BAB 2 DASAR TEORI. Rendra Elgara I
|
|
- Benny Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tri Yayuk Susana (2012) dalam Analisis Pemanfaatan Potensi Air Hujan dengan Menggunakan Cistern Sebagai Alternatif Sumber Air Pertamanan pada Gedung Perkantoran Bank Indonesia menjelaskan bahwa metode panen air hujan dengan cistern merupakan salah satu upaya konservasi air, dimana air hujan yang dipanen dapat digunakan untuk keperluan menyiram tanaman di area taman pada komplek Perkantoran Bank Indonesia, sehingga dapat mengurangi kebutuhan air untuk penyiraman tanaman yang selama ini menggunakan air PAM yang biayanya terbilang mahal. Hasil penelitiannya menunjukkan potensi penghematan air PAM sebesar 65,41% dari total kebutuhan air pertamanan yang sebelumnya menggunakan air PAM hanya untuk menyiram tanaman. Disamping itu, pemanfaatan air hujan ini dapat memberikan nilai tambah terhadap upaya konservasi sumber daya air. Ahmad Zaki (2008) dalam Analisis Pemanfaatan Rain Barrel sebagai Alternatif Penyediaan Sumber Air di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia menjelaskan bahwa untuk menentukan volume air hujan yang tertampung, menggunakan suatu data hujan perwakilan berupa perhitungan hujan andalan untuk menghitung volume hujan dengan peluang terjadinya besar. Penentuan volume rain barrel dilakukan dengan memilih volume yang paling minimum diantara volume-volume tertampung, dikarenakan luas daerah tangkapan yang sangat besar mengakibatkan volume tertampung yang dihasilkan besar sehingga berdampak pada pembiayaan yang sangat besar. Volume overflow kumulatif yang tersisa setelah volume demand terpenuhi akan disimpan dan di recharge. Opsi untuk volume yang disimpan dapat berupa menyalurkan air ke gedung yang kekurangan air, menambah jumlah kapasitas rain barrel, menyalurkan air ke fakultas lain, membuat kolam penampungan sementara, mengintegrasikan cistern.
2 5 Ahmad Saiful Fathi (2013) dalam Perancangan Sistem Rain Water Harvesting menjelaskan bahwa dapat disimpulkan bahwa air hujan memiliki potensi yang cukup besar untuk membantu memenuhi kebutuhan akan air bersih. Penghematan air yang dapat dilakukan di Hotel Novotel Yogyakarta dengan mengaplikasikan Sistem Rainwater Harvesting mencapai angka 8,6%, bahkan pada bulan-bulan tertentu dapat mencapai 21%. Untuk pengolahan airnya, Hotel Novotel sudah memiliki sistem treatment sebelumnya sehingga lebih mudah untuk mengaplikasikan sistem RWH dan memanfaatkannya sebagai air potable. Walau begitu, akan lebih baik jika sistem RWH tidak hanya menangani kebutuhan air potable saja tetapi juga menangani kebutuhan air non-potable, dimana pada kebutuhan air non-potable ini air hujan dapat digabungkan dengan sistem waste water management. Lismawati (2007) dalam Pemanfaatan Air Hujan dengan Bak Penampung untuk Memenuhi Kebutuhan air Rumah Tangga di Kawasan Shelter Pengungsi Merapi menyimpulkan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan kebutuhan rata-rata air rumah tangga di shelter Banjarsari adalah 0.47 m3/rumah/hari pada nilai reliabilitas sama dengan 1 dan demand sebesar 0.24 m3/rumah/hari. Kapasitas bak penampung hujan optimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga m3 dengan dimensi 3.57 x 3.57 x 1.5 m. Setelah dilakukan verifikasi dengan data hujan selama 10 tahun, nilai reliabilitas menjadi sedangkan untuk simulasi dengan kapasitas bak penampung sebesar m3 didapat reliabilitas sebesar 84% Dasar Teori Hujan Hujan terjadi karena udara basah yang naik ke atmosfer mengalami pendinginan sehingga terjadi proses kondensasi. Naiknya udara ke atas dapat terjadi secara siklonik, orografik dan konvektif. Tipe hujan dibedakan menurut cara naiknya udara ke atas.
3 Hujan konvektif Di daerah tropis pada musim kemarau udara yang berada di dekat permukaan tanah mengalami pemanasan intensif. Pemanasan tersebut menyebabkan rapat massa udara berkurang, sehingga udara basah naik ke atas dan mengalami pendinginan sehingga terjadi kondensasi dan hujan. Hujan terjadi karena proses ini disebut hujan konvektif, yang biasanya bersifat setempat, mempunyai intensitas tinggi dan durasi singkat Hujan siklonik Jika massa udara panas yang relatif ringan bertemu dengan massa udara dingin yang relatif berat, maka udara panas tersebut akan bergerak di atas udara dingin. Udara yang bergerak ke atas tersebut mengalami pendinginan sehingga terjadi kondensasi dan terbentuk awan dan hujan. Hujan yang terjadi disebut hujan siklonik, yang mempunyai sifat tidak terlalu lebat dan berlangsung dalam waktu lebih lama Hujan orografis Udara lembab yang tertiup angin dan melintasi daerah pegunungan akan naik dan mengalami pendinginan, sehingga terbentuk awan dan hujan. Sisi gunung yang dilalui oleh udara tersebut banyak mendapatkan hujan dan disebut lereng hujan, sedang sisi belakangnya yang dilalui udara kering (uap air telah menjadi hujan di lereng hujan) disebut lereng bayangan hujan. Daerah tersebut tidak permanen dan dapat berubah tergantung musim (arah angin). Hujan ini terjadi di daerah pergunungan (hulu DAS), dan merupakan pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai (Bambang Triatmodjo,2010) Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah suatu rangkaian proses yang terjadi dengan air yang terdiri dari penguapan, presipitasi, infiltrasi,dan pengaliran keluar (out flow ). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut. Penguapan dari daratan terdiri dari evaporasi dan transpirasi. Evaporasi merupakan proses menguapnya air dari
4 7 permukaan tanah, sedangkan transpirasi adalah proses menguapnya air dari tanaman. Uap yang dihasilkan akan mengalami kondensasi dan dipadatkan membentuk awan-awan yang nantinya dapat kembali menjadi air dan turun sebagai presipitasi. Sebelum tiba di permukaan bumi presipitasi tersebut sebagian langsung menguap ke udara, sebagian tertahan oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi), dan sebagian lagi akan mencapai permukaan tanah. Presipitasi yang tertahan oleh tumbuh-tumbuhan sebagian akan diuapkan dan sebagian lagi mengalir melalui dahan ( stem flow ) atau jatuh dari daun dan akhirnya sampai ke permukaan tanah. Air yang sampai ke permukaan tanah sebagian akan berinfiltrasi dan sebagian akan mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah ( run off ), masuk ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Dalam perjalanan menuju laut sebagian akan mengalami penguapan, dan begitu seterusnya. Proses siklus hidrologi dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut : Presipitasi Aliran air Evaporasi air hujan kondensasi Infiltrasi Evaporasi air danau, kolam Transpirasi Muka air Evaporasi air sungai Aliran air Mata air Danau Aliran air Sungai Laut Gambar 2.1 Siklus Hidrologi (Suripin, 2004) Siklus Hidrologi merupakan suatu sistem tertutup, maka air yang masuk selalu sama dengan air yang keluar. Hal ini dikenal dengan istilah neraca air (Soemarto, 1987).
5 Seri Data Hidrologi Bambang Triatmodjo (2010) menyatakan bahwa seri data hidrologi dilakukan dengan cara annual maximum series, dimana menurut metode ini digunakan apabila tersedia data debit atau hujan minimal 10 tahun runtut waktu. Tipe ini adalah dengan memilih satu data maksimum setiap tahun. Hanya ada satu data dalam satu tahun. Dengan cara ini, data terbesar kedua dalam suatu tahun yang mungkin lebih dari data maksimum pada tahun yang lain tidak diperhitungkan Kebutuhan Air Kebutuhan air domestik Kebutuhan air domestik (rumah tangga) dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kriteria penentuan kebutuhan air domestik yang dikeluarkan oleh Puslitbang Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, menggunakan parameter jumlah penduduk sebagai penentuan jumlah air yang dibutuhkan perkapita per hari. Adapun kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :
6 10 Tabel 2.1. Kriteria Penentuan Kebutuhan air domestik KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK > URAIAN s/d s/d s/d < Kota Kota Kota Kota Desa Metropolitan Besar Sedang Kecil Konsumsi Unit Sambungan > Rumah (SR) ( liter/org/hari ) 2. Konsumsi Unit Hidran (HU) ( liter/org/hari ) 3. Konsumsi unit non domestik a. Niaga Kecil (liter/unit/hari) b. Niaga Besar (liter/unit/hari) c. Industri Besar (liter/detik/ha) d. Pariwisata (liter/detik/ha) Kehilangan Air ( % ) Faktor Hari Maksimum * harian * harian * harian * harian * harian 6. Faktor Jam Puncak * hari maks * hari maks * hari maks *hari maks *hari maks 7. Jumlah Jiwa Per SR (Jiwa ) Jumlah Jiwa Per HU ( Jiwa ) Sisa Tekan Di penyediaan Distribusi ( Meter ) Jam Operasi ( jam ) Volume Reservoir ( % Max Day Demand ) 12. SR : HU 50 : : 50 s/d s/d 80 : : : : : Cakupan Pelayanan ( % ) (Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996) Kebutuhan air untuk rumah peribadatan Kebutuhan air untuk peribadahan dihitung berdasarkan luas bangunan rumah ibadah (m 2 ). Satuan pemakaian air menurut Direktorat Teknik Penyehatan, Dirjen Cipta Karya DPU, untuk rumah peribadahan ditentukan sebesar 50 liter/hari/m 2.
7 11 Sedangkan menurut SNI , penggunaan air bersih untuk berbagai gedung disajikan pada Tabel 2.4 berikut: Tabel 2.2 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung No Penggunaan Gedung Pemakaian Air Satuan 1 Rumah tinggal 120 liter/penghuni/hari 2 Rumah susun 100 1) liter/penghuni/hari 3 Asrama 120 liter/penghuni/hari 4 Rumah sakit 500 2) liter/tempat tidur pasien/hari 5 Sekolah dasar 40 liter/siswa/hari 6 SLTP 50 liter/siswa/hari 7 SMU/SMK dan lebih tinggi 80 liter/siswa/hari 8 Ruko/Rukan 100 liter/penghuni dan pegawai/hari 9 Kantor/Pabrik 50 liter/pegawai/hari 10 Toserba, toko pengecer 5 liter/m 2 11 Restoran 15 liter/kursi 12 Hotel berbintang 250 liter/tempat tidur/hari 13 Hotel Melati/Penginapan 150 liter/tempat tidur/hari 14 Gedung Pertunjukan, Bioskop 10 liter/kursi 15 Gedung Serba Guna 25 liter/kursi 16 Stasiun, Terminal 3 liter/penumpang tiba dan pergi 17 Tempat Peribadatan 5 Liter/orang Sumber: 1) hasil pengkajian Puslitbang Pemukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000
8 12 Tabel 2.3 Pemakaian Air Dingin pada Alat Plumbing menurut SNI No Nama Alat Plumbing Setiap pemakaian (liter) Waktu pengisisan (detik) 1 Kloset, katup gelontor Kloset, tangki gelontor Peturasan, katup gelontor Peturasan, tangki gelontor Bak cuci tangan kecil Bak cuci tangan biasa Bak cuci dapur, dengan keran 13 mm Bak cuci dapur, dengan keran 20 mm Bak mandi rendam (bathtub) Pancuran mandi (shower) Uji Kepanggahan Data yang diperoleh dari stasiun hujan perlu diuji karena ada kemungkinan data tidak panggah akibat alat pernah rusak, alat pernah berpindah tempat, lokasi alat terganggu, atau data tidak sah. Uji kepanggahan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). Bila Q/ n yang didapat lebih kecil dari nilai kritik untuk tahun dan confidance level yang sesuai, maka data dinyatakan panggah. Uji kepanggahan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut : S k * = ( ), dengan k = 1,2,3,.,n (2.1) S 0 * = 0 (2.2) S k ** =, dengan k= 0, 1, 2, 3,.,n (2.3) D y 2 = ( ( ) ) (2.4)
9 13 Dengan : Y i Y D y n = data hujan ke-i = Data Hujan rerata-i = Deviasi Standar = Jumlah Data Untuk uji kepanggahan digunakan cara statistik : Q = maks S ** k, 0 k n, atau (2.5) R = maksimum S ** k minimum S ** k, dengan 0 k n (2.6) Nilai Kritik Q dan R ditunjukkan dalam Tabel 2.4 Tabel 2.4 Nilai Kritik Q dan R Sumber : Mamok Suprapto, Intensitas Hujan Intensitas hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi (Joesron Loebis, 1992). Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan, alat penakar hujan harus mampu mencatat besarnya volume hujan dan waktu mulai berlangsungnya hujan sampai hujan tersebut berhenti. Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan. Intensitas hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit (Sudjarwadi, 1987)
10 14 Untuk menghitung intensitas hujan dengan data curah hujan harian dapat menggunakan metode Mononobe sebagai berikut : I = ( )..(2.7) dengan: I t R 24 = intensitas hujan (mm/jam), = lamanya hujan (jam), = Curah hujan maksimum selama 24 jam (mm) Ketersediaan Air Di bumi kita ini 97% air adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara Perkembangan wilayah pada suatu daerah akan menyebabkan kebutuhan air terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Pemenuhan kebutuhan pangan dan aktivitas penduduk selalu erat kaitannya dengan kebutuhan air. Tuntutan tersebut tidak dapat dihindari, tetapi haruslah diprediksi dan direncanakan pemanfaatan sebaik mungkin. Kecenderungan yang sering terjadi adalah adanya ketidakseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air. Untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan air dan ketersediaan air di masa mendatang, diperlukan upaya pengkajian komponen-komponen kebutuhan air, serta efisiensi penggunaan air. Perhitungan hujan andalan dilakukan melalui pengolahan data debit hujan tahunan yang ada dengan mengurutkan peringkat data debit rerata tahunan dari nilai tertinggi ke nilai terendah berdasarkan besar curah hujan rata-rata tahunan. Lalu diperhitungkan peluang masing-masing dengan rumus: ( ) ( ( ) )...(2.8) Dengan: m = nomer urut n = jumlah data P = peluang
11 15 Prosedur analisis debit andalan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan data. Apabila terdapat data debit dalam jumlah cukup panjang, maka analisis ketersediaan air dapat dilakukan dengan melakukan analisis frekuensi terhadap data debit tersebut Metode Perhitungan Neraca Air Ukuran kapasitas tangki penampungan air hujan harus dapat memenuhi permintaan kebutuhan air sepanjang tahun atau minimal sepanjang musim hujan. Metode yang kami pakai dalam perencanaan ini adalah Metode Perhitungan Neraca air Pada metode ini, perhitungan PAH ditentukan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air yang terjadi. Ketersediaaan air berasal dari atap sedangkan kebutuhan air merupakan volume air yang dibutuhkan. Ketersediaan air berbeda setiap harinya karena perbedaan curah hujan setiap hari dan ditambah lagi dengan dua musim yang terjadi di Indonesia sehingga suplai air pada musim penghujan melimpah dan pada musim kemarau suplai atau ketersediaan air sangat sedikit, sedangkan kebutuhan air setiap bulan dianggap sama. Maka dengan metode ini menyesuaikan dengan kondisi antara dua musim ini, sehingga suplai air yang ditampung pada musim penghujan ada sebagian yang ditabung untuk menutupi kekurangan air sehingga neraca suplay dengan demand menjadi seimbang Perhitungan Suplai Air Untuk menghitung ketersediaan air atau volume air hujan yang jatuh di atap bangunan, dapat digunakan persamaan berikut ini: V = R.A.k (2.9) Dimana: V= Volume Air tertampung (m 3 ) R= Curah hujan (mm/bulan) A= Luas daerah tangkapan (m 2 ) k= Koofisien Runoff (Tabel 2.5) Perhitungan Debit Air Baku Untuk menghitung debit air baku, dapat digunakan persamaan berikut ini :
12 16...(2.10) Dimana : Q = Debit air rata-rata hujan (m 3 /detik) I = Intensitas Curah Hujan Rata-rata (m) T = Periode atau lama waktu hujan (detik) A = Luas Atap sebagai bidang penangkap (m 2 ) Metode Rainwater Harvesting Rainwater harvesting adalah teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengalirkan dan menyimpan air hujan untuk kemudian digunakan dari permukaan yang relative bersih seperti atap, permukaan tanah atau tangkapan batu. Nilai rainwater harvesting sebagai sarana pelengkap atau pengganti suplai air perkotaan telah dibuktikan oleh banyak peneliti. Rainwater harvesting merupakan komponen penting dari pengelolaan air perkotaan dan memiliki manfaat sekunder sebagai perluasan penggunaan air hujan dan teknologi inovatif sederhana lainnya memiliki potensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari waduk penyimpanan air dan proses pengolahan air yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Sistem rainwater harvesting memanfaatkan sumber daya air onsite, mengurangi limpasan perkotaan (urban runoff) dan menghemat pengeluaran uang untuk penggunaan air. Sistem rainwater harvesting memiliki keterbatasan utama dalam efisiensi system tersebut yang sangat dipengaruhi oleh variasi spasial dan temporal hujan, yang kemudian mempengaruhi kinerja ekonomi mereka. Keuntungan rainwater harvesting adalah tersedia air tambahan, meningkatkan kelembaban tanah, meningkatan air tanah melalui resapan buatan, mengurangi banjir perkotaan dan meningkatkan kualitas air tanah. Manfaat rainwater harvesting dapat digunakan untuk irigasi, toilet flushing dan untuk mencuci.
13 Komponen Pemanen Air Hujan Komponen dasar dari suatu pemanen air hujan terdiri 3 (tiga) komponen dasar yaitu: 1. Catchment atau Area penangkapan air hujan ini bisa dimasukkan dalam konstruksi permukaan tempat penangkapan air hujan. Area ini yang kemudian ikut mempengaruhi efisiensi dan pengumpulan air hujan. Bahan-bahan penyusunnya haruslah tidak beracun, apalagi mengandung bahan-bahan yang bisa menurunkan kualitas air hujan. Bahan-bahan yang bisa menggunakan bahan-bahan antikarat, misalnya, alumunium, besi galvanis, beton, fiberglass shingless, dsb. Gambar 2.2 Area Tangkapan Air Hujan (Sumber : Ontario, 2010) 2. Delivery system atau sistem pengaliran air hujan. Biasanya terdiri atas saluran pengumpul, atau pipa yang mengalirkan air hujan yang turun dari atap ke tangki penyimpanan melalui pipa atau talang. Agar mampu mengalirkan air hujan semaksimal mungkin, saluran pengumpul atau pipa dibuat dengan ukuran, kemiringan, serta disesuaikan dengan kebutuhan
14 18 Gambar 2.3 Talang Air (Sumber: Agus Maryono, 2007) 3. Storage reservoir. Tempat penyimpanan atau penampungan air hujan ini bisa berwujud tangki alami seperti kolam atau dam, maupun tangki buatan seperti tong atau bak. Dalam storage reservoir, kita juga bisa membuat filter sendiri yang bertujuan untuk menyaring sampah (daun, plastik, dll) yang mungkin ikut terbawa air hujan. Dalam kondisi tertentu, filter harus bisa dilepas dengan mudah dan dibersihkan dari sampah. Gambar 2.4 Tempat Penampung Air Hujan (Reservoir) (Sumber: Agus Maryono, 2007)
15 19 Sedangkan contoh komponen lengkap sebuah pemanen air hujan pada sebuah bangunan perumahan dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.5 Komponen Bagian-bagian Pemanen Air Hujan (Sumber: BCD Oregon, 2010) Penjelasan notasi gambar berurut: 1. Bidang pengumpul air hujan 2. Talang pembawa air 3. Talang dengan saringan daun 4. Inlet air hujan 5. Pencegah sedimen atau puing, alat penggelontor 6. Inlet tangki 7. Tangki penampung air 8. Pipa overflow pada tangki
16 20 9. Katup Penutup otomatis 10. Pompa 11. Saringan Air 12. Indikator ketinggian air Setelah menginstal sistem jaringan pipa penghubung dari talang ke tangki penampungan, pipa tersebut dapat dihubungkan dengan jaringan pipa di dalam bangunan yang menghubungkan dengan jaringan pipa air bersih seperti pada Gambar 2.6 berikut: Gambar 2.6 Sistem Plumbing Pemanfaatan Air Hujan pada Perumahan (Sumber: Agus Maryono, 2007) Dalam menentukan letak tangki air sebaiknya direncanakan dengan sebaik mungkin. Tangki air yang efektif harus berada lebih tinggi dari tempat yang akan dialiri sehingga dalam hal ini tidak diperlukan pompa tetapi menggunakan gravitasi air itu sendiri. Bila tidak memungkinkan bisa juga dengan meletakkan
17 21 tangki di bawah tanah dengan penggunaan pompa untuk menaikan air ke tempat yang memerlukan air. Gambar 2.7 Tangki Air Hujan di Atas Permukaan Tanah (Sumber: BCD Oregon, 2008) Gambar 2.8 Tangki Air Hujan Terletak di Bawah Tanah (Sumber: BPPT KELAIR, 2012) Apabila ingin menyimpan cadangan air hujan dengan kapasitas yang lebih besar, tangki dapat ditambah dan dihubungkan sesuai dengan gambar berikut ini:
18 22 Gambar 2.9 Sistem 3 Tangki Penampung Air Hujan yang Saling Terhubung (Sumber: National Water Commision, 2008) Gambar 2.10 Tangki Air Hujan di Berbagai Wilayah di Indonesia (Sumber: Agus Maryono, 2007) Koofisien Runoff Aliran permukaan (run off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang langsung masuk ke dalam tanah atau disebut air infiltrasi. Sebagian lagi tidak sempat masuk ke dalam tanah dan oleh karenanya mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah. Ada juga bagian dari air hujan yang telah masuk ke dalam tanah, terutama pada tanah yang hampir
19 23 atau telah jenuh, air tersebut ke luar ke permukaan tanah lagi dan lalu mengalir ke bagian yang lebih rendah. Aliran air permukaan yang disebut terakhir sering juga disebut air larian atau limpasan. Permilihan harga C yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas. Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah atau presentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Permukaan kedap air, seperti perkerasan aspal dan atap bangunan, akan menghasilkan aliran hampir 100% setelah permukaan menjadi basah, seberapa pun kemiringannya (Suripin, 2004). Koofisien runoff nilainya diberikan dalam Tabel 2.5. Tabel 2.5 Nilai Koefisien C untuk Metode Rasional Deskripsi lahan/ karekter permukaan Koefisien aliran, C Business Perkotaan 0,70-0,95 Pinggiran 0,50-0,70 Perumahan Rumah Tunggal 0,30-0,50 Multiunit, terpisah 0,40-0,60 Multiunit, tergabung 0,60-0,75 Perkampungan 0,25-0,40 Apartemen 0,50-0,70 Industri Ringan 0,50-0,80 Berat 0,60-0,90 Perkerasan Aspal dan beton 0,70-0,95 Batu-bata, paving 0,50-0,70 Atap 0,75-0,95 Halaman, tanah berpasir Datar, 2% 0,05-0,10 Rata-rata, 2-7 % 0,10-0,15 Curam, 7 % 0,25-0,35 Halaman kereta api 0,10-0,35 Taman tempat bermain 0,20-0,35 Taman, pekuburan 0,10-0,25 Hutan Datar, 0-5% Bergelombang, 5-10 % Berbukit, % (Sumber : Suripin, 2004) 0,10-0,40 0,25-0,50 0,30-0,60
20 Pemilihan Jenis Tangki Dalam kaitan dengan penyediaan air hujan maka diperlukan sebuah bak penampungan air (reservoir) yang tepat dan dapat digunakan secara maksimal. Ada beberapa jenis tangki air dan bahan yang umum digunakan yaitu : 1. Tangki air plastik 2. Tangki air bahan logam 3. Tangki air beton 4. Tangki air fiberglass Dalam memilih tangki juga perlu diperhatikan ukuran isi tangki apakah sesuai dengan kebutuhan, tempat menaruh tangki apakah diatas permukaan tanah ataupun dibawah tanah, biaya perawatan dan juga daya tahan. Berikut beberapa contoh beberapa jenis tangki dan volumenya : Gambar 2.11 Tangki Air Hujan berbahan plastik (Sumber: Agus Maryono, 2007) Gambar 2.12 Tangki Air Hujan bahan Logam (Sumber: Agus Maryono, 2007)
21 25 Gambar 2.13 Tangki Air Hujan bahan beton (Sumber: Agus Maryono, 2007) Tabel 2.6. Jenis dan ukuran tangki No Bahan Ukuran (m 3 ) Keterangan 1 Beton di Atas Kuat, tahan lama, beresiko mengalamai retak, letak permanen, dapat berpengaruh pada bau dan rasa 2 Fiberglass Dapat bertahan selama puluhan tahun, mudah diperbaiki 3 Besi las Kokoh, dapat berpindah, mampu menampung dalam jumlah yang cukup besar 4 Metal Ringan dan mudah berpindah 5 Kayu Baik dalam segi estetika biasanya digunakan pada perumahan (Sumber: Texas Water Development Board, 2006) Selain dari jenis tangki pada Tabel 2.6 juga ada kontruksi tangki PAH dari pasangan bata. Jenis tangki ini terhitung lebih murah dari pada tangki beton dan pengerjaan kontruksinya sederhana.
22 Persyaratan Bahan Pembuatan PAH Pembuatan Penampung Air Hujan (PAH) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut (Dirjen Cipta Karya, 2009) : 1. PAH harus dilaksanakan oleh orang yang berpengalaman 2. Lokasi tempat PAH dipilih pada daerah-daerah kritis dengan curah hujan minimal mm per tahun 3. Pelaksanaan konstruksi PAH harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku 4. PAH dipasang di lokasi atau daerah rawan air minum 5. Penempatan PAH harus dapat menampung air hujan dan/atau pada kondisi tertentu dapat menampung air minum dari PDAM yang didistribusikan melalui mobil tangki air 6. Adanya partsipasi masyarakat setempat dalam pelaksanaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan PAH 7. PAH dapat digunakan secara individual maupun kelompok masyarakat 8. Air hujan jatuh pertama setelah musim kemarau tidak boleh ditampung 9. PAH harus kedap air Kapasitas bak penampung ditentukan berdasarkan berikut ini : 1. Tinggi curah hujan minimal mm per tahun 2. Luas bidang penangkap air (minimal sama dengan luas satu atap rumah) 3. Kebutuhan pokok pemakaian air 4. Jumlah air kemarau 5. Jumlah penduduk terlayani
23 27 Tabel 2.7. Persyaratan Bahan Pembuatan PAH No Jenis Bahan Keterangan Semen Pasir Besi Beton Kawat Beton Batu Bata Seng Mempunyai kehalusan dan sifat ikat yang baik, sesuai dengan SNI tentang Mutu dan cara uji semen Portland Mempunyai gradasi baik, bersih dan bebas dari kandungan organik sesuai dengan SNI tentang mutu dan cara uji agregat beton Besi beton yang dipakai mutu U24, bersih, tidak berkarat dan bebas dari minyak Mempunyai kekuatan minimum 25 kg/cm2 sesuai dengan SNI tentang mutu dan cara uji coba bata merah Untuk bahan talang memiliki kualitas yang baik (Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2009)
BAB II DASAR TEORI. commit to user. BAB II Dasar Teori 4
BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tri Yayuk Susana (2012) dalam Analisa Pemanfaatan Potensi Air Hujan dengan Menggunakan Cistern Sebagai Alternatif Sumber Air Pertamanan pada Gedung Perkantoran
Lebih terperinciAnalisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta)
Analisis Dimensi Tanki PAH guna Pemanfaatan Air Hujan sebagai Sumber Air Cadangan untuk Bangunan Rusunawa (Studi Kasus: Rusunawa Semanggi, Surakarta) Sri Maharjono 1), Siti Qomariyah 2), Koosdaryani 3)
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama
Lebih terperinciANALISIS DAN PERENCANAAN PAH SEBAGAI SUMBER AIR BAKU ALTERNATIF (Studi Kasus: Perumahan Nilagraha Pabelan Surakarta)
ANALISIS DAN PERENCANAAN PAH SEBAGAI SUMBER AIR BAKU ALTERNATIF (Studi Kasus: Perumahan Nilagraha Pabelan Surakarta) Rendra Elgara 1), Siti Qomariah 2), Adi Yusuf Muttaqien 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air
BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi
Lebih terperinciJln Ir. Sutami 36 A, Surakarta
Analisis Pemanfaatan Air Hujan Dengan Metode Penampungan Air Hujan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Rumah Tangga Di Kota Surakarta Rimaniar Julindra ), Siti Qomariyah 2), Sudarto 3) 1)Mahasiswi Prodi Teknik
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama
Lebih terperinciEFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM
EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM (Hendri-Maliki) EFISIENSI DIMENSI TANKI PAH DAN BIAYA TERHADAP PDAM Oleh : Henri Fredianto Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta Achmad Maliki
Lebih terperinciSurface Runoff Flow Kuliah -3
Surface Runoff Flow Kuliah -3 Limpasan (runoff) gabungan antara aliran permukaan, aliran yang tertunda ada cekungan-cekungan dan aliran bawah permukaan (subsurface flow) Air hujan yang turun dari atmosfir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penampungan Air Hujan Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah pengumpulan limpasan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air domestik, pertanian, maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Neraca Air Triatmodjo (2010) menjelaskan neraca air dapat menggambarkan bahwa di dalam suatu sistem hidrologi (DAS, waduk, danau, aliran permukaan) dapat dievaluasi air yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa air. Di daerah perkotaan seiring pesatnya pembangunan gedung
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Air adalah kehidupan. Tanpa air, mikroorganisme yang mendekomposisi bahan organik tidak akan pernah ada, demikian pula tidak akan pernah ada daur ulang materi dan
Lebih terperinciAnalisisDimensiTanki PAH gunapemanfaatan Air HujansebagaiSumber Air CadanganuntukBangunan. (StudiKasus: AwanaCondotel Yogyakarta)
AnalisisDimensiTanki PAH gunapemanfaatan Air HujansebagaiSumber Air CadanganuntukBangunan Hotel (StudiKasus: AwanaCondotel Yogyakarta) Abstrak 1) YudhiSetiawan, 2) Adi Yusuf Muttaqien, 3) SitiQomariyah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara
Lebih terperinci2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ground Tank Ground tank atau dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut Tangki bawah tanah, merupakan salah satu bentuk bak penampungan air yang dibangun atau diletakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. URAIAN UMUM Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau terdapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, terdapat metode yang dilakukan secara sistematis untuk menganalisis pengelolaan prasarana dan sarana air limbah yang
Lebih terperinciINDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION
INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION BASEMENT OF WATER TANK WRT-14-075 oleh: BAMBANG JOKO SUTONO UNIVERSITAS BALIKPAPAN Jl. Pupuk kel.gn.bahagia (BALIKPAPAN) (2014) ABSTRAK Rumah merupakan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sebagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia merupakan sesuatu yang mutlak. Akan tetapi, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini keberadaan air sebagai suatu
Lebih terperinciEVALUASI SALURAN DRAINASE KELURAHAN RAWALUMBU BEKASI PADA SUBSISTEM SUNGAI RETENSI RAWALUMBU. Bayu Tripratomo
EVALUASI SALURAN DRAINASE KELURAHAN RAWALUMBU BEKASI PADA SUBSISTEM SUNGAI RETENSI RAWALUMBU. Bayu Tripratomo Abstrak- Banjir adalah salah satu bentuk daya rusak air yang merupakan fenomena alam karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh
Lebih terperinciPENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F
PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Daya dukung merupakan salah satu konsep yang serbaguna dan populer didalam konteks politik lingkungan saat ini. Seperti halnya dengan konsep keberlanjutan, daya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah atau kawasan yang di batasi oleh pembatas topografi yang menerima, mengumpulkan
Lebih terperinciLimpasan (Run Off) adalah.
Limpasan (Run Off) Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Limpasan (Run Off) adalah. Aliran air yang terjadi di permukaan tanah setelah jenuhnya tanah lapisan permukaan Faktor faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciKONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG
KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Pengelompokan Area Kelurahan Kedung Lumbu memiliki luasan wilayah sebesar 55 Ha. Secara administratif kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang
Lebih terperinciBAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL
BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL 189 10.1 Beban Air Limbah Domestik Rumah Tangga Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat dibagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggungpunggung gunung atau pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan
Lebih terperinciPRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1
PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu dg tekanan cukup dan air panas bila diperlukan Menyalurkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hujan / Presipitasi Hujan merupakan satu bentuk presipitasi, atau turunan cairan dari angkasa, seperti salju, hujan es, embun dan kabut. Hujan terbentuk
Lebih terperinciPERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI
PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI SIKLUS HIDROLOGI Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi
Lebih terperinciDaur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi
Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Hal ini menunjukkan bahwa volume
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Hidrologi Analisis hidrologi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan rangkaian dalam perencanaan bangunan air seperti sistem drainase, tanggul penahan banjir dan
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1 1. Keberadaan air yang terdapat di permukaan bumi jumlahnya... tetap semakin berkurang semakin bertambah selalu berubah-ubah
Lebih terperinciHIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah sebuah proses pergerakan air dari bumi ke armosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara kontinyu (Triadmodjo, 2008). Selain
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi
4 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi Siklus hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang terjadi secara terus menerus, air
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muka bumi yang luasnya ± 510.073 juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 148.94 juta Km 2 (29.2%) dan lautan 361.132 juta Km 2 (70.8%), sehingga dapat dikatakan bahwa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Embung Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu. Konstruksi embung pada umumnya merupakan
Lebih terperinciBAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air.
BAB I SIKLUS HIDROLOGI A. Pendahuluan Ceritakan proses terjadinya hujan! Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. Tujuan yang ingin dicapai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara kepulauan yang secara astronomis terletak di sekitar garis katulistiwa dan secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia
Lebih terperinciMENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)
Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat
Lebih terperinci-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP
-1- LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP 1. JENIS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Yuliyanti,2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu sumber daya alam yang keberadaannya dapat kita temukan di mana saja. Air bisa kita temukan di darat, laut bahkan di udara yang berupa
Lebih terperinciSTUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK
STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Ulfa Fitriati, M.Eng, Novitasari, M.Eng dan M. Robiyan Noor M Program Studi Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat
Lebih terperinciII. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi
II. IKLIM & METEOROLOGI 1 Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi 1. CUACA & IKLIM Hidrologi suatu wilayah pertama bergantung pada iklimnya (kedudukan geografi / letak ruangannya) dan kedua pada rupabumi atau
Lebih terperincitidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).
batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian
Lebih terperinciANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)
35 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 2, Desember 2011 ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO Maya Amalia 1) Abstrak Besaran debit banjir akhir-akhir ini mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu
Lebih terperinciPasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi
Lebih terperinciDESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)
DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN) Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja, Tommy Jansen Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peil Banjir Peil Banjir adalah acuan ketinggian tanah untuk pembangunan perumahan/ pemukiman yang umumnya di daerah pedataran dan dipakai sebagai pedoman pembuatan jaringan drainase
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai air minum, memasak makanan, mencuci, mandi, dan. Ketersedian air bersih merupakan hal yang selayaknya
8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Air adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia, terutama untuk digunakan sebagai air minum, memasak makanan, mencuci, mandi, dan sanitasi. Ketersedian air bersih
Lebih terperinciKAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN
Spectra Nomor 11 Volume VI Januari 008: 8-1 KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN Ibnu Hidayat P.J. Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira
Lebih terperinciKarakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017
Karakteristik Air Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Fakta Tentang Air Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan volume sekitar 1.368 juta km
Lebih terperinciBAB V ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH
BAB V ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH 5.1 TINJAUAN UMUM Analisis kebutuhan air bersih untuk masa mendatang menggunakan standart standart perhitungan yang telah ditetapkan. Kebutuhan air untuk fasilitas fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada akhirnya berimplikasi pada pembangunan sarana dan prasarana
Lebih terperinciTabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan
BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif dan kuantitatif kurang mendapat perhatian. Secara kualitatif
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK DAS Citarum merupakan DAS terpanjang terbesar di Jawa Barat dengan area pengairan meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Cianjur, Indramayu,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung
Lebih terperinciSISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Bambang Sudarmanto Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang (USM) Jl. Soekarno-Hatta Semarang Abstrak Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permukaan bumi kita sebagian besar tertutupi oleh air sehingga sangat mudah terjadinya proses penguapan air ke atmosfer, kondensasi, kemudian terjadilah hujan. Hujan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia akan air sangat komplek, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut WHO di negaranegara maju setiap orang memerlukan air
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. memberikan sumbangan terbesar sehingga seringkali hujanlah yang dianggap
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hujan Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis hujan memberikan sumbangan
Lebih terperinciTATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN
Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2009 Tanggal : 15 April 2009 TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN I. Pendahuluan Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi,
Lebih terperinciPERSYARATAN JARINGAN DRAINASE
PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari
Lebih terperinciPerencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya
D241 Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya Fairuz Nadia dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas
Lebih terperinciOleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)
Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN DAS (25 November 2013) KERJASAMA : FORUM
Lebih terperinciKeywords: Water requeriment, Tanks PAH
Analisis Pemanfaatan Air Hujan Dengan Metode Penampungan Air Hujan Untuk Kebutuhan Pertamanan Dan Toilet Gedung IV Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta (Studi Kasus: Gedung IV Fakultas
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA
EVALUASI SISTEM DRAINASE DAN PENANGGULANGAN GENANGAN BERBASIS KONSERVASI AIR DI SUB SISTEM BENDUL MERISI, SURABAYA Sidang Tesis Oleh : Dica Erly Andjarwati 3311202802 Magister Teknik Sanitasi Lingkungan
Lebih terperinciDRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi
DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN Sub Kompetensi Mengerti komponen-komponen dasar drainase, meliputi : Pengantar drainase perkotaan Konsep dasar drainase Klasifikasi sistem drainase Sistem drainase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun
TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan paling mendasar yang sangat diperlukan bagi kehidupan baik di darat, laut, maupun udara. Untuk hidup semua makhluk hidup memerlukan
Lebih terperinciTUJUAN PEKERJAAN DRAINASE
DRAINASE PERKOTAAN TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE Sistem drainase perkotaan : adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir / genangan akibat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hujan 1. Pengertian Hujan Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0,5 mm atau lebih. Jika jatuhnya air sampai ke tanah maka disebut hujan,
Lebih terperinci2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daur hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut, air tersebut akan tertahan (sementara)
Lebih terperinciREKAYASA HIDROLOGI SELASA SABTU
SELASA 11.20 13.00 SABTU 12.00 13.30 MATERI 2 PENGENALAN HIDROLOGI DATA METEOROLOGI PRESIPITASI (HUJAN) EVAPORASI DAN TRANSPIRASI INFILTRASI DAN PERKOLASI AIR TANAH (GROUND WATER) HIDROMETRI ALIRAN PERMUKAAN
Lebih terperinciMAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n
MAKALAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n J U R U S A N G E O G R A F I FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Lebih terperinciDAERAH ALIRAN SUNGAI
DAERAH ALIRAN SUNGAI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Limpasan (Runoff) Dalam siklus hidrologi, bahwa air hujan yang jatuh dari atmosfer sebelum air dapat mengalir di atas permukaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki
Lebih terperincipemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.
5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas
Lebih terperinci2015 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH PENDUDUK KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU SAMPAI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 70% wilayah di bumi adalah lautan dan sisanya adalah daratan oleh karena itu jumlah air di bumi cukup banyak sehingga planet bumi di katakan layak untuk kehidupan.
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN
ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN Dedi Mulyono 1 Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia Email : jurnal@sttgarut.ac.id
Lebih terperinci