MENENTUKAN EFISIENSI CISTERN BERDASARKAN PENGGUNAAN AIR DAN SEGI BIAYA DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENENTUKAN EFISIENSI CISTERN BERDASARKAN PENGGUNAAN AIR DAN SEGI BIAYA DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA ABSTRAK"

Transkripsi

1 MENENTUKAN EFISIENSI CISTERN BERDASARKAN PENGGUNAAN AIR DAN SEGI BIAYA DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok ABSTRAK Aktivitas manusia menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan alam. Hal tersebut juga menyebabkan terjadinya krisis air sebagai akibat dari ketidakseimbangan dalam siklus hidrologi. Untuk mencegah hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya konservasi air. Metode panen air hujan dengan cistern merupakan salah satu cara untuk melaksanakan upaya konservasi air. Penelitian dilakukan dengan cara menganalisa curah hujan yang terjadi di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok. Analisis kemudian dilanjutkan dengan membuat peta penyebaran curah hujan serta merencanakan suatu sistem panen air hujan cistern untuk menampung sebagian dari curah hujan tersebut di wilayah studi yang direncanakan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teori-teori hidrologi dan menghitung efisiensi yang terjadi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan untuk pengadaan cistern di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Kata kunci: Cistern, Efisiensi, Panen air hujan 1. PENDAHULUAN Masalah sumberdaya air saat ini sudah menjadi suatu yang sangat penting di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Masalah sumberdaya air ini dipengaruhi oleh perubahan tata guna lahan akibat tekanan pertumbuhan dan aktifitas penduduk. Pertumbuhan dan aktifitas penduduk di daerah resapan mengakibatkan alih fungsi lahan untuk permukiman, industri dan perdagangan. Alih fungsi lahan di daerah resapan air untuk keperluan investasi dalam skala luas yang akan meningkatkan aliran permukaan dan menurunkan laju resapan air. Keseimbangan antara jumlah air pada saat musim hujan dan musim kemarau adalh relatif sama besar. Untuk mencegah kekurangan air pada musim kemarau maka volume air tanah sebagai simpanan air pada musim kemarau harus dalam keadaan maksimal. Saat musim hujan harus dilakukan penghematan dalam penggunaan air tanah. Usahakan untuk menggunakan air hujan sebagai air yang tidak membutuhkan kriteria air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih maka dapat menggunakan air tanah, atau air limpasan setelah melalui proses pengolahan air dan mencapai kriteria air bersih. Kawasan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari merupakan kombinasi air Perusahaan Air Minum (PAM) dan air tanah. Kombinasi air ini digunakan untuk semua kegiatan seperti air untuk mencuci, air minum, wudhu, penggelontoran, menyiram tanaman, dan sumber air untuk pemadam kebakaran. Beberapa kegunaan ada yang tidak terlalu mengutamakan kualitas air yang baik seperti flushing dan menyiram tanaman. Untuk itu dapat digunakan air hujan sebagai alternatif untuk menghemat penggunaan air PAM dan air tanah. Dalam hal ini perlu penelitian dan analisis kemungkinan pemanfaatan air hujan di kawasan FTUI. 2. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini menganalisa volume air limpasan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan memperkirakan volume penampungan yang harus disediakan untuk menampung air limpasan tersebut. Kemudian dihitung efisiensi dari penggunaan air dengan menggunakan air tampungan ISBN No D-38

2 Menentukan Efisiensi Cistern Berdasarkan Penggunaan Air dan Segi Biaya Di Fakultas Teknik Universitas Indonesia tersebut untuk memenuhi kebutuhan air di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Air bersumber dari tampungan air hujan yang dilakukan dengan metode memanen air hujan (rainwater harvesting) di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan daerah tangkapan (catchment area) berupa atap gedung-gedung di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan tahapan sesuai dengan diagram alir berikut ini: MULAI 4. MEMANEN AIR HUJAN Memanen air hujan atau Rainwater harvesting adalah metode kuno yang dipopulerkan kembali dengan menampung air hujan untuk kemudian dimanfaatkan kembali. Pertimbangan untuk menggunakan air hujan adalah air hujan memiliki ph yang mendekati netral dan relatif bebas dari bahan pencemar. Bukti arkeologis mengungkapkan konsep penampungan air hujan telah ada sejak 4,000 tahun yang lalu, dan konsep pemanenan air hujan kemungkinan telah ada sejak 6,000 tahun lalu di China. Reruntuhan bangunan penampungan air yang dibangun sejak 2000 SM untuk menyimpan runoff dari lereng bukit guna keperluan agrikultur dan kegiatan rumah tangga, masih berdiri di Israel ( Gould dan Nissen-Petersen, 1999). PERUMUSAN MASALAH STUDI LITERATUR & PENGUMPULAN DATA PERHITUNGAN HIDROLOGI,CURAH HUJAN, LUAS ATAP, KEBUTUHAN AIR PERHITUNGAN VOLUME LIMPASAN TERTAMPUNG PERHITUNGAN BIAYA PENGADAAN CISTERN ANALISA KESIMPULAN & REKOMENDASI SELESAI METODE CISTERN 4.1. Komponen Rainwater Harvesting Rainwater harvesting merupakan proses penangkapan, diversi, dan penyimpanan air hujan untuk beragam tujuan, irigasi, sumber air minum, dan kebutuhan rumah tangga, dan pengisian kembali akifer. Pada penerapan skala kecil, rainwater harvesting dapat dibuat sederhana dengan menyalurkan aliran air hujan dari atap menuju sebuah landscape area dengan memanfatkan kontur pada landscape area tersebut. Sistem yang lebih kompleks meliputi talang, pipa, penampungan, penyaring, pompa dan unit pengolahan air. Komponen dasar dari sistem rainwater harvesting domestik memiliki enam komponen dasar, yaitu : 1. Permukaan area penangkapan air hujan Jumlah air yang dapat ditampung tergantung dari luas dan material atap 2. Talang dan pipa downspout: menyalurkan air dari atap menuju penampungan. Material yang digunakan PVC, vynil, dan galvanized steel. 3. Leaf screens, first-flush diverters, and roof washers: komponen penghilang kotoran dari air yang ditangkap oleh permukaan penangkap sebelum menuju penampungan. 4. Bak/Unit Penampungan Bagian ini merupakan bagian termahal dalam sistem rainwater harvesting. ISBN No D-39

3 El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna Ukuran dari unit penampungan ditentukan oleh berbagai faktor: persediaan air hujan, permintaan kebutuhan air, lama kemarau, penampang dan luas penangkap, serta dana yang tersedia. 5. Pemurnian atau penyaringan air Diperlukan pada sistem rainwater harvesting sebagai sumber air minum Metode Cistern Metode cistern memiliki konsep dasar yang sama dengan metode rainwater harvesting pada umumnya, yaitu menampung langsung air hujan yang jatuh di atap dengan melalui komponen-komponen sistem rainwater harvesting seperti gutter/talang, pipa downspout, first-flush diverter, dan unit penampungan air. gedung sebagai daerah tangkapan dimana dibutuhkan data curah hujan di daerah tersebut Permukaan Penangkap Air Luasan tangkapan air hujan berupa atap gedung-gedung di FTUI. Adapun yang ditinjau adalah gedung-gedung dengan luasan atap yang cukup besar sehingga dapat menghasilkan volume air tampungan yang cukup besar. Penempatan cistern dengan mempertimbangkan letak gedung-gedung yang berdekatan sehingga cistern dapat melayani beberapa gedung sekaligus. Tata letak gedung FTUI dan rencana penempatan cistern terlihat pada Gambar 2. Letak Cistern Gambar 2. Tata Letak Gedung FTUI Gambar 1. Detail komponen cistern (Sumber: Alaska Building Research Series HCM-0155). 5. DATA WILAYAH STUDI Penerapan konsep rainwater harvesting ini dilakukan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Dengan menerapkan rainwater harvesting diharapkan dapat mengurangi penggunaan air tanah sebagai salah satu upaya konservasi air tanah. Untuk menentukan efisiensi dari penggunaan sistem cistern maka harus menghitung kapasitas air hujan yang tertampung atap Tabel 1: Kondisi Atap Gedung di FTUI No Gedung Luasan Tangkapan Penutup Atap (m 2 ) 1 Dekanat 820 Genting 2 PAF 1243 Genting 3 Sipil 1300 Genting 4 Arsitektur 1300 Genting 5 Kantin 2000 Genting 6 Gas dan Genting 1300 Petrokimia 7 Industri 667 Genting 8 Metalurgi 1300 Genting 9 Mesin 1300 Genting 10 Elektro 1300 Genting 11 Kuliah Bersama 12 Engineering Center Genting Beton ISBN No D-40

4 Menentukan Efisiensi Cistern Berdasarkan Penggunaan Air dan Segi Biaya Di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Tabel 2: Data Curah Hujan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Atap gedung di FTUI memiliki karakteristik yang sangat mirip dengan sudut atap dan jenis penutup atap yang sama, kecuali pada Gedung Engineering Center dengan atap beton yang memiliki sudut atap mendekati nol. Dengan jenis penutup atap berupa genting maka koefisien yang digunakan adalah 0,65 dan untuk Engineering Center menggunakan koefisien 0, Data Hujan Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan kota Depok yaitu data dari stasiun Pancoran Mas. Dari data curah hujan bulanan stasiun Pancoran Mas tersebut maka diolah untuk menghasilkan suatu data representatif berupa data bulanan dalam satu tahun yang akan digunakan dalam perhitungan volume cistern dengan menggunakan perhitungan keseimbangan antara suplai dalam hal ini air hujan dan permintaan kebutuhan air dari FTUI setiap bulan Supply supply adalah jumlah air hujan yang tertangkap oleh atap gedung FTUI. Untuk menghitung besar volumenya dapat digunakan persamaan: V = R x A x k... (1) V = air tertampung R = Curah hujan (m) A = Luas catchment area (m 2 ) k = Koefisien atap Dari perhitungan maka hasil air yang didapatkan/terpanen akan dibandingkan dengan dengan kebutuhan air yang terjadi di FTUI setiap bulannya. Jadi untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu jumlah kebutuhan air di FTUI Data Kebutuhan Air Dari data kebutuhan air di FTUI maka total kebutuhan air setiap bulan adalah total kebutuhan air untuk flushing, menyiram tanaman dan kebersihan. Jumlah air yang harus tersedia dalam setiap cistern untuk memenuhi kebutuhan air setiap gedung dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3: Kebutuhan Air CISTERN Kebutuhan Air (m3) Total ISBN No D-41

5 El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna Cistern Tiap Cistern setiap cistern dapat ditentukan dengan cara keseimbangan supplydemand. Untuk perhitungan keseimbangan supply demand pada setiap cistern dan efisiensi yang terjadi berdasarkan hujan andalan dapat dilihat dari tabel-tabel berikut : Tabel 4: Keseimbangan Supply-Demand Bulan Supply (m3) Demand (m3) Hujan Andalan Cistern 1 Tabel 5: Keseimbangan Supply-Demand Hujan Andalan Cistern 2 Kumulatif Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Bulan Supply Demand Kumulatif Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Tabel 6: Keseimbangan Supply-Demand Hujan Andalan Cistern 3 Bulan Supply Demand Tabel 7: Keseimbangan Supply-Demand Hujan Andalan Cistern 4 Cistern akan dibuat berdasarkan volume kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan air di FTUI sehingga tidak perlu untuk dibuat berdasarkan overflow kumulatif mengingat cistern yang akan dibangun berdasarkan overflow akan menyebabkan biaya menjadi terlalu tinggi. Untuk mencegah hal tersebut digunakan volume tiap cisternsebagai berikut: Kumulatif Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Bulan Supply Demand Kumulatif Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec ISBN No D-42

6 Menentukan Efisiensi Cistern Berdasarkan Penggunaan Air dan Segi Biaya Di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Tabel 8: Cistern dengan Hujan Andalan CISTERN Cistern Total Perhitungan volume cistern ditentukan dengan menghitung jumlah air yang harus ditampung cistern agar kebutuhan air di FTUI dapat terpenuhi sepanjang tahun. Tabel 9. Keseimbangan Supply-Demand Hujan Andalan Q = I. C. A...(2) Q = debit air hujan (m 3 /detik) I = Intensitas hujan (m/detik) C = koefisien atap A = luasan tangkapan air (m 2 ) Data curah hujan maksimum diurutkan berdasarkan besar curah hujan maksimum yang terjadi lalu diolah dengan menggunakan metode Gumble. Dari pengolahan data dengan metode Gumble dilanjutkan dengan menggunakan metode mononobe didapatkan hubungan antara intensitas dan waktu (lampiran 2). Dan dari tabel yang dihasilkan dengan mononobe dapat dibentuk grafik hubungan antara intensitas, densitas, dan frekuensi hujan dikenal dengan kurva IDF. Berdasarkan hujan andalan maka keseimbangan supply-demand dapat terlihat seperti tabel diatas dimana tidak terjadi kekurangan air pada bulan-bulan kering, sehingga volume cistern yang dapat dibuat dengan volume yang sama dengan volume demand. Sehingga volume total seluruh cistern dapat berukuran m 3. Dengan volume itu maka efisiensi yang terjadi dalam memenuhi kebutuhan air Bulan Supply Demand Kumulatif Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec FTUI berupa flushing, menyiram tanaman, dan keperluan kebersihan adalah sebesar 100 % Lama Pengisian Air Cistern Untuk menghitung lamanya pengisian tangki cistern maka perlu dilakukan pengolahan data untuk mencari besar debit hujan dengan menggunakan metode rasional yang mempunyai persamaan: Intensitas (mm/jam) Durasi (menit) Gambar 3. Kurva IDF Stasiun Pancoran Mas Dalam kurva IDF yang terbentuk terdapat tujuh buah kurva IDF yang menunjukkan kurva IDF dengan periode ulang 2, 5, 10, 15, 20, 25, dan 50 tahun. Dari grafik terlihat kecenderungan besar intensitas yang terjadi akan semakin besar seiring dengan lamanya periode ulang yang terjadi. Untuk mendapatkan data optimum maka perlu dilakukukan perbandingan dari tiga buah grafik yaitu grafik untuk periode ulang 2, 5, dan 10. Berdasarkan grafik dan dengan menggunakan Microsoft Office Excel maka diketahui persamaan garis untuk kurva IDF 2 tahunan 0,6667 y = 33,165x 5 tahunan 0,6667 y = 39, 067x 10 tahunan 0,6667 y = 42, 974x 2 tahun 5 tahun 10 tahun 20 tahun 25 tahun 50 tahun 15 tahun ISBN No D-43

7 El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna Contoh perhitungan: Gambar 4. Lintasan Air di Atap Dekanat Atap kemiringan 45º L 1 = 46,39 ft S 1 = tan 45º = 1 0,77 46,39 t c1 = 0,0078 = 0,149 menit 0,385 1 Atap kemiringan 30º L 2 = 39,095 ft S 2 = tan 30º = 0,577 0,77 46,39 t c 2 = 0,0078 = 0,146 menit 0,385 0,577 Kemiringan Talang 2º L 3 = 45,95 ft S 3 = tan 2º = 0,0349 0,77 46,39 t c3 = 0, 0078 = 0, 54 menit 0,385 0, 0349 tc gedung dekanat = tc 1 + tc 2 + tc 3 = 0,836 menit = 0,0139 jam dimasukkan ke 0,667 persamaan y = 33,165x didapat intensitas curah hujan sebesar 572,56 mm/jam Debit Hujan Untuk perhitungan debit hujan dilakukan dengan mengikuti persamaan (4-5) dengan memasukkan data intensitas, koefisien atap dan luas atap pada gedung yang akan dihitung. Contoh perhitungan dapat dilihat di bawah ini dengan mengambil contoh perhitungan debit hujan di atap gedung dekanat. Contoh Perhitungan : Gedung Dekanat Gambar 5. Gedung Dekanat FTUI Luas daerah tangkapan =28,6 82,6=820 m² Koefisien daerah tangkapan =0,8 Time of concentration =0,01394 jam Intensitas curah hujan =827,1481 mm/jam Debit = 542,6092 m³/jam Seperti yang telah disebutkan sebelumnya debit diperhitungkan dengan metode rasional dengan persamaan Q = I C A, nilai koefisien yang digunakan adalah 0,65 setelah dilakukan penyesuaian dari koefisien dari referensi mengingat adanya faktor-faktor yang berpengaruh maka besar nilai debit setiap gedung di FTUI adalah: Tabel 10: Debit Hujan Setiap Gedung Gedung C A (m 2 ) Debit (m 3 /jam) 10 2tahun 5 tahun tahun Dekanat PAF Sipil Arsitektur Kantin Gas dan Petrokimia Industri Metalurgi Mesin Elektro Kuliah Bersama Engineering Center Dengan mengetahui debit hujan maka dapat diketahui lama pengisian setiap cistern agar penuh dengan air Lama Pengisian Cistern Setelah mengetahui besarnya debit hujan yang terjadi pada periode ulang 2, 5 dan 10 ISBN No D-44

8 Menentukan Efisiensi Cistern Berdasarkan Penggunaan Air dan Segi Biaya Di Fakultas Teknik Universitas Indonesia tahun maka dapat diketahui lama pengisian tangki cistern yaitu dengan cara volume cistern dibagi dengan debit hujan. Tabel 11: Lama Pengisian Cistern CISTERN Lama Pengisian (menit) 2 tahun 5 tahun 10 tahun Jadi dengan volume cistern yang telah ditentukan maka lama pengisian cistern agar penuh terisi air jika terjadi hujan dengan periode ulang 2, 5 dan 10 tahun adalah seperti yang ditunjukkan dalam tabel 11 di atas Biaya Awal Investasi Besar biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan cistern terdiri dari pembuatan atau pembelian cistern dan biaya pemasangan cistern dan sistem distribusinya yang berupa talang dan downspout. Harga cistern sangat bervariasi tergantung dengan jenis dan ukuran cistern yang akan digunakan. Adapun harga cistern berdasarkan jenis dan ukurannya dapat terlihat dari tabel berikut. Tabel 12: Harga dan Ukuran Cistern Bahan Biaya/m 3 (jt Rp) Ukuran Fiberglass 1,25 4,5 1,89 75,70 Beton 0,5 3 Diatas 37,85 Metal 1,25 3,5 0,57 9,46 Polypropylene 0,7 2,5 1,14 37,85 Kayu 4,5 Besi Las 1, ,65 189,25 113, Sumber: Rainwater Harvesting, Texas Cooperative Keterangan Dapat bertahan selama puluhan tahun, mudah diperbaiki, dapat dilakukan pengecatan Berisiko mengalami retak, letak permanen, dapat berpengaruh pada bau dan rasa air Ringan dan mudah berpindah Ringan dan kokoh, jika berwarna hitam akan menghasilkan air hangat Baik dalam segi estetika biasanya digunakan dalam perumahan. Kokoh, dapat berpindah, menampung air dalam jumlah yang cukup besar. Tabel harga cistern diatas dapat menjadi pertimbangan dalam memilih jenis cistern yang akan digunakan. Harga di atas merupakan tabel harga yang didapatkan dari referensi luar oleh karena itu telah dilakukan penyesuaian harga dengan kurs rupiah. Cistern yang digunakan adalah terbuat dari bahan beton karena dapat menampung volume air yang besar dan merupakan bahan dengan harga paling rendah. Tabel 13: Biaya Pembuatan Cistern CISTERN Harga Cistern (Rp) (m3) , , , ,00 Total Rp ,00 Biaya awal selanjutnya adalah pemasangan pipa dan talang. Seperti pada cistern harga untuk pemasangan pipa dan talang ini juga ISBN No D-45

9 El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna Cistern bervariasi tergantung dari jenis pipa dan talang yang digunakan. Pada dasarnya gedung di FTUI telah terpasang talang kecuali kantin, sehingga hanya kantin yang perlu dilakukan pemasangan. Tabel 14: Harga Pemasangan Talang Bahan Harga Pasang(Rp./m) Vynil Plastik Aluminium Galvanum Sumber : Rainwater Harvesting, Texas Cooperative Keterangan Mudah dipasang dan mudah untuk dihubungkan pada pipa PVC Sangat mudah mengalami retak, bocor dan pecah Harus dipasang oleh tenaga profesional Harus dipasang oleh tenaga ahli. Sama seperti harga yang tertera pada harga di atas juga didapatkan dari referensi luar dan telah dilakukan penyesuaian harga dengan kurs rupiah. Panjang talang yang dibutuhkan untuk atap kantin adalah panjang keliling atap kantin yaitu sebesar 240 m. Talang yang digunakan merupakan talang yang terbuat dari bahan vynil karena cukup kuat, murah dan mudah untuk dipasang. Total harga pemasangan talang untuk kantin adalah Rp ,00. Untuk harga pemasangan Tabel 15: Biaya Pemasangan Pipa GEDUNG Panjang (m) Biaya Pasang (Rp) Dekanat ,00 PAF ,00 Sipil ,00 Arsitektur ,00 Engineering Center ,00 Kantin ,00 Gas dan Petrokimia ,00 Industri ,00 Metalurgi ,00 Mesin ,00 Elektro ,00 Kuliah Bersama ,00 Harga Total Pipa Setiap Cistern (Rp) , , , ,00 pipa menuju cistern setiap gedung adalah sebagai berikut. Karena pemasangan talang hanya dilakukan pada atap kantin yang akan dialirkan menuju cistern 2 maka total biaya yang terkait dengan pemasangan pipa dan talang untuk setiap cistern adalah: Tabel 16: Biaya Pemasangan Pipa dan Talang CISTERN GEDUNG Harga Total (Rp) Dekanat PAF Sipil Arsitektur Engineering Center Kantin Gas dan Petrokimia Industri Metalurgi Mesin Elektro Kuliah Bersama , , , ,00 Jadi total biaya yang harus dikeluarkan dalam pengadaan cistern di FTUI adalah sebesar berikut. Tabel 17: Total Biaya Pengadaan Cistern CISTERN (m3) Harga Cistern (Rp) Biaya Pemasangan Pipa (Rp) 5.7. Penghematan Biaya Penghematan yang terjadi adalah jumlah air yang berasal dari cistern yang dapat menggantikan peran air tanah dan atau air PAM dalam memenuhi kebutuhan air di FTUI. Total Biaya (Rp) ,00 900, , ,00 1,700, , ,00 600, , ,00 900, ,00 Total ,00 ISBN No D-46

10 Menentukan Efisiensi Cistern Berdasarkan Penggunaan Air dan Segi Biaya Di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Besar volume air tersebut merupakan jumlah total permintaan kebutuhan air yang ada yaitu sebesar 427,25 m 3 /bulan. Harga per m 3 air tanah adalah Rp 550,00 dan harga air PAM sebesar Rp 3.000,00 jadi penghematan yang terjadi dihitung dengan menggunakan air sebagai pengganti air PAM karena harganya yang lebih tinggi = 427,25 m 3 /bulan Rp 3.000,00/m 3 = Rp ,00/bulan = Rp ,00/tahun. Jadi biaya penggunaan air yang dapat dihemat selama setahun adalah sebesar Rp Penghematan biaya ini akan diperhitungkan dalam cash flow sebagai biaya tahunan Lama Investasi Kembali Perlu diperhitungkan apakah nilai investasi sesuai dengan manfaat yang akan didapatkan kemudian. Untuk mengetahui lamanya investasi kembali diperlukan nilai bunga bank. Nilai bunga bank saat ini adalah 9% (Bunga Kredit BNI tanggal 13 Januari 2008). Bunga bank ini berfungsi sebagai pengganti nilai inflasi yang menyebabkan perubahan nilai uang seiring waktu. Investasi yang dilakukan akan semakin cepat kembali jika besarnya bunga semakin kecil. Untuk perhitungan ini maka perlu dibuat suatu arus kas dengan biaya awal sebagai present worth (PW), penghematan merupakan annual worth (AW), dan bertujuan mencari lamanya biaya kembali (n) PW = Rp ,00 AW = Rp ,00 AW = PW(A/P,9%,n) = (P/A,9%,n) (P/A,9%,n) = 0,0936 n 35 0, , 0930 = , , 0930 n 35 0, 0006 = 5 0, 0016 n 35 = 1,875 n= 36,875 tahun n= 36 tahun 11 bulan. Nilai awal yang dikeluarkan untuk membuat cistern tersebut setara dengan penghematan selama 36 tahun 11 bulan. Keuntungan dari pembuatan cistern akan terjadi setelah lebih dari waktu 36 tahun 11 bulan. 6. KESIMPULAN Penentuan volume cistern dapat dilakukan dengan metode keseimbangan supply-demand dimana supply merupakan air hujan yang tertampung dan demand merupakan besar kebutuhan air yang diperlukan. Untuk menentukan volume air hujan yang tertampung, menggunakan suatu data hujan perwakilan berupa perhitungan hujan andalan untuk menghitung volume hujan dengan peluang terjadinya besar. Data curah hujan yang digunakan merupakan data curah hujan dengan variasi data yang lebih besar dan merupakan stasiun hujan dengan jarak yang terdekat dari lokasi yang ditinjau dalam hal ini FTUI. Untuk perhitungan volume air hujan yang tertampung di FTUI adalah air hujan yang terkumpul hanya dari atap gedung-gedung di FTUI. Perhitungan debit air hujan diperlukan untuk menghitung lamanya pengisian tangki cistern dengan menggunakan persamaan pada metode rasional. Pada metode rasional, nilai intensitas hujan dapat dicari dengan memanfaatkan kurva IDF. Efisiensi cistern dapat dibuat sebesarbesarnya tergantung dengan jumlah curah hujan dan volume cistern. Semakin besar volume cistern maka semakin besar nilai efisiensi yang diperoleh. Untuk FTUI, hujan yang terjadi melebihi total kebutuhan air di FTUI sehingga terjadi overflow yang berarti nilai efisiensi cistern di FTUI memiliki potensi untuk melebihi angka 100%. Biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan cistern di FTUI dengan efisiensi 100% merupakan sebuah investasi dan akan kembali selama 36 tahun 11 bulan. Agar lamanya investasi untuk kembali semakin singkat maka bahan yang ISBN No D-47

11 El Khobar M. Nazech, Toha Saleh & Adi Pauna digunakan dapat diganti dengan yang lebih murah. 7. DAFTAR PUSTAKA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok (2000), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000 Lancaster, Brad, (2006) Rainwater Harvesting For Dryland Linsey, Ray K., Huber, Wayne C.,Water Resources Engineering, Mc Grawhill International Edition, Civil Engineering Series Persyn, Russel A., Porter, Dana O., Silvy, Valeen A. (2004), Rainwater Harvesting: Agricultural Communications, The Texas A&M University System Sprouse, Terry, McCoy, Amy, Murrieta, Joaquin, Rainwater Harvesting, Water Research Center, The University of Arizona Texas Manual Rainwater Harvesting 3 rd edition, 2005 Waniellista, Martin, Fazini, Joseph B. (1997), Hydrology Water Quality and Quality Control, John Wiley anf Sons Inc ISBN No D-48

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Air adalah kehidupan. Tanpa air, mikroorganisme yang mendekomposisi bahan organik tidak akan pernah ada, demikian pula tidak akan pernah ada daur ulang materi dan

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN RAIN BARREL SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN SUMBER AIR DI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISA PEMANFAATAN RAIN BARREL SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN SUMBER AIR DI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA 761/FT.01/SKRIP/12/2007 ANALISA PEMANFAATAN RAIN BARREL SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN SUMBER AIR DI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI Oleh AHMAD ZAKI 04 02 01

Lebih terperinci

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya. 5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Pengelompokan Area Kelurahan Kedung Lumbu memiliki luasan wilayah sebesar 55 Ha. Secara administratif kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang

Lebih terperinci

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO Arkham Fajar Yulian, Teguh Marhendi, Amris Azizi* Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI EKSISTING SISTEM DRAINASE PADA WILAYAH STUDI

BAB IV KONDISI EKSISTING SISTEM DRAINASE PADA WILAYAH STUDI BAB IV KONDISI EKSISTING SISTEM DRAINASE PADA WILAYAH STUDI 4.1 GAMBARAN UMUM 4.1.1 Kota Depok Kota Depok adalah sebuah kota di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Depok terletak tepat di selatan Jakarta,

Lebih terperinci

Jln Ir. Sutami 36 A, Surakarta

Jln Ir. Sutami 36 A, Surakarta Analisis Pemanfaatan Air Hujan Dengan Metode Penampungan Air Hujan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Rumah Tangga Di Kota Surakarta Rimaniar Julindra ), Siti Qomariyah 2), Sudarto 3) 1)Mahasiswi Prodi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa air. Di daerah perkotaan seiring pesatnya pembangunan gedung

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Curah Hujan Drainase adalah ilmu atau cara untuk mengalirkan air dari suatu tempat, baik yang ada dipermukaan tanah ataupun air yang berada di dalam lapisan tanah, sehingga

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing, Mahendra Andiek M, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN PANEN AIR HUJAN SEBAGAI SUMBER AIR ALTERNATIF PADA KAMPUS UNIVERSITAS DIPONEGORO

PERENCANAAN PANEN AIR HUJAN SEBAGAI SUMBER AIR ALTERNATIF PADA KAMPUS UNIVERSITAS DIPONEGORO JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 283 292 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 283 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya.

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas besar Mata Kuliah Rekayasa Hidrologi SI-2231. Tugas besar ini dimaksudkan

Lebih terperinci

Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta)

Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta) Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta) Sri Maharjono 1), Siti Qomariyah 2), Koosdaryani 3)

Lebih terperinci

TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA

TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA Renhata Katili Architecture Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sebagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia merupakan sesuatu yang mutlak. Akan tetapi, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini keberadaan air sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penampungan Air Hujan Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah pengumpulan limpasan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air domestik, pertanian, maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara kepulauan yang secara astronomis terletak di sekitar garis katulistiwa dan secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya D241 Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya Fairuz Nadia dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA Sidang Tesis Oleh : Dica Erly Andjarwati 3311202802 Magister Teknik Sanitasi Lingkungan

Lebih terperinci

AnalisisDimensiTanki PAH gunapemanfaatan Air HujansebagaiSumber Air CadanganuntukBangunan. (StudiKasus: AwanaCondotel Yogyakarta)

AnalisisDimensiTanki PAH gunapemanfaatan Air HujansebagaiSumber Air CadanganuntukBangunan. (StudiKasus: AwanaCondotel Yogyakarta) AnalisisDimensiTanki PAH gunapemanfaatan Air HujansebagaiSumber Air CadanganuntukBangunan Hotel (StudiKasus: AwanaCondotel Yogyakarta) Abstrak 1) YudhiSetiawan, 2) Adi Yusuf Muttaqien, 3) SitiQomariyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. 39 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. PETA LOKASI PENELITIAN Gambar 7. Lokasi

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERENCANAAN PAH SEBAGAI SUMBER AIR BAKU ALTERNATIF (Studi Kasus: Perumahan Nilagraha Pabelan Surakarta)

ANALISIS DAN PERENCANAAN PAH SEBAGAI SUMBER AIR BAKU ALTERNATIF (Studi Kasus: Perumahan Nilagraha Pabelan Surakarta) ANALISIS DAN PERENCANAAN PAH SEBAGAI SUMBER AIR BAKU ALTERNATIF (Studi Kasus: Perumahan Nilagraha Pabelan Surakarta) Rendra Elgara 1), Siti Qomariah 2), Adi Yusuf Muttaqien 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

Jurnal Rancang Bangun 3(1) STUDI KELAYAKAN KAPASITAS TAMPUNG DRAINASE JALAN FRANS KAISEPO KELURAHAN MALAINGKEDI KOTA SORONG Ahmad Fauzan 1), Hendrik Pristianto ) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sorong

Lebih terperinci

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam EVALUASI DAN PERENCANAAN DRAINASE DI JALAN SOEKARNO HATTA MALANG Muhammad Faisal, Alwafi Pujiraharjo, Indradi Wijatmiko Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jalan M.T Haryono

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi pekerjaan terletak di Jl. Jendral Sudirman, Kelurahan Karet Semanggi, Kecamatan Setia Budi, Jakarta Pusat. Tepatnya di dalam area perkantoran gedung

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP TUGAS AKHIR Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing NRP. 3109 100 112 Dosen Pembimbing : Mahendra Andiek M, ST.MT. Ir. Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN Kristanto Wibisono 1, Antonius C 2, Herry P. Chandra 3, Cilcia K. 4 ABSTRAK : Seiring dengan bertambahnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KAJI ULANG SISTEM DRAINASE FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PELACAKAN SALURAN (CHANNEL ROUTING)

UNIVERSITAS INDONESIA KAJI ULANG SISTEM DRAINASE FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PELACAKAN SALURAN (CHANNEL ROUTING) 125/FT.EKS.O1/SKRIP/12/2008 UNIVERSITAS INDONESIA KAJI ULANG SISTEM DRAINASE FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PELACAKAN SALURAN (CHANNEL ROUTING) SKRIPSI SYLVIA YUNIAR 0606041711

Lebih terperinci

Reduksi Dimensi Saluran Drainase Akibat Keberadaan Sumur Resapan pada Jaringan Drainase Maguwoharjo Wedomartani, Sleman, Yogyakarta

Reduksi Dimensi Saluran Drainase Akibat Keberadaan Sumur Resapan pada Jaringan Drainase Maguwoharjo Wedomartani, Sleman, Yogyakarta Reduksi Dimensi Saluran Drainase Akibat Keberadaan Sumur Resapan pada Jaringan Drainase Maguwoharjo Wedomartani, Sleman, Yogyakarta Reduction of Drainage Channel Dimension Due To Recharge Well onmaguwoharjo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. 37 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Gambar 8. Lokasi Penelitian 38 B. Bahan

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN Sugeng Sutikno 1, Mutia Sophiani 2 1 Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Subang 2 Alumni

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III Bab III Metode Analisis METODE ANALISIS 3.1 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Di dalam pemilihan teknologi drainase, sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang dapat di pertanggung jawabkan

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI AIR HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN CISTERN SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER AIR PERTAMANAN PADA GEDUNG PERKANTORAN BANK INDONESIA

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI AIR HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN CISTERN SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER AIR PERTAMANAN PADA GEDUNG PERKANTORAN BANK INDONESIA 167/FT.EKS.01/SKRIP/07/2012 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PEMANFAATAN POTENSI AIR HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN CISTERN SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER AIR PERTAMANAN PADA GEDUNG PERKANTORAN BANK INDONESIA SKRIPSI

Lebih terperinci

Panen Air Hujan di Kampus Universitas Diponegoro

Panen Air Hujan di Kampus Universitas Diponegoro Faisal Nurrohman, Satria Waskita Eka Paksi, Sri Sangkawati Sachro, Sugiyanto Faisal Nurrohman Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 77 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta batasan masalah yang ada pada lingkup penelitian potensi resapan daerah aliran Sungai Tambakbayan Hulu dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Rendra Elgara I

BAB 2 DASAR TEORI. Rendra Elgara I 4 BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tri Yayuk Susana (2012) dalam Analisis Pemanfaatan Potensi Air Hujan dengan Menggunakan Cistern Sebagai Alternatif Sumber Air Pertamanan pada Gedung Perkantoran

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN Oleh Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

PEMANENAN AIR HUJAN ( RAIN WATER HARVESTING ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI RUMAH TANGGA ABSTRAK

PEMANENAN AIR HUJAN ( RAIN WATER HARVESTING ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI RUMAH TANGGA ABSTRAK PEMANENAN AIR HUJAN ( RAIN WATER HARVESTING ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI RUMAH TANGGA Nurhamimah Daulay 1, Terunajaya 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Menganalisa Hujan Rencana IV.1.1 Menghitung Curah Hujan Rata rata 1. Menghitung rata - rata curah hujan harian dengan metode aritmatik. Dalam studi ini dipakai data

Lebih terperinci

Keywords: Water requeriment, Tanks PAH

Keywords: Water requeriment, Tanks PAH Analisis Pemanfaatan Air Hujan Dengan Metode Penampungan Air Hujan Untuk Kebutuhan Pertamanan Dan Toilet Gedung IV Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta (Studi Kasus: Gedung IV Fakultas

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor adalah tempat yang sangat berguna bagi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan saat ini. Dengan adanya kantor kita dapat melakukan suatu pekerjaan dengan nyaman

Lebih terperinci

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Analisis Debit Banjir Di Sungai Tondano Berdasarkan Simulasi Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Email:tommy11091992@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. URAIAN UMUM Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau terdapat

Lebih terperinci

Kata Kunci : Waduk Diponegoro, Rekayasa Nilai.

Kata Kunci : Waduk Diponegoro, Rekayasa Nilai. REKAYASA NILAI PERENCANAAN PEMBANGUNAN WADUK DIPONEGORO KOTA SEMARANG Value Engineering of Construction Design of Diponegoro Reservoir Semarang City Binar Satriyo Dwika Lazuardi, Septianto Ganda Nugraha,

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Penampungan Air Hujan, Panen Air Hujan.

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Penampungan Air Hujan, Panen Air Hujan. ABSTRAKSI Hironimus Talan, 2007520019, Studi Perencanaan Penampungan Air Hujan Di Gedung Universitas Tribhuwana Tugas Akhir Penelitian, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... i ii iii vi ix xi xiii xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia yang sekarang ini sedang berlangsung, menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena banyaknya perusahaan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu : 37 BAB V ANALISA DATA Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu : 5.1 METODE RASIONAL 5.1.1 Analisa Curah Hujan Dalam menganalisa curah hujan, stasiun yang dipakai adalah stasiun yang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN BANJIR DI KOMPLEKS TERPADU UKRIDA DENGAN KONSEP ZERO RUN OFF FLOOD CONTROL AT UKRIDA INTEGRATED COMPLEX WITH ZERO RUN OFF CONCEPT

PENGENDALIAN BANJIR DI KOMPLEKS TERPADU UKRIDA DENGAN KONSEP ZERO RUN OFF FLOOD CONTROL AT UKRIDA INTEGRATED COMPLEX WITH ZERO RUN OFF CONCEPT Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGENDALIAN BANJIR DI KOMPLEKS TERPADU UKRIDA DENGAN KONSEP ZERO RUN OFF FLOOD CONTROL AT UKRIDA INTEGRATED COMPLEX WITH ZERO RUN OFF CONCEPT Elly Kusumawati Program Studi

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Daya dukung merupakan salah satu konsep yang serbaguna dan populer didalam konteks politik lingkungan saat ini. Seperti halnya dengan konsep keberlanjutan, daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada pada saluran drainase sekunder komplek boulevard hijau, kelurahan pejuang, kecamatan medan satria, bekasi utara.yang dimana

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Sistem Pengolahan Rain Water Pada Sistem pengolahan yang terjadi di hotel kapsul ini, air hujan ditangkap terlebih dahulu. Seperti yang sudah dijabarkan, volume air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir dan genangan air dapat mengganggu aktifitas suatu kawasan, sehingga mengurangi tingkat kenyamaan penghuninya. Dalam kondisi yang lebih parah, banjir dan genangan

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Analisa Curah Hujan 4.1.1 Jumlah Kejadian Bulan Basah (BB) Bulan basah yang dimaksud disini adalah bulan yang didalamnya terdapat curah hujan lebih dari 1 mm (menurut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA 4.1 Tinjauan Umum Dalam merencanakan normalisasi sungai, analisis yang penting perlu ditinjau adalah analisis hidrologi. Analisis hidrologi diperlukan untuk

Lebih terperinci

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II. IKLIM & METEOROLOGI 1 Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 1. CUACA & IKLIM Hidrologi suatu wilayah pertama bergantung pada iklimnya (kedudukan geografi / letak ruangannya) dan kedua pada rupabumi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha di Indonesia, hal ini terlihat dari besarnya

Lebih terperinci

rata-rata P 75%

rata-rata P 75% LAMPIRAN 21 Lampiran 1 Hasil Perhitungan Peluang Hujan Terlampaui Peluang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jumlah rata-rata 200 192 255 276 207 133 157 170 206 264 328 269 2657 SD 96 124

Lebih terperinci

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION BASEMENT OF WATER TANK WRT-14-075 oleh: BAMBANG JOKO SUTONO UNIVERSITAS BALIKPAPAN Jl. Pupuk kel.gn.bahagia (BALIKPAPAN) (2014) ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A) STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A) Yedida Yosananto 1, Rini Ratnayanti 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional,

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG

PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG Ringkasan judul artikel nama penulis 1 nama penulis 2 PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG Tiong Iskandar, Agus Santosa, Deviany Kartika

Lebih terperinci

ANALISA KEUANGAN RUMAH TOKO DENGAN PENERAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DAN PENAMPUNGAN AIR HUJAN

ANALISA KEUANGAN RUMAH TOKO DENGAN PENERAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DAN PENAMPUNGAN AIR HUJAN ANALISA KEUANGAN RUMAH TOKO DENGAN PENERAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DAN PENAMPUNGAN AIR HUJAN Antonius Hadi. 1, Yohanes Christian 2, Herry Pintardi Chandra 3, Cilcia Kusumastuti 4 ABSTRAK : Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum El Nino El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada akhirnya berimplikasi pada pembangunan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit Standar Nasional Indonesia ICS 93.140 Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran 2016-2017 dan penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di DAS Sungai Badera yang terletak di Kota

Lebih terperinci

ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.6 Analisa Debit Limpasan Permukaan Analisa ini bertujuan untuk mengetahui debit air pada kawasan kampus Kijang, Universitas Bina Nusantara, Kemanggisan, Jakarta Barat, pada

Lebih terperinci

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI Metode Mann-Kendall merupakan salah satu model statistik yang banyak digunakan dalam analisis perhitungan pola kecenderungan (trend) dari parameter alam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik

Lebih terperinci

Kajian Bak Penampung Tangkapan Air Hujan Sebagai Upaya Penurunan Run Off Di Kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 Surabaya

Kajian Bak Penampung Tangkapan Air Hujan Sebagai Upaya Penurunan Run Off Di Kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Bak Penampung Tangkapan Air Hujan Sebagai Upaya Penurunan Run Off Di Kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 Surabaya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA 124/FT.EKS.O1/SKRIP/12/2008 UNIVERSITAS INDONESIA PERHITUNGAN DEBIT LIMPASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DAN PROGRAM SMADA DITINJAU DARI ASPEK TATA GUNA LAHAN (STUDI KASUS SUB-DAS PESANGGRAHAN )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air bersih merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan dari penghuni dan masyarakat sekitar bangunan khususnya bangunan rumah tinggal, mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, keadaan lingkungan telah menjadi permasalahan penting yang perlu diperhatikan. Polusi udara, tanah longsor, banjir, dan ketahanan sumber daya air menjadi

Lebih terperinci

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif dan kuantitatif kurang mendapat perhatian. Secara kualitatif

Lebih terperinci

7. PERUBAHAN PRODUKSI

7. PERUBAHAN PRODUKSI 7. PERUBAHAN PRODUKSI 7.1. Latar Belakang Faktor utama yang mempengaruhi produksi energi listrik PLTA dan air minum PDAM adalah ketersedian sumberdaya air baik dalam kuantitas maupun kualitas. Kuantitas

Lebih terperinci

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) 12/14/2014 Pertanyaan 1: Benarkah selalu melemah selama Desember? 12/14/2014 M. Indra Maulana 2 Nilai tukar Rupiah saat ini

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENERAPAN KONSERVASI AIR PADA PERUMAHAN PT X

STUDI KASUS PENERAPAN KONSERVASI AIR PADA PERUMAHAN PT X STUDI KASUS PENERAPAN KONSERVASI AIR PADA PERUMAHAN PT X David Susanto 1, Ryan Ega Kahana 2, Herry Pintardi Chandra 3 ABSTRAK : Perumahan menghasilkan limbah cair domestik yang pada umumnya langsung dibuang

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN DI PULAU MERBAU. Joleha 1.

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN DI PULAU MERBAU. Joleha 1. ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN DI PULAU MERBAU Joleha 1 1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau 1 Mahasiswa program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 137 Vol. 2, No. 2 : 137-144, September 2015 ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN UNTUK PENDUGAAN DEBIT PUNCAK DENGAN METODE RASIONAL DI MATARAM Analysis of Characteristics

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM RAINWATER HARVESTING YANG BERBASIS VALUE ENGINEERING

PERENCANAAN SISTEM RAINWATER HARVESTING YANG BERBASIS VALUE ENGINEERING PERENCANAAN SISTEM RAINWATER HARVESTING YANG BERBASIS VALUE ENGINEERING Kwek Hartono Kurniawan 1, Wilbert Kosasih 2, Herry Pintardi Chandra 3, Cilcia Kusumastuti 4 ABSTRAK : Beberapa tahun terakhir, air

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP. EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP. Cholilul Chayati,Andri Sulistriyono. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Wiraraja

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Penelitian Pengumpulan data penelitian dilakukan untuk menunjang analisis arus balik pada saluran drainase primer Gayam. Data yang dikumpulkan berupa

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN) DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN) Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja, Tommy Jansen Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci