BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berikut ini dihadirkan beberapa simpulan untuk membingkai dan menata berbagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berikut ini dihadirkan beberapa simpulan untuk membingkai dan menata berbagai"

Transkripsi

1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berikut ini dihadirkan beberapa simpulan untuk membingkai dan menata berbagai pembahasan yang telah dipaparkan. Simpulan ini diharapkan dapat mencandrakan seluruh rangkaian kegiatan penelitian tentang Keterjemahan Ungkapan Kinâyah dalam Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia (Telaah Ihwal Keterjemahan Ungkapan- Ungkapan Kinâyah dalam Al-Quran dan Terjemahnya) Terjemahan Ungkapan Kinâyah: Denotatif atau Konotatif Salah satu malasah pelik dalam penerjemahan terkait dengan persoalan kultur. Persoalan ini biasanya berhubungan dengan ungkapan-ungkapan kebudayaan semisal kinâyah dan sebangsanya. Persoalan muncul manakala bahasa penerima tidak memiliki ungkapan yang sepadan dengan bahasa sumber, sehingga sulit ditemukan atau tidak ditemukan padanan yang tepat dalam bahasa penerima. Dalam kaitan ini tugas penerjemah sesungguhnya tidak sekadar mencari padanan leksikal dan gramatikal, tetapi juga menemukan cara yang sesuai untuk mengungkapkan sesuatu dalam bahasa lain. Makna berkonteks budaya terajut sangat ruwet (intricately woven) dalam tekstur bahasa, sehingga penerjemah dituntut memiliki kejelian dalam menyikapi dua budaya yang

2 235 berbeda. Penerjemah harus bisa menangkap warna budaya yang terdapat dalam bahasa sumber seraya mengungkapkannya dalam terjemahan yang dapat dipahami oleh pembaca bahasa sasaran. Telaah ihwal keterjemahan ungkapan-ungkapan kinâyah dalam Al-Quran dan Terjemahnya ini menunjukkan bahwa dari 77 ungkapan kinâyah sebanyak 40 ungkapan diterjemahkan secara konotatif. Sisanya sebanyak 37 ungkapan kinâyah diterjemahkan secara denotatif. Namun demikian, dari 37 ungkapan kinâyah ini terdapat 17 ungkapan yang mendapat penjelasan lebih jauh dalam bentuk catatan kaki, sehingga amanat yang dibawanya dapat tersampaikan dalam bahasa penerima Prosedur/Teknik Penerjemahan Ungkapan Kinâyah Istilah prosedur merujuk pada proses penerjemahan kalimat sebagai unit paling kecil dalam ranah sintaksis. Sebuah kalimat tersusun dari beberapa kata atau frase yang secara sintagmatik mesti diterjemahkan sesuai dengan konteks kalimat itu sendiri. Penanganan kata atau frase dalam proses penerjemahan berada pada tataran teknik penerjemahan. Bisa dikatakan bahwa teknik penerjemahan merupakan cara penerjemahan kata dan frase dengan memperhatikan konteks kalimatnya. Secara umum Al-Quran dan Terjemahnya menggunakan metode harfiah dalam menerjemahkan ayat-ayat Alquran. Metode ini sangat text centered, sampai-sampai struktur bahasa sumber pun, termasuk word order, dipertahankan sedemikian rupa. Penggunaan metode ini juga dipertegas dengan temuan-temuan dalam penelitian ihwal keterjemahan ungkapan-ungkapan kinâyah dalam Al-Quran dan Terjemahnya. Telaah ihwal keterjemahan ungkapan-ungkapan kinâyah dalam Al-Quran dan Terjemahnya,

3 236 khususnya terkait dengan prosedur/teknik yang digunakan, tercandrakan dalam pemerian berikut. Sebanyak 105 ungkapan (75,54%) penerjemahan menggunakan prosedur transposisi, dengan penjabaran 47 ungkapan (33,81%) memakai teknik transfer, 20 ungkapan (14,39%) memakai teknik transmutasi, 20 ungkapan (14,39%) memakai teknik eksplanasi, 12 ungkapan (8,63%) memakai teknik reduksi, 5 ungkapan (3,60%) memakai teknik ekspansi, 1 ungkapan (0,72%) memakai teknik substitusi. Sebanyak 17 ungkapan (12,23%) menggunakan prosedur modulasi. Sebanyak 17 ungkapan (12,23%) menggunakan prosedur ekuivalensi, dengan penjabaran 12 ungkapan (8,63%) memakai teknik deskripsi dan 5 ungkapan (3,60%) memakai teknik korespondensi Keterjemahan Ungkapan Kinâyah Bahasa Alquran memiliki karakteristik yang khas dan unik. Bahasa Alquran tidak hanya merujuk pada dunia empiris semata, tetapi juga merujuk pada persoalan-persoalan ilahiah yang bersifat metafisik. Tidak mengherankan kiranya dalam Alquran terdapat banyak ungkapan-ungkapan metafora yang memiliki kedalaman makna dan keluasan cakrawala yang melampaui dimensi ruang dan waktu. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam Alquran terdapat banyak ungkapan-ungkapan yang bersifat metaforis, termasuk di dalamnya kinâyah, majâz, dan tasybîh. Hal ini bisa dimaklumi mengingat ungkapan-ungkapan yang bersifat metaforis dengan segala keluwesan dan kedalaman maknanya dapat menjembatani nalar manusia yang serba terbatas dengan dimensi ilahiah yang tak berbatas. Kenyataan ini berimplikasi pada sebuah keniscayaan bahwa memahami pesanpesan Alquran tidak bisa berlandaskan pada kaidah-kaidah linguistik semata.

4 237 Secara teoretis terdapat perbedaan mendasar antara majâz dan kinâyah. Perbedaan ini terletak pada persoalan hubungan antara makna denotatif dan makna konotatif. Sebuah ungkapan majâz harus dipahami secara konotatif, dan sama sekali tidak boleh dipahami secara denotatif. Adapun ungkapan kinâyah, dimaksudkan sebagai suatu tuturan yang diungkapkan untuk menunjukkan maknanya yang lazim (konotatif) disertai konteks yang tidak menghalanginya dari makna asal (denotatif). Namun menurut kelaziman, makna konotatif inilah yang dikehendaki oleh si penutur dengan ungkapan kinâyah. Keunikan konsep kinâyah ini pada gilirannya melahirkan problem tersendiri dalam praktik penerjemahan. Penerjemahan ungkapan-ungkapan yang bersifat metaforis merupakan masalah khusus yang sangat penting. Dalam kaitan ini, problem utama dalam penerjemahan tidak hanya berhubungan dengan masalah struktur, tetapi juga berkaitan dengan masalah kultur. Yang pertama berkenaan dengan aspek linguistik, sementara yang kedua berkenaan dengan ungkapan-ungkapan kebudayaan, termasuk kinâyah di dalamnya. Sekaitan dengan ini terdapat beberapa pilihan yang dapat dilakukan dalam menerjemahkan ungkapan-ungkapan kinâyah. Pertama, jika makna kinâyah dalam Alquran sepadan dengan makna literal yang terdapat dalam bahasa Indonesia, maka ungkapan kinâyah dalam Alquran dapat dialihkan ke dalam bahasa Indonesia secara langsung. Kedua, jika makna kinâyah dalam Alquran tidak sepadan dengan makna literal yang terdapat dalam bahasa Indonesia, maka diperlukan penjelasan tambahan berupa catatan kaki, keterangan dalam kurung, atau paraprase. Wajar kiranya penerjemahan ungkapan-ungkapan yang memiliki nuansa budaya tertentu, semisal kinâyah, seringkali menjadi masalah manakala ungkapan-ungkapan

5 238 tersebut tidak memiliki padanannya dalam bahasa penerima. Oleh karena itu, dalam penerjemahan lazim terjadi perbandingan dinamis yang melibatkan dua bahasa dan dua kultur sekaligus. Perbandingan ini seringkali mempertegas perbedaan yang ada di antara keduanya. Dalam hal ini sebuah teks terjemahan tidaklah benar-benar ekuivalen dengan teks aslinya. Sesuatu yang kurang (loss) atau sesuatu yang berlebihan (redundant) merupakan keniscayaan dalam terjemahan. Penerjemahan kosakata kebudayaan atau ungkapan-ungkapan yang bersifat metaforis, termasuk di dalamnya kinâyah, seringkali menimbulkan kesulitan dalam mencari padanan yang pas, berterima, dan mudah dipahami oleh pembaca teks sasaran. Asosiasi yang bersifat kultural sering melahirkan kerancuan manakala diterjemahkan secara harfiah tanpa mengindahkan makna yang sebenarnya. Diperlukan thick translation, berupa catatan kaki, keterangan dalam kurung atau paraprase, untuk memperjelas terjemahan ungkapan-ungkapan kebudayaan. Sebagai contoh penggalan وقالت اليهود يد االله مغلولة yang terdapat dalam surah al-maidah ayat 64 akan melahirkan ketaksaan semantis manakala dimaknai secara denotatif, yakni Orang-orang Yahudi berkata, Tangan Allah terbelenggu. Padahal, maksud ungkapan tersebut adalah Allah itu kikir. Asosiasi semacam ini tentu saja tidak berterima misalnya dalam kultur orang Sunda. Orang Sunda lazim mengatai orang kikir dengan sebutan buntut kasiran, merengkel jahe. Dalam hal ini kiranya tepat dalam Al-Quran dan Terjemahnya ungkapan tersebut diterjemahkan secara literal tetapi kemudian diberi penjelasan dalam bentuk catatan kaki, yaitu kikir. Contoh lain dalam surah al-kahfi ayat 42 termaktub ungkapan يقلب آفيه. Secara literal ungkapan ini bermakna membolak-balikkan kedua tangannya. Makna ini tidaklah

6 239 berterima dan sulit dipahami dalam kultur orang Indonesia. Barulah makna ungkapan ini menjadi jelas, sebagaimana terdapat dalam Al-Quran dan Terjemahnya, manakala dibubuhi keterangan lebih jauh berupa penjelasan dalam kurung, yakni diterjemahkan membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal). Penjelasan dalam kurung ini diperlukan, sebab dalam kultur orang Indonesia ekspresi penyesalan biasanya diungkapkan dengan mengelus dada Ungkapan Kinâyah dan Implikasi Terjemahannya Penelitian ini menelaah ihwal keterjemahan ungkapan-ungkapan kinâyah dalam Alquran. Secara teoretis ungkapan kinâyah berpotensi menimbulkan ketaksaan makna, sebab sebuah ungkapan kinâyah boleh dipahami secara denotatif dan konotatif. Dalam kinâyah, sebenarnya makna yang dikehendaki si penutur adalah makna konotatif, bukan makna denotatif. Kendatipun begitu, makna denotatif ini biasanya menjadi pengantar kepada makna konotatif yang dimaksud, sebab kedua makna ini memiliki nuansa kesamaan dan keterkaitan. Adakalanya sebuah ungkapan kinâyah boleh dipahami secara denotatif dan konotatif secara bersamaan. Sebagai contoh ungkapan لمستم النساء yang termaktub dalam surah al-maidah ayat 6. Kalimat لمستم النساء pada ayat ini merupakan ungkapan kinâyah yang dipahami secara denotatif dan konotatif sekaligus. Sebagian ulama mengatakan bahwa secara denotatif لمستم النساء berarti kamu telah menyentuh perempuan. Sementara itu ulama lainnya berpendapat bahwa makna ungkapan لمستم النساء adalah bersetubuh (makna konotatif). Pendapat ini diusung, antara lain, oleh Ibnu Abbas, Ali, Ubay bin Ka b, Mujahid, Thawus, al-hasan, Qadatah. Jika dipahami seperti ini maka ungkapan

7 240 berarti kamu telah bersetubuh dengan perempuan. Makna konotatif ini juga لمستم النساء dipertegas dengan bentuk musyârakah (resiprokal) kata لمستم (dibaca lâmastum, bukan lamastum) pada ayat tersebut, yang berarti saling bersentuhan. Dari sini terlihat adanya keterkaitan antara makna menyentuh dan bersetubuh --menyentuh atau saling bersentuhan merupakan bagian dari bersetubuh. Perbedaan pemahaman atas ungkapan kinâyah ini sudah barang tentu berpotensi melahirkan implikasi hukum fikih yang berbeda. Sekaitan dengan ungkapan لمستم النساء ini, misalnya, Imam asy-syafi i memahaminya dalam pengertian denotatif, yakni menyentuh. Itu sebabnya menurut mazhab Syafi i, seorang laki-laki menjadi batal wudu hanya karena menyentuh perempuan. Batalnya wudu bagi laki-laki yang bersentuhan dengan perempuan ini tentu saja tidak berlaku bagi mereka yang memahami ungkapan tersebut secara denotatif. Alhasil, perbedaan cara pandang terhadap ungkapan kinâyah ini dapat berimplikasi pada perbedaan terjemahan, dan sekaligus juga pada penetapan hukum fikih. Sungguh pun begitu, ternyata hasil penelitian membuktikan bahwa hanya dua ungkapan kinâyah dalam Alquran yang menimbulkan implikasi hukum fikih yang berbeda, yakni hanya ungkapan kinâyah yang terdapat dalam surah an-nisa ayat 43 dan surah al-maidah ayat 6. Penggunaan kinâyah dalam konteks persetubuhan ini, termasuk pula pada beberapa ayat senada (lihat QS 4 an-nisa : 23; QS 7 al-a raf: 189; QS 4 an- Nisa : 21; QS 2 al-baqarah: 187; QS 2 al-baqarah: 178) dimaksudkan untuk menghindari penggunaan ungkapan-ungkapan kotor, sehingga mitra tutur tidak merasakannya sebagai tuturan yang porno atau vulgar.

8 Saran Pada bagian simpulan di atas terlihat beberapa masalah khusus yang perlu mendapat perhatian sekaitan dengan penerjemahan ungkapan-ungkapan kinâyah. Sehubungan dengan ini penulis mengemukakan saran terkait dengan kajian ungkapan-ungkapan yang bersifat metaforis. Dalam bahasa Arab, ungkapan-ungkapan yang bersifat metaforis cukup beragam. Tidak hanya kinâyah, Alquran juga memuat aneka ungkapan metaforis lainnya, semisal tasybîh (tasybîh tamtsîl, tasybîh dhimniy, tasybîh maqlûb), isti ârah (isti ârah tashrîhiyyah, isti ârah makniyyah, isti ârah tamtsîliyyah, isti ârah murasysyahah, isti ârah mujarradah, isti ârah muthallaqah), dan sebangsanya. Akan sangat menarik bila ungkapan-ungkapan unik semacam ini, apalagi terdapat dalam kitab suci Alquran, mendapat perhatian serius. Penelitian mengenai ungkapan-ungkapan metaforis dalam Alquran ini tidak hanya dilakukan berkenaan dengan aspek keterjemahan (translatability) saja, tetapi juga dari aspek-aspek lainnya. Berbeda dengan bahasa-bahasa yang lain, bahasa Alquran memiliki karakteristik yang khas dan unik. Bahasa Alquran tidak hanya merujuk pada dunia empiris semata, tetapi juga merujuk pada persoalan-persoalan ilahiah yang bersifat metafisik. Dalam Alquran terdapat banyak gaya bahasa îjâz (ringkas, padat, mengena). Selain itu, dalam Alquran juga terdapat banyak ungkapan-ungkapan metafora yang memiliki kedalam makna dan keluasan cakrawala. Bisa dimaklumi, sebab ungkapan-ungkapan metafora dengan segala keluwesan dan kedalaman maknanya dapat menjembatani nalar manusia yang serba terbatas dengan dimensi ilahiah yang tak berbatas. Hal ini tentu saja

9 242 berimplikasi bahwa memahami pesan-pesan Alquran tidak mungkin hanya berlandaskan pada kaidah-kaidah linguistik semata. Penggambaran estetis (at-tashwîr al-fanniy) semacam ini sesungguhnya merupakan instrumen utama dalam gaya bahasa Alquran. Alquran menghadirkan maknamakna abstrak dengan pencandraan yang nyata, hidup, aktual, berwarna-warni, dan dinamis. Dengan begitu seseorang yang membaca atau menyimak ayat-ayat Alquran akan terpesona dan terlena dengan segenap imajinasinya hingga merasa benar-benar menyaksikan secara nyata atau merasa berada di tengah-tengah peristiwa yang sedang berlangsung. Seakan ia lupa bahwa yang dibacanya atau didengarnya hanyalah susunan huruf-huruf atau rangkaian kata-kata saja. Oleh karena itu, menerjemahkan ayat-ayat Alquran, khususnya ungkapanungkapan yang bernuansa metafora, sejatinya berlandaskan pada kitab-kitab tafsir yang muktabar (diakui). Sekaitan dengan ini, penerjemah Alquran seyogianya lebih mengutamakan tafsîr bil ma tsûr, yakni menafsirkan ayat dengan ayat, ayat dengan Hadits Nabi, ayat dengan pendapat para sahabat atau tabi in. Hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu (1) ayat-ayat Alquran merupakan satu kesatuan yang saling menjelaskan dan menguatkan satu sama lain; (2) Nabi saw. adalah orang yang paling mengetahui makna ayat-ayat Alquran, sebab wahyu diturunkan langsung kepada beliau; (3) para sahabat banyak mengetahui makna ayat-ayat Alquran, sebab mereka pernah hidup bersama beliau, sedangkan para tabi in pernah hidup bersama para sahabat.

BAB I PENDAHULUAN. Terjemahan antarbahasa pada dasarnya merupakan perbandingan dinamis yang

BAB I PENDAHULUAN. Terjemahan antarbahasa pada dasarnya merupakan perbandingan dinamis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjemahan antarbahasa pada dasarnya merupakan perbandingan dinamis yang melibatkan dua bahasa dan dua kultur sekaligus. Perbandingan ini pada kenyataannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan tidak lahir dari kekosongan. Ia didahului oleh kebudayaan-kebudayaan lain yang menjadi unsur

Lebih terperinci

TELAAH IHWAL KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN NAS KEAGAMAAN *) Oleh Syihabuddin PPs Universitas Pendidikan Indonesia

TELAAH IHWAL KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN NAS KEAGAMAAN *) Oleh Syihabuddin PPs Universitas Pendidikan Indonesia 1. Pengantar TELAAH IHWAL KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN NAS KEAGAMAAN *) Oleh Syihabuddin PPs Universitas Pendidikan Indonesia Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan penerjemah yang handal, dalam hal ini penerjemah

Lebih terperinci

TELAAH IHWAL HUKUM MENERJEMAHKAN NAS KEAGAMAAN DILIHAT DARI TEORI MENERJEMAH. Oleh Syihabuddin

TELAAH IHWAL HUKUM MENERJEMAHKAN NAS KEAGAMAAN DILIHAT DARI TEORI MENERJEMAH. Oleh Syihabuddin TELAAH IHWAL HUKUM MENERJEMAHKAN NAS KEAGAMAAN DILIHAT DARI TEORI MENERJEMAH Oleh Syihabuddin Pendahuluan Dalam kegiatan penerjemahan, setiap jenis nas seyogyanya diperlakukan secara khusus. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk hubungan makna yang terdapat dalam satuan bahasa yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia biasanya disebut dengan

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

PENERJEMAHAN: Teori dan Praktik

PENERJEMAHAN: Teori dan Praktik PENERJEMAHAN: Teori dan Praktik 1 KONSEP MENERJEMAH ما ه الترجمة ه التعب ر عن معنى كالم ف لغة بكالم أخر من لغة أخرى مع الوفاء بجم ع معان ه ومقاصده Mengungkapkan makna tuturan dari suatu bahasa ke bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia. Adanya komunikasi mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia. Adanya komunikasi mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Disadari atau tidak, komunikasi merupakan bagian penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat manusia selalu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan proses perubahan menuju kearah yang lebih baik. Dalam konteks sejarah, perubahan yang positif ini adalah jalah Tuhan yang telah dibawa oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2011:327). Lengkap menurut Chaer

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2011:327). Lengkap menurut Chaer 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa baik secara lisan maupun secara tulis tidak terlepas dari penggunaan kata-kata yang menyusun suatu kalimat. Pada konteks bahasa lisan hal ini dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dengan Negara lain di seluruh dunia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk kepaduan dan keutuhan sebuah wacana adalah pemakian konjungsi dalam sebuah kalimat atau wacana. Penggunaan konjungsi sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan Abstrak Penerjemahan adalah sebuah proses yang bertujuan memindahkan pesan bahasa sumber ( BS ) kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Hasil dari data penelitian yang dilakukan dengan cara menyebar kuesioner dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa Program Studi Diploma III

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

ANALISIS AYAT-AYAT KINÂYAH DALAM AL-QURAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGAJARAN BALAGHAH. Oleh : Yayan Nurbayan. Abstrak

ANALISIS AYAT-AYAT KINÂYAH DALAM AL-QURAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGAJARAN BALAGHAH. Oleh : Yayan Nurbayan. Abstrak ANALISIS AYAT-AYAT KINÂYAH DALAM AL-QURAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGAJARAN BALAGHAH Oleh : Yayan Nurbayan Abstrak Di dalam al-quran terdapat ayat-ayat yang menggunakan gaya bahasa kinâyah. Jenis ayat ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN A. Konsep Saudara Sepersusuan Menurut Mufassir Sayyid Quthub dan Hamka Dalam Tafsir Fii Dzilal Alquran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini telah banyak beredar teks terjemahan Alquran dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini telah banyak beredar teks terjemahan Alquran dalam bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini telah banyak beredar teks terjemahan Alquran dalam bahasa Indonesia. Yang menjadi pertanyaan dan menurut peneliti penting untuk dijawab, Apakah teks terjemahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bidang linguistik, penerjemahan biasanya dikelompokkan ke dalam bidang linguistik terapan karena berbagai teori yang telah dirumuskan dalam linguistik teoritis diterapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM

STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah alat terpenting bagi manusia, dilihat dari fungsinya bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung dalam pergaulan manusia sehari-hari, baik individu dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari paparan bab-bab sebelumnya dalam skripsi ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kuran Jawi merupakan produk terjemah tafsir Al-Qur'a>n yang merujuk kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan penduduk pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat pesat, hal ini tak luput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang dijadikan sebagai perantara dalam pembelajaran. Penggunaan bahasa sesuai dengan kedudukannya yaitu pada situasi resmi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL JURNAL untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Bahasa adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Adapun definisinya secara umum, adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan 170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2005), hlm. 23. Penerbit Diponegoro, 2008), hlm Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2005), hlm. 23. Penerbit Diponegoro, 2008), hlm Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, (Jakarta: Bumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rasulullah SAW. menerima wahyu Al-Qur an secara hafalan, mengajarkannya secara hafalan, dan mendorong para sahabat untuk menghafalkannya. Sungguh merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasnya pemakaian bahasa menyebabkan makna sebuah kata mengalami pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur atau peneliti bahasa akan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran diturunkan Allah untuk umat manusia khususnya umat Islam, mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan dalam memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

partisipan, terutama pihak pengirim komunikasi (komunikator), sering melupakan unsurunsur

partisipan, terutama pihak pengirim komunikasi (komunikator), sering melupakan unsurunsur BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan.menduduki tempat yang lebih penting daripada

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan merupakan upaya untuk mengganti teks bahasa sumber ke dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan penerjemahan as changing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al- BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bentuk peneletian sistematis, penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan rumusan masalah yang telah ditelusuri yaitu: 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dompet merupakan benda yang sangat penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap penting dan dapat diletakkan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Elis Nur Vita Sari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Elis Nur Vita Sari, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa Indonesia memiliki peran penting dalam konteks pembelajaran di kelas. Keterampilan tersebut, yaitu keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

Al-Qur an Al hadist Ijtihad Al-Qur an Al hadist Ijtihad Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman (Saba'

Lebih terperinci

BAB II METODE TERJEMAH

BAB II METODE TERJEMAH BAB II METODE TERJEMAH 1. Pengertian Metode Terjemah Istilah metode secara etimologi berasal dari kata bahasa Yunani yaitu methodos yang berasal dari kata meta dan hodos, kata meta berarti cara atau melalui,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa untuk memahami pesan yang tersurat maupun yang tersirat. Anthony (1971) mengatakan bahwa membaca adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

Cakrawala, ISSN , Volume 3, November KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd.

Cakrawala, ISSN , Volume 3, November KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd. Cakrawala, ISSN 1858-449, Volume 3, November 2008 KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd. Abstrak Bahasa Jawa dan bahasa Arab sangat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etika adalah suatu hal yang wajib diperhatikan oleh seorang yang sedang melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dibekali kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dibekali kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia dibekali kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Kemampuan berbahasa ini dimanifestasikan ke dalam bentuk lisan ataupun

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penggunaan bahasa yang menarik perhatian pembaca maupun peneliti adalah penggunaan bahasa dalam surat kabar. Kolom dan rubrik-rubrik dalam surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Era modern ini penggunaan bahasa merupakan kunci terpenting untuk menjalin suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semakin banyak cara yang digunakan untuk mengetahui keadaan di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi bagi kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam wujud bunyi itu (Muhammad, 2011:48). Bahasa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. dalam wujud bunyi itu (Muhammad, 2011:48). Bahasa merupakan unsur 13 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai alat komunikasi melambangkan sesuatu. Bahasa melambangkan suatu pengertian, konsep, ide, atau pikiran yang disampaikan dalam wujud bunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat aspek kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang ada dalam dunia ini di bekali kelebihan berupa akal beserta pikiran yang sempurna oleh Allah swt. Dari bekal tersebut manusia mampu melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Sarana yang paling utama untuk berkomunikasi adalah bahasa. disampaikan pada anggota masyarakat lain.

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Sarana yang paling utama untuk berkomunikasi adalah bahasa. disampaikan pada anggota masyarakat lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Buku Hukum The Concept of Law karya H.L.A Hart dan terjemahannya Konsep Hukum merupakan buku teori hukum atau jurisprudence, bukan merupakan hukum secara praktek.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam

BAB IV PENUTUP. 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam 115 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari rumusan masalah ini, maka penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan: 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci

SILABUS TEORI TERJEMAH AR 110

SILABUS TEORI TERJEMAH AR 110 SILABUS TEORI TERJEMAH AR 110 Drs. Mudzakir Abdussalam, M.Pd Drs. H. Mad Ali, M.A. PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA ARAB JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ASING FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci