SURVEILANS EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA (H5N1) DI KOTA BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SURVEILANS EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA (H5N1) DI KOTA BANDUNG"

Transkripsi

1 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA (H5N1) DI KOTA BANDUNG Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Surveilans Epidemilogi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (S-1) Disusun Oleh: YADI KUSMAYADI NPM KELAS C (NON REGULER), SEMESTER II (2015) PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S-1) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi Telp (022) Fax (022) P a g e

2 DAFTAR ISI 1 PENDAHULUAN Latar belakang DEFINISI KASUS Etiologi Masa Inkubasi Sumber dan Cara Penularan Klasifikasi Kasus Kasus Suspek Kasus Probable Kasus Konfirmasi Type Surveilans Deteksi Dini Risiko Penularan Avian Influenza (H5N1) ANALISIS SITUASI DAN DATA PENANGGULANGAN UPAYA PENCEGAHAN Aspek khusus DAFTAR PUSTAKA : Lampiran P a g e

3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit influenza pada unggas (Avian Influenza / AI) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan (Low pathogenic) sampai pada yang bersifat fatal (highly pathogenic). Semua wabah highly pathogenic avian influenza (HPAI) disebabkan oleh virus influenza tipe A, sub tipe H5 dan H7. (Depkes, 2007). Penyakit unggas di Indonesia terdiri dari virus sebanyak 12 jenis diantaranya AI, bakteri 3 jenis, dan parasit 1 jenis. Virus AI dibagi kedalam sub tipe berdasarkan permukaan Hemagglutinin (HA) dan Neoraminidase (NA) ada 16 sub tipe HA dan 9 jenis NA. (Tempo, ) Secara umum, gejala klinis serangan virus itu adalah gejala seperti flu pada umumnya, yaitu demam, sakit tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan dalam waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian. (Tempo, ) Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Semakin banyak virus itu tereplikasi, semakin banyak pula sitoksin--protein yang memicu untuk peningkatan respons imunitas dan memainkan peran penting dalam peradangan yang diproduksi tubuh. Sitoksin yang membanjiri aliran darah, karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringanjaringan dalam tubuh efek bunuh diri. (Tempo, ) Suatu hal yang dikhawatirkan dunia saat ini virus AI dapat menyebabkan pandemic pada manusia terjadi yaitu pada saat reassortant (percampuran), yang menyebabkan gen hemaglutinin (HA) pada strain manusia digantikan gen alel dari virus avian influenza A. Hal ini pernah terjadi pada tahun 1957 dan Strain virus influenza pada manusia dilaporkan berasal dari strain virus influenza pada unggas setelah berevolusi pada induk semang mamalia perantara. (Deptan, ) Karena virus yang mudah bermutasi dan mampu dengan cepat mudah menular dari manusia ke manusia, permasalahan flu burung memerlukan penanganan yang integrative dari sisi tatalaksana kesehatan hewan dan kesehatan manusia, dengan prinsip cepat, tepat, sistematis dan berkelanjutan. Penyebaran Flu Burung di berbagai daerah di Indonesia dimulai pada tahun 2005 sebanyak 20 kasus dengan kematian 13 orang, secara kumulatif sampai tahun Desember 2008 terjadi sebanyak 141 kasus dengan kematian 115 orang atau CFR 81,56 % (sumber : Ditjen PP&PL Kemenkes RI). Sementara kasus Flu Burung di Provinsi Jawa Barat ditemukan kasus suspek sebanyak 221 kasus dengan yang meninggal 25 orang (CFR 11.3 %) di 23 kabupaten/kota dan kasus positif/confirm sebanyak 34 kasus dengan yang meninggal 29 orang ( CFR 85,3 %) di 13 kabupaten/ kota (sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat). 3 P a g e

4 Kota Bandung adalah suatu tempat yang penduduknya heterogen dengan budaya yang beragamam disertai mobilitas baik penduduk maupun transportasi yang tinggi sehingga sangat dimungkinkan terjadinya penyebaran penyakit. Kasus Flu Burung di Kota Bandung mulai ditemukan tahun 2005, dikelurahan Sukapura, Cipamokolan dan Dunguscariang walaupun masih dikatakan tersangka (suspect), namun setelah itu berkembang meluas secara progresive dan sporadic ke beberapa kelurahan di wilayah Kota Bandung. Dari data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Bandung, sampai tahun 2011 masih ada kasus Flu Burung di Wilayah Kota Bandung. 4 P a g e

5 2 DEFINISI KASUS Avian influenza adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe, antara lain tipe A, tipe B dan tipe C. influenza tipe A terdiri dari beberapa sub tipe, anatara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain. 2.1 Etiologi Saat ini diketahui bahwa subtipe yang paling virulen yang menyebabkan Avian influenza adalah subtipe H5N1 yang mempunyai nama famili orthomyxoviridae. Mempunyai 2 permukaan glikoprotein yg penting yaitu Hemaglutinin (H: 1-16) dan Neurominidase (N: 1-9), Komposisi H dan N sangat labil, mudah mengalami mutasi, virulensi dan patogenitasnya sangat bervariasi, mudah menular dan pola penularannya sulit diketahui. Dari hasil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit (oleh influenza A H5N1) dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 0C dan lebih dari 30 hari pada 0 0C. Didalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60 0C selama 30 menit. Dalam tinja unggas di suhu 4 0C virus dapat bertahan sampai 35 hari, namun pada suhu kamar (37 0C) hanya selama 6 hari. 2.2 Masa Inkubasi Gambar 2.1 Struktrur Virus Avian Influenza (H5N1) Sampai saat ini masa inkubasi belum diketahui secara pasti namun untuk sementara para ahli (WHO) menetapkan masa inkubasi virus influenza ini pada manusia rata-rata adalah 3 hari (1-7 hari). 2.3 Sumber dan Cara Penularan Avian Influenza (H5N1) dapat menyebar dengan cepat diantara populasi unggas dengan kematian yang tinggi, bahkan dapat menyebar antar peternakan, dan menyebar antar daerah yang luas. Penyakit ini menular kepada manusia dapat melalui: a) Kontak langsung dengan sekret/lendir atau tinja binatang yang terinfeksi melalui saluran pernafasan atau mukosa konjungtiva (selaput lendir mata). b) Melalui udara yang tercemar virus Avian Influenza (H5N1) yang berasal dari tinja atau sekret/lendir unggas atau binatang lain yang terinfeksi dalam jarak terbatas. c) Kontak dengan benda yang terkontaminasi virus Avian Influenza (H5N1) 5 P a g e

6 2.4 Klasifikasi Kasus Kasus AI H5N1 pada manusia diklasifikasikan dalam 3 jenis kasus sesuai perkembangan diagnosis, yaitu kasus suspek, kasus probable dan kasus konfirmasi Kasus Suspek Seseorang yang menderita demam panas 38 0C disertai atau lebih gejala berikut: Batuk Sakit tenggorokan Pilek Sesak Nafas (nafas pendek) Ditambah dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini: Pernah kontak dengan unggas sakit/mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya serta produk mentahnya (telur, jeroan) termasuk kotoran dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas. Yang dimaksud dengan kontak adalah merawat, membersihkan kandang, mengelola, membunuh, mengubur, membuang / membawa. Pernah tinggal dilokasi yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas. Luas lokasi ditemukan dengan mobilisasi unggas yang mati. Pernah kontak dengan penderita AI Konfirmasi dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas. Pernah kontak dengan penderita AI H5N1 dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas. Ditemukan adanya leukopenia (< 5000/µl) Ditemukan adanya antibody terhadap H5 dengan pemeriksaan hemaglutinase Inhibition (HI) test terhadap eritrost kuda. ATAU Seseorang yang menderita Accute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini: Leukopenia (< 5000) atau Limfositopenia. Foto thoraks menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat baru dikedua sisi paru yang makin meluas pada serial foto Kasus Probable Adalah kasus yang memenuhi kriteria kasus suspek dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini: Ditemukan adanya kenaikan titer antibody 4 kali terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA. Hasil laboratorium terbatas untuk Influenza H5 (terdeteksinya atibodi spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal) menggunakan neutralisasi test Kasus Konfirmasi Adalah kasus suspek atau kasus probable dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini: Kultur (biakan) virus influenza A/ H5N1 Positif Polymerase Clain Reaction (PCR) Influenza A/ H5N1 Positif Pada Imunofluorescence (IFA) test ditemukan antibody positif dengan menggunakan antigen monoklonal influenza A/ H5N1. 6 P a g e

7 Kenaikan titer antibody spesifik influenza/h5n1 pada fase konvaselen sebanyak 4 kali atau lebih dibandingkan dengan fase akut dengan Microneutralization Test. 2.5 Type Surveilans Pada Buku Pedoman Penanganan Flu Burung Bagi Petugas Kesehatan Layanan Dasar dikatakan bahwa Surveilans Epidemiologi Avian Influenza (AI) Integrasi adalah sebagai berikut: a. Surveilans Faktor Risiko (surveilans influenza pada hewan) b. Surveilans Influenza Like Illness (ILI, influenza klinis) c. Surveilans Pneumonia d. Surveilans Berbasis Laboratorium (serologi dan virologi) e. Penyelidikan Epidemiologi pada populasi berisiko tinggi (wabah AI unggas) f. Surveilans Kasus AI di Puskesmas dan RS g. Surveilans Kasus AI pada RS Khusus Rawat Kasus h. Penyelidikan Epidemiologi Kasus AI dan Surveilans Kontak Kasus AI Deteksi Dini Risiko Penularan Avian Influenza (H5N1) a) Unggas - Manusia Pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut: a. Menemukan sedini mungkin adanya kejadian wabah AI (H5N1) Unggas, dengan melaksanakan surveilans Wabah AI (H5N1) Unggas b. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans ILI diantara Kontak Unggas pada wabah AI (H5N1) tersebut diatas c. Pemeriksaan kasus ILI diantara Kontak Unggas. Memeriksa lebih teliti dengan pemeriksaan laboratorium setiap kasus ILI diantara kontak Unggas tersebut untuk mengetahui adanya virus AI (H5N1), yaitu dengan mengambil spesimen usap nasofaring, usap tenggorok dan darah tersebut untuk dilakukan Uji PCR dan atau Uji Serologi serta identifikasi hubungan epidemiologi dan kesamaan virus AI (H5N1) pada unggas d. Survei diantara kontak Unggas. Yaitu melakukan uji petik terhadap 5-10 orang yang kontak dengan unggas dan mengambil spesimen usap nasofaring, usap tenggorok dan darah untuk dilakukan Uji PCR dan Uji Serologi *) e. Identifikasi sifat dan peta sebaran virus-virus yang ditemukan pada unggas dan manusia sebagai bagian dari Surveilans Virologi AI (H5N1) f. Berdasarkan data Penyelidikan Epidemiologi dan Surveilans ILI diantara Kontak Unggas pada Wabah AI (H5N1) tersebut dapat ditetapkan gambaran epidemiologi menurut waktu, tempat dan orang serta besarnya risiko penularan AI (H5N1) unggas - manusia g. Disamping itu, adanya penularan AI (H5N1) unggas manusia dapat dilakukan dengan mengidentifikasi atau menelusuri adanya kontak dengan unggas sebagai sumber penularan terhadap kasus-kasus AI (H5N1) manusia yang ditemukan. Kontak dengan unggas dimaksud adalah kontak dengan unggas sakit atau mati mendadak karena AI (H5N1) atau yang belum diketahui penyebabnya serta produk mentah (telur, jeroan) dan kotorannya pada 7 hari terakhir sebelum timbul gejala. Kontak dengan unggas adalah merawat, mengolah, memegang, membawa unggas atau membersihkan kandangnya 7 P a g e

8 *) dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi Jejaring Surveilans Epidemiologi Nasional Pengendalian dan Penanganan Flu Burung dapat digambarkan dalam diagram dibawah ini: Keterangan : Jalur informasi kasus & umpan balik Jalur spesimen & hasil laboratorium Jalur rujukan pasien Jalur koordinasi 8 P a g e

9 3 ANALISIS SITUASI DAN DATA Kasus suspek Avian Influenza (H5N1) pada manusia di Kota Bandung pada tahun 2005 mendapat perhatian dari jajaran kesehatan khususnya Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan leading sektornya Seksi Surveilans yang sekarang berganti menjadi Seksi Pemantau Penyakit dalam melakukan investigasi dan pelacakan kasus per kasus Flu Burung (AI- H5N1) di Wilayah Kota Bandung. Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data didapatkan data berikut ini: Gambar 1.1 Kejadian Kasus Flu Burung Pada Manusia Menurut Tempat di Kota Bandung Tahun Keterangan : = Kasus Confirm = Kasus Suspect Sumber : Seksi Pemantau Penyakit Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Bandung Dari gambar diatas, kasus Flu Burung menyebar hampir diseluruh kecamatan Kota Bandung. Angka kejadian paling tinggi terdapat di Kecamatan Batununggal 4 kasus dan Kecamatan Bandung Kidul 4 kasus. Kecamatan yang mengalami kejadian kasus Flu Burung hampir 80 % berada di daerah pinggiran atau berada diperbatasan dengan wilayah kota/kabupaten lain dimana daerah tersebut masyarakat masih banyak memelihara unggas secara tradisional. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Kota Bandung terutama didaerah rawan sangat berisiko tertular Flu Burung. Beberapa penyebab terjadinya penyebaran kasus Flu burung yang meluas di Kota Bandung, antara lain yaitu: 1) Kurangnya skrining oleh petugas kesehatan baik pada layanan kesehatan pada penderita dengan gejala klinis Flu Burung 2) Kurangnya peran petugas surveilans ditingkat Puskesmas maupun tingkat Dinas Kesehatan Kota dalam melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB Flu Burung. 3) Kurangnya koordinasi lintas program dan lintas sector 9 P a g e

10 4) Kurangnya pemantauan factor risiko 5) Kurangnya diseminasi dan advokasi pada pemerintahan setempat 6) Kurangnya pengawasan terhadap lalu lintas unggas 7) Kurangnya Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat dalam memlihara dan mengkonsumsi unggas 8) Kurangnya kesadaran masyarakat melaporkan adanya unggas mati mendadak dan adanya keluarga yang mendadak sakit setelah kontak dengan unggas mati ke petugas kesehatan Tabel 1.1 Kejadian Kasus Flu Burung Pada Manusia Menurut Klasifikasi Kasus di Kota Bandung Tahun CONFIRM SUSPECT TOTAL TAHUN CFR CFR Kasus Meninggal Kasus Meninggal (%) (%) Kasus Meninggal Jumlah Sumber : Seksi Pemantau Penyakit Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Bandung Dari data diatas, angka kejadian yang paling tinggi terjadi pada tahun sebanyak 17 kasus dengan yang meninggal sebanyak 5 orang dan angka kejadian terendah /tidak ada kasus pada tahun 2009, tetapi pada tahun 2010 dan 2011 kasus Flu Burung kembali terjadi lagi. Hal tersebut menandakan bahwa kasus Flu Burung di Kota Bandung masih ada walau frekwensinya sudah berkurang. Angka kematian penyakit Flu Burung sepanjang tahun , didapatkan bahwa dari 3 penderita kasus confirm 2 meninggal (CFR: 66, 6%) sedangkan dari 29 kasus suspek 5 meninggal (CFR: 17, 24 %). Pada kasus confirm penderita yang tidak mendapat penanganan segera sangat besar dapat menimbulkan kematian. Adanya kasus suspek yang meninggal merupakan hal yang perlu ditelusuri kasus per kasus, menurut hasil penyelidikan epidemiologi yang telah dilakukan didapatkan temuan sebagai berikut: 1) Ketidaktahuan dari penderita dan keluarga tentang Flu Burung 2) Penderita terlambat dibawa ke layanan kesehatan 3) Kurangnya pengetahuan petugas kesehatan dalam penanganan penderita Flu Burung 4) Pada awal didiagnosis kasus suspek Flu Burung penderita tidak segera mendapatkan therapy pengobatan yang tepat, karena dari gejala klinis menyerupai influenza biasa. 5) Terlambatnya pengambilan sampel darah, usap nasopharing dan tenggorok untuk menentukan kalsifikasi kasus pada penderita 10 P a g e

11 Grafik 1.1 Kejadian Kasus Flu Burung Pada Manusia Menurut Jenis Kelamin di Kota Bandung Tahun % 47% Laki-laki Perempuan Sumber : Seksi Pemantau Penyakit Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Bandung Dari grafik di atas, kejadian Flu Burung sepanjang tahun berdasarkan jenis kelamin, didapatkan bahwa pada laki-laki sebanyak 15 kasus (46,9%) dan pada perempuan sebanyak 17 kasus (53,1%). Hal ini menggambarkan bahwa perempuan lebih banyak terkena penyakit flu burung. Kajian lebih lanjut mengapa perempuan lebih banyak terkena kasus dibanding laki-laki belum dapat dijelaskan. Tabel 1.2 Kejadian Kasus Flu Burung Pada Manusia Menurut Kelompok Umur di Kota Bandung Tahun No Kelompok Umur Frekuensi % tahun 9 28, tahun 1 3, tahun 3 9, tahun 1 3, tahun 5 15, tahun 1 3, tahun 1 3, tahun 1 3, tahun 2 6, tahun 2 6, tahun 1 3, tahun 2 6, tahun 3 9,4 Jumlah ,0 11 P a g e

12 Dari tabel di atas terlihat bahwa anak-anak umur 0-5 tahun adalah kelompok umur paling berisiko (28, 1%), selanjutnya disusul oleh kelompok umur tahun (15,6%) dan kelompok umur tahun (9,4%). Pada dasarnya semua kelompok umur dapat berisiko tertular Flu Burung tetapi pada kelompok umur 0-5 tahun didapat paling berisiko tertular Flu Burung. Hal ini bukan berarti pada kelompok umur tersebut kasus Flu Burung meningkat tetapi lebih disebabkan karena adanya Sistim Kewaspadaan Dini KLB. Saat petugas surveilans melakukan penyelidikan epidemiologi didaerah yang terdapat kasus unggas mati mendadak dan menemukan penderita dengan gejala klinis suspect Flu Burung disertai kontak dengan unggas mati mendadak maka penderita tersebut akan ditatalaksana sesuai dengan prosedur. Selain untuk mengetahui apakah pada kelompok umur tersebut sudah terinfeksi virus AI H5N1, juga untuk mengetahui apakah sudah ada penularan antar manusia. Jika kita lihat dari data yang terdapat dalam lampiran 1, semua penderita kelompok umur 0-5 tahun dari hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan negatif. Grafik 1.2 Kasus Flu Burung Pada Manusia Menurut Waktu Kejadian di Kota Bandung Tahun JAN FEBR MART APR MEI JUN JUL AGU SEPT OKT NOV DES Sumber : Seksi Pemantau Penyakit Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Bandung Dari grafik diatas, periode tahun kasus Flu Burung meningkat pada bulan Pebruari dan bulan September, sedangkan pada tahun berikutnya dari tahun kasus Flu Burung menurun. Khusus pada tahun, dengan adanya peningkatan kasus maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai suatu Kejadian Luar Biasa (KLB) dan setelah dilakukan intervensi serta upaya-upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung kasus Flu Burung menurun. 12 P a g e

13 4 PENANGGULANGAN Penanggulangan Flu Burung / Avian Influenza (H5N1) di Kota Bandung mengacu pada peraturan & perundangan yang mendukung penanggulangan Avian Influenza, yaitu: 1) KEPMENKES RI Nomor 1371/MENKES/IX/2005, tentang Penetapan FB atau AI sebagai Penyakit yg dapat menimbulkan wabah. 2) KEPMENKES RI Nomor 1372/MENKES/IX/2005, tentang Penetapan Kondisi KLB Flu Burung 3) PERMENKES RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010, tentang Jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya. a. Upaya penanggulangan Flu Burung / Avian Influenza (H5N1) di Kota Bandung bertujuan : 4) Mempertahankan daerah bebas Flu Burung 5) Mengendalikan AI/Flu Burung di daerah tertular 6) Menurunkan kasus kejadian AI/Flu Burung pada unggas maupun manusia dan menurunkan kematian Flu Burung pada manusia 7) Menurunkan dampak sosial ekonomi akibat Flu Burung Dalam upaya pengendalian dan penanggulangan Flu Burung / Avian Influenza, Dinas Kesehatan Kota Bandung merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1) Perawatan dan penatalaksanaan kasus Avian Influenza (H5N1) di Rumah Sakit. 2) Investigasi dan pelacakan kasus secara cepat saat mendapat laporan kematian unggas mati mendadak (Quick Response) dilapangan. 3) Pemantauan ketat terhadap penularan kasus flu burung didaerah yang terjangkit. 4) Pengamatan/surveilans ketat terhadap penularan kasus Avian Influenza (H5N1) pada manusia. 5) Koordinasi lintas sektor dan lintas program. 6) Distribusi obat tamiflu ke puskesmas. 7) Sosialisasi penanggulangan Avian Influenza (H5N1) kepada Direktur Rumah Sakit se-kota Bandung. 8) Penyuluhan tentang pencegahan dan pengobatan di masyarakat Kota Bandung. 9) Menyiapkan RS Rujukan yaitu RS Dr. Hasan Sadikin Bandung & RS paru Rotinsulu Bandung. 10) Melakukan kajian dan pembahasan mengenai kemungkinan memisahkan lingkungan hidup manusia dengan ternak. Misalnya, secara bertahap melarang adanya peternakan di perkotaan, melakukan penyuluhan pengkandangan, dsb. 13 P a g e

14 5 UPAYA PENCEGAHAN Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi kotoran dan sekret unggas, dengan tindakan Universal Precaution antara lain sebagai berikut: 1) Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas termasuk pupuk harus menggunakan pelindung diri (masker, kacamata dan sarung tangan). 2) Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus ditatalaksana dengan ditanam/dibakar agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang sekitarnya. 3) Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan harus dicuci dengan disinfektan, antara lain: Sodium Hipochlorite (pemutih, kaporit) Deterjen, Benzol Konium Chlorite 10 %, alkohol, Lysol dan lain-lain. 4) Keranjang, kandang bekas dan kotoran ayam tidak dikeluarkan dari lokasi peternakan dalam keadaan belum didesinfeksi. 5) Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 800C selama 1 menit, sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 640C selama 5 menit. 6) Melaksanakan kebersihan lingkungan. 7) Jangan hidup bersama ayam/unggas lain, atau kandangkan unggas / ayam. 8) Melakukan kebersihan diri (cuci tangan dengan sabun). 9) Apabila akan menggunakan pupuk kandang, hendaknya menggunakan alat pelindung diri. 5.1 Aspek khusus Gejala klinis pada penderita Flu Burung mirip dengan penderita flu musiman biasa, tetapi melalui skrining ada perbedaan yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan diagnosis pada penderita, apakah masuk dalam kasus suspek, probable atau confirm sehingga tata laksana kasus selanjutnya dapat dengan segera ditindak lanjuti. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan Flu Burung (Avian Influenza H5N1). Selain dari petugas kesehatan, kesadaran masyarakat perlu ditumbuhkan agar selalu waspada terhadap penyebaran Flu Burung dilingkungannya. Informasi yang cepat dan tepat dari masyarakat maupun layanan kesehatan lainnya terhadap adanya kejadian Flu Burung sangat diperlukan oleh petugas surveilans agar dapat dengan segera dilakukan investigasi kasus serta penyelidikan epidemiologi. 14 P a g e

15 6 DAFTAR PUSTAKA : - Buku Pedoman Surveilans Epidemiologi Avian Influenza Integrasi Di Indonesia, Kerjasama Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian, Tahun. - Buku Pedoman Penanganan Flu Burung Bagi Petugas Kesehatan Layanan Dasar, Training of Trainer Avian Influenza, Tahun Seksi Pemantau Penyakit Bidang P2PL, Dinas Kesehatan Kota Bandung. - Situs - Posko Ai, Departemen Kesehatan - Portal AI Deptan : poskoai@deptan.go.id 6.1 Lampiran - Lampiran 1 : Kejadian Kasus Flu Burung Di Kota Bandung Tahun P a g e

16 Lampiran 1 Kejadian Kasus Flu Burung Pada Manusia Di Kota Bandung Tahun NO NAMA JK USIA ALAMAT TGL MASUK TGL KELUAR HASIL LAB (PCR) KET 1 An. K P 17 bl Lemah Hegar, RT 9 RW 4, Kel. Sukapura, Kec. Kiaracondong 24/09/ /09/ Tn. A.J L 41 th Jl. Soekarno Hatta No. 643, RT 01 RW 07, Kel. Sukapura, Kec. Kiaracondong 26/09/ /10/ An. F P 20 bl Kpg. Lio RT 07 RW 01, Kel. Cipamokolan, Kec. Rancasari. 29/09/ /10/ Ny. N L 30 th Dungus Cariang 170 A/ 77, RT 01 RW 06, Kel. Dungus Cariang, Kec. Andir 01/10/ /10/ Tn. S P 63 th Jl. Ters Buah Batu RT 01 RW 07, Kel. Kujang Sari, Kec. Bandung Kidul. 12/01/ 28/01/ 6 Tn. A L 53 th Jl. Cibarengkok 189/ 182 Kel. Sukabungah, Kec. Sukajadi 14/01/ 20/01/ H5N1 Positif H3 7 Ny. S P 50 th Jl. Garut III No 1, RT 05 RW 11, Kel Babakansari, Kec, Kiaracondong 15/01/ 15/01/ Meninggal 8 Ny W.F P 37 th Gg Rd Dewi VI No 50 RT 11 RW 02, Kel. Babakan Tarogong, Kec. Bojongloa Kaler 02/03/ 02/04/ Meninggal 9 An. F.A L 1 th Kpg. Cipaheut Kaler RT 03 RW 02, Kel. Cigadung, Kec. Cibeunying Kaler. 25/02/ 26/02/ Meninggal 10 An. R.N P 22 bl Kpg. Cigagak RT 04 RW 15 Kel. Cipadung, Kec. Cibiru 25/02/ 01/03 11 R.F L 15 th KOM. Batununggal Sentosa No. 20 B, RT 03, RW 05, Kel. Mengger, Kec. Bandung Kidul 26/02/ 28/02/ 16 P a g e

17 12 An. Ri P 2 th Kpg. Cigagak RT 04 RW 15 Kel. Cipadung, Kec. Cibiru 27/02/ 06/03/ 13 Ny.Y P 48 th Jl. Mayang Asih No. 20 RT 01, RW 05, Kel. Pasir Endah Kec. Ujung berung 01/03/ 06/03/ 14 Nn. C P 25 th Jl. Garunggang Kulon, No. 134 A/ 65 RT 07/ RW 11, Kel. Sukabungah, Kec Sukajadi. 02/06/ 05/06/ 15 Tn. I L 15 th Jl. Komp. Dago asri III No. 1 Kel. Dago Kec. Coblong 09/06/ 31/06/ 16 Tn I. Z L 24 th Gg Laksana VII RT 03 RW 03, Kel. Kebon Waru, Kec. Batununggal 24/09/ 24/09/ Positif Meninggal di RS St Yusuf 17 T.J L 22 th Gg Laksana VII RT 03 RW 03, Kel. Kebon Waru, Kec. Batununggal 24/9/ 28/9/ Positif Meninggal 18 I.M P 15 th Gg Laksana VII RT 03 RW 03, Kel. Kebon Waru, Kec. Batununggal 25/09/ 30/09/ 19 Nn. S P 18 th Gg Laksana VII RT 03 RW 03, Kel. Kebon Waru, Kec. Batununggal 28/09/ 05/10/ 20 Tn. R L 63 th Kel. Cipamokolan RT 05, RW 08 Kec. Rancasari 30/10/ 06/11/ 21 An. H L 3 th Jl. Curug Candung RT 02, RW 05, Kel. Wates, Kec. Bandung Kidul 30/12/ 06/01/ Tn. Y L 64 th Jl. Ters. Sutami No. 26 RT. 05 RW. 03 Kel. Sukagalih, Kec. Sukajadi 24/01/ 2007, Rawat di RS Rotinsulu 23 Nn. I P 24 th RT 03 RW 04 Kel. Pasirlayung Kec. Cibeunying Kidul 23/02/ /03/ P a g e

18 24 An. D P 3 th RT 03 RW 04 Kel. Pasirlayung Kec. Cibeunying Kidul 24/02/ /03/ Tn. A. D L 44 th RT 03 RW 12 Kel. Cisaranten Kulon, Kec. Arcamanik 08/03/ /03/ An. Di P 4 th RT 07 RW 06 Kel. Mandalajati Kec. Mandalajati 26/03/ An. F P 7 th RT 06 RW 02 Kel. Kujangsari Kec. Bandung Kidul 29/03/ By.A.A L 4 bl RT.04 RW.11 Kel. Babakan Kec. Babakan Ciparay 11/04/ /04/ Ny. L. K P 60 th Jl Junjunan Dlm I no 1 RT 08 RW 03 Kel Pajajaran Kec Cicendo 26/02/ Tn. D L 32 th Jl Inhofftank no 28 RT 05/06 Kel Kebon Lega Kec Bojongloa Kidul 02/11/ /11/ 2008 Meninggal 31 Nn. K P 21 th Jl. Holis Selatan Belakang No. 382 RT.04 RW.03 Kel. Caringin Kec. Bandung Kulon 22/11/ /12/ 2010 Hasil PCR I (-) PCR II (+) 32 Tn. C.G L 60 T h Jl. Girisari No. 9 RT.04 RW.043 Kelurahan Pasir Endah Kecamatan Ujungberung 26/06/ /06/ 2011 tdk ada Hasil PCR Meninggal Sumber : Seksi Pemantau Penyakit Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Bandung 18 P a g e

19 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA (H5N1) DI KOTA BANDUNG Lampiran 2 Penyelidikan Epidemiologi Avian Influenza H5N1 Form PE-AI I. Identitas Pelapor 1. Nama : 2. Nama Kantor & Jabatan : 3. Kabupaten/Kota : 4. Provinsi : 5. Tanggal Laporan : / /200_ II. Identitas Penderita No. Epid : Nama : Nama Orang Tua/KK : Jenis Kelamin : [1] Laki-laki [2]. Peremp, Tgl. Lahir: / /, Umur: th, bl Tempat Tinggal Saat ini: Alamat (Jalan, RT/RW, Blok, Pemukiman) : Desa/Kelurahan :, Kecamatan : Kabupaten/Kota :, Provinsi :, Tel/HP : Pekerjaan : [1] RS/Klinik [3] Veterinarian [5] Peternak babi [2] Laboratorium [4] Peternak unggas [6] Pasar unggas/babi [7] Lain : Alamat Tempat Kerja : Saudara dekat yang dapat dihubungi : Alamat (Jalan, RT/RW, Blok, Pemukiman) : Desa/Kelurahan :, Kecamatan : Kabupaten/Kota :, Provinsi :, Tel/HP : 19 P a g e

20 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA (H5N1) DI KOTA BANDUNG III. Riwayat Sakit Tanggal mulai sakit (demam) : / /200 Gejala dan Tanda Sakit serta Hasil Pemeriksaan Lain Demam Batuk Pilek Sakit tenggorok Nafas pendek/sesak Lekosit darah terendah Trombosit terendah Limfosit terendah SGOT/SGPT tertinggi Foto paru Perjalanan Penyakit (waktu timbulnya gejala dan tanda sakit, pemeriksaan pendukung dan pengobatan ke RS/Klinik) mulai demam unggas mati Bagaimana keadaan penderita saat ini? [1] Sembuh [3] Sakit dirawat klinik [5] Meninggal, tanggal : [2] Sakit dirawat RS [4] Sakit dirawat dirumah / / Nama Klinik atau RS yang pernah memeriksa atau merawat : Nama Klinis/RS Alamat Tgl Masuk Klinik/RS Form PE AI : 2 20 P a g e

21 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA (H5N1) DI KOTA BANDUNG IV. Riwayat Kontak 1. Dalam 7 hari terakhir sebelum sakit, apakah penderita pernah kontak dengan binatang Kontak Tidak Erat Ayam Bebek Puyuh Burung Babi Sehat Sakit Mati Kontak Erat Ayam Bebek Puyuh Burung Babi Sehat Sakit Mati Kontak Sehari-hari Ayam Bebek Puyuh Babi Burung Peternakan Peternakan rakyat Pasar unggas Veteriner Pemotongan Proses memasak Lain-lain 21 P a g e

22 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA (H5N1) DI KOTA BANDUNG 2. Dalam 14 hari terakhir sebelum sakit pernah mengunjungi atau tinggal di daerah tempat terjadinya banyak kematian unggas (wabah) : [1] Pernah [2] Tidak pernah [3] Tidak jelas Jika pernah, jelaskan kapan, lama dan sifat kunjungan tersebut : 3. Dalam 7 hari terakhir sebelum sakit apakah penderita pernah kontak erat dengan seseorang atau penderita yang dirawat dengan pnemonia? (kontak erat adalah merawat, menunggui, serumah) Form PE AI : 3 [1] Pernah [2] Tidak pernah [3] Tidak jelas Jika Pernah, lengkapi keterangan kontak dimaksud sebagai berikut : Nama dan Kepala Keluarga Umur Jalan, RT/RW, Pemukiman Alamat Kec, Kab/Kota dan Provinsi Hub dg penderita awal Tanggal kontak akhir Flu Burung *) *) td (tidak), suspek, probable, konfirmasi atau tt (tidak tahu) 4. Apakah ada penderita dengan gejala yang sama di rumah, tetangga atau anggota keluarga yang lain? [1] Ada [2] Tidak ada [3] Tidak jelas 22 P a g e

23 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA (H5N1) DI KOTA BANDUNG Jika Ada, lengkapi keterangan penderita dimaksud sebagai berikut : Nama dan Kepala Keluarga Umur Jalan, RT/RW, Pemukiman Alamat Kec, Kab/Kota dan Provinsi Hub dg penderita Tanggal kontak awal akhir Flu Burung *) td (tidak), suspek, probable, konfirmasi atau tt (tidak tahu) Form PE AI : 4 5. Anggota serumah Jumlah anggota keluarga serumah : orang Apakah ada anggota keluarga yang bekerja pada tempat kerja dibawah ini? RS/Klinik Laboratorium Veterinarian Peternakan unggas Peternakan babi Pasar unggas/babi Nama Tempat Kerja 23 P a g e

24 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA (H5N1) DI KOTA BANDUNG 6. Pemeriksaan Lingkungan Rumah Tinggal Ayam Bebek Puyuh Burung Babi Piaraan Peternakan Pasar unggas Tambahan informasi lingkungan rumah tinggal, tempat kerja atau tempat bermain yang diduga merupakan sumber penularan Form PE AI : 5 24 P a g e

25 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI AVIAN INFLUENZA (H5N1) DI KOTA BANDUNG IV. Pengambilan Spesimen Nama Spesimen Usap nasofaring Nomor Ambil Pemeriksaan Laboratorium Tgl Laboratorium Tgl Hasil Usap tenggorok Serum darah V. Kontak Penyelidikan (pejabat, petugas, dokter sbg sumber informasi) : Nama Jabatan/Kantor/Alamat Tel VI. Tim Penyelidikan Epidemiologi 1., Kantor : tel 2., Kantor : tel 3., Kantor : tel 4., Kantor : tel 5., Kantor : tel 25 P a g e

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA

KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER RESPONDEN: PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA DAN KELUARGA PENDERITA / SUSPECT AVIAN INFLUENZA YANG BERTEMPAT TINGGAL DI WILAYAH KOTA BANDUNG I. IDENTITAS RESPONDEN. Nama:. Alamat:

Lebih terperinci

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C

Lebih terperinci

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9) PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9) INFLUENZA (FLU BURUNG, H1N1,SARS) Merupakan New Emerging Disease Penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan

Lebih terperinci

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY : Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16 KATA PENGANTAR Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

Lebih terperinci

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso AVIAN INFLUENZA Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Flu burung atau Avian Influenza adalah jenis influenza pada binatang yang sebenarnya telah ditemukan

Lebih terperinci

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN PENANGGULANGAN SARS PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN R.I TAHUN 2003 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PENGERTIAN...

Lebih terperinci

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR 2014 Pedoman Surveilans

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena

Lebih terperinci

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi Flu Burung DEFINISI Flu burung didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang menyerang burung, ungggas, ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam >38?C,

Lebih terperinci

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Arie W, FKM Undip FLU BABI PIG FLU SWINE FLU Terbaru : Influensa A H1N1 Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae. Bersifat wabah

Lebih terperinci

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO DepKes RI 2007 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum : Dapat menjelaskan dasar dasar Flu Burung, pandemi

Lebih terperinci

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN 69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan

Lebih terperinci

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI (Penjelasan ttg MERS CoV) Tanggal 27 Agustus 2013 Pengertian MERS CoV MERS CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.

Lebih terperinci

Tinjauan Mengenai Flu Burung

Tinjauan Mengenai Flu Burung Bab 2 Tinjauan Mengenai Flu Burung 2.1 Wabah Wabah adalah istilah umum baik untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN, PENGENDALIAN, DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit

Lebih terperinci

UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007,

UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007, UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007, Indonesia dikejutkan lagi dengan wabah flu burung yang sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Novel Corona Virus yang berjangkit di Saudi Arabia sejak bulan maret 2012, sebelumnya tidak pernah ditemukan di dunia. Oleh karena itu berbeda karekteristik dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza Avian Influenza adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza strain tipe A. Penyakit yang pertama diidentifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN Jalan : A. Yani Galiran ( 80811 ) (0363) 21065 Fax. (0363) 21274 AMLAPURA LAPORAN PENYELIDIKAN KLB CAMPAK DI DUSUN BELONG DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering di pahami hanya sebagai kegiatan pengumpulan dana dan penanggulangan KLB, pengertian seperti itu menyembunyikan

Lebih terperinci

PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21

PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21 BULLETIN KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Subdit Kejadian Luar Biasa Direktorat Imunisasi dan Karantina, Ditjen PP dan PL Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 156 Telp. (21)42665974, Fax. (21)4282669 e-mail:

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFLUENZA A

FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFLUENZA A FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFLUENZA A (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Mojosongo Kabupaten Boyolali) Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Magister Epidemiologi Agus

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFLUENZA A

FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFLUENZA A FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFLUENZA A (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Mojosongo Kabupaten Boyolali) Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Magister Epidemiologi Agus Priyana

Lebih terperinci

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 1 Maret

Lebih terperinci

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi 1 Lab Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl Raya Sesetan-Gang Markisa No 6 Denpasar Telp: 0361-8423062; HP: 08123805727 Email: gnmahardika@indosat.net.id;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flu burung yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah avian flu atau avian influenza (AI) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe

Lebih terperinci

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31

Lebih terperinci

Penyakit Virus Ebola

Penyakit Virus Ebola Penyakit Virus Ebola Penyakit Virus Ebola merupakan penyakit yang berbahaya dan sangat mematikan. Pertambahan kasus yang cukup cepat dari waktu ke waktu, angka kematian yang cukup tinggi dan adanya mekanisme

Lebih terperinci

Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009

Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009 1 P a g e Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Lengkap : Kelas:

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV ( Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus) DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini

Lebih terperinci

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain : BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : April 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31 Maret

Lebih terperinci

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya Disampaikan pada Rapat Koordinasi Tingkat Menteri tentang Pengendalian Flu Burung Jakarta, 27 Desember 2012 1 Flu Burung (H5N1)

Lebih terperinci

Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya

Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Simulasi hari pertama : Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya Desa Dangin Tukadaya disimulasikan sebagai daerah Kejadian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN A.A.WIRADEWI LESTARI Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unversitas Udayana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG PENETAPAN PENYAKIT FLU BARU H1N1 (MEXICAN STRAIN) SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa

Lebih terperinci

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas

Lebih terperinci

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Virus influenza diklasifikasi menjadi tipe A, B dan C karena nukleoprotein dan matriks proteinnya.

Lebih terperinci

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun 13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun 1) Pengertian a) Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 1 2 1.E. UPAYA PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR PELAYANAN IMUNISASI DASAR 1.E.1. BCG Bayi adalah anak berumur 0-11 bulan adalah Proporsi (%) dari satu indikator Imunisasi BCG adalah Pemberian imunisasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat menyerang saluran pernafasan bagian atas maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut : 25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Minggu Epidemiologi Ke-52 Tahun 2016 (Data Sampai Dengan 6 Januari 2017) Website: skdr.surveilans.org Dikeluarkan oleh: Subdit Surveilans, Direktorat SKK, Ditjen

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I

Lebih terperinci

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum Apa itu MERS CoV? Mers CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (Sindrom pernapasan Timur Tengah karena Virus

Lebih terperinci

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG (Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2008 Tentang perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2006 Tentang Pemekaran

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PENFUI PERIODE PEBRUARI 2012

LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PENFUI PERIODE PEBRUARI 2012 LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PENFUI PERIODE PEBRUARI 2012 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Penyakit DBD termasuk salah satu emerging

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia,

Lebih terperinci

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran : !!"!!#$ Dewasa ini virus H5N1 atau yang lazim dikenal sebagai virus flu burung (Avian Influenza) telah mewabah dimana mana. Virus ini pada awalnya hanya menginfeksi unggas. Namun akhir akhir ini diberitakan

Lebih terperinci

Surveilans Berbasis Masyarakat Surveilans berbasis masyarakat merupakan upaya kesehatan untuk melakakun penemuan kasus/masalah kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kemudian diupayakan pemecahan

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS

PEDOMAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS PENANGGULANGAN SARS PEDOMAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS DEPARTEMEN KESEHATAN R.I TAHUN 2003 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PENGERTIAN... 2 BAB III

Lebih terperinci

FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN

FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN 17 Formulir 1 FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN Nama pelapor No Telp. Alamat :... :........ :... Melaporkan pada hari...tanggal...jam... (korban pertama sakit) terdapat kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan itik (Soejoedono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DENGAN

Lebih terperinci

KLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan

KLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit & Program Penanggulangan KLB Penyakit Sistem Pelaporan Sholah Imari, Dr. MSc Endah Kusumawardani, Dr. MEpid Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan 2013 Identifikasi

Lebih terperinci

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017 Gambar 1. Kelengkapan dan Ketepatan laporan SKDR Minggu ke 05 tahun 2017 (Pertanggal 9 Februari 2017) Minggu ke-5 2017, terdapat 13 provinsi yang memiliki ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR >= 80%.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit infeksi mengalami peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai belahan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran transportasi dan logistik distribusi dalam sebuah perusahaan atau badan usaha sangatlah penting dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Distribusi fisik itu

Lebih terperinci

Daftar Kode Pos Kota Bandung

Daftar Kode Pos Kota Bandung Daftar Kode Pos Kota Bandung Berikut ini adalah daftar kode pos sekaligus nama-nama Kelurahan dan Kecamatan di Kota Bandung 1. Kecamatan Andir - Kelurahan/Desa Kebon Jeruk (Kodepos : 40181) - Kelurahan/Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional

Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional Gangguan penglihatan dan kebutaan masih merupakan masalah di dunia, menurut estimasi perhitungan dari WHO pada program pencegahan Kebutaan terdapat 285 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

Proses Penyakit Menular

Proses Penyakit Menular Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan

Lebih terperinci

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular A. Definisi Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular merupakan kegiatan/upaya melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit menular. B. Ruang Lingkup Pelayanan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat rentan terhadap berbagai

Lebih terperinci

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya Menteri Pertanian RI Rapat Koordinasi AI/Flu Burung Tingkat Menteri Di Kementerian Pertanian, 27 Desember 2012 Perkembangan Kasus

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue/dbd merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia saat ini menghadapi ancaman penjangkitan kejadian luar biasa (KLB) dalam tiga konteks yaitu munculnya bakteri pathogen yang baru yang biasanya tidak diketahui

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : MEDIA INDONESIA Edisi 27 Pebruari 2006) Flu burung, penyakit yang ditulari hewan ke manusia akis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci