PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN"

Transkripsi

1 PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (Kasus di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh NIRMALADEWI BINTI MARFIN I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 ABSTRACT NIRMALADEWI BINTI MARFIN. Perception and Motivation of Volunteers in the Implementation of Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (A case in Situ Gede village, a subdistrict of West Bogor, Bogor). Under direction of DJUARA P. LUBIS. This study aimed to learn about the volunteers perception of and the factors that influenced it viewed from internal and external factors, and to find out the volunteers motivation in the implementation of and the influence of perceptions on motivation. This study used a quantitative approach using questionnaires as a means of collecting data. The respondents consisted of 30 people, all of whom were volunteers determined based on a total sampling technique. The data analysis used was descriptive statistics and inference (Chi Square and Spearman Rank). The research result showed that the majority of respondents had positive perceptions towards the implementation of, benefits, and volunteers. Overall, respondents' perceptions of were not influenced by its internal and external factors because the majority of respondents had similar knowledge, needs, and experience in the program. In this study, the motivation of respondents was viewed from three aspects: the motivation to join a group of volunteers, the motivation to carry out voluntary tasks of, and the motivation to develop. The majority of respondents had a high level of motivation to join a group of PNPM- MP volunteers, while the motivation to carry out voluntary work and motivation to develop the was relatively low. Overall, the factors that influence the motivation of respondents in the implementation of were the perceptions of benefits and perceptions of volunteers. Keywords: perception, motivation, volunteer, implementation

3 RINGKASAN NIRMALADEWI BINTI MARFIN. Persepsi dan Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (Kasus di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor). Di bawah bimbingan DJUARA P. LUBIS. Kemiskinan sebagai suatu fenomena sosial yang multi-dimensional harus dipahami melalui berbagai dimensi sosial. Pendekatan yang kini sering digunakan dalam pembangunan nasional di banyak negara termasuk Indonesia adalah pemberdayaan masyarakat. Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (). Kunci keberhasilan dapat dilihat dari adanya partisipasi masyarakat. Unsur yang ikut berpartisipasi dalam adalah relawan, di mana relawan juga merupakan syarat utama bagi suatu wilayah untuk mendapatkan bantuan. Bertolak dari hal tersebut, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan persepsi relawan terhadap dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya dilihat dari faktor internal dan eksternal relawan, serta mendeskripsikan motivasi relawan dalam pelaksanaan dan bagaimana pengaruh persepsi terhadap motivasinya. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa jumlah relawan yang aktif cukup besar dibandingkan dengan kelurahan lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Responden penelitian terdiri dari 30 orang yaitu seluruh relawan yang ditentukan berdasarkan metode sensus. Penelitian berlangsung selama satu bulan yang dimulai dari Juni 2010 sampai Juli Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dengan menelusuri berbagai dokumen terkait penelitian ini. Analisis data yang digunakan adalah statistika deskriptif dan inferensia (Chi Square dan Rank Spearman). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden merupakan ibu rumah tangga yang mayoritas berstatus tidak bekerja dan persentase terbesar (60 persen) responden termasuk dalam kategori usia sedang yaitu berkisar antara 36 hingga 45 tahun. Jumlah anggota rumah tangga responden mayoritas tergolong kecil yaitu kurang dari atau sama dengan lima orang. Tingkat pendidikan mayoritas responden tergolong rendah yaitu SMP (atau sederajatnya). Tingkat kosmopolitan mayoritas responden tergolong tinggi. Mayoritas responden memiliki interaksi yang kuat dengan Fasilitator Kelurahan (Faskel), Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), maupun Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Secara keseluruhan responden memiliki persepsi yang positif terhadap pelaksanaan, manfaat, maupun terhadap relawan PNPM- MP. Berdasarkan hasil uji korelasi Chi Square dan Rank Spearman, tidak terdapat satu variabel pun dari faktor internal responden yang memiliki hubungan nyata (p<0,05) dengan persepsinya terhadap secara keseluruhan. Hal

4 tersebut disebabkan oleh adanya pengetahuan, pengalaman, kebutuhan, dan kepentingan yang sama di antara responden. Mayoritas responden memiliki pengalaman yang sama yaitu pernah mengabdi kepada masyarakat melalui lembaga kemasyarakatan seperti PKK. Selain itu, juga memiliki kebutuhan yang sama terhadap pelaksanaan yaitu kebutuhan untuk bermasyarakat. Dari faktor eksternal responden, hanya interaksi dengan Faskel yang memiliki hubungan nyata (p<0,05) dengan persepsinya terhadap relawan. Hal ini disebabkan oleh kecilnya ukuran kelompok relawan yang hanya terdiri dari 30 orang, sehingga dampak dari interaksi antar masing-masing anggota tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Mayoritas responden memiliki tingkat motivasi yang tinggi untuk bergabung dalam kelompok relawan. Hal tersebut berbeda dengan motivasi untuk melaksanakan tugas relawan dan motivasi untuk mengembangkan, dimana persentase responden yang motivasinya rendah lebih besar dibanding persentase responden yang motivasinya tinggi. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, hanya persepsi terhadap manfaat dan relawan yang memiliki hubungan sangat nyata (p<0,01) terhadap motivasi dalam pelaksanaan. Motivasi responden untuk bergabung dalam kelompok relawan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap manfaat dan relawan. Motivasi responden untuk melaksanakan tugas relawan hanya dipengaruhi oleh persepsinya terhadap relawan PNPM- MP. Motivasi untuk mengembangkan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap manfaat dan relawan.

5 PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (Kasus di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh NIRMALADEWI BINTI MARFIN I Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi : Persepsi dan Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (Kasus di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Nama : Nirmaladewi Binti Marfin NIM : I Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP: Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP Tanggal Lulus:...

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Persepsi dan Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan: Kasus di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2010 Nirmaladewi Binti Marfin I

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kampung Titingan, Keningau, Malaysia, pada tanggal 31 Agustus 1988 dari pasangan Bapak Marfin dan Ibu Ermila. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Tahun 2006 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kepanitian yang diselenggarakan oleh kampus seperti Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) dan Masa Perkenalan Departemen (MPD).

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul Persepsi dan Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (Kasus di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) berhasil diselesaikan. Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat yang setinggi-tingginya penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, kesempatan, serta ilmu-ilmunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi selaku dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan masukan yang berarti bagi penulisan karya ini. 3. Heru Purwandari Sp., MSi. selaku dosen pemandu seminar skripsi sekaligus sebagai dosen penguji yang telah berkenan memberikan masukan yang berarti bagi penulisan karya ini. 4. Martua Sihaloho, Sp., MSi. Selaku dosen uji petik skripsi yang telah berkenan memberikan masukan yang berarti bagi penyempurnaan skripsi ini. 5. Faskel Tim I Kota Bogor dan aparat Kelurahan Situ Gede yang telah membantu atas kelengkapan data serta bantuannya di lapang. 6. Ayah, ibu, saudara tercinta (Lestari Agusalim S. E dan Si Kembar Maryam & Khadijah) yang telah memberikan dukungan serta dorongan positif. 7. Sahabat KPM43: Dwi Sulistyorini, Wulandari, Yuli, Fini Hastin, Dina, Vani, Gina, Septiani, semua teman KPM43 atas kebersamaan dan dukungan positifnya. 8. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Desni utami dan Putri Rizkia) yang selalu berbagi pengalaman dan saling memberikan motivasi. 9. Komunitas Rumah Ijo: Novi Ariyanti, Spi.; Silviana Novitasari, Spi.; Noni Puspita Spt.; MumunMAN45; DedeMAN45; MeliGM45, dan NiaGM45 atas kebersamaan dan dukungan positifnya. 10. Sahabat terkasih: Alifudin, Rusnia Zaidun, Amalia Mira, Muh Syukur Sarfat atas kebersamaan dan dukungan positifnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Desember 2010 Nirmaladewi Binti Marfin I

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xiii xiv xv I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 5 II PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Ketentuan Umum Relawan Penelitian Terdahulu Mengenai Persepsi Konsep Persepsi Proses Pembentukan Persepsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Motivasi Konsep Motivasi Proses Motivasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional III PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penentuan Responden Teknik Pengumpulan Data Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi Teknik Pengolahan dan Analisis Data IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN... 39

11 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Situ Gede Pelaksanaan di Kelurahan Situ Gede Relawan di Kelurahan Situ Gede V VI PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Faktor Internal Usia Jenis Kelamin Status Pekerjaan Tingkat Pendapatan Jumlah Anggota Rumah Tangga Tingkat Pendidikan Formal Kosmopolitan Faktor Eksternal Interaksi dengan Faskel Interaksi dengan BKM Interaksi dengan KSM PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Persepsi Relawan terhadap Persepsi terhadap Pelaksanaan Persepsi terhadap Manfaat Persepsi terhadap Relawan Pengaruh Faktor Internal terhadap Persepsi Relawan Hubungan Usia dengan Persepsi terhadap Hubungan Status Pekerjaan dengan Persepsi terhadap Hubungan Jumlah Anggota Rumah Tangga dengan Persepsi terhadap Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Persepsi terhadap Hubungan Kosmopolitan dengan Persepsi terhadap Pengaruh Faktor Eksternal terhadap Persepsi Relawan Hubungan antara Interaksi dengan Faskel dan Persepsi terhadap Hubungan antara Interaksi dengan BKM dan Persepsi terhadap Hubungan antara Interaksi dengan KSM dan Persepsi terhadap Resume VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan Motivasi Bergabung dalam Kelompok Relawan. 69

12 7.1.2 Motivasi dalam Melaksanakan Tugas Relawan Motivasi untuk Mengembangkan Pengaruh Persepsi Relawan terhadap Motivasinya dalam Pelaksanaan Hubungan Persepsi terhadap Pelaksanaan dengan Motivasi dalam Pelaksanaan Hubungan Persepsi terhadap Manfaat dengan Motivasi dalam Pelaksanaan Hubungan Persepsi terhadap Relawan dengan Motivasi dalam Pelaksanaan Resume VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 80

13 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Kelurahan Situ Gede berdasarkan Mata Pencaharian Tahun Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Kelurahan Situ Gede berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 3. Pengelompokkan Kriteria Masyarakat Miskin Hasil Kajian Pemetaan Swadaya Tahun Tabel 4. Jumlah dan Persentase Relawan berdasarkan Faktor Internal di Kelurahan Situ Gede Tahun Tabel 5. Jumlah dan Persentase Relawan berdasarkan Faktor Eksternal di Kelurahan Situ Gede Tahun Tabel 6. Persentase Relawan berdasarkan Waktu Pertemuan dan Substansi Pembicaraan tentang dengan Faskel di Kelurahan Situ Gede Tahun Tabel 7. Persentase Relawan berdasarkan Waktu Pertemuan dan Substansi Pembicaraan tentang dengan BKM di Kelurahan Situ Gede Tahun Tabel 8. Persentase Relawan berdasarkan Waktu Pertemuan dan Substansi Pembicaraan tentang dengan KSM di Kelurahan Situ Gede Tahun Tabel 9. Jumlah dan Persentase Relawan berdasarkan Persepsinya terhadap di Kelurahan Situ Gede Tahun Tabel 10. Nilai Uji Chi Square dan Rank Spearman Hubungan antara Faktor Internal Relawan dan Persepsinya terhadap Tabel 11. Nilai Uji Rank Spearman Hubungan antara Faktor Eksternal Relawan dan Persepsinya terhadap Tabel 12. Jumlah dan Persentase Relawan berdasarkan Motivasinya dalam Pelaksanaan di Kelurahan Situ Gede Tahun Tabel 13. Nilai Uji Rank Spearman Hubungan antara Persepsi Relawan terhadap dan Motivasinya dalam Pelaksanaan PNPM... 72

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman Gambar 1. Siklus PNPM Mandiri Perkotaan... 8 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Persepsi dan Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan... 32

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman Lampiran 1. Penyebaran Jiwa Miskin berdasarkan Lokasi di Kelurahan Situ Gede Tahun Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Lampiran 3. Hasil Olah Data Distribusi Distribusi Lampiran 4. Hasil Uji Crosstab Chi-square Hubungan Status Pekerjaan dengan Persepsi Relawan Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Hubungan Usia, Jumlah Anggota Rumah Tangga, Tingkat Pendidikan, dan Kosmopolitan dengan Persepsi Relawan Lampiran 6. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Hubungan Faktor Eksternal dengan Persepsi Relawan Lampiran 7. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Hubungan Persepsi Relawan dengan Motivasi dalam Pelaksanaan... 97

16 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan kemiskinan tidak lepas dari negara manapun terutama negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut Asian Development Bank (1999) yang dikutip oleh Saefuddin, dkk. (2003), kemiskinan mengandung banyak pengertian, dan berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain pada setiap waktu dan telah dideskripsikan dalam berbagai perspektif. Secara umum terdapat beberapa definisi kemiskinan dan kriteria garis kemiskinan yang digunakan. Untuk mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan tersebut, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta jiwa (15,42 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang berjumlah 37,17 jiwa (16,58 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta jiwa. Penurunan angka kemiskinan tersebut tentunya tidak lepas dari upaya penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui berbagai program. Meskipun demikian, angka-angka tersebut bukan satu-satunya indikator keberhasilan program penanggulangan kemiskinan. Mengacu kepada tulisantulisan dari para ahli, kemiskinan tidak hanya merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya atau kebutuhan dasar sehari-hari yang diukur melalui dimensi ekonomi tetapi kemiskinan juga dikatakan sebagai fenomena sosial yang multi-dimensional. Selain melalui dimensi ekonomi, kemiskinan juga harus dipahami melalui dimensi sosial dan budaya. Kemiskinan berdasarkan dimensi sosial dapat dilihat dari tersingkirnya masyarakat dari lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai pendukung bagi peningkatan produktivitas. Dimensi budaya memandang bahwa kemiskinan disebabkan oleh adanya warisan nilai-nilai tradisi yang tidak menunjang produktifitas seperti rendahnya etos kerja, orientasi keuntungan jangka pendek, dan sikap fatalistik.

17 2 Pendekatan yang kini sering digunakan dalam pembangunan nasional di banyak negara termasuk Indonesia adalah pemberdayaan masyarakat. Suharto (2005) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai tindakan sosial di mana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Konsep ini menjadi sangat penting terutama karena memberikan perspektif positif terhadap orang miskin. Orang miskin tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya, kurang makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan objek pasif penerima pelayanan belaka. Orang miskin dipandang sebagai orang yang memiliki beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya (Sumodiningrat, 2009). Program penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada pendekatan pemberdayaan dan atau pengembangan masyarakat akan memberikan hasil yang lebih efektif dan tingkat keberlanjutan yang jauh lebih baik (Sumodiningrat, 2009). Sebagai langkah konkret paradigma pembangunan tersebut, tahun 1999 pemerintah mencanangkan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai upaya membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Pada tahun 2007, P2KP diadopsi menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PNPM Mandiri merupakan program pemberian bantuan dana mandiri untuk setiap daerah yang masih dikategorikan sebagai daerah tertinggal. PNPM Mandiri diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50 persen di tahun Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi PNPM Mandiri Perkotaan (Departemen Pekerjaan Umum, 2009). Kota Bogor merupakan salah satu lokasi pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan () di Indonesia yang menunjuk beberapa kelurahan di Kecamatan Bogor Barat, salah satunya adalah Kelurahan Situ Gede. Kelurahan Situ Gede melaksanakan kegiatan PNPM Mandiri sejak tahun Saat ini,

18 3 kegiatan yang menjadi fokus dan menjadi kebutuhan mendasar bagi masyarakat di Kelurahan tersebut yaitu kegiatan lingkungan. Kegiatan PNPM Mandiri di bidang lingkungan antara lain adalah Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), pembuatan paving block, dan pembuatan drainase. Keberhasilan berbagai kegiatan PNPM Mandiri sebagian besar akan ditentukan oleh individuindividu dari pelaksana, pemanfaat, maupun pelaku-pelaku PNPM lainnya. Unsur yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan di tingkat kelurahan adalah relawan masyarakat. Relawan masyarakat adalah pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. Membangun masyarakat adalah misi utama relawan dalam menanggulangi kemiskinan, yang secara khusus melalui dilakukan dengan berbagai aktivitas pendampingan masyarakat (Departemen Pekerjaan Umum, 2008b). Keberadaan relawan masyarakat menjadi kunci penting dalam pelaksanaan. Pemahaman masyarakat tentang berkembang seiring dengan perkembangan konsep pelaksanaan. Adanya persepsi yang berbeda mengenai maupun peran relawan merupakan hal penting yang patut dikaji. Salah satu faktor pembentuk motivasi relawan dalam pelaksanaan PNPM- MP dapat dilihat dari persepsinya terhadap. Motivasi yang tinggi dari relawan dalam menjalankan tugasnya akan menunjang pencapaian keberhasilan program. Seperti yang diungkapkan oleh Gerungan (2004) bahwa semua pekerjaan selain membutuhkan adanya kecakapan-kecakapan pribadi juga membutuhkan adanya motivasi yang cukup pada pribadi tersebut untuk melaksanakan pekerjaan itu dengan berhasil. Tanpa motivasi orang tidak akan berbuat apa-apa dan tidak akan bergerak. Hal tersebut juga berlaku pada relawan masyarakat dalam konteks pelaksanaan. Disadari bahwa kehadiran relawan mempunyai arti yang strategis dalam menunjang keberhasilan program. Kondisi yang perlu terus dipertahankan bagi keberadaan para relawan ini adalah dengan terus memelihara semangat dan jiwa kerelawanannya. Hal tersebut akan menjadi landasan bagi terciptanya kerjasama dari berbagai unsur pelaksana khususnya di tingkat kelurahan. Berdasarkan uraian

19 4 tersebut, penelitian ini berusaha mengungkapkan faktor-faktor yang mendukung relawan untuk ikut berpartisipasi dipandang dari persepsi dan motivasinya terhadap. Dengan mengetahui persepsi dan motivasi relawan, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan berbagai pihak terkait dalam usaha pemeliharaan semangat dan jiwa kerelawanan masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini berusaha mengemukakan beberapa faktor yang berhubungan dengan pembentukan motivasi relawan. Faktor-faktor tersebut akan dilihat dari persepsi relawan terhadap yang dibentuk oleh karakteristik individu yang dimilikinya. Untuk menjawab pertanyaan pokok tersebut, secara rinci disusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi relawan terhadap serta faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya? 2. Bagaimana motivasi relawan dalam pelaksanaan dan pengaruh persepsi terhadap motivasinya? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan motivasi relawan. Faktor-faktor tersebut dilihat dari persepsi relawan terhadap yang dibentuk oleh karakteristik individu yang dimilikinya. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diarahkan untuk: 1. Mengetahui persepsi relawan terhadap serta faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya. 2. Mengetahui motivasi relawan dalam pelaksanaan dan pengaruh persepsi terhadap motivasinya.

20 5 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai, pihak khususnya: 1. Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai persepsi masyarakat terhadap dan motivasinya untuk ikut berpartisipasi sebagai relawan, serta memahami peran relawan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. 2. Masyarakat, untuk menambah pemahaman tentang peran penting relawan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. 3. Praktisi, sebagai salah satu bahan evaluasi bagi keberhasilan program dilihat dari peran penting berbagai pihak terutama relawan di tingkat lokal. 4. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan penyusunan pedoman dan kebijakan mengenai subjek pembangunan dalam program penanggulangan kemiskinan.

21 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Ketentuan Umum 1 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM- MP), sebagai kelanjutan P2KP, memahami bahwa akibat dan akar penyebab kemiskinan adalah kondisi masyarakat utamanya para pimpinan yang belum berdaya sehingga tidak mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. Nilai-nilai luhur universal tersebut terdiri dari jujur, adil, ikhlas, dan tanpa pamrih. Pemahaman mengenai akar penyebab persoalan kemiskinan di atas menyadarkan berbagai pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah perubahan perilaku atau sikap dan cara pandang masyarakat utamanya para pemimpin untuk senantiasa mengambil keputusan dan bertindak berlandaskan pada nilai-nilai luhur universal, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam adalah: 1. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif, dan dipercaya yang dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial kehidupan masyarakat. BKM juga merupakan wadah aspirasi kaum miskin dalam menyuarakan kebutuhan mereka sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan. BKM sebagai suatu lembaga yang mewadahi aspirasi masyarakat memiliki beberapa kegiatan dan tanggung jawab. Kegiatan serta tanggung jawab tersebut dimulai dari penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program, hingga 1 Sebagian besar dikutip dari Departemen Pekerjaan Umum Pedoman Pelaksanaan. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta.

22 7 pemanfaatan dan pemeliharaan. Dalam pelaksanaan, BKM mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak seperti aparat pemerintah kelurahan, Faskel, KSM, serta relawan. 2. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yaitu kumpulan orang yang menghimpun diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu, yaitu adanya visi, kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama. KSM berorientasi pada penanggulangan kemiskinan sehingga harus dipastikan warga miskin terdaftar dan terlibat dalam kegiatan kelompok dan merupakan penerima manfaat primer sebagai kelompok sasaran dari programprogram yang sudah dikembangkan. Manfaat yang dirasakan dapat berupa peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan kualitas hidup seperti kualitas pendidikan, kesehatan, peningkatan ekonomi, permukiman dan lainnya. 3. Fasilitator Kelurahan (Faskel) merupakan orang-orang (di luar kelurahan) yang memiliki tanggung jawab untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di kelurahan masing-masing. Faskel terdiri dari seorang koordinator tim, fasilitator pemberdayaan, fasilitator infrastruktur, serta fasilitator ekonomi. Koordinator tim memiliki tugas untuk mengkoordinasikan semua tugas dan kewajiban fasilitator serta melaporkannya ke tingkat kota (koordinator kota). Umumnya koordinator tim melaporkan setiap satu bulan sekali atau sesuai dengan kondisi di lapangan. Fasilitator pemberdayaan masyarakat berkewajiban untuk memfasilitasi tahapan siklus koordinasi program. Fasilitator infrastruktur berkewajiban untuk memfasilitasi KSM di dalam penyusunan proposal sampai dengan pelaksanaan kegiatan PNPM di bidang infrastruktur, seperti renovasi rumah tidak layak huni (RTLH) serta Fasilitator ekonomi yang memiliki kewajiban untuk memfasilitasi KSM di dalam penyusunan proposal sampai dengan pelaksanaan kegiatan PNPM di bidang ekonomi.

23 8 4. Relawan adalah pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, dan peduli serta memiliki komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. Inti kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di masyarakat kelurahan atau desa adalah proses menumbuhkembangkan kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Tahapan pelaksanaan kegiatan mencakup serangkaian kegiatan yang dimulai dari kegiatan pemetaan sosial atau sosialisasi awal, dan berorientasi pada siklus Rembuk Kesiapan Masyarakat (RKM), Refleksi Kemiskinan (RK), Pemetaan Swadaya (PS) berorientasi IPM MDGs, pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), perencanaan partisipatif dalam penyusunan Program Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) dan Rencana Tahunan (Renta) serta pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan stimulan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Adapun skema siklus dapat dilihat pada Gambar 1. Pencairan BLM PS BKM RK PJM/Renta Pemetaan sosial/ sosialisasi awal RKM KSM Pemanfaatan BLM Review Renta, Kinerja BKM, dan keuangan Gambar 1. Siklus PNPM Mandiri Perkotaan 1. Tahapan pemetaan sosial atau sosialisasi awal merupakan tahap untuk menyebarluaskan informasi tentang akan adanya program di kelurahan. Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dinamika

24 9 sosial masyarakat serta mengumumkan penerimaan relawan. Penyebaran informasi dilakukan dengan sosialisasi yang menyeluruh kepada pihak pemerintah desa atau kelurahan dan kecamatan. 2. Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) merupakan tahap sosialisasi serta memperkenalkan program kepada masyarakat. RKM bertujuan untuk membangun komitmen masyarakat untuk menolak atau menerima dengan segala konsekuensinya. Disamping itu, juga untuk mendapatkan relawan sesuai kriteria serta mampu memfasilitasi dan mengawal. 3. Refleksi Kemiskinan (RK) bertujuan untuk menghasilkan relawan yang mampu memfasilitasi refleksi kemiskinan, menemukan akar penyebab kemiskinan serta membangun niat bersama untuk menanggulangi kemiskinan secara terorganisasi. Selain itu juga untuk menumbuhkan kesadaran bersama bahwa ada masalah bersama, yaitu kemiskinan yang harus ditanggulangi bersama. 4. Pemetaan Swadaya (PS) bertujuan untuk menghasilkan relawan yang mampu memfasilitasi dan melaksanakan pemetaan swadaya. Relawan diharapkan memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah dan potensi masyarakat. Kesadaran akan realita persoalan dan potensi masyarakat dapat tumbuh sehingga terbangun motivasi untuk menyelesaikan persoalan. Melalui kegiatan PS, relawan mencoba untuk mengetahui potensi yang dimiliki suatu wilayah. 5. Pembentukkan BKM bertujuan untuk memilih utusan RT berdasarkan nilai-nilai luhur sehingga terbangun lembaga kepemimpinan masyarakat yang diisi oleh orang-orang baik dan benar. Pembentukkan BKM dimulai dari tingkatan basis, yaitu RT, RW kemudian di seleksi di tingkatan kelurahan. 6. Penyusunan PJM/Renta Pronangkis bertujuan untuk menghasilkan relawan dan BKM yang mampu melaksanakan penyusunan pronangkis. Penyusunan program kegiatan penanggulangan kemiskinan dilakukan untuk tiga tahun kedepan. Penyusunan PJM dilakukan oleh BKM dan akan dilakukan revisi setiap tahunnya. 7. Pengorganisasian KSM akan difasilitasi oleh relawan dan BKM serta disesuaikan dengan penyusunan pronangkis. Pembentukkan KSM dilakukan dengan melakukan perekrutan dari masyarakat kelurahan. Masyarakat yang

25 10 berminat disertai dengan niat yang tulus serta ikhlas mendaftarkan diri kepada BKM melalui Unit Pengelola (UP). Pemilihan dan penetapan KSM dilakukan oleh BKM dan pimpinan kolektif beserta UP. 8. Penilaian terhadap capaian Renta, kelembagaan, serta keuangan dilakukan di awal tahun kedua program. Siklus ini diawali dengan serangkaian kegiatan meninjau ulang kinerja kelembagaan BKM dan KSM, capaian Renta, dan kinerja keuangan yang kemudian disampaikan dalam Rembug Warga Tahunan (RWT). Kegiatan infrastruktur yang diprioritaskan dalam Renta adalah kegiatan yang secara langsung memberikan dampak atau manfaat secara kolektif bagi masyarakat dan diutamakan kegiatan yang bersifat lintas wilayah (lintas RT atau RW) yang memberikan lingkup kemanfaatan lebih luas bagi masyarakat kelurahan. Tujuan telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Secara khusus tujuan dirumuskan agar masyarakat di kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial, ekonomi dan tatakepemerintahan lokal. Adapun sasaran adalah sebagai berikut: 1. Terbangunnya BKM yang dipercaya, aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat. 2. Tersedianya PJM Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan pemukiman yang sehat, serasi, berjati diri, dan berkelanjutan. 3. Terbangunnya forum BKM tingkat kecamatan dan kota untuk mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah. 4. Terwujudnya kontribusi pendanaan dari Pemerintah Kota/Kabupaten dalam sesuai dengan kapasitas fiskal daerah. Komponen Program pada dasarnya memberikan bantuan kepada dua kelompok sasaran utama yaitu masyarakat dan pemerintah daerah termasuk pemangku kepentingan daerah. Bantuan untuk pemerintah daerah berupa pendampingan yang bertujuan membangun kesadaran kritis perangkat pemda dan

26 11 kelompok peduli untuk mencapai sinergi antara masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli serta reformasi kebijakan, program dan penanganggaran yang berorientasi pada masyarakat miskin. Terdapat tiga komponen kegiatan yang didanai oleh yaitu kegiatan lingkungan, sosial dan ekonomi (dana bergulir). melarang dana BLM dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta peraturan yang berlaku. Bantuan untuk masyarakat diwujudkan dalam bentuk bantuan stimulan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dan bantuan pendampingan. BLM merupakan dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin. Penerima manfaat langsung dari dana BLM adalah keluarga miskin yang diidentifikasi masyarakat sendiri dan disepakati serta ditetapkan bersama oleh masyarakat kelurahan, melalui proses musyawarah warga, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya berorientasi IPM-MDGs. Untuk bantuan pendampingan, diwujudkan dalam bentuk penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di kelurahan masing-masing (Departemen Pekerjaan Umum, 2007). Terdapat beberapa prinsip dalam yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (2007) yaitu: 1. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya. 2. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin.

27 12 3. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan. 4. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri dan partisipatif untuk menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola. 5. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya. 6. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan. 7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin. 8. Transparansi dan akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal maupun administratif. 9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. 10. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan. 11. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tetapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. 12. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola oleh masyarakat.

28 Relawan 2 Relawan merupakan salah satu pihak yang ikut terlibat dalam pelaksanaan dan memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan. Keberadaan relawan adalah salah satu syarat bagi suatu wilayah untuk mendapatkan bantuan dari. Semua warga yang secara ikhlas tanpa membeda-bedakan derajat dan status sosial serta bersedia mengabdikan dirinya tanpa mengharapkan imbalan ataupun karier dapat menjadi relawan. Kreativitas seseorang untuk berkontribusi membantu orang lain sesungguhnya dapat diwujudkan dengan banyak cara, bahkan mungkin tidak terhitung. Pada dasarnya, kontribusi yang dapat diberikan oleh relawan adalah semua karunia yang telah diperolehnya, antara lain; (1) waktu, (2) tenaga, (3) bakat termasuk kemampuan intelektualitas, dan (4) harta. mendorong masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas mungkin bagi warga yang ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen untuk membantu masyarakat dalam melaksanakan seluruh tahap kegiatan program agar bermanfaat bagi masyarakat miskin serta seluruh masyarakat di wilayahnya. Adapun prinsip-prinsip dasar kerelawanan sosial dalam adalah: 1. Pilihan. Kesukarelawanan harus merupakan pilihan bebas masing-masing individu tanpa paksaan dari siapa pun. Dorongan dalam bentuk apapun, untuk terlibat dalam kesukarelawanan harus tidak berakibat pada paksaan. Kebebasan untuk menjadi relawan sama halnya dengan kebebasan untuk tidak terlibat. 2. Keragaman. Kesukarelawanan harus terbuka bagi siapa pun, tanpa membedakan latar belakang, umur, ras, orientasi seksual, kepercayaan, dsb. Keterlibatan menjadi relawan dapat membangun keterikatan, membantu sekelompok orang yang beragam sehingga ia merasa berguna dengan keterlibatannya itu. Penghalang atau batasan-batasan sosial dapat diatasi oleh keterampilan, pengalaman, percaya diri dan kontak yang didapat ketika membantu yang lain. Prinsip kesempatan yang sama merupakan dasar untuk mendukung keragaman. 2 Departemen Pekerjaan Umum Modul Khusus Komunitas PNPM Mandiri: Peran Relawan dalam Nangkis. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta

29 14 3. Timbal balik. Relawan menawarkan untuk berkontribusi tanpa harus dibayar, tetapi sebagai gantinya mendapatkan manfaat dengan cara lain. Menyediakan waktu dan keterampilan secara sukarela harus diakui sebagai upaya untuk mendukung hubungan timbal balik dimana relawan menerima sesuatu yang bermanfaat buat dirinya. Manfaat yang diharapkan oleh relawan termasuk perasaan pencapaian yang berguna, keterampilan yang berguna, pengalaman dan bertambahnya kontak atau relasi, pergaulan dan kesenangan, dan keterlibatannya dalam kehidupan berorganisasi. 4. Pengakuan. Pengakuan secara eksplisit terhadap nilai sumbangan relawan terhadap organisasi, komunitas, maupun tujuan sosial yang lebih luas, merupakan dasar untuk membangun hubungan yang adil antara relawan dengan organisasi. Sebagai upaya keberlanjutan program penanggulangan kemiskinan di masyarakat maka peran para relawan menjadi sangat penting, terutama untuk terus menjaga dinamika masyarakat. Kondisi yang perlu terus dipertahankan bagi keberadaan peran para relawan ini adalah dengan terus memelihara semangat dan jiwa kerelawanannya. Hasilnya adalah semakin tumbuhnya kebersamaan (social cohesion), yang merupakan dampak positif dari tindakan kerelawanan. Baik atas prakarsa pemerintah maupun prakarsa BKM bersama unsur perangkat kelurahan/desa perlu terus membangun jejaring kebersamaan, peningkatan kapasitas, mengupayakan penghargaan dan pengakuan dari Pemda. Salah satu komponen penting bagi keberlanjutan peran para relawan dalam penanggulangan kemiskinan adalah dengan manajemen relawan melalui: perencanaan, pelaksanaan, monitoring aktivitas kerelawanan secara terbuka dan bertanggung jawab (prinsipnya: transparansi dan akuntabilitas). Dengan demikian, hasil kerja para relawan ini menjadi semakin nyata dan berarti di masyarakat Penelitian Terdahulu Mengenai Partisipasi dalam program pemberdayaan masyarakat seperti P2KP atau merupakan kunci keberhasilan program. Berdasarkan hasil penelitian Aprisa (2009) mengenai partisipasi masyarakat kelurahan dalam P2KP, partisipasi masyarakat terjadi secara langsung baik pada proses penyampaian informasi maupun pada proses pengelolaan yang dimulai dari tahap perencanaan hingga

30 15 pelaksanaan. Pada proses penyampaian informasi, bentuk partisipasi dapat berupa keikutsertaan masyarakat dalam musyawarah tingkat kelurahan, berperan serta dalam kegiatan sosialisasi sekaligus sebagai pengelola program. Pada tahap perencanaan, bentuk partisipasi dilakukan dengan menyampaikan usulan-usulan tentang berbagai jenis program pembangunan melalui forum musyawarah, sedangkan pada tahap pelaksanaan bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat dari swadaya yang disumbangkannya. Salah satu tahap perencanaan yang penting untuk diperhatikan adalah pemaknaan lokal mengenai kemiskinan. Sebagaimana paradigma pembangunan yang berlandaskan pada pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, pada tahap perencanaan program perlu adanya pemahaman bersama mengenai konsep kemiskinan antara penerima program dan pembuat kebijakan. Hasil penelitian Jayanti (2007) menunjukkan bahwa ada perbedaan pemaknaan kemiskinan dari masyarakat dengan kemiskinan menurut pedoman program. Menurut masyarakat miskin, kemiskinan dapat dilihat dari empat aspek yaitu ekonomi, asset, politik, dan sosial, sedangkan menurut pedoman P2KP kemiskinan dilihat sebagai akibat permasalahan struktural dan krisis ekonomi. Ditinjau dari program pemberdayaan seperti P2KP atau, masyarakat lokal yang dianggap mampu menjadi pendukung keberhasilan program adalah relawan. Sebagai tenaga yang tidak dibayar, peran relawan justru merupakan faktor penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan keputusan masyarakat untuk berpartisipasi sebagai relawan. Hasil penelitian Atensi (2008) mengungkapkan beberapa faktor yang mendorong partisipan untuk menjadi relawan, antara lain adanya perasaan empati, minat dan kecintaan terhadap sesuatu, serta dorongan untuk berbuat kebaikan dalam hidup. Alasan bertahan dipengaruhi oleh faktor adanya dukungan dari significant others, penghayatan kebahagiaan, serta keinginan untuk tetap memberikan manfaat dan kebaikan. Pada penelitian ini akan dilihat persepsi relawan yang diduga berpengaruh terhadap keputusannya untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan. Persepsi relawan pada penelitian ini akan diukur dari tiga aspek yaitu persepsi

31 16 terhadap pelaksanaan, persepsi terhadap manfaat, dan persepsi terhadap hakikat kerelawanan sosial Persepsi Konsep Persepsi Persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian proses informasi. Sarwono (2002) menjelaskan bahwa persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya), sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Rakhmat (2003) menguraikan definisi persepsi sebagai suatu pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Persepsi untuk objek berupa benda mati disebut sebagai persepsi objek, sedangkan persepsi terhadap manusia biasanya disebut sebagai persepsi interpersonal. Terkait dengan jenis objek persepsi, beberapa perbedaan antara persepsi objek dan persepsi interpersonal adalah: 1. Pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik seperti gelombang, cahaya, gelombang suara, dan temperatur. Pada persepsi interpersonal, stimuli sampai melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan pihak ketiga, dan pihak ketiga tersebut dapat mengurangi kecermatan persepsi seseorang. 2. Pada persepsi objek, ketika seseorang menanggapi suatu objek maka ia akan menanggapi sifat-sifat luar objek tersebut dan tidak meneliti objek-objek batiniahnya. Pada persepsi interpersonal, seseorang mencoba memahami apa yang tidak tampak oleh inderanya, ia tidak hanya melihat perilaku orang lain, tetapi juga melihat mengapa orang lain tersebut berprilaku demikian. 3. Pada persepsi objek, tidak terjadi reaksi dari objek yang dipersepsi sehingga tidak terjadi reaksi emosional terhadap objek tersebut. Berbeda dengan persepsi interpersonal, dimana faktor-faktor personal seseorang, karakteristik orang lain yang ditanggapi, serta hubungan antara kedua orang tersebut, menyebabkan persepsi interpersonal sangat cenderung untuk keliru.

32 17 4. Objek relatif tetap, manusia berubah-rubah, sehingga menyebabkan persepsi interpersonal cenderung lebih sulit dibandingkan dengan persepsi objek. Matlin dan Solso yang dikutip Suharnan (2005) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung. Selanjutnya, Saendinobrata (1998) menyatakan bahwa persepsi adalah kemampuan menerima informasi atau pesan melalui penginderaan terhadap sesuatu yang timbul dari lingkungannya dan memberikan arti dan makna berdasarkan pengalaman, pengetahuan, kebutuhan, serta kepentingannya. Thoha (1986) menjelaskan bahwa persepsi pada hakekatnya merupakan proses yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukan suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Persepsi merupakan sebuah proses yang hampir bersifat otomatik dan bekerja dengan cara yang hampir serupa dengan masing-masing individu namun secara tipikal menghasilkan persepsi yang berbeda-beda. Seorang individu tidak bereaksi atau berperilaku dengan cara tertentu karena situasi yang terdapat di sekitarnya, tetapi karena apa yang terlihat olehnya atau apa yang diyakini olehnya tentang situasi tersebut. Persepsi seseorang tentang situasi atau pesan tertentu menjadi landasan ia berperilaku (Winardi, 2004). Menurut Juarsyah (2007), persepsi merupakan pandangan atau sikap seseorang terhadap suatu hal yang menumbuhkan motivasi, dorongan, kekuatan, dan tekanan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pada penelitian ini, persepsi relawan akan dilihat dari bagaimana pandangannya terhadap informasi mengenai berdasarkan pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingannya yang diduga berpengaruh terhadap motivasinya untuk berpartisipasi.

33 Proses Pembentukan Persepsi Persepsi mencakup proses yang berlangsung secara serempak antara keterlibatan aspek-aspek dunia luar (stimulus-informasi) dengan dunia di dalam diri seseorang (pengetahuan yang relevan dan telah disimpan di dalam ingatan). Dua proses dalam persepsi itu disebut bottom-up atau data driven processing (aspek stimulus), dan top-down atau concetually driven processing (aspek pengetahuan seseorang). Hasil persepsi seseorang mengenai sesuatu objek di samping dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri, juga pengetahuan seseorang mengenai objek itu, dengan demikian suatu objek dapat dipersepsi berbeda oleh dua orang akibat perbedaan pengetahuan yang dimiliki masingmasing orang mengenai objek itu (Suharnan, 2005). Rakhmat (2003) menguraikan beberapa konsep yang terlibat dalam proses persepsi yaitu: 1. Sensasi. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi. Sensasi adalah pengalaman elementer yang berhubungan dengan kegiatan alat indera dan tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual. Perbedaan kapasitas alat indera dapat menyebabkan perbedaan sensasi. Perbedaan sensasi dapat menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi. 2. Perhatian (Attention). Perhatian merupakan proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya menjadi lemah (Anderson, 1974). Perhatian terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan dirinya hanya pada salah satu alat indera saja, dan mengesampingkan masukanmasukan dari alat indera lainnya. Perhatian dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi perhatian adalah adanya sifat-sifat yang menonjol dari stimulus seperti gerakan, intensitas stimulus, kebaruan, dan perulangan. Faktor internal seperti faktor biologis, faktor sosiopsikologis, dan latar belakang kebudayaan, pengalaman, dan pendidikan juga menentukan perhatian seseorang. 3. Memori. Memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi persepsi maupun berpikir. Schlessinger dan Groves (1976) mendefinisikan memori sebagai suatu sistem yang sangat berstruktur dan menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 38 BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN Saiapa Dia? RELAWAN 1 Arah Kebijakan Program PENDEKATAN PROJEK PENDEKATAN PROGRAM Realisasi BLM 3 Membangun BKM KSM PJM Nangkis BKM 2 Pemetaan Swadaya 4 BLM PJM Pronangkis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 39 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Situ Gede Wilayah Kelurahan Situ Gede berada pada ketinggian 250 meter

Lebih terperinci

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN ISSN : 1978-4333, Vol. 05, No. 02 PERSEPSI DAN MOTIVASI RELAWAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Volunteers Perception and Motivation on Implementation of Community

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 KEGIATAN & SUB-KEGIATAN MILESTONE 1.1. PENDAMPINGAN TINGKAT PEMDA KOTA/ KAB 1.1.1. SERANGKAIAN LOBBY-LOBBY, SILATURAHMI SOSIAL DAN SOSIALISASI AWAL TINGKAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) BUKU 5 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 50 BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 6.1 Karakteristik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada umumnya telah banyak kelompok tumbuh di masyarakat,

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP Oleh : Ayi Sugandhi Maret 2009 datanglah kepada masyarakat hiduplah bersama mereka belajarlah

Lebih terperinci

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP I. PENDAHULUAN Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu lembaga milik

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya

Mengenali Kampung Sendiri Melalui Pemetaan Swadaya DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-Perkotaan 2 Pemetaan Swadaya PERKOTAAN Mengenali Kampung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... Halaman Persembahan... Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) BUKU 2 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Sambutan Pembukaan. Ir. Hadi Sucahyono MPP., PH.D. Direktur Pengembangan Permukiman. Ditjen Cipta Karya - Kementerian PU-PERA.

Sambutan Pembukaan. Ir. Hadi Sucahyono MPP., PH.D. Direktur Pengembangan Permukiman. Ditjen Cipta Karya - Kementerian PU-PERA. Sambutan Pembukaan Ir. Hadi Sucahyono MPP., PH.D Direktur Pengembangan Permukiman Ditjen Cipta Karya - Kementerian PU-PERA Pada Acara Rapat Koordinasi Nasional Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP)

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan 1. Pengantar Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Belajar melakukan perbaikan sikap dan perilaku Belajar merubah cara pandang terhadap persoalan kemiskinan dan pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkotaan (PNPM-MP) adalah dengan melakukan penguatan. kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perkotaan (PNPM-MP) adalah dengan melakukan penguatan. kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Strategi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah dengan melakukan penguatan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa pembangunan yang dilaksanakan dengan pendekatan top-down dan sentralistis, belum berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Nurul Hidayah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM BUKU 5a SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-P2KP Panduan Fasilitasi Pengembangan

Lebih terperinci

Oleh. Lely Kusumaningrum ( )

Oleh. Lely Kusumaningrum ( ) STUDI DESKRIPTIF TENTANG PROSES PERUMUSAN USULAN KEGIATAN BIDANG LINGKUNGAN PADA PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2007 (STUDI KASUS DI DESA KALISALAM KECAMATAN DRINGU KABUPATEN PROBOLINGGO) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu Terwujudnya Indonesia yang

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Oktober 2010 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)

Lebih terperinci

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU) PNPM Mandiri Perkotaan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM Mandiri Nasional oleh sebab itu pengelolaan program ini juga merupakan bagian dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 KEGIATAN REMBUG KESIAPAN MASYARAKAT (RKM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN RKM RKM merupakan tahapan awal dari keseluruhan intervensi pembelajaran

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah untuk berupaya mencari jalan keluar, agar kemiskinan dapat. ditanggulangi tanpa mengabaikan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah untuk berupaya mencari jalan keluar, agar kemiskinan dapat. ditanggulangi tanpa mengabaikan pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dampak krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia sejak 1998 sampai saat ini berpengaruh terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi negara dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Sosialisasi Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah kemiskinan sekarang ini masih merupakan penyakit kronis, terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara berkembang yang sebagian

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan dapat dipandang sebagai sarana menuju pada perubahan dan merupakan siklus alamiah sebagai jawaban atas perkembangan peradaban manusia. Hal ini mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu Konsep Dasar Paham Mau Pelatihan yang berorientasi pada penumbuhan pemahaman, motivasi, dan kemampuan dari Fasilitator untuk penanganan program secara partisipatif, transparan, akuntabel, mandiri dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013 DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, 28-30 Agustus 2013 Pada Tahun 2013, Pemerintah telah menetapkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka ini menjadi 24,29% atau 49,5 juta jiwa. Bahkan International Labour

BAB I PENDAHULUAN. angka ini menjadi 24,29% atau 49,5 juta jiwa. Bahkan International Labour BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dekade 2000, persentase penduduk miskin di Indonesia pernah mengalami penurunan yaitu dari 40,1% menjadi 11,3%, namun pada periode 2002 angka ini menjadi

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAGIAN B PELAKSANAAN LAPANGAN PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN

BAGIAN B PELAKSANAAN LAPANGAN PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN BAGIAN B PELAKSANAAN LAPANGAN PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN i i BAB IV KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT Substansi dasar proses pemberdayaan masyarakat dititikberatkan pada memulihkan dan melembagakan

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Februari 2011 1 P a g e LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah singkatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ( RPJM-DESA ) DAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA ( RKP-DESA )

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP Bahan Presentasi pada Lokakarya & Pelatihan Tim Peneliti Strudy Tematik Evaluasi P2KP, Maret 2009 I. Mengapa Pembangunan Infrastruktur dilakukan dalam program pemberdayaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat. dalam (power within), kekuasaan untuk (power to), kekuasaan atas (power 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan. 1. Keberhasilan Program pemberdayaan Masyarakat Menurut Poerwoko (2012:110) Terkait dengan pemberdayaan masyarakat, keberhasilan dapat dilihat dari keberdayaan

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Januari 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PENGANTAR Acuan pelaksanaan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) bagi aparat pemerintah kabupaten/kota ini dimaksudkan untuk dapat

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2011 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) Oktober 2011 1 P a g e 1.1 LATAR BELAKANG PELAKSANAA N UJI PETIK RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN) RWT adalah

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci