PERANCANGAN ALAT BANTU PENGENALAN DAN PEMBUATAN BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNANETRA DI SLBN A KOTA BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN ALAT BANTU PENGENALAN DAN PEMBUATAN BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNANETRA DI SLBN A KOTA BANDUNG"

Transkripsi

1 PERANCANGAN ALAT BANTU PENGENALAN DAN PEMBUATAN BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNANETRA DI SLBN A KOTA BANDUNG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana dalam bidang ilmu Teknik Industri Disusun oleh : Nama : Brian Eric Chance NPM : PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG 2017

2

3

4 ABSTRAK Penyandang tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan dalam 3 golongan, yaitu totally blind, partially sighted dan low vision. Pada tingkat sekolah dasar, anak tunanetra cenderung tidak memahami konsep yang dasar terutama bentuk benda yang terdapat di lingkungan sekitar sehingga dibutuhkan alat peraga terhadap bentuk dasar untuk membantu proses pemahaman konsep dasar. Oleh karena itu, dilakukan perancangan sebuah alat peraga untuk mengenal dan membuat bentuk bangun ruang. Tahap awal perancangan adalah mengidentifikasikan kebutuhan terhadap 6 guru sekolah dasar dan 4 anak sekolah dasar. Selanjutnya dilakukan perancangan konsep sesuai dengan kebutuhan yang didapatkan dan dihasilkan 1 konsep untuk alat peraga mengenal bentuk bangun ruang dan 4 konsep untuk alat peraga membuat bentuk bangun ruang. Kemudian dilakukan penilaian terhadap 4 konsep untuk alat peraga membuat bentuk bangun ruang dan didapatkan 1 konsep yang terpilih. Lalu pembuatan prototipe berdasarkan konsep terpilih dengan jenis prototipe High-Fidelity. Setelah itu, dilakukan evaluasi terhadap prototipe dengan melakukan pengujian dan penilaian prototipe tersebut kepada 8 anak sekolah dasar. Penilaian menggunakan System Usability Scale, perbandingan jumlah waktu pengujian dengan waktu rata-rata, dan jumlah error yang terjadi selama pengujian. Hasil penelitan ini adalah sebuah alat peraga yang digunakan untuk mengenal dan membuat bentuk bangun ruang berbentuk kubus, balok, limas dan prisma. Hasil evaluasi berdasarkan penilaian SUS oleh 8 responden didapatkan nilai yang lebih besar dari nilai 68 yang menyatakan bahwa rancangan produk tersebut dapat digunakan dalam membantu pembelajaran dalam mengenal serta membuat bentuk bangun ruang bagi anak penyandang tunanetra. i

5 ABSTRACT Blind people are individuals who have obstacles in sight. The blind can be classified into 3 groups, there are totally blind, partially sighted and low vision. At primary school level, blind children tend not to understand the basic concepts especially the shapes of objects found in the environment so that need to be a props about the basic concepts the shaped of objects to help them to know and understand that objects. Therefore, need to do the design a props to recognize and make the shape of geometry. Early design stage is to identify the needs of the six primary school teachers and four elementary school children. Futhermore, do the design concept from the needs and make one concept for props to recognize the shapes of geometry and four concept for props to create geometrical shapes. Then do an assessment of the four concepts for props to create geometrical shapes and obtained one concept that elected. Then make a prototype based on the concept selected by the type of prototype High-Fidelity. After that, the evaluation of the prototype with testing and assessment of the prototype to 8 primary school children. The assessment using system usability scale, comparing the amount of time testing with the average time, and the number of errors that occur during the test. Ther results of this study are a props that used to recognize and create shapes of geometry like cube, blocks, pyramid and prism.the evaluation results based on the testing of system usability scale by 8 respondents obtained a value greater that the value of 68 which states the design of the products is usable in helping learning in recognizing and creating the shape geometry for children with visual impairment ii

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-nya dan rahmat-nya sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat diselesaikan. Penelitian tugas akhir ini berjudul Perancangan Alat Bantu Pengenalan dan Pembuatan Bangun Ruang Bagi Siswa Tunanetra di SLBN A Kota Bandung yang disusun sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana dalam bidang ilmu Teknik industri Universitas Katolik Parahyangan. Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama kepada kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan memberikan semangat selama menyusun tugas akhir. Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Ibu Kristiana Asih Damayanti, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, perhatian, dan pikiran selama bimbingan penyusunan tugas akhir. 2. Ibu Cynthia Prithadevi Juwono, Ir., M.S. dan Ibu Loren Pratiwi, S.T., M.T. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan mengenai tugas akhir. 3. Bapak Dr. Carles Sitompul selaku ketua jurusan teknik industri Universitas Khatolik Parahyangan. 4. Rekan-rekan guru di SLBN A Kota Bandung yang telah memberikan izin dan membimbing penulis untuk melakukan penelitian tugas akhir. 5. Alvin Sentosa, Andrean Hartanto, Dhenny, Novia Violeta, dan Ricky Subagja yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir. 6. Rekan-rekan Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan tugas akhir. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini. Terakhir penulis berharap, iii

7 semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga. Bandung, 10 Januari 2017 Penulis iv

8 DAFTAR ISI ABSTARK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah... I-1 I.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah... I-8 I.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian... I-14 I.4 Tujuan Penelitian... I-14 I.5 Manfaat Penelitian... I-15 I.6 Metodologi Penelitian... I-15 I.7 Sistematika Penulisan... I-18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Tunanetra... II-1 II.2 Klasifikasi Tunanetra... II-1 II.3 Karakteristik Anak Tunanetra... II-3 II.4 Keterbatasan Anak Tunanetra... II-6 II.5 Prinsip Pengajaran Anak Tunanetra... II-7 II.6 Proses Pengembangan Produk... II-7 II.7 System Usability Scale... II-12 BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PERANCANGAN III.1 Kondisi Belajar Anak Tunanetra di SLBN A Kota Bandung... III-1 III.2 Identifikasi Kebutuhan Pengguna... III-2 III.3 Spesifikasi Target... III-6 III.4 Pembuatan Beberapa Alternatif Konsep Produk... III-8 III.4.1 Alat Peraga Mengenal Bentuk Bangun Ruang... III-8 III.4.2 Alat Peraga Membuat Bentuk Bangun Ruang... III-9 v

9 III Konsep 1 Alat Bantu Pengajaran... III-11 III Konsep 2 Alat Bantu Pengajaran... III-12 III Konsep 3 Alat Bantu Pengajaran... III-13 III Konsep 4 Alat Bantu Pengajaran... III-15 III.5 Penilaian Konsep Alat Peraga Membuat Bentuk... III-16 III.6 Prototype... III-21 III.7 Pengujian dan Penilaian Prototype... III-23 BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Identifikasi Kebutuhan dan Spesifikasi Produk... IV-1 IV.2 Analisis Pembuatan Rancangan Konsep... IV-3 IV.3 Analisis Pemilihan Rancangan Konsep... IV-3 IV.4 Analisis Prototype... IV-4 IV.5 Analisis Pengujian dan Penilaian Prototype... IV-5 IV.5.1 Analisis Hasil Error Selama Pengujian... IV-6 IV.5.2 Analisis Hasil Waktu Selama Pengujian... IV-6 IV.5.3 Analisis Evaluasi Rancangan... IV-7 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan... V-1 V.2 Saran... V-2 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS vi

10 DAFTAR TABEL Tabel I.1 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Kesulitan Melihat di Indonesia Tahun I-2 Tabel I.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Kesulitan Melihat di Kota Bandung tahun I-3 Tabel III.1 Contoh Hasil Wawancara... III-3 Tabel III.2 Interpretasi Kebutuhan Siswa Tunanetra SLBN A Kota Bandung. III-4 Tabel III.3 List Kebutuhan Pengguna... III-6 Tabel III.4 Matriks Kebutuhan Pengguna... III-7 Tabel III.5 Kebutuhan Pengguna yang Terpenuhi... III-9 Tabe III.6 Kebutuhan Pengguna yang Terpenuhi dari Konsep Rancangan ke-1... III- 12 Tabe III.7 Kebutuhan Pengguna yang Terpenuhi dari Konsep Rancangan ke-2... III- 13 Tabe III.8 Kebutuhan Pengguna yang Terpenuhi dari Konsep Rancangan ke-3... III- 14 Tabe III.9 Kebutuhan Pengguna yang Terpenuhi dari Konsep Rancangan ke-4... III- 16 Tabel III.10 Tabel Bobot Setiap Kriteria... III-17 Tabel III.11 Penilaian Konsep Rancangan Responden 1... III-18 Tabel III.12 Penilaian Konsep Rancangan Responden 2... III-18 Tabel III.13 Penilaian Konsep Rancangan Responden 3... III-19 Tabel III.14 Penilaian Konsep Rancangan Responden 4... III-19 Tabel III.15 Gabungan Penilaian Konsep Rancangan... III-20 Tabel III.16 Profil Responden... III-23 Tabel III.17 Hasil Pengujian Prototype Berdasarkan Task List... III-26 Tabel III.18 Perbandingan Waktu antara Total Blind dengan Low Vision... III-27 vii

11 Tabel III.19 Jumlah Error yang Terjadi Selama Pengujian... III-27 Tabel III.20 Hasil Rekapan Penilaian SUS... III-29 viii

12 DAFTAR GAMBAR Gambar I.1 Presentase Penduduk Penyandang Disabilitas Indonesia... I-4 Gambar I.2 Distribusi Penyandang Disabilitas di Indonesia... I-4 Gambar I.3 Jumlah Siswa Tunanetra di Indonesia dan Jawa Barat... I-5 Gambar I.4 Peta Timbul... I-7 Gambar I.5 Proses Pengajaran Siswa Kelas 1 di SLBN A Kota Bandung... I-10 Gambar I.6 Proses Pengajaran untuk Siswa Tunanetra... I-10 Gambar I.7 Alat dan Media Peraga 1... I-11 Gambar I.8 Alat dan Media Peraga 2... I-11 Gambar I.6 Metodologi Penelitian... I-17 Gambar II.1 Fase Pengembangan Produk... II-9 Gambar II.2 Tahap Pengembangan Konsep... II-12 Gambar II.3 Pernyataan dalam System Usability Scale... II-13 Gambar III.1 Alat Bantu Pengajaran Bentuk Bangun Datar... III-1 Gambar III.2 Konsep Alat Peraga Mengenal Bentuk Bangun Ruang... III-9 Gambar III.3 Konsep Racangan Alat Peraga ke-1... III-11 Gambar III.4 Konsep Racangan Alat Peraga ke-2... III-12 Gambar III.5 Konsep Racangan Alat Peraga ke-3... III-14 Gambar III.6 Konsep Racangan Alat Peraga ke-4... III-15 Gambar III.7 Prototype Mengenal Bentuk Bangun Ruang... III-21 Gambar III.8 Prototype Membuat Bangun Ruang Tampak Depan... III-22 Gambar III.9 Prototype Membuat Bangun Ruang Tampak Belakang... III-22 Gambar III.10 Proses Pengujian Prototype... III-25 ix

13 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A HASIL WAWANCARA LAMPIRAN B HASIL KUESIONER SUS xi

14 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal terkait penelitian, seperti latar belakang masalah; identifikasi dan rumusan masalah; pembatasan dan asumsi masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian; metodologi penelitian; dan sistematika penulisan. Berikut dibawah ini merupakan isi dari subbab-subbab pendahuluan diatas. I.1 Latar Belakang Masalah Tunanetra dapat didefinisikan sebagai individu yang mengalami suatu kecacatan pada indera penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatannya seperti umumnya. Dampak dari kecacatan pada indera penglihatan bagi tunanetra mengakibatkan dalam menjalani aktivitas sehari-hari menggunakan indera-indera lain yang masih berfungsi dengan baik pada dirinya. Klasifikasi tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatannya terbagi menjadi 3 yaitu tunanetra ringan (defective vision/low vision) dimana individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi masih dapat mengikuti kegiatan pendidikan dan mampu melakukan kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan, tunanetra setengah berat (partially sighted) dimana individu yang kehilangan sebagian daya penglihatan, dan tunanetra berat (totally blind) dimana individu yang sama sekali tidak dapat melihat.. Indonesia menempati posisi ke-4 dalam jumlah penduduk terbanyak di dunia dengan jumlah penduduk jiwa atau sekitar 3,5% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia. Berdasarkan badan pusat statistik (2010), sensus penduduk pada tahun 2010 diantara jumlah penduduk Indonesia yang banyak terdapat beberapa penduduk yang mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari atau disabilitas, yaitu kesulitan melihat, kesulitan mendengar, kesulitan berjalan, kesulitan mengingat, berkonsentrasi, atau berkomunikasi, dan kesulitan mengurus diri sendiri. Sensus penduduk dilaksanakan setiap 10 tahun. Data mengenai jumlah penduduk yang mengalami disabilitas terbanyak terdapat pada penduduk yang mengalami kesulitan dalam melihat dibandingkan dengan I-1

15 kesulitan lainnya. Berikut Tabel I.1 merupakan jumlah penduduk menurut tingkat kesulitan melihat di Indonesia pada tahun 2010 berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS). Tabel I.1 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Kesulitan Melihat di Indonesia Tahun 2010 Kesulitan Melihat Satuan : jiwa Kelompok Umur Sedikit Tidak Tidak Sulit Parah Sulit Ditanyakan Jumlah 10 sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Berdasarkan tabel I.1, jumlah penduduk penyandang tunanetra sebanyak (tingkat kesulitan sedikit) dan (tingkat kesulitan parah) dengan total jiwa. Seseorang dikatakan mengalami kesulitan atau gangguan melihat apabila dalam jarak minimal 30 cm dan dengan penerangan yang cukup tidak dapat melihat dengan jelas baik bentuk, ukuran, dan warna. Andaikan orang itu menggunakan alat bantu kacamata sekalipun, ia tetap kesulitan melihat maka orang tersebut dikategorikan mengalami kesulitan. Akan tetapi, kalau dengan menggunakan alat bantu kacamata ia dapat melihat I-2

16 normal, maka orang itu dikategorikan tidak mengalami gangguan. Yang termasuk kesulitan atau gangguan penglihatan adalah total blind merupakan tingkat kesulitan parah sedangkan low vision dan buta warna merupakan tingkat sedikit sulit. Berikut Tabel I.2 merupakan jumlah penduduk menurut kesulitan melihat di Kota Bandung tahun Tabel I.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Kesulitan Melihat di Kota Bandung tahun 2010 Kelompok Umur Kesulitan Melihat Satuan : jiwa Tidak Sulit Sedikit Tidak Parah Sulit Ditanyakan Jumlah 10 sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai sampai Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Berdasarkan tabel I.2, jumlah penduduk penyandang tunanetra di Kota Bandung sebanyak (tingkat kesulitan sedikit) dan (tingkat kesulitan parah) dengan total jiwa. Berikut Gambar I.1 pada halaman I-4 I-3

17 merupakan presentase penduduk penyandang disabilitas di Indonesia dari tahun 2003 sampai % Tahun Gambar I.1 Presentase Penduduk Penyandang Disabilitas Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik Berdasarkan Gambar I.1, penduduk penyandang disabilitas di Indonesia terjadi peningkatan prevalansi setiap tahunnya terutama pada tahun 2012 peningkatan terjadi secara drastis. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2012), penyandang disabilitas terbanyak adalah penyandang yang mengalami lebih dari satu jenis keterbatasan, yaitu sebesar 39,97% diikuti dengan keterbatasan melihat, dan berjalan atau naik tangga dan lain-lain. Berikut Gambar I.2 merupakan distribusi penyandang disabilitas di Indonesia menurut jenis disabilitas. I-4

18 Gambar I.2 Distribusi Penyandang Disabilitas di Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI (2014), pada tahun 2012 di Indonesia tercatat sebanyak 1,5% dari penduduk Indonesia adalah penyandang tunanetra. Indonesia menempati posisi kedua kebutaan di dunia setelah Ethiopia yaitu sebanyak 3,5 juta dari total penyandang kebutaan dunia sebanyak 45 juta jiwa, dengan diantaranya merupakan anak-anak dan remaja. Di Jawa Barat jumlah penduduk yang mengalami kebutaan sebanyak atau 1,1% dari total penduduknya. Jumlah tersebut didominasi oleh katarak yang mencapai orang pada tahun Jika tidak ada tindakan yang dilakukan maka angka kebutaan akan terus meningkat, bahkan diperkirakan menjadi dua kali lipat hingga 90 juta jiwa pada tahun Adapun usaha penanganan yang dilakukan pemerintah untuk pemenuhan akan adanya fasilitas khusus untuk penyandang tunanetra dalam bentuk mendirikan sekolah luar biasa, panti sosial untuk tunanetra dan fasilitas pendidikan terpadu lainnya baik formal maupun informal. Namun pada kenyataannya tidak semua penyandang tunanetra dapat belajar pada pendidikan terpadu dan SLB, hal ini dikarenakan kurangnya jumlah fasilitas yang tersedia bagi penyandang tunanetra di Indonesia untuk mendapatkan pendidikan formal maupun informal. Padahal pendidikan ini diperlukan untuk kelak mereka dapat berkontribusi dalam masyarakat demi kesejahteraan hidup mereka. Berikut Gambar I.3 merupakan jumlah siswa tunanetra di Indonesia dan Jawa Barat. Jumlah Siswa Tunanetra Siswa Tunanetra Jawa Barat Indonesia / / /2016 Periode Pendidikan Gambar I.3 Jumlah Siswa Tunanetra di Indonesia dan Jawa Barat I-5

19 Sumber : Berdasarkan gambar I.3, jumlah siswa tunanetra yang belajar pada pendidikan terpadu di Indonesia dan Jawa Barat mengalami kenaikan pada periode 2012/2013 ke periode 2014/2015 akan tetapa terjadi penurunan pada periode selanjutnya, hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kurangnya fasilitas yang disediakan pemerintah, faktor ekonomi yang menyebabkan beberapa anak tunanetra tidak dapat menempuh pendidikan dan sebagainya. Setiap individu wajib menerima pendidikan dan dalam kegiatan belajar setiap individu diperlakukan secara sama begitu pula dengan individu yang memiliki kebutuhan khusus seperti tunanetra. Tunanetra juga layak mendapatkan pendidikan seperti umumnya individu-individu lainnya untuk membantu mereka dalam menambah pengetahuan-pengetahuan mengenai halhal yang tidak dapat mereka ketahui dengan indera penglihatan. Tunanetra memiliki beberapa kendala atau gangguan dalam proses penglihatannya sehingga membutuhkan beberapa alat kompensasi berupa media pembelajaran dan teknik pengajaran yang lebih menarik dan variatif untuk memudahkan kegiatan belajarnya. Sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan bagi semua orang terutama bagi orang-orang yang berkebutuhan khusus seperti tunanetra. Sekolah ini dapat memberikan persepsi bagi anak tunanetra sebagai lingkungan yang baru dimana mereka harus dapat beradaptasi dengan lingkunganlingkungan yang ada di sekolah tersebut. Pada umumnya lingkungan baru memberikan rasa tidak nyaman bagi anak tunanetra, terkadang juga disertai rasa takut yang berlebihan. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki kebutuhan khusus sehingga rasa kewaspadaan mereka sangatlah tinggi terhadap lingkungan yang masih baru bagi mereka seperti teman yang menghampiri dapat juga menjadi seseorang yang sangat asing untuk dikenalnya. Interaksi sosial yang dapat dilakukan oleh anak tunanetra sangatlah kurang dan terbatas, mereka biasanya membutuhkan waktu untuk terbiasa dengan hal-hal yang masih baru ataupun asing baginya. Pada umumnya, usia anak tunanetra untuk masuk sekolah berbeda dengan anak lainnya karena kebutuhan khusus tersebut yang dapat menjadi faktor terlambatnya memperoleh pendidikan. Namun, mereka tetap diberikan pelajaran yang sama seperti anak-anak lainnya dimana mereka tetap mengenal I-6

20 pelajaran seperti matematika, sejarah, agama, IPA, dan lainnya. Usia perkembangan kognitif, siswa SD khususnya anak tunatera masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam mata pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika ataupun sejarah, siswa membutuhkan alat bantu berupa media atau alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih mudah dipahami dan dimengerti konsep dari pelajaran tersebut. Sebagai contoh untuk pelajaran sejarah, guru harus memiliki media peta timbul untuk siswa agar mereka mengenal konsep ruang pada pelajaran tersebut. Dengan adanya media khususnya ini dapat membantu siswa untuk mengingat seperti apa peta itu dan meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran tersebut juga. Berikut Gambar I.4 adalah contoh peta timbul untuk pelajaran sejarah bagi anak tunanetra. Gambar I.4 Peta Timbul (Sumber : Salah satu sekolah khusus penyandang disabilitas yang terdapat di Kota Bandung yaitu sekolah luar biasa negeri A kota Bandung dengan jumlah murid pada saat ini sebanyak 96 orang, bertugas memberikan pelayanan rehabilitasi sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan dan sosialisasi serta pembinaan lanjut bagi para penyandang tunanetra agar mampu berperan aktif dalam kehidupan sosial. Anak tunanetra memiliki sifat yang lebih sensitif dibandingkan anak-anak pada umumnya sehingga dalam proses mengajarkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ini harus secara pelan- I-7

21 pelan dan spesifik tanpa menyinggung kekurangan mereka. Anak tunanetra khususnya pada tingkat dasar cenderung tidak memahami konsep bentuk benda yang tergolong asing bagi mereka tanpa dijelaskan maupun diberikan media peraga terhadap bentuk tersebut sehingga merupakan tantangan bagi guru-guru yang mengajarkan mereka. Oleh karena itu, diperlukan suatu media atau alat peraga untuk membantu penyampaian konsep bentuk benda dasar kepada siswa tunanetra. I.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Teknik dan metode pembelajaran yang diterapkan pada sekolah bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti tunanetra tentu saja harus berbeda dengan sekolah yang pada umumnya. Pengetahuan tentang sifat-sifat dari benda yang biasa dilakukan melalui penglihatan dapat dilakukan dengan rabaan bagi anak tunanetra. Dengan rabaan pada suatu benda, anak tunanetra dapat mengetahui tentang bentuk benda, besar kecilnya benda, bahkan memiliki kelebihan yaitu bisa mengerti halus kasarnya dan elastisitas serta berat ringannya suatu benda hanya dengan meraba benda tersebut. Namun tetap saja terdapat kekurangan bagi anak tunanetra dimana batas rabaan dibatasi dengan jarak jangkauan tangan sehingga mereka tidak dapat mengenal benda-benda yang terlalu besar bentuknya, kemudian mereka tidak dapat mengenal benda yang tidak mungkin diraba karena sifat benda tersebut seperti api. Teknik dan metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru untuk mengajarkan anak tunanetra lebih menfokuskan kepada indera mereka yang masih berfungsi dengan baik seperti indera peraba maupun indera pendengaran dalam menyampaikan materi pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri dan Ibu Idah yang merupakan guru dari siswa SD di SLBN A Kota Bandung, mereka mengatakan bahwa perilaku dan kemampuan baik dalam hal membaca, menulis, mengenal bentuk dan sebagainya bagi beberapa siswa tunanetra masih kurang sehingga perlu dibina misal dalam pembelajaran tulisan maupun huruf harus menggunakan tulisan braille dimana pada tingkat dasar anak tunanetra masih belum paham mengenai tulisan braille sehingga perlu diajarkan maupun dibina oleh guru, selain itu juga dalam hal mengenal suatu bentuk benda tidak dapat hanya dijelaskan dengan menggunakan kata-kata terhadap anak tunanetranya I-8

22 sehingga diperlukan suatu alat yang dapat merepresentasikan bentuk benda tersebut agar anak tunanetra dapat meraba secara langsung dan mengetahui bentuk benda tersebut. Kemudian media dan alat peraga untuk pembelajaran bagi siswa masih tergolong sedikit dalam jumlah dan variasi alat sehingga bagi siswa penyandang tunanetra masih sulit untuk mengetahui konsep-konsep benda yang terdapat di lingkungan sekitar mereka seperti bentuk binatang, bentuk persegi, bentuk lingkaran dan lain-lain. Dengan memahami konsep bentuk benda yang terdapat di lingkungan sekitar pada tingkatan pendidikan dasar dapat mempermudah mereka untuk melakukan kegiatan belajar pada tingkatan pendidikan selanjutnya. Konsep dasar mengenai bentuk dasar inilah yang akan selalu diingat oleh anak tunanetra, apabila terjadi kesalahan dalam memahami konsep bentuk tersebut maka anak tunanetra seterusnya akan berpikir bahwa konsep bentuk yang salah tersebut. Oleh karena itu, dalam mengenalkan suatu bentuk benda apapun harus diberikan instruksi dan penjelasan yang benar sehingga anak tunanetra dapat memahami dengan benar tanpa terdapat kesalahpahaman mengenai bentuk benda yang akan dikenalkan kepada anak tunanetra tersebut. Dijelaskan bahwa setiap anak tunanetra dapat membuat bentuk benda apapun apabila mereka sudah mengenali konsep awalnya terlebih dahulu. Jadi anak tunanetra harus memahami dulu bentuk benda yang akan dibentuk misalkan bentuk bangun ruang kubus, anak tunanetra harus mengetahui penjelasan mengenai kubus tersebut dimana kubus memiliki 6 sisi persegi dan memiliki 12 rusuk dengan informasi kubus yang jelas maka anak tunanetra dapat membuatnya sendiri. Akan tetapi, dalam proses membuat bentuk kubus harus disediakan beberapa persegi terlebih dahulu untuk anak tunanetra membentuknya sendiri menjadi kubus karena sulit bagi mereka untuk membuat bentuk kubus sendiri dengan membuat bentuk persegi terlebih dahulu. Kemudian contoh lainnya dalam pelajaran matematika, siswa harus memahami dengan benar bentuk bangun datar dan bangun ruang kemudian menerapkan rumus untuk mencari baik luas maupun keliling bangun tersebut. Apabila mereka hanya mendengarkan penjelasan dari guru mengenai rumusrumus tersebut tanpa memahami bentuk bangun datar dan bangun ruang tentu saja mereka kelak akan bingung untuk menghitungnya ketika terdapat kombinasi bangun ruang dimana mereka tidak dapat membayangkan bentuk kombinasi I-9

23 tersebut yang hanya didengarkan melalui penjelasan dari gurunya. Berikut Gambar I.5 dan Gambar I.6 pada halaman I-10 merupakan proses pengajaran siswa tunanetra kelas I di SLBN A Kota Bandung. Gambar I.5 Proses Pengajaran Siswa Kelas 1 di SLBN A Kota Bandung Gambar I.6 Proses Pengajaran untuk Siswa Tunanetra Berdasarkan Gambar I.5 dan Gambar I.6, dapat dilihat bahwa Guru sedang membantu siswa tunanetra dalam hal belajar dengan menggunakan alat atau media peraga yang seadanya di sekolah seperti menggunakan tulisan braille untuk mengajarkan bentuk huruf dan beberapa bentuk balok yang digunakan untuk menyusun balok tersebut menjadi beberapa tingkatan balok. Kesulitan dalam menyusun balok menjadi beberapa tingkatan balok ini dikarenakan anak tunanetra yang tidak mengetahui pola penyusunan yang benar sehingga harus dibimbing terlebih dahulu. Pada proses pembelajaran siswa tunanetra di kelas 1 ini masih tergantung pada guru mereka karena siswa tunanetra masih belum begitu memahami kegiata belajar pada kelas dasar yaitu kelas 1 sehingga diperlukan bimbingan dari guru mereka dalam menjelaskan hal- I-10

24 hal dasar. Berikut Gambar I.7 dan I.8 adalah beberapa contoh alat dan media peraga bagi siswa SLBN A Kota Bandung. Gambar I.7 Alat dan Media Peraga 1 Gambar I.8 Alat dan Media Peraga 2 Berdasarkan Gambar I.7 dan I.8, alat dan media peraga yang terdapat di SLBN A Kota Bandung masih tergolong sedikit dalam jumlah dan variasi alat terutama dalam hal mengenal bentuk maupun membuat bentuk sehingga menimbulkan kesulitan bagi para guru untuk menyampaikan materi-materi pendidikan yang memerlukan alat peraga khusus. Alat dan media peraga yang terdapat pada Gambar I.7 adalah alat peraga untuk mengenal bentuk bangun datar dan mengenal tulisan braille yang biasa digunakan pada semua tingakatan kelas, sedangkan pada Gambar I.8 terdapat beberapa alat peraga untuk memasukan benda dengan ukuran yang sesuai yang biasa digunakan pada kelas 1 dan 2 untuk membantu siswa tunanetra mengenal bentuk. Selain alat I-11

25 peraga tersebut, masih terdapat beberapa alat peraga lainnya seperti peta timbul, riglet untuk menulis tulisan braille, alat peraga untuk mengetahui waktu, dan sebagainya. Akan tetapi, beberapa alat peraga ini sudah tidak dapat dipakai atau rusak yang mengakibatkan kekurangan alat peraga. Kemudian alat peraga yang khusus untuk anak tunanetranya sendiri seperti peta timbul, braille, dan sebagainya masih tergolong sedikit dalam jumlah dan variasi alat, lebih banyak alat peraga untuk anak umum dimana tidak semua alat peraga untuk anak umum dapat digunakan oleh anak tunanetra sehingga diperlukan modifikasi terhadap alat peraga tersebut. Misalnya alat peraga Globe untuk mengenalkan benuabenua yang terdapat di bumi diperlukan benua-benua yang timbul agar dapat diraba oleh anak tunanetra sehingga mereka mengetahui bentuk benua eropa seperti apa dan sebagainya. Pada kondisi pembelajaran di SLBN A Kota Bandung saat ini menggunakan alat peraga yang hanya terdapat di sekolah tersebut. Pada kelas 1 sampai 3, pembelajaran untuk bentuk bangun dasar hanya sekedar untuk dikenalkan bagi siswa tunanetra kelak untuk kelas berikutnya mereka sudah memahami bentuk bangun dasar tersebut dan kemudian mereka dapat mulai menghitung luas, volume, keliling dan sebagainya mengenai bentuk bangun dasar tersebut. Pada kelas 4 sampai 6, siswa tunanetra diajarkan mengenai perhitungan seperti volume, luas, keliling dan sebagainya pada bentuk-bentuk bangun dasar. Dalam proses perhitungan bangun dasar tersebut, guru hanya dengan menjelaskan rumus-rumus yang dibutuhkan dalam suatu bentuk bangun dasar, misal untuk bentuk balok rumus yang digunakan untuk mencari volume adalah panjang x lebar x tinggi. Penggunaan alat peraga bentuk bangun dasar untuk setiap tingakatan sama, namun penyampaian materi pelajarannya saja yang berbeda. Sedangkan untuk mengenalkan bentuk bangun dasar seperti kubus, balok dan sebagainya, guru SLBN A Kota Bandung ini menggunakan karton kemudian dilipat menjadi sebuah bangun dasar, kemudian terdapat alat peraga yang sudah dalam bentuk jadi dalam mengenal bentuk dasar seperti kubus, balok, limas dan lain-lain. Selain itu juga guru menggunakan braille untuk mengenalkan bentuk bangun dasar tersebut kepada siswa tunanetra. Misal menggunakan braille dalam hal mengenal bentuk persegi, terdapat sebuat buku braille yang berisikan bentuk-bentuk bangun dasar jadi siswa tunanetra hanya I-12

26 meraba bentuk bangun dasar yang timbul pada buku tersebut sehingga siswa tunanetra dapat mengetahui bentuk tersebut. Kekurangan dari alat peraga sekarang adalah variasi alat tidak beragam dan siswa tunanetra selalu membutuhkan bimbingan dalam mengenal suatu bentuk. Dalam membuat suatu bentuk bangun ruang seperti balok dengan menggunakan karton dimana karton tersebut terdapat lipatan-lipatan yang perlu dilipat oleh siswa tunanetra dalam proses melipat menjadi balok tersebut siswa tunanetra perlu dibantu oleh guru. Dari hasil wawancara terhadap guru SLBN A Kota Bandung dapat disimpulkan bahwa hal utama yang diperlukan dalam proses pendidikan bagi siswa tunanetra adalah alat dan media peraga agar mempermudah proses penyampaian materi pendidikan terutama dalam pelajaran matematika. Oleh karena itu, diperlukan alat dan media peraga mengetahui konsep awal bentuk bangun ruang yang merupakan kelanjutan dari pelajaran matematika bentuk bangun datar dimana siswa tunanetra sudah mengetahui bentuk bangun datar seperti persegi, lingkaran, segitiga dan sebagainya. Dengan adanya alat peraga untuk mengetahui bentuk bangun ruang, siswa tunanetra dapat mengetahui dan membayangkan bentuk tersebut ketika mereka sedang mengerjakan soal-soal yang berhubungan bentuk tersebut dan siswa tunanetra juga dapat membuat bentuk bangun ruang tersebut secara mandiri dari bangun datar yang telah mereka pelajari, serta siswa tunanetra juga dapat memahami bentuk bangun ruang secara keseluruhan seperti jumlah bangun datar yang diperlukan untuk membentuk bangun ruang tersebut. Selain siswa tunanetra dapat membuat bentuk bangun ruang tanpa perlu adanya bantuan dari orang lain, juga dapat menimbulkan interaksi antara siswa dengan alat peraga tersebut sehingga siswa tidak cepat bosan dalam kegiatan belajar. Pendidikan yang semakin tinggi tingkatannya maka semakin sulit juga pelajarannya, pelajaran matematika tentang bentuk bangun ruang juga dapat menjadi sulit seperti terdapat kombinasi-kombinasi bangun ruang yang dapat menyulitkan bagi anak berkebutuhan khusus apabila tidak mengenal konsep dengan benar mengenai bentuk awal bangun ruang pada pendidikan dasar. Dengan dilakukannya identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang dialami oleh siswa tingkat dasar di SLBN A kota Bandung sebagai berikut. I-13

27 1. Apa saja kebutuhan yang perlu diakomodasikan dalam rancangan alat bantu pengajaran untuk mengenal dan membuat bentuk bangun ruang? 2. Bagaimana rancangan alat bantu pengajaran yang dapat diterapkan untuk mengenal dan membuat bentuk bangun ruang untuk siswa tingkat dasar di SLBN A kota Bandung? 3. Bagaimana evaluasi rancangan alat bantu pengajaran untuk mengenal dan membuat bentuk bangun ruang terhadap siswa tingkat dasar di SLBN A kota Bandung? I.3 Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, perlu dilakukan penetapan batasan dan asumsi. Penetapan tersebut diperlukan dengan tujuan agar luang lingkup pembahasan tidak terlalu luas dan pembahasan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berikut batasan-batasan yang diperlukan, antara lain: 1. Studi penelitian dilakukan pada siswa penyandang tunanetra total blind dan low vision tingkat dasar di SLBN A kota Bandung. 2. Bentuk bangun ruang yang diterapkan berdasarkan kombinasi dari 4 bentuk bangun datar yaitu persegi, persegi panjang dan segitiga sama sisi sebagai bentuk dasar yang sering ditemui dalam kehidupan seharihari. Bangun ruang yang dibuat yang lebih banyak diperlukan seharihari. 3. Jenis prototipe yang akan dibuat yaitu high-fidelity prototype. Selain batasan-batasan, terdapat asumsi yang perlu diterapkan yaitu sebagai berikut : 1. Cara dan alat pengajaran di SLBN A kota Bandung tidak berubah selama kegiatan pengamatan dilakukan. 2. Kemampuan tunanetra pada saat dilakukan testing prototipe rancangan dianggap sama. I.4 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan di sekolah luar biasa negeri A kota Bandung ini memiliki beberapa tujuan untuk dicapai. Tujuan penelitian tersebut antara lain: I-14

28 1. Mengidentifikasi kebutuhan yang perlu diakomodasikan dalam perancangan alat bantu pengajaran untuk mengenal dan membuat bentuk bangun ruang. 2. Merancang alat bantu pengajaran yang akan diterapkan untuk mengenal dan membuat bentuk bangun ruang. 3. Mengevaluasi rancangan alat bantu pengajaran yang akan diterapkan untuk mengenal dan membuat bentuk bangun ruang bagi siswa tingkat dasar di SLBN A kota Bandung. I.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan karena memiliki beberapa manfaat. Manfaat dari penelitian tersebut antara lain: 1. Mengetahui masalah-masalah yang dialami oleh siswa tunanetra SLBN A kota Bandung khususnya tingkat dasar. 2. Membantu dan menerapkan solusi untuk memecahkan masalah yang dialami siswa penyandang tunanetra tingkat dasar di SLBN A kota Bandung. 3. Membantu proses pembelajaran bagi siswa tunanetra tingkat dasar di SLBN A Kota Bandung dalam bidang pendidikan. 4. Membantu siswa penyandang tunanetra tingkat dasar di SLBN A Kota Bandung untuk mengenal dan membuat bentuk bangun ruang. I.6 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah penelitian dilakukan. Hal tersebut perlu adanya dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui langkah-langkah yang diambil peneliti dalam melakukan penelitiannya. Berikut dibawah ini penjelasan mengenai langkah-langkah metodologi penelitian yang dilakukan, antara lain: 1. Penentuan Topik Penelitian. Awal penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang dialami siswa tingkat dasar pada sekolah luar biasa negeri A kota Bandung tersebut secara keseluruhan. Setelah pengumpulan masalahmasalah tersebut, dilakukan proses bimbingan penelitian untuk menentukan topik masalah. I-15

29 2. Studi Pendahuluan. Terdapat dua studi pendahuluan yang dilakukan, yaitu studi lapangan dan studi literatur. Studi lapangan yang dimaksud adalah dengan meninjau langsung ke sekolah luar biasa dan dibimbing oleh guru dari sekolah luar biasa tersebut. Kemudian diskusi bersama dilakukan untuk membahas mengenai hasil yang didapat dari pengamatan hari tersebut. Sedangkan studi literatur dilakukan dengan dosen pembimbing untuk membahas cara penyelesaian masalah menggunakan teori-teori terkait. 3. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah. Identifikasi dengan topik yang dibahas. Identifikasi masalah menjelaskan mengapa hal tersebut merupakan suatu masalah bagi siswa SLBN A kota Bandung. Setelah diketahui masalah-masalah yang terdapat pada sekolah, maka akan ditentukan topik masalah yang akan diambil. Perumusan masalah akan berhubungan erat dengan identifikasi masalah yang sudah ditentukan sebelumnya. Perumusan masalah adalah membentuk identifikasi masalah tersebut menjadi sekumpulan pertanyaan yang perlu dijawab atau diberikan solusinya. 4. Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kebutuhan siswa tunanetra. Data kebutuhan didapatkan dengan melakukan wawancara terhadap guru dan observasi terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. 5. Pengolahan Data Dalam pengolahan data dilakukan pembuatan spesifikasi produk yang diinginkan berdasarkan data kebutuhan kemudian dilakukan pembuatan beberapa ide konsep produk berdasarkan data kebutuhan pengguna. Data pengolahan tersebut akan digunakan kembali dalam merancang produk akhir. 6. Perancangan dan Evaluasi Hasil Rancangan Dalam perancangan dan evaluasi hasil rancangan dilakukan pemilihan konsep produk, menetapkan spesifikasi akhir produk, pembuatan prototipe produk, dan melakukan pengujian dan penilaian produk. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah produk yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna. I-16

30 7. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang telah ditentukan, sedangkan saran yang diberikan adalah untuk sekolah luar biasa dilakukannya penelitian dalam mengajarkan siswanya. Rangkuman metodologi penelitian ini akan dibuat ke dalam diagram alir agar dapat lebih terlihat jelas alur penelitian yang dilakukan. Berikut ini Gambar I.7 merupakan diagram alir metodologi penelitiannya. I-17

31 Gambar I.6 Metodologi Penelitian I.7 Sistematika Penulisan I-18

32 Sistematika penulisan pada laporan penelitian ini dituliskan guna menjelaskan secara singkat isi dari setiap bab yang ada. Berikut penjelasan sistematika penulisan laporan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah pada penelitian,, identifikasi dan perumusan masalah penelitian, pembatasan masalah dan asumsi yang diberlakukan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian yang dilakukan, dan terakhir sistematika penulisan laporan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian yang diambil dan berguna sebagai acuan peneliti untuk memperhatikan faktor-faktor penting dalam perancangan produk untuk tunanetra. BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PERANCANGAN Bab ini menjelaskan mengenai cara pengumpulan data dan peracangan. Dalam perancangan sudah termasuk pengolahan data yang didapatkan sampai merancang produk sesuai data tersebu. Cara pengumpulan data tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap guru siswa tunanetra dan observasi kegiatan belajar di SLBN A Kota Bandung. Setelah didapatkan data-data tersebut, selanjutnya mengolah data tersebut dengan mengelompokan beberapa kebutuhan yang sama untuk menjadi spesifikasi produk. Kemudian dari list spesifikasi produk tersebut dibuatlah beberapa konsep rancangan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Langkah selanjutnya adalah melakukan pemilihan terhadap rancangan produk yang terbaik dan membuat prototipe dari produk yang terpilih tersebut. Setelah prototipe telah selesai dibuat, tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian dan penilaian prototipe tersebut kepada siswa tunanetra SLBN A Kota Bandung. Pengujian dilakukan dengan memberikan beberapa task list mengenai produk terpilih yang harus dikerjakan oleh siswa tunanetra. Setelah melakukan pengujian prototipe, maka siswa tunanetra akan memberikan penilaian terhadap produk tersebut melalui SUS dan memberikan beberapa komentar positif dan negatif mengenai produk yang telah dibuat tersebut. I-19

33 BAB IV ANALISIS Bab ini menjelaskan analisis yang dilakukan terhadap data yang telah didapatkan dan diolah yaitu data kebutuhan dan spesifikasi produk; analisis mengenai beberapa alternatif konsep rancangan produk; analisis mengenai kriteria pemilihan konsep produk; analisis pembuatan prototype; analisis mengenai pengujian dan penilaian prototype; dan analisis mengenai evaluasi terhadap rancangan produk yang telah dipilih. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan-kesimpulan yang didapat peneliti selama penelitian dengan memberikan solusi atas masalah yang terjadi dan juga memberikan saran-saran baik kepada pihak sekolah maupun kepada pembaca. I-20

PERANCANGAN ALAT BANTU PENGENALAN DAN PEMBUATAN BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNANETRA DI SLBN A KOTA BANDUNG

PERANCANGAN ALAT BANTU PENGENALAN DAN PEMBUATAN BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNANETRA DI SLBN A KOTA BANDUNG PERANCANGAN ALAT BANTU PENGENALAN DAN PEMBUATAN BANGUN RUANG BAGI SISWA TUNANETRA DI SLBN A KOTA BANDUNG Brian Eric Chance, Kristiana Asih Damayanti, S.T., M.T. Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PEMBELAJARAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) UNTUK TUNARUNGU-TUNAWICARA SKRIPSI

PERANCANGAN APLIKASI PEMBELAJARAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) UNTUK TUNARUNGU-TUNAWICARA SKRIPSI PERANCANGAN APLIKASI PEMBELAJARAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) UNTUK TUNARUNGU-TUNAWICARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana dalam bidang ilmu Teknik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BRAILLE SUBPOKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI KELAS VII SMPLB-A (TUNANETRA)

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BRAILLE SUBPOKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI KELAS VII SMPLB-A (TUNANETRA) PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BRAILLE SUBPOKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI KELAS VII SMPLB-A (TUNANETRA) Dimas 1, Susanto 2, Arika Indah K. 3 Abstract. One of compulsory subject taught

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan rancangan kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang dan masyarakat luas. Menurut UU Sisdiknas tahun

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan Pola Pembelajaran Murid SLB Sekarang Metode Penelitian

Hasil dan Pembahasan Pola Pembelajaran Murid SLB Sekarang Metode Penelitian Perancangan Aplikasi Pembelajaran Bahasa Isyarat Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) Untuk Tunarungu-Tunawicara Alvin Sentosa, Kristiana Asih Damayanti Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dibekali kemampuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Potensi merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan ide-ide atau informasi

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MITSUBISHI PAJERO SPORT. (xvi + 96 halaman, 13 gambar, 8 tabel, 2 rumus, 7 lampiran)

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MITSUBISHI PAJERO SPORT. (xvi + 96 halaman, 13 gambar, 8 tabel, 2 rumus, 7 lampiran) ABSTRAK Fredtandi Setiawan (03320070015) PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MITSUBISHI PAJERO SPORT (xvi + 96 halaman, 13 gambar, 8 tabel, 2 rumus, 7 lampiran) Tingkat penjualan di

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR BERDASARKAN ASIMILASI DAN AKOMODASI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI PADA SISWA SMP PENYANDANG TUNANETRA

IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR BERDASARKAN ASIMILASI DAN AKOMODASI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI PADA SISWA SMP PENYANDANG TUNANETRA IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR BERDASARKAN ASIMILASI DAN AKOMODASI DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI PADA SISWA SMP PENYANDANG TUNANETRA Veny Sri Astuti, S.Pd. Prodi Pend.Matematika, Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat menurut WHO 2013 dalam kutipan (Siswanto, 2007) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hak untuk memperoleh pendidikan merupakan hak semua warga negara, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Hal ini telah ditegaskan dalam UUD 1945 pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkkan dari kehidupan. Pada dasarnya hakekat pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab urusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata sebagai indera penglihatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI TUNANETRA Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan bagian tubuh, atau kondisi yang menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ita Witasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ita Witasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah salah satu hal penting bagi manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensinya melalui pembelajaran. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan

Lebih terperinci

3.2.3 Perancangan Flowchart View Perancangan Storyboard Pengumpulan Bahan (Material Collecting)... 47

3.2.3 Perancangan Flowchart View Perancangan Storyboard Pengumpulan Bahan (Material Collecting)... 47 ABSTRACT Mathematics is one subject that will surely always be found either in graduate school or college. Learning mathematics has an abstract concept, and therefore a teacher / teachers are required

Lebih terperinci

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra melalui Pendekatan Orientasi dan Mobilitas di Malang

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra melalui Pendekatan Orientasi dan Mobilitas di Malang Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra melalui Pendekatan Orientasi dan Mobilitas di Malang Adif Lazuardy Firdiansyah 1, Abraham M. Ridjal, ST., MT. 2, Ir. Ali Soekirno 2 ¹Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses pendidikan dapat berlangsung dalam berbagai lingkungan, baik lembaga formal maupun lembaga informal. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai. berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai. berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan suatu kebutuhan yang fundamental bagi seorang siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU SAKU MATERI LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG UNTUK JENJANG SMP

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU SAKU MATERI LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG UNTUK JENJANG SMP PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU SAKU MATERI LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG UNTUK JENJANG SMP Inayatul Fithriyah dan Abdur Rahman As ari Universitas Negeri Malang E-mail: inayatulfithriyah@ymail.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN. Sugiono ( 2009 ) penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENGEMBANGAN. Sugiono ( 2009 ) penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1. Jenis Pengembangan Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Menurut Sugiono ( 2009 ) penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan karakteristik anak yang beragam penyelenggaraan pendidikan harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya manusia memiliki panca indra yang berfungsi untuk merasakan perubahan yang terjadi di lingkungan luar tubuhnya. Salah satunya adalah mata. Mata merupakan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan e-commerce di Indonesia saat ini terjadi begitu pesat seiring dengan persaingan bisnis perusahaan yang semakin ketat dalam hal memasarkan produknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya suatu generasi baru, dimana anak menjadi generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang diharapkan mampu memikul

Lebih terperinci

E-LEARNING PIANO UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH

E-LEARNING PIANO UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH E-LEARNING PIANO UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH Risnandar Politeknik Telkom Bandung rnd@politekniktelkom.ac.id ABSTRACT Some factors effecting the people to learn piano include workload, lazy,

Lebih terperinci

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK  Program Magister Psikologi  Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Low vision merupakan salah satu bentuk gangguan pengihatan yang tidak dapat diperbaiki meskipun telah dilakukan penanganan secara medis. Penyandang low vision hanya memiliki sisa penglihatan yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui derajat resilience pada guru pendamping bagi siswa berkebutuhan khusus di SD X Bandung. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui derajat self-compassion yang dimiliki orangtua yang memiliki remaja berkebutuhan khusus (RBK) autis usia ±11-15 tahun di komunitas X Bandung. Rancangan

Lebih terperinci

MELATIH KEMAMPUAN BACA ANAK MELALUI. GAME Smart Puzzle

MELATIH KEMAMPUAN BACA ANAK MELALUI. GAME Smart Puzzle LAPORAN TUGAS AKHIR MELATIH KEMAMPUAN BACA ANAK MELALUI GAME Smart Puzzle Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Komputer Program Studi Sistem Informasi Universitas Katolik Soegijapranata

Lebih terperinci

TABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN REVISI)

TABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN REVISI) Lampiran B.4 TABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN REVISI) Materi : Volume Limas Kelas : VIII Semester : II Waktu : 2 x 80 menit Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat

Lebih terperinci

DESAIN APLIKASI MOBILE MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK ANAK DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN

DESAIN APLIKASI MOBILE MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK ANAK DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN TESIS DESAIN APLIKASI MOBILE MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK ANAK DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN BAMBANG ROBI IN No. Mhs: 155302444 PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

EVALUASI USABILITY DALAM DESAIN INTERFACE

EVALUASI USABILITY DALAM DESAIN INTERFACE EVALUASI USABILITY DALAM DESAIN INTERFACE Suhatati Tjandra Dosen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Surabaya e-mail: tati@stts.edu ABSTRAK Dengan meningkatnya pemakaian komputer pada masa kini, maka

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makan termasuk salah satu kegiatan rutin sehari-hari (activity daily living). Keterampilan makan sangat diperlukan selain untuk memenuhi kebutuhan seharihari

Lebih terperinci

POLA PENERIMAAN SISWA TUNANETRA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPLB. Keywords: reception pattern, blind students, mathematics learning

POLA PENERIMAAN SISWA TUNANETRA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPLB. Keywords: reception pattern, blind students, mathematics learning POLA PENERIMAAN SISWA TUNANETRA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPLB Nurmitasari Pendidikan Matematika, STKIP Muhammadiyah Pringsewu Email: mitha_adza@ymail.com Abstract The blind students have limitations

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN TULISAN BRAILLE MELALUI SISTEM MENGGOLD BAGI ANAK TUNANETRA Oleh : BAINAL ISNAINI Abstract: The purpose of this study were: 1) to describe the implementation of

Lebih terperinci

MEDIA DIORAMA DAN SEMPOA (DIOPOA) PADA MATERI PENGOLAHAN DATA

MEDIA DIORAMA DAN SEMPOA (DIOPOA) PADA MATERI PENGOLAHAN DATA MEDIA DIORAMA DAN SEMPOA (DIOPOA) PADA MATERI PENGOLAHAN DATA Yulia Maftuhah Hidayati 1, Fitri Kurniawan 2, Muhammad Ryan Ikhsanudin Universitas Muhammadiyah Surakarta Yulia.M.Hidayati@ums.ac.id ABSTRACT:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan tubuh yang sempurna. Banyak orang yang mempunyai anggapan bahwa penampilan fisik yang menarik diidentikkan dengan memiliki tubuh yang

Lebih terperinci

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF. : SMP Pasundan 4 Bandung

KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF. : SMP Pasundan 4 Bandung LAMPIRAN A.1 KISI-KISI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF Sekolah Mata pelajaran Pokok bahasan Kelas/Semester : SMP Pasundan 4 Bandung : Matematika : Prisma dan limas : VIII/2 Standar Kompetensi

Lebih terperinci

TABEL ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI DESAIN DIDAKTIS AWAL

TABEL ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI DESAIN DIDAKTIS AWAL Lampiran B.2 TABEL ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI DESAIN DIDAKTIS AWAL No Situasi Didaktis Prediksi Respon Siswa Respon yang Muncul Analisis 1 Siswa diberikan persoalan 1. Gambar 1 : 1. Siswa kebingungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui motivasi berprestasi dalam bidang akademik pada siswa pecandu game online yang berusia 13-17 tahun di warnet X kota Y. Pemilihan sampel menggunakan

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR SISWA TUNANETRA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KUBUS DAN BALOK KELAS IX DI SMPLB-A TAMAN PENDIDIKAN DAN ASUHAN JEMBER

PROSES BERPIKIR SISWA TUNANETRA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KUBUS DAN BALOK KELAS IX DI SMPLB-A TAMAN PENDIDIKAN DAN ASUHAN JEMBER PROSES BERPIKIR SISWA TUNANETRA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KUBUS DAN BALOK KELAS IX DI SMPLB-A TAMAN PENDIDIKAN DAN ASUHAN JEMBER Indra Lesmana 1, Susanto 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Abstract. The sense of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diberikan dalam setiap jenjang pendidikan formal, mulai dari pendidikan pra sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Disabilitas adalah suatu bentuk akibat dari keterbatasan seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Disabilitas adalah suatu bentuk akibat dari keterbatasan seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas adalah suatu bentuk akibat dari keterbatasan seseorang pada lingkungan sosial dan fisik. Disabilitas disebabkan beberapa hal, diantaranya kondisi kekurangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus di PERUM DAMRI Cabang Kota Bandung) TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1, di Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses yang kompleks (rumit), namun dengan maksud yang sama yaitu, memberi pengalaman belajar pada siswa sesuai

Lebih terperinci

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TUGAS AKHIR PERIODE 36 REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Gelar Sarjana Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN Di SDLB C Pertiwi Ponorogo Oleh: ZURISKA KUMALASARI NIM 13612536 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

SKRIPSI PENERAPAN METODE USABILITY TESTING UNTUK MEMBERIKAN REKOMENDASI PERBAIKAN TAMPILAN HALAMAN PADA WEBSITE PDAM BANYUMAS

SKRIPSI PENERAPAN METODE USABILITY TESTING UNTUK MEMBERIKAN REKOMENDASI PERBAIKAN TAMPILAN HALAMAN PADA WEBSITE PDAM BANYUMAS SKRIPSI PENERAPAN METODE USABILITY TESTING UNTUK MEMBERIKAN REKOMENDASI PERBAIKAN TAMPILAN HALAMAN PADA WEBSITE PDAM BANYUMAS Disusun oleh: BRYAN ALIF SATRIA 13102007 PROGRAM STUDI INFORMATIKA SEKOLAH

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH WAHYUDI EKA PUTRA

DISUSUN OLEH WAHYUDI EKA PUTRA KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 4 SAMPAI 6 TAHUN DI TAMAN KANAK- KANAK ISLAM DAN TAMAN KANAK- KANAK UMUM DI KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGENALAN HEWAN PELIHARAAN BERDASARKAN JENIS MAKANAN DAN HABITATNYA PADA ANAK USIA DINI DALAM DUA BAHASA

TUGAS AKHIR PENGENALAN HEWAN PELIHARAAN BERDASARKAN JENIS MAKANAN DAN HABITATNYA PADA ANAK USIA DINI DALAM DUA BAHASA TUGAS AKHIR PENGENALAN HEWAN PELIHARAAN BERDASARKAN JENIS MAKANAN DAN HABITATNYA PADA ANAK USIA DINI DALAM DUA BAHASA Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Komputer program studi Sistem

Lebih terperinci

ABSTRAKSI PERANCANGAN INTERIOR PUSAT TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD)

ABSTRAKSI PERANCANGAN INTERIOR PUSAT TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD) ABSTRAKSI PERANCANGAN INTERIOR PUSAT TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERVASIVE DEVELOPMENT DISORDER (PDD) Dewasa ini, penderita anak berkebutuhan khusus semakin meningkat di dunia dan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN JARIMATIKA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PERKALIAN DASAR SISWA TUNANETRA

BAB II PENERAPAN JARIMATIKA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PERKALIAN DASAR SISWA TUNANETRA BAB II PENERAPAN JARIMATIKA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PERKALIAN DASAR SISWA TUNANETRA A. Jarimatika Ama (2010) dalam http://amapintar.wordpress.com/jarimatika/ mengemukakan bahwa jarimatika merupakan

Lebih terperinci

BAB II TUNANETRA (LOW VISION)

BAB II TUNANETRA (LOW VISION) BAB II TUNANETRA (LOW VISION) 2.1. Difabel. Difabel adalah sekelompok masyarakat yang memiliki kemampuan yang berbeda dengan masyarakat non-difabel, ada yang memiliki kelaianan pada fisiknya saja, ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan komunikasi matematis Menurut Wardani (2008) matematika merupakan sebuah alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Dalam

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap individu ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki alat indera yang lengkap, terutama mata.

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017 PROGRAM LITERASI SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA TUNANETRA SDLB DI SLB CIMAHI Rikrik Triwiaty dan Musjafak Assjari Program Studi Pendidikan Khusus Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang

1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memiliki kondisi fisik yang cacat bukanlah hal yang diinginkan oleh setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memiliki kondisi fisik yang cacat bukanlah hal yang diinginkan oleh setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memiliki kondisi fisik yang cacat bukanlah hal yang diinginkan oleh setiap individu karena harus menjalani hidup dengan keterbatasan fisik, sehingga dapat menghambat

Lebih terperinci

Pendekatan Pembelajaran Matematika

Pendekatan Pembelajaran Matematika Pendekatan Pembelajaran Matematika Pendahuluan Untuk mencapai sasaran yang hendak dicapai diperlukan pendekatan, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Tidak ada cara belajar (tunggal) yang paling benar

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa lembaga swasta ataupun pemerintah telah membangun jasa layanan online dengan memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini. Salah satu contoh layanan yang

Lebih terperinci

OLEH: HENRY SAMUEL TANUDJAJA

OLEH: HENRY SAMUEL TANUDJAJA PENGARUH PAJAK, INVESTMENT OPPORTUNITIES, LIFE CYCLE STAGE, DAN FREE CASH FLOW TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA OLEH: HENRY SAMUEL TANUDJAJA 3203012275 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT PERAGA. Persyaratan. Oleh Sri Lestari NIM FAKULTAS RTA MARET 2015

PENGGUNAAN ALAT PERAGA. Persyaratan. Oleh Sri Lestari NIM FAKULTAS RTA MARET 2015 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS VA SD 1 SUMBERAGUNG MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA ARTIKEL JURNAL Diajukan kepadaa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 84-88 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PRODUK TEMPAT KARTU NAMA BERCIRI KHAS YOGYAKARTA (STUDI KASUS DI CV TINS ART)

PENGEMBANGAN PRODUK TEMPAT KARTU NAMA BERCIRI KHAS YOGYAKARTA (STUDI KASUS DI CV TINS ART) PENGEMBANGAN PRODUK TEMPAT KARTU NAMA BERCIRI KHAS YOGYAKARTA (STUDI KASUS DI CV TINS ART) TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri YOHANA STEPHANIE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai pandangan awal persoalan yang terjadi dalam penulisan laporan tugas akhir, berisi latar belakang, identifikasi masalah, tujuan tugas akhir, lingkup

Lebih terperinci

PERBEDAAN POLA TEMPERAMEN ANAK USIA TODDLER DENGAN IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA DI KECAMATAN MEDAN BARU KELURAHAN MERDEKA LINGKUNGAN V

PERBEDAAN POLA TEMPERAMEN ANAK USIA TODDLER DENGAN IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA DI KECAMATAN MEDAN BARU KELURAHAN MERDEKA LINGKUNGAN V PERBEDAAN POLA TEMPERAMEN ANAK USIA TODDLER DENGAN IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK BEKERJA DI KECAMATAN MEDAN BARU KELURAHAN MERDEKA LINGKUNGAN V SKRIPSI Oleh EVA SIBUEA NIM 121121081 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENDETEKSI KEDIPAN MATA UNTUK FUNGSI KLIK PADA MOUSE MELALUI KAMERA WEB ABSTRAK

PERANCANGAN PENDETEKSI KEDIPAN MATA UNTUK FUNGSI KLIK PADA MOUSE MELALUI KAMERA WEB ABSTRAK PERANCANGAN PENDETEKSI KEDIPAN MATA UNTUK FUNGSI KLIK PADA MOUSE MELALUI KAMERA WEB Daniel / 0722020 Email : b_aso_1989@hotmail.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERUPA MODUL PADA MATERI STATISTIKA UNTUK SMA KELAS XI. Erni Murniati 1,

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERUPA MODUL PADA MATERI STATISTIKA UNTUK SMA KELAS XI. Erni Murniati 1, PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERUPA MODUL PADA MATERI STATISTIKA UNTUK SMA KELAS XI Erni Murniati 1, 1) Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Universitas

Lebih terperinci

KENDALI PERGERAKAN MOTOR STEPPER SUMBU X-Y PADA PROTOTIPE MESIN CUTTER UNTUK MEMBUAT POLA GARIS TEGAK LURUS DAN PERSEGI

KENDALI PERGERAKAN MOTOR STEPPER SUMBU X-Y PADA PROTOTIPE MESIN CUTTER UNTUK MEMBUAT POLA GARIS TEGAK LURUS DAN PERSEGI LAPORAN SKRIPSI KENDALI PERGERAKAN MOTOR STEPPER SUMBU X-Y PADA PROTOTIPE MESIN CUTTER UNTUK MEMBUAT POLA GARIS TEGAK LURUS DAN PERSEGI ACHMAD LATIF NIM. 201152013 DOSEN PEMBIMBING Mohammad Iqbal, ST,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Media pembelajaran berbasis android dengan program Construct 2 pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Media pembelajaran berbasis android dengan program Construct 2 pada BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Media pembelajaran berbasis android dengan program Construct 2 pada materi bangun ruang sisi datar untuk siswa SMP kelas 8 dikembangkan dengan

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PEWARNAAN PADA CITRA GRAY-SCALE ABSTRAK

PENGENALAN DAN PEWARNAAN PADA CITRA GRAY-SCALE ABSTRAK PENGENALAN DAN PEWARNAAN PADA CITRA GRAY-SCALE NOVIANI KRISNADI/0322064 Email Address: s103novi@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri 65, Bandung 40165, Indonesia

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT MUSIK PIANO AUGMENTED REALITY BERBASIS DESKTOP

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT MUSIK PIANO AUGMENTED REALITY BERBASIS DESKTOP PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT MUSIK PIANO AUGMENTED REALITY BERBASIS DESKTOP TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. Para pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu siswa menjadi manusia yang berkembang secara utuh. Salah satu bantuan yang diberikan kepada mereka

Lebih terperinci

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Tingkat Kesulitan Berjalan Indonesia Perkotaan + Perdesaan Laki-laki + Perempuan

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Tingkat Kesulitan Berjalan Indonesia Perkotaan + Perdesaan Laki-laki + Perempuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kaum difabel daksa adalah sebutan bagi mereka yang mengalami cacat (baik bawaan maupun sejak lahir) lantaran bencana, kecelakaan dan sebagainya, sehingga menyebabkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA TUNANETRA Oleh: Siti Rachmawati seandinda@g.mail.com ABSTRAK Hambatan peningkatan kemampuan berhitung pada siswa tunanetra terjadi karena

Lebih terperinci

GAME PENGENALAN OBAT HERBAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK JENJANG PENDIDIKAN DASAR

GAME PENGENALAN OBAT HERBAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK JENJANG PENDIDIKAN DASAR LAPORAN TUGAS AKHIR GAME PENGENALAN OBAT HERBAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK JENJANG PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh : YENNI OKTYANI WIJAYA 13.07.0053 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

MANUFACTURING MACHINE

MANUFACTURING MACHINE APLIKASI ADAPTIVE MANUFACTURING MACHINE DAN ARTCAM UNTUK MENGEMBANGKAN VARIASI PRODUK BROS BERCIRI KHAS KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT (STUDI KASUS DI CV.TIN S ART) TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA LAPTOP PUTAR BERKIPAS DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN MEJA LAPTOP PUTAR BERKIPAS DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN MEJA LAPTOP PUTAR BERKIPAS DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI SKRIPSI Oleh : Wempi Fernando 0832010017 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Aplikasi ini dibuat menggunakan Adobe Flash CS 3 dengan bahasa pemrograman Action Script 2.

ABSTRAK. Aplikasi ini dibuat menggunakan Adobe Flash CS 3 dengan bahasa pemrograman Action Script 2. ABSTRAK Aplikasi ini dirancang untuk pembelajaran siswa di sekolah menengah tentang geometri bangun datar dan bangun ruang. Aplikasi ini dirancang semenarik mungkin untuk para siswa. Fitur-fitur pada aplikasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA Sri Mahidar Kanjun SD Negeri 054931 Batu Melenggang, kab. Langkat Abstract: This study aims to determine the improvement

Lebih terperinci

Dari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut:

Dari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut: A. Pokok-Pokok Perkuliahan Low Vision Oleh Drs. Ahmad Nawawi Sub-sub Pokok Bahasan : 1. Definisi dan Prevalensi 2. Ciri-ciri Anak Low Vision 3. Klasifikasi Low Vision 4. Latihan Pengembangan Penglihatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DUKUNGAN FAKTOR FAKTOR LOKASI TERHADAP PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN SLEMAN

TUGAS AKHIR DUKUNGAN FAKTOR FAKTOR LOKASI TERHADAP PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN SLEMAN TUGAS AKHIR DUKUNGAN FAKTOR FAKTOR LOKASI TERHADAP PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN SLEMAN Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.2 November 2016

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.2 November 2016 PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA Restu Banu Aji, Uba Umbara, Ricky Yuliardi. STKIP Muhammadiyah Kuningan restu.banu.aji@gmail.com ABSTRACT Restu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian desain (design research). Menurut Gravemeijer (Nobonnizar, 2013:17), design research

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK TUNANETRA

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK TUNANETRA Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK TUNANETRA Ignatius Deo Grasianto ; Dra. Dona Saphiranti, MT. Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa

Lebih terperinci

Nama : ARI WULANDARI NIM : Pokjar : Gantiwarno

Nama : ARI WULANDARI NIM : Pokjar : Gantiwarno Nama : ARI WULANDARI NIM : 836759945 Pokjar : Gantiwarno 1. Contoh pembelajaran yang saya gunakan menurut teori pada kelas bawah ( 1 ) : a. Teori PIAGET 1) Tahap Sensori Motor Pada tahap ini anak mulai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL YANG DILENGKAPI PETA KONSEP BERGAMBAR PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP

PENGEMBANGAN MODUL YANG DILENGKAPI PETA KONSEP BERGAMBAR PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP PENGEMBANGAN MODUL YANG DILENGKAPI PETA KONSEP BERGAMBAR PADA MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP UNTUK SMP Rika Suryaningsih, Rina Widiana, Siska Nerita Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk yang berketuhanan, makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iii. ABSTRACT...iv. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI...viii. DAFTAR TABEL...xii. DAFTAR BAGAN...xiii. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iii. ABSTRACT...iv. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI...viii. DAFTAR TABEL...xii. DAFTAR BAGAN...xiii. DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa SMA X Bandung. Penelitian ini dilakukan pada seluruh siswa SMA X. Tujuannya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA TUNANETRA KELAS 2 MENGGUNAKAN METODE RESITASI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA TUNANETRA KELAS 2 MENGGUNAKAN METODE RESITASI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA TUNANETRA KELAS 2 MENGGUNAKAN METODE RESITASI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL Oleh Hikmah Dwi Jayanti NIM 09103241034 Oleh Hikmah Dwi Jayanti

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuat Perangkat Lunak Penterjemah Kata Huruf Braille Ke Bentuk Suara

Perancangan dan Pembuat Perangkat Lunak Penterjemah Kata Huruf Braille Ke Bentuk Suara Perancangan dan Pembuat Perangkat Lunak Penterjemah Kata Huruf Braille Ke Bentuk Suara Reiyne Kristianti D.H / 0622090 Email : reine kristian1989@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jalan

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh SRIANANINGSIH NIM.

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh SRIANANINGSIH NIM. i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII D SMPN 1 LABUAPI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PADA PEMBELAJARAN LINGKARAN DENGAN MENERAPKAN MODEL DISCOVERY LEARNING JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

PERAN PELAYANAN SEKOLAH DASAR DALAM MENDUKUNG KOTA LAYAK ANAK DI SURAKARTA

PERAN PELAYANAN SEKOLAH DASAR DALAM MENDUKUNG KOTA LAYAK ANAK DI SURAKARTA TUGAS AKHIR PERAN PELAYANAN SEKOLAH DASAR DALAM MENDUKUNG KOTA LAYAK ANAK DI SURAKARTA TINJAUAN DARI FENOMENA SEKOLAH FAVORIT DAN NON-FAVORIT Oleh: M. DHIA SUBULUSSALAM I0610019 Diajukan sebagai Syarat

Lebih terperinci