BAHAN DAN METODE PENELITIAN
|
|
- Benny Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 17 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboraturium Biofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 21 sampai September 211. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun lidah buaya dan aquades. Alat yang digunakan, terdiri dari: Pembeban (4 gram, 5 gram, 6 gram, 7 gram, 8 gram), PASCO CI-6746 untuk sensor gaya yang dihubungkan dengan komputer untuk uji compression strength dan tensile strength, PASCO WA-9857 (sine wave generator) untuk uji vibration strength, alat uji fluks air sistem dead-end, mikrometer sekrup, neraca timbangan, penggaris, tissue, alat tulis, pisau, kaca, isolatip, kamera, gunting Metode Penelitian Penelitian ini meliputi dua tahapan yaitu tahap pembuatan dari bahan daun lidah buaya dengan diberi gaya yang bervariasi dan tahap karakterisasi compression strength, tensile strength, dan vibration strength, serta uji fluks air sistem dead-end pada daun lidah buaya. Persiapan Penelitian Sebelum pelaksanaan penelitian, pencarian pustaka seperti artikel, skripsi, buku, dan sebagainya dilakukan untuk mempersiapkan dasar-dasar teori, perumusan fisika yang berhubungan dengan penelitian sebagai acuan. Persiapan Eksperimen Persiapan eksperimen yang akan dilakukan antara lain penyediaan bahan dan perancangan sistem. Penyediaan bahan, antara lain: pembuatan dengan bahan dasar daun lidah buaya yang telah dikeringkan dengan kadar air yang telah disesuaikan pada suhu ruang (sekitar 29 ºC). Perancangan sistem, antara lain: pembuatan skema alat ukur untuk compression strength, tensile strength, dan vibration strength, serta pembuatan skema alat uji fluks air. Eksperimen Eksperimen terdiri atas tahap-tahap pembuatan daun lidah buaya dan uji karakterisasi sifat mekanik, serta uji fluks air. Pengambilan Data Pembuatan daun lidah buaya a. Membran daun lidah buaya sebagai kontrol Daun lidah buaya dipotong dengan ukuran tertentu, sesuai alat uji masing-masing. Setelah dipotong dengan tebal awal,5 cm dan ukuran yang telah disesuaikan, daun lidah buaya dikeringkan selama 4 hari pada suhu ruang (sekitar 29 ºC). Alas yang digunakan terbuat dari kaca, karena kaca tidak dapat menyerap air pada daun lidah buaya tersebut. Ilustrasi pengeringannya dapat dilihat pada Gambar 12, serta pada Gambar 13 adalah hasil daun lidah buaya setelah dikeringkan. b. Membran daun lidah buaya dengan variasi pembeban Daun lidah buaya dipotong dengan ukuran yang sama seperti daun lidah buaya sebagai kontrol. Setelah dipotong, daun lidah buaya dikeringkan selama lebih kurang 4 hari pada suhu ruang (sekitar 29 ºC). Sebagai variabelnya, daun lidah buaya tersebut diberi tekanan yang bervariasi pada saat proses pengeringan berlangsung. Gaya tekan pembebanan ditentukan adalah 4 N (p 1 ), 5 N (p 2 ), 6 N (p 3 ), 7 N (p 4 ), dan 8 N (p 5 ). Daun lidah buaya yang sudah berupa dapat dilakukan pengujian sifat mekanik yaitu compression strength, tensile strength, dan vibration strength, serta uji fluks air dengan sistem dead-end. lidah buaya kaca Gambar 12 Teknik pengeringan daun lidah buaya. Gambar 13 Daun lidah buaya setelah dikeringkan pada suhu ruang (sekitar 29 ºC).
2 18 7 kaca/alas Gambar 14 Skema saat diberi variasi pembeban dengan luas (3 x 7) cm. Pada Gambar 14 dapat dilihat skema daun lidah buaya yang dikeringkan dengan diberi variasi pembeban (4 gram, 5 gram, 6 gram, 7 gram, dan 8 gram). Karakterisasi sifat mekanik a. Uji kuat tekan sampai patah Membran daun lidah buaya dengan tebal awal,5 cm. Setelah daun lidah buaya dikeringkan, tebal menjadi sekitar,1 cm dan memiliki ukuran (3 x 1) cm direkatkan pada kedua sisi dengan isolatip dan ditekan tepat pada tengah-tengah. Ujung alat penekan yang digunakan dibuat tidak runcing (tumpul) dengan luasan alat penekan,94 cm 2, seperti dapat dilihat pada Gambar 15. Pengujian dilakukan sampai patah dan diukur gaya maksimumnya, dapat dilihat uji kuat tekan pada Gambar 16. alas F jarum penekan perekat pembeban sampel b. Uji kuat tarik sampai putus Uji kuat tarik dilakukan dengan menjepit dan menghubungkan dengan sensor gaya yang langsung terhubungkan dengan komputer. (Seperti dapat dilihat pada Gambar 18). Membran diberi gaya tarik sampai putus dan diukur gaya maksimumnya. Pada Gambar 17 dapat dilihat skema uji kuat tarik dengan luas penampang yang digunakan adalah luas tersebut (4 x 2) cm, dengan tebal awal,5 cm dan setelah daun lidah buaya dikeringkan, tebal menjadi sekitar,1 cm. Gambar 17 Skema uji kuat tarik. Gambar 18 Tensile strength. c. Uji kuat getar sampai putus Frekuensi tetap L perekat tali penghubung F L Gambar 15 Skema uji kuat tekan. Gambar 19 Skema uji kuat getar. Gambar 16 Compression strength.
3 19 Gambar 2 Vibration strength. Membran daun lidah buaya dengan tebal awal,5 cm. Setelah daun lidah buaya dikeringkan, tebal menjadi sekitar,1 cm dan luas (1 x.1) cm. Kuat getar dilakukan untuk menentukan seberapa besar daya tahan apabila digetarkan. Kuat getar juga dilakukan untuk menentukan jumlah getaran yang mampu ditahan dalam selang waktu tertentu sampai putus. Pada pengujian ini, digetarkan dengan frekuensi tetap secara kontinyu sampai putus. Setelah itu, dihitung jumlah getaran yang dapat ditahan oleh. Gambar 19 adalah skema uji getar pada daun lidah buaya dan Gambar 2 pengujian Vibration strength pada daun lidah buaya, dengan frekuensi yang disesuaikan. Uji fluks air Uji fluks air pada daun lidah buaya ini dilakukan dengan sistem dead-end, yaitu larutan umpan yang dialirkan secara tegak lurus terhadap. Uji fluks deadend untuk menguji kemampuan menyaring daun lidah buaya. Pada pengujian ini, yang sudah dikeringkan, direndam dengan menggunakan aquades sekitar 4 hari pada suhu ruang (sekitar 29 ºC) dengan tebal awal,5 cm. Setelah dikeringkan daun lidah buaya tebal menjadi sekitar,1 cm dan ukuran (6 x 4) cm, setelah itu dilakukan pengujian. Gambar 21 Alat uji fluks dead-end. Membran daun lidah buaya diletakkan di alat uji fluks air dengan luasan penampang (4 x 2) cm dan pemberian tekanan yang tetap. Setelah itu, diperoleh hubungan antara volume larutan yang melewati dan waktu yang dibutuhkan oleh larutan saat melewati e, seperti pada Gambar 21. HASIL DAN PEMBAHASAN Tensile Strength (Kuat Tarik) Pengujian dengan tarikan merupakan salah satu uji untuk sifat mekanik. Semakin kuat suatu bahan ditarik maka semakin baik bahan tersebut digunakan dalam aplikasi teknologi. Luas penampang yang digunakan adalah luas daun lidah buaya (4 x 2) cm. Gambar 22 memperlihatkan hubungan kuat tarik dan variasi pembeban saat pengeringan dan tanpa pembebanan (kontrol) pada. Pada uji kuat tarik, sampel daun lidah buaya yang tanpa pembebanan saat pengeringan (kontrol) merupakan yang paling kuat. Hal ini dapat dilihat dari gaya yang diberikan untuk menarik pun akan semakin besar. Pada sampel daun lidah buaya yang diberikan pembeban ternyata bahwa semakin besarnya pembeban yang diberikan, maka semakin kecil kuat tarik yang diperoleh. Membran daun lidah buaya yang tanpa pembeban (kontrol), dan diberikan beban 4 gram, 5 gram, 6 gram, 7 gram, dan 8 gram, masing-masing menghasilkan kuat tarik berturut-turut sebesar 32,65 N/cm 2 ; 25,4 N/cm 2 ; 14,49 N/cm 2 ; 8,25 N/cm 2 ; 6,82 N/cm 2 ; dan 3,83 N/cm 2. Kuat tarik yang paling besar terdapat pada daun lidah buaya yang tanpa pembeban saat pengeringan (kontrol). Hal ini karena pada saat dilakukan pengeringan tanpa adanya pembeban, daun lidah buaya memiliki serat yang sangat kuat. kuat tarik (N/cm 2 ) kontrol Keterangan : p1 p2 p3 p4 Keterangan : p5 kontrol : pembeban gram p3 : pembeban 6 gram p1 : pembaban 4 gram p4 : pembeban 7 gram p2 : pembaban 5 gram p5 : pembeban 8 gram Gambar 22 Nilai kuat tarik pada beberapa uji.
4 2 9 Selain itu, serat daun lidah buaya tidak mengalami perapuhan atau rusak, sehingga saat pengujian kuat tarik, kontrol saat pengeringan masih memiliki serat yang utuh (kuat). Sedangkan pada yang diberikan variasi pembeban, serat yang dihasilkan mengalami perapuhan karena adanya pembeban sehingga kuat tarik yang dihasilkan kecil. Compression Strength (Kuat Tekan) Kuat tekan dihitung dengan mengukur gaya dibagi dengan luas penampang benda uji yang tegak lurus permukaan. Luas penampang benda yang digunakan untuk menekan permukaan berbentuk lingkaran yang diameternya 1,1 cm dan luasnya,94 cm 2. Gambar 23 memperlihatkan hubungan antara kuat tekan dan variasi pembeban dan tanpa pembeban (kontrol) pada. Berdasarkan Gambar 23 tersebut, ternyata kuat tekan daun lidah buaya yang tanpa pembeban (kontrol) memiliki nilai kuat tekan yang terbesar daripada lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa daun lidah buaya tanpa pembeban (kontrol) masih memiliki serat yang sangat kuat, karena tidak adanya perlakuan pembeban sehingga gaya yang dibutuhkan untuk menekan sampai putus sangat besar. Pengujian kuat tekan pada daun lidah buaya yang tanpa pembeban (kontrol), beban 4 gram, 5 gram, 6 gram, 7 gram, dan 8 gram memiliki nilai kuat tekan masing-masing berturut-turut sebesar 35,81 N/cm 2 ; 28,97 N/cm 2 ; 22,99 N/cm 2 ; 2,11 N/cm 2 ; 15,61 N/cm 2 ; dan 11,51 N/cm 2. Pada Gambar 23, dengan pembebanan 8 gram menunjukkan nilai kuat tekan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pembeban yang digunakan maka kekuatan menjadi kecil, akibatnya serat pada rusak atau pecah. kuat tekan (N/cm 2 ) kontrol p1 p2 p3 p4 p5 Gambar 23 Nilai kuat tekan pada beberapa uji. Pada sampel yang diberikan pembeban, tekanan yang diberikan pada luas penampang tidak sebesar pada sampel tanpa pembeban saat pengeringan. Pada uji kuat tekan dapat dilihat perubahan bentuk saat diberi gaya. Vibration Strength (Kuat Getar) Pada uji kuat getar, frekuensi yang digunakan adalah 3 Hz dengan amplitude maksimum (telah diatur). Pada pengujian kuat getar, semakin banyak jumlah getaran yang dihasilkan maka waktu yang diperlukan pun semakin banyak. Pada uji kuat getar, ternyata yang menghasilkan waktu sampai putus tidak dipengaruhi pada variasi pembebanan, tetapi pada saat pengujian, dengan ukuran (1 x,1) cm, terpotong pada saat tepat di serat daun lidah buaya, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk putus. Pada Gambar 24, dapat dilihat bahwa daun lidah buaya tanpa pembeban saat pengeringan (kontrol) yang paling tinggi kuat getarnya. Saat pengeringan, tanpa beban (kontrol) masih memiliki serat yang utuh, sehingga saat pengujian kuat getar daun lidah buaya membutuhkan waktu yang lama sampai putus. Serat yang kuat, membuat susah untuk putus. Sedangkan untuk daun lidah buaya dengan pemberian pembeban saat pengeringan, serat yang terdapat pada daun lidah buaya, sebagian mengalami kerapuhan (pecah), sehingga saat pengujian, waktu yang dibutuhkan tidak sebesar tanpa pembeban. Pada uji kuat getar, kuat getar yang paling kecil terdapat pada daun lidah buaya yang diberi pembeban 7 gram. Hal ini disebabkan, saat pemberian beban sebesar 7 gram, serat pada rapuh (pecah) dan saat pemotongan ukuran, tidak ada serat pada lebar ukuran (1 x.1) cm. jumlah getaran kontrol p1 p2 p3 p4 p5 Gambar 24 Nilai jumlah getar yang mampu ditahan pada beberapa sampel uji.
5 21 1 Fluks Air Fluks air merupakan aliran fluida yang melewati 18. Pada penelitian ini, sistem filtrasi yang digunakan adalah dead end, dengan pemberian tekanan tetap 5 psi dan luasan penampang (4 x 2) cm. Aliran uji filtrasi dead-end ternyata tidak bergantung pada variasi pembebanan. Pada tanpa pembeban saat pengeringan (kontrol), terlihat nilai fluks yang dihasilkan masih kecil, karena serat yang terdapat pada kontrol masih kuat. Sedangkan pada dengan pemberian pembeban 8 gram, nilai fluks air lebih besar, karena serat pada sudah rusak akibat pembebanan. Oleh sebab itu partikel-partikel tidak dapat disaring sebaik yang tanpa pembeban. Pada sifat mekanik pada daun lidah buaya dan kekuatan bahan, tanpa pembeban saat pengeringan (kontrol) merupakan yang paling baik. Pada pengujian filtrasi, tanpa pembeban saat pengeringan (kontrol) juga paling baik, karena pori yang terdapat pada masih kecil. Saat uji filtrasi, serat yang kuat berfungsi menahan partikel-partikel pada pori-pori, sehingga penyaringan (filter) yang dilakukan lebih baik daripada yang diberi pembeban. Kondisi daun lidah buaya yang disintesis tanpa pembeban memiliki fluks air yang menurun terhadap waktu. Dengan demikian kondisi tanpa pembeban (kontrol) berada pada kondisi yang baik atau belum terjadi kerusakan karena pada daun lidah buaya tanpa pembeban (kontrol) serat pada dapat menahan fouling. Namun berbeda dengan daun lidah buaya dengan pemberian pembeban 8 gram, nilai fluks air yang dihasilkan cukup tinggi dan semakin lama waktu filtrasi fluks airnya semakin meningkat. Hal ini dimungkinkan karena tersebut mengalami pelebaran pori-pori, sehingga volume air yang melewati tersebut semakin meningkat terhadap waktu..3 fluks air (m 3 /cm 2 s) Kontrol press 4 gram press 5 gram press 6 gram press 7 gram press 8 gram waktu (s) Gambar 25 Hubungan fluks air terhadap waktu.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya tahap sintetis, karakterisasi serta uji kinerja. Tahap sintesis dan uji kinerja
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu pelat baja menurut diameter dan jumlah paku pada sesaran tertentu ini dilakukan selama kurang lebih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2010. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut : untuk pembuatan
Lebih terperinciStudi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu
Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu Mitra Rahayu1,a), Widayani1,b) 1 Laboratorium Biofisika, Kelompok Keilmuan Fisika Nuklir dan Biofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas Pembuatan pulp dari serat daun nanas diawali dengan proses maserasi dalam akuades selama ±7 hari. Proses ini bertujuan untuk melunakkan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 AlaT Penelitian Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan komposit : a. Alat yang digunakan untuk perlakuan serat Alat yang digunakan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di
19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Eksperimen Fisika
Lebih terperinci3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan
3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,
Lebih terperinciLampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:
55 Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi: a. Pengukuran Ketebalan Film (McHugh dan Krochta, 1994).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan selama proses treatment atau perlakuan alkalisasi serat kenaf dapat dilihat pada Gambar 3.1. (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Gambar 3.1. Peratalatan
Lebih terperinciDINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Besaran dan Satuan
Panjang benda yang diukur dengan jangka sorong (ketelitian 0,1 mm) diperlihatkan seperti gambar di bawah ini : 3 cm 4 cm 0 5 10 Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa panjang benda adalah... A 33,00
Lebih terperinciJudul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat
Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Diajukan oleh Tika Kumala Sari (3310100072) Dosen Pembimbing Alia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data, nilai rata-rata dimensi strand yang ditentukan dengan menggunakan 1 strand
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.
III.METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : 1. Pengujian diameter dan panjang serat ijuk serta pembuatan spesimen uji di Laboratorium
Lebih terperinciPapan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI
Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini berupa metode eksperimen. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh daun sukun dalam matrik polyethylene.
Lebih terperinciIII.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei
17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bahan Serat Sisal (Agave sisalana Perr.) Serat sisal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari serat sisal kontrol dan serat sisal yang mendapatkan perlakuan mekanis
Lebih terperinciGambar 3.2. Polyeseter dan MEKPO.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Penyiapan Bahan Pada proses penyiapan bahan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pandan Berduri Daun pandan berduri
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan
Lebih terperincijatuh ke gelas ukur. Hal ini yang membuat hasil pengukuran kurang akurat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Alat dan Bahan Penelitian Dalam proses pembuatan membran selulosa asetat 12% mempunyai kendalan dalam proses pencetakan karena alat cetak yang digunakan masih sederhana. Alat cetak yang sederhana ini
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Alat yang digunakan selama proses persiapan matriks (plastik) dan serat adalah : 1. Gelas becker Gelas becker diguakan untuk wadah serat pada saat
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN NILON YANG BERASAL DARI LIMBAH BENANG
Jurnal Biofisika 10 (1): 8-18 SINTESIS DAN KARAKTERISTIK MEMBRAN NILON YANG BERASAL DARI LIMBAH BENANG E. R. Apipah, Irmansyah, J.Juansah Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Alat Penelitian 1. Mesin electrospinning, berfungsi sebagai pembentuk serat nano.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan penelitian Bahan penelitian yang digunaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. PVA gohsenol (polyvinyl alcohol). 2. Aquades. 3. Nano emulsi kitosan ukuran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium Metrologi Industri Teknik Mesin serta Laboratoium Kimia Teknik Kimia Universitas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan bahan-bahan sebagai berikut : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Tempat dan Waktu Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan bahan penelitian ini terdiri atas pelepah salak, kawat, paku dan buah salak. Dalam penelitian tahap I digunakan 3 (tiga) varietas buah salak, yaitu manonjaya, pondoh,
Lebih terperinciDASAR PENGUKURAN FISIKA
DASAR PENGUKURAN FISIKA M1 TUJUAN 1. Mampu melakukan pengukuran dan membedakan penggunaan berbagai alat ukur 2. Mampu menghitung densitas zat padat dan zat cair TUGAS PENDAHULUAN 1. Jelaskan pengertian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut : a. Analisa struktur mikroskofis komposit (scanning electron microscope) di Fakultas
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66
DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan... 66 a. Ekstraksi pati ganyong... 66 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokompsit Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kekuatan Bahan dan Laboratorium
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.
49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 1. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.
Lebih terperinciUJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D
1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2012. Pengamatan berat telur, indeks bentuk telur, kedalaman kantung udara, ketebalan kerabang, berat kerabang
Lebih terperinciANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)
ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate) Hilda Trisna, Alimin Mahyudin Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Andalas, Padang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengukur nilai sifat mekanis hasil sintesis dan kualitas hasil sintesis pada bahan dasar kaca laminating dan tempered. Sifat mekanis yang diukur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 4.1 Geometri Strand pada Tabel 1. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran nilai rata-rata geometri strand pada penelitian ini tertera Tabel 1 Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand, perhitungan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian terapan, yang pelaksanaannya kebanyakan dilaksanakan di laboratorium. Agar supaya, tujuan peneltian dapat tercapai dalam
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH
METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH SNI 03-1742-1989 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi tanah dengan memadatkan di dalam
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,
Lebih terperinciKARAKTERISASI SIFAT MEKANIK HASIL ELEKTROPLATING NIKEL KARBONAT (NiCO 3 ) PADA TEMBAGA (Cu)
KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK HASIL ELEKTROPLATING NIKEL KARBONAT (NiCO 3 ) PADA TEMBAGA (Cu) Andrisel Putri, Sri Handani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas,Padang Kampus Unand Limau Manis, Pauh Padang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di
25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Karakterisasi sampel
Lebih terperinciBAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN. 17 Ibnu Maulana Yusuf
BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN Gambar 3.1. Skema proses pembuatan filter air dari karbon serbuk dan pasir silika 17 III.2. TAHAP PERSIAPAN Pada tahap persiapan, proses-proses yang dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Aluminum Foil 99,9% Pemotongan Sampel Degreasing dengan NaOH Pembuatan sampel anodisasi Anodisasi 150 ml H 2 SO 4 3M + 150 ml H 2 C 2 O 4 0,5M
Lebih terperinciTATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM
TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai Agustus 2011. Pemotongan kayu dilakukan di Work Shop Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium, dimana secara garis besar terdiri dari 3 tahap : 1. Tahap 1 yaitu mempersiapkan
Lebih terperinciPENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG
PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Sonya Yuliantika, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Labaratorium Analisis
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian
Lebih terperinciK13 Revisi Antiremed Kelas 10 FISIKA
K Revisi Antiremed Kelas 0 FISIKA Getaran Harmonis - Soal Doc Name: RKAR0FIS00 Version : 06-0 halaman 0. Dalam getaran harmonik, percepatan getaran (A) selalu sebanding dengan simpangannya tidak bergantung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciIII.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di
III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas
Lebih terperinci3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat
10 3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April-Juli 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN
METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain
Lebih terperinciPaving Block. Construction s Materials Technology
Paving Block Construction s Materials Technology introduction flooring stone used as in interior pedestrian wearing surface. (ASTM C 119) paving stone used in an interior pedestrian wearing surface as
Lebih terperinciIII.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pengujian Komposisi Kimia Serat Ijuk di Laboratium Tekno logi Hasil
III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Pengujian Komposisi Kimia Serat Ijuk di Laboratium Tekno logi Hasil Pertanian PoliTeknik Negeri Lampung (Polinela)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Langensari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat sesuai dengan peta pada gambar 3.1.Waktu pengambilan data
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan
Lebih terperinciKAJIAN MEMBRAN NILON PADA PROSES FILTRASI BERTAHAP SISTEM CROSS-FLOW UNTUK DESALINASI AIR PAYAU TRY YUYUN SIHOTANG
KAJIAN MEMBRAN NILON PADA PROSES FILTRASI BERTAHAP SISTEM CROSS-FLOW UNTUK DESALINASI AIR PAYAU TRY YUYUN SIHOTANG DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisisnya berupa pemodelan matematika dan statistika. Alat bantu analisisnya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2012 hingga September 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HASIL
BAB V ANALISIS HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis terhadap output yang didapatkan dan interpretasi hasil penelitian. Analisis hasil tersebut diuraikan dalam sub bab berikut ini. 5.1 ANALISIS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Airlangga, Laboratorium Dasar Bersama
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU DI LABORATORIUM
METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU DI LABORATORIUM SNI 03-3958-1995 BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian kuat tekan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dari bulan Pebruari hingga Juni 2009. Identifikasi herbarium dilakukan di Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, sementara pengamatan
Lebih terperinci24 Media Bina Ilmiah ISSN No
24 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 SIFAT FISIKA EMPAT JENIS BAMBU LOKAL DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT oleh Febriana Tri Wulandari Prodi Kehutanan Faperta UNRAM Abstrak : Bambu dikenal oleh masyarakat
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN
METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran
Lebih terperinciJurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online
Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein PENGARUH PERENDAMAN FILLER SERAT AMPAS TEBU DENGAN VARIASI KONSENTRASI NaOH TERHADAPSIFAT MEKANIK KOMPOSIT RESIN POLYESTER
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand secara lengkap disajikan pada Lampiran 1, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai pengukuran
Lebih terperinciMATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM
PENGUJIAN KAYU 6.1. Umum Kayu merupakan salah satu elemen konstruksi yang mudah di dapat dan tersedia dalam jumlah yang relatif banyak. Kekuatan kayu untuk menahan gaya tarik, desak maupun geser yang cukup
Lebih terperinciV. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN
V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN Sebelum diuraikan mengenai pola dan tehnik pembelahan kayu bulat, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai urut-urutan proses menggergaji, dan kayu bulat sampai menjadi kayu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini
Lebih terperinciGravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK
PENGARUH VARIASI UKURAN PANJANG SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BATAKO The effect of the addition of coconut fiberto compressive strength and flexural strength on brick. Sitti Hajrah
Lebih terperinciMETODE. Lokasi dan Waktu. Materi
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium Produk Majemuk Kelompok Peneliti Pemanfaatan Hasil Hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan
47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut : a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas
19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI
METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua titik Pembebanan dimaksudkan sebagai
Lebih terperinciAntiremed Kelas 10 Fisika
Antiremed Kelas 0 Fisika UAS Doc. Name:K3AR0FIS0UAS Doc. Version: 205-0 2 halaman 0. Perhatikan tabel berikut! Diketahui usaha merupakan hasil perkalian gaya denga jarak, sedangkan momentum merupakan hasil
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa Fakultas
Lebih terperinciAntiremed Kelas 10 Fisika
Antiremed Kelas Fisika Persiapan UAS Fisika Doc. Name:ARFISUAS Doc. Version: 26-7 halaman. Perhatikan tabel berikut! No Besaran Satuan Dimensi Gaya Newton [M][L][T] 2 2 Usaha Joule [M][L] [T] 3 Momentum
Lebih terperinci1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran
1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi
Lebih terperinciIII.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di
III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN Dr. RAMLAWATI, M.Si. Drs. H. HAMKA L., M.S. SITTI SAENAB, S.Pd., M.Pd. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinci