ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Oleh : RATIH OKTAWIDYA K A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Oleh : RATIH OKTAWIDYA K A"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Oleh : RATIH OKTAWIDYA K A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Oleh : RATIH OKTAWIDYA K A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjan Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Nama : Ratih Oktawidya K NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Febriantina Dewi, SE, M.Sc NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus Ujian :

4 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, 2008 Ratih Oktawidya K A

5 RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan putri sulung dari pasangan Bapak Edy Sudaryanto dan Ibu Ruwi Mardiati yang lahir pada tanggal 07 Oktober 1984 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pada tahun 1990, penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak- Kanak di TK Dwi Karya Surabaya, dan pada tahun 1996 menamatkan pendidikan dasar di SDN Kalisari I Surabaya. Jenjang pendidikan menengah pertama ditamatkan oleh penulis di SMPN 2 Bogor pada tahun 1999, serta menamatkan pendidikan menengah atas di SMUN 5 Bogor, tahun Pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswi Program Diploma III, Jurusan Manajemen Usaha Boga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tahun Penulis melanjutkan pendidikannya ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-nya yang Maha luas dan Maha memberi tanpa batas. Atas izin-nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang telah ditentukan. Dengan suksesnya penulisan skripsi mengenai Analisis Kelayakan Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor, diharapkan mampu mengisi sebagian dari kebutuhan penulis dan pembaca mengenai kelayakan usaha. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha Kebab Turki Baba Rafi di Outlet 253 dari aspek pasar, teknis, manajemen, lingkungan, dan finansial. Penelitian ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Semoga dengan skripsi ini, mampu meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca, bermanfaat bagi yang memerlukan, dan memberikan insipirasi baru bagu peneliti lainnya. Bogor, 2008 Ratih Oktawidya K A

7 UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, saya mendapat banyak bantuan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Edy Sudaryanto dan Ibu Ruwi Mardiati, my precious parents, atas segala usaha, upaya, dan doa mereka sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi. Semangat mereka memberikan motivasi yang sangat besar untuk saya dalam menyelesaikan kewajiban akhir sebagai mahasiswa untuk mendapatkan gelar Sarjana. 2. Ibu Febriantina Dewi, SE, M.Sc selaku dosen pembimbing yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk konsulasi atau bimbingan, membina, dan memberikan pengarahan yang sangat berguna demi kesempurnaan skripsi saya ini. 3. Teman, sahabat yang selalu setia menemami saya. Membantu saya dalam keadaan susah maupun senang dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Resty Widya Kurniasari, my beloved sister, yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk membantusaya dalam menyelesaikan skripsi ini secepatnya. 5. Kakak saya (Marita) yang telah berbaik hati untuk menggantikan rutinitas pekerjaan saya di rumah selama saya menyelesaikan skipsi ini. Tanpa kebaikannya, saya tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan perasaana tenang. 6. Wukir Trangjiwani, Eli, Fransiska, Dizy, Ade, teman saya yang bersedia diganggu waktunya untuk diajak berdiskusi mengenai kelayakan usaha.

8 Berkat bantuan dan saran dari mereka, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan teguh hati dan keyakinan. 7. Teman Diploma, Desi Mustika yang selalu memberi support kepada saya untuk secepatnya menyelesaikan skripsi agar dapat mencari pekerjaan. 8. Seluruh staf sekretariat Ekstensi Manajemen Agribisnis Baranang Siang, khususnya untuk Mas Aji dan Mas Agus yang sudah bersedia membantu mulai awal kuliah di ekstensi, menolong menyiapkan sarana untuk kolokium, seminar, dan sidang, dan lainnya. Serta staf lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungannya selama ini. 9. Last but not least, dosen penguji waktu saya menjalani kolokium yaitu Ibu Rita. Dosen yang saya banggakan, saran dari beliau sungguh sangat bermanfaat. Selain itu, beliau adalah dosen penguji yang sangat mengerti akan kemampuan dan keinginan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Two thumbs up!!. Pada akhirnya, sebagai manusia biasa. Saya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Saya meminta maaf apabila terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam hal penulisan. Bogor, 2008 Ratih Oktawidya Kusumawati

9

10 RINGKASAN RATIH OKTAWIDYA KUSUMAWATI. A Analisis Kelayakan Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor). Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI. Pilihan usaha melalui franchise, khusunya sektor food and beverage seperti Kebab Turki Baba Rafi, Klenger Burger, Mr. Celup, Mc. Donals, KFC, dan lain-lain sebagai salah satu usaha franchise modern yang banyak diminati pelaku usaha saat ini. Franchise pada sektor food and beverage merupakan sarana yang tepat untuk memperluas jangkauan pemasaran dengan pendistribusian bahan baku yang relatif pendek. Potensi pasar bisnis franchise sangat besar terlihat dari usaha franchise pada sektor food and beverage yang bermunculan di tanah air, baik lokal maupun asing. Usaha franchise di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat, terutama pada franchise lokal. Menurut Rachmadi (2008), usaha franchise lokal tahun 2005 sebanyak 42 usaha. Setahun berikutnya (2006) angka tersebut melonjak menjadi 49 atau mengalami kenaikan sekitar 8,8 persen, dan tahun 2007, angka tersebut terus mengalami kenaikan sebanyak 62 usaha atau meningkat sekitar 60 persen. Pertumbuhan franchise lokal tersebut dialami pula oleh franchise Kebab Turki Baba Rafi. Kebab Turki Baba Rafi (KTBR) merupakan usaha milik PT Baba Rafi Indonesia yang berpusat di Kota Surabaya. Sebanyak 270 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, seperti pada Outlet 253 merupakan sebutan untuk cabang KTBR yang ke-253. Outlet KTBR 253 dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil, dan usaha tersebut telah berjalan lima bulan. Produk KTBR yang dijual antara lain kebab, kebab gila, syawarma, hotdog, beef burger, chicken burger, crispy burger, wiener jumbo, hotdog jumbo, burger gila, canai original, canai salad, canai coklat keju, dan kebab pisang coklat keju. Sebelum memulai usaha, outlet 253 melakukan sewa lokasi yang dimulai per tiga bulan terhitung masa percobaan untuk melihat pangsa pasar di lokasi tersebut. Dikarenakan pemilik tempat tersebut akan melakukan renovasi rumah menyebabkan waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang, sehingga franchisee outlet 253 tersebut berencana melakukan relokasi outlet. Dengan melakukan relokasi outlet, maka franchisee 253 harus mempertimbangkan berberapa hal, antara lain menambah jumlah pelanggan, keamanan lokasi yang baru, biaya sewa lokasi baru, dan dampak usaha tersebut pada masyarakat sekitar. Berdasarkan permasalahan diatas, usaha franchise KTBR cabang 253 selanjutnya diharapkan dapat melakukan operasional usaha di lokasi baru setelah dinyatakan layak secara teknis, pasar, manajemen, lingkungan, serta finansial. Adapun tujuan penelitian ini, yaitu: (1) Menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, lingkungan dan finansial, (2) Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan investasi produk Kebab Turki Baba Rafi di cabang outlet 253. Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang dianalisis dengan melihat aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan, dan aspek finansial yang dianalisis dengan bantuan microsoft excel. Hasil dari analisis aspek pasar yang diteliti ditunjukkan adanya lokasi baru yang dijadikan tujuan untuk melakukan relokasi usaha. Pemasaran harus dilakukan secara intensif setelah melakukan relokasi, dengan harapan pelanggan lama akan terus datang dan

11 membeli produk KTBR. Strategi pemasaran yang dilakukan yaitu menyebarkan flyer menu, serta aktif mengunjungi sekolah, kampus, kantor, maupun acara-acara khusus untuk berpartisipasi mengisi stand bazar. Sehingga keberadaan usaha franchise KTBR cabang 253 akan terus berkembang. Berdasarkan kondisi lokasi baru yang akan dituju sebagai relokasi usaha yang dekat dengan jalan raya alternatif dan Alfamart, dengan konsumen Alfamart maupun pengguna jalan yang terus melintas sehingga secara teknis mendukung untuk dilaksanakannya kegiatan operasional usaha franchise KTBR. Hasil analisis aspek lingkungan menjelaskan bahwa usaha KTBR cabang 253 tidak memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat yang ingin menjadi pegawai operasional (operator) di outlet KTBR 253. Tetapi usaha tersebut memberikan penerimaan tambahan bagi pemilik warung, toko, atau salon yang disewa oleh outlet KTBR. Struktur organisasi yang sederhana memudahkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab bagi franchisee maupun operator. Operator outlet 253 diperoleh dari franchisor, yang telah melalui masa training. Berdasarkan hasil analisis aspek manajemen maka usaha franchise KTBR cabang 253 layak untuk dijalankan. Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk dilakukan dengan perhitungan menggunakan kriteria investasi. Usaha franchise KTBR cabang 253 memperoleh keuntungan Rp per tahunnya. Kemudian berdasarkan kriteria kelayakan usaha, diperoleh nilai NPV lebih dari nol yaitu Rp yang berarti usaha franchise KTBR 253 menurut nilai sekarang (present value) adalah menguntungkan untuk dilaksanakan, sedangkan nilai net B/C yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan usaha sebesar 18,0 dan dinyatakan layak sebab nilai net B/C tersebut lebih dari satu. Kemudian nilai IRR sebesar 5,24, berdasarkan nilai IRR tersebut usaha franchise KTBR dinyatakan layak, karena nilai IRR yang dihasilkan lebih dari tingkat diskonto yang digunakan dalam analisis Internal Rate Return sebesar empat persen. Modal yang dikeluarkan untuk usaha ini akan kembali dalam jangka waktu satu tahun dua bulan. Analisis switching value menggunakan dua skenario yaitu skenaikan harga bahan baku (skenario I) dan penurunan volume penjualan produk KTBR (skenario II). Hasil analisis menunjukkan bahwa skenario I kurang peka (kurang sensitif) terhadap perubahan variabel yang terjadi dibandingkan dengan skenario II. Penurunan volume penjualan produk KTBR sebesar 13,9 lebih sensitif dibandingkan dengan kenaikan harga bahan baku yaitu 22,9. Hal ini dikarenakan persentase switching value pada skenario II lebih kecil dibandingkan dengan persentase pada skenario I. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value, terlihat bahwa usaha franchise KTBR cabang 253 layak untuk dijalankan. Franchisee outlet KTBR 253 disarankan memperhatikan penurunan volume penjualan yang dapat mempengaruhi jumlah pelanggan dan keuntungan.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... i DAFTAR GAMBAR... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Franchise Definisi Franchise Sejarah Franchise Franchisor dan Franchisee Kebab Istilah Kebab Produk Kebab Turki Baba Rafi Hasil Penelitian Terdahulu 15 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Aspek-aspek Analisis Kelayakan Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Lingkungan Aspek Finansial Analisis Sensitivitas (Switching Value) Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penarikan Sampel Metode Analisis Data... 28

13 Analisis Aspek Pasar Analisis Aspek Teknis Analisis Aspek Manajemen Analisis Aspek Lingkungan Analisis Aspek Finansial Net Present Value (NPV) Internal Rate Return (IRR) Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio) Payback Period (PP) Analisis Sensitivitas (Switching Value) Asumsi Dasar BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Kebab Turki Baba Rafi Sejarah Kebab Turki Baba Rafi Tipe Outlet Model Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi Gambaran Umum Lokasi Penelitian BAB VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK PASAR, TEKNIS, MANAJEMEN, DAN LINGKUNGAN 6.1. Aspek Pasar Lokasi Usaha di Alfamart Ciheuleut Pasar Potensial Permintaan Persaingan Strategi Pemasaran Bauran Pemasaran Aspek Teknis Lokasi Usaha Kebab Turki Baba Rafi Ketersediaan Bahan Baku Kriteria Pmilihan Alat Proses Pembuatan Produk KTBR Aspek Manajemen Aspek Lingkungan Aspek Finansial Arus manfaat (inflow) Arus Biaya (Outflow) Kelayakan Finansial Usaha Franchise KTBR Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR... 71

14 BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran. 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. 76

15 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Jumlah Perusahaan Franchise di Indonesia berdasarkan Asalnya Permintaan 6 Franchise Pada Sektor Food and Beverage Permintaan Kebab Turki di Cabang Outlet KTBR Rincian Biaya Investasi Usaha Franchise KTBR Rincian Belanja Bahan Baku (untuk tiga hari) Rincian Biaya Perlengkapan Pendukung Rincian Biaya Variabel Usaha Franchise KTBR Kriteria Kelayakan Finansial Investasi Usaha Franchise KTBR Analisis Sensitivitas Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi Pada Kedua Skenario

16 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kerangka Pemikiran Opersional Tahapan Menjadi Franchisee Kebab Turki Baba Rafi Alur Pendistribusian Produk Kebab Turki Baba Rafi Struktur Organisasi Outlet KTBR Cabang

17 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Tipe Gerobak Kebab Turki Baba Rafi Menu KTBR dan Lokasi Baru Outlet KTBR Cabang Harga Bahan Baku Kebab Turki Baba Rafi Cashflow Kebab Turki Baba Rafi Analisis Sensitivitas (Switching Value) Skenario I Analisis Sensitivitas (Switching Value) Skenario II Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 0,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 1 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 1,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 2 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 2,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 3 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 3,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 4 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 4,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 5,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 6 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 6,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 7 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 7,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 8 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 8,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 9 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 9,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 10 %... 26

18 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 27. Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 10,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 11 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 11,5 % Casflow Penurunan Penjualan Kebab Turki Baba Rafi 12% Casflow Kenaikan Harga Bahan Baku Kebab Turki Baba Rafi 7 %...31

19 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam segala bidang mendorong masyarakat untuk giat dalam mendapatkan penghasilan. Selain menjadi pegawai atau karyawan di suatu institusi, masyarakat saat ini mulai mencoba menjalankan usaha di berbagai hal seperti menjual pakaian, asesoris wanita, sepatu, hingga makanan. Oleh karena itu, banyak ruko, stan di dalam mal, restoran, café, hingga outlet banyak dijumpai sebagai sarana dalam menjalankan usaha. Dalam mendirikan suatu usaha, para pelaku usaha menggunakan sumber permodalan baik milik pribadi maupun dari pihak lain. Sumber modal dari pihak lain tersebut dapat diperoleh dari bank, rentenir, kerabat, maupun investor. Jumlah modal yang digunakan oleh pelaku usaha sangat bergantung kepada skala usahanya, dimana usaha tersebut terbagi atas usaha kecil, sedang, dan besar. Kegiatan usaha dengan skala sedang memperoleh modal dari investor untuk menyediakan bangunan dan sarana usaha. Hal ini dapat dijumpai pada kegiatan usaha franchise yang sekarang ini banyak dijalankan oleh para pelaku usaha di beberapa kota. Franchise dibedakan menjadi dua yaitu franchise lokal dan franchise asing. Kemudahan dalam menjalankan usaha franchise serta keyakinan dalam memperoleh pangsa pasar lebih cepat menjadikan salah satu alasan memilih usaha franchise. Di Indonesia, pada tahun 2005 hingga tahun 2007, jumlah pelaku usaha franchise baik lokal maupun asing terus meningkat, hal ini ditunjukkan pada Tabel 1.

20 2 Tabel 1. Jumlah Perusahaan Franchise di Indonesia berdasarkan Asalnya Tahun Franchise Lokal Franchise Asing Jumlah Pertumbuhan (%) Jumlah Pertumbuhan (%) , , ,9 Sumber : Rachmadi, 2008 Dari data diatas, menunjukkan bahwa franchise lokal mengalami perkembangan yang sangat pesat yaitu hingga 60% pada tahun Sedangkan pertumbuhan franchise asing pada tahun yang sama mencapai 27,35%. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam tiga tahun terakhir, antusiasme pelaku usaha franchise lokal lebih menonjol dalam melakukan perkembangan usaha dibandingkan franchise asing (Rachmadi, 2008). Implikasinya adalah dengan semakin banyaknya franchise lokal yang bermunculan menyebabkan persaingan yang ketat pada usaha franchise di Indonesia. Hal tersebut membuat franchisee dihadapkan pada berbagai pilihan brand, sehingga franchisor perlu mengetahui kebutuhan dan keinginan franchisee agar dapat menciptakan dan menjual franchise yang dapat diterima oleh franchisee. Pilihan brand pada franchise lokal dapat ditemukan pada lima sektor industri, antara lain sektor food and beverage, educational product and service, ritel, real estate service, laundry, and dry cleaning, dan lain-lain (Rachmadi, 2008). Sektor food and beverage menjadi pilihan franchise yang paling banyak dijalankan di Indonesia. Salah satu keunggulan franchise pada sektor food and beverage adalah bentuk franchise yang merupakan usaha instan yang banyak diminati oleh pengusaha di

21 3 Indonesia, karena pasar yang sudah tersedia serta beberapa keuntungan dari bentuk franchise itu sendiri seperti bantuan manajerial dan operasional yang diberikan oleh franchisor. Usaha franchise makanan mempunyai ciri khusus dari produknya sehingga dapat lebih bertahan dari ancaman pasar. Distribusi usaha franchise sangat pendek, sehingga kontrol terhadap mutu produk dan pelayanan dapat dilakukan secara langsung. Usaha yang bergerak dalam sektor food and beverage tidak akan pernah sepi dan bahkan terus menjamur. Menurut Rahmadi (2008), diperkirakan franchise pada sektor food and beverage akan terus meningkat dan akan menjadi sebuah trend. Salah satu nama franchise pada sektor food and beverage adalah Kebab Turki Baba Rafi. Makanan khas Timur Tengah ini mulai menarik perhatian masyarakat dari berbagai kalangan, produk KTBR yang terdiri dari kebab, kebab gila, syawarma, hotdog, beef burger, chicken burger, crispy burger, wiener jumbo, hotdog jumbo, burger gila, cane original, cane salad, cane coklat keju, dan kebab pisang coklat keju. Produk KTBR tersebut banyak mendapat permintaan dari masyarakat. Belum genap tiga tahun berdiri, produk KTBR telah mendapatkan banyak franchisee, hal ini terjadi hingga pertengahan tahun 2006 dimana KTBR sudah hadir di 170 outlet. Dari 170 outlet tersebut, enam outlet diantaranya merupakan milik franchisor. Permintaan akan franchise Produk KTBRdapat dilihat pada Tabel 2, yang menunjukkan peningkatan peminat Produk KTBRdibandingkan franchise yang lain dengan tipe outlet (bukan restoran).

22 4 Tabel 2. Permintaan 6 Franchise Pada Sektor Food and Beverage N Nama Franchise Tahun (Milik Franchisor) Tahun (Yang di-franchise-kan) o Edam Burger Hotdog Booth KTBR Mr Celup s Picazzo Burger Red Crispy Sumber : Marimbo (2007) Dari data diatas, menunjukkan bahwa tawaran jenis makanan yang sudah familiar (umum) bagi usaha franchise makanan ikut menyemarakkan usaha pada sektor food and beverage. Hal ini terjadi pada franchise makanan yang menjual sajian seperti fried chicken, Kebab Turki, burger, pizza, serta sajian cepat saji lainnya. Franchise pada sektor food and beverage yang menjual masakan western sudah semakin menjamur dari tahun ke tahun. Hanya saja fenomena masakan western tersebut membuat franchise lain menciptakan menu yang lain, salah satunya yaitu Kebab Turki. Meskipun konsumen masih berminat dengan makanan ala Barat, yang terbukti dengan larisnya restoran fast food dari Amerika Serikat. Namun bersamaan dengan besarnya pengaruh budaya Timur Tengah ke masyarakat Indonesia akhirakhir ini, pangsa pasar produk KTBR juga ikut meluas. Terlebih lagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim yang lebih mengutamakan makanan dengan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) (Setiawan, 2006). Produk KTBR merupakan salah satu jenis franchise makanan yang menawarkan 16 menu pilihan. Salah satunya adalah kebab yang berbahan dasar tortila yang terbuat dari tepung gandum yang dihidangkan dengan irisan daging sapi, sayuran, serta saus pelengkap, sehingga didapatkan bentuk yang unik, rasa yang lezat, dan belum dijumpai sebelumnya. Variasi makanan khas Timur Tengah yang

23 5 membuat daya tarik bagi konsumen serta menghindari kejenuhan pasar akan makanan yang sering ditawarkan pada konsumen. PT Baba Rafi Indonesia merupakan perusahaan yang menjual produk makanan Timur Tengah yang diberi nama Kebab Turki Rafi (KTBR). Perusahaan ini didirikan pada tahun 2005, oleh seorang alumni Institut Teknologi Surabaya. Berkat pengalaman selama di negara Timur Tengah, membuat pendiri PT Baba Rafi Indonesia ini mempunyai ide untuk mencoba menjual produk KTBR dengan versi lain. Produk KTBR tersebut dipasarkan di daerah Surabaya dengan memilih lokasi usaha yang cukup strategis yaitu di depan kampus dan dekat dengan jalan raya menjadi langkah awal dalam memperoleh pangsa pasar. Sejak saat itu, pendiri KTBR menjalankan usaha KTBR dalam bentuk franchise. Outlet merupakan sarana untuk menjual produk KTBR dan saat ini hampir 270 outlet KTBR tersebar di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, Palembang, Bali, Bogor, Sidoarjo, Jember, Malang, Gresik, Kediri, Yogyakarta, Semarang, Cilacap, Kudus, Medan, Solo, Lampung, Batam, Pekanbaru, Balikpapan, Banjarmasin, Karawang, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Bekasi. Khususnya di kota Bogor terdapat sepuluh outlet KTBR yang berdiri dan masing-masing outletnya dimiliki oleh franchisee yang berbeda. Kesepuluh outlet di kota Bogor tersebut, belum didukung dengan peninjauan lebih dalam mengenai kelayakan usaha masing-masing outlet. Oleh karena itu, studi kelayakan usaha di outlet KTBR perlu dilakukan.

24 Perumusan Masalah Salah satu yang tergolong dalam franchise pada sektor food and beverage adalah Kebab Turki Baba Rafi. KTBR merupakan pencetus makanan Timur Tengah pertama di Indonesia, mulai dari kemasan, bentuk, rasa, serta penyajian menjadi hal utama yang diperhatikan. Kesamaan dari hal tersebut diatas menjadikan trade mark dari KTBR yang dapat dijumpai di semua outlet KTBR. Tidak hanya itu, pertimbangan dari franchisee bergabung dengan KTBR karena mempunyai konsep pemasaran yang diwujudkan melalui outlet dengan tampilan yang eye-cathing dibandingkan dengan usaha sejenis. Pertimbangan lain dari franchise ini yaitu banyak franchisee lain yang ikut terlibat dalam usaha tersebut yang tercatat hingga saat ini mencapai 270 outlet di Indonesia, dan sepuluh outlet diantaranya berada di kota Bogor. Pada tahun 2006, outlet KTBR cabang ke 162 merupakan outlet pertama di Kota Bogor dengan tipe outlet gerobak. Kemudian saat ini sepuluh outlet yang tersebar di beberapa wilayah kota Bogor dengan tipe outlet yang sama, dengan harapan ingin memberikan pilihan akan variasi makanan yang belum pernah ada sebelumnya serta ingin lebih dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau. Walaupun jumlah konsumen dari masing-masing outlet terus bertambah setiap tahunnya, itu semua tidak terlepas dari pemilihan lokasi yang strategis sehingga dapat dijangkau oleh konsumennya. Sebab masing-masing lokasi memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap usaha franchise KTBR, sehingga kelayakan usaha tidak hanya untuk franchisornya saja, melainkan untuk pihak franchisee sebagai pemilik outlet.

25 7 Kelayakan usaha masing-masing outlet KTBR menjadi hal yang paling penting bagi franchisee. Sebab banyak dijumpai relokasi outlet disebabkan banyak faktor, diantaranya menurunnya jumlah konsumen, harga sewa tempat yang mahal (melebihi batas sewa lokasi menurut Standart Operational Procedure (SOP)) yaitu Rp /bulan yang melebihi standar harga sewa dari KTBR yaitu Rp Rp /bulan, lokasi usaha yang kurang aman, hingga menurunnya omset penjualan harian. Beberapa faktor tersebut menyebabkan franchisee mengeluarkan dana tambahan yang tidak sedikit, dan bukan hanya itu pemilihan lokasi baru membuat outlet tersebut bersaing dengan usaha lain supaya mendapatkan konsumen yang lebih banyak serta dapat menjadi pelanggan tetap. Tak terkecuali untuk outlet KTBR 253 yang berlokasi di Universitas Pakuan Bogor. Outlet 253 merupakan sebutan untuk cabang KTBR yang ke-253. Outlet KTBR 253 dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil, dan usaha tersebut telah berjalan lima bulan. Setiap bulannya, jumlah konsumen dari outlet KTBR 253 mencapai hampir 75 orang dan diantaranya adalah pelanggan tetap dari Perumahan Bogor Baru, Bogor Like Side, mahasiswa/i Universitas Pakuan maupun siswa/i SMK PGRI serta siswa/i SMAKBO. Sebelum memulai usaha tersebut, outlet 253 melakukan sewa lokasi yang dimulai per tiga bulan terhitung masa percobaan untuk melihat pangsa pasar di lokasi tersebut. Dikarenakan pemilik tempat tersebut akan melakukan renovasi rumah menyebabkan waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang, sehingga franchisee outlet 253 tersebut berencana melakukan relokasi outlet.

26 8 Dengan melakukan relokasi outlet, maka franchisee harus mempertimbangkan berberapa hal, antara lain menambah jumlah pelanggan, keamanan lokasi yang baru, biaya sewa lokasi yang dituju, serta kelayakan usaha tersebut di lokasi yang baru. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi franchisee 253 sebab lokasi baru yang dituju berada di jalan alternatif dan tidak tampak jelas dari jalan utama. Pertimbangan tersebut menjadikan ukuran bagi franchisee outlet tersebut dalam melanjutkan usahanya dengan melakukan kelayakan usaha. Dan diharapkan dapat memberikan saran bagi franchisee untuk melakukan antisipasi terhadap segala perubahan yang terjadi pada usahanya di masa yang akan datang. Tidak hanya mempertimbangkan beberapa hal yang telah diuraikan diatas saja, melainkan franchisee juga melakukan training bagi operatornya untuk mengenal lokasi outlet yang baru, melakukan kegiatan promosi di lingkungan yang baru, mengatur jadwal buka outlet yang disesuaikan dengan situasi pasar, dan lain-lain. Oleh karena itu, studi kelayakan diperlukan untuk mengetahui apakah produk KTBR di cabang outlet 253 dinyatakan layak untuk suatu usaha setelah melakukan relokasi di tempat yang baru. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah : a. Bagaimana kelayakan usaha produk KTBR di cabang outlet 253 melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial? b. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan investasi produk KTBR di cabang outlet 253?

27 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan hasil perumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, lingkungan dan finansial. 2. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan investasi produk KTBR di cabang outlet Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Bagi franchisor, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah serta evaluasi kelayakan usaha suatu outlet dan proses pengambilan keputusan sehingga dapat diperoleh masukan yang berguna. 2. Bagi calon franchisee, sebagai salah satu sumber informasi pertimbangan untuk melakukan relokasi outlet. 3. Bagi pembaca, sebagai bahan kajian mengenai analisis kelayakan usaha franchise khususnya pada Kebab Turki Baba Rafi dan sebagai rujukan penelitian selanjutnya.

28 Batasan Penelitian Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Objek penelitian adalah franchise produk KTBR cabang outlet Harga yang digunakan dalam analisis finansial merupakan harga yang telah ditetapkan langsung oleh franchisor KTBR (pemilik franchise KTBR). 3. Kegiatan promosi yang diteliti hanya pada franchisee KTBR cabang ke Aspek kelayakan yang diteliti adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan, dan aspek finansial.

29 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Franchise Definisi Franchise Franchise berasal dari bahasa Perancis (affanchir) yang artinya kejujuran atau kebebasan hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, franchise adalah suatu ikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), franchise ialah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir. Pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan usaha dengan merek, nama, sistem, prosedur, dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. Franchise sebagai suatu bentuk organisasi terus berkembang dan semakin menarik perhatian, karena hal-hal yang ditawarkan oleh usaha ini menyangkut pekerjaan, peluang profesi mandiri (self employment opportunities) (British Franchise Association, 2004).

30 12 Rachmadi (2008) berpendapat, franchise adalah suatu bentuk sinergi usaha yang ditawarkan oleh suatu perusahaan yang sudah memiliki kinerja unggul karena didukung oleh sumber daya berbasis pengetahuan dan orientasi kewirausahaan yang cukup tinggi dengan governance structure (tata kelola) yang baik, dan dapat dimanfaatkan oleh pihak lain dengan melakukan hubungan kontraktual untuk menjalankan usaha dibawah format usaha dengan imbalan yang disepakati Sejarah Franchise Konsep jejaring toko sebagai sistem franchise yang sudah ada sejak 200 SM di China. Saat itu pengusaha lokal negeri itu bernama Lo Kass mengoperasikan beberapa unit toko, berabad-abad kemudian konsep franchise diadopsi oleh pengusaha terutama di Eropa yang melahirkan istilah franchise. Di Jerman sekitar tahun 1840-an, sudah banyak pengusaha bir memberikan hak untuk menjualkan bir produksinya kepada kedai-kedai minuman. Kemudian pada tahun 1851 di Amerika Serikat, The Singer Sewing Machine Company mulai memberikan hak untuk mendistribusikan mesin jahit produksinya kepada distributor (IFBM, 2007). Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restoran modern. Gagasan pendiri adalah membiarkan rekanan untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo, dan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran.

31 13 Dalam perkembangannya, sistem ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun 1950-an yang kemudian franchise dikenal sebagai format usaha (bussiness format). Tetapi The Singer-lah yang menjadi cikal bakal munculnya franchise. Di Indonesia, istilah franchise mulai banyak dikenal pada tahun 1990-an. Awalnya ketika Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) International Labor Organization (ILO) di tahun 1991 menyarankan kepada Pemerintah Indonesia agar mengembangkan sistem franchise untuk meningkatkan lapangan kerja, setelah itu dibentuklah Franchise Resource Center (FRC). FRC merupakan wadah pemberdayaan usaha-usaha menjadi franchise, memasyarakatkan, mensosialisasikan sistem franchise, serta mendorong pertumbuhan franchise lokal. Lembaga ini berada di bawah Departemen Perdagangan (Setiawan, 2006) Franchisor dan Franchisee Franchisor adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki. Sedangkan franchisee adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak kepada untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki franchisor (IFBM, 2007). Franchisor dan franchisee memiliki banyak ikatan antara lain : kesepakatan konseptual antara kedua belah pihak (kontrak), adanya hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas atau merek/nama dagang yang dimiliki

32 14 satu pihak yang digunakan pihak lainnya. Imbalan (fee) yang diberikan pihak pengguna pada pemilik hak kekayaan intelektual, penemuan, ciri khas usaha, atau merek/nama dagang, kemudian adanya pemeliharaan kepentingan terus-menerus yang dilakukan pihak pertama dalam bidang-bidang pengetahuan dan pelatihan, adanya format atau prosedur yang dimiliki dan dikendalikan satu pihak, serta adanya dana investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengguna Kebab Istilah Kebab Kata kabab اب) berasalک(ب dari bahasa Arab atau Persia yang berarti daging yang digoreng dan bukanlah daging yang dipanggang. Kata kabab dari bahasa Arab tersebut berasal dari Aramaic kabbaba yang berasal dari daerah Akkadian kababu, berarti membakar atau menggosongkan. Pada abad ke-14, kata kebab menurut kamus Lisan al Arab memiliki persamaan kata dengan kata tabahajah yaitu kata dalam bahasa Persia untuk sajian sepotong daging yang digoreng. Kata dalam bahasa Persia tersebut lebih dikenal pada saat abad pertengahan, yang akhirnya kata kebab tersebut digunakan dalam bukubuku berbahasa Arab. Kata kebab lebih sering digunakan pada saat ini dibandingkan saat di Turki yang sebelumnya menemukan kata shiwa untuk daging yang dipanggang. Namun, kebab tetap memegang teguh kata aslinya dengan menyajikan makanan seperti tas kebab (kebab dalam mangkuk). Sama halnya dengan daging panggang khas Egypt yang disajikan dengan bawang bombay lebih dikenal dengan istilah kebab halla.

33 Produk Kebab Turki Baba Rafi Adalah usaha makanan yang menjual produk KTBR diantaranya kebab, kebab gila, syawarma, hotdog, beef burger, chicken burger, crispy burger, wiener jumbo, hotdog jumbo, burger gila, cane original, cane salad, cane coklat keju, dan kebab pisang coklat keju. Produk KTBR milik PT Baba Rafi Indonesia dikelola dengan suatu format dan teknik manajemen serta metode, prosedur, standar, dan teknik mengolah dengan menggunakan peralatan standar KTBR. Perangkat-perangkat pendukung lain yang digunakan, bertujuan untuk dapat memperoleh hasil dengan kualitas relatif baik dan dalam waktu relatif singkat Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Junaidi (2006) dengan judul Analisis dan Evaluasi Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Franchise (Studi Kasus Alfamart Wilayah Jabotabek) diperoleh hasil evaluasi tingkat kepentingan pada tahap awal analisis multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa semua atribut seperti sistem manajemen franchise, lama pengembalian modal, dan pelayanan toko dipertimbangkan oleh konsumen. Berdasarkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap franchise alfamart menunjukkan bahwa atribut yang paling baik yaitu reputasi merek sebesar 5,28 dan atribut paling rendah yaitu lamanya pengembalian modal sebesar 4,65. Berdasarkan hasil penelitian Putera (2006) dengan judul Evaluasi Kelayakan Usaha Pada Restoran Mie Kondang Jakarta Selatan diketahui bahwa aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek hukum, dan aspek manajerial sudah baik untuk

34 16 menunjang kinerja restoran. Kemudian dari aspek finansial, keuntungan sebesar Rp diperoleh setiap tahunnya. Sedangkan menurut hasil perhitungan switching value, restoran mie kondang tersebut mengalami penurunan nilai penjualan produk makanan melebihi 4,00 persen atau kenaikan biaya bahan baku yang melebihi 5,43 persen menyebabkan usaha yang dilakukan oleh restoran mie kondang dinyatakan tidak layak. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuningsih (2004) dengan judul Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Selada Hidroponik (studi kasus di Yayasan Progressio Indonesia, kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi jawa Barat) diketahui bahwa secara finansial diperoleh NPV sebesar Rp ,68. IRR sebesar 89 persen, Net B/C sebesar 1,79, dan masa pengembalian investasi dua tahun enam bulan. Hasil analisis sensitivitas dilakukan dengan tiga skenario yaitu penurunan produksi 11,1 persen, kenaikan harga input 20 persen, dan penurunan harga selada 30 persen. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario kesatu dan ketiga pengusahaan selada menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak layak. Pada skenario kedua menunjukkan bahwa pengusahaan selada dinyatakan layak untuk dilakukan. Empat penelitian terdahulu diatas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaannya adalah, menganalisis kelayakan usaha dengan menggunakan metode yang sama. Perbedaannya adalah, jenis usaha yaitu franchise pada sektor food and beverage, produk yang dianalisis yaitu kebab yang belum pernah ada di penelitian sebelumnya, dan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini.

35 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan, analisis penilaian, pelaksanaan, dan evaluasi (Gittinger, 1986). Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000). Pengertian keberhasilan ini bisa ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis suatu investasi. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) analisis kelayakan proyek memberikan manfaat kepada poyek itu sendiri/manfaat finansial, yang artinya ialah apakah proyek tersebut cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan resiko proyek. Manfaat ekonomi proyk tersebut bagi negara adalah sebagai tempat proyek tersebut dilaksanakan, yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. Serta manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.

36 Aspek-aspek Analisis Kelayakan Dalam melakukan studi kelayakan, perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986) aspek tersebut terdiri dari aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Menurut Husnan dan Suwarno (2000) aspek-aspek studi kelayakan terdiri dari aspek pasar, teknis, keuangan, hukum, dan ekonomi negara. Investasi tersebut tergantung pada besar kecilnya dana yang ditanamkan, maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial Aspek Pasar Sebelum melakukan proyek, analisis terhadap aspek pasar merupakan prioritas pertama dalam studi kelayakan proyek. Dengan demikian akan diketahui pasar potensial yang tersedia dan karakteristik pasar yang akan dituju. Menurut Kamaluddin (2004), terdapat tiga faktor yang menunjang terjadinya pasar yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, dan tingkah laku dalam pembelian. Dari sisi output, analisa pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan. Dari sudut pandang input, rencana-rencana harus dibuat untuk meyakinkan adanya input, saluran distribusi, kapasitas, kontinuitas, dan tingkat harga.

37 19 Menurut Kotler (2004), pemasaran mencoba mempelajari tentang : 1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah, dan sebagainya perlu diperhatikan. 3. Harga, dilakukan dengan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. 4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan Aspek Teknis Aspek teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisa secara teknis akan dapat mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal pelaksanaan (Gittinger, 1986). Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan operasi setelah proyek selesai dibangun. Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran

38 20 mengenai lokasi proyek, besar skala operasi/luas produksi, dan proses produksi yang dilakukan Aspek Manajemen Umar (2005) menyatakan bahwa aspek manajerial dan administratif menyangkut kemampuan karyawan proyek untuk menjalankan aktivitas. Sedangkan menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan proyek dan manajemen dalam operasi seperti bentuk badan usaha yang dipilih, deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan, dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan Aspek Lingkungan Analisis aspek lingkungan berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek tanggap (responsive) terhadap keadaan (Gittinger, 1986). Contohnya adanya kesempatan kerja bagi lingkungan sekitar dan dampak usaha tersebut terhadap lingkungan Aspek Finansial Dalam Gittinger (1986) dinyatakan bahwa analisa proyek adalah membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan proyek yang mempunyai keuntungan yang layak. Suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak, bila hasil yang diperoleh dari proyek dapat dibandingkan dengan sumber-sumber yang diperlukan (biaya). Dalam analisis ini, diperlukan kriteria investasi yang merupakan

39 21 metode yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Beberapa kriteria sebagai tolak ukur penilaian kelayakan investasi diantaranya adalah : A. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi. Menurut Halim dan Supomo (1990), Net Present Value merupakan penerimaan kas (cash inflow) pada masa yang akan datang selama investasi berlangsung, dihitung berdasarkan nilai sekarang. Metode ini dihitung dengan cara mengurangi nilai sekarang atau nilai tunai dari penerimaan kas (cash inflow) dengan nilai sekarang dari pengeluaran kas (cash outflow) selama investasi modal berlangsung. Menurut Kamaluddin (2004), NPV ialah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria penilaian yaitu bila nilai NPV>0; proyek dinyatakan layak atau bermanfaat karena dapat menghasilkan penerimaan lebih besar dari modal opportunity cost faktor produksi modal. Nilai NPV=0; proyek tersebut menghasilkan sebesar opportunity cost faktor produksi modal. Pada kondisi ini, proyek dinyatakan tidak untung dan tidak rugi. Apabila nilai NPV<0, berarti proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang menunjukkan bahwa proyek tidak layak untuk dilakukan.

40 22 B. Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return (IRR) adalah kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan pengembalian atau dianggap sebagai keuntungan atas investasi bersih yang dapat dicapainya. Salah satu kriteria investasi ini sering disebut pula dengan time-adjusted rate of return, dengan definisi yaitu menghitung tingkat bunga yang sesungguhnya dari suatu rencana investasi agar nilai sekarang dari aliran kas bersih dapat menutup jumlah modal yang diinvestasikan (Halim dan Supomo, 1990). Dengan kata lain, tingkat pengembalian internal atau internal rate return (IRR) menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan nilai sekarang dari investasi (cash outflow) dengan nilai sekarang dari hasil investasi tersebut. Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek dalam mengembalikan pinjaman. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, apabila nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan. C. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah tingkat besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan berupa perbandingan antara jumlah NPV positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang negatif (sebagai penyebut). Menurut Halim dan Supomo (1990), rasio manfaat dan biaya atau net benefit cost adalah nilai perbandingan antara jumlah present value yang bernilai

41 23 positif (pembilang) dengan present value yang bernilai negatif (penyebut). Suatu proyek layak untuk dilaksanakan apabila nilai B/C ratio lebih dari satu. D. Payback Period (PP) Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas melalui keuntungan yang diperoleh suatu proyek. Menurut Halim dan Supomo (1990), pay back period merupakan salah satu kriteria investasi yang pada umumnya digunakan untuk menentukan perlu tidaknya penambahanan atau penggantian aktiva tetap perusahaan. Pay back period bukan merupakan pngukur kemampuan menghasilkan laba (profitability) suatu investasi, tetapi mengukur jangka waktu pengembalian suatu investasi. Selama proyek dapat mengembalikan modal/investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilanjutkan Analisis Sensitivitas (Switching Value) Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan usaha agar dapat terlihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah atau adanya kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat. Dalam analisis sensitivitas, setiap kemungkinan harus dicoba yang berarti bahwa setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini diperlukan karena analisis usaha didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang.

42 24 Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan cara pendekatan switching value (nilai pengganti), dimana analisis ini mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang dapat terjadi seperti tingkat produksi, harga jual output maupun harga input. Teknik analisis ini dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar usaha masih dapat masih dapat memperoleh keuntungan normal Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian tentang analisis kelayakan usaha franchise KTBR di cabang outlet 253 diawali dengan lokasi usaha yang berada di Kota Bogor. Outlet 253 memulai usahanya lima bulan yang lalu terhitung mulai bulan Januari, lokasi yang saat ini digunakan sebagai tempat usaha merupakan salah satu lokasi strategis. Produk KTBR merupakan makanan yang unik dan tidak dijumpai di beberapa tempat jualan di sekitar Univesitas Pakuan, sehingga sebagian besar konsumen ketagihan akan rasanya yang lezat. Hal ini menjadi peluang bagi franchisee untuk mulai mendapatkan pelanggan tetap di lokasi tersebut. Hanya saja usaha tersebut harus memulai dari awal, sebab lokasi tersebut akan dilakukan renovasi. Dalam kegiatan usahanya, masih banyak kendala yang harus dihadapi oleh franchisee tersebut. Kendala-kendala tersebut antara lain, (a) waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang, dengan alasan pemilik tempat akan melakukan renovasi rumah, (b) kegiatan usaha KTBR yang sangat tergantung pada lokasi usaha yang

43 25 strategis (c) rencana relokasi outlet membutuhkan dana yang tidak sedikit, dan (d) mencari pelanggan atau konsumen baru yang membutuhkan waktu tidak sebentar. Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka perlu dilakukan analisis kelayakan untuk melihat apakah usaha franchise KTBR di cabang outlet 253 ini layak untuk dilaksanakan atau tidak. Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Aspek yang diteliti dalam usaha franchise KTBR di cabang outlet tersebut antara lain adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan, dan aspek finansial. Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha yaitu NPV, IRR, Net B/C ratio, dan Payback Period. Selain kriteria investasi, juga digunakan analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan usaha KTBR terhadap keadaan yang berubah-ubah. Dimana menggunakan biaya investasi yang meliputi gerobak, alat burner kebab (alat pemanggang daging kebab), paket perlengkapan gerobak, paket promosi usaha (neon box, banner, flyer), dan freezer box. Adapun alur pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

44 26 Kegiatan Usaha Franchisee Kebab Turki Baba Rafi di Cabang Outlet 253 Permasalahan yang dihadapi : 1. Waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang 2. Rencana relokasi yang membutuhkan dana tidak sedikit 3. Waktu untuk mendapatkan konsumen yang cukup lama Analisis Kelayakan Usaha Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Lingkungan Aspek Finansial Tidak Layak Layak Evaluasi terhadap usaha franchise Kebab Turki Baba Rafi Cabang 253 Kegiatan Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi di Cabang 253 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Opersional

45 27 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di cabang outlet 253 yaitu di Universitas Pakuan Jl. Ciheuleut RT 002/RW 006 Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Adapun waktu penelitian berlangsung selama dua bulan yang dimulai dari bulan April sampai dengan Juni Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui observasi lapang dan wawancara dengan franchisee. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait, seperti Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Pameran Franchise Indonesia 2008, Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Iinformasi (LSI) Institut Pertanian Bogor (IPB), penelusuran melalui internet, buku, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian Metode Penarikan Sampel Pemilihan lokasi di kota Bogor dengan alasan bahwa sebagian besar penduduk beragama Islam, terlebih lagi dengan adanya komunitas Arab yang berada di daerah Empang Bogor. Pemilihan lokasi outlet KTBR dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan, outlet KTBR 253 mengalami permasalahan yaitu melakukan relokasi outlet. Sedangkan permasalahan yang dihadapi sembilan outlet

46 28 yang lain yaitu daya tahan fasilitas gerobak (seperti kaca yang mudah retak). Adapun alasan memilih tipe outlet gerobak sebagai bahan penelitian yaitu hampir 70 persen dari 270 outlet yang tersebar di Indonesia menggunakan gerobak sebagai sarana operasionalnya. Pengumpulan data yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan usaha Produk KTBRBaba Rafi dilakukan dengan mewawancarai seorang franchisee (pemilik outlet) Metode Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek usaha franchise KTBR di cabang outlet meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek lingkungan. Analisis kuantitatif yaitu analisis kelayakan finansial usaha franchise KTBR di cabang outlet. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteriakriteria investasi antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Period (PP), dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer yaitu Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif Analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar akan melihat pasar potensial, permintaan akan produk KTBR, persaingan, startegi pemasaran, bauran pemasaran yang direncanakan oleh proyek tersebut.

47 Analisis Aspek Teknis Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi usaha franchise KTBR di cabang outlet 253, ketersediaan bahan baku, kriteria pemilihan alat, serta proses pembuatan produk KTBR Analisis Aspek Manajemen Aspek manajemen dianalisis mengenai hal-hal yang menentukan deskripsi serta pemegang jabatan pada cabang outlet KTBR ke Analisis Aspek Lingkungan Aspek lingkungan dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang ditimbulkan terhadap berjalannya kegiatan usaha KTBR terhadap kondisi sosial masyarakat maupun lingkungan Analisis Aspek Finansial Dalam melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP). Analisis kelayakan investasi dilakukan dengan menyusun aliran tunai (cash flow), karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang harus diperhitungkan Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV adalah sebagai berikut :

48 30 n NPV = Bt Ct t i) t 1 (1 Dimana: B t = Penerimaaan (Benefit) tahun ke-t C t = Biaya (Cost) tahun ke-t n = Umur ekonomis proyek i = Tingkat suku bunga (Discount Rate) Pada metode NPV, terdapat tiga kriteria penilaian investasi dalam NPV yaitu apabila NPV>0 berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai NPV<0 maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. NPV=0, berarti usaha tersebut sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) yang membuat nilai NPV suatu proyek sama dengan nol. Rumus IRR adalah sebagai NPV 1 berikut : IRR = i x i 1 2 i1 NPV1 NPV2 Dimana : i 1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 NPV 1 NPV 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif = NPV yang bernilai positif = NPV yang bernilai negatif

49 31 Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR>tingkat suku bunga yang berlaku, apabila IRR<tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio) Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio) adalah nilai perbandingan antara jumlah present value yang bernilai positif (pembilang) dengan present value yang bernilai negatif (penyebut). Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan apabila nilai B/C ratio lebih dari satu. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Dimana : Net B/C = n t 1 n t 1 Bt Ct 0 t 1 i Bt Ct 0 1 i t B t C t = Penerimaaan (Benefit) tahun ke-t = Biaya (Cost) tahun ke-t n = Umur ekonomis proyek i = Tingkat suku bunga (Discount Rate) Payback Period (PP) Payback Period atau analisa waktu pengembalian investasi berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan Cash Flow. Semakin kecil angka yang dihasilkan

50 32 mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. Dalam perhitungan metode ini menggunakan nilai waktu uang. Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut : Payback Period (PP) = V I Dimana : V = Jumlah modal yang diinvestasikan I = Hasil bersih per tahun atau hasil rata-rata per tahun (diskonto) Analisis Sensitivitas (Switching Value) Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap dampak suatu analisis. Analisis switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan harga bahan baku dan penurunan volume penjualan, sehingga keuntungan mendekati normal yaitu NPV sama dengan nol. Analisis switching value dilakukan dengan menggunakan metode coba-coba sehingga mendapatkan nilai NPV sama dengan nol, nilai Net B/C sama dengan satu, dan IRR sama dengan tingkat diskonto. Pada penelitian ini, analisis switching value yang dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat kenaikan harga bahan baku dan penurunan volume penjualan prouk KTBR.

51 Asumsi Dasar Analisis kelayakan usaha franchise KTBR menggunakan beberapa asumsi, yaitu: 1. Umur proyek dari analisis usaha franchise KTBR adalah lima tahun (berdasarkan masa kerjasama antara franchisor dan franchisee). 2. Dilakukan dua skenario dalam analisis sensitivitas yaitu perubahan kenaikan harga bahan baku dan perubahan penurunan volume penjualan produk KTBR. 3. Modal awal yang digunakan untuk usaha franchise Produk KTBRBaba Rafi sebesar Rp Biaya yang dikeluarkan untuk usaha franchise KTBR terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1 dan biaya reinvestasi yang dilakukan untuk peralatan-peralatan yang sudah habis umur ekonomisnya. 5. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel dikeluarkan pada tahun ke-1, dimana dimulai kegiatan produksi. 6. Harga yang digunakan dalam penelitian adalah harga yang berlaku pada bulan April 2008, baik harga input maupun harga output dari kegiatan usaha franchise tersebut. 7. Kegiatan operasional KTBR cabang 253 dilakukan enam kali dalam seminggu. Setiap hari senin sampai dengan kamis, kegiatan opersional KTBR dimulai pukul wib wib. Sedangkan hari sabtu dan minggu dimulai pukul wib wib. Jumlah bahan baku per tiga hari yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 buah roti burger, 20 buah roti hotdog, 8 buah roti

52 34 bigmac, 8 pak burger sapi, 3 pak burger ayam, 1 pak burger ayam krispi, 1 pak sosis, 2 tiang daging kebab, 5 pak tortila besar, 3 pak tortila mini, 5 pak keju, 2 pill mayonaise, 1 galon saus tomat, 1 galon saus sambal, 2 pak slongsong kebab, 1 pak bungkus burger, 2 ½ kg lettuce, 1 kg kyuri, 1 kg tomat, 1 kg bawang Bombay, 1 kg telur ayam, dan 1 kg margarin. 8. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito berjangka waktu satu tahun di Bank Central Asia (BCA) yaitu 4 persen pada bulan april tahun Alasan pemilihan tingkat suku bunga deposito dikarenakan franchisee dapat mengakses dengan mudah ke bank tersebut dan franchisee menggunakan modal pribadi bukan pinjaman. Oleh karena itu, franchisee dihadapkan pada pilihan akan menginvestaikan modal pada usaha franchise KTBR atau didepositokan di bank. 9. Nilai sisa yang tertera dalam casflow usaha KTBR bernilai 0 (nol), sebab semua barang yang digunakan dalam usaha tersebut setelah habis masa ekonomisnya sudah tidak dapat digunakan kembali.

53 35 BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Kebab Turki Baba Rafi Kebab Turki Baba Rafi merupakan usaha milik PT Baba Rafi Indonesia yang berpusat di Kota Surabaya. Sebanyak 270 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia dengan tipe outlet yang beragam menjual produk yang sama yaitu kebab, kebab gila, syawarma, hotdog, beef burger, chicken burger, crispy burger, wiener jumbo, hotdog jumbo, burger gila, canai original, canai salad, canai coklat keju, dan kebab pisang coklat keju. Menu yang ditawarkan oleh KTBR berbeda dengan yang lainnya, seperti pada produk kebab memiliki rasa yang crispy dari tortila serta perpaduan asam, pedas, dan gurih dari irisan daging sapi yang diberi saus serta mayonaise menjadikan Produk KTBRsemakin istimewa. Menu yang dijual oleh KTBR memiliki kisaran harga antara Rp Rp Sejarah Kebab Turki Baba Rafi Kebab Tuki Baba Rafi merupakan anak perusahaan dari PT Baba Rafi Indonesia yang didirikan oleh Hendy Setiono yang lahir pada tanggal 30 Maret Asal mula didirikan KTBR yaitu pada tahun 2003, pendiri mengunjungi ayahnya yang sedang bertugas di perusahaan minyak yang berada di Qatar. Selama di negara tersebut, pendiri KTBR melihat banyak warga yang menjual makanan kebab. Karena rasa penasaran, maka kebab pun dibeli dan mulai terbesit keinginan untuk menjual kebab di Indonesia. Dengan alasan bahwa orang Timur Tengah banyak tersebar di

54 36 beberapa kota di Indonesia, selain itu banyak pula orang Indonesia yang menunaikan ibadah haji atau umroh sehingga dapat bernostalgia dengan makanan kebab. Selama di Qatar, pendiri KTBR menimba resep kebab pada warga asli Timur Tengah. Dan setibanya di Indonesia, pendiri KTBR tersebut menyusun strategi usaha lalu mencari rekan kerja sehingga niatnya tidak dianggap main-main. Percobaan pertama resep kebab dengan menggunakan cengkeh dan kapulaga ternyata tidak disukai konsumen, sebab rasa dan aromanya yang kuat serta bentuk kebab yang terlalu besar. Kemudian pendiri KTBR memodifikasi ukuran kebab tersebut sehingga lebih pas untuk ukuran orang Indonesia. Pada bulan September 2003, gerobak pertamanya mulai beroperasi di Surabaya yang berlokasi di salah satu pojok jalan Nginden Semolo yang berdekatan dengan area kampus dan tempat tinggalnya. Alasan menggunakan gerobak yaitu harganya lebih murah daripada membuat kedai permanen dan fleksibel sehingga bisa dipindah-pindah. Nama pun mulai dipikirkan, hingga terbentuklah nama Baba Rafi yang mempunyai arti bapak dari anaknya yang bernama Rafi. Suka duka pun telah dijalani, mulai dari keluar masuknya karyawan hingga uang penjualan yang dibawa lari karyawannya. Karena tidak ingin setengah-setengah menjalankan usahanya, pendiri KTBR memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan tetap konsen pada usaha yang sempat ditentang oleh kedua orang tuanya. Hanya tiga sampai empat tahun saja, usaha KTBR tersebut sudah mulai melebarkan sayapnya dimana-mana. Pada tahun 2006 sudah memiliki 170 outlet dari 16 kota di Indonesia.

55 37 Sukses dengan usaha KTBR, pemilik mendapatkan banyak penghargaan diantaranya International Small Medium Bussiness Enterpreuneur Award (ISMBEA) pada tahun 2006 yang diberikan oleh Menteri Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. Pemilik diberikan julukan ASIA s Best Entrepreuneur Under 25 oleh Majalah Bussiness Week International di tahun Pendiri KTBR harus bersaing dengan 20 kandidat pengusaha lain di berbagi negara di Asia untuk memperoleh penghargaan tersebut Tipe Outlet KTBR menyediakan lima tipe outlet sebagai sarana operasional produk yang terdiri dari gerobak, booth, indoor, dine in, dan cafe. Masing-masing outlet tersebut memiliki modal awal untuk investasi yang berbeda-beda, mulai dari Rp untuk tipe outlet gerobak hingga Rp untuk tipe cafe. Kelima tipe outlet tersebut akan mendapatkan fasilitas yang sama yaitu satu unit outlet (berdasarkan tipe), burner kebab, paket perlengkapan outlet, paket promosi usaha (neon box, banner, flyer), freezer box, bahan baku awal, System Operasional Prosedure (SOP), training operator, quality control dan maintanance, assistensi survei lokasi, dan software keuangan Model Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi Model usaha yang dikembangkan oleh PT Baba Rafi Indonesia lebih ditujukan kepada investor yang mempunyai dana cukup untuk bergabung dengan KTBR.

56 38 a. Siapa yang Dapat Menjadi Franchisee Kebab Turki Baba Rafi Yang dapat menjadi franchisee adalah seseorang yang menyukai usaha KTBR, menyukai jenis produk KTBR, bersedia bekerja keras dan berperan aktif dalam mengoperasikan usaha KTBR. Komitmen untuk mematuhi standarisasi usaha KTBR perlu dilakukan, komitmen untuk ikut mengembangkan brand/merek KTBR, memahami keuntungan dan resiko bergabung dengan usaha ini, pernah mengunjungi outlet atau menjadi pelanggan KTBR, dan memiliki dana yang cukup. b. Langkah Menjadi Franchisee Kebab Turki Baba Rafi Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk menjadi franchisee KTBR, tahap-tahapan tersebut antara lain : Presentasi Bisnis Isi Formulir Calon Franchisee Pembayaran Commitment Fee Protect Lokasi Strategis Penjelasan operasional Time schedule Pengerjaan Penandatangan MOU Survei Lokasi Pembayaran investasi 70% Penyerahan SOP Pembuatan Outlet Training Karyawan Persiapan Opening Pelunasan Sisa 30% Investasi Grand Opening Gambar 2. Tahapan Menjadi Franchisee Kebab Turki Baba Rafi

57 39 Tahapan tersebut dimulai pada saat pihak franchisee bertemu dengan pihak franchisor untuk menyampaikan gambaran bisnis franchise KTBR serta semua kegiatan yang dijalankan oleh franchisee. Presentasi bisnis tersebut bertujuan untuk memberikan informasi dan menarik minat calon franchisee untuk bergabung dengan KTBR. Calon franchisee yang berminat untuk bergabung dengan KTBR diberi formulir sebagai tanda permohonan untuk bergabung. Dilanjutkan dengan permintaan lokasi yang dituju (kota dan nama lokasi) dan tipe outlet yang diinginkan oleh calon franchisee. Franchisor akan mengenakan commitment fee serta biaya proteksi lokasi sebesar Rp dengan tujuan menghindari calon franchisee lain menempati lokasi tersebut. Setelah melakukan pembayaran atas commitment fee, pihak franchisor akan melakukan survei lokasi dan meninjau apakah permohonan lokasi yang diminta oleh calon franchisee sesuai dengan persyaratan lokasi KTBR. Pembayaran investasi sebesar 70 persen dan penyerahan Standart Operational Procedure (SOP) dilakukan setelah pihak franchisor menyatakan setuju dengan lokasi yang diminta oleh calon franchisee. Investasi sebesar 70 persen tersebut digunakan untuk pembuatan outlet beserta peralatannya. Pelatihan (training) operator dilakukan satu minggu sebelum pelunasan investasi, pelatihan tersebut dilakukan mulai dari pukul wib sampai dengan pukul wib. Rangkaian kegiatan training telah dijadwal oleh trainer KTBR secara rutin setiap harinya. Trainer akan mengevaluasi kerja operator dan menyatakan dapat atau tidaknya operator ditempatkan pada satu outlet.

58 40 Apabila outlet dan segala persiapan opening telah siap, maka pihak franchisor akan memutuskan tanggal dan jam opening pada suatu outlet. Pada saat opening, franchisee yang baru saja bergabung dengan KTBR akan didatangi oleh seorang surveyor dan seorang trainer untuk melihat perkembangan mulai dari awal buka hingga tiga hari kedepan Gambaran Umum Lokasi Penelitian Saat ini, KTBR mempunyai 270 outlet yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, Palembang, Bali, Bogor, Sidoarjo, Jember, Malang, Gresik, Kediri, Yogyakarta, Semarang, Cilacap, Kudus, Medan, Solo, Lampung, Batam, Pekanbaru, Balikpapan, Banjarmasin, Karawang, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Bekasi. Wilayah penelitian ditujukan di Kota Bogor, dengan alasan Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mayoritas penduduknya beragama Islam, serta adanya informasi mengenai keberadaan komunitas Arab yang dapat dijadikan target konsumen untuk penjualan produk KTBR. Tahun 2006 yang lalu, outlet KTBR cabang ke 162 dibuka dan merupakan outlet pertama di Kota Bogor dengan tipe outlet gerobak. Kemudian saat penelitian ini berlangsung, terdapat sepuluh outlet yang tersebar di beberapa wilayah kota Bogor dengan tipe outlet yang sama, seperti di daerah Taman Yasmin (sektor enam), jalan raya Bangbarung, perempatan lampu merah Warung Jambu, Bondongan, Gunung Batu, jalan Pakuan Raya (Universitas Pakuan), Katulampa, Darmaga (kampus IPB), jalan Sudirman (air mancur), dan Merdeka.

59 41 BAB VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TUKI BABA RAFI CABANG OUTLET Aspek Pasar Pemasaran sangat penting bagi kelangsungan operasional usaha. Bila kemampuan pasar untuk menyerap produk sangat tinggi dengan harga jual yang tepat, maka akan menghasilkan keuntungan bagi outlet tersebut. Secara ekonomi, berhasil tidaknya usaha franchise KTBR sangat ditentukan oleh sukses tidaknya pemasaran produk KTBR. Analisis aspek pasar akan melihat pasar potensial, permintaan akan produk KTBR, persaingan, startegi pemasaran, bauran pemasaran yang direncanakan oleh usaha tersebut. Pemasaran sangat penting bagi kelangsungan usaha Lokasi Usaha di Alfamart Ciheuleut Peluang pasar untuk produk KTBR sendiri di wilayah Kota Bogor mulai terbuka, dikarenakan tingginya permintaan dari konsumen yang terdiri dari mahasiswa/i Universitas Pakuan, penduduk Perumahan Bogor Baru, penduduk Bogor Like Side, siswa/i SMK dan SMAKBO, dan lain-lain. Daerah pemasaran dilakukan dengan batas 1 KM dari lokasi outlet 253, terutama di wilayah Ciheuleut Pakuan dikarenakan produk KTBR sudah dikenal oleh konsumen di sekitar wilayah tersebut. Hal ini mengingat penduduk Kota Bogor yang mayoritas muslim yang lebih mudah untuk menerima produk KTBR sebagai makanan siap saji. Penyebab tingginya permintaan produk KTBR dari wilayah Ciheuleut Pakuan karena di daerah tersebut

60 42 tidak ada makanan yang menyerupai produk KTBR, yang menjual tidak hanya rasa tetapi juga penampilan kemasan. Lokasi Alfamart tersebut berada diantara rumah kos dan pusat makanan mahasiswa atau sering disebut dengan warung makan mahasiswa, dan setiap harinya rata-rata mahasiswa maupun orang Perumahan Bogor Baru Blok E,F,G,H, dan lainnya melintas di jalan tersebut. Selain itu, lokasi baru tersebut ramai dilewati pengguna jalan dikarenakan sebagai jalan alternatif menuju ke Tegal Lega. Sehingga franchisee 253 akan melakukan relokasi di depan Alfamart Ciheuleut Pakuan Pasar Potensial Produk KTBR yang akan menempati lokasi baru tersebut mempunyai potensi untuk dapat menarik konsumen, baik dari pengguna jalan maupun warga yang tinggal di sekitar lokasi tersebut. Hanya saja lokasi yang berada bukan di jalan utama Pakuan mengakibatkan beberapa warga Perumahan maupun siswa/i SMAKBO, SMK PGRI, maupun SMAN 3 sulit untuk menjangkau ke lokasi tersebut. Dengan kondisi jalan yang tidak terlalu lebar, kemudian lokasi Alfamart yang berada di belokan menyebabkan outlet 253 yang rencananya akan pindah tidak tampak jelas dari jalan utama Pakuan. Walaupun lokasi tersebut tidak tampak dari jalan utama, tetapi nama Alfamart yang sudah banyak dikenal warga sekitar dapat membantu menarik pelanggan KTBR. Segmen pasar yang dituju yaitu mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan tidak mempengaruhi strategi pemasaran yang dilakukan oleh KTBR cabang 253.

61 Permintaan Produk KTBR Baba Rafi merupakan salah satu makanan Timur Tengah yang memiliki permintaan cukup besar. Makanan tersebut disukai banyak konsumen, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Asumsi permintaan akan produk KTBR di lokasi baru (depan Alfamart Ciheuleut Pakuan) tidak berbeda jauh dengan permintaan akan produk KTBR di lokasi lama, sebab jarak antar lokasi lama dan lokasi baru kurang dari 1 KM dan masih dalam lingkup satu kecamatan. Sehingga jumlah permintaan di lokasi yang baru tidak berbeda dengan permintaan di lokasi lama. Permintaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Permintaan Produk KTBR di Cabang Outlet KTBR 253 No. Periode (Tahun 2008) Jumlah (Buah) 1. Januari Februari Maret April Mei 1500 Rata-Rata 1500 Permintaan Produk KTBR di wilayah Ciheuleut Pakuan per harinya mampu diserap oleh KTBR tanpa ada pesaing yang menjual produk yang serupa. Kemampuan outlet 253 untuk melayani permintaan konsumen tiap harinya sangat ditunjang dengan ketersediaan bahan baku Persaingan Lokasi Alfamart Ciheuleut Pakuan dekat dengan pusat jajanan mahasiwa seperti Burger, Martabak Jepang, Cireng Rampat, Tela-Tela, dan lainnya. Keunikan yang ditawarkan dari masing-masing franchise makanan tersebut, tidak membuat permintaan akan produk KTBR menurun. Sebab jika dilihat dari banyaknya

62 44 pelanggan produk KTBR cabang 253 setiap harinya, sebagian besar yang mereka cari dari makanan siap saji di daerah Pakuan adalah rasa dan tampilan akhir yang menarik. Oleh sebab itu, hingga saat ini tidak ada pesaing yang menjual makanan serupa dengan produk KTBR Strategi Pemasaran Strategi yang digunakan untuk menarik konsumen lebih banyak di lokasi baru setelah melihat pasar potensial ialah menyebarkan flyer menu ke Universitas Pakuan, Perumahan Bogor Baru, Bogor Lake Side, maupun sekolah-sekolah yang dapat dilakukan secara berkala. Mengatasi masalah mencari konsumen dapat dilakukan dengan menyebarkan flyer menu ke daerah-daerah dengan radius jarak 1 KM dari lokasi outlet 253. Semakin seringnya penyebaran flyer tersebut diharapkan calon konsumen tidak lagi tahu Produk KTBRdari nama saja, tetapi mau untuk membelinya dan menjadi pelanggan setia Bauran Pemasaran 1. Produk Produk yang dipasarkan untuk memenuhi permintaan konsumen dalam usaha KTBR antara lain kebab, kebab gila, kebab pisang coklat, syawarma, beef burger, chicken burger, chicken crispy burger, hotdog, burger gila, double hot burger (beef), double hot burger (chicken), roti canai original, roti canai salad, roti canai coklat keju, wiener jumbo, dan hotdog jumbo.

63 45 Produk disajikan pada saat konsumen memesan, sehingga dapat dinikmati selagi hangat serta dikemas secara rapi dengan menggunakan slongsong kebab. Slongsong kebab terbuat dari karton dengan tujuan memudahkan konsumen untuk menikmati kebab tanpa mengotori tangan. Selain itu, ke-16 jenis produk tersebut memiliki kekhasan baik dari tortila yang crispy, roti burger maupun roti hotdog yang empuk dan tebal, serta roti canai yang memiliki tekstur lembut dan rasa gurih yang belum pernah ada pesaing di Kota Bogor. Khusus untuk produk KTBR, tidak ada pesaing yang menggunakan tortila, jenis sayuran, rasa khas daging kebab serta kemasan yang sama atau serupa dengan KTBR. 2. Penetapan Harga Dalam penetapan harga, franchisor memutuskan apa yang akan diterima perusahaan sebagai ganti dari produk-produknya. Apabila harga ditetapkan terlalu rendah, penjualan unit produk banyak tetapi kemungkinan akan gagal meraih kesempatan untuk membuat laba tambahan pada setiap unitnya. Sebaliknya, bila harga-harga ditetapkan terlalu tinggi, franchisor akan mendapat laba yang besar pada setiap barangnya tetapi akan menjual unitnya dalam jumlah sedikit. Harga jual produk KTBR telah ditetapkan oleh franchisor sehingga franchisee tidak dapat merubah atau mengganti harga. Komponen harga jual maupun harga bahan baku yang tersedia di stockist ditetapkan oleh franchisor, sehingga franchisee hanya menjalankan usaha berdasarkan harga yang telah ditetapkan.

64 46 3. Promosi Dari sudut pandang informasi, promosi bertujuan untuk membuat konsumen sadar terhadap produk, mengetahui tentang produk, menyukai produk dan membeli produk. Promosi produk KTBR dirancang untuk menarik pelanggan, diantaranya melalui internet. Internet merupakan salah satu media iklan yang digunakan franchisor selain koran, majalah, dsb untuk memasarkan produk KTBR ke konsumen domestik. Walaupun pengiklanan di internet membutuhkan biaya yang tidak murah, tetapi memberikan potensi yang besar. Outlet KTBR 253 memasarkan produknya langsung ke konsumen akhir. Promosi yang dilakukan oleh franchisee 253 guna menarik konsumen yaitu dengan menyebarkan flyer yang berisi daftar menu yang dijual di Perumahan Bogor Baru, Bogor Like Side, SMK PGRI, SMAN 3, dan SMAKBO, memberikan selebaran promosi untuk mahasiswa/i maupun staf di Universitas Pakuan, menempelkan pengumuman yang berisi pemberitahuan relokasi outlet, serta melakukan promosi untuk menerima pesanan untuk pernikahan, reuni, acara perpisahan sekolah, ulang tahun, dan lain-lain. Promosi yang telah dilakukan oleh sebagian besar outlet di Kota Bogor antara lain menyebarkan flyer di sekitar lokasi outlet dan pemasaran langsung kepada teman, tetanggan, Sekolah Islam di Kota Bogor, Pemerintah Daerah, dan Universitas yang ada di Kota Bogor. Website Kebab Turki Baba Rafi yaitu yang tercantum pada banner di seluruh outlet di Kota Bogor akan memandu konsumen untuk mengetahui mengenai lokasi KTBR lain di seluruh Indonesia, serta daftar menu yang dijual pada setiap outlet.

65 47 4. Penempatan (distribusi) Jalur pemasaran atau distribusi merupakan kunci sukses program usaha. Dalam usaha distribusi ini menggunakan stockist sebagai perantara antara franchisor dan franchisee. Bahan baku yang dikirim oleh franchisor kepada stockist di wilayah Kota Bogor berdasarkan permintaan stockist. Pendistribusian bahan baku dikirim dua kali dalam seminggu. Secara garis besar pendistribusian produk KTBR dapat dilihat dari Gambar 3. Franchisor Stockist Franchisee Konsumen Akhir Gambar 3. Alur Pendistribusian Produk Kebab Turki Baba Rafi Franchisee datang ke tempat stockist lalu membeli bahan baku yang telah dipesan dengan harga yang berlaku saat itu, kemudian franchisee berhak memilih atau komplein kepada stockist apabila bahan baku yang diterima tidak layak. Layanan antar pun dapat dilakukan oleh stockist khusus untuk wilayah Kota Bogor dengan memberikan charge Rp untuk setiap antar Aspek Teknis Aspek teknis untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, kriteria pemilihan alat, dan proses pembuatan produk KTBR.

66 Lokasi Usaha KTBR Cabang 253 Peluang pasar untuk produk KTBR sendiri di wilayah Kota Bogor mulai terbuka, terutama di wilayah Ciheuleut Pakuan produk KTBR sudah dikenal oleh konsumen di sekitar wilayah tersebut terutama mahasiswa/i Universitas Pakuan. Hal ini mengingat penduduk Kota Bogor yang mayoritas muslim yang lebih mudah untuk menerima produk KTBR sebagai makanan siap saji. Lokasi Alfamart tersebut berada diantara rumah kos dan pusat makanan mahasiswa atau sering disebut dengan warung makan mahasiswa, dan setiap harinya rata-rata mahasiswa maupun orang Perumahan Bogor Baru Blok E,F,G,H, dan lainnya melintas di jalan tersebut. Selain itu, lokasi baru tersebut ramai dilewati pengguna jalan dikarenakan sebagai jalan alternatif menuju ke Tegal Lega. Sehingga franchisee 253 akan melakukan relokasi di depan Alfamart Ciheuleut Pakuan. Lokasi baru outlet 253 berada di halaman parkir Alfamart Ciheuleut Pakuan, dimana luas dari halaman parkir tersebut 4m x 2m dan diberi paving blok. Rencana posisi gerobak KTBR 253 menghadap ke Utara, dan berada di bawah tangga masuk Alfamart. Lokasi tersebut memiliki kemiringan 25 derajat celsius, sehingga membutuhkan bantuan penyangga untuk penempatan gerobak. Hal-hal penting yang diperhatikan pada lokasi baru tersebut antara lain : 1. Ketersediaan fasilitas penunjang Fasilitas penunjang yang dibutuhkan oleh outlet KTBR 253 di lokasi baru sangat mendukung. Dimana terdapat agen gas elpiji berukuran 12 kg. Gas elpiji yang selalu tersedia setiap waktu, membuat franchisee 253 memilih lokasi tersebut. Harga jual elpiji yang ditawarkan pun tidak jauh berbeda dengan harga elpiji di daerah

67 49 lainnya yaitu Rp /tabung, selain itu layanan antar gas elpiji menjadi faktor pendukung bagi outlet 253. Sehingga dapat mempercepat operasional usaha. 2. Tenaga Listrik dan Air Outlet KTBR 253 membutuhkan listrik 100 watt yang digunakan untuk lampu neon 40 watt, lampu neon box 20 watt, lampu dalam 20 watt, dan lampu kelap-kelip 20 watt. Kebutuhan air pun hanya tiga ember per harinya yang digunakan untuk mencuci sayuran dan peralatan memasak. Kebutuhan listrik dan air dari outlet KTBR 253 dapat dipenuhi oleh pihak Alfamart, sehingga operasional KTBR dapat berjalan dengan lancar. Antisipasi jika mengalami mati listrik, lampu gerobak 253 tetap menyala, sebab tersedia genset sebagai sumber listriknya. c. Supply Tenaga Kerja (operator) Tenaga kerja (operator) di lokasi baru tersebut tidak dapat dipekerjakan oleh franchisee 253, walaupun supply akan tenaga kerja cukup banyak. Kebutuhan akan tenaga kerja menjadi tanggung jawab franchisor, dimana pencarian tenaga kerja sebagai operator diperoleh melalui iklan baris pada media cetak. d. Fasilitas Transportasi Alfamart Ciheuleut Pakuan berada 6 km dari tempat pengambilan bahan baku Produk KTBRyaitu di Taman Yasmin sektor 2. Lokasi Alfamart tersebut dekat dengan jalan raya, sehingga sarana transportasi untuk mengantarkan bahan baku relatif mudah. Karena sarana transportasi ada setiap saat.

68 50 e. Layout Gerobak Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang ada di dalam gerobak. Gerobak yang dimilik oleh KTBR cabang 253 didesain oleh franchisor dan dibuat oleh BSA. Gerobak outlet 253 berukuran 2m x 1,5m x 1m, dan memiliki empat sayap yang digunakan sebagai tutup gerobak, satu buah lampu box yang berada di atas gerobak, dan besi penyangga burner kebab yang dapat digunakan sebagai kemudi. Tata letak peralatan yang berada di dalam gerobak, disusun sesuai dengan keinginan franchisee 253. Penyusunan peralatan tersebut dilakukan berdasarkan kemudahan operator untuk menjangkau serta ukuran peralatan yang akan diletakkan. Gerobak milik PT Baba Rafi Indonesia berbeda dengan gerobak pinggir jalan yang menjual martabak atau makanan lainnya, gerobak yang didesain dengan bentuk yang unik dan pilihan warna yang menjadi ciri khas KTBR membuat harga jual gerobak KTBR tergolong mahal yaitu Rp Pangsa pasar yang dituju oleh KTBR mulai dari anak-anak hingga dewasa, khususnya golongan ekonomi menengah keatas membuat desain gerobak dengan kualitas eksklusif. Rangka gerobak terbuat dari besi, kemudian di sisi-sisi gerobak bagian bawah ditempel stiker berwarna dengan logo dan merek usaha yaitu Kebab Turki Baba Rafi dengan ukuran stiker 2,5 m x 2 m. Stiker tersebut dapat dilepas dan diganti dengan stiker baru, apabila warnanya sudah pudar dan kusam.

69 Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penjualan ke-16 produk KTBR berasal dari masing-masing franchisee yang diperoleh dari pembelian di stockist. Penyediaan bahan baku disesuaikan dengan kondisi dan situasi wilayah tersebut, sehingga jumlah bahan baku yang disediakan berbeda setiap harinya. Penambahan bahan baku dilakukan oleh seorang petugas dari masing-masing franchisee yang harus mendapat persetujuan dari pihak franchisee. Bahan baku tambahan yang dibawa oleh petugas tersebut diambil dari gudang penyimpanan franchisee Kriteria Pemilihan Alat Peralatan memasak yang digunakan di KTBR cabang 253 telah ditetapkan oleh franchisor, seperti desain wajan yang digunakan berbeda dengan wajan pada umumnya yang dijual di supermarket atau pasar tradisional. Wajan terbuat dari besi lempengan yang didesain khusus guna memudahkan memanaskan Kebab Turki. Ukuran wajan tersebut adalah 20 cm x 30 cm dapat menampung enam buah kebab secara bersamaan. Demikian pula dengan burner kebab yang digunakan, burner kebab KTBR berbeda dengan burner kebab di tempat lain. Selain memiliki pemutar tiang daging kebab dan pemanasnya. Burner kebab milik KTBR memiliki laci penampung minyak dari hasil pembakaran daging kebab. Burner kebab tersebut tidak dijual di pasaran, sehingga pada saat franchisee mengalami kerusakan pada burner kebab maka dapat membeli secara langsung kepada pihak franchisor.

70 Proses Pembuatan Produk KTBR Produk KTBR merupakan produk makanan siap saji yang unik dan mempunyai kekhasan tersendiri, sehingga tidak sama dengan produk makanan yang lainnya. Kekhasan dalam rasa, penyajian, dan kemasan merupakan faktor yang dipertahankan oleh KTBR, sehingga untuk mengatasi masalah pencarian konsumen di lokasi baru diperlukan teknik pembuatan produk KTBR yang stabil setiap harinya baik dari ukuran produk seperti porsi kebab ± 75 gram dan porsi kebab gila 50 gram dan produk lainnya. Sehingga konsumen yang datang ke outlet 253 akan terus kembali untuk melakukan pembelian secara berulang. Pembuatan ke-16 produk KTBR dilakukan oleh seorang operator. Secara teknik akan dibahas pembuatan ke-16 produk KTBR, yang terdiri dari : 1. Kebab Bahan baku kebab yaitu tortila besar berukuran 22 cm, sayuran yang terdiri dari lettuce, kyuri, tomat, bawang bombay, daging kebab, saus tomat, saus sambal dan mayonaise. Semua bahan baku kebab telah dilakukan pemeriksaan kualitas, dimana khusus untuk bahan utama kebab yaitu tortila dalam bentuk lembaran tipis, tidak robek, berbau khas dan warna tortila putih kecoklatan. Syarat mutu daging sapi aroma daging harus tajam, berwarna merah daging, tidak tumbuh jamur, dan bentuk daging masih padat. Tortila yang terbuat dari tepung gandum dan telur kemudian dibentuk bulat pipih dengan diameter 22 cm. Selain itu, tortila yang digunakan oleh franchisor KTBR berbeda dengan tortila yang digunakan oleh merek kebab yang lain. Tortila

71 53 dengan ketebalan ± 0,25 cm dan tekstur yang lentur mampu menampung irisan sayuran, irisan daging sapi, dan saus pelengkap dengan berat ± 75 gram. Dengan menggunakan tortila tersebut, hasil akhir yang diperoleh untuk kebab yaitu tidak lembek dan pada saat tortila tersebut digigit terasa renyah atau crispy. Pembuatan Kebab pun berbeda dengan penjual kebab pada umumnya, tahapannya antara lain: a. Letakkan tortila diatas piring datar. b. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay diatas tortila. c. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera. d. Lalu beri irisan daging sapi (± 20 gr) diatas sayuran. e. Beri mayonaise diatas daging, lalu gulung dari belakang ke depan hingga menyerupai lontong. f. Panaskan kebab diatas wajan panas hingga berwarna kuning kecoklatan, lalu angkat. 2. Kebab Gila Sebutan untuk produk KTBR ini dikarenakan ukuran kebab yang mini dengan panjang ± 20 cm dan berat 50 gram per porsinya. Kebab gila terbuat dari tortila mini dengan diameter 20 cm, kemudian diisi dengan irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat, dan irisan daging kebab yang telah matang lalu diberi saus sambal maupun saus tomat dan mayonaise. Teknik pembuatan maupun penggulungan dan pemanasan kebab gila sama dengan kebab besar, hanya saja waktu pemasan kebab gila yang relatif lebih cepat dikarenakan isi di dalam gulungan kebab lebih sedikit. Sehingga

72 54 lebih cepat panas dan kebab berwarna kuning kecoklatan. Penambahan keju atau telur pun dapat dilakukan sesuai permintaan. 3. Syawarma Syawarma adalah sajian seperti kebab tetapi tidak menggunakan tortila. Pengganti tortila yaitu roti sandwich berbrntuk lonjong dengan ukuran roti 20 cm x 7 cm yang nantinya akan diisi sama dengan isi kebab, tetapi proses pembuatannya berbeda. Syawarma merupakan modifikasi dari kebab maupun kebab gila ditujukan bagi konsumen yang kurang menyukai tortila. Bahan baku syawarma antara lain roti sandwich siap pakai, irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat, kemudian diberi saus sambal, saus tomat, dan mayonaise. Tahapannya antara lain: a. Ambil roti sandwich, kemudian belah menjadi dua (tidak putus). b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti sandwich hingga kuning keemasan. c. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay. d. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera. e. Lalu beri irisan daging sapi (± 20 gr) diatas sayuran. f. Beri mayonaise diatas daging, lalu padatkan agar isi di dalam roti tidak keluar. 4. Beef Burger / Chicken Burger / Chicken Crispy Burger Menu burger yang dijual oleh KTBR cabang 253 terdiri dari tiga macam yaitu beef burger (burger sapi), chicken burger (burger ayam), dan chicken crispy burger (burger ayam krispi). Ketiga burger tersebut menggunakan roti burger yang khusus disediakan oleh stockist, serta daging burger yang siap pakai (buatan pabrik) sehingga

73 55 bentuk dan rasanya sama dengan daging burger pada umumnya. Tahapan pembuatannya antara lain : a. Ambil roti burger, kemudian belah menjadi dua (sampai putus). b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti burger hingga kuning keemasan. c. Goreng daging burger (beef/chicken/chicken crispy) dengan menggunakan mentega sampai matang. d. Letakkan roti burger bagian bawah diatas kertas pembungkus. e. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay. f. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera. g. Lalu beri daging burger diatas sayuran. h. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti burger bagian atas. i. Kemas dalam kertas pembungkus tipis, lalu masukkan dalam kantong kertas. Sebaiknya untuk menghindari rasa asin yang terlalu berlebih, sebaiknya menggunakan margarin yang memiliki kandungan lemak lebih rendah. Sehingga pada saat daging burger dipanaskan rasa asin yang keluar hanya berasal dari daging burgernya saja. 5. Beef/Chicken Double Hot Bigmac adalah burger ukuran jumbo dengan ketebalan roti 15 cm dan diisi dengan dua buah daging burger di dalam roti burgernya. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan bigmac sama dengan pembuatan burger, yang membedakan hanya penyajiannya. Tahapan pembuatannya antara lain :

74 56 a. Ambil roti burger, kemudian belah menjadi tiga (sampai putus). b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti burger hingga kuning keemasan. c. Goreng daging burger (beef/chicken/chicken crispy) dengan menggunakan mentega sampai matang. d. Letakkan roti burger bagian bawah diatas kertas pembungkus. e. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay diatas tortila. f. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera. g. Lalu beri daging burger diatas sayuran. h. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti burger bagian tengah. i. Ulangi lagi, letakkan roti burger bagian tengah diatas daging burger. j. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay. k. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera. l. Lalu beri daging burger diatas sayuran. m. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti burger bagian atas. Kemasan yang dipakai untuk membungkus bigmac berukuran kecil (hanya cukup untuk burger saja), sehingga sampai saat ini penyajian bigmac hanya dibungkus dengan kertas pembungkus tipis. Sebaiknya untuk menghindari bigmac yang tidak rapi, diberi karton penahan di sekeliling bigmac agar isi di dalam roti bigmac tersebut tidak berantakan. 6. Burger Gila Sebutan untuk produk KTBR ini dikarenakan ukuran burger yang mini dengan diameter daging burger 10 cm. Burger gila terbuat dari roti burger mini,

75 57 daging burger mini, kemudian diisi dengan irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat, saus sambal maupun saus tomat dan mayonaise. Teknik pembuatannya sama dengan burger seperti biasanya, hanya saja waktu penggorengan daging burger mini relatif lebih cepat dikarenakan tekstur dagingnya lebih tipis sehingga lebih cepat matang. 7. Hotdog/Hotdog Jumbo Bahan baku pembuatan hotdog antara lain roti hotdog dengan ukuran 20 cm x 7 cm, sosis siap goreng, irisan lettuce, kyuri, tomat, dan bombay. Serta dilengkapi dengan saus tomat, saus sambal dan mayonaise, tahapan pembuatannya antara lain : a. Ambil roti hotdog, kemudian belah menjadi dua (sampai putus). b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti hotdog hingga kuning keemasan. c. Goreng sosis dengan menggunakan mentega sampai matang. d. Letakkan roti hotdog bagian bawah diatas kertas pembungkus. e. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay. f. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera. g. Lalu beri sosis diatas sayuran. h. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti hotdog bagian atas. i. Kemas dalam karton khusus hotdog. 8. Wiener Jumbo Produk KTBR yang satu ini terbuat dari tortila besar lalu diisi dengan sosis jumbo. Tidak hanya itu saja, di dalam tortila diberi irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat, saus sambal maupun saus tomat dan mayonaise. Proses pembuatan dan

76 58 penggulungan tortila sama dengan pembuatan kebab, yang membedakan hanya isi di dalam tortila-nya saja. 9. Roti Canai Menu baru dari KTBR ini terbuat dari tepung terigu yang diberi korsvet (membuat adonan tepung menjadi merekah) yang dibentuk bulat pipih dengan diameter 15 cm, kemudian digoreng hingga kuning keemasan dan diperoleh hasil akhir renyah. Penggorengan roti canai ini diperlukan kehati-hatian, sebab bagian dalam terkadang masih terasa setengah matang tetapi bagian pinggir roti canai terlalu kering. Roti canai disajikan dengan tiga pilihan yaitu roti canai original (disajikan tanpa menu yang lainnya), roti canai salad (diatas roti canai diberi irisan lettuce, bawang bombay, tomat, kyuri, lalu diberi saus dan mayonaise), roti canai coklat keju (diatas roti canai diberi potongan keju cheddar 2 cm x 2 cm dan taburan meises). 10. Kebab Pisang Coklat Keju Kebab pisang coklat keju ialah sajian baru dari kebab yang mempunyai rasa manis. Kebab pisang coklat keju terbuat dari tortila mini, pisang kepok yang sudah matang, meises, dan keju parut. Proses pembuatannya sama dengan kebab gila, hanya bagian dalam tortila diganti dengan pisang yang telah dibelah jadi empat, diberi taburan meises dan keju parut) lalu dipanaskan hingga meises meleleh. Variasi kebab dengan rasa manis ini cukup diminati oleh konsumen, tetapi sebaiknya kebab pisang coklat keju ini harus ditunjang dengan tortila mini yang tidak tipis, sehingga tidak mudah robek.

77 59 Kegiatan operasional pembuatan ke-16 produk KTBR di cabang outlet 253 menggunakan sarung tangan plastik, sehingga makanan yang disajikan dalam keadaan bersih. Berdasarkan aspek teknis yang dijelaskan diatas, maka kegiatan usaha franchise KTBR relatif mudah untuk dilaksanakan, dan tidak ada teknologi khusus yang perlu dipelajari. Kecepatan dalam pembuatan produk KTBR membutuhkan latihan secara terus menerus, sebab akan berpengaruh pada lamanya konsumen menunggu. Berdasarkan kondisi lokasi baru yang akan dituju sebagai relokasi usaha yang dekat dengan jalan raya alternatif dan Alfamart, dengan konsumen Alfamart maupun pengguna jalan yang terus melintas sehingga secara teknis mendukung untuk dilaksanakannya kegiatan operasional usaha franchise KTBR Aspek Manajemen Usaha Franchise KTBR dimiliki oleh seorang Owner yang membawahi sales manager, accounting manager, dan HRD manager. Masing-masing manager tersebut akan membawahi beberapa karyawan. Satu outlet dimiliki oleh seorang franchisee yang membawahi satu atau dua orang operator yang bertugas sebagai pelaksana harian kegiatan penjualan kebab. Berikut ini Struktur Organisasi outlet KTBR cabang 253. Franchisee Outlet KTBR Cabang 253 Operator Gambar 4. Struktur Organisasi Outlet KTBR Cabang 253

78 60 Franchisee merupakan pemilik outlet KTBR cabang 253 yang mempunyai tugas mencatat kebutuhan bahan baku, menentukan strategi pemasaran, melakukan negosiasi sewa lokasi dengan pemilik lokasi, monitoring bahan baku yang ada di gudang, monitoring operator, memasukkan data penjualan harian dalam software keuangan KTBR, melakukan pembayaran royalti fee (5 persen dari total omset penjualan), memberikan bonus dan komisi operator, memberikan surat peringatan atau teguran kepada operator apabila melanggar perjanjian. Adapun deskripsi pekerjaan operator KTBR outlet cabang 253, antara lain belanja bahan baku di stockist, mengambil dan mengembalikan bahan baku yang dijual per harinya, mempersiapkan bahan baku penjualan di outlet 253, mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa ke outlet, melakukan cek bahan baku dengan menggunakan form bahan baku yang telah disediakan, membuka dan meutup outlet, membersihkan seluruh outlet (body outlet, kaca, meja kerja, perlengkapan masak, burner, dll), menata barang dan bahan baku yang akan dijual, membuat pesanan konsumen, dan menghitung penjualan harian dengan menggunakan form penjualan yang disediakan oleh franchisee. Berikut ini kualifikasi operator KTBR antara lain : 1. Belum berkeluarga. 2. Laki-laki. 3. Usia maksimal 25 tahun. 4. Jujur, bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi. 5. Diusahakan tidak berasal dari daerah setempat (usahakan dari luar kota). 6. Santun dalam bertutur kata, tidak banyak berargumen. 7. Berpenampilan rapi dan berseih.

79 61 8. Berkuku pendek. 9. Menguasasi hitungan uang. 10. Tidak merokok saat di depan bos dan di depan pembeli. 11. Tidak menggunakan asesoris yang aneh dan berlebihan. 12. Tidak menggunakan narkoba atau minuman keras. 13. Tidak terlalu banyak menuntut. 14. Tidak cacat fisik. 15. Pendidikan maksimal Sekolah Menengah Atas atau sederajatnya. 16. Tidak sedang bekerja di tempat lain. 17. Bersedia bekerja sepenuhnya untuk bisnis Kebab Turki. 18. Menggunakan celana panjang dan seragam. 19. Lulus dalam tes seleksi oleh bagian Human Resources Departement. Operator yang ditempatkan di outlet berasal dari pihak franchisor, sehingga franchisee tidak sulit untuk mencari tenaga kerja operasional. Operator tersebut sebelumnya harus mengikuti training yang dilakukan oleh franchisor selama satu minggu yang berlokasi di Pangkalan Jati, Jakarta Selatan. Rangkaian kegiatan training operator tersebut meliputi latihan pembuatan Kebab Turki, cara memotong daging kebab, mencatat bahan baku yang akan dibawa ke outlet dan yang dikembalikan ke gudang, mencatat penjualan harian, dan kecepatan pelayanan. Semua rangkaian kegiatan tersebut harus dilakukan oleh operator tanpa bantuan trainer, dan sebelum ditempatkan pada satu outlet pihak trainer akan memberikan keputusan apakah operator tersebut layak atau tidak untuk ditempatkan. Trainer dari pihak franchisor akan melakukan pengecekan rutin setiap tiga bulan sekali untuk melihat perkembangan operator, sehingga dapat memberikan saran kepada franchisee.

80 62 Tidak hanya itu, franchisee juga akan mendapatkan survei setiap dua bulan sekali oleh surveyor pihak franchisor untuk melihat kondisi gerobak, penataan gerobak, tata cahaya, kebersihan, serta tampilan gerobak dari segala penjuru. Selain dilakukan survei, franchisee juga akan mendapatkan pelatihan software keuangan yang dilakukan oleh bagian keuangan dari pihak franchisor. Saran maupun kritik dari franchisee dapat dilakukan melalui telepon maupun sms ke hotline KTBR yang berada di Pangkalan Jati. Sehingga franchisor dapat menampung aspirasi serta memberikan yang terbaik untuk franchisee. Kegiatan usaha franchise KTBR yang padat modal dan pengembalian investasi yang relatif cepat. Oleh karena itu hal penting yang dibutuhkan oleh franchisee yang ingin bergabung dengan franchise KTBR adalah mengetahui pasar terlebih dahulu, mencari pelanggan sebanyak-banyaknya, mengetahui secara detail bahan baku yang digunakan, serta aktif mengunjungi sekolah maupun kampus untuk mengisi bazar Aspek Lingkungan Usaha Franchise KTBR memiliki peran penting terhadap kehidupan sosial di sekitar lokasi tempat kegiatan tersebut dilakukan. Usaha ini memberikan penerimaan bagi pemilik warung/toko/salon yang dijadikan lokasi untuk berjualan Kebab Turki, sehingga secara tidak langsung pelanggan dari warung/toko maupun salon akan menjadi lebih ramai.

81 63 Usaha ini kurang memberikan kesempatan kerja bagi penduduk di sekitar lokasi usaha, sebab kebutuhan akan tenaga kerja operasional (operator) disediakan oleh franchisor. Tetapi pihak franchisor memberikan kesempatan kerja bagi penduduk di seluruh Indonesia, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial usaha franchise produk KTBR perlu dilakukan untuk membantu franchisee dalam mengembangkan usahanya di wilayah Kota Bogor. Dari analisis finansial akan diperoleh informasi tentang kelayakan usaha, apabila layak maka dapat menjadi salah satu motivasi bagi franchisee untuk mengembangkan usahanya dengan membuka outlet baru serta dapat menarik konsumen lebih banyak. Sumber dana yang digunakan oleh franchisee 253 berasal dari simpanan franchisee tersebut sebesar Rp dan bukan berasal dari pinjaman bank Arus manfaat (inflow) Manfaat atau inflow diperoleh dari penjualan bersih produk KTBR dari nilai sisa investasi pada akhir proyek. Nilai sisa adalah nilai dari barang modal yang tidak habis dipakai selama usaha berjalan dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Nilai sisa dari investasi usaha franchise KTBR habis terpakai pada akhir investasi, sehingga dalam tabel cahsflow komol nilai sisa bernilai nol. Nilai pendapatan diperoleh dari penjualan produk KTBR yang dikalikan dengan harga jualnya. Harga jual produk KTBR adalah harga yang berlaku pada bulan April Usaha ini buka enam hari dalam seminggu (libur tanggal merah tetap buka) dan tentunya hasil penjualan sangat bervariasi dengan rata-rata omset

82 64 penjualan Rp /hari. Jadi total penjualan yang diperoleh selama satu bulan yaitu Rp x 25 hari sebesar Rp Penjualan dalam satu bulan Rp x 12 bulan yaitu Rp /tahun Arus Biaya (Outflow) Arus biaya atau outflow adalah arus biaya-biaya yang terjadi dalam analisis kelayakan usaha franchise KTBR. Arus biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. 1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh franchisee pada saat bergabung dalam kegiatan franchise. Total biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha franchise KTBR ini sebesar Rp ,- yang terdiri dari outlet (gerobak), satu buah kompor gas, satu buah burner kebab, satu buah rak sayur, satu buah freezer, satu buah banner, serta beberapa peralatan lain yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Rincian Biaya Investasi Usaha Franchise KTBR Uraian Jumlah Umur Ekonomis (th) Nilai Beli (Rp) Penyusutan per Tahun Gerobak (Outlet) Kompor gas Rak sayur Burner kebab Banner Frezeer Freezer Box Tabung gas Regulator elpiji Wajan Pisau kebab Asahan kebab Timbangan Talenan Tempat telur Sendok kecil Sutil

83 65 Lanjutan Tabel 4. Rincian Biaya Investasi Usaha Franchise KTBR Uraian Jumlah Umur Ekonomis (th) Nilai Beli (Rp) Penyusutan per Tahun Capit biasa Piring ceper Gembok kecil Gembok besar Rantai Kabel rol listrik Kalkulator Nota Bahan Baku Nota penjualan Ember Kursi Seragam Operator Bahan Baku Transport Total Reinvestasi mulai dilakukan pada tahun ke dua untuk jenis peralatan yang habis umur ekonomisnya selama satu tahun, antara lain freezer box, regulator elpiji, wajan, pisau kebab, asahan kebab, timbangan, talenan, tempat telur, sendok kecil, sutil, capit biasa, piring ceder, gembok kecil, gembok besar, kabel rol listrik, kalkulator, nota bahan baku, nota penjualan, ember, kursi, seragam operator. 2. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari usaha KTBR. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. a. Biaya tetap Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha ini terdiri dari sewa lokasi usaha yang sudah termasuk listrik, air, keamanan, dan kebersihan. Jumlah biaya tetap yang

84 66 dikeluarkan dalam satu tahun antara lain sewa lokasi sebesar Rp /bulan dan Rp x 12 bulan sebesar Rp /bulan. Royalti fee yang ditransfer kepada franchisor setiap bulannya sebesar 5 persen dari total omset per bulan. Omset harian outlet 253 sebesar Rp dan omset satu bulan sebesar Rp Omset satu bulan tersebut dikalikan dengan 5 persen yaitu Rp /bulan atau sebesar /tahun. Biaya yang paling besar dikeluarkan adalah royalty fee yang dibayar setiap awal bulan berikutnya sebesar Rp per bulan. Biaya pajak dibayarkan oleh franchisor, sehingga pihak franchisee hanya membayar sewa lokasi saja. 3. Biaya Variabel Yaitu biaya yang besarnya tergantung dari penjualan yang dihasilkan. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan setipa tahun untuk kegiatan usaha franchise adalah Biaya-biaya variabel tersebut terdiri dari : a. Biaya Bahan Baku Pembelian bahan baku yang dilakukan oleh franchisee berdasarkan kebutuhan masing-masing outlet, dan dilakukan setelah bahan baku yang diberikan oleh franchisor dalam investasi awal habis terjual. Pembelian bahan baku yang dilakukan oleh franchisee 253 yaitu tiga kali dalam seminggu dengan rincian bahan baku yang dibeli oleh franchisee antara lain : Tabel 5. Rincian Belanja Bahan Baku (untuk tiga hari) No. Bahan Baku Unit Jmh per kemasan Harga Jual ( Rp) Jumlah (Rp) 1. Roti burger 50 buah 6 buah Roti hotdog 20 buah 5 buah Roti bigmac 8 buah 6 buah

85 67 Lanjutan Tabel 5. Rincian Belanja Bahan Baku (untuk tiga hari) No. Bahan Baku Unit Jmh per kemasan Harga Jual ( Rp) Jumlah (Rp) 4. Beef burger 8 pak 10 buah Chicken burger 3 pak 10 buah Chicken crispy burger 1 pak 8 buah Sosis 1 pak 25 buah Daging kebab 2 tiang 4 kg Tortila besar 5 pak 20 buah Tortila mini 3 pak 20 buah Keju slice 3 pak 17 lbr Mayonaise 2 pill 3 kg Saus tomat 1 galon 6 kg Saus sambal 1 galon 6 kg Slongsong kebab 2 pak 100 buah Bungkus burger 1 pak 100 buah Lettuce 2 ½ kg Kyuri 1 kg Tomat 1 kg Bawang Bombay 1 kg Telur 1 kg Mentega 1 kg Total Dalam satu bulan, franchisee KTBR 253 melakukan belanja bahan baku sebanyak delapan kali dengan total biaya bahan baku sebesar Rp Jadi kebutuhan akan belanja bahan baku dalam satu tahun dengan asumsi satu tahun 96 kali yang diperoleh dari 8 kali dalam satu bulan dikalikan 12 bulan adalah 96 kali x Rp , sebesar Rp b. Biaya Operator Operator yang digunakan untuk setiap outlet yang sedang diteliti saat ini hanya satu orang dengan lama kerja 10 jam/hari. Operator yang digunakan berasal dari franchisor yang telah melawati masa training di Jakarta. Setiap bulannya, operator mendapatkan komisi (5 persen dari omset penjualan harian yaitu Rp ) Rp per harinya. Operator tersebut melakukan kegiatan operasional 25 hari

86 68 dalam satu bulan, jadi selama satu bulan komisi yang diperoleh operator sebesar Rp Kemudian dalam satu tahun total komisi operator sebesar Rp x 12 bulan sebesar Rp Operator juga menerima uang pulsa untuk satu bulan sebesar Rp , jadi dalam satu tahun biaya yang keluarkan untuk pulsa operator sebesar Rp x 12 bulan yaitu Rp /tahun. Uang transport atau uang bensin bagi operator yang memiliki sepeda motor diberikan setiap minggunya sebesar Rp , sehingga dalam satu bulan uang transport sebesar Rp x 4 minggu sebesar Rp atau Rp /tahun. c. Biaya Gas Elpiji Dalam satu outlet (gerobak) menggunakan dua tabung gas elpiji yang digunakan untuk burner dan kompor yang habis dipakai selama satu bulan. Sehingga dalam satu tahun, franchisee mengganti sebanyak 12 kali. Harga yang dipakai untuk pembelian gas elpiji adalah harga yang berlaku pada bulan Agustus 2008 (setelah mengalami kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Sehingga biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian gas elpiji Rp /tabung x 2 sebesar Rp per bulan. Jadi biaya gas elpiji selama satu tahun Rp x 12 yaitu Rp /tahun. d. Biaya Perlengkapan Pendukung Perlengkapan pendukung meliputi tisu, kantong plastik, sarung tangan, dan lain-lain. Ringkasan rincian biaya perlengkapan pendukung pada Tabel 6.

87 69 Tabel 6. Rincian Biaya Perlengkapan Pendukung N o. Nama Barang Unit Jmh per kemasan Harga Jual ( Rp) Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) per Tahun 1. Tisu gulung 1 pak 12 buah Sarung tangan 1 pak 100 lbr Kantong plastik kecil 3 pak 100 lbr Kantong plastik besar 2 pak 100 lbr Sabun cuci piring 4 ltr 1 ltr Pembersih kaca 2 ltr 1 ltr Karbol wangi 2 ltr 1 ltr Total Dalam satu bulan, pembelian tisu gulung dilakukan selama empat kali. Sedangkan pembelian sarung tangan dan kantong plastik dilakukan satu bulan sekali, sebab jumlah dalam satu kemasan berisi 100 lembar. Pembelian perlengkapan pendukung dilakukan diluar stockist, karena pihak stockist hanya menjual bahan baku serta kemasan saja. Harga jual perlengkapan pendukung berdasarkan harga yang berlaku pada bulan Agustus Ringkasan rincian biaya variable usaha franchise KTBR cabang 253 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rincian Biaya Variabel Usaha Franchise KTBR No. Jenis Biaya Variabel Biaya (Rp) 1. Biaya Bahan Baku Rp Biaya Operator Rp Biaya Gas Elpiji Rp Biaya Perlengkapan pendukung Rp Uang Makan Operador Rp (Rp /hari x 25 hari) x 12 bulan Jumlah Rp

88 Kelayakan Finansial Usaha Franchise KTBR Berdasarkan cash flow pada lampiran 2 diperoleh hasil untuk semua kriteria investasi usaha yang meliputi kriteria NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period. Pada tabel berikut memperlihatkan hasil kelayakan investasi tingkat suku bunga empat persen. Tabel 8. Kriteria Kelayakan Finansial Investasi Usaha Franchise KTBR No. Kriteria Investasi Nilai 1. Net Present Value Net B/C Ratio 18,0 3. Internal Rate Return (%) 5,24 4. Payback Period 1,2 Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa bilai NPV yang dihasilkan dari usaha franchise Produk KTBR adalah positif sebesar Rp Nilai NPV pada tingkat diskonto empat persen lebih besar dari nol atau sebesar Rp yang menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan menurut nilai sekarang adalah menguntungkan untuk dilaksanakan, karena memberikan manfaat atau keuntungan sebesar Rp untuk jangka waktu lima tahun. Nilai Net B/C ratio adalah 18 atau lebih besar dari satu, artinya investasi yang dikeluarkan sekarang sebesar satu rupiah untuk usaha franchise KTBR akan menambah nilai pendapatan bersih sebesar Rp 18. Berdasarkan kriteria kelayakan Net B/C, usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh untuk usaha franchise KTBR adalah 5,24 persen. Nilai ini berada diatas tingkat suku bunga deposito yang berlaku yaitu empat persen. Dengan kata lain, jika dilihat dari kriteria IRR maka usaha ini telah memenuhi

89 71 kriteria kelayakan finansial. Dimana modal yang dimiliki lebih menguntungkan untuk diinvestasikan pada usaha franchise KTBR bila dibandingkan dengan menyimpannya pada deposito di bank. Berdasarkan waktu pengambalian investasinya, digunakan analisis Payback Period dan dari hasil analisis yang dilakukan, franchise KTBR akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat kegiatan telah berjalan selama satu tahun dua bulan Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan harga bahan baku dan perubahan volume penjualan sehingga keuntungan mendekati normal dimana NPV sama dengan nol, nilai IRR sama dengan tingkat diskonto, dan nilai Net B/C sama dengan satu. Pada penelitian ini, analisis switching value yang dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat kenaikan harga bahan baku dan penurunan volume penjualan kebab. a. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR: Perubahan Kenaikan Harga Bahan Baku Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap kenaikan harga bahan baku dan penurunan penjualan, maka diperoleh batas maksimal kenaikan harga bahan baku kebab sebesar 22,9 persen. Kenaikan harga bahan baku tersebut sudah termasuk kenaikan bahan bakar minyak. Berarti usaha franchise KTBR masih layak dilaksanakan pada tingkatan ini, namun apabila kenaikan harga bahan baku lebih dari 22,9 persen maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena akan mengalami kerugian.

90 72 b. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR: Perubahan Penurunan Volume Penjualan Produk KTBR Variabel yang digunakan dalam analisis switching value pada penelitian ini adalah penurunan volume penjualan. Pada skenario II, penurunan volume penjualan maksimal sebesar 13,9 persen dimana usaha tersebut akan mendapatkan keuntungan normal. Namun apabila penurunan lebih dari 13,9 persen maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan, karena akan mengalami kerugian. Dari hasil analisis switching value yang dilakukan terhadap kedua skenario usaha franchise KTBR, maka dilakukan perbandingan untuk melihat skenario yang paling sensitif atau peka terhadap perubahan variabel. Perbandingan kedua skenario dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR Pada Kedua Skenario No. Parameter Persentase 1. Kenaikan Harga Bahan Baku (Skenario I) 22,9 2. Penurunan Volume Penjualan Produk KTBR (Skenario II) 13,9 Secara umum dapat dilihat bahwa dari kedua skenario perubahan yang terjadi atau terdapat resiko yang cukup signifikan dalam menjalankan usaha franchise KTBR. Dari kedua skenario tersebut ditunjukkan bahwa skenario I kurang peka terhadap perubahan variabel switching value, bila dibandingkan dengan skenario II. Batas maksimal perubahan ini sangat mempengaruhi dalam kriteria layak atau tidak layaknya usaha untuk dilaksanakan. Semakin kecil persentase yang diperoleh berarti usaha tersebut peka terhadap perubahan yang terjadi.

91 73 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap usaha franchise KTBR, baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial. Maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. Aspek non finansial usaha franchise KTBR dilihat dari aspek pasar, lokasi baru yaitu depan Alfamart Ciheuleut Pakuan layak untuk dijadikan sebagai tujuan relokasi KTBR cabang 253. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan fasilitas penunjang dan sarana transportasi sehingga memudahkan dalam pengiriman bahan baku ke lokasi usaha. Dilihat dari aspek teknis, ditunjukkan oleh peralatan khusus yang digunakan serta teknik pembuatan kebab serta menu lain yang dilakukan oleh masing-masing outlet sudah tepat guna dan sesuai dengan SOP. Sedangkan aspek manajemen franchise sudah terorganisir dengan baik sehingga penyaluran bahan baku hingga kebutuhan akan operator di setiap outlet terlaksana dengan baik. Aspek lingkungan kurang memberikan kontribusi atau kesempatan bagi penduduk sekitar outlet untuk memperoleh pekerjaan, dan di sisi lain tempat atau lokasi yang dijadikan sebagai sarana penjualan KTBR ikut mendapatkan penerimaan yang lebih besar. Usaha Franchise KTBR memperoleh rata-rata omset penjualan harian sebesar Rp ,- akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp Rp per tahunnya. Dilihat dari aspek finansial, dinyatakan layak. Hal ini ditunjukkan

92 74 dengan nilai NPV lebih dari nol yaitu Rp , nilai net B/C lebih dari satu yaitu 18,0. Kemudian nilai IRR pada usaha franchise KTBR dinyatakan layak dengan nilai 5,24, karena lebih dari tingkat diskonto empat persen. Modal yang dikeluarkan untuk usaha ini akan kembali dalam jangka waktu satu tahun dua bulan. 2. Usaha franchise KTBR Hasil switching value menunjukkan bahwa usaha franchise KTBR lebih peka terhadap penurunan volume penjualan sebesar 13,9 persen dibandingkan dengan kenaikan harga bahan baku pada 22,9 persen Saran Dengan mengacu pada hasil penelitian, saran yang bisa diberikan sebagai berikut: 1. Franchisee perlu melakukan kesepakatan atau perjanjian sewa lokasi lebih dari satu kali dengan bukti berupa surat kontrak atau sewa lokasi, hal ini sangat mempengaruhi aktivitas usaha yang berdampak terhadap pengembalian modal. Salah satu cara mengatisipasi pemutusan sewa secara sepihak, yaitu dengan melakukan sewa lokasi dengan pihak mini market atau salon, dan lainnya yang memiliki prosedur sewa lokasi yang jelas dan terorganisir dengan baik. Sehingga pada saat franchisee mengalami hal-hal yang diluar perjanjian, maka dapat langsung melakukan komplein pada pemilik lokasi. Kemudian diselesaikan dengan prosedur yang berlaku. 2. Kegiatan promosi sebaiknya dilakukan secara intensif setelah melakukan relokasi, dengan harapan pelanggan lama akan terus datang dan membeli

93 75 produk KTBR. Strategi pemasaran yang dilakukan yaitu menyebarkan flyer menu, serta aktif mengunjungi sekolah, kampus, kantor, maupun acara-acara khusus untuk berpartisipasi mengisi stand bazar.

94 76 DAFTAR PUSTAKA Anang Sukandar, Drs. Franchising Indonesia. Asosiasi Franchise Indonesia British Franchise Association/ Nat West, 2004; PricewaterhouseCoopers Gittinger, JP Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah Slamet Sutomo dan Komel Mangiri. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Halim. A, Bambang Supomo Akuntansi Manajemen. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Husnan, dan Suwarsono Studi Kelayakan Proyek. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. IFBM Franchise Manual From Small Drops To Profit. Penerbit Team International Franchise Bussiness Management. Jakarta Junaidi, Manal Analisis dan Evaluasi Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Franchise (Studi Kasus Alfamart Wilayah Jabotabek). Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Manajemen. IPB. Bogor. Kamaluddin Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Dioma. Malang. Kotler, Philips Manajemen Pemasaran. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Marimbo, Rizal Rasakan dahsyatnya Usaha Franchise. Penerbit PT Elex Media Komputindo Gramedia. Jakarta Putera, Tinton Dwi Evaluasi Kelayakan Usaha Pada Restoran Mie Kondang Jakarta Selatan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Rachmadi, Bambang N Membedah Franchise Lokal Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Setiawan, Deden Franchise Guide Series Fast Food. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta. Yuningsih Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Selada Hidroponik. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

95 ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Oleh : Ratih Oktawidya K A

96 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Maraknya kegiatan usaha di segala bidang, dan sangat didukung dengan ketersediaan sarana usaha seperti didirikan ruko, stan yang berada di dalam mal, restoran, cafe, hingga outlet. Franchise merupakan salah satu pilihan usaha yang banyak diminati, hal tersebut didukung dengan data berikut ini: Tabel 1. Jumlah Perusahaan Franchise di Indonesia berdasarkan Asalnya Tahun Franchise Lokal Franchise Asing Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan , , ,9 Franchise lokal pada sektor food and beverage sebanyak 22 franchise dengan beragam produk yang ditawarkan. Kebab Turki Baba Rafi merupakan franchise makanan yang pertama kali menjual kebab turki.

97 2. Perumusan Masalah Salah satu cabang oulet Kebab Turki Baba Rafi (KTBR) yaitu outlet 253 menghadapi permasalahan yaitu rencana relokasi dengan alasan waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang. Dengan dilakukan relokasi, maka franchisee (pemilik outlet) akan mempertimbangkan beberapa hal antara lain: pangsa pasar baru, keamanan lokasi di tempat baru, biaya sewa lokasi yang dituju, serta kelayakan usaha tersebut.

98 Berdasarkan uraian tsb, maka permasalahan yang diteliti adalah : 1. Bagaimana kelayakan usaha KTBR di cabang outlet 253 melalui aspek pasar, teknis, manajemen, dan lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan usaha KTBR di cabang outlet 253 melalui aspek finansial? 3. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan investasi KTBR di cabang outlet 253? 3. Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi kelayakan aspek pasar, teknis, manajemen, lingkungan 2. Mengevaluasi kelayakan aspek finansial 3. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan investasi KTBR di cabang outlet 253.

99 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Franchise Franchise berasal dari bahasa perancis affanchir yang artinya kejujuran atau kebebasan hak untuk menjual suatu produk atau jasa Sejarah Franchise Konsep jejaring toko sebagai sistem franchise yang sudah ada sejak 200 SM di China Franchisor dan Franchisee 2.4. Istilah kebab Kata kabab berasal dari bahasa arab atau persia yang berarti daging digoreng dan bukanlah daging yang dipanggang Kebab Turki Baba Rafi

100 2.6. Hasil Penelitian Terdahulu Nama Judul Penelitian Metode Afnita (2002) Analisis Kelayakan Investasi Paprika dengan Sistem Pertanian Organik di PT Austindo Mitra Sarana Farm Menggunakan NPV, IRR, Net B/C, PP Junaidi (2006) Analisis dan Evaluasi Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Franchise (Studi Kasus Alfamart Wilayah Jabotabek) Menggunakan model Fishbein Putera (2006) Yuningsih (2004) Evaluasi Kelayakan Usaha Pada Restoran Mie Kondang Jakarta Selatan Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Selada Hidroponik (Studi Kasus di Yayasan Progressio Indonesia, Kec. Pacet, Kab. Cianjur, Prov. Jabar) Menggunakan NPV, IRR, Net B/C, PP dan switching value Menggunakan NPV, IRR, Net B/C, PP, analisis sensitivitas

101 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 1. Kerangka Pemikiran Teoritis 1.1. Aspek dalam Analisis Kelayakan Aspek Pasar, Teknis, Manajemen, dan Lingkungan Aspek Finansial, menggunakan NPV, IRR, Net B/C, PP Analisis sensitivitas, menggunakan switching value 2. Kerangka Pemikiran Operasional Cabang outlet KTBR 253 berlokasi di Universitas Pakuan Bogor, lokasi usaha tersebut merupakan salah satu lokasi yang strategis sebab kebab turki merupakan satu-satunya makanan yang unik dan tidak dijumpai di wilayah kampus tersebut. Namun, franchisee mengalami permasalahan antara lain waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang karena pemilik rumah akan melakukan renovasi rumah, rencana relokasi yang membutuhkan dana tidak sedikit, dan waktu pencarian pangsa pasar baru cukup lama.

102 Kegiatan Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi di Cabang Outlet 253 Permasalahan yang dihadapi : 1. Waktu sewa lokasi yang tidak dapat diperpanjang 2. Rencana relokasi yang membutuhkan dana tidak sedikit 3. Waktu pencarian pangsa pasar baru yang cukup lama Analisis Kelayakan Usaha Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Lingkungan Aspek Finanasial NPV, IRR, Net B/C, Payback Period Sensitivitas Tidak Layak Layak Kegiatan Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi di Cabang Outlet 253 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

103 BAB IV METODE PENELITIAN 1. Waktu Penelitian Waktu penelitian berlangsung selama dua bulan yang rencananya dimulai dari bulan April s/d Juni Jenis dan Sumber data Menggunakan data primer yang diperoleh langsung melalui observasi lapang dan wawancara dengan franchisee. Data sekunder diperoleh dari AFI, pameran franchise indonesia, perpustakaan LSI, penelusuran melalui internet, buku, dan literatur lainnya. 3. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai franchisee atau pemilik outlet.

104 BAB IV METODE PENELITIAN 4. Metode Analisis Data Analisis aspek pasar: adanya permintaan akan kebab turki, bauran pemasaran, pasar potensial, persaingan, strategi pemasaran. Analisis aspek teknis: gambaran lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, kriteria pemilihan alat, dan proses pembuatan kebab Analisis aspek manajemen : menentukan deskripsi serta pemegang jabatan di outlet 253 Analisis aspek lingkungan : dampak yg ditimbulkan terhadap berjalannya usaha KTBR terhadap kondisi sosial masyarakat Untuk analisis kelayakan finansial usaha franchise KTBR di cabang 253, menggunakan kriteria investasi antara lain : 1. Net Present Value, layak pada saat NPV >0 NPV = n Bt t 1 (1 Ct t i )

105 BAB IV METODE PENELITIAN Lanjutan kriteria investasi 2. Internal Rate Return, layak pada saat IRR >tk. Suku bunga yg berlaku IRR = NPV 1 1 x i2 i1 NPV1 NPV2 i 3. Net Benefit/Cost, layak pada saat Net B/C >1 Net B/C = t 1 n t 1 Bt Ct 0 t 1 i Bt Ct 0 1 i 4. Payback Period, pada saat pengeluaran investasi semakin kecil maka semakin cepat pengembalian investasi 5. Analisis Sensitivitas (Switching Value) n t Payback Period (PP) = V I

106 BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Gambaran Umum Kebab Turki Baba Rafi KTBR merupakan usaha milik PT Baba Rafi Indonesia yang berpusat di Surabaya. Kebab Turki merupakan produk unggulan, dan terbuat dari tortila (dengan diameter 22 cm), irisan daging kebab, irisan sayuran, saus, serta mayonaise. Kebab tsb dijual dengan harga Rp ,- dan dikemas dengan slongsong kebab. 2. Tipe Outlet KTBR menyediakan 5 tipe outlet, antara lain : - Gerobak, dgn investasi Rp 50 juta - Booth, dgn investasi Rp 70 juta - Indoor, dgn investasi Rp 90 juta - Dine in, dgn investasi Rp 100 juta - Cafe, dgn investasi +/- Rp 100 juta

107 BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3. Tahapan menjadi Franchisee Presentasi bisnis Isi formulir calon franchisee Pembayaran Commitment Fee Protect Lokasi strategis Penjelasan operasional Time schedule pengerjaan Pendantanganan MOU Survei lokasi Pembayaran investasi 70 % Penyerahan SOP Pembuatan oulet Training karyawan Persiapan opening Pelunasan sisa 30% investasi Grand opening

108 BAB V ANALISIS ASPEK PASAR Tipe Outlet Gerobak

109 BAB VI ANALISIS ASPEK PASAR 1. Aspek Pasar Lokasi baru yang dituju yaitu depan Alfamart Ciheuleut Pakuan. Lokasi tsb dekat dengan jalan alternatif menuju tegal lega. Permintaan Asumsi permintaan akan kebab turki di lokasi yg baru tidak berbeda jauh dengan permintaan di lokasi lama. Permintaan kebab turki di outlet 253 sebanyak 286 buah. Pasar Potensial Persaingan Strategi Pemasaran Strategi yang digunakan adalah menyebarkan flyer menu ke UNPAK, Perumahan Bogor Baru, Bogor Like Side, maupun sekolah-sekolah. Bauran Pemasaran a. Produk b. Penetapan harga c. Promosi d. Penempatan (distribusi)

110 BAB V ANALISIS ASPEK PASAR Lanjutan Bauran Pemasaran a. Produk c. Promosi d. Penempatan (distribusi) Franchisor Stockist Franchisee Konsumen Gb 2. Alur Pendistribusian KTBR Flyer Menu

111 BAB VI ANALISIS ASPEK TEKNIS Lokasi Baru Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi Hal penting yang diperhatikan pada lokasi baru : a. Ketersediaan fasilitas penunjang Terdapatnya toko atau agen gas elpiji, dan terletak di wilayah jalan raya Pakuan. b. Tenaga listrik dan air outlet KTBR 253 membutuhkan listrik 100 watt yang digunakan untuk lampu neon 40 watt, lempu neon box 20 watt, lampu dalam 20 watt, dan lampu kelapkelip 20 watt. c. Supply tenaga kerja d. Fasilitas transportasi franchisee menyediakan sepeda motor yang digunakan oleh operator untuk mengambil dan mengembalikan bahan baku. e. Layout gerobak Gerobak KTBR milik franchisee 253 rencananya akan diletakkan di bawah tangga masuk Alfamart dan menghadap ke utara.

112 BAB VI ANALISIS ASPEK TEKNIS Lanjutan Layout gerobak Gerobak KTBR milik franchisee 253 rencananya akan diletakkan di bawah tangga masuk Alfamart dan menghadap ke utara.

113 BAB VI ANALISIS ASPEK TEKNIS Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penjualan kebab diperoleh dari pembelian di stockist. Penambahan bahan baku berdasarkan permintaan dari operator via telepon atau sms. Daging kebab Tortila Kriteria Pemilihan Alat Peralatan yang digunakan telah ditetapkan oleh franchisor, sepeti desain wajan yang digunakan berukuran 20 cm x 30 cm yang terbuat dari besi lempengan. Demikian pula dengan burner kebab yang dilengkapi dengan pemutar tiang daging kebab dan laci penampung minyak dari hasil pembakaran.

114 BAB VI ANALISIS ASPEK TEKNIS Proses pembuatan Kebab Kegiatan pembuatan kebab dilakukan oleh seorang operator, yang berpedoman pada SOP. Pembuatan kebab turki tsb sangat ditunjang dengan ketersediaan bahan baku yang memenuhi persyaratan. Seperti tortila berwarna putih kecoklatan, tidak robek, berbau khas, demikian pula dengan penerapan syarat kelayakan bahan baku yang lainnya. Adapun tahapan pembuatan kebab turki sbb:

115 BAB VI ANALISIS ASPEK MANAJEMEN Satu outlet dimiliki oleh seorang franchisee yang membawahi seorang operator sbg pelaksana harian kegiatan penjualan kebab turki. Franchisee outlet KTBR cabang 253 Operator Gambar 3. Strukrur Organisasi Outlet KTBR 253 Operator yang ditempatkan di outlet berasal dari franchisor, yg sebelumnya telah melalui masa training selama 1 minggu oleh pihak franchisor. Deskripsi pekerjaan operator KTBR cabang 253 antara lain : Belanja bahan baku di stockist, Mengambil dan mengembalikan bahan baku yang dijual, Mempersiapkan bahan baku penjualan di outlet 253, Mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa ke outlet, Melakukan cek bahan baku dengan menggunakan form bahan baku, Membuka dan menutup outlet, membersihkan seluruh outlet, menata barang dan bahan baku yang akan dijual, Membuat pesanan konsumen, dan Menghitung penjualan harian dengan menggunakan form penjualan.

116 BAB VI ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN Usaha KTBR memberikan penerimaan bagi pemilik warung/toko/salon yg dijadikan lokasi untuk berjualan kebab turki. BAB VI ANALISIS ASPEK FINANSIAL Dana yang digunakan untuk usaha tersebut merupakan dana milik franchisee 253 dan bukan berasal dari pinjaman bank. Total biaya investasi sebesar Rp yang meliputi outlet (gerobak), kompor gas, burner kebab, rak sayur, banner, frezeer, frezeer box, tabung gas, regulator elpiji, wajan, pisau kebab, asahan kebab, timbangan, talenan, tempat telur, sendok kecil, sutil, capit biasa, piring ceper, gembok kecil, gembok besar, rantai, kabel rol, kalkulator, nota bahan baku, nota penjualan, ember, kursi, seragam operator, bahan baku (untuk 3 hari), dan transport.

117 BAB VI ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dihitung dengan menggunakan cashflow yang akan menunjukkan nilai NPV, Net B/C ratio, IRR, dan PP. Nilai penjualan yang digunakan berdasarkan omset penjualan harian sebesar Rp , sehingga memperoleh keuntungan sebesar Rp /tahun. Tabel 3. Kelayakan Finansial Usaha Franchise KTBR Cabang Outlet 253 No. Kriteria Kelayakan Investasi Nilai 1 Net Present Value Net B/C ratio 19,9 3 Internal Rate Return 5,5 4 Payback Period 1,2 Analisis sensitivitas menggunakan switching value yg dilakukan dengan menghitung perubahan maksimum yg boleh terjadi akibat adanya suatu perubahan. Switching value menggunakan 2 skenario, dimana skenario I (kenaikan harga bahan baku) diperoleh batas max kenaikan harga BB sebesar 29,8 persen. Sedangkan Skenario II (penurunan Volume penjualan kebab) diperoleh batas max penurunan vol. Penjualan sebesar 12,4 persen.

118

119 Lampiran 1. Tipe Gerobak Kebab Turki Baba Rafi Cabang 253

120 Lampiran 2. Menu KTBR dan Lokasi Baru Outlet KTBR 253 Kebab Pisang Coklat Keju Wiener Roti Canai Original Roti Canai Salad Roti Canai Coklat Keju Menu Kebab Turki Baba Rafi Cabang Outlet 253 Lokasi Baru Kebab Turki Baba Rafi Cabang Outlet 253 (Halaman parkir Alfamart Ciheuleut Pakuan)

121 Lampiran 3. Harga Bahan Baku Kebab Turki Baba Rafi No. Bahan Baku Satuan Harga (Rp) 1. Roti Burger Buah Roti Hotdog Buah Roti Bigmac Buah Burger Ayam Pak Burger Sapi Pak Burger Crispy Pak Sosis sapi Pak Daging kebab Tiang Tortila besar Pak Tortila mini Pak Keju Pak Mayonaise Pill Saus tomat Gallon Saus sambal Gallon Bungkus kebab Pak Bungkus kebab gila Pak Bungkus burger Pak Lettuce Kg Tomat Kg Kyuri Kg Bawang Bombay Kg Telur Kg Mentega Kg

122 Lampiran 4. Tipe Outlet Kebab Turki Baba Rafi

BAB I PENDAHULUAN. sarana usaha. Hal ini dapat dijumpai pada kegiatan usaha franchise yang sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. sarana usaha. Hal ini dapat dijumpai pada kegiatan usaha franchise yang sekarang ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam segala bidang mendorong masyarakat untuk giat dalam mendapatkan penghasilan. Selain menjadi pegawai atau karyawan di suatu institusi, masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut versi pemerintah Indonesia, franchise adalah suatu ikatan dimana salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut versi pemerintah Indonesia, franchise adalah suatu ikatan dimana salah satu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Franchise 2.1.1. Definisi Franchise Franchise berasal dari bahasa Perancis (affanchir) yang artinya kejujuran atau kebebasan hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Oleh : RATIH OKTAWIDYA K A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Oleh : RATIH OKTAWIDYA K A ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TURKI BABA RAFI (Kasus di Outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cabang Bogor) Oleh : RATIH OKTAWIDYA K A 14105590 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. IFBM Franchise Manual From Small Drops To Profit. Penerbit Team International Franchise Bussiness Management.

DAFTAR PUSTAKA. IFBM Franchise Manual From Small Drops To Profit. Penerbit Team International Franchise Bussiness Management. 76 DAFTAR PUSTAKA Anang Sukandar, Drs. Franchising Indonesia. Asosiasi Franchise Indonesia. 2007. British Franchise Association/ Nat West, 2004; PricewaterhouseCoopers. 2004. Gittinger, JP. 1986. Analisis

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 35 BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Gambaran Umum Kebab Turki Baba Rafi Kebab Turki Baba Rafi merupakan usaha milik PT Baba Rafi Indonesia yang berpusat di Kota Surabaya. Sebanyak 270 outlet yang tersebar

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rantai yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, di mana perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. rantai yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, di mana perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, perdagangan internasional merupakan mata rantai yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, di mana perdagangan internasional

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Internet Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnectednetworking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Internet juga berarti

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, penulis akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan proses pengerjaan penelitian ini. Antara lain berkenaan dengan latar belakang penelitian, identifikasi

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang terdiri dari beragam suku dan adat istiadat serta norma-norma yang dianut. Keragaman suku yang ada di Indonesia memiliki budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis waralaba adalah bisnis lisensi, artinya pengelola waralaba harus menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis bisnis waralaba

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan di era globalisasi ini semakin berkembang pesat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia. Dalam rantai produk (barang/jasa) dibutuhkan peranan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING UNTUK USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG ( STUDI KASUS DI PD. BAROKAH CIKIJING MAJALENGKA JAWA BARAT) Oleh: FARIDA WIDIYANTHI A14104549 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TUKI BABA RAFI CABANG OUTLET 253

BAB VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TUKI BABA RAFI CABANG OUTLET 253 41 BAB VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TUKI BABA RAFI CABANG OUTLET 253 6.1. Aspek Pasar Pemasaran sangat penting bagi kelangsungan operasional usaha. Bila kemampuan pasar untuk menyerap produk

Lebih terperinci

MANIS PAHITNYA BISNIS FRANCHISE

MANIS PAHITNYA BISNIS FRANCHISE MANIS PAHITNYA BISNIS FRANCHISE NAMA : Elvira Devina Neysa Fidela NIM : 11.11.5045 KELAS : 06 JURUSAN : TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012 BAB I Abstrak Mulai tahun

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin ketatnya persaingan antar tiap bidang bisnis di setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin ketatnya persaingan antar tiap bidang bisnis di setiap negara Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Memasuki era globalisasi, perdagangan dunia semakin kompleks. Hal ini ditandai dengan semakin ketatnya persaingan antar tiap bidang bisnis di setiap negara dan pasar akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA KULINER KEBAB BUAH SI BABAH. NAMA : Arizqy Romadhoni NPM : Jurusan : Manajemen/S1 Pembimbing : Martani. SE.

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA KULINER KEBAB BUAH SI BABAH. NAMA : Arizqy Romadhoni NPM : Jurusan : Manajemen/S1 Pembimbing : Martani. SE. ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA KULINER KEBAB BUAH SI BABAH NAMA : Arizqy Romadhoni NPM : 11210121 Jurusan : Manajemen/S1 Pembimbing : Martani. SE., MM PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Lidah masyarakat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA

STUDI KELAYAKAN USAHA STUDI KELAYAKAN USAHA 1 PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN USAHA Studi kelayakan usaha ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil dan menguntungkan secara kontinyu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam semua aspek kehidupan manusia, air bersih merupakan kebutuhan yang sangat hakiki karena sel-sel dalam tubuh manusia terdiri dari 68% kadar air. Bagi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN CABANG PAJAJARAN, BOGOR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN Oleh YUGI RAMDHANI A.14101057 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad ini seperti yang kita ketahui dunia ekonomi dan teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan adanya perkembangan teknologi itu

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil produksi dari industri garmen,seperti celana, kemeja, jaket dan sweater.

BAB I PENDAHULUAN. hasil produksi dari industri garmen,seperti celana, kemeja, jaket dan sweater. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garmen merupakan industri yang menghasilkan pakaian jadi. Berbagai jenis hasil produksi dari industri garmen,seperti celana, kemeja, jaket dan sweater.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Kerangka Teoritis 3.1.2. Studi Kelayakan Proyek Gittinger (1986) mendefinisikan proyek pertanian sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi

Lebih terperinci