BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sebagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia merupakan sesuatu yang mutlak. Akan tetapi, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini keberadaan air sebagai suatu sumberdaya sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan karena akan sangat mempengaruhi keberlangsungan fungsi. Kerawanan atau kekritisan pemenuhan sumberdaya air telah terjadi tidak hanya dipandang dari sudut pandang ketimpangan antara jumlah ketersediaan yang semakin tak sepadan dengan kebutuhan (kuantitas) saja, tetapi kerawanan juga terjadi pula pada sudut pandang dan sebaran (distribusi) baik secara temporal maupun spasial. Masalah air telah mendapat perhatian yang tinggi tidak hanya skala lokal, nasional maupun regional, tetapi sudah mnejadi agenda global masyarakat dunia (Sudarmadji et al., 2012). Permasalahan air cukup kompleks, menurun dari segi kualitas maupun kuantitas. Permasalahan tersebut tidak hanya semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, tetapi juga semakin beragamnya aktivitas yang dilakukan manusia, baik domestik, industri, pertanian, perdagangan dan lainlain. Begitu pun yang terjadi di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul DIY yang termasuk dalam kawasan karst Gunungsewu. Sebagai kawasan yang memiliki keunikan sistem hidrologi khususnya hidrologi bawah permukaan, permasalahan air yaitu kekeringan telah menjelma menjadi suatu bencana yang berkelanjutan. Sumberdaya air yang ada tidak dapat mencukupi kebutuhan air domestik masyarakat setempat, khususnya saat musim kemarau. Sumber air yang utama saat ini adalah airtanah. Namun untuk kawasan karst seperti karst Gunungsewu, akses untuk mendapatkan airtanah sangat sulit dan terbatas. Menurut Utomo dan Siregar (2000), kedalaman 1

2 airtanah di Kecamatan Tepus dapat mencapai lebih dari 150 meter. Keberadaan mataair di Kecamatan Tepus sebetulnya cukup melimpah karena mayoritas mataair mempunyai debit aliran yang cenderung stabil sepanjang tahun. Menurut Kapedal (2007), terdapat 13 mataair di Kecamatan Tepus. Namun sayang, distribusi mataair tidak merata pada semua desa. Di Desa Tepus sendiri setidaknya terdapat 5 mataair, yaitu mataair Sundak, Watunggal, Sruni, dan Cluwakan yang debit alirannya stabil sepanjang tahun dengan debit rata-rata mencapai 0,05-0,25 m³/detik, serta mataair Sapen yang alirannya bersifat sesaat dengan debit aliran <0,05 m³/detik. Sementara itu, air permukaan yang ada di telaga akan mengering saat musim kemarau. Jaringan pipa-pipa PDAM dan Saluran Rumah (SR) juga terhambat masalah aksesibilitas sehingga hanya mampu menjangkau setidaknya 2 desa dari 5 desa yang ada di Kecamatan Tepus. Salah satu desa di Kecamatan Tepus yang mengalami kondisi tersebut adalah Desa Tepus. Bahkan saat ini pipa-pipa PDAM yang menjangkau Desa Tepus, seperti yang tersaji dalam Gambar 1.1, sudah tidak lagi mengalirkan air sejak tahun Sehingga praktis, masyarakat di Desa Tepus tidak dapat mengandalkannya untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Sumber: Iswandari, Gambar 1.1 Pipa PDAM di Desa Tepus yang sudah tidak lagi mengalirkan air 2

3 Melihat kondisi di atas, maka penggunaan air hujan menjadi salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terutama bagi wilayah yang tidak memiliki cadangan airtanah ataupun kesulitan dalam mengakses airtanah serta minim air permukaan. Salah satu upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air yaitu dengan memanen air hujan (rain water harvesting). Cara yang paling mudah dan sederhana adalah dengan menampung air hujan yang dipanen dari atap rumah ke dalam suatu bak Penampungan Air Hujan (PAH) seperti yang tersaji pada Gambar 1.2. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan air dapat terpenuhi terutama pada musim kemarau sehingga mampu meminimalisir kekurangan air. Sumber: Iswandari, Gambar 1.2 Bak penampung air hujan di Desa Tepus Kecamatan Tepus Masyarakat Kecamatan Tepus telah mengembangkan sistem PAH tersebut sejak tahun 1970-an. Bahkan setiap rumahtangga telah memiliki PAH sendiri. Akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat tetap mengalami defisit air saat musim kemarau, sekalipun mereka telah menampung air hujan. Hal ini sangat terkait dengan kapasitas bak penampung air hujan yang digunakan dan besar kecilnya konsumsi air. Dengan demikian maka pembuatan bak penampung air hujan seharusnya menyesuaikan dengan curah hujan yang turun dan konsumsi air agar penampung air hujan yang dibuat efektif. 3

4 Berdasarkan uraian di atas, maka sangat menarik untuk dikaji terkait estimasi kapasitas PAH yang efektif berdasarkan karakteristik hujan wilayah dan kebutuhan air domestik masyarakat melalui penelitian yang berjudul: Studi Estimasi Kapasitas Bak Penampung Air Hujan di Desa Tepus Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul. 1.2 Perumusan Masalah Air mutlak diperlukan dari segi kuantitas dan kualitas. Apabila secara kuantitas air tersebut melimpah tapi secara kualitas air tersebut buruk maka tidak akan berdaya guna. Air yang dibutuhkan adalah air yang mencukupi dari segi kuantitas dan kualitasnya baik, salah satunya adalah air hujan. Di daerah-daerah yang keberadaan sumber airnya terbatas, baik itu airtanah maupun air permukaan seperti di Desa Tepus Kecamatan Tepus, memanfaatkan air hujan sudah menjadi suatu kewajiban agar masyarakat tidak kekurangan air saat musim kemarau tiba. Semua bak Penampungan Air Hujan (PAH) pada dasarnya sangat potensial untuk menampung air hujan guna keperluan sehari-hari. Akan tetapi, dalam kenyataannya di lapangan belum semua masyarakat memahami sistem penampung air hujan yang efektif. Banyak ditemukan bak yang kosong, terlebih lagi ketika musim kemarau datang. Selain itu, meskipun telah menampung air hujan, kekurangan air tetap dirasakan saat musim kemarau. Hal ini terjadi karena dimensi maupun kapasitas PAH yang menunjukkan ketidakseimbangan antara air hujan yang ditampung dengan besarnya kebutuhan air. Uraian di atas dapat digunakan untuk merumuskan pertanyaan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana ketersediaan air di Desa Tepus Kecamatan Tepus dilihat dari karakteristik hujan wilayahnya? 2. Seberapa besar rata-rata jumlah kebutuhan air domestik penduduk di Desa Tepus Kecamatan Tepus? 4

5 3. Berapa kapasitas bak Penampungan Air Hujan (PAH) yang ideal dan efektif untuk memenuhi kebutuhan air domestik penduduk di Desa Tepus Kecamatan Tepus? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk: 1. Mengetahui ketersediaan air berdasarkan karakteristik hujan di Desa Tepus Kecamatan Tepus. 2. Menghitung rata-rata kebutuhan air domestik penduduk di Desa Tepus Kecamatan Tepus. 3. Mengestimasi kapasitas bak Penampungan Air Hujan (PAH) yang ideal dan efektif untuk memenuhi kebutuhan air domestik penduduk di Desa Tepus Kecamatan Tepus. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kapasitas bak Penampungan Air Hujan (PAH) yang ideal dalam kegiatan pemanenan air hujan melalui atap rumah untuk memenuhi kebutuhan air domestik penduduk, dengan mendasarkan pada karakteristik hujan dan tingkat konsumsi air penduduk. Dengan memperhatikan berbagai pertimbangan tersebut, maka diharapkan PAH yang dibangun akan memberikan efektivitas yang tinggi dalam pemanfaatannya Tinjauan Pustaka Hujan Hujan merupakan salah satu presipitasi yang berbentuk cair dan pada umumnya memiliki diameter sekitar 0,5-4,0 mm (Wiesner, 1970). Tidak semua ukuran butiran air dapat jatuh atau turun menjadi hujan disebabkan 5

6 adanya gesekan udara. Presipitasi itu sendiri merupakan semua bentuk hasil kondensasi uap air yang terkandung di atmosfer yang jatuh ke permukaan bumi (Wiesner, 1970). Presipitasi adalah faktor pengontrol yang utama dalam siklus hidrologi di suatu wilayah, sebagai masukan utama air ke permukaan bumi. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai pola hujan dalam suatu tempat dan waktu sangat penting untuk mengetahui kelembaban tanah, proses resapan airtanah dan debit aliran (Ward dan Robinson, 1990). Presipitasi dapat dipandang sebagai faktor pendukung sekaligus pembatas bagi usaha pengelolaan sumberdaya air dan tanah (Asdak, 2002) Variabilitas Curah Hujan Data mengenai hujan sangat bermanfaat untuk berbagai bidang. Variabilitas curah hujan umumnya dibedakan menjadi variabilitas yang berdimensi ruang dan waktu. Variabilitas hujan di daerah tropis jauh lebih besar. Besarnya curah hujan bulanan atau tahunan bervariasi. Secara umum besarnya curah hujan bervariasi menurut ketinggian tempat sebagai akibat pengaruh orografis. Besarnya curah hujan yang turun di daerah tropis umumnya bervariasi dari tahun ke tahun bahkan dari musim ke musim dalam kurun waktu satu tahun. Adanya variasi tersebut maka diperlukan data hujan dalam kurun waktu panjang untuk dapat memperkirakan besarnya nilai tengah hujan dan besarnya frekuensi hujan, yaitu ketika suatu besaran hujan tertentu akan datang lagi pada periode waktu tertetu (Asdak, 1995). Data hujan di stasiun hujan terkadang tidak lengkap karena kesalahan pencatat atau pun alat. Dengan demikian perlu adanya estimasi pengisian data hujan yang hilang. Pengisian data hujan yang hilang tersebut dibantu dengan data yang tersedia pada stasiun hujan di sekitarnya. Cara yang dipakai dinamakan ratio normal. Syarat menggunakan cara ini adalah tinggi hujan rata-rata tahunan stasiun hujan yang datanya hilang harus diketahui, di samping itu dibantu dengan data tinggi hujan rata-rata tahunan dan data pada stasiun hujan di sekitarnya (Linsley, 1982; Soemarto, 1999). 6

7 Data hujan hasil pengukuran beberapa tahun perlu diuji konsistensinya. Hal ini karena selama periode jangka panjang memungkinkan terjadinya perubahan lingkungan di sekitar penakar hujan. Uji konsistensi data dapat dilakukan dengan metode kurva massa ganda (double mass curve). Sumbu vertikal menunjukkan nilai kumulatif hujan dari stasiun yang diuji dan sumbu horizontal untuk kumulatif hujan rata-rata dari beberapa stasiun penakar hujan yang ada di sekitarnya (Linsley, 1982; Suyono, 2004). Data hujan dapat digunakan untuk menghitung curah hujan di suatu wilayah atau yang biasa disebut dengan hujan wilayah. Metode yang biasa digunakan antara lain metode aritmatik, metode polygon thiessen dan metode isohyet (Asdak, 1995) Kebutuhan Air Domestik Penduduk Kebutuhan air domestik penduduk merupakan kebutuhan air rumah tangga sehari-hari yang digunakan untuk minum, masak, wudhu, mandi dan mencuci. Pada dasarnya kebutuhan air setiap individu berbeda-beda, baik di setiap tempat maupun di setiap waktu. Kebutuhan air domestik sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik eksternal maupun internal. Faktor internal merupakan faktor dari setiap individu. Faktor ini berkaitan dengan kebiasaan setiap individu dalam menggunakan air. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor di luar individu. Faktor eksternal antara lain iklim, kondisi sosial, ekonomi, budaya, lingkungan dan tempat tinggal. Kebutuhan air penduduk kota biasanya lebih banyak dibandingkan penduduk desa. Di Indonesia, untuk kebutuhan rumah tangga penduduk di pedesaan memerlukan air sekitar liter/hari/jiwa, sedangkan penduduk di perkotaan lebih banyak menggunakan air yaitu liter/hari/jiwa (Manik, 2003) Pemanenan Air Hujan Pemanenan air hujan merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi (musim penghujan) untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah (musim 7

8 kemarau). Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yaitu menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan (Arnold, 1986). Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering dengan curah hujan <100 mm per bulan dan lebih dari 4 bulan berturut-turut, sedangkan pada musim penghujan curah hujannya sangat tinggi yaitu lebih dari 200 mm per bulan. Ketersediaan air yang berlebihan pada musim hujan tersebut dapat ditampung atau dipanen untuk digunakan pada musim kemarau (Sutikno, 2008). Usaha-usaha pemanenan air hujan seharusnya diprioritaskan untuk daerah-daerah yang mengalami hujan dengan intensitas cukup tinggi dengan diselingi periode waktu tanpa hujan dengan atau hujan turun dalam jumlah yang tidak memadai. Hal ini tergantung pada keadaan setempat (Asdak, 2002). Bentuk memanen air hujan diantaranya adalah dengan kolam atau bak pengumpul air hujan (PAH). Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2006), kolam pengumpul air hujan merupakan kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atap bangunan (rumah, gedung perkantoran atau industri) yang disalurkan melalui talang sebagaimana tersaji dalam Gambar 2.1. Pengumpul air hujan ini telah banyak dipakai masyarakat secara tradisional sebagai cadangan air bersih. Gambar 1.3 Teknik panen air hujan dengan atap rumah (Bolkland, 2008) 8

9 Pemanenan air hujan yang optimal perlu adanya rancangan alat pemanen air hujan yang dibuat sedemikian rupa sehingga air hujan yang tertampung oleh atap rumah dialirkan ke bak penampung yang dilengkapi dengan saluran pembuangan air yang tidak tertampung oleh bak tersebut. Ukuran atap yang diperlukan untuk pemanenan air hujan akan tergantung dari atap rumah yang akan digunakan untuk kegiatan pemanenan air hujan (David, 1998). Sedangkan jumlah air hujan yang dapat dipanen ditentukan oleh efektivitas atap yang digunakan dan oleh curah hujan tahunan yang berlangsung di daerah tersebut. Untuk mencukupi kebutuhan air bagi keperluan rumah tangga pada saat-saat terjadi periode kekeringan yang panjang, rancangan atap bak penampung air hujan dan luas bak penampung air yang dikumpulkan seyogyanya dibuat melebihi keperluan air yang dibutuhkan pada tingkat keperluan minimum atau angka kelebihan 50% dari keperluan dasar penduduk akan air sudah dapat mencukupi (Asdak, 2002). Perencanaan bak penampung air hujan dapat dilakukan dengan menggunakan metode Rippl. Metode ini digunakan untuk merencanakan suatu bangunan penampung air, seperti waduk. Bak tersebut digunakan sebagai penyediaan air bersih bagi penduduk sekitar. Pada dasarnya terdiri dari dua jenis, yaitu membuat garis massa dan membuat tabel (Subarkah, 1980). 1.6 Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian terkait pemanfaatan air hujan maupun bak penampungan air hujan (PAH) telah cukup banyak dilakukan, baik yang menyoroti aspek kualitas dari air hujan yang ditampung maupun aspek kuantitas, baik itu banyaknya hujan yang dapat ditampung maupun penentuan kapasitas bak penampungan air hujannya. Namun demikian, penelitian tentang estimasi kapasitas bak penampungan air hujan di Desa Purwodadi Kecamatan Tepus ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan. Penelitian lain dengan tema sejenis telah dilakukan di lokasi lain dengan tujuan yang berbeda-beda. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Sunardi (1992) di Kecamatan 9

10 Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, Dwiningsih (2003) di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten, Kusuma (2008) di Banda Aceh, dan Rulliawati (2009) di Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Sunardi (1992) melakukan penelitian di Kecamatan Pracimantoro yang bertujuan untuk mengevaluasi sistem pemanenan air hujan agar mampu memenuhi kebutuhan air tumah tangga penduduk, yang meliputi luas tangkapan hujan, jumlah bak penampung yang sudah ada, kekurangan air dan koefisien pengaliran atap genting. Metode yang digunakan adalah persamaan V=CxAxP. Dwiningsih (2003) melakukan penelitian di Kecamatan Jatinom dengan tujuan merencanakan kapasitas bak penmapung yang efektif untuk mencukupi kebutuhan air minum penduduk. Metode yang digunakan adalah metode Rippl dengan cara membuat tabel dan perhitungan kapasitas bak menggunakan data curah hujan terkering dan data hujan rata-rata. Kusuma (2008) melakukan penelitian di Banda Aceh dengan tujuan menentukan kapasitas bak penampung yang efektif sesuai dengan kebutuhan domestik penduduk. Metode yang digunakan adalh metode Rippl dengan plotting kurva demand ke kurva massa curah hujan untuk mengetahui nilai kekurangan air maksimum tahunannya. Nilai kekurangan air ini juga dihitung probabilitasnya untuk periode ulang tertentu. Selain itu penelitian ini juga menyajikannya secara spasial. Metode yang serupa juga dilakukan oleh Rulliawati (2009) dalam penelitiannya tentang evaluasi efektivitas bak penampungan air hujan yang telah ada di Kecamatan Gedangsari. Penelitian yang dilakukan oleh Iswandari (2012) memfokuskan pada estimasi kapasitas bak penampungan air hujan yang didasarkan pada karakteristik hujan wilayah dan kebutuhan air domestik penduduk di Desa Purwodadi Kecamatan Tepus. Metode yang digunakan adalah metode Rippl dengan melakukan plotting kurva demand ke kurva massa curah hujan sehingga diketahui indeks kekurangan air maksimum tahunannya. Berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, pada penelitian ini analisis peluang tidak hanya dilakukan untuk indeks kekurangan air nya saja 10

11 tetapi juga pada hujan, sehingga dihitung juga hujan rancangannya untuk periode ulang tertentu. Hal ini bertujuan agar estimasi kapasitas bak penampung dapat tetap relevan hingga beberapa tahun ke depan dengan karakteristik hujan yang berbeda. Beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut dijadikan acuan untuk penelitian yang akan dilakukan di Desa Purwodadi Kecamatan Tepus. Perbandingan penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan disajikan pada Tabel

12 Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Sebelumnya dan Penelitian yang Dilakukan Peneliti dan No. Tahun 1 Sunardi (1992) 2 Dwiningsih (2003) Judul Tujuan Metode Hasil Tinjauan Pemanfaatan Mengetahui kemampuan air Air Hujan dengan Bak hujan dalam memenuhi Penampung untuk kebutuhan air untuk Keperluan Rumah keperluan rumah tangga bagi Tangga di Kecamatan penduduk Kecamatan Persamaan : Rata-rata curah hujan sebesar 12 mm/hari V = C x A x P dengan luas tangkapan 72 m² dapat memenuhi kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga penduduk. Di daerah penelitian terdapat bak pribadi Pracimantoro Wilayah Pracimantoro. dengan volume lt dan 106 bak Selatan Kabupaten Wonogiri Pemanfaatan Air Hujan dengan Bak Penampung untuk Air Minum Penduduk Kecamatan Jatinom Kabupaten umum dengan volume rata-rata sebesar lt. Kekurangan air karena jumlah bak penampung air hujan dan volume bak penampung air hujan yang sudah ada belum sesuai dengan jumlah kebutuhan air. Angka pengaliran atap genting sebesar 0,86 menunjukkan bahwa kehilangan air di atap rumah rendah. Merencanakan kapasitas bak Metode Rippl dengan Kapasitas bak penampung untuk air penampung yang efektif cara membuat tabel, minum menggunakan data hujan terkering untuk mencukupi kebutuhan perhitungan kapasitas untuk keluarga beranggotakan 4 orang air minum penduduk pada bak menggunakan data adalah lt, sedangkan menggunakan daerah penelitian. curah hujan terkering dan data hujan rata-rata dengan probabilitas 12

13 3 Kusuma (2008) Klaten data hujan rata-rata. Kapasitas bak hasil perhitungan menggunakan metode ini ditambah 10% untuk persiapan kebutuhan air yang lebih banyak. Analisis Pemanfaatan Menentukan kebutuhan air Curah Hujan untuk domestik per orang per hari Mencukupi Kebutuhan yang akan digunakan untuk Air Bersih di Banda Aceh penentuan kapasitas efektif bak penampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk di daerah penelitian serta menentukan bagaimana distribusi spasialnya. Metode Rippl dengan plotting kurva demand ke dalam kurva massa curah hujan sehingga didapatkan nilai kekurangan air tahunan. Analisis peluang menggunakan metode Weibull dengan menghitung nilai P dan Tr untuk menentukan kekurangan air maksimum dengan hujan 50% adalah lt dan kapasitas bak penampung menggunakan data hujan rata-rata dengan probabilitas 60% adalah lt. Kapasitas bak penampung yang efektif adalah kapasitas bak penampung yang dihitung dengan menggunakan data hujan terkering karena data hujan terkering lamanya adalah satu tahun sehingga perhitungan lebih detail. Kebutuhan air domestik 159 lt/orang/hari, kekurangan air terbesar yaitu 0,36 m³ terjadi pada tahun 1990 dan kekurangan air terkecil yaitu 0,12 m³ pada tahun Dari perhitungan didapatkan 20 data indeks kekurangan air maksimum tahunan. Untuk periode ulang 5 tahunan dibutuhkan volume air sebanyak lt/orang/bulan, untuk periode ulang 10 tahunan dibutuhkan volume air sebanyak lt/orang/bulan, sedangkan untuk periode ulang 20 tahunan dibutuhkan volume air sebanyak lt/orang/bulan. 13

14 periode ulang lainnya. 4 Rulliawati Analisis Karakteristik Mengetahui karakteristik Metode Rippl dengan Curah hujan di daerah penelitian cukup (2009) Hujan untuk Kebutuhan hujan di Kecamatan cara plotting kurva besar tap hanya terkonsentrasi pada bulan Air Domestik Penduduk Gedangsari, mengetahui demand ke kurva massa November-April. Kebutuhan air domestik di Kecamatan rata-rata jumlah kebutuhan curah hujan sehingga penduduk di daerah penelitian di setiap Gedangsari Kabupaten air domestik penduduk di diperoleh indeks musimnya relatif berbeda. Kebutuhan air Gunungkidul Kecamatan Gedangsari dan kekurangan air domestik rata-rata sebesar 66 mengetahui efektivitas bak maksimum tahunan. lt/orang/hari. Kapasitas bak penampung penampung air hujan yang Indeks ini kemudian air yang telah ada sesuai dengan peluang telah ada di Kecamatan dicari peluang dan kejadian indeks kekurangan air 75% Gedangsari. periode ulangnya dengan periode ulang 1,33 tahun. Volume menggunakan metode air yang harus disediakan penduduk agar Weibull. tidak mengalami kekurangan air untuk periode ulang 20 tahun sebesar 16,51 m³/orang/tahun. 5 Iswandari Studi Estimasi Kapasitas Mengetahui kondisi Data curah hujan diolah Ketersediaan air di Desa Purwodadi (2012) bak Penampungan Air ketersediaan air berdasarkan dengan metode hujan berdasarkan karakteristik hujan wilayah Hujan di Desa karakteristik hujan wilayah rancangan. Kebutuhan dan hujan rancangan hingga periode ulang Purwodadi Kecamatan di Desa Purwodadi, air domestik penduduk tertentu. Tepus Kabupaten menghitung rata-rata didapat dengan cara Rata-rata kebutuhan air domestik Gunungkidul kebutuhan air domestik wawancara. Estimasi penduduk. penduduk di Desa kapasitas bak Analisis kekurangan air sebagai dasar 14

15 Purwodadi dan penampung air hujan mnegestimasi kapasitas bak didasarkan pada indeks penampung air hujan untuk kekurangan air penyediaan air di Desa maksimum tahunan Purwodadi. dengan metode Rippl yaitu plotting kurva demand ke kurva massa curah hujan. Estimasi kapasitas bak penampung memperhitungkan tebal hujan, luas atap rumah dan jumlah anggota Sumber : Sunardi, 1992; Dwiningsih, 2003; Kusuma, 2008; Rulliawati, 2009 keluarga (persamaan V=AxCxP). Indeks kekurangan air maksimum tahunan dihitung peluang dan periode ulangnya dengan metode Weibull. estimasi kapasitas bak penampung air hujan yang efektif dan relevan hingga beberapa tahun ke depan. 15

16 1.7 Kerangka Pemikiran Curah hujan dalam siklus hidrologi mempunyai peran yang sangat penting. Curah hujan tersebut tidak semuanya dapat sampai ke permukaan tanah, tetapi ada yang tertahan di pohon ataupun atap bangunan, bahkan ada yang menguap kembali ke atmosfer. Air hujan yang jatuh ke atap rumah untuk ditampung sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas atap rumah dan koefisien pengaliran atap rumah. Pembuatan penampung air hujan berkaitan juga dengan rata-rata kebutuhan air domestik penduduk. Biasanya kebutuhan air pada musim hujan dan musim kemarau relatif berbeda. Kebutuhan air domestik pada musim hujan dapat terpenuhi, sedangkan pada musim kemarau terkadang belum dapat terpenuhi (defisit). Hal ini terkait dengan kapasitas bak penampung air hujan yang digunakan dan besar kecilnya konsumsi air. Dengan demikian maka pembuatan bak penampung air hujan seharusnya menyesuaikan dengan curah hujan yang turun dan konsumsi air agar penampung air hujan yang dibuat efektif. Kerangka pemikiran tersebut tersaji dalam diagram pada Gambar 1.4. Curah Pendudu Non atap Atap rumah Jumlah Dipengaruhi oleh luas atap rumah & koefisien Volume air hujan Kebutuhan yang dapat air domestik Surplus/Defisi Estimasi kapasitas bak penampung air Gambar 1.4. Kerangka pemikiran penelitian 16

17 1.8 Batasan Operasional Hujan wilayah adalah banyaknya hujan rata-rata yang turun dan distribusi hujan yang diperkirakan dari beberapa titik penakar hujan yang tersebar pada suatu wilayah yang ditinjau (Wiesner, 1970). Kebutuhan air domestik merupakan kebutuhan air sehari-hari yang digunakan untuk minum, masak, mencuci, mandi dan wudhu. Pemanenan air hujan merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada kondisi dimana curah hujan rendah (Arnold, 1986). Indeks kekurangan air maksimum tahunan merupakan besarnya nilai kekurangan air maksimum tahunan penduduk pada periode kering yang didapatkan dari plotting kurva demand dan kurva massa curah hujan (supply). Distribusi peluang (probability distribution) adalah jumlah kejadian dari pada sebuah deskrit dibagi dengan jumlah total kejadian (Soewarno, 1995). Kapasitas bak penampung air hujan yang efektif merupakan volume maksimal air hujan yang dapat ditampung oleh bak penampung air hujan dan sesuai dengan kebutuhan air domestik penduduk. BAB II METODE PENELITIAN 17

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa air. Di daerah perkotaan seiring pesatnya pembangunan gedung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Daya dukung merupakan salah satu konsep yang serbaguna dan populer didalam konteks politik lingkungan saat ini. Seperti halnya dengan konsep keberlanjutan, daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok yang mutlak harus dipenuhi sehari-hari. Tanpa adanya air, manusia tidak dapat bertahan hidup karena air digunakan setiap harinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia akan air sangat komplek, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut WHO di negaranegara maju setiap orang memerlukan air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif dan kuantitatif kurang mendapat perhatian. Secara kualitatif

Lebih terperinci

menyebabkan kekeringan di musim kemarau,

menyebabkan kekeringan di musim kemarau, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Pengertian Drainase dan Perubahan Konsep Drainase Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II. IKLIM & METEOROLOGI 1 Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 1. CUACA & IKLIM Hidrologi suatu wilayah pertama bergantung pada iklimnya (kedudukan geografi / letak ruangannya) dan kedua pada rupabumi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hujan / Presipitasi Hujan merupakan satu bentuk presipitasi, atau turunan cairan dari angkasa, seperti salju, hujan es, embun dan kabut. Hujan terbentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penampungan Air Hujan Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah pengumpulan limpasan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air domestik, pertanian, maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan sumber air yang sangat melimpah. Sumber air

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan sumber air yang sangat melimpah. Sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan sumber air yang sangat melimpah. Sumber air ini merupakan sumber daya yang sangat penting untuk pemenuhan kehidupan makhluk hidup (Indriatmoko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan semua mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka ragam, baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan oleh semua makhluk hidup dan bersifat sebagai sumberdaya yang terbaharukan dan dinamis, artinya sumber air akan datang

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen penting bagi proses kehidupan di bumi karena semua organisme hidup membutuhkan air dan merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem

Lebih terperinci

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya. 5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas

Lebih terperinci

Jln Ir. Sutami 36 A, Surakarta

Jln Ir. Sutami 36 A, Surakarta Analisis Pemanfaatan Air Hujan Dengan Metode Penampungan Air Hujan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Rumah Tangga Di Kota Surakarta Rimaniar Julindra ), Siti Qomariyah 2), Sudarto 3) 1)Mahasiswi Prodi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG Akhmad Faruq Hamdani, Nelya Eka Susanti Geografi Universitas Kanjuruhan

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN Sugeng Sutikno 1, Mutia Sophiani 2 1 Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Subang 2 Alumni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung. Perencanaan Embung Tambak Pocok Kabupaten Bangkalan PERENCANAAN EMBUNG TAMBAK POCOK KABUPATEN BANGKALAN Abdus Salam, Umboro Lasminto, dan Nastasia Festy Margini Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah sebuah proses pergerakan air dari bumi ke armosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara kontinyu (Triadmodjo, 2008). Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Air adalah kehidupan. Tanpa air, mikroorganisme yang mendekomposisi bahan organik tidak akan pernah ada, demikian pula tidak akan pernah ada daur ulang materi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muka bumi yang luasnya ± 510.073 juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 148.94 juta Km 2 (29.2%) dan lautan 361.132 juta Km 2 (70.8%), sehingga dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara kepulauan yang secara astronomis terletak di sekitar garis katulistiwa dan secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA

EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA Sidang Tesis Oleh : Dica Erly Andjarwati 3311202802 Magister Teknik Sanitasi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN

BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN Novitasari,ST.,MT TIU TIK TIU & TIK : Hidrologi Terapan merupakan matakuliah untuk memahami tentang aplikasi hidrogi terapan dan aplikasinya dalam rekayasa teknik sipil.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah atau kawasan yang di batasi oleh pembatas topografi yang menerima, mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. URAIAN UMUM Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau terdapat

Lebih terperinci

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam EVALUASI DAN PERENCANAAN DRAINASE DI JALAN SOEKARNO HATTA MALANG Muhammad Faisal, Alwafi Pujiraharjo, Indradi Wijatmiko Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jalan M.T Haryono

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya D241 Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya Fairuz Nadia dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta)

Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta) Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta) Sri Maharjono 1), Siti Qomariyah 2), Koosdaryani 3)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing, Mahendra Andiek M, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR No: 880/WM.FT.S/SKR/2015

TUGAS AKHIR No: 880/WM.FT.S/SKR/2015 TUGAS AKHIR No: 880/WM.FT.S/SKR/2015 ANALISA POTENSI AIR HUJAN TERHADAP KEBUTUHAN AIR RUMAH TANGGA (Lokasi Studi Rumah Bapak Josephus Miru dan Alosius Ngasi) DISUSUN OLEH : JESMAGRES ANANDA THOOMASZEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke

Lebih terperinci

BAB 3 PRESIPITASI (HUJAN)

BAB 3 PRESIPITASI (HUJAN) BAB 3 PRESIPITASI (HUJAN) PRESIPITASI (HUJAN) Bila udara lembab bergerak keatas kemudian menjadi dingin sampai melalui titik embun, maka uap air didalamnya mengkondensir sampai membentuk butir-butir air.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Penggunaan air pada bidang sanitasi sangatlah penting.

I. PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Penggunaan air pada bidang sanitasi sangatlah penting. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Penggunaan air pada bidang sanitasi sangatlah penting. Dalam proses penciptaan sanitasi yang baik, jumlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air Kondisi Saat ini Perhitungan neraca kebutuhan dan ketersediaan air di DAS Waeruhu dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply

Lebih terperinci

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISUSUN OLEH : Nama : Winda Novita Sari Br Ginting Nim : 317331050 Kelas : B Jurusan : Pendidikan Geografi PEDIDIKAN

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumber daya alam yang tersedia di bumi. Air memiliki banyak fungsi dalam kelangsungan makhluk hidup yang harus dijaga kelestariannya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Selain sebagai air minum, air juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya. Air bersifat sumber daya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama air yakni hujan

Lebih terperinci

EVALUASI PENAMPUNGAN AIR HUJAN (PAH) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI DESA GIRIHARJO KECAMATAN PANGGANG KABUPATEN GUNUNGKIDUL

EVALUASI PENAMPUNGAN AIR HUJAN (PAH) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI DESA GIRIHARJO KECAMATAN PANGGANG KABUPATEN GUNUNGKIDUL EVALUASI PENAMPUNGAN AIR HUJAN (PAH) UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI DESA GIRIHARJO KECAMATAN PANGGANG KABUPATEN GUNUNGKIDUL Aditya Eka Putra adityaekaputra32@gmail.com M. Pramono Hadi mphadi@ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN

BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN III HUJN N NLISIS HUJN Novitasari,ST.,MT Kompetensi kompetensi: Hidrologi Terapan merupakan matakuliah untuk memahami tentang aplikasi hidrogi terapan dan aplikasinya dalam rekayasa teknik sipil. Sub kompetensi:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Neraca Air Triatmodjo (2010) menjelaskan neraca air dapat menggambarkan bahwa di dalam suatu sistem hidrologi (DAS, waduk, danau, aliran permukaan) dapat dievaluasi air yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR PETA...xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air bersih merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelanggaran Sanitasi yang layak dan layanan air bersih merupakan prasyarat dasar pembangunan, sebuah investasi yang harus diamankan terlebih dahulu untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III BAB III METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN 3.1 Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut berasal dari perairan Danau Toba. DAS Asahan berada sebagian besar di wilayah Kabupaten Asahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan bejana berjungkit sebagai alat pengukuran memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan pengggunaan alat pengkuran konvensional. Kelebihan alat ini memberikan kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Air adalah salah satu unsur esensial yang paling dibutuhkan oleh sebagian besar makhluk hidup di bumi. Komposisi permukaan bumi didominasi oleh perairan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim menyebabkan musim hujan yang makin pendek dengan intensitas hujan tinggi, sementara musim kemarau makin memanjang. Kondisi ini diperparah oleh perubahan penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Pengelompokan Area Kelurahan Kedung Lumbu memiliki luasan wilayah sebesar 55 Ha. Secara administratif kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi 2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.

Lebih terperinci

EVALUASI SALURAN DRAINASE KELURAHAN RAWALUMBU BEKASI PADA SUBSISTEM SUNGAI RETENSI RAWALUMBU. Bayu Tripratomo

EVALUASI SALURAN DRAINASE KELURAHAN RAWALUMBU BEKASI PADA SUBSISTEM SUNGAI RETENSI RAWALUMBU. Bayu Tripratomo EVALUASI SALURAN DRAINASE KELURAHAN RAWALUMBU BEKASI PADA SUBSISTEM SUNGAI RETENSI RAWALUMBU. Bayu Tripratomo Abstrak- Banjir adalah salah satu bentuk daya rusak air yang merupakan fenomena alam karena

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Dicky Rahmadiar Aulial Ardi, Mahendra Andiek Maulana, dan Bambang Winarta Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Semua makhluk hidup di dunia ini pasti membutuhkan air untuk hidup baik hewan, tumbuhan dan manusia. Begitu besar peran air dalam kehidupan membuat air termasuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah air di bumi adalah 1,386 milyar km 3 yang sebagian besar merupakan air laut yaitu sebesar 96,5%. Sisanya sebesar 1,7% berupa es di kutub; 1,7% sebagai air tanah

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... i ii iii vi ix xi xiii xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan dari penghuni dan masyarakat sekitar bangunan khususnya bangunan rumah tinggal, mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, sehingga keberadaan air dalam jumlah yang cukup mutlak diperlukan untuk menjaga keberlangsungan hidup

Lebih terperinci

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air Tugas Akhir Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air Oleh : Sezar Yudo Pratama 3106 100 095 JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi 4 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi Siklus hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang terjadi secara terus menerus, air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN Kristanto Wibisono 1, Antonius C 2, Herry P. Chandra 3, Cilcia K. 4 ABSTRAK : Seiring dengan bertambahnya

Lebih terperinci

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION BASEMENT OF WATER TANK WRT-14-075 oleh: BAMBANG JOKO SUTONO UNIVERSITAS BALIKPAPAN Jl. Pupuk kel.gn.bahagia (BALIKPAPAN) (2014) ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA

TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA Renhata Katili Architecture Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

POLA DAN PROSES KONSUMSI AIR MASYARAKAT PERMUKIMAN SEPANJANG SUNGAI JAJAR DI KABUPATEN DEMAK (Kecamatan Demak Kecamatan Kebonagung) TUGAS AKHIR

POLA DAN PROSES KONSUMSI AIR MASYARAKAT PERMUKIMAN SEPANJANG SUNGAI JAJAR DI KABUPATEN DEMAK (Kecamatan Demak Kecamatan Kebonagung) TUGAS AKHIR POLA DAN PROSES KONSUMSI AIR MASYARAKAT PERMUKIMAN SEPANJANG SUNGAI JAJAR DI KABUPATEN DEMAK (Kecamatan Demak Kecamatan Kebonagung) TUGAS AKHIR Oleh : MAYANG HAPSARI L2D 304 158 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota besar di Indonesia. Mulai dari banjir, polusi udara, longsor, hingga kurangnya air bersih. Berbagai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP TUGAS AKHIR Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing NRP. 3109 100 112 Dosen Pembimbing : Mahendra Andiek M, ST.MT. Ir. Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air diperuntukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air diperuntukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air diperuntukan untuk minum,mandi dan mencuci,air juga sebagai sarana transportasi, sebagai wisata/rekreasi,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus ABSTRAK Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Petanu merupakan salah satu DAS yang berada di Provinsi Bali. DAS Tukad Petanu alirannya melintasi 2 kabupaten, yakni: Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar. Hulu

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB I PENDAHULUAN

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Air merupakan salah satu unsur utama untuk kelangsungan hidup manusia, disamping itu air juga mempunyai arti penting dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan

Lebih terperinci

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Novitasari,ST.,MT. TIU & TIK TIU Memberikan pengetahuan mengenai berbagai metode dalam penanganan drainase, dan mampu menerapkannya dalam perencanaan drainase kota:

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU Andriano Petonengan Jeffry S. F. Sumarauw, Eveline M. Wuisan Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Email:anopetonengan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu penelitian dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar penelitian agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam analisis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam semesta ini. Bagi umat manusia, keberadaan air sudah menjadi sesuatu yang urgen sejak zaman

Lebih terperinci