BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterangan tentang kupu-kupu. Data diperoleh dari keterangan penelitian yang telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterangan tentang kupu-kupu. Data diperoleh dari keterangan penelitian yang telah"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya Sebagai langkah awal dalam penulisan ini, juga sebagai acuan memperoleh keterangan tentang kupu-kupu. Data diperoleh dari keterangan penelitian yang telah dilakukan orang diluar sana sebelumnya yang telah mengenai kupu-kupu selain menggunakan beberapa buku sebagai bahan acuan. Adapun penelitian sebelumnya yang menjadi acuan adalah sebagai berikut: 1. Inventaris Kupu-kupu di Hutan Banyuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal, oleh PATTIRO Sekolah Rakyat, Laporan Penelitian tahun Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ditemukan beberapa macam kupu-kupu, yaitu family Nhympalidae dengan 42 spesies, Pieridae 8 spesies, dan suku Papilionidae dengan 7 spesies. 2. Keanekaragaman Kupu-kupu di Resort Selabintata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat, oleh Benyamin Dendang, Jurnal Penelitian, Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan beberapa macam kupu-kupu, yaitu family Pieridae 2 spesies, Nhympalidae 7 spesies, Papilionidae 4 spesies, Satyridae 2 spesies, dan Hespiridae dengan 2 spesies. 3. Keanekaragaman Kupu-kupu di Taman Nasional Bukit Baka, Bukit Raya, oleh Maiser Syaputra, Raya Akbar, Miftachu Firrijdal, Dwi Woro Navy Probowati, PKM Analisis Ilmiah (Kegiatan Kreatifitas Mahasiswa) pada tahun 2009,Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan beberapa 9

2 macam kupu-kupu, yaitu family Papilionidae 4 spesies, Nhympalidae 20 spesies, Pieridae 10 spesies, dan Lycaenidae dengan 6 spesies. 4. Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu Di Kampus IPB Darmaga, Bogor, oleh Nurcahyo Adhi Saputro, Skripsi pada tahun 2007, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan beberapa macam kupu-kupu, yaitu family Papilionidae 9 spesies, Pieridae 13 spesies, Nhympalidae 45 spesies, dan Lycaenidae dengan 10 spesies. Beberapa penelitian terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu terletak pada objek penelitian yaitu, terhadap kupu-kupu dan melakukan inventaris kupukupu. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada tempat dengan kondisi habitat yang dari sudut geografisnya berbeda dengan yang dilakukan penelitian sebelumnya.

3 B. Kajian Teoritik 1. Deskripsi Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang umum dikenal oleh setiap orang. Mereka dapat dikenali berdasarkan sisik-sisik pada sayap yang menimbulkan seperti debu pada jari, pada saat dipegang. Kebanyakan tubuh dan tungkainya juga ditutupi oleh sisik-sisik. Karena ciri inilah mereka digolongkan pada Lepidoptera, yang berasal dari kata 'lepis' yang artinya sisik dan 'pteron' yang artinya sayap. 1 Ordo Lepidoptera mencakup ngengat (moth) dan kupu-kupu (butterfly). 2 Kupukupu merupakan serangga terbang yang mengalami metamorfosa sempurna karena kehidupannya di mulai dari telur-larva-pupa-dewasa. Di dalam menjalani daur hidup tersebut kupu-kupu di kenal juga sebagai ulat, makanan ulat berupa bagian-bagian dari tumbuh-tumbuhan, termasuk buah dan biji; oleh karena itu mulut ulat memiliki bentuk sedemikian rupa sehingga dapat di pakai untuk menggigit dan mengunyah. 3 Kupu-kupu (fase dewasa) dapat hidup apabila makan nectar bunga dengan menggunakan mulutnya yang berbentuk selang penghisap yang di sebut Proboscis. 4 Kupu-kupu aktif di siang hari (diurnal) dan cuaca yang cerah. Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan cara menegakkan sayapnya, sehingga tampak permukaan bawah dari sayap. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah dan cerah. Antena kupu- 1 (online 20 Desember 2012) 2 uence=4 (online 20 Desember 2012) 3 Suhara, Ornitophtera goliath Si Cantik dari Papua (Ornithoptera goliath procus Female Male ), Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, h Suhara, Ornitophtera goliath Si Cantik dari Papua (Ornithoptera goliath procus Female Male ), Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, h. 1.

4 kupu berbentuk benang (filiform) dan membesar di ujungnya, 5 larva kupu-kupu mempunyai lima pasang kaki semu (kaki perut), pupa ngengat di dalam kokon sutra, sedangkan pupa kupu-kupu telanjang, dan umumnya di bagian ujung di lengkapi dengan substansi sutra atau tali sutera untuk menopang pelekatannya pada substrat. 6 a. Klasifikasi Kupu-kupu Kingdom Hewan (Animalia) dibagikan dalam sejumlah phylum (generasi dengan asal yang sama). Kupu-kupu (Ordo Lepidoptera) termasuk di dalam Kelas Insekta yang termasuk dalam Phylum Arthropoda (= kaki beruas-ruas). Struktur klasifikasi lengkap adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia pylum Kelas : Arthropoda : Insecta Ordo : Lepidoptera 7, (Gambar 2.1). Gambar 2.1. Kupu-kupu uence=4 (online 20 Desember 2012) 6 Suhara, Ornitophtera goliath Si Cantik dari Papua (Ornithoptera goliath procus female male ), Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, h ence=4 (online 20 Desember 2012)

5 b. Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu mempunyai tubuh yang terdiri dari 3 bagian, yaitu kepala, toraks (dada) dan abdomen (perut). Seperti serangga lainnya, tubuh kupu-kupu di topang oleh kerangka luar eksokeleton tempat otot dan organ dalam melekat di sisi bagian dalam. Kepala dan dada di lengkapi dengan otot-otot yang berperan sebagai alat gerak dari bagiam-bagian mulut dan sayap. Sebagaian besar rangka luar berupa lapisan kitin yang tidak tembus air dan tidak larut dalam asam organik. Di alam, serangga mati, hanya dapat di rombak dengan bantuan mikroorganisme. 9 Kepala memiliki dua antena yang terpasang. Antena adalah alat sensor yang terdapat di kepala serangga dewasa, (Gambar 2.2). Antena ini digunakan untuk mencium dan menjaga keseimbangan. Kupu-kupu mempunyai dua antena dengan ujung yang sedikit membulat yang disebut sebagai antennal club. Pada kepala juga terdapat mata terdiri dari banyak lensa hexagonal seperti halnya pada mata serangga lainnya. Pada kepala juga dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, yang berupa proboscis. Proboscis berfungsi sebagai menghisap nektar bunga dan cairan lainnya yang bentuknya seperti sedotan spiral. Ketika tidak digunakan, probosis ini akan digulung melingkar seperti selang air, 10 (Gambar 2.3). 8 Gambar Kupu-kupu dalam (Online 20 Desember 2012) 9 Suhara, Ornitophtera goliath Si Cantik dari Papua (Ornithoptera goliath procus Female,Male), Universitas Pendidikan Indonesia, Amalia Shalihah, dkk. Kupu-kupu Di Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor, Jatinangor : DP 3 HIMBIO UNPAD, h. 13. t.dt.

6 Gambar 2.2. Antena Kupu-kupu 11 Gambar 2.3. Kepala Kupu-kupu 12 Toraks (dada) tersusun atas tiga bagian yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada masing-masing bagian thoraks memiliki tiga pasang kaki yang berkembang. Pasangan sayap yang bersifat membraneus dijumpai pada mesothoraks dan metathoraks. 13 Perut merupakan bagian ekor serangga yang mempunyai segmentasi yang memiliki organ vital seperti jantung, tubulus atau pembuluh malphigi untuk alat ekresi 11 Antena Kupu-kupu dalam (Online 20 Desember 2012) 12 Butterfly Proboscis15.jpg dalam jujujitu.blogspot.com (Online 20 Desember 2012 ) 13 Winda Identifikasi Kupu-kupu (Lepidoptera) di Kawasan PTPN XII (Persero) Banjarsari-Jember. dalam (Online )

7 (pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya), organ reproduksi dan sebagian besar sistem pencernaan. 14 Sayap kupu-kupu merupakan tipe analog. Tipe analog adalah alat gerak yang berasal dari jaringan embrional yang berbeda. 15 Sayap merupakan pertumbuhan daerah targum dan pleura. Sayap terdiri dari dua lapisan kutikula yang dihasilkan oleh lapisan epidermis. Fungsi sayap adalah untuk menggerakkan tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan untuk terbang, 16 (Gambar 2.4). Gambar 2.4. Morfologi kupu-kupu 17 c. Siklus Hidup Kupu-kupu Kupu-kupu adalah serangga yang sering kita jumpai disepanjang tahun, selama persediaan pakan kupu-kupu tersebut tersedia. Sehingga apabila melakukan penelitian atau kegiatan praktikum lainnya yang berhubungan dengan kupu-kupu bisa dilakukan 14 Munawar Kholil, Praktikum Kerja Lapangan Sitematika Hewan Invertebrata Ordo Lepidoptera, Laporan, Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta, Agus Dharmawan, dkk, Ekologi Hewan, Malang : Universitas Negeri Malang, 2005, h Winda Identifikasi Kupu-kupu (Lepidoptera) di Kawasan PTPN XII (Persero) Banjarsari-Jember. dalam (Online ) 17 Muhajir Utomo, Kupu-kupu di Kampus Unila, Lampung : Universitas Lampung, 2007, h. 10.

8 disepanjang tahun. Kelimpahan kupu-kupu paling tinggi pada bulan Februari, Juli dan September, sedangkan yang terendah pada bulan Maret, April dan September. 18 Bulan lainnya berukuran sedang. Dalam siklus hidupnya kupu-kupu melakukan oopulatio atau perkawinan, yang mana musim kawin juga sepanjang tahun dengan fluktuasi pada bulan Maret-April, Juli- Agustus, Oktober-November. Spermatozoa dilepaskan ke dalam kantong genital dan mengumpul di dalam Spermotheca dan disimpan sampai pada saatnya digunakan. fertilisasi telah berlangsung pada telur-telur yang telah dilepaskan dari oviduct dan di dalam kantong genital mereka mendapat selubung telur atau ootecha. Ootecha bentuknya menyerupai kantong dan telur-telur itu di dalam tersusun dua baris. Setelah ootecha sempurna terbentuk, telur-telur itu yang selalu dibawa kemana-mana oleh kupu-kupu betina dan tampak menonjol di antara sklereit-terminal dari abdomen dan akhirnya telur-telur diletakkan di suatu tempat dimana tempat tersebut dapat menyediakan makanan bagi larva yang akan menetas, 19 (Gambar 2.5). Gambar 2.5. Siklus hidup kupu-kupu Muhamad Ali Efendi, Keragaman kupu-kupu (Lepidoptera : Ditrysia) di kawasan hutan koridor taman nasional gunung halimun-salak jawa barat, Tesis, Bogor : Institut Pertanian Bogor, Yoso Bumantoro, Pengamatan Siklus Hidup Kupu-kupu Sayap Burung Ornitoptera O. priamus poseidon Doubleday (Lepidoptera: Papilionidae) di Pegunungan Arfak Manokwari, Skripsi, Manokwari : Universitas Cendrawasi, 1992, h Metamorfosis pada Kupu-kupu dalam (online 20 Desember 2012)

9 Kupu-kupu memiliki empat tahap siklus hidup, yaitu : 1) Ovum (Telur) ; Bentuk dan ukuran telur berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Hal ini dapat berguna, sebagai petunjuk dalam identifikasi. Biasanya betina meletakkan telur di bagian bawah dari daun (yang muda), baik secara terpisah maupun dalam kelompok-kelompok. Telur-telur tersebut ditempel pada permukaan daun dan dilindungi dengan cairan dari abdomen betina. 21 telur akan menetas antara 3-5 hari. 22 2) Larva (Ulat); adalah bentuk serangga muda antara telur dan pupa. 23 Tahap pertama menjadi ulat. Larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Selanjutnya larva ini akan memakan daun-daun yang ada di sekitarnya. Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit. Ketika larva sudah dewasa, larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat terlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang sutera. Larva telah memasuki fase sebelum pupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa. 24 3) Pupa (kepompong); adalah masa istirahat atau periode tidak aktif. 25 Fase ini merupakan proses pembentukan serangga sempurna. Pupa umumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna yang sesuai dengan sekitarnya. setelah pembentukan kupu-kupu di dalam pupa selesai, permukaan dorsal pupa akan membelah dan akan keluar seekor kupukupu secara perlahan. Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas 2012) 21 (online 20 Desember 22 Muhajir Utomo, Kupu-kupu di Kampus Unila, Lampung : Universitas Lampung, 2007, h Jumar, Entomologi Pertanian, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000, h Muhajir Utomo, Kupu-kupu di Kampus Unila, h Jumar, Entomologi Pertanian, h. 81.

10 sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Ketika sayap mengering, mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali dan percobaan terbang dimulai. 26 4) Imago (kupu-kupu); Fase dewasa. Kupu-kupu akan terbang mencari makan dan pasangan. Pasangan yang sesuai akan melakukan kopulasi selama beberapa jam. Setelah itu, jantan dan betina akan melanjutkan sisa hidupnya sendiri-sendiri. Seluruh proses ini biasanya berlangsung di pagi hari dengan cuaca cerah 27 d. Habitat Kupu-kupu Pada suatu ayat surah Huud : 6 dijelaskan bahwa : Artinya : dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). 28 Ayat ini menjelaskan bahwa, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu, dimanapun tempat tinggal binatang itu, yaitu tempat ia berlindung pada malam dan siang hari. dan tempat penyimpanannya, yaitu tempat untuk menyimpan dirinya. 29 Allah sudah mengatur tempat yang cocok untuk semua makhluk hidup tinggal. Seperti halnya kupu-kupu yang biasanya hidup pada habitat terestrial, tetapi komposisi dari spesies yang ada bervariasi menurut kondisi habitatnya. Sebagian besar 26 Muhajir Utomo, Kupu-kupu di Kampus Unila, Lampung : Universitas Lampung, 2007, h Ibid. 28 Qs. Huud [11] : 6 29 Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dan Syaikh Mahmud Muhammad Syakir, Tafsir Ath-Thabari ( Attaubah, Yuunus dan Huud), Jakarta : Pustaka Azzam, 2009, h. 808.

11 spesies hidup dilahan yang ditinggalkan atau menganggur, kebun buah-buahan, tamantaman bunga, pekarangan rumah, areal pertanian, hutan primer dan hutan skunder dari ketinggian mdpl (meter diatas permukaan laut). 30 Kupu-kupu dapat hidup pada kisaran suhu antara 18 0 C C, dengan kelembapan udara kurang dari 85% dan intensitas cahaya yang cukup agar dapat mengepakkan sayapnya untuk terbang mencari makan dan beraktivitas. Jika kondisi alam yang tidak sesuai dengan habitatnya, populasi kupu-kupu dapat menurun. Maka kupu-kupu dapat dikategorikan sebagai salah satu indikator lingkungan untuk perubahan kondisi lingkungan yang sedang terjadi. 31 Kupu-kupu merupakan serangga yang umumnya melakukan aktivitas pada siang hari dan pada hari yang cerah, hangat dan tenang. Pada malam hari, kupu-kupu akan beristirahat dan berlindung di bawah daun pepohonan. 32 Kegiatan terbang dimulai sekitar pukul 6.00 pagi hari, pada saat ini kupu-kupu terbang dalam jarak pendek dan hinggap, merentangkan sayapnya menanti sinar matahari pagi. makin siang, kupu-kupu jantan dan betina terbang berpasangan dan pada saatnya akan melakukan kopulasi. 33 Perilaku mencari makan dan terbang mulai menurun menjelang sore. Pada pukul 5 sore, beberapa kupu-kupu masih tampak terbang tetapi setelah itu pada pukul 6 sore semua kupu-kupu telah beristirahat. Aktivitas kupu-kupu juga dipengaruhi cuaca. Pada 30 (online 20 Desember 2012) 31 Ibid. 32 Djunijanti Peggie dan Mohammad Amir, Practical Guide to the Butterflies of Bogor Garden (Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun raya Bogor), Jakarta : Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, h. 16. t.dt. 33 Muhajir Utomo, Kupu-kupu di Kampus Unila, Lampung : Universitas Lampung, 2007, h. 16.

12 cuaca mendung, apalagi hujan, membuat kupu-kupu enggan terbang. Pada pagi hari yang cerah, kupu-kupu berterbangan dan memulai aktivitas hariannya kembali. 34 e. Manfaat Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan hewan yang menarik bagi manusia karena memiliki keindahan tubuhnya. diantaranya manfaat kupu-kupu : a) Membantu penyerbukan tanaman: misal Euploea, Callithoe, Papilio, Iswara ornitoprea. (1) Sejumlah tumbuhan tergantung pada satu jenis tunggal serangga untuk penyerbukannya. (2) Beberapa anggrek hanya diserbuk oleh kupu-kupu Hawks moths yang mempunyai probosis panjang. (3) Yucca diserbuk semata-mata oleh kupu-kupu Yukka (Bombyx mori) b) Manfaat keindahan (hiasan dinding, meja, penindih kertas, tatakan gelas) c) Bahan penelitian biologis (penelitian serologis) dan bahan penelitian genetik d) Sumber protein (misal kupu-kupu pisang, Eryonotathrax, larva kupu-kupu raksasa yang dianggap sebagai hidangan enak di Meksiko, Gusanos de meguey e) Sebagai koleksi f) Rekreasi (dipelihara di rumah kaca untuk ditonton) 35 f. Pengenalan suku kupu-kupu Kupu-kupu dapat dibagi dalam superfamili Hesperionidae yang meliputi suku Hesperiidae, dan superfamili Papilionidea yang meliputi suku Papilionidae, Pieridae, 34 Muhajir Utomo, Kupu-kupu di Kampus Unila, Lampung : Universitas Lampung, 2007, h R. Erly Risandy, Metode Pengawetan Kupu-kupu (Preservative Method of Butterfly),Skripsi, Bogor : Universitas Pertanian Bogor, 2001, h. 5-6.

13 Lycaenidae, Nymphalidae, dan Riodinidae. Sebagian besar anggota suku Riodinidae dijumpai di Amerika Selatan. 36 Pada Hesperionidae, sungut kanan dan kiri berjauhan, sungut bersiku di ujungnya dan tubuhnya relatif lebih gemuk. Pada Papilionoidea, sungut kanan dan kiri berdekatan, sungut membesar di ujung tetapi tidak bersiku dan tubuhnya relatif ramping. 37 a) Superfamili Hesperionidae Hesperidae, anggota suku ini berukuran sedang. Sayap umumnya berwarna coklat dengan bercak putih atau kuning. Terbang cepat dengan sayap yang relatif pendek. 38 b) Superfamili Papilionoidea (1) Papilionidae Famili ini umumnya berwarna menarik, merah, kuning, hijau, dengan kombinasi hitam dan putih. Kupu-kupu ini berukuran tubuh sedang sampai besar. Ada jenis-jenis yang mempunyai ekor yang merupakan perpanjangan sudut sayap belakang. 39 Banyak jenis yang bersifat sexual dimorpic, yaitu berbeda pola sayap jantan dan betinanya. Pada beberapa jenis, kupu-kupu betina bersifat polymorphic, yaitu terdapat beberapa pola sayap. Pada jenis-jenis di mana jantan dan betina tampak serupa, betina bisanya lebih besar dengan sayap yang lebih membulat. 40 (2) Pieridae 36 Djunijanti Peggie dan Mohammad Amir, Practical Guide to the Butterflies of Bogor Garden (Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun raya Bogor), Jakarta : Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, h. 17. t.dt. 37 Ibid., h Djunijanti Peggie dan Mohammad Amir, Practical Guide to the Butterflies of Bogor Garden (Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun raya Bogor), Jakarta : Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, h. 19. t.dt 39 Ibid. h Ibid.

14 Kupu-kupu ini umumnya berwarna kuning dan putih, ada juga yang berwarna oranye dengan sedikit hitam atau merah. Kupu-kupu ini berukuran sedang. Tidak ada perpanjangan sayap yang menyerupai ekor. Banyak jenis menunjukkan variasi sayap sesuai musim. Selain itu, beberapa jenis juga memiliki kebiasaan bermigrasi. Umumnya, kupu-kupu betina lebih gelap dan dapat dengan mudah dibedakan dari kupu-kupu jantan. 41 (3) Nymphalidae Kupu-kupu dari suku Nymphalidae ini sangat bervariasi. Umumnya berwarna coklat, oranye, jingga, kuning, dan hitam. Kupu-kupu ini berukuran beragam, mulai kecil sampai besar. 42 Ciri yang paling penting pada Nymphalidae ialah mengecilnya pasangan tungkai depan pada kupu-kupu jantan dan betina (kecuali pada kupu-kupu betina Libytheinae) sehingga biasanya pasangan tungkai tidak berfungsi untuk berjalan. Pada kupu-kupu jantan, biasanya pasangan tungkai depan ini tertutup oleh kumpulan sisik yang padat menyerupai sikat, sehingga kupu-kupu ini juga dikenal sebagai kupu-kupu bertungkai sikat. 43 (4) Lycaenidae Anggota kelompok ini umumnya berukuran kecil. Berwarna biru, ungu, atau oranye dengan bercak metalik, hitam, atau putih. Biasanya jantan berwarna lebih terang daripada betina. Banyak jenis mempunyai ekor sebagai perpanjangan sayap belakang. Kupu-kupu ini umumnya dijumpai pada hari yang cerah dan di tempat 41 Djunijanti Peggie dan Mohammad Amir, Practical Guide to the Butterflies of Bogor Garden (Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun raya Bogor), Jakarta : Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, h. 18. t.dt 42 Ibid, h Ibid.

15 terbuka. Beberapa anggota dari suku ini, terutama pada fase larva, bersimbiosis secara mutualistik dengan semut, di mana ulat memanfaatkan semut untuk menjaganya dari serangan parasit, dan semut mendapatkan cairan manis yang dikeluarkan kelenjar pada ruas abdomen larva tersebut Gambaran Lokasi Penelitian Arboretum Nyaru Menteng merupakan kawasan pelestarian plasma nutfah ekosistem hutan rawa di provinsi Kalimantan Tengah. Di samping itu, Arboretum Nyaru Menteng ini juga dikembangkan untuk keperluan rekreasi (wisata) bagi masyarakat dan sebagai tempat untuk melakukan penelitian mahasiswa. 45 Arboretum Nyaru Menteng menempati areal seluas 60 hektar, penepatan areal ini berdasarkan keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Kalimantan Tengah Nomor : 3274/SK-5/1994 tanggal 9 Februari Kawasan Arboretum Nyaru Menteng mempunyai luas sekitar 62,5 hektar, yang secara administratif kawasan ini terletak di Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. 47 Kawasan ini berada pada dataran rendah dengan ketinggian sekitar 20 meter di atas permukaan air laut. Kondisi tanahnya sebagian besar berupa tanah gambut dan rawa. Ketebalan gambut berkisar antara 0,5-1,5 meter dan ph tanah 3, Djunijanti Peggie dan Mohammad Amir, Practical Guide to the Butterflies of Bogor Garden (Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun raya Bogor), Jakarta : Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, h. 19. t.dt 45 Eka kanty Rahayu, Inventarisasi Jenis-jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Arburetum Nyaru Menteng Palangka Raya, Skripsi, Palangkaraya : UNPAR, 2007, h. 5, t.d. 46 Choirur Rojichin, Inventarisasi Jenis-jenis Tumbuhan Anggota Divisi Bryophyta Di Kawasan Arburetum Nyaru Menteng Kota Palangka Raya, Skripsi, Palangka Raya : UNPAR, 2007, h. 5, t.d. 47 Eka kanty Rahayu, Inventarisasi Jenis-jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Arburetum Nyaru Menteng Palangka Raya, h. 5, t.d.

16 Pada siang hari kelembapan udara berkisar antara 82 87%, sedangkan suhu udara berkisar antara 22 0 C 23 0 C. Adapun rata-rata kecepatan angin yaitu 1,7 knot. 48 Di dalam kawasan ini terdapat berbagai fasilitas, antara lain : jalan setapak / jalan trail wisata sepanjang + 5 km, Wisma Cinta Alam dengan 7 kamar, Aula Pertemuan, Shelter, Pondok Kerja, Tempat Parkir, Mandi Cuci Kakus (MCK), Klinik dan Karantina Orangutan. 49 C. Kerangka Konseptual Keberadaan kupu-kupu di Indonesia sangat banyak, diperkirakan terdapat sekitar jenis kupu-kupu yang terdapat di Indonesia. Kota Palangka Raya mempunyai tempat wisata yang beragam, salah satunya adalah tempat wisata Arboretum Nyaru Menteng. Banyak terdapat Flora dan Fauna hidup kawasan ini, salah satu jenis faunanya adalah kupu-kupu. Kupu-kupu termasuk dalam ordo lepidoptera dan termasuk dalam subordo Rhopalocera, yang aktif pada siang hari (diurnal). Kupu-kupu mempunyai sayap yang indah sehingga banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya. Kupu-kupu juga mudah untuk ditemui karena dapat hidup segala tempat salah satunya di kawasan Arboretum Nyaru Menteng, Palangkaraya. Dari segi pemanfaatannya kupu-kupu sangat memberi andil dalam lingkungan alam sekitar karena sebagai salah satu satwa penyerbuk pada proses pembuahan bunga. Kupu-kupu jika dilihat dari kepadatan populasinya dapat digunakan sebagai indikator biologis lingkungan. 48 Choirur Rojichin, Inventarisasi Jenis-jenis Tumbuhan Anggota Divisi Bryophyta Di Kawasan Arburetum Nyaru Menteng Kota Palangka Raya, h. 5, t.d. 49 Eka kanty Rahayu, Inventarisasi Jenis-jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di Arburetum Nyaru Menteng Palangka Raya, h. 6, t.d.

17 Selain sebagai tempat wisata, kawasan Arboretum Nyaru Menteng juga digunakan sebagai tempat penelitian para mahasiswa dan tempat konservasi alam yang memberikan berbagai informasi untuk masyarakat. Selama ini informasi yang di dapat dari pihak pengelola Arboretum Nyaru Menteng hanya berpusat pada Orangutan dan sedikit tentang satwa lainnya. Untuk jenis kupu-kupu sendiri belum ada, padahal informasi tentang keberadaan kupu-kupu ini sangat penting sebagai upaya konservasi kupu-kupu di Kalimantan Tengah, khususnya di kawasan Arboretum Nyaru Menteng, Palangka Raya. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Penekanan pada penelitian ini adalah mengidentifikasi kupu-kupu, sehingga diharapkan hasil dari penelitian ini nantinya dapat mengetahui nama spesies dari kupu-kupu tersebut, (Gambar 2.6).

18 Kota Palangka Raya mempunyai tempat wisata yang beragam, salah satunya adalah tempat wisata Arboretum Nyaru Menteng. Banyak terdapat Flora dan Fauna hidup kawasan ini, salah satu jenis faunanya adalah kupu-kupu Kupu-kupu termasuk dalam ordo lepidoptera dan termasuk dalam subordo Rhopalocera, yang aktif pada siang hari (diurnal). Dari segi pemanfaatannya kupu-kupu sangat memberi andil dalam lingkungan alam sekitar karena sebagai salah satu satwa penyerbuk pada proses pembuahan bunga dan juga sebagai bioindikator lingkungan. Selama ini informasi yang di dapat dari pihak pengelola Arboretum Nyaru Menteng hanya berpusat pada Orangutan dan sedikit tentang satwa lainnya. Untuk jenis kupu-kupu sendiri belum ada, padahal informasi tentang keberadaan kupu-kupu ini sangat penting sebagai upaya konservasi kupukupu di Kalimantan Tengah, khususnya di kawasan Arboretum Nyaru Menteng, Palangka Raya. Penelitian ini bersifat deskriptif. Penekanan pada penelitian ini adalah mengidentifikasi kupu-kupu, sehingga diharapkan hasil dari penelitian ini nantinya dapat mengetahui nama spesies dari kupu-kupu tersebut Gambar 2.6. Bagan Kerangka Konseptual

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kupu-kupu Menurut Borror dkk (1992) klasifikasi kupu-kupu adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Subkelas : Pterygota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu 2.1.1 Taksonomi Kupu-kupu termasuk kedalam kelas serangga (insekta) yang memiliki ciri tubuh beruas-ruas dan memiliki tiga pasang kaki. Sebagai anggota

Lebih terperinci

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2 ISSN 2580-5703 KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1 Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2 Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Univrsitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna. Flora dan fauna tersebut tersebar luas di Indonesia baik di

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU A. Keanekaragaman Keanekaragaman diartikan sebagai jumlah total spesies dalam suatu area tertentu atau dapat dijelaskan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU 2.1 Metamorfosis Metamorfosis adalah suatu proses biologi dimana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Proses ini melibatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kupu-kupu Famili Nymphalidae Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae.

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-Kupu Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang masuk ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata lepis yang berarti sisik dan pteron yang berarti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea 20 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan ekosistem. Biodiversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau di Yogyakarta Open space atau ruang terbuka menurut William, et al. (1969), merupakan suatu daerah hijau yang relatif tidak berkembang dan disediakan dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas akhir ini diperoleh dari : Literature, sumber dan data melalui buku tentang kupu-kupu seperti (Kupukupu dan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan alam semesta salah satunya adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan. Baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Semuanya hidup saling ketergantungan.

Lebih terperinci

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 17-147 KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013 The Diversity Diurnal Buterfly (Sub Ordo: Rhopalocera) Complex in The

Lebih terperinci

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan sayapnya ditutupi oleh sisik. Sayap berupa membran yang ditutupi oleh sisik. Imago Lepidoptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Kupu-kupu Pieridae Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu Pieridae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycanidae dan Hesperiidae. Kupu-kupu famili

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk juga keanekaragaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam yang diciptakan Allah SWT ini sungguh penuh rahasia, rahasia tersebut hanya dapat diketahui dengan ilmu, karena ilmu tiada tepinya. Kehidupan di ibaratkan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversitas atau keanekaragaman makhluk hidup termasuk salah satu sumber daya lingkungan dan memberi peranan yang penting dalam kestabilan lingkungan. Semakin tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kupu-Kupu

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kupu-Kupu 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kupu-Kupu Kupu-kupu termasuk dalam ordo Lepidoptera yang memiliki ciri bentuk dewasanya mempunyai dua pasang sayap yang ditutupi dengan bulu-bulu atau sisik. Bentuk tubuh kupu-kupu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran besar dan memiliki warna sayap yang menarik sehingga sering diambil dari alam untuk dijadikan

Lebih terperinci

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP TAMAN KUPU-KUPU

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP TAMAN KUPU-KUPU BAB II PEMAHAMAN TERHADAP TAMAN KUPU-KUPU Pada bab 2 akan dijelaskan mengenai tinjauan teori dari judul, yakni pemahaman terhadap taman dan pemahaman terhadap taman kupu-kupu. Data bersumber dari pustaka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

JMSC Tingkat SD/MI2017

JMSC Tingkat SD/MI2017 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang (X)abjad jawaban pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Pada sore hari jika kita menghadap pada matahari, bayangan tubuh kita tampak lebih...

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Lepidoptera adalah serangga bersayap yang tubuhnya tertutupi oleh sisik (lepidos = sisik, pteron = sayap) (Kristensen 2007). Sisik pada sayap kupu-kupu mengandung pigmen yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu kupu adalah kelompok serangga yang termasuk ke dalam bangsa Lepidotera, yang berarti mempunyai sayap bersisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 155.000 spesies

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

SATU. Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung

SATU. Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung SATU Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung Indonesia dengan julukan zamrud khatulistiwa adalan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman fauna dan flora terbesar setelah Brasil. Keindahan hutan hujan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram SP-011-00 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 5-57), Vol 1(1) 016: 5-60 Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Dalam rangka memecahkan masalah yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Sebagai Vektor Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Arboretum Nyaru Menteng, (Gambar 4.6). Adapun deskripsinya sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Arboretum Nyaru Menteng, (Gambar 4.6). Adapun deskripsinya sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penangkapan kupu-kupu dilakukan pada empat lokasi yang berbeda, di kawasan Arboretum Nyaru Menteng, (Gambar 4.6). Adapun deskripsinya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom Phyllum : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25- I. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2013 Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya. T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya. T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu raja helena. Klasifikasi kupu-kupu T. helena adalah sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Ketinggian wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 215 Kecamatan Jumantono memiliki ketinggian terendah 3 m dpl

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Mega Biodiversity yang kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut Asti, (2010, hlm. 1) bahwa Diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Ekosistem Daratan Kebanyakan bioma darat dinamai sesuai ciri fisik atau iklim utama dan vegetasi dominan di bioma tersebut. Pada kenyataanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah,

BAB I PENDAHULUAN. golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insekta atau serangga yang termasuk dalam filum Arthropoda merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah, serangga melebihi semua hewan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Ngengat meletakkan telur di atas permukaan daun dan jarang meletakkan di bawah permukaan daun. Jumlah telur yang diletakkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci