Rotasi Pekerjaan dan Kinerja Karyawan: Peran Kepuasan Kerja dan Variasi Keterampilan Kerja Sebagai Variabel Intervening

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rotasi Pekerjaan dan Kinerja Karyawan: Peran Kepuasan Kerja dan Variasi Keterampilan Kerja Sebagai Variabel Intervening"

Transkripsi

1 Rotasi Pekerjaan dan Kinerja Karyawan: Peran Kepuasan Kerja dan Akademi Keuangan dan Perbankan (Akubank) Nusantara Aceh Timur Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rotasi pekerjaan terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja dan variasi keterampilan sebagai variabel intervening. Penelitian dilakukan pada PT Bank Aceh Syariah. Sampel penelitian sebanyak 158 karyawan bank tersebut yang diambil dengan metode sensus. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis jalur (path analysis). Penelitian menemukan bahwa Rotasi pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan variasi keterampilan. Kepuasan kerja dan variasi keterampilan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT Bank Aceh Syariah. Rotasi pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT Bank Aceh Syariah. Semakin baik penilaian karyawan terhadap rotasi pekerjaan (job rotation) yang mereka alami akan semakin baik pula kinerja mereka dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan. Kepuasan kerja dan variasi keterampilan memediasi pengaruh rotasi pekerjaan terhadap kinerja karyawan PT Bank Aceh Syariah. Efek mediasi yang wujud pada kepuasan kerja dan variasi keterampilan merupakan mediasi parsial (partial intervening). Kata Kunci: Kinerja Karyawan, Kepuasan Kerja, Variasi Keterampilan dan Rotasi Pekerjaan Latar Belakang Penelitian Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan oleh pimpinan perusahaan, terutama perusahaan jasa perbankan yang dalam kegiatan operasionalnya memberikan layanan jasa keuangan. Sebagai perusahaan jasa, keberadaan karyawan pada lembaga keuangan bank merupakan sumber daya utama dalam meningkatkan layanan jasa keuangan kepada masyarakat. Apalagi bank hanya berperan sebagai lembaga perantara/intermediasi antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana di satu sisi dengan masyarakat yang mengalami kekurangan dana di sisi lain. Sehingga kinerja karyawan tidak hanya menentukan keberhasilan bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, tetapi juga sangat menentukan kinerja bank dalam mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Mengingat pentingnya kinerja karyawan dalam mendukung keberhasilan perusahaan jasa perbankan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai dengan visi dan misi bank yang bersangkutan, maka tidak salah kiranya setiap pimpinan perusahaan jasa perbankan berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawannya. Upaya peningkatan kinerja karyawan tidak hanya dilakukan dengan cara memberikan pelatihan dan pendidikan bagi karyawan sesuai dengan bidang pekerjaan yang dibebankan kepada mereka, tetapi juga dilakukan melalui intervensi kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan rotasi pekerjaan. Rotasi pekerjaan adalah perubahan periodik karyawan dari satu tugas ke tugas yang lain dengan tujuan untuk mengurangi kebosanan dan meningkatkan motivasi lewat penganekaragaman kegiatan karyawan (Robins, 2006:649). Rotasi berkaitan dengan penempatan karyawan (staffing) serta pengembangan jenjang karier seorang karyawan. Adanya rotasi jabatan/pekerjaan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam bekerja. Keuntungan adanya rotasi pekerjaan adalah memperluas cakupan pekerjaan yang dapat dilakukan karyawan dan sarana untuk lebih mengembangkan diri mereka. Hal ini berarti karyawan akan terdorong untuk bekerja lebih baik dalam mencapai karier yang lebih tinggi. Dari sisi organisasi, rotasi pekerjaan digunakan untuk menstimulasi pegawai agar dapat mengeluarkan potensi mereka (Ofner, 2007). Rotasi pekerjaan sebenarnya tidak hanya dapat berdampak pada kinerja karyawan, tetapi juga dapat berpengaruh pada kepuasan kerja (job satisfaction) dan skill variation. Kepuasan kerja (job satisfaction) dapat diartikan sebagai suatu sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya (Robbins, 2006:212). Kepuasan kerja merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap orang dalam bekerja, dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mereka akan bekerja dengan sungguhsungguh sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik. Keterkaitan rotasi pekerjaan terhadap job satisfaction dikemukakan oleh Ortega (2001) bahwa rotasi pekerjaan dapat meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja. Hasil 96

2 Rotasi Pekerjaan dan Kinerja Karyawan: Peran Kepuasan Kerja dan studi empiris yang dilakukan oleh Praningrum (2002) menunjukkan bahwa rotasi pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi berperan positif dan signifikan dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja karyawan. Selanjutnya skill variation (variasi keterampilan) adalah keterampilan yang dimiliki oleh karyawan. Skill variation yang dituntut dari seseorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaan atau menempati jabatan tertentu pada suatu perusahaan terdiri dari keterampilan teknis (technical skills), keterampilan sosial (social skills), keterampilan konseptual (conceptual skills) dan keterampilan manjerial (managerial skills). Skill variation yang dimaksudkan dalam kajian ini dibatasi hanya pada keterampilan teknis, keterampilan sosial dan keterampilan konseptual. Keterampilan teknis (technical skills) adalah pengetahuan tentang metode, proses, prosedur, dan teknik untuk melakukan sebuah kegiatan khusus, dan kemampuan untuk menggunakan alat-alat yang relevan bagi kegiatan tersebut. Dalam keterampilan teknis termasuk pengetahuan mengenai metode, proses, prosedur, serta teknik untuk melakukan kegiatan yang khusus dari satuan organisasi (Yukl, 2004:214). keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang-orang, kemampuan untuk memberikan dukungan individu pada semua tingkatan organisasi (Luthan dan Davis, 2006:231). Selanjutnya keterampilan konseptual adalah keterampilan analitik umum, daya berpendapat, dan proses berpikir logis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada dua komponen dalam keterampilan konseptual, yaitu: penilaian (judgement) dan kreativitas (creativity) (Swiderski, 2006:32). Pengaruh rotasi pekerjaan dengan skill variation dikemukakan oleh Cheraskin dan Stevens (2004) menyatakan bahwa adanya rotasi pekerjaan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari pegawai. Rotasi rotasi pekerjaan dapat memberikan kesempatan bagi setiap pegawai untuk bekerja pada bidang pekerjaan baru, mereka tidak hanya harus berdaptasi dengan lingkungan kerja tersebut, tetapi juga dituntut untuk mampu bekerja secara baik sesuai dengan tuntutan tugas yang diberikan. Kondisi ini membuat pegawai untuk meningkatkan keterampilan kerja mereka sesuai dengan tanggung jawab dan pekerjaan yang diberikan. Semakin sering rotasi pekerjaan bagi seseorang pegawai yang ditandai dengan penempatan pegawai pada berbagai bidang pekerjaan pada periode waktu yang berbeda, akan semakin bervariasi keterampilan kerja yang mereka miliki. Job satisfaction (kepuasan kerja) dapat berpengaruh pada kinerja karyawan. Demikian pula halnya dengan skill variation juga dapat berpengaruh pada kinerja karyawan. Adanya pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dikemukakan oleh Wood yang dikutip oleh Sawitri et al (2007) berargumen bahwa kepuasan kerja meningkatkan kinerja, sehingga untuk meningkatkan kinerja seorang karyawan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kepuasan kerja mereka. Selanjutnya pengaruh skill variation terhadap kinerja karyawan sebagai akibat adanya rotasi pekerjaan dikemukakan oleh Marcia dan Pulich (2009) bahwa keuntungan adanya rotasi pekerjaan adalah memperluas cakupan pekerjaan yang dapat dilakukan pegawai dan sarana untuk lebih mengembangkan diri pegawai. Pegawai akan terdorong untuk bekerja lebih baik dalam mencapai karier yang lebih tinggi. Dari sisi organisasi, rotasi pekerjaan digunakan untuk menstimulasi pegawai agar dapat mengeluarkan potensi mereka sehingga dapat berkinerja lebih baik (Ofner, 2007). Mengacu pada uraian di atas dapat dipahami bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) dan skill variation secara teoritis dapat menjadi variabel intervening antara rotasi pekerjaan di satu sisi dengan kinerja karyawan disisi lain. Dengan kata lain, secara teoritis dan didukung oleh temuan penelitian sebelumnya, rotasi pekerjaan dapat berpengaruh pada kinerja karyawan. Pengaruh dimaksud dimediasi oleh keberadaan job satisfaction dan skill variation sebagai variabel intervening. PT Bank Aceh merupakan salah satu bank di Kota Banda Aceh. Keberadaan bank tersebut sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat. Hal ini sesuai dengan perannya sebagai lembaga keuangan yakni mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) melalui tabungan masyarakat, dan menyalurkan dana dalam bentuk pemberian kredit/pembiayaan kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PT Bank Aceh memiliki orang karyawan. Mereka terdistribusi pada seluruh kantor cabang dan kantor cabang pembantu yang tersebar di seluruh Provinsi Aceh. Keberhasilan PT. Bank Aceh dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sangat ditentukan oleh kinerja karyawannya. Hasil pengamatan peneliti berkaitan dengan kinerja karyawan mengindikasikan bahwa karyawan 97

3 perusahaan jasa perbankan tersebut relatif berbeda satu sama lain. Indikasi adanya perbedaan kinerja karyawan secara nyata dapat dilihat dari adanya perbedaan kualitas hasil kerja, pengetahuan tentang pekerjaan dan kemandirian dalam bekerja. Selain itu, kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan juga berbeda. Tidak semua karyawan mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, sebagian kecil karyawan juga dinilai mandiri dalam melaksanakan tugas mereka, sehingga untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu masih diperlukan adanya supervisi atasan. Berkaitan dengan rotasi pekerjaan diketahui bahwa PT Bank Aceh melakukan kebijakan rotasi pekerjaan (job rotation) bagi karyawannya. Seseorang pegawai yang pada periode tertentu ditempatkan pada bidang pekerjaan tertentu tidak jarang dipindahkan ke bidang pekerjaan lain dengan alasan penyegaran manajemen dan mengurangi tingkat kejenuhan dan kebosanan karyawan dalam bekerja. Seperti halnya karyawan yang bekerja pada Kantor Pusat Operasional (KPO) PT Bank Aceh yang mempekerjakan 162 orang karyawan. Selama menjadi karyawan pada bank tersebut, seluruh karyawan sudah pernah mengalami rotasi pekerjaan. Rotasi pekerjaan dimaksud tentunya perpindahan karyawan dari satu bidang pekerjaan ke bidang pekerjaan lain, baik dilingkungan KPO PT Bank Aceh sendiri maupun ke lingkungan lain seperti kantor cabang atau kantor cabang pembantu bank tersebut. Berkaitan dengan job satisfaction adan skill variation diketahui bahwa kepuasan kerja karyawan bank tersebut relatif berbeda satu sama lain. Demikian pula halnya dengan variasi keterampilan (skill variation). Adanya perbedaan kepuasan kerja dapat dilihat dari sikap dan perilaku karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Kurangnya semangat kerja dan rasa kurang nyaman dalam lingkungan kerja yang dialami oleh sebagian kecil karyawan bank tersebut mengindikasikan adanya persoalan berkaitan kepuasan kerja mereka. Walaupun sebagian besar karyawan menemukan rasa nyaman dalam bekerja, tetapi munculnya ketidakpuasan bagi sebagian kecil karyawan mengindikasikan tingkatan kepuasan kerja mereka juga berbeda. Variasi keterampilan kerja (skill variation) yang ada dalam diri seseorang karyawan juga berbeda dengan skill variation yang dimiliki oleh karyawan lain. Karyawan dengan masa kerja relatif lama dan sudah memiliki pengalaman dalam berbagai bidang tugas umumnya memiliki variasi keterampilan yang lebih baik bila dibandingkan dengan karyawan dengan masa kerja belum terlalu lama. Karyawan dengan skill variation yang lebih beragam umumnya lebih menguntungkan bila bekerja pada bidang pekerjaan yang menuntut adanya keahlian kerja yang lebih beragam. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pertanyaan adalah, apakah rotasi pekerjaan berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja dan variasi keterampilan karyawan perusahaan jasa keuangan bank tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rotasi pekerjaan terhadap kinerja karyawan dengan melibatkan kepuasan kerja dan variasi keterampilan kerja sebagai variabel intervening. Tinjauan Kepustakaan Konsep Kinerja Karyawan Kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan yang dapat diukur dan terstandarisasi. Keberhasilan suatu kinerja akan sangat tergantung dan ditentukan oleh beberapa aspek dalam melaksanakan pekerjaan antara lain kejelasan peran (role clarity), tingkat kompetensi (competencies), keadaan lingkungan (enviroment) dan faktor lainnya seperti nilai (value), budaya (culture), kesukaan (preference), imbalan dan pengakuan (reward and recognitions) (Baso, 2003). Benardin dan Russel yang dikutip oleh Sedarmayanti (2007:258) menyatakan, Performance is defined as the record of outcomes produced on a specific job function or activity during a specific time periode. (kinerja didefinisikan sebagai catatan mengenai outcome yang dihasilkan dari suatu aktivitas tertentu, selama kurun waktu tertentu pula). Selanjutnya Schuler dan Jackson, (2006:235) menyatakan bahwa kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang tercapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Kinerja karyawan pada dasarnya merupakan kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari ukuran kuantitatif maupun ukuran kualitatif. Baik buruknya kinerja karyawan berdasarkan ukuran kuantitatif dilihat dari output yang dihasilkan, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan ukuran kuantitatif lainnya. Sedangkan pengukuran kinerja yang didasarkan pada ukuran kualitatif melihat baik buruknya kinerja karyawan 98

4 Rotasi Pekerjaan dan Kinerja Karyawan: Peran Kepuasan Kerja dan berdasarkan kualitas hasil pekerjaan pekerjaan yang dilakukan. Indikator Kinerja Karyawan Menurut Swanson dan Holton yang dikutip oleh Keban (2004:194) mengemukakan bahwa: kinerja pegawai secara individu dapat dilihat dari apakah misi dan tujuan pegawai sesuai dengan misi lembaga, apakah pegawai menghadapi hambatan dalam bekerja dan mencapai hasil, apakah pegawai mempunyai kemampuan mental, fisik, emosi dalam bekerja, dan apakah mereka memiliki motivasi yang tinggi, pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dalam bekerja. Kinerja dapat diukur dari (1) kuantitas kerja, (2) kualitas kerja, (3) kerjasama, (4) pengetahuan tentang kerja, (5) kemandirian kerja, (6) kehadiran dan ketepatan waktu, (7) pengetahuan tentang kebijakan dan tujuan organisasi, (8) inisiatif dan penyampaian ide-ide yang sehat, (9) kemampuan supervisi dan teknik (Schuler dan Dowling, dalam Keban, 2000:195). Selanjutnya Dharma (2005: 101) menyebutkan indikator yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap kinerja karyawan adalah (1) pemahaman/pengetahuan, (2) keahlian, (3) kepegawaian, (4) perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik. Sedangkan Schuler dan Jackson (2006:112) mengelompokkan jenis kriteria kinerja ke dalam tiga kelompok yaitu: 1. Kriteria berdasarkan sifat (memusatkan diri pada karakteristik karyawan). Jenis kriteria ini memusatkan diri pada bagaimananya seseorang, bukan apa yang dicapai seseorang dalam pekerjaannya. Loyalitas, keandalan, kemampuan komunikasi dan keterampilan merupakan sifat-sifat yang sering dinilai selama proses penilaian. 2. Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada bagaimana pekerjaan dilaksanakan. Kriteria semacam ini penting sekali bagi pekerjaan yang membutuhkan hubungan antar personal. Karena organisasi berjuang menciptakan suatu budaya dimana keragaman dihargai dan dihormati, kriteria keperilakuan terbukti bermanfaat untuk memantau apakah para manajer mencurahkan cukup banyak usaha untuk mengembangkan diri. 3. Kriteria berdasarkan hasil. Kriteria ini berfokus pada apa yang dicapai atau dihasilkan ketimbang bagaimana sesuatu dicapai atau dihasilkan. Kriteria berdasarkan hasil mungkin tepat jika perusahaan tidak peduli bagaimana hasil dicapai, tetapi tidak tepat untuk setiap pekerjaan. Kriteria ini sering dikritik karena meninggalkan aspekaspek kritis pekerjaan yang penting seperti kualitas, yang mungkin sulit dikuantifikasikan. Berdasarkan pendapat di atas, maka indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan PT Bank Aceh mengacu pada pendapat Schuler dan Jackson (2006:112) yang membagi jenis kriteria kinerja berdasarkan kriteria sifat, kriteria perilaku dan kriteria hasil. Kriteria sifat terdiri dari 3 indikator meliputi kehandalan, kemampuan komunikasi dan keterampilan kerja. Kriteria perilaku juga terdiri dari 3 indikator meliputi kemampuan kerja sama, kemauan untuk membantu rekan kerja, dan hubungan dengan atasan dan sesama rekan. Selanjutnya kriteria hasil terdiri dari 2 indikator meliputi peningkatan hasil kerja secara kuantitas dan peningkatan hasil kerja secara kualitas. Rotasi Pekerjaan Rotasi Jabatan merupakan bagian dari salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu fungsi pengembangan. Rotasi jabatan pada umumnya meliputi kegiatan mencari, menempatkan dan mendayagunakan sumber daya manusia yang ada pada suatu perusahaan secara efektif dan efisien. pelaksanaan rotasi jabatan yang baik selain berguna bagi karyawan itu sendiri, juga berguna bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Menurut Hasibuan (2006:104) rotasi jabatan adalah perubahan tempat atau jabatan karyawan tetapi masih pada rangking yang sama di dalam organisasi itu, istilah-istilah yang sama dengan Rotasi Jabatan adalah mutasi, pemindahan dan transfer. Rotasi jabatan adalah kegiatan ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses pemindahan fungsi, tanggung jawab dan status ketenagakerjaan tenaga kerja ke situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga kerja yang bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan dapat memberikan prestasi kerja yang semaksimal mungkin kepada perusahaan (Sastrohadiwiryo, 2008:9). Kaymaz (2010) mengemukakan bahwa Rotasi Jabatan adalah proses perpindahan posisi dalam pekerjaan secara horinzontal dengan tujuan mengatasi kejenuhan dalam bekerja, dan meningkatkan pengetahuan, serta keahlian karyawan. Robins (2008:649) mengemukakan bahwa Rotasi jabatan adalah perubahan periodik karyawan dari satu tugas ke tugas yang lain dengan tujuan untuk mengurangi 99

5 kebosanan dan meningkatkan motivasi lewat penganekaragaman kegiatan karyawan. Mengacu pada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, terdapat kesamaan mengenai pengertian rotasi jabatan yaitu suatu perubahan jabatan karyawan, proses perpindahaan dilakukan pada secara horizontal atau pada rangking yang sama, dan untuk mengurangi kejenuhan. Maka penulis menyimpulkan bahwa Rotasi Jabatan ialah suatu proses perpindahan pekerjaan yang bersifat horizontal di mana jenis serta tanggung jawab yang ditanggung oleh karyawan akan berbeda. Hal ini dilakukan dalam periode tertentu demi mengurangi tingkat kejenuhan pekerjaan serta menambah pengalaman kerja karyawan. Indikator Rotasi Pekerjaan Pengukuran rotasi berdasarkan tingkat kebutuhan pegawai dalam organisasi. Pegawai hendaknya mengetahui dasar perpindahan posisi dalam bekerja, karena jangan sampai Rotasi Jabatan akan membuat pegawai tidak nyaman dan akan menimbulkan masalah-masalah dalam bekerja. Menurut Rivai (2006:109) rotasi jabatan merupakan suatu mutasi personal yang dilakukan secara horizontal tanpa menimbulkan perubahan dalam hal gaji ataupun pangkat atau golongan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta untuk menghindari kejenuhan. Selain itu, dimensi yang menjadi operasional dalam Rotasi Jabatan terdiri dari pengalaman, pengetahuan, kebutuhan, prestasi kerja, dan tanggung jawab. Pengalaman dapat dijadikan tolak ukur dilakukannya rotasi jabatan, karena pengalaman pegawai akan mempengaruhi hasil kerja karyawan. Apabila pegawai tidak memiliki pengalaman, maka pegawai tersebut akan diragukan kemampuannya ketika diberikan pekerjaan yang baru. Tolak ukur lain untuk dilakukan Rotasi Jabatan yaitu dengan melihat pengetahuan pegawai. Semakin rendahnya pengetahuan pegawai akan membuat perusahaan atau organisasi mencarikan cara untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara ialah dengan rotasi jabatan. Rotasi Jabatan berdasarkan tingkat kebutuhan pegawai dikarenakan untuk menutupi kekosongan jabatan yang tiba-tiba pegawai mengundurkan diri, maka organisasi berhak untuk merotasi pegawainya Hal ini diperkuat dengan pendapat Hasibuan (2006:159) bahwa adanya kemungkinan pengalihan pegawai dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang sama adalah untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja. Jadi secara tidak langsung rotasi jabatan berdasarkan kondisi kerja di organisasi. Prestasi kerja merupakan salah satu poin utama layak tidaknya rotasi jabatan. Apabila pegawai memiliki prestasi kerja yang kurang baik, maka pegawai tersebut akan diragukan oleh organisasi untuk melakukan pekerjaan. Sehingga pegawai tersebut akan ditempatkan sesuai posisi yang tepat sesuai dengan pegawai tersebut. Tanggung jawab juga merupakan salah satu poin utama layak tidaknya rotasi dilakukan (Hasibuan, 2006: 138). Hal ini dikarenakan apabila pegawai tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang baik, maka pegawai tersebut akan diragukan kemampuannya ketika menduduki jabatannya yang baru. Sedangkan menurut Ortega (2001) menjelaskan bahwa dalam Rotasi Jabatan terdapat beberapa faktor yang dapat digunakan dalam mengukur variabel tersebut, yaitu: Kemampuan Karyawan Menurut Schermerhorn, Hunt & Osborn (2009) kemampuan didefinisikan sebagai Ability is the capacity to perform the various task needed for a given job. Berarti kemampuan merupakan kapasitas seseorang di dalam mengerjakan berbagai macam tugas dalam pekerjaannya. Sedangkan menurut Hasibuan (2006:94), kemampuan karyawan ialah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan para pegawai itu sendiri khususnya untuk mengerjakan berbagai tugas sesuai dengan kewajibannya. Pengetahuan Karyawan Menurut Schermerhorn, Hunt & Osborn (2009) pengetahuan (knowledge) adalah suatu jenis kemampuan yang dimiliki karyawan yang didapatkan dari proses belajar serta bisa juga dari pengalaman. Dimana setiap karyawan memiliki pengetahuan yang berbeda, begitu juga pekerjaan yang dilaksanakan membutuhkan pengetahuan yang berbeda pula, sehingga karyawan berusaha untuk mempertemukan pengetahuan yang dimiliki dengan tuntutan kebutuhan pekerjaan tersebut. Kejenuhan Karyawan Menurut Herbert Freudenberger (dalam Sutjipto, 2005:2-4) kejenuhan kerja (burnout) merupakan suatu bentuk kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu 100

6 Rotasi Pekerjaan dan Kinerja Karyawan: Peran Kepuasan Kerja dan intens, berdedikasi dan berkomitmen, bekerja terlalu banyak dan terlalu lama, serta memandang kebutuhan dan keinginan mereka sebagai hal yang kedua. Karyawan yang mengalami kejenuhan kerja akan merasakan energi dan minat yang berkurang terhadap pekerjaan mereka. Mereka pun merasakan kecemasan emosional, apatis, depresi, terganggu dan bosan serta selalu merasakan kegagalan di setiap aspek terhadap lingkungan pekerjaan, rekan kerja dan bereaksi negatif terhadap masukan dari orang lain. Selanjutnya Wen-Hsien Ho et al., (2005) variabel rotasi dapat diukur dengan indikator: rotasi sebagai bentuk pelatihan kerja, rotasi untuk peningkatan keahlian dan harapan terhadap rotasi secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur rotasi pekerjaan mengacu pada pendapat Ortega dan Wen-Hsien Ho et al seperti dijelaskan di atas yang kemudian dijabarkan dalam beberapa indikator meliputi: (1) rotasi pekerjaan sebagai bentuk pelatihan kerja, (2) rotasi pekerjaan dapat menambah pengetahuan, (3) rotasi pekerjaan dapat meningkatkan kemampuan kerja, (4) rotasi pekerjaan dapat mempererat hubungan sesama karyawan, (5) rotasi pekerjaan dapat mengatasi kejenuhan/kebosanan karyawan dan (6) kebijakan rotasi pekerjaan sudah sesuai dengan harapan. Masing-masing indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif yang dimuat dalam kuesioner penelitian. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (Job satisfaction) merupakan salah satu faktor penting dalam suatu organisasi karena dapat mempengaruhi produktifitas pegawai. Kepuasan kerja adalah keadaan emosional pegawai yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa pegawai dan organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang diinginkan oleh pegawai yang bersangkutan (Yukl, 2004:213). Kepuasan kerja juga dapat didefinisikan sebagai suatu sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya (Robbins, 2008:212). Kepuasan kerja merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap orang dalam bekerja, dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mereka akan bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik. Kepuasan kerja juga merupakan sifat yang dinamis, dalam arti bahwa rasa puas itu bukan keadaan yang tetap karena dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dalam maupun dari luar lingkungan kerja. Rivai (2003:248) mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerja tentang seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhan, kepuasan kerja juga adalah sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktorfaktor pekerjaannya, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja. Kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. Biasanya orang merasa puas atas kerja yang telah atau sedang ia jalankan, apabila apa yang ia kerjakan itu dianggap telah memenuhi harapannya, sesuai dengan tujuan ia bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, maka itu berarti bahwa ia memiliki suatu harapan dan dengan demikian ia akan termotivasi untuk melakukan tindakan ke arah pencapaian harapan tersebut. Dan jika harapan itu terpenuhi, maka ia akan merasa puas (Robbins, 2008:191). Handoko (2006:193) menyatakan kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja merupakan sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dapat dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting. Kenyataannya menunjukkan, bahwa orang mau bekerja bukan hanya mencari dan mendapat upah saja (unsur ekonomis), akan tetapi dengan bekerja dia mengharapkan akan mendapatkan kepuasan kerja. Indikator Kepuasan Kerja Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja karyawan PT Bank Aceh mengacu pada pendapat di atas. Indikator-indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk item pernyataan positif yang disesuaikan dengan kepentingan penelitian. Secara operasional, pengukuran kepuasan kerja karyawan didasarkan pada manual for the minnesota satisfaction questionaire sebagaimana 101

7 dikemukakan oleh Kreitner dan Kanicki (2005:273) terdiri dari 9 (sembilan) indikator meliputi: (1) Perhatian yang diperoleh pada saat melakukan suatu pekerjaan, (2) Pengakuan yang didapatkan untuk pekerjaan yang dilakukan, (3) Pujian yang didapatkan karena melakukan suatu pekerjaan yang baik, (4) Perbandingan gaji dengan pekerjaan serupa di perusahaan lain, (5) Kesesuaian gaji dengan pekerjaan yang dilakukan, (6) Penilaian gaji/upah dibandingkan dengan gaji/upah karyawan lain, (7) Cara pimpinan menangani para karyawan, (8) Cara pimpinan mengatasi keluhan yang dikemukakan oleh karyawan dan (9) Hubungan pribadi antara pimpinan dengan para karyawannya. Dengan demikian, pengukuran kepuasan kerja dalam penelitian ini bukanlah didasarkan pada perbandingan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan oleh karyawan. Hal ini dimaksudkan agar ada kesesuaian antara pengukuran variabel kepuasan kerja dengan pengukuran variabel-variabel lainnya yang dinilai berdasarkan persepsi terhadap kenyataan yang dirasakan. Sebaliknya apabila pengukuran kepuasan kerja didasarkan pada perbandingan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan oleh karyawan, seperti halnya dalam teori ketidaksesuaian (Discrepancy theory), maka akan muncul ketidakselarasan antara peralatan analisis data yang digunakan yakni path analysis dengan pengukuran kepuasan kerja karyawan. Variasi Keterampilan Keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas yang di tugaskan kepadanya. keterampilan disini mencakup technical skil, human skiil, conceptual skiil, seperti kecakapan untuk memanfaatkan kesempatan, kecermatan, menggunakan peralatan yang dimiliki perusahaan dalam mencapai tujuan (Hasibuan, 2000:54). Pada dasarnya keterampilan merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat keterampilan yang berbeda tergantung pada kemampuan dan pengalamannya. Sharavani dan Badri (2013) menyatakan, pengembangan dan peningkatan keterampilan sangat penting untuk meningkatkan kinerja karyawan. Dalam manajemen sumber daya manusia keterampilan didefinisikan sebagai modal individu, terdiri dari tiga kelompok yakni keterampilan teknis (technical skill), keterampilan yang dipelajari (acquired skill) dan keterampilan kerja (job skill). Selanjutnya Yukl (2004:209) menyatakan, variasi keterampilan (skill variation) yang dituntut dari seseorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaan atau menempati jabatan tertentu pada suatu perusahaan terdiri dari keterampilan teknis (technical skills), keterampilan social (social skills), keterampilan konseptual (conceptual skills) dan keterampilan manjerial (managerial skills). Masing-masing keterampilan tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Keterampilan Teknis (Technical Skills) Keterampilan teknis (technical skills) adalah pengetahuan tentang metode, proses, prosedur, dan teknik untuk melakukan sebuah kegiatan khusus, dan kemampuan untuk menggunakan alat-alat yang relevan bagi kegiatan tersebut. Dalam keterampilan teknis termasuk pengetahuan mengenai metode, proses, prosedur, serta teknik untuk melakukan kegiatan yang khusus dari satuan organisasi (Yukl, 2004:214). Keterampilan teknis adalah kemampuan manusia untuk menggunakan prosedur, teknik, dan pengetahuan mengenai bidang khusus (Stoner et al., 2005:17). Para pemimpin atau manajer yang mengawasi pekerjaan orang lain memerlukan pengetahuan yang ekstensif mengenai teknik dan peralatan yang digunakan para bawahan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Keahlian teknis juga dibutuhkan untuk menangani gangguan-gangguan dalam pekerjaan yang disebabkan oleh kerusakan peralatan, kelemahan kualitas, kecelakaan, material yang tidak cukup, dan masalah-masalah koordinasi. Karyawan yang memiliki keterampilan teknis yang memadai tentu saja dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Dengan demikian, keterampilan teknis berhubungan dengan penggunaan keahlian khusus yang dibutuhkan dalam bekerja, dengan indikator: memanfaatkan peralatan teknologi, melaksanakan prosedur kerja, dan menangani gangguan pekerjaan. 2. Keterampilan Sosial (Social Skills) Keterampilan sosial yang dimiliki oleh seseorang dapat diamati melalui perilaku sosialnya. Menurut Hoffman (2002:100), orang yang memiliki keterampilan sosial dapat memberi kesan yang lebih baik, dan memperbaiki penampilan pribadi dirinya, dapat menciptakan perasaan positif dalam diri dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kemampuan seperti itu. Keterampilan sosial merupakan kemampuan antarpribadi yang erat kaitannya dengan fungsi komunikasi. Luthan dan Davis (2006:231) menyatakan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan orangorang, kemampuan untuk memberikan 102

8 Rotasi Pekerjaan dan Kinerja Karyawan: Peran Kepuasan Kerja dan dukungan individu pada semua tingkatan organisasi. Sementara itu, Cooper (2001:70-71) menyatakan bahwa kesalahan komunikasi tidak hanya menciptakan stres tetapi juga mengurangi produktivitas, melemahkan kualitas pengawasan, dan mengarahkan kepada kemarahan. Sebaliknya komunikasi yang baik akan memberikan dorongan pada individu dan akan mencapai kepuasan kerja secara umum. Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan keterampilan sosial adalah kapasitas individu dalam berinteraksi dengan orang lain, dengan indikator: melayani orang lain, memberikan dorongan kepada orang lain, berkomunikasi lisan dan tulisan, serta bekerjasama dalam regu kerja. 3. Keterampilan Konseptual (Conceptual Skills) Keterampilan konseptual berkaitan dengan kemampuan menganalisis suatu permasalahan. Swiderski (2006:32) menyatakan bahwa keterampilan konseptual adalah keterampilan analitik umum, daya berpendapat, dan proses berpikir logis. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada dua komponen dalam keterampilan konseptual, yaitu: penilaian (judgement) dan kreativitas (creativity). Keterampilan konseptual berkaitan dengan kemampuan mengintegrasikan kepentingan dengan aktivitas organisasi. Katz (2004:90-101) menyatakan bahwa keterampilan konseptual adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengintegrasikan semua kepentingan dan aktivitas organisasi. Keterampilan konseptual merupakan kapasitas mental. Keterampilan konseptual tidak hanya berupa kapasitas mental untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks namun juga sebagai keterampilan kognitif yang meliputi kemampuan menganalisis, berpikir logis, merumuskan konsep, dan memberikan pertimbangan secara induktif (Dessler, 2004:10). Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan keterampilan konseptual adalah kapasitas individu dalam hal mengkoordinasikan aktivitas sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan indikator: tanggap terhadap perubahan, memanfaatkan peluang, menyampaikan gagasan, dan memberikan pertimbangan penyelesaian masalah. 4. Keterampilan Manajerial (Managerial Skills) Menurut Stewart (2006:74), sampai saat ini, para ahli teori manajemen telah berusaha mendaftar keterampilan-keterampilan manajerial, meliputi: merencanakan, mengkomunikasikan, mengkoordinasi, memotivasi, mengendalikan, mengarahkan, dan memimpin. Dengan demikian manajemen didefinisikan dalam empat fungsi spesifik, yaitu proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan berbagai usaha dari anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya untuk mencapai tujuan. Secara lebih ringkas Hunsaker (2001:5) membagi menjadi lima keterampilan yang diperlukan untuk mendukung kompetensi manajerial, yaitu keterampilan kesadaran diri, keterampilan umum/integratif, keterampilan merencanakan dan mengendalikan, keterampilan mengorganisasi, dan keterampilan mengarahkan. Setiap manajer dituntut memiliki keterampilan manajerial. Keterampilan manajerial merupakan keterampilan yang spesifik yang berkaitan dengan keterampilan yang lain. Mullins (2005:212) menyatakan bahwa keterampilan manajerial erat kaitannya dengan keterampilan konseptual, keterampilan sosial, dan keterampilan teknis, sebagaimana digambarkan berikut ini. Berdasarkan uraian di atas, dapat disintesiskan keterampilan manajerial adalah tindakan individu dalam mengelola organisasi, dengan indikator: memberikan dukungan pada peningkatan potensi staf, menyusun perencanaan program, mengendalikan staf, mengarahkan staf, dan menyelesaikan konflik. Pengukuran Variasi Keterampilan Mengacu pada jenis keterampilan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka skill variation (variasi keterampilan) yang dimaksudkan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada keterampilan teknis (technical skills), keterampilan sosial (social skills) dan keterampilan konseptual (conceptual skills). Indikator yang digunakan untuk mengukur skill variation mengacu pada jenis keterampilan tersebut yang kemudian disesuaikan dengan subjek dan objek penelitian. Keterampilan teknis (technical skills) terdiri dari 3 indikator meliputi: (a) memanfaatkan peralatan teknologi, (b) melaksanakan prosedur kerja, dan (c) menangani gangguan pekerjaan. Keterampilan sosial (social skills) terdiri dari 3 indikator meliputi: (a) memberikan dorongan kepada orang 103

9 lain, (b) berkomunikasi lisan dan tulisan, dan (c) bekerjasama dalam regu kerja. Selanjutnya keterampilan konseptual (conceptual skills) terdiri dari 3 indikator meliputi: (a) tanggap terhadap perubahan, (b) menyampaikan gagasan dan (c) memberikan pertimbangan penyelesaian masalah. Dengan demikian pengukuran skill variation menggunakan 9 (sembilan) indikator seperti dijelaskan di atas. Pengaruh Rotasi Pekerjaan terhadap Job Satisfaction (Kepuasan Kerja) dan Skill Variation (Variasi Keterampilan) Cheraskin dan Stevens (2004) menyatakan bahwa adanya rotasi pekerjaan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari pegawai. Rotasi berkaitan dengan penempatan pegawai (staffing) serta pengembangan jenjang karier seorang pegawai. Dengan adanya rotasi pekerjaan dapat memberikan kesempatan bagi setiap pegawai untuk bekerja pada bidang pekerjaan baru, mereka tidak hanya harus berdaptasi dengan lingkungan kerja tersebut, tetapi juga dituntut untuk mampu bekerja secara baik sesuai dengan tuntutan tugas yang diberikan. Kondisi ini membuat pegawai untuk meningkatkan keterampilan kerja mereka sesuai dengan tanggung jawab dan pekerjaan yang diberikan. Semakin sering rotasi pekerjaan bagi seseorang pegawai yang ditandai dengan penempatan pegawai pada berbagai bidang pekerjaan pada periode waktu yang berbeda, akan semakin bervariasi keterampilan kerja yang mereka miliki. Rotasi pekerjaan dapat berpengaruh pada variasi keterampilan kerja. Hal ini diperkuat oleh pendapat Marcia dan Pulich (2009) yang menyatakan bahwa keuntungan atas adanya rotasi pekerjaan adalah memperluas cakupan pekerjaan yang dapat dilakukan pegawai dan sarana untuk lebih mengembangkan diri pegawai. Hal ini berarti pegawai akan terdorong untuk bekerja lebih baik dalam mencapai karier yang lebih tinggi. Ofner (2007) menambahkan bahwa dari sisi organisasi, rotasi pekerjaan digunakan untuk menstimulasi pegawai agar dapat mengeluarkan potensi mereka. Keterkaitan antara rotasi pekerjaan dengan kepuasan kerja karyawan dikemukakan oleh Ortega (2001) bahwa rotasi pekerjaan dapat meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja. Hasil studi empiris lain yang dilakukan oleh Praningrum (2002) menunjukkan bahwa rotasi pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi berperan positif dan signifikan dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja pegawai. Adanya peran skill variation sebagai variabel perantara (intervening variable) antara rotasi pekerjaan dengan kinerja karyawn didukung oleh oleh pendapat Olorunsola (2005) yang menyatakan, rotasi pekerjaan sebagai strategi untuk mencapai keragaman keahlian dengan tujuan pembelajaran organisasi. Implementasi rotasi pekerjaan diversifikasi keahlian kerja, meminimalisir kekakuan dan meningkatkan motivasi kerja menghasilkan kinerja karyawan, output yang lebih tinggi, menurunkan tingkat absensi dan tingkat penerimaan yang lebih tinggi. Implementasi rotasi pekerjaan secara optimal diikuti dengan pembayaran berdasarkan keahlian tenaga kerja tidak hanya meningkatkan modal sumber daya manusia, tetapi dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas dalam organisasi yang pada akhirnya berdampak pada kinerja karyawan. Mengacu pada pendapat di atas jelaslah bahwa skill variation dapat menjadi variabel perantara antara rotasi pekerjaan dengan kinerja karyawan. Artinya pengaruh rotasi pekerjaan terhadap kinerja karyawan tidak hanya terjadi secara langsung, tetapi juga melalui skill variation sebagai variabel perantara. Semakin baik kebijakan rotasi pekerjaan semakin baik pula skill variation, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja karyawan. Rotasi Pekerjaan, Kepuasan Kerja (Job Satisfaction) dan Kinerja Karyawan Gibson (2006:321) menyatakan bahwa rotasi pekerjaan menjadikan setiap pegawai mampu mengatasi setiap pekerjaan yang membuat senioritas berkurang. Pegawai mendapatkan pengetahuan dan kemampuan yang mereka butuhkan untuk pekerjaan sehingga hasil yang diraih dapat lebih berkualitas. Cheraskin dan Stevens (2004) menyatakan bahwa organisasi menggunakan rotasi pekerjaan sebagai sarana untuk mewujudkan high performance atau kinerja yang tinggi. Rotasi pekerjaan adalah pergeseran pekerjaan antar pegawai dalam organisasi. Pergeseran ini tidak dilakukan secara permanen. Rotasi merupakan salah satu cara untuk menempatkan atau staffing pegawai. Alasan lain dilakukannya rotasi pekerjaan adalah bahwa tugas atau pekerjaan bersifat monoton yang dilaksanakan terus menerus dapat mengakibatkan kebosanan dan penurunan hasil kerja dari pegawai (Sundin, 2001). Adanya rotasi pekerjaan diharapkan dapat menstimulasi karyawan untuk mencapai kinerja yang lebih baik karena terdapat proses penambahan pengetahuan dan kemampuan pegawai, mengurangi kejenuhan kerja dari pegawai, membantu proses penempatan 104

10 Rotasi Pekerjaan dan Kinerja Karyawan: Peran Kepuasan Kerja dan pegawai secara tepat, serta memberi tantangan lebih besar bagi pegawai untuk mencapai prestasi atau kinerja yang lebih baik. Pada akhirnya dapat dipahami bahwa rotasi pekerjaan tidak hanya dapat berpengaruh pada peningkatan kepuasan kerja dan keterampilan kerja, tetapi juga dapat berdampak pada peningkatan kinerja. Keberadaan job satisfaction sebagai variabel intervening antara rotasi pekerjaan dengan kinerja karyawan dikemukakan oleh Jorgensen et al. (2005) bahwa job satisfaction dan kemampuan belajar adalah konsekurensi dari rotasi pekerjaan memiliki peran penting dalam menentukan kinerja pegawai. Hal ini didukung oleh pendapat Zare (2005) bahwa rotasi pekerjaan adalah cara untuk mencapai tujuan sumber daya manusia, meningkatkan kualitas, kepuasan kerja dan produktivitas. Mengacu pada pendapat di atas jelaslah bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) memiliki peran penting sebagai variabel intervening antara rotasi pekerjaan dan kinerja karyawan. Artinya, pengaruh rotasi pekerjaan terhadap kinerja karyawan dapat terjadi melalui kepuasan kerja (job satisfaction) sebagai variabel perantara (intervening variable). Kepuasan Kerja dengan Kinerja Karyawan Kepuasan kerja merupakan variabel penting dalam organisasi. Hal ini didasarkan pada tiga alasan seperti yang dikemukakan oleh Spector (2003): pertama, kepuasan kerja dapat menjadi alat ukur efektifitas kebijakan yang diambil perusahaan terhadap pegawai. Kedua, kepuasan kerja mempengaruhi perilaku pegawai yang pada akhirnya mempengaruhi kelancaran perusahaan. Ketiga, kepuasan kerja merupakan indikator masalah dalam perusahaan karena level kepuasan kerja yang rendah menunjukkan ketidakberesan dalam suatu departemen. Robbins yang dikutip oleh Sawitri et al. (2007) menyatakan, seorang pegawai yang puas menyebabkan peningkatan produktivitas karena berkurangnya kemangkiran, terus bekerjanya seorang pegawai yang baik, dan berkurangnya jumlah perilaku yang merugikan perusahaan. Wood (dalam Sawitri et al. 2007) berargumen bahwa kepuasan kerja meningkatkan kinerja, sehingga untuk meningkatkan kinerja seorang pegawai, manajemen harus berusaha agar pegawai tersebut senang/bahagiah. Seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila kepuasan dapat diperolehnya dari pekerjaannya dan kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan (Hasibuan, 2006:203). Kepuasan kerja yang tinggi atau baik akan membuat karyawan semakin loyal kepada perusahaan atau organisasi, dan pada akhirnya berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi. Dengan demikian jelaslah bahwa kepuasan kerja dapat berpengaruh produktivitas kerja karyawan. Sebaliknya karyawan yang tidak menemukan kepuasan kerja akan cenderung memiliki produktivitas kerja yang rendah Hasil Penelitian Terdahulu Kaymaz (2010) mengadakan penelitian mengenai pengaruh rotasi pekerjaan terhadap kinerja karyawan. Penelitian tersebut dilakukan pada manajer perusahaan otomotif. Penelitian tersebut menemukan bahwa rotasi pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja manajer. Triyono (2011) mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Rotasi Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai : Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. Penelitian menemukan bahwa rotasi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai, kompensasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai, serta variabel rotasi kerja, kompensasi dan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Rotasi kerja bisa meningkatkan kepuasan kerja, dan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Kompensasi mempunyai pengaruh dan dampak yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Total pengaruh rotasi kerja terhadap kinerja pegawai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai koefisien pengaruh rotasi kerja terhadap kinerja pegawai secara langsung. Hal itu menunjukkan bahwa pengaruh rotasi kerja terhadap kinerja pegawai lebih besar ketika melalui kepuasan kerja dibandingkan dengan pengaruh langsung rotasi kerja terhadap kinerja pegawai, dan itu membuktikan tentang kebenaran fungsi kepuasan kerja sebagai variabel intervening hubungan antara rotasi kerja dengan kinerja pegawai. Engko (2008) mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Individual dengan Self Esteem dan Self Efficacy Sebagai Variabel Intervening. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja individual. Selfesteem dan self-efficacy berpengaruh terhadap kinerja individual. Self-esteem dan self-efficacy 105

11 merupakan variabel intervening antara kepuasan kerja dan kinerja individual. Setiawan (2008) mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Manajemen Karier Organisasi dan Individu Terhadap Kinerja Karyawan. Penelitian dilakukan pada Universitas Brawijaya Malang. Penelitian tersebut menemukan bahwa kebijakan formal, pengembangan karier, informasi karier, perencanaan karier individu, taktik karier individu secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai Universitas Brawijaya Malang. Di antara beberapa variabel tersebut, pengembangan karier mempunyai pengaruh lebih dominan bila dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya. Haryanto dan Untung (2009) meneliti pengaruh karakteristik personal, karakteristik kerja dan pengalaman kerja terhadap komitmen organisasi. Penelitian tersebut antara lain menemukan bahwa variasi keterampilan berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi. Saravani dan Badri (2013) meneliti pengaruh rotasi pekerjaan terhadap kinerja dengan mempertimbangkan skill variation (variasi keterampilan) dan job satisfaction (kepuasan kerja) sebagai variabel intervening. Penelitian tersebut dilakukan pada Keshavari Bank of Gilan, antara lain menyimpulkan bahwa kinerja karyawan tidak secara langsung dipengaruhi oleh rotasi pekerjaan (job rotation). Rotasi pekerjaan secara positif berpengaruh terhadap kinerja dimediasi oleh job satisfaction dan skill variation. Zin et al. (2013) mengadakan penelitian tentang pengaruh rotasi pekerjaan terhadap pengembangan karir. Penelitian dilakukan pada karyawan bagian produksi perusahaan Jepang di Malaysia. Penelitian tersebut menemukan bahwa seluruh dimensi rotasi pekerjaan kecuali pengetahuan bisnis berpengaruh terhadap pengembangan karir. Suryana, Haerani dan Muhammad (2013) meneliti pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan dan kinerja perusahaan. Penelitian tersebut dilakukan pada Divisi Tambang PT Inco Sorowako. Hasil penelitian menyimpulkan antara lain motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kepuasan kerja karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Bhattacharya dan Muhammad (2014) mengadakan penelitian berkaitan dengan rotasi pekerjaan. Penelitian dilakukan pada sektor perbankan di Kota Kabul Afghanistan, Penelitian tersebut antara lain menemukan bahwa terdapat hubungan komplementer (complimentray relationship) antara retensi pekerjaan dengan praktek dan konsep manajemen sumber daya manusia lainnya. Rotasi pekerjaan tidak diikuti dengan sistem pembayaran kinerja yang diadopasi oleh karyawan. Rotasi pekerjaan meningkat sesuai dengan perubahan lingkungan kerja, pencegahan kejenuhan dan peningkatan pemahaman penempatan kerja yang lebih baik. Rashki et al. (2014) meneliti keterkaitan antara rotasi pekerjaan dengan kinerja pegawai. Penelitian dilakukan pada costums organization di Provinsi Golestan dan Mazandran Kuwait. Penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara rotasi pekerjaan dan kinerja pegawai, gaya manajemen dalam organisasi dan kinerja pegawai, tujuan rotasi pekerjaan dan kinerja pegawai dan juga terdapat hubungan signifikan antara kepuasan kerja terhadap rotasi pekerjaan dengan kinerja pegawai. Kerangka Penelitian Rotasi pekerjaan pada suatu perusahaan biasanya dilakukan dengan berbagai alasan di antaranya alasan penyegaran dengan tujuan selain berkaitan dengan kesempatan pengembangan karir bagi pegawai, juga dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja mereka. Adanya rotasi pekerjaan dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan pegawai terhadap bidang pekerjaan lama yang mereka tinggalkan. Keterlibatan mereka pada bidang pekerjaan baru membuat mereka lebih segar dan bersemangat dalam bekerja, apalagi kalau bidang pekerjaan baru dimaksud mereka nilai sangat sesuai dengan keinginan mereka dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa rotasi pekerjaan dapat berpengaruh pada pembentukan kepuasan kerja. Rotasi pekerjaan tidak hanya membuat pegawai harus beradaptasi dengan lingkungan kerja baru, tetapi mereka juga dituntut untuk mampu bekerja sesuai dengan bidang tugas yang diberikan. Hal ini berimplikasi bahwa pegawai yang dirotasi (dari suatu bidang pekerjaan ke bidang pekerjaan lain) harus dapat meningkatkan keterampilan kerja mereka sesuai dengan tuntutan bidang pekerjaan yang dibebankan. Pada akhirnya rotasi pekerjaan dapat meningkatkan variasi keterampilan. Semakin sering seseorang pegawai dipindahkan (dirotasi) dari suatu pekerjaan ke bidang pekerjaan lain akan semakin bervariasi keterampilan kerja yang dimilikinya. 106

Jurnal Manajemen ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp. 1-10

Jurnal Manajemen ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp. 1-10 ISSN 2302-0199 10 Pages pp. 1-10 PENGARUH BUDAYA PERUSAHAAN, ROTASI DAN PROMOSI JABATAN TERHADAP MOTIVASI SERTA IMPLIKASINYA PADA KINERJA KARYAWAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. AREA BANDA ACEH Cut Fauza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.1.1 Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori tentang Kinerja Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja individu dari seorang karyawan, mengacu dari sejumlah studi empiris, beberapa ahli berpendapat sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Tenaga Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tenaga kerja adalah salah satu komponen dari perusahaan dan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam operasional perusahaan. Menurut Biro Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi menghadapi perubahan seiring dengan perkembangan bisnis, perubahan lingkungan bisnis, serta tuntutan yang semakin tinggi dari pelanggan. Organisasi dihadapkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Kekuatan setiap organisasi terletak pada sumber daya manusia, sehingga prestasi organisasi tidak terlepas dari prestasi setiap individu yang terlibat didalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang siap untuk berkompetisi harus memiliki manajemen yang efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan. Dalam hal ini diperlukan dukungan karyawan yang cakap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Setelah mengemukakan latar belakang penelitian yang diantaranya memuat rumusan masalah dan ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2010:10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Locus Of Control 2.1.1.1 Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur peraturan dilakukan melalui proses dan dilakukan berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam diri seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. SEMANGAT KERJA 1. Pengertian semangat kerja Semangat kerja merupakan konsep multidimensional yang merefleksikan tingkat kesejahteraan fisik dan emosi yang dialami oleh individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja 2.1.1. Pengertian Kinerja Kinerja pada dasarnya memiliki banyak arti berdasarkan sudut pandang atau pendapat para ahli. Menurut Hardiyanto (2003), kinerja adalah hasil

Lebih terperinci

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS 3). Koefisien determinasi (R²) Koefisen determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R² semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di pengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia dalam menjalankan fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. di pengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia dalam menjalankan fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai visi, misi dan tujuan sangat di pengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia dalam menjalankan fungsi-fungsi organisasi.

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, misalnya meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dalam usaha merealisasikan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Perencanaan Karir Karir adalah suatu deretan posisi yang diduduki oleh seseorang selama perjalanan usianya (Rivai, 2009:369). Karir adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah perusahaan. Ketika kinerja dari karyawan meningkat maka bisa dipastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan penggerak roda organisasi dalam mencapai dan mewujudkan tujuan dan sasaran yang ditetapkan organisasi, dengan kata lain sumber

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG) PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG) Alfarez Fajar Sandhria Kusdi Rahardjo Hamidah Nayati Utami Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Achievement Motivation Theory Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan oleh David C.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung demi tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mendukung demi tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi begitu cepat meningkat. Cara kerja di setiap organisasi senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk ativitas. Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individunya saling menunjang sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja

BAB I PENDAHULUAN. individunya saling menunjang sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia karena akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas kerja. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan dan peran serta masyarakat. organisasi, di antaranya sumberdaya manusia pegawai. Pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan dan peran serta masyarakat. organisasi, di antaranya sumberdaya manusia pegawai. Pentingnya BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Seperti halnya organisasi-organisasi lain baik publik maupun privat, pemerintah daerah juga mempunyai tujuan yang hendak diwujudkan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang masing-masing jabatan. Pekerjaan (job) terdiri dari sekelompok tugas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang masing-masing jabatan. Pekerjaan (job) terdiri dari sekelompok tugas yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembagian Kerja 2.1.1 Pengertian Pembagian Kerja Tugas merupakan suatu kewajiban dalam pekerjaan yang telah ditentukan dalam organisasi untuk melaksanakan pekerjaan yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pegawai Menurut Soedaryono (Tata Laksana Kantor, 2000:6) pegawai adalah seseorang yang melakukan penghidupan dengan bekerja dalam kesatuan organisasi baik kesatuan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat BAB I PENDAHULUAN Sebuah penelitian berawal dari adanya fenomena dalam perusahaan yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat dalam latar belakang penelitian

Lebih terperinci

Fenomena pengangguran, pemutusan hubungan kerja, demonstrasi dan. unjuk rasa merupakan masalah kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang masih

Fenomena pengangguran, pemutusan hubungan kerja, demonstrasi dan. unjuk rasa merupakan masalah kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena pengangguran, pemutusan hubungan kerja, demonstrasi dan unjuk rasa merupakan masalah kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang masih marak terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Perusahaan dengan kualitas SDM yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Perusahaan dengan kualitas SDM yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sumber daya manusia merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah perusahaan, baik perusahaan dalam skala besar maupun kecil. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi PENGARUH PENDELEGASIAN WEWENANG DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAJALENGKA Oleh : ELI ACHMAD MAHIRI *) email : elimahiri@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Hasibuan (2012:10) mengatakan bahwa, manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Adapun pengertian kompensasi menurut para ahli sebagai berikut: a. Menurut Handoko dalam Septawan (2014:5) adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. pendukung dari hasil penelitian terdahulu sebagai berikut : Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

BAB II. Tinjauan Pustaka. pendukung dari hasil penelitian terdahulu sebagai berikut : Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu BAB II Tinjauan Pustaka A. Penelitian Terdahulu Untuk mendukung penelitian ini maka peneliti menyajikan data pendukung dari hasil penelitian terdahulu sebagai berikut : Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen pegawai merupakan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan prosedur kerja yang telah ditentukan serta budaya kerja yang dianut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya perkembangan dunia usaha yang selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya perkembangan dunia usaha yang selaras dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perkembangan dunia usaha yang selaras dengan peningkatan kondisi perekonomian di Indonesia menuntut adanya persaingan yang ketat di dalamnya. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat. Analisis

BAB II KERANGKA TEORETIS. Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat. Analisis BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Judul Penelitian Peneliti (Tahun)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tujuan perusahaan. Tujuan ini tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif

TINJAUAN PUSTAKA. tujuan perusahaan. Tujuan ini tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, perilaku dan penentu terwujudnya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing dengan perusahaan lain. Keberhasilan suatu perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Handoko, 2001:155). Masalah kompensasi merupakan fungsi manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan tugas perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keinginan individu bersumber pada kebutuhan masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keinginan individu bersumber pada kebutuhan masing-masing individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan individu bersumber pada kebutuhan masing-masing individu. Masing-masing individu meletakkan titik berat yang berlainan mengenai kebutuhan dan keinginannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi, mendorong adanya perubahan dan perkembangan yang cepat. Terjadi kemajuan teknologi dan informasi, perubahan demografis, perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Kerja Guru Robbins & Judge (2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

BAB II LANDASAN TEORITIS. job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Pengertian dan Penilaian Prestasi Kerja a. Pengertian Prestasi Kerja Kinerja sumber daya manusia merupakan istilah yang berasal dari kata job performance

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Kinerja Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work performance atau job performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa 2.1 Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa faktor-faktor intrinsik terkait dengan kepuasan kerja,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kepuasan Kerja Perhatian manajer terhadap karyawan akan mengakibatkan peningkatan kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawasan Pengawasan merupakan bagian terpenting dalam praktik pencapaian evektifitas di Indonesia. Adapun fungsi dari pengawasan adalah melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan dengan sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu perusahaan, sehingga tenaga kerja yang ada perlu dipelihara dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegawai merupakan hasil atau prestasi kerja pegawai yang dinilai dari segi

BAB I PENDAHULUAN. pegawai merupakan hasil atau prestasi kerja pegawai yang dinilai dari segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sumber daya manusia merupakan tokoh sentral dalam sebuah organisasi. Agar aktivitas manajemen berjalan dengan baik, maka organisasi tersebut harus memiliki pegawai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi yang baik, tumbuh dan berkembang akan menitikberatkan pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya dengan optimal, khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penempatan merupakan proses menempatkan orang-orang yang tepat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penempatan merupakan proses menempatkan orang-orang yang tepat pada 2.1 Uraian Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Penempatan kerja. Penempatan merupakan proses menempatkan orang-orang yang tepat pada tempat yang tepat. Sebelum proses penempatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan sumber daya dengan sebaik-baiknya. Sumber daya yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan sumber daya dengan sebaik-baiknya. Sumber daya yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam organisasi bentuk aktivitas selalu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Telah kita ketahui bersama bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam kegiatan suatu organisasi, karena manusia sebagai perencana,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Karir 2.1.1. Pengertian Pengembangan Karir Seorang individu yang pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan memilki pengadaan yang berbeda tentang pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Turnover Intention Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan yakni mengenai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR Pengertian Kepemimpinan Entrepreneurial

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR Pengertian Kepemimpinan Entrepreneurial BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Kepemimpinan Entrepreneurial 2.1.1.2 Pengertian Kepemimpinan Entrepreneurial Kepemimpinan Entrepreneurial menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan perusahaan untuk menjaga eksistensi dan kelangsungan perusahaannya.

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan perusahaan untuk menjaga eksistensi dan kelangsungan perusahaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan di era globalisasi semakin hari dirasakan semakin ketat, manajemen sumber daya manusia sangat penting dan harus diperhatikan oleh pimpinan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting bagi perusahaan, dimana pada hakekatnya berfungsi sebagai faktor penggerak bagi setiap kegiatan

Lebih terperinci

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk A. SEMANGAT KERJA 1. Pengertian Semangat Kerja Davis (2000) mengemukakan semangat kerja merupakan suasana kerja yang positif yang terdapat dalam suatu perusahaan dan terungkap dalam sikap individu maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Kerja 2.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai tujuannya. Sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di dalam setiap aktifitas suatu organisasi perlu memiliki kerjasama

Lebih terperinci

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan baguscipta@gmail.com ABSTRAK This research aimed to find out the correlation between motivation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis di Indonesia sekarang ini, perusahaan dituntut untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kerja dan kuantitas kerja pelayanannya.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari itu, organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia tidak terlepas dari pengertian Manajemen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia di perlukan untuk meningkatkan efektifitas sumber daya manusia manusia yang berada dalam lingkup perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Remunerasi Menurut Panggabean (2004:75), remunerasi adalah setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi yang semakin maju ini, terdapat persaingan antara

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi yang semakin maju ini, terdapat persaingan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Di dalam era globalisasi yang semakin maju ini, terdapat persaingan antara berbagai macam perusahaan, baik perusahaan dalam bidang hiburan, jasa, ekspor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur peraturan dilakukan melalui proses dan dilakukan berdasarkan urutan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Robbins & Coulter (2011) manajemen melibatkan aktivitas aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kinerja Kinerja adalah sikap, nilai moral, serta alasan internal maupun eksternal yang mendorong seseorang untuk bekerja atau bertindak dalam profesinya. Atau kinerja (performance)

Lebih terperinci

LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Prestasi Kerja dan Indikatornya. memberikan dampak yang positif terhadap organisasi, antara lain

LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Prestasi Kerja dan Indikatornya. memberikan dampak yang positif terhadap organisasi, antara lain BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Prestasi Kerja dan Indikatornya 1.1. Pengertian Prestasi Kerja Prestasi kerja merupakan aspek yang sangat penting dalam menciptakan suatu iklim

Lebih terperinci

PENGARUH INSENTIF DAN PROMOSI TERHADAP PRESTASI KERJA

PENGARUH INSENTIF DAN PROMOSI TERHADAP PRESTASI KERJA PENGARUH INSENTIF DAN PROMOSI TERHADAP PRESTASI KERJA (Studi Pada Karyawan PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Unit Pelayanan dan Jaringan Kabupaten sampang) Dhanang Bayu Pratama Bambang Swasto Sunuharyo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia SDM dapat juga disebut sebagai personil. Tenaga kerja, pekerja, karyawan, potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Kinerja 1. Pengertian Efektivitas (efectiveness) secara umum dapat diartikan melakukan sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

Lebih terperinci