K. J. Gambar 1. Hubungan Antar Komponen Kemampuan Biomotorik (Bompa, 1999:317) E.S. I E.S. II. Komponen Dasar. Fisiologis (Kualitas Fungsi Dasar)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "K. J. Gambar 1. Hubungan Antar Komponen Kemampuan Biomotorik (Bompa, 1999:317) E.S. I E.S. II. Komponen Dasar. Fisiologis (Kualitas Fungsi Dasar)"

Transkripsi

1 dan tujuan kebugaran jasmani dalam pembelajaran penjas berbeda dengan konsep kebugaran jasmani yang dilakukan diluar pembelajaran penjas. Karena dari jumlah pertemuan saja telah berbeda, pembelajaran penjas disekolah diselenggarakan dalam 1-2 kali pertemuan per minggu sementara jika hal itu diterapkan guna mencapai tujuan kebugaran jasmani maka sulit tercapai sebab untuk menjaga kebugaran perlu berlatih minimal 3 kali seminggu. Kebugaran jasmani yang dipengaruhi oleh komponen biomotor guna mendukung terbentuknya kemampuan fisik (physical abilities) terwujud dalam suatu aktivitas gerak jasmani seperti berjalan, berlari, melompat, melempar yang merupakan wujud dari kemampuan fisik. Oleh karena itu ketika membahas kebugaran jasmani maka akan berkaitan dengan komponen biomotorik seseorang sehingga perlu untuk mengetahui kemampuan biomotorik tersebut terlebih dahulu. 2. Hubungan Kemampuan Biomotorik Dengan Kebugaran Biomotor adalah kemampuan gerak manusia yang dipengaruhi oleh kondisi sistem-sistem organ dalam. Sistem organ dalam yang dimaksud diantaranya adalah sistem neuromuskuler, pernapasan, pencernaan, peredarah darah, energi, tulang dan persendian (sukadiyanto, 2011:57). Kemampuan biomotorik atau lebih dikenal dengan istilah kondisi fisik pada dasarnya terdiri dari kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelentukan dan koordinasi. Kemampuan ini dapat dikembangkan secara maksimal dan dikaitkan dengan unsur lainnya sehingga membentuk unsur kemampuan biomotorik yang baru guna mendukung terwujudnya ketrampilan gerak. Adapun hubungan antar komponen kemampuan biomotor digambarkan sebagai berikut : 9

2 Gambar 1. Hubungan Antar Komponen Kemampuan Biomotorik (Bompa, 1999:317) Tingkat kebugaran jasmani seseorang tentu akan berkaitan dengan sistema kerja tubuh atau lebih dikenal dengan ergosistema yaitu sekumpulan struktur anatomis yang secara bersama-sama menjadi satu kesatuan fungsional (fisiologis) yang aktif pada waktu bekerja atau berolahraga (Giriwijoyo, 2012:5). Lebih lanjut dikemukakan bahwa secara fisiologis kemampuan fungsional jasmani terdiri dari kemampuan anaerobik dan kemampuan aerobik. Kemampuan anaerobic terdiri dari kemampuan anaerobic alaktasid dan kemampuan anaerobik laktasid. Kemampuan anaerobic alaktasid adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ledak (gerak eksplosif) maksimal maupun sub-maksimal, kemampuan anaerobic laktasid adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ketahanan anaerobik (anaerobic endurance/stamina/daya tahan anaerobik), sedangkan kemampuan aerobik adalah kemampuan untuk mewujudkan gerak ketahanan umum seperti misalnya pada lari maksimal maupun sub-maksimal dengan durasi 8 menit atau lebih. (Giriwijoyo 2012:16). Lebih lanjut dikemukakan bahwa kebugaran jasmani terwujud melalui dua bagian yang terpenuhi yaitu kesesuaian anatomik (anatomical fitness) dan kesesuaian fisiologik (physiological fitness). Secara anatomis terdiri dari ergosistema I (ES I) dan ergosistema II (ES II). Adapun ES I terdiri dari kerangka dengan persendian, otot dan saraf. Sementara itu ES II terdiri dari darah dan cairan tubuh, perangkat pernafasan, perangkat kardiovaskular. Secara fisiologis komponen kebugaran jasmani memiliki fungsi dasar dari ES I berwujud fleksibilitas, kekuatan dan daya tahan otot dan fungsi koordinasi saraf, Sementara fungsi dasar dari ES II berwujud pada daya tahan umum atau kardio-respirasi (Giriwijoyo, 2012: 22). Adapun komponen kebugaran jasmani dapat digambarkan sebagai berikut: Anatomis (Kualitas Struktural) Fisiologis (Kualitas Fungsi Dasar) K. J Komponen Dasar E.S. I Fleksibilitas Kekuatan & Daya Tahan Statis = Daya Tahan Dinamis Koordinasi 10 E.S. II Daya Tahan Umum

3 3. Menganalisa Komponen Kebugaran Jasmani B. Aktivitas Kebugaran Jasmani Dalam memperoleh kebugaran perlu meningkatkan kemampuan fisik melalui beragam aktivitas gerak terlebih dahulu sebab kebugaran hasil dari proses latihan yang dilaksanakan dengan terukur dan teratur. Terkait bentuk aktivitas jasmani yang dapat dilakukan berisi gerak ketrampilan yang dirancang secara sistematis mulai dari awal penetapan tujuan, tingkatan beban, kualitas latihan (intensitas), kegiatan pemanasan (warm up), inti, dan pendinginan (cool down) yang disusun rangkaiannya dan dikemas kedalam suatu bentuk latihan. Proses latihan dapat meningkatkan kualitas kebugaran seseorang sebab dari latihan terjadi peningkatan dalam hal daya tahan, kekuatan otot, luas ruang gerak sendi dan kinerja jantung-pernapasan maka dengan meningkatnya kondisi fisik maka meningkat pula derajat kebugaran. Tujuan kebugaran pada mata pelajaran pendidikan jasmani tentu memiliki tujuan tersendiri seperti mencapai kondisi fisik yang lebih baik dan berpengaruh pada peningkatan mutu siswa serta menjadi suatu upaya mempersiapkan calon-calon atlet berprestasi dimasa depan. Dengan demikian pelaksanaan materi kebugaran disekolah dapat digolongkan kedalam bagian olahraga kesehatan. Perencanaan aktivitas kebugaran yang dilakukan di sekolah dapat berpedoman pada ciri umum olahraga kesehatan yaitu massal, mudah, murah, meriah serta ciri khusus dari olahraga kesehatan (Giriwijoyo, 2012:39) yaitu sebagai berikut: a. Homogen dan submaksimal dalam intensitas atau beban olahraganya, olahraga dilakukan dengan intensitas yang ± rata/ homogen b. Tidak ada gerakan-gerakan dengan beban /intensitas yang maksimal 11

4 c. Tidak ada pengerahan kemampuan maksimal. d. Ada kesatuan takaran (dosis) e. Adekuat, yakni ada batas minimal tertentu untuk intensitas dan waktu pelaksanaan olahraga kesehatan agar dapat menghasilkan manfaat khususnya dapat meningkatkan kemampuan fungsional perangkat pendukung gerak. f. Dapat mencapai intensitas antara 60-80% denyut nadi maksimal sesuai umur. g. Bebas stress psikis. Kelelahan menjadi salahsatu efek yang dihasilkan dari aktivitas jasmani sehingga perlu diperhatikan karena tingkat kelelahan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan kebugaran. Menurut Giriwijoyo (2012:54) penyebab-penyebab kelelahan, antara lain sebagai berikut: a. Sumber daya habis atau tidak dapat diperoleh b. Tertimbunnya sampah olahdaya didalam tubuh c. Terganggunya keseimbangan elektrolit/asam-basa didalam cairan tubuh d. Terganggunya keseimbangan pemasukan dan pengeluaran air didalam tubuh. Salah satu cara mengetahui kelelahan seseorang dapat dilihat dari tanda-tanda diantaranya raut wajah, adanya rasa nyeri dan pegal-pegal pada otot, kaku pada sendi, rasa nyeri di punggung atau di kepala yang tidak jelas lokasinya dan jumlah denyut nadi per menit yang tinggi padahal belum melakukan aktivitas latihan. Penghitungan denyut nadi merupakan suatu cara mengetahui tingkat intensitas latihan sebab denyut nadi menggambarkan respon jantung tehadap beban kerja yang diberikan. Adapun jenis denyut nadi yang perlu diketahui terkait aktivitas jasmani antara lain sebagai berikut: a) Denyut nadi maksimal, yaitu perkiraan ukuran maksimal dari kemampuan jantung dalam berdetak pada diri seseorang. Penghitugan jumlah denyut nadi 12

5 ini disesuaikan dengan kategori orang yang melakukan aktivitas tersebut seperti digambarkan tabel berikut ini: Tabel 1. Prediksi Rumus Menghitung Denyut Jantung Maksimal (Sukadiyanto, 2011:27) Denyut Jantung Istirahat Contoh: Terdapat dua orang (A dan B) memiliki umur 17 tahun dengan A berlatarbelakang seorang atlet dan B bukan atlet (awam), A memiliki denyut jantung istirahat 58x /menit dan B memiliki denyut nadi istirahat 65x /menit. Jika menggunakan rumus 220-umur, maka perkiraan denyut jantung maksimal keduanya adalah 203x /menit. Namun apabila menggunakan rumus pada tabel diatas, A akan menggunakan rumus 210-umur = 193x /menit sementara B akan menggunakan rumus = 203x /menit. Denyut Jantung Maksimal Orang Awam 60 x /menit 220 usia Orang Terlatih 51 s.d 59 x /menit 210 usia Sangat Terlatih 50 x /menit 200 usia b) Denyut nadi basal, yaitu denyut nadi yang dihitung sesaat sejak bangun tidur namun tidak sedang dalam keadaaan mimpi dan belum turun dari tempat tidur. c) Denyut nadi istirahat, yaitu denyut nadi pada waktu tidak melakukan aktivitas (istirahat) perkiraannya antara detak/menit. d) Denyut nadi latihan, yaitu perkiraan denyut nadi yang digunakan dalam mencapai latihaan yang maksimal, perkiraannya antara dari denyut nadi maksimal. e) Denyut nadi pemulihan, yaitu jumlah denyut nadi yang diperoleh beberapa saat setelah melakukan latihan fisik. 4. Mengembangkan Komponen Kebugaran Jasmani melalui Variasi dan Kombinasi Bentuk Latihan Kebugaran 13

6 Mengetahui komponen mana yang termasuk kebugaran jasmani (physical fitness) dan kesegaran gerak (motor fitness) sangat diperlukan bagi guru penjas yang sehari-hari bertugas pembinaan jasmani siswa di sekolah. Komponen kebugaran jasmani terdiri dari kekuatan, daya tahan umum, daya tahan otot, kelentukan dan koordinasi, sedangkan komponen kesegaran gerak (motor fitness) terdiri dari kecepatan, kelincahan, power dan keseimbangan. Keseluruhan komponen tersebut membentuk kemampuan biomotorik (biomotor ability) pada diri seseorang. Terkait komponen kebugaran jasmani dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Daya Tahan Daya tahan adalah kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas atau latihan dalam waktu yang lama tanpa merasa lelah yang berlebihan setelah melakukan aktivitas tersebut (Harsono, 2015:56). Pada dasarnya komponen daya tahan terdiri dari dua yakni daya tahan umum dan daya tahan khusus. Daya tahan umum berkaitan dengan kemampuan jantung, pernafasan dan pembuluh darah. Sedangkan daya tahan khusus berkaitan dengan kemampuan otot-otot besar dalam merespon aktivitas yang berlangsung lama. Bentuk latihan daya tahan antara lain lari, angkat beban dan bentuk aktivitas lainnya yang mengandung unsur aerobik dan anaerobik. Metode latihan daya tahan yang dapat digunakan antara lain farlek, weigth training maupun circuit training. a). Daya Tahan Umum Daya tahan umum atau dalam bahasa lain cardio-respiratory endurance merupakan bagian penting terkait aktivitas olahraga. Kemampuan bertahan dalam aktivitas dengan jangka waktu yang lama tentu akan terkait dengan kemampuan organ dalam khususnya jantung, kapasitas paru-paru dan pembuluh darah sebagai pendukung utama tidak hanya dalam aktivitas gerak namun juga keberlangsungan kehidupan. Artinya agar dapat bertahan lama dalam melakukan suatu aktivitas fisik dibutuhkan daya tahan, yang dipengaruhi oleh besarnya kemampuan jantung, kapasitas paru-paru serta pembuluh darah yang berfungsi menjaga keberlangsungan sistem energi dalam tubuh. 14

7 Didalam beraktifitas rasa lelah merupakan kondisi alami yang terjadi pada tubuh manusia namun bagi sebagian orang mudahnya terserang kelelahan dan lambatnya pulih asal merupakan suatu problem. Berlatih daya tahan dapat memperkuat dasar bagi pengunaan anaerobik dan aerobik pada produksi energi sehingga dalam melakukan aktivitas seseorang mampu bertahan lebih lama karena didukung oleh besarnya kemampuan jantung dalam memompa darah, kapasitas dan fungsi paru-paru serta pembuluh darah yang siap dalam menghadapi beban aktivitas fisik. Siswa yang masuk kategori anak remaja sangat perlu untuk dilatih daya tahan agar memiliki efisiensi kerja pada organ jantung dan paru namun tetap mampu menyediakan oksigen dengan jumlah banyak bagi pemenuhan tuntutan tubuh merespon aktivitas yang dilakukan terlebih pada masa itu pelaksanaan program aerobik yang baik dapat meningkatkan kemampuan cardio-respiratory sampai sebesar 20 % (Husadarta, 2010:71). Dengan demikian, bentuk aktivitas fisik yang disarankan yakni lebih banyak aktivitas bersifat pengembangan aerobik tanpa mengabaikan pengembangan anaerobik. b). Daya Tahan Khusus Daya tahan khusus atau lebih di kenal dengan daya tahan otot (muscular endurance) masih merupakan bagian dari daya tahan tetapi lebih fokus pada kemampuan otot mempertahankan aktivitas otot lokal dari serangan rasa lelah karena disebabkan kehabisan pasokan energi di otot untuk mendukung aktifitas atau dikarenakan lamanya waktu yang digunakan dalam proses pembentukan energi kembali. Daya tahan otot lokal adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan seseorang melakukan aktivitas yang lama dengan intensitas yang cukup tinggi pada sekelompok kecil otot (Ambarukmi dkk, 2007:76). Oleh karena itu terdapat faktor yang mempengaruhi daya tahan otot yakni kekuatan, efisiensi dari suplai darah dan kemampuan otot untuk membuang sampah hasil produksi pada sistem energi. Otot memerlukan pasokan energi untuk daya gerak 15

8 anggota tubuh dalam beraktivitas, pasokan ini diperoleh dari sistem metabolisme anaerobik dan aerobik. Guru pendidikan jasmani dapat menggunakan bentuk latihan yang memiliki beban baik itu beban dalam maupun beban luar yang tidak begitu berat yang dilakukan dengan cara sendirian, berpasangan, ataupun games berkelompok bertujuan untuk meningkatkan daya tahan otot. Perlu diingat bahwa di masa usia remaja perkembangan kematangan fisik yang menonjol yakni kekuatan, kecepatan, dan daya tahan cardio-respiratory yang menjadikan otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk bagian bagi lengan, tungkai dan bahu. Adapun bentuk latihan daya tahan antara lain, sebagai berikut: Gambar 3. Controlled Speed Polygon (Bompa, 2000:160) Tujuan: Daya tahan umum Petunjuk kerja: 1. Susun sesuai keinginan 2. Waktu maksimal 15 detik disetiap bagian. 3. Siswa dibagi dalam kelompok kecil, tiap kelompok di titik start. 4. Masukan variasi unsur gerakan kecepatan (mis. jogging 40 m, lari 60 m, berjalan untuk pemulihan 20 m, dan diulangi). 16

9 Gambar MinuteTriangle Run (Bompa, 2000:164) Tujuan: Daya tahan aerobik. Petunjuk kerja: 1. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok memulai di sudut segitiga. 2. Tiap orang dapat melakukan kombinasi dari berjalan, jogging dan berlari sesuai kemampuan. 3. Tergantung pada kemampuan individu, jarak yang sama dapat diulang 2-4 kali. 4. Istirahat 2-5 menit dalam bentuk berjalan diantara pengulangan. 2. Latihan kekuatan Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban atau tahanan. Secara fisiologi kekuatan adalah kemampuan neuromuskuler untuk mengatasi tahanan beban luar dan beban dalam (Emral, 2017:151). Didalam pembelajaran pendidikan jasmani, latihan kekuatan memiliki tujuan meningkatkan kemampuan otot agar lebih tebal dan kuat sehingga disamping menghasilkan tenaga yang lebih besar dapat juga menurunkan tingkatan resiko cidera saat beraktivitas. Latihan kekuatan diperlukan untuk mengembangkan kemampuan otot-otot besar yang sering digunakan dalam mendukung aktivitas sehari hari. Latihan kekuatan dalam pembelajaran penjas tentu tidak sama dengan latihan kekuatan yang dilakukan oleh seorang atlet dalam latihan prestasi mengingat perbedaan tujuan latihan yang dimiliki. Atlet berlatih untuk meningkatkan unsur kekuatannya sehingga mendukung peningkatan penampilannya untuk mencapai prestasi setinggi mungkin sedangkan siswa melakukan latihan kekuatan bertujuan agar memperoleh kebugaran sehingga mendukung peningkatan prestasi belajarnya disekolah. 17

10 Siswa memiliki kebutuhan akan unsur kekuatan otot secara umum yakni keterlibatan otot-otot besar seperti otot lengan, dada, perut dan tungkai yang dikemas menjadi suatu bentuk latihan dapat berupa bentuk aktivitas tunggal, berpasangan maupun dalam bentuk-bentuk permainan. Pemilihan bentuk latihan kekuatan dalam pembelajaran penjas disesuaikan dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan siswa, oleh karena itu guru perlu memodifikasi latihan kekuatan kedalam bentuk latihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Perlu diingat bahwa siswa berlatih kekuatan bukan untuk menjadi atlet misalnya binaragawan melainkan untuk meningkatkan derajat kesehatannya, adapun keinginan guru untuk membentuk siswa menjadi atlet dapat di lakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler ataupun klub-klub olahraga sekolah yang memiliki program latihan terencana. Emral (2017:159) menyatakan bahwa terdapat prinsip-prinsip latihan kekuatan, antara lain sebagai berikut: a. Prinsip seluruh tubuh (total body), yaitu setiap bagian tubuh yang memiliki komposisi otot lebih banyak perlu dilatih kekuatan bertujuan meningkatkan kemampuan, memudahkan dalam mempelajari ketrampilan baru, dan menghindari kemungkinan terjadinya cidera. b. Pemanfaatan (utility), yaitu semua bentuk latihan kekuatan dilakukan seperti kenyataan gerak yang dilakukan dalam cabang olahraga. c. Urutan latihan, yaitu pada umumnya urutan latihan kekuatan dimulai dari kelompok otot yang besar ke yang kecil atau sebaliknya, dari atas ke bawah atau sebaliknya, dan sasaran kelompok otot selalu bergantian dan berseling. d. Spesifikasi (kekhususan), yaitu sasaran latihan kekuatan tidak hanya untuk kelompok otot saja, tetapi juga untuk melatih ketrampilan gerak cabang olahraga, artinya kelompok otot yang dilatih harus sesuai dengan gerak yang diperlukan dalam aktivitas sesungguhnya. Bentuk latihan kekuatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani latihan antara lain latihan beban dalam (mis. push up, sit up, scissors 18

11 split) maupun beban luar yang tidak terlalu berat (mis. dumbbell and medicine ball exercise) yang di susun menggunakan metode circuit training yang terdiri dari beberapa pos latihan didalamnya. Adapun contoh bentuk latihan kekuatan sebagai berikut: Gambar 5. Medicine Ball Forward Overhead Throw (Bompa, 2000:118) Tujuan: Otot dada, bahu, lengan, otot perut. Petunjuk kerja: 1. Berdiri saling berhadapan 2,5 hingga 3 meter (8-10 kaki) terpisah, salah satu partner memegang bola di atas kepala. 2. Partner melebarkan lengan ke belakang lalu segera maju sambil melemparkan bola ke arah dada partner B 3. Setelah menangkap bola, partner B mengembalikannya ke partner A dengan gerakan yang sama Gambar 6. Cone Jump (Bompa, 2000:137) Tujuan: Otot betis, lutut, ekstensi panggul. Petunjuk kerja: 1. Dimulai dari berdiri di depan deretan konedengan jarak dua meter 2. Berlari dan melompati tiap-tiap kone. 3. Kembali ke garis start. 19

12 3. Fleksibilitas Fleksibilitas atau lebih dikenal dengan kelentukan merupakan bentuk dari kemampuan melakukan gerakan secara luas dalam ruang gerak sendi. Thompson menyatakan bahwa kelentukan adalah kemampuan luas gerak persendian. Gerak alami tiap persendian tergantung pada tendon, ligament, serabut otot yang ada. Batas dari gerak akhir persendian disebut dengan posisi akhir atau end position. (Lumintuarso dkk, 2010 : 65). Secara garis besar, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelentukan seseorang antara lain: (a) elastisitas otot, (b) tendo dan ligament, (c) susunan tulang, (d) bentuk persendian, (e) suhu atau tempratur tubuh, (f) umur, (g) jenis kelamin, dan (h) bioritme (Emral, 2017:210). Tingkat kelentukan yang tidak luas dapat menyebabkan ketegangan otot bahkan terjadinya otot yang sobek saat berolahraga. Karena kelentukan yang rendah akan memaksa otot untuk bekerja lebih keras dalam mengatasi tahanan yang dihasilkan dari aktivitas gerak. Latihan peregangan (stretching) merupakan suatu upaya untuk meningkatkan luas ruang gerak sendi yang menjadi syarat adanya kelentukan namun perlu diingat bahwa sebelum melakukan latihan peregangan maka sebaiknya melakukan pemanasan (warm up) terlebih dahulu untuk menaikkan suhu tubuh sehingga otot siap untuk dilakukan peregangan. Adapun prinsip latihan peregangan antara lain sebagai berikut (Akhmad, 2013:106): a. Harus didahului dengan aktivitas pemananasan, yaitu dalam bentuk jogging, lari ditempat (skipping), atau bermain tali (skipping rope) yang bertujuan untuk menaikkan suhu tubuh, sehingga denyut jantung mencapai antara kali permenit. b. Waktu peregangan yang dilakukan sebelum latihan inti, setelah pemanasan, berkisar antara detik untuk setiap jenis peregangan. Sedangkan peregangan pada saat setelah latihan inti (pendinginan) waktunya tidak lebih dari detik untuk setiap jenis peregangan. 20

13 c. Gerak yang dilakukan pada saat peregangan tidak boleh menghentak-hentak (mendadak), tetapi harus perlahan dan setelah ada rasa sedikit tidak nyaman di otot di tahan selama waktu yang ditentukan seperti tersebut diatas. d. Selama proses peregangan olahragawan tidak boleh menahan napas, tetapi pernapasan tetap harus berjalan normal seperti biasa. Adapun cara pernapasannya, tarik napas dalam-dalam sebelum melakukan peregangan dan keluarkan napas saat peregangan. e. Peregangan dimulai dari kelompok otot besar terlebih dahulu, baru menuju pada kelompok otot kecil. Bentuk peregangan yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani antara lain peregangan statis, proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF), dan balistik. Adapun contoh bentuk latihan peregangan disajikan sebagai berikut: Sasaran: Gluteus maximus, hamstring Sasaran: Vektoralis major, deltoid, posterior Sasaran: Vektoralis major, abdominal, quadriceps Sasaran: Vektoralis major, deltoid, posterior Sasaran: Vektoralis major, abdominal, quadriceps 4. Koordinasi Gambar 7. Bentuk Latihan Peregangan(Akhmad, 2013:117) Koordinasi merupakan salahsatu komponen biomotor dasar yang mencerminkan kemampuan melakukan gerakan dalam berbagai tingkat kesulitan dengan cepat, tepat dan efisien. Artinya koordinasi juga merupakan upaya memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu bentuk atau lebih pola gerak khusus untuk menghasilkan suatu ketrampilan gerak. Bompa (1999:380) menyatakan bahwa koordinasi adalah suatu kemampuan biomotor yang kompleks, terkait erat dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Tingkat koordinasi 21

14 mencerminkan kemampuan untuk melakukan pergerakan berbagai tingkat kesulitan dengan cepat, dengan ketelitian dan efisiensi yang tinggi dan berdasarkan tujuan-tujuan latihan secara khusus. Didalam menghasilkan suatu gerakan koordinasi akan dilibatkan otot-otot, persendian, dan sistem syaraf untuk mengontrol gerakan sehingga pergerakan yang terjadi dalam ruang gerak sendi merupakan hasil dari otot yang berkontraksi setelah menerima perintah dari sistem syaraf. Sukadiyanto (2011:150) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip dalam latihan koordinasi yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut: a. Bentuk latihan koordinasi dalam waktu yang pendek dengan mengembangkan ketrampilan gerak yang baru dan sama atau menyerupai dengan ketrampilan teknik cabang olahraganya b. Latihan melalui bentuk teknik yang spesifik dengan berbagai tingkat kesulitan dan dalam berbagai situasi. c. Latihan yang disusun dapat menarik dan meningkatkan motivasi dalam mengadaptasi berbagai ketrampilan dengan cepat d. Latihan koordinasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan berbagai peralatan e. Latihan koordinasi harus mampu melibatkan berbagai jenis ketrampilan gerak pada cabang olahraga lain. f. Latihan koordinasi dapat diberikan sejak masa anak-anak antara usia 8 sampai 12 tahun, sehingga pada usia anak-anak harus sudah dilatih dengan berbagai bentuk latihan koordinasi. g. Dalam latihan koordinasi, kedua sisi (kanan-kiri) dari anggota badan (tungkai dan lengan) harus dilatihkan secara seimbang. Bentuk-bentuk latihan motor skill dapat diadaptasi untuk digunakan sebagai bentuk latihan peningkatan kemampuan koordinasi dengan melibatkan koordinasi mata-tangan-kaki dan terdapat unsur keseimbangan dan kecepatan reaksi didalamnya. 22

15 Gambar 8. Two Hand Chest and Overhead Pass (Bompa, 2000:56) Tujuan: Koordinasi mata-tangan, akurasi melempar dan menangkap Petunjuk kerja: 1. Dua baris siswasaling berhadapan dengan jarak 3-5 meter, satu pemain di ujung baris memegang bola 2. Melemparkan bola ke tanah, memantulkan ke arah depan pemain yang lawan, siswa menangkap bola dan mengulangi hal yang sama terhadap pemain lain Gambar 9. Dodge Game (Bompa, 2000:59) Tujuan: Koordinasi mata-tangan, akurasi lemparan Petunjuk kerja: 1. Dua tim saling berhadapanberada dalam area lapangan masing-masing, tempatkan tiga bola di tengah lapangan. 2. Di mulai dari perebutan bola ditengah, pemain yang pertama kali mendapatkannya harus melemparuntuk mengenai anggota tim lawan. 3. Pemain yang terkena lemparan harus pindah menyeberang ke area lawan. 4. Sementara di area lain, jika bola yang salah berada dalam jangkauan, ia dapat menggunakannya untuk melempar pemain lawan meskipun ditangkap. Lemparan hanya mengenai area di bawah pinggang. 5. Permainan berakhir ketika satu tim sepenuhnya tertangkap 23

16 Petunjuk kerja: 1. Bagilah kelas menjadi tim-tim kecil. Satu per satu, tim bergiliran melempar bola ke bola yang digulirkan di lantai. Para siswa harus berdiri di belakang garis yang ditetapkan. C. 2. Variasi Catat skor dan Kombinasi masing-masing Pengembangan tim (jumlah tepat Komponen sasaran). Kebugaran Jasmani 3. Gunakan kedua lengan kanan dan kiri bergantian Pembelajaran pendidikan jasmani memuat kajian materi teori dan praktek dengan komposisi aktivitas gerak mendominasi dalam aktivitas pembelajaran. Materi kebugaran jasmani dalam pembelajaran penjas bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen terkait peningkatan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta mempraktikkan aktivitas peningkatan kebugaran jasmani tersebut dalam bentuk latihan kebugaran jasmani. Gambar 10. Rolling Target (Bompa, 2000:58) Tujuan: Koordinasi mata-tangan, ketrampilan dan akurasi lemparan Pembelajaran penjas tentu mengenal adanya modifikasi terkait media pembelajaran, aturan pelaksanaan, ukuran atau bentuk lapangan, dan lainnya yang digunakan dalam proses pembelajaran. Modifikasi ini perlu dilakukan selain karakteristik siswa yang berbeda, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran di masing-masing daerah sepanjang wilayah Indonesia memiliki banyak keberagaman baik dari segi kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu guru penjas harus mampu memodifikasi untuk menjamin tetap berlangsungnya pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. 24

17 Penerapan model-model pembelajaran yang bertujuan mendukung capaian pembelajaran siswa disetiap materi mata pelajaran penjas, khususnya materi kebugaran jasmani memberikan ruang bagi guru untuk mengembangkan kreativitas selain melalui modifikasi media pembelajaran juga berbentuk variasivariasi bentuk latihan terkait kebugaran jasmani. Pada prinsipnya di dalam melakukan pengembangan bentuk latihan kebugaran jasmani yang akan digunakan pada pembelajaran penjas perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: a. Tidak menghilangkan tujuan pembelajaran b. Memuat prinsip latihan komponen kebugaran c. Intensitas tetap mengacu pada 60-80% denyut nadi maksimal sesuai umur. d. Susunan menarik dan sesuai karakteristik siswa e. Tata cara pelaksanaan mudah dipahami dan dapat dilakukan siswa f. Resiko cidera yang minimum. g. Efektif dan efisien Dengan demikian bentuk variasi latihan kebugaran jasmani yang dihasilkan dapat memperkaya pengetahuan dan ketrampilan guru dan siswa dalam pembinaan kondisi fisik dimana pemeliharaan kebugaran jasmani merupakan salahsatu hal penting didalamnya serta berpengaruh pada penampilan seseorang dalam beraktivitas sehari-hari. Variasi bentuk latihan kebugaran jasmani dapat lebih dikembangkan dengan memuat beberapa unsur kebugaran jasmani atau penambahan sedikit unsur kondisi fisik lainnya seperti kecepatan, kelincahan, power didalam suatu bentuk latihan. Hal tersebut dinamakan kombinasi unsur komponen kemampuan fisik dalam latihan kebugaran jasmani. Kombinasi beberapa komponen tersebut dituangkan kedalam suatu bentuk latihan yang baru sehingga termasuk pengembangan variasi latihan kebugaran jasmani. Kombinasi 2-3 komponen biomotorik dalam suatu bentuk latihan dapat merangsang pengembangan komponen lainnya seperti suatu bentuk latihan yang didalamnya terdapat unsur kekuatan dan kecepatan yang dilakukan bersamaan maka akan menghasilkan 25

18 daya ledak (power) sedangkan apabila beberapa bentuk latihan disusun sedemikian rupa menggunakan suatu metode latihan untuk mencapai suatu tujuan dapat juga dilakukan misalnya circuit training. Rangkuman Selamat anda telah menyelesaikan materi kegiatan kebugaran jasmani. Adapun hal-hal penting yang dibahas pada uraian materi diatas telah dirangkum sebagai berikut: Tingkat kebugaran dipengaruhi oleh kebugaran energi (energy fitness) dan kebugaran otot (muscular fitness). Kebugaran energi meliputi sistem energi aerobik dan anaerobik, sedangkan kebugaran otot meliputi komponen dasar biomotorik, yaitu kekuatan, kecepatan, ketahanan, kelentukan dan koordinasi. Kebugaran jasmani dapat dicapai sebab terpenuhinya kesesuaian anatomik (anatomical fitness) dan kesesuaian fisiologik (physiological fitness). Secara anatomis terdiri dari ergosistema I (ES I) terdiri dari kerangka dengan persendian, otot, saraf dan ergosistema II (ES II) terdiri dari darah, cairan tubuh, perangkat pernafasan, perangkat kardiovaskular. Secara fisiologis komponen kebugaran jasmani memiliki fungsi dasar dari ES I berwujud fleksibilitas, kekuatan dan daya tahan otot dan fungsi koordinasi saraf, Sementara fungsi dasar dari ES II berwujud pada daya tahan umum atau kardio-respirasi. Kebugaran jasmani di sekolah merupakan bagian dari olahraga kesehatan yang memiliki ciri umum dan khusus. Ciri umumnya yakni massal, mudah, murah, meriah. Sementara ciri khusus antara lain yakni homogen, submaksimal dalam intensitas, tidak ada pengerahan kemampuan maksimal, terdapat dosis, adekuat, takaran intensitas antara 60-80% DNM sesuai umur dan bebas stress psikis. Didalam pembelajaran pendidikan jasmani, latihan kekuatan memiliki tujuan meningkatkan kemampuan otot agar lebih tebal dan kuat sehingga disamping menghasilkan tenaga yang lebih besar dapat juga menurunkan tingkatan resiko cidera saat beraktivitas. 26

19 Pemilihan bentuk latihan kekuatan dalam pembelajaran penjas disesuaikan dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan siswa, oleh karena itu guru perlu memodifikasi latihan kekuatan kedalam bentuk latihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Berlatih daya tahan dapat memperkuat dasar bagi pengunaan anaerobik dan aerobik pada produksi energi sehingga dalam melakukan aktivitas seseorang mampu bertahan lebih lama karena didukung oleh besarnya kemampuan jantung dalam memompa darah, kapasitas dan fungsi paru-paru serta pembuluh darah yang siap dalam menghadapi beban aktivitas fisik. Kelentukan (fleksibilitas) merupakan bentuk dari kemampuan melakukan gerakan secara luas dalam ruang gerak sendi. Kelentukan yang rendah akan memaksa otot untuk bekerja lebih keras dalam mengatasi tahanan yang dihasilkan dari aktivitas gerak. Adapun contoh bentuk latihan peregangan yaitu statis, proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF), dan balistik. Tingkat koordinasi mencerminkan kemampuan untuk melakukan berbagai pergerakan dengan tingkat kesulitan, ketelitian dan efisiensi yang tinggi serta berdasarkan tujuan-tujuan latihan secara khusus. Latihan koordinasi dapat diberikan sejak masa anak-anak antara usia 8 sampai 12 tahun, sehingga pada usia anak-anak harus sudah dilatih dengan berbagai bentuk latihan koordinasi. Pada latihan koordinasi, kedua sisi (kanan-kiri) dari anggota badan (tungkai dan lengan) harus dilatih secara seimbang. 27

AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN

AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN HAKEKAT KESEHATAN Acuan Sehat Rumusan Organisasi Kesehatan Dunia (Sehat Paripurna) : Sejahtera Jasmani, Rohani dan Sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun

Lebih terperinci

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) 1 METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY) A. Pengertian fitnes Physical Fitness disebut juga kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd BAHAN PENATARAN DI BPMD OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd ANATOMI DAN FISIOLOGI OLAHRAGA A. PENDAHULUAN Mempelajari tubuh manusia melibatkan beberapa ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu menyumbangkan

Lebih terperinci

GENERAL FITNESS TRAINING

GENERAL FITNESS TRAINING GENERAL FITNESS TRAINING Fitness atau kebugaran didefinisikan sebagai keberhasilan seseorang dalam beradaptasi dengan tekanan fisik dan mental yang ditemui dalam hidupnya. Latihan fitness secara umum didefiniskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

KETAHANAN (ENDURANCE)

KETAHANAN (ENDURANCE) KETAHANAN (ENDURANCE) PENGERTIAN KETAHANAN Ketahanan adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung. Menurut Sukadiyanto (2002: 40) keuntungan bagi olahragawan

Lebih terperinci

FLEKSIBILITAS PENGERTIAN FLEKSIBILITAS

FLEKSIBILITAS PENGERTIAN FLEKSIBILITAS FLEKSIBILITAS PENGERTIAN FLEKSIBILITAS Fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Ada dua macam fleksibilitas, yaitu (1) fleksibilitas statis, dan (2)

Lebih terperinci

BAB IV OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN

BAB IV OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN BAB IV OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN SASARAN BELAJAR: 1. Memahami macam-macam OR 2. Sasaran Olahraga Kesehatan 3. Dosis Olahraga (kesehatan) 4. Indikator untuk menilai intensitas aktivitas fisik 5. Hasil

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sepakbola merupakan olahraga yang sangat populer di dunia. Beberapa tahun terakhir, Sekolah Sepak Bola (SSB) banyak berdiri di Indonesia. Mulai dari SSB yang profesional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk yang utuh dan unik, dikatakan utuh karena manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena setiap manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat adalah harapan semua orang tetapi kesehatan tidak akan diperoleh apabila tanpa diikuti oleh usaha yang memadai. Apabila kehidupan kita terus-menerus dimanjakan

Lebih terperinci

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit Budaya Hidup Aktif Melalui Aktifitas Fisik RUMPIS AGUS SUDARKO FIK UNY STATUS KESEHATAN Sehat &Bugar Sehat Sakit Gambar : Modifikasi Kondisi Sakit - Sehat - Bugar Pendahuluan Perkembangan IPTEKS mempermudah

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI I. Hakikat Latihan Kebugaran Jasmani II. KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan

Lebih terperinci

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti Sumaryanti Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti latihan aerobik adalah latihan yang menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran jasmani dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran fisik dapat di artikan sebagai kemampuan untuk berfungsi secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat kita melakukan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR TEORI & METODOLOGI LATIHAN ORKES KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHANNYA. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY

BAHAN AJAR TEORI & METODOLOGI LATIHAN ORKES KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHANNYA. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY A. Pengertian Latihan BAHAN AJAR TEORI & METODOLOGI LATIHAN ORKES KOMPONEN KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHANNYA Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY Latihan yang baik dan berhasil adalah latihan yang dilakukan

Lebih terperinci

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga voli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang berusaha mematikan bola di lapangan lawan dengan cara dipantulkan menggunakan pinggang atau anggota badan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Pengertian Tes Kebugaran Jasmani Tes kebugaran jasmani adalah suatu instrument yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi tentang individu atau objek-objek.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran Jasmani Lutan (2001:7), mengatakan bahwa kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taekwondo merupakan salah satu cabang olahraga bela diri yang digemari masyarakat dan telah berkembang karena dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 BAB V KEBUGARAN JASMANI Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117 Kebugaran jasmani merupakan alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016 PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016 Aridhotul Haqiyah 1 Universitas Islam 45 Bekasi ary_haqiyah@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamis. Olahraga juga sebagai media pendidikan sudah pula diakui

BAB I PENDAHULUAN. dinamis. Olahraga juga sebagai media pendidikan sudah pula diakui BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Olahraga sudah menjadi kebutuhan masyarakat, khususnya olahraga kesehatan yang merupakan salah satu alat untuk memelihara kesehatan dinamis. Olahraga juga sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu aktivitas yang selalu dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata akan tetapi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena melakukan olahraga yang baik dan benar serta berkelanjutan dapat meningkatkan kebugaran jasmani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika manusia. Sudut pandang manusia telah menyoroti perkembangan olahraga dengan pemanfaatan ilmu

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI CEDERA

PATOFISIOLOGI CEDERA PATOFISIOLOGI CEDERA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti, MS FIK-UNY Ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma akut dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terstruktur dengan berpedoman pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terstruktur dengan berpedoman pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah tertentu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan aspek yang penting di dalam kehidupan sehari-hari dan banyak orang menjadikan olahraga sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan secara rutin. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan aktivitas yang dilakukan untuk melatih tubuh seseorang, yang tidak hanya berupa olahraga jasmani tetapi juga rohani. Baik olahraga jasmani maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan seluruh masyarakat, sedangkan secara khusus pembinaan

Lebih terperinci

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa aturan permainan yang cukup menarik dan mudah diterima oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

MANSUR FIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MANSUR FIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MANSUR FIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA mansur@uny.ac.id PENDAHULUAN A. DEMOGRAFI Populasi lansia terus meningkat Terutama di negara berkembang juga tendens meningkat B. PENURUNAN FUNGSI ORGAN Menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang digemari oleh masyarakat. Popularitas futsal tidak saja dikenal sebagai olahraga prestasi, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya pembangunan khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan maka mengakibatkan terjadi penurunan

Lebih terperinci

PEMBINAAN KEBUGARAN JASMANI OLEH: YUNYUN YUDIANA

PEMBINAAN KEBUGARAN JASMANI OLEH: YUNYUN YUDIANA PEMBINAAN KEBUGARAN JASMANI OLEH: YUNYUN YUDIANA DEFINISI Kebugaran Jasmani adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tenaga dan kesiap siagaan, tanpa kelelahan yang berarti dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kemampuan atau kondisi fisik. Menurut Harsono (2000:4) mengemukakan

Lebih terperinci

OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN

OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN OLAHRAGA Serangkaian gerak raga yg teratur dan terencana yg dilakukan orang dengan sadar u/ meningkatkan kemampuan fungsionalnya. Berdasarkan sifat dan tujuannya, olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fahmi Hasan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fahmi Hasan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga dayung di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang dan menunjukkan grafik yang terus meningkat. Salah satu indikatornya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap insan manusia membutuhkan olahraga untuk menunjang kebutuhan jasmaninya dalam menjalani setiap aktivitas sehari-hari. Segala bentuk aktivitas yang dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka a. Kebugaran Jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTORIK SUATU PENGANTAR. Suharjana FIK UNY

PENGEMBANGAN MOTORIK SUATU PENGANTAR. Suharjana FIK UNY PENGEMBANGAN MOTORIK SUATU PENGANTAR SESI LATIHAN SUSUNAN SATU SESI LATIHAN 1. Pembukaan (Pengantar) 5 2. Pemanasan (Warming Up) 15-30 3. Bagian Utama (Inti) 60-90 4. Penutup (Warming Down) 15 PENGANTAR

Lebih terperinci

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha PENGARUH PELATIHAN MENARIK KATROL BEBAN 5 KG DUABELAS REPETISI TIGA SET DAN SEMBILN REPETISI EMPAT SET TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN SISWA SMK-1 DENPASAR Luh Putu Tuti Ariani Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Miftahul Rohmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Miftahul Rohmawati, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat dan kemampuan. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan bergerak, bekerja dan

Lebih terperinci

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or.

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. ahmadnarulloh@yahoo.co.id SESI LATIHAN SUSUNAN SATU SESI LATIHAN 1. Pembukaan (Pengantar) 5 2. Pemanasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia, salah satunya dengan pencapaian prestasi yang tinggi di bidang olahraga. Prestasi olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu aspek kehidupan yang tidak dapat dijauhkan dari manusia pada umumnya. Setiap hari manusia bergerak untuk mengolah raganya dengan

Lebih terperinci

LATIHAN FLEKIBILITAS

LATIHAN FLEKIBILITAS LATIHAN FLEKIBILITAS mansur@uny.ac.id 1. Fleksibilitas mengacu pada berbagai gerakan di sekitar sendi. Meningkatkan fleksibilitas adalah elemen dasar dari sebuah program latihan atlet muda 2. Fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kesegaran Jasmani Rusli Lutan (2002: 7), mengatakan bahwa kesegaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

Lebih terperinci

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat di seluruh dunia. Di Indonesia, sepakbola bukan hanya dipandang sebagai salah satu cabang olahraga,

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY PENGANTAR Usila sebagai akronim usia lanjut mengandung konotasi ganda. Disatu pihak ia dikaitkan dengan kelemahan, ketidak mampuan, ketidak

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik Kebugaran

Lebih terperinci

LATIHAN WEIGHT TRAINING DENGAN METODE CIRCUIT TRAINING TERHADAP HYPERTHROPY OTOT

LATIHAN WEIGHT TRAINING DENGAN METODE CIRCUIT TRAINING TERHADAP HYPERTHROPY OTOT LATIHAN WEIGHT TRAINING DENGAN METODE CIRCUIT TRAINING TERHADAP HYPERTHROPY OTOT Ardyansyah Arief Budi Utomo 1), Ghon Lhisdiantoro 2) 1 Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains, Universitas PGRI Madiun email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Latihan terbukti pula dapat meningkatkan derajat

Lebih terperinci

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N Dasar-Dasar Melatih dalam Olahraga Latihan adalah proses yang sistematis dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN FLEXIBILITY OTOT PUNGGUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERVICE DALAM PERMAINAN BOLA VOLI.

PENERAPAN IPTEKS HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN FLEXIBILITY OTOT PUNGGUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERVICE DALAM PERMAINAN BOLA VOLI. HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN FLEXIBILITY OTOT PUNGGUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERVICE DALAM PERMAINAN BOLA VOLI Irwansyah Siregar Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menemukan informasi tentang hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN

KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN KEKUATAN PENGERTIAN KEKUATAN Kekuatan merupakan komponen biomotor yang penting dan sangat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan otot dalam mengatasi beban selama berlangsungnya aktivitas olahraga. Secara

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Nama Sekolah : SMK Muhammadiyah 1 Patuk Mata Pelajaan : Jasmani, Olahraga Kelas/Semester : XII /1 Standar Kompetensi : 1. Mempraktekan permainan olahraga peraturan yang sebenarnya nilai nilai yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Sugiyono (2008:107) Terdapat tiga metode penelitian bila dilihat dari tingkat

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Oleh karena akan mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas latihan. Prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap cabang olahraga memiliki kriteria kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atletnya. Di cabang olahraga dayung fisik, teknik, taktik, dan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar tidak kemasukan bola dari regu lawan dengan aturan-aturan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. agar tidak kemasukan bola dari regu lawan dengan aturan-aturan tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu dimana masing masing regu terdiri dari 11 orang pemain. Permainan ini dilakukan dengan cara menyepak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani Menurut Santoso Giriwijoyo (2012:73 ) Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang disajikan sebagai bagian dari kegiatan kurikuler, yang dipergunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas perkuliahan yang begitu padat membuat mahasiswa kekurangan waktu untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai suatu prestasi maksimal. Power adalah kemampuan mengatasi hambatan dalam kecepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan gerak tubuh yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992). Olahraga terdiri atas rangkaian

Lebih terperinci

Pengertian Pembinaan/latihan

Pengertian Pembinaan/latihan Pengertian Pembinaan/latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Olahraga sudah menjadi suatu keperluan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Olahraga juga telah menjadi kebutuhan setiap lapisan masyarakat, baik untuk

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mensana end Corporisano merupakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dan akrab terdengar di telinga kita, bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengolahan data dan Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengolahan data dan Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan data dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran masih merupakan data mentah, supaya data tersebut memiliki makna. Maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam buku Coaching dan aspek aspek Psikologis dalam coaching

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam buku Coaching dan aspek aspek Psikologis dalam coaching BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Di dalam buku Coaching dan aspek aspek Psikologis dalam coaching Harsono (1988 : 153) mengemukakan bahwa kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Obesitas dan Persentase Lemak 2.1.1 Prevalensi Obesitas Secara global, prevalensi obesitas telah meningkat sejak tahun 1980 dan peningkatannya sangat cepat. 11

Lebih terperinci

ISBN : PROCEEDING asmnal PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Yogyakarta, 12 Mei 2012 Hotel Quality

ISBN : PROCEEDING asmnal PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Yogyakarta, 12 Mei 2012 Hotel Quality 1 ISBN : 978-602-8429-61-0 PROCEEDING asmnal PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Yogyakarta, 12 Mei 2012 Hotel Quality membangun Insan yang Berkarakter dan Bermartabat Melalui OLahraga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 ) 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri

Lebih terperinci