan meningkatkan kapasitas nelayan 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Dusun Supulesi berada di bagian selatan Pulau Seram, berhadapan langsung dengan perairan Laut Banda yakni pada WPP 714. Hal ini memberikan peluang lebih besar bagi para Nelayan Dusun Supulesi untuk memperoleh hasil tangkapan utama berupa tuna sirip kuning (Thunnus albacares) maupun tuna mata besar (Thunnus obesus). Perairan Laut Banda merupakan perairan yang subur yang disebabkan oleh adanya penambahan makanan/zat hara (nutrient) dari darat ke laut dan terjadinya proses upwelling di beberapa tempat. Kondisi seperti ini diduga merupakan daerah asuhan untuk jenis-jenis ikan tuna dan cakalang dan juga akan memegang peranan penting sebagai basis penambahan stok baru ke perairan sekitarnya. Dengan kondisi perairan tersebut, pemanfaatan sumberdaya ikan dalam hal ini khususnya tuna sirip kuning merupakan lapangan usaha yang potensial dalam mendukung perekonomian daerah maupun devisa negara yang meliputi usaha penangkapan ikan tuna dengan alat tangkap handline (pancing ulur) dan tonda. Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama Raja (Kepala Desa) Dusun Supulesi, dapat diketahui bahwa sektor perikanan sangat dominan dalam memberikan kontribusi perekonomian di Dusun Supulesi. Hal tersebut dikarenakan sekain dari lokasi Dusun Supulesi yang berada di wilayah pesisir, didukung pula dengan keahlian masyarakat setempat yang telah turun-temurun berprofesi sebagai nelayan, meskipun demikian perikanan di Dusun Supulesi merupakan perikanan skala kecil. Sektor kedua setelah perikanan yang berperan aktif dalam pertumbuhan ekonomi adalah pertanian. Fair Trade USA Ada beberapa badan sertifikasi perdagangan adil yang diakui secara internasional seperti Fair trade International (dulu bernama FLO, Fair trade Labelling Organizations International), IMO, dan Eco-Sosial. Selain itu, Fair trade

24 10 USA, sebelumnya berbadan lisensi milik Fair trade International, namun FT USA keluar dari sistem tersebut dan menerapkan skema label perdagangan adilnya sendiri (FLO 2014). Hal ini menjadi awal mula perbedaan fair trade USA dengan label sertifikasi lain. Berbeda dengan sertifikasi fair trade lainnya, menurut penuturan Spaull, Direktur Divisi Inovasi FT USA, bahwa fair trade USA fokus pada pemberdayaan nelayan untuk meningkatkan kapasitas dan haknya terhadap berbagai situasi kesalah lingkungan pada aspek sosial. Kaitannya adalah dengan perbudakan di laut, dimana ABK dari suatu negara diberi penawan upah yang lebih tinggi dengan syarat mampu bekerja penuh di atas kapal (tidak di darat). Dimana sebaliknya, para ABK ini secara tidak langsung akan bekerja pada sebuah IUU sistem, serta tidak jarang diantara mereka mendapatkan pemukulan di atas kapal dari tangan kru bersenjata (Boynton 2015). Di samping itu, banyak dari nelayan skala kecil masih belum memiliki akses untuk peralatan maupun siste keselamatan kerja, penggunaan alat tangkap ramah lingkungan, dan sebagainya yang dibutuhkan dalam operasional penangkapan ikan. Fokus pengembangan sistem FT USA dalam hal ini mengutamakan skema perdagangan adil, dan kemanusiaan, meskipun demikian belum maksimal dalam pembahasan sistem keberlanjutan lingkungan jangka panjang. Dalam pelaksanaannya, fair trade USA menuai banyak respon positif dari nelayan-nelayan skala kecil. Seiring berjalannya waktu, jumlah nelayan terus bertambah, namun demikian sistem ini belum memberikan pengaturan pembatasan upaya untuk menjaga effort yang berlebih sebagai upaya menghindari resiko over fishing. Salah satunya upaya yang diharapkan adalah adanya pengaturan jumlah nelayan dari masing-masing wilayah maupun kelompok berdasarkan peraturan atau kriteria tertentu. Kriteria maupun standar perikanan tangkap dalam ketentuan sistem sertifikasi fair trade USA disusun menggunakan pendekatan perbaikan secara bertahap dari periode ke periode. Dengan kata lain, akan ditemui perbedaan antara kriteria untuk masuk (entry) dan kriteria untuk kemajuan. Kriteria untuk sistem sertifikasi fair trade USA dapat masuk (entry) diatur dalam ketentuan Tahun 0. Berdasarkan hasil kesepakatan antara MDPI (lembaga pendamping) dan SCS Global (badan sertifikasi independen). Kriteria-kriteria tersebut meliputi enam poin sebagai berikut (MDPI 2016) : 1. Kondisi Struktur, meliputi : formasi asosiasi perikanan, dan asosiasi Komite fair trade USA. 2. Pemberdayaan dan pengembangan kelompok: penilaian kebutuhan, yang dilakukan oleh CTP (pemegang sertifikat yang juga bekerja sama dengan Anova Food sebagai importer) pada setiap kelompok nelayan: rencana pengembangan dan premium berdasarkan perkiraan hasil tangkap masing-masing kelompok yang membuat rencana penggunaan dana tersebut, sehingga setiap nelayan diperlukan memiliki pemahaman mengenai dana premi. 3. Hak asasi manusia: pemilihan ketua dan jajarannya dalam struktur organisasi pada setiap kelompok dan komite dilakukan dengan cara musyawarah demokratis (pemilihan terbuka), dimana semua anggota memilih dan dipilih, selain dari pada itu tidak ada diskriminasi dan pelecehan dalam kelompok atau komite, tidak ada pekerja di bawah umur berdasarkan batas usia pekerja menurut peraturan nasional, serta tidak ada kerja paksa maupun perdagangan manusia.

25 4. Upah, kondisi tempat kerja, dan akses untuk pelayanan: nelayan dipastikan menerima pelatihan keselamatan kerja di laut dan pelatihan pertolongan pertama yang diselenggarakan oleh pemegang sertifikat (CTP dan Anoca Food), bekerja sama dengan Badan Sar Nasional (BASARNAS), selain dari pada itu pengolah (PT Harta Samudera) memastikan bahwa setiap karyawan (termasuk nelayan) memiliki kontrak, dibayar tepat waktu sesuai dengan peraturan setempat (gaji berdasarkan upah minimum regional, serta perhitungan lembur dan asuransi). 5. Menejemen sumberdaya: setiap nelayan fair trade mendapatkan pelatihan tentang Endangered, Threatened and Protected (ETP) Species (spesies binatang terancam punah, khususnya yang berasal dari laut), sehingga nelayan diharapkan mampu memahami bahwa mereka harus turut serta melindungi laut, tempat dimana mereka mengandalkan mata pencaharian sehari-hari. Perlindungan ini dibuktikan dengan cara teknik penangkapan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk menjaga ekosistem (dalam hal ini mengunakan alat tangkap handline). Selain dari pada itu nelayan juga aktif dalam pengumpulan data hasil tangkapannya. 6. Persyaratan transaksi perdagangan: terdapat kesepakatan antar pihak rantai pasok dalam memastikan ketelusuran dan transparansi. Kriteria mengenai kelayakan sistem perikanan setempat untuk dapat lolos sertifikasi fair trade USA difokuskan pada tahun nol, selanjutnya kriteria kemajuan dipenuhi setelah audit tahun pertama, ketiga, atau ke enam sesuai perincian dalam kriteria dalam pemenuhan sertifikasi fair trade USA. Kriteria mengenai kemajuan dalam hal ini merupakan upaya pengembangan secara berkelanjutan yang terus dilakukan untuk meningkatkan pemberdayaan sosial ekonomi serta praktek-praktek unggulan dalam perlindungan lingkungan. Sejumlah ketentuan tahun 1 tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya pada saat periode tahun 0 atau hingga pada pada saat pertama kali premium digunakan. Dalam kasus-kasus ini, masing-masing ketentuan pada setiap periode harus dipenuhi sesegera mungkin berdasarkan periodenya. Saat audit tahun 0, auditor akan menentukan apakah perikanan setempat siap atau tidak untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang akan diberlakukan pada tahun tersebut. Selanjutnya pada tahun 1 auditor bisa meminta bukti awal untuk mendukung kriteria / standar penuh berikutnya untuk memastikan kriteria sebelumnya telah dipenuhi. 11 Pelaksanaan Fair Trade USA di Dusun Supulesi Kegiatan fair trade USA yakni melakukan transaksi audit dan sertifikasi antar perusahaan-perusahaan Amerika dan para pemasok internasionalnya untuk menjamin bahwa nelayan dan pekerja yang memproduksi produk-produk fair trade telah dibayar dengan harga dan upah yang adil, kondisi kerja yang aman, serta melindungi lingkungan dan mendapat dana pengembangan kelompok untuk memberdayakan dan meningkatkan masyarakatnya. Fair Trade USA mendidik konsumen, serta membawa para pelaku industri baru dan pengecer ke dalam sistem fair trade, dan menyediakan nelayan dengan peralatan, pelatihan dan sumberdaya untuk mengembangkan kemampuan mereka sebagai pebisnis internasional (FT USA 2016).

26 12 Awal proses masuknya sistem sertifikasi fair trade USA ke wilayah Dusun Supulesi dimulai dari kordinasi antara Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia dengan PT Harta Samudera selaku perusahaan yang sebelumnya telah melakukan praktik bisnis perikanan, yakni sebagai perusahaan penyerap hasil perikanan wilayah Kabupaten Maluku Tengah melalui supplier (tengkulak) setempat, Dusun Supulesi merupakan salah satu pemasoknya. Proses selanjutnya adalah dilakukan assesment kesepakatan antara Harta Samudera, MDPI dan supplier yang dilanjutkan dengan pembentukan kelompokkelompok nelayan yang akan tergabung dalam program sertifikasi fair trade USA. Pembentukan kelompok nelayan dibagi berdasarkan wilayah pendaratan ikan. Kelompok-kelompok nelayan tersebut berada dibawah kordinator ketua Komite (supplier). Kemudian masing-masing kelompok wajib memiliki struktur organisasi secara umum antara lain ketua kelompok, sekretaris kelompok, bendahara kelompok dan anggota kelompok. Berikut alur koordinasi pelaksanaan sistem fair trade di Dusun Supulesi lebih lanjut disajikan pada Gambar 2. Yes SCS No Anova Food PT Harta Samudera CTP koordinasi MDPI koordinasi invoice premi pencairan premi Komite Buru Komite Asilulu Komite Seram monitoring/evaluasi Kelompok X Kelompok Y Kel Yaholu Kel Supulesi Kel Tehoru monitoring / evaluasi Ketua, Sekretaris, Bendahara, Anggota Gambar 2. Alur kordinasi dalam sistem Fair Trade USA Dalam skema perdagangan ini terdapat dua rantai yang tengah berjalan. Rantai pertama adalah rantai bisnis antara PT Harta Samudera dan Anova Food Amerika. Rantai kedua yakni, sertifikasi diantara keduanya yang melibatkan SCS Global sebagai badan audit independen dan Coral Triangle Processor sebagai mitra kerjasama Anova Food Amerika yang bertugas pada bagian premium fee terhadap nelayan. Seluruh rantai sertifikasi tersebut dibantu oleh koordinasi lembaga MDPI dalam memantau kinerja agar dapat lolos dan mempertahankan sertifikasi fair trade USA di kemudian hari. Cakupan koordinasi yang dilakukan oleh MDPI mulai dari tahap prosedur penangkapan ikan oleh anggota kelompok nelayan fair trade USA, hingga pada tahap audit sertifikasi dan pencairan serta pemanfaatan dana premium oleh kelompok nelayan tersebut.

27 Anggota yang bergabung dalam sistem sertifikasi fair trade USA merupakan nelayan perorangan yang mendaftarkan diri secara sukarela melalui kordinasi Ketua Komite. Setelah mendaftarkan diri mereka diberikan pendampingan oleh Lembaga MDPI mengenai peraturan program serifikasi fair trade USA baik persiapan sebelum lolos sertifikasi fair trade USA maupun pengelolaan dan pengembangan pasca lolos sertifikasi fair trade. Anggota nelayan tersebut akan masuk ke dalam database keanggotaan pekerja produk perikanan fair trade USA di Dusun Supulesi dengan tanda bukti kartu nelayan. Hingga saat ini jumlah anggota yang terdaftar sebanyak 24 orang untuk wilayah Dusun Supulesi. Program dari sistem sertifikasi fair trade USA di Dusun Supulesi telah melewati tahun nol yang berjalan sejak bulan Agustus 2015 dan tengah memasuki tahun ke satu ditandai dengan lolosnya komoditi perikanan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) sebagai produk fair trade USA pada proses audit sertifikasi pertama bulan Desember 2015 dengan jumlah ekspor berkisar antara ton menembus pasar Amerika (MDPI 2015). Sistem aturan Secara menyeluruh, standar yang digunakan dalam skema sertifikasi ini mempertimbangkan hubungan antara lain pemangku kepentingan, lingkungan, dampak kegiatan perikanan pada lingkungan, metode penangkapan ikan, pencatatan hasil tangkapan ikan, ketelusuran, pabrik dan pekerjanya, standar sosial, keselamatan di tempat kerja, dan sebagainya. Secara teknis, peraturan fair trade USA melalui MDPI lainnya dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Aturan pelaksaan sistem fair trade USA di Dusun Supulesi No Aturan 1 Kelompok, Nelayan, alat tangkap, kapal, dan kepemilikian rumpon dari nelayan fair trade harus dilaporkan secara legal sesuai peraturan pemerintah setempat 2 Alat tangkap yang digunakan adalah alat tangkap skala kecil: handline 3 Penanganan ikan diatas kapal memenuhi standar higienitas fair trade USA: pisau tidak berkarat, pengemasan langsung ke dalam plastik dalam bentuk loin, penyimpanan dalam ice box 4 Lokasi pendaratan memenuhi syarat higienitas standarisasi fair trade USA: pekerja menggunakan safety tools (sarung tangan, masker, sepatu boot, celemek), jumlah box dan es batu yang memadai, sarana transportasi yang mendukung guna menjaga kualitas ikan agar segera sampai pada tempat proses pengolahan 5 Pendapatan nelayan melalui transaksi penimbangan pada supplier. Besar pendapatan sesuai dengan jumlah hasil tangkapan yang dilakukan pada setiap transaksinya 6 Harga ikan ditentukan oleh harga pasar ekspor yellow fin tuna Indonesia di Amerika melalui PT Harta Samudera dan ketua komite/supplier 7 Supplier mengisi buku catatan jumlah produksi setiap harinya pada masingmasing landing port kelompok nelayan. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan data pada program keberlanjutan yang terkandung dalam skema fair trade USA 13

28 14 Lanjutan Tabel 6. Aturan pelaksaan sistem fair trade USA di Dusun Supulesi No Aturan 8 Nelayan turut serta pada pertemuan-pertemuan kelompok, baik monitoring maupun evaluasi, selama dalam proses pengembangan 9 Proses pencairan dana premium dilakukan oleh MDPI kepada nelayan melalui persetujuan ketua komite. Indikator yang terkandung antara lain pemanfaatan dana harus berlandaskan kepentingan masyarakat dan kebutuhan pengembangan kelompok Peraturan selama sistem produksi terutama difokuskan pada kepentingan pemberdayaan nelayan dan transaksi perdagangan yang adil. Sistem fair trade USA berusaha untuk selaras dan mengacu pada peraturan regional. Dalam hal ini MDPI bekerjasama dengan Kementrian Kelautan Perikanan Republik Indonesia dalam memerangi IUU fishing dan meningkatkan pengelolaan perikanan. Jika peraturan internasional, nasional atau setempat lebih ketat dari Standar sistem sertifikasi fair trade USA, maka kepatuhan terhadap peraturan tersebut yang lebih diutamakan. Tugas dan peran dari masing-masing segmen pada sistem fair trade USA dapat dilihat pada Gambar 3. Harta Samudera menyiapkan dan mengemas ikan untuk diekspor ke berbagai Negara konsumen NELAYAN Nelayan handline menangkap tuna dan memenuhi standar fair trade DANA PREMIUM PEMBELI Pengecer dan penyedia layanan makanan membeli label dan menjual produk bersertifikat fair trade KONSUMEN membuat keputusan pembelian dengan membayar lebih untuk produk, dana premium diinvestasikan NELAYAN kembali kepada pelayanan Melaksanakan program peningkatan kapasitas dan secara demokratis memutuskan bagaimana dana premium diinvestasikan dalam program-program tersebut Gambar 3. Aliran barang dan dampak pada pelaksanaan kegiatan serifikasi Fair Trade USA Pada rantai bisnis, harga ikan untuk nelayan tidak ditentukan oleh PT Harta Samudera maupun supplier melainkan mengacu pada harga pasar yellow fin tuna Indonesia dalam bentuk beku di pasar Amerika. Harga jual tuna loin di pasaran

29 terus mengalami peningkatan, sesuai dengan grade mutunya. Grade dan harga tuna loin bisa saja berubah setelah produk tuna loin dari negara eksportir lain masuk di pasar yang sama. Pada saat yang bersamaan dapat pula terjadi penurunan atau kenaikan grade. Tentunya hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi harga jual tuna di pasar luar negeri (Bank Indonesia 2009). Seluruh sistem ini diaudit setiap tahun oleh badan penilai kesesuaian independen yaitu SCS Global (MDPI 2015). Di sisi lain, masih dijumpai indikasi kurangnya transparansi penentuan harga ikan. Dinas Perikanan Kabupaten Halmahera Utara pada kegiatan 12th Indonesia Investment Week 2016, menuturkan bahwa harga yellow fin tuna untuk grade A sebesar Rp per kg di pasar lokal. Sedangkan untuk pasar ekspor harganya berkisar pada range Rp Rp per kg (Liputan6 2016). Namun demikian, sejak awal mula penerapan sistem fair trade USA, harga ikan loin tuna untuk nelayan Dusun Supulesi berkisar pada Rp per kg hingga saat ini mengalami peningkatan mencapai Rp per kg. Di sampan itu, nelayan Dusun Supulesi merasa diuntungkan dengan adanya peberian harga ikan yang tinggi oleh sistem fair trade USA jika dibandingkan dengan harga ikan sebelumnya saat sistem fair trade USA belum diterapkan. Namun demikian, mengacu pada peraturan yang telah ada bahwa fair trade USA mendukung perdagangan yang adil salah satunya melalui prinsip transparansi data, dalam hal ini sistem FT USA dituntut untuk memerhatikan kembali layanannya terhadap masyarakat nelayan dalam transparansi penentuan harga ikan, baik pada tingkat nelayan, pengolah, hingga konsumen. Hal ini merupakan upaya untuk menegakkan praktek perdagangan yang adil. Sistem sanksi Sejalan dengan adanya kesepakatan kerjasama sistem fair trade USA dengan pemerintah setempat melalui mitra MDPI, sanksi-sanksi terhadap pelanggaran operasional produksi mengacu pada peraturan regional setempat. Dengan demikian, pelanggaran terhadap praktek perikanan selama produksi loin ikan tuna sebagai produk fair trade USA salah satunya diatur pada pasal 85 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Ketentuan Pidana yang berbunyi orang yag dengan sengaja memiliki, menguasai, membawa, dan/atau alat bantu penangkapan ikan yng mengganggu dan merusak keberlanjutan sumberdaya ikan di kapal pennagkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia sebagimana dimaksud dalam pasa 9 dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp (dua milyar rupiah). Adapun pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan ketentuan dari sistem sertifikasi fair trade USA di lapangan merupakan tanggungjawab dan peran serta dari monitoring dan evaluasi lembaga pendamping (Masyarakat dan Perikanan Indonesia). Sanksi dari pelanggaran-pelanggaran normatif pada segmen nelayan maupun supplier di sepakati secara bersama melalui musywarah kelompok dengan arahan MDPI sebagai fasilitator. Sistem monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan maksud agar project dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik 15

30 16 bagi pengelola project di setiap tingakatan. Umpan balik ini memungkinkan pemimpin project mengambil tindakan korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan (Departemen Monitoring dan Evaluasi IFAD 1990). Monitoring dan evaluasi dalam menjalankan sistem sertifikasi fair trade dilakukan sepenuhnya oleh Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia. Dalam pelaksanaannya, sistem monitoring dan evaluasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu saat sebelum dan setelah proses audit sertifikasi fair trade USA. Berikut pelaksanaan monitoring dan evaluasi lebih lanjut disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem fair trade USA pada kelompok nelayan handline di Dusun Supulesi Sebelum proses audit sertifikasi Setelah proses audit sertifikasi Pelaksana Lembaga Masyarakat dan Perikanan Lembaga Masyarakat dan Pengawasan Indonesia Perikanan Indonesia Dasar Hukum Standar Peraturan Fair Trade USA Standar Peraturan Fair Trade USA Tugas Mengawasi pelaksanaan Memastikan jumlah dana penangkapan premium yang didapat oleh Memonitor hasil tangkapan dan kelompok sesuai dengan prosesnya di setiap kelompokkelompok ketentuan semestinya yakni 10% nelayan rata - rata harga ikan di tingkat Membimbing dan 0mengarahkan supplier per provinsi x jumlah nelayan secara formal melalui rapat ikan yang diekspor pertemuan maupun pertemuan Mengawasi pemanfaatan dari informal selama praktek di lapangan dana premium Tugas Memberikan pelatihan pada nelayan Memonitor dan menerima masukan maupun keluhan nelayan selama melakukan proses penangkapan dan terlibat dalam sistem fair trade untuk selanjutnya dikordinasikan kepada pihak MDPI sehingga dapat ditemukan solusi dan pemecahan masalah dikemudian hari. Melaporkan pemanfaatan dana premium kepada SCS untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan audit sertifikasi fair trade yang dilakukansecara berkala Menjaga pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari pemanfaatan dana premium agar sesuai dengan tujuan yang disepakati secara bersama Ketika sistem fair trade USA di Dusun Supulesi berjalan, terdapat beberapa permasalahan yang timbul dari keluhan nelayan, yaitu adanya agenda rapat pertemuan beberapa kali yang secara tidak langsung menghambat kegiatan operasional penangkapan, juga memengaruhi jam istirahat nelayan. Hal ini berhubungan dengan pola perilaku dan kehidupan nelayan sebelumnya. Di sisi lain sitem fair trade USA diharapkan mampu hadir sebagai media bagi nelayan untuk meningkatkan keahliannya dalam melakukan produksi sebagai pekerja lokal yang tetap dapat bersaing di pasar global. Situasi ini mendesak para nelayan dan sistem itu sendiri untuk dapat saling beradaptasi. Sebagai suatu proses perubahan, adaptasi dapat berakhir dengan sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Oleh karenanya, adaptasi merupakan suatu interaksi yang berlangsung terus antara manusia dengan manusia, dan antra manusia dengan ekosistemnya (Chairawaty 2013). Untuk mengatasi masalah ini, supplier berdiskusi dengan kordinator MDPI untuk Dusun Supulesi untuk dapat menetapkan jadwal pertemuan dan mengkomunikasikan hambatan-hambatan yang dirasakan oleh nelayan. Dengan

31 demikian, perlahan nelayan terbiasa untuk mengikuti agenda pertemuan dengan tanpa menganggu kegiatan operasional penangkapannya. Adapun kebijakan yang juga diputuskan secara musyawarah berdasarkan permasalahan yang timbul dari nelayan yang berhalangan hadir pada pertemuan, yakni dengan mewajibkan penyampaian informasi oleh anggota yang hadir, setiap satu orang anggota nelayan yang hadir pada pertemuan wajib menyampaikan informasi kepada tiga orang diluar pertemuan. Permasalahan lain dari hasil pengamatan peneliti adalah minimnya peran serta pemerintah baik sebelum maupun sesudah adanya program sertifikasi fair trade USA untuk wilayah Dusun Supulesi. Pada bulan April 2015, bantuan sarana dan prasarana bidang perikanan disalurkan oleh pemerintah (Bupati Maluku Tengah) kepada sejumlah kelompok nelayan melalui Pangkalan Pendaratan Ikan Masohi Kecamatan Amahai. Bantuan yang diberikan berupa 100 unit colbox, 2 unit rumpon laut dalam, 6 unit rumpon laut dangkal, 75 unit mesin tempel Yamaha 15 PK + bodi fiber 1,5 GT, 10 unit mesin tempel Yamaha 40 PK + body fiber 3 GT dan 3 unit keramba jaring apung (PIPP 2015). Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, beberapa bantuan terkait kebutuhan operasional penangkapan ikan tidak sampai pada nelayan sebagaimana tujuan diadakannya bantuan tersebut, antara lain beberapa bantuan kapal dan mesin motor tempel diterima oleh seseorang yang berprofesi bukan sebagai nelayan, sehingga beberapa dari bantuan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Selain daripada itu, hal ini memicu adanya praktik jual-beli barang bantuan pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah menyampaikan, adapaun pemberian bantuan operasional untuk nelayan dilakukan secara berkala sesuai agenda dan anggaran yang berlaku. Keterbatasan jumlah petugas pengawas perikanan dan akses pemerintah untuk menuju sampai ke desa-desa di wilayah Kabupaten Maluku Tengah juga menjadi faktor terjadinya salah sasaran dalam pemberian bantuan. Permasalahanpermasalahan yang timbul ini merupakan indikasi dari belum optimalnya data nelayan bagi pemerintah yang digunakan sebagai informasi dasar terkait program pemberian bantuan. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah dalam hal ini adalah dengan memanfaatkan Lembaga yang tengah bergerak mendampingi kelompokkelompok masyarakat nelayan, dalam hal ini Masyarakat dan Perikanan Indonesia. Kordinasi dan komunikasi yang transparan antara Masyarakat dan Perikanan Indonesia dengan pihak pemerintah setempat pula sejalan dengan prosedur fair trade USA yang mengutamakan praktik sistem transparan dari seluruh unsur yang terlibat. Dengan adanya peran lembaga dalam membantu memberikan kebutuhan nelayan diharapkan mampu meminimalisir terjadinya permasalahan serupa di kemudian hari. Sistem dana premium Dana ini ditujukan untuk meningkatkan pemasukan tambahan bagi kelompok nelayan melalui pembinaan hubungan bisnis dan masyarakat yang transparan antara kelompok nelayan dan Pemegang Sertifikat, dalam hal ini PT Anova Food Amerika. 17

32 18 Besarnya dana premium yang didapat oleh kelompok nelayan bergantung pada jumlah ekspor dari masing-masing kelompok. Presentase pemanfaatan dana premum ditentukan oleh FT USA yakni, 30% dari keseluruhan dana yang dimiliki tiap kelompok harus dialokasikan untuk program lingkugan di komunitasi nelayan atau masyarakat, 70% lainnya untuk program pembangunan bidang lainnya. Pembayaran Dana Premium FT dilakukan setelah produk FT yang disertifikasi dikirim dalam container ke luar negeri. Dana Premium tidak akan masuk ke rekening pribadi nelayan melainkan dibayarkan langsung ke rekening Komite. Berikut alur proses pencairan dana premium digambarkan lebih lanjut pada Gambar 4. Kelompok nelayan Supplier Pengolah I (PT Harta Samudra) Pengolah II (Anova Foof Amerika Konsumen Dilakukan perhitungan dana premium dana premium dikirimkan ke rekening Komite Konsumen memilih untuk membeli produk tuna bersertifikat dimana dalam setiap pembelian konsumen berpartisipasi kepada masyarakat nelayan melalui dana premium yang diatur oleh FT USA Gambar 4. Alur pencairan dana premium Berdasarkan hasil penelitian, kelompok-kelompok yang berada dibawah naungan Komite Fair Trade Pulau Seram sepakat untuk melakukan pencairan dana Premium berdasarkan waktu per periode yakni setiap 6 bulan sekali. Perhitungan uang premium tersebut adalah 10% dari harga ex-vessel, artinya 10% dari harga pada saat ikan pertama kali mendarat (pembelian tangan pertama / landing site supplier). Proses ekspor selama 6 bulan periode tersebut bisa terjadi beberapa kali ekspor sesuai keputusan pihak pengolah (PT Harta Samudera) yang mengacu pada jumlah stock produksi ikan yang didapat dari nelayan. Dalam prosesnya, data-data jumlah ikan dari setiap kelompok akan dicatat pula oleh MDPI untuk selanjutnya dilampirkan pada lembar tagihan / invoice atas nama Komite Seram kepada Coral Triangle Processor (bagian dari Anova yang menangani uang premium). Memasuki bulan ke-5, masing-masing kelompok nelayan didampingi oleh MDPI mengadakan pertemuan untuk menyusun rencana kegiatan yang selanjutnya akan diajukan pada saat pertemuan besar Komite. Pertama kali pencairan uang premium dibayarkan langsung oleh pihak CTP ke rekening Komite Seram sejumlah invoice yang telah ditagihkan oleh MDPI. Selanjutnya Dana Premium terebut akan dibagikan kepada kelompok nelayan dengan syarat setiap kelompok memiliki rencana penggunaan dana premium yang telah disepakati atau kuorom sebanyak lima puluh plus satu

33 pada saat pertemuan Komite (50% dari jumlah anggota komite ditambah 1 orang kehadiran pada saat pertemuan kesepakatan Komite dilaksanakan). Syarat selanjutnya adalah rencana-rencana kegiatan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah budget masing-masing kelompok, dimana setiap kelompok diperbolehkan mengadakan lebih dari satu rencana kegiatan. Kelompok nelayan Dusun Supulesi sejauh ini telah menerima pencairan dana premium sebanyak satu kali diluar waktu observasi penelitian yang telah dilaksanakan yakni pada bulan februar. Dana ini telah digunakan oleh kelompok untuk membantu pembangunan masjid di sekitar lingkungan Dusun Supulesi, pengadaan P3K kelompok dan untuk pelatihan mengenali satwa-satwa liar dan dilindungi yang ditujukan kepada masyarakat khususnya anak-anak Dusun Supulesi. 19 Pelaksanaan Fair Trade USA dalam Perikanan Berkelanjutan di Dusun Supulesi Sumberdaya ikan dapat diperbaharui, namun sumberdaya ikan mempunyai batas-batas tertentu. Apabila sumberdaya ikan dimanfaatakan tanpa batas serta melebihi batas optimal (MSY) maka dapat mengakibatkan kerusakan dan terancamnya kelestarian lingkungan (Tribawono 2002). Oleh karena itu, untuk menciptakan pemanfaatan yang berkelanjutan, maka diperlukan suatu kebijakan terpadu untuk mengelola sumberdaya ikan (Hamdan 2007). Perairan banda dan sekitar termasuk dalam WPP 714 dimana laut Banda merupakan salah satu daerah penangkapan tuna yang potensial di Indonesia. Hasil penelitian Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) pada 2012 menunjukan madidihang dan tuna mata besar tertangkap pukat cincing (Widodo et al., 2015). Saat ini hasil tangkapan tuna yang berasal dari pukat cincin tidak dikehendaki pasar ekspor, mereka lebih memilih tuna hasil tangkapan pancing. Hal ini memberikan peluang besar bagi nelayan sekitar khususnya masyarakat pulau Seram untuk dapat mengeksploitasi sumberdaya perikanan tuna. Upaya penangkapan terus-menerus akan sangat membahayakan karena akan menyebabkan eksploitasi berlebih. Sebagai sebuah sistem, fair trade USA diharapkan mampu memberikan perhatian untuk dapat mengkawal praktek perikanan berkelanjutan di lapangan. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai pelaksanaan sistem sertifiikasi fair trade USA dalam konsep perikanan berkelanjutan. Ekologi Aspek ekologi memiliki tiga indikator, yaitu ukuran hasil tangkapan, jumlah tangkapan, dan penelitian stok dan biodiversitas. Aspek ini sangat penting untuk mengetahui tingkat eksploitasi (Setiawan 2014). Selain daripada itu aspek ini bertujuan untuk mengetahui apakah dilakukan upaya konservasi oleh pihak-pihak yang terlibat dalam sistem sertifikasi fair trade USA yang tengah berjalan di Dusun Supulesi. Hasil tangkapan tuna di Laut Banda WPP 714 meliputi cakalang, madidihang, dan tuna mata besar. Nelayan handline dari Dusun Supulesi biasanya melakukan

34 20 operasional penangkapan dengan jarak tempuh mil. Namun saat ini ukuran ikan Tuna Sirip Kuning pada lokasi penangkapan tersebut lebih kecil, sedangkan di sisi lain ukuran dan bobot daripada ikan tuna sirip kuning memengaruhi penentuan grade ikan itu sendiri. Menurut sumber buku panduan pengolahan hasil perikanan (2015) Ikan berukuran besar lebih mampu mempertahankan kesegarannya dibandingkan ikan yang berukuran lebih kecil. Dalam bobot yang sama, ikan besar memiliki luas permukaan tubuh relative lebih kecil dibandingkan dengan ikan yang ukuran kecil. Dengan demikian, pada ikan berukuran kecil, bidang kontak antar ikan dengan faktor penurunan kesegaran menjadi lebih besar. Hal ini terkadang memaksa nelayan untuk melanjutkan pencarian daerah penangkapan ikan hingga lepas Laut Banda untuk mendapatkan ikan Tuna Sirip Kuning yang lebih besar guna meningkatkan harga jual. Indikasi adanya praktek penangkapan secara ilegal dari perikanan skala industri menjadi salah satu faktor berkurangnya stok ikan di daerah penangkapan ikan bagi nelayanhandline skala kecil. Menurut Yusuf (2012), kondisi lingkungan dimana terdapat tekanan akibat penangkapan yang berlebih akan berdampak pada berkurangnya populasi ikan. Secara general, data jumlah produksi hasil perikanan tangkap Kabupaten Maluku Tengah sampai dengan tahun 2014 adalahsebanyak ,4 ton. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2013 yakni sebanyak ,2 ton (Statistik DKP Kabupaten Maluku Tengah 2014). Adanya penurunan ukuran dan jumlah hasil tangkapan meskipun produksi perikanan terus meningkat disebabkan oleh jumlah alat tangkap yang juga terus mengalami peningkatan pada periode yang sama. Peningkatan upaya penangkapan ikan yang dilakukan menyebabkan jumlah hasil tangkapan menjadi semakin sulit. Sehingga dapat disimpulkan dalam hal ini bahwa penurunan hasil tangkapan yang dialami nelayan handline Dusun Supulesi disebabkan oleh meningkatnya persaingan dalam penangkapan ikan, baik persaingan penangkapan dengan alat tangkap sejenis maupun dengan alat tangkap yang berada pada pemanfaatan skala industri. Berdasarkan laporan tahunan statistik perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Maluku Tengah (2014) menyebutkan bahwa jumlah alat tangkap di Kabupaten Maluku Tengah sampai dengan tahun 2014 adalah sebanyak unit. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang berjumlah sebanyak unit. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan dan supplier jumlah dan ukuran hasil tangkapan menurun. Hal ini disebabkan upaya penangkapan yang dilakukan terus-menerus oleh armada skala industri menggunakan alat tangkap jaring dengan memanfaatkan rumpon sebagai alat bantu operasional penangkapan. Hasil obeservasi peneliti pula menunjukkan, masih ditemukan pemasangan rumpon di sekitar perairan pulau Seram hingga ke Laut Banda belum sesuai dengan peraturan pemasangan rumpon berdasarkan PERMEN-KP Nomor 26 Tahun 2014 tentang Rumpon. Lokasi pemasangan berada di bawah 10 mil dari garis pantai, serta jarak antar rumpon beberapa diantaranya masih di temukan pada kisaran jarak 3 hingga 5 mil. Selain daripada itu, hasil wawancara dengan beberapa pemilik rumpon dari armada kapal dengan alat tangkap jaring mengakui bahwa belum melakukan pelaporan izin pemasangan rumpon kepada pemerintah kabupaten maupun provinsi disebabkan akses dan birokrasi yang dirasa masih sulit.

35 Dalam hal ini, fair trade USA melalui Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia berupaya mampu berperan aktif dalam upaya penegasan praktek perikanan yang berkomitmen pada peraturan-peraturan regional setempat, sehingga nelayan-nelayan fair trade USA dapat menghasilkan produk dari operasional penangkapan yang legal dan terhindar dari praktek IUU fishing. Upaya ini salah satunya diwujudkan dalam pembuatan ringkasan mengenai aturan rumpon yang mengacu pada PERMEN-KP Nomor 26 Tahun 2014 tentang Rumpon. Ringkasan mengenai aturan rumpon ini masuk ke dalam dokumen persyaratan yang harus dipenuhi wajib oleh nelayan fair trade USA selama proses sistem fair trade USA berjalan. Ringkasan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Selain daripada itu, penelitan mengenai jumlah stok sumberdaya dan biodiversitas sangat penting untuk dilakukan dalam misi mewujudkan pengelolaan perikanan berkelanjutan. Data yang dikumpulkan nantinya sangat berguna untuk mencegah potensi tangkap lebih oleh nelayan. Hal ini disebabakan karena data tersebut dapat digunakan untuk melakukan perencanaan mengenai pembatasan jumlah hasil tangkapan (Setiawan 2014). Dalam hal ini fair trade USA melalui Lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia melakukan kerjasama dengan lembaga lainnya terkait pendataan melalui pengumpulan jenis data port sampling dan data ETP (data temuan hewan yang dilindungi selama operasional penangkapan). Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan perikanan berkelanjutan sebagaimana disebutkan. Namun demikian, transparansi dan tenggat waktu pada proses pengumpulan data diharapkan mampu lebih ditingkatkan kembali sehingga aksi daripada upaya pelestarian dalam rangka perikanan berkelanjutan dapat terwujud sedini mungkin. Ekonomi Parameter ekonomi bertujuan untuk melihat apakah sistem sertifikasi fair trade USA berperan dalam membantu perekonomian pekerja yang terlibat di dalamnya, khususnya nelayan dan supplier (ketua komite). Pendapatan yang dihitung merupakan pendapatan kotor dari hasil transaksi pada operasional penangkapan ikan selama produksi loin yellow fin tuna. Profesi nelayan merupakan mata pencaharian utama bagi nelayan Dusun Supulesi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, supplier atau tengkulak setempat juga merupakan seorang nelayan sebelum aktif di bidang perdagangan. Hasil dari tangkapan nelayan setempat dijual langsung kepada supplier tersebut, tidak ada ikatan atau prosedur tertentu atas hubungan ini, namun pada umumnya penjualan ikan dari nelayan berlandaskan sistem kepercayaan dan ketepatan waktu dalam menjemput ikan hasil tangkapan dan membayar transaksi tersebut. Standar UMR di Provinsi Maluku pada tahun 2015 sebesar Rp ( 2016). Penggunaan UMR sebagai standar adalah karena pada umumnya standar untuk menentukan tingkat kesejahteraan secara ekonomi adalah Upah Minimum Regional (UMR) (Setiawan 2014). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan pendapatan nelayan dari hasil perikanan tangkap pada saat sebelum adanya fair trade USA masih di bawah rata-rata UMR. Berdasarkan hasil wawancara nelayan, sebelum sistem fair trade masuk umumnya mereka mendapatkan penghasilan Rp Rp /bulan dengan harga ikan tuna yang dijual berdasarkan jumlah perekor berkisar antara Rp 21

36 /ekor dimana jumlah hasil tangkapan tuna rata-rata 2-3 ekor/hari dengan berat rata-rata berkisar antara 15-25kg/ekor. Berikut contoh perhitungan pendapatan nelayan Dusun Supulesi sebelum bergabung dengan sistem fair trade USA disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Perhitungan pendapatan hasil tangkapan nelayan Dusun Supulesi sebelum sistem fair trade Modal Operasional Bobot Harga (Rp) Jumlah/hari (Rp) Jumlah/bulan (Rp) BBM 20 lt /lt Perbekalan Es batu 10 buah /buah Sub total Hasil Tangkapan Yellow fin tuna 3 ekor 20 kg /ekor Sub total Total Pendapatan Dengan jumlah hasil tangkapan yang sama yakni rata-rata 1-3 ekor/hari dan juga modal operasional bertambah pada kebutuhan BBM yaitu sebanyak lt/trip, nelayan mendapatkan peningkatan penghasilan yang signifikan menjadi Rp Rp /hari. Berikut contoh perhitungan pendapatan nelayan fair trade pada saat nelayan sudah bergabung dalam sistem sertifikasi fair trade disajikan lebih lanjut pada Tabel 9. Tabel 9. Perhitungan pendapatan hasil tangkapan nelayan Dusun Supulesi setelah sistem fair trade Modal Operasional Banyaknya Banyaknya Bobot Harga (Rp) Jumlah/hari (Rp) Jumlah/20 hari (Rp) BBM 40 lt /lt Perbekalan Es batu 20 buah /buah Sub total Hasil Tangkapan Yellow fin tuna 1 ekor 25 kg /kg Sub total Total Pendapatan Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan parameter ekonomi, sistem fair trade USA dalam hal ini telah memberikan dampak positif yakni, peningkatan jumlah pendapatan nelayan mencapai sepuluh kali lipat dengan jumlah tangkapan normal dalam sebulan berkisar 1-3 ekor dan bobot kg/ekor. Sejalan dengan hasil wawancara nelayan Dusun Supulesi bahwa sejumlah kebutuhan pokok saat ini lebih dapat terpenuhi dibandingkan ketika nelayan melakukan operasional

37 perikanan tangkap sebelum fair trade USA masuk. Adapun peniliaian tingkat kesejahteraan secara lebih men-detail perlu dilakukan upaya pengkajian lebih lanjut berdasarkan metode dan parameter yang lebih dalam. Di sisi lain, dalam hal ini masih diperlukan adanya transparansi fluktuasi harga pasar internasional dalam penentuan harga beli pada nelayan Dusun Supulesi. Sekalipun nelayan merasa diuntungkan dalam peningkatan nilai harga jual ikan, namun transparansi tersebut diperlukan sebagai upaya optimalisasi penegakkan keadilan dalam skema perdagangan sistem fair trade USA, sehingga nelayan mendapatkan upah dan harga yang layak sebagaimana posisinya dalam alur perdagangan fair trade ini. Sosial Salah satu upaya sistem fair trade USA pada aspek sosial mengadaptasi dari prinsip-prinsip fair trade dunia antara lain memastikan tidak ada tenaga kerja anak dan tenaga kerja paksa serta komitmen untuk tidak mendiskriminasi, mengutamakan kesetaraan gender, dan kebebasan berasosiasi. Berdasarkan pengamatan penelitian, prosedur perekrutan tenaga kerja sebagai anggota nelayan fair trade didasarkan pada kesukarelaan nelayan tersebut, dengan syarat usia diatas umur 18 tahun. Perekrutan tenaga kerja sebagai anggota nelayan fair trade USA dilanjutkan dalam pembentukan kelompok, hal ini memberikan peluang bagi nelayan untuk mengembangkan kemampuannya dalam berorganisasi, hal tersebut diikuti pula dengan adanya pendampingan oleh lembaga Masyarakat dan Perikanan Indonesia. Selama berjalannya sistem fair trade USA jarang sekali terjadi konflik antar masyarakat. Permasalah yang pernah terjadi adalah kecemburuan sosial yang timbul dari salah satu pola perilaku kebiasaan anggota yang minim dalam kontribusi penambahan volume hasil penangkapan ikan, dimana semakin banyak hasil tangkapan yang berasal dari nelayan beratas namakan anggota suatu kelompok maka semakin besar pula jumlah premium yang berhak didapatkan kelompok tersebut. Upaya penyelesaiannya adalah musyawarah yang difasilitasi oleh lembaga MDPI bersama para anggota kelompok lainnya. Musyawarah tersebut membahas sebab-sebab minimnya minat untuk kontribusi melakukan operasinal penangkapan ikan disertai pemberian arahan dan motivasi dari MDPI sebagai upaya persuasif dalam meningkatkan pemahaman dan kepercayaan nelayan terhadap sistem fair trade USA. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak MDPI, solusi tersebut dianggap cukup efektif dalam menyelesaikan permasalahan ini. Berdasarkan hasil wawancara, pengambilan keputusan dalam musyawarah kelompok juga cukup mewakili suara masyarakat sekitar Duun Supulesi. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan dana premium kelompok. Pemanfaatan yang sudah dilakukan dari dana tersebut antara lain pembangunan tempat ibadah (masjid), pengadaan P3K kelompok, kebutuhan dana importum untuk kepentingan kelompok, dana kehilangan, serta alokasi untuk kepentingan lainnya yang menyangkut kepentingan bersama. Dalam tahapan ini, masyarakat sekitar secara tidak langsung terwakili suaranya untuk berperan aktif dalam pembangunan wilayah Dusun Supulesi melalui adanya pemanfaatan dana premium kelompok setempat. Selain daripada itu, berdasarkan hasil pengamatan, aspek sosial yang diimplementasikan dari konsep fair trade adalah penguatan organisasi sektor 23

38 24 perikanan dalam produksi dan pemasaran. Adanya label dari sertifikasi fair trade USA menandakan bahwa nelayan telah melakukan kegiatan perikanan secara berkelanjutan dan memerhatikan perlindungan lingkungan, tentunya akan memeberikan nilai tambah dalam hal pemasaran, khususnya untuk pasar-pasar di negara maju. Para nelayan dan supplier sendiri juga merasa lebih baik dan mudah dalam pemasaran, karena ada kepastian harga dan juga kepastian pembeli, sehingga secara tidak langsung hal ini meningkatkan minat nelayan dalam melakukan produksi. Rekomendasi Penyempurnaan Sistem Fair Trade USA di Dusun Supulesi Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bagaimana pelaksanaan sistem sertifikasi fair trade USA pada kelompok nelayan handline di Dusun Supulesi. Setelah mengetahui bagaimana pelaksanaannya dalam konsep perikanan berkelanjutan, dapat disusun rekomendasi hal-hal yang dapat dijadikan masukan dalam perbaikan agar sistem sertifikasi fair trade USA yang tengah berlangsung memenuhi konsep perikanan berkelanjutan sesuai dengan kondisi dan peraturan regional setempat. Hal ini disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rekomendasi penyempurnaan sistem sertifikasi Fair Trade USA dalam konsep perikanan berkelanjutan No Aspek Indikator Indikator Pelak- Rekomendasi 1 Ekologi Ukuran hasil tangkapan Jumlah tangkapan 2 Ekonomi Penelitian stok dan biodiversitas Daerah penangkapan Pendapatan nelayan terhadap UMR Kontribusi perikanan fair trade USA terhadap pendapatan 3 Sosial Frekuensi konflik Keterlibatan nelayan pengambilan keputusan dalam kesuksesan Tidak mengecil Tidak berkurang Dilakukan berkala Tidak menjauh Di atas rata-rata Meningkat nilainya Sedikit/ Tdk ada sanaan Mengeci l Berkurang Belum dilakukan Semakin menjauh Di atas rata-rata Mengalami kenaikkan penentuan harga ikan Sedikit Upaya penegakkan peraturan mengenai alat tangkap, dan rumpon oleh pemerintah Memperketat pengawasan alat tangkap yang dioperasikan khususnya pukat cincin Penelitian mengenai stock dan biodiversitas Transparansi fluktuasi harga di tingkat nelayan, pengolah, dan konsumen yangg berlaku di pasaran (Amerika). Pemerintah turut serta dalam musyawarah/penentuan keputusan (bersama MDPI dan kelompok yang menyangkut kepentingan bersama.

39 Lanjutan 10. Rekomendasi penyempurnaan sistem sertifikasi Fair Trade USA dalam konsep perikanan berkelanjutan No Aspek Indikator Indikator kesuksesan Pelaksanaan Rekomendasi 25 3 Sosial - Perencanaan - Pelaksanaan - Pengawasan - Aktif terlibat - Aktif terlibat - Aktif terlibat Aktif terlibat Aktif terlibat Belum aktif Sosialisasi kepada nelayan mengenai peraturan rumpon dan mengedukasi nelayan mengenai tata cara birokrasinya Pemanfaatan tenaga kecil lokal untuk menciptakan lapangan pekerjaan Kuatnya organisasi dalam kemampuan produksi dan pemasaran Jumlah nelayan anggota fair trade Besar berpeluang Besar berpeluang Pembatasan / pengaturan perwilayah Terlaksana Terlaksana Tidak dilakukan Pemberdayaan lebih lanjut terhadap istri-istri nelayan. Pemberian ayanan informasi untuk nelayan mengenai transparansi data dan operasional perikanan fair trade di tingkat pengolah nasional dan internasional. MDPI berkoordinasi dengan pemerintah setempa merumuskan pengaturan pembatasan jumlah nelayan anggota fair trade. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sistem perikanan di Dusun Supulesi merupakan sistem perikanan skala kecil, penangkapan ikan menggunakan alat tangkap handline dimana pencarian daerah penangkapan ikan menggunakan arah rasi bintang dan mengikuti jejak lumba-lumba. Hasil tangkapan utama perikanan setempat sebelum dan sesudah masuknya fair trade USA adalah ikan tuna sirip kuning. Fair trade USA di Dusun Supulesi adalah sistem perdagangan adil yang berfokus pada pemberdayaan nelayan Supulesi melalui mekanisme jual beli yellow fin tuna dalam bentuk loin. Dalam pelaksanaannya nelayan diwajibkan memenuhi kriteria tertentu memenuhi kualitas ikan grade A dan standar lainnya. Sanksi yang diterapkan untuk pelanggaran praktek perikanan pada sistem ini adalah sanksi berdasarkan UU perikanan Republik Indonesia dan beberapa sanksi yang disepakati oleh musyawarah kelompok terhadap pelanggaran secara internal dalam sistem. Dalam pelaksanaannya fair trade USA memberlakukan sistem monitoring dan evaluasi oleh lembaga Masyarakat Dan Perikanan Indonesia agar perikanan di

40 26 Dusun Supulesi dapat lolos pada tahap audit sertifikasi fair trade. Selain itu, dalam sistem ini nelayan berhak mendapatkan dana premium sebagai bentuk insentif yang selanjutnya digunakan sebagai pemberdayaan kelompok dan lingkungan sekitar. Terdapat beberapa hal dari praktek perikanan fair trade USA yang belum sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Masih dijumpai adanya penangkapan ikan oleh nelayan anggota fair trade USA di wilayah rumpon yang belum berizin. Kemudian, fair trade USA di Dusun Supulesi belum memiliki pengaturan jumlah batas anggota nelayan pada setiap kelompok, hal ini diperlukan untuk menghindari resiko penangkapan berlebih. Selain daripada itu, dalam prinsip fair trade USA diberlakukan adanya keadilan dan transparansi, namun demikian belum ditemukan adanya upaya dalam memberikan informasi secara transparan mengenai penentuan harga ikan yang berlaku terhadap nelayan. Saran Terdapat beberapa saran agar pelaksanaan skema sertifikasi fair trade USA di Dusun Supulesi dapat berjalan lebih baik sesuai dengan prinsip fair trade dan koonsep pembangunan perikanan berkelanjutan 1. Peningkatan perhatian pemerintah dalam pengawasan dan pengaturan praktik penangkapan setempat masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam kemudahan akses dalam pelaporan kepemilikan rumpon. 2. Dalam alur sistem fair trade USA yang sedang berjalan masih diperlukan transparansi penentuan harga beli dari penolah terhadap nelayan. 3. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai stock bidiversity guna memberikan data akurat dari sistem monitoring sumberdaya ikan untuk keperluan pengaturan jumlah eksploitasi dalam rangka upaya pembangunan perikanan berkelanjutan. 4. Diperlukan adanya upaya pemerintah setempat dalam hal kontribusi sistem pendataan perikanan skala kecil dalam rangka pengelolaan perikanan tuna di Indonesia, salah satunya dalam hal ini dengan melanjutkan contoh protokol IFISH. 5. Diperlukan upaya kerjasama antara MDPI, FT USA dan pemerintah setempat untuk merumuskan pengaturan kelayakan jumlah nelayan dalam skema perikanan fair trade USA pada masing-masing kelompok untuk menghindari adanya effort berlebih sehingga mengakibatkan over fishing. 6. Dilakukan musyawarah atau pertemuan berkala dalam rangka sosialisasi antara Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Maluku Tengah, Swasta atau NGO, dan nelayan. Hal ini merupakan bentuk pendekatan untuk menunjang adanya insentive gap diantara ketiga elemen tersebut. Sehingga semua elemen dapat terlibat aktif dan termotivasi untuk menjalankan sebuah sistem perikanan berkelanjutan.

41 27 DAFTAR PUSTAKA Ariyanti F Penampakan Ikan Seharga Mobil Alphard Pameran Investasi. [terhubung berkala] Diakses pada Oktober 2016 Asia-Pasific Fishery Comission Status and potential of fisheries and aquaculture in Asia and the Pacific [Terhubung berkala]. ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/011/i0433e/i0433e00.pdf. (21 September 2015) Bank Indonesia Pola Pembiayaan Usaha Kecil USAHA PENGOLAHAN TUNA LOIN.Jarkat:Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Boynton Jen Your Seafood: Now Fair Trade Certified. [terhubung berkala]. (10 Januari 2017) Chairawaty Fahnia ANALISIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DALAM GERAKAN FAIR TRADE studi kasus: Petani Kopi Anggota Koperasi Permata Gayu, Kabupaten Bener Meriah, Nanggroe Aceh Darussalam[Tesis]. Jakarta (ID): Univeritas Indonesia Departemen Monitoring dan Evaluasi IFAD Sistem Monitoring dan Evaluasi Proyek-proyek Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Jakarta: BPLPP Departemen Pertanian Dinas Kelautan dan Perikanan Laporan Tahunan Statistik Perikanan Tahun Maluku:DKP Kabupaten Maluku Tengah Fair trade USA Standar Perikanan Tangkap V.01. [terhung berkala]. CFS_Standard 1.0_Bahasa_121914_FINAL.pdf. (20 Oktober 2016) Who we are. [terhubung berkala]. (6 Oktober 2016) News letter of Fair Trade Program. [terhubung berkala]. (5 Januari 2017). FLO Facts and figure. [terhung berkala]. (5 September 2016) Liputan Bisnis: Penampakan ikan seharga mobil alphard. [terhubung berkala]. (20 November 2016) Llich-Cota Perspectives for implementing fisheries certification in developing countries. [Terhubungberkala]. mplementing_fisheries_certification_in developing_countries. (20 September 2015) MDPI FAIR TRADE USA EVERY PURCHASE MATTERS. [Terhubung berkala]. CFS_Standard 1.0_EN_121914_FINAL.pdf (15 September 2015) Munasinghe M Analyzing the nexus of sustainable and climate change: An overwiew. France: OECD. 53p

42 28 Nursalam Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta (ID): Salemba Medika PIPP Penyerahan Paket Bantuan kepada nelayan oleh Bupati Maluku Tengah di PPI Masohi. [terhubung berkala]. (20 November 2016) Ramli Penyerahan Paket Bantuan kepada nelayan oleh Bupati Maluku Tengah di PPI Masohi. [terhubung berkala]. (6 September 2016) Setiawan Iqbal Pengelolaan Lelang Lebak Lebung dalam Pemnafaatan Perairan Umum di Kecamatan Rantau Bayur. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Widodo A Anung, Mahulette R Thomas, Satria F STATUS STOK, EKSPLOITASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN TUNA DI LAUT BANDA. [terhubung berkala]. (20 Oktober 2016) WFTO Prinsip Fair Trade WFTO. [Terhubung berkala]. (15 September 2015)

43 29 Lampiran 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN Pasal 7 Ayat II Setiap orang yang melakukan usaha dan.atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengenai: a. jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan; b. jenis, jumlah, ukuran dan penempatan alat bantu penangkapan ikan; c. daerah jalur, dan waktu atau musim pennagkapan ikan; d. persyaratan atau standar prosedur operasional pennagkapan ikan; e. sistem pemantauan kapal perikanan; f. jenis ikan baru yang akan dibudidayakan; g. jenis ikan dan wilayah penebaran kembali serta penangkapan ikan dan perlindungannya; h. pembudidayaan ikan dan perlindungannya; i. pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya ikan serta lingkungannnya; j. ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkap k. kawasan konservasi perairan; l. wabah dan wilayah wabah penyakit ikan; m. jenis ikan yang dilarang untuk diperdagangkan, dimasukkan, dan dikeluarkan ked an dari wilayah Negaa Republik Indonesia; dan n. jenis ikan yang dilindungi. Pasal 9 Ayat I Setiap orang dilarang memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Pasal 85 Setiap orang yang dengan sengaja memiliki, menguasai, membawa, dan/atau alat bantu penangkapan ikn yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp (dua miliar rupiah).

44 30 Lampiran 2. Ringkasan PERMEN-KP Republik Indonesia Nomor 26 Th 2004 Tentang Rumpon oleh Lembaga Masayarakat dan Perikanan Indonesia

45 Lanjutan Lampiran 2. Ringkasan PERMEN-KP Republik Indonesia Nomor 26 Th 2004 Tentang Rumpon oleh Lembaga Masayarakat dan Perikanan Indonesia II. Ringkasan No Ringkasan Keterangan 1 Ringkasan 1. Jenis Rumpon a. Rumpon hanyut (tidak memakai jangkar/pemberat) b. Rumpon menetap (memakai jangkar/pemberat) 2. Rumpon hanya dapat diunakan oleh kapal penangkap ikan berupa: a. Pukat cincin pelagis kecil dengan 1 kapal b. Pukat cincin pelagis besar dengan 1 kapal c. Pukat cincin grup pelagis besar d. Pancing ulur e. Pancing joran 3. Penerbitan izin pemasangan rumpon a. Surat izin pemasangan rumpon (SIPR) wajib dimiliki setiap orang yang akan memasang rumpon di WPP-RI b. Masa berlaku SIPR sama dengan masa berlakunya SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) c. Setiap kapal penangkapan ikan yang mengoperasikan rumpon wajib membawa SIPR asli 4. Untuk memiliki SIPR, ada beberapa hal penting untuk diketahui oleh pihak berwenang yang bertugas untuk meneluarkan SIPR. Hal tersebut antara lain: a. koordinat area (garis lintang dan bujur) tempat dimana rumpon akan dipasang b. Estimasi waktu pemanfaatan c. Estimasi jumlah dan jenis ikan tangkapan setiap kali beroperasi untuk menangkap ikan d. Melampirkan foto kopi KTP dan SIPI 6. Pada saat pemasangan rumpon, petugas pemantau dapat memantau proses pemasangan rumpon. Terkait dengan hal ini, maka pemilik SIPR kapten kapal diwajibkan untuk : a. Memberikan fasilitas tempat tinggal dan makan yan layak kepada petugas pemantau b. Memberikan akses untuk penggunaan peralatan di atas kapal untuk mendukung kelancaran tugas pemantauan c. Menjamin keselamatan petugas pemantau pemasangan rumpon d. Laporan hasil pemantauan pemasangan rumpon wajib dilaporkan kepada kantor perikanan dan kelautan setempat paling lama 5 hari setelah petugas pemantau turun dari atas kapal 7. Setiap rumpon yang dipasang wajib memiliki radar reflektor yang dipasang oleh pemilik rumpon 31

46 32 Lanjutan Lampiran 2. Ringkasan PERMEN-KP Republik Indonesia Nomor 26 Th 2004 Tentang Rumpon oleh Lembaga Masayarakat dan Perikanan Indonesia II. Ringkasan No Ringkasan Keterangan 1 Ringkasan 8. SIPR dapat dirubah paling lama 3 bulan setelh diterbitkan. Dimana hal ini dilakukan apabila ada perubahan SIPI dan atau perubahan koordinat pesangan rumpon 9. SIPR dapat diperpanjang sebelum 3 buan masa SIPR/SIPI habis 10. Apabila SIPR tidak diperpanjang, maka pemilik rumpon wajib membongkar rumpon 11. Pelaporan pemasangan rumpon tanpa didampingi pemantau selambat-lambatnya dilakukan 14 hari kerja 12. Pelaporan pemanfaatan rumpon dilakukan setiap 6 bulan sekali 13. Sanksi-sanksi yang berlaku terhadap pelanggaran ketentuan mengenai aturan ini ialah sanksi yang bersifat administratif.

47 33 Lampiran 3 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2014 TENTANG RUMPON BAB III PENERBITAN IZIN PEMASANGAN RUMPON Pasal 7 1. Setiap orang yang melakukan pemasangan rumpon di WPP-RI wajib memiliki SIPR. 2. Masa berlaku SIPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan berakhirnya masa berlaku SIPI 3. Setiap kapal penangkap ikan yang mengoperasikan rumpon wajib membawa SIPR asli. Pasal 8 1. SIPR sebagaimana dimaksud dalam Pasl 7 ayat 1), diterbitkan oleh: a. Direktur Jenderal, untuk rumpon dipasang di jalur penangkapan ikan III; b. gubernur, untuk rumpon yang dipasang di jalur penangkapan ikan II; c. bupati/wali kota, untuk rumpon yang dipasang di jalur penangkapan ikan I. 2. Penerbitan SIPR oleh gubernur dan bupati/wali kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c dalam pelaksanaannya dilakukan oleh kepala dinas atau pejabat yang ditunjuk. 3. Gubernur dan bupati/wali kota menyampaikan laporan SIPR yang diterbitkan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal setiap 6 (enam) bulan. 4. Persyaratan dan tata cara penerbitan SIPR yang menjadi kewenangan b dan huruf c datur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah dengan mengacu pada Peraturan Menteri ini. Pasal 9 1. Penerbitan SIPR sebagiamana dimaksud dalam Pasal 8 harus mempertimbangkan jumlah alokasi rumpon yang diizinkan di WPP-RI tertentu. 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai alokasi rumpon di WPP-RI ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal.

48 34 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada 19 Maret 1995 dari pasangan Bapak Heri Jumhaeri dan (Alm) Ibu Euis Nuyanti. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara, Penulis telah menyelesaikan pendidikan formal tingkat menengahnya pada tahun 2012 di SMA Negeri 1 Katapang Kabupaten Bandung. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan formal ke jenjang perguruan tinggi melalui jalur Undangan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama menjalani studi di IPB penulis mendapatkan beasiswa pendidikan PPA/BBM pada tahun ajaran 2013/2014 hingga tahun ajara 2015/2016. Penulis juga aktif mengikuti organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2013/2014 sebagai staff dan 2014/2015 sebagai Ketua Divisi Kajian Strategis. Pada tahun 2015, penulis tergabung dalam kepanitiaan kegiatan Himpunan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan menjabat sebagai Ketua Divisi HUMAS. Penulis juga menjadi asisten praktikum pada kelas responsi Sosiologi Umum tahun ajaran 2015/2016. Pada tahun 2014 penulis mengikuti lomba karya tulis ilmiah sebagai delegasi IPB pada kegiatan Dies Natalis yang dilaksanakan oleh UNAIR, Surabaya. Kemudian pada bulan Januari tahun 2015 penulis kembali menjadi delegasi IPB dalam perlombaan Design and Control Boat Competion (DECONBOTION) yang diselenggarakan di UNDIP, Semarang. Pengalaman penulis sebagai delegasi Universitasi selama masa studi program sarjana diakhiri dengan kesempatan penulis menjadi delegasi pada program Japan Indonesia Cultural and Language Short Course Exchange pada tahun 2015 yang dilaksanakan oleh Intercultural Institute of Japan, Tokyo. Dalam rangka menyelesaikan studi di IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Sistem Fair Trade pada Nelayan Tuna dengan Alat Tangkap Handline di Dusun Supulesi Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

Introduction to. Setiap pembelian itu berarti

Introduction to. Setiap pembelian itu berarti Introduction to Setiap pembelian itu berarti Latar Belakang adanya Fair Trade? Di Amerika keperdulian mengenai asal dan proses dari barang-barang yang mereka beli meningkat. Rela membelanjakan uangnya

Lebih terperinci

Persyaratan-Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut Standar Perikanan Tangkap

Persyaratan-Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut Standar Perikanan Tangkap Persyaratan-Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Standar Perikanan Tangkap Fair Trade USA A. Pengantar Standar Perikanan Tangkap (CFS) Fair Trade USA mencakup berbagai kelompok nelayan dan fasilitasfasilitas

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN 2 ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prospek pasar perikanan dunia sangat menjanjikan, hal ini terlihat dari kecenderungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April Pedoman Pemasok Olam Dokumen terakhir diperbarui April 2018 Pedoman Pemasok Olam April 2018 1 Daftar Isi Pendahuluan 3 Prinsip Pedoman Pemasok 4 Pernyataan Pemasok 6 Lampiran 1 7 Pendahuluan Olam berusaha

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2017 KEMEN-KP. Sertifikasi HAM Perikanan. Persyaratan dan Mekanisme. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS Indonesia 2,3 & 5 Agustus, 2010 LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS Kebijakan dan Konvensi Internasional yang berdampak pada Perdagangan

Lebih terperinci

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Versi 1.0.0 Versi 1.0.0 Fair Trade USA A. Pengantar Standar Produksi Pertanian (Agricultural Production Standard/APS) Fair Trade USA merupakan serangkaian

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor kelautan Indonesia yang cukup signifikan dan Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas yang dikelilingi oleh perairan dan Indonesia

Lebih terperinci

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN Voluntary National Review (VNR) untuk Tujuan 14 menyajikan indikator mengenai rencana tata ruang laut nasional, manajemen

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN No Aspek Indikator Indikator Ekonomi 1 Kinerja Ekonomi Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi pendapatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nelayan mandiri memiliki sejumlah karakteristik khas yang membedakannya dengan nelayan lain. Karakteristik tersebut dapat diketahui dari empat komponen kemandirian, yakni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sendang Biru merupakan salah satu kawasan pesisir yang menjadi prioritas dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa Tmur. Pengembangan

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID) Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah

Lebih terperinci

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN. 5.1 Kesimpulan Ada tiga poin yang menjadi kendala bagi asosiasi sehingga kelembagaan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN. 5.1 Kesimpulan Ada tiga poin yang menjadi kendala bagi asosiasi sehingga kelembagaan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN 5.1 Kesimpulan Ada tiga poin yang menjadi kendala bagi asosiasi sehingga kelembagaan menjadi tidak efisien. Kondisi itu menjadi penghambat alur rantai nilai

Lebih terperinci

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDI DAYA IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan dan memiliki peranan ganda sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2017 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6016) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak pada wilayah segitiga terumbu karang (coral reef triangle) dunia. Posisi tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta

Lebih terperinci

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN PENGANTAR AptarGroup mengembangkan solusi sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan usaha yang wajar dan hukum ketenagakerjaan, dengan menghargai lingkungan dan sumber daya alamnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroforestri adalah sistem dan teknologi lahan dimana tanaman berkayu ditanam secara sengaja pada unit manajemen lahan yang sama dengan pertanian dan/atau ternak. Penanaman

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perikanan tangkap kini dihadang dengan isu praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur atau yang disebut IUU (Illegal, Unreported, and

Lebih terperinci

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016 COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016 PEMENUHAN KONVENSI PERBURUHAN INTERNASIONAL Kami berkomitmen untuk mematuhi semua hukum dan peraturan terkait Ketenagakerjaan yang berlaku. Disamping itu praktek ketenagakerjaan

Lebih terperinci

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU 1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian lndonesia memegang peran yang cukup penting, mengingat potensi sumberdaya ikan tuna di perairan lndonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Permasalahan Sosial Budaya dalam Implementasi Peraturan tentang Perlindungan Spesies Hiu di Tanjung Luar, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara)

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SKRIPSI WINDI LISTIANINGSIH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok komoditas ekspor unggulan di Indonesia. Komoditas kopi berperan dalam meningkatkan devisa negara

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU BAGI MITRA BISNIS

PEDOMAN PERILAKU BAGI MITRA BISNIS PEDOMAN PERILAKU BAGI MITRA BISNIS LORD Corporation ( LORD ) berkomitmen untuk menjalankan bisnis dengan integritas dan standar etika tertinggi. Kami juga berkomitmen untuk mematuhi semua hukum dan peraturan

Lebih terperinci

2 penelitian berjudul Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol (Metapenaeus ensis de Haan) Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya ; Su

2 penelitian berjudul Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol (Metapenaeus ensis de Haan) Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya ; Su 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.1841, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Studi Kelayakan Hutan Rakyat Dalam Skema Perdagangan Karbon dilaksanakan di Hutan Rakyat Kampung Calobak Desa Tamansari, Kecamatan

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH Erika Lukman Staf Pengajar Faperta FPIK UNIDAR-Ambon, e-mail: - ABSTRAK Ikan tuna (Thunnus

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths Kode Smiths Pengantar dari Philip Bowman, Kepala Eksekutif Sebagai sebuah perusahaan global, Smiths Group berinteraksi dengan pelanggan, pemegang saham, dan pemasok di seluruh dunia. Para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU MITRA BISNIS MSD. Nilai dan Standar Kami untuk Mitra Bisnis Pedoman Perilaku Mitra Bisnis MSD [Edisi I]

PEDOMAN PERILAKU MITRA BISNIS MSD. Nilai dan Standar Kami untuk Mitra Bisnis Pedoman Perilaku Mitra Bisnis MSD [Edisi I] PEDOMAN PERILAKU MITRA BISNIS MSD Nilai dan Standar Kami untuk Mitra Bisnis Pedoman Perilaku Mitra Bisnis MSD [Edisi I] MSD berkomitmen untuk melakukan semua kegiatan bisnis secara berkelanjutan dan bertujuan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Permintaan ikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten IV. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive),

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5520) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Sertifikasi Kopi Berkelanjutan di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Sertifikasi Kopi Berkelanjutan di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Sertifikasi Kopi Berkelanjutan di Indonesia Fitria Ardiyani 1) dan Novie Pranata Erdiansyah 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Globalisasi perdagangan menuntut

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

European Union. Potensi rotan ramah lingkungan

European Union. Potensi rotan ramah lingkungan European Union Potensi rotan ramah lingkungan Manfaat rotan ramah lingkungan Solo, (Provinsi Jawa Tengah) Surabaya (Provinsi Jawa Timur) SNV menyadari besarnya kebutuhan akan produk rotan Indonesia yang

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No. 2, November 2012 Hal: 135-140 PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Tuna Lingline Fisheries Productivity in Benoa

Lebih terperinci

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia

Lebih terperinci

Industri Keuangan Non Bank

Industri Keuangan Non Bank 1 Industri Keuangan Non Bank Perusahaan Pembiayaan: Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau jasa; Asuransi Jiwa: Usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG Nelayan Indonesia

SELAMAT DATANG Nelayan Indonesia SELAMAT DATANG Nelayan Indonesia Perikanan Yang Berkelanjutan (Sustainable) Apa itu Yang Berkelanjutan? Kenapa kita tertarik dalam meng-implementasi-kan perikanan yang sustainable? Apa itu Sustainability?

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Bantul memiliki potensi kekayaan sumber

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU i ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU DESI HARMIYATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2013 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2013 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2013 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR NO PARAMETER URAIAN 1 Kabupaten/Kota Kota Makasaar 2 Kecamatan/Desa Kelurahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PERSYARATAN DAN MEKANISME SERTIFIKASI HAK ASASI MANUSIA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 20152014 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, yang terbentang di katulistiwa di antara dua benua : Asia dan Australia, dan dua samudera : Hindia dan Pasifik,

Lebih terperinci

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 257 11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 11.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat kompleks, sehingga tantangan untuk memelihara

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6108 ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 179) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN. PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan dan industri yang bergerak dibidang perikanan memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan devisa bagi negara. Hal tersebut didukung dengan luas laut Indonesia

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

Kode Etik Mitra. I. Pendahuluan

Kode Etik Mitra. I. Pendahuluan Kode Etik Mitra I. Pendahuluan Di Hewlett Packard Enterprise (HPE), kami bekerja secara kolaboratif dengan Mitra kami untuk berbisnis dengan penuh semangat untuk pelanggan dan produk kami, menghormati

Lebih terperinci

TARGET INDIKATOR KETERANGAN

TARGET INDIKATOR KETERANGAN TARGET INDIKATOR KETERANGAN 14.1 Pada tahun 2025, mencegah dan secara signifikan mengurangi semua jenis pencemaran laut, khususnya dari kegiatan berbasis lahan, termasuk sampah laut dan polusi nutrisi.

Lebih terperinci