BAB II METODE TERJEMAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II METODE TERJEMAH"

Transkripsi

1 BAB II METODE TERJEMAH 1. Pengertian Metode Terjemah Istilah metode secara etimologi berasal dari kata bahasa Yunani yaitu methodos yang berasal dari kata meta dan hodos, kata meta berarti cara atau melalui, sedangkan hodos berarti jalan. Sehingga metode berarti jalan yang harus dilalui, cara melakukan sesuatu atau prosedur. 1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa menerjemahankan berarti menyalin atau memindahkan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Kata terjemah sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni ج م ة,ت ر yang mengandung arti menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari satu bahasa ke bahasa lain. 2 Dapat disimpulkan bahwa Metode terjemah yaitu metode menerjemahkan atau dengan kata lain menyajikan pelajaran dengan menerjemahkan buku-buku bacaan berbahasa asing ke dalam bahasa sehari-hari dan buku bacaan tersebut tentunya telah direncanakan sebelumnya. 3 1 Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Konsep, Dasar, Metode, dan Aplikasi dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta, Grafindo Litera Media: 2009), hlm M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Teras, 2011) hlm

2 24 Pendekatan teori yang mendasari pengajaran metode terjemah ini yaitu teori tata bahasa tradisonal, teori tradisional menekankan adanya satu tata bahasa semesta. Teori tradisional melihat bahasa secara preskiptif, artinya bahasa yang baik dan benar adalah menurut para ahli bahasa, bukan yang digunakan oleh penutur asli di lapangan. 4 Untuk memberikan definisi tentang terjemah, kita dapat membedakannya dari dua sudut pengertian yaitu pengertian secara etimologis (bahasa) dan terminologis (istilah). Menurut Az-Zarqani, secara etimologis kata ت ر ج م ة memiliki empat pengertian seperti tercandrakan di bawah ini: a. Menyampaikan tuturan kepada orang yang kurang mampu menerima tuturan itu. b. Menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama. c. Menafsirkan tuturan dengan menggunakan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab dijelaskan lebih lanjut dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. d. Mengalihkan tuturan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain, seperti mengalihkan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Dari paparan tersebut, tampak jelas bahwa istilah terjemah merujuk pada suatu pengertian pokok, yaitu menyampaikan, menjelaskan, menafsirkan, dan mengalihkan tuturan, baik dengan menggunakan bahasa yang sama maupun yang berbeda. 5 4 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hlm M. Zaka Alfarisi, Op.Cit., hlm

3 25 Sekaitan dengan itu, Catford menyatakan bahwa secara terminologis penerjemahan adalah penggantian teks dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dengan teks yang sepadan dalam bahasa lain (bahasa target). Brislin memperluas definisi Catford dengan menyatakan bahwa penerjemahan berarti pemindahan gagasan dari bahasa sumber ke dalam bahasa target, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. 6 Dari beberapa definisi tersebut memuat unsur-unsur utama dalam penerjemahan sebagai berikut: a. Bahasa sumber Dalam hal ini, bahasa sumber menunjuk kepada bahasa Arab yang memiliki ragam fusha, bukan ragam dialek tertentu (lahjah). b. Bahasa sasaran Dalam hal ini, yang dimaksud dengan bahasa sasaran atau teks sasaran adalah bahasa Indonesia. c. Pesan Pendefinisian terjemah dengan cara di atasa dimaksudkan untuk mengalihkan pesan seutuh dan semaksimal mungkin ke dalam bahasa sasaran. d. Padanan Definisi terjemah yang menekankan pada aspek padanan mengandaikan adanya tuntutan perimbangan antara teks sumber dengan hasil penerjemahan, baik dari segi proporsi linguistik maupun pesannya. 7 6 M. Zaka Alfarisi, Op.Cit., hlm Ibnu Burdah, Menjadi penerjemah, Metode dan Wawasan Menerjemahkan Teks Arab, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), hlm.9-15.

4 26 2. Tujuan Metode Terjemah Metode Terjemah adalah menerjemahkan dengan kata lain menyajikan pelajaran dengan menerjemahkan buku-buku bacaan berbahasa asing ke dalam bahasa sehari-hari, dan buku bacaan tersebut tentunya telah direncanakan sebelumnya. 8 Tujuan penerjemahan adalah untuk menciptakan relasi yang sepadan dan inten antara teks sumber dan teks sasaran agar diperoleh jaminan bahwa kedua teks tersebut mengkomunikasikan pesan yang sama. 9 Dalam penelitian ini tujuan penerjemahan yaitu untuk memindahkan pesan atau makna yang terkandung dalam teks bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. 3. Jenis-Jenis Terjemah Secara garis besar metode penerjemahan itu dikelompokkan pada dua kategori yang saling berlawanan yakni tarjamah harfiyah dan tarjamah bi Tasharruf (bebas). a. Terjemah Harfiyah (Literer) Terjamah Harfiyah (literer) ini melingkupi terjemahan-terjemahan yang sangat setia terhadap teks sumber. Kesetiaan biasanya digambarkan oleh ketaatan penerjemah terhadap aspek tata bahasa teks sumber, seperti urutanurutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya. 10 Penerjemahan jenis ini mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi kata, tetapi 8 Wa Muna, Op.Cit, hlm Abdul Munip, Strategi dan Kiat Menerjemahkan Teks Bahasa Arab ke Dalam Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Bidang Akademik, 2008), hlm Ibnu burdah, Menjadi Penerjemah (Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), hlm. 16.

5 27 penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata dalam kalimat. Terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran. 11 Ada tiga kelemahan yang terdapat dalam metode ini: 1) Penerjemahan ini sangat setia terhadap teks sumber baik dalam urutan urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya sehingga pesan yang ada pada naskah itu cenderung di kesampingkan. 2) Hasil terjemahannya saklek dan kaku karena penerjemah memaksakan aturan-aturan tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. 3) Dengan hasil terjemahan yang saklek dan kaku, maka terjemahan ini merupakan hasil terjemahan yang kurang lugas dibaca. 12 Selain kelemahan-kelemahan tersebut diatas terjemah harfiyah juga terdapat kelebihan-kelebihan, yaitu: 1) Terjemahan harfiyah ini cenderung sama atau hampir sama dengan bahasa sumbernya, sehingga pesan yang terkandung didalam bahasa sumbernya tidak teralihkan 2) Gaya terjemahannya biasanya mirip dengan gaya penulisan bahasa sumbernya, sehingga para pembaca dapat menikmati gaya penulisan aslinya. Bentuk dan struktur kalimat bahasa sumber masih dapat dipertahankan M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm Ibnu burdah, Op.Cit., hlm Suhendra Yusuf, Teori Tarjamah Pengantar Ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hlm.26.

6 28 b. Terjemah bi Tasharruf (tafsiriyah atau bebas) Terjemah jenis ini menunjukan pada terjemahan terjemahan yang tidak memperdulikan aturan atau tata bahasa dari bahasa sumber. Orientasi yang ditonjolkan adalah pemindahan makna. 14 Terjemah bi Tasharruf ini mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu: 1) Apa-apa yang ingin disampaikan oleh naskah bahasa sumber sangatlah diperhatikan dalam terjemahan ini. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa yang harus diterjemahkan itu adalah kandungan naskah bukan bentuknya. 2) Hasil penerjemahannya dapat merupakan bacaan yang menarik dan enak dibaca oleh karena penerjemahnya amat memperdulikan segala peraturan kebahasaan sasaran disamping mengutamakan pesan yang memang harus disampaikan. 15 Adapun kelemahan-kelemahan dalam terjemah bi Tasharruf yaitu: 1) Apabila penerjemah melakukan pekerjaannya itu terlalu bebas, maka cara kerja demikian biasa disebut sebagai pekerjaan menyadur, dan orang yang melakukannya disebut penyadur. Hal demikian merupakan pekerjaan penerjemah yang telah menyimpang. 2) Para pembaca tidak akan dapat menikmati gaya penulisan penulis aslinya dan biasanya gaya terjemahannya adalah gaya penerjemah sendiri Ibnu burdah, Op.Cit, hlm Suhendra Yusuf, Op.Cit, hlm Ibid.,

7 29 3) Para pembeca biasanya tidak dapat membedakan mana gagasan penulis aslinya dan mana gagasan tambahan dari penerjemah sendiri oleh karena penerjemahnya sudah terlalu ikut campur dengan gagasan dan pesan penulis bahasa sumbernya. 17 Lebih terperinci Newmark membagi penerjemahan berdasarkan penekanannya pada bahasa sumber dan bahasa target. Dua penekanan yang berbeda ini kemudian dikelompokkan menjadi delapan metode penerjemahan sebagai berikut. 1. Penekanan pada bahasa sumber Ada empat metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber. Keempat metode tersebut adalah metode penerjemahan kata demi kata, metode penerjemahan literal, metode penerjemahan setia dan metode penerjemahan semantis. a) Metode penerjemahan kata demi kata Penerjemahan kata demi kata ini sering kali digambarkan sebagai terjemahan antar baris dengan bahasa target berada langsung di bawah kata-kata bahasa sumber. Metode ini berfokus pada kata demi kata bahasa sumber, dan sangat terikat pada tataran kata. Penerjemahan hanya mencari padanan kata-kata dalam bahasa target yang pas dengan yang terdapat dalam bahasa sumber. Susunan katakata pada teks sumber dipertahankan sedemikian rupa; kata-kata 17 Suhendra Yusuf, Op.Cit, hlm

8 30 diterjemahkan satu per satu ke dalam makna yang paling umum tanpa mengindahkan konteks pemakaiannya. Contohnya : 1. Alif laam miim 2. Itulah al-kitab, tidak ada keraguan di dalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa ال الكتب ذلك الم tidak ada al-kitab Itulah alif lam mim للمت قين هدى فيه ريب bagi orang-orang yang bertakwa petumjuk di dalamnya Keraguan b) Metode penerjemahan literal (harfiah) Penerjemahan harfiah dilakukan dengan mengalihkan konstruksi gramatika bahasa sumber ke dalam konstruksi gramatika bahasa target yang memiliki padanan yang paling dekat. Namun demikian unsur leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu per satu tanpa mengindahkan konteks yang melatarinya. Metode penerjemahan harfiah ini juga sangat patuh pada teks sumber. Persoalan konteks tak terlampau dihiraukan. Struktur bahasa

9 31 sumber diperhatikan. Akibatnya, gejala interferensi acap kali tak terhindarkan. Karena terlalu mengutamakan مبنى bentuk, sangat mungkin matra معنى makna terkesampingkan, sehingga pesan tidak sampai kepada pembaca teks terjemahan. Selain itu, hasil terjemahan juga terasa kaku dan kurang natural karena penerjemahan terlalu memaksakan kaidah-kaidah tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Contoh terjemahan harfiah adalah terjemahan Q.S al-isra 17:29 oleh Jassin (1991:384) berikut ini : وال تجعل دك مغلىلة إلى عنقل وال تبسطها مل البسط فتقعد ملىما محسورا /wa la: taj al yadaka maglu:latan ila: unuqika wala tabsutha kullalbasti fataq uda malu:man-mahsu:ra:/ Jangan biarkan tanganmu terbelenggu pada lehermu. Dan janganlah (pula) kau ulurkan sejauh-jauhnya. Sehingga kau jadi tercela, penuh penyesalan Membuat tangan terbelenggu pada leher berarti kikir dan terlalu mengulurkan tangan adalah ungkapan yang berarti terlalu pemurah. c) Metode penerjemahan setia Dengan metode ini penerjemahan berupaya sesetia mungkin mengalihkan makna konstekstual bahasa sumber meskipun melanggar gramatika bahasa target. Dalam penerjemahan setia ini kosakata kebudayaan ditransfer, dan urutan gramatika dalam terjemahan dipertahankan sedemikian rupa. Dengan kata lain, metode ini berupaya

10 32 untuk setia (faithfull) sepenuhnya kepada maksud dan realisasi teks bahasa sumber penulisnya. Contoh : مث ر الرماد /هى Huwa katsiru alramad/ ia banyak abunya (harfiah) diterjemahkan ia dermawan karena banyak abunya d) Metode penerjemahan semantis Metode penerjemahan semantis berfokus pada pencarian padanan pada tataran kata, tetapi tetap terikat budaya bahasa sumber. Namun begitu, penerjemahan berusaha mengalihkan makna konstekstual bahasa sumber sedekat mungkin dengan struktur sintaksis dan semantis bahasa target. Penerjemahan semantis sangat memperhatikan nilai estestika teks bahasa sumber, kompromi makna agar selaras dengan asonansi serta permainan dan pengulangan kata yang menggetarkan. Berbeda dengan penerjemahan setia, metode penerjemahan semantis lebih luwes dan memperkenankan intuisi penerjemahan untuk berenpati dengan teks sumber. 2. Penekanan pada bahasa target Pada penekanan ini dibagi menjadi empat metode, yaitu metode penerjemahan adaptasi, metode penerjemahan bebas, metode penerjemahan idiomatis dan metode penerjemahan komunikatif. a) Metode penerjemahan adaptasi Metode penerjemahan adaptasi merupakan penerjemahan teks yang paling bebas. Penerjemahan berusaha mengubah dan menyelaraskan budaya bahasa sumber dalam bahasa target. Metode ini terutama

11 33 digunakan dalam menerjemahkan naskah drama dan puisi dengan tetap mempertahankan tema, karakter dan alur cerita. Budaya bahasa sumber dikonversi ke dalam budaya bahasa target. Teks tersebut kemudian ditulis ulang. Oleh karena itu, hasil penerjemahan umumnya dipandang bukan sebagai suatu terjemahan. Hasil terjemahan sesungguhnya lebih merupakan penulisan kembali pesan teks bahasa sumber dalam bahasa target. b) Metode penerjemahan bebas Penerjemahan bebas berupaya mereproduksi materi tertentu tanpa menggunakan cara tertentu. Dalam hal ini, penerjemahan mereproduksi isi semata tanpa mengindahkan bentuk. Akibatnya, metode ini menghasilkan teks target yang tidak lagi mengandung gaya atau bentuk teks sumber. Dalam praktiknya, penerjemahan bebas tidak terikat dengan pencarian padanan pada tataran kata atau kalimat. Pencarian padanan cenderung terfokus pada teks sebagai satu kesatuan. Biasanya, metode ini merupakan parafrase yang lebih panjang daripada bahasa aslinya. Hasil penerjemahan bebas sering kali bertele-tele. Berpretensi, dan sama sekali bukan merupakan terjemahan. Contoh berikut menunjukkan judul berita secara bebas : BSu: (al-liqa, Jan-Peb, (1993 ج ه الج د د عاصمة ألمان ا al-wajhu /الى aljadi:du ashimatu al-ma:niya = Wajah baru ibukota Jerman BSa: (Scala, Pebruari 1993): Pembaruan Wilayah Pemerintahan Baru Ibukota baru (lama) Jerman-Berlin.

12 34 c) Metode penerjemahan idiomatis Metode penerjemahan idiomatis berusaha mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi cenderung mendistorsi nuansa makna. Hal ini disebabkan penerjemah lebih menyukai pemakaian aneka kolokial dan idiom-idiom yang tidak terdapat dalam bahasa sumber. Contoh : yadu:mu/ /al-ma:lu al-hara:mu la: المال الحرام ال دوم Harta haram tidak akan bertahan lama d) Metode penerjemahan komunikatif Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengungkapkan makna kontekstual bahasa sunber secara tepat. Pengungkapan dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah dipahami pembaca target. Dengan kata lain, metode ini sangat mengindahkan efek terjemahan terhadap pembaca target. Hasil terjemahan diupayakan mempunyai bentuk, makna, dan fungsi yang selaras dalam bahasa target. Sebab, boleh jadi suatu kalimat terjemahan sudah benar secara sintaksis, tetapi maknanya tidak logis, bentuk dan maknanya boleh jadi sudah sesuai, tetapi secara pragmatik penggunaannya tidak pas dan tidak alamiah. 18 Contoh: المنىي - al /الح hayayu al-manawi diterjemahkan spermatozoon untuk para ahli biomedik, tetapi untuk khalayak pembaca yang lebih umum diterjemahkan dengan air mani. 18 M.Zaka Alfarizi, Op.Cit, hlm

13 35 4. Syarat-Syarat Terjemah dan Penerjemah Untuk mengukur berkualitas tidaknya hasil terjemahan dapat dilihat dari syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh terjemahan dan penerjemah. Secara umum, syarat-syarat terjemahan yang baik dan benar, sebagai berikut. a. Bentuk terjemah dapat berdiri sendiri sehingga dapat menggantikan dan menduduki tempat yang sama dengan teks aslinya. b. Terjemah tidak boleh ditambah atau dikurangi karena terjemah harus sesuai dengan dan meniru teks aslinya. Kalaupun dalam teks aslinya ada kesalahan, dalam terjemahan juga ada kesalahan pula. c. Terjemahan harus memenuhi kepastian, semua makna dan maksud dari teks asli. d. Terjemahan harus memberi kepastian, semua makna dan maksud yang diterjemahkan penerjemah adalah pengertian dari pembicaraan asli dan maksud pengarang aslinya. Untuk menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan syarat-syarat di atas, seorang translator harus memiliki syarat-syarat tersendiri, syarat-syaratnya sebagai berikut. a. Penerjemah harus mengetahui dengan baik segala tatanan yang ada dalam dua bahasa: bahasa asli dan terjemahan. b. Penerjemah harus mengetahui dengan baik gaya bahasa dan kelebihankelebihan yang ada dalam dua bahasa itu. c. Penerjemah harus mengetahui dengan baik bidang ilmu yang sedang diterjemahkan.

14 36 d. Penerjemah harus mengenal gaya bahasa dan pengungkapan pengarang teksnya diterjemahkan. e. Penerjemah harus dapat dipercaya dalam memindahkan ide-ide yang terdapat dalam teks asli. f. Penerjemah harus berusaha merangkai ide-ide dalam gaya bahasa dan pengungkapan yang sedapat mungkin mendekati gaya bahasa dan pengungkapan asli. g. Penerjemah harus menjaga ruh (jiwa) yang terkandung dalam bahasa aslinya. 19 Ada 3 syarat yang harus dimiliki jika ingin menjadi penerjemah yang baik dan berbobot yaitu: a. Menguasai gramatika (kaidah-kaidah tata bahasa) dan kaidah-kaidah menerjemahkan. b. Kaya perbendaharaan kat-kata (Vocabulary). c. Memiliki pengetahuan sosial dan wawasan luas Langkah-langkah Metode Terjemah Langkah-langkah pelaksanaan metode Translation (menerjemahkan) ini dapat dilakukan dengan cara guru menunjuk/ menentukan bahan-bahan bacaan yang akan diterjamahkan itu kepada siswa, dan menetapkan pula pokok-pokok/ seri-seri pelajaran yang akan dipelajari (diterjemahkan). Kalau sudah diketahui 19 Ahmad Izzan, Metode Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2011), hal: Ahamd Izzan, Op.Cit, hlm. 100.

15 37 bersama oleh siswa topik yang akan diterjemahkan itu, langkah berikutnya guru memulai membuka seri pertama. Pelajaran baru itu dan menerjemahkannya. Pada tingkat-tingkat dasar sebaik-baiknya siswa terlebih dahulu diperkenalkan/ diajarkan kaidah-kaidah (atau aturan-aturan dalam) dalam menerjemahkan, jangan langsung menerjemahkan, namun setelah pengetahuan dasar menerjemahkan ini telah dimiliki/ dikuasai siswa barulah pelajaran menerjemahkan dapat dimulai. 21 Dalam memulai pelajaran terjemahan ini guru dapat mengambil 2 (dua) cara: a. Guru langsung membacakan terjemahan itu terlebih dahulu baru kemudian diterjemahkan kata per kata dan kalimat per kalimat. b. Guru langsung secara bersama-sama melibatkan siswa menerjemahkan kata per kata, kalimat per kalimat secara seksama dalam bahasa asing itu, dan siswa sambil mencatat kata-kata yang dipandang penting dalam buku catatannya. Setelah selesai, guru bersama-sama siswa mengulanginya sekali lagi jika dipandang perlu. Setelah menyimpulkan pokok pengertiannya dari bahan bacaan yang diterjemahkan itu maka guru menyuruh salah seorang siswa untuk mengulangi lagi dan yang lain menyimak, memperhatikan dan membetulkan terjemahan kawannya. Demikian seterusnya hingga selesai seri per seri/ topik dari pelajaran terjemahan Wa Muna, Op.Cit, hlm Ahmad Izzan, Op.Cit, hlm

16 38 6. Teknik Metode Terjemah Teknik adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas, selaras dengan metode. Jadi teknik penerjemahan adalah cara penerjemahan kata dan frase dengan memperhatikan konteks kalimatnya. Secara garis besar, teknik penerjemahan dibagi dalam dua jenis, yakni menurut cara penerjemahan dan cara penyampaian. 23 a. Cara Penerjemahan Berdasarkan caranya, teknik penerjemahan terbagi dalam tiga cara: terjemah harfiyah, maknawiyah (tafsiriyah), dan dinamis. 1) Terjemah harfiyah Terjemah harfiyah ialah mengalih bahasakan bahasa (susunan dan urutannya) ke dalam bahasa lain sesuai dengan bunyi bahasa tersebut, tidak dikurangi dan tidak pula ditambah. Jenis terjemah ini tidak mengalami pengembangan karena mengandung banyak kekurangan, yaitu sering mengaburkan pengertian dan tidak hemat dalam penggunaan kata-kata sehingga menimbulkan hiperkoreksi (terlalu betul), bahkan cenderung menjadi salah, dan maksud tulisan aslinya tidak terpaparkan karena setiap bahasa memiliki struktur tata bahasa ujaran dan gaya bahasa tersendiri. 2) Terjemah maknawiyah (tafsiriyah) Terjemah maknawiyah (tafsiriyah) ialah menerjemahkan dari bahasa yang dialihbahasakan ke dalam bahasa lain dengan menitik- 23 Ahmad Izzan, Op.cit, hlm. 182

17 39 beratkan pada isi (makna) dan tujuan terjemahannya. Jenis terjemahan ini juga tidak dikembangkan karena mengandung banyak kekurangan, yakni mudah menimbulkan interpretasi yang lain karena susunan kalimatnya sudah jauh sekali dari bahasa yang diterjemahkan, memungkinkan adanya unsur kesengajaan yang akan memutarbalikan isi dari karangan yang disalin, dan memberi peluang bagi plagiat sehingga penerjemah merasa dirinyalah yang mempunyai ide, bukan sebagai pembawa ide yang mengungkapkan. 3) Terjemah dinamis Terjemah dinamis atau gaya bahasa bebas adalah cara menyampaikan isi amanah dalam bahasa sumber dengan ungkapanungkapan yang lazim dengan bahasa terjemahan. Jenis macam terjemahan inilah yang banyak dikembangkan dengan langkahlangkah: analisis atau dekomposisi terhadap bahasa sumber berdasarkan konsep dasarnya, pemindahan konsep dasar asli ke dalam konsep dasar bahasa terjemahan serta rekomposisi atau hasil-hasilnya ke dalam bahasa terjemahan. 24 b. Cara Penyampaian Berdasarkan cara atau teknik penyampaiannya, penerjemahan dibagi dua jenis, yakni lisan (penerjemahan yang hasilnya disampaikan dalam bentuk pembicaraan) dan tulisan (penerjemahan yang hasilnya disampaikan dalam bentuk tulisan). Dalam 24 Ahmad Izzan, Op.cit, hlm

18 40 menerjemahkan teks-teks klasik (kitab kuning) kita dapat memilih salah satu dari cara-cara di atas, khususnya terjemah dinamis yang hasilnya di sampaikan baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan kebutuhan. 25 Sedangkan Newmark mengemukakan beberapa prosedur/teknik penerjemahan sebagai berikut : a. Prosedur Literal Penggunaan prosedur ini diterapkan manakala makna bahasa sumber memiliki kedekatan dengan makna bahasa target atau relatife mendekatinya. Prosedur ini sangat text-centered, sampai-sampai struktur bahasa sumber pun, termasuk word order, dipertahankan sedemikian rupa. b. Prosedur Transkripsi Prosedur transkripsi dilakukan untuk mengalihkan suatu unit linguistik dari bahasa sumber ke dalam bahasa target dengan menyalin huruf. Alih huruf atau aksara ini lazim dinamakan transliterasi. Prosedur tanskripsi merupakan proses pengalihan kata atau frase dari bahasa sumber ke dalam bahasa target dengan cara menyalin bentuk hurufnya. Proses penyalinan huruf lantas diikuti dengan proses neturalisasi dan adaptasi dalam bahasa target. Di sinilah terjadi penyesuaian kata yang ditransfer dengan sistem fonetik dan fonologi bahasa target. Penyesuaian dimaksudkan untuk menghasilkan kata yang selaras dengan kaidah fonotaktik dan morfotaktik yang berlaku. 25 Ibid.,

19 41 c. Prosedur Ekuivalensi Budaya Melalui prosedur ini penerjemah berupaya mencari padanan yang pas dalam menerjemahkan ungkapan-ungkapan kebudayaan bahasa sumber. Padanan diupayakan sesuai dengan ungkapan-ungkapan kebudayaan yang berlaku dalam bahasa target. Terjemah ini lebih dikenal dan mudah dipahami ketimbang terjemahan harfiahnya. Struktur lahir keduanya memang berbeda, tetapi struktur batin keduanya jelas sama. 26 Prosedur ekuivalensi ini selanjutnya dijabarkan ke dalam tiga teknik penerjemahan berikut. 1) Teknik Korespondensi Dengan teknik ini penerjemah menyamakan konsep bahasa sumber dalam bahasa target. Penerjemah berasumsi bahwa antara bahasa sumber dan bahasa target terdapat kesamaan konseptual. Operasionalisasi teknik ini dilakukan dengan menyamakan konsep bahasa sumber dan bahasa target melalui penerjemahan kata dengan kata atau frase dengan frase. 2) Teknik Deskripsi Penggunaan teknik deskripsi dilakukan dengan cara menjelaskan makna kata bahasa sunber dalam bahasa target. Dengan teknik ini, sebuah kata bahasa sumber diterjemahkan menjadi frase, atau frase yang sederhana menjadi frase yang kompleks. 26 M. Zaka Al Farizi, Op.cit, hlm. 65

20 42 3) Teknik Integrasi Teknik integrasi merupakan cara penerjemahan kata atau istilah dengan menggunakan dua teknik (kuplet) dalam mereproduksi makna bahasa sumber ke dalam bahasa target. Pemakaian teknik ini dimaksudkan supaya makna yang terdapat dalam bahasa sumber menjadi lebih jelas dan mudah dipahami oleh pembaca bahasa target. Dalam praktiknya biasa digunakan teknik deskripsi sebagai cara yang pokok, sementara teknik lainnyasebagai tambahan atau pelengkap. Melalui teknik integrasi ini penerjemah mendeskripsikan frase dengan frase. 27 d. Prosedur Modulasi Terdapat dua jenis modulasi, yakni modulasi yang bersifat wajib dan modulasi yang bersifat bebas. Yang pertama merujuk pada perubahan yang harus dilakukan sebagai akibat tidak adanya padanan atas suatu struktur, kata, frase, atau hanya sebagaian makna saja yang dapat diungkapkan dalam bahasa target. Sedangkan yang kedua mengacu pada strategi penerjemahan yang dilakukan karena alasan non-linguistik, seperti untuk kepentingan menjelaskan makna. e. Prosedur Transposisi Prosedur transposisi merupakan prosedur penerjemahan yang dilakukan dengan mengubah aspek gramatikal bahasa sumber ke dalam bahasa target. Pemggunaan prosedur transposisi akan melahirkan perubahan 27 M. Zaka Al Farizi, Op.cit, hlm. 65

21 43 fungsi sintaksis dan kategori kata dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Prosedur transposisi ini terbagi ke dalam enam jenis teknik penerjemahan sebagaimana berikut ini. 1) Teknik Transfer Teknik transfer merupakan teknik penerjemahan yang diterapkan dengan cara mengalihkan fungsi sintaktis, kategori dan kata sarana dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Teknik transfer sebenarnya merupakan realisasi dari metode penerjemahan kata demi kata, metode penerjemahan literal, dan metode penerjemahan setia. Ketiga metode ini cenderung mementingkan dan mempertahankan bahasa sumber. Struktur dan urutan kata bahasa sumber, misalnya, dipertahankan sedemikian rupa. 2) Teknik Transmutasi Dalam proses penerjemahan transmutasi adalah teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah pola urutan fungsi dan kategori sintaksis bahasa Arab dalam bahasa Indonesia. Pengubahan dilakukan dengan cara memindahkan tempat, baik dengan mendahulukan ataupun mengakhiri, salah satu unit gramatikal. 3) Teknik Reduksi Teknik reduksi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan menghilangkan unsur gramatikal bahasa sumber dalam bahasa target. Dalam penerjemahan Arab-Indonesia, menurut Syihabuddin,

22 44 penggunaan teknik reduksi dapat terlihat pada pengurangan pola P-S menjadi P dan pola P-(S) menjadi P- tanda kurung menunjukan bahwa keberadaan S dalam bahasa sumber bersifat implicit. 4) Teknik Ekspansi Teknik ekspansi merupakan cara yang ditandai dengan perluasan fungsi dan kategori yang disebabkan adanya deskripsi makna bahasa sumber dalam bahasa target. Jadi, ekspansi merupakan kebalikan dari reduksi. 28 5) Teknik Eksplanasi Teknik eksplanasi merupakan teknik penerjemahan yang ditandai dengan pengeksplisitan unsur linguistik bahasa sumber dalam bahasa target. Pengekplisitan ini, seperti disebutkan Syihabuddin (2005), ditunjukkan oleh perubahan pola P-(S) menjadi S-P dan (S)-P menjadi S-P- tanda kurung menunjukkan bahwa keberadaan S dalam bahasa sumber bersifat implisit. 6) Teknik Substitusi Teknik substitusi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan mengganti fungsi sintaksis bahasa sumber dengan fungsi lain dalam bahasa target M. Zaka Al Farizi, Op.Cit, hlm M. Zaka Al Farisi, Op.Cit, hlm

23 45 7. Proses Penerjemahan Proses penerjemahan perlu difahami oleh para calon dan penerjemah profesional agar mereka dapat menentukan langkah-langkah penting dalam melakukan tugasnya. Proses penerjemahan dapat diartikan suatu sistem kegiatan dalam aktivitas penerjemahan. 30 Langkah-langkah penerjemahan yang harus dilakukan seorang tramslator agar hasil terjemahannya baik dan memudahkan pembaca untuk menangkap pesan-pesan yang disampaikan penulis, sebagai berikut: a. Memahami ide atau gagasan yang terdapat dalam teks asli karena tidak ada artinya bila kita menerjemahkan teks yang tidak kita pahami. b. Memindahkan ide-ide atau gagasan yang dipahaminya itu dengan bahasa dan ungkapan yang baik dan benar. 31 Dalam suatu kegiatan penerjemahan diperlukan kehati-hatian karena kesalahan dalam satu tahap akan menimbulkan kesalahan dalam tahap selanjutnya. Proses penerjemahan terdiri dari tiga tahap, yaitu : a. Penyelaman Naskah Sumber 1) Proses penerjemah adalah memahami secara global arah dan isi buku yang hendak diterjemahkan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara pembacaan judul secara cermat, dengan mengeja setiap kata yang membentuk judul tersebut, kemudian mencermati daftar isi. Bab-bab dalam daftar isi kadang-kadang sudah mencerminkan kesimpulan atau sikap dari penulis terhadap persoalan yang dibahasnya. 30 M. Rudolf Nababan, Op.Cit., hlm Ahmad Izzan, Op.Cit, hlm. 186.

24 46 2) Memperoleh pemahaman tentang posisi buku. Sebuah buku atau karya tulis tentu berada pada posisi tertentu terhadap gagasangagasan, pandangan atau ide dari buku-buku lain. 3) Membaca-baca sekilas sebagian atau seluruh isi buku secara santai, karena tidak diperlukan pemikiran serius untuk merangkai gagasangagasan secara integral. Dengan proses ini dirasakan sedikit demi sedikit suasana dan nuansa pemakaian bahasa penulis buku. 4) Membaca buku tersebut secara serius, mulai awal hingga akhir, sambil mencari makna kata-kata yang belum diketahui melalui kamus. 32 b. Penuangan Pesan ke Bahasa Sasaran Penuangan teks sumber ke dalam teks bahasa sasaran semaksimal mungkin inilah yang menjadi inti dari tahap penuangan. Penuangan tidak melulu menuangkan ide, pikiran atau gagasan teks sumber. Penuangan harus pula menyangkut aspek-aspek lainnya, yaitu linguistik bahasa sasaran dan pesan utama dari setiap satuan makna teks. c. Editing Jika penerjemahan sudah selesai, sebaiknya baca kembali hasil terjemahan buang kata-kata yang tidak penting. Kemudian ringkas kalimat panjang, ejaan dibetulkan, kosa kata atau huruf yang hilang ditambahkan, kekeliruan kita benarkan. Kesalahan buku biasa berasal dari kita sendiri, namun terkadang dari mesin tulis. Cobalah persilahkan orang 32 Ibnu Burdah, Op.Cit, hlm

25 47 lain untuk membaca karya anda. Sebab orang lain lebih fasih mendeteksi kesalahan dan kealpaan. 33 Namun ada satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu mengetik kembali (self-editing)hasil terjemahan sebelum diserahkan kepada editor penerbit atau editor yang lain Kelebihan dan Kekurangan Metode Terjemah Kelebihan metode terjemah, yaitu sebagai berikut: a. Metode ini tidak hanya mudah melaksanakannya tapi juga murah. Karena melalui metode ini seorang guru yang mengajar tidak mesti menguasai bahasa asing secara aktif, atau pendidikan khusus untuk mengajar. b. Demikian juga dari pihak murid, melalui metode ini tidak menuntut siswa/anak didik supaya ia cakap secara aktif berbahasa asing. Namun diharapkan dapat/ mampu membaca dan menerjemahkan bahasa asing secara baik dan benar. c. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang luas, karena dengan menguasai dan mampu menerjemahkan bahasa asing maka transformasi ilmu pengetahuan mudah diserap dan dikuasai. d. Dapat menghasilkan nilai tambah bagi siswa, di mana jika ia mampu/terampil menerjemahkan buku-buku bacaan literatur-literatur ilmiah, hal ini dapat mendatangkan uang, sebagai biaya nafkah. 33 Abdurrahman Suparno dan mohammad Azhar, Mafaza Pintar Menerjemahkan Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: Absolut, 2005), hlm Ibnu Burdah, Op.Cit, hlm

26 48 e. Para pelajar bisa hapal kosakata dalam jumlah yang relatif banyak dalam setiap pertemuan. 35 Kekurangan metode terjemah adalah sebagai berikut: a. Pengajaran melalui metode ini kurang menjamin anak didik mampu bercakap bahasa asing. b. Agar dapat menerjemahkan bahasa asing secara baik dan benar, dituntut penguasaan gramatika/kaidah-kaidah bahasa dan terjemah, di samping wawasan dan pengetahuan yang luas. c. Siswa dituntut untuk menguasai perbendaharaan kata-kata dalam bahasa asing (vocabulary), rajin membuka-buka buku, kamus, mencatat dan menghafal istilah-istilah serta kata-kata dalam bahasa asing. d. Kenyataannya guru yang professional (jurusan bahasa asing) sekalipun tidak dengan sendirinya mampu menerjemahkan buku-buku bacaan dan buku-buku ilmiah. Oleh karena itu, langka sekali orang mampu menerjemahkan bahasa asing secara baik dan benar Ahmad Izzan, Op.Cit, hlm Ahmad Izzan, Op.Cit, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer dari Jepang saat ini menjadi tren di beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan akses informasi, produk budaya Jepang yang masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semakin banyak cara yang digunakan untuk mengetahui keadaan di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi bagi kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan

BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan anime, manga, style orang-orang Jepang dan budaya Jepang yang lainnya. Jepang adalah sebuah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dompet merupakan benda yang sangat penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap penting dan dapat diletakkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru (musim semi), natsu (musim panas), aki (musim gugur), fuyu (musim dingin). Setiap musim mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berikut ini dihadirkan beberapa simpulan untuk membingkai dan menata berbagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berikut ini dihadirkan beberapa simpulan untuk membingkai dan menata berbagai BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berikut ini dihadirkan beberapa simpulan untuk membingkai dan menata berbagai pembahasan yang telah dipaparkan. Simpulan ini diharapkan dapat mencandrakan seluruh

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017 A. IDENTITAS 1. Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa Arab 2. Nama Matakuliah..*) : Tarjamah I 3. Kode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku atau literatur 1 asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang banyak diterjemahkan

Lebih terperinci

TELAAH IHWAL KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN NAS KEAGAMAAN *) Oleh Syihabuddin PPs Universitas Pendidikan Indonesia

TELAAH IHWAL KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN NAS KEAGAMAAN *) Oleh Syihabuddin PPs Universitas Pendidikan Indonesia 1. Pengantar TELAAH IHWAL KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN NAS KEAGAMAAN *) Oleh Syihabuddin PPs Universitas Pendidikan Indonesia Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan penerjemah yang handal, dalam hal ini penerjemah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

PENERJEMAHAN: Teori dan Praktik

PENERJEMAHAN: Teori dan Praktik PENERJEMAHAN: Teori dan Praktik 1 KONSEP MENERJEMAH ما ه الترجمة ه التعب ر عن معنى كالم ف لغة بكالم أخر من لغة أخرى مع الوفاء بجم ع معان ه ومقاصده Mengungkapkan makna tuturan dari suatu bahasa ke bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) 1. Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik.

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autobiografi atau otobiografi adalah sebuah biografi atau riwayat hidup yang ditulis oleh pemiliknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia otobiografi adalah riwayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etika adalah suatu hal yang wajib diperhatikan oleh seorang yang sedang melakukan suatu kegiatan dalam sebuah lingkungan berkelompok maupun individu. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan tidak lahir dari kekosongan. Ia didahului oleh kebudayaan-kebudayaan lain yang menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Bahasa adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Adapun definisinya secara umum, adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Hasil dari data penelitian yang dilakukan dengan cara menyebar kuesioner dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa Program Studi Diploma III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam suasana resmi maupun tidak resmi, selalu terikat oleh suatu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cerita fantasi banyak disukai oleh penggemar novel. Cerita fantasi sering

BAB I PENDAHULUAN. Cerita fantasi banyak disukai oleh penggemar novel. Cerita fantasi sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita fantasi banyak disukai oleh penggemar novel. Cerita fantasi sering berisi teka-teki dan menggunakan latar cerita yang unik, misalnya perjalanan waktu atau perjalanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bidang linguistik, penerjemahan biasanya dikelompokkan ke dalam bidang linguistik terapan karena berbagai teori yang telah dirumuskan dalam linguistik teoritis diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak

Lebih terperinci

TELAAH IHWAL HUKUM MENERJEMAHKAN NAS KEAGAMAAN DILIHAT DARI TEORI MENERJEMAH. Oleh Syihabuddin

TELAAH IHWAL HUKUM MENERJEMAHKAN NAS KEAGAMAAN DILIHAT DARI TEORI MENERJEMAH. Oleh Syihabuddin TELAAH IHWAL HUKUM MENERJEMAHKAN NAS KEAGAMAAN DILIHAT DARI TEORI MENERJEMAH Oleh Syihabuddin Pendahuluan Dalam kegiatan penerjemahan, setiap jenis nas seyogyanya diperlakukan secara khusus. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

SILABUS. Terjemah I AR404. Prof. Dr. Syihabuddin M. Zaka Al Farisi, S.Pd

SILABUS. Terjemah I AR404. Prof. Dr. Syihabuddin M. Zaka Al Farisi, S.Pd SILABUS Terjemah I AR404 Prof. Dr. Syihabuddin M. Zaka Al Farisi, S.Pd Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2008 105 SILABUS 1. Identitas

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjemahan antarbahasa pada dasarnya merupakan perbandingan dinamis yang

BAB I PENDAHULUAN. Terjemahan antarbahasa pada dasarnya merupakan perbandingan dinamis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjemahan antarbahasa pada dasarnya merupakan perbandingan dinamis yang melibatkan dua bahasa dan dua kultur sekaligus. Perbandingan ini pada kenyataannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa adanya bahasa. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas membaca dapat membuka cakrawala dunia. Dengan membaca, segala

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas membaca dapat membuka cakrawala dunia. Dengan membaca, segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktifitas membaca dapat membuka cakrawala dunia. Dengan membaca, segala yang tidak diketahui menjadi jelas. Apa yang terjadi di sekeliling menjadi bisa dipahami.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka pahami (dalam ilmu dan aplikasi pendidikan, 2011: 19). Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mereka pahami (dalam ilmu dan aplikasi pendidikan, 2011: 19). Pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumya tidak mereka pahami (dalam ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasnya pemakaian bahasa menyebabkan makna sebuah kata mengalami pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur atau peneliti bahasa akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Robert Sibarani (1997: 65) mengemukakan, bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Setiap

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global KEEFEKTIFAN KALIMAT DITINJAU DARI KESATUAN DAN KEHEMATAN PADA ABSTRAK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI I Putu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan memerlukan energi dari alam. Makhluk hidup memiliki karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup merupakan organisme yang memiliki kemampuan, bernafas, berpindah tempat, merespon perubahan di diri mereka dan lingkungannya 1. Makhluk hidup terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abd al-majid,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abd al-majid, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah cerminan masyarakat dan budaya suatu negara. Ada beragam macam bahasa yang terdapat di dunia ini yang dijadikan alat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok pikiran seseorang. Ketika seseorang mengemukakan gagasan, yang perlu diperhatikan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method)

I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method) I. Metode Tata Bahasa dan Terjamah ( ) (Grammar-Translation Method) A. Sejarahnya Adalah sulit menentukan secara pasti sejarah lahirnya metode ini. Hal ini disebabkan metode ini ada di sebagian besar negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan Abstrak Penerjemahan adalah sebuah proses yang bertujuan memindahkan pesan bahasa sumber ( BS ) kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alasan peneliti memilih judul Penggunaan Campur Kode ceramah ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 November 2013. Peneliti ingin

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia di dunia ini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Bahasa adalah salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai bahasa. Bahasa dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apa yang akan terjadi saat seseorang pertama kali belajar bahasa asing? Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan minat baca paling rendah di dunia, setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea kalimat yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat meriangkan pembaca, bukan saja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa sangatlah penting, karena merupakan penghubung dalam setiap pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Pada setiap bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita (sumber: wikipedia.com). Penulis novel disebut novelis. Kata novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk menyampaikan pesan moral kepada anak-anaknya. Di masa lalu, orang tua menceritakan kepada anak-anaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi, menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan menuangkan hasil karya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) 1 PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE (Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 Bab XV pasal 36. Sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia dipergunakan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP Heru Susanto, Eti Sunarsih Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci