DETEKSI GEN KETAHANAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA POPULASI SILANG GANDA F1 (DCF1) PADI CIHERANG HERMANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DETEKSI GEN KETAHANAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA POPULASI SILANG GANDA F1 (DCF1) PADI CIHERANG HERMANTO"

Transkripsi

1 DETEKSI GEN KETAHANAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA POPULASI SILANG GANDA F1 (DCF1) PADI CIHERANG HERMANTO DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Deteksi Gen Ketahanan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Populasi Silang Ganda F1 (DCF1) Padi Ciherang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Hermanto NIM G

4 ABSTRAK HERMANTO. Deteksi Gen Ketahanan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Populasi Silang Ganda F1 (DCF1) Padi Ciherang. Dibimbing oleh LAKSMI AMBARSARI dan FATIMAH. Xanthomonas oryzae pv. oryzae penyebab penyakit hawar daun memiliki banyak strain dan mudah berubah membentuk strain baru. Akibatnya varietas padi yang awalnya tahan dapat berubah menjadi peka. Perbaikan varietas Ciherang menggunakan pyramiding gen ketahanan penyakit hawar daun bakteri akan membawa ketahanan yang berbeda dan memiliki spektrum yang luas. Penelitian ini bertujuan mendeteksi 207 individu DCF1 Ciherang hasil pyramiding gen dengan menggunakan marka SSR dan STS. Diperoleh empat Individu memiliki gen Xa4+xa5+Xa7+Xa21 yaitu individu DCF1Ch CA-42, DCF1Ch CA-69, DCF1Ch CA-162, DCF1Ch CA-163, 11 individu memiliki gen xa5+xa7+xa21, 46 individu memiliki gen xa5+xa21, 31 individu memiliki gen Xa7+Xa21, dan 45 individu memiliki gen xa5+xa7. Karakter agronomi jumlah malai DCF2 Ciherang tidak berbeda nyata dengan tetuanya dan panjang malai DCF2 Ciherang tidak berbeda signifikan dengan tetuanya. Bobot gabah isi DCF2 Ciherang lebih besar secara nyata dibandingkan tetuanya. Bobot gabah hampa DCF2 Ciherang juga berbeda nyata dengan tetuanya, lebih besar dari tetua Code, Angke, Ciherang, dan IRBB21. Kata kunci: hawar daun bakteri, padi Ciherang, pyramiding gen, silang ganda. ABSTRACT HERMANTO. Detection of Resistance Genes Bacterial Leaf Blight on Population Double Cross F1 (DCF1) Rice Ciherang. Supervised by LAKSMI AMBARSARI and FATIMAH. Xanthomonas oryzae pv. oryzae causes leaf blight has many strains and volatile form a new strain. A result that was initially resistant rice varieties may turn out to be sensitive. Improvement Ciherang using gene pyramiding bacterial leaf blight resistance will carry different resistance and has a broad spectrum. This research aims to detect the 207 individual DCF1 Ciherang results gene pyramiding using SSR markers and STS. Four individuals have acquired genes Xa4+xa5+Xa7+Xa21 that is DCF1Ch CA-42, DCF1Ch CA-69, DCF1Ch CA-162, DCF1Ch CA-163, 11 individuals have genes xa5+xa7+xa21, 46 individuals have xa5+xa21 gene, 31 individuals have Xa7+Xa21 gene, and 45 individual have genes xa5+xa7. Agronomic characters panicle number DCF2 Ciherang not significantly different from the parent and panicle length DCF2 Ciherang did not differ significantly with parent. Weight of filled grain DCF2 Ciherang significantly greather than the parent. Weight of empty grains DCF2 Ciherang also significantly different from the parent, greather than elders Code, Angke, Ciherang, and IRBB21. Key words: bacterial leaf blight, double cross, rice Ciherang, pyramiding genes.

5 DETEKSI GEN KETAHANAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA POPULASI SILANG GANDA F1 (DCF1) PADI CIHERANG HERMANTO Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah yang berjudul Deteksi Gen Ketahanan Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Populasi Silang Ganda F1 (DCF1) Padi Ciherang merupakan bagian dari proyek penelitian Dr Fatimah SP MSi dan dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Jalan Tentara Pelajar nomor 3A, Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai Mei Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Laksmi Ambarsari MS dan Dr Fatimah SP MSi atas bimbingan, motivasi, serta arahan yang telah diberikan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua dan adik tercinta (Yusi Suciati dan Fitria Novian), Ayu Kartika, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Mba Muslihatun Baroya, Staf di Laboratorium Biologi Molekuler BB-Biogen, rekan selama penelitian, teman-teman Biokimia angkatan 2010, dan rekan sejawat atas segala bantuan, motivasi dan ilmu yang diberikan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014 Hermanto

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 METODE 2 Bahan dan Alat 2 Prosedur Penelitian 3 HASIL 6 Deteksi Gen Xa4 Menggunakan Primer MP1+MP2 6 Deteksi Gen xa5 Menggunakan Primer RM611 7 Deteksi Gen Xa7 Menggunakan Primer RM Deteksi Gen Xa21 Menggunakan Primer pta248 8 Karakter Agronomi Hasil Panen 9 Representasi Data Genotipe 9 PEMBAHASAN 10 Deteksi Gen Xa4, xa5, Xa7, dan Xa21 10 Karakter Agronomi Hasil Panen 12 Representasi Data Genotipe 13 SIMPULAN DAN SARAN 15 Simpulan 15 Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 19 RIWAYAT HIDUP 32

10 DAFTAR TABEL 1. Genotipe 207 individu DCF1 Ciherang 8 2. Karakter agronomi hasil panen tetua dan DCF2 Ciherang 9 DAFTAR GAMBAR 1. Elektroforegram hasil validasi gen Xa4 dengan primer MP1+MP Elektroforegram hasil validasi gen xa5 dengan primer RM Elektroforegram hasil validasi gen Xa7 dengan primer RM Elektroforegram hasil validasi gen Xa21 dengan primer pta Perkiraan heterozigositas gen ketahanan hawar daun bakteri Diagram venn 3 gen ketahanan HDB padi DCF1 Ciherang Keterkaitan gen resisten HDB dan bakteri Xoo 15 DAFTAR LAMPIRAN 1. Diagram alir penelitian Diagram persilangan Elektroforegram hasil amplifikasi gen Xa4 dengan primer MP1+MP Elektroforegram hasil amplifikasi gen xa5 dengan primer RM Elektroforegram hasil amplifikasi gen Xa7 dengan primer RM Elektroforegram hasil amplifikasi gen Xa21 dengan primer pta Hasil skoring elektroforegram DCF1 Ciherang dan tetuanya Karakter agronomi hasil panen Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) karakter agronomi hasil panen Foto panjang malai individu DCF2 Ciherang dan tetuanya Graphical Genotypes 207 individu DCF1 Ciherang pada kromosom Graphical Genotypes 207 individu DCF1 Ciherang pada kromosom 6 31

11 PENDAHULUAN Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penghasil beras yang paling penting dan dikonsumsi oleh setengah populasi penduduk dunia, termasuk Indonesia (Yang et al. 2003). Kebutuhan akan padi terus meningkat sebagai makanan pokok seiring dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan estimasi laju pertumbuhan penduduk 1.3 persen pada rentang waktu , tingkat konsumsi beras bruto kilogram perkapita maka kebutuhan beras juta ton. Asumsi lain laju pertumbuhan penduduk 0.92 persen yang diperkirakan pada rentang waktu dengan tingkat konsumsi kilogram perkapita maka kebutuhan beras mencapai 39.8 juta ton (Kementrian Pertanian 2012). Penggunaan padi varietas unggul bagi sebagian besar petani sangat berperan dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini tercermin dari luas tanaman padi yang dewasa ini telah didominasi oleh varietas unggul (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2006). Salah satu varietas unggul tersebut ialah Ciherang. Penyebaran varietas Ciherang terus berkembang di Indonesia sejak dilepas pada tahun 2000, dan terus mendominasi luas lahan padi di Jawa Barat dari tahun 2009 hingga tahun Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2013) menyebutkan bahwa pada masa tanam 2010/2011 persentase luas lahan untuk varietas Ciherang yaitu 55% atau sekitar hektar dari luas lahan padi varietas unggul lainnya. Akan tetapi, peningkatan produksi padi sering mengalami banyak kendala karena adanya cekaman abiotik maupun biotik. Cekaman abiotik berupa kekeringan, banjir atau keracunan aluminium, besi, dan logam-logam lainnya, sedangkan cekaman biotik meliputi serangan hama dan penyakit seperti penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB). Hawar Daun Bakteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Kerusakan akibat penyakit tersebut secara kuantitatif akan mengurangi hasil panen dan rendahnya bobot 1000 biji, sedangkan kerusakan secara kualitatif ditunjukkan oleh tidak berkualitasnya gabah. Menurut Kadir (2009), Penurunan hasil padi akibat HDB berkisar 15-23%. Penggunaan varietas Ciherang secara terus menerus selama 10 tahun terakhir ( ) menyebabkan varietas Ciherang di beberapa tempat dilaporkan terserang HDB. Data Direktorat Perlindungan Pangan (2011) melaporkan bahwa di tahun 2010 luas lahan yang terserang penyakit HDB sebesar ha dan terus meningkat di masa tanam sebesar ha di seluruh Indonesia. Penyisipan gen ketahanan terhadap penyakit hawar daun pada varietas Ciherang dilakukan dengan menggunakan metode persilangan berbasis pyramiding gen yang dikombinasikan dengan teknik marka molekuler. Pyramiding gen merupakan penyisipan beberapa gen resistensi kedalam budidaya tanaman tunggal sehingga tanaman tersebut memiliki beberapa gen resistensi. Pyramiding gen sangat sulit menggunakan metode pemuliaan konvensional karena adanya efek dominasi dan epistasis gen yang mengatur ketahanan terhadap penyakit, akan tetapi dengan adanya marka molekuler yang terkait erat dengan masing-masing resistensi membuat identifikasi tanaman dengan dua atau tiga gen dapat dimungkinkan (Singh et al. 2001). Pyramiding gen ketahanan xa5, Xa4, dan Xa7 pada varietas Ciherang didapatkan dari persilangan varietas Code dan Angke, sedangkan gen Xa21 pada varietas Ciherang diharapkan diperoleh dari persilangan

12 2 antara Ciherang dan padi galur IRBB21. Hasil persilangan dari masing-masing varietas (generasi pertama/f1) akan disilangkan kembali dengan cara double cross. Double cross atau silang ganda merupakan persilangan antara dua silang tunggal (F1) yang melibatkan empat galur murni yang tidak berhubungan satu sama lain. Double cross dari generasi F1 tersebut diharapkan memiliki pyramiding gen ketahanan terhadap hawar daun bakteri yaitu gen ketahanan Xa4, xa5, Xa7, dan Xa21 yang dideteksi dengan marka molekuler. Menurut Balai Besar Bioteknologi dan Pengembangan Sumberdaya Genetik (2007), analisis molekuler melalui marka DNA sangat diperlukan untuk membantu seleksi galur baru tanaman yang benar-benar mengandung gen yang ditargetkan. Blair et al. (2003) menggunakan primer RM611 dengan tipe SSR (Simple Sequence Repeat) untuk mengidentifikasi gen xa5 pada kromosom 5. Primer RM20582 dengan marka SSR digunakan untuk mengidentifikasi gen Xa7 pada kromosom 6 (Chen et al. 2008). Singh et al. (2001) menggunakan primer pta 248 dengan marka STS (Sequence-Tagged Sites) untuk mengidentifikasi gen Xa21 pada kromosom 11, dan primer MP1+MP2 dengan marka tipe STS untuk mengidentifikasi gen Xa4 (Ma et al. 1999). Penelitian ini bertujuan mendeteksi keberadaan gen ketahanan Xa4, xa5, Xa7, dan Xa21 melalui teknik marka molekuler pada padi hasil silang ganda atau double cross F1 (DCF1) Ciherang. Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah dan mempersingkat pemilihan genotipe ketika melakukan pemuliaan varietas unggul secara berkelanjutan guna meningkatkan produktivitas tanaman padi Ciherang yang tahan terhadap hawar daun bakteri (HDB). METODE Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan untuk mendeteksi adanya gen ketahanan Xa4, xa5, Xa7, dan Xa21 yaitu: tetua Code, Angke, Ciherang, IRBB21, dan 207 tanaman yang hidup dari 250 tanaman hasil silang ganda F1 yang diduga memiliki pyramiding gen dari persilangan tetua Code Angke dan Ciherang IRBB21. Bahan yang digunakan untuk media tanam padi, yaitu: kapas, akuades, tanah, pupuk (urea, TSP, KCL), dan air. Bahan yang digunakan untuk isolasi DNA adalah daun padi yang masih muda, es, nitrogen cair, bufer ekstrak (Tris-HCl 100 mm ph 8.0, EDTA 50 mm, NaCl 500 mm, SDS (Sodium Dodecyl Sulphate) 1.25%, NaOH 8.3 mm, dan 0.38 gram sodium bisulfit/100 ml), chisam 24:1 (kloroform:isoamil v/v), Etanol absolut, Etanol 70%, NaOAc (natrium asetat), dan ddh 2 O. Bahan yang digunakan untuk amplifikasi DNA dengan PCR adalah DNA hasil isolasi, es, PCR mix (ddh 2 O, 10x PCR bufer, dntps 2.5 mm, GCRich (Roche), Taq DNA polimerase (dreamtaq)), 1 µm primer Forward dan Reverse (MP1+MP2, RM153, RM611, RM601, M5, RM20582, RM20595, dan pta248). Bahan-bahan yang digunakan untuk elektroforesis DNA hasil PCR adalah larutan agarose (Roche) 2.0%, bufer Tris Boric EDTA (TBE) 0.5x, loading dye, DNA hasil PCR, dan DNA marker Gene Ruler 100 bp (0.1 µg/µl). Bahan yang

13 digunakan untuk visualisasi hasil elektroforesis yaitu EtBr (ethidium bromida), silver staining (silver nitrat, ddh 2 O, NaOH, dan formaldehida). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: cawan petri, inkubator benih, pinset, bak plastik, karton, bolpen, gunting, box es, sudip, tabung mikro, neraca analitik, termos, gelas ukur, sentrifuse Backman Microfuge TM 12, gelas piala, inkubator, mesin autoklaf, labu Erlenmeyer, pipet mikro (1000µ, 200µ, 20µ, dan 2µ), tabung Eppendorf, tip, PCR plate, stirer, dan beberapa perangkat alat seperti air flow cabinet, elektroforesis horizontal, PS500XT DC power supply, mesin PCR Bio Rad T100 TM Thermal Cycler, oven microwave, minivortex Bio Rad, Nanodrop Thermo Scientific, lemari asam, kulkas, spektrofotometer Bio Rad SmartSpec TM plus, serta perangkat untuk analisis hasil elektroforegram yaitu Chemidoc UV-Illuminator Bio-Rad. 3 Prosedur Penelitian Penumbuhan Padi DCF1 Ciherang x IRBB21//Code x Angke Benih tetua padi dan 250 benih DCF1 Ciherang dioven terlebih dahulu pada suhu 50 C selama semalam. Selanjutnya benih tersebut disemai di cawan petri yang telah dilapisi kapas basah. Setelah akar dan batang tanaman padi bertunas, kemudian tanaman padi dipindahkan ke dalam bak plastik sebagai masa adaptasi. Setelah dua minggu berada dalam bak plastik, tanaman dipindahkan ke dalam ember dan dibiarkan tumbuh selama kurang lebih satu bulan agar dapat diisolasi DNA dari daun mudanya. Isolasi DNA Padi Metode Miniprep Isolasi DNA padi menggunakan metode miniprep (Dellaporta et al. 1983). Sampel daun padi ± 5 cm dipotong dan dimasukkan kedalam tabung effendorf 2.0 ml. Tabung effendorf yang telah berisi sampel direndam dalam nitrogen cair selama 1 menit, kemudian sampel daun padi digerus sampai halus dan diusahakan dalam kondisi kering dalam tabung mikro menggunakan sumpit. Sampel daun padi hasil gerusan ditambahkan 800 µl bufer ekstrak (terbuat dari 100 mm Tris- HCl ph 8, EDTA 50 mm, NaCl 500 mm, SDS 1.25%, NaOH 8.3 mm, kemudian ditambahkan sodium bisulfit sebanyak 0.38 gram/100 ml dan dipanaskan dalam penangas air bersuhu 65ºC), lalu dicampur hingga merata dengan membolakbalikan tabung mikro. Setelah itu, diinkubasi pada suhu 65ºC selama menit. Pemurnian DNA dilakukan melalui penambahan 800 µl Chisam yang terbuat dari campuran kloroform:isoamil alkohol (24:1 v/v), kemudian di vortex selama 5-15 menit. Sampel selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 8000 rpm selama 20 menit. Supernatan yang terbentuk dipindahkan sebanyak 600 µl ke dalam tabung mikro yang baru, kemudian ditambahkan dua kali volume alkohol absolut dan 1/10 natrium asetat (NaOAc). Suspensi dicampur merata dan diinkubasi pada suhu -20ºC. Setelah itu suspensi disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 15 menit. Supernatan yang terbentuk dibuang, kemudian pelet dicuci dengan alkohol 70% kurang lebih 800 µl, lalu disentrifugasi kembali dengan kecepatan rpm selama 15 menit. Supernatan dibuang dan pelet dikeringanginkan selama semalam (over night). Suspensi dilakukan dengan penambahan 200 µl ddh 2 O untuk analisis selanjutnya.

14 4 Analisis Kualitatif DNA Padi Kualitas DNA padi diuji menggunakan elektroforesis gel agarose 0.8% (Sambrook & Russell 2001). Agarose 0.8% dibuat dengan menambahkan 0.8 gram agarose dengan 100 ml TBE 0.5x dan dipanaskan dalam microwave 2-4 menit hingga larut. Selanjutnya larutan dituang ke dalam cetakan agar yang sudah disiapkan dan dipasangkan sisir untuk sumur sesuai dengan banyaknya sampel. Setelah gel agarose memadat, gel dimasukkan ke dalam bak elektroforesis yang berisi bufer TBE 0.5x. Sebanyak 1 μl sampel DNA ditambahkan dengan 1 μl loading dye dan dicampur sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam sumur gel. Selanjutnya, sampel DNA dialiri arus listrik dengan daya 100 volt selama ± 90 menit. Hasil elektroforegram divisualisasi dengan Chemidoc UV-Transiluminator. Analisis Kuantitatif DNA Genomik dengan Nanodrop Kuantitas DNA dianalisi dengan Nanodrop (Thermo Fisher Scientific 2009). Sebanyak 1 μl ddh 2 O dimasukkan ke dalam lubang ukur. Setelah itu, tutup nanodrop dan tekan tombol read blank pada komputer. Kertas tissue digunakan untuk membersihkan sisa ddh 2 O tersebut. Masing-masing sampel DNA dimasukkan sebanyak 1 μl ke dalam lubang ukur secara bergantian dan dipilih menu read sample. Hasil pengukuran nilai kemurnian sampel DNA akan muncul dalam satuan konsentrasi ng/μl. DNA yang murni memiliki rasio serapan pada 260 nm dan 280 nm (A260/A280) sebesar 1.8 atau lebih. Amplifikasi DNA Padi dengan PCR Pembuatan mix PCR untuk mengamplifikasi lokus gen ketahanan Hawar Daun Bakteri dengan sampel padi Code, Angke, Ciherang, individu DCF1 Ciherang, dan IR64 dilakukan dalam tabung mikro dengan komposisi 5 μl sampel DNA (25 ng/μl), 2 μl 10x PCR bufer (dreamtaq), 2 μl dntps 2.5 mm, 0.2 μl Taq DNA polimerase (dreamtaq), 0.5 μl GC Rich (Roche), 1 μl primer forward dan 1 μl primer reverse MP1+MP2 (gen Xa4); RM601, RM611, atau RM153 (gen xa5); M5, RM20582 atau RM20595 (gen Xa7); pta 248 (gen Xa21); sehingga volume total menjadi 20 μl. Proses amplifikasi DNA dilakukan dengan menggunakan mesin PCR Bio Rad T100 TM. Amplifikasi gen Xa21 terdiri atas beberapa tahapan reaksi, yaitu predenaturasi pada suhu 94 C selama 5 menit, denaturasi pada suhu 94 C selama 1 menit, annealing (penempelan primer) pada suhu 60 C selama 1 menit, extension (pemanjangan rantai DNA yang telah ditempeli primer) pada suhu 72 C selama 1 menit, dan pasca pemanjangan primer pada suhu 72 C selama 10 menit. Proses amplifikasi untuk gen Xa4, xa5 dan gen Xa7 terdiri atas predenaturasi pada suhu 94 C selama 5 menit, denaturasi pada suhu 94 C selama 45 detik, annealing pada suhu 55 C selama 45 detik, extension pada suhu 72 C selama 1 menit 45 detik, dan pasca pemanjangan primer pada suhu 72 C selama 10 menit. Elektroforesis Hasil Amplifikasi DNA hasil amplifikasi divisualisasi menggunakan elektroforesis. Analisis gen Xa21 menggunakan gel agarose 2%, sedangkan untuk analisis gen xa5, Xa4 dan Xa7 menggunakan Poliakrilamid Gel Elektroforesis (PAGE). Agarose 2% dibuat dengan menambahkan 2 gram agarose dengan 100 ml 0.5x TBE dan dipanaskan dalam microwave selama 2-4 menit hingga agarose larut. Selanjutnya

15 larutan dituang ke dalam cetakan. Setelah gel agarose memadat, gel dimasukkan ke dalam bak elektroforesis yang berisi bufer TBE 0.5x. Sebanyak 6 μl loading dye ditambahkan pada hasil amplifikasi, kemudian 5 μl sampel dimasukkan ke dalam sumur gel. Elektroforesis dilakukan dengan daya 95 volt selama 1-2 jam. Hasil elektroforegram divisualisasi dengan Chemidoc UV-Transiluminator. Analisis gen xa5, Xa4 dan Xa7 menggunakan PAGE. Gel poliakrilamid dibuat dengan mencampurkan 50 ml poliakrilamid 8%, 800 μl APS (ammonium persulfat) 10%, dan 50 μl TEMED (tetrametilen-etilendiamin). Campuran diaduk hingga merata lalu dituangkan ke dalam cetakan kaca dan didiamkan hingga memadat selama 15 menit. Kemudian gel poliakrilamid dimasukkan ke dalam tangki elektroforesis dan dimasukkan bufer TBE 0.5x. Setelah gel siap, produk PCR yang telah ditambahkan 5 μl loading dye dimasukkan ke dalam sumur gel sebanyak 3 μl dan disertakan DNA marker 100 bp ladder sebanyak 3 μl sebagai pembanding pada sumur pertama untuk melihat ukuran DNA. Selanjutnya sampel DNA dialiri arus listrik 70 volt selama 120 menit. Gel poliakrilamid yang telah selesai dirunning, kemudian dicuci dengan ddh 2 O. Gel diwarnai dengan larutan silver staining dengan komposisi 0.2 gram perak nitrat dan 200 ml ddh 2 O, digoncangkan menggunakan mesin Roto Mix 5-8 menit, kemudian dihilangkan pewarnaannya dengan ddh 2 O. Gel dicuci kembali dengan larutan yang terdiri atas 200 ml ddh 2 O, 3 gram NaOH, 1.5 ml CH 2 O (formaldehida) dalam Roto Mix selama 8-10 menit, kemudian gel dicuci dengan ddh 2 O dan didokumentasikan. Evaluasi Karakter Agronomi Komponen Hasil Panen Evaluasi karakter agronomi dilakukan dengan pengamatan secara kualitatif dan kuantitatif ketika padi mencapai masa panen (percobaan dilakukan 3 kali ulangan). Evaluasi hasil panen secara kualitatif meliputi pengamatan panjang malai. Sementara evaluasi secara kuantitatif meliputi pengamatan jumlah malai, bobot gabah isi, dan bobot gabah hampa. Panjang malai diukur dari ujung malai sampai pangkal sumbu utama. Jumlah malai dihitung berdasarkan banyaknya malai pada satu rumpun padi. Bobot gabah isi dan bobot gabah hampa dihitung dari setiap rumpun padi. Analisis Data Karakter Agronomi Hasil Panen Data evaluasi karakter agronomi hasil panen dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS dengan metode percobaan rancangan acak lengkap (RAL) dan menggunakan metode ANOVA (Analysis of Variance) (Mattjik 2002) serta uji lanjut menggunakan Duncan. Model rancangannya yaitu Yij = μ + τi + εij pada selang kepercayaan 95%. Keterangan: i = 1,2,3,...7 dan j= 1,2,3 Yij = Pengamatan pada karakter agronomi ke-i dan ulangan ke-j μ = Pengaruh rataan umum τi = Pengaruh karakter agronomi ke-i Representasi Data dengan Graphical Genotypes Data hasil elektroforegram DCF1 Ciherang direpresentasikan secara grafis untuk melihat heterozigositas gen ketahanan Hawar Daun Bakteri pada kromosom sebagai seleksi dan evaluasi tanaman menggunakan software Graphical 5

16 6 Genotypes 2.0 (Berloo 2007) dengan skoring pita H untuk sampel DNA yang memiliki pita Heterozigot, A untuk sampel yang mengikuti pola pita tetua Code, Angke, dan IRBB21. B untuk sampel DNA yang mengikuti pola pita Ciherang. HASIL Dua ratus tujuh individu DCF1 Ciherang hasil pyramiding gen dan 4 galur tetua, yaitu Code, Angke, Ciherang, dan IRBB21 dideteksi dengan marka mikrosatelit (SSR) dan STS yang berbasis PCR untuk mengetahui adanya lokus 4 gen ketahanan HDB. Individu homozigot ditunjukkan oleh hasil amplifikasi yang mengikuti satu pola pita tetua, sedangkan individu heterozigot ditunjukkan oleh hasil amplifikasi yang mengikuti dua pola pita tetua. Terdapat 4 individu yang memiliki empat gen tahan hawar daun bakteri, yaitu individu dengan kode DCF1Ch CA-42, DCF1Ch CA-69, DCF1Ch CA-162, DCF1Ch CA-163. Deteksi Gen Xa4 Menggunakan Primer MP1+MP2 Amplifikasi individu DCF1 Ciherang menggunakan primer MP1+MP2 bertipe STS yang terkait dengan lokus gen Xa4 menunjukkan adanya pita heterozigot mengikuti pola tetua Ciherang sebagai inti tetua betina pembawa sifat Ciherang dan IR64 sebagai donor gen Xa4 dengan ukuran 150 bp yang merupakan penanda sifat resistant (tahan) (Lampiran 3). Elektroforegram hasil amplifikasi DNA dari 207 individu DCF1 Ciherang menunjukkan bahwa terdapat 4 individu yang mengikuti kedua pola tetuanya (heterozigot), sementara individu yang lain mengikuti salah satu pola tetuanya (homozigot) (Lampiran 7). Validasi gen Xa4 menunjukkan individu DCF1 Ciherang nomor 42, 69, 162, dan 163 terdeteksi pada elektroforegram gen ketahanan lainnya (gen xa5, Xa7, dan Xa21) pada penelitian ini (Gambar 1). Gambar 1 Elektroforegram hasil validasi gen Xa4 dengan primer MP1+MP2; (M) marker 100 bp DNA ladder, (Code) kontrol positif gen Xa7, (Angke) kontrol positif gen xa5, (Ciherang) tetua betina pembawa sifat Ciherang, (IRBB21) kontrol positif gen Xa21, (IR64) kontrol positif gen Xa4, (B) mengikuti pola pita tetu IR64, (C) mengikuti pola pita Ciherang

17 Deteksi Gen xa5 Menggunakan Primer RM611 Amplifikasi gen resesif xa5 menggunakan primer RM611 tipe mikrosatelit (SSR) menunjukkan adanya pita heterozigot mengikuti fragmen tetua Ciherang sebagai tetua betina pembawa sifat Ciherang dan Angke sebagai donor gen xa5 dengan ukuran 213 bp yang merupakan penanda sifat tahan HDB (Lampiran 4). Elektroforegram hasil amplifikasi DNA menunjukkan 103 individu memiliki pola pita heterozigot penanda sifat resistant (Lampiran 7). Validasi gen xa5 menunjukkan individu DCF1 Ciherang nomor 42, 69, 162, dan 163 terdeteksi pada elektroforegram gen ketahanan lainnya (Gambar 2). 7 Gambar 2 Elektroforegram hasil validasi gen xa5 dengan primer RM611; (M) marker 100 bp DNA ladder, (Code) kontrol positif gen Xa7, (Angke) kontrol positif gen xa5, (Ciherang) tetua betina pembawa sifat Ciherang, (IRBB21) kontrol positif gen Xa21, (IR64) kontrol positif gen Xa4, (B) mengikuti pola pita Ciherang Deteksi Gen Xa7 Menggunakan Primer RM20582 Amplifikasi menggunakan primer RM20582 tipe SSR terkait lokus gen Xa7 menunjukkan adanya pita heterozigot mengikuti pola tetua Ciherang sebagai tetua betina pembawa sifat Ciherang dan Code sebagai donor gen Xa7 dengan ukuran 83 bp yang merupakan penanda sifat tahan (Lampiran 5). Elektroforegram hasil amplifikasi 207 individu DCF1 Ciherang menunjukkan bahwa terdapat 89 individu yang mengikuti kedua pola tetuanya (Lampiran 7). Validasi gen Xa7 menunjukkan individu DCF1 Ciherang nomor 42, 69, 162, dan 163 terdeteksi pada elektroforegram gen ketahanan lainnya (Gambar 3). Gambar 3 Elektroforegram hasil validasi gen Xa7 dengan primer RM20582; (M) marker 100 bp DNA ladder, (Code) kontrol positif gen Xa7, (Angke) kontrol positif gen xa5, (Ciherang) tetua betina pembawa sifat Ciherang, (IRBB21) kontrol positif gen Xa21, (IR64) kontrol positif gen Xa4, (B) mengikuti pola pita Ciherang

18 8 Deteksi Gen Xa21 Menggunakan Primer pta248 Amplifikasi lokus gen Xa21 dengan primer pta248 tipe STS menunjukkan adanya pita heterozigot mengikuti pola tetua Ciherang sebagai tetua betina pembawa sifat Ciherang dan IRBB21 sebagai donor gen Xa21 dengan ukuran 1000 bp sebagai penanda sifat resistant dan 650 bp penanda sifat susceptible (rentan) (Lampiran 6). Elektroforegram hasil amplifikasi DNA dari 207 individu DCF1 Ciherang menunjukkan 68 individu memiliki pola pita heterozigot yang sejajar dengan Ciherang dan IRBB21 sebagai penanda sifat resistant (Lampiran 7). Validasi gen Xa21 menunjukkan individu DCF1 Ciherang nomor 42, 69, 162, dan 163 terdeteksi pada elektroforegram gen ketahanan lainnya (Gambar 4). Gambar 4 Elektroforegram hasil validasi gen Xa21 dengan primer pta248; (M) marker 100 bp DNA ladder, (Code) kontrol positif gen Xa7, (Angke) kontrol positif gen xa5, (Ciherang) tetua betina pembawa sifat Ciherang, (IRBB21) kontrol positif gen Xa21, (IR64) kontrol positif gen Xa4, (B) mengikuti pola pita Ciherang Genotipe DCF1 Ciherang Genotipe 207 individu DCF1 Ciherang dari hasil deteksi empat gen ketahanan diperoleh bahwa individu yang heterozigot mengikuti tetua Ciherang- Code sebanyak 23 individu, dan mengikuti tetua Ciherang-Angke sebanyak 80 individu untuk gen xa5. Genotipe individu untuk gen Xa7 diperoleh 73 individu yang heterozigot mengikuti tetua Ciherang-Code, dan 16 individu mengikuti tetua Ciherang-Angke. Genotipe individu DCF1 Ciherang untuk gen Xa21 yang mengikuti tetua Ciherang-IRBB21 sebanyak 68 individu. Genotipe individu yang memiliki gen Xa4 tidak ditampilkan dalam tabel 1 karena gen Xa4 dianggap sudah diperoleh dari gen tetua induk Ciherang yaitu IR64. Tabel genotipe ini menunjukkan rekombinasi yang terjadi selama proses meiosis antar kromosom. Tabel 1 Genotipe 207 individu DCF1 Ciherang Homozigot Heterozigot Keterangan: *individu DCF1 Ciherang. Genotipe R/r xa5* Xa7* Xa21* Ciherang r Code R Angke r IRBB21 R Ciherang-Code Rr Ciherang-Angke Rr Ciherang-IRBB21 Rr

19 9 Karakter Agronomi Hasil Panen Karakter agronomi pada dasarnya dikendalikan oleh banyak gen. Karakter agronomi baik kualitatif maupun kuantitatif merupakan hasil akhir dari proses pertumbuhan dan perkembangan yang berkaitan langsung dengan karakter fisiologis dan morfologis. Diantara kedua karakter tersebut, karakter morfologis akan lebih mudah diamati sebagai perbandingan produktivitas antara individu DCF2 Ciherang dengan tetuanya. Karakter morfologis yang diamati meliputi jumlah malai, panjang malai, bobot gabah isi, dan bobot gabah hampa (Tabel 2). Karakter agronomi komponen panen secara lengkap terdapat pada lampiran 8. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah malai individu DCF2 Ciherang memiliki karakter yang tidak berbeda nyata dengan tetuanya. Panjang malai DCF2 Ciherang cm tidak berbeda nyata dengan Code cm dan IRBB cm, serta tidak berbeda signifikan dengan tetua Angke cm dan Ciherang cm. Bobot gabah isi padi DCF2 Ciherang memiliki hasil yang lebih besar yaitu gram dibandingkan tetua IRBB21 yaitu gram, tetua Code gram, dan tetua Ciherang gram yang berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan taraf 5%, serta tidak berbeda signifikan dengan tetua Angke yang memiliki bobot gabah isi gram. Bobot gabah hampa DCF2 Ciherang juga berbeda nyata dengan tetuanya, bobot gabah hampa individu ini lebih besar dari tetua Code, Angke, Ciherang, dan IRBB21. Meskipun bobot gabah isi individu DCF2 Ciherang relatif lebih besar dari tetua Code, Ciherang, dan IRBB21. Akan tetapi apabila bobot gabah hampa individu DCF2 Ciherang ini memiliki massa yang lebih besar dan berbeda nyata dengan tetuanya maka dapat dijadikan pertimbangan dalam pemuliaan varietas Ciherang selanjutnya. Tabel 2 Karakter agronomi hasil panen tetua dan DCF2 Ciherang Varietas JM PM BGI BGH Code 13 ± 3.2 a ± 0.4 ab ± 6.7 ab 0.81 ± 0.5 a Angke 13 ± 1.5 a ± 2.0 b ± 4.7 c 0.81 ± 0.4 a Ciherang 11 ± 2.1 a ± 1.2 a ± 3.6 ab 0.78 ± 0.7 a IRBB21 11 ± 4.4 a ± 1.4 ab ± 8.2 a 1.24 ± 3.6 a DCF2 Ciherang 14 ± 2.9 a ± 0.6 ab ± 5.9 bc 2.34 ± 0.4 b a Angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncen taraf 5%, JM: Jumlah malai (malai), PM: Panjang malai (cm), BGI: Bobot gabah isi (gram), BGH: Bobot gabah hampa (gram). Representasi Data Genotipe Representasi data genotipe digunakan untuk memastikan heterozigositas gen ketahanan HDB dari penelitian ini pada kromosom padi. Segmen kromosom yang telah heterozigot mengandung gen ketahanan HDB dapat dilihat dari segmen yang berwarna merah pada gambar 5. Representasi secara lengkap terdapat pada lampiran 11 dan 12. Tiga gen ketahanan yang teridentifikasi pada populasi DCF1 Ciherang yaitu xa5, Xa7, dan Xa21. Gen xa5 terletak pada kromosom 5 dan berasosiasi dengan penanda RM611 yang terletak pada posisi rekombinasi 31 cm. Gen Xa7 terletak pada kromosom 6 dan berasosiasi dengan penanda RM20582 pada posisi rekombinasi cm. Gen Xa21 terletak pada kromosom 11 berpaut

20 10 di posisi cm menggunakan penanda pta248. Peta kromosom diambil dari gambar perkiraan gen ketahanan hawar daun bakteri oleh Chun et al. (2012). Gambar 5 Perkiraan heterozigositas gen ketahanan hawar daun bakteri pada kromosom menggunakan software Graphical Genotypes 2.0 PEMBAHASAN Deteksi Gen Xa4, xa5, Xa7, dan Xa21 Gen resisten terhadap penyakit hawar daun bakteri tidak begitu efektif apabila strategi pengembangan gen resisten HDB tidak dilakukan dengan tepat. Sebagaimana diketahui bahwa penerapan gen tunggal resisten HDB dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh bakteri hawar daun. Akan tetapi, bakteri Xoo memiliki patotipe yang tinggi sehingga lebih cepat berkembang untuk mematahkan resistensi dari gen tunggal. Xa4 dan Xa3, dua gen resisten HDB padi hibrida di China dan negara-negara Asia selatan, juga gen resistensi luas seperti Xa21 telah berhasil mengendalikan penyebaran bakteri hawar daun di dunia dalam dua dekade terakhir, tetapi gen resisten tunggal tersebut dapat dipatahkan oleh ras virulen baru dalam beberapa tahun terakhir di Filipina, India, Korea, dan China (Marella et al. 2001; Lee et al. 1999; Zeng et al. 2002). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan gen resisten HDB berbasis pyramiding gen dalam program pemuliaan padi. Pyramiding gen resisten berdasarkan MAS (Marker Assisted Selection) telah menjadi metode yang efektif untuk mengendalikan penyakit bakteri hawar daun (Singh et al. 2001; Zhang et al. 2006; Loida et al. 2008; Gopalakrishna et al. 2008). Penelitian ini berhasil mendeteksi individu DCF1 Ciherang yang memiliki empat gen resisten HDB, yaitu gen xa5 dan Xa7 melalui marka SSR, Xa4 dan Xa21 melalui marka STS dengan peluang mendapatkan keempat gen tersebut sebesar 1.93%. Kedua marka tersebut merupakan marka yang digunakan sebagai penanda seleksi awal (foreground) untuk mengetahui keberadaan gen Xa4, xa5, Xa7, dan Xa21. Deteksi gen Xa4 pada penelitian ini mengacu pada penelitian Ma et al. (1999) menggunakan primer MP1 dan MP2 dengan marka tipe STS

21 (Sequence-Tagged Sites). Marka STS juga digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi gen Xa21 menggunakan primer pta248 (Singh et al. 2001). STS merupakan sekuen unik pendek yang mengidentifikasi satu atau lebih lokus dan dapat teramplifikasi dengan PCR. Marka STS dapat digunakan dalam pemetaan genetik karena bersifat kodominan (mampu membedakan alel homozigot dan heterozigot), dan menghasilkan amplifikasi yang stabil dan berulang (Azrai 2005). Primer MP1 dan MP2 berhasil mendeteksi gen Xa4 dengan peluang sebesar 1.93% dan primer pta248 berhasil mendeteksi gen Xa21 dengan peluang sebesar 32.85% pada DCF1 Ciherang. Deteksi gen resesif xa5 pada penelitian ini mengacu pada penelitian Blair et al. (2003) menggunakan primer RM611, dan deteksi gen Xa7 mengacu pada penelitian Chen et al. (2008) menggunakan primer RM Kedua primer tersebut merupakan marka SSR. Mikrosatelit atau SSR merupakan marka yang digunakan untuk menentukan genotipe individu dengan mendeteksi segmen DNA yang mengandung pola perulangan sederhana dari basa nitrogen yang kemudian dikenali dengan teknik PCR (Mullis dan Faloon 1987). Menurut Prihatin (2006) mikrosatelit dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi induk suatu individu serta menguji hasil persilangan individu. Peluang primer RM611 dalam mendeteksi gen xa5 sebesar 49.76% dan peluang primer RM20582 dalam mendeteksi gen Xa7 sebesar 42.99% pada individu DCF1 Ciherang. Peluang mendapatkan empat gen ketahanan dalam satu individu masih sangat kecil sekitar 1.93%, hal ini disebabkan adanya rekombinasi yang cukup tinggi pada individu hasil persilangan. Individu DCF1 Ciherang yang memiliki pyramiding gen ketahanan terhadap hawar daun bakteri xa5+xa7+xa21 sebanyak 11 individu, 46 individu memiliki gen xa5+xa21, 31 individu memiliki gen Xa7+Xa21, dan 45 individu memiliki gen xa5+xa7 (Gambar 6). Nisbah tersebut merupakan suatu probabilitas atau kemungkinan dari pemindahan gen tetuanya. Probabilitas dipengaruhi oleh keterkaitan antara dua lokus, jika tidak ada keterkaitan antara dua lokus maka besarnya probabilitas genotipe tertentu untuk setiap generasi adalah sama dengan probabilitas genotipe pada awal generasi. Sebaliknya, jika ada keterikatan antara dua lokus maka probabilitas genotipenya tidak sama untuk setiap generasi (Wijayanto et al. 2013). 11 Gambar 6 Diagram venn 3 gen ketahanan HDB padi DCF1 Ciherang

22 12 Rekombinasi terjadi selama meiosis sebagai pindah silang antara kromosom yang berpasangan. Hasil genotipe dari Populasi DCF1 Ciherang homozigot tidak mengikuti 25% Code, 25% Angke, 25% Ciherang, 25% IRBB21 artinya pada populasi DCF1 ini telah terjadi pindah silang yang ditandai dengan tetua Angke sebagai donor xa5 pada DCF1 Ciherang tersisipkan sebesar 77.67% dari total individu heterozigot. Code sebagai donor Xa7 pada DCF1 Ciherang tersisipkan dari total individu yang heterozigot sebesar 82.02%. IRBB21 sebagai donor Xa21 untuk DCF1 Ciherang tersisipkan 100% dari total individu yang heterozigot. Menurut BB-Biogen (2007), varietas Angke dan Code dibentuk dengan metode silang balik dengan IR64 sebagai tetua berulang dan IRBB5 dan IRBB7 sebagai tetua donor masing-masing untuk gen ketahanan terhadap HDB xa5 dan Xa7, sementara donor gen Xa21 diperoleh dari galur isogenik IRBB21. Karakter Agronomi Hasil Panen Karakter agronomi hasil panen merupakan indikator dari pencapaian tujuan seleksi untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi yang dinyatakan dengan indeks panen. Indeks panen dipengaruhi oleh keragaman genetik. Keragaman genetik pada tanaman menyerbuk silang umumnya cukup besar dibandingkan dengan tanaman menyerbuk sendiri sehingga dalam menentukan kriteria seleksi diutamakan pada sifat ekonomi, terutama bobot gabah isi. Komponen hasil dapat diduga melalui karakter lain yang berkorelasi dengan karakter hasil yang dinamakan seleksi tidak langsung (Rachmadi 2000). Pertumbuhan, perkembangan, dan hasil produksi tanaman ditentukan oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan. Faktor genetik dalam hal ini berupa rekombinasi genetik yang merupakan proses pertukaran elemen genetik yang dapat terjadi antara untaian DNA yang berlainan (interstrand), atau antara bagianbagian gen yang terletak dalam satu untaian DNA (intrastrand). Rekombinasi genetik berkontribusi terhadap perbedaan genetik pada populasi. Faktor lingkungan yang sangat berperan dalam karakter agronomi tanaman yaitu tersedianya unsur hara. Siklus nitrogen merupakan salah satu siklus hara paling penting karena digunakan dalam asimilasi nitrat membentuk asam amino. Reduksi nitrat berlangsung di sitosol, enzim yang mengkatalisis adalah nitrat reduktase, enzim ini memindahkan dua elektron dari NADPH 2, hasilnya adalah nitrit, NAD (NADP) dan H 2 O. Nitrat reduktase adalah suatu enzim besar dan kompleks yang terdiri dari FAD, satu sitokrom, dan Molibdenum (Mo) yang semuanya akan tereduksi dan teroksidasi pada waktu elektron diangkut dari NADH 2 ke atom nitrogen dalam NO 3. Reduksi nitrit berlangsung di kloroplas atau pada proplastida (pada akar), dengan enzim nitrit reduktase di daun. Semua nitrat yang diserap oleh akar tidak direduksi seluruhnya, karena sebagian nitrat akan diangkut ke batang dalam bentuk tetap sebagai nitrat, karena akumulasi nitrat yang tinggi mungkin dapat menjadi racun bagi tanaman (Simanjuntak et al. 2000). Nitrogen adalah unsur yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman karena merupakan bagian dari protein, bagian penting konstiteun dari protoplasma, dan bagian dari enzim. Nitrogen juga hadir sebagai bagian dari nukleoprotein, asam amino, polipeptida, dan senyawa organik dalam tumbuhan. Nitrogen berperan dalam karakter agronomi meliputi pertumbuhan vegetatif, panjang umur tanaman, dan produksi. Perbedaan karakter hasil panen antara DCF2 Ciherang dengan

23 tetuanya dimungkinkan karena adanya pengaruh efisiensi penggunaan nitrogen dalam bentuk nitrat oleh padi tersebut dalam membentuk asam amino sehingga produktivitasnya berbeda. Bobot gabah dan jumlah malai berkorelasi positif dengan jumlah anakan dan ukuran malai, dimana pertumbuhannya dipengaruhi oleh pemupukan sebagai penyedia unsur hara dan cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Fotosintesis terjadi pada reaksi gelap dan reaksi terang. Klorofil dan pigmen lain pada sel fotosintetik akan menyerap energi cahaya pada reaksi terang dan mengubahnya menjadi ATP (adenosin trifosfat) dan NADPH (nikotinamida adenin dinukleotida fosfat), bersamaan dengan itu oksigen ikut dibebaskan. Senyawa berenergi tinggi (ATP dan NADPH) yang dibentuk pada reaksi terang digunakan untuk mereduksi karbon dioksida membentuk glukosa. Karbon dioksida juga dapat dirubah menjadi pati yang merupakan polimer dari glukosa melalui jalur asimilasi CO 2 di dalam kloroplas. Pati yang dihasilkan dapat dirubah kembali menjadi triosa fosfat yang kemudian dapat dikeluarkan sebagai sukrosa dan disimpan dalam vakuola sebagai cadangan makanan berupa biji. Pati merupakan penyusun utama endosperm atau bagian utama dari bulir beras. Sintesis pati terjadi di kloroplas dengan substrat triosa fosfat, disintesis melalui ADP-glukosa ketika konsentrasi fosfat anorganik (Pi) di sitosol rendah. Sementara itu, sintesis sukrosa melalui UDP-glukosa terjadi di sitosol ketika konsentrasi Pi tinggi (Lehninger et al. 2008). Representasi Data Genotipe Data genotipe merupakan representasi hasil skoring pita DNA empat gen ketahanan yang diidentifikasi pada 3 kromosom yaitu kromosom 5, 6, dan 11. Kromosom tersebut berasosiasi dengan penanda molekuler gen ketahanan HDB pada posisi rekombinasi tertentu. Posisi rekombinasi diukur berdasarkan jarak relatif antara dua gen atau lebih. Gen Xa4 terletak pada kromosom 11 (Suh et al. 2013). Xa4 adalah gen hasil eksploitasi dari generasi turunan padi yang paling banyak dimanfaatkan dalam program pemuliaan karena memberikan resistensi dalam jangka waktu yang lama pada kultivar padi komersial (Mew et al. 1992). Gen resesif xa5 sangat efektif tahan terhadap strain Xoo, sehingga gen ini potensial digunakan dalam penanggulangan penyakit hawar daun bakteri di Indonesia (Yunus 1998). Gen xa5 terletak pada lengan pendek kromosom 5 dalam suatu daerah 0.5 cm, sekitar 70 kb, yang diapit oleh SNP marker RS7 dan SSR marker RM611 (Sidhu et al. 1978; Blair et al. 2003). Pada penelitian ini, gen xa5 berasosiasi dengan penanda RM611 pada posisi rekombinasi 31 cm. Gen ini dapat membedakan alel rentan melalui satu kodon, terdiri dari 4 ekson dan 3 intron, mengkode subunit gamma dari faktor transkripsi eukariotik (TFIIAγ) yang mengandung 106 asam amino (Hampsey 1998). Gen ketahanan Xa7 sangat penting dalam mengendalikan hawar daun bakteri karena memiliki resistensi yang cukup lama (durable) disebabkan gen Xa7 memiliki protein mirip dengan gen ketahanan HDB lainnya, termasuk Xa1, Xa3, Xa13, Xa21, Xa26, dan Xa27 (Iyer dan McCouch 2004; Chen et al. 2008). Xa7 pada genom padi terdapat pada kromosom 6 yang dalam penelitian ini berasosiasi dengan penanda RM20582 pada posisi rekombinasi cm. Gen yang memberikan resistensi terhadap banyak strain Xoo, dan dikenal sebagai gen yang memiliki resistensi luas menurut Ronald et al. (1992) dalam 13

24 14 Wang et al. (1996) yaitu gen Xa21. Gen ini telah diidentifikasi oleh Khush et al. (1990) dari Oryza longistamina dan diisolasi dari individu isogenik IRBB21 oleh Song et al. (1995) menggunakan kolonisasi gen berdasarkan pemetaan. Gen Xa21 pada penelitian ini terpetakan pada kromosom 11 berpaut di posisi cm menggunakan penanda pta248. Reaksi tanaman padi terhadap infeksi patogen Xoo sangat bervariasi. Varietas padi yang telah memiliki pyramiding gen ketahanan akan cenderung lebih resisten dan tidak mudah dipatahkan ketahanannya dibandingkan dengan varietas yang hanya memiliki satu gen ketahanan, karena pyramiding akan menghasilkan reaksi berantai sebagai bentuk pertahanan tanaman padi sesuai konsep gen ke gen. Gen ketahanan pada tanaman padi yang berperan pertama kali menangkal serangan patogen Xoo adalah gen Xa21. Gen ini mengkode protein reseptor kinase (RLK) yang berperan dalam sejumlah lintasan sinyal pada tanaman, termasuk kekebalan alami (Morillo dan Tax 2006). RLK memiliki struktur multidomain, termasuk domain ekstraseluler Leucine rich repeat (LRR) yang dapat mengenali patogen Xoo. Ketika pertahanan awal tersebut mampu ditembus oleh patogen Xoo, maka diperlukan gen ketahanan lain seperti halnya xa5 yang terdapat pada inti sel tanaman. Gen xa5 dalam interaksinya dengan bakteri Xoo akan menghasilkan protein termodifikasi dari penyandi subunit transkripsi pada preinitiation complex (PIC), sehingga dapat menurunkan avirulensi xa5 (Liu et al. 2006). Virulensi Xoo umumnya dipengaruhi oleh dua gen, yaitu gen rax dan hrp (Liu et al. 2006). rax akan menyandikan protein sekresi tipe 1 yaitu T1SS (type 1 secretion system). Elisitor (protein virulen Xoo) yang melalui sekresi tersebut adalah avrxa21, avrxa26, avrxa1, avrxa5, dan avrxa13 (Burdman et al. 2004). Sementara hrp (hypersensitivity reaction and for pathogenesis) akan menyandikan sistem sekresi T3SS (type III secretion system yang bersifat hidrofobik). Elisitor Xoo yang melalui sekresi tersebut adalah avrxa2, avrxa7, avrxa10 (Schornack et al. 2006). Elisitor-elisitor tersebut disandikan oleh kelompok gen AvrBs3/PthA seperti gen PthXo06, PthXo07 yang menyandikan protein serupa transcription activator-like (TAL) yang mempengaruhi proses transkripsi (Liu et al. 2006). Keterkaitan gen resisten pada tanaman padi dan efektor bakteri Xoo diawali dengan diaktifkannya gen Xa21 dalam apoplast dengan avrxa21 dari hrp bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae. avrxa21 adalah gen yang tergantung pada molekul rax yang dibawa oleh patogen. Termasuk gen dengan peran yang diduga dalam regulasi gen, seperti peptida sulfat dan T1SS. Sementara sinyal avirulen untuk xa1 dan xa5 belum teridentifikasi (Liu et al. 2006). Kemudian didalam sel tumbuhan, TAL efektor didimerisasi dan diangkut ke inti yang selanjutnya menunjukkan mungkin gen xa5 menonaktifkan virulensi TAL efektor dengan mengganggu atau memodifikasi interaksi TAL dan promotor DNA target dengan PIC (Gambar 7). avrxa7 ditunjukkan untuk mengikat double strand DNA (Yang et al. 2000). Gen avrxa7 merupakan anggota AvrBs3/PthA dan berisi urutan sinyal lokalisasi inti dan aktivasi domain asam (AAD) di ujung 3 dan wilayah tengah yang berisi sekuen berulang, dimana keduanya penting bagi avirulensi dan agresifitas (Ponciano 2004). Garis keturunan yang mengandung gen Xa7 tidak bertahan dalam waktu lebih dari 2 tahun. Patotipe yang beragam dan gen tunggal yang memiliki resistensi terbatas membuat perbaikan ketahanan varietas Ciherang dari penyakit hawar daun bakteri

25 dilakukan dengan kombinasi gen ketahanan yang tepat. Hal ini sesuai dengan penelitian Susanto dan Sudir (2012), dimana padi IRBB64 yang memiliki gen ketahanan Xa4+xa5+Xa7+Xa21 dapat dijadikan sebagai sumber ketahanan terhadap patotipe III, namun ketika kombinasi Xa4+xa5 dengan gen lain seperti xa13 terhadap strain III menjadi agak rentan. Begitu juga dengan kombinasi Xa4 dan xa5 dengan Xa21 tanpa Xa7 tidak mampu memberikan ketahanan terhadap HDB strain III. Strain III merupakan salah satu patotipe Xoo yang dominan pada sentra produksi padi di Jawa dengan komposisi 23.5% (Sudir et al. 2009). 15 Sel Padi Gambar 7 Keterkaitan gen resisten HDB dan bakteri Xoo (Liu et al. 2006) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Deteksi gen ketahanan Xa4, xa5, Xa7, dan Xa21 menggunakan marka SSR dan STS pada 207 individu DCF1 Ciherang secara pyramiding gen diperoleh 4 individu memiliki gen Xa4+xa5+Xa7+Xa21, 11 individu memiliki gen xa5+xa7+xa21, 46 individu memiliki gen xa5+xa21, 31 individu memiliki gen Xa7+Xa21, dan 45 individu memiliki gen xa5+xa7. Gen Xa4 teramplifikasi pada 150 bp dengan primer MP1+MP2. Gen xa5 teramplifikasi pada 213 bp menggunakan primer RM611. Gen Xa7 teramplifikasi pada 83 bp dengan primer RM Gen Xa21 teramplifikasi pada 1000 bp menggunakan primer pta248. Karakter agronomi jumlah malai DCF2 Ciherang tidak berbeda nyata dengan tetuanya. Panjang malai DCF2 Ciherang tidak berbeda nyata dengan tetua Code dan IRBB21, serta tidak berbeda signifikan dengan tetua Angke dan Ciherang. Bobot gabah isi DCF2 Ciherang lebih besar secara nyata dibandingkan tetuanya. Bobot gabah hampa DCF2 Ciherang juga berbeda nyata dengan tetuanya, lebih besar dari tetua Code, Angke, Ciherang, dan IRBB21.

26 16 Saran Memperbesar jumlah individu dalam populasi pada penelitian gen ketahanan terhadap hawar daun bakteri berbasis pyramiding gen pada individu DCF1 Ciherang, sehingga dapat memperbesar peluang mendapatkan individu yang memiliki keempat gen ketahanan dengan produktivitas yang tetap tinggi. Selain itu, diperlukan deteksi gen ketahanan berbasis marka molekuler yang berkelanjutan pada generasi kedua dan generasi seterusnya sebagai konfirmasi bahwa keberadaan pyramiding gen ketahanan hawar daun bakteri tetap ada dalam padi hasil silang ganda Ciherang pada setiap generasinya. DAFTAR PUSTAKA Azrai M Pemanfaatan markah molekuler dalam proses seleksi pemuliaan tanaman. J Agro Biogen 1(1): BB Biogen Varietas Unggul Padi Sawah Tahan HBD. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 29:4. Berlo RV GGT graphical genotypes. Laboratory of Plant Breeding: Wegeningen University. Blair MW, Garris AJ, Iyer AS, Chapman B, Kresovich S, and McCouch SR High resolution genetic mapping and candidate gene identification at the xa5 locus for bacterial blight resistance in rice (Oryza sativa L.). Theor. Appl. Genet. 107: Burdman S, Shen Y, Lee SW, Xue Q, Ronald P RaxH/RaxR: a twocomponent regulatory system in Xanthomonas oryzae pv. oryzae required for AvrXa21 activity. Mol Plant Microbe Interact. 17: Chen S, Huang Z, Zeng L, Yang J, Liu Q, Zhu X High-resolution mapping and gene prediction of Xanthomonas oryzae pv. oryzae resistance gene Xa7. Mol Breed. 22: Chun et al Identification, mapping, isolation of the genes resisting to bacterial blight and breeding application in rice. Molecular Plant Breeding. 13(12): Dellaporta Sl, Jonathan W, James BH A plant DNA minipreapration: version II. Plant molecular Biology Reporter. 1(4): [Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat] Penyebaran Varietas Padi Diperta [Internet]. [diunduh 26 Desember 2013]. Tersedia pada: [Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan] Penyakit Bakteri pada padi. Litbang [Internet]. [diunduh 17 September 2013]. Tersedia pada: Hampsey M Molecular genetics of the RNA polymerase II general transcriptional machinery. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 62: Iyer AS, McCouch SR The rice bacterial blight resistance gene xa5 encodes a novel form of disease resistance. Mol Plant Microbe Interact. 17: Kadir TS Menangkal HDB dengan menggilir varietas. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31: 1-3.

27 Kementrian Pertanian Indonesia Butuh Tambahan Tujuh Juta Ton Beras. Mentan [Internet]. [diunduh 26 Desember 2013]. Tersedia pada: tujuhjuta-ton-beras. Khush GS, Bacalangco E and Ogawa T A new gene for resistance to bacterial blight from O. longistaminata. Rice Genet Newslett. 7: Lehninger AL, David LN, Michael MC Principles of Biochemistry 5 th edition. New York (US): W.H. Freeman and Company. Liu DON, Pamela CR, Adam JB Xanthomonas oryzae pathovars: model pathogen of a model crop. Mol Plant Path. 7: Ma BJ, Wang WM, Zhao B, Zhou YL Studies of PCR markers for the rice bacterial blight resistance gene Xa-4. Hereditas 21: Marella LS, Vera CM, George LC, Bernardo MA, Nelson RJ, Lenug H, Reddy JN, Sridhar R Idenification of resistance genes effective against rice bacterial bight pathogen in Eastern India. Plant Dis. 85(5): Morillo SA, Tax FE Functional analysis of receptor-like kinases in monocots and dicots. Curr Opin Plant Biol. 9: Mew TW, Vera Cruz CM, and Medalla ES Changes in race frequency of Xanthomonas oryzae pv. oryzae in response to rice cultivars planted in the Philippines. Plant Dis. 76: Muliis KB, Faloona FA Specific synthesis of DNA in vitro by a polymerase catalysed chain reaction. Enzymology. 155: Ponciano G, Webb K, Bai J, Cruz CV, Leach JE Molecular characterization of the avrxa7 locus from Xanthomonas oryzae pv. oryzae field isolates. Physiol. Mol. Plant Pathol. 64: Prihatin I, Taryono, Rimbawanto A Penggunaan penanda mikrosatelit untuk analisis induk Acacia manginum WILD. UGM, Pusat Litbang Hutan Tanaman. 3: Pusat Penelitian Pengembangan Tanaman Pangan Padi Ciherang Makin popular. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia 28:2. Rachmadi M Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. Bandung [ID]: Universitas Padjajaran. Sambrook J, DW Russell Molecular Cloning: A Laboratory Manual. Edisi 3. New York (US): Coldspring Harbor Laboratory Pr. Schornack S, Meyer A, Romer P, Jordan T, Lahaye T Gene for gene mediated recognition of nuclear target AvrBs3-like bacterial efector proteins. J Plant Physiol. 163: Sidhu GS, Khush GS, and Mew TW Genetic analysis of bacterial blight resistance in seventy-four cultivars of rice (Oryza sativa L.). Theor Appl Genet. 53: Simanjuntak BH, Suprihatin MP, Isjwara MR Pengaruh perbandingan nitrat dan amonium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactusa sativa L.) yang dibudidayakan secara hidroponik. Prosiding. Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Hortikultura Memasuki Indonesia Baru. ISBN: Sudir, Triny S, dan Suprihanto Identifikasi patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae, penyebab penyakit hawar daun bakteri padi di sentra produksi padi di Jawa. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 28(3):

28 18 Susanto U, Sudir Ketahanan genotipe padi terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae patotipe III, IV, dan VIII. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 31(2): Gopalakrishnan S, Sharma RK, Anand K, Joseph M, Singh VP, Singh AK, Bhat KV, Singh NK, Mohapatra T Integrating marker assisted background analysis with foreground selection for identification of superior bacterial blight resistant recombinants in Basmati rice. Plant Breed. 27: Singh S, JS Sidhu, N Huang, Y Vikal, Z Li, DS Brar, HS Dhaliwal, GS Khush Pyramiding three bacterial blight resistance genes (xa5, xa13, and Xa21) using marker-assisted selection into indica rice cultivar PR106. Theor Appl Genet. 102: Song W, Wang G, Chen L, Kim H, Pi L, Holsten T, Gardner J, Wang B, Zhai W, Zhu L A receptor kinase-like protein encoded by the rice disease resistance gene, Xa21. Science. 270: Suh et al Development of breeding lines with three pyramided resistance genes that confer broad-spectrum bacterial blight resistance and their molecular analysis in rice. Rice. 6:5. Thermo Fisher Scientific Nanodrop 2000/200c Spectrpphotometer V1.0 User Manual. Wilmington (US): Thermo Fischer Scientific. Wang G, Song W, Ruan D, Sideris S, Ronald PC The cloned gene, Xa21, confers resistance to multiple Xanthomonas oryzae pv. oryzae isolates in transgenic plants. Mol Plant Microbe Interact. 9: Wijayanto DA, Hidayat R, Hasan M Application of difference equations model in determining genotype probability offspring with two different charavteristic. Jurnal Ilmu Dasar. 14: Yang Z, X Sun, S Wang, and Q Zhang Genetic and physical mapping of a new gene for bacterial blight resistance in rice. Theor. Appl. Genet 106: Yang B, Zhu W, Johnson LB, and White FF The virulence factor AvrXa7 of Xanthomonas oryzae pv. oryzae is a type III secretion pathwaydependent nuclear-localized double-stranded DNA-binding protein. Proc. Natl Acad. Sci. 97: Yunus M Studi pautan marka molekuler dengan gen ketahanan terhadap bakteri hawar daun (Gen xa5) pada padi. [Tesis] Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

29 19 Lampiran 1 Diagram alir penelitian LAMPIRAN Pemilihan benih DCF1 Ciherang yang akan ditanam Persiapan media dan penyemaian benih padi pada cawan petri Perawatan benih padi yang dikecambah selama 1-2 minggu Pemindahan tanaman padi pada media sesuai urutan nomor Perawatan tanaman padi ± 1 bulan Identifikasi gen ketahanan Xa4, xa5, Xa7, dan Xa21 Isolasi DNA daun padi Uji kualitatif dan kuantitatif Amplifikasi DNA dengan PCR Elektroforesis dengan agarose 2% dan PAGE, dianalisis elektroforegramnya menggunakan Chemidoc Analisis data molekuler: nomor tanaman yang memiliki 4 gen dan Graphical Genotyping Lampiran 2 Diagram persilangan Evaluasi karakter agronomi

30 20 Lampiran 3 Elektroforegram hasil amplifikasi gen Xa4 dengan primer MP1+MP2 Lampiran 4 Elektroforegram hasil amplifikasi gen xa5 dengan primer RM611 Lampiran 5 Elektroforegram hasil amplifikasi gen Xa7 dengan primer RM20582 Lampiran 6 Elektroforegram hasil amplifikasi gen Xa21 dengan primer pta248

31 21 Lampiran 7 Hasil skoring elektroforegram DCF1 Ciherang dan tetuanya Nama Galur/individu Kode Primer RM611 (xa5) RM20582 (Xa7) pta248 (Xa21) MP1+MP2 (Xa4) Code Cd Cih Cd Cd Cd Angke AK Ak Ak Ak Ak Ciherang Cih Cih Cih Cih Cih IRBB21 I21 Cih I21 I21 I21 DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-1 DCF1Ch CA-1 Ak Cd - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-2 DCF1Ch CA-2 H Ak - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-3 DCF1Ch CA-3 Cih Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-4 DCF1Ch CA-4 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-5 DCF1Ch CA-5 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-6 DCF1Ch CA-6 H Cih - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-7 DCF1Ch CA-7 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-8 DCF1Ch CA-8 H H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-9 DCF1Ch CA-9 Cd Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-10 DCF1Ch CA-10 Cd Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-11 DCF1Ch CA-11 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-12 DCF1Ch CA-12 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-13 DCF1Ch CA-13 Ak Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-14 DCF1Ch CA-14 Cd H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-15 DCF1Ch CA-15 Ak Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-16 DCF1Ch CA-16 Cd H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-17 DCF1Ch CA-17 Cih H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-18 DCF1Ch CA-18 H H Cih DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-19 DCF1Ch CA-19 Cd Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-20 DCF1Ch CA-20 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-21 DCF1Ch CA-21 Cih H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-22 DCF1Ch CA-22 Cd H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-23 DCF1Ch CA-23 Cd Ak H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-24 DCF1Ch CA-24 H Ak H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-25 DCF1Ch CA-25 H Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-26 DCF1Ch CA-26 Cih H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-27 DCF1Ch CA-27 Cd H Cih -

32 22 (lanjutan dari lampiran 7) Nama Individu Kode Primer RM611 (xa5) RM20582 (Xa7) pta248 (Xa21) MP1+MP2 (Xa4) DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-28 DCF1Ch CA-28 H Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-29 DCF1Ch CA-29 Ak Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-30 DCF1Ch CA-30 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-31 DCF1Ch CA-31 Cih Cih - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-32 DCF1Ch CA-32 Cd H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-33 DCF1Ch CA-33 H H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-34 DCF1Ch CA-34 Cd Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-35 DCF1Ch CA-35 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-36 DCF1Ch CA-36 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-37 DCF1Ch CA-37 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-38 DCF1Ch CA-38 Cd Ak H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-39 DCF1Ch CA-39 Cd Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-40 DCF1Ch CA-40 Ak Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-41 DCF1Ch CA-41 Cd H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-42 DCF1Ch CA-42 H H H H DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-43 DCF1Ch CA-43 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-44 DCF1Ch CA-44 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-45 DCF1Ch CA-45 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-46 DCF1Ch CA-46 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-47 DCF1Ch CA-47 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-48 DCF1Ch CA-48 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-49 DCF1Ch CA-49 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-50 DCF1Ch CA-50 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-51 DCF1Ch CA-51 H Cd - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-52 DCF1Ch CA-52 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-53 DCF1Ch CA-53 Cih Cd - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-54 DCF1Ch CA-54 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-55 DCF1Ch CA-55 Cd H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-56 DCF1Ch CA-56 Cd Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-57 DCF1Ch CA-57 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-58 DCF1Ch CA-58 H Cih Cih -

33 23 (lanjutan dari lampiran 7) Nama Individu Kode Primer RM611 (xa5) RM20582 (Xa7) pta248 (Xa21) MP1+MP2 (Xa4) DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-59 DCF1Ch CA-59 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-60 DCF1Ch CA-60 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-61 DCF1Ch CA-61 Cih Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-62 DCF1Ch CA-62 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-63 DCF1Ch CA-63 Cih Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-64 DCF1Ch CA-64 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-65 DCF1Ch CA-65 Cih Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-66 DCF1Ch CA-66 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-67 DCF1Ch CA-67 Cih Ak Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-68 DCF1Ch CA-68 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-69 DCF1Ch CA-69 H H H H DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-70 DCF1Ch CA-70 Ak H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-71 DCF1Ch CA-71 H H Cih Cd DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-72 DCF1Ch CA-72 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-73 DCF1Ch CA-73 Ak Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-74 DCF1Ch CA-74 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-75 DCF1Ch CA-75 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-76 DCF1Ch CA-76 H Cih - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-77 DCF1Ch CA-77 H Cd H Cih DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-78 DCF1Ch CA-78 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-79 DCF1Ch CA-79 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-80 DCF1Ch CA-80 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-81 DCF1Ch CA-81 H Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-82 DCF1Ch CA-82 H Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-83 DCF1Ch CA-83 H Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-84 DCF1Ch CA-84 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-85 DCF1Ch CA-85 Cih Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-86 DCF1Ch CA-86 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-87 DCF1Ch CA-87 Ak Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-88 DCF1Ch CA-88 Cih H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-89 DCF1Ch CA-89 H Cih H -

34 24 (lanjutan dari lampiran 7) Nama Individu Kode Primer RM611 (xa5) RM20582 (Xa7) pta248 (Xa21) MP1+MP2 (Xa4) DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-90 DCF1Ch CA-90 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-91 DCF1Ch CA-91 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-92 DCF1Ch CA-92 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-93 DCF1Ch CA-93 H H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-94 DCF1Ch CA-94 Ak H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-95 DCF1Ch CA-95 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-96 DCF1Ch CA-96 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-97 DCF1Ch CA-97 H Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-98 DCF1Ch CA-98 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-99 DCF1Ch CA-99 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-100 DCF1Ch CA Ak - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-101 DCF1Ch CA-101 Cih Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-102 DCF1Ch CA-102 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-103 DCF1Ch CA-103 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-104 DCF1Ch CA-104 Ak Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-105 DCF1Ch CA H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-106 DCF1Ch CA-106 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-107 DCF1Ch CA-107 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-108 DCF1Ch CA-108 Ak Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-109 DCF1Ch CA-109 Cih Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-110 DCF1Ch CA-110 Cih Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-111 DCF1Ch CA-111 Cih Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-112 DCF1Ch CA-112 H Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-113 DCF1Ch CA-113 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-114 DCF1Ch CA-114 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-115 DCF1Ch CA-115 Cih Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-116 DCF1Ch CA-116 H Ak H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-117 DCF1Ch CA-117 H Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-118 DCF1Ch CA-118 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-119 DCF1Ch CA-119 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-120 DCF1Ch CA-120 Cih Cih Cih -

35 25 (lanjutan dari lampiran 7) Nama Individu Kode Primer RM611 (xa5) RM20582 (Xa7) pta248 (Xa21) MP1+MP2 (Xa4) DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-121 DCF1Ch CA-121 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-122 DCF1Ch CA-122 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-123 DCF1Ch CA-123 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-124 DCF1Ch CA-124 Cih H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-125 DCF1Ch CA-125 Ak Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-126 DCF1Ch CA-126 Cih Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-127 DCF1Ch CA-127 Cih H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-128 DCF1Ch CA-128 H Ak - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-129 DCF1Ch CA-129 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-130 DCF1Ch CA-130 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-131 DCF1Ch CA-131 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-132 DCF1Ch CA-132 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-133 DCF1Ch CA-133 Cih Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-134 DCF1Ch CA-134 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-135 DCF1Ch CA-135 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-136 DCF1Ch CA-136 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-137 DCF1Ch CA-137 H Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-138 DCF1Ch CA-138 H Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-139 DCF1Ch CA-139 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-140 DCF1Ch CA-140 Ak Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-141 DCF1Ch CA-141 H Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-142 DCF1Ch CA-142 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-143 DCF1Ch CA-143 H H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-144 DCF1Ch CA-144 Cih Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-145 DCF1Ch CA-145 H Ak Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-146 DCF1Ch CA-146 Ak H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-147 DCF1Ch CA H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-148 DCF1Ch CA-148 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-149 DCF1Ch CA-149 Cih Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-150 DCF1Ch CA-150 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-151 DCF1Ch CA-151 Cih Cih Cih -

36 26 (lanjutan dari lampiran 7) Nama Individu Kode Primer RM611 (xa5) RM20582 (Xa7) pta248 (Xa21) MP1+MP2 (Xa4) DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-152 DCF1Ch CA-152 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-153 DCF1Ch CA-153 Cih Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-154 DCF1Ch CA-154 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-155 DCF1Ch CA-155 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-156 DCF1Ch CA-156 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-157 DCF1Ch CA-157 H H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-158 DCF1Ch CA-158 Ak Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-159 DCF1Ch CA Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-160 DCF1Ch CA-160 Cih H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-161 DCF1Ch CA-161 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-162 DCF1Ch CA-162 H H H H DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-163 DCF1Ch CA-163 H H H H DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-164 DCF1Ch CA-164 H H H Cih DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-165 DCF1Ch CA-165 Cih H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-166 DCF1Ch CA-166 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-167 DCF1Ch CA-167 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-168 DCF1Ch CA-168 Cih H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-169 DCF1Ch CA-169 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-170 DCF1Ch CA-170 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-171 DCF1Ch CA-171 Ak H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-172 DCF1Ch CA-172 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-173 DCF1Ch CA-173 H Cd Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-174 DCF1Ch CA-174 H Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-175 DCF1Ch CA-175 H Cd H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-176 DCF1Ch CA-176 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-177 DCF1Ch CA-177 Cih Cih I21 - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-178 DCF1Ch CA H I21 - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-179 DCF1Ch CA-179 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-180 DCF1Ch CA-180 Cih Cih - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-181 DCF1Ch CA-181 H Ak - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-182 DCF1Ch CA-182 Ak H - -

37 27 (lanjutan dari lampiran 7) Nama Individu Kode Primer RM611 (xa5) RM20582 (Xa7) pta248 (Xa21) MP1+MP2 (Xa4) DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-183 DCF1Ch CA-183 Cih Cd - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-184 DCF1Ch CA-184 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-185 DCF1Ch CA-185 Cih Cih - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-186 DCF1Ch CA-186 H Ak - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-187 DCF1Ch CA-187 H Cih - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-188 DCF1Ch CA-188 Cih H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-189 DCF1Ch CA-189 H Cih - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-190 DCF1Ch CA-190 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-191 DCF1Ch CA-191 Ak H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-192 DCF1Ch CA-192 Cih Cih - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-193 DCF1Ch CA-193 Cih Cd - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-194 DCF1Ch CA-194 Cih H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-195 DCF1Ch CA-195 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-196 DCF1Ch CA-196 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-197 DCF1Ch CA-197 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-198 DCF1Ch CA-198 H Cih Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-199 DCF1Ch CA-199 Cih H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-200 DCF1Ch CA-200 Cih H H Cih DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-201 DCF1Ch CA-201 H H H Cih DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-202 DCF1Ch CA-202 H H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-203 DCF1Ch CA-203 Cih H H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-204 DCF1Ch CA-204 Cih H Cih - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-205 DCF1Ch CA-205 Ak Cih H - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-206 DCF1Ch CA-206 H H - - DCF1 CiherangxIRBB21//Code X Angke-207 DCF1Ch CA-207 H Cih Cih - Keterangan: H = Heterozigot; Cih = Ciherang; Cd = Code; Ak = Angke; I21 = IRBB21

38 Bobot Gabah Isi (gram) Bobot Gabah Hampa (gram) Jumlah Malai (malai) Bobot 100 butir (gram) Panjang Malai (cm) Tinggi Tanaman (cm) 28 Lampiran 8 Karakter agronomi hasil panen Varietas Varietas Varietas Varietas Varietas Varietas

39 Lampiran 9 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) karakter agronomi hasil panen 29 Tinggi_ Tanaman Panjang_Dau n_bendera Panjang_Mal ai Jumlah_Mala i Bobot_100_ Butir Bobot_Gaba h_isi Bobot_Gaba h_hampa ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Lampiran 10 Foto panjang malai individu DCF2 Ciherang dan tetuanya

40 30 Lampiran 11 Graphical Genotypes 207 individu DCF1 Ciherang pada kromosom 5

41 Lampiran 12 Graphical Genotypes 207 individu DCF1 Ciherang pada kromosom 6 31

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! ABSTRACT... Error! KATA PENGANTAR... Error! DAFTAR ISI... i DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... Error! BAB I PENDAHULUAN... Error! 1.1 Latar Belakang... Error! 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penanaman padi dan analisis fisiologi dan marka molekuler. Penanaman padi secara gogo pada tanah masam dilakukan di rumah kaca Cikabayan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai dengan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x 144 PEMBAHASAN UMUM Penelitian introgresi segmen Pup1 ke dalam tetua Situ Bagendit dan Batur ini memiliki keunikan tersendiri. Kasalath dan NIL-C443 yang sebagai tetua sumber segmen Pup1 memiliki karakteristik

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang digunakan hanya primer GE 1.10 dengan suhu annealing sebesar 49,5 o C yang dapat dianalisis

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Lampiran 1 Bagan alir penelitian LAMPIRAN 17 Lampiran 1 Bagan alir penelitian Penyemaian benih galur BC 1 F 1 Isolasi DNA galur BC 1 F 1 Uji kualitatif dan kuantitatif DNA Analisis SSR Pemeliharaan tanaman hasil analisis SSR Pengamatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2017 di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD Herdiyana Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. 3.2 Objek Penelitian DNA ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) yang resisten dan sensitif

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus 2011. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Analisis Genetika, Departemen Silvikultur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya keingintahuan peneliti terhadap hasil suatu aktivitas. Metode penelitian ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH 62 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui percobaan rumah kaca. Tanah gambut berasal dari Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh, Jambi, diambil pada bulan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Januari 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 - Januari 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Laboratorium Terpadu Universitas

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ixomerc@uny.ac.id ISOLASI DNA PLASMID Plasmid adalah DNA ekstrakromosom yang berbentuk sirkuler dan berukuran kecil (1 200 kb). Sebagian

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid Mini kit, inkubator goyang (GSL), jarum Ose bundar, kit GFX (GE Healthcare), kompor listrik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2006 sampai dengan Januari 2008. Penelitian bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan tanah gambut dari Kumpeh, Jambi dilakukan pada bulan Oktober 2011 (Gambar Lampiran 1). Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan 39 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan buffer Asetat 20 mm ph 5,4. Larutan buffer asetat 10

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. III. BAHA DA METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl. Jendral Besar Dr. Abdul Haris asution Gedung Johor Medan Sumatera Utara, selama

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hawar Daun Bakteri (HDB)

TINJAUAN PUSTAKA. Hawar Daun Bakteri (HDB) 2 TINJAUAN PUSTAKA Hawar Daun Bakteri (HDB) Penyakit HDB merupakan penyakit utama padi sawah di Indonesia yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae (Xoo). Menurut Ou (1985) penyakit HDB

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan komoditas ini dari tahun ke tahun mengalami lonjakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen ini melibatkan satu faktor dengan 6 taraf sebagai perlakuan, sehingga rancangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci