KLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KLB Penyakit. Penyelidikan Epidemiologi. Sistem Pelaporan. Program Penanggulangan"

Transkripsi

1 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit & Program Penanggulangan KLB Penyakit Sistem Pelaporan Sholah Imari, Dr. MSc Endah Kusumawardani, Dr. MEpid Badan PPSDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan 2013

2 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan Daftar Isi TUJUAN PEMBELAJARAN Laporan Kewaspadaan KLB oleh Masyarakat Laporan KLB (W1) Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB dan Rencana Penanggulangan KLB a. Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB b. Laporan Surveilans Pada Saat KLB Laporan Penanggulangan KLB Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Penyakit Berpotensi KLB (W2) Laporan Terpadu Puskesmas Data Kejadian Luar Biasa Program penanggulangan KLB penyakit. Apa bedanya dengan Upaya penanggulangan KLB penyakit? Apa hubungannya dengan Sistem Informasi KLB? Prioritas penanggulangan KLB Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD-KLB) Upaya Penanggulangan KLB Kesiapsiagaan Menghadapi KLB (1). Kesiapsiagaan Sumber Daya Manusia (2). Kesiapsiagaan Sistem Konsultasi dan Referensi (3). Kesiapsiagaan Sarana Penunjang dan Anggaran Biaya (4). Kesiapsiagaan Strategi dan Tim Penanggulangan KLB (5). Kesiapsiagaan Kerjasama Penanggulangan KLB Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat Perbaikan Kondisi Rentan KLB Tugas... Error! Bookmark not defined. Soal... Error! Bookmark not defined. 1

3 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit 2

4 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan TUJUAN PEMBELAJARAN Umum Setelah mempelajari Sistem Pelaporan KLB, anda dapat membuat laporan berbagai situasi terkait dengan KLB, dan menjelaskan prosedur dan orang/lembaga yang berkewajiban membuat laporan, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Khusus Setelah mempelajari modul anda diharapkan mampu : 1. Menjelaskan garis besar program penanggulangan KLB 2. Menyebutkan jenis-jenis laporan terkait dengan KLB dengan benar 3. Menjelaskan unit dan lembaga yang berkewajiban membuat laporan terkait dengan KLB dengan bnenar 4. Menjelaskan mekanisme pelaporan terkait dengan KLB dengan benar 5. Membuat laporan terkait dengan KLB dengan benar 3

5 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit Deskripsi Materi Sistem informasi KLB dibagi 2 bagian besar, yaitu sistem informasi pada saat terjadi KLB dan sistem informasi untuk mendeteksi dini adanya KLB Sistem informasi pada saat terjadi KLB merupakan bagian dari kegiatan upaya penanggulangan KLB, sedangkan sistem deteksi dini adanya KLB merupakan bagian dari SKD-KLB yang dibahas dalam materi Surveilans Sistem informasi pada saat terjadi KLB terdiri dari. 1. Laporan kewaspadaan KLB oleh masyarakat 2. Laporan KLB 24 jam (W1) oleh unit kesehatan, terutama di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 3. Laporan penyelidikan epidemiologi KLB 4. Laporan penanggulangan KLB Sistem deteksi dini adanya KLB terdiri dari 1. Pemantauan Wilayah Setempat Penyakit Berpotensi KLB (W2) dan Laporan Kondisi Rentan KLB 2. Laporan Bulanan KLB 3. Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB 4. Laporan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB Pada bahasan ini, juga dibahas pengertian, prinsip dan praktis program penanggulangan KLB, perbedaan dengan upaya penanggulangan KLB dan posisi sistem informasi KLB pada program pennaggulangan KLB tersebut. Selamat belajar 4

6 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan 5

7 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit 1. Sistem Informasi Kejadian Luar Biasa Penyakit Apabila terjadi keadaan KLB Penyakit Menular atau KLB Keracunan, maka terdapat kewajiban melaporkan bagi seseorang atau lembaga sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Sistem informasi ketika terjadi suatu KLB adalah laporan yang dibuat ketika seseorang atau Unit Pelayanan Kesehatan mengetahui adanya suatu KLB penyakit. Terdapat 4 jenis laporan : 1. Laporan kewaspadaan KLB oleh masyarakat 2. Laporan KLB 24 jam (W1) oleh unit kesehatan, terutama di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 3. Laporan penyelidikan epidemiologi KLB 4. Laporan penanggulangan KLB Sistem informasi diluar waktu terjadi KLB, tetapi terkait dengan Sistem Kewaspadaan Dini KLB, terutama sistem deteksi dini adanya KLB penyakit. Terdapat 4 jenis kegiatan dalam rangka SKD-KLB penyakit : 1. Pemantauan Wilayah Setempat Penyakit Berpotensi KLB (W2) dan Laporan Kondisi Rentan KLB (deteksi dini adanya KLB) 2. Laporan Bulanan KLB (meningkatkan kewaspadaan) 3. Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB (meningkatkan kewaspadaan) 4. Laporan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB (meningkatkan kewaspadaan) Masing-masing dibahas pada bahasan berikut. 6

8 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan 1. Laporan Kewaspadaan KLB oleh Masyarakat Laporan kewaspadaan KLB merupakan laporan adanya penderita atau tersangka penderita penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah. Isi laporan kewaspadaan, antara lain : 1. Nama penderita atau yang meninggal 2. Golongan umur 3. Tempat dan alamat kejadian 4. Waktu kejadian 5. Jumlah yang sakit dan meninggal Yang diharuskan menyampaikan laporan kewaspadaan adalah : 1. Orangtua penderita atau tersangka penderita, orang dewasa yang tinggal serumah dengan penderita atau tersangka penderita, kepala keluarga, ketua RT, RW, kepala dukuh, atau kepala kecamatan. 2. Dokter, petugas kesehatan yang memeriksa penderita, dokter hewan yang memeriksa hewan tersangka penderita. 3. Kepala stasiun kereta, kepala terminal kendaraan bermotor, kepala asrama, kepala sekolah, pimpinan perusahaan, kepala unit kesehatan pemerintah dan swasta. 4. Nakhoda kendaraan air dan udara. Laporan kewaspadaan disampaikan kepada lurah atau kepala desa dan atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat selambat-lambatnya 24 jam sejak mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita (KLB), baik dengan cara lisan, maupun tertulis. Penyampaian secara lisan dilakukan degan tatap muka, melalui telepon, radio, dan alat komunikasi lainnya. Penyampaian secara tertulis dapat dilakukan dengan surat, faksimili, dan sebagainya. Laporan kewaspadaan tersebut selanjutnya diteruskan kepada kepala Puskesmas 7

9 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit Kepala Puskesmas yang menerima laporan kewaspadaan harus segera memastikan adanya KLB. Bila dipastikan telah terjadi KLB, Kepala Puskesmas harus segera membuat laporan KLB, melaksanakan penyelidikan epidemiologis, dan penanggulangan KLB. 8

10 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan 2. Laporan KLB (W1) Merupakan laporan adanya KLB yang disampaikan selambat-lambatnya 24 jam sejak menerima informasi adanya KLB. Formulir berisi nama daerah KLB (desa, kecamatan, kabupaten/kota dan nama puskesmas), jumlah penderita dan meninggal pada saat laporan, nama penyakit dan gejala-gejala umum yang ditemukan diantara penderita, dan langkah-langkah yang sedang dilakukan, satu formulir W1 berlaku untuk satu jenis penyakit saja. Formulir Laporan KLB (Formulir W1) adalah sama untuk puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi, namun dengan kode berbeda (lihat lampiran 1). Yang harus membuat laporan KLB (W1) 1. Laporan KLB Puskesmas (W1Pu) dibuat oleh Kepala Puskesmas kepada Camat dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2. Laporan KLB Kabupaten/Kota (W1Ka) dibuat oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Bupati/Walikota dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. 3. Laporan KLB Provinsi (WPr) dibuat oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi kepada Gubernur dan Menteri Kesehatan (melalui Direktur Jenderal PP&PL). 4. Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 9

11 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit Manfaat laporan KLB (W1) adalah sebagai laporan awal adanya KLB, yang kemudian diikuti dengan laporan hasil penyelidikan epidemiologis KLB, laporan berkala perkembangan KLB dan upaya penanggulangan yang dilaksanakan. Adanya laporan KLB (W1), mendorong sikap tanggap pada masing-masing tingkatan, terutama melakukan kewaspadaan perkembangan KLB dan dukungan upaya penanggulangan KLB yang sedang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama Puskesmas dan masyarakat. Secara operasional, upaya penanggulangan KLB di Kabupaten/Kota, menjadi tanggungjawab Bupati/Walikota, dan secara teknis menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 10

12 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan 3. Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB dan Rencana Penanggulangan KLB Setelah mengirimkan laporan KLB (W1), maka Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan atau Dinas Kesehatan Provinsi, segera melakukan penyelidikan epidemiologi KLB (pelajari bahasan penyelidikan epidemiologis KLB). Penanggulangan KLB/wabah meliputi : penyelidikan epidemiologi dan surveilans; penatalaksanaan penderita; pencegahan dan pengebalan; pemusnahan penyebab penyakit; penanganan jenazah akibat wabah; penyuluhan kepada masyarakat; dan upaya penanggulangan lainnya. a. Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan perkembangan penyakit dan kebutuhan upaya penanggulangan wabah. Tujuan dilaksanakan penyelidikan epidemiologi setidaknya-tidaknya untuk : 1. Mengetahui gambaran epidemiologi KLB/wabah; 2. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam penyakit KLB/wabah; 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit KLB/wabah termasuk sumber dan cara penularan penyakitnya; dan, 4. Menentukan cara penanggulangan KLB/wabah. Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan tatacara penyelidikan epidemiologi untuk mendukung upaya penanggulangan KLB/wabah, termasuk tata cara bagi petugas penyelidikan epidemiologi agar terhindar dari penularan penyakit wabah. b. Laporan Surveilans Pada Saat KLB Surveilans di daerah KLB/wabah dan daerah-daerah yang berisiko terjadi KLB/wabah dilaksanakan lebih intensif untuk mengetahui perkembangan 11

13 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit penyakit menurut waktu dan tempat dan dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanggulangan yang sedang dilaksanakan. Kegiatan surveilans adalah sebagai berikut : 1. Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos-pos kesehatan dan unit-unit kesehatan lainnya, membuat tabel, grafik dan pemetaan dan melakukan analisis kecenderungan wabah dari waktu ke waktu dan analisis data menurut tempat, RT, RW, desa dan kelompok-kelompok masyarakat tertentu lainnya. 2. Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa, kader dan masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan hasil upaya penanggulangan wabah yang telah dilaksanakan. 3. Memanfaatkan hasil surveilans tersebut dalam upaya penanggulangan wabah. Penyelidikan epidemiologi KLB perlu dilaksanakan untuk mendukung Kegiatan Penanggulangan KLB yang sedang dilaksanakan. Penyelidikan epidemiologi KLB dilaksanakan pada saat : 1. Pertama kali mendapat informasi adanya KLB 2. Penyelidikan perkembangan KLB atau penyelidikan atas indikasi tertentu 3. Penyelidikan KLB untuk mendapatkan data epidemiologi KLB atau penelitian lainnya yang dilaksanakan sesudah KLB berakhir. Hasil penyelidikan epidemiologi dan surveilans secara teratur disampaikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi dan Menteri up. Direktur Jenderal sebagai laporan perkembangan penanggulangan wabah. 12

14 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan 4. Laporan Penanggulangan KLB Laporan Penanggulangan KLB sama dengan laporan Penyelidikan KLB dengan penambahan upaya penanggulangan yang sedang dan akan dijalankan. 5. Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Penyakit Berpotensi KLB (W2) Pemantauan Wilayah Setempat Penyakit atau lebih dikenal dengan Laporan Mingguan Wabah (W2), merupakan bagian dari kegiatan SKD-KLB di unit pelayanan kesehatan Puskesmas dan Rumah Sakit, sesuai dengan Permenkes SKD-KLB, tetapi sering juga dimanfaatkan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. PWS Penyakit ini dibahas pada bahasan Dasar-Dasar Surveilans. 6. Laporan Terpadu Puskesmas Data Kejadian Luar Biasa Laporan data KLB yang dibuat setelah KLB berakhir, sehingga diperoleh data epidemiologi KLB. Laporan ini dibuat tiap bulan dan berjenjang sampai ke Pusat sebagai bagian dari pelaporan Sistem Surveilans Terpadu penyakit yang dibahas pada bahasan Dasar-Dasar Surveilans. 13

15 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit 2. Program penanggulangan KLB penyakit. Apa bedanya dengan Upaya penanggulangan KLB penyakit? Apa hubungannya dengan Sistem Informasi KLB? Program Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit (KLB) adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tujuan Umum Program Penanggulangan KLB bertujuan agar KLB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tujuan Khusus Secara operasional, tujuan Program penanggulangan KLB adalah : 1. Menurunkan Frekuensi KLB 2. Menurunkan Jumlah Kasus 3. Menurunkan Jumlah Kematian 4. Memperpendek Periode KLB 5. Memperkecil Penyebaran KLB Pokok Program Penanggulangan KLB adalah : 1. Identifikasi ancaman KLB secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota; 2. Upaya pencegahan terjadinya KLB dengan melakukan upaya perbaikan kondisi rentan KLB; 3. Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini-KLB, 4. Kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan adanya KLB dan 5. Tindakan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat. 14

16 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan Secara skematis program penanggulangan KLB dapat dilihat pada Skema di bawah ini : Gambar 1 Skema Program Penanggulangan KLB Data & infor masi Penduduk dan Lingkungan Prioritas Penanggulangan KLB Perbaikan kondisi rentan KLB SKD-KLB KLB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat Data KLB & data epidemiologi lain Kesiapsiagaan menghadapi KLB Penangg ulangan KLB Jadi program penangguangan KLB adalah program kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar dimasa yang akan datang KLB-KLB diupayakan semakin berkurang frekuensinya, berkurang jumlah kasus dan kematiannya, dan kalau ada KLB ya... kecil-kecil saja dan tidak terlalu meluas. Ini dibahas pada bahasan ini, dengan skema umum seperti pada gambar diatas. Sementara upaya penanggulangan KLB itu lebih berorientasi pada saat terjadi KLB penyakit menular atau keracunan. Pada skema diatas adalah kotak Penanggulangan KLB. Ini yang dibahas pada Modul Penanggulangan KLB. Masing-masing pokok kegiatan program penanggulangan KLB akan dibahas secara umum pada bahasan berikut. 1. Prioritas penanggulangan KLB 15

17 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit KLB penyakit menular dan keracunan sering terjadi di seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai sebab. Di Provinsi atau Kabupaten/Kota tertentu berbeda dengan daerah lain. Supaya program penanggulangan KLB dapat memberikan manfaat maksimal pada masyarakat, maka KLB-KLB yang sering bermunculan di daerah, ditetapkan sebagai prioritas program penanggulangan KLB di daerah tersebut, dan diajukan anggarannya. Program penanggulangan KLB diarahkan pada penanggulangan KLB penyakit prioritas yang meliputi kegiatan : perbaikan kondisi rentan, memperkuat penyelenggaraan SKD-KLB dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLB dimaksud. Prioritas program penanggulangan KLB menjadi penting karena anggaran yang kita miliki itu terbatas. Walaupun begitu, apabila terjadi KLB penyakit lain tetap harus dilakukan upaya penanggulangan KLB. Contoh, salah satu prioritas program penanggulangan KLB adalah KLB campak. Maka kegiatan program penanggulangan KLB campak adalah : 1. pencapaian cakupan imunisasi campak yang tinggi dan merata (perbaikan kondisi rentan), 2. memetakan daerah rentan KLB dan melaksanakan sistem deteksi dini KLB campak (SKD-KLB), dan 3. mempersiapkan tim dan logistik agar kalau terjadi KLB campak dapat bertindak dengan segera, dan tepat (kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLB campak) 2. Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD-KLB) merupakan kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa yang cepat dan tepat Laporan adanya indikasi KLB menjadi bagian dari SKD-KLB, tetapi adanya indikasi KLB sudah harus dilakukan penyelidikan epidemiologi KLB. Topik ini dibahas pada materi bahasan Surveilans 16

18 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan 3. Upaya Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu kejadian luar biasa yang sedang terjadi. 4.Kesiapsiagaan Menghadapi KLB Kesiapsiagaan menghadapi KLB dilakukan terhadap sumber daya manusia, sistem konsultasi dan referensi, sarana penunjang, laboratorium dan anggaran biaya, strategi dan tim penanggulangan KLB serta jejaring kerja tim penanggulangan KLB Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. (1). Kesiapsiagaan Sumber Daya Manusia. Tenaga yang harus disiapkan adalah tenaga dokter, perawat,surveilans epidemiologi, sanitarian dan entomologi serta tenaga lain sesuai dengan kebutuhan. Tenaga ini harus menguasai pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang diprioritaskan di daerahnya. Pada daerah yang sering terjadi KLB harus memperkuat sumber daya manusia sampai di Puskesmas, Rumah Sakit dan bahkan di masyarakat, tetapi pada KLB yang jarang terjadi memerlukan peningkatan sumber daya manusia di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan atau di Departemen Kesehatan saja. (2). Kesiapsiagaan Sistem Konsultasi dan Referensi Setiap KLB mempunyai cara-cara penyelidikan dan penanggulangan yang berbeda-beda, bahkan setiap daerah memiliki pola KLB yang berbeda-beda juga. Oleh karena itu, setiap daerah harus mengidentifikasi dan bekerjasama dengan para ahli, baik para ahli setempat, Kabupaten/Kota atau Propinsi lain, nasional dan internasional, termasuk rujukan laboratorium. Kesiapsiagaan 17

19 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit juga dilakukan dengan melengkapi kepustakaan dengan referensi berbagai jenis penyakit berpotensi KLB. (3). Kesiapsiagaan Sarana Penunjang dan Anggaran Biaya Sarana penunjang penting yang harus dimiliki adalah peralatan komunikasi, transportasi, obat-obatan, laboratorium, bahan dan peralatan lainnya, termasuk pengadaan anggaran dalam jumlah yang memadai apabila terjadi suatu KLB. (4). Kesiapsiagaan Strategi dan Tim Penanggulangan KLB Setiap daerah menyiapkan pedoman penyelidikanpenanggulangan KLB dan membentuk tim penyelidikan penanggulangan KLB yang melibatkan lintas program dan Unit-Unit Pelayanan Kesehatan. (5). Kesiapsiagaan Kerjasama Penanggulangan KLB Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan melalui Ditjen PPM&PL serta unit terkait membangun jejaring kerjasama penanggulangan KLB. 5. Perbaikan Kondisi Rentan KLB Terjadinya KLB disebabkan karena kondisi lingkungan, dan kemampuan individu warga yang lemah menghadapi penyakit potensi KLB. Beratnya KLB juga bisa disebabkan karena kekurang mampuan unit pelayanan Rumah Sakit, Puskesmas dan klinik lain serta klinik lapangan (pos-pos kesehatan) untuk melakukan tindakan pertolongan yang tepat waktu dan tepat terapi. Agar KLB tidak menjadi masalah kesehatan, maka upaya perbaikan kondisi rentan lingkungan, daya tahan warga dan perbaikan pelayanan medik perlu dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Misal cakupan imunisasi campak untuk menekan terjadinya KLB campak, perbaikan sanitasi dan ketersediaan air dalam upaya menekan terjadinya KLB diare kolera, dsb. 18

20 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan Lampiran 1 Tabel 1 Format Formulir Laporan KLB (W1) adalah sebagai berikut : W1 Puskesmas LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA / WABAH (dilaporkan dalam 24 jam) No. : Kepada Yth. : Pada tanggal/bulan/tahun :././. Desa/Kelurahan :. Di Kecamatan :. Telah terjadi sejumlah :.. penderita Dan sejumlah :.. kematian Tersangka penyakit (beri tanda ceklist ( )) : Tetanus Diare Campak Neonatorum Hepatitis Rabies Kolera Difteri Polio/AFP Ensefalitis Pes/Antraks DHF Pertusis Malaria Meningitis Keracunan DSS Tetanus Frambusia Tifus Abdominalis.. Dengan gejala-gejala sebagai berikut (beri tanda ceklist ( )) : Muntah Panas/demam Bercak putih pada faring Berak-berak Batuk Meringkil pada lipatan paha/ketiak Menggigil Pilek Perdarahan Turgor jelek Pusing Gatal-gatal Kaku kuduk Kesadaran menurun.. Sakit perut Pingsan.. Hidrofobi Bercak merah di kulit.. 19

21 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit Kejang-kejang Lumpuh.. Syok Ikterus.. Batuk beruntun Mulut sukar dibuka.. Tindakan yang telah diambil :

22 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan Lampiran 2 Isi laporan Penyelidikan Epidemiologis KLB JUDUL LAPORAN Tim Penyelidikan Epidemiologis KLB, Tempat Tugas dan Jabatan serta HP I. PENDAHULUAN Setidak-tidaknya berisi informasi mengenai : 1. sumber informasi adanya KLB, 2. dampak KLB terhadap kesehatan masyarakat, 3. gambaran endemisitas penyakit terkait dengan KLB dan 4. besar masalah KLB tersebut pada waktu sebelumnya II. TUJUAN Tujuan Peneyelidikan Epidemiologi KLB perlu ditulis dengan jelas dan terukur, agar arah penyelidikan epidemiologis KLB dan laporan menjadi sistematis. Tujuan Penyelidikan Epodem1iologi KLB sesuai dengan kebutuhan penyelidikan KLB, misalnya, jika etiologi KLB sudah jelas, maka penyelidikan KLB tidak diarahkan pada upaya untuk penegakan diagnosis etiologi KLB, tetapi lebih diarahkan pada identifikasi gambaran epidemiologi, dan sumber/cara penularan. Bagaimanapun juga, laporan penyelidikan epidemiologis KLB pertama harus selalu mencantumkan penjelasan kepastian adanya KLB dan penegakan diagnosis etiologi KLB serta besarnya masalah KLB saat penyelidikan epidemiologis KLB dilaksanakan. III. METODE Cara-cara mencapai tujuan penyelidikan epidemiologis KLB antara lain : 1. Desain penyelidikan epidemiologis KLB. Apabila terdapat beberapa sasaran dengan beberapa desain penyelidikan, maka masing-masing sasaran dan desain tersebut perlu dijelaskan secara sistematis. 2. Daerah penyelidikan epidemiologis KLB, populasi dan sampel. 21

23 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit 3. Penetapan kriteria kasus dan cara-cara menemukannya. 4. Cara mendapatkan dan mengolah data primer dan data sekunder. 5. Cara melakukan analisis. IV. HASIL Isi Laporan antara lain : 1. Kepastian adanya KLB dengan membandingkan data kasus yang ada pada periode KLB sesuai kriteria KLB atau hasil penilaian ahli epidemiologi. 2. Gambaran klinis kasus-kasus yang dicurigai, serta distribusi gejala dan tanda penyakit dari kasus-kasus yang dicurigai tersebut. Tabel 1 Distribusi Gejala dan Tanda Kasus KLB Jumlah Kasus yang diperiksa orang No. Gejala dan Tanda Jumlah Kasus % 1 (Gejala utama) Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pada penyelidikan KLB telah diambil sejumlah.. (jumlah spesimen) spesimen. (bahan spesimen yang diambil), dan diperiksa di laboratorium.(nama laboratorium), dengan hasil.. (jumlah spesimen yang positif) buah spesimen positif.. (nama bahan atau kuman yang ditemukan oleh laboratoirum). 4. Etiologi KLB Berdasarkan gambaran klinis kasus-kasus, distribusi gejala, gambaran epidemiologi, hasil pemeriksaan laboratorium, maka kemungkinan etiologi KLB adalah., dengan diagnosis banding. 22

24 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan 5. Kurva Epidemi Dibuat berdasarkan tanggal mulai sakit atau tanggal berobat, sedapat mungkin dibuat sejak 2 bulan sebelum dimulainya KLB, atau tergantung masa inkubasi etiologi KLB. Kurva epidemi dapat dibuat berdasarkan data primer (kunjungan dari rumah ke ruimah) atau berdasarkan data sekunder (laporan pos-pos kesehatan, Puskesmas dan Rumah Sakit). Jika dibuat keduanya, perlu dilaporkan keduanya dengan penjelasan, demikian juga jika dibuat kurva epidemi berdasarkan data sekunder seluruh wilayah KLB, kemudian juga dibuat berdasarkan data primer pada wilayah tertentu, perlu dilaporkan keduanya dengan penjelasan. : 6. Gambaran Epidemiologi Menurut Umur dan jenis Kelamin Gambaran epidemiologi menurut umur dan jenis kelamin, merupakan laporan standar pada sebagian besar laporan penyelidikan epidemiologi KLB. Contoh format umum gambaran epidemiologi menurut umur. 23

25 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit Golongan Umur Tabel 2 Distribusi Kasus Campak Menurut Golongan Umur KLB Campak, Kabupaten Jaya, 2011 Populasi Kasus Meninggal Attack Rate /1000 Case Fatality Rate /100 Total *) Populasi sesuai dengan sumber data primer atau sekunder Contoh format umum gambaran epidemiologi menurut jenis kelamin. Jenis Kelamin Laki-laki perempuan Total Tabel 3 Distribusi Kasus Campak Menurut Jenis Kelamin KLB Campak, Kabupaten Jaya, 2011 Populasi Kasus Meninggal Attack Rate /1000 *) Populasi sesuai dengan sumber data primer atau sekunder Case Fatality Rate /100 Gambaran epidemiologi menurut umur dan jenis kelamin dibuat dalam 2 sumber data, bersumber data sekunder dan bersumber data primer. 1) Gambaran Epidemiologi Berdasarkan Data Sekunder Laporan kasus-kasus KLB dari pos-pos pelayanan kesehatan, Puskesmas dan Rumah Sakit, tidak mempunyai populasi berisiko, sehingga populasi berisiko diambil dari data RT, RW, desa/kelurahan, Kecamatan. 2) Gambaran epidemiologi berdasarkan data primer 24

26 Identifikasi Etiologi KLB Keracunan Pangan Laporan kasus-kasus berasal dari populasi dimana KLB terjadi, bisa seluruh wilayah KLB, atau sebagian dari wilayah KLB. Pada pendataan bersumber data primer seperti ini, populasi berisiko akan diperoleh, sehingga attack rate dihitung berdasarkan data populasi hasil pendataan primer ini. 7. Gambaran Epidemiologi Menurut Tempat Distribusi kasus-kasus KLB dilaporkan dalam bentuk tabel dan peta (spot map atau area map)..contoh Distribusi Kasus Menurut Tempat Tabel 4 Distribusi Kasus Campak Menurut Kelurahan KLB Campak, Kabupaten Jaya, 2011 Kelurahan Populasi*) Kasus Meninggal Attack Rate /1000 Case Fatality Rate /100 Total *) Populasi sesuai dengan sumber data primer atau sekunder 25

27 Penyelidikan Epidemiologi KLB Penyakit 8. Gambaran Epidemiologi Menurut Faktor Risiko Tertentu Sesuai dengan kebutuhan analisis dan pelaporan, dapat disampaikan laporan distribusi kasus menurut karakteristik factor risiko tertentu. Distribusi ini, dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan sebaran penyakit, atau upaya menentukan sumber dan cara penularan. V. PEMBAHASAN Pembahasan dapat meliputi berbagai bidang bahasan, antara lain 1. Pembahasan tentang diagnosis etiologi KLB 2. Pembahasan tentang gambaran epidemiologi KLB 3. Pembahasan tentang kecenderungan KLB, peningkatan, penurunan, perkiraan waktu berakhirnya KLB, dsb. 4. Pembahasan tentang sumber dan cara penularan 5. Pembahasan tentang cara-cara penanggulangan KLB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Menjelaskan hasil penyelidikan KLB sesuai dengan tujuan-tujuan penyelidikan KLB 2. Menjelaskan temuan lain sebagai tambahan hasil penyelidikan KLB 3. Rekomendasi perlunya penyelidikan lebih spesifik 4. Rekomendasi upaya penanggulangan KLB 5. Rekomendasi tindakan program dimasa yang akan datang 26

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 949/MENKES/SK/VIII/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN

FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN 17 Formulir 1 FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN Nama pelapor No Telp. Alamat :... :........ :... Melaporkan pada hari...tanggal...jam... (korban pertama sakit) terdapat kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dapat terlaksana sesuai dengan cita-cita bangsa jika diselenggarakan oleh manusia yang cerdas dan sehat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TERPADU MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21

PROPINSI LAMPUNG Minggu Epidemiologi ke-21 BULLETIN KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Subdit Kejadian Luar Biasa Direktorat Imunisasi dan Karantina, Ditjen PP dan PL Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 156 Telp. (21)42665974, Fax. (21)4282669 e-mail:

Lebih terperinci

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular

Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular Panduan Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular A. Definisi Pelayanan Pencegahan Penyakit Menular merupakan kegiatan/upaya melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit menular. B. Ruang Lingkup Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering di pahami hanya sebagai kegiatan pengumpulan dana dan penanggulangan KLB, pengertian seperti itu menyembunyikan

Lebih terperinci

Surveilans Berbasis Masyarakat Surveilans berbasis masyarakat merupakan upaya kesehatan untuk melakakun penemuan kasus/masalah kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kemudian diupayakan pemecahan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

KEJADIAN LUAR BIASA. Sri Handayani

KEJADIAN LUAR BIASA. Sri Handayani KEJADIAN LUAR BIASA Sri Handayani Timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya

Lebih terperinci

OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN

OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017 Gambar 1. Kelengkapan dan Ketepatan laporan SKDR Minggu ke 05 tahun 2017 (Pertanggal 9 Februari 2017) Minggu ke-5 2017, terdapat 13 provinsi yang memiliki ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR >= 80%.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1991 (KESEHATAN. Wabah. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penanggulangan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

A. Formulir Pelacakan Kasus AFP

A. Formulir Pelacakan Kasus AFP Format 7.1 FP1 A. Formulir Pelacakan Kasus AFP Kabupaten/kota: Propinsi: Nomor EPID: Laporan dari : 1. RS:... Tanggal laporan diterima: I. Identitas Penderita 3. Dokter praktek : 2. Puskesmas:... 4. Lainnya

Lebih terperinci

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) Disusun oleh : Puji G1B0 Indah Cahyani G1B0110 Ajeng Prastiwi S. W. G1B011019 Yuditha Nindya K. R. G1B011059 Meta Ulan Sari G1B0110

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penanggulangan wabah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN Jalan : A. Yani Galiran ( 80811 ) (0363) 21065 Fax. (0363) 21274 AMLAPURA LAPORAN PENYELIDIKAN KLB CAMPAK DI DUSUN BELONG DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN

Lebih terperinci

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Minggu Epidemiologi Ke-52 Tahun 2016 (Data Sampai Dengan 6 Januari 2017) Website: skdr.surveilans.org Dikeluarkan oleh: Subdit Surveilans, Direktorat SKK, Ditjen

Lebih terperinci

Penanggulangan Penyakit Menular

Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan. Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai penularan, perlindungan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2018 KEMHAN. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat 1 2 1.E. UPAYA PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR PELAYANAN IMUNISASI DASAR 1.E.1. BCG Bayi adalah anak berumur 0-11 bulan adalah Proporsi (%) dari satu indikator Imunisasi BCG adalah Pemberian imunisasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, No.595, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Dampak Bahaya. Agensia Biologi. Aspek Kesehatan. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2010, No Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1501/MENKES/PER/X/2010 Tanggal : 12 Oktober 2010

2010, No Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1501/MENKES/PER/X/2010 Tanggal : 12 Oktober 2010 2010, No.503 14 Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1501/MENKES/PER/X/2010 Tanggal : 12 Oktober 2010 I. GAMBARAN UMUM PENYAKIT MENULAR TERTENTU YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH Gambaran umum penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Kondisi tersebut menjadikan Kota Yogyakarta semakin padat penduduknya, sehingga

Lebih terperinci

NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR

NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa terwujudnya tingkat kesehatan yang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran No.1750, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES Sistem Informasi. Krisis Kesehatan. Penanggulangan Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, -1- KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/312/2016 TENTANG TIM KESEHATAN PADA ARUS MUDIK LEBARAN DAN NATAL TAHUN 2016, SERTA TAHUN BARU TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

22/11/2010. Public Health Approach. Implementation: How do you do it? Intervention Evaluation: What. works?

22/11/2010. Public Health Approach. Implementation: How do you do it? Intervention Evaluation: What. works? System Yan Kes Public Health Authority Data Reporting Informasi Evaluation Analysis & Interpretation Action Feedback Keputusan Public Health Approach Surveillance: What is the problem? Problem Risk Factor

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA. DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA

PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA. DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA PEDOMAN PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG DIREKTORAT JENDERAL PP&PL

Lebih terperinci

Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah. Nurul Wandasari Singgih Program Studi Kesehatan Masyarakat

Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah. Nurul Wandasari Singgih Program Studi Kesehatan Masyarakat Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah Nurul Wandasari Singgih Program Studi Kesehatan Masyarakat Definisi Wabah Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989 Wabah berarti penyakit menular

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/303/2017 TENTANG TIM KESEHATAN PADA ARUS MUDIK LEBARAN DAN NATAL TAHUN 2017 SERTA TAHUN BARU 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1116/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1116/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1116/MENKES/SK/VIII/2003 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1775, 2015 KEMENKES. Penyakit Tidak Menular. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK Upt. Puskesmas Waru KERANGKA ACUAN No. Kode : PKM- STK-/V.2015 Terbitan : Mei 2015 No. Revisi : 00 Tgl. Mulai Berlaku : 01/06/2015 Halaman : 1/15 Ditetapkan Oleh Kepala Upt. Puskesmas Sotek H.Sudarman,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK, PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK, Menimbang : a. bahwa Kota Pontianak merupakan wilayah endemis

Lebih terperinci

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans KUESIONER PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM IMBALAN TERHADAP KINERJA PETUGAS P2PM PUSKESMAS DALAM PENANGGULANGAN MALARIA MELALUI KEGIATAN SURVEILANS DI KABUPATEN NIAS SELATAN I. RESPONDEN Puskesmas : Umur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK

I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK I. PENDAHULUAN A. PROGRAM REDUKSI CAMPAK Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) /reservoir campak hanya pada manusia,

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang

Lebih terperinci

MEKANISME DAN PROTAP PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN

MEKANISME DAN PROTAP PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN PELATIHAN SURVEILAN KEAMANAN PANGAN MEKANISME DAN PROTAP PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis Rabies, kini menjadi tantangan bagi pencapaian target Indonesia bebas Rabies pada 2015. Guna penanggulangan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM SURVEILANS KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENDEKATAN KESEHATAN MASYARAKAT PASCA KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI KABUPATEN ASMAT PAPUA

PENDEKATAN KESEHATAN MASYARAKAT PASCA KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI KABUPATEN ASMAT PAPUA Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2014 KEMENKES. Kantor Kesehatan. Pelabuhan. Klasifikasi. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG PENETAPAN PENYAKIT FLU BARU H1N1 (MEXICAN STRAIN) SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Sistem Rujukan. Pelayanan Kesehatan. Perorangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 001 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR 2014 Pedoman Surveilans

Lebih terperinci

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) diketahui sebagai penyakit arboviral (ditularkan melalui nyamuk) paling banyak ditemukan di negara-negara tropis dan subtropis. World Health

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD) KLB-GIZI BURUK

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD) KLB-GIZI BURUK SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD) KLB-GIZI BURUK DEPARTEMEN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT JAKARTA 2008 KATA PENGANTAR Sejak kasus gizi buruk kembali

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1389, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penanggulangan. Krisis Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

MAKALAH INDIV ADMINISTRASI PUSKESMAS

MAKALAH INDIV ADMINISTRASI PUSKESMAS MAKALAH INDIV ADMINISTRASI PUSKESMAS UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) OLEH: NESSIA RACHMA DIANTI 101211133043 UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013 i KATA PENGANTAR Puji dan Syukur

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA Menimbang :

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN KARAKTERISTIK KEJADIAN LUAR BIASA CAMPAK PADA SALAH SATU DESA DI KABUPATEN PESAWARAN PROPINSI LAMPUNG Nurlaila*, Nur Hanna* Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA .' /9(. PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 154 TAHUN 2010 TENTANG ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016 RUMAH SAKIT UMUM DADI KELUARGA Jl. Sultan Agung No.8A Purwokerto Tahun 2016 BAB I DEFINISI Sampai saat ini, Rumah Sakit di luar negeri termasuk di

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas Pelatihan Data Prioritas dan SP2TP/SIKDA Prov Jawa Timur Pusat Data dan Informasi 2016 Pokok Bahasan Gambaran Masalah SIK Kebijakan Satu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tanda-tanda awal berupa salesma disertai konjungtivitis, sedangkan tanda khas

BAB 1 : PENDAHULUAN. tanda-tanda awal berupa salesma disertai konjungtivitis, sedangkan tanda khas BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala bercak kemerahan berbentuk makulo popular selama 3 hari atau lebih yang sebelumnya didahului panas badan 38

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan. Acute Flacid Paralysis ( AFP )

Kerangka Acuan. Acute Flacid Paralysis ( AFP ) Kerangka Acuan Acute Flacid Paralysis ( AFP ) A. Pendahuluan Dalam Sidang Majelis Kesehatan Sedunia atau World Health Assembly tahun 1998, Negara-negara anggota WHO, termasuk Indonesia, telah menyepakati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan

Lebih terperinci

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN UUS SUKMARA, SKM, M.Epid. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Bandung, 24 Agustus 2015 DASAR HUKUM UU 40/ 2004 UU 24 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

d. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota

d. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin a. Pengertian 1) Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi diagnosa pengobatan rehabilitasi

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : Tanggal : PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. Penyebaran penyakit

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci