Disusun oleh : FIRZA YOGA BASKORO H2A013054

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disusun oleh : FIRZA YOGA BASKORO H2A013054"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PEMANASAN FISIK AWAL DAN GAYA BERENANG DENGAN KEJADIAN KRAM OTOT TRICEPS SURAE PADA ATLET RENANG DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang Disusun oleh : FIRZA YOGA BASKORO H2A FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2017 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi ini berjudul Hubungan Pemanasan Fisik Awal Dan Gaya Berenang Dengan Kejadian Kram Otot Triceps Surae Pada Atlet Renang Di Kota Semarang. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. Rifki Muslim, SpB, Sp.U (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2. dr. Merry Tyas Anggraini, M.Kes, selaku Ketua Tahap Pendidikan Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 3. Prof. dr. Sigit Moerjono, PA (K), selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis. 4. dr. HemaDewi A, MKes, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. 5. dr. Rochman Basuki, M.Sc, selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran sehingga penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 6. Segenap dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang atas segala pengajaran, bimbingan, dan arahan. 7. Keluarga saya, Bapak Soeprapto dan Ibu Nani Jatmikowati yang senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 8. Seluruh teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang angkatan v

6 9. Kepada pihak klub renang TCS Semarang dan Spektrum Semarang yang telah membantu penelitian. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.semoga skripsi ini berguna bagi kita semua. Semarang, 14 Februari 2017 Penulis vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...xi ABSTRAK...xii BAB IPENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang Masalah...1 B. Perumusan Masalah...3 C. Perumusan Masalah...3 D. Manfaat Penelitian...3 E. Keaslian Penelitian...4 BAB IITINJAUAN PUSTAKA...6 A. Struktur Otot Struktur Otot Skelet Struktur Otot Polos Struktur Otot Jantung...8 B. Sistem Energi Otot Sistem Fosfagen Sistem Glikogen Asam Laktat...10 C. Jenis Kontraksi Otot Skelet Kontraksi Isotonis Kontraksi Isometris Kontraksi Isokinetis...11 vii

8 D. Mekanisme Kontraksi Teori Filamen Bergeser Pengendalian Neuromuscular...12 E. Anatomi Triceps Surae Anatomi M. Gastrocnemius Anatomi M. Soleus Anatomi M. Plantaris...14 F. Cedera Otot Sprain Strain Kram Otot...17 G. Pemanasan Fisik Pemanasan Kondisioning Pendinginan...18 H. Teknik Pemanasan Pemanasan Pasif Pemanasan Umum Pemanasan Khusus...19 I. Jenis Aktivitas dan Durasi Pemanasan Jenis Aktivitas Durasi Pemanasan...23 J. Gaya Berenang Gaya Bebas Gaya Dada Gaya Punggung...25 K. Fisiologi Renang...26 L. Olahraga Renang...27 M.Hubungan Pemanasan Fisik dan Gaya Berenang dengan Kram Otot...28 N. Kerangka Teori...32 O. Kerangka Konsep...32 viii

9 P. Hipotesis...34 BAB IIIMETODE PENELITIAN...35 A. Ruang Lingkup Peneltian...35 B. Desain Penelitian...35 C. Populasi dan Sampel...35 D. Variabel Penelitian...36 E. Definisi Operasional...36 F. Pengambilan Data...37 G. Alur Penelitian...38 H. Analisis Data...39 BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN...40 A. Hasil Penelitian...40 B. Pembahasan...43 C. Keterbatasan Penelitian...46 BAB VKESIMPULAN DAN SARAN...47 A. Kesimpulan...47 B. Saran...47 DAFTAR PUSTAKA...48 LAMPIRAN...51 ix

10 Daftar Gambar Gambar 1. Struktur Otot Skelet...7 Gambar 2. Struktur Otot Polos...8 Gambar 3. Struktu Otot Jantung...9 Gambar 4. Otot Triceps Surae...15 Gambar 5. Peregangan Daerah Kepala...20 Gambar 6. Peregangan Daerah Lengan...21 Gambar 7. Peregangan Daerah Lengan...21 Gambar 8. Peregangan Daerah Badan...22 Gambar 9. Peregangan Tungkai dan Kaki...23 Gambar 10. Gaya Bebas...25 Gambar 11. Gaya Dada...25 Gambar 12. Gaya Punggung...26 x

11 Daftar Tabel Tabel 1.1. Keaslian Penelitian...4 Tabel 3.1. Definisi Operasional...36 xi

12 Hubungan Pemanasan Fisik Awal dan Gaya Berenang Terhadap Kejadian ABSTRAK Kram Otot Triceps SuraePada Atlet Renang di Semarang Firza Yoga Baskoro 1, Sigit Moerjono 2, Hema Dewi Anggraheny 3 Latar Belakang :Renang adalah olahraga yang bisa dilakukan oleh semua kalangan umur. Oleh karena itu renang menjadi satu dari berbagai macam olahraga yang paling digemari di Indonesia. Namun olahraga renang juga dapat menyebabkan kram otot. Kram otot dapat terjadi dikarenakan berbagai faktor seperti intensitas latihan berlebih, pemanasan fisik yang tidak optimal atau bisa dikarenakan resiko dari gaya berenang.penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pemanasan fisik awal dan gaya berenang terhadap kejadian kram otot pada atlet renang di Semarang. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang di analisis dengan uji korelasi chi square.penelitian ini menggunakan metode total sampling dengan jumlah populasi 53 atlet dengan 42 atlet sebagai sampel dan 11 atlet yang memenuhi kriteria eksklusi. Penelitian dilakukan periode Oktober November 2016 Hasil :Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara pemanasan fisik dengan kram otot triceps surae (p value = 0,012 ;OR=0,190) serta tidak terdapat hubungan antara gaya berenang dengan kram otot triceps surae (p value = 0,429) Kesimpulan : Pemanasan fisik berperan penting dalam mencegah kram otot triceps surae Kata kunci :pemanasan fisik, gaya berenang, kram otot triceps surae Korespondensi:firzabaskoro@gmail.com 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 3 Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang xii

13 Correlation of Early Warm up andswimming Stroke with Muscle Cramps of Triceps Surae Incident on Swimming Athletes in Semarang ABSTRACT Firza Yoga Baskoro 1, Sigit Moerjono 2, Hema Dewi Anggraheny Introduction: Swimming is a sport which can played by all ages. Therefore swimmingis considered to be a popular sport compared to other sports. However swimming can cause muscle cramps. Muscle cramps is caused by many factors like; excessive exercise intensity,impropper warm up and caused by the risk factors of the stroke. The purpose of this study is to analyze the correlation of early warm up and swimming stroke to incidents of muscle cramps on swimming athletes in Semarang. Method: This study is an observational analytic study with cross sectional approach and then it is analyzed by chi square test. This study use total sampling technique, there are population 53 athletes with 42 athletes as a sample and 11 athletes which belong to the exclusive criteria of this study. This study was performed in October November Result: Bivariate analysis showed that there is a correlation between warm up with muscle cramps of triceps surae (p value = 0,012 ;OR=0,190) and there are no correlation between swimming stroke with muscle cramps of triceps surae (p value = 0,429). Conclusion: Warm up before swimming is important to prevent muscle cramps of triceps surae Keywords: warm up, swimming stroke, muscle cramps of triceps surae Correspondence:firzabaskoro@gmail.com 1 Student of medical faculty of muhammadiyah university of semarang 2 Lecturer of medical faculty of muhammadiyah university of semarang 3 Lecturer of medical faculty of muhammadiyah university of semarang xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renang merupakan suatu bentuk olahraga yang dilakukan di dalam air. 1 Olahraga renang merupakan olahraga yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Olahraga renang berguna untuk membentuk otot, daya tahan tubuh dan mempertahankan kebugaran. 2 Daya tahan dan kebugaran jasmani merupakan komponen penting yang harus diperhatikan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari - hari. 3 Renang adalah olahraga yang bisa dilakukan oleh semua kalangan umur baik itu anak-anak,remaja,dewasa dan orang tua. 4 Oleh karena itu renang menjadi satu dari berbagai macam olahraga yang paling digemari di Indonesia. Namun olahraga renang juga dapat menyebabkan kram otot. Kram otot dapat terjadi dikarenakan berbagai faktor seperti intensitas latihan berlebih, pemanasan fisik yang tidak optimal atau bisa dikarenakan resiko dari gaya berenang. 5 Kram otot adalah kontraksi yang dialami oleh sekelompok otot secara terus menerus sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri. 6 Kram otot merupakan kondisi yang sering dialami oleh atlet renang terutama kram otot triceps surae. 6 Triceps surae terdiri atas m.gastrocnemius, m soleus, dan m. plantaris yang berperan dalam semua gerakan pada extremitas inferior seperti berjalan, melompat, berlari dan berperan penting pada pergerakan kaki saat berenang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Junaidi pada penyelenggaraan Kejuaraan PON XVIII tahun terdapat 328 kasus cedera otot dari total 1003 kejadian cedera yang dialami oleh seluruh atlet termasuk atlet renang. 7 Hal tersebut membuktikan bahwa cedera otot merupakan salah satu permasalahan fisik yang sering dialami oleh atlet renang. Penelitian tersebut dikuatkan oleh data yang dilaporkan 1

15 menurut National Collegiate Athletic Association (NCAA) Injury Surveillance Program (ISP) selama tahun 2009/2010 sampai 2013/2014 melaporkan bahwa terjadi 124 atau 83,2% kasus cedera pada atlet renang pria dan 171 atau 82,2% kasus cedera pada atlet renang wanita dengan kejadian cedera tersering adalah cedera bahu dan cedera otot. 8 Kram otot merupakan jenis cedera otot yang sering dialami oleh atlet renang. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya angka kejadian kram otot. Pada FINA WORLD CHAMPIONSHIP 2015 dilaporkan terjadi insidensi dan penyakit yang dialami oleh atlet renang peserta lomba dengan rata-rata 12,9 per 100 atlet dengan jenis cedera yang paling banyak dialami oleh para atlet adalah kram otot dengan prosentase 5,7%. 9 Menurut Parkkari faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya kram otot adalah kurangnya pemanasan fisik dan otot yang terlalu lelah. 10 Pemanasan fisik yang tidak optimal secara durasi dan jenis aktivitas dapat menyebabkan kurangnya adaptasi tubuh terutama otot dalam menerima pembebanan saat berolahraga, sehingga akan merangsang saraf untuk terjadinya kram. Banyak masyarakat yang belum mengetahui pentingya pemanasan fisik sebelum olahraga untuk mencegah terjadinya cedera. Pemanasan fisik merupakan suatu langkah untuk pencegahan cedera. Pemanasan fisik yang optimal baik dari durasi dan jenis gerakan, dapat meningkatkan penyesuain jaringan lunak sebelum melakukan olahraga. Faktor lain yang dapat meningkatkan resiko cedera adalah gaya berenang. Gaya berenang merupakan gaya atau gerakan koordinasi antara lengan dan tungkai yang bergerak secara bersama sehingga seseorang akan bergerak maju ketika didalam air. 11 Gaya berenang yang salah dapat menyebabkan cedera pada atlet renang seperti penerapan gaya bebas yang salah dapat meningkatkan resiko cedera bahu. 11 Berdasarkan keterangan dan hasil insidensi diatas mengenai kejadian kram otot triceps surae Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Pemanasan Fisik Awal dan Gaya 2

16 Berenang Terhadap Kejadian Kram Otot Pada Atlet Renang di Semarang. Penelitian ini dilakukan di Semarang karena olahraga renang merupakan olahraga yang diminati, terbukti dengan banyaknya klub renang di Semarang sehingga akan memudahkan dalam pengambilan data. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, masih banyaknya atlet renang yang mengalami kram otot dan masih banyak masyarakat yang belum tahu cara melakukan pemanasan fisik awal yang optimal. Maka pertanyaan penelitian adalah 1. Adakah hubungan pemanasan fisik awal dan gaya berenang dengan kejadian kram otot triceps surae? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya hubungan pemanasan fisik awal dan gaya berenang dengan kejadian kram otot triceps surae pada atlet renang 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui prevalensi kejadian kram otot triceps surae pada atlet renang b. Untuk mengetahui pemanasan fisik awal yang optimal baik dari durasi dan jenis aktivitas pada atlet renang. c. Untuk menganalisis hubungan pemanasan fisik awal dengan kejadian kram otot triceps surae d. Untuk menganalisis hubungan gaya berenang dengan kejadian kram otot triceps surae D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan hubunngan pemanasan fisik awal dan gaya 3

17 berenang dengan kejadian kram otot triceps surae pada atlet renang di Semarang. 2. Manfaat praktis a. Menjadi bahan informasi untuk masyarakat dan atlet renang tentang hubungan pemanasan fisik awal dengan kram otot triceps surae b. Menjadi bahan informasi untuk masyarakat dan atlet renang tentang hubungan gaya berenang dengan kram otot triceps surae c. Menjadi bahan informasi untuk masyarakat dan atlet renang tentang bagaimana cara melakukan pemanasan fisik awal yang optimal E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul peneliti, tahun Perbedaan Hasil 1 Hubungan pemanasan fisik dengan kejadian kram otot extremitas inferior pada pemain bola voli di semarang ( Usman T,2016) Sampel adalah atlet bola voli. Penelitian ini menganalisis pengaruh pemanasan fisik hanya dari durasi Ada hubungan pemanasan fisik dengan kram otot extremitas inferior 2. Epidemiology of National Collegiate Athletic Association mens and womens swimming and diving injuries from 2009/2010 to2013/2014 (Zachary Y Kerrl, 2016) Peneliti mengidentifikasi cedera atlet renang tanpa menganalisis penyebab cedera 83,2% atlet renang pria mengalami cedera dan 82,2% atlet renang wanita mengalami cedera. 21,8% atlet mengalami cedera otot. 3. Injury and illness in aquatic sport: how high is the risk? A comparison of results from three FINA World Championships (Mountjoy M.2015) Peneliti mengidentifikasi tentang tingginya resiko cedera dan penyakit pada olahraga air. Namun pada penelitian ini hanya sebatas menjelaskan pentingnya surveilan dan promosi kesehatan untuk edukasi Sprain bahu dan kram otot menjadi cedera yang paling banyak dialami oleh atlet renang di kejuaraan dunia dengan prosentase 5,7%. Penyakit yang paling banyak dialami adalah penyakit pernafasan dan saluran cerna. Faktor resiko adalah 4

18 4 Prevalence of musculoskeletal pain among swimmers in an elite National Tournament (matheus de oliveira, 2015) atlet Peneliti membandingkan tentang karakteristik pribadi dan latihan pada atlet yang mengalami cedera dan tidak cedera, pada satu ajang kompetisi disiplin latihan dan umur Prevalensi nyeri musculoskeletal yang dialami atlet renang di turnamen Brazil adalah 20% tidak ada hubungan karakteristik pribadi dan latihan dengan cedera atlet. Tidak ada perbedaan yang signifikan tentang karakteristik pribadi dan latihan 5

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Otot Otot yang terbentuk di bagian tubuh kita terdiri dari otot lurik, otot jantung dan otot polos. Ketiga jenis otot ini berasal dari perkembangan mesodermal. 1. Otot Skelet Otot skelet tersusun atas fibra otot-fibra otot atau yang disebut fasciculus.fibra otot terbungkus oleh suatu jaringan ikat yang disebut epimysium. Epymisium terdiri dari 2 bagian yang memiliki fungsinya masing-masing yaitu perymisium dan endomysium. Perymisium berfungsi memisahkan antar fibra otot atau fasciculus. 12 Sedangkan endomysium berfungsi untuk membungkus tiap fibra otot. Membrane sel pada fibra otot disebut sarcolemma.membrane sel ini mengelilingi sarcoplasma pada fibra otot. 12 Membrane sel pada fibra otot memiliki sifat trans membrane potensial yang berarti sebagai tempat pertama dalam tahap kontraksi otot. 12 Serabut otot skelet bersifat elastis dan mengandung fibra otot yang tersusun dari berbagai myofibril yang terdapat di cairan intra seluler. 12 Pada myofibril dapat dilihat ada bagian pita A (anisotrop) atau yang disebut sebagai pita gelap dan bagian pita I (isotrop) yang disebut sebagai pita terang. 12 Pita A terlihat lebih gelap karena terbentuk oleh protein myosin sedangkan pita I terbentuk oleh protein actin sehingga lebih terang. Daerah pusat pita A adalah pita H yang terlihat lebih padat dari pita yang lain. Pita I terbagi menjadi dua zona z. diantara dua zona z terdapat sarkomer, yang berperan sebagain unit fungsional otot. 12 Selain itu terdapat juga tubulustransversal atau tubulus T yang berfungsi sebagai jalan masuk sinyal kontraksi ke bagian dalam sel. 12 6

20 Myofibril merupakan komponen organel yang penting pada fibra otot dalam proses kontraksi. 12 Filamen protein actin dan myosin merupakan komponen pembentuk myofibril. 12 Ada dua jenis filamentlongitudinal yang membentuk tiap myofibril yaitu filament tebal dan filament pipih.actin, tropomyosin dan troponin adalah komposisi yang ada di filament pipih. Sarcolemma merupakan tempat perlekatan myofibril sehingga ketika myofibril berkontraksi menyebabkan terjadinya pemendekan sel. 12 Sarcomer membentang antara garis z sebagai unit fungsi terkecil pada fibra otot. Filament tebal dan sebagian filament pipih membentuk daerah gelap yang disebut pita A. sedangkan filament pipih saja membentuk daerah terang yang disebut pita I. 12 Gambar 1. Struktur mikroskopis otot skelet Otot Polos Otot polos memiliki sel yang berbentuk gelondongan. Otot ini tersusun atas sel otot polos. Ujung dari sel otot ini meruncing dan pada sitoplasma dikelilingi oleh sarcoplasma yang memiliki myofibril sehingga otot polos mempunyai kemampuan untuk berkontraksi. Myofibril pada otot polos searah dengan panjang sel. Protein aktin dan myosin merupakan komponen yang menyusun myofibril. 12 Otot polos mendapat rangsang susunan saraf tidak sadar sehingga merupakan otot involunter yang bekerja tidak dibawah kesadaran 7

21 sehingga otot polos tidak cepat mengalami kelelahan. Oleh karena itu pada saat seseorang tidur, otot polos masih tetap bekerja. 12 Gambar 2. Struktur mikroskopis otot polos Otot Jantung Otot jantung memliki bentuk yang sama dengan otot lurik. Memiliki warna yang khas yaitu merah dan bersifat involunter. Kontraksi otot jantung bersifat ritmis dan automatis. Otot jantung memiliki sarcolemma yang mirip dengan otot lurik dan berfungsi membungkus serat otot. Myofibril pada otot jantung terpisah sehingga terlihat guratan memanjang yang disebut discus interkalaris. Inti sel otot jantung berada di tengah sel. 12 Otot jantung merupakan otot lurik yang bersifat involunter dan ditemukan pada dinding jantung yaitu pada myocardium. Sel cardiomyocyte merupakan sel yang menyusun otot jantung, terdiri dari satu, dua atau empat inti sel. 12 Otot ini dapat berkontraksi terus menerus tanpa berhenti karena memiliki fungsi khusus yaitu memompa darah di jantung. Syaraf simpatik dan parasimpatik dapat mempengaruhi kecepatan kerja otot jantung tetapi tidak membuat otot jantung dapat dikontrol secara sadar. 12 8

22 Gambar 3. Struktur mikroskopis otot jantung. 12 B. Sistem Energi Otot Otot membutuhkan ATP sebagai energi untuk melakukan proses kontraksi. Sel otot dibandingkan dengan sel pada jaringan lain merupakan tempat yang paling banyak untuk penimbunan ATP. Menurut Katch dan Mc Ardle menjelaskan ketersediaan atau jumlah ATP pada otot itu terbatas yakni kurang lebih 4-6 m M/kg otot dan jumlah ATP pada sel otot hanya mampu digunakan selama waktu 3-8 detik untuk aktivitas berat dan cepat Oleh karena itu, demi keberlangsungan proses kontraksi otot maka otot membutuhkan sistem metabolisme yang berfungsi untuk produksi ATP. 13 Proses produksi ATP dapat dijelaskan dengan sederhana melalui 3 proses sebagai berikut : 1. Sistem Fosfagen Pada proses ini terjadi pembentukan ion fosfat dan kreatin melalui pemecahan fosfokreatin. Pada proses pemecahan, energy yang digunakan lebih banyak dari ATP yang dihasilkan. 13 CP + ADP C +ATP. ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energi untuk aktifitas fisik berkisar antara 3-8 detik. Pada tahap selanjutnya terjadi pembentukan fosfat dengan energy tinggi yang berasal dari fosfokreatin. Kemudian terjadi pembentukan ATP dari AMP dan ADP. 13 ATP ADP + Pi + Energi. ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energy untuk aktifitas fisik berkisar antara 1-2 detik. 13 9

23 2. Sistem Glikogen- Asam Laktat Prinsip dari sistem ini adalah menggunakan glikogen sebagai bahan atau sumber energi. Tahap glikolisis dan tahap oksidatif merupakan tahap-tahap yang dilalui dalam sistem ini. Tahap glikolisis merupakan pemecahan setiap glukosa menjadi 2 molekul asam piruvat dengan proses pelepasan energi dan menghasilkan 4 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa. Proses glikolisis adalah proses anaerob. 13 Tahap selanjutnya adalah tahap oksidatif. Tahap ini diawali dengan masuknya asam piruvat ke dalam organel mitokondria. Di dalam mitokondria asam piruvat nantinya akan berikatan dengan oksigen untuk membentuk ATP. Selain itu asam piruvat juga bisa membentuk asam laktat jika oksigen jumlahnya kurang untuk proses oksidatif. Namun asam laktat yang terbentuk mempunyai peranan dalam pembentukan ATP yaitu dengan cara difusi ke cairan intersisial dan mengubah AMP menjadi ADP kemudian terbentuk ATP. 13 Glikogen/glukosa + ADP + Pi ATP + Asam laktat ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energy untuk aktifitas fisik berkisar antara detik Sistem Aerobik Mitokondria menjadi organel utama yang berperan dalam memproduksi energi melalui proses oksidasi glukosa, asam amino, dan asam lemak. Oksigen akan berikatan dengan bahan bahan tersebut untuk proses pembentukan ATP. 13 Glikogen + ADP + Pi + O2 CO2 + H2O + ATP ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energi untuk aktifitas fisik berkisar relatif lama

24 C. Jenis Kontraksi Otot Skelet Otot memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai proses kontraksi. Hal tersebut merupakan indikator otot memiliki ketahanan yang baik. Macam macam kontraksi sebagai berikut: Kontraksi Isotonis Pada proses kontraksi Isotonis otot mengalami perubahan panjang. Otot dapat mengalami pemendekan seperti ketika mengangkat beban. Kontraksi yang berupa pemendekan otot disebut kontraksi konsentrik. Proses pemanjangan otot disebut kontraksi eksentrik seperti ketika menurunkan beban. Kontraksi Isotonis dapat disebut juga Kontraksi dinamis. Kontraksi Isotonis berperan pada saat tubuh melakukan stretching dan gerakan kalestenik di dalam pemanasan Kontraksi Isometris Pada proses kontraksi Isometris tidak terlihat ada gerakan sehingga otot tidak mengalami perubahan panjang. Missal ketika mempertahankan sikap tubuh Kontraksi Isokinetis Kontraksi yang hanya terjadi dengan bantuan suatu alat khusus. 14 D. Mekanisme Kontraksi Mekanisme secara umum proses kontraksi adalah sebagai berikut Saraf motorik bekerja menghantarkan potensial aksi menuju ke ujung serabut otot. 2. Ujung ujung saraf kemudian akan menyekresi neurotransmitter acetylcholine. 3. acetylcholine di membran serabut otot berperan membuka gerbang acetylcholine yaitu kanal kanal yang berfungsi sebagai gerbang membran serabut otot. Proses pembukaan kanal kanal oleh acetylcholine dilakukan dengan bantuan protein protein pada membran. 11

25 4. Setelah kanal kanal terbuka akan menyebabkan terjadinya proses difusi ion natrium ke dalam membran serabut otot. Proses ini akan memunculkan potensial aksi di membran. 5. Melalui mekanisme penghantaran yang sama seperti di serabut otot, potensial aksi berjalan pada sepanjang membrane otot. 6. Proses selanjutnya akan terjadi depolarisasi pada membrane otot yang disebabkan oleh aliran listrik dalam jumlah banyak yang di timbulkan oleh potensial aksi. Efek selanjutny adalah pelepasan ion kalsium dalam jumlah banyak oleh retikulum sarkoplasma. 7. Filamen aktin dan miosin akan saling menarik dikarenakan oleh ion ion kalsium sehingga akan terjadi pergeseran pada kedua filament tersebut dan Menimbulkan proses kontraksi. 8. Selama kurang dari satu detik, membrane Ca ++ melakukan pompa kembali terhadap ion kalsium sehingga menyebabkan ion kalsium kembali ke dalam retikulum sarkoplasma. Retikulum akan menyimpan ion ion kalsium sampai potensial aksi timbul kembali. Kontraksi otot akan terhenti saat ion kalsium keluar dari myofibril. 15 Beberapa teori menjelaskan tentang proses kontraksi : 1. Teori Filamen Bergeser ( Sliding Filament Theory ) Pada teori ini menjabarkan tentang terjadinya perubahan fisik pada kontraksi otot. Pita I dan pita H memendek, antar garis Z saling mendekat, zona tumpang tindih menjadi besar dan lebar, pita A tetap. Proses ini terjadi selama proses kontraksi. teori ini menjelaskan tentang apa yang terjadi pada sarcomer selama proses kontraksi. 12,14 2. Pengendalian Neuromuscular Neuromuscular junction merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara sistem saraf dengan fibra otot skelet. Taut neuromuscular tunggal berada di bagian tengah panjang fibra. Taut neuromuscular tersebut mengandung neuron yang mengontrol tiap fibra otot. Perimysium berisi cabang cabang axon yang membentuk benjolan synaptic (synaptic knob). Benjolan synaptic tersebut berisi 12

26 organel organel sel seperti cytoplasma yang mengandung mitokondria dan vesicular yang mengandung neurotransmitterach ( acetylcholine). Ach dilepas melalui benjolan synaptic sehingga menyebabkan perubahan sarcolemma yang dapat menimbulkan terjadinya kontraksi pada fibra otot. 12,14. E. Anatomi Triceps Surae Triceps surae merupakan bagian tungkai bawah yang terbentuk dari m. gastrocnemius, m. soleus, dan m. plantaris. Komponen otot tersebut mempunyai peran dan fungsi sebagai plantar flexor. Pada aplikasi sehari sehari komponen ini memungkinkan kita melakukan gerakan berdiri dengan jari jari kaki. Pada saat berenang triceps surae berperan dalam berbagai gerakan kaki sehingga tubuh dapat bergerak maju dan tetap terangkat diatas permukaan air. Selain itu fungsi yang lain yakni untuk melindungi articulation genue saat tungkai melakukan gerakan menendang pada gaya berenang dada Anatomi M. Gastrocnemius M Gastrocnemius merupakan salah satu otot di region tungkai bawah. Otot ini merupakan otot superficial pada bagian dorsal tungkai bawah. Caput medial berada diproksimal condylus medialis femoris sedangkancaput lateral dibagianproksimal condylus lateralis femoris.caput medial dan caput lateral memiliki serabut yang bermuara pada capsula articularis sendi lutut. 16 a. Origo : Caput mediale : condylus medialis femoris ( facies posterior) dan caput laterale condylus lateralis. b. Insertio: m. Gastrocnemius berapponeurosis bersama tendom. soleus membangun tendo calcaneus. Tendo calcaneus melekat di facies posterior calcansi. c. Vaskularisasi : A. Tibialis Posterior. d. Inervasi : N.Tibialis. e. Segmen saraf : S1, S2. 13

27 f. Fungsi : gerakan flexi tungkai bawah dan plantar flexi di sendi pergelangan kaki. 2. Anatomi M.Soleus M.Soleus merupakan otot dengan permukaan yang lebar, berbentuk sedikit pipih dan letaknya di daerah ventral dari m. Gastrocnemius. 16 a. Origo : facies posterior caput fibulae. 2/3 cranial facies posterior fibulae. 2/3 medial margo medialis tibiae dan line poplitea. b. Insertio : melewati tendo calcaneus menuju facies posterior calcansi. c. Vascularisasi : A. Tibialis Posterior. d. Inervasi : N. Tibialis. e. Segmen Saraf : S1 dan S2. f. Fungsi : plantar flexi kaki bagi sendi pergelangan kaki saat berjalan. 3. Anatomi M. Plantaris M. Plantaris berada diantara M. Gastrocnemius dan M. Soleus. a. Origo : crista supracondylaris femoris lateralis. b. Insertio :facies posterior calcaneus. c. Inervasi : N. Tibialis. d. Segmen Saraf : S1 dan S2. e. Fungsi : plantar flexi pergelangan kaki dan flexi tungkai bawah

28 Gambar 4. M. triceps surae. 17 F. Cedera Otot Cedera olahraga merupakan cedera yang terjadi pada sistem integument, otot dan rangka yang dikarenakan oleh aktivitas olahraga. faktor yang menyebabkan cedera olahraga yaitu metode latihan yang salah, kelainan structural dan kelemahan fisiologis fungsi jaringan penyokong dan otot. Cedera yang dapat terjadi adalah cedera memar, ligamentum, otot dan tendo. Struktur dalam tubuh yang merupakan tempat atau jaringan yang sering mengalami cedera adalah otot, tendo, persendian, ligamen, dan fascia. 18 Terdapat beberapa macam cedera pada otot terutama pada daerah ekstremitas inferior yaitu cedera sprain, cedera strain dan kram otot Sprain Sprain merupakan istilah yang digunakan pada cedera yang terjadi di daerah ligamentum. Hal ini dapat terjadi oleh karena penggunaan sendi yang berlebihan secara berulang atau bisa juga disebabkan karena stress berlebihan yang mendadak. 18`Pada daerah cedera akan timbul rasa nyeri disertai pembengkakan. 18 Sprain dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu 15

29 a. Sprain tingkat I Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut. 18 b. Sprain tingkat II Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut. 18 c. Sprain tingkat III Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan gerakan yang abnormal Strain Strain merupakan kerusakan yang terjadi pada tendo atau suatu daerah otot yang disebabkan penggunaan yang berlebihan atau stress yang berlebihan. 18 Pada daerah yang cedera akan timbul rasa nyeri dan disertai penurunan kekuatan otot. 18 Strain dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu a. Strain tingkat I Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan otot maupun tendon. 18 b. Strain tingkat II Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun tendon. Tahap inimenimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan kekuatan otot. 18 c. Strain tingkat III Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun tendon. Tahap inimenimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan kekuatan otot

30 3. Kram otot Kram otot adalah kontraksi yang dialami oleh sekelompok otot secara terus menerus sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Gangguan sirkulasi, kelelahan otot, pemanasan fisik yang kurang optimal dapat menjadi penyebab terjadinya kram otot 10. Hal yang menyebabkan terjadinya kram adalah a. Terjadinya penimbunan asam laktat yang merupakan hasil metabolism tubuh saat olahraga. Penimbunan asam laktat ini disebabkan karena kelelahan otot. 10 b. Adaptasi tubuh yang kurang. Hal tersebut terjadi karena tidak optimalnya pemanasan dan pendinginan Memar Merupakan jenis cedera yang terjadi di bawah kulit pada jaringan ikatnya. Cedera memar dapat terjadi oleh karena benturan pada kulit yang mengakibatkan rusaknya jaringan dibawah kulita dan pecahnya pembuluh darah sehingga darah dan cairan seluler merembes pada jaringan sekitarnya. Pada cedera memar akan tampak kebiru biruan pada daerah yang sakit. Kualitas nyeri pada memar ringan sampai sedang, untuk pembengkakannya sedang sampai berat Dislokasi Dislokasi merupakan sendi yang terlepas dari tempat yang seharusnya. Dislokasi sering terjadi pada daerah bahu, pergelangan kaki, lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamenligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun karena faktor eksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh. 10 G. Pemanasan Fisik Pemanasan fisik memiliki tujuan agar fisik dan psikis seorang atlet siap sebelum melakukan aktivitas inti olahraga atau latihan inti. Selain itu, melakukan pemanasan yang optimal dapat mencegah terjadinya cedera pada saat melakukan aktivitas olahraga. Tahap pemanasan ada 4 bentuk 17

31 kegiatan antara lain gerakan pemanasan yang bertujuan untuk meningkatkan suhu tubuh, gerakan pemanasan berupa peregangan, gerakan pemanasan atau senam khusus sesuai cabang olahraga, dan gerakan pemanasan teknik sesuai cabang olahraga. 19 Terdapat 3 tahap yang harus dilakukan pada pemanasan fisik yaitu proses pemanasan ( warming up ), kondisioning, dan pendinginan ( cooling down ). Proses tersebut harus dilakukan secara berurutan Pemanasan ( Warming Up ) Proses pemanasan dilakukan sebelum melakukan latihan. Proses ini memiliki tujuan untuk mempersiapkan fungsi organ tubuh sehingga siap menerima pembebanan yang lebih berat. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah jogging, berlari ditempat, melompat melompat ditempat. Gerakan gerakan tersebut berfungsi meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan detak jantung dan melancarkan sirkulasi darah menuju organ dan jaringan Kondisioning Jika gerakan atau aktivitas pemanasan ( warming up ) sudah cukup dilakukan, selanjutnya dilanjutkan pada tahap kondisioning. Gerakan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah gerakan khusus yang sesuai dengan cabang olahraga dan sesuai dengan program latihan, misal gerakan stretching yang bertujuan meningkatkan kelentukan sendi dan otot, Gerakan atau aktivitas pembebanan seperti sit up, squat jump dan push up guna peningkatan daya tahan dan kekuatan otot Pendinginan ( Cooling Down ) Proses ini adalah periode yang tidak boleh dilewatkan. Tujuan dari proses ini adalah pengembalian kondisi tubuh ke kondisi semula saat sebelum berlatih. Aktivitas aerobic ringan seperti jogging ringan,jalan di tempat dan stretching akan membantu proses relaksasi pada otot tangan dan kaki. 19 Proses ini dikatakan optimal dengan ditandai detak jantung yang menurun, suhu tubuh yang menurun dan berkurangnya pengeluaran keringat. Proses ini juga ditandai dengan kembalinya darah 18

32 ke jantung guna reoksigenasi untuk mencegah hipervascularisasi pada daerah extremitas. 19 H. Teknik Pemanasan Pada teknik pemanasan terdapat 3 jenis pemanasan yaitu pemanasan pasif, pemanasan umum dan pemanasan khusus. 1. Pemanasan Pasif ( Passive Warm Up ) Pemanasan yang menggunakan alat bantu atau media yang bertujuan membantu untuk meningkatkan suhu tubuh seperti mandi uap, mandi air panas dan sauna. Metode ini cukup mampu untuk membuat suhu tubuh naik sehingga kinerja fisik juga meningkat. Pada pemanasan ini tubuh tidak terlalu banyak membuang cadangan energi dikarenakan aktivitas yang dilakukan tidak banyak Pemanasan Umum ( Active Warm Up ) Pada pemanasan umum tidak menggunakan bantuan alat ataupun media yang lain, namun berupa aktivitas yang dilakukan oleh otot. Aktifitas pada pemanasan ini berupa jogging dan stretching. Pemanasan yang baik dan efektif berawal dari intensitas rendah menuju intensitas sedang dengan waktu optimal. Dalam menentukan optimal atau tidaknya waktu pemanasan, seorang atlet dapat menjadikan suhu tubuhnya sendiri sebagai indikator. Tanda dari suhu tubuh yang meningkat dapat dilihat dari keluarnya keringat dari dalam tubuh. Maka umunya pemanasan tersebut sudah mencukupi Pemanasan Khusus ( Specific Warm Up ) Pada pemanasan ini meliputi berbagai gerakan yang mengarah ke aktivitas yang akan dilakukan pada suatu cabang olahraga dengan intensitas yang lebih rendah. Misal perenang melakukan aktivitas berenang dengan intensitas yang sedikit sampai sedang sebelum beranjak ke aktivitas utama

33 I. Jenis Aktivitas dan durasi pemanasan pada olahraga renang 1. Jenis Aktivitas Pemanasan Pemanasan harus dilakukan dengan peningkatan intensitas secara bertahap. Hal tersebut dilakukan guna merangsang sistem saraf otonom yang bertujuan agar kapasitas kerja organisme meningkat sehingga proses metabolisme akan berlangsung lebih cepat dengan menyeluruh. Selanjutnya adalah terjadi peningkatan aliran darah, suhu tubuh dan suplai O 2 pada organisme. Dampak dari terjadinya proses tersebut adalah atlet akan melakukan aktivitas dengan efektif dan juga akan terjadi peningkatan temperature pada kelompok kelompok otot sehingga fleksibilitas juga akan meningkat. Yang terpenting adalah kecepatan harus lebih rendah dari aktivitas utama. 20,21 Pemanasan fisik sebelum berenang diawali dengan melakukan aktivitas seperti berjalan, jogging di tepi kolam menit. Aktivitas tersebut mempunyai tujuan untuk meningkatkan detak jantung,suhu tubuh dan sirkulasi darah ke organ yang berfungsi agar tubuh dapat beradaptasi untuk menerima pembebanan pada saat berenang. 20,21 Tahap selanjutnya adalah melakukan peregangan atau stretching. Peregangan mempunyai hubungan dengan kelentukan atau flexibilitas otot yaitu otot dan persendian memiliki kemampuan untuk bergerak di semua daerah pergerakan. 21,22 Peregangan merupakan aktivitas yang dilakukan sebelum dan setelah melakukan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan keleluasaan gerak, mencegah timbulnya cedera dan untuk mengetahui kemungkinan nyeri otot atau sendi sebelum olahraga. 22 terdapat beberapa gerakan stretching yang bisa dilakukan sebelum berenang yaitu : a. Peregangan daerah kepala berfungsi untuk mengulurkan M.Trapezius. 22 Gerakan stretching terdiri dari gerakan sebagai berikut : 20

34 1) Melakukan gerakan kepala menunduk dan meregangkan ke atas dengan hitungan 8x2. 2) Menggerakan kepala kearah kanan dan kiri dengan hitungan yang sama. 3) Melakukan gerakan seperti mematahkan kepala kearah kanan dan kiri dengaan hitungan yang sama. Gambar 5. Peregangan daerah kepala. 22 b. Peregangan daerah tangan dan lengan berfungsi untuk meregangkan otot triceps, biceps, flexor dan extensor. 22 Gerakan stretching terdiri dari gerakan sebagai berikut : 1) Melakukan gerakan menekuk tangan sebelah kanan menyamping kearah kiri dengan ditahan tangan kiri dalam hitungan 8x2. Selanjutnya melakukan sisi sebaliknya. 2) Menekuk tangan ke daerah belakang kepala kemudian tangan kirir melakukan penekanan pada tangan kanan. Selanjutnya sisi sebaliknya dalam hitungan yang sama. 3) Meregangkan kedua tangan ke atas dalam hitungan yang sama 4) Meregangkan Telapak tangan kanan dengan cara ditekuk ke atas dan ke bawah. Selanjutnya lakukan di sisi sebaliknya dalam hitungan yang sama. 21

35 Gambar 6. Peregangan daerah lengan. 23 Gambar 7. Peregangan daerah lengan. 23 c. Peregangan pinggang & perut bertujuan meregangkan otot seratus, rectus abdominis, latisimus dorsi, eksternal oblique, dan tendinous inscription. 22 Gerakan stretching terdiri dari gerakan sebagai berikut : 1) Meregangkan badan dengan cara badan dicondongkan ke arah depan sampai mencium lutut dan sebaliknya ke belakang dengan hitungan 8x2. 2) Meregangkan badan dengan cara badan dicondongkan ke arah samping kanan dan ke arah samping kiri dengan hitungan yang sama. 3) Melakukan putaran badan ke kanan dan kiri dengan hitungan yang sama. 4) Meregangkan perut dengan menegakkan badan. 22

36 Gambar 8. Peregangan daerah badan. 24 d. Peregangan tungkai & kaki: bertujuan untuk meregangkan otot hamstring, gluteus, semitendinosus, gracilis, gastrocnemius, peroneus, dan vastus. 22 Gerakan stretching terdiri dari gerakan sebagai berikut : 1) Menekuk daerah lutut ke atas kemudian ditempelkan pada bagian dada dengan kedua tangan melakukan penahan secara bergantian dengan hitungan tertentu 8x2. 2) Menekuk daerah kaki ke belakang dengan tangan melakukan penahanan pada kaki dalam hitungan yang sama. 3) Melakukan posisi jongkokdalam hitungan yang sama dengan bergantian kaki kanan dan kiri sebagai tumpuan. 4) Melakukan gerakan mendorong kaki kanan ke arah depan dan ditahan dalam hitungan yang sama. Selanjutnya sisi sebaliknya dengan hitungan yang sama. 5) Kaki dalam posisi jongkok menggunakan hitungan tertentu Peregangan selama 5 10 menit dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan, flexibilitas, dan mobilitas range of motion (ROM)

37 menit. 26,27 Hendaknya waktu yang dimiliki untuk pemanasan Gambar 9. Peregangan tungkai dan kaki. 24 Tahap selanjutnya adalah pemanasan khusus berupa aktivitas berenang dengan intensitas yang sedikit sampai sedang sebelum beranjak ke aktivitas utama. 25 Pada tahap ini berkonsentrasi pada otot syaraf daerah tubuh yang juga digunakan pada aktivitas olahraga utama. 25 Hal tersebut dapat meningkatkan suhu daerah tubuh terutama otot dan jaringan penghubung sehingga memungkinkan pengulangan gerakan yang optimal pada otot syaraf tersebut. 25 Tahap ini juga mempersiapkan sistem saraf pusat dan memungkinkan meningkatnya kapasitas kerja Durasi Pemanasan Pemanasan fisik aktif adalah bentuk pemanasan yang lebih efektif dari pemanasan pasif, karena mempunyai dampak yaitu suhu otot meningkat, kekuatan otot meningkat dan koordinasi gerakan juga meningkat. 26 Pemanasan aktif mampu meningkatkan kemampuan atlet sebesar 5 50% bila dibandingkan seseorang tersebut tidak melakukan pemanasan. 26 Pemanasan efektif dilakukan dengan durasi waktu yaitu menit dan indikator untuk mengetahui optimalnya pemanasan adalah pengukuran denyut nadi yang mencapai 120x/ menit dengan diakhiri pemanasan khusus 5 10 menit. Namun, 24

38 waktu pemanasan yang dilakukan juga dipengaruhi oleh daya tahan, persiapan fisik atlet, dan suhu lingkungan. Suhu lingkungan dapat mempengaruhi waktu dan intensitas yang diperlukan sampai seorang atlet berkeringat. Gerakan dalam pemanasan fisik yang tidak terputus dapat menyebabkan keringat keluar. 26,27 Pada suhu lingkungan yang berkisar antara C cukup diperlukan waktu 9 menit untuk dapat berkeringat. Suhu lingkungan 14 0 C, diperlukan waktu 6 6,5 menit dalam melakukan pemanasan untuk dapat berkeringat. Apabila suhu lingkungan mencapai 16 0 C, dalam waktu 1 menit keringat dapat keluar. Pemanasan yang dilakukan dengan intensif tanpa terputus putus dalam waktu 2 3 menit sudah cukup membuat keringat keluar yang menandakan bahwa meningkatnya suhu tubuh seorang atlet, namun belum menjamin, potensi fungsional seseorang sudah mencapai taraf yang cukup. 28 J. Gaya Berenang Gaya berenang merupakan gaya atau gerakan koordinasi antara lengan dan tungkai yang bergerak secara bersama sehingga seseorang akan bergerak maju ketika didalam air. Ada beberapa macam gaya berenang antara lain. 4,29 1. Gaya Bebas Gaya bebas mulai diperkenalkan pada tahun Berenang dengan gaya bebas tidak terbatas dengan tehnik dasar. Posisi dada pada gaya bebas berada dalam permukaan air, kedua lengan saling bergantian mengayuh ke depan. Kedua kaki secara bergantian bergerak naik turun. Wajah menghadap ke permukaan air, kemudian diikuti gerakan wajah menoleh ke samping baik kanan atau kiri untuk melakukan proses pernafasan. Ketika tubuh miring mengikuti gerakan lengan yang keluar dari permukaan air untuk melakukan gerakan mengayuh ke depan, saat itulah pernafasan dilakukan. Gaya bebas memungkinkan perenang melaju lebih cepat. 4,29 25

39 Gambar 10. Renang gaya bebas Gaya Dada Gaya dada berenang dengaqn posisi tubuh tidak berubah dalam keadaan tetap. Dada berada menghadap air. Kepala dapat dalam waktu yang lama kearah luar dari air. Kedua sisi tangan lurus ke depan kemudian melakukan gerakan memilah air memungkinkan badan bergerak maju. Kedua sisi kaki melakukan tendangan menuju ke luar. 4,29 Gambar 11. Renang gaya dada Gaya Punggung Merupakan gaya renang kedua setelah gaya bebas yang diperkenalkan. Posisi punggung berada di permukaan air. Wajah berada di luar air sehingga memudahkan perenang mengambil nafas. Kedua sisi tangan bergerak ke pinggang dengan gerakan mengayuh. 4,29 26

40 Gambar 12. Renang gaya punggung. 4 K. Mekanisme Renang 1. Sedikit kekuatan dibutuhkan untuk tetap menjaga atau mempertahankan pergerakan tubuh guna melebihi dari inersia. Inersia merupakan daya tahanan yang dimiliki oleh suatu benda fisik untuk mempertahankan keadaannya saat itu, apakah diam atau bergerak ke depan Kekuatan dalam berenang harus diterapkan sesuai dengan siklus mempercepat dan melambat sehingga akan menyebabkan tubuh bergerak maju di dalam air. Di dalam gaya berenang yang terdiri dari gaya dada dan gaya bebas, peluncuran yang terlalu panjang akan menyebabkan penurunan momentum dan butuh energi yang lebih besar untuk mengatasi inersia untuk memulai kembali Tubuh akan bergerak berlawanan arah dengan usaha yang dilakukan. Sebagai contoh dorongan ke belakang akan menyebabkan tubuh bergerak maju ke depan, tekanan ke bawah akan menyebabkan tubuh terangkat dan tekanan dari arah kanan akan menyebabkan tubuh bergerak ke arah kiri Dalam sebagian besar gaya berenang yang memulai dengan kekuatan atau usaha yang besar akan memiliki komponen tekanan ke bawah yang besar juga sehingga tubuh tetap terangkat. Ini akan meningkatkan resistensi dan membutuhkan pengeluaran energi. Pada gaya dada 2 lengan seimbang satu sama lain, karenanya energi lebih besar yang dikeluarkan untuk memulai gaya

41 tahun. 1,30 Olahraga renang dapat berguna untuk membentuk otot dan daya 5. Gerakan maju akan terjadi melalui kombinasi usaha menarik dan usaha mengangkat. Pada semua gaya berenang tangan mengikuti membentuk huruf S saat bergerak di dalam air. Fungsi lengan membentuk pola melengkung adalah untuk menghasilkan aliran air pada sebelah samping diatas tangan Ketinggian posisi tubuh di dalam air bergantung pada kemampuan perenang untuk mengapung di permukaan air dan kecepatan bergerak di dalam air. Kemampuan mengapung seorang perenang terutama ditentukan oleh komposisi tubuh dan kemampuan mempertahankan posisi. Perenang tidak perlu melakukan gerakan mengangkat kepala atau mendorong kepala ke bawah hanya untuk menaikan atau mengangkat tubuh di dalam air karena setiap gerakan akan mengikuti dari gerakan yang berlawanan ataupun gerakan dari arah yang sejajar Bagaimanapun perenang butuh melakukan gerakan mengangkat sedikit kaki untuk menghasilkan tendangan yang efisien. Tendangan kaki berperan dalam menjaga keseimbangan dan posisi tubuh. Selain itu dapat menyebabkan tubuh perenang bergerak maju. 12 L. Olahraga Renang Renang secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk bergerak mengapung di air. Dapat disimpulkan bahwa renang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh makhluk hidup di dalam air agar tubuh dapat mengapung, tetap bernafas dan menimbulkan gerakan maju ataupun mundur. Renang merupakan olahraga yang bisa dilakukan oleh kalangan semua umur baik itu anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Renang sebaiknya diajarkan sedini mungkin yakni pada usia 3 7 tahan tubuh. Daya tahan atau endurance merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam usaha melakukan kerja dengan jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan. 22 Dalam olahraga daya 28

42 tehnik. 22 Renang juga berperan untuk menjaga kebugaran jasmani. tahan merupakan salah satu komponen penting bagi seorang atlet untuk mencapai prestasi. Selain itu, daya tahan juga menjadi salah satu faktor untuk mencegah terjadinya cedera dan memudahkan dalam menguasai Kebugaran merupakan salah satu indikator sesorang dikatakan sehat. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh masih memiliki simpanan tenaga untuk mengatasi beban tambahan. 31 Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan memiliki komponen seperti komposisi tubuh, kesegaran jantung, sirkulasi darah, kelentukan,daya tahan dan kekuatan otot. Seseorang dapat dikatakan memiliki kebugaran jasmani yang baik jika komponen komponen tersebut juga baik. 31 Pada seorang atlet memiliki daya tahan dan kebugaran yang lebih baik dibandingkan dengan orang biasa karena latihan fisik yang rutin akan membuat terjadi perubahan perubahan fisiologis pada tubuh seperti sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan sehingga daya tahan dan kebugaran atlet lebih baik dibandingkan orang biasa. 31 M. Hubungan Pemanasan Fisik Dan Gaya Berenang Dengan Kejadian Kram Otot Kram otot adalah kontraksi yang dialami oleh sekelompok otot secara terus menerus sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri. kelelahan otot dan pemanasan fisik yang kurang optimal dapat menjadi penyebab terjadinya kram otot. 10 Otot membutuhkan ATP sebagai bahan pembentuk energi untuk melakukan proses kontraksi. 10 Apabila aktifitas terus dilakukan maka akan dapat menyebabkan kelelahan otot. Kelelahan otot terjadi dikarenakan menurunnya cadangan ATP dan pasokan oksigen sehingga tubuh 29

43 menggunakan asam piruvat guna memproduksi ATP. Pada tahap tersebut asam piruvat menghasilkan asam laktat. 13 Cadangan oksigen yang sedikit akan menyebabkan asam laktat tidak bisa diubah kembali ke dalam bentuk asam piruvat, sehingga akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang dapat merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kram. 10,13 Kram otot juga dapat terjadi karena sirkulasi darah dan fleksibiltas otot yang kurang saat melakukan olahraga, sehingga otot tidak mampu menerima pembebanan. Pada saat olahraga, otot membutuhkan pasokan oksigen yang lebih banyak dari pada saat tidak melakukan olahraga. Pasokan oksigen tersebut dibawa melalui sirkulasi darah sehingga sirkulasi darah ke otot harus lebih ditingkatkan. 10,13 Pemanasan yang dilakukan sebelum aktifitas olahraga sesungguhnya berguna untuk menyiapkan sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovaskuler berperan dalam pengangkutan oksigen dan nutrisi menuju otot guna pembentukan energi. 21 Aktifitas atau gerakan yang dilakukan saat pemanasan akan lebih meningkatkan pasokan oksigen yang adekuat menuju otot oleh karena terjadi peningkatan sirkulasi darah menuju otot, sehingga otot lebih siap untuk menerima pembebanan saat melakukan olahraga utama. 21 Hal tersebut terjadi karena pada saat pemanasan metabolisme otot meningkat dan menyebabkan vasodilatasi intramuscular sehingga akan meningkatkan sirkulasi darah menuju ke otot. Selain itu pemanasan juga dapat meningkatkan suhu tubuh. 22 Suhu tubuh yang meningkat akan menyebabkan fleksibiltas otot juga meningkat, sehingga otot akan optimal dalam menjalankan fungsi relaksasi dan kontraksi. 22 Stretching yang dilakukan saat pemanasan merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan fleksibilitas otot. 22 Stretching adalah salah satu bentuk usaha untuk mengembalikan fleksibilitas, panjang otot dan fascia yaitu dengan cara menempatkan daerah tubuh agar dapat terjadi peregangan otot. 32 Fleksibiltas otot yang baik akan meningkatkan keleluasaan gerak dan mencegah terjadinya cedera

44 Gaya berenang merupakan gaya atau gerakan koordinasi antara lengan dan tungkai yang bergerak secara bersama sehingga seseorang akan bergerak maju ketika didalam air. 29 Cedera atlet renang merupakan suatu permasalahan multifaktorial. 33 Salah satu penyebabnya adalah gaya berenang yang digunakan. 33 Namun gaya berenang akan dapat menyebabkan cedera jika dalam pelaksanaaannya tubuh belum beradaptasi dan belum memiliki fleksibilitas yang cukup. 33 Pada atlet yang menggunakan gaya bebas,gaya punggung dan gaya kupu-kupu dapat meningkatkan resiko untuk mengalami cedera bahu dan cedera kaki. Pada gaya dada meningkatkan resiko cedera panggul dan lutut. 11 Pada saat seorang atlet berenang, terdapat tahanan yang dapat mempengaruhi kekuatan dan kecepatan yang dikeluarkan saat berenang. Tahanan tersebut yaitu tahanan tekanan air, tahanan gesekan dan tahanan gelombang. 34 Tahanan dalam air ini akan mempengaruhi besar energi yang dibutuhkan saat berenang. 34 Besar energi yang dikeluarkan untuk gaya bebas lebih kecil dibandingkan besar energi yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan gaya kupu-kupu, gaya punggung dan gaya dada. 34 Energi yang dibutuhkan pada renang gaya dada lebih besar dibandingkan dengan renang gaya bebas karena pada renang gaya dada dibutuhkan koordinasi lebih baik antara gerakan lengan dan kaki untuk memungkinkan tubuh bergerak meluncur sambil mengangkat tubuh bagian atas bergerak ke atas permukaan air. 35 Gerakan lengan dan kaki ke arah lateral juga menyebabkan tahanan tekanan air, tahanan gesekan dan tahanan gelombang air menjadi sangat besar, sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk kontraksi otot guna melawan tahanan tersebut. 35 Efek fisiologis yang terjadi karena kontraksi otot pada renang gaya dada yakni terjadi peningkatan aliran darah sehingga metabolisme asam laktat di otot yang berkontraksi selama latihan menjadi lebih cepat. 35 Pada gaya bebas arah gerakannya sejajar dengan sumbu tubuh dan tidak ada gerakan sendi panggul atau lengan ke arah lateral seperti gerakan pada renang gaya dada. 36 Arah gerakan yang sejajar dengan sumbu tubuh 31

45 bebas. 36 Kebutuhan oksigen yang kurang sebelum dan saat melakukan gaya dan tidak ada gerakan sendi panggul atau lengan ke arah lateral sangat penting untuk meminimalkan hambatan di dalam air, karena air mengalir di sekitar tubuh dalam arah yang sejajar. Arah gerakan yang sejajar dengan sumbu tubuh juga berfungsi untuk meneruskan kecepatan yang dihasilkan oleh kayuhan lengan dan dorongan kaki. 36 Oleh karena itu kebutuhan energi yang dibutuhkan pada gaya bebas lebih kecil dari gaya dada sehingga kebutuhan oksigenpun juga lebih sedikit dibutuhkan pada gaya berenang, akan meningkatkan proses pembentukan asam laktat pada otot yang berkontraksi sehingga akan lebih meningkatkan resiko terjadinya kram otot. Fleksibilitas otot juga dibutuhkan guna meningkatkan koordinasi gerakan pada gaya berenang untuk melawan hambatan di dalam air. 21,22 Pada gaya berenang melibatkan hampir seluruh otot dan sendi seperti otot pada batang leher, batang tubuh, lengan atas, punggung, dada dan kaki terutama otot triceps surae. Triceps surae berperan penting dalam pergerakan kaki agar tubuh dapat bergerak maju ke depan dan tetap terangkat di atas permukaan air. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan fleksibilitas otot sebelum berenang untuk meningkatkan keleluasaan gerak otot triceps surae, dengan cara melakukan pemanasan yang tepat untuk menghindari terjadinya kram otot. 21,22 32

46 N. Kerangka Teori O. Kerangka konsep Pemanasan fisik Gaya berenang Kram otot triceps surae 33

47 P. Hipotesis Ada hubungan pemanasan fisik awal dan gaya berenang dengan kejadian kram otot triceps surae. 34

48 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang lingkup penelitian 1. Ruang lingkup tempat : Tim Renang Semarang 2. Ruang lingkup waktu : Oktober 2016 November Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Anatomi B. Desain penelitian Desain penelitian menggunakan penelitian analitik observasional dengan metode pendekatan Cross sectional study, yakni mencari dan menjelaskan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat berdasarkan hipotesis. C. Populasi dan sampel 1. Populasi Seluruh atlet renang di tim Semarang yang bersedia menjadi responden 2. Sampel a. Kriteria inklusi 1) Seluruh atlet renang di tim Semarang yang bersedia menjadi responden 2) Atlet renang di tim Semarang yang sudah menjadi atlet minimal 1 tahun b. Kriteria eksklusi 1) Atlet renang yang mengalami kram otot triceps surae karena intensitas latihan lebih dari 5 kali dalam seminggu. 2) Atlet renang yang mengalami kram otot triceps surae karena tidak melakukan tahap pendinginan. 35

49 3. Teknik Sampling Penelitian ini dilakukan dengan sampling. menggunakan metode total D. Variabel dan definisi operasional 1. Variabel penelitian a. Variabel bebas : pemanasan fisik awal dan gaya berenang b. Variabel terikat : kram otot triceps surae 2. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Kriteria Skala ukur Pemanasan Responden yang Kuesioner Wawancara Soal Kuesioner Nominal fisik awal melakukan prosedur Pemanasan Fisik yang sesuai sebelum Awal. Jawaban Ya olahraga utama yaitu skor 1, jawaban melakukan aktifitas fisik Tidak skor 0. secara bertahap dimulai Dengan ketentuan dari berjalan atau a. Sesuai = 1 (skor jogging, dilanjutkan minimal 7 dan stretching dengan waktu maksimal 9) menit. Responden yang tidak melakukan aktifitas fisik dan yang melakukan aktifitas fisik b. Tidak sesuai = 2 (skor kurang dari 7) tidak bertahap merupakan kriteria tidak sesuai Gaya Responden yang Kuesioner Wawancara Kuesioner gaya Nominal berenang melakukan gerakan berenang renang dan tehnik renang a. gaya bebas = 1 berupa gaya bebas dan non bebas ( gaya dada, b. gaya non bebas = 2 gaya punggung) 36

50 Kram otot Responden yang Kuesioner Wawancara Kuesioner kram Nominal triceps surae mengalami rasa kaku dan nyeri otot triceps surae otot triceps surae. Jawaban Ya skor 1, jawaban Tidak skor 0. a. Ya = 1 (skor minimal 5) b. Tidak = 2 (skor kurang dari 5) E. Pengambilan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan teknik wawancara. Kuesioner sudah dinyatakan valid berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan uji correllati pearson dengan nilai r > r table dan uji reliabilitas dengan nilai cronbach s alpha> 0,7 yaitu untuk kram otot triceps surae 0,814 dan pemanasan fisik 0,824. Jumlah populasi dalam proses validasi sejumlah 30 atlet yang tersebar pada beberapa tempat renang. Tabel 3.2.Uji Validitas Kuesioner Variabel Cronbach s Alpha Keterangan Kram otot triceps surae 0,814 0,7 Reliabel Pemanasan fisik 0,824 0,7 Reliabel 2. Jenis Data Penelitian ini menggunakan data yang didapatkan melalui informasi yang langsung diberikan oleh sampel yakni data primer. 37

51 F. Alur Penelitian Survey tempat pengambilan sampel Perijinan Pengambilan sampel pada atlet renang di Semarang Kuesioner Pencatatan Data Pengolahan Data G. Analisis Data 1. Pengolahan Data Tahap pengolahan data a. Editing Pada tahap ini bertujuuan untuk memastikan kelengkapan data yang sudah didapatkan. Proses ini meliputi pemeriksaan pada kuesioner berupa poin pertanyaan, jumlah, kelengkapan karena akan mempengaruhi validitas data. Peneliti diwajibkan untuk memperbaiki segala kesalahan pada data. b. Coding Proses yang bertujuan untuk memudahkan dalam analisa data. Proses ini berupa pemberian tanda pada data. 38

52 c. Entry data Proses pemindahan data dari kuesioner ke computer untuk selanjutnya dapat dilakukan proses analisa data. d. Cleaning Sebelum melangkah ke tahap pengolahan data,pastikan dilakukan pemeriksaan kembali terhadap data yang sudah dikumpulkan agar terbukti validitas hasil. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat adalah analisis yang digunakan untuk deskripsi data rerata, proporsi yang melibatkan 1 variabel b. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk menyatakan analisis terhadap 2 variabel yaitu variable bebas dan variable terikat. Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanasan fisik dan gaya berenang dengan kejadian kram otot triceps surae. Analisa dilakukan dengan uji hipotesis menggunakan metode kai-kuadrat (chi square) dengan tingkat kepercayaan 95% (α 0,05), jika p 0,05 maka terdapat hubungan bermakna antara variable bebas dan variable terikat. 39

53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode total sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang sudah melalui proses validasi. Jumlah populasi 53 atlet renang pada lingkup kolam renang Jatidiri dan Manunggal Jati pada bulan oktober November Sejumlah 42 atlet renang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sampel pada penelitian ini dan sejumlah 11 atlet renang termasuk dalam kriteria ekslusi. 1. Analisis Univariat Analisis univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik sampel yaitu usia dan jenis kelamin. Dalam penelitian ini analisis univariat digunakan untuk mengkaji mengenai hasil penelitian berdasarkan masing-masing variabel yaitu, pemanasan fisik awal, gaya berenang serta kram otot triceps surae. Distribusi objek penelitian menurut usia responden dari 42 sampel penelitian, usia terendah yang menjadi sampel penelitian yaitu 17 tahun, usia tertinggi pada 24 tahun. Adapun rata-rata usia sampel penelitian yakni 19 tahun, dengan standar deviasi 1,7669. Tabel 4.2 Deskripsi Komponen Objek Penelitian No. Komponen Objek Penelitian Frekuensi Prosentase (%) 1. Jenis Kelamin; a. Laki-laki b. Perempuan 2. Pemanasan Fisik; a. Sesuai b. Tidak Sesuai 3. Gaya Berenang; a. Gaya Bebas b. Non Gaya Bebas ,9 38,1 54,8 45,2 61,9 38,1 40

54 4. Kram otot triceps surae; a. Ya b. Tidak ,4 47,6 Sebagian besar sampel berjenis kelamin laki laki dengan jumlah 26 (61,9%) atlet renang. Sedangkan sisa sampel berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 16(38,1%) atlet renang. Distribusi frekuensi selanjutnya mengenai kesesuaian pemanasan fisik. Sebagian besar sampel melakukan pemanasan fisik yang sesuai dengan jumlah 22 (54,85%) atlet renang. Sedangkan sisa sampel melakukan pemanasan fisik yang tidak sesuai dengan jumlah 20 (45,2%) atlet renang. Data penelitian berikutnya mengenai gaya berenang, dalam hal ini penilaian gaya berenang menggunakan parameter gaya bebas. Sebagian besar sampel menggunakan gaya bebas dengan jumlah 26 (61,9%) atlet renang. Sedangkan sisa sampel menggunakan gaya non bebas dengan jumlah 16 (38,1%) atlet renang. Hasil penelitian mengenai kejadian kram otot triceps surae, menghasilkan data bahwa sebagian besar sampel mengalami kram otot triceps surae dengan jumlah 23 (54,8%) atlet. Sedangkan sisa sampel tidak mengalami kram otot triceps surae dengan jumlah 16 (38,1%) atlet renang. 2. Analisis Bivariat Pada analisis bivariat ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti. a. Hubungan Pemanasan fisik dengan Kram otot triceps surae. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi square, dapat diperoleh hubungan antara Pemanasan fisik dengan Kram otot triceps surae, sebagai berikut : 41

55 Tabel 4.3 Hubungan antara Pemanasan fisik dengan Kram otot triceps surae Analisis Bivariat Kram otot triceps surae Ya Tidak Jumlah n (%) n (%) n (%) Nilai p OR (CI 95 %) Pemanasan fisik Sesuai 8 36, , Tidak Sesuai Jumlah 23 54, , ,012 0,190 (0,050 0,723) Sebagian besar sampel melakukan pemanasan fisik yang sesuai tidak mengalami kram otot triceps surae dengan jumlah 14 (63,6%) atlet renang. Sedangkan sebagian besar sampel yang melakukan pemanasan fisik yang tidak sesuai mengalami kram otot triceps surae dengan jumlah 15 (75%) atlet renang. Berdasarkan uji analisis chi square didapatkan hasilnya berupa nilai signifikansi sebesar 0,012, dengan nilai Odds Ratio sebesar 0,190 (CI 95; 0,050 0,723). Nilai signifikansi lebih kecil dari batas signifikansi yang ditentukan yakni sebesar 0,05 atau (0,012<0,05). Dengandemikian dapat diartikan bahwa ada hubungan antara pemanasan fisik dengan kram otot triceps surae, serta dengan nilai odds ratio sebesar 0,190 (CI 95; 0,050 0,723), dapat diartikan bahwa pemanasan fisik mampu menjadi faktor penurun risiko terjadinya kram otot triceps surae, hal ini berdasar pada nilai CI 95% yang memiliki rentang tertinggi 0,723. Dengan nilai rentang tertinggi kurang dari 1, menjadi indikasi bahwa pemanasan fisik awal mampu menjadi faktor penurun risiko terjadinya kram otot triceps surae. b. Hubungan Gaya berenang dengan Kram otot triceps surae. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi square, dapat diperoleh hubungan antara Gaya berenang dengan Kram otot triceps surae, sebagai berikut : 42

56 Tabel 4.4 Hubungan antara Gaya berenang dengan Kram otot triceps surae Analisis Bivariat Kram otot triceps surae Ya Tidak Jumlah n (%) n (%) n (%) Nilai p OR (CI 95 %) Gaya berenang Gaya Bebas Non Gaya bebas 10 62,5 6 37, Jumlah 23 54, , ,429 0,600 (0,168 2,139) Sampel yang berenang dengan menggunakan gaya bebas dan mengalami kram otot triceps surae sejumlah 13 (50%) atlet renang. Tidak ada perbedaan dengan jumlah sampel yang menggunakan gaya berenang dan tidak mengalami kram otot triceps surae yaitu sejumlah 13 (50%) atlet renang. Secarastatistik pola hubungan tersebut diuji menggunakan uji analisis chi square dengan hasilnya berupa nilai signifikansi sebesar 0,429, dengan nilai Odds Ratio sebesar 0,600 (CI 95%; 0,168 2,139). Nilai signifikansi lebih besar dari batas signifikansi yang ditentukan yakni sebesar 0,05 atau (0,429>0,05). Dengan hasil d emikian dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan antara gaya berenang dengan kram otot triceps surae. B. Pembahasan Kram otot adalah kontraksi yang dialami oleh sekelompok otot secara terus menerus sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Pemanasan fisik yang tidak optimal dan gaya berenang dapat menjadi penyebab terjadinya kram otot. Kram otot dapat terjadi karena sirkulasi darah dan fleksibiltas otot yang kurang saat melakukan olahraga, sehingga otot tidak mampu menerima pembebanan. 10 Sirkulasi darah dan fleksibiltas yang tidak optimal dapat dikarenakan pemanasan fisik yang belum sesuai. Sirkulasi darah yang tidak optimal akan menyebabkan 43

57 defisit energi. Ketika seorang atlet menggunakan gaya berenang dibutuhkan energi untuk melawan tahanan di permukaan air sehingga ketika sirkulasi darah kurang optimal akan menyebabkan terganggunya metabolisme otot yang dapat menyebabkan penimbunan asam laktat yang menyebabkan terjadinya kram otot. 10,13 Pemanasan yang dilakukan sebelum aktifitas olahraga sesungguhnya berguna untuk menyiapkan sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovaskuler berperan dalam pengangkutan oksigen dan nutrisi menuju otot guna pembentukan energi. 21 Aktifitas atau gerakan yang dilakukan saat pemanasan akan lebih meningkatkan pasokan oksigen yang adekuat menuju otot oleh karena terjadi peningkatan sirkulasi darah menuju otot, sehingga otot lebih siap untuk menerima pembebanan saat melakukan olahraga utama. 21 Hal tersebut terjadi karena pada saat pemanasan metabolisme otot meningkat dan menyebabkan vasodilatasi intramuscular sehingga akan meningkatkan sirkulasi darah menuju ke otot. Selain itu pemanasan juga dapat meningkatkan suhu tubuh. 22 Suhu tubuh yang meningkat akan menyebabkan fleksibiltas otot juga meningkat, sehingga otot akan optimal dalam menjalankan fungsi relaksasi dan kontraksi. 22 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Pemanasan fisik dengan Kram otot triceps surae. dengan nilai prevalensi sebesar 0,012 (< 0,05). Hasil ini sesuai dengan penelitian ya ng dilakukan oleh Usman T (2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pemanasan fisik dengan kram otot. Gaya berenang dapat menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya cedera pada atlet renang. Teknik, fleksibilitas dan adaptasi tubuh merupakan komponen penting dalam penerapan gaya berenang. Penerapan teknik gaya berenang yang salah dapat meningkatkan resiko cedera. Fleksibilitas dibutuhkan untuk menunjang ROM dan adaptasi tubuh yang cukup dapat membantu atlet dalam proses penyiapan energi yang dibutuhkan untuk melakukan gaya 44

58 berenang. Energi penting dibutuhkan untuk melawan tahanan di dalam air saat melakukan gaya berenang. 36 Bila proses produksi energi terhambat oleh karena adaptasi tubuh yang kurang, akan menyebabkan peningkatan produksi asam laktat oleh tubuh sehingga meningkatkan resiko terjadinya kram otot. Energi yang dibutuhkan pada renang gaya dada lebih besar dibandingkan dengan renang gaya bebas. Pada gaya bebas arah gerakannya sejajar dengan sumbu tubuh dan tidak ada gerakan sendi panggul atau lengan ke arah lateral seperti gerakan pada renang gaya dada. 36 Arah gerakan yang sejajar dengan sumbu tubuh dan tidak ada gerakan sendi panggul atau lengan ke arah lateral sangat penting untuk meminimalkan hambatan di dalam air, karena air mengalir di sekitar tubuh dalam arah yang sejajar. Arah gerakan yang sejajar dengan sumbu tubuh juga berfungsi untuk meneruskan kecepatan yang dihasilkan oleh kayuhan lengan dan dorongan kaki. 36 Oleh karena itu kebutuhan energi yang dibutuhkan pada gaya bebas lebih kecil dari gaya berenang yang lain sehingga kebutuhan oksigenpun juga lebih sedikit dibutuhkan pada gaya bebas. 36 Hal tersebut dapat diartikan bahwa kemungkinan terjadinya metabolisme otot secara anaerob yang menghasilkan asam laktat pada gaya bebas lebih sedikit terjadi. 36 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara gaya berenang dengan Kram otot triceps surae dengan nilai prevalensi sebesar 0,429 (> 0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Matheus de oliveira (2015) yang menyatakan tidak ada hubungan antara gaya berenang dengan cedera yang dialami oleh atlet. Hal tersebut dimungkinkan karena posisi dan teknik gaya berenang yang digunakan sesuai secara teori, selain itu teknik pengambilan data yang hanya berupa wawancara juga mempengaruhi hasil sehingga tidak ada hubungan gaya berenang dengan kejadian kram otot triceps surae. Kemungkinan gaya berenang akan dapat menyebabkan cedera oleh karena dipengaruhi faktor yang lain seperti belum melakukan pemanasan fisik 45

59 awal yang optimal, belum memiliki fleksibilitas otot yang cukup dan intensitas latihan yang berlebihan. 33 C. Keterbatasan Penelitian Teknik pengambilan data untuk variabel gaya berenang hanya berupa wawancara. Disarankan menggunakan teknik pengambilan data yaitu wawancara dan observasi. 46

60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ada hubungan pemanasan fisik awal dengan kejadian kram otot triceps surae. 2. Tidak ada hubungan gaya berenang dengan kejadian kram otot triceps surae B. Saran 1. Bagi Atlet Lebih memperhatikan pentingnya pemanasan fisik awal secara optimal baik dari kualitas maupun kuantitas sebelum melakukan kegiatan olah raga utama, guna mencegah terjadinya cedera pada bagian tubuh seperti kram otot. 2. Bagi Peneliti Lainnya Untuk lebih mengkaji lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kram otot triceps suraeatau cedera otot lainnya 47

61 DAFTAR PUSTAKA 1. Sugiarto F dansupriyanto A. Dasar Gerak Renang.Yogyakarta : FIK UNY Maulana B. Modul Renang. Bandung: FPOK UPI Cahyandaru E.Hubungan Antara Kecepatan, Kelentukan Dan Daya TahanVo2 Max Terhadap Prestasi Renang Gaya Bebas 50 MeterDi Pusat Pembinaan Atlet Berbakat (Pab)Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta. Fakultas Ilmu KeolahragaanUniversitas Negeri Yogyakarta Badruzaman.Modul Teori Tenang 1. Bandung: FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia ColeC. Heart Rate Recovery Immediately After Exercise as a Predictor ofmortality. New England Journal Medicine 341(18) : Supriyanto A.Cedera bahu ( Swimmer s Shoulders) pada PerenangPenanganan dan rehabilitasinya. Yogyakarta : FIK UNY Junaidi. Cedera Pada Atlet Olahraga Pelatda PON XVIII Di Jakarta. Jakarta : Jurnal Fisioterapi Volume 13 Nomor Zachary Y. Epidemiology Of National Collegiate Athletic Association Mens And Womens Swimming And Diving Injuries From 2009/2010 To2013/2014. Br J Sports Med 49(7): Mountjoy M.Injury And Illness In Aquatic Sport: How High Is The Risk? A Comparison Of Results From Three FINA World Championships. Br J Sports Med;Vol 49: Parkkari JU, Kujala M. "Is it Possible to Prevent Sports Injuries?: Review of ControlledClinical Trials and Recommendations for Future Work." Sports Medicine 31(14): James N.Swimming Biomechanics and Injury Prevention. Jurnal ThePhysician and Sport Medicine. Vol 31. No Muryono S. Anatomi Fungsional Sistem Lokomosi Pengantar Kinesiologi Semarang : Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro;

62 13. Guyton AC dan Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran hal Edisi 11. Jakarta: EGC Guyton AC dan Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran hal Edisi 11. Jakarta: EGC Sieck GC, Reigner M. Plasticity and energetic demands of contraction in skeletal and cardiac muscle. J Appl Physiol 90:1158, Snell, Richard S. Anatomi Klinik ed.6.jakarta: EGC diunduh pada tanggal 31 Agustus 2016 pukul WIB. 18. Mechelen V. "Incidence, severity, aetiology and prevention of sportsinjuries. A review of concepts." Sports Medicine Auckland, NZ ; Vol 14(2): Sumintarsih. Membangun insan yang berkarakter dan bermartabat melalui olahraga. Proceeding Asmnal Dies Natalis ke 48 Universitas Negeri Yogyakarta : BahrR."Risk factors for sports injuries a methodological approach." Britishjournal of sports medicine ; Vol 37(5): Sumintarsih. Membangun insan yang berkarakter dan bermartabat melalui olahraga. Proceeding Asmnal Dies Natalis ke 48 Universitas Negeri Yogyakarta : Michael A. Sciene of Flexibility Third Edition Michael A.300 Teknik Peregangan Olahraga. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada diunduh pada tanggal 31 Agustus 2016 pukul WIB diunduh pada tanggal 31 Agustus 2016 pukul WIB. 49

63 25. Harsono.Latihan Kondisi Fisik, Jakarta: KONI Pusat Danny J, Josep H. Dynamic vs Static- Streching Warm-Up : The Effect On Power And Agility Performance. Journal of Strength and Condition Reseacrh. New York., Astrand, P.andRodhal K. Textbook of Work Physiology, Physiological Bases of Exercise Human Kinetics. UK: Kinetics, Stanningley Mariyanto M.Manfaat pemanasan dalam latihan olahraga.smart SPORT Jurnal Kepelatihan Olahraga Vol 3 No Hanula D. Melatih Renang. PT Pustak Insan Madani. Yogyakarta Hendromartono S.Olahraga Renang. Departemen Pendidikan Komariah L.Ilmu Kesehatan Olahraga (Sport Medicine). PT Remaja Rosdakarya. Bandung Nelson, Arnold G andkokkone J. Stretching Anatomy, Champaign, Human Kinetics ColeC.Heart Rate Recovery Immediately After Exercise as a Predictor ofmortality. New England Journal Medicine 341(18) : HolfelderC, BarthelsK, Arellano M. Observation and TechnicalCharacterization in Swimming 200 m Breaststroke. Sport Medicine Journal26 : pp PendergastL, BaltaciG, RorkeS.Swimming Energy Training. Medicineand Science in Sports and Exercise 31 : pp BarbosaT, Bragada M,ReisV, MarinhoD, CarvalhoCAndSilvaA. Energetics and Biomechanics as Determining Factors ofswimming Performance, Updating the State of Art. Journal of Science andmedicine in Sport 13: pp

64 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner KUESIONER HUBUNGAN PEMANASAN FISIK AWAL DAN GAYA BERENANG DENGAN KEJADIAN KRAM OTOT TRICEPS SURAE PADA ATLET RENANG di KOTA SEMARANG Nomor Kuesioner : Tanggal Wawancara : Nomor Responden : Jenis Kelamin & Usia : Petunjuk Pengisian 1. Bacalah baik-baik setiap butir seluruh alternatif jawaban 2. Dimohon semua butir pertanyaan dapat dijawab dan tidak ada yang terlewatkan sesuai dengan pengalaman responden selama aktif berenang 3. Berilah tanda silang (x) pada salah satu alternatif jawaban A. KRAM OTOT TRICEPS SURAE 1. Pernahkah anda mengalami otot terasa tertarik (kram otot) pada bagian otot betis ( otot triceps surae)? a. Ya b. Tidak 2. Ketika anda mengalami otot terasa tertarik ( kram otot) pada bagian betis (triceps surae), apakah anda juga merasakan bagian betis terasa kaku dan sulit digerakan? a. Ya 51

65 b. Tidak 3. Ketika anda mengalami otot terasa tertarik (kram otot) pada betis (triceps surae), apakah anda juga merasakan sulit berdiri? a. Ya b. Tidak 4. Ketika anda mengalami otot terasa tertarik (kram otot) pada bagian betis, apakah juga merasakan nyeri bagian betis? a. Ya b. Tidak 5. Ketika anda mengalami otot terasa tertarik (kram otot) pada bagian betis, apakah anda juga melihat adanya pembengkakan atau warna kemerahan pada otot tersebut? a. Ya b. Tidak 6. Apakah rasa tertarik pada otot bagian betis tersebut terjadi saat anda melakukan olahraga renang? a. Ya b. Tidak B. PEMANASAN FISIK 7. Apakah anda selalu melakukan pemanasan fisik awal sebelum berenang? a. Ya Selalu b. Tidak Selalu 8. Apakah pada waktu melakukan pemanasan fisik awal anda selalu mengawali dengan berjalan-jalan atau jogging? a. Ya Selalu b. Tidak Selalu 9. Apakah pada waktu pemanasan fisik awal anda selalu melakukan peregangan pada daerah kepala? a. Ya Selalu b. Tidak Selalu 52

66 Gambar 1. Peregangan kepala Gambar 2. Peregangan kepala 10. Apakah pada waktu pemanasan fisik awal anda selalu melakukan peregangan pada daerah lengan? a. Ya Selalu b. Tidak Selalu Gambar 3. Peregangan lengan 11. Apakah pada waktu pemanasan fisik awal anda selalu melakukan peregangan pada daerah badan dan pinggang? a. Ya Selalu b. Tidak Selalu 53

67 Gambar 4. Peregangan daerah badan 12. Apakah pada waktu pemanasan fisik awal anda selalu melakukan peregangan kaki pada daerah otot betis (triceps surae)? Gambar 4. Peregangan kaki otot betis Gambar 5. Peregangan kaki otot betis 54

68 Gambar 6. Peregangan kaki otot betis a. Ya Selalu b. Tidak Selalu 13. Apakah anda mengeluarkan keringat setelah melakukan pemanasan fisik awal tersebut? a. Ya b. Tidak 14. Apakah anda melakukan pemanasan fisik awal (< 15 menit) setiap kali akan berenang? a. Ya Pernah b. Tidak Pernah 15. Apakah anda selalu melakukan pemanasan fisik awal ( 15 menit ) setiap kali akan berenang? a. Ya Selalu b. Tidak Selalu 16. Walaupun anda sudah melakukan pemanasan fisik awal yang cukup ( 15 menit / mengeluarkan keringat ) anda tetap saja mengalami otot terasa tertarik ( kram otot ) pada otot triceps surae saat berenang? a. Ya b. Tidak 17. Apakah kram otot betis yang anda alami dikarenakan tidak melakukan peregangan (pendinginan) setelah berenang? 55

69 a. Ya b. Tidak 18. Apakah anda melakukan latihan atau olahraga renang > 5 kali atau > 10 jam dalam seminggu? a. Ya b. Tidak C. Gaya Berenang 19. Apa gaya berenang yang selalu anda gunakan saat berenang? a. Gaya Bebas b. Gaya Non Bebas 56

70 Lampiran 2. Tabel Validitas Kuesioner 1. Tabel Validitas No. Pertanyaan Corrected Item-Total r tabel Keterangan Correlation P1 0,748 0,361 Valid P2 0,748 0,361 Valid P3 0,552 0,361 Valid P4 0,580 0,361 Valid P5 0,477 0,361 Valid P6 0,409 0,361 Valid P7 0,493 0,361 Valid P8 0,496 0,361 Valid P9 0,371 0,361 Valid P10 0,438 0,361 Valid P11 0,647 0,361 Valid P12 0,661 0,361 Valid P13 0,373 0,361 Valid P14 0,441 0,361 Valid P15 0,498 0,361 Valid P16 0,392 0,361 Valid P17 0,470 0,361 Valid P18 0,482 0,361 Valid Keterangan : Valid bila nilai r hitung > r tabel 2. Tabel Reliabilitas Cronbach s Alpha Variabel Cronbach s Alpha Keterangan Kram otot triceps surae 0,814 0,7 Reliabel Pemanasan fisik 0,824 0,7 Reliabel Keterangan : Reliabel bila nilai Cronbach s Alpha > 0,7 57

71 Lampiran 3. Analisis Data 1. ANALISIS UNIVARIAT Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Usia Valid N (listwise) 42 Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-laki Perempuan Total Pemanasan Fisik Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sesuai Tidak Sesuai Total Gaya Berenang Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Gaya Bebas Gaya Non-Bebas Total

72 Kram Otot Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya Tidak Total ANALISIS BIVARIAT a. Hubungan Pemanasan Fisik Awal Dengan Kram Otot Triceps Surae Crosstab Kram Otot Ya Tidak Total Pemanasan Fisik Sesuai Count % within Pemanasan Fisik 36.4% 63.6% 100.0% Tidak Sesuai Count % within Pemanasan Fisik 75.0% 25.0% 100.0% Total Count % within Pemanasan Fisik 54.8% 45.2% 100.0% 59

73 Value df Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Exact Sig. (2- sided) Exact Sig. (1- sided) Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 42 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,05. b. Computed only for a 2x2 table Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate.190 ln(estimate) Std. Error of ln(estimate).681 Asymp. Sig. (2-sided).015 Asymp. 95% Confidence Interval Common Odds Ratio Lower Bound.050 Upper Bound.723 ln(common Odds Ratio) Lower Bound Upper Bound The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate. 60

74 b. Hubungan Gaya Berenang Dengan Kram Otot Triceps Surae Crosstab Kram Otot Ya Tidak Total Gaya Berenang Gaya Bebas Count % within Gaya Berenang 50.0% 50.0% 100.0% Gaya Non-Bebas Count % within Gaya Berenang 62.5% 37.5% 100.0% Total Count % within Gaya Berenang 54.8% 45.2% 100.0% Value df Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- sided) Pearson Chi-Square.625 a Continuity Correction b Likelihood Ratio Exact Sig. (2- sided) Exact Sig. (1- sided) Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 42 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,24. b. Computed only for a 2x2 table 61

75 Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate.600 ln(estimate) Std. Error of ln(estimate).648 Asymp. Sig. (2-sided).431 Asymp. 95% Confidence Interval Common Odds Ratio Lower Bound.168 Upper Bound ln(common Odds Ratio) Lower Bound Upper Bound.760 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate. 62

76 Lampiran 4. FOTO PENELITIAN Gambar 1. Pengambilan data di klub TCS Semarang Gambar 2. Pelatih TCS Semarang 63

77 Gambar 3. Latihan TCS Semarang Gambar 4. Proses pengambilan data di klub Spektrum 64

78 Gambar 5. Proses Pengambilan data di klub Spektrum Gambar 6. Proses validasi kuesioner 65

79 Gambar 7. Proses validasi kuesioner 66

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Otot Otot yang terbentuk di bagian tubuh kita terdiri dari otot lurik, otot jantung dan otot polos. Ketiga jenis otot ini berasal dari perkembangan mesodermal. 1. Otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renang merupakan suatu bentuk olahraga yang dilakukan di dalam air. 1 Olahraga renang merupakan olahraga yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Olahraga renang

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot Tinjauan Umum Jaringan Otot Tipe Otot Otot rangka menempel pada kerangka, lurik, dapat dikontrol secara sadar Otot jantung menyusun jantung, lurik, dikontrol secara tidak sadar Otot polos, berada terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lari 1. Definisi Lari adalah keadaan dimana kaki berpindah tempat ke depan dengan kecepatan maksimum dan lebih cepat dari berjalan. Pada saat berlari ada saat dimana badan dapat

Lebih terperinci

Mekanisme Kerja Otot

Mekanisme Kerja Otot Mekanisme Kerja Otot 1. Sarkolema Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot 2. Sarkoplasma Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI CEDERA

PATOFISIOLOGI CEDERA PATOFISIOLOGI CEDERA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti, MS FIK-UNY Ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma akut dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut adalah suatu

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA OTOT LURIK

MEKANISME KERJA OTOT LURIK MEKANISME KERJA OTOT LURIK Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. MEKANISME OTOT LURIK/OTOT RANGKA Mekanisme kerja otot pada dasarnya

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH MUHAMMAD HANAFI ( ) HERKA ARDIYATNO ( ) LESTARI PUJI UTAMI

DISUSUN OLEH MUHAMMAD HANAFI ( ) HERKA ARDIYATNO ( ) LESTARI PUJI UTAMI OTOT MANUSIA UNIVERSITAS PGRI Y O G T A Y A K A R DISUSUN OLEH MUHAMMAD HANAFI (09144600025) HERKA ARDIYATNO (09144600172) LESTARI PUJI UTAMI (09144600214) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN FISIK TERPROGRAM TERHADAP DAYA TAHAN OTOT PADA SISWI SEKOLAH BOLA VOLI TUGU MUDA SEMARANG USIA 9-12 TAHUN

PENGARUH LATIHAN FISIK TERPROGRAM TERHADAP DAYA TAHAN OTOT PADA SISWI SEKOLAH BOLA VOLI TUGU MUDA SEMARANG USIA 9-12 TAHUN PENGARUH LATIHAN FISIK TERPROGRAM TERHADAP DAYA TAHAN OTOT PADA SISWI SEKOLAH BOLA VOLI TUGU MUDA SEMARANG USIA 9-12 TAHUN LAPORAN AKHIR PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan MORFOLOGI Organisasi Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar seperlima dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat semakin sadar terhadap pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh. Di berbagai kota besar sudah mulai banyak bermunculan pusatpusat kebugaran tubuh

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bergerak. Salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak adalah otot. Otot merupakan jaringan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

iii. Bekerja di luar kesadaran, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah. b. Otot Lurik

iii. Bekerja di luar kesadaran, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah. b. Otot Lurik III. OTOT 1. Jenis-Jenis Jaringan Otot Ada beberapa jeni jaringan otot pada tubuh manusia yang perlu diketahui, antara lain: a. Jaringan Otot polos (Otot Volunter) Jaringan otot polos merupakan otot yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Obesitas dan Persentase Lemak 2.1.1 Prevalensi Obesitas Secara global, prevalensi obesitas telah meningkat sejak tahun 1980 dan peningkatannya sangat cepat. 11

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka 3 TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka Otot rangka (skeletal muscle) bertanggung jawab atas pergerakan tubuh secara sadar. Otot rangka disebut juga otot lurik (striated muscle) karena pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT Oleh: Nama : Yuni Aisyah Puteri NIM : 121610101006 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012/2013 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR

Lebih terperinci

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak? Belajar IPA itu asyik, misalnya saat mempelajari tentang astronomi dan benda-benda langit, kita bisa mengenal lebih dekat tentang planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya. Pelajaran seperti ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga Prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

Lebih terperinci

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita Skeletal: Struktur jaringan tulang Klasifikasi tulang Tulang tengkorak, rangka dada, tulang belakang, panggul, ekstremitas atas dan bawah Sendi: Klasifikasi berdasarkan gerakan Klasifikasi berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN LACTIUM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA FK UNDIP ANGKATAN 2008 YANG MENGHADAPI UJIAN PRE SEMSETER

PENGARUH PEMBERIAN LACTIUM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA FK UNDIP ANGKATAN 2008 YANG MENGHADAPI UJIAN PRE SEMSETER PENGARUH PEMBERIAN LACTIUM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA FK UNDIP ANGKATAN 2008 YANG MENGHADAPI UJIAN PRE SEMSETER Laporan Akhir Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk memenuhi tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

SPORT MASSAGE SURYA ADHITYA

SPORT MASSAGE SURYA ADHITYA SPORT MASSAGE SURYA ADHITYA B.Pengertian Sport Massage Sport Massage merupakan teknik memijat / melulut dengan tangan (manipulasi) pada bagian tubuh yang lunak dengan prosedur manual ataupun mekanik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. digilib.uns.ac.id 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia olahraga mempunyai arti dan makna sangat penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam kehidupan. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas seharihari adalah bersekolah,kuliah,bekerja

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dekade terakhir, latihan senam aerobik telah menjadi salah satu jenis latihan yang paling popular. Aerobik yang dilakukan pada saat ini tidak seperti

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Cedera perenang, rehabilitasi

Abstrak. Kata kunci : Cedera perenang, rehabilitasi 1 Cedera bahu (Swimmer s Shoulders) pada Perenang Penanganan dan rehabilitasinya Oleh Agus Supriyanto Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY Abstrak Setiap orang yang melakukan olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Aktifitas fisik dengan maksimal akan mengalami kelelahan. Kelelahan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan (akibat dari)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan olahraga dewasa ini semakin pesat di Indonesia seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan. Dari sejumlah daftar cabang olahraga yang berkembang

Lebih terperinci

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain Sistem Energi Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk

Lebih terperinci

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017

KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017 713 Try Out Ke-3 Kelas XI SMA IPA PEMBAHASAN TO-3 KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017 halaman 10 dari 8 halaman Website: www.quin.web.id, e-mail: belajar yuk@hotmail.com 713 Try Out Ke-3

Lebih terperinci

BAHAN AJAR TEORI & METODOLOGI LATIHAN ORKES KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHANNYA. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY

BAHAN AJAR TEORI & METODOLOGI LATIHAN ORKES KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHANNYA. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY A. Pengertian Latihan BAHAN AJAR TEORI & METODOLOGI LATIHAN ORKES KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHANNYA Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY Latihan yang baik dan berhasil adalah latihan yang dilakukan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal Otot yang berfungsi menghadapkan telapak tangan sehingga menengadah adalah...

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal Otot yang berfungsi menghadapkan telapak tangan sehingga menengadah adalah... SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.3 1. Otot yang berfungsi menghadapkan telapak tangan sehingga menengadah adalah.... Depresor Pronator Fleksor Supinator Kunci Jawaban :

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

HISTOLOGI JARINGAN OTOT

HISTOLOGI JARINGAN OTOT Judul Mata Kuliah : Biomedik 1 (7 SKS) Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Menerapkan ilmu kedokteran dasar pada blok biomedik 1 Indikator : Mampu

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY PENGANTAR Usila sebagai akronim usia lanjut mengandung konotasi ganda. Disatu pihak ia dikaitkan dengan kelemahan, ketidak mampuan, ketidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Stroke Tungkai Stroke tungkai atau gerakan tungkai merupakan gerakan tungkai ke atas dan bawah secara bergantian dan terus menerus. Gerakan tungkai gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang banyak melakukan kerja fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang sering digunakan terutama bagian kaki. Gerak

Lebih terperinci

Sistem Muskuloskeletal. Yuliati Departemen Biologi Oral

Sistem Muskuloskeletal. Yuliati Departemen Biologi Oral Sistem Muskuloskeletal Yuliati Departemen Biologi Oral Sistem Muskuloskeletal Bones internal framework Muscles generate force and movement Ligaments connect bones Tendons connect muscles to bone Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa aturan permainan yang cukup menarik dan mudah diterima oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT

BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT dr. Aditya Candra Fakultas Kedokteran Abulyatama PENDAHULUAN Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI SENDI PERGELANGAN KAKI A.1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki terbentuk dari 3 persendian yaitu articulatio talocruralis, articulatio subtalaris dan articulatio

Lebih terperinci

K. J. Gambar 1. Hubungan Antar Komponen Kemampuan Biomotorik (Bompa, 1999:317) E.S. I E.S. II. Komponen Dasar. Fisiologis (Kualitas Fungsi Dasar)

K. J. Gambar 1. Hubungan Antar Komponen Kemampuan Biomotorik (Bompa, 1999:317) E.S. I E.S. II. Komponen Dasar. Fisiologis (Kualitas Fungsi Dasar) dan tujuan kebugaran jasmani dalam pembelajaran penjas berbeda dengan konsep kebugaran jasmani yang dilakukan diluar pembelajaran penjas. Karena dari jumlah pertemuan saja telah berbeda, pembelajaran penjas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti Sumaryanti Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT KELOMPOK/GELOMBANG : II/I KELAS : II C ANGGOTA : CIPTO SURIANTIKA (1204015080) FAJAR ADE KURNIAWAN (1204015163) KUDRAT RAHARDITAMA (1204015223)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi merupakan salah satu faktor dalam pembangunan olahraga. Prestasi juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat status atau tingkat pencapaian dan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

CEDERA OLAHRAGA. By : Faidillah Kurniawan

CEDERA OLAHRAGA. By : Faidillah Kurniawan CEDERA OLAHRAGA By : Faidillah Kurniawan CEDERA OLAHRAGA Menurut penyebabnya: 1. Overuse injury 2. Traumatic injury Overuse injury disebabkan oleh gerakan berulang yang terlalu banyak dan terlalu cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada olahraga bulutangkis terdapat teknik yang seringkali dilakukan untuk memasukkan kok/shuttlecock ke dalam bidang lawan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada olahraga bulutangkis terdapat teknik yang seringkali dilakukan untuk memasukkan kok/shuttlecock ke dalam bidang lawan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah kegiatan fisik yang terstruktur, direncanakan dan dikerjakan secara berulang-ulang dan memiliki tujuan untuk memperbaiki dan menjaga kesegaran serta

Lebih terperinci

FLEKSIBILITAS PENGERTIAN FLEKSIBILITAS

FLEKSIBILITAS PENGERTIAN FLEKSIBILITAS FLEKSIBILITAS PENGERTIAN FLEKSIBILITAS Fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Ada dua macam fleksibilitas, yaitu (1) fleksibilitas statis, dan (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menaiki tangga, berlari dan berolahraga secara umum dan lain-lain. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. menaiki tangga, berlari dan berolahraga secara umum dan lain-lain. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas fisik adalah bagian sangat esensial dari kehidupan manusia sehari-hari. Misalnya berjalan kaki, mengangkat sesuatu dengan tangan, menaiki tangga, berlari dan

Lebih terperinci

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat

Lebih terperinci

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit Budaya Hidup Aktif Melalui Aktifitas Fisik RUMPIS AGUS SUDARKO FIK UNY STATUS KESEHATAN Sehat &Bugar Sehat Sakit Gambar : Modifikasi Kondisi Sakit - Sehat - Bugar Pendahuluan Perkembangan IPTEKS mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sejarah manusia. Yang berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga memberikan manfaat

Lebih terperinci

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia Sistem komunikasi utama dalam tubuh manusia: Sistem Syaraf Perangkat Penunjang: Otot Perangkat sensor tubuh (panca indera) Berfungsi mengontrol keseimbangan

Lebih terperinci

Universitas Lampung. Abstrak

Universitas Lampung. Abstrak Perbandingan Kapasitas Vital Paru Pada Atlet Pria Cabang Olahraga Renang dan Lari Cepat Persiapan Pekan Olahraga Provinsi 2013 di Bandar Lampung Norma Julianti 1), Khairun Nisa 2) Email: normajulianti@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 BAB V KEBUGARAN JASMANI Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 Kebugaran jasmani merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan 2 Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan kerja dan praktik fisioterapi yang menyatakan bahwa fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai suatu prestasi maksimal. Power adalah kemampuan mengatasi hambatan dalam kecepatan

Lebih terperinci

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or.

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. ahmadnarulloh@yahoo.co.id SESI LATIHAN SUSUNAN SATU SESI LATIHAN 1. Pembukaan (Pengantar) 5 2. Pemanasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Atlet yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

OTOT DAN SISTEM GERAK ridwan@sith.itb.ac.id GERAK --- ciri makhluk hidup Macam-macam gerak : gerak amoeboid, gerak silia, gerak flagela, gerak sebagian anggota tubuh, gerak seluruh tubuh. Gerak melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesegaran Jasmani 2.1.1 Definisi Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menjalankan aktivitas harian tanpa adanya rasa lelah yang berlebih (Kisner & Colby, 2012). Di era globalisasi yang penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang serba berkembang ini banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh manusia, manusia sebagai makhluk yang mempunyai aktifitas sehari-hari tidak akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika manusia. Sudut pandang manusia telah menyoroti perkembangan olahraga dengan pemanfaatan ilmu

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, penyakit muskuloskletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia dan menjadi penyebab tingginya angka

Lebih terperinci

Mitos Sixpack Orang menghabiskan uang jutaan setiap tahun untuk mendapatkan tubuh ideal. Sekarang ini terdapat sekitar 200 lebih alat-alat latihan untuk perut. Sebagian alat-alat ini tidak berguna sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah suatu kegiatan fisik yang merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Otot yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : Kel

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Otot yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : Kel LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN (JARINGAN OTOT) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI B KELOMPOK : I (Satu) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Pengertian Tes Kebugaran Jasmani Tes kebugaran jasmani adalah suatu instrument yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi tentang individu atau objek-objek.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini, perkembangan zaman semakin pesat. Setiap waktunya lahir berbagai teknologi baru yang memudahkan manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Dari mulai alat komunikasi,

Lebih terperinci

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo

Lebih terperinci