BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Pengertian Keterampilan Menjelaskan Guru. Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Pengertian Keterampilan Menjelaskan Guru. Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Keterampilan Menjelaskan Guru Pengertian Keterampilan Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat dikatakan terampil (Soemarjadi, Muzni Ramanto, Wikdati Zahri,1991:2). Sedangkan ruang lingkup keterampilan sendiri cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagainya. Schmidt (1991) mencoba menggambarkan definisi keterampilan tersebut dengan meminjam definisi yang diciptakan oleh E.R. Guthrie, yang mengatakan bahwa: "Keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimum". Sedangkan Singer (1980) menyatakan bahwa "keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif". Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk 7

2 mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu. Keterampilan dalam proses pembelajaran sangat penting dimiliki oleh seorang guru sebab guru memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu guru harus memiliki berbagai keterampilan dalam proses pembelajara antara lain: A. Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya adalah merupakan keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran, karena metode apapun, tujuan pengajaran apapun yang ingin dicapai dan bagaimana keadaan siswa yang dihadapi, maka bertanya kepada siswa merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Karena pertanyaan yang diajukan kepada siswa agar berpengaruh tidaklah mudah. Memberi pertanyaan perlu adanya latihan dari guru-guru. Sehingga diharapkan guru dapat menguasai dan melaksanakan keterampilan bertanya pada situasi yang tepat, sebab memberi pertanyaan secara efektif dan efisien akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku baik pada guru maupun dari siswa. Dari guru yang sebelumnya selalu aktif memberi informasi akan berubah menjadi banyak mengundang interaksi siswa, sedangkan dari siswa yang sebelumnya secara pasif mendegarkan keterangan guru akan berubah menjadi banyak berpartisipasi dalam bertanya, menjawab pertanyaan mengemukakan pendapat. Hal ini akan menimbulkan adanya cara belajar siswa aktif yang berkadar tinggi. Untuk lebih memudahkan 8

3 guru dalam menggunakan keterampilan bertanya hendaknya seorang guru mengetahui kegunaan dari penggunaan keterampilan bertanya. Adapun kegunaan dari penggunaan keterampilan bertanya adalah : a) Akan dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasa yang akan dibahas. b) Dapat memusatkan perhatian siswa terhadap pokok bahasan c) Dapat mengembangkan keaktifan dan berfikir siswa d) Dapat mendorong siswa untuk dapat menggunakan pandanganpandangan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas e) Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui sejauhmana prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran f) Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan, mengorganisir dan memberi informasi yang pernah didapat sebelumnya. B. Keterampilan Memberi Penguatan Yang dimaksud dengan keterampilan memberi penguatan adalah respon positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu perbuatan baik. Pemberian penguatan ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa lebih giat berpartisiasi dalam interaksi pembelajaran dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik walaupun pemberian penguatan sangat mudah pelaksanaannya, namun kadang-kadang 9

4 banyak diantara guru yang tidak melakukan pemberian penguatan kepada siswanya yang melakukan perbuatan baik. Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa tujuan dan manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat antara lain: a) Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi b) Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif c) Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri d) Dapat meningkatkan cara belajar siswa aktif e) Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri. Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut, pemberian penguatan yang berlebihan akan berakibat fatal. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam pemberian penguatan antara lain: a) Hangat dan Antusias Guru dalam memberikan penguatan kepada siswa hendaknya menunjukkan sifat yang baik, menarik dan juga sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang dengan sikap guru di waktu memberi penguatan. Dalam pemberian penguatan diharapkan guru menunjukkan 10

5 ekspresi wajah yang menarik, sinar mata yang sejuk, suara yang jelas dan enak didengar. b) Bermakna Pemberian penguatan hendaknya disesuaikan dengan tingkat pencapaian keberhasilan siswa dan mempunyai arti bagi siswa yang melakukan perbuatan itu sehingga penguatan dapat diterima siswa dengan senang hati. c) Hindari Penggunaan Penguatan Negatif Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi, penampilan dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial, karena itu sebaiknya dihindari banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya siswa menjadi frustasi, pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan, dan peristiwa akan terulang kembali. d) Penggunaan Bervariasi Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya dan diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama misalnya guru selalu menggunakan kata-kata bagus akan mengurangi efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga akan bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas, 11

6 kemudian kelompok kecil, akhirnya keindividu, atau sebaliknya tidak berurutan. C. Keterampilan Memberi Variasi Pemberian variasi dalam interaksi pembelajaran dapat diartikan sebagai perbuatan pengajaran dari yang satu ke yang lain, dengan tujuan untuk menghilangkan kebosanan dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan pelajaran yang diberikan guru sehingga siswa dapat aktif lagi dan berpartisipasi dalam belajarnya. Keterampilan variasi yang tepat dalam proses pembelajaran akan dapat memberi manfaat bagi siswa antara lain: a) Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diberikan kepadanya. b) Dapat memberi motivasi kepada siswa untuk memusatkan perhatiannya pada proses pembelajaran. c) Dapat menghindari kebosanan siswa dalam belajar. d) Dapat mendorong siswa untuk mengadakan diskusi dengan temannya. Ada tiga aspek dalam keterampilan memberi variasi yang harus dikuasai guru dalam proses pembelajaran yaitu: a) Variasi dan Gaya Mengajar Agar tidak terjadi kebosanan siswa dalam belajar maka guru dapat melakukan variasi dalam gaya mengajar yang mana dalam memberi gaya mengajar ini guru dapat melakukan dengan cara variasi suara, penekanan, kontak pandang, gerakan anggota badan dan pindah posisi. 12

7 b) Variasi Media dan Bahan Ajaran Tiap siswa memiliki kemampuan indra yang tidak sama baik pendengaran maupun penglihatannya demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih senang membaca, ada yang lebih senang mendengarkan, ada yang suka mendengarkan dulu baru membaca dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap siswa dapat dikurangi. Untuk menarik perhatian siswa misalnya, guru dapat memulai berbicara lebih dulu, kemudian menulis dipapan tulis dilanjutkan dengan melihat contoh kongkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus terhadap indra siswa. Ada tiga variasi penggunaan media yakni: a) Media Pandang Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi, seperti buku, majalah, globe, majalah dinding, film, film Strip, TV, recorder, gambar grafik, dan lain-lain. b) Variasi Media Dengar Media dengar yang dapat dipakai adalah pembicaraan siswa, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran. 13

8 c) Variasi Media Taktil Variasi media taktil adalah penggunaan media yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. d) Variasi interaksi Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswa memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu: a) Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru. b) Siswa mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru dimana guru berbicara kepada siswa. Diantara dua kutub itu banyak kemungkinan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekolompok kecil siswa melalui pengajuan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar siswa dapat saling tukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi. D. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup pelajaran adalah mengakhiri kegiatan inti pelajaran-pelajaran. Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran meliputi meningkatkan perhatian, menimbulkan 14

9 motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, membuat kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa, review atau meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran den membuat ringkasan dan mengevaluasi. Siasat membuka pelajaran bertujuan pokok menyiapkan mental siswa agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari atau dibicarakan, menimbulkan minat serta pemusatan perhatian pada siswa yang akan dibicarakan dalam kegiatan interaksi edukatif. Ketika menutup pelajaran, kegiatan yang dilakukan guru adalah mengakhiri pelajaran atau mengakhiri kegiatan interaksi edukatif. Usaha menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses interaksi edukatif. E. Keterampilan Mengelola Kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Termasuk dalam hal ini adalah penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif. 15

10 Kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. F. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Yang dimaksud dengan diskusi kelompok kecil di sini adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Keterampilan membimbing diskusi memilih kelebihan dan keterbatasan antara lain : A. Kelebihannya a) Kelompok memiliki sumber daya yang lebih banyak dari pada individu. Pengetahuan dan pengalaman sekelompok orang yang jelas lebih banyak dari pengetahuan dan pengalaman seseorang. b) Anggota kelompok sering diberi masukan dan motivasi dari anggota lain, yang berusaha agar sumbangan pikiran bermanfaat untuk keberprestasian kelompok. c) Kelompok dapat mengprestasikan keputusan yang lebih baik d) Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat terhadap keputusan yang diambil dengan melalui keterklibatannya dalam diskusi. 16

11 e) Partisipasi dalam diskusi akan meningkatkan saling pengertian antar individu dalam satu kelompok dan dalam kelompok yang lain. B. Keterbatasan a) Diskusi memakan waktu b) Pemborosan waktu c) Diskusi dapat menekan pendirian G. Keterampilan menjelaskan Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam berinteraksi dengan siswa didalam kelas. Tujuan memberikan penjelasan antara lain: a) Membimbing siswa untuk mendapat dan memahami hukum, fakta, definisi dan prinsip secara obyektif. b) Melibatkan siswa untuk berfikir dengan memecahkan masalahmasalah atau pertanyaan. c) Untuk mendapat balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka. 17

12 d) Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti- bukti dalam pemecahan masalah Pengertian menjelaskan Adapun istilah menjelaskan sering diartikan sebagai proses menceritakan, misalnya pengalaman berkelana keberbagai daerah yang diceritakan kepada orang lain sering dianggap sebagai kegiatan menjelaskan. Dari segi etimologi, kata menjelaskan mengandung makna membuat sesuatu menjadi jelas. Dalam kegiatan menjelaskan terkandung makna pengkajian informasi secara sistematis sehingga yang menerima penjelasan mempunyai gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan informasi yang sudah diketahui, hubungannya sebab-akibat, hubungan antara teori dan praktik atau hubungan dalil-dalil dengan contoh. a) Penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan, misalnya hubungan sebabakibat, definisi-contoh, atau sesuatu yang belum diketahui. b) Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri kegiatan menjelaskan. c) Pemberian informasi merupakan salah satu aspek penting dari kegiatan guru dalam proses interaksi pembelajaran. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan 18

13 perbuatan dalam mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisien. Dalam memberikan pengertian tentang keterampilan dalam proses pembelajaran, maka dalam hal ini penulis akan mengemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli: Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Suparno (2007:101) Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar proses pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat mencapai basil yang optimal. Dalam kegiatan pembelajaran, pembicaraan guru yang dianggap berpengaruh langsung terhadap siswa, sering mendominasikan kelas. Sebagian besar dari pembicaran tersebut termasuk dalam kegiatan menjelaskan. Agar pembicaraan yang dianggap guru sebagai menjelaskan dapat mempengaruhi siswa secara positif dan efektif maka sudah seharusnya seorang guru menguasai keterampilan memberi penjelasan. Sebagai salah satu keterampilan yang bersifat generik, keterampilan menjelaskan harus dikuasai oleh semua guru, terlepas dari tingkat/kelas maupun bidang studi diajarkan. 19

14 Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk: a) Membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, dalil, dan sebagai secara objektif dn bernalar; b) Membimbing siswa menjawab pertanyaan mengapa yang muncul dalam proses pembelajaran; c) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah melalui cara berpikir yang sistematis; d) Mendapatkan balikan dari siswa tentang tngkat pemahaman terhadap konsep yang dijelaskan dan untuk mengatasi salah pengertian e) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penalaran dalam penyelesaian ketidakpastian. Sementara itu penguasaan keterampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk: a) Meningkatkan efektivitas pembicaraan dikelas sehingga benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa b) Memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasn yang diberikan c) Membantu siswa mengali pengetahuan dari berbagai sumber d) Menggunakan waktu secara efektif Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa 20

15 memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menjelaskan merupakan aktivitas yang paling sering dilakukan oleh guru dalam menyampaikan informasi. Dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pembelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Keterampilan menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh para guru. Seorang guru harus dapat menjelaskan berbagai hal kepada siswa. dan penjelasan yang disampaikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa. Misalnya guru akan menjelaskan konsep atas. Jika siswanya adalah anak usia TK (4 5 tahun) maka guru harus menjelaskan konsep tersebut secara konkret dan nyata Prinsip-prinsip menjelaskan Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan. a) Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran. b) Penjelasan harus menarik perhatian siswa dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar. c) Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan siswa atau menjelaskan materi standar yang sudah direncanakan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran. 21

16 d) Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi siswa. e) Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan siswa Komponen Menjelaskan Keterampilan memberikan penjelasan dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan menyajikan penjelasan. Keberhasilan suatu penjelasan sangat tergantung dari tingkat penguasaan guru terhadap kedua jenis komponen keterampilan tersebut. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk mampu merencanakan dan menyajikan penjelasan: A. Keterampilan Merencanakan Penjelasan Merencanakan penjelasan mencakup 2 subkomponen, yaitu yang berkaitan dengan isi pesan atau materi pembelajaran yang akan dijelaskan dan yang berkaitan dengan siswa sebagai penerima pesan. Merencanakan isi pesan atau materi penjelasan merupakan tahap awal dalam proses menjelaskan. tidak dapat dipungkiri bahwa perencanaan yang matang tentang materi yang akan dijelaskan merupakan awal keberhasilan dari kegiatan menjelaskan. Perencanaan ini mencakup 3 hal, penting, yaitu: a) Menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan, termasuk unsur-unsur yang terkait dalam masalah itu. Misalanya penjelasan tentang perkembangan kosakata bahasa Indonesia, tidak 22

17 dapat dilepaskan dari unsur-unsur komunikasi dan informasi antarsuku bangsa dan antar bangsa serta ciri khas bahasa Indonesia itu sendiri. b) Menetapkan jenis hubungan antara unsur-unsur yang berkaitan tersebut. Jenis hubungan dapat berupa perbedaan, pertentangan, saling menunjang atau hubungan persyaratan. Sebagai contoh perbedaan tekanan udara menyebabkan terjadinya angin atau udara yang mengalir. c) Menelaah hukum rumus, prinsip atau generalisasi yang mungkin dapat digunakan dalam menjelaskan masalah yang ditentukan. Termasuk dalam perencanaan ini kemungkinan penerapan huskum tersebut dalam peristiwa atau situasi lain. Dalam merencanakan suatu penjelasan karakteristik siswa sebagai penerima pesan perlu dipertimbngkan dengan cermat. Sasaran utama penjelasan yang diberikan guru adalah pemahaman siswa. Mampu tidaknya siswa memahami penjelasan guru sangat tergantung dari kemampuan guru menganalisis karakteristik siswa, kemudian menerapkan hasil analisis tersebut dalam merencanakan dan menyajikan penjelasan. Karakteristik siswa yang perlu dianalisis adalah antara lain mencakup usia, jenis kelamin, jenjang kemampuan, latar belakang keluarga dan lingkungan belajar. Dalam merencanakan penjelasan, perbedaan-perbedaan karakteristik siswa yang satu dengan yang lain harus selalu terbayang di 23

18 benak guru. Agar penjelasan yang direncanakan sesuai dengan karakteristik. B. Keterampilan Menyajikan Penjelasan Keterampilan menyajikan penjelasan memegang peranan penting dalam pelaksanaan rencana yang baik. Keterampilan menyajikan penjelasan terdiri dari komponen-komponen berikut. a) Kejelasan Kejelasan dari suatu penjelasan tergantung dari berbagai faktor seperti kelancaran dan kejelasan ucapan dalam berbicara, susunan kalimat yang baik dan benar, penggunaan istilah-istilah yang sesuai dengan perbendaharaan bahasa siswa, serta penggunaan waktu diam sejenak untuk melihat reaksi siswa terhadap penjelasan yang diberikan. Kelancaran dan kejelasan ucapan dalam berbicara sangat menentukan kualitas suatu penjelasan. Pembicaraan yang tersendatsendat, terlalu banyaknya bunyi yang tidak berfungsi seperti eee, ah, eh atau apaya?, apa ya?, serta ketidak jelasan ucapan sangat mengganggu suatu penjelasan. Istilah-istilah baru yang masih asing bagi siswa hendaknya diberi definisi yang mudah dipahami oleh siswa. Akhirnya susunan kalimat dengan tata bahasa yang baku akan membantu siswa memahami penjelasan yang diberikan. b) Penggunaan contoh dan ilustrasi Suatu penjelasan akan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami jika disertai dengan ilustrsi yang tepat. Konsep yang sulit dan kompleks 24

19 dapat dipermudah dengan pemberian contoh dan ilustrasi yang diambil dari kehidupan nyata para siswa. Contoh-contoh dapat berupa contoh konkret dalam kehidupan, dapat juga berupa ilustrasi yang diambil dari bidang lain yang kira-kira mudah dipahami oleh siswa. Pemberian contoh mutlak perlu dalam penjelasan berbagai hukum dan dalil atau pernyataan umum. Pola pemberian contoh dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu pola induktif dan pola dedukatif. Dalam pola induktif contoh-contoh diberikan terlebih dahulu kemudian berdasarkan contoh-contoh tersebut, dalil, hukum, atau generalisasi disusun. Sementara itu dalam pola dedukatif, dalil, hukum, atau generalisasi diberikan terlebih dahulu kemudian baru diikuti oleh contohcontoh. Pola yang dianut tentu harus sesuai dengan studi, topik yang dibahas, serta karakteristik siswa. Akhirnya perlu diperhatikan bahwa penggunaan kata-kata yang menunjukkan keterkaitan antara konsep, dalil, hukum dengan contohcontoh sangat perlu diperhatikan oleh guru. Kata atau ungkapan tersebut, misalnya jika maka, akibatnya, sehingga, jadi, di samping itu atau selanjutnya. Jika kata atau ungkapan penghubung itu dipakai dengan tepat, penjelasan yang akan diberikan guru akan menjadi sangat jelas serta siswa akan memahami keterkaitan konsep-konsep yang dijelaskan. C. Pemberian tekanan Dalam memberikan penjelasan, sering terjadi guru berbicara panjang lebar tentang hal-hal sebenarnya sangat tipis kaitannya dengan 25

20 masalah pokok yang dijelaskan. Akibatnya, setelah berakhir penjelasan, siswa tidak tahu apa sebenarnya yang dijelaskan oleh guru. Dengan perkataan lain, siswa tidak dapat menangkap inti permasalahan yang dijelaskan. Untuk menghindari terjadinya hal-hal tersebut, guru hendaknya memberikan tekanan pada inti masalah yang dijelaskan, serta membatasi diri dalam menyampaikan cerita-cerita sampingan. Ada dua subketerampilan yang harus dikuasai guru dalam memberikan tekanan yaitu variasi gaya mengajar dan membuat struktur sajian. Variasi gaya mengajar memberikan peluang bagi guru untuk mengubah suara ketika mengucapkan butir-butir penting disertai mimik dan gerak yang sesuai. Misalnya, guru mengucapkan inti masalah dengan nada berat dan dalam, sambil menunjukkan kepada gambaran/tulisan yang berkaitan dengan inti maslah tersebut. Struktur sajian yang dibuat guru akan membantu siswa memahami arah sajian/penjelasan yang diberikan. Struktur sajian dapat dibuat dalam bentuk ikhtisar, pengulangan, paraphrase (menyatakan kembali dengan kata-kata/kalimat lain), serta dengan memberikan isyarat lisan seperti pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Cara ini mencerminkan tertatanya secara sistematis masalah yang dijelaskan guru sehingga siswa mudah memahaminya. Di samping itu dalam memberikan tekanan, guru dapat menggunakan isyarat ungkapan lain, seperti perhatikan ini baik-baik yang terpenting adalah atau puncak dari semua ini adalah 26

21 D. Balikan Tujuan utama guru dalam memberikan penjelasan adalah agar siswa memahami masalah yang akan dijelaskan oleh guru. Oleh karena itu selama memberikan penjelasan guru hendaknya meluangkan waktu untuk memeriksa pemahaman siswa dengan cara mengajukan pertanyaan atau melihat ekspresi wajah siswa setelah mendengarkan penjelasan guru. Dengan cara seperti ini, guru akan mendapatkan balikan dari penjelasan yang diberikan. Berdasarkan balikan tersebut, guru hendaknya mengubah teknik penjelasannya, misalnya dengan member lebih banyak contoh, meminta siswa mencari contoh sendiri menggunakan bahan yang lebih sederhana atau mengulangi penjelasan tentang maslah yang belum dipahami oleh siswa. Perlu ditambahkan bahwa tingkat pemahaman siswa tidak dapat dipisahkan dari minat dan sikap siswa terhadap hal yang dijelaskan. Hal atau masalah yang menarik dan dianggap bermafaat oleh siswa akan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan hal-hal yang membosankan dan dianggap tidak bermanfaat. Oleh Karen itu dalam menjaring balikan, guru hendaknya juga menjaring sikap dan minat siswa terhadap masalah atau topic yang dijelaskan. 2.2 Hasil Belajar Nasution (2005: 73) berpendapat bahwa kita sebagai pengajar perlu mengetahui apa hasil usaha kita bagi siswa. Untuk itu kita perlu 27

22 mengadakan evaluasi atau penilaian dengan mengumpulkan keteranganketerangan secara sistematis tentang pengaruh usaha kita untuk dianalisis agar dapat kita ketahui kebaikan dan kekurangan usaha kita yang memperkaya pengalaman kita sebagai pengajar yang dapat kita gunakan untuk masa-masa mendatang dengan anggapan bahwa keberhasilan sekarang juga akan memberi hasil yang baik bagi siswasiswa lain dikemudian hari. Evaluasi untuk suatu tujuan tertentu penting, tetapi ada kemungkinan tidak menjadi bermanfaat lagi untuk tujuan lain. Oleh karena itu, seorang guru harus mengenal beberapa macam tujuan evaluasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat merencanakan dan melakukan evaluasi dengan bijak dan tepat. Menurut Sukardi (2009: 8) suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik harus mempunyai syarat seperti berikut: (1) valid, (2) andal, (3) objektif, (4) seimbang, (5) membedakan, (6) norma, (7) fair, (8) praktis. Sedangkan beberapa tahapan dalam menyelenggarakan evaluasi pembelajaran adalah: (1) langkah persiapan, (2) langkah penyusunan instrumen, (3) pelaksanaan evaluasi, (4) pengolahan hasil evaluasi, (5) pemberitahuan hasil evaluasi. Evaluasi dapat memberikan gambaran keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkat tujuan-tujuan yang akan dicapai atau tingkat pencapaian tujuan. Selain itu keberhasilan dalam 28

23 belajar dapat pula dari perubahan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku. Dengan demikian, hasil belajar siswa adalah tingkat pencapaian tujuan Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pendidikan. Pencapaian tujuan tersebut berupa penigkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Belajar adalah suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah tercapainya suatu perubahan dalam diri individu. Perubahan dalam menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya. Namun, untuk memperoleh penjelasan yang lebih terarah penulis akan menjelaskan berbagai pendapat tentang belajar. Belajar adalah suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Menurut Abdurrahman, mengatakan bahwa : Belajar adalah suatu perubahan pada diri individu dengan lingkungannya yang menjadikannya mendapat kemampuan yang lebih tinggi untuk hidup secara damai dalam lingkungannya Menurut M. Ngalim Purwanto, mengatakan bahwa Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan, karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian pemecahan masalah/berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan,ataupun sikap. 29

24 Setelah kita mengetahui dan memahami pengertian diatas, maka dapat dipahami kata Hasil dan belajar Hasil pada dasarnya prestasi yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar pada dasarnya adalah proses yang mengakibatkan perubahan pada diri individu yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat diambil pengertian yang sangat sederhana mengenai hal ini. Hasil belajar adalah prestasi yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai prestasi dari aktivitas dalam belajar Kegagalan Pencapaian Hasil Belajar Menurut Sukardi (2999: )0 dalam usaha pencapaian hasil belajar siswa kadang mengalami kegagalan. Kegagalan hasil belajar disebabkan oleh beberapa faktor yang timbul secara individual atau melalui cara berinteraksi. Beberapa faktor penyebabnya, yaitu faktor internal pribadi siswa, lingkungan pribadi, dan mungkin gabungan dari keduanya, juga faktor eksternal yag berkaitan erat dengan siswa. A. Faktor Penyebab Internal Faktor penyebab internal diantaranya adalah perkembangan fisik dan kesehatan, yang utamanya mencakup kemampuan melihat dan mengembangkan keterampilan, di samping juga kemampuan beradaptasi secara individu. a) Kesehatan Kondisi fisik siswa secara umum dapat mempengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Pencapaian hasil belajar, pada dasarnya 30

25 merupakan usaha yang hanya dapat dicapai dan dapat dilakukan dengan komitmen yang tinggi. Kurang energi yang disebabkan kondisi fisik yang kurang sehat dapat menutup kemugkinan siswa memiliki kemampuan disebutkan di atas. Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bisa mencapai potensi yang sebenarnya. Hal ini termasuk juga dalam beberapa usaha pencapaian tugas belajar yang kompleks yang dituntut oleh sekolah. Kurang sehatnya fisik seseorang siswa dapat menyebabkan stamina cepat menurun, cepat lelah sehingga usaha menguasai materi pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. b) Problem penyesuaian diri Faktor lain yang juga termasuk faktor internal siswa yaitu problem penyesuaian diri. Walaupun problem ini erat kaitannya dengan faktor eksternal misalnya siswa lain, atau masyarakat di sekitar, namun sumber utama adalah berasal dari dalam diri siswa. Sebagai contoh, siswa yang memiliki gangguan emosi, pada awalnya menghambur-hamburkan energi mereka sebelum akhirnya dapat menggunakannya untuk kegiatan belajar. Siswa yang mengalami gangguan emosianal, pada umumnya juga memiliki kesulitan dalam belajar. Menurut Sukardi (2009: 232), beberapa tanda siswa memiliki kesulitan dalam belajar (1) kesiapan belajar yang buruk, (2) kesulitan menghadapi tes, (3) kemampuan bahasa yang buruk, (4) lebih senang mengikuti belajar fisik dan praktis dari pada belajar skolastik atau mental 31

26 learniang, (5) penguasaan materi belajar yang lambat, dan (6) kurang perhatian dalam mengikuti kegiatan sekolah. B. Faktor penyebab Eksternal Faktor eksternal siswa diantaranya lingkungan disekitar siswa, seperti teman pergaulan di luar sekolah, kondisi orang tua siswa, dan juga kegiatan siswa di luar sekolah. a) Lingkungan Faktor lingkungan pada umumnya muncul di luar situasi siswa. Faktor ini juga merupakan kesulitan dasar yang mudah untuk diidentifikasi. Problem lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga dan lingkungannya, misalnya kondisi orang tua yang tidak harmonis. Penolakan lingkungan terhadap diri siswa pun dapat menjadi problem kesulitan belajar. Siswa sulit belajar karena cacat fisik dapat mengakibatkan kehilangan interes intelektual di rumah. b) Cara guru mengajar yang tidak baik Guru kelas dapat dikategorikan faktor eksternal karena guru yang tidak baik dalam mengajar dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal ini tidak terjadi maka guru perlu melakukan perbaikan secara berkala, baik dalam penguasaan metode mengajar maupun dalam penguasaan materi yang hendak diajarkan. 32

27 c) Orang tua siswa Sumber eksternal lain adalah orang tua yang tidak mau atau tidak mampu mmenyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi anak-anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anak-anaknya agar belajar di rumah. Dengan adanya pengawasan, minimal mereka bisa mengetahui ketika anak mempunyai kesulitan belajar. Di samping itu, orang tua yang peduli terhadap pengawasan belajar anaknya di rumah, juga bisa membantu mengatasi kesulitan belajar lainnya. d) Masyarakat Masyarakat di sekitar siswa dapat mmenjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok. Siswa akan merasa berhasil atau bermanfaat yang nyata dari hasil belajar di sekolah dengan keadaan masyarakat di tempat mereka berada. Sebaliknya siswa tidak akan merasa hasil belajarnya, jika yang ia pelajari tidak bermanfaat atau memberi pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan siswa. 2.3 Kerangka Berfikir Tugas guru yang utama adalah mengajar, mengajar adalah sebagai satu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkan dengan siswa, sehingga terjadi proses belajar, atau di katakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi para 33

28 siswa. kondisi itu di ciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. salah satu aspek penunjang proses pembelajaran tersebut adalah bagaimana fungsi dan peran guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka hal ini tidak lepas pula dari permasalahan mengenai tugas guru dalam menjelaskan materi pembelajaran secara profesional. untuk tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien, maka bagi seorang guru dan calon guru diperlukan adanya berbagai keterampilan dasar dalam mengajar. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif. di awali dengan keterampilan mengajar, langsung mengatakan pada aspek menjelaskan. Adapun keterampilan dasar mengajar yang dimaksud adalah seperti yang dikemukakan oleh Suparno (1992: ) yakni terdiri atas : a). Keterampilan bertanya dasar dan lanjut, b). Keterampilan menjelaskan, c). Keterampilan memberi penguatan, d). Keterampilan menggunakan variasi, e). Keterampilan membuka dan menutup pelajaran, f). Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, g). Keterampilan mengelola kelas, h). Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Dari delapan keterampilan tersebut di atas, maka keterampilan menjelaskan merupakan salah satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh seorang guru karena tidak semua siswa dapat menggali sendiri 34

29 pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Untuk menanggulangi hal ini guru membantu mereka dengan cara menjelaskan hal-hal tersebut. Kurang tersedianya sumber yang dapat dimanfaatkan siswa dalam proses belajar mengajar menyebabkan guru perlu membantu siswa dengan cara pemberian informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diperlukan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh J. J. Hasibuan (1994: 87). Bahwa penjelasan adalah penyajian informasi yang diorganisasikan secara sistematik dan bertujuan untuk menunjukkan hubungan, misalnya antara sebab dan akibat, antara yang diketahui dan belum diketahui, atau antara hukum (dalil, definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari. Dengan demikian penjelasan oleh guru yang kadang-kadang kurang atau tidak jelas bagi siswa dapat dihindari. Kompetensi melaksanakan penilaian proses mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan.tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas 35

30 guru yang harus dilaksanakan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut belajar siswa. Dari kajian teoritis yang telah disampaikan, maka penulis akan melakukan penelitian ini dengan konseptual sebagai berikut: Ketrampilan menjelaskan guru Proses belajar mengajar Hasil belajar siswa Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Seorang guru diharapkan menggunakan keterampilan menjelaskan yang sesuai agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara optimal kepada siswa hingga tercapai tujuan dari pembelajaran. 2.4 Hipotesis Sugiyono (2004:306) menyatakan bahwa Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalaui data empirik yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: terdapat pengaruh yang signifikan antara keterampilan menjelaskan guru dengan hasil belajar siswa di SMK Gotong Royong Telaga Kabupaten Gorontalo. 36

PENGUASAAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA D-II PGSD

PENGUASAAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA D-II PGSD PENGUASAAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA D-II PGSD Elmia Umar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DASAR MENGAJAR. Sunaryo Soenarto

KEMAMPUAN DASAR MENGAJAR. Sunaryo Soenarto KEMAMPUAN DASAR MENGAJAR Sunaryo Soenarto KOMPETENSI Membuka Pelajaran Menjelaskan Menutup Pelajaran Bertanya (Dasar dan Lanjut) Mengelola Kelas Memberi Penguatan Mengadakan Variasi Memimpin Diskusi Kelompok

Lebih terperinci

Oleh: Guru Besar Universita Riau

Oleh: Guru Besar Universita Riau Oleh: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Guru Besar Universita Riau Email: asyahza@yahoo.co.id; http://almasdi.unri.ac.id Tugas Guru Merencanakan Melaksanakan Keterampilan Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DASAR TEKNIK INSTRUKSIONAL (PEKERTI) KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH VI JAWA TENGAH

PELATIHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DASAR TEKNIK INSTRUKSIONAL (PEKERTI) KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH VI JAWA TENGAH KETERAMPILAN BERTANYA DASAR DAN BERTANYA LANJUT ( diisi oleh Pengamat ) Lampiran 1&2 Sub- No Komponen-Komponen Keterampilan Skor Kualitas Komentar A. Keterampilan Bertanya Dasar: 1. Pengungkapan pertanyaan

Lebih terperinci

Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill)

Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill) Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill) 1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Kegiatan membuka pembelajaran didefinisikan sebagai alat atau proses yang memasukkan peserta didik ke

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. kecakapan untuk menyelesaikan tugas, Keterampilan merupakan kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. kecakapan untuk menyelesaikan tugas, Keterampilan merupakan kemampuan 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Keterampilan Mengajar Guru a. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan, keahlian dan teknologi. Dikatakan penting, karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan sosial siswa. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR JENIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR: Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran Ketrampilan menjelaskan Kertampilan memberikan variasi Ketrampilan bertanya Ketrampilan mengaktifkan

Lebih terperinci

Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill) Oleh : Susiwi S.

Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill) Oleh : Susiwi S. Keterampilan Dasar Mengajar (Generic Teaching Skill) Oleh : Susiwi S. Apa? Pengertian Dasar yaitu keterampilan yang bersifat generik atau Keterampilan Dasar Teknik Instruksional yang harus dikuasai seorang

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN Dr. Ainur Rofieq, M.Kes. ainurrofieq@yahoo.co.id Materi: Ketrampilan Dasar Mengajar Ketrampilan Interpersonal (komunikasi) Ketrampilan Pengelolaan Kelas Pembelajaran Orang Dewasa

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan belajar mengajar PAU-PPAI-UT 1

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan belajar mengajar PAU-PPAI-UT 1 PUSAT 1 PUSAT TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan belajar mengajar 2 PAU-PPAI-UT 1 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. Menjelaskan hakikat komunikasi PUSAT 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

DASAR-DASAR KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR DASAR-DASAR KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR 1 TUJUAN dan KEGIATAN TUJUAN: Menerapkan dasar-dasar komunikasi dan keterampilan dasar mengajar dalam pembelajaran KEGIATAN: Berbagi pengalaman Penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam pembentukan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Data Kompetensi Guru dalam Menggunakan Media Pembelajaran. Kemampuan guru memanfaatkan media sangat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran. Guru

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com Komunikasi EFEKTIF KETERAMPILAN DASAR h t t: p ws w w. /d a r e m a n t e p. S u d a r m a n t e p. 0 h t t: p ws w w. /u s /d e ra r e m a n t e p Capaian Pembelajaran Menerapkan keterampilan dasar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar bukan berarti perubahan tingkah laku dari sesuatu yang benar-benar belum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar bukan berarti perubahan tingkah laku dari sesuatu yang benar-benar belum BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Proses Pembelajaran Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana siap mental bagi siswa serta menarik perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sebagai contohnya adalah bayi yang sedang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN MENGAJAR. RIYAN HIDAYATULLAH

KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN MENGAJAR. RIYAN HIDAYATULLAH KOMUNIKASI DAN KETERAMPILAN MENGAJAR RIYAN HIDAYATULLAH riyanhidayat28@gmail.com Dasar Hukum (Pembelajaran) UU No. 20/2003 Sisdiknas, Pasal 1 (20): Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta dengan

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan sekaligus pembelajaran. Pendidikan dan pembelajaran dapat diberikan sejak anak masih kecil sampai anak menjadi dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

ORIENTASI PENGAJARAN MIKRO

ORIENTASI PENGAJARAN MIKRO ORIENTASI PENGAJARAN MIKRO SCIENCE 1. PEDAGOGI 2. KEPRIBADIAN ramah, santun toleran dan peduli 3. PROFESIONAL 4. SOSIAL No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen MEMBUAT SISWA BELAJAR SEBAGAI FASILITATOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 6 SD Negeri 2 Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

KETRAMPILAN MENGAJAR (Set Induction & Closure) (A. Suherman)

KETRAMPILAN MENGAJAR (Set Induction & Closure) (A. Suherman) KETRAMPILAN MENGAJAR (Set Induction & Closure) (A. Suherman) Membuka Pelajaran: Kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasan siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas layanan pendidikan merupakan salah satu agenda Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun 2015 2016 sebagaimana telah diamanatkan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN DASAR TUTORIAL

KETERAMPILAN DASAR TUTORIAL Pelatihan Tutor TTM 2015 PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH Membuka Akses Pendidikan Tinggi bagi Semua Making Higher Education Open to All KETERAMPILAN DASAR TUTORIAL TUJUAN Peserta mampu: 1. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. Sumber daya manusia yang unggul akan mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang maju dan kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar mengajar. Terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh seorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dari semua ilmu yang dipelajari di sekolah regular. Oleh sebab itu pelajaran ini diajarkan pada jenjang pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek perkembangan. Anak usia TK merupakan masa-masa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya termasuk gejala-gejala alam yang ada. Ruang lingkup pembelajarannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Ngemplak Boyolali masih

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Ngemplak Boyolali masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Ngemplak Boyolali masih banyak siswa yang kurang aktif sehingga berdampak pada kurangnya hasil belajar matematika.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:128), penelitian tindakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Metode Diskusi Dalam pembelajaran ada beberapa metode mengajar yang dapat digunakan salah satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Prestasi Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Partisipasi dalam Bahasa Inggris yaitu participation.menurut kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2007, partisipasi artinya

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan mengetahui berbagai informasi, menyukai satu situasi dan atau dapat melakukan sesuatu

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum dalam lembaga pendidikan supaya siswa dapat mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik dan mental. Dan tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik dan mental. Dan tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh para pendidik kepada anak didik dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki anak agar menjadi dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

Pengajaran Mikro. Farida Nurhasanah

Pengajaran Mikro. Farida Nurhasanah Pengajaran Mikro Farida Nurhasanah Orientasi Pengajaran Mikro 1. Pengertian Pengajaran Mikro 2. Ketrampilan Dasar Mengajar 3. Proses Pelaksanaan Praktik Mengajar 4. Proses Penilaian / evaluasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA A. Variasi Pembelajaran 1. Pengertian Variasi Pembelajaran Membuat variasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam mengajar. Yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai ilmu dasar yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Fungsi dan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat MIN Pemurus Dalam Banjarmasin. keputusan Menteri Agama No. 155 A Tanggal 20 November 1995.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat MIN Pemurus Dalam Banjarmasin. keputusan Menteri Agama No. 155 A Tanggal 20 November 1995. BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat MIN Pemurus Dalam Banjarmasin MIN Pemurus Dalam beralamat di kelurahan Pemurus Dalam Kecamatan Banjarmasin Selatan.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016 BAB V PEMBAHASAN 1. Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016 Di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci