TRANSMISI TRANSGEN (PhGH) DAN PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRANSMISI TRANSGEN (PhGH) DAN PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-3"

Transkripsi

1 TRANSMISI TRANSGEN (PhGH) DAN PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-3 Transmission of Transgene (PhGH) and Growth Performance Catfish (Clarias gariepinus) Transgenic F-3 Sultan Akbar Habibullah 1), Zulkifli Nasution 2), Yunasfi 2), Huria Marnis 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Sumatera Utara, ( soeltan_akbar@yahoo.com) 2) Dosen/Staf Pengajar di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan 3) Peneliti di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Subang ABSTRACT Fish increasing in aquaculture production requires the fulfillment of the need to accelerate the productivity. Transgenesis technology with the introduction of transgenes (PhGH) can be performed to produce the fish that grow faster and has better performance. Transgene detection was performed using the PCR (Polymerase Chain Reaction) method and electrophoresis using seed of transgenic catfish F-3. Furthermore, the observation of the performance of catfish transgenic F-3 by measuring the rate of fertilization (the number of fertilized eggs / total eggs), hatchability rate (the number of hatched eggs / number of fertilized eggs), the survival rate (the number of early fish / amount of fish end), th e performance of growth (weight average transgenic F-3 / weight average non-transgenic) and feed efficiency (absolute growth rate / daily feed intake). Results indicate that the transmission rate ranged from 5-75% with an average transmission in the female transgenik F-2 by 2.5% (15/600) and 14.4% (75/520) in the male transgenik F-2. Weight growth rate of 1.7 fold compared with non-transgenic. F-3 transgenic catfish has a degree of fertilization 0.37% smaller and has a hatching 4% higher than the non-transgenic. Transgenic catfish feed efficiency higher than non-transgenic This shows that transgenic catfish has better performance compared with non-transgenic. Keywords: Transgenic catfish F-3, transgene ( PhGH), transmission, Polymerase Chain Reaction, growth performance PENDAHULUAN Hasil proyeksi yang telah dilakukan oleh FAO (2013) menyatakan bahwa pada tahun 2030 konsumsi ikan di Asia Tenggara akan meningkat menjadi 29,6 kg/kapita/tahun. Kegiatan akuakultur diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Peningkatan produksi akuakultur dapat dilakukan dengan menggunakan metode transgenesis. Keberhasilan menghasilkan ikan transgenik melalui teknologi biologi molekuler dengan karakter keunggulan tertentu memberikan harapan baru dalam budidaya ikan khususnya dalam menunjang peningkatan kualitas dan produksi (Kusrini, 2011). Lebih dari 35 spesies ikan yang telah dilakukan penelitian untuk kegiatan transfer gen sejak penelitian pertama ikan transgenesis dimulai (Zhu dkk., 1985). Penggunaan metode transgenesis dapat diaplikasikan salah satuya untuk peningkatan pertumbuhan. Pemanfaatan teknik transfer gen dalam peningkatan laju pertumbuhan menunjukkan bahwa ikan salmon dewasa dapat tumbuh 2-6 kali lebih cepat dibandingkan dengan ikan nontransgenik (Du dkk., 1992; Fletcher dkk.,

2 2004), 3-10 kali lebih cepat pada ikan salmon coho (Devlin dkk., 1995), 2-7 kali lebih cepat pada ikan rainbow trout (Devlin dkk., 2001), 2-4 kali pada ikan nila (Rahman dkk., 1998; Rah man dan Maclean, 1999) dan pada ikan mas mencapai 3-6 kali (Hinits dan Moav, 1999). Ikan yang telah melalui kegiatan transgenesis kemudian harus dapat mentransmisikan transgen yang telah terintegrasi pada germline ke keturunan selanjutnya. Beberapa penilitian tentang transmisi transgen berhasil dilakukan pada ikan coho salmon ( Oncorhynchus kisutch) (Devlin dkk., 1995) dan ikan zebra (Danio rerio) (Culp dkk., 1991). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi transmisi transgen pada ikan lele transgenik F-3 dan melihat performa yang meliputi derajat pembuahan, derajat penetasan, tingkat kelangsungan hidup, performa pertumbuhan dan efisiensi pakan. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Februari sampai dengan April 2015 di unit pembenihan, kolam penelitian dan laboratorium Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi, Subang Jawa Barat. Alat dan Bahan Ekstraksi DNA Alat-alat yang digunakan dalam Isolasi DNA adalah micropipette (Thermo scientific), centrifuge HM-150IV (HM), centrifuge sorvall (Thermo), vortex maximix II (Thermoline), inkubator, microtips, microtube, collection tube, GeneJET Genomic DNA Purification Column, chiller on ice (IsoFreeze), chiller template (IsoFreeze), tubes rack (Eppendorf), penggerus, timer, alat bedah, gloves, masker, pinset, spidol, kalkulator. Bahan-bahan yang digunakan dalam ekstraksi DNA adalah sampel sirip ekor benih lele transgenik F-3, kit ekstraksi DNA ( GeneJet Genomic DNA Purification Kit, Thermo Scientific), nuclease free water (NFW) ( Thermo Scientific), sodium hipochlorit 1% dan tisu. Amplifikasi PCR Alat-alat yang digunakan dalam amplifikasi PCR adalah mesin thermal cycler (ESCO), thermal cycler (BIO-RAD), micropipette, chiller on ice, chiller template, microtube, microtips, tubes rack, pinset, spidol, gloves, masker. Bahan-bahan yang digunakan adalah DNA template, FastStart PCR Master Mix (Roche), primer forward ACTPhGH-F (5 - GTG TGT GAC GCT GGA CCA ATC -3 ), primer reverse ACTPhGH2-R (5 - CGA TAA GCA CGC CGA TGC CCA TTT -3 ) (Marnis dkk., 2013), nuclease free water (NFW), sodium hipochlorit 1%, tisu. Elektroforesis Alat-alat yang digunakan dalam elektroforesis adalah mini horizontal elektroforesis (Cleaver scientific ltd), timbangan analitik (AND), gel doc (UVP), cetakan agar 30 ml, cetakan agar 60 ml, beaker glass ( Pyrex), gelas ukur ( Iwaki Pyrex), aluminium foil, hot plate (Wise Stir), stirrer, micropipette, tubes rack, microtips, chiller on ice, chiller template, laboratory film (Parafilm), gloves, gunting, masker, komputer, kamera digital dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam elektroforesis adalah GelRed Nucleic Acid Strain x in water (Vivantis), 10X Tris-Acetate-EDTA (TAE) BUFFER (Ultra Pure Grade) (Vivantis), akuades, agarose (vivantis), gel agarose 2%, amplikon, Marker bp (Vivantis), loading dye (Vivantis), tisu. Performa Pertumbuhan Alat-alat yang digunakan dalam pegamatan performa pertumbuhan akuarium ukuran 60x40x40 cm 3, aerator,

3 alat takar, sendok, hand counter, wadah plastik/toples, ember, alat grading, sipon, waring, kolam terpal, penggaris (mistar), timbangan digital, mikroskop, camera digital dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan pada pengamatan performa pertumbuhan adalah pakan ikan, garam, larva ikan lele transgenik F-3 hasil perkawinan induk betina positif pembawa transgen yang memiliki kode tagging 4749 dengan jantan positif kode tagging 1221 dan larva lele non-transgenik didapatkan dari perkawinan indukan non-transgenik. Prosedur Penelitian Transmisi Transgen Deteksi Transgen Hewan Uji Ikan lele transgenik yang diuji merupakan ikan yang membawa konstruksi gen pccba-phgh (Dewi dkk., 2013). Ikan merupakan koleksi dari Balai Penelitian Pemuliaan Sukamandi. Ikan sampel merupakan benih dari indukan betina positif pembawa transgen sebanyak 30 ekor yang disilangkan dengan jantan non-transgenik dan 26 induk jantan pembawa transgen disilangkan dengan betina non-transgenik. Sampel yang digunakan merupakan sirip ekor pada benih ikan lele transgenik F-3 berumur 1 bulan. Transgen dicek pada 20 ekor benih dari setiap indukan yang dipijahkan. Ekstraksi DNA Deteksi gen PhGH dilakukan pada bagian sirip ekor benih ikan lele. DNA masing-masing sampel diekstraksi menggunakan Thermo Scientific GeneJET Genomic DNA Purification Kit dengan prosedur sesuai dengan protokol dari produk tersebut. Amplifikasi PCR Amplifikasi PCR pada DNA genom hasil ekstraksi dilakukan menggunakan FastStart PCR Master Mix Kit (Roche, Germany) dengan menggunakan mesin thermal cycler. Komposisi bahan yang digunakan untuk amplifikasi PCR yaitu nuclease free water, Master mix (kit fast start PCR) (10 pmol/µl), primer forward (ACTPhGH-R), primer reverse (ACTPhGH2-F) dengan ukuran fragmen 1500-bp. Total volume kemudian dibagi kedalam jumlah total sampel dengan total 20 µl pada tiap tube dan kemudian ditambahkan DNA genom sebanyak 5 µl pada masing-masing tube sampel. Proses PCR dilakukan dengan tahapan persiapan enzim ( pradenaturation) pada suhu 95 o C selama 3 menit selama 1 siklus, tahap denaturasi (denaturation) pada suhu 94 o C selama 30 detik, tahap penepelan primer (annealing) pada suhu 60 o C selama 1 menit, tahap pemanjangan rantai DNA (extention) pada suhu 72 o C selama 1 menit dengan masingmasing tahapan sebanyak 35 siklus. Tahapan terakhir yaitu final PCR pada suhu 72 o C selama 10 menit sebanyak 1 siklus. Elektroforesis Hasil PCR (amplikon) dielek - troforesis dengan Marker bp (vivantis) dan volume amplikon sebanyak 10 µl dicampurkan dengan loading dye sebanyak 2 µl, kemudian dirunning menggunakan gel agarose 2 % dalam TAE Buffer 1x yang diberi pewarna DNA yaitu gel red (Nulceid acid strain) dan dirunning selama 50 menit dengan tegangan 100 volt. Kemudian hasil elektroforesis divisualisasi menggunakan Gel Doc (UV Transilluminator). Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan software EOS Utility dan ZoomBrowser aplication dan selanjutnya data diolah menggunakan program Excel MS. Office 2007 untuk mengetahui tingkat transmisi transgen dari lele transgenik F-2 ke lele transgenik F-3. Performa Pertumbuhan

4 Pemeliharaan Ikan Pemeliharaan ikan dilakukan di kolam penelitian Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Larva hasil pemijahan dipelihara dalam wadah akuarium dengan kepadatan 870 ekor/akuarium pada 20 hari pertama dengan ketinggian efektif air 15 cm (volume air 24 liter). Selanjutnya ikan dipelihara dalam kolam terpal ukuran 1 m 2 dengan kepadatan 110 ekor/kolam selama 30 hari masa pemeliharaan. Pakan diberikan pada pagi, sore dan malam hari secara ad libitum (sekenyangnya) menggunakan pakan komersial berbentuk tepung dan remah halus dengan kadar protein 40% (HI-PRO- VITE PS-P dan BINTANG 581, PT Centralproteina Prima, Mojokerto) pada 20 hari pertama dan berbentuk butiran kasar dengan kadar protein berkisar 38-41% (PF800 dan PF 1000, PT. Matahari Sakti, Margomulyo) pada pemeliharaan selanjutnya. Parameter Pertumbuhan Berikut beberapa parameter pertumbuhan yang diamati selama penelitian: Derajat Pembuahan dan Derajat Penetasan (Wang dkk., 2001) FR = HR = Jumlah Telur Terbuahi Jumlah Telur Total Telur Menetas Telur Terbuahi x 100% Keterangan: FR = Fertilisation Rate (%) HR = Hatchability Rate (%) Laju Pertumbuhan Bobot LPB = x 100% Pertumbuhan Transgenik Pertumbuhan Non transgenik Keterangan: LPB = Laju pertumbuhan bobot Tingkat Konsumsi Pakan (Yuwono dkk., 2005) RKP = KP PB Keterangan: RKP = Rasio konversi pakan KP = Konsumsi pakan (g) PB = Penambahan bobot ikan (g) KPH = KP JHP Keterangan: KPH = Konsumsi pakan harian (g) KP = Konsumsi pakan (g) JHP = Jumlah hari pemberian pakan (hari) Efisiensi pakan = LPM KPH Keterangan: LPM = Pertambahan bobot/jumlah hari pemberian pakan KPH = Konsumsi pakan harian (g) Tingkat Kelangsungan Hidup (Effendie, 1997) SR = Nt No x 100% Keterangan : SR = Tingkat Kelangsungan Hidup (ekor) Nt = Jumlah ikan yang idup pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian (ekor) Analisis Data Data bobot dan pakan kemudian dianalisi menggunakan program Excel MS. Office 2007 dengan analisis F-Test Two- Sample for Variances dan apabila terdapat variasi yang besar selanjutnya dilakukan analisis t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances p<0.05 untuk mengetahui perbedaan dari lele transgenik dan non-transgenik. Pengukuran Kualitas Air Parameter pendukung yang diukur meliputi suhu, ph, DO dan turbiditas (kekeruhan) dengan menggunakan WQC (Water Quality Checker). Uji kadar amonia menggunakan metode fenat spektrofotometri (SNI ) dan nitrit menggunakan metode sulfalinamid spektrofotometri (SNI ).

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pembuahan, Derajat Penetasan dan Kelangsungan Hidup Hasil menunjukkan bahwa ikan lele transgenik F-3 memiliki derajat pembuahan lebih rendah (99,34%) dibandingkan dengan non-transgenik (99,71%). Derajat pembuahan ikan lele transgenik F-3 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Derajat Pembuahan. Tanda ± menunjukkan Standar Deviasi Populasi Derajat pembuahan (%) Lele transgenik F-3 99,34±0,06 Lele non-transgenik 99,71±0,46 Ikan lele transgenik F-3 memiliki derajat penetasan ang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan lele nontransgenik. Derajat penetasan pada ikan lele transgenik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Derajat Penetasan Populasi Derajat penetasan (%) Lele transgenik F-3 80,68 Lele non-transgenik 76,68 Tingkat kelangsungan hidup ikan lele transgenik F-3 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kelansungan Hidup 1 Bulan Pemeliharaan Populasi Kelangsungan hidup 1 bulan (%) Lele transgenik F-3 47,27 Lele non-transgenik 34,55 Transmisi Transgen (PhGH) Populasi lele transgenik F-3 dihasilkan melalui progeni 30 induk betina F-2 dan 26 induk jantan F-2. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan masing-masing 20 sampel benih ikan lele transgenik dari tiap indukan yang dianalisis melalui metode PCR (Polymerase Chain Reaction) didapatkan bahwa transmisi transgen dari F-2 ke F-3 berkisar antara 5%-75% (Tabel 4) pada tiap indukan dengan tingkat transmisi terbesar terdapat pada induk jantan dengan kode 1752 dengan transmisi sebesar 75%. Lele transgenik F-2 memiliki rata-rata transmisi sebesar 2,5% (15/600) pada induk betina transgenik F-2 dan 14,4% (75/520) pada indukan jantan transgenik F- 2. Persentase induk F-2 yang membawa transgen ( PhGH) pada sirip ekor dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa pada induk jantan transgenik F-2 memiliki tingkat transmisi yang lebih besar dibandingkan dengan induk betina transgenik F-2. Tabel 4. Transmisi Transgen pada Populasi Ikan Lele Transgenik F-3 Hasil PCR (Polymerase Chain Reaction) No Kode induk betina F-2 % transmisi transgen Kode induk Jantan F-2 % transmisi transgen (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (4/20) (0/20) (8/20) (0/20) (8/20) (0/20) (4/20) (0/20) (4/20) (6/20) (8/20)

6 Tabel 4. Lanjutan No Kode induk betina F-2 % transmisi transgen Kode induk Jantan F-2 % transmisi transgen (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (4/20) (1/20) (0/20) (5/20) (0/20) (0/20) (8/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (6/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (3/20) (6/20) (0/20) (0/20) (0/20) (15/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) (0/20) Persentse induk F-2 yang membawa transgen ( PhGH) pada sirip ekor dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Persentase Induk F-2 yang Membawa Transgen ( PhGH) pada Sirip Ekor Transgenik F-2 Performa Pertumbuhan Persentase induk F-2 yang membawa transgen di sirip ekor Betina 2,5% (15/600) Jantan 14,4% (75/520) Ikan lele transgenik F-3 memiliki laju pertumbuhan bobot 1,7 kali lebih cepat. Grafik laju pertumbuhan bobot ikan lele transgenik F-3 terlihat pada Gambar 1. Pada akhir pemeliharaan dilakukan penggolongan ikan berdasarkan kelas ukuran untuk mengetahui sebaran distribusinya pada tiap kelas ukuran. Berdasarkan hasil penggolongan didapatkan bahwa ikan lele transgenik F-3 memiliki distribusi terbesar pada bobot 6,9-8,2 g dengan jumlah 9 ekor sedangkan ikan non-transgenik memiliki distribusi terbesar pada bobot 2,7-4,0 g dengan jumlah 14 ekor (Gambar 2). Bobot (g) 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 transgenik non-transgenik ,2 4,1 Hari Gambar 1. Laju Pertumbuhan Ikan Lele Transgenik F-3 Selama 50 Hari Masa Pemeliharaan. T bar Menunjukkan Standar Deviasi (n=24)

7 Jumlah ikan (ekor) transgenik non-transgenik Transgenik n= 24 ekor 7,216±1,620 Non-transgenik n= 24 ekor 4,130±0,860 Bobot (gr) Gambar 2. Distribusi Ikan Lele Transgenik F-3 dan Distribusi Ikan Lele Non-transgenik Tingkat Konsumsi Pakan Nilai konversi pakan ikan lele transgenik F-3 menunjukkan angka yang lebih kecil dibandingkan dengan dengan nilai konversi pakan non-transgenik (Tabel 6). Nilai konversi pakan yang lebih kecil menunjukkan tingkat pemanfaatan yang lebih baik selama masa pemeliharaan. Ikan lele transgenik memiliki rasio konversi pakan sebesar 0,69 sedangkan ikan nontransgenik memiliki rasio konversi pakan sebesar 1,42 p<0,05. Tabel 6. Jumlah Hari Pemberian Pakan, Konsumsi Pakan, Rasio Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Transgenik F-3 dan Non-transgenik Populasi JHP KP RKP KPH Efisiensi (g) (g) Pakan Ikan transgenik F ,80 0,69±0,08 4,93 1,46±0,16 Ikan non-transgenik ,00 1,42±0,11 4,70 0,71±0,06 JHP: Jumlah hari pemberian pakan; KP: Konsumsi pakan; RKP: Rasio konversi pakan; KPH: Konsumsi pakan harian; Efisiensi Pakan Parameter Kualitas Air Pengukuran terhadap para-meter kualitas air dilakukan untuk melihat apakah kualitas air selama masa pemeliharaan masih layak untuk pemeliharaan benih ikan atau tidak. Hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Pengukuran Kualitas Air Kolam selama Pemeliharaan Benih Lele Transgenik F-3 Parameter Satuan Kolam Pemeliharaan Suhu ( o C) 27,6-29,1 ph - 8,4-8,9 DO (mg/l) 8,4-12,5 Turbiditas (NTU) 45,1-50,7 Amonia (mg/l) 0,1492-0,1557 Nitrit (mg/l) 0,0074-0,0186 Pembahasan Derajat Pembuahan, Derajat Penetasan dan Kelangsungan Hidup Ikan lele transgenik memiliki derajat pembuahan dan derajat penetasan yang tidak terlalu jauh berbeda dengan non-transgenik. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan transgenesis pada ikan dengan mengintroduksikan gen tertentu tidak terlalu mempengaruhi tingkat pembuahan dan penetasan dari ikan tersebut. Penelitian sebelumnya yang pernah dilaporkan pada ikan mud loach (Nam dkk., 2001) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara ikan mud loach transgenik dan non-transgenik dalam hal derajat pembuahan dan derajat penetasan hasil persilangan antara transgenik dengan induk non-transgenik. Hasil penelitian terhadap ikan mas (C. carpio L) (Zhong dkk., 2012) juga menunjukkan bahwa perbedaan tingkat pembuahan dan penetasan pada ikan

8 transgenik dengan non-transgenik tidak menunjukkan hasil yang terlalu signifikan yaitu berkisar antara 89,1-86,4% pada tingkat pembuahan dan 80,0-82,3% pada tingkat penetasan. Ikan lele transgenik F-3 memiliki persentase derajat pembuahan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nontransgenik. Derajat pembuahan antara keduanya memiliki selisih 0,37% dan derajat penetasan selisih sebesar 4%. Ikan lele transgenik F-3 dan non-trasgenik masing-masing memiliki derajat pembuahan diatas 90% dan derajat penetasan diatas 70%. Penelitian pada ikan mas (C. carpio L) transgenik F1 didapatkan bahwa pada kualitas telur ikan transgenik sama dengan non-transgenik, keduanya memiliki tingkat pembuahan diatas 80% dan tingkat penetasan diatas 60% dimana diantara keduanya memiliki derajat pembuahan dan derajat penetasan yang tidak signifikan berbeda. Ikan lele trangenik memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan lele nontransgenik. Hal ini menunjukkan bahwa ikan lele transgenik memiliki tingkat toleransi hidup yang lebih besar dibadingkan dengan non-transgenik. Ikan lele transgenik F-3 memiliki tingkat kelangsungan hidup 12,73% lebih besar dibandingkan dengan ikan non-transgenik. Transmisi Transgen (PhGH) Berdasarkan hasil PCR terhadap 20 sampel benih yang diuji pada masingmasing indukan, didapatkan bahwa keseluruhan indukan menghasilkan populasi heterozigot yang beragam. Rendahnya tingkat transmisi transgen kemungkinan disebabkan oleh rendahnya jumlah kopian transgen yang terintegrasi pada kromosom induk sehingga tidak diturunkan kepada keturunan selanjutnya. Wei dan Zhu (2010) menyatakan bahwa semakin rendah jumlah kopi transgen akan mempengaruhi stabilitas transmisi transgen pada generasi yang berbeda. Guyomard dkk., (1989) menya - takan bahwa rendahnya tingkat penurunan transgen dapat disebabkan oleh kecilnya bagian dari benih atau keturunan yang mengandung konstruksi plasmid. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya terhadap ikan mud loach (Nam dkk., 2001) dimana tingkat transmisi dari induk F1 pada generasi selanjutnya terjadi penurunan tingkat transmisi yang tidak stabil. Nam dkk., (2001) juga menyebutkan bahwa tidak stabilnya penurunan transgen pada generasi selanjutnya disebabkan oleh hilangnya salinan ekstrakromosom DNA atau gagalnya proses rekombinasi dari induk kegenerasi berikutnya. Hal ini tidak sesuai dengan pola pewarisan sifat mendel dimana hasil persilangan antara indukan transgenik dengan non-transgenik seharusnya menghasilkan frekuensi 50% keturunan transgenik. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Nam dkk., (2002) terhadap ikan mud loach dimana tingkat transmisi hasil perkawinan indukan transgenik dengan non-transgenik menghasilkan 50% keturunan transgenik. Penelitian lain yang pernah dilaporkan menurunkan transgen secara stabil pada generasi selanjutya dan menghasilkan generasi sesuai dengan pewarisan sifat mendel diantaranya yaitu pada ikan mas (Zhong dkk., 2012; Moav dkk., 1995), ikan salmon (Atlantic salmon, Cook dkk., 2000; Fletcher dkk., 2004; Yaskowiak dkk., 2006), ikan nila (Oreochromis hornorum, Martinez dkk., 1999), ikan medaka (Kinoshita dkk., 1996), ikan zebra (Culp dkk., 1991). Transmisi transgen pada ikan lele dari F-2 ke F-3 memiliki persentase yang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan transmisi transgen dari F0 ke F1 maupun dari F1 ke F-2. Transmisi transgen dari F-0 ke F1 berkisar 8-48% dengan ratarata transmisi sebesar 38,22 % dengan total sampel yag dicek sebanyak 225 sampel (belum dipublikasi ) sedangkan transmisi dari F1 ke F-2 dari enam pasang

9 induk yang dicek berkisar antara 8,11-50% dengan rata-rata transmisi 18,85%. Pada lele transgenik F-2 ke F-3 penurunan berkisar dari 5-75% dengan rata-rata transmisi pada indukan betina sebesar 2,5% dan pada induk jantan sebesar 14,4% Pada Transgenik jantan yang disilangkan dengan betina non-transgenik memiliki potensi penurunan transgen yag lebih besar dibandingkan dengan indukan betina pembawa transgen yang disilangkan dengan jantan non-transgenik. Laju Pertumbuhan Bobot Hasil penelitian ini menunjukkan ikan lele transgenik memiliki laju pertumbuhan bobot yang lebih baik dibandingkan dengan non-transgenik pada tiap pengamatan. Hasil penelitian ini menunjukkan laju pertumbuhan dari ikan lele transgenik F-3 1,7 kali lipat jika dibandingkan dengan ikan non-transgenik. Penelitian pada ikan mas transgenik F-3 menyatakan bahwa laju pertumbuhan awal ikan transgenik F-3 1,6 dn 1,7 kali lebih cepat dibandingkan dengan kontrol nontransgenik (Zhong dkk., 2012). Pada penelitian terhadap ikan nila juga menunjukkan ikan transgenik memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan non-transgenik (Rahman dkk., 1998). Laju pertumbuhan ikan lele transgenik yang lebih cepat diduga akibat penggunaan promotor β-actin pada kontruksi transgen. Pada penelitian sebelumnya yang menggunakan promotor β-actin, laju pertumbuhan ikan mas lebih cepat 1,5-1,6 kali lebih cepat dibanding dengan non-transgenik (Zhong dkk., 2012), 3,6-6,3 kali lebih cepat pada ikan mas (Noh dan Dong, 2012), pertumbuhan 16 kali lebih cepat pada ikan mud loach (Nam dkk., 2002) % lebih tinggi pada ikan mas all fish transgenik dibandingkan dengan kontrol (Fu dkk., 2007). Percepatan pertumbuhan pada ikan lele transgenik juga diakibatkan oleh adanya hormon pertumbuhan ganda pada ikan tersebut. Dimana ikan lele memiliki hormon endogen yang berasal dari ikan lele itu sendiri dan hormon eksogen yang berasal dari hormon ikan patin siam (PhGH). Tingkat Konsumsi Pakan Ikan lele transgenik F-3 dilakukan perbandingan dengan lele non-transgenik selama 30 hari masa pemeliharaan. Ikan lele transgenik F-3 berumur 20 hari (n=110) dipelihara dalam bak pemeliharaan, begitu juga dengan lele nontransgenik (n=110). Sumber air pada masing-masing bak pemeliharaan berasal dari sumber yang sama. Ikan diberi pakan komersil (38-41% protein) secara ad libitum (sekenyangnya) selama masa pemeliharaan. Berdasarkan hasil perhi-tungan didapatkan bahwa ikan lele transgenik F-3 memiliki tingkat konversi pakan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan non-transgenik walaupun dengan jumlah rata-rata konsumsi pakan harian yang lebih besar. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan lele transgenik F-3 memiliki daya serap yang lebih tinggi terhadap pakan yang diberikan. Pada ikan mas transgenik F-2 (Cui dkk., 1996) sekitar 6,62% dari total energi pakan dialihkan untuk percepatan pertumbuhan ikan. Fenomena tersebut dinamakan efek cepat tumbuh dan sedikit makan (fast-growing and less-eating). Parameter Kualitas Air Berdasarkan data kualitas air media pemeliharaan (Tabel 7), suhu media berkisar antara 27,6-29,1 C. Suhu optimum untuk pembenihan ikan lele antara C (BSN, 1987) dengan suhu terbaik untuk pertumbuhan yaitu pada suhu 30 C. Data tersebut menunjukkan bahwa suhu pada media pemeliharaan masih dalam kisaran optimum untuk pemeliharaan benih ikan lele. Kisaran ph selama penelitian bekisar antara 8,4-8,9. ph pada media pemeliharaan cenderung basa namun masih layak untuk

10 mendukung pertumbuhan ikan dengan kisaran optimum ph yaitu antara 7-9 (Boyd, 1992). Kandungan oksigen terlarut selama pemeliharaan berkisar antara 8,4-12,5. Kondisi optimum yang disaranan untuk pertumbuhan ikan lele adalah >4 mg/l (BS N, 2000). Data pengukuran kualitas air menunjukkan bahwa tingkat kelarutan oksigen dalam media pemeliharaan sudah melebihi batas minimum, sehingga layak untuk pemeiharaan benih ikan lele. Turbiditas atau kekeruhanan menggambarkan tingkat padatan tersuspensi dalam media. Kekeruhan selama pemeliharaan berkisar antara 45,1-50,7 NTU. Kisaran optimum kekeruhan untuk pemeliharaan ikan lele adalah NTU (Bappenas, 2000). Kekeruhan dalam media pemeliharan amasih dalam kadar yang dapat mendukung pertumbuhan benih ikan lele secara maksimal. Menurut Lloyd dkk., (1987) bahwa peningkatan nilai turbiditas sebesar 5 NTU dapat menyebabkan penurunan produksi primer pada perairan dangkal dan sungai jernih sebesar 3-13% sedangkan kenaikan sebesar 25 NTU dapat mengurangi tingkat produktivitas perairan sebesar 13-50%. Pengukuran terhadap parameter perairan amonia dan nitrit dianggap sangat perlu dikarenakan amonia dan nitrit berlebih dalam air dapat menghambat pertumbuhan ikan hingga menyebabkan kematian pada kadar yang berlebih. Lin dkk., (2002) menyebutkan bahwa kadar amonia dan nitrit berlebih dalam perairan dapat berbahaya bagi ikan. Amonia selama pemeliharaan berkisar antara 0,1492-0,1557 mg/l. Kisaran optimum amonia dimedia pemeliharaan harus <0,20 mg/l (Effendi, 2003) untuk mendukung pertumbuhan ikan secara normal. Kadar nitrit di media pemeliharaan berkisar 0,0074-0,0186 mg/l selama pemeliharaan berlangsung dengan nilai optimum menurut Effendi (2003) yaitu <0,001 mg/l. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ikan lele transgenik F-2 berhasil mentransmisikan transgen ( PhGH) kepada lele transgenik F-3 dengan tingkat transmisi transgen berkisar antara 5-75% dengan rata-rata transmisi pada induk betina sebesar 2,5% dan 14,4% pada induk jantan. 2. Ikan lele transgenik memiliki tingkat performa yang lebih baik dibandingkan dengan ikan non-transgenik dilihat dari tingkat derajat penetasan yang lebih tinggi, kelangsungan hidup yang lebih tinggi, performa pertumbuhan 1,7 kali lipat dan tingkat efisiensi pakan yang lebih baik. Saran Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik buangan limbah nitrogen serta keamanan pangan dan lingkungannya pada ikan lele transgenik tumbuh cepat untuk menilai keunggulannya. DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional SNI : Benih Ikan Lele Dumbo ( Clarias gariepinus x C.fuscus) Kelas Benih Sebar. Badan Standar Nasional SNI : Air dan Air Limbah- Bagian 9: Cara Uji Nitrit (NO 2 - N) Secara Spektrofotometri. Badan Standar Nasional SNI : Air dan Air Limbah-Bagian 30: Cara Uji Kadar Amonia dengan Spektrofotometer Secara Fenat. Bappenas Budidaya Ikan Lele (Clarias). Boyd C.E dan A. Fast R. rhenobacensissp. nov., a New

11 Nitrate-Reducing Purple non- Sulfur Bacterium. Inter-national Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology. 50: Cook, J.T., M.A. McNiven., G.F. Richardso dan A.M. Sutterlin Growth Rate, Body Composition and Feed Digestibility/Conversion of Growth Enhanced/Transgenic Atlantic Salmon (Salmo salar). Aquaculure. 188: Cui Z., Z. Zuoyan., C. Yibo., L. Guohua dan X. Kesheng Food Consumption and Eenergy Budget in MThGH Transgenic F-2 Red Carp (Cyprinus carpio L. red var.). Chin. Sci. Bull. 41: Culp, P. C.N. Volhard dan N. Hopkins High-Frequency Germ-Line Ttransmission of Plasmid DNA Sequences Injected into Fertilized Zebrafish Eeggs. Proc Nati Acad Sci USA. 88: Dewi, S.P.S., H. Marnis., R. Suprapto dan N. Syawalia Produksi Ikan Lele Cepat Tumbuh Generasi F-0 Menggunakan Metode Transgenesis. Jurnal Riset Akuakultur. 8(2): Devlin, R.H., C.A. Biagi., T.Y. Yesaki., D.E. Smailus dan J.C. Byatt Growth of Domesticated Transgenic Fish A Growthhormone Transgene Boosts the Size of Wild but not Domesticated Trout. Nature. 409: Devlin, R.H., T.Y. Yesaki., E.M. Donaldson dan C.L. Hew Transmission and Phenotypic Effects of an Antifreeze/GH Gene Construct in Coho Salmon (Oncorhynchus kisutch). Aquaculture. 137: Devlin, R.H., T.Y. Yesaki., E.M. Donaldson., S.J. Du dan C.L. Hew Production of Germ Line Transgenic Pacific Salmonids with Dramatical Increased Growth Performance. Can J Fish Aquat Sci. 52: Du, S.J., Z. Gong, G.L. Fletcher, M.A. Shears, M.J. King, D.R. Idler, dan C.L. Hew Growth Enhancement in Transgenic Atlantic Salmon by the Use of an '"All Fish" Chimeric Growth Hormone Gene Construct. Bio/Technology. 10: Effendi, H Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogyakarta. Effendie, M.I Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. FAO Fish to 2030 Prospects for Fisheries and Aqua-culture. World Bank Report Number GLB. The World Bank. Washington DC. Fletcher, G.L., M.A. Shears., E.S. Yaskowiak., M.J. King dan S.V. Goddard Gene Transfer: Potential to Enhance the Genome of Atlantic Salmon for Aquaculture. Aust J Exp Agric. 44: Fu, C., D. Li., W. Hu., C.Y. Wang dan Z. Zhu Growth and Energy Budget of F-2 All-Fish Growth Hormone Gene Transgenic Common Carp. Journal of Fish Biology. 70:

12 Guyomard, R., D. Chourrout., C. Leroux., L.M. Houdebine dan F. Pourrain Integration and germ line transmission of foreign genes microinjected into fertilized trout eggs. Biochimie. 71: Hinits, Y dan B. Moav Growth Performance in Transgenic Cyprinus carpio. Aquaculture. 173: Kinoshita, M., H. Toyohara., M. Sakaguchi., K. Inoue., S. Yamashita., M. Satake., Y. Wakamatsu dan K. Ozato A Stable Line of Transgenic Medaka (Oryzias latipes) Carrying the CAT Gene. Aquaculture Kusrini, E Peningkatan Mutu Ikan Hias Upside-down Catfish (S. nigriventris) Melalui Rekayasa Genetika dan Pengelolaan Lingkungan untuk Mendukung Populasi. [Laporan Akhir]. Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Depok. Lin, Y.F., S.R. Jing., D.Y. Lee dan T.W. Wang Nutrient Removal from Aquaculture Wastewater Using a Contructed Wetlands Systems. Aquaculture. 209: Lloyd, D.S., J.P. Koenings dan J.D. Laparriere Effects of Turbidity in Fresh Waters of Alaska. North American Journal of Fisheries Management 7: Marnis, H., B. Iswanto., R. Suprapto dan Imron Expression of Growth Hormone ( PhGH) Gene and Analysis of Insuline-Like Growth Factor I (IGF -I) Production in African Catfish ( Clarias gariepinus) Transgenic F-1. Indonesian Aquaculture Journal. 8(2): Martinez, R., A. Arenal., M.P. Estrada., F. Herrera., V. uerta., J. Vazquez., T. Sanchez dan J. Fuente Mendelian Transmission Dosage and Growth Phenotype in Transgenic Tilapia ( Oreochromis hornorum) Showing Ectopic Expression of Homologous Growth Hormone. Aquaculture Moav, B., Y. Hinits., Y. Groll dan S. Rothbard Inheritance of Recombinant Carp β-actin/gh cdna Gene in Transgenic Carp. Aquaculture Nam, Y.K., J.K. Noh., Y.S. Cho., H.J. Cho., K.N. Cho., C.G. Kim dan D.S. Kim Dramatically Accelerated Growth and Extraordinary Gigantism of Transgenic Mud Loach Misgurnus mizolepis. Transgenic Research. 10: Nam, Y.K., Y.S. Cho., H.J. Cho dan D.S. Kim Accelerated growth performance and stable germ-line transmission in androgenetically derived homozygous transgenic mud loach, Misgurnus mizolepis. Aquaculture. 209: Nong, C.H dan D.S. Kim Growth Response to a GH- Autotransgenesis in Common Carp Cyprinus carpio. Fish Aquat Sci. 15(1): Rahman, M.A dan N. Maclean Growth Performance of Transgenic Tilapia Contain-ing an Exogenous Piscine Growth Hormone Gene. Aquaculture. 173: Rahman, M.A., R. Mak., H. Ayad., A. Smith., dan N. Maclean Expression of a Novel Piscine Growth Hormone Gene Results in

13 Growth Enhancement in Transgenic Tilapia ( Oreochromis niloticus). Transgenic Research. 7: Robinette, H.R Effect of Sublethal Level of Ammonia on The Growth of Channel Catfish ( Ictalarus punctatus R.) Frog Fish Culture. 38(1): L.). Aqua-culture : Zhu, Z., G. Li., L. He dan S. Chen Novel Gene Transfer into the Fertilized Eggs of Gold Fish (Carassius auratus). J Appl Ichthyol. 1: Wang, Y., H. Wei., W. Gang., S. Yonghua., C. Shangping., Z. Fuying., Z. Zouyan., F. Jianxin dan Z. Xirui Genetic Analysis of All-Fish Growth Hormone Gene Transferred Carp ( Cyprinus carpio L.) and Its F1 Generation. Chin Sci Bull 46: Wei, H dan Z.Z. Yan Integration Mechanisms of Transgenes and Population Fitness of GH Transgenic Fish. Science China Life Science. 53(4): Yaskowiak, E.S., M.A. Shears., A.A. Mawal dan G.L. Fletcher Characterization and Multi- Generational Stability of the Growth Hormone Transgene (EO - 1a) Responsible for Enhanced Growth Rates in Atlantic Salmon. Transgenic Research. 15: Yuwono, E., P. Sukardi dan I. Sulisyo Konsumsi dan Efisiensi Pakan pada Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang Dipuasakan Secara Periodik. Berk. Penel. Hayati. 10: Zhong, C., Y. Song., Y. Wang., Y. Li., L. Liao., S. Xie., Z. Zhu dan W. Hu Growth Hormone Transgene Effects on Growth Performance are Inconsistent Among Off-spring Derived from Dif-ferent Homozygous Trans-genic Common Carp ( Cyprinus carpio

PENDAHULUAN. sangat pokok dalam menunjang keberlanjutan kegiatan budidaya dan hasil

PENDAHULUAN. sangat pokok dalam menunjang keberlanjutan kegiatan budidaya dan hasil 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ketersediaan induk unggul dalam bidang akuakultur merupakan hal yang sangat pokok dalam menunjang keberlanjutan kegiatan budidaya dan hasil produksi untuk dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian Mesin Thermal Cycler Centrifuge Mini Horizontal Elektroforesis UV Transluminator Micropipette Microtips Vortex Hot Plate Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian

Lebih terperinci

Fery Jaksen Sihotang 1),Budi Utomo 2),Indra Lesmana 3),Huria Marnis 4) 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Fery Jaksen Sihotang 1),Budi Utomo 2),Indra Lesmana 3),Huria Marnis 4) 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas DETEKSI DAN ANALISIS EKSPRESI TRANSGEN (PhGH) PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F3 (Detection and Analysis Expression of transgene (PhGH) in Dumbo Catfish (Clarias gariepinus) Transgenic

Lebih terperinci

DETEKSI DAN ANALISIS EKSPRESI TRANSGEN (PhGH) PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F3 FERY JAKSEN SIHOTANG

DETEKSI DAN ANALISIS EKSPRESI TRANSGEN (PhGH) PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F3 FERY JAKSEN SIHOTANG DETEKSI DAN ANALISIS EKSPRESI TRANSGEN (PhGH) PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F3 FERY JAKSEN SIHOTANG 110302045 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERILAKU PREDATOR DAN ANTI-PREDATOR PADA IKAN LELE (Clarias gariepinus Burchell, 1822) TRANSGENIK F3

PENGUJIAN PERILAKU PREDATOR DAN ANTI-PREDATOR PADA IKAN LELE (Clarias gariepinus Burchell, 1822) TRANSGENIK F3 PENGUJIAN PERILAKU PREDATOR DAN ANTI-PREDATOR PADA IKAN LELE (Clarias gariepinus Burchell, 1822) TRANSGENIK F3 Testing Predator and Anti-Predator Behavior in African Catfish (Clarias gariepinus Burchell,

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan sigositas ikan lele Afrika (Clarias gariepinus) transgenik F-2... (Huria Marnis)

Pertumbuhan dan sigositas ikan lele Afrika (Clarias gariepinus) transgenik F-2... (Huria Marnis) Pertumbuhan dan sigositas ikan lele Afrika (Clarias gariepinus) transgenik F-2... (Huria Marnis) PERTUMBUHAN DAN SIGOSITAS IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-2 YANG MEMBAWA GEN HORMON PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Standar Nasional SNI : Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) Kelas Benih Sebar.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Standar Nasional SNI : Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) Kelas Benih Sebar. DAFTAR PUSTAKA Alimuddin., G. Yoshizaki., O. Carman dan K. Sumantadinata. 2003. Aplikasi Transfer Gen Dalam Akuakultur. Akuakultur Indonesia. 2(1): 41-50. Alimuddin., G. Yoshizaki., O. Carman dan T. Takeuchi.

Lebih terperinci

TRANSMISI DAN EKSPRESI FENOTIPE GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN PADA IKAN PATIN SIAM

TRANSMISI DAN EKSPRESI FENOTIPE GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN PADA IKAN PATIN SIAM TRANSMISI DAN EKSPRESI FENOTIPE GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN PADA IKAN PATIN SIAM Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi, Jadmiko Darmawan, dan Ika Nurlaela Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl. Raya 2 Sukamandi,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. transfer gen sejak penelitian pertama ikan transgenesis dimulai (Zhu dkk., 1985).

TINJAUAN PUSTAKA. transfer gen sejak penelitian pertama ikan transgenesis dimulai (Zhu dkk., 1985). TINJAUAN PUSTAKA Teknologi Transgenesis Telah lebih dari 35 spesies ikan berbeda telah telah diteliti untuk kegiatan transfer gen sejak penelitian pertama ikan transgenesis dimulai (Zhu dkk., 1985). Transgenesis

Lebih terperinci

adalah bagian dari DNA dimana RNA polymerase menempel. Fungsi dari promoter ini adalah untuk mengarahkan RNA polymerase sehingga transkripsi terjadi.

adalah bagian dari DNA dimana RNA polymerase menempel. Fungsi dari promoter ini adalah untuk mengarahkan RNA polymerase sehingga transkripsi terjadi. 66 VI. PEMBAHASAN UMUM Teknik rekayasa genetika merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan dalam mengatasi masalah rendahnya produksi, karena dengan teknik ini kita dapat mengintroduksi gen unggul

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan. 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika dan kolam percobaan pada Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi,

Lebih terperinci

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus. e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

V. EXPRESSION OF GROWTH HORMONE GENE OF TILAPIA (tigh) IN CATFISH (Clarias sp.) TRANSGENIC FIRST GENERATION ABSTRACT

V. EXPRESSION OF GROWTH HORMONE GENE OF TILAPIA (tigh) IN CATFISH (Clarias sp.) TRANSGENIC FIRST GENERATION ABSTRACT 37 V. EXPRESSION OF GROWTH HORMONE GENE OF TILAPIA (tigh) IN CATFISH (Clarias sp.) TRANSGENIC FIRST GENERATION ABSTRACT The research intends to analyse expression of growth hormone gene of tilapia (tigh)

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

1. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 1. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ikan patin siam (Pangasionodon hypophthalmus) merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia. Dalam program peningkatan produksi

Lebih terperinci

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. GENERASI F0 BAMBANG KUSMAYADI GUNAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN UMUM Latar belakang Produksi akuakultur setiap tahun meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan penduduk di Indonesia. Pada tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 220 juta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ZIGOSITAS IKAN LELE (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-2 YANG MEMBAWA GEN HORMON (PhGH) DENGAN MENGGUNAKAN METODE REALTIME-qPCR

IDENTIFIKASI ZIGOSITAS IKAN LELE (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-2 YANG MEMBAWA GEN HORMON (PhGH) DENGAN MENGGUNAKAN METODE REALTIME-qPCR Jurnal Riset Akuakultur, 11 (1), 2016, 39-46 Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jra IDENTIFIKASI ZIGOSITAS IKAN LELE (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-2 YANG MEMBAWA GEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang gurih. Selain itu ikan lele dumbo memiliki

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI

PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI Media Akuakultur Vol. 0 No. Tahun 05: -6 PENTINGNYA POPULASI KONTROL INTERNAL DALAM EVALUASI KEBERHASILAN PROGRAM SELEKSI Didik Ariyanto Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl. Raya Pantura Sukamandi, Patokbeusi,

Lebih terperinci

TRANSMISI, EKSPRESI, DAN DISTRIBUSI GEN HORMON PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM PADA IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-2

TRANSMISI, EKSPRESI, DAN DISTRIBUSI GEN HORMON PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM PADA IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) TRANSGENIK F-2 Transmisi, ekspresi, dan distribusi gen hormon pertumbuhan... (Huria Marnis) TRANSMISI, EKSPRESI, DAN DISTRIBUSI GEN HORMON PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM PADA IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) TRANSGENIK

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso Abstrak Dalam rangka memenuhi kebutuhan induk betina sebagai pasangan dari induk jantan YY, maka diperlukan suatu teknologi

Lebih terperinci

4. EFEKTIVITAS TRANSFER DAN EKSPRESI GEN PhGH PADA IKAN PATIN SIAM (Pangasionodon hypophthalmus)

4. EFEKTIVITAS TRANSFER DAN EKSPRESI GEN PhGH PADA IKAN PATIN SIAM (Pangasionodon hypophthalmus) 45 4. EFEKTIVITAS TRANSFER DAN EKSPRESI GEN PhGH PADA IKAN PATIN SIAM (Pangasionodon hypophthalmus) ABSTRAK Penggunaan konsentrasi DNA yang tinggi dalam elektroporasi sperma meningkatkan pengikatan DNA

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 Februari sampai 11 Maret 2013, di Laboratorium Akuakultur dan untuk pengamatan selama endogenous

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Analisis proksimat

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN UMUM. Tabel 5. Beberapa konstruksi gen all fish dalam pembuatan ikan transgenik GH.

5. PEMBAHASAN UMUM. Tabel 5. Beberapa konstruksi gen all fish dalam pembuatan ikan transgenik GH. 58 5. PEMBAHASAN UMUM Tujuan umum introduksi gen asing ke dalam genom ikan adalah membuat ikan dengan karakteristik komersial yang lebih baik untuk meningkatkan produksi akuakultur. Sejak pertengahan tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitan ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015 bertempat di Desa Toto Katon, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari subset penelitian faktorial untuk mendapatkan dosis PMSG dengan penambahan vitamin mix 200 mg/kg pakan yang dapat menginduksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

TRANSMISI GEN PhGH DAN PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) TRANSGENIK GENERASI KETIGA

TRANSMISI GEN PhGH DAN PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) TRANSGENIK GENERASI KETIGA Jurnal Riset Akuakultur, 11 (3), 2016, 225-234 Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jra TRANSMISI GEN PhGH DAN PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) TRANSGENIK

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 1 Oktober 2015 ISSN: 2302-3600 PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda Yogi Himawan, Khairul Syahputra, Didik Ariyanto Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN CUPANG (Betta imbellis) TRANSGENIK FOUNDER MEMBAWA GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN

IDENTIFIKASI IKAN CUPANG (Betta imbellis) TRANSGENIK FOUNDER MEMBAWA GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jra IDENTIFIKASI IKAN CUPANG (Betta imbellis) TRANSGENIK FOUNDER MEMBAWA GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN Eni Kusrini *)#, Alimuddin **),

Lebih terperinci

VI. TRANSFER GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN IKAN NILA (tigh) PADA IKAN LELE (Clarias sp) DENGAN METODE ELEKTROPORASI ABSTRAK

VI. TRANSFER GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN IKAN NILA (tigh) PADA IKAN LELE (Clarias sp) DENGAN METODE ELEKTROPORASI ABSTRAK 50 VI. TRANSFER GEN PENYANDI HORMON PERTUMBUHAN IKAN NILA (tigh) PADA IKAN LELE (Clarias sp) DENGAN METODE ELEKTROPORASI ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan introduksi gen penyandi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

PENGARUH FOTOPERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

PENGARUH FOTOPERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH FOTOPERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Belly Maishela *, Suparmono, Rara

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter) 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan padat tebar yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari parameter biologi, parameter kualitas air dan parameter ekonomi.

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

ARTIFICIAL SUBSTRATES INCREASED SURVIVAL AND GROWTH OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus and C. macrocephalus)

ARTIFICIAL SUBSTRATES INCREASED SURVIVAL AND GROWTH OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus and C. macrocephalus) AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) ARTIFICIAL SUBSTRATES INCREASED SURVIVAL AND GROWTH OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus and C. macrocephalus) Abimanyu Pramudya Putra 1 Adiputra

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 23 Agustus 2013, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

PENAMBAHAN TEPUNG BIOFLOK SEBAGAI SUPLEMEN PADA PAKAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) ABSTRAK

PENAMBAHAN TEPUNG BIOFLOK SEBAGAI SUPLEMEN PADA PAKAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 PENAMBAHAN TEPUNG BIOFLOK SEBAGAI SUPLEMEN PADA PAKAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Cindy Ria

Lebih terperinci

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Dian Puspitasari Program studi Budidaya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas Asahan Email: di_dianri@yahoo.com

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 109-114 ISSN : 2088-3137 PENGARUH KEPADATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA PENDEDERAN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) insersi/ delesi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Evaluasi teknis budidaya Hasil dari teknologi budidaya penggunaan pakan sepenuhnya pada kolam air tenang dan teknologi budidaya penggunaan pakan pengganti limbah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2012. Penelitian dilaksanakan di Ruang Penelitian, Hanggar 2, Balai Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Purwodadi Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik RT 01 RW 01 selama 28 hari pada bulan Desember 2016 Januari 2017

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitain ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan November 2010. Tempat pengambilan sampel ikan adalah Kaliprogo, Yogyakarta. Pengambilan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. B. Alat dan Bahan Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2007 hingga Juli 2009, bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya Perikanan bagian Genetika dan Pemuliaan Ikan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2013 yang bertempat di Laboraturium Bioteknologi FPIK UNPAD kampus Jatinangor.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Gedung IV Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April hingga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, mulai bulan Juli hingga November 2009. Pemeliharaan ikan dilakukan di Kolam Percobaan, Departemen Budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan September 2012 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN Riska Emilia Sartika

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014 Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya Perikanan Bagian Genetika dan Pemuliaan Ikan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS LIMBAH SAYURAN

RESPONS PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS LIMBAH SAYURAN 156 RESPONS PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS LIMBAH SAYURAN (Fish Growth Response Lele Sangkuriyang ( Clarias Gariepinus ) Given That Feed Made Based

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Pada tahap pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen,

Lebih terperinci