BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah public procurement. Istilah tersebut menurut Kashap
|
|
- Hamdani Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan barang/ jasa pemerintah dalam literatur asing seringkali disebut dengan istilah public procurement. Istilah tersebut menurut Kashap (2004) merujuk kepada aktifitas belanja yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah) terhadap barang dan ataupun jasa yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas pemerintahan. Pengadaan pada sektor publik merupakan bisnis yang sangat besar. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyatakan bahwa besarnya dana yang terlibat membuat pengadaan pada sektor publik menjadi faktor yang berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara. Berdasarkan estimasi dari beberapa lembaga internasional, pengadaan barang dan jasa pemerintah (pengadaan pada sektor publik) rata-rata menggunakan 5 sampai dengan 30 persen Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara (OECD, 2011; UNODC, 2013). Namun sayangnya, berbagai penyimpangan kerap terjadi dalam proses pengadaan barang dan jasa pada sektor publik. Kolusi dan korupsi sering berjalan beriringan dengan proses pengadaan pada sektor publik (Mogiliansky & Sonin, 2006). Korupsi dalam pengadaan barang/ jasa pada dasarnya diwujudkan dalam bentuk penyuapan (Auriol, 2004; Compte et al., 2005, Büchner et al., 2008). Penyuapan tersebut dibagi menjadi dua macam, yaitu penyuapan bersifat aktif dan yang bersifat pasif (Auriol, 2004). 1
2 Penyuapan bersifat aktif terjadi pada saat calon penyedia memberikan sejumlah materi tertentu kepada pemangku kebijakan dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan dari proses pengadaan yang diikutinya (ibid). Pada penyuapan yang bersifat pasif, penyuapan terjadi pada saat penyedia memenuhi nilai suap yang diminta oleh pemangku kebijakan agar tetap dapat dilibatkan dalam proses pengadaan (ibid). Kondisi penyuapan pasif tersebut lebih mengarah pada konteks pemerasan. Berdasarkan berbagai data yang ada, kerugian keuangan negara yang ditimbulkan akibat penyimpangan terhadap ketentuan pelaksanaan pengadaan barang/ jasa pemerintah ternyata nilainya luar biasa besar. United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menyatakan bahwa sekitar 10 sampai dengan 25 persen dari nilai kontrak hasil pengadaan barang/ jasa pemerintah di seluruh dunia telah dikorupsi (UNODC, 2013). Sebagai ilustrasi pada tahun 2014, PDB Indonesia m enurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun tersebut sebesar Rp10.542,6935 trilyun (BPS, 2015), sedangkan data dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP) menunjukkan bahwa nilai belanja pengadaan barang/ jasa pemerintah (baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah) pada tahun yang sama adalah sebesar Rp828,3 trilyun (LKPP, 2015). Apabila digunakan angka persentase terendah dari UNODC tentang nilai kontrak hasil pengadaan yang dikorupsi, yaitu 10 persen, maka dana yang dikorupsi sebesar Rp82,83 trilyun. Nilai yang luar biasa besar untuk ukuran negara Indonesia. Compte et al. (2005) menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan kompetisi, korupsi dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah membuat 2
3 kompetisi yang terjadi di dalam proses pengadaan tersebut menjadi berjalan tidak fair. Selain itu harga yang terjadi dalam proses pengadaan tersebut juga jauh lebih tinggi daripada harga pasar. Hal tersebut karena harga yang diberikan para peserta pengadaan sudah termasuk alokasi untuk praktek korupsi tersebut. Untuk itu diperlukan sistem yang memungkinkan pengadaan dapat diakses seluas-luasnya oleh semua pihak, dalam hal ini peserta yang dapat mengikuti pengadaan tersebut tidak terbatas kepada peserta -peserta yang mampu membuat kesepakatan/ kolusi dengan pihak penyelenggara, namun juga peserta-peserta umum lainnya. Salah satu cara untuk mencegah praktek kolusi dalam pengadaan adalah dengan meningkatkan pengadaan secara online/ secara elektronik (Han et al., 2012). Pengadaan secara elektronik mampu menyediakan akses yang luas kepada semua penyedia barang/ jasa yang ingin menjadi peserta dalam proses pengadaan barang/ jasa pemerintah. Selain itu semua peserta dapat menerima informasi yang sama. Sehingga diharapkan pengadaan yang berlangsung menjadi lebih fair. Indonesia mulai mengatur mengenai pengadaan barang/ jasa pemerintah secara elektronik sejak Hal ini ditunjukkan dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun Sesuai dengan peraturan tersebut, seluruh Kementerian/ Lembaga pemerintah wajib melaksanakan Pengadaan Barang/ Jasa secara elektronik untuk sebagian/ seluruh paket-paket pekerjaan pada Tahun Anggaran Pengadaan barang/ jasa pemerintah secara elektronik di Indonesia dilakukan dengan 3
4 sistem yang disebut Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) atau lebih sering disebut e-procurement. Namun penerapan e-procurement di Indonesia masih belum mam pu menekan korupsi dalam pengadaan barang dan jasa di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh data yang dikeluarkan Kom isi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pada tabel 1, dalam rentang waktu 2004 sampai dengan 2014 kasus korupsi terkait pengadaan barang/ jasa menem pati peringkat kedua (atau sebesar 32,34%) dari seluruh kasus korupsi yang ditangani KPK. Apabila lebih spesifik dilihat dari 2010 (di mana e-procurement mulai wajib dilakukan oleh seluruh instansi pemerintah) sampai dengan 2014, jum lah kasus korupsi dalam pengadaan barang/ jasa di pemerintah jumlahnya masih relatif stabil seperti sebelum periode Tabel 1. Penanganan Korupsi oleh KPK Berdasarkan Jenis Perkara, Jenis Jumlah Rerata % Pengadaan Barang/Jasa ,64 31,14 Perijinan ,64 4,38 Penyuapan ,91 45,26 Pungutan ,73 4,62 Penyalahgunaan Anggaran ,82 10,22 TPPU ,27 3,41 Merintangi Proses KPK ,45 1,22 Jumlah Sumber: KPK (2015) diolah. 4
5 Dalam hal efisiensi biaya di mana korupsi juga menghasilkan inefisiensi biaya, penerapan e-procurement di Indonesia masih dapat dikatakan belum berhasil. Penelitian Lewis-Faupel et al. (2014) tentang pengadaan di sektor manufaktur melalui e-procurement di Indonesia menemukan bahwa meskipun menghasilkan efektifitas yang tinggi melalui peningkatan kualitas waktu penyelesaian pekerjaan dan hasil pekerjaan yang relatif lebih baik, pengadaan di Indonesia tidak menghasilkan efisiensi dari sisi biaya (biaya yang mesti dibayar pemerintah tetap tinggi). Efisiensi biaya yang tidak tercapai dalam sistem e-procurement di Indonesia berkebalikan dengan tujuan penerapan e-procurement itu sendiri, di mana e-procurement diharapakan dapat membuat persaingan dapat menjadi lebih fair sehingga harga yang dicapai merupakan harga yang paling efisien menurut pasar sesuai dengan kualitas yang ditentukan (Compte et al., 2005; Han et al., 2012). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bliss & Tella (1997) yang menyatakan bahwa kompetisi yang tinggi tidak serta merta menurunkan praktek korupsi dalam pengadaan barang/ jasa pemerintah. Secara umum hal tersebut lebih disebabkan karena adanya ketidakpastian terkait biaya yang akan timbul pada saat transaksi dilakukan. Maksudnya adalah apabila pejabat publik yang memiliki sifat korup berhadapan dengan sejumlah calon penyedia dalam pengadaan barang dan jasa (dalam kondisi kompetisi tinggi), biaya-biaya transaksi yang akan timbul tetaplah tidak diketahui. Gap informasi mengenai biaya tersebut merupakan pintu masuk untuk terjadinya praktek korupsi. 5
6 Selain Bliss & Tella (1997), pendapat lain berasal dari Celentani & Ganuza (2002) yang menyatakan bahwa kompetisi justru akan meningkatkan korupsi. Celentani & Ganuza (2002) melihat bahwa kompetisi yang tinggi akan membuat biaya yang muncul akibat kompetisi tersebut akan semakin besar. Situasi tersebut akan dimanfaatkan oleh pihak penyelenggara pengadaan untuk meminta uang suap agar calon penyedia dapat memenangkan kompetisi yang ada. Hal tersebut di atas sesuai dengan penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Büchner et al. (2008) yang menunjukkan bahwa meskipun para penyelenggara pengadaan dikenal berperilaku anti korupsi dan personelnya bukan orang yang dikenal (anonymous) oleh peserta pengadaan, para peserta pengadaan tetap memiliki tendensi untuk melakukan suap kepada penyelenggara secara aktif. Terkait dengan fenomena korupsi, game theory dapat menjelaskan keputusan seseorang untuk berperilaku koruptif ataupun keputusan seseorang dalam menghadapi lingkungan (nature) yang koruptif dengan lebih efektif (McRae, 1982). Game Theory digunakan untuk memahami pengambilan keputusan dari para decission maker (Osborne, 2003). Model dalam penelitian ini dibentuk dari interaksi antara strategi para pelaku pengadaan, di mana para pelaku pengadaan disini merupakan rational agents. Para pelaku yang rasional akan berusaha menerapkan strategi yang tepat untu k menghasilkan payoff yang paling optimal. Perilaku para pelaku pengadaan dalam pengambilan keputusan, yaitu para penyedia dalam berinteraksi dengan pemerintah selaku penyelenggara pengadaan dengan nature 6
7 penyelenggara yang korup ataupun yang tidak merupakan hal yang menarik untuk dianalisis menggunakan game theory Rumusan Masalah Korupsi dalam pengadaan barang/ jasa pada sektor publik merupakan hal yang sering terjadi dan menyebabkan infisiensi biaya. Meskipun telah menerapkan e-procurement sejak tahun 2010, korupsi terkait pengadaan barang/ jasa di Indonesia masih cukup tinggi. Adanya gap informasi mengenai biaya transaksi yang akan timbul membuat para pelaku pengadaan (calon penyedia) cenderung untuk menyediakan sejumlah biaya sebagai konsekuensi adanya gap informasi tersebut. Hasilnya adalah efisiensi dalam pengadaan barang/ jasa pada sektor publik di Indonesia belum tercapai. Oleh karena itu, penelitian mengenai pemodelan untuk menganalisis mekanisme korupsi dalam pengadaan barang/ jasa pada sektor publik di Indonesia, baik yang menggunakan sistem manual maupun e-procurement cukup menarik untuk dilakukan Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang akan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini adalah; Bagaimana mekanisme korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pada sektor publik di Indonesia baik menggunakan metode manual maupun dengan e-procurement?. 7
8 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis mekanisme korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pada sektor publik di Indonesia baik menggunakan metode manual maupun dengan e-procurement Metodologi Penelitian Pemodelan korupsi pengadaan barang/ jasa pada sektor publik di Indonesia dalam penelitian ini akan menggunakan game theory sebagai alat analisisnya. Model dalam penelitian ini dibentuk dari interaksi antara strategi para pelaku pengadaan, di mana para pelaku pengadaan disini merupakan rational agents. Para pelaku yang rasional akan berusaha menerapkan strategi yang tepat untuk menghasilkan payoff yang paling optimal. Perilaku yang dianalisis adalah perilaku para pelaku pengadaan dalam pengambilan keputusan, yaitu perilaku para penyedia dalam berinteraksi dengan pemerintah selaku penyelenggara pengadaan dengan nature penyelenggara yang korup ataupun yang tidak. Penelitian ini akan membangun model dari fenomena korupsi pengadaan barang/ jasa pada sektor publik di Indonesia baik yang menggunakan sistem manual maupun secara elektronik ke dalam sebuah game untuk kemudian dicari solusi optimum dari model tersebut secara matematis. Studi pustaka terhadap penelitian-penelitian tentang fenomena korupsi pengadaan barang/ jasa pada sektor publik maupun pengamatan penulis selama terlibat dalam pengadaan baik sebagai penyedia (peserta) 8
9 pengadaan maupun sebagai penyelenggara pengadaan akan dilakukan kajian untuk menentukan berbagai elemen yang akan dimasukkan ke dalam payoffs masing-masing strategi yang diambil oleh masing-masing pihak. Solusi dari game yang ini akan dihitung dengan metode backward induction, di mana titik keseimbangan dari game yang dimainkan merupakan kumpulan solusi dari masing-masing tahapan permainan. Penghitungan solusi dengan metode tersebut akan menghasilkan petunjuk secara teoritis, mengenai mekanisme korupsi pada pengadaan barang/ jasa pada sektor publik di Indonesia Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah Sebagai bahan pertim bangan dalam pengambilan kebijakan terkait pengadaan barang/ jasa pada sektor publik di Indonesia. 2. Bagi masyarakat Memberikan pemahaman mengenai mekanisme korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pada sektor publik di Indonesia Sistematika Penulisan Pembahasan penelitian ini akan meliputi beberapa bab, yaitu: Bab I Bab pertama ini merupakan bab pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, 9
10 manfaat penelitian, metodologi penelitian, jadwal waktu penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Bab kedua secara umum akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari penelitian mengenai korupsi pengadaan barang/ jasa pada sektor publik. Bab III Bab ketiga akan dibahas secara rinci mengenai penerapan game theory dalam pemodelan korupsi pengadaan barang/ jasa pada sektor publik dengan menggunakan asumsi-asumsi yang disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan. Payoffs dari sebuah game merupakan net benefits (benefits costs) dari pilihan strategi yang ditempuh oleh masing-masing pemain. Solusi optimal dari game ini didapat dari proses backward induction yang disebut dengan Subgame Perfect Nash Equilibrium. Bab IV Bab keempat ini akan memberikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat serta beberapa topik untuk pembahasan selanjutnya yang masih terkait dengan korupsi pada pengadaan barang/ jasa pada sektor publik. 10
BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adam Smith (1776) dalam An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations mengemukakan bahwa ada tiga fungsi negara yaitu memelihara pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir semua aspek kehidupan manusia. Dengan majunya perkembangan teknologi, manusia dapat bekerja dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontrak untuk pekerjaan publik antara pemerintah dengan sektor swasta/privat merupakan bisnis dengan ukuran yang sangat besar. Mulai dari proyek-proyek infrastruktur
Lebih terperincigovernance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah memiliki posisi yang strategis, bukan hanya dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia saat ini terus menerus berupaya memerangi tindak pidana korupsi dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan adalah konvensi internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap perekonomian, dengan sistem perekonomian apapun, pemerintah senantiasa memegang peranan yang penting. Pemerintah memiliki peranan yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama semakin berkembang. Bukan hanya perusahaan swasta saja yang menggunakan teknologi informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban menyediakan kebutuhan rakyat di antaranya ketersediaan barang dan jasa dan pembangunan infrastruktur.selain
Lebih terperincibarang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan
BAB IV TINJAUAN HUKUM MENGENAI PENGADAAN BARANG DAN JASA MELALUI SISTEM ELEKTRONIK PADA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (BUMN). BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu pelaku bisnis di Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu. Pengadaan barang/jasa atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan. pelaksana, baik itu secara formal maupun informal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aspek yang paling penting dalam tata pemerintahan yang baik (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan pengawasan yang memadai terhadap fungsi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis secara
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis secara mendalam peran e-procurement dalam mencegah fraud pada proses pengadaan barang dan jasa serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan teknologi informasi memiliki peran yang penting tidak hanya dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang dari kesuksesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindak kecurangan yang dilakukan oleh aparatur sipil negara seperti perilaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nyata dengan mempertimbangkan sinergitas antar sektor dan arah kebijakan program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mendukung pemerintah dalam menyukseskan pembangunan terutama pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini terlihat semakin maju baik di sektor swasta maupun pemerintahan. Dengan adanya kemajuan pada dunia usaha, maka akan mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, batasan penelitan dan sistematika penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa untuk melaksanakan fungsinya dan untuk mencapai kinerjanya. Instansi atau organisasi
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN
PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidaksetaraan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) merupakan salah satu tantangan utama bagi kesehatan masyarakat, sehingga dibutuhkan suatu
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhannya dalam menjalankan rencana program kerja yang sudah ditetapkan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini sangat menunjang proses bisnis dan menciptakan berbagai peluang dan inovasi. Teknologi hadir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud merupakan permasalahan yang perlu untuk dikaji, dicari solusinya, dan dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga marak terjadi
Lebih terperinciBAB 1 INTRODUKSI. Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
BAB 1 INTRODUKSI Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, dan sistematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan aktivitas pemerintah dalam membangun sarana dan prasarana bagi masyarakat. Dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary crimes) akan tetapi sudah menjadi kejahatan yang luar biasa (extraordinary
Lebih terperinciPBJ, KORUPSI & REFORMASI BIROKRASI
PBJ, KORUPSI & REFORMASI BIROKRASI Abdullah Hehamahua Penasihat KPK (LKPP, Jakarta, 8 Juni 2011) TUJUAN KEMERDEKAAN KEHIDUPAN BANGSA YANG CERDAS KESEJAHTERAAN UMUM MASYARAKAT YANG AMAN, DAMAI & TENTERAM
Lebih terperinciANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh:
ANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh: Robin Tibuludji * ABSTRAK Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian yang paling banyak
Lebih terperinciPERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)
PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas Padang *Email :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan. keuangan negara. Penggunaan keuangan negara yang akan dibelanjakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan tugas dan fungsinya pemerintah menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan berbagai jenis kebutuhan yang diperlukan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang
BAB I INTRODUKSI Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan tahapan-tahapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang ditandai dengan lahirnya paket perundang-undangan di bidang keuangan negara telah mengamanatkan agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan pembangunan guna mencapai tujuan nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA
5 BUPATI PENAJAM PASER UTARA 8 PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG IMPLEMENTASI PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (e-procurement) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadaan barang/ jasa atau lebih dikenal dengan pelelangan merupakan salah satu proses pada proyek tertentu, seperti proyek pemerintah yang berskala besar. Pengadaan barang/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. yang lebih sesuai dengan karakteristik wilayah serta pengembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan kebijakan daerah adalah untuk kesejahteraan masyarakat yang ada di tingkat daerah. Salah satu upaya terpenting dalam kesejahteraan adalah peningkatan perekonomian
Lebih terperinciANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA
ANALISA KENDALA PELAKSANAAN E-PROCUREMENT DI KOTA SURABAYA Liziad Aditya Soetanto 1, dan Kenny Jonathan Setiobudi 2 ABSTRAK : E-Procurement atau Pengadaan secara elektronik adalah Pengadaan Barang/Jasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem e-procurement atau pengadaan barang/ jasa secara elektronik melalui internet di Indonesia pada perspektif pemerintah dipercaya sebagai alat/instrumen untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementrian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi
Lebih terperinciBUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010
BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK ( E-PROCUREMENT ) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ENDE BUPATI ENDE,
Lebih terperinciBUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK PADA PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI
BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK PADA PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah satu perwujudannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang efisien dan efektif merupakan salah satu bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membiayai belanja negara. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Sebagai bentuk iuran kepada negara yang disahkan oleh undang-undang dan bersifat memaksa, pajak memiliki dua fungsi yaitu fungsi reguler dan fungsi budgetair
Lebih terperinciKajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015
Ringkasan Eksekutif Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015 Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis terluas di dunia, dan sebagian
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.04.1.21.11.10.10750 TAHUN 2010 TENTANG PENERAPAN LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Lebih terperinci1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, judul yang diambil beserta alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, metode yang dipakai dalam pemecahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus
i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki
Lebih terperinciPR PL Png M S F M S F M S F
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bidang yang strategis dalam perkembangan peradaban suatu bangsa. Paradigma pendidikan telah bergeser dari yang hanya merupakan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korupsi merupakan musuh bersama setiap negara, karena hal ini sudah menjadi fenomena mendunia yang berdampak pada seluruh sektor. Tidak hanya lembaga eksekutif tersandung
Lebih terperinciTRANSKRIP HASIL WAWANCARA
LAMPIRAN Lampiran TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Prinsip Kepastian Hukum (Rule of Law) 1. Bagaimanakah pelaksanaan prinsip kepastian hukum (rule of law) dalam pengadaan televisi oleh Bagian Perlengkapan Sekretariat
Lebih terperinciRAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA
RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA Basaria Panjaitan Pimpinan KPK Malang, 20 Juli 2017 Apa itu KPK??? APA ITU GRATIFIKASI? Fenomena Jual Beli Jabatan Fenomena Dinasti Politik
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG / JASA SECARA ELEKTRONIK PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IMPLEMENTASI PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI DAN PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan merupakan salah satu fungsi penting pada organisasi pemerintah, namun hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Fungsi pengadaan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah mengalami pergeseran paradigma baru dalam pelaksanaannya, terutama setelah kegiatan pengadaan dilakukan melalui sistem elektronik
Lebih terperinciE-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012
E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012 Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi internet sudah mencapai kemajuan yang sangat pesat. Aplikasi Internet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciVisi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi
Profil LSP KPK Dalam upaya mendukung percepatan pemberantasan korupsi di Indonesia agar lebih efektf, profesional, dan berdampak, KPK membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang bersifat indenpenden.
Lebih terperinci1.1. Pejabat Pembuat Komitmen
PPK Daftar Isi Pendahuluan... 1 1.1. Pejabat Pembuat Komitmen... 2 1.2. Alur Proses PPK... 3 Memulai Aplikasi... 4 2.1. Akses ke dalam SPSE... 4 Penjelasan Fungsi dan Fitur... 6 3.1. Menu Home... 6 3.2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.915, 2011 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. Pengaduan Orang Dalam. Tata Cara. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK PADA LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi menjadi tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi menjadi tonggak sejarah perubahan dari tatanan kehidupan kelembagaan dan birokrasi di Indonesia, dimana semua stakeholder mulai menuntut penyelenggaran
Lebih terperinciPetunjuk Pengoperasian SPSE 3.5 Auditor
Petunjuk Pengoperasian SPSE 3.5 Auditor i Daftar Isi 1 Pendahuluan... 1 1.1 Auditor... 2 2 Memulai Aplikasi... 2 2.1 Hak Akses Auditor... 2 3 Penjelasan Fitur dan Fungsi... 4 3.1 Menu Home... 4 3.1.1 Mencetak
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
2 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Alasan paling mengemuka dalam wacana pemekaran
Lebih terperinciPetunjuk Pengoperasian SPSE Auditor
Petunjuk Pengoperasian SPSE 3.2.4 Auditor i Daftar Isi 1 Pendahuluan... 1 1.1 Auditor... 2 2 Memulai Aplikasi... 2 2.1 Hak Akses Auditor... 2 3 Penjelasan Fitur dan Fungsi... 4 3.1 Menu Home... 4 3.1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendapatkan pekerjaan (proyek) pada sektor jasa konstruksi hampir selalu melalui proses yang dinamakan pelelangan/tender. Proses ini menjadi sangat penting
Lebih terperinciTPP FOR INDONESIA S PUBLIC PROCUREMENT. Direktur Pengembangan Iklim Usaha dan Kerjasama Internasional 2016
TPP FOR INDONESIA S PUBLIC PROCUREMENT Direktur Pengembangan Iklim Usaha dan Kerjasama Internasional 2016 1 TUJUAN PENGADAAN PEMERINTAH Tujuan Primer Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Tujuan Sekunder
Lebih terperinciDASAR NO. 2 TAHUN 2002 TTG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DASAR 1 UNDANG UNDANG INDONESIA NO. 2 TAHUN 2002 TTG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK 2 3 4 5 UURI no. 31 Tahun 1999 ttg pemberantasan tp. korupsi sebagaimana yang telah di ubah dengan UURI No. 20 Tahun 2001
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi dengan ini menginstruksikan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional, industri jasa konstruksi mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan nasional, industri jasa konstruksi mempunyai peran yang penting dan strategis, mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan
Lebih terperinciRINGKASAN PENGARUH DAYA SAING REGIONAL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDONESIA: ANALISIS DATA PANEL
RINGKASAN PENGARUH DAYA SAING REGIONAL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDONESIA: ANALISIS DATA PANEL Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama dari sebuah proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak
Lebih terperinciWALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN
WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PEMANTAU INDEPENDEN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.924, 2012 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. Whistleblowing System. Pengaduan Internal. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kecurangan di pemerintah Indonesia sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Berbagai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang cukup berpotensi untuk menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Lebih terperinci1. SKPD : Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bojonegoro
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PELAKSANAAN (REVISI) PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN MEDIA MASSA KEGIATAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI TAHUN 2017 1. SKPD : Dinas Komunikasi dan
Lebih terperinciBUPATI KUANTAN SINGINGI
BUPATI KUANTAN SINGINGI PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 4 TAHUN2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELELANGAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUANTAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi ekonomi saat ini, dunia usaha merupakan salah satu kegiatan yang diminati oleh banyak orang di Indonesia. Lahirnya pengusahapengusaha baru dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdamaian dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai tujuan bernegara yang dituangkan dalam alinea ke empat UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT
ANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT TERHADAP PELAKSANAAN PROYEK KONTRUKSI DI KABUPATEN GARUT (STUDI KASUS LINGKUP PEKERJAAN UMUM KABUPATEN GARUT) Ratu Mafas Sukmalaras 1, Agus
Lebih terperinciRepositori STIE Ekuitas
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Accounting Information System 2015-12-14 Pengaruh Usefulness AIS (Accounting Information System) Dan
Lebih terperinciBUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG
1 BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK / E-PROCUREMENT KABUPATEN KARANGASEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKuliah ke-10: Beberapa Aplikasi Game Theory untuk Persaingan
Kuliah ke-10: Beberapa Aplikasi Game Theory untuk Persaingan Rus an Nasrudin DIE FEUI May 7, 2013 Pendahuluan Strategi Dominan Ancaman Repeated Game SPNE: Sequential Game Ilutrasi Permainan Sekuensial:
Lebih terperinciPetunjuk Pengoperasian SPSE Verifikator
Petunjuk Pengoperasian SPSE 3.5 - Verifikator i Daftar Isi 1 Pendahuluan... 1 1.1 Verifikator... 2 2 Memulai Aplikasi... 3 2.1 Akses ke dalam SPSE... 3 3 Penjelasan Fitur dan Fungsi... 4 3.1 Menu Home...
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang
Lebih terperinciAudit e-procurement di Lingkungan Kementerian Perhubungan
Audit e-procurement di Lingkungan Kementerian Perhubungan ASRIL SYAFEI Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perhubungan 25 Juli 2012 Jakarta, Nopember 2011 1 e-procurement adalah proses pengadaan
Lebih terperinciOutlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik
Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik Pengantar Sejak 2015, pemerintah melalui amanat UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa mengalokasikan anggaran nasional untuk desa
Lebih terperinciTEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan adalah kegiatan untuk mendapatkan barang atau jasa secara transparan, efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna yang meliputi peralatan
Lebih terperincifaktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,
Lebih terperinciPOKOK KEBIJAKAN DAN IMPLIKASI HUKUM PENGADAAN jasa konsultansi PEMERINTAH
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah POKOK KEBIJAKAN DAN IMPLIKASI HUKUM PENGADAAN jasa konsultansi PEMERINTAH Dr. S. Ruslan Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Sanggah LKPP-RI Disampaikan
Lebih terperinciPENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS
PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS FAKTOR YANG PALING BERMASALAH DALAM BERBISNIS Sumber: World Economic Forum 2017 PERINGKAT INDEX PERSEPSI KORUPSI
Lebih terperinci