Psikologi Kepribadian I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Kepribadian I"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan Teori Personologi Henry Murray dan alat tes kepribadian yang dibuat berdasarkan teorinya. Kompetensi Mampu memahami tentang Teori Personologi Henry Murray.

2 Latar Belakang Pendahuluan Dari riwayat keterlibatan Murray dalam psikologi kepribadian, ia dijalur psikoanalisa Freud. Namun karena konsepnya yang sangat bagus dalam memahami dan membedakan kebutuhan-kebutuhan manusia, ia dapat dikelompokkan ke dalam paradigma traits. Pandagan Murray sangat holistik. Manusia harus dipahami sebagai satu kesatuan pribadi yang utuh. Setiap bagian dari tingkah laku manusia harus dalam hubungannya dengan fungsi lainnya, lingkungan, dan pengalaman masa lalu. Ketidaksadaran dan kesadaran, serta fungsi otaknya. Kesemuanya itu harus ditangkap secara keseluruhan agar dapat dipahami makna dari proses kepribadian seseorang. Teori kepribadian memang memberi hukum-hukum yang mungkin berlaku umum bagi setiap orang, namun pemahaman mengenai diri sesorang harus dilakukan secara personal. Berdasarkan fikiran itulah ia dinamakan teori ''personologi'' untuk menekankan bahwa psikologi kepribadian seharusnya mengkosentrasikan diri pada kasus individual pribadi. Ia lebih tertarik untuk melakukan penelitian terhadap sejumlah kecil individu, alih-alih meneliti orang sebanyak mungkin seperti yang sering dilakukan dalam paradigma traits. Menurut Murray, kepribadian adalah abstraksi yang dirumuskan oleh teoritisi dan bukan semata-mata deskripsi tingkah laku orang karena rumusan itu didasarkan pada tingkah laku yang dapat diobservasi dan faktor-faktor yang dapat disimpulkan dari observasi. Prinsipprinsip pokok dari teori kepribadian Murray adalah: 1. Proses psiologis bergantung kepada proses fisiologis. Murray sangat menekankan pentingnya menghubungkan proses dan event psikologi dengan struktur dan fungsi otak, meskipun belum dapat dipahami secara persis bagaimana menghubungkan keduanya. Bagi Murray, fenomena yang membangun kepribadian mutlak bergantung kepada fungsi sitem syaraf pusat, seperti yang dikemukakan secara ringkas: Tanpa otak, tidak ada kepribadian (no brain, no personality). Peran otak untuk mengontrol dan memproses semua aspek kepribadian yang eksis di otak, perasaan, kesadaran, ingatan, keyakinan, sikap, ketakutan, nilai-nilai, dan aspek lainnya disebut regnant. 2. Prinsip mencakup semua hal (all embracing principle). Kepribadian adalah konsep yang dapat menjelaskan semua fenomena tingkah laku. Berbeda dengan pakar Freudian yang berpendapat bahhwa orang bertingkah laku dengan tujuan menghilangkan tegangan 2 Agustini, M.Psi., Psikolog

3 dan memperoleh kepuasan. Menurut Murray, bukan bebas tanpa tegangan diinginkan dan yang memuaskan organisme. Kepuasan itu diperoleh dari melakuakn aktivitas, proses mengurangi tegangan atau mengubah tingkat kebutuhan tegangan (need induced tension). Keadaan tanpa tegangan justru menjadi sumber distres karena manusia terus-menerus memiliki keinginan merasa senang, aktif, maju, bergerak, dan berusaha yang semuanya itu adalah peningkatan tegangan bukan peredangan tegangan. Jadi organisme justru menciptakan tegangan untuk memperoleh kepuasan dari aktivitas memuaskan kebutuhan. 3. Organisasi longitudinal. Konsep kepribadian Murray beranggapan bahwa ada pusat yang mengorganisir dan mengatur proses dalam diri individu, proses yang fungsinya untuk mengintegrasikan kekuatan yang saling bertentangan yang dihadapi individu, memuaskan kebutuhan individu, dan merencanakan pencapaian tujuan individu. Kepribadian harus mencerminkan baik unsur-unsur tingkah laku yang menetap dan yang berulang terjadi, maupun tingkah yang baru dan unik. Kepribadian selalu berkembang, dibentuk oleh semua event sepanjang hayat. Karena itu penyelidikan mengenai masa lalu penting dalam kepribadian yang oleh Murray dilakukan memakai konsep serial dan proceding. Kepribadian selalu berubah dan bergerak maju, tidak statis sehingga tidak benar-benar dapat dideskripsi. Kepribadian harus mencerminkan berfungsinya individu disepanjang hidupnya. Struktur Kepribadian Id - Ego - Superego Murray sebenarnya seorang psikoanalis, pelopor penelitian fikiran-fikiran psikoanalitik yang berusaha menterjemahkan konsep-konsep Freud dan Jung ke dalam hipotesis yang dapat diuji. Ia banyak memberi sumbangan temuan empirik yang mendukung konsep dan teori psikoanalitik dan psikoterapi. Salah satu sumbangan pentingnya adalah penekanan pada konsep motivasi yang sangat kompleks. Menurutnya, masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang semuanya mempunyai bobot yang setara dalam menentukan tingkah laku sehingga motivasi tidak sadar menjadi tidak terlalu penting. Konstruk Id - Ego - Supergo masih dipakai, namun dengan pengertian yang berbeda sebagai berikut: 1. Id: Seperti Freud, Murray memandang Id sebagai gudang semua kecenderungan impulsif yang dibawa sejak lahir. Id menguasai energi dan mengarahkan tingkah laku sehingga menjadi dasar kekuatan motivasi kepribadian. Perbedaanya dengan Freud, Id bukan hanya berisi impuls primitif, amoral, dan kenikmatan, tetapi juga berisi impuls yang dapat diterima baik dan diharapkan masyarakat seperti: empati, cinta, dan memahami lingkungan. 3 Agustini, M.Psi., Psikolog

4 2. Ego : Murray memberi peran ego jauh lebih luaas dari Freud. Sebagai unsur rasional dari kepribadian, ego bukan hanya melayani, mengubah arah, dan menunda impuls id yang tak terima, tetapi ego juga menjadi pusat pengatur semua tingkah laku secara sadar merencanakan tingkah laku, mencari dan membuat peluang untuk memperoleh kepuasan id yang positif. Freud memandang ego sebagai penengah pertentangan id dengan superego yang tidak terdamaikan. Menurut Murray, pendapat Freud itu hanya terjadi kalau ego lemah. manakala ego kuat, ia akan dapat efektif mendamaikan id dengan superego. 3. Superego: Murray menekankan pentingnya pengaruh kekuatan lingkungan sosial atau kultur dalam kepribadian. Seperti Freud ia memandang superego sebagai internalisasi nilainorma-moral kultural pada usia dini yang kemudian dipakai untuk mengevaluasi tingkah laku diri dan orang lain. Murray menolak pendapat Freud bahwa superego telah terkristalisasi pada usia 5 tahun. Menurutnya superego terus menerus berkembang sepanjang hayat merefleksi pengalaman manusia yang semakin dewasa semakin kompleks dan canggih Dinamika Kepribadian Bagi Murray yang paling penting dalam memahami orang adalah keseluruhan direksionalitas atau orientasi tujuan dari aktivitas seseorang, apakah aktivitas itu bersufat internal (dalam pikiran) atau ekternal (dalam ucapan dan tindakan fisik). Perhatiannya kepada maksud dan tujuan orang membuat teori motivasi dari Murray menjadi sistem yang komplkes. Meskipun pada masa itu ada kecenderungan memakai konsep yang jumlahnya kecil dalam menjelaskan motivasi. Murray justru mengaggap perlu memakai konsep yang jumlahnya besar karena motivasi manusia sangat kompleks. Usahanya untuk memperoleh definisi empirik dari variabel-variabel motivasinya, menjadi pelopor dalam ranah motivasi. Dari tiga konsep yang berhubungan dengan motivasi - konsep peredaan tegangan, konsep kebutuhan, dan konsep tekanan - elaborasi Murray terpusat pada konsep kedua yakni konsep kebutuhan. 1. Peredaan Tegangan (Tension Reduction) Seperti Freud, secara umum Murray berpendapat bahwa manakala bangkit need, orang berada dalam tension dan kepuasanlah yang mereduksi tension. Secara bertahap bersama perkembangan anak, anak belajar memperhatikan obyek dan melakukan aksi yang dimasa lalu dapat mereduksi tension. Murray menambahkan dua hal: a. Pertama Orang sering secara aktif berusaha mengembangkan atau meningkatkan tension dalam rangka meningkatkan kenikmatan yang mengikuti tension reduction. 4 Agustini, M.Psi., Psikolog

5 b. Kedua Pada jenis need tertentu, jadi kepuasan tidak hanya diperoleh dari tercapainya tujuan tetapi terlibat dalam suatu aktivitas, tidak peduli tension menjadi turun atau malahan naik, dapat memberi kepuasan. 2. Kebutuhan (Needs) Needs adalah konstruk mengenai kekuatan dibagian otak yang mengorganisir berbagai proses seperti persepsi, berpikir, berbuat untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan. Need bisa dibangkitkan oleh proses internal tetapi lebih sering dirangsang oleh faktor lingkungan. Biasanya, need dibarengi dengan perasaan atau emosi khusus, dan memiliki cara khusus untuk mengekspresikannya dalam mencari pemecahannya. Ada enam kriteria untuk dapat menyimpulkan adanya kebutuhan. Lima kriteria merupakan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, sedang kriteria keenam membutuhkan partisipasi orang yang diamati: a. Hasil akhir dari tingkah laku. b. Pola-pola khusus dari tingkah laku. c. Perhatian dan respon yang terjadi terhadap kelompok stimuli tertentu. d. Ekspresi terhadap suasana emosi tertentu. e. Ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan pada hasil akhir. f. Ungkapan atau laporan subyektif mengenai perasaan, maksud, dan tujuan. Dengan memakai kriteria itu untuk meneliti sekelompok kecil subyek secara intensif, Murray menyimpulkan ada 20 kebutuhan yang penting. Dari 20 kebutuhan itu, 19 bersifat psychogenic, yakni kebutuhan yang kepuasannya tidak berhubungan dengan proses organik tertentu, sehingga dipandang sebagai kebutuhan murni psikologikal. Satu kebutuhan, yakni kebutuhan seks bersifat fisiologik karena kepuasannya berhubungan dengan proses biologi seksual. Semua kebutuhan itu saling berhubungan satu dengan lainnya dalam berbagai cara. Ada kebutuhan tertentu yang membutuhkan kepuasan sebelum kebutuhan lainnya, misal: orang harus terbebas dari rasa sakit, lapar, dan haus sebelum berusaha memuaskan kebutuhan memahami atau bermain. Ada kebutuhan yang berlawanan / konflik dengan kebutuhan lainnya, misalnya kebutuhan otonomi konflik dengan kebutuhan afiliasi. Ada kebutuhan yang cenderung bergabung dengan kebutuhan lain, misalnya agresi mungkin bergabung dengan 5 Agustini, M.Psi., Psikolog

6 dominan. Akhirnya kebutuhan juga mungkin menjadi bagian dari kebutuhan lain - beroperasi hanya untuk memudahkan lainnya misal: kebutuhan merendah mungkin melayani kebutuhan afiliasi. Dari 20 kebutuhan, ada tiga kebutuhan yang banyak mendapat sorotan perhatian, dan pakar-pakar memakainya sebagai subyek atau topik penelitian, yakni kebutuhan berprestasi (need for Achievement = n Ach), kebutuhan afiliasi (need afiliation = n Aff), dan kebutuhan agresi (need for aggression = n Agg). Tabel Kebutuhan dari Murray Need Batasan Singkat Emosi yang Terlibat Press yang Menyumbang Abasement Merendah n Aba Tunduk secara pasif kepada kekuatan eksternal, merasa bersalah bila orang lain berbuat kesalahan, menerima inferioritas, fitnahan, kesalahan, kekalahan, menyalahkan atau membahayakan diri. Malu Berdosa Rendah diri Agresi Kekuasaan orang lain Achievement Prestasi n Ach Untuk menyelesaikan sesuatu yang sulit dan menarik, menguasai, mengatasi rintangan dan mencapai standar, berbuat sebaik mungkin bersaing mengungguli orang lain. Semangat Ambisi Tugas Saingan Affiliation Menggabung n Aff Mendekati dan menyenangi kerjasama dengan orang lain, mendapat afeksi orang yang disenangi menjadi teman dari orang lain. Berbaik hati, berbuat sesuatu bersama dengan orang lain. Kepercayaan Afeksi Cinta Empati Positif: banyak teman Negatif: tidak memiliki teman. Aggression Menyerang n Agg Mengatasi oposisi dengan kekerasan, berkelahi, membalas penghinaan, menghukum, melukai, membunuh, meremehkan, mengutuk dan memfitnah, menyerang pendapat orang lain, mempermainkan orang lain. Marah Mengamuk Benci Agresi Superioritas Penolakan Autonomy Mandiri n Auto Untuk menjadi bebas, melawan paksaan / hambatan, menghindari kekuasaan orang lain, mandiri, tidak terikat, menolak kelaziman. Berdiri sendiri dalam membuat keputusan, menghindari urusan dan campur tangan orang lain. Terhambat Marah Positif: toleran, terbuka Negatif: hambatan fisik, kekuasaan Counteraction Mengimbangi Memperbaiki kegagalan dengan berjuang lagi, menghilangkan pelecehan, mengatasi kelemahan, menekan takut, mengembalikan Kebanggaan Bersalah Tuntutan Tanggungjawab 6 Agustini, M.Psi., Psikolog

7 n Count nama baik, mempertahankan harga diri. Defendance membela diri n Dfd Mempertahankan diri terhadap serangan, kritik, dan celaan, menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, menyembunyikan kegagalan, penghinaan. Malu Kecemasan Kecil Ancaman moral Beban terlalu berat yang Deference Menghormati n Def Mengagumi dan menyokong atasan, memuji, menyanjung. Menyuruh orang lain memutuskan sesuatu mengenai dirinya, tunduk, menyesuaikan diri dengan harapan orang lain. Berbuat lebih baik dari contohnya. Inferioritas Keamanan Wibawa Kekuatan organisasi Dominance Menguasai n Dom Mengontrol lingkungan orang lain, mempengaruhi dengan sugesti, persuasi, atau perintah, membuat orang lain mengerjakan apa yang disuruhnya. Untuk diperlakukan sebagai pemimpin. Keyakinan diri Dikagumi Inferioritas orang lain Exhibition Penonjolan diri n exh Untuk mengesankan, dilihat dan didengar, membuat orang lain kagum, bergairah, terpesona, terhibur, terkejut, terangsang, terpikat. Menjadi pusat perhatian, menonjolkan prestasi, menyatakan keberhasilannya. Kebanggaan Superioritas Ekstasi Lingkungan yang toleran Sanjungan Harm Avoidance Menghindari bahaya Menghindari rasa sakit, luka, penyakit, kematian. melarikan diri dari situasi bahaya, tindakan pencegahan. Untuk melindungi diri sendiri dengan tanpa mengadakan perlawanan. Rasa aman kecurigaan Situasi yang tidak menentu Bahaya yang tersembunyi n Harm Inavoidance Menghindari Rasa hina n Inf Menghindari penghinaan, keluar dari situasi yang memalukan, kondisi yang bisa menimbulkan pelecehan, makian, ejekan, atau sikap masa bodoh. Menahan diri untuk bertindak karena takut gagal. Gamang Takut Kekuatan luar yang kuat dan tidak dapat diduga Nurturance Merawat Memelihara n Nur Memberi simpati, membantu, melindungi, menyenangkan orang lain yang tidak berdaya/bayi/orang yang lemah, membantu orang dalam bahaya. Untuk mengampuni dan berlaku dermawan untuk orang lain. Kasih sayang Terharu Lembut hati Situasi menghiba yang Meminta bantuan Order Teratur Membuat semua teratur, menjaga kebersihan, susunan, organisasi, keseimbangan, kerapian, ketelitian. Untuk berbuat secara teratur Tenang Tidak terburu-buru Disiplin Kerapian 7 Agustini, M.Psi., Psikolog

8 n Ord dengan perencanaan yang cermat sebelumnya. Play Permainan n play Bersenang-senang tanpa tujuan lain, tertawa dan berkelakar. Relaksasi dari stres secara menyenangkan, ikut dalam permainan, sport, menari, minum, dan berjudi. Untuk mentertawakan segala hal. Gembira Santai Tanpa beban Tugas ringan, luang yang waktu Rejection Penolakan n Rej Memisahkan diri dari orang yang tidak disenangi. Mengucilkan, melepaskan, mengusir, tidak mempedulikan, menghinan, atau memutus hubungan dengan obyek yang tidak dikehendaki. Benci Menghina Tidak senang Lingkaran yang tidak menguntungkan Sentience keharuan n Sen Mencari dan menikmati kesan yang menyentuh perasaan. Untuk memiliki dan menikmati keindahan, kesempurnaan yang abadi. Terharu Ketentraman Keindahan ketenangan Sex n Sex Membangun hubungan erotik, melakukan hubungan seksual. Memperoleh ragsangan fisik dan psikologik, memuaskan libido. Terangsang Cinta Rangsangan erotik Succorance Membuat iba n Suc orang Mendapat kepuasan dengan memperoleh simpati dari orang lain, mendekat kepada pelindungnya, untuk dinasihati, dimaafkan. Membuat orang lain mengerti dan membantu dirinya. Kecemasan Tidak berdaya Tanpa harapan Positif: simpati lingkungan Negatif: ditolak lingkungan Understanding Pemahaman N Und Menanyakan atau menjawab pertanyaan umum, tertarik pada teori, memikirkan, merumuskan, menganalisa dan menggenalisir. Untuk memahami apa saja fenomena yang merangsang dirinya. Eksplorasi Paranoid Lingkugan akademik Diskusi 3. Tekanan Kalau kebutuhan merupakan penentu tingkah laku yang berasal dari dalam diri individu, tekanan adalah bentuk penentu tingkah laku yang berasal dari lingkungan. Suatu sifat atau ciri dari orang lain, obyek, atau kondisi lingkungan yang membantu atau menghalangi orang menuju ke tujuan. Tekanan dari suatu obyek (bisa berupa manusia, benda, atau situasi) adalah apa yang dapat dilakukan obyek itu kepada subyek (penerima tekanan), suatu kekuatan yang dimiliki oleh obyek untuk mempengaruhi subyek dengan cara tertentu. Variasi tekanan yang mengenai diri seseorang tidak terhingga banyaknya atau sama dengan jumlah peristiwa yang ditemui setiap orang setiap saat. Murray menyebut berbagai 8 Agustini, M.Psi., Psikolog

9 tekanan terpenting yang biasanya dialami anak-anak. Ragam tekanan pada anak-anak mudah dikenali dan diklaifikasi karena variasi pengalaman anak yang masih sempit. Perkembangan Kepribadian 1. Kompleks Anak-Anak Teori Murray mengenai perkembangan kepribadian bersifat longitudinal, menekankan pada perkembangan sejarah individu. Pendekatannya mirip teori Freud dengan elaborasi dan perluasan yang lebih komprehensif. Seperti Freud ia memusatkan analisisnya pada event atau pengalaman masa awal anak-anak dan pola tingkah laku yang terbentuk selama masa itu. Murray membagi masa anak-anak menjadi lima tahapan, masing-masig ditandai oleh kondisi kepuasan yang dipengaruhi oleh tuntutan lingkungan. Setiap tahap meninggalkan jejak (tanda) dalam kepribadian dalam bentuk kompleks, yakni pola yang dibentuk dari kesan yang mendalam pada setiap tahap, yang secara tidak sadar mengarahkan tingkah laku pada perkembangan berikutnya. 2. Determinan Perkembangan Bagi Murray, kepribadian adalah hasil akumulasi interaksi antara proses kemasakan genetik (genetic maturation) dengan faktor empirik (experiental). Ini karena dua hal, pertama kepribadian berhubungan dengan struktur dan fungsi otak dan kedua semua tingkah laku merupakan proses interaksi antara orang dengan lingkungannya. Determinan maturasi genetik dari kepribadian bersifat fudamental karena dibawa sejak lahir dibawa dalam sel DNA. Faktor lingkungan atau pengalaman menjadi penentu yang kuat karena menjadi sarana perwujudan dari penentu kemasakan genetik. a. Determinan Keanggotaan Kelompok Kelompok sosial dimana individu atau aspirasi individu itu berada mempengaruhi pembentukan kepribadian. Determinan ini misalnya keluarga, etnik, agama, ras, politik, kedaerahan, dan sosio ekonomi. Menjadi bagian dari satu atau beberapa kelompok akan mempengaruhi kepribadian karena keanggotaaan itu berarti memasuki lingkungan sosial dan sistim nilai tertentu. Jadi, kebutuhan tertentu akan dikembangkan secara berbeda dan diekspresikan secara berbeda bergantung kepada variabel eksternal ini. b. Determinan Peran Peran dipandang sebagai determinan khusus terpisah dari determinan kelompok, karena potensinya yang luar biasa dalam membentuk kepribadian yang berbeda didalam kelompok. Budaya telah menentukan peran tertentu dari suatu kelompok dengan tingkat pemaksaan 9 Agustini, M.Psi., Psikolog

10 yang sangat tinggi. Peran okupasional setiap jenis pekerjaan mempunyai moral kerja yang berbeda dan moral individu yang memasuki profesi itu harus mengikutinya, perusahaan juga mempunyai model disiplin yang harus diikuti, setiap orang harus berperan sesuatu dengan profesi dan okupasinya c. Determinan Situasi Determinan kepribadian bisa berupa pengalaman sehari-hari individu, yang terkadang sangat tidak teratur dan tidak dapat diduga. Determinan situasi atau disebut juga diterminan empirik (experiental) bisa berwujud sesuatu yang terjadi berulang ribuan kali tetapi bisa juga hanya terjadi satu kali. Klasifikasi situasi ini agak sukar dilakukan karena cakupannya yang sangat luas namun paling tidak situasi itu bisa berupa: 1) Kejadian yang berlangsung dilingkungan seseorang. 2) Perwujudan disposisi yang dipicu oleh event khusus yang terjadi dilingkungan. 3) Usaha untuk mengerjakan sesuatu dan dampak dari usaha itu, penguatan (reinforcement) positif atau negatif. 3. Belajar Faktor genetik menurut Murray bertanggung jawab atas timbulnya pusat gembira (deligter) dan pusat sedih (distressor) di otak pusat kenikmatan - hedonik dan pusat ketidaknikmatan - unhedonik). Belajar akan memberi hasil sampingan menemukan apa yang dapat menimbulkan kenikmatan dan apa yang menimbulkan kesedihan. Namun pada gilirannya nanti delighter dan distressor inilah yang akan membentuk kepribadian, mengarahkan belajar untuk mendapatkan delighter dan menolak distressor. Fenemona yang terdahulu berinteraksi dengan potensi genetis seseorang untuk menentukan apa yang akan dipelajari berikutnya. Jadi apa yang dipelajari seseorang dalam suatu kejadian akan menentukan atau mengubah performasinya pada peristiwa berikutnya. 10 Agustini, M.Psi., Psikolog

11 Daftar Pustaka Alwisol (2012). Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah-Malang. Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7 th ed.) USA: MC Graw Hill. 11 Agustini, M.Psi., Psikolog

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Pandangan Murray sangat holistik,

Lebih terperinci

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS LABORATORIUM LANJUT PSIKOLOGI EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE EPPS 2015/2016 EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) LATAR BELAKANG Merupakan tes kepribadian bersifat verbal (menggunakan kata -kata),dan

Lebih terperinci

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS)

EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) LATAR BELAKANG Merupakan tes kepribadian bersifat verbal (menggunakan kata-kata),dan menggunakan metode forced choice technique (FCT) dengan pilihan alternatif

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

PERSONOLOGI HENRY MURRAY

PERSONOLOGI HENRY MURRAY PERSONOLOGI HENRY MURRAY Pendahuluan Henry Alexander Murray dilahirkan di New York pada tanggal 13 Mei 1893 dan meninggal pada tahun 1988. Sama seperti pandangan psikoanalisa, Henry Murray juga berpendapat

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Dinamisme (the

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Relasi Objek Teori Relasi Objek: 1. Pentingnya pola

Lebih terperinci

Novia Sinta R, M.Psi.

Novia Sinta R, M.Psi. Novia Sinta R, M.Psi. Dikenal di Indonesia dengan nama Skala Kecenderungan Kepribadian (K5) Diciptakan oleh Allen L. Edwards Tes ini tergolong sebagai tes kepribadian atau Personality Inventory Utk melihat

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Psikologi Modern Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Psikologi Modern Teori-teori kepribadian modern

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Struktur Kepribadian Ego Kreatif Ego kreatif:

Lebih terperinci

Tes Inventori: EPPS Test

Tes Inventori: EPPS Test Modul ke: Tes Inventori: EPPS Test Modul ini akan menjelaskan tentang definisi, kegunaan, dan metode tes Edward`s Personal Preference Schedule (EPPS) Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi., Psi.

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gordon Allport: Prinsip dasar tingkah laku:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga tergantung dari kultur gebundenheid atau ikatan budaya masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. juga tergantung dari kultur gebundenheid atau ikatan budaya masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dapat didefinisikan dalam berbagai macam definisi. Definisi sastra juga tergantung dari kultur gebundenheid atau ikatan budaya masing-masing masyarakat dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran guna mengembangkan potensi diri

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran guna mengembangkan potensi diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah memiliki program pendidikan yang disesuaikan dengan amanat UU/SISDIKNAS No.20/2003, yakni pendidikan adalah tanggung jawab semua. Amanat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Film merupakan gambar bergerak yang di dalamnya memiliki alur dan cerita yang menarik untuk menghibur para penonton. Alur dan cerita pada film diproduksi

Lebih terperinci

JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN

JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN 4 JOHN DOLLARD & NAEL E MILLER STRUKTUR KEPRIBADIAN John Dollard dan Neal E. Miller bekerja sama di Institute of Human Relation Universitas Yale mengembangkan pendekatan interdisiplin 3 bidang ilmu, yaitu

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I

Psikologi Kepribadian I Modul ke: Psikologi Kepribadian I Fakultas Psikologi Kepribadian dan Konsep-Konsep yang Terkait Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kepribadian Teori psikologi kepribadian

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

merasa dirinya penting (sense of importance) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement) 4) Esteem or status needs

merasa dirinya penting (sense of importance) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement) 4) Esteem or status needs 20 Kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement) Kebutuhan akan perasaan ikut serta

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

TES PSIKOLOGIS (TES EPPS) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung

TES PSIKOLOGIS (TES EPPS) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung TES PSIKOLOGIS (TES EPPS) Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung EDWARD PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) Tes disusun berdasar konsep manifes dari

Lebih terperinci

PROFIL KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU MELALUI EPPS

PROFIL KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU MELALUI EPPS PROFIL KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU MELALUI EPPS (Edward Personal Preference Schedule) Studi pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 IKIP PGRI MADIUN

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10 GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN

Jurnal CARE Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013 PG PAUD-IKIP PGRI MADIUN PROFIL KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DITINJAU MELALUI EPPS (Edward Personal Preference Schedule) Studi pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 IKIP PGRI MADIUN

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus bunuh diri atau dalam psikologi disebut suicide di Indonesia semakin mewabah. Pada tahun 2000, Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan sekitar 1 juta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn. BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar PKn Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar mata pelajaran PKn. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa sebagai salah satu kaum intelektual banyak menorehkan cerita dalam kehidupan sehari hari. Mulai dari cerita akademik hingga kehidupan kesehariannya yang senantiasa

Lebih terperinci

Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Lansia Dalam Komunitas Hidup Religius

Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Lansia Dalam Komunitas Hidup Religius Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Lansia Dalam Komunitas Hidup Religius Suatu Analisis Kebutuhan Berdasarkan Teori Murray Skripsi Servasius Samuel 08.40.0122 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Bandung pada Tahun Ajaran 2013-2014. Sekolah ini

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan

Lebih terperinci

Tes Inventory. Skoring, Interprestasi, dan mengkomunikasikan tes EPPS. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Tes Inventory. Skoring, Interprestasi, dan mengkomunikasikan tes EPPS. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: Tes Inventory Skoring, Interprestasi, dan mengkomunikasikan tes EPPS Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CARA MENILAI : MEMBERI TANDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (precon scious), dan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Madya dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Setiap fase

Lebih terperinci

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis

Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis Modul ke: Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Eric Fromm Pandangan Eric Fromm: Keberadaan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan diri 1. Pengertian Penerimaan Diri Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan orang lain sebagai proses sosialisasi dan interaksi sosial dalam

Lebih terperinci

penderita epilepsi sehingga penderita epilepsi dapat berkembang dan memenuhi kebutuhannya dengan baik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

penderita epilepsi sehingga penderita epilepsi dapat berkembang dan memenuhi kebutuhannya dengan baik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 24 penderita epilepsi sehingga penderita epilepsi dapat berkembang dan memenuhi kebutuhannya dengan baik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kebutuahan Psikologis Penderita Epilepsi menurut teori Murray.

Lebih terperinci

Modul ke: Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi

Modul ke: Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL. Fakultas Psikologi. Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Modul ke: 03 Setiawati Fakultas Psikologi Psikologi Sosial I DASAR-DASAR PERILAKU SOSIAL Intan Savitri,S.P., M.Si. Program Studi Psikologi Kompetensi Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa saja yang

Lebih terperinci

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER. Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 4-9 4 ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER Ali Rachman* ABSTRAK Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kendall dan Kendall (2003: 523), sistem merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kendall dan Kendall (2003: 523), sistem merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Kendall dan Kendall (2003: 523), sistem merupakan serangkaian subsistem yang saling terkait dan tergantung satu sama lain, bekerja

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Saat ini, kriminalitas semakin merajalela. Setiap hari, kita melihat di tayangan

Bab 1. Pendahuluan. Saat ini, kriminalitas semakin merajalela. Setiap hari, kita melihat di tayangan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, kriminalitas semakin merajalela. Setiap hari, kita melihat di tayangan program televisi mengenai tindak kriminal. Tindakan pemerkosaan sebagai salah

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen MODUL PERKULIAHAN Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 14 Abstract Membahas proses dalam pengambilan keputusan pembelian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Sarwono (2006, hlm. 81 82) menyatakan bahwa desain penelitian memiliki dua tipe utama diantaranya desain eksploratori dan desain konklusif yang

Lebih terperinci

Bayi tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka, untuk mengungkapkan emosi yang seg mereka alami adalah suatu tantangan. Meskipun vokalisasi gerakan- ge

Bayi tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka, untuk mengungkapkan emosi yang seg mereka alami adalah suatu tantangan. Meskipun vokalisasi gerakan- ge Bayi tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka, untuk mengungkapkan emosi yang seg mereka alami adalah suatu tantangan. Meskipun vokalisasi gerakan- gerakan tubuh menyediakan beberapa informasi, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

EPPS. EPPS-Kusrohmaniah

EPPS. EPPS-Kusrohmaniah EPPS EPPS-Kusrohmaniah Tes kepribadian Teknik proyeksi tidak terstruktur : Rorschach (populer awal abad 20an tapi lalu menurun popularitasnya) Teknik terstruktur : misal self-report inventories dan behavioral

Lebih terperinci

FASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA

FASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA FASE PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA Fase fase Kepribadian Sigmund Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun dan perkembangan kepribadian sesuda usia 5 tahun sebagian

Lebih terperinci

LAPORAN KEPRIBADIAN. ISTJ (Introvert Sensing Thinking Judging)

LAPORAN KEPRIBADIAN. ISTJ (Introvert Sensing Thinking Judging) Arkinar Consulting Group Pengembangan SDM Puri Taman Gading Dua No. C-3, Pati, Jawa Tengah https://teskepribadian.arkinar.co.id Email : arkinarconsultinggroup@gmail.com LAPORAN KEPRIBADIAN I II DATA PRIBADI

Lebih terperinci

TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI

TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI, NEED ASESSMENT & PENYUSUNAN RANCANGAN PROGRAM PSIKOEDUKASI DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI DISKUSI KASUS Peserta mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa STRESS Segala kejadian (masa lalu/ masa datang) yang menimbulkan perasaan tidak enak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

diidentifikasi sebagai si pelaksana.

diidentifikasi sebagai si pelaksana. TEORI KEPRIBADIAN Didasarkan kepada analisisnya, Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem yang saling mempengaruhi. Yaitu id, superego dan ego. Konsep id dirumuskan sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN KEPRIBADIAN. INFP (Introvert Intuiting Feeling Perceiving)

LAPORAN KEPRIBADIAN. INFP (Introvert Intuiting Feeling Perceiving) Arkinar Consulting Group Pengembangan SDM Puri Taman Gading Dua No. C-3, Pati, Jawa Tengah https://teskepribadian.arkinar.co.id Email : arkinarconsultinggroup@gmail.com LAPORAN KEPRIBADIAN I II DATA PRIBADI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global yang terus berkembang menuntut manusia untuk lebih dapat beradaptasi serta bersaing antara individu satu dengan yang lain. Dengan adanya suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Definisi dan Manfaat Psikologi Komunikasi Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi ETIK UMB Modul ke: MENGENAL POTENSI DIRI FEB Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM Program Studi Manajemen Passion adalah : Bisa disebut juga panggilan jiwa, atau bisa diartikan hasrat diri dan gairah, orientasi

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature)

Mekanisme Pertahanan Fungsi Mekanisme Pertahanan Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang(Mature) Mekanisme Pertahanan Menurut Sigmund Freud, mekanisme pertahanan bersumber dari alam bawah sadar yang digunakan untuk mengurangi konflik antara dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Freud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Suatu prestasi atau achievement berkaitan erat dengan harapan (expection). Inilah yang membedakan motivasi berprestasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi (Sztompka, 2000;Tiryakin, 1991). Merton menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK Materi pembelajaran 'Motivasi Berprestasi' bertujuan untuk membekali mahasiswa/i akan pengertian, pemahaman terhadap motivasi berprestasi sebagai aspek pendorong untuk mencapai

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, dalam novel Dan Hujan pun Berhenti terdapat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri Lampiran 1 Uji validitas dan reliabilitas Hasil try out Penyesuaian diri No Uji Validitas Keterangan 1 0.382 Diterima 2 0.362 Diterima 3 0.232 Ditolak 4 0.411 Diterima 5 0.317 Diterima 6 0.324 Diterima

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PUSTAKA. sesuatu dalam pencapaiaan tujuan yang telah ditetapkan (Manulan, 1981)

BAB II LANDASAN PUSTAKA. sesuatu dalam pencapaiaan tujuan yang telah ditetapkan (Manulan, 1981) BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Motivasi kerja adalah suatu proses kegiatan yang memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan atau berbuat sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I

Psikologi Kepribadian I MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 14 61101 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan

Lebih terperinci