SINTESIS NANOSELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN PERLAKUAN HIDROLISIS KIMIA DAN HOMOGENISASI SKRIPSI NICHE EVANDANI F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS NANOSELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN PERLAKUAN HIDROLISIS KIMIA DAN HOMOGENISASI SKRIPSI NICHE EVANDANI F"

Transkripsi

1 SINTESIS NANOSELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN PERLAKUAN HIDROLISIS KIMIA DAN HOMOGENISASI SKRIPSI NICHE EVANDANI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 SYNTHESIS NANOCELLULOSE FROM CORN COBS WITH CHEMICAL HYDROLYSIS AND HOMOGENIZATION TREATMENT Niche Evandani 1, Hanifah Nuryani Lioe 1, Sri Yuliani 2. 1 Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia. 2 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Cimanggu, PO BOX 16114, Bogor, West Java Indonesia. Phone: , nicheevan@yahoo.com ABSTRACT Corn cobs has a high potency to be used as a source of raw materials for nanocellulose synthesis.the objective of this research is to synthesize nanocellulose from corn cobs with chemical hydrolysis and homogenization treatment. Alkali treatment,bleaching treatment, acid treatment and homogenization treatment on the corn cobs are effective in the depolymerization and defibrillation of the fibre to produce nanocellulose. This research consists of four main steps those are pre-elliminary research, chemical analysis, synthesize nanocellulose, and final product characterization.parameters thatwillbe tested aretheconcentration ofnaoh(2%, 4%, and 8%), and the time ofhomogenization (2 hours, 3 hours, and 4 hours). The results show that the concentration of NaOH affect the level of cellulose and lignin final product.the bestconcentration ofnaoh needed to isolatecelluloseis 2%. Futhermore, the concentration of NaOH also affected the color and suspension of the final product. Final product with 8% NaOH treatment had the brightest color and the most stable suspension, while the homogenization time did not affect the colorand can not be seen the effect to the suspension formation of the final product. ScanningElectronMicrocope(SEM) results showed thatthechemical hydrolysis and mechanical treatmenthad successfully isolated thecelluloseandits sizehad reachedbelow 100nm, but stillin small amounts. Cellulose that was observed withsem had an averagesize of80-270nmdiameter. Keywords : nanocellulose, corn cobs, NaOH, homogenization, SEM. ii

3 NICHE EVANDANI. F Sintesis Nanoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Perlakuan Hidrolisis Kimia dan Homogenisasi. Di bawah bimbingan Hanifah Nuryani Lioe dan Sri Yuliani RINGKASAN Selulosa merupakan salah satu polimer alam yang paling banyak dimanfatkan dalam industri. Selulosa dengan bantuan nanoteknologi dapat ditingkatkan kualitasnya menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu nanoselulosa. Nanoselulosa memiliki sifat-sifat yang khas seperti sangat kuat, rasio permukaan terhadap volume yang besar, kemampuan mengikat air yang tinggi, kekuatan tarik yang tinggi, jaringan yang halus, dan sangat porous. Sifat-sifat tersebut membuat nanoselulosa merupakan bahan yang sangat menjanjikan untuk industri komposit, kemasan pangan, bahan otomotif, pulp dan kertas, dsb (Subyakto et al. 2009) Tujuan utama dari penelitian ini adalah sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan menggunakan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi NaOH dan proses homogenisasi yang terbaik untuk sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan perlakuan hidrolisis kimia dan homogenisasi.manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memanfaatkan limbah pertanian (tongkol jagung) menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu nanoselulosa. Metode penelitian yang digunakan merupakan campuran perlakuan kimia dan mekanik. Secara garis besar terdapat 4 tahapan perlakuan dalam medote sintesis nanoselulosa yang digunakan yaitu, hidrolisis basa, bleaching, hidrolisis asam dan homogenisasi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dan 2 ulangan. Faktor yang akan diuji pengaruhnya yaitu konsentrasi NaOH dengan 3 taraf: 2%, 4%, dan 8%, serta waktu homogenisasi dengan 3 taraf: 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Pada penelitian pendahuluan telah dilakukan dua kali trial and error. Berdasarkan penelitian pendahuluan diketahui bahwa metode hidrolisis kimia dan homogenisasi telah mampu mengisolasi selulosa dengan diameter dibawah 500 nm. Selain itu, diketahui juga bahwa waktu dan kecepatan homogenisasi mempengaruhi proses sintesis nanoselulosa. Bahan baku penelitian ini adalah tepung tongkol jagung yang telah lolos saringan 100 mesh. Komposisi kimia tepung tongkol jagung berdasarkan hasil analisis proksimat adalah kadar air 8,94% (bk), kadar abu 2,42% (bk), kadar lemak 4,86% (bk), kadar protein 0,57% (bk), kadar karbohidrat (by differene) 83,21% (bk), dan kadar selulosa 57,38 % (bk), dan kadar lignin 9,88 % (bk). Kadar selulosa yang tinggi pada tongkol jagung menunjukkan bahwa tongkol jagung berpotensial tinggi untuk dijadikan sumber bahan baku sintesis nanoselulosa. Parameter produk akhir yang diukur pada penelitian ini mencakup karakteristik kimia, fisik, dan mikrostruktural produk akhir sintesis nanoselulosa. Karakteristik kimia yang diukur adalah kadar selulosa dan lignin produk akhir. Karakteristik fisik yang diukur adalah parameter warna dan pembentukan suspensi produk akhir. Karakteristik mikrostruktural yang diukur adalah pengamatan mikrostruktural produk akhir dengan menggunakan mikroskop cahaya dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH pada tahapan hidrolisis basa mempengaruhi kadar selulosa dan lignin produk akhir. Konsentrasi NaOH yang terbaik untuk mengisolasi selulosa tanpa mendegradasinya adalah 2%. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% kadar selulosanya mencapai 77,17% dan kadar lignin yang tersisa tinggal 6,32%. Berdasarkan karakterisasi sifat fisik produk akhir sintesis nanoselulosa, didapatkan hasil bahwa perbedaan konsentrasi NaOH (faktor perlakuan kimia) berpengaruh terhadap warna dan suspensi produk akhir. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memiliki warna yang paling cerah dan suspensi yang paling stabil. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memiliki warna putih kekuningan dan fase padat terdispersi sempurna pada suspensinya (tidak ada endapan). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa waktu homogenisasi (perlakuan mekanik) tidak berpengaruh iii

4 terhadap warna produk akhir. Waktu homogenisasi juga tidak dapat dilihat pengaruhnya pada proses pembentukan suspensi jika hanya fisiknya yang diamati secara langsung. Hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya dan Scanning Electron Microcope (SEM) menunjukkan bahwa dengan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi telah berhasil menguraikan sebagian fibril-fibril selulosa yang masih menyatu dalam bentuk mikrofibril selulosa. Metode yang digunakan pada penelitian ini juga telah berhasil mengisolasi selulosa dan ukurannya telah mencapai lebih kecil dari 100 nm, namun masih dalam jumlah yang relatif sedikit. Selulosa yang diamati dengan dengan SEM diamaternya berkisaran nm. iv

5 SINTESIS NANOSELULOSA DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN PERLAKUAN HIDROLISIS KIMIA DAN HOMOGENISASI SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh NICHE EVANDANI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 v

6 Judul Skripsi Nama NIM : Sintesis Nanoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Perlakuan Hidrolisis Kimia dan Homogenisasi : Niche Evandani : F Pembimbing I, Menyetujui, Pembimbing II, (Dr. Ir. Hanifah Nuryani Lioe, M.Si) NIP (Dr. Sri Yuliani, MT) NIP Mengetahui: Ketua Departemen (Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc) NIP Tanggal lulus : 5 September 2012 vi

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Sintesis Nanoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Perlakuan Hidrolisis Kimia dan Homogenisasi adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, 25 September 2012 Yang membuat pernyataan Niche Evandani F vii

8 Hak cipta milik Niche Evandani, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor dan Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Pascapanen Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya. viii

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Juni 1990 di Cianjur, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Yohanes Sugandi dan Erliana Purba. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri Sukamanah Cianjur ( ), SMP Negeri 1 Cianjur ( ), dan SMA Negeri 1 Cianjur ( ). Penulis kemudian melanjutkan studi di tingkat perguruan tinggi ke Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Major Teknologi Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis aktif di berbagai kepanitiaan, seperti bendahara Gebyar Sosial Fateta tahun 2009, anggota divisi logistik dan transportasi pada acara IFOODEX (Indonesian Food Expo) tahun 2009, anggota divisi kesekretariatan pada acara LCTIP XVIII(Lomba Cepat Tepat Pangan )tahun 2010, anggota divisi dana dan usaha pada IAC (IPB Art Contest) tahun Pada tahun penulis aktif menjadi asisten praktikum fisika Tingkat Persiapan Bersama IPB. Penulis juga mendapat hibah Progran Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2012 yang diselenggarakan DIKTI. Pada tahun penulis terpilih sebagai penerima beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) yang diberikan oleh DIKTI, dan pada tahun penulis terpilih sebagai penerima beasiswa dari Yayasan Goodwill Internasional yang disponsori oleh BIS-PTA (British International School Parent Teacher Association). Penulis melakukan magang penelitian di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor dengan judul Sintesis Nanoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Perlakuan Hidrolisis Kimia dan Homogenisasi di bawah bimbingan Dr. Ir. Hanifah Nuryani Lioe, M.Si dan Dr. Sri Yuliani, MT. ix

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pangan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang berjudul Sintesis Nanoselulosa dari Tongkol Jagung dengan Perlakuan Hidrolisis Kimia dan Homogenisasi ini disusun berdasarkan magang penelitian yang dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Bogor. Selama kegiatan perkuliahan, magang penelitian, penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada : 1. Keluarga terkasih : Yohanes Sugandi dan Erlianna Purba selaku orang tua, Nicho Afiandi dan Nichi Firani yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan dukungan moril maupun materi kepada penulis. 2. Ibu Dr.Ir Hanifah Nuryani Lioe, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dengan sabar, memberikan saran dan motivasi kepada penulis. 3. Ibu Sri Yuliani, MT selaku dosen pembimbing akademik kedua yang telah memberikan dana dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan magang penelitian di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Bogor, juga atas kesediaan dan kesabarannya untuk membimbing, memberikan saran dan motivasi kepada penulis. 4. Bapak Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini. 5. Segenap dosen pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu atas seluruh ilmu, masukan, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis 6. Pak Tri, Pak Danu, Pak Marman, Bu citra dan segenap staff serta teknisi Balai Besar Penelitian dan Pengembagan Pascapanen Pertanian Bogor atas bantuan, saran dan motivasi yang diberikan selama penulis melakukan kegiatan magang penelitian. 7. Keluarga besar Yayasan Goodwill Internasional yang telah memberikan bantuan dana, ilmu, motivasi, dan pengalaman berharga selama penulis mengikuti kegiatan Goodwill Leadership Training. 8. Sahabat satu bimbingan Fitrina dan Kornelia atas kesediannya berbagi pikiran, semangat dan motivasi yang diberikan kepada penulis. 9. Ferdi, Mumun,Uni, Tiur, Yuli, Dea, Stefani dan Jessyln yang selalu membuat hari-hari penuh dengan canda tawa dan semangat. 10. Keluarga besar ITP 45 atas kebersamaan dan kekeluargaan, serta berbagai pengalaman berharga yang membuat saat-saat perkuliahan menjadi begitu berkesan. 11. Para Staf UPT ITP : Bu Novi, Mbak Anie, Mbak Darsi. Terima kasih atas bantuan dan kesabarannya dalam mengurus masalah administrasi penulis. 12. Para Staf PITP dan LSI yang selalu membantu penulis dalam mencari berbagai pustaka baik yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini maupun selama kegiatan perkuliahan. x

11 Penulis meyakini bahwa masih banyak pihak-pihak yang belum disebutkan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi memperbaiki penulisan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan berguna bagi semua pihak. Terima kasih. Bogor, September 2012 Niche Evandani xi

12 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... iii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 2 C. Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Nanoteknologi... 3 B. Limbah Lignoselulosa... 4 C. Selulosa... 5 D. Hemiselulosa... 6 E. Lignin... 7 F. Nanoselulosa... 8 G. Metode Sintesis Nanoselulosa... 9 III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat B. Metodologi Penelitian Persiapan Bahan Baku Penelitian Pendahuluan Penelitian Utama a. Sintesis Nanoselulosa b. Analisis Kimia Analisis Kadar Air Analisis Kadar Abu Analisis Kadar Protein Analisis Kadar Lemak Analisis Kadar Karbohidrat (by difference) Analisis Kadar ADF Analisis Kadar Selulosa Analisis Kadar Lignin c. Karakterisasi Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa Karakterisasi Kimia Produk Karakterisasi Fisik Produk Parameter Warna Parameter Pembentukan Suspensi xii

13 3. Karakterisasi Mikrostruktural Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa Karakterisasi Mikrostruktural dengan Mikroskop Cahaya Karaktererisasi Mikrostruktural dengan Scanning Electron Microscope (SEM) d. Analisis Statistik IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan B. Penelitian Utama Komposisi Kimia Tepung Tongkol Jagung Karakterisasi Kimia Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa Karakterisasi Fisik Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa a. Parameter Warna b. Parameter Pembentukan Suspensi Karakterisasi Mikrostruktural Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa a. Karakterisasi Mikrostruktural dengan Mikroskop Cahaya b. Karakterisasi Mikrostruktural dengan Scanning Electron Microscope V. SIMPULAN DAN SARAN VI. DAFTAR PUSTAKA VII. LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel 1. Aplikasi nanoteknologi dalam pengemasan... 3 Tabel 2. Aplikasi nanoteknologi dalam bidang pangan... 4 Tabel 3. Komposisi kimia limbah jagung... 5 Tabel 4. Warna sampel berdasarkan nilai Hue Tabel 5. Komposisi kimia tepung tongkol jagung Tabel 6. Hasil pengukuran atribut warna produk akhir sintesis nanoselulosa xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Ilustrasi susunan komponen dinding sel tanaman... 6 Gambar 2.Struktur hemiselulosa... 7 Gambar 3. Struktur lignin... 7 Gambar 4. Nanoselulosa dari ampas tebu... 8 Gambar 5. Nanoselulosa dari daun nanas... 9 Gambar 6. Diagram alir metode trial-error I Gambar 7. Diagram alir metode trial-error II Gambar 8. Diagram alir merode sintesis nanoselulosa dari tepung tongkol jagung Gambar 9. Bahan baku dan bahan setengah jadi dalam proses sintesis nanoselulosa dari tepung tongkol jagung Gambar 10. Tepung tongkol jagung pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya Gambar 11. Selulosa pada produk akhir trial-error I sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan mikroskop cahaya Gambar 12. Selulosa pada produk akhir trial-error II sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya Gambar 13. Selulosa pada produk akhir trial-error II sintesis nanoselulosa pada perbesaran 100 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya Gambar 14. Grafik batang perbandingan kadar selulosa dan lignin antar produk akhir dengan berbagai perlakuan konsentrasi NaOH Gambar 15. Perbandingan warna produk akhir sintesis nanoselulosa Gambar 16. Perbandingan pembentukan suspensi pada produk akhir sintesis nanoselulosa Gambar 17. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya Gambar 18. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan konsentrasi NaOH 2% dan waktu homogenisasi 4 jam Gambar 19. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan konsentrasi NaOH 4% dan waktu homogenisasi 4 jam Gambar 20. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan konsentrasi NaOH 2% dan waktu homogenisasi 4 jam xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil analisis kimia tepung tongkol jagung Lampiran 2. Hasil pengukuran warna produk akhir dengan Chromatometer Minolta Lampiran 3. Hasil analisis ragam dan uji Duncan atribut warna produk akhir sintesis nanoselulosa. 46 Lampiran 4. Hasil analisis ADF, selulosa dan lignin produk akhir sintesis nanoselulosa Lampiran 5. Hasil analisis ragam selulosa produk akhir sintesis nanoselulosa Lampiran 6. Hasil analisis ragam lignin produk akhir sintesis nanoselulosa Lampiran 7. Gambar instrumen Scanning Electron Microscope Lampiran 8. Gambar Ion Coater Lampiran 9. Gambar sampel yang telah dipreparasi dan dilapis dengan emas sebelum diamati dengan Scanning Electron Microscope (SEM) Lampiran 10. Gambar Ultra-turraxuntuk proses homogenisasi xvi

17 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi dianggap sebagai sebuah evolusi dari ilmu pengetahuan karena memberikan banyak keuntungan dan kemudahan. Menurut Sekhon (2010), nanoteknologi adalah teknologi yang melibatkan atom dan molekul dengan ukuran lebih kecil dari 100 nanometer, namun beberapa pakar mengusulkan pelebaran skala dari 100 nm menjadi 300 nm sehingga yang disebut nanoteknologi adalah benda yang ukuran materialnya kurang dari 300 nm (Winarno dan Fernandez 2010). Nanoteknologi telah banyak dikembangkan dalam berbagai macam industri termasuk industri pangan. Dalam bidang pangan nanoteknologi bisa digunakan untuk pengembangan kemasan pangan, nanoenkapsulasi, nanoemulsi, nanopartikel dan sebagainya (Sekhon 2010). Nanoteknologi memiliki potensial besar untuk menghasilkan kemasan baru. Salah satu aplikasinya adalah nanokomposit pada kemasan. Nanokomposit dapat dilakukan dengan cara menyisipkan partikel nano (nanofiller) ke dalam matriks. Nanopartikel yang biasa digunakan untuk nanokomposit diantaranya adalah carbon nanotube, selulosa, silika, dan kitin (Azeredo 2009). Nanokomposit umumnya digunakan untuk memperbaiki sifat mekanik dan kemampuan perlindungan (barrier properties) kemasan (Azeredo 2009). Selulosa merupakan salah satu polimer alam yang paling banyak dimanfatkan dalam industri, dengan bantuan teknologi nano selulosa dapat ditingkatkan kualitasnya menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu nanoselulosa. Nanoselulosa merupakan selulosa berukuran nano yang memiliki sifat-sifat khas seperti sangat kuat, rasio permukaan terhadap volume yang besar, kemampuan mengikat air yang tinggi, kekuatan tarik yang tinggi, jaringan yang halus, dan sangat porous. Sifat-sifat tersebut membuat nanoselulosa menjadi bahan yang sangat menjanjikan untuk industri komposit, kemasan pangan, bahan otomotif, pulp dan kertas dan sebagainya (Subyakto et al. 2009). Nanoselulosa tersebut biasa disintesis dari tanaman yang banyak mengandung serat. Terdapat banyak bahan baku di alam yang memiliki potensi tinggi sebagai sumber serat dari tumbuhan non-kayu, misalnya sisal, kapas dan flax (Akin 2011). Selain tumbuhan non-kayu, limbah pertanian juga memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber serat. Tongkol jagung, jerami, sekam, dedaunan, dan kulit kacang-kacangan merupakan limbah pertanian yang memiliki potensi tinggi untuk dimanfatkan kembali menjadi produk baru bernilai ekonomi tinggi. Limbah-limbah pertanian tersebut tergolong ke dalam limbah lignoselulosa. Limbah lignoselulosa adalah limbah yang mengandung selulosa, hemiselulola dan lignin (Richana dan Suarni 2004). Tanaman jagung termasuk jenis tanaman pangan yang diketahui banyak mengandung serat kasar dimana tersusun atas senyawa kompleks selulosa, hemiselulosa dan lignin. Produksi jagung di Indonesia cukup melimpah. Banyak daerah di Indonesia yang berbudaya mengkonsumsi jagung, antara lain Madura, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur dan lain-lain. Produksi jagung di Indonesia 1

18 pada tahun 2011 mencapai 17,39 ton pipilan kering (BPS 2011). Seiring dengan kebutuhan jagung yang cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri pangan dan pakan berbahan baku jagung. Pemanfaatan limbah merupakan salah satu alternatif untuk menaikkan nilai ekonomi dari limbah tersebut,untuk itulah dalam penelitian ini limbah pertanian tongkol jagung akan dimanfaatkan menjadi bahan sumber sintesis nanoselulosa sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan nilai tambah limbah pertanian. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan untuk mengisolasi selulosa dan sintesis nanoselulosa dari limbah pertanian dengan berbagai macam metode. Limbah pertanian yang banyak digunakan adalah jerami (Khaushik dan Sigh 2011 ), daun pisang (Cherian et al. 2008), dan daun nanas (Cherian et al. 2010). Dari beberapa penelitian tersebut diketahui bahwa metode kimia-mekanik terbukti efektif untuk mengisolasi selulosa dan mereduksi ukurannya menjadi nanoselulosa. Prinsip dari proses sintesis nanoselulosa adalah isolasi selulosa dengan cara menghidrolisis hemiselulosa dan mendelignifikasi lignin dengan larutan basa (NaOH atau KOH), proses bleaching, menguraikan fibril-fibril selulosa yang masih menyatu dalam bentuk mikrofibril selulosa dengan hidrolisis asam (HCl atau H 2 SO 4 ), dan bantuan perlakuan mekanik, contohnya homogenisasi (Cherian et al. 2010). Konsentrasi NaOH yang digunakan termasuk faktor penting karena sangat berpengaruh terhadap jumlah selulosa yang berhasil diisolasi, begitu juga dengan proses homogenisasi yang mempengaruhi proses reduksi ukuran selulosa menjadi nanoselulosa. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menentukan konsentrasi NaOH dan proses homogenisasi yang terbaik untuk sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan perlakuan hidrolisis kimia dan homogenisasi. B. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan menggunakan perlakuan hidrolisis kimia dan homogenisasi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain : 1. Menentukan konsentrasi bahan penghidrolisis yang terbaik untuk proses sintesis nanoselulosa. 2. Menentukan perlakuan mekanik yang terbaik untuk proses sintesis nanoselulosa 3. Karakterisasi kimia, fisik, dan mikrostruktural produk akhir sintesis nanoselulosa. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memanfaatkan limbah pertanian (tongkol jagung) menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi, yaitu nanoselulosa. 2

19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Nanoteknologi Kata nano berarti benda-benda yang berukuran sangat kecil dengan ukuran sepermiliar meter (10-9 m) (Winarno dan Fernandez 2010). Menurut Sekhon (2010), nanoteknologi adalah teknologi yang melibatkan atom dan molekul dengan ukuran lebih kecil dari 100 nanometer, namun beberapa pakar mengusulkan pelebaran skala dari 100 nm menjadi 300 nm sehingga yang disebut nanoteknologi adalah benda yang ukuran materialnya kurang dari 300 nm (Winarno dan Fernandez 2010). Adapun Winarno dan Fernandez (2010) mendefinisikan nanoteknologi sebagai kegiatan yang meliputidesign, produksi dan pemanfaatan struktur, peralatan sistem dan material dengan cara pengendalian ukuran dan bentuk material pada skala atom dan molekul. Nanoteknologi dianggap sebagai sebuah evolusi dari ilmu pengetahuan karena memberikan banyak keuntungan dan kemudahan. Wacana nanoteknologi telah masuk ke Indonesia pada awal tahun 2000 dan telah banyak dikembangkan sejak 3 tahun ke belakang. Nanoteknologi telah banyak dikembangkan dalam berbagai macam industri termasuk industri pangan, dalam bidang pangan nanoteknologi bisa digunakan untuk pengembangan kemasan pangan, nanoenkapsulasi, nanoemulsi, nanopartikel dan sebagainya. Nanoteknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan pangan disebut dengan nanofood (Winarno dan Fernandez 2010).Adapun aplikasi nanoteknologi dalam kemasan pangan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan aplikasi nanoteknologi pada bidang pangan lainnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Aplikasi nanoteknologi dalam pengemasan Aplikasi Penjelasan Nanocomposites Menggabungkan nanomaterial ke dalam kemasan untuk meningkatkan daya tahan, kemampuan menghalangi dan biodegradasi. Nano-coatings Menggabungkan nanomaterial ke dalam permukaan kemasan khususnya untuk meningkatkan kemampuan menghalangi/melindungi makanan dari senyawa asing yang tidak diinginkan. Surface Biocides Menggabungkan nanomaterial dan senyawa antimikroba ke dalam permukaan kemasan. Active Packaging Menggabungkan nanomaterial, antimikroba, dan bahan lain (misalnya antioksidan) yang secara perlahan akan dilepaskan. Intelligent Packaging Menggabungkan nanosensor untuk mengawasi dan melaporkan kondisi makanan. Sumber : Bradley et al

20 Tabel 2. Aplikasi nanoteknologi dalam bidang pangan No Sub-bidang Aplikasi 1 Pertanian Molekul tunggal pendeteksi untuk menentukan interaksi enzim dan substrat Nanokapsul untuk mengirimkan pestisida, pupuk, dan bahan lainnya agar lebih efisien Nanochips untuk identitas pelestarian Nanosensor untuk deteksi hewan dan tanaman patogen Nanokapsul untuk mengirimkan vaksin Nanopartikel untuk mengirimkan DNA ke tanaman (target rekayasa genetika) 2 Pengolahan Nanoenkapsulasi flavor pangan Nanotube dan nanopartikel sebagai penggumpal dan agen viskositas Nanoemulsi dan partikel untuk ketersediaan dan penyerapan nutrisi yang lebih baik 3 Suplemen Tepung berukuran nano untuk meningkatkan absors dari nutrisi Nanokristal selulosa sebagai pengangkut obat Vitamin dalam bentuk spary yang menyebarluaskan molekul dalam nanodroplet untuk penyerapan lebih baik. Sumber : Winarno dan Fernandez (2010) B. Limbah Lignoselulosa Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang tidak dipergunakan kembali dan merupakan hasil dari aktivitas manusia atau proses-proses alam yang mempunyai nilai ekonomi sangat rendah. Tongkol jagung, jerami, dedaunan, dan kulit kacang-kacangan merupakan limbah pertanian yang memiliki potensi tinggi untuk dimanfatkan kembali menjadi produk baru bernilai ekonomi tinggi karena keberadaannya yang melimpah di Indonesia. Limbah-limbah pertanian tersebut tergolong ke dalam limbah lignoselulosa. Limbah lignoselulosa adalah limbah yang mengandung selulosa, hemiselulola dan lignin (Richana dan Suarni 2004). Penelitian tentang limbah lignoselulosa sudah cukup banyak dilakukan. Ratarata limbah lignoselulosa tersebut diolah kembali menjadi bioetanol dengan teknologi BBN (Bahan Bakar Nabati) yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai biomassa baru (Sari dkk 2008). Selain sebagai sumber biomassa, limbah lignoselulosa juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk sintesis nanoselulosa. Saat ini, penelitian tentang nanoselulosa 4

21 sangat prospektif untuk dikembangkan. Di luar negeri telah dilakukan beberapa penelitian yang mencoba memanfaatkan jerami (Kaushik dan Sigh 2011), sekam (Johar et al.2012), dan kulit kacang kedelai(alemdar dan Sain 2008) sebagai bahan baku untuk pembuatan nanoselulosa. Jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Banyak daerah di Indonesia yang berbudaya mengkonsumsi jagung, antara lain Madura, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dll. Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 17,39 ton pipilan kering (BPS 2011). Seiring dengan kebutuhan jagung yang cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri pangan dan pakan berbahan baku jagung.tanaman jagung termasuk jenis tanaman pangan yang diketahui banyak mengandung serat kasar yang terdiri dari senyawa kompleks selulosa, hemiselulosa dan lignin. Komposisi kimia limbah jagung dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Kimia Limbah Jagung Komponen Tongkol Jagung Air (%) 7.68 Serat (%) (crude fiber) Selulosa (%) Xilan (%) 12.4 Lignin (%) 9.1 Sumber : Richana dan Suarni (2004) C. Selulosa Selulosa merupakan polisakarida yang kandungannya paling tinggi dalam dinding sel tanaman. Struktur kimia selulosa berupa rantai yang tidak bercabang dan tersusun atas satuan β-d-gluko-piranosa dengan ikatan glikosida 1,4. Analisis sinar-x membuktikan bahwa selulosa berupa rantai-rantai panjang sejajar yang terikat menjadi satu oleh ikatan hidrogen. Hal ini yang menyebabkan selulosa berbentuk serat-serat panjang (Sumardjo 2009). Struktur kimia selulosa terdiri dari unsur C, O, H yang membentuk rumus molekul (C 6 H 10 O 5 ) n. Selulosa yang terdiri dari ribuan unit glukosa dapat saling terhubung dan membentuk struktur kristal yang dihubungkan dengan ikatan hidrogen sehingga memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Satu fibril selulosa pada dinding sel tanaman memiliki ukuran diameter 2-20 nm dan panjangnya nm (Akin 2010). Satu fibril selulosa saling berikatan membentuk mikrofibril dan kemudian membentuk serat, ilustrasi susunan komponen dinding sel tanaman dapat dilihat pada Gambar 1. Reaktivitas dan sifat selulosa sangat dipengaruhi oleh gugus hidroksilnya (OH), gugus -OH tersebut dapat berinteraksi dengan gugus S, -O, dan N membentuk ikatan hidrogen. Adapun gugus - OH pada selulosa juga dapat berikatan dengan gugus H pada air sehingga membuat selulosa bersifat hidrofilik(plaket 2011). 5

22 Selulosa terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu α-selulosa, β-selulosa, dan γ-selulosa berdasarkan derajat polimerisasi dan kelarutannya dalam larutan NaOH. α-selulosa adalah bagian selulosa yang tidak larut dalam larutan alkali kuat (NaOH). β-selulosa adalah bagian selulosa yang larut dalam media alkali dan mengendap jika dinetralkan, sedangkan γ-selulosa adalah bagian selulosa yang larut dalam alkali dan tetap larut jika larutan dinetralkan. α-selulosa tersebut biasa digunakan sebagai penentu atau penduga dari tingkat kemurnian selulosa(sumada dkk 2011). Gambar 1. Ilustrasi susunan komponen dinding sel tanaman D. Hemiselulosa Hemiselulosa adalah polisakarida kedua terbanyak setelah selulosa. Selama ini hemiselulosa sudah dimanfaatkan oleh industri untuk memproduksi etanol, xylitol, dan 2,3-butanadiol. Hemiselulosa merupakan polimer karbohidrat yang heterogen dengan tulang punggung xylose yang menghubungkan glukosa, asam galaktosa dan manosa (Singh dan Harvey 2010). Polisakarida yang tergolong ke dalam hemiselulosa yaitu glukan (polimer dari monomer D-glukosa C 6 H 12 O 6 ), mannan (polimer dari manosa-- C 6 H 12 O 6 ), galaktan (polimer dari galaktosa-- C 6 H 12 O 6 ), arabinan (polmer dari arabinosa C 5 H 10 O 5 ) dan xylan (Akin 2010). 6

23 Pada dinding sel tanaman, hemiselulosa terdapat pada matriks di middle lamela dan berfungsi sebagai perekat antar serat/mikrofibril selulosa (seperti pada gambar 1). Hemiselulosa memiliki bobot molekul yang lebih rendah dibandingkan selulosa dan bersifat tidak tahan terhadap perlakuan panas. Tidak seperti selulosa, polisakarida hemiselulosa bersifat amorf dan strukturnya kurang bercabang, sehingga potensi kelarutannya sangat berbeda. Hemiselulosa tersebut dapat dipisahkan dari selulosa dengan alkali karena ikatannya lemah sehingga mudah dihidrolisis (Placket 2011). Struktur molekul hemiselulosa dan penyusunnya dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Struktur hemiselulosa E. Lignin Lignin merupakan sebuah polimer yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Dalam dinding sel tanaman, lignin berfungsi sebagai perekat dan melapisiselulosa dan hemiselulosa (seperti pada gambar 1). Lignin yang melindungi selulosadah hemiselulosa tersebut bersifat tahan terhadap hidrolisis karena adanya ikatan arialkil dan ikatan ester (Soeprijanto 2010). Menurut Akin (2010) lignin merupakan komponen pada dinding sel yang sangat mempengaruhi kekuatan dan kekerasan dinding sel, serta daya tahan terhadap serangan mikroba patogen. Reaktivitas lignin sangat dipengaruhi oleh gugus-gugus fungsi yang terdapat pada polimer lignin itu sendiri. Polimer lignin mengandung gugus metoksil, gugus hidroksil denol dan beberapa gugus aldehid pada rantai sampingnya. Gugus fungsi yang sangat mempengaruhi reaktifitas lignin adalah gugus hidroksil fenolik dan gugus karbonil(hatakeyama H dan Hatakeyama T 2009). Struktur molekul lignin dan penyusunnya dapat dilihat pada Gambar 3. Dalam pengolahan pulp lignin sangat berpengaruh terhadap warna pulp karena oksidasi sruktur aromatik lignin akan menghasilkan warna coklat yang seringkali tidak diiginkan. Lignin tidak terhidrolisis dengan asam, tetapi larut dalam alkali panas (Bismark et al ) 7

24 Gambar 3. Struktur lignin F. Nanoselulosa Nanoselulosa merupakan selulosa yang diameternya berukuran nano. Nanoselulosa berbeda dengan selulosa alami karena nanoselulosa memiliki sifat-sifat yang khas seperti sangat kuat, rasio permukaan terhadap volume yang besar, kemampuan mengikat air yang tinggi, kekuatan tarik yang tinggi, jaringan yang halus, dan sangat porous. Berdasarkan metode sintesisnya nanoselulosa digolongkan menjadi tiga yaitu, Microfibrillated Cellulose (MFC)/Nanofibrillated Cellulose (NFC), Nanocristalline Cellulose (NCC), dan Bacterial Nanocellulose (BNC) (Klemn et al. 2011). MFC atau NFC disintesis dari pulp kayu yang kemudian mengalami proses pre-treatment (enzimatik, kimia, atau mekanik) dan proses homogenisasi, NCC disintesis dari pulp kayu yang kemudian mengalami proses grinding, hidrolisis asam dan separasi, sedangkan BNC disintesis dari gula atau alkohol dengan menggunakan bantuan mikroba, contohnya Gluconacetobacter (Bouchard 2012). Ukuran diameter MFC atau NFC biasanya berkisar antara 5-60 nm dengan panjang beberapa mikrometer, ukuran diameter NCC biasanya berkisar 5-70 nm dengan panjang nm, sedangkan ukuran diameter BNC biasanya berkisar nm (Klemn 2011). Banyak penelitian yang telah mencoba untuk mensintesis nanoselulosa dari bahan baku sumber serat lain selain kayu, misalnya limbah pertanian. Limbah pertanian yang bisa digunakan sebagai bahan sumber sintesis nanoselulosa adalah jerami gandum, tongkol jagung, daun nanas, kulit kacang kedelai, ampas tebu dsb. Pada gambar 4 dapat dilihat nanoselulosa dari ampas tebu yang disintesis dengan metode kimia-mekanik (hidrolisis asam dan sentrifugasi), sedangkan pada gambar 5 dapat dilihat nanoselulosa dari daun nanas yang disintesis dengan metode kimia-mekanik (hidrolisis kimia dan steam explosion). 8

25 Gambar 4. Nanoselulosa dari ampas tebu (hasil pengamatan dengan Scanning Electron Microscope) Sumber : Mandal dan Chakrabarty (2011) Gambar 5.Nanoselulosa dari daun nanas (hasil pengamatan dengan Transimission Electron Microscope) Sumber: Cherian et al.. (2010) Nanoselulosa bisa dimanfaatkan di berbagai bidang seperti pada industri kertas, industri kemasan, industri pangan dan industri farmasi. Pada industri kertas nanoselulosa bisa dimanfatkan sebagai bahan penguat kertas. Pada industri kemasan nanoselulosa bisa dimanfaatkan sebagai bahan penguat kemasan. Pada industri pangan nanoselulosa bisa dimanfaatkan bahan pengental dan penstabil suspensi pangan, sedangkan pada industri farmasi nanoselulosa bisa dimanfaatkan sebagai bahan perban dan komponen pembentuk tablet obat (Klemn et al. 2011). G. Metode Sintesis Nanoselulosa Secara garis bersar terdapat enam metode yang biasa digunakan untuk memproduksi nanoselulosa, yaitu metode sintesis dari bakteri, metode electro spinning, metode mekanik, metode kimia, metode bio-mekanik, dan metode kimiamekanik.nanoselulosa yang diperoleh dari bakteri disebut bacterial nanocellulose(bnc). 9

26 Bacterial nanocellulose ukuran diameternya sekitar nm (Klemn et al. 2011). BNC biasanya diproduksi oleh Gluconacetobacteryang telah dikultivasi pada media fruktosa dengan suhu 30 o C (Ghosh et al. 2010). Pada metode ini residu bakteri dan komponen lain pada media pertumbuhan dapat dihilangkan dengan dipanaskan kemudian dicuci dengan air.adapun pada metode electro spinning, nanoselulosa diproduksi dengan menggunakan energi listrik yang memberikan tekanan tinggi ke larutan polimer yang dilewatkan pada sebuh lubang kecil sehingga terbentuk serabut-serabut tipis berukuran nano (Ghost et al. 2010). Metode sintesis nanoselulosa dengan perlakuan mekanik biasanya membutuhkan energi yang tinggi. Prinsip dari metode ini adalah fibrilasi selulosa karena adanya gaya gesek dan tekanan yang sangat tinggi. Contoh perlakuan dari metode ini adalah fibrilasi dengan high shear homogenization, fibrilisasi dengan stone atau disc refiner maupun cryocrushing, sedangkan metode pada metode kimia nanoselulosa diproduksi dari Microcrystalline cellulose (MCC) yang diberi perlakuan asam dengan H 2 SO 4 pada konsentrasi sekitar 65%(Ghost 2010). Metode bio-mekanik menggabungkan prinsip biologi dan mekanik untuk memproduksi nanoselulosa. Produksi nanoselulosa dengan perlakuan mekanik membutuhkan energi yang tinggi. Oleh karena itu, menurut Ghost (2010) sebagai alternatif untuk mengurangi energi dapat digunakan enzim unuk membantu proses degradasi hemiselulosa, lignin dan pektin yang terkandung dalam bahan baku. Enzim yang digunakan biasanya diisolasi dari fungi kelompok jamur busuk putih (white rot fungi) yang tergolong Basidiomicetes. Fungi tersebut menghasilkan enzim lignolitik yang dapat mendegradasi lignin. Enzim yang dapat mendegradasi lignin terdiri dari tiga jenis enzim, yaitu lignin peroksidase, mangan peroksidase dan lakase (Hattaka 2001). Serat yang telah diberi perlakuan dengan enzim selanjutnya akan diberi perlakuan kimia sepeti shear refining dan cryocrushing. Metode kimia-mekanik menggabungkan prinsip kimia dan mekanik untuk memproduksi nanoselulosa. Perlakuan kimia yang dilakukan adalah hidrolisis dengan larutan basa (NaOH) yang diikuti hidrolisis dengan larutan asam (HCl) pada suhu diatas 80 o C. Perlakuan kimia tersebut bertujuan untuk menghilangkan hemiselulosa, lignin dan pektin yang terkadung dalam bahan baku. Perlakuan mekanik yang dilakukan seperti homogenisasi atau cryocrushing pada serat yang telah mengalami perlakuan kimia sebelumnya. Adapun perlakuan mekanik ini bertujuan untuk memisahkan fibril-fibril selulosa yang masih saling berikatan sehingga dihasilkan nanoselulosa dengan diameter yang berukuran nano (Ghost et al. 2010). Sintesis nanoselulosa dengan menggunakan metode steam explosion juga merupakan salah satu metode kimia-mekanik untuk memproduksi nanoselulosa. Pada metode ini perlakuan kimia yang dilakukan sama seperti yang dijelaskan diatas. Akan tetapi perlakuan mekaniknya nya berupa steam explosion. Menurut Cherian et al. (2010), pada metode steam explosion, bahan dijenuhkan dengan uap pada tekanan tinggi yang diiukuti dengan penurunan tekanan secara tiba-tiba. Hal ini akan menyebabkan terjadinya evaporasi air yang kemudian memberikan gaya termo mekanis pada serat sehingga dapat memecahkan material serat menjadi komponen yang lebih kecil, agar dapat dihasilkan nanoselulosa. 10

27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung hasil limbah pertanian. Bahan yang digunakan untuk sintesis nanoselulosa adalah natrium hidroksida (NaOH), asam asetat (CH 3 COOH), sodium hipoklorit, asam klorida (HCl) dan air destilata. Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat dan analisis kimia lainnya adalah asam sulfat (H 2 SO 4 ), asam borat (H 2 BO 3 ), asam klorida (HCl), K 2 SO 4, heksana, alkohol dan aseton. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, timbangan analitik, autoclave, kertas saring, ph meter, pompa vakum, Scanning Electron Microscope (SEM) type JSM-5000 Japan, ultraturrax, mikroskop cahaya, ChromatometerMinolta 300 dan alat-alat laboratorium lainnya (gelas piala, gelas ukur, erlenmeyer, pipet,labu lemak dan sebagainya). B. Metode Penelitian 1. Persiapan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung. Pada tahap persiapan bahan, tongkol jagung dikeringkan terlebih dahulu dengan oven bersuhu 72 0 C selama 48 jam. Setelah mengalami proses pengeringan, tongkol jagung tersebut digiling dan diayak dengan saringan 100 mesh. Tepung tongkol jagung inilah yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan perlakuan hidrolisis kimia dan homogenisasi. 2. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses sintesis nanoselulosa. Pada penelitian pendahuluan ini dilakukan dua kali trial and error.pada trial and error I dilakukan uji coba proses sintesis nanoselulosa dengan metode kimia dan mekanik seperti pada Gambar 6, sedangkan pada trial and error II juga dilakukan uji coba sintesis nanoselulosa dengan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi seperti pada Gambar 7. Proses yang membedakan antara trial and error I dan trial and error II adalah perlakuan steam explosion dan proses homogenisasi dengan menggunakan ultra-turrax. Pada trialand error I tidak dilakukan proses steam explosion dan proses homogenisasinya hanya 1 jam dengan menggunakan ultra-turrax kecepatan rpm, sedangkan pada trial and error II dilakukan proses steam explosion dan proses homogenisasinya selama 3 jam dengan menggunakan ultra-turaax kecepatan rpm. 11

28 Tepung tongkol jagung Tambahkan 2% NaOH (perbandingan serat larutan 1:10) Masukkan ke dalam autoclave selama 1 jam (T = 121 o C, P=1,2 atm) Cuci dengan air sampai tidak basa Isolasi selulosa Bleaching dengan campuran (NaOH 2,7 %+as.asetat 7,9%) kemudian NaOCl (1:3) (masing-masing selama 1 jam) Cuci dengan air destilata Tiriskan dengan pompa vakum Tambahkan HCl 1 N Masukkan ke dalam autoclave selama 2 jam (T = C, P=1,2 atm) Cuci sampai ph netral Larutkan dengan air destilata Sintesis nanoselulosa Homogenisasi dengan ultra-turrax kecepatan rpm selama 1 jam Nanoselulosa Gambar 6. Diagram alir metode trial-error I 12

29 Tepung tongkol jagung Tambahkan 2% NaOH (perbandingan bahan dan larutan 1:10) Masukkan ke dalam autoclave selama 1 jam (T = 121 o C, P=1,2 atm) Cuci dengan air sampai tidak basa Isolasi selulosa Bleaching dengan campuran (NaOH 2,7 %+as.asetat 7,9%) kemudian NaOCl (1:3) (masing-masing selama 1 jam) Cuci dengan air destilata Tiriskan dengan pompa vakum Tambahkan HCl 1 N Masukkan ke dalamautoclave selama 15 menit, lepaskan tekanannya tiba-tiba (T = C, P=1,2 atm), ulangi 8 kali Cuci sampai ph netral Larutkan dengan air destilata Sintesis nanoselulosa Homogenisasi dengan ultra-turrax kecepatan rpm selama 3 jam Nanoselulosa Gambar 7. Diagram alir metode trial-error II 13

30 3. Penelitian Utama a. Sintesis Nanoselulosa Metode yang digunakan untuk sintesis nanoselulosa adalah metode campuran perlakuan kimia dan mekanik (hidrolisis kimia dan homogenisasi). Metode ini merupakan modifikasi dari metode sebelumnya yang dilakukan pada proses trial and error I. Modifikasi yang dilakukan adalah menambah proses perendaman selama 1 jam dengan larutan penghidrolisis sebelum dimasukkan ke autoclave dan meningkatkan suhu proses bleaching (dari suhu ruang menjadi 60 o C). Kedua hal tersebut dilakukan untuk mengoptimalkan proses hidrolisis hemiselulosa dan lignin dari bahan baku. Secara garis besar terdapat empat tahapan perlakuan dalam sintesis nanoselulosa. Tahap pertama adalah perlakuan basa dengan menggunakan NaOH disertai pemanasan. Tahapan tersebut bertujuan untuk menghidrolisis hemiselulosa dan depolimerisasi lignin pada tepung tongkol jagung menjadi komponen gula dan fenolik yang larut air (Cherian et al. 2010). Pada penelitian ini digunakan 3 taraf konsentrasi NaOH, yaitu NaOH 2%, NaOH 4% dan NaOH 8%. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan NaOH yang terbaik untuk mengisolasi selulosa tanpa mendegradasinya. Tahap kedua adalah perlakuan bleachingdengan menggunakan campuran NaOH 2,7% dan asam asetat 7,9% kemudian dilanjutkan dengan NaOCl (1:3). Tahapan tersebut bertujuan untuk menghilangkan lignin yang masih tersisa. Lignin perlu dihilangkan dalam proses sintesis nanoselulosa karena lignin jika teroksidasi struktur aromatiknya akan menghasilkan senyawa kuinon berwarna coklat yang tidak diinginkan (Hattaka 2001). Selain itu, lignin juga perlu dihilangkan agar selulosa pada bahan baku lebih mudah diisolasi karena menghilangkan lignin yang menyelubungi selulosa. Tahap ketiga adalah perlakuan asam dengan menggunakan HCl 1 N disertai pemanasan. Tahapan tersebut bertujuan untuk membantu menguraikan fibril-fibril selulosa yang masih saling berikatan dalam bentuk mikrofibril selulosa. Sampel yang telah mengalami 3 tahapan tersebut akan diuji kadar selulosa dan lignin Tahap keempat adalah homogenisasi, tahapan ini bertujuan untuk mereduksi ukuran lebih lanjut karena dengan adanya gaya gesek dan tekanan diharapkan mampu memutuskan ikatan hidrogen intramolekular antar fibril selulosa. Pada penelitian ini proses homogenisasi dilakukan dengan menggunakan alat ultraturrax pada kecepatan rpm. Proses homogenisasi dilakukan dengan 3 taraf waktu homogenisasi, yaitu 2 jam, 3 jam dan 4 jam. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui waktu homogenisasi yang paling optimal untuk mereduksi ukuran fibril selulosa. Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode yang telah diadaptasi dari penelitian yang telah dilakukan Cherian et al. (2010). Sampel yang telah dilarutkan 4 tahapan diatas merupakan produk akhir dari penelitian ini. Produk akhir tersebut akan dikarakterisasi sifat fisik (pengukuran waarna dengan Chromatometer Minolta 300 dan dilihat suspensi yang terbentuk) dan mikrostrukturalnya (diamati strukturnya dengan mikroskop cahaya dan Scanning Electron Microscope type JSM-5000 Japan. Adapun 14

31 diagram alir metode sintesis nanoselulosa dari tepung tongkol jagung dapat dilihat di Gambar 8. Tepung tongkol jagung Tambahkan NaOH (konsentrasi 2%,4%,8% dengan perbandingan bahan dan larutan 1:10) Rendam selama 1 jam Masukkan autoclave selama 1 jam (T = 121 o, P=1,2 atm) Isolasi selulosa Cuci dengan air sampai tidak basa Bleaching dengan campuran NaOH (2,7%) + asam asetat (7,9%) selama 1 jam (T=60 0 C) Bleaching dengan larutan NaOCl (1:3) selama 1 jam (T=60 0 C ) Cuci dengan air destilata Tiriskan dengan pompa vakum Tambahkan HCl 1 N Masukkan autoclave selama 2 jam (T = 121 0, P=1,2 atm) Cuci sampai ph netral Larutkan dengan air sampai konsentrasi 1% Sintesis nanoselulosa Homogenisasi dengan ultra-turraxkecepatan rpm (selama 2, 3, dan 4 jam) Nanoselulosa Gambar 8. Diagram alir metode sintesis nanoselulosa dari tepung tongkol jagung 15

32 b. Analisis Kimia 1. Analisis Kadar Air Metode Oven (SNI ) Kadar air ditentukan secara langsung dengan menggunakan metode oven pada suhu 105 o C. Sampel sejumlah 1-2 gram ditimbang dan dimasukkan dalam cawan yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kemudian contoh dan cawan dikeringkan dalam oven bersuhu 105 o C selama 3 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar air sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : % 100 Keterangan : a = bobot sampel sebelum dikeringkan (g) b = kehilangan bobot setelah dikeringkan (g) 2. Analisis Kadar Abu Metode Pengabuan Kering (SNI ) Cawan porselin kosong dikeringkan dalam oven bersuhu 105 o C selama 15 menit, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel sebanyak 2-3 gram dimasukkan dalam cawan dan ditimbang. Cawan berisi sampel dibakar sampai asapnya habis, kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan suhu 550 o C sampai pengabuan sempurna. Cawan berisi sampel dikeluarkan dari tanur, kemudian didingankan dalam desikator dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu sampel dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : % 100 Keterangan : a = bobot sampel sebelum diabukan (g) b = bobot sampel + cawan sesudah diabukan (g) c = bobot cawan (g) 3. Analisis Kadar Protein Metode Kjeldahl (SNI ) Sampel sebanyak 0,51 gram dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100ml, kemudian tambahkan 2 gram campuran Selenium dan 25 ml H 2 SO 4 pekat. Labu kjeldahl yang telah berisi sampel dan pereaksi dipanaskan di atas pembakar listrik sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan ( sekitar 2 jam). Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Setelah itu, pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, lalu tambahkan 5 ml NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP. Lanjutkan dengan proses penyulingan selama kurang lebih 10 menit dan sebagai penampung gunakan 10 ml larutan asam borat 2% yang telah dicampur dengan indikator. Setelah itu, titrasi dengan larutan HCl 0,01 N. Kadar protein sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 16

33 1 2 0, Keterangan: w = bobot sampel V 1 = volume HCl 0,001 N yang digunakan untuk penitaran sampel V 2 = volume HCl yang digunakan untuk penitaran blanko N = normalitas HCl fk = faktor konversi untuk protein dan makanan secara umum (6,25) fp = faktor pengenceran 4. Analisis Kadar Lemak Metode Soxhlet (SNI ) Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 1-2 gram sampel dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring yang dialasi dengan kapas. Sumbat selongsong kertas yang berisi sampel dikeringkan dalam oven pada suhu tidak lebih dari 80 o C selama kurang lebih 1 jam, kemudian dimasukkan pada labu ekstraksi Soxhlet. Alat kondensor diletakkan di atasnya dan labu lemak diletakkan di bawahnya. Pelarut heksana dimasukkan dalam labu lemak secukupnya, selanjutnya dilakukan ekstraksi selama 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi dan pelarut ditampung kembali. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven suhu 105 o C hingga mencapai berat tetap, kemudian didinginkan dalam desikator dan timbang. Kadar lemak sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut; % 100 Keterangan: a = bobot sampel (g) b = bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi (g) c = bobot labu lemak kosong (g) 5. Analisis Kadar Karbohidrat By Difference Kadar karbohidrat sampel dianalisis dengan menggunakan metode by difference. Kadar karbohidrat dihitung sebagai sisa dari kadar air, abu, protein dan lemak sampel. Kadar karbohidrat sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kadar Karbohidrat = 100-(kadar air + kadar abu +kadar protein +kadar lemak) 6. Analisis Kadar Acid Detergent Fiber (ADF)(AOAC ) Prinsip dasar dari analisa ini mengukur bagian dinding sel tanaman yang tidak dapat larut dalam larutan detergen asam dengan komposit utama CTAB (Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide) pada pemanasan satu jam. Timbang sampel sebanyak 1 gram (a) masukan kedalam gelas piala 600 ml, tambahkan 100 ml larutan ADS. Ekstrak selama 60 menit dari mulai mendidih. Saring menggunakan cawan kaca masir yang telah ditimbang sebelumnya (b). Bilas 17

34 residu menggunakan air panas dan aceton. Keringkan pada oven 105 C selama ± 4 jam sampai beratnya stabil, angkat dan dinginkan dalam desikator. Setelah dingin, keluarkan cawan dari desikator dan timbang (c). Kadar ADF sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % ADF = x 100% % Hemiselullosa = % NDF - % ADF Keterangan : a = bobot sampel(g) b = bobot cawan kaca masir (g) c = bobot cawan+residu setelah dikeringkan (g) 7. Analisis Kadar Selulosa(AOAC ) Analisa selulosa merupakan lanjutan dari analisa ADF. Sampel analisa ADF yang sudah ditimbang (c) ditambah larutan asam sulfat (H 2 SO 4 ) 72% sampai terendam selama 3 jam. Setelah 3 jam, residu dibilas menggunakan air panas dan aceton. Keringkan pada oven 105 C selama ± 4 jam sampai beratnya stabil, angkat dan dinginkan dalam desikator. Setelah dingin, keluarkan cawan dari desikator dan timbang (d). Kadar selulosa sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai ber ikut: % Selulosa = x 100% Keterangan: a = bobot sampel (g) c = bobot cawan+sampel hasil analisis ADF (g) d = bobot cawan+residu akhir setelah dikeringkan (g) 8. Analisis Kadar Lignin((AOAC ) Analisa lignin merupakan kelanjutan dari analisa ADF dan selulosa. Sampel yang sudah dikeringkan (d), selanjutnya dibakar dalam tanur dengan tempratur ± 600 C. Angkat dan dinginkan cawan dalam eksikator dan timbang (e). Besarnya kandungan lignin dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut : % Lignin = x 100% Keterangan : a = bobot sampel (g) c = bobot cawan+sampel hasil analisis ADF (g) e = bobot cawan+residu akhir setelah diabukan (g) 18

35 c. Karakterisasi Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa 1. Karakterisasi Kimia Produk Akhir Karakterisasi kimia dilakukan pada sampel yang telah mengalami proses hidrolisis basa, bleaching dan hidrolisis asam namun belum dilarutkan dalam air dan mengalami proses homogenisasi. Karakterisasi kimia yang dilakukan mencakup analisis kadar Acid Detergent Fiber (ADF), selulosa, dan lignin dengan metode Van Soest (untuk metode lengkapnya dapat dilihat pada sub bab analisis kimia). 2. Karakterisasi Fisik Produk Akhir 2.1 Parameter Warna Karakteristik warna produk akhir akan diukur dengan Chromatometer Minolta 300. Chromatometer adalah suatu alat analisis warna secara trimulus untuk mengukur warna yang dipantulkan oleh suatu permukaan. Sistem notasi warna yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem notasi warna Hunter (L a b). Ilustrasi sistem notasi warna Hunter (L a b). Notasi L pada sistem hunter menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu dan hitam Notasi L* : 0 menyatakan warna hitam dan L* : 100 menyatakan warna putih. Notasi a pada sistem hunter menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai +a* (positif) dari 0 sampai +80 untuk warna merah, dan nilai a* (negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Notasi b pada sistem Hunter menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b* (positif) dari 0 sampai +70 untuk warna kuning, dan nilai b*(negatif) dari 0 sampai -70 untuk warna biru (Hunter Lab 2008). Sementara itu nilai o Hue menunjukkan warna dari sampel. Nilai o Hue diperoleh dari perhitungan arc tan (b/a). Warna sampel berdasarkan nilai o Hueditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Warna sampel berdasarkan nilai o Hue Warna Nilai o Hue Red purple Red yellow Yellow red Yellow Yellow green Green Blue green Blue Blue purple Purple Sumber : Hutching

36 2.2Parameter Pembentukan Suspensi Produk akhir yang telah mengalami keseluran proses kemudian akan diamati penampakan suspensinya secara kasat mata, apakah terdispersi sempurna atau terdapat fase lain yang mengendap. Penampakan suspensi produk akhir sintesis nanoselulosa merupakan sebuah sifat fisik yang cukup penting karena produk nanoselulosa dengan kualitas baik memiliki suspensi yang terdispersi sempurna. 3. Karakterisasi Mikrostruktural 3.1 Karakterisasi Mikrostruktural dengan Mikroskop Cahaya Nanoselulosa yang dihasilkan diukur diameternya dengan menggunakan skala garis yang terdapat pada mikroskop cahaya. Skala pengukuran pada mikroskop terdapat 2 skala yaitu skala okuler dan skala objektif. Pada perbesaran 1000 kali, jarak antara dua garis terkecil memiliki nilai 0,1 μm dan pada perbesaran 400 kali, jarak antara dua garis terkecil memiliki nilai 0,25 μm. 3.2 Karakterisasi Mikrostruktural dengan Scanning Electron Microscope (SEM) Nanoselulosa yang dihasilkan diamati dengan SEM untuk dianalisis karakteristik mikrostrukturalnya dan untuk mengukur diameter nanoselulosa yang dihasilkan. Pada penelitian ini instrumen SEM yang digunakan adalah SEM tipe JSM Preparasi Sampel Preparasi sampel perlu dilakukan agar sampel dapat diamati dengan baik. Sampel yang akan diamati merupakan sampel cair, dan untuk mengamatinya diperlukan preparasi khusus. Preparasi sampel yang digunakan untuk sampel produk akhir sintesis nanoselulosa yaitu, teteskan saru droplet suspensi nanoselulosa ke atas stub yang telah dilapisi dengan cover glass, kemudian keringkan dalam oven vakum bersuhu 75 o C selama kurang lebih 15 menit (Zhou 2012) 3.4 Pelapisan Sampel Pelapisan (coating) sampel perlu dilakukan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan sampel dapat menggunakan logam mulia seperti emas. Proses coating dilakukan oleh alat yang bernama ion coater. Proses coating in dilakukan dalam keadaan vakum selama 20 menit. 3.5 Pengamatan Sampel Produk yang telah dipreparasi dan dilapis emas kemudian diamati dengan SEM pada perbesaran 100 kali dan kali dengan voltase 20 kv. Adapun prinsip kerja SEM adalah sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron yang akan ditembakkan ke sampel dengan bantuan lensa magnetik untuk memfokuskan elektron menuju sampel dan ketika elektron mengenai sampel, 20

37 maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT). Diamater gambar pada sampel diukur dengan menggunakan software image type J version 3.7 d. Analisis Statistik Rancangan percobaan yang digunakan untuk analisis data formula sintesis nanoselulosa adalah rancangan acak lengkap dan dua kali ulangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar selulosa dan ukuran nanoselulosa adalah konsentrasi bahan penghidrolisis (NaOH) pada 3 taraf konsentrasi (2%, 4%, dan 8%) dan waktu homogenisasi dengan ultraturrax pada 3 taraf waktu (2 jam, 3 jam, dan 4 jam). Analisis statistik ini akan dilakukan pada data pengukuran warna, kadar selulosa, dan lignin produk akhir. Uji yang dilakukan adalah uji F dan uji lanjut Duncan (jika faktor yang diuji berpengaruh). Adapun software yang digunakan untuk analisis statistik ini adalah The SAS System for Windows

38 IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan dilakukan dua kali proses trial and error sintesis nanoselulosa dengan menggunakan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi Secara garis besar terdapat empat tahapan perlakuan dalam medote sintesis nanoselulosa yang digunakan yaitu, hidrolisis basa, bleaching, hidrolisis asam dan homogenisasi.melalui proses trial dan error akan dilihat faktor yang mempengaruhi sintesis nanoselulosa. Terdapat dua faktor yang telah diuji pengaruhnya, yaitu banyaknya siklus steam explosion serta waktu dan kecepatan homogenisasi. Alat yang digunakan untuk proses steam explosion adalah autoclave, sedangkan alat yang digunakan untuk proses homogenisasi adalah ultra-turrax.. Adapun penampakan bahan baku dan setengah jadi dalam proses sintesis nanoselulosa dapat dilihat pada Gambar 9. A B C D Gambar 9. Bahan baku dan bahan setengah jadi dalam proses sintesis nanoselulosa dari tepung tongkol jagung Keterangan: A: Tepung tongkol jagung B: Tepung tongkol jagung setelah perlakuan basa C : Tepung tongkol jagung setelah bleaching D : Tepung tongkol jagung setelah perlakuan asam Gambar 9A menunjukkan bahan baku yang digunakan, yaitu tepung tongkol jagung ukuran 100 mesh. Gambar 9B menunjukkan tepung tongkol jagung yang telah ditambahkan dengan NaOH 2% kemudian dimasukkan ke dalam autoclave dengan suhu C, tekanan 1,2 atm selama 1 jam. Fungsi dari perlakuan basa yang diikuti dengan pemanasan adalah untuk menghidrolisis hemiselulosa dan depolimerasi lignin menjadi komponen gula dan fenolic yang larut air (Fernfindez et al. 1999). Gambar 9C menunjukkan sampel dari gambar 9B yang telah mengalami proses selanjutnya, yaitu bleaching. Proses bleaching ini berfungsi untuk menghilangkan sebagian besar lignin yang masih tersisa pada sampel (Cherian et al. 2008). Gambar 9D menunjukkan sampel dari gambar 9C yang telah mengalami proses selanjutnya, yaitu penambahan HCl 1 N dan pemanasan pada autoclave C selama 2 jam. Penambahan HCl dan pemanasan tersebut berfungsi untuk memisahkan nanofibril dari dinding sel tongkol jagung (Cherian et al. 2010). Setelah itu, sampel kemudian dihomogenisasi dengan menggunakan ultraturrax. 22

39 Sampel yang telah mengalami proses hidrolisis kimia, bleaching, hidrolisis asam, dan homogenisasi kemudian diamati karakteristik mikrostrukturalnya dengan menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan dengan mikroskop cahaya dilakukan pada perbesaran 400 kali dan 1000 kali. Penampakan mikrostruktural tepung tongkol jagung dapat dilihat pada Gambar 10, penampakan mikrostruktural produk akhir trial and error I dapat dilihat pada Gambar 11, sedangkan penampakan mikrostruktural produk akhir trial and error II dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13. Gambar 10. Tepung tongkol jagung pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya A B Gambar 11. Produk akhir trial and error I sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya Gambar 10 menunjukkan tepung tongkol jagung yang masih terdiri dari struktur kompleks, yang merupakan gabungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan lain-lain. Gambar 11 merupakan penampakan produk akhir trial-error I sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya. Gambar 11 menunjukkan selulosa yang sudah mulai terpisah dari dinding sel tongkol jagung. Gambar 11A menunjukkan mikrofibril selulosa yang diameternya masih cukup besar sekitar 1µm, sedangkan gambar 11B menunjukkan selulosa yang diameternya sudah cukup kecil, sekitar nm. 23

40 A B Gambar 12. Selulosa pada produk akhir trial and error II sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya A B Gambar 13. Selulosa pada produk akhir trial and error II sintesis nanoselulosa pada perbesaran 1000 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya Gambar 12 merupakan penampakan produk akhir trial-error II sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya. Gambar 12A menunjukkan nanofibril selulosa dengan ukuran diameter yang sudah cukup kecil sekitar 300nm. Gambar 12B menujukkan campuran antara selulosa yang berdiameter kecil dan besar, lingkaran merah pada kedua gambar tersebut menunjukkan proses defibrillation mikrofibril selulosa menjadi nanofibril selulosa. Gambar 13 menunjukkan penampakan produk akhir trialerror II sintesis nanoselulosa pada perbesaran kali dengan menggunakan mikroskop cahaya, gambar 13A menunjukkan nanoselulosa dengan diamater sekitar nm, sedangkan gambar 13B menunjukkan nanofibril selulosa dengan diameter nm. Produk akhir yang diinginkan dari penelitian ini adalah nanofibril selulosa dengan diameter sekitar nm sehingga dapat disebut nanoselulosa (Winarno dan Fernandez 2010). Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode trial-error II lebih baik daripada metode trial-error I untuk mensintesis nanoselulosa. Perbedaan antara metode trial-error I dan metode trial-error II terletak pada proses steam explosion dan homogenisasi. Pada metode trial-error II diuji coba proses steam explosion dengan autoclave, namun mekanisme steam explosiontidak berjalan dengan lancar karena autoclave yang digunakan tidak dapat menurunkan tekanan secara tiba-tiba dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Selain itu, pada metodetrial-error II proses homogenisasinya lebih lama dan kecepatannya lebih tinggi yaitu, rpm selama 3 jam, sedangkan pada metode trial-errori hanya rpm selama 1 jam. Hal ini menunjukkan bahwa waktu dan kecepatan homogenisasi mempengaruhi sintesis nanoselulosa. 24

41 B. Penelitian Utama Berdasarkan penelitian pendahuluan, dapat diambil kesimpulan bahwa metode hidrolisis kimia dan homogenisasi telah mampu mengisolasi selulosa dengan diameter dibawah 500 nm, namun masih dalam jumlah yang relatif sedikit. Selain itu, diketahui juga bahwa waktu dan kecepatan homogenisasi mempengaruhi proses sintesis nanoselulosa, semakin tinggi kecepatan dan semakin lama waktu homogenisasi maka akan semakin baik proses reduksi ukuran selulosa. Oleh karena itu, pada penelitian utama akan digunakan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi dengan proses homogenisasi pada kecepatan rpm pada tiga taraf waktu (2 jam, 3 jam dan 4 jam). Pada penelitian utama ini tidak dilalukan homogenisasi pada kecepatan rpm karena kemampuan alat yang digunakan (ultra-turrax) tidak mencukupi. Pada penelitian utama juga akan dilakukan beberapa modifikasi pada metode hidrolisis kimia dan homogenisasi, yaitu adanya proses perendaman selama 1 jam sebelum hidrolisis basa pada suhu tinggi dan peningkatan suhu pada proses bleaching (dari suhu ruang menjadi 60 o C), tahapan jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6. Modifikasi tersebut dilakukan untuk mengoptimalkan proses sintesis nanoselulosa. 1. Komposisi Kimia Tepung Tongkol Jagung Parameter bahan baku (tepung tongkol jagung) yang diukur pada penelitian ini adalah kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat (by difference), kadar selulosa, dan kadar lignin. Kadar selulosa dan lignin bahan baku merupakan salah satu parameter penting untuk proses sintesis nanoselulosa. Bahan baku yang baik untuk proses sintesis nanoselulosa memiliki kandungan selulosa yang tinggi dan lignin yang rendah. Rata-rata limbah pertanian yang digunakan untuk sebagai bahan baku sintesis nanoselulosa memliki kadar selulosa diatas 30% dan lignin dibawah 25%, misalnya sekam dengan kadar selulosa 35% dan kadar lignin 23% (Johar et al. 2012), jerami dengan kadar selulosa 43,2 % dan kadar lignin 22%, serta kulit kedelai dengan kadar selulosa 56,4% dan kadar lignin 18% (Alemdar dan Sain 2008).Komposisi kimia tepung tongkol jagung yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi kimia tepung tongkol jagung No Parameter % bb % bk 1 Kadar Air 8,19 8,94 2 Kadar Abu 2,22 2,42 3 Kadar Lemak 4,46 4,86 4 Kadar Protein 0,52 0,57 5 Kadar Karbohidrat (by difference) 84,61 83,21 Kadar Selulosa 52,73 57,38 Kadar lignin 9,08 9,88 25

42 Tongkol jagung yang digunakan sebagai bahan baku cenderung memiliki kadar air yang rendah, sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh jamur. Selain itu karakteristik tongkol jagung yang digunakan cenderung memiliki kadar lemak yang tinggi (4,46 % bb) dan kadar protein yang rendah (0,52%bb), bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Venty (2009). Pada penelitian yang dilakukan Venty (2009) tongkol jagung yang digunakan memiliki kadar lemak sebesar 0,7 % bb dan kadar protein sebesar 3,2 %BB. Tongkol jagung yang digunakan sebagai bahan baku karakteristiknya cenderung memilki kadar selulosa yang tinggi (52,73 %bb) bila dibandingkan dengan tongkol jagung yang digunakan pada penelitian Shofiyanto (2008). Tongkol jagung yang digunakan pada penelitian Shofiyanto (2008) kadar selulosanya hanya 41 %bb. Kadar selulosa yang tinggi pada tongkol jagung menunjukkan bahwa tongkol jagung memiliki potensial yang tinggi sebagai bahan baku untuk sintesis nanoselulosa. 2. Karakterisasi Kimia Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa Karakterisasi kimia dilakukan pada sampel yang telah mengalami proses hidrolisis basa,bleaching, dan hidrolisis asam, namun belum dilarutkan dalam air dan mengalami proses homogenisasi. Dari total 18 sampel yang ada, masing-masing diambil secara acak 2 sampel dengan 3 perlakuan yang berbeda (konsentrasi NaOH 2%, konsentrasi NaOH 4%, dan konsentrasi NaOH 8%) untuk dianalisis kadar selulosa dan lignin. Kadar selulosa dan lignin merupakan salah satu parameter yang penting untuk mengetahui kualitas nanoselulosa yang dihasilkan. Produk akhir sintesis nanoselulosa yang baik memiliki kadar selulosa yang tinggi dan kadar lignin yang rendah. Adapun grafik batang perbandingan kadar selulosa dan lignin antar produk akhir dengan berbagai perlakuan konsentrasi NaOH dapat dilihat pada Gambar 14. Kadar selulosa dan lignin (a) (b) (b) 19.21(a) (b) 3.72 (b) %Selulosa(BK) Konsentrasi NaOH (%) %Lignin(BK) Gambar 14. Grafik batang perbandingan kadar selulosa dan lignin produk akhir sintesis nanoselulosa dengan berbagai perlakuan konsentrasi NaOH 26

43 Keterangan : Konsentrasi NaOH 0% = bahan baku Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% Berdasarkan analisis statistik pada taraf signifikasi 95% diketahui bahwa perlakuan hidrolisis basa dengan NaOH 4% dan NaOH 8% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar selulosa pada produk akhir, sedangkan perlakuan hidrolisis basa dengan NaOH 2% memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan NaOH 4% dan 8% terhadap kadar selulosa pada produk akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% memiliki kadar selulosa yang paling tinggi, yaitu 77,17%, produk akhir dengan perlakuan NaOH 4% memiliki kadar selulosa 59,96%, dan sampel dengan perlakuan NaOH 8 % memiliki kadar selulosa yang paling rendah, yaitu 54, 75%. Data tersebut menunjukkan bahwa dengan metode yang digunakan konsentrasi NaOH yang terbaik untuk mengisolasi selulosa adalah 2%. Cherian et al. (2010) menyatakan bahwa konsentrasi larutan alkali sebagai bahan penghidrolisis harus sangat terkontrol agar tidak mendegradasi senyawa selulosa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Cherian et al. (2010) untuk mengisolasi selulosa dari daun nanas juga didapatkan hasil bahwa konsentrasi NaOH yang terbaik untuk mengisolasi selulosa tanpa mendegradasinya adalah 2 %. Hal ini terjadi karena hidrolisis basa dengan NaOH pada suhu dan tekanan tinggi dapat memutuskan ikatan hidrogen intramolekular selulosa pada posisi C-3 dan C-6 glucopyranosesehingga selulosa terpecah menjadi komponen gula yang lebih sederhana (Cherian et al. 2010). Kadar selulosa yang berhasil diisolasi pada penelitian ini hampir sama dengan kadar selulosa yang berhasil diisolasi pada penelitian yang dilakukan oleh Kaushik dan Singh (2010). Pada penelitian yang dilakukan Kaushik dan Singh (2010) selulosa diisolasi dari jerami gandum dengan menggunakan metode steam explosion dan high shear homogenization. Kaushik dan Sigh menggunakan NaOH 2% (untuk perendamanan bahan baku selama satu malam) dilanjutkan NaOH 10%dalam proses hidrolisis basa. Dari penelitian tersebut berhasil diisolasi selulosa sebanyak 75,28%. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memilki kadar lignin yang paling rendah, yaitu 3,72%. Diduga hal ini terjadi karena proses hidrolisis dengan NaOH 8% dapat mendepolimerasi lignin menjadi komponen gula dan fenolic yang larut air dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan Bismark et al. (2005), yaitu lignin tidak dapat dihidrolisis dengan perlakuan asam, tetapi dapat terhidrolis dengan perlakuan alkali yang disertai oleh pemanasan.kadar lignin produk akhir penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kaushik dan Singh (2010), yang sekitar 8,12%. 27

44 3. Karakterisasi Fisik Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa a. Parameter Warna Mutu suatu produk sering kali dapat dinilai melalui karakteristik warna yang dimilikinya.produk nanoselulosa yang baik memiliki warna yang cerah (mendekati putih). Penampakan produk akhir sintesis nanoselulosa antar perlakuan dapat dilihat pada gambar 15. Produk akhir tersebut akan dianalisis parameter warnanya dengan menggunakan sistem notasi Hunter (L a b). A B C Gambar 15. Perbandingan warna produk akhir sintesis nanoselulosa dengan berbagai Keterangan: A = produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% B = produk akhir dengan perlakuan NaOH 4% C = produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% Hasil pengukuran parameter warna dengan ChromameterMinolta 300 akan dianalisis statistik dengan menggunakan software The SAS System for Windows 9.0. Selain nilai L a b, nilai Hue sampel juga akan dihitung untuk menunjukkan kategori warna sampel. Hasil pengukuran parameter warna produk akhir sintesis nanoselulosa dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil pengukuran atribut warna produk akhir sintesis nanoselulosa Faktor Parameter Konsentrasi NaOH 2% Konsentrasi NaOH 4% Konsentrasi NaOH 8% WH 2 WH 3 WH 4 WH 2 WH 3 WH 4 WH 2 WH 3 WH 4 L 32,35 de 33,12 de 31,73 e 33,58 cd 33,71 cd 34,01 bc 37,81 a 35,27 b 37,17 a a 2,98 ab 3.04 ab 2,88 bc 3,19 a 3,05 ab 2,73 cd 2,88 bc 2,73 cd 2,59 d b 0,19 a 0,71 a -0,51 a -1,72 b -1,83 b -1,75 b -4,15 c -4,64 c -3,95 c Hue 84,37 a 79,90 a 76,89 a 61,93 b 59,10 b 57,42 b 33,24 c 32,40 c 30,23 c Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5% Keterangan : WH = Waktu homogenisasi (jam) 28

45 Melalui analisis statistik dengan Uji Duncan dapat dilihat bahwa perlakuan homogenisasi selama 2, 3, dan 4 jam pada konsentrasi NaOH 2% dan 4% tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai L produk akhir. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan konsentrasi NaOH 8% pada waktu homogenisasi 2 jam memiliki nilai L yang paling tinggi, sedangkan perlakuan dengan NaOH 2% pada waktu homogenisasi 4 jam memiliki nilai L yang paling rendah. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan maka akan semakin cerah warna produk akhir yang dihasilkan. Jika dilihat pada gambar 15, produk akhir yang diberi perlakuan NaOH 8% berwarna putih kekuningan, sedangkan produk akhir yang diberi perlakuan NaOH 2% dan 4% berwarna kecoklatan. Menurut Hattaka (2001) warna coklat tersebut mengindikasikan kadar lignin yang masih cukup tinggi pada produk akhir karena lignin jika teroksidasi struktur aromatiknya akan menghasilkan senyawa kuinon berwarna coklat yang tidak diinginkan. Berdasarkan hasil analisis statistik pada dengan uji Duncan dapat dilihat bahwa perlakuan homogenisasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai hue produk akhir, sedangkan perlakuan dengan konsentrasi NaOH yang berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai hue produk akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% dan 4% warnanya tergolong ke dalam yellow-red karena memiliki nilai hue dengan kisaran 54-90, sedangkan produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% warnanya tergolong ke dalam red-yellow karena memiliki nilai hue dengan kisaran (Hutching 1999). b. Parameter Pembentukan Suspensi Suspensi didefinisikan sebagaisistem dua fase dengan partikel padat yang terdispersi dalam fase kontinyu yang bisa berupa fase padat, cair, ataupun gas (Wasan 2008).Terbentuknya suspensi yang partikelnya terdispersi sempurna merupakan salah satu parameter yang penting dalam proses sintesis nanoselulosa. Produk nanoselulosa yang baik pada suspensi dibawah 5% akan membentuk suspensi yang terdispersi sempurna dan pada suspensi diatas 10 % akan membentuk gel (Cranston 2011). Gambar perbandingan pembentukkan suspensi pada produk akhir dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 16. A B C Gambar 16. Perbandingan pembentukan suspensi pada produk akhir sintesis nanoselulosa 29

46 Keterangan : A = produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% B = produk akhir dengan perlakuan NaOH 4% C = produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap pembentukan suspensi produk akhir.pada Gambar 16 dapat dilihat bahwa terdapat endapan pada suspensi produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% dan 4%, sedangkan pada suspensi produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memiliki suspensi yang baik (fase padatnya terdispersi sempurna dalam fase cair). Hal ini terjadi karena stabilitas suspensi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran partikel, jumlah partikel dan sifat/muatan partikel (Pakki E 2007). Semakin kecil ukuran partikel maka akan semakin sulit partikel tersebut mengendap, hal ini berhubungan dengan luas penampang partikel terhadap daya tekan ke atas cairan dari suspensi tersebut. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya, sehingga semakin kecil ukuran pastikel akan semakin besar luas penampangnya sehingga akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap(particles Science Inc, 2009). Stabilitas suspensi juga dipengaruhi oleh jumlah partikel karena semakin banyak partikel dalam sebuah suspensi maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas sehingga sering terjadi benturan antar partikel yang menyebabkan terbentukknya endapan(particles Science Inc, 2009). Produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% dan 4% memiliki kadar selulosa dan lignin yang lebih tinggi dibandingkan produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% sehingga jumlah partikelnya otomatis lebih banyak dan menyebabkan terbentuknya endapan, sedangkan produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% kandungan selulosa dan ligninnya paling sedikit sehingga jumlah partikelnya pun jauh lebih sedikit dibandingkan produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% dan 4%.Kadar lignin pada produk akhir juga mempengaruhi stabilitas suspensi karena lignin bersifat hidrofobiksedangkan fase cair yang digunakan untuk pembentukan suspensi adalah air destilata. Oleh karena itu, semakin tinggi kadar ligninnya maka akan semakin sulit terbentuk suspensi yang terdispersi sempurna. Pada penelitian ini, suspensi produk akhir hanya diamati fisiknya secara langsung. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung terlihat bahwa waktu homogenisasi 2, 3, dan 4 jam tidak berpengaruh terhadap pembentukan suspensi produk akhir sintesis nanoselulosa. Akan tetapi, pengamatan secara langsung tidak cukup untuk melihat pengaruh waktu homogenisasi terhadap proses pembentukan suspensi produk akhir sintesis nanoselulosa. 30

47 4. Karakterisasi Mikrostruktural Produk Akhir Sintesis Nanoselulosa a. Karakterisasi Mikrostruktural dengan Mikroskop Cahaya Pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya dilakukan pada produk akhir. Pengamatan perlu dilakukan untuk mengetahui struktur selulosa yang dihasilkan pada produk akhir. Adapun hasil pengamatan produk akhir sintesis nanoselulosa dengan mikroskop cahaya dapat dilihat pada Gambar 17. A B C D E F G H I Gambar17.Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa pada perbesaran 400 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya Keterangan gambar : A = perlakuan dengan NaOH 2% dan homogenisasi selama 2 jam B = perlakuan dengan NaOH 2% dan homogenisasi selama 3 jam C = perlakuan dengan NaOH 2% dan homogenisasi selama 4 jam D = perlakuan dengan NaOH 4% dan homogenisasi selama 2 jam E = perlakuan dengan NaOH 4% dan homogenisasi selama 3 jam F = perlakuan dengan NaOH 4% dan homogenisasi selama 4 jam G = perlakuan dengan NaOH 8% dan homogenisasi selama 2 jam H = perlakuan dengan NaOH 8% dan homogenisasi selama 3 jam I = perlakuan dengan NaOH 8% dan homogenisasi selama 4 jam 31

48 Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa setiap perlakuan telah berhasil memisahkan selulosa dari hemiselulosa dan lignin. Pada gambar 17F-I terlihat proses defibrillation mikrofibril selulosa menjadi nanofibril selulosa. Dari sembilan perlakuan jika diamati dengan mikroskop cahaya perbesaran 400 kali, ukuran diameter selulosanya tidak menunjukkan hasil yang terlalu berbeda, rata-rata diameter selulosa yang ada sekitar nm. Selulosa yang teramati adalah selulosa yang berukuran besar karena keterbatasan alat yang digunakan, sehingga untuk mengetahui ukuran pastinya perlu dilakukan pengamatan mikrostruktural lebih lanjut dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) pada perbesaran kali. b. Karakterisasi Mikrostruktural dengan Scanning Electron Microscope (SEM) Pengamatan dengan SEM dilakukan pada produk akhir yang telah mengalami proses preparasi dan coating dengan emas. Dari total 18 sampel yang ada masing-masing diamati dua sampel dengan perlakuan NaOH 2% waktu homogenisasi 4 jam, NaOH 4% waktu homogenisasi 4 jam dan NaOH 8% waktu homogenisasi 4 jam. Sampel dengan perlakuan homogenisasi 4 jam yang dianalisis dengan SEM karena diasumsikan semakin lama waktu homogenisasi maka semakin baik proses reduksi ukuran. Adapun hasil pengamatan produk akhir dengan menggunakan SEM dapat dilihat pada Gambar 18, Gambar 19, dan Gambar 20. J K 1μm 1μm L M 1μm 1μm Gambar 18. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan perlakuan konsentrasi NaOH 2% dan waktu homogenisasi 4 jam Keterangan gambar: J dan L = perbesaran gambar 100 kali K dan M = perbesaran gambar kali 32

49 Diameter selulosa pada produk akhir diukur dengan menggunakan software image J ver 3.7. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan selulosa dengan diameter 186 nm dan 103 nm (dapat dilihat pada gambar 18 K) dan selulosa dengan diameter 88 nm dan 179 nm (dapat dilihat pada gambar 18 M). Pada gambar 18 J dan18 L terlihat masih banyak serat-serat yang berukuran besar. Pada gambar 18 K dan 18 M terlihat proses defibrillation mikrofibril selulosa menjadi nanofibril selulosa. N O 1μm 1μm P Q 1μm 1μm Gambar 19. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan perlakuan konsentrasi NaOH 4% dan waktu homogenisasi 4 jam Keterangan gambar: N dan P = perbesaran gambar 100 kali O dan Q = perbesaran gambar kali Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan selulosa dengan diameter 110 nm dan 117 nm (dapat dilihat pada gambar 19 O) dan selulosa dengan diameter 96 nm dan 220 nm (dapat dilihat pada gambar 19 Q). Pada gambar 19 N dan 19 P terlihat masih banyak serat-serat yang berukuran besar. Pada gambar 19 Q juga terlihat defibrillation mikrofibril selulosa menjadi nanofibril selulosa 33

50 R S 1μm 1μm T U 1μm 1μm Gambar 20. Selulosa pada produk akhir sintesis nanoselulosa dengan perlakuan konsentrasi NaOH 8% dan waktu homogenisasi 4 jam Keterangan gambar: R dan T = perbesaran gambar 100 kali S dan U = perbesaran gambar kali Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan selulosa dengan diameter 145 nm dan 268 nm (dapat dilihat pada gambar 20 S) dan selulosa dengan diameter 124 nm dan 263 nm (dapat dilihat pada gambar 20 U). Pada gambar 20 R dan 20 T terlihat masih banyak serat-serat yang berukuran besar. Pada gambar 20 S juga terlihat defibrillation mikrofibril selulosa menjadi nanofibril selulosa. Secara keseluruhan berdasarkan hasil pengamatan dengan SEM dapat dilihat bahwa dengan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi yang digunakan telah berhasil mensintesis selulosa dalam ukuran nano (di bawah 100 nm), namun masih dalam jumlah yang sedikit. Berdasarkan pengamatan dengan menggunakan SEM, dari keseluruhan sampel pada penelitian ini didapatkan nanoselulosa yang diameternya kisaran nm.hal ini terjadi karena perlakuan mekanik yang belum optimal untuk mereduksi ukuran (memisahkan fibril-fibril tunggal selulosa yang masih menyatu dalam mikrofibril selulosa), sehingga pada penelitian kedepannya disarankan untuk melakukan proses homogenisasi pada kecepatan yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama atau bisa juga menggunakan high pressure homogenization. Selulosa yang dihasilkan sudah memiliki diameter yang cukup kecil bila dibandingkan dengan selulosa yang dihasilkan dari penelitiain Subyakto dkk (2010). Penelitian yang dilakukan oleh Subyakto dkk (2010) menggunakan metode mekanik dengan menggunakan stone refiner dan ultraturrax, dari penelitian tersebut berhasil diproduksi selulosa dengan kisaran diameter 400 nm. Akan tetapi, selulosa yang dihasilkan pada penelitian ini masih memiliki diameter yang jauh lebih besar bila 34

51 dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Cherian et al. (2010). Penelitian yang dilakukan Cherian et al. (2010) menggunakan metode steam explosion, dari penelitian tersebut berhasil memproduksi selulosa dengan kisaran diameter 60 nm. Hal ini menunjukkan bahwa metode hidrolisis kimia dan homogenisasi yang digunakan pada penelitian ini mampu menghasilkan selulosa dengan diameter yang lebih kecil bila dibandingkan metode mekanik dengan stone refiner dan ultra-turrax, namun belum menhasilkan partikel dengan ukuran kecil dalam jumlah besar. 35

52 V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Tongkol jagung merupakan limbah pertanian dengan kandungan selulosa yang tinggi, yaitu 57,38 % BK sehingga memiliki potensi tinggi untuk digunakan sebagai bahan baku utama sintesis nanoselulosa. Metode yang digunakan untuk sintesis nanoselulosa adalah metode hidrolisis kimia dan homogenisasi. Secara garis besar terdapat empat tahapan perlakuan dalam sintesis nanoselulosa, yaitu hidrolisis basa, bleaching, hidrolisis asam, dan homogenisasi. Melalui keempat tahapan tersebut telah berhasil diisolasi dan disintesis nanoselulosa dari tongkol jagung dengan kadar selulosa diatas 50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH pada hidrolisis basa mempengaruhi kadar selulosa dan lignin produk akhir. Konsentrasi NaOH yang terbaik untuk mengisolasi selulosa tanpa mendegradasinya adalah 2%. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 2% kadar selulosanya mencapai 77,17% dan kadar lignin yang tersisa tinggal 6,32%. Berdasarkan karakterisasi sifat fisik produk akhir sintesis nanoselulosa, didapatkan bahwa perbedaan konsentrasi NaOH (faktor perlakuan kimia) berpengaruh terhadap warna dan suspensi produk akhir. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memiliki warna yang paling cerah dan suspensi yang paling stabil. Produk akhir dengan perlakuan NaOH 8% memiliki warna putih kekuningan dan fase padat terdispersi sempurna pada suspensinya (tidak ada endapan). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa waktu homogenisasi (perlakuan mekanik) tidak berpengaruh terhadap warna produk akhir. Waktu homogenisasi juga tidak dapat diamati pengaruhnya pada proses pembentukan suspensi jika hanya fisiknya yang diamati secara langsung. Hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya dan Scanning Electron Microcope (SEM) menunjukkan bahwa dengan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi telah berhasil menguraikan sebagian fibril-fibril selulosa yang masih menyatu dalam bentuk mikrofibril selulosa. Metode yang digunakan pada penelitian ini juga telah berhasil mengisolasi selulosa dan ukurannya telah mencapai lebih kecil dari 100 nm, namun masih dalam jumlah yang relatif sedikit. Selulosa yang diamati dengan dengan SEM diamaternya berkisaran nm. B. SARAN Hasil dari penelitian ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, untuk penelitian kedepannya disarankan untuk mengoptimalkan proses bleaching, perlakuan mekanik, dan analisis stabilitas suspensi. Proses bleaching dapat dioptimalkan dengan cara memperlama waktu perendaman. Perlakuan mekanik untuk memisahkan fibril-fibril selulosa yang berukuran nano dapat dioptimalkan dengan cara meningkatkan 36

53 kecepatan homogenisasi ataupun menggunakan perlakuan mekanik lain seperti high pressure homogenization. Analisis stabilitas suspensi juga perlu dilakukan untuk melihat pengaruh faktor waktu homogenisasi (perlakuan mekanik) terhadap pembentukan suspensi produk akhir. Analisis stabilitas suspensi dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan pengendapan suspensi nanoselulosa menggunakan turbidimetri 37

54 DAFTAR PUSTAKA Alemdar A and Mohini Sain Isolation and characterization of nanofibers from agricultural residues-wheat straw and soy hulls. Journal Bioresource Technology 99: Akin DE Chemistry of Plant Fibers.In: Mussig Jorg (ed). Industry Applications of Natural Fibers: Structure, Properties and Tehcnical Applications. United Kingdom: Joh Wiley & Sons, Ltd. AOAC Official Method of Analysis of The Association Analytical Chemist. Inc., Washington DC. Azeredo HMC Nanocomposites for food packaging application. Journal Food Research International 42: Bismark A, Mishra S, and Thomas Lampke Plant Fibers as Reinforcement for Green Composites. Di dalam : Mohanty AK, Misra M, & Lawrence T. Rdzal (eds). Natural Fibers, Biopolymers, and Biocomposites. New York : Taylor & Francis Groups, pp Bouchard Jean Need for development of international standards for nanocellulose materials : a Canadian perspective. TAPPI International Conference of Nanotechnology for Renewable Materials. Bradley EL, Castle L, and Caudhry Q Applications of nanomaterials in food packaging with a consideration of opportunities for developing countries. Journal Trends in Food science and Technology 22: BSN Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI BPS Data Strategis BPS Cherian BM, Leao AL, De Souza SF, Thomas S, Kottaisamy M, and Pothan L.A Isolation of nanocellulose from pineapple leaf fibres by steam explosion. Journal of Carbohydrate Polymers 81: Cherian BM, Pothan LA, Chung TN, Mennig G, Kottaisamy M, and Thomas S A novel method for synthesis of cellulose nanofibril whiskers from banana fibers and characterization. Journal of Agricultute and Food Chemistry 56: Cranston ED Nanocellulose Composites: A New Class of Suistanable Materials[terhubung berkala] Fernfindez JB, Felizon B, Heredia A, Guillen R, and Jimenez A Characterization of the lignin obtained by alkaline delignification and of the cellulose residue from steam-exploded olive stones. Bioresour. Technol 68:

55 Ghosh Sanchita B, Ghosh Subrata B, and Mohini Sain Cellulose Nanocomposites. In: Mussig Jorg (ed) Industry Applications of Natural Fibers: Structure, Properties and Tehcnical Applications. United Kingdom: Joh Wiley & Sons, Ltd. Hatakeyama H and Hatakeyama T Lignin Structures, Properties and Application. In: Abe A, Dusek K, & Kobayasi S (eds) Biopolymers : Lignin, Protein, Bioactive Nanocomposites. German : Springer. Hattaka A Degradation of Lignin. Journal Bioplymer 1: Hutching JB Food Color and Apearance. Marylan: Aspen publisher Inc. Johar N, Ahmad I, and Dulfresne A Extraction, preparation and characterization of cellulose fibers and nanocrystal from rice husk. Journal Industrial Crops and Products 37: Kaushik A and Mandeeo Sigh Isolation and characterization of cellulose nanofibrils from wheat straw using steam explosion coupled with high shear homogenization. Journal Carbohydrate Research 346: Klemn D, Kramer F, Moritz S, Lindstrom T, Ankefors M, Gray D, and Annie D Nanocelluloses: A New Family of Nature-Based Materials. Angew Chemistry International 50: Mandal A and Chakrabarty Debrabata Isolation of nanocellulose from water sugarcane bagasse (SCB) and its characterization. Journal Carbohydrate Polymer 86 : Pakki E Modul Pembelajaran : Sediaan Bentuk Suspensi. Makassar : Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Particles Science Inc Physical Stability if Disperse System. Technical Brief Vol 1. Plackett David Biopolymer: New Materials for Sustainable Films and Coating. United Kingdom: Willey Publisher. Richana N dan Suarni Teknologi Pengolahan Jagung. Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Pascapanen Bogor. Sari IM, Noverita dan Yulneriwarni Pemanfaatan jerami dan alang-alang dalam fermentasi etanol menggunakan kapang Trichoderma viride dan khamir Saccharomycess cerevisiae. VIS VITALIS 1: 2. Sekhon Buphider S Food nanotechnology-an overview. Journal Nanotechnology, Science and Applications 2010: Shofiyanto ME Hidrolisis Tongkol Jagung oleh Bakteri Selulolitik untuk Produksi Bioetanol dalam Kultur Campuran.[skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Industri Pertanian-Institut Pertanian Bogor. Subyakto, Hermiati E, Yanti DHY, Fitria, Budiman I, Ismadi, Masruchin N, dan Subiyanto B Proses pembuatan serat selulosa berukuran nano dari sisal (Agave silasana) dan bambu betung (Dendrocalamus asper)[terhubung berkala] 39

56 Sumada K, Tamara PE, dan Fiqih Alkani Kajian proses isolasi α-selulosa dari limbah batang tanaman Manihot esculenta crants yang efisien. Jurnal Teknik Kimia 5: 2 Sumardjo Damin Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Soeprijanto, Ratnaningsih T, dan Prasetyaningrum I Biokonversi selulosa dari limbah tongkol jagung menjadi glukosa menggunakan jamur Aspergilus Niger. [paper] Institut Teknologi Sepuluh November. Venty A.2009.Pengaruh Kadar Air dan Metode Penyimpanan Tongkol Jagung (Zea mays,l) terhadap pertumbuhan Aspergillus flavus dan Pembentukan Alfatoksin[skripsi].Bogor: Departemen Teknologi Industri Pertanian-Institut Pertanian Bogor. Wasan Kishor Suspension-introduction of suspension. September 2012] Winarno FG dan Fernandez IE Nanoteknologi bagi Industri Pangan dan Kemasan.Bogor: M-BRIO PRESS. Zhou YM, Fu SY, Zheng LM, and HY Zhan Effect of nanocellulose isolation technique on the formation of reinforced poly (vinyl alcohol) nanocomposite film. express Polymer Letters 6 (10) :

57 LAMPIRAN 41

58 Lampiran 1.Hasil analisis kimia tepung tongkol jagung 1. Kadar air Sampel Ulangan Bobot sampel Bobot cawan kosong Bobot cawan+sampel Kadar air(%bb) Serbuk 1 2,0024 2,3423 4,1824 8, tongkol jagung 2 2,0018 2,1153 3,9516 8, Rata-rata 8,19 2. Kadar abu Sampel Ulangan Bobot sampel Bobot cawan kosong Bobot cawan+sampel Kadar abu(%bb) Serbuk 1 2, , ,92 2, tongkol jagung 2 2, , ,8773 2, Rata-rata 2,20 3. Kadar lemak Sampel Ulangan Bobot sampel Bobot labu lemak kosong Bobot labu lemak+sampel Kadar abu(%bb) Serbuk 1 2, , ,4677 4, tongkol jagung 2 2, , ,4089 4, Rata-rata 4,45 4. Kadar protein Sampel Ulangan Bobot sampel Vol HCl Kadar protein (%BB) Serbuk tongkol 1 0,2076 1,2 0, jagung 2 0,212 1,3 0, Rata-rata 0,52 42

59 Lampiran 2. Hasil pengukuran warna produk khir dengan ChromatometerMinolta 300 Kode Kadar NaoH (%) Waktu homogenisasi (jam) Ulangan L a B 1 32,36 3,24 0, ,39 3,21 1, ,09 2,77-0, ,13 3, ,92 3 0,18 Rata-rata 32,378 3,05 0, ,84 2,59 0, ,56 2,87 0, ,73 3,17 0,7 4 32,43 2,95-1, ,1 2,93-0,46 Rata-rata 32,332 2,902-0, ,02 2,95 0, ,31 3,09 0, ,03 2,94 0, ,5 3,06 0, ,25 3,2 0,728 Rata-rata 32,622 3,048 0, ,75 3,27 0, ,88 2,89 0, ,18 3,14 0, ,31 3,04 0, ,03 2,84 0,58 Rata-rata 33,63 3,036 0, ,32 3,066 0, ,99 2,843 0, ,56 2,944 0, ,73 2,795 0, ,10 2,877 0,523 Rata-rata 32,54 2,905 0, ,24 2,84-0, ,41 2,83 0, ,9 2,89 0, ,05 2,96 0, ,79 0,63 Rata-rata 30,92 2,862 0,

60 Lampiran 2. Hasil pengukuran warna produk akhir dengan ChromatometerMinolta 300 (lanjutan) Kode Kadar NaoH (%) Waktu homogenisasi (jam) Ulangan L a B ,34-1, ,05 3,17-1, ,98 3,05-1, ,86 3,26-1, ,21 3,44-1,21 Rata-rata 33,62 3,252-1, ,23 2,94-2, ,05 3,21-1, ,86 2,97-3, ,11 3,18-1, ,41 3,32-0,72 Rata-rata 33,532 3,124-2, ,82 3,06-1, ,35 3,06-1,6 3 34,33 3,04-2, ,05 3,07-1, ,28 2,9-1,55 Rata-rata 33,566 3,026-1, ,2 2,85-2, ,82 2,78-1, ,94 3,01-2, ,17 2,96-1,9 5 33,17 3,82-2,26 Rata-rata 33,86 3,084-2, ,71 2,6-1, ,9 2,71-1, ,67 2,55-2, ,08 2,9-2, ,21 2,53-2,11 Rata-rata 33,714 2,658-1, ,48 2,63-1, ,74 2,8-1, ,01 2,83-1, ,54 2,87-1, ,74 2,85-0,75 Rata-rata 34,302 2,796-1,538 44

61 Lampiran 2. Hasil pengukuran warna produk akhir dengan ChromatometerMinolta 300 (lanjutan) Kode Kadar NaoH (%) Waktu homogenisasi (jam) Ulangan L a B 1 38,92 2,3-4, ,24 2,52-4, ,62 2,73-3, ,9 2,54-3, ,26 2,53-4,11 Rata-rata 37,988 2,524-4, ,6 2,67-5, ,38 2,72-3, ,11 2,66-3, ,64 2,99-3, ,46 2,68-3,52 Rata-rata 37,638 2,744-4, ,53 2,76-4, ,36 2,76-4, ,59 2,86-5, ,82 2,68-3, ,96 2,73-4,58 Rata-rata 34,652 2,758-4, ,89 2,65-4, ,08 2,58-4,5 3 35,37 2,74-4, ,92 2,64-4, ,16 2,7-5,32 Rata-rata 35,884 2,662-4, ,69 2,56-3, ,03 2,65-3, ,24 2,71-4, ,02 2,49-3, ,51 2,84-3,76 Rata-rata 37,298 2,65-3, ,36 2,46-3, ,06 2,83-3, ,48 2,27-4,7 4 38,57 2,29-4, ,05 2,81-3,92 Rata-rata 37,904 2,532-3,948 45

62 Lampiran 3. Hasil analisis ragam dan uji Duncan nilai parameter warna produk akhir sintesis nanoselulosa 1. Notasi L* The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values Ulangan 2 1, 2 Perlakuan 9 KN2WH2 KN2WH3 KN2WH4 KN4WH2 KN4WH3 KN4WH4 KN8WH2 KN8WH3 KN8WH4 Dependent Variable : l Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff var Root MSE L mean Notasi a* The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values Ulangan 2 1, 2 Perlakuan 9 KN2WH2 KN2WH3 KN2WH4 KN4WH2 KN4WH3 KN4WH4 KN8WH2 KN8WH3 KN8WH4 Dependent Variable : a Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F Model Error Corrected Total

63 R-Square Coeff var Root MSE a mean Notasi b* The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values Ulangan 2 1, 2 Perlakuan 9 KN2WH2 KN2WH3 KN2WH4 KN4WH2 KN4WH3 KN4WH4 KN8WH2 KN8WH3 KN8WH4 Dependent Variable : b Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff var Root MSE b mean Nilai Hue Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff var Root MSE b mean

64 Lampiran 4. Hasil analisis ADF, selulosa dan lignin produk akhir sintesis nanoselulosa Selulosa Lignin Selulosa Lignin Perlakuan ADF (%BB) (%BB) Kadar air (%BK) (%BK) NaOH 2% 20,55 18,08 1,54 75,63 74,18 6,32 NaOH 2% 22,2 17,12-78,64 80,15 - NaOH 4% 19,77 13,93 4,33 76,86 60,19 21,02 NaOH 4% 19,27 14,53 4,72 76,06 59,73 18,71 NaOH 8% 16,06 14,3 1,3 73,08 53,98 4,83 NaOH 8% 17,56 16,12 0,76 70,97 55,53 2,62 48

65 Lampiran 5. Hasil analisis ragam kadar selulosa produk akhir sintesis nanoselulosa Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff var Root MSE Mean

66 Lampiran 6. Hasil analisis ragam kadar lignin produk akhir sintesis nanoselulosa Source DF Sum of squares Mean Square F value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff var Root MSE Mean

67 Lampiran 7. Gambar instrumen Scanning Electron Microscope (SEM) Lampiran 8. Gambar Ion Coater 51

68 Lampiran 9. Gambar sampel yang telah dipreparasi dan dilapis emas sebelum diamati dengan Scanning Electron Microscope (SEM) Lampiran 10. Gambar Ultra-turrax untuk proses homogenisasi 52

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Nanoteknologi Kata nano berarti benda-benda yang berukuran sangat kecil dengan ukuran sepermiliar meter (10-9 m) (Winarno dan Fernandez 2010). Menurut Sekhon (2010), nanoteknologi

Lebih terperinci

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan dilakukan dua kali proses trial and error sintesis nanoselulosa dengan menggunakan metode hidrolisis kimia dan homogenisasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung hasil limbah pertanian. Bahan yang digunakan untuk sintesis nanoselulosa adalah natrium hidroksida

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. LIGNOSELULOSA Lignoselulosa merupakan bahan penyusun dinding sel tanaman yang komponen utamanya terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Demirbas, 2005). Selulosa adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012. Cangkang kijing lokal dibawa ke Laboratorium, kemudian analisis kadar air, protein,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 46 HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Non Struktural Sifat Kimia Bahan Baku Kelarutan dalam air dingin dinyatakan dalam banyaknya komponen yang larut di dalamnya, yang meliputi garam anorganik, gula, gum, pektin,

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2009 hingga Januari 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengawasan Mutu, Teknik Kimia, Bio-Industri dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tongkol jagung merupakan limbah tanaman yang setelah diambil bijinya tongkol jagung tersebut umumnya dibuang begitu saja, sehingga hanya akan meningkatkan jumlah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair

ABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair Karina Novita Dewi. 1211205027. 2017. Pengaruh Konsentrasi H 2 SO 4 dan Waktu Hidrolisis terhadap Karakteristik Gula Cair dari Ampas Padat Produk Brem di Perusahaan Fa. Udiyana di bawah bimbingan Dr. Ir.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 21 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Ubi kayu merupakan salah satu hasil pertanian dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan baku pembuatan etanol. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB III. BAHAN DAN METODE 10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu 1. Analisa Proksimat a. Kadar Air (AOAC 1999) Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan ditaruh di dalam cawan aluminium yang telah diketahui

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 18 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang produksi bahan bakar minyak (BBM) semakin menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak mentah nasional menipis produksinya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XYLANASE

PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XYLANASE PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XYLANASE Penyusun: Charlin Inova Sitasari (2310 100 076) Yunus Imam Prasetyo (2310 100 092) Dosen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku utama dalam penelitian ini adalah tongkol jagung manis kering yang diperoleh dari daerah Leuwiliang, Bogor. Kapang yang digunakan untuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI Gustriani, St Chadijah, dan Wa Ode Rustiah Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juni 2011 sampai Desember 2011, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. Indokom

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jarak pagar varietas Lampung IP3 yang diperoleh dari kebun induk jarak pagar BALITRI Pakuwon, Sukabumi.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Januari 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan yaitu umbi garut kultivar creole berumur 10 bulan yang diperoleh dari kebun percobaan Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delignifikasi bahan baku industri pulp sehingga didapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian 25 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium jurusan pendidikan kimia dan laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara agraris (agriculture country) yang mempunyai berbagai keragaman hasil pertanian mulai dari padi, ubi kayu, sayursayuran, jagung

Lebih terperinci

Gambar 7. Alat pirolisis dan kondensor

Gambar 7. Alat pirolisis dan kondensor III. METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah alat pirolisis, kondensor, plastik, nampan, cawan aluminium, oven, timbangan, cawan porselen, parang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel1.1 Luas Panen Pisang Indonesia (dalam Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel1.1 Luas Panen Pisang Indonesia (dalam Ha) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris telah menjadi salah satu negara di dunia yang berkontribusi dalam produksi cocok tanam, seperti buah pisang. Sejumlah propinsi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVIII PENGUJIAN BAHAN SECARA KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selulosa merupakan polisakarida yang berbentuk padatan, tidak berasa, tidak berbau dan terdiri dari 2000-4000 unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Bahan bakar Fosil - Persediannya menipis - Tidak ramah lingkungan. Indonesia

LATAR BELAKANG. Bahan bakar Fosil - Persediannya menipis - Tidak ramah lingkungan. Indonesia 1 LATAR BELAKANG Indonesia Bahan bakar Fosil - Persediannya menipis - Tidak ramah lingkungan Hidrogen - Ramah lingkungan - Nilai kalor lebih besar (119,02 MJ/kg) Bagasse tebu melimpah (5,706 juta ton/tahun)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Furfural merupakan salah satu senyawa kimia yang memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai pelarut dalam memisahkan senyawa jenuh dan tidak jenuh pada industri minyak bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25] BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan konsumsi energi semakin meningkat pula tetapi hal ini tidak sebanding dengan ketersediaan cadangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari perombakan bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob). Bahan organik dapat

Lebih terperinci

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi 25 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

Peralatan dan Metoda

Peralatan dan Metoda Bab III Peralatan dan Metoda III.1 Metodologi Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa tujuan utama penelitian ini adalah mempersiapkan selulosa dari biomassa (tanaman lignoselulosa) agar dapat lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1 Formulir organoleptik LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para peneliti untuk mengembangkan usaha dalam menanggulangi masalah ini diantaranya menggunakan

Lebih terperinci