BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan. pertumbuhan dan perkembangan agama Hindu di Indonesia.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan. pertumbuhan dan perkembangan agama Hindu di Indonesia."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu 1, akan tetapi pemerintah tidak mencampuri hal-hal yang menyangkut materi ajaran dan tata cara peribadahan masing-masing agama. Adapun yang berwenang dalam mengatur materi ajaran dan tata cara peribadahan untuk Hindu adalah Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Lahirnya Parisada Hindu pada tahun 1961 telah banyak membantu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan agama Hindu di Indonesia. Menurut penelitian para ahli, secara umum dapat dikatakan bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu berasal dari India, berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, kemudian kontak kebudayaan yang menyebar secara perlahan-lahan dari daerah pesisir hingga sampai masalah agama dengan mendirikan kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia 2. Kedatangan agama Hindu ke Indonesia erat hubungannya dengan datangnya masyarakat Tamil pada zaman VOC pada tahun 1602 oleh Belanda. 1. UUD 1945 pasal 19:1 2 Buku orang India di Sumatera Utara (The Indians in North Sumatera) tahun 2008.

2 Berikutnya setelah zaman kemerdekaan diperoleh, kemudian pada tanggal, 3 Januari 1946 Departemen Agama Republik Indonesia berdiri, sebagai salah satu bentuk jaminan pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Adanya pemantapan struktur organisasi Departemen Agama, maka dapat dirasakan telah dapat memberikan pelayanan kepada semua umat beragama, termasuk umat Hindu di Indonesia. Indians first came to the East and the West coasts of North Sumatera long before the Christian Era, to bring the Hindu religion (Prof. Coomalaswamy) and later on also the Buddhist religion especially during the favourable monsoon from mainland India to Barus during the months November and December. Sumber: Buku orang India di Sumatera Utara (The Indians in North Sumatera) tahun Kedatangan berbagai etnis India ke pantai Timur Sumatera dan pantai Barat Sumatera Utara sudah jauh sekali sebelum masehi, yaitu membawa Hindu dan terakhir kemudian juga Budha terutama masa arus angin dari India ke Barus pada bulan Nopember dan Desember. Menurut Prof. Coomalaswamy mengatakan bahwa Sumatera yang mulamula sekali dari sejak sebelum Masehi menerima pendatang India 3. Kaitannya erat dengan datangnya masyarakat Tamil, yang membawa pengaruh atas perdagangan dan adat budaya kepada masyarakat di tepi pantai barat Sumatera Utara dan mereka menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta (Sakti, 1993:14). At Lobu Tua (in Barus) on the western coast of Sumatra Province, stone inscription was found but by the order of the Duth Controller to the Raja of Barus named SUTAN MARA PANGKAT, half of the stonewas destroyed. The remains of the inscription have been still preserved in the archeological section of the Central Museum in Jakarta. Di Lobu Tua (Barus) Pantai Barat propinsi Sumatera Utara telah ditemukan batu bersunat, tetapi atas perintah pembesar Belanda kepada Raja Barus Sutan Mara Pangkat sebagian telah dihancurkan. Adapun sisa- 3 Buku orang India di Sumatera Utara (The Indians in North Sumatera) tahun 2008.

3 sisa dari pecahan batu prasasti itu disimpan di seksi arkeologi Museum Pusat Jakarta. Prasasti Lobu Tua itu dapat kita ketahui bagaimana eratnya hubungan perdagangan dan budaya benua India dengan Sumatera (Buku orang India di Sumatera Utara tahun 2008 halaman 1). Hindu mayoritas etnik Tamil. Tamil adalah sebuah kelompok etnis Tamil yang berasal dari Asia Selatan. Komunitas Tamil yang paling tua berasal dari India bagian selatan Sri Lanka bagian Timur Laut. Mereka memiliki sejarah yang ditulis lebih dari tahun. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Tamil dan agama mereka adalah agama Hindu, Budha, Kristen, dan Islam. Saat ini, hampir di seluruh provinsi di Indonesia telah terdapat umat Hindu yang tersebar akibat pemerataan pembangunan dan program transmigrasi sehingga pendidikan-pendidikan formal untuk mendalami ajaran agama Hindu juga mulai berkembang, dengan berdirinya sekolah Hindu. Selain sekolah Hindu, mereka juga membangun Kuil sebagai tempat beribadah atau sembahyang bagi Hindu Tamil. Sampai sekarang ini hampir di seluruh propinsi di Indonesia terdapat Kuil, tempat umat Hindu bersembahyang memuja Ida Sanghyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Selain acara persembahyangan, Kuil juga sebagai tempat melaksanakan upacara. Salah satu upacara yang ada di Kuil, secara khusus di Kuil Shri Singgamma Kali Koil yaitu upacara Adhi Tiruwila. Upacara Adhi Tiruwila merupakan acara penghormatan dan persembahan syukur kepada Dewi Dhurga yang sudah berjasa memohon kepada Dewa yang mereka yakini melalui doa yang dipanjatkan oleh Dewi Dhurga. Dhurga adalah Dewanagari yang berarti sakti. Dewi Dhurga atau Betari Dhurga yaitu ibu dari

4 Dewa Ganesa dan Dewa Kumara (Kartikeya) yang digambarkan sebagai seorang wanita cantik yang berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Dalam bahasa Sansekerta, Dhurga adalah yang tidak bisa dimasuki atau terpencil. Adapun doa yang dipanjatkan kepada Dewa berisi tentang permohonan supaya Dewa tidak menurunkan penyakit kolera dan cacar karena penyakit ini pada masa lampau sangat membahayakan dan dapat mengakibatkan kematian. Hal inilah yang membuat umat Hindu Tamil melaksanakan upacara Adhi Tiruwila. Upacara Adhi Tiruwila tidak terlepas dari Musik. Musik dalam upacara Adhi Tiruwila berfungsi sebagai penghibur hati Dewi Dhurga sebagai penghancur keangkara. Ensamble musik yang digunakan yaitu ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram. Ensamble Urumee Melam terdiri dari Khanjari, Simbal, Idakka, Thavil, Pampai, Thumbnail, dan Udukai. Sedangkan ensamble Nagasvaram 4 hanya diiringi dengan Tabla. Tabla berasal dari bahasa Arab yaitu tabl yang artinya drum. Tabla tergolong ke dalam membranofon. Instrumen perkusi dalam ensamble Urumee Melam dan Nagasvaram berasal dari India Selatan. Instrumen perkusi Idakka, Thavil, Pampai, Thumbnail, dan Udukai dimainkan dengan menggunakan stik yang terbuat dari rotan. Instrumen ini sering digunakan pada saat upacara yang diadakan di Kuil. Khanjari dan Simbal adalah instrumen perkusi yang tergolong kedalam idiofon. Khanjari sama dengan Tamborin. Idakka dianggap Devavadyam 4 Dalam hal ini ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram berasal dari India Selatan sedangkan instrumen Tabla berasal dari India Utara. Hal ini disebabkan karena pemain musik yang mengiringi upacara Adhi Tiruwila tersebut berasal dari Malaysia, yang pada dasarnya di Malaysia adalah mayoritas India Utara.

5 (instrumen ilahi), lazim dimainkan di Kuil. Instrumen perkusi Idakka berbentuk drum yang tergolong ke dalam membranofon. Instrumen perkusi Thavil berbentuk barrel yang tergolong ke dalam membranofon. Instrumen perkusi Pampai tergolong ke dalam membranofon, yaitu instrumen sepasang drum yang berkepala ganda. Instrumen perkusi Thumbnail juga tergolong ke dalam membranofon. Instrumen perkusi Udukai berbentuk drum yang tergolong ke dalam membranofon. Dalam upacara Adhi Tiruwila, musik memiliki aturan tertentu, dengan kata lain tidak sesuka hati untuk dimainkan. Sebelum upacara Adhi Tiruwila dimulai, musik ensemble Urumee Melam dimainkan terlebih dahulu di dalam Aula yang bertujuan untuk menyenangkan hati Dewi Dhurga dan menghibur orang-orang yang hadir pada saat upacara dilaksanakan. Setelah selesai ensamble Urumee Melam dimainkan, acara dilanjutkan dengan pembukaan upacara atau penaikan bendera yang diberi lambang singa berwarna kuning sebagai lambang Dewi Dhurga, yang diiringi dengan ensamble Nagasvaram. Bahkan upacara yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut selalu diiringi oleh musik yaitu ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram. Pada perayaan upacara Adhi Tiruwila, ada beberapa tahap yang dilaksanakan oleh masyarakat Tamil di Kuil Shri Singgamma Kali. Mereka melaksanakan upacara ini selama tiga hari yaitu pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Pada hari pertama Jumat hari pemujaan Dewi, hari kedua Sabtu yaitu Trobathi Amma, dan pada hari yang ketiga Minggu disebut Phu Kargem. Acara yang dilaksanakan selama tiga hari ini yaitu untuk kemenangan dan

6 menyenangkan hati Dewi Dhurga. Penutupan upacara Adhi Tiruwila adalah upacara kurban, yaitu upacara pemotongan kambing sebanyak 31 ekor yang dilaksanakan pada hari Selasa. Upacara Adhi Tiruwila bukan hanya dihadiri oleh masyarakat Hindu Tamil saja, tetapi juga masyarakat yang beragama Islam, Kristen, dan Budha. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari juga, jemaat yang ikut sembahyang di Kuil Shri Singgamma Kali Koil ini bukan jemaat Hindu Tamil saja, tetapi agama yang lain juga, antara lain Islam, Kristen dan Budha. Hal ini disebabkan oleh keyakinan mereka ketika mendapatkan kesembuhan penyakit dan peningkatan perekonomian yang baik setelah beribadah dari Kuil. Upacara Adhi Tiruwila dihadiri jemaat bahkan orang luar yang menyaksikan upacara ini sebanyak lebih kurang 1000 orang. Upacara Adhi Tiruwila adalah upacara doa bersama dan ritual tahunan Dewi Dhurga sebagai penghancur keangkara murkaan 5. Salah satu unsur penting dalam upacara Adhi Tiruwila adalah mantra. Istilah bagi mereka ketika mengucapkan mantra atau dengan kata lain chanting yaitu Manthire Upethesem. Mantra dalam upacara keagamaan merupakan doa atau kata-kata yang diucapkan atau dinyanyikan oleh pemimpin upacara yaitu Guru Kal, yang memiliki arti dan terkadang rahasia sifatnya. Mantra wajib hadir dalam setiap upacara, tiada upacara yang lengkap tanpa mantra. 5 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Anan Kumar pada tanggal 10 Januari 2011 di Kuil Singgamma Kali.

7 Mantra berasal dari dua suku kata yaitu man dan tra 6. Suku kata man merupakan singkatan dari kata manan yang berarti berfikir, sedangkan kata tra berasal dari kata trana yang berarti bebas, bebas dari keterikatan, sengsara dan penderitaan. Berdasarkan pengertian mantra secara etimologi di atas maka untuk memperoleh berkat dari pengucapan mantra itu diperlukan persyaratan tertentu, misalnya kesucian hati atau keheningan hati, pengertian akan makna mantra, kekhusukan pikiran pada saat melafalkan mantra. Tidak semua umat Hindu mampu memenuhi persyaratan itu, oleh karenanya hanya orang-orang tertentu yang telah disucikan saja yang dapat melatih diri dengan tekun dapat menguasai mantra itu. Mantra-mantra ini biasanya hanya dapat dinyanyikan oleh para Guru Kal, Pendeta, dan pemimpin upacara keagamaan lainnya. Mantra yang demikian merupakan ucapan atau nyanyian suci yang ditujukan kepada Tuhan atau roh-roh halus, bersifat rahasia, mengandung makna yang tersembunyi dan kekuatan gaib yang sulit dimengerti dengan akal biasa dengan gaya-gaya atau getaran sangat hebat, meskipun tidak semua mantra yang demikian. Tujuan dari merahasiakan mantra adalah agar tidak disalahgunakan untuk hal yang tidak baik seperti : mengendalikan orang lain, menyakiti sesama dan lain sebagainya. Oleh karena itu, ilmu mantra baru boleh diajarkan setelah pemahaman dan penghayatan keagamaan seseorang itu telah kuat. 6 Kitab catur veda, yaitu kitab suci agama Hindu.

8 Walaupun demikian ada mantra yang sifatnya universal yang wajib diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh umat Hindu. Mantra ini dikenal dengan nama Mantra Koodi Maram dan mantra Gauri Storasa-namaha yaitu mantra yang harus diucapkan oleh umat Hindu setiap upacara Adhi Tiruwila yang ditujukan kepada Dewi Dhurga. Pada upacara keagamaan, mantra ini dinyanyikan oleh Guru Kal dan umat dalam bentuk lagu pujian atau doa dalam bentuk syair. Mantra memiliki banyak jenis dan ragam. Ada mantra yang hanya terdiri dari dua, tiga, atau lima suku kata, seperti : om, Aum, Om Ang Ah, Aum Ung Mang, Sang bang, Ang, Ing, dan sebagainya. Mantra semacam ini disebut bija mantra atau pranawa. Bija Mantra yaitu suara yang merupakan simbol. Bija-bija inilah yang harus diingat dan dikenal baik-baik bila belajar mengucapkan karena kekuatan dari mantra ada dalam bija tersebut 7. Mantra yang mempunyai kekuatan dan gaya-gaya yang sangat kuat dan hebat harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu : (1) Sadhana. Sadhana adalah jalan yaitu yang meliputi adanya guru, adanya upacara abhiseka atau diksa yakni upacara yang diadakan bertujuan agar mendapat restu dan ijin mengucapkan mantra. (2) Adanya Dewata yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan menurut nama sifat dengan segala sifatnya. (3) Percaya dan yakin kepada kebenaran dan kekuatan mantra itu. (4) Adanya suara- suara inti sebagai bija (benih) yang diucapkan. 7 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Welaidem di Kantor Kuil Shri Mariamman pada tanggal 27 Januari 2011.

9 Bila keempat hal tersebut diatas dipenuhi maka mantra akan mempunyai kekuatan tertentu. Kekuatan inilah yang hendak diwujudkan dalam mengucapkan mantra, sehingga tercapai tujuan dari mantra tersebut. Mantra pada upacara Adhi Tiruwila ini merupakan suatu penyajian yang menarik perhatian penulis. Mantra merupakan kata-kata atau doa. Disini yang menjadi objek penelitian penulis adalah musik. Yang dimaksud musik dalam upacara Adhi Tiruwila yaitu musik instrumen dan musik vokal. Musik instrumen terdiri ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram, sedangkan musik vokal yang dimaksud penulis yaitu mantra dinyanyikan tanpa diiringi musik. Di dalam mantra ini terdapat teks yang berisi doa. Melodi teks mantra mengandung unsur musikal yang berhubungan dengan bahasa, sehingga mengkombinasikan keseluruhan mantra ini menjadi sebuah nyanyian (musik vokal). Mantra ini dinyanyikan sebagai media komunikasi spiritual terhadap Dewi Dhurga dan alam gaib. Sedangkan bahasa yang digunakan pada waktu menyanyikan mantra dalam upacara ini adalah bahasa Sansekerta. Dalam menjelaskan mantra sebagai musik vokal di atas, penulis mengacu kepada teori Malm, (1977:4) yang mengatakan bahwa peristiwa bunyi mana saja dapat dianggap dan diteliti sebagai musik bila mengandung kombinasi elemenelemen yaitu nada, ritem, dan dinamika. Adapun teks mantra berasal dari kitab Mantra yang dimiliki oleh umat Hindu yaitu kitab Catur Veda. Kitab ini tersusun dalam bentuk syair-syair pujaan. Mantra ini termasuk nyanyian yang logogenik, dimana mengutamakan teks dari pada struktur musiknya (Malm, 1977:13). Dengan mengetahui teks mantra lagu

10 yang terdiri dari kata-kata, rangkaian kalimat, serta makna-makna yang diungkapkan oleh isi teks, dapat dilihat bagaimana perilaku umat Hindu sebagai pendukung upacara ini, sehingga dapat diketahui tujuan apa yang akan diinginkan dari nilai-nilai religius yang tercermin dari mantra ini. Hal ini lebih lanjut dinyatakan oleh Merriam, (1964:187) bahwa salah satu sumber atau bahan yang paling jelas mengenai perilaku manusia dalam hubungannya dengan musik adalah teks lagu. Alasan lain mengapa penulis memilih judul di atas dengan mengacu pada teori Nettl, (1964:5) yang mengatakan salah satu studi Etnomusikologi yang mempelajari musik bukan hanya batasan tetapi juga penting untuk mengetahui dan mempelajari kebudayaan masyarakatnya. Berangkat dari sinilah penulis ingin mengetahui dan meneliti berbagai aspek yang terkait dengan deskripsi upacara, musik dan teks mantra yang terdapat dalam pelaksanaan upacara Adhi Tiruwila. Hal-hal di atas tersebut yang menjadi dasar penulis sehingga memilihnya menjadi tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra USU Medan. Dengan demikian penulis memberi judul: STUDI DESKRIPTIF MUSIK DALAM KONTEKS UPACARA ADHI TIRUWILA PADA MASYARAKAT TAMIL DI KUIL SHRI SINGGAMMA KALI KOIL MEDAN. 1.2 Pokok Permasalahan Dari sekian banyak upacara yang diadakan di Kuil Shri Singgamma Kali Koil, salah satu adalah upacara Adhi Tiruwila. Upacara ini menggunakan

11 ensemble musik yaitu Nagaswaram dan ensamble Urumee Melam. Selain Nagasvaram dan Urumee Melam yang memegang peran penting adalah Mantra. Mantra diucapkan atau dinyanyikan oleh Guru Kal dan ada yang dinyanyikan oleh umat selama upacara berlangsung. Berangkat dari fokus penelitian tersebut, maka penulis akan membatasi penulisannya pada pokokpokok permasalahan berikut: 1. Mendeskripsikan upacara Adhi Tiruwila dan unsur-unsur pendukung upacara Adhi Tiruwila pada masyarakat Hindu Tamil di Kuil Singgamma Kali Koil. Adapun unsur-unsur pendukung upacara tersebut menurut (Koentjaraningrat, 1985:243) adalah: waktu, tempat, benda-benda dan perlengkapan, pemimpin, dan peserta upacara. 2. Bagaimanakah makna yang tercermin dari teks Puja Dewi Dhurga tersebut? 3. Bagaimanakah aspek musikal dari Puja Dewi Dhurga yang dinyanyikan dengan melihat hubungan musik dengan teks Puja Dewi Dhurga dalam upacara Adhi Tiruwila pada masyarakat Hindu Tamil di Kuil Singgamma Kali Koil Medan? 4. Bagaimana fungsi musik dalam upacara Adhi Tiruwila? 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan penulis mengadakan penelitian dan penulisan ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan dan mendokumentasikan upacara Adhi Tiruwila pada masyarakat Hindu Tamil di Kuil Singgamma Kali Koil Medan.

12 2. Untuk mendeskripsikan musik yang dipakai pada upacara Adhi Tiruwila Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi tentang jalannya upacara Adhi Tiruwila pada masyarakat Hindu Tamil di Kuil Singgamma Kali Koil Medan. 2. Memberikan suatu kajian musikologis suatu upacara religi yang melibatkan unsur-unsur musikal dalam disiplin ilmu Etnomusikologi secara khusus, dan ilmu pengetahuan secara umum. 3. Salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian. 1.4 Konsep dan Teori Konsep Konsep atau pengertian, merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. R. Merton mendefinisikan: Konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati; konsep menentukan antara variabel-variabel mana kita ingin menentukan hubungan empiris (Merton,1963: hal.89). Adapun konsep musik dalam konteks upacara Adhi Tiruwila yang dimaksud penulis adalah musik instrumen dan musik vokal. Musik instrumen terdiri dari ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram, sedangkan musik vokal yang dimaksud yaitu mantra. Adapun konsep penulis terhadap judul

13 skripsi ini adalah sebagai berikut: Upacara Adhi Tiruwila adalah upacara doa bersama dan ritual tahunan Dewi Dhurga sebagai penghancur keangkara murkaan. Kata deskriptif adalah bersifat menggambarkan apa adanya (KBBI 2005:258). Upacara dalam konteks agama menurut Koentjaraningrat, (1992:252) disebut sebagai kelakuan agama (perasaan cinta, hormat, bakti, tetapi juga takut, ngeri dan lain sebagainya) yang bertujuan untuk mencari hubungan dengan dunia gaib. Istilah masyarakat dalam penulisan judul memiliki arti seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, (1983: ), yaitu sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas sifatnya, sehingga direncanakan pembentukan organisasi-organisasi tertentu. Selain itu, Soerjono menambahkan bahwa istilah masyarakat sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai, norma-norma, tradisi, kepentingan-kepentingan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, maka pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian. Dhurga adalah Dewanagari yang berarti sakti. Dewi Dhurga atau Betari Dhurga yaitu ibu dari Dewa Ganesa dan Dewa Kumara (Kartikeya) yang digambarkan sebagai seorang wanita cantik yang berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Dalam bahasa Sansekerta, Dhurga adalah yang tidak bisa dimasuki atau terpencil. Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar

14 memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (KBBI edisi kedua 1995 halaman 1024). Puja Dewi Dhurga dalam upacara Adhi Tiruwila pada masyarakat Tamil di Kuil Singgamma Kali Koil secara ilmiah menghasilkan bentuk musik seperti yang dikemukakan oleh Malm. Pernyataan ini didasari pemahaman bahwa bunyi yang dihasilkan proses mekanis organ tubuh manusia dan peristiwa bunyi yang dihasilkan. Upacara Adhi Tiruwila bertujuan untuk menolak bala atau penyakit bagi masyarakat Hindu pada masa lampau hingga sampai saat ini upacara Adhi tiruwila dilaksanakan guna untuk menolak bala atau penyakit 8. Upacara Adhi Tiruwila memiliki beberapa makna bagi umat Hindu Tamil, yaitu: 1. Upacara Adhi Tiruwila adalah merupakan upacara doa bersama dan ritual tahunan Dewi Dhurga sebagai Dewi penghancur keangkara murkaan. Dinamakan Adhi karena dilaksanakan pada saat bulan Adhi berdasarkan hitungan bulan India jatuh pada bulan Juli dan berakhir pertengahan bulan Agustus, maksudnya adalah jemaat yang sudah ber-nazar memulai puasa pada bulan Juli pertengahan sampai bulan Agustus hingga waktu puasa mereka genap sebulan atau minimal 21 hari. Upacara Adhi Tiruwila dilaksanakan pada tanggal 13 sampai dengan 15 Agustus Upacara Adhi Tiruwila mempunyai makna philosofis yang tersirat. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia yang sederhana, Adhi Tiruwila berarti bulan 8 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Naransami (Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia) Sumatera Utara pada tanggal 7 Februari 2011.

15 Adhi, dimana kegiatannya yang utama adalah upacara masak bubur secara massal (upacara tuang bubur bersama). 2. Upacara Adhi tiruwila dapat digunakan sebagai media untuk menyembah Dewi Dhurga yang sudah berjasa bagi umat Hindu, sehingga penyakit yang dapat membahayakan umat Hindu pada masa lampau tidak timbul lagi. Menurut keyakinan mereka, umat Hindu yang baru pertama kali mengikuti upacara dan yang telah rutin akan memperoleh berkat melalui doa-doa yang dipanjatkan, yang dilakukan oleh Guru Kal dan bersembahyang bersama. Konsep tentang penyajian mantra secara etnomusikologi dikategorikan sebagai musik vokal, penulis berpedoman kepada teori Malm, (1977:4) dan Willi Apel, (1972:918) yang telah diuraikan sebelumnya, dan unsur musikal seperti inilah yang terdapat di dalam penyajiannya. Mantra adalah ucapan atau nyanyian suci yang ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dan roh-roh halus yang diyakini keberadaannya 9. Mantra ada yang diucapkan dan dinyanyikan. Konsep tentang penyajian mantra secara etnomusikologi dikategorikan sebagai musik vokal, penulis berpedoman kepada teori Malm, (1977:4) dan Willi Apel, (1972:918). Pinandita adalah seorang rohaniawan Hindu yang bertugas selaku pembantu mewakili Pendeta. Berdasarkan pemahaman ini, penulis secara Etnomusikologis menyatakan bahwa peristiwa Puja Dewi Dhurga yang mengandung pola-pola melodis dapat 9 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Welaidem selaku Pinandita pada tanggal 2 Febuari 2011.

16 dikategorikan sebagai bentuk nyanyian dan penyajian dan ensambel Urumee Melam dan Nagaswaram dalam bentuk aspek ritmis dikategorikan sebagai bentuk musik. Peristiwa bunyi yang terjadi pada masyarakat Hindu Tamil ini terangkum dalam sebuah kegiatan ritual yang mereka sebut upacara Adhi Tiruwila. Dalam mendeskripsikan upacara Adhi Tiruwila, penulis menggunakan konsep unsur-unsur pendukung upacara yang dikemukakan Koentjaraningrat (1985:168) bahwa upacara keagamaan terbagi atas 4 komponen, yaitu : (a) tempat upacara, (b) saat upacara, (c) benda-benda dan alat-alat upacara, (d) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara Teori Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu ilmu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan. Kecuali (1) menyimpulkan generalisasi-generalisasi dari faktafakta hasil pengamatan, teori itu juga; (2) memberi kerangka orientasi untuk analisa dan klasifikasi dari fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian; (3) memberi ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan terjadi; (4) mengisi lowongan dalam pengetahuan kita tentang gejala-gejala yang telah atau sedang terjadi. Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dalam membahas permasalahan. Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis berpegang pada beberapa teori yang berhubungan judul di atas. Teori yang dimaksud sesuai dengan pendapat koentjaraningrat (1977:30) yaitu bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-

17 buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang suatu teori-teori yang bersangkutan. Dengan demikian teori adalah pendapat yang dijadikan acuan dalam membahas tulisan ini. Upacara Adhi Truwila juga menggunakan doa-doa dari kitab suci yang dinyanyikan, yang sebagaimana istilah tersebut adalah Chanting 10, yaitu: 1. In general, music which is song in accordance with prescribed ritual or tradition 2. In particular, uncaccompanied vocal music used for service of Christian church, ambrosian chant, gregorian chant (also called plain chant or plain song); 3. In anglican church used only of singing psalms and canticles 4. Song, singing, voice. Artinya yaitu: 1. Secara umum, musik yaitu lagu yang disesuaikan dengan suatu ritual atau tradisi. 2. Sesuai dengan fakta, musik vokal yang tidak diiringi digunakan sebagai bentuk pelayanan dalam gereja kristen, chanting ambrosian, chanting gregorian (atau disebut juga dengan plain chant atau plain song ). 3. Di gereja Anglikan digunakan hanya menyanyi Mazmur dan Kidung. 4. Lagu, menyanyi, suara. Berikut ini teori-teori yang digunakan, yaitu : 1. Untuk mengkaji upacara Adhi Tiruwila, penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat, (1980:24) yaitu : Upacara adalah merupakan suatu kelakuan keagamaan yang dilaksanakan menurut tata kelakuan yang baku, kelakuan keagamaan tersebut merupakan perbuatan-perbuatan manusia yang bertujuan menjalin hubungan dengan alam gaib. 10 Dari Concise Dictionary of Music halaman 82.

18 Untuk mengkaji teks mantra yang disajikan secara musikal pada konteks upacara ini, penulis mengacu kepada teori Merriam, (1964:187) yang mengatakan salah satu sumber yang pokok yang dapat kita pakai untuk memperdalam pengertian tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan musik adalah pada teks nyanyian. Teks itu tentu saja perilaku bahasa bukan musik, tetapi teks adalah bagian integral daripada musik. Dan disini jelas bahwa bahasa yang digunakan pada musik berbeda dari bahasa yang dipergunakan sehari-hari. Unsur teks yang akan di analisis adalah makna denotatif (sebenarnya) konotatif, dan gaya bahasa. Musik merupakan peristiwa bunyi yang mengandung kombinasi elemen-elemen nada, ritem dan dinamik yang mengkombinasikan atau sama sekali tidak berhubungan dengan bahasa yang dituturkan sehari-hari (Malm, 1977:4). Dari pengertian musik tersebut, dapat dipahami bahwa musikal merupakan hal yang berkenaan atau mengandung unsur musik. 2. Untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan dan fungsi mantra sebagai musik vokal pada upacara Adhi Tiruwila, penulis mengacu kepada teori penggunaan dan fungsi musik. Teori ini seperti yang dikemukakan oleh Merriam, (1964: ) mengatakan secara implisit bahwa penggunaan (uses) dilakukan dalam konteks upacara, yang dapat dilihat saat itu juga, sedangkan fungsi (function) mempunyai dampak yang lebih jauh dan dalam. Merriam menawarkan ada sepuluh fungsi musik antara lain : (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetika, (3) fungsi hiburan (4) fungsi perlambangan, (5) fungsi reaksi jasmani, (6) fungsi komunikasi, (7) fungsi kesinambungan kebudayaan, (8) fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, (9) fungsi pengesahan

19 lembaga sosial dan upacara keagamaan, (10) fungsi pengintegrasian masyarakat, tetapi Merriam tidak mengadakan pembatasan, mungkin fungsinya lebih dari sepuluh. 3. Teori tangga nada (weighted scale) yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi, penulis mengacu pada teori Malm, (1977:7-9) yaitu ada delapan unsur melodi yang dapat digunakan untuk menganalisis, seperti : (1) tangga nada ; (2) nada dasar ; (3) wilayah nada ; (4) jumlah nada-nada ; (5) jumlah interval ; (6) pola-pola kadensa ; (7) formulaformula melodik ; (8) kontur. Untuk melihat hubungan antara teks mantra dengan melodi, penulis menggunakan teori Malm, (1977:8) mengatakan apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel (suku kata), gaya ini disebut silabis, sebaliknya bila suatu silabel dinyanyikan dengan nada-nada yang berjumlah banyak disebut melismatis. Kedua teori ini penulis gunakan untuk menganalisis melodi mantra. 4. Dalam hal transkripsi terhadap mantra, penulis berpedoman kepada teori Nettl, (1964:98) yang memberikan dua pendekatan yaitu : 1. Kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar. 2. Kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut di atas kertas, dan kita mendeskripsikan apa yang kita lihat tersebut. Dalam hal notasi musik, penulis mengacu kepada tulisan Charles Seeger, (1971:24-34), yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut :

20 Pertama adalah notasi preskriptif, yaitu notasi untuk seorang penyaji (bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik), selanjutnya dikatakan notasi ini merupakan pedoman tentang bagaimana musik tertentu itu dapat diwujudkan oleh pemain musik. Kedua adalah notasi deskriptif, yaitu suatu laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan. Transkripsi ini digunakan untuk analisis. Untuk pendekatan analisis, penulis menggunakan dan membuat transkripsi yang deskriptif. Untuk mendukung pembahasan dari segi musikologis tersebut diperlukan suatu transkripsi. Menurut Nettl, (1964:99) bahwa pengertian transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi sumber visual. Dalam membicarakan pendeskripsian dari ritem, analisis bentuk, frase dan motif-motif. Selanjutnya, Nettl, (1964: ) menyarankan bahwa untuk mendeskripsikan ritem sebaiknya dimulai dengan membentuk harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi dan menerangkan fungsi dan konteks masing-masing nada. Selanjutnya pola ritem yang sering diulang, sebaiknya dicatat. Merriam membagi penggunaan musik kedalam 5 (lima) kategori, yaitu: 1) Hubungan musik dengan kebudayaan material, 2) Hubungan musik dengan kelembagaan sosial, 3) Hubungan musik dengan manusia dan alam, 4) Hubungan musik dengan nilai-nilai estetika, 5) hubungan musik dengan bahasa. Penggunaan

21 (uses) musik berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan (folkways) memainkan musik tersebut, baik sebagai aktifitas yang berdiri sendiri atau dalam aktifitas yang lain. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti upacara Adhi Tiruwila ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong, (1990:3) yang mengatakan 11 : Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya. Penelitian kualitatif dapat dibagi dalam empat tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Pada tahap pra lapangan penulis mempersiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan sebelum turun ke dalam penelitian itu sendiri. Dalam bagian ini disusun rancangan penelitian ini, menjajaki atau menilai keadaan lapangan, memilih informan, perlengkapan penelitian dan etika penelitian. Dalam disiplin Ilmu Etnomusikologi, ada beberapa pendapat yang mengemukakan prinsip dasar dari penggunaan metode yang digunakan dalam sebuah penelitian Etnomusikologi. Salah satunya adalah sebagai berikut: Penggunaan metode sangat tergantung kepada orientasi teoritis dan asumsi-asumsi dasar yang digunakan, khususnya yang melandasi tujuantujuan tersebut (Alan P Merriam) Dalam Buku Metode-Metode Penelitian Masyarakat. 12 Kutipan dari Alan P Merriam. Lihat juga dari Rahayu Supanggah 1995:89.

22 Selanjutnya pada tahap pekerjaan di lapangan seorang peneliti untuk mengumpulkan data semaksimal mungkin. Dalam hal ini, penulis menggunakan alat bantu yaitu Handycam merk Sony, kamera digital merk Nikon, dan catatan lapangan. Pengamatan langsung (menyaksikan) upacara Adhi Tiruwila pada bulan Agustus. Untuk mendukung data yang diperoleh dari kerja lapangan, penulis melakukan wawancara, yang dalam hal ini adalah wawancara terbuka dan wawancara yang tidak berstruktur. Menurut Koentjaraningrat, (1977: ) menyebutkan wawancara terbuka adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan dengan jawaban-jawaban atau cerita-cerita yang panjang, tidak terbatas jawaban ya atau tidak. Dalam wawancara ini para informan tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui juga apa maksud dari wawancara tersebut. Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang dalam pelaksanaan tanya jawabnya berlangsung seperti percakapan sehari-hari. Informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka telah mengetahui informasi yang dibutuhkan, dan wawancara biasanya berlangsung lama. Dalam tahap menganalisis data penulis mengorganisasikan data yang telah terkumpul dari catatan lapangan, foto, studi kepustakaan, rekaman, dan sebagainya ke dalam suatu pola atau kategori. Dan sebagai hasil akhir dari menganalisis data adalah membuat laporan yang dalam hal ini adalah penulisan skripsi.

23 1.5.1 Pemilihan Lokasi Penelitian Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih Kuil Shri Singgamma Kali Koil, yang terletak di Jalan Karya Mesjid, Gang Aman No. 23 E Medan. Lokasi penelitian ini ditetapkan dengan alasan yaitu : Kuil Shri Singgamma Kali Koil merupakan satu-satunya Kuil yang melaksanakan upacara Adhi Tiruwila di Medan. Di sini penulis mendapat ijin dari pihak panitia upacara Adhi Tiruwila dan Pendeta untuk menyaksikan dan mengikuti jalannya upacara ini, sebagai sarana tempat penelitian penulisan dan tokoh-tokoh adat yang mengetahui tata cara upacara ini masih ada yang berdomisili di Medan. Selain itu juga, jemaat yang ada Kuil Shri Singgamma Kali Koil dengan tangan terbuka mau menerima penulis serta memberikan informasi-informasi berharga yang berkaitan dengan objek penelitian yang menjadi objek penulisan skripsi ini Pemilihan Informan Untuk pengumpulan data yang diperlukan, penulis memilih beberapa informasi yang dapat memberikan informasi-informasi yang berhubungan dengan objek penelitian ini. Hal ini didukung oleh pendapat Koentjaraningrat, (1977: ) mengenai informan pangkal dan informan pokok.

24 1. Informan pangkal adalah informan yang memberikan petunjuk kepada peneliti tentang adanya individu lain dalam masyarakat yang dapat memberikan berbagai keterangan yang diperlukan. 2. Informan pokok (kunci) adalah informan yang ahli tentang sektorsektor masyarakat atau unsur-unsur kebudayaan yang ingin kita ketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi informan pokok (kunci) adalah Bapak Supiah selaku Pendeta, dan beberapa informan pokok lainnya. Untuk penelitian ini yang menjadi informan pangkal adalah Bapak Jonni yaitu yang telah memberikan informasi tentang upacara Adhi Tiruwila dan lokasi penelitian Kali Koil Singgamma Metode Pengumpulan Data Studi kepustakaan Dalam tahapan ini penulis mencari, mempelajari, dan menggunakan literatur-literatur yang berhubungan dan dapat membantu pemecahan permasalahan. Dari hasil studi kepustakaan yang dilakukan penelitian upacara Adhi Tiruwila dalam hubungannya dengan mantra masih sulit didapat. Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan konsepkonsep, teori, serta informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembahasan atau penelitian, dan menambah wawasan penulis tentang kebudayaan masyarakat Tamil yang diteliti yang berhubungan dengan kepentingan pembahasan atau penelitian.

25 Penelitian Lapangan Sebagai acuan dalam mengumpulkan data di lapangan, penulis berpedoman kepada tulisan Harsja W. Bachtiar dan Koentjaraningrat dalam buku Metode-metode penelitian masyarakat. Dalam buku ini tersebut dikatakan, bahwa pengumpulan data dilakukan melalui kerja lapangan (field work) dengan menggunakan: 1. Observasi (Pengamatan) Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung, hal ini sesuai dengan pendapat Harja W. Bachtiar, (1990: ) bahwa seorang peneliti harus melihat langsung akan kegiatan-kegiatan dari sasaran penelitiannya dalam mendapatkan data-data di lapangan, maka pengamat menghadapi persoalan bagaimana cara ia dapat mengumpulkan keterangan yang diperlukan tanpa harus bersembunyi, tetapi juga tidak mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan-kegiatan yang diamatinya. Mengacu pada teori di atas penulis mengumpulkan keterangan yang diperlukan dengan cara mengamati sasaran penelitian, misalnya tentang jalannya upacara, sarana yang dipergunakan, pelaku upacara, dan masalah-masalah lain yang relevan dengan pokok permasalahan, dan dalam pengamatan, penulis juga melakukan pencatatan data-data di lapangan sebagai laporan hasil pengamatan penulis. Dalam hal ini penulis terlebih dahulu mendapat ijin dari pihak panitia upacara. 2. Wawancara

26 Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi tersebut (seperti konsep-konsep etnosains, ajaran agama Hindu dalam upacara ini dan lainnya) penulis melakukan wawancara. Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi (Koentjaraningrat, 1981:162). Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi secara lisan dari para informan. Untuk ini penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat, (1990: ) yang membagi tiga kegiatan wawancara yaitu : persiapan wawancara, teknik wawancara, dan pencatatan data wawancara. Sedangkan wawancara terdiri dari wawancara terfokus, wawancara bebas, dan wawancara sambil lalu. Dalam wawancara terfokus, pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu tetapi selalu terpusat kepada pokok permasalahan lain. Wawancara sambil lalu, sifatnya hanya untuk menambah data yang lain. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan ketiga wawancara ini serta terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan dan mencatat secara langsung data-data yang diperlukan. 3. Perekaman Dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan 2 cara : 1. Perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dengan menggunakan Handycam merk Sony mini DVD. Perekaman ini sebagai bahan analisis tekstual dan musikal.

27 2. Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar digunakan Kamera Digital merk Nikon. Pengambilan gambar dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat ijin dari pihak panitia dan Pendeta Kerja Laboratorium Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Pada tahap kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari hasil penelitian di lapangan di olah, diseleksi, disaring untuk dijadikan data dalam penulisan skripsi ini. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini merupakan data-data yang sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi. Menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Metode-Metode Penelitian Masyarakat oleh Koentjaraningrat, (1981:328), setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan dan laboratorium, tahap berikutnya yang dilakukan adalah tahap analisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaan disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan. Analisis hasil penelitian yang digunakan untuk mengerjakan penelitian ini ialah analisis kualitatif dan yang menjadi teknik penyajian dalam bentuk tulisan ialah deskriptif. Dengan menggunakan teknik analisis ini, hasil penelitian akan dijelaskan dan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh. Analisis kualitatif yang digunakan oleh penulis selanjutnya dipakai untuk membahas komponen pendukung upacara Adhi Tiruwila masyarakat Tamil di Kuil Shri Singgamma Kali Koil. Dan jika data yang dirasa masih kurang lengkap, maka

28 penulis melengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau informan lain dan hal ini dilakukan berulang-ulang.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Penyebaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Penyebaran agama Hindu di sumatera utara berasal daerah pantai barat sumatera utara yang dulunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat perkawinan dalam masyarakat Mandailing,jika perkawinan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman aktivitas musik pada kelompok agama dan etnis di dunia. Musik tidak

BAB I PENDAHULUAN. keragaman aktivitas musik pada kelompok agama dan etnis di dunia. Musik tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemahaman tentang hakikat musik dapat menyadarkan kita tentang keragaman aktivitas musik pada kelompok agama dan etnis di dunia. Musik tidak saja melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk mengekspresikan apa yang kita rasakan, dari dalam diri kita.kesenian dalam Suku Karo sangat beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman Mesir kuno bahkan sebelumnya, manusia sudah mengenal seni musik dan seni syair. Keduanya bahkan sering dipadukan menjadi satu untuk satu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MUSIK DALAM KONTEKS UPACARA ADHI TIRUWILA PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI SINGGAMMA KALI KOIL MEDAN

STUDI DESKRIPTIF MUSIK DALAM KONTEKS UPACARA ADHI TIRUWILA PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI SINGGAMMA KALI KOIL MEDAN STUDI DESKRIPTIF MUSIK DALAM KONTEKS UPACARA ADHI TIRUWILA PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI SINGGAMMA KALI KOIL MEDAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H DESTRI DAMAYANTI PURBA NIM : 060707010 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdoa dan sembahyang merupakan kewajiban yang utama bagi manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, Do a atau sembahyang merupakan wujud rasa syukur, memohon perlindungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upacara ritual yang bersifat magis, adat istiadat maupun hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upacara ritual yang bersifat magis, adat istiadat maupun hiburan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk berkreasi dan berkarya. Manusia berkarya melalui cara dan media yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan inilah yang dinamakan dengan tarombo. Pada masyarakat Batak Toba

BAB I PENDAHULUAN. keturunan inilah yang dinamakan dengan tarombo. Pada masyarakat Batak Toba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba terdapat salah satu ciri khas yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Ciri khas tersebut adalah adanya aktivitas masyarakat

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah bukan hanya berkaitan dengan sebuah bernyanyi dan berdoa, nilai

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah bukan hanya berkaitan dengan sebuah bernyanyi dan berdoa, nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah adalah hal yang sangat umum dan sangat berkaitan erat dengan hidup kita keseharian. Ibadah juga memiliki makna yang sangat luas mengingat bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk yang memiliki akal pikiran untuk melakukan inovasiinovasi dalam mencapai tujuan tertentu sesuai yang diinginkannya. Di dalam proses pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam

Lebih terperinci

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang museum Tjong A Fie serta kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. Aksentuasi adalah tekanan yang bersifat lemah dan kuat pada kata-kata maupun melodi lagu.

GLOSSARIUM. Aksentuasi adalah tekanan yang bersifat lemah dan kuat pada kata-kata maupun melodi lagu. GLOSSARIUM Aksentuasi adalah tekanan yang bersifat lemah dan kuat pada kata-kata maupun melodi lagu. Alliteration, yaitu teknik pengulangan bunyi awal yang sama secara berturutturut. Ambitus (range ),

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. lahir ide, gagasan, benda, maupun produk budaya lainnya. Produk-produk budaya

BAB I. Pendahuluan. lahir ide, gagasan, benda, maupun produk budaya lainnya. Produk-produk budaya BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang memiliki akal, pikiran, dan rasa. Di dalam kehidupan yang dijalani manusia banyak terdapat cara hidup yang kompleks. Cara hidup

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN FUNGSI MUSIK MINUS ONE SEBAGAI PENGIRING AKTIVITAS IBADAH MINGGU DI GEREJA KRISTEN

PENGGUNAAN DAN FUNGSI MUSIK MINUS ONE SEBAGAI PENGIRING AKTIVITAS IBADAH MINGGU DI GEREJA KRISTEN PENGGUNAAN DAN FUNGSI MUSIK MINUS ONE SEBAGAI PENGIRING AKTIVITAS IBADAH MINGGU DI GEREJA KRISTEN INDONESIA BERASTAGI SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA NIM : 100707023 : MARK S ARITONANG UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pelaku seni khususnya di bidang seni musik, baik sebagai seorang pengajar, praktisi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sebuah sub etnik, yaitu: Batak Toba, Karo, Simalungun, Pak-pak

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sebuah sub etnik, yaitu: Batak Toba, Karo, Simalungun, Pak-pak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara memiliki beragam suku yang bertautan sehingga membentuk sebuah sub etnik, yaitu: Batak Toba, Karo, Simalungun, Pak-pak Dairi, Mandailing,

Lebih terperinci

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi Ota Rabu Malam Musik Ritual Disusun oleh Hanefi MUSIK RITUAL Disusun oleh Hanefi Sistem Kepercayaan Pendekatan Sosiologis Tokoh: Emile Durkheim (1858-19170 Bentuk agama yang paling elementer dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keyboard adalah instrumen dengan susunan kunci yang ditata secara

BAB I PENDAHULUAN. Keyboard adalah instrumen dengan susunan kunci yang ditata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keyboard adalah instrumen dengan susunan kunci yang ditata secara horizontal dan menghasilkan berbagai bunyi antara lain: piano, organ, klavikord, harpsikord, dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan BAB III METODE PENELITIAN 1. Desain Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan data peneliti menggunakan metode etnomusikologi, studi kasus dan performance studies.

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyanyian dalam sebuah tata cara (liturgy) peribadatan Gereja merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Nyanyian dalam sebuah tata cara (liturgy) peribadatan Gereja merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyanyian dalam sebuah tata cara (liturgy) peribadatan Gereja merupakan media bagi jemaat untuk mengucap syukur atas segala anugerah Tuhan terhadap manusia dan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Talempong Batu ini tidak sama dengan Talempong pada umumnya yang terbuat dari

BAB I PENDAHULUAN. Talempong Batu ini tidak sama dengan Talempong pada umumnya yang terbuat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Talempong Batu adalah instrumen idiofon yang berasal dari bongkahanbongkahan batu yang terdapat di sekitar Nagari Talang Anau, Sumatera Barat. Talempong Batu

Lebih terperinci

DATA INFORMAN. : Jln.Yosudarso, pelabuhan angin Gunungsitoli-Nias

DATA INFORMAN. : Jln.Yosudarso, pelabuhan angin Gunungsitoli-Nias DATA INFORMAN Lampiran 1. Nama : Ibu Dra. Adiria Zendratő, S.pd Umur Alamat Pekerjaan : 42 Tahun : Jln.Yosudarso, pelabuhan angin Gunungsitoli-Nias : Seorang Guru ( Pegawai Negeri Sipil), pelatih dan sebagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang ada di bumi Nusantara.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 28 November 2012 SILABUS Kelas I Tema 2 : Kegemaranku Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 SILABUS KELAS: 1 TEMA: KEGEMARANKU KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN

BAB III DESKRIPSI UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN BAB III DESKRIPSI UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN 3.1 Norma/ Adat Masyarakat Hindu Tamil Masyarakat Hindu Tamil khususnya di kota Medan memiliki 2 jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pesisir timurnya. Batang Kuis merupakan daerah pertanian dan juga

BAB I PENDAHULUAN. berada di pesisir timurnya. Batang Kuis merupakan daerah pertanian dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batang Kuis adalah sebuah kawasan kota di Kabupaten Deli Serdang, yang berada di pesisir timurnya. Batang Kuis merupakan daerah pertanian dan juga terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefenisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis struktural dan nilai pendidikan karakter naskah drama Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya, dapat diambil simpulan sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING 682/Etnomusikologi LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING Metode Pembelajaran Sampek Bagi Mahasiswa Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Tahun ke 1 dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di Nusantara tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di Nusantara tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Medan merupakan salah satu kota yang sangat heterogen dari segi penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di Nusantara tetapi juga suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik merupakan media hiburan yang sangat efektif. Secara umum, musik merupakan kegiatan kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara mendekati objek. Model pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan folklor modern. Pendekatan folklor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta, karya, rasa manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI, 2002:740) atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi,

BAB I PENDAHULUAN. T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu mata kuliah praktek yang saya ikuti selama empat semester (sejak T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi,

Lebih terperinci

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006 (SK) dan (KD) Mata Pelajaran Sumber: KTSP 2006 52. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut,

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbukti dari ujung barat sampai ujung timur terdiri dari kepulauan besar dan kecil dan lebih banyak kawasan perairan,

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (WAJIB PILIHAN) (SENI MUSIK)

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (WAJIB PILIHAN) (SENI MUSIK) Satuan Pendidikan : SMP... Mata Pelajaran : SENI MUSIK Kelas : VII Kompetensi Inti : KI.1 Menerima, menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (WAJIB PILIHAN)

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MUSIK DALAM KONTEKS UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN

STUDI DESKRIPTIF MUSIK DALAM KONTEKS UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN STUDI DESKRIPTIF MUSIK DALAM KONTEKS UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN SKRIPSI SARJANA O L E H NAMA NIM : 130707074 : CINDI N. PANJAITAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku batak yang lainnya, Simalungun mempunyai adat dalam setiap upacara salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Kegiatan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Kegiatan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Penggunaan strategi dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arus globalisasi yang berkembang dengan pesat, mendorong perlunya perubahan paradigma pendidikan. Salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara adalah aktivitas yang dilakukan diwaktu-waktu tertentu dan dapat dilakukan untuk memperingati sebuah kejaian ataupun penyambutan. Musik dalam Ibadah

Lebih terperinci

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan MUSIK DAN MISI Oleh Florentina Wijayani Kusumawati 21 Pendahuluan Tidak dapat disangkal bahwa musik merupakan bagian integral dalam ibadah Kristen. Peranan dan pengaruh musik dalam ibadah tidak dapat disepelekan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, karya seni yang didalamnya mencakup bidang musik memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya untuk hiburan, untuk upacara-upacara besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam seni amat dipengaruhi oleh rasa (feeling, emotion).

BAB I PENDAHULUAN. dalam seni amat dipengaruhi oleh rasa (feeling, emotion). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan proses cipta-rasa-karya, seperti juga sains dan teknologi, seni tidak akan ada apabila manusia tidak dianugerahi daya cipta. Yang membedakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Dayak Ngaju merupakan suku Dayak yang berdomisili di Provinsi Kalimantan Tengah. Umumnya, suku Dayak Ngaju tinggal di sepanjang sungaisungai besar seperti

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan menggunakan kajian fenomenologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Mengikuti uraian pada bab-bab dalam penelitian, maka dapat disimpulkan

BAB IV KESIMPULAN. Mengikuti uraian pada bab-bab dalam penelitian, maka dapat disimpulkan BAB IV KESIMPULAN Mengikuti uraian pada bab-bab dalam penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa musik batu di Gua Tabuhan, Pacitan Jawa Timur, secara umum dimainkan oleh warganya, di samping menjadi pemain

Lebih terperinci

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN SKIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : TUMPAK JOSEPIN SINAGA NIM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPUL DAN SARAN. yang bergambar Ayam jantan, kemudian melakukan doa-doa kepada

BAB V SIMPUL DAN SARAN. yang bergambar Ayam jantan, kemudian melakukan doa-doa kepada BAB V SIMPUL DAN SARAN A. Simpulan 1. Tata cara ritual Pangguni Uttiram pelaksanaannya dilakukan dan dimulai dengan rangkaian doa doa dan membakar sesaji di depan omom (api) dan dilanjutkan dengan menaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Etnik Pesisir merupakan salah satu etnik yang mendiami daerah pesisir

BAB I PENDAHULUAN. Etnik Pesisir merupakan salah satu etnik yang mendiami daerah pesisir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etnik Pesisir merupakan salah satu etnik yang mendiami daerah pesisir pantai bagian barat Sumatera Utara., tepatnya di daerah Sibolga dan Tapanuli Tengah. Secara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti memiliki pengalaman dalam bermusik karena musik mampu menjangkau semua kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan masyarakat, yang juga merupakan ekspresi yang besifat universal seperti halnya bahasa. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari

Lebih terperinci