HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DAN SUHU MAKANAN DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DI RSUD dr.drajat PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DAN SUHU MAKANAN DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DI RSUD dr.drajat PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG BANTEN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DAN SUHU MAKANAN DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DI RSUD dr.drajat PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG BANTEN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Gizi Diajukan Oleh : NADYA RAHMI PURNITA G2B PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN

2 2

3 3

4 4

5 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan, kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, atas terselesaikan skripsi ini yang berjudul Hubungan Waktu Tunggu dan Suhu Makanan dengan Daya Terima di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten. Terselesainya skripsi ini tidak lepas dari peran banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak antara lain : 1. RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten yang sudah mengijinkan untuk melakukan penelitian dilingkungan rumah sakit. 2. Kepala Instalasi Gizi dan Staff RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten. 3. Ibu Ir. Agustin Syamsianah, M. Kes selaku Ketua Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. 4. Bapak Dr. Ali Rosidi, SKM, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Kartika Nugraheni, S.Gz, M.Gz selaku dosen pembimbing II. 5. Seluruh Dosen Gizi yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan dan staff Program Studi Gizi yang telah bantuan selama penulis menimba ilmu dan berada di lingkungan kampus. 6. Orang tua serta seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik materil maupun spiritual selama pembuatan skripsi. 7. Rekan satu angkatan Program Studi S1 Ilmu Gizi tahun 2012 dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih ada kekurangan. Harapan penulis semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semarang, 27 Desember 2016 Penulis 5

6 HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DAN SUHU MAKANAN DENGAN DAYA TERIMA MAKANAN DI RSUD dr.drajat PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG BANTEN Nadya Rahmi Purnita 1, Ali Rosidi 2, Kartika Hugraheni 3 1,2,3 Program Studi SI Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. nadya.rahmi.purnita.unimus@gmail.com 1, alirhesa@yahoo.co.id 2, kn.nugraheni@gmail.com 3 Lamanya waktu tunggu makanan yang telah matang dapat menyebabkan penurunan suhu pada makanan saat disajikan kepada pasien. Bila suhu pada makanan menurun memungkinkan bakteri dapat berkembang biak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan waktu tunggu dan suhu makanan dengan daya terima makanan pasien. Jenis penelitian observasi dengan menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan desain crosss sectional. Populasi sampel seluruh pasien dewasa di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten yang tidak sedang menjalani diet dan sampel dipilih dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditentukan. Analisis data menggunakan uji statistik kolerasi spearmans. Dari total sampe sebanyak 43 orang 77% berusia tahun, perempuan 60.5%. Rata-rata waktu tunggu makan 73 menit dengan SD 8.03, suhu makanan C dengan nilai SD Tidak ada hubungan antara waktu tunggu makanan dengan daya terima makanan Pvalue > 0.05 (P = 0.914). Tidak ada hubungan antara suhu makanan dengan daya terima makanan Pvalue >0.05 (P = 0.914). Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara waktu tunggu dengan daya terima makanan dan suhu makanan dengan daya terima makanan di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten. Kata Kunci : Daya Terima Makanan, Suhu Makanan, Waktu Tunggu 6

7 THE CORRELATION BETWEEN HOLDING TIME AND FOOD TEMPERATURE TO FOOD ACCEPTANCE IN RSUD dr.drajat PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG BANTEN Nadya Rahmi Purnita 1, Ali Rosidi 2, Kartika Hugraheni 3 1,2,3 Study Program of Nutrition Science Faculty of Nursing and Health University of Muhammadiyah Semarang nadya.rahmi.purnita.unimus@gmail.com 1, alirhesa@yahoo.co.id 2, kn.nugraheni@gmail.com 3 ABSTRACT The lenght of holding time of cooked foods can cause a drop in temperature when food is served to patients. the aim of this research is between determine the correlation of holding time and food temperature to the food acceptance of patients. This is an observational analytic research with descriptive analytic research with crosss sectional design. The sampels were adult patients in the hospital dr.drajat Prawiranegara Serang Banten, who that were not receive diet food, and the sample was selected acording the inclusion and exclusion criteria have been determined. Data analyzed using Spearman test. Test From the total of 43 people 77% of them were years old, 60.5% were women. The average holding time was SD 8.0±73 minutes, the temperature of the food C with SD value of 1,714. There is no correlation between the holding time with the food acceptability with Pvalue 0.05 (Pvalue = 0.914). there is no correlation between food temperature with the food acceptability with Pvalue 0.05 (P = 0.914). The results show no correlation between holding time with the food acceptability and between food temperature to food acceptability in hospitals dr.drajat Prawiranegara Serang district, Banten. Keywords: Acceptance Food, Food Temperature, Holding Time 7

8 DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Halaman Pengesahan... Halaman Pengesahan Orisinilitas... Kata Pengantar... i ii iii iv v Ringkasan... vi Abstrack... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Bagi Masyarakat Manfaat Bagi Institusi Manfaat Bagi Ilmu Originalitas Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daya Terima Makanan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Terima Makanan Waktu Tunggu Makanan Suhu Makanan Kerangka Teori Kerangka Konsep Hipotesis

9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel dan Besar Sampel Sampel Besar Sampel dan Tenik Pengambilan Sampel Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Definisi Oprasional Teknik Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Instrumen Penelitian Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan Data Analisi Data Analisis Univariat Analisis Bivariat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Gambaran Karakteristik Responden Gambaran Waktu Tunggu Makanan Gambar Suhu Makanan Gambaran Daya Terima Makanan Hubungan Waktu Tunggu Makanan Dengan Daya Terima Makanan Hubungan Suhu Makanan Dengan Daya Terima Makanan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran 9

10 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian... 3 Tabel 3.1 Tabel Definisi Oprasional Tabel 4.1 Karakteristik Responden Tabel 4.2 Jam Makanan Matang dan Distribusi Tabel 4.3 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Pertama Tabel 4.4 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Kedua Tabel 4.5 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Ketiga Tabel 4.6 Gambaran Suhu Makanan Hari Pertama Tabel 4.7 Gambaran Suhu Makanan Hari Kedua Tabel 4.8 Gambaran Suhu Makanan Hari Ketiga Tabel 4.9 Daya Terima Berdasarkan Penampilan Makanan Pokok Tabel 4.10 Daya Terima Berdasarkan Penampilan Makanan Lauk Hewani Lauk Nabati Tabel 4.11 Daya Terima Berdasarkam Penampilan Makanan Sayur Tabel 4.12 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Pokok Tabel 4.13 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Lauk Hewani Lauk Nabati Tabel 4.14 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Sayur Tabel 4.15 Analisis Hubungan Antara Waktu Tunggu Makanan Dengan Daya Terima Tabel 4.16 Analisis Hubungan Antara Suhu Makanan Dengan Daya

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Teori Gambar 1.2 Kerangka Konsep

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian Surat Persetujuan Ijin Penelitian Persetujuan Menjadi Responden Identitas Responden Kuesioner Jam Distribusi Makan Rumah Sakit Daftar Menu Saat Penelitian Siklus Menu Rumah Sakit Hasil Olah SPSS 12

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi (Depkes 2013). Penyelenggaraan makanan di rumah sakit bertujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas dan layak bagi pasien. Makanan harus memenuhi kebutuhan gizi, selera atau cita rasa dan untuk mempertahankan status gizi pasien yang optimal untuk mempercepat proses penyembuhan (Yunita, 2014). Menurut Palacio dan Theis (2009) tujuan utama dari penyelenggaraan makanan adalah menyajikan makanan agar konsumen merasa puas. Penyelenggaraan makanan institusi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat. Apabila manajemen pengelolaan gizi institusi baik maka pangan yang tersedia bagi seseorang atau sekelompok orang dapat tercukupi dengan baik pula (Ilmi Nurul, 2014). Suhu makanan adalah tingkat panas dari hidangan makanan yang disajikan (Kurniah, 2010). Dalam penyajian makanan yang telah dimasak harus disajikan kepada pasien tepat pada waktunya tidak boleh terlalu terlambat atau terlalu awal, sehingga dapat menyebabkan suhu makanan berubah dan dapat mempengaruhi selera makan pasien (Halek Adek, 2012). Daya terima makanan pasien berpengaruh pada status gizi pasien. Rendahnya daya terima makanan pasien ini akan berdampak buruk bagi status gizi pasien dan kesembuhan pasien (Uyami, 2012). Terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap diduga karena mutu dan jenis makanan yang disajikan dirumah sakit berbeda dengan yang disajikan di rumah, seperti cara makanan 13

14 dihidangkan, tempat makanan dan waktu makan. Supaya makanan yang disajikan oleh rumah sakit dapat dikonsumsi oleh pasien maka perlu adanya kerjasama antara ahli gizi dan perawat rumah sakit untuk memotivasi pasien dan ada peran serta dari keluarga pasien untuk tidak memberikan makanan dari luar rumah sakit (Nuryati, 2008). RSUD dr.drajat Prawiranegara merupakan salah satu rumah sakit umum daerah di Kota Serang yang mempunyai sistem penyelenggaraan makanan untuk pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di RSUD dr. Drajat Prawiranegara, maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan antara waktu tunggu dan suhu makanan terhadap daya terima makanan di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas apakah terdapat hubungan antara waktu tunggu dan suhu makanan terhadap daya terima makanan di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten 1.3.Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara waktu tunggu dan suhu makanan terhadap daya terima makanan di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten Tujuan Khusus Mendeskripsikan waktu tunggu makanan Mendeskripsikan suhu makanan Mendeskripsikan daya terima makanan Menganalisis hubungan antara waktu tunggu terhadap daya terima makanan Menganalisis hubungan antara suhu makanan terhadap daya terima makanan 14

15 1.4.Manfaat Penelitian Manfaat Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai sarana pendidikan gizi bagi masyarakat tentang daya terima makanan dirumah sakit Manfaat Bagi Institusi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan untuk pihak rumah sakit dalam sistem penyelenggaraan makanan di instalasi gizi yang berkaitan dengan waktu tunggu, suhu makanan dan daya terima makan pasien di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten Manfaat Bagi Ilmu Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan kajian-kajian ilmiah terkait sistem pelayanan makanan institusi dengan daya terima makanan pasien dirumah sakit. 1.5.Originalitas Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Nama Penelitian 1. Yuliana Adek Halek, Farissa Fatimah, Yeni Prawiningdyah Judul Penelitian Ketepatan jam distribusi dan asupan makan pada pasien dengan diet nasi di rumah sakit umum daerah Atambua Tahun Penelitian Variabel Penelitian 2012 Variabel bebas: ketepatan jam distribusi dan asupan makan. Variabel terikat: diet nasi di RSUD Atambuan. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan Ada hubungan antara ketepatan jam distribusi dan asupan makan pada pasien dengan diet nasi di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua 15

16 No Nama Penelitian Judul Penelitian 2. Puji Nuryati, Margo Utomo, Mifbakhuddin 3. R.B Purba, Grace Kandou,Alfa C. Laode Hubungan antara waktu penyajian, penampilan dan rasa makanan dengan sisa makanan pada pasien rawat inap dewasa di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien pada penyelenggara an makanan di Blu Irina C RSU Pusat Prof.DR.R.D. Kandao Manado Tahun Penelitian Variabel Penelitian 2008 Varibel bebas: waktu penyajian, penampilan dan rasa makanan Varibel terikat: sisa makanan 2013 Variabel bebas: menu makanan, ketepatan waktu penyajian, cara penyajian dan makanan Varibel terikat: dengan tingkat kepuasan Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara waktu penyajian dengan sisa makanan, tidak ada hubungan antara penampilan dengan sisa makanan dan ada hubungan antara rasa makanan dan sisa makanan Hasil penelitian menunjukkan pasien merasa puas dengan penyekenggaraan makanan di rumah sakit, terdapat 27.0% pasien merasa tidak puas dengan variasi menu, 43% merasa tidak puas dengan ketepatan waktu penyajian makanan dan 36% pasien merasa tidak puas dengan ketepatan waktu penyajian makanan. 16

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Terima Daya terima makan adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan makanan yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya (Kurnia, 2010). Daya terima makanan secara umum dapat dilihat dari jumlah makanan yang dikonsumsi dan daya terima makanan juga dapat dinilai dari jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi (Nur Chalida, 2012) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Terima Makanan Faktor yang mempengaruhi daya terima makanan dibagi menjadi dua yaitu : 1. Faktor Internal Faktor yang berasal dari diri individu yang meliputi : a. Nafsu Makan Nafsu makan biasanya dipengaruhi oleh keadaan kondisi seseorang. Pada umumnya bagi seseorang yang sedang dalam keadaan sakit, maka nafsu makannya akan menurun. Demikian pula sebaliknya, bagi seseorang dalam keadaan sehat, maka nafsu makannya akan baik. b. Kebiasaan Makan Kebiasaan makan konsumen dapat mempengaruhi konsumen dalam menghabiskan makanan yang disajikan. Bila makanan yang disajikan sesuai dengan kebiasaaan makan konsumen, baik dalam susunan menu maupun besar porsi, maka pasien cenderung dapat menghabiskan makanan yang disajikan. Sebaliknya bila tidak sesuai dengan kebiasaan 17

18 makan individu maka akan dibutuhkan waktu untuk penyesuaian (Mukrie, 1990). c. Rasa Bosan Rasa bosan biasanya timbul bila konsumen mengkonsumsi makanan yang sama secara terus menerus atau mengkonsumsi makanan yang sama dalam jangka waktu yang pendek, sehingga sudah hafal dengan jenis makanan yang disajikan.rasa bosan juga dapat timbul bila suasana lingkungan pada saat makan tidak berubah. Untuk mengurangi rasa bosan tersebut selain meningkatkan variasi menu juga perlu adanya perubahan suasana lingkungan pada saat makan (Moehyi, 1992). 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu faktor makanan yang disajikan terutama yang menyangkut dengan kualitas makanan yang terdiri dari cita rasa makana. Cita rasa terjadi karena adanya rangsangan terhadap berbagai indra didalam tubuh manusia, terutama indra penglihatan, indra penciuman dan indra pengecapan. Makanan yang mempunyai cita rasa tinggi adalah makanan yang disajikan dengan tampilan menarik, mempunyai bau yang sedap dan mempunyai rasa yang lezat (Winarno, 1992). Cita rasa makanan terdiri dari penampilan makanan saat dihidangkan, rasa makanan saat dimakan, cara penyajian (Moehyi, 1992). A. Penampilan Penampilan makanan terdiri dari : a. Warna Warna makanan memegang peran utama dala penampilan makanan, warna makanan yang menarik 18

19 dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa pada makanan. Oleh sebab itu dalam penyelenggaraan makanan harus mengetahui prinsip-prinsip dasar untuk mempertahankan warna makanan yang alami, baik dalam bentuk teknik memasak maupun dalam penanganan makanan yang dapat mempengaruhi warna makanan (Arifiati, 2000). b. Bentuk Untuk membuat makanan menjadi lebih menarik biasanya disajikan dalam bentuk-bentuk tertentu. Bentuk makanan yang menarik akan memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan (Aula Ellizabet, 2011) Bentuk makanan tertentu yang disajikan dapat membuat makanan menjadi lebih menarik saat disajikan (Moehyi, 1992) beberapa macam bentuk makanan yang disajikan seperti : 1. Bentuk yang sesuai dengan bentuk asli bahan makanan, seperti ikan yang sering disajikan lengkap dengan bentuk aslinya. 2. Bentuk yang menyerupai bentuk asli, tetapi bukan bahan makanan yang utuh seperti ayam kodok yang dibuat menyerupai ayam. 3. Bentuk yang diperoleh dengan cara memotong bahan makanan dengan teknik tertentu atau mengiris bahan makanan dengan cara tertentu 4. Bentuk yang disajikan khusus seperti bentuk nasi tumpeng atau bentuk lainnya yang khas. 19

20 c. Tekstur atau Konsistensi Makanan Tektur atau konsistensi makanan berkaitan dengan struktur makanan yang dirasakan saat didalam mulut. Tekstur makanan meliputi rasa daging, keempukan dan tingkat kekerasan makanan yang dapat dirasakan oleh indra pengecapan (Puji, 2008). Tekstur makanan mempengaruhi penampilan makanan yang dihidangkan. Tekstur dan konsistensi suatu bahan makanan dapat mempengaruhi penampilan makanan yang akan dihidangkan (Kurniah, 2010) d. Porsi Makanan Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan sesuai kebutuhan setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan makan. Porsi makanan yang terlalu besar atau terlalu kecil dapat mempengaruhi penampilan makanan (Tatik, 2004) B. Rasa Makanan Rasa makanan ditimbulkan oleh adanya rangsangan terhadap berbagai indra didalam tubuh manusia, terutama indra penglihatan, indra penciuman dan indra pengecapan (Puji, 2008). Beberapa komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan adalah aroma, bumbu, tekstur, tingkat kematangan dan suhu makanan. a. Aroma Aroma makanan adalah aroma yang disebarkan oleh makanan yang mempunyai daya tarik yang kuat dan merangsang indra penciuman sehingga dapat membangkitkan selera (Nida, 2011). 20

21 b. Bumbu Masakan Bumbu masakan adalah bahan yang ditambahkan dengan maksud untuk mendapatkan rasa yang enak dan khas dalam setiap pemasakan (Nida, 2011). Berbagai macam rampah-rampah dapat digunakan sebagai bumbu makanan untuk memberikan rasa pada makanan, seperti cabai, bawang merah, bawang putih dan sebagainya. c. Tingkat Kematangan Tingkat kematangan mempengaruhi cita rasa makanan. Makanan yang empuuk dapat dikunyah dengan sempurna dan akan menghasilan senyawa yang lebih banyak yang berarti intensitas rangsangan menjadi lebih tinggi. Kematangan makanan selain ditentukan oleh mutu bahan makanan juga ditentuka oleh cara memasak (Moehyi,1992). d. Suhu Makanan Suhu makanan adalah tingkat panas dari hidangan yang disajikan (Kurniah, 2010). Sensitivitas terhadap rasa berkurang bila suhu dibawah 20 0 C atau diatas 30 0 C. Makanan yang terlalu panas dapat membakar lidah dan merusak kepekaan pengecapan, sedangkan makanan yang dingin dapat membius pengecapan sehingga tidak peka lagi (Winarno,1992). C. Penyajian makanan Penyajian makanan merupakan faktor penentu dalam penampilan hidangan yang disajikan. Ada tiga pokok penting yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan yaitu pemilihan alat yang digunakan, cara penyusunan makanan dan penghias hidangan (garnish (Lumbantoruan, 2012). 21

22 Hal ini harus diperhatikan karena penampilan makanan yang menarik waktu disajikan akan merangsang indra terutama indra penglihatan yang berhubungan dengan cita rasa makanan (Moehyi,1992). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan yaitu : a. Pemilihan alat yang digunakan untuk menyajikan makanan, seperti piring manguk atau tempat penyajian makanan khusus lain. Alat yang digunakan harus sesuai dengan volume makanan yang disajikan. b. Cara menyusun makanan dalam tempat penyajian makanan. c. Penghiasan hidangan, memilih hiasan untuk hidangan agar lebih menarik memerlukan keahlian dan seni tersendiri Waktu Tunggu Makanan Waktu tunggu makanan merupakan jarak waktu antara makanan yang telah selesai diolah di Instalasi Gizi hingga saat disajikan ke pada pasien diruang rawat inap (Yunita Atiq, 2014). Dalam penyajian makanan yang telah dimasak harus disajikan kepada pasien tepat pada waktunya tidak boleh terlalu terlambat atau terlalu awal, sehingga dapat menyebabkan suhu makanan berubah dan dapat mempengaruhi selera makan pasien (Halek Adek, 2012). Pada pemberian makanan yang tidak sesuai dengan jam makan maka makanan yang sudah siap akan mengalami waktu tunggu, sehingga pada saat makanan akan disajikan ke pasien makanan menjadi tidak menarik karena mengalami perubahan suhu makanan (Lumbantoruan, 2012). Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan dan 22

23 menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan (Kemenkes, 2014). Menurut (Halek Adek, 2012) Faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pada makanan berkaitan dengan jumlah tenaga distribusi makanan di rumah sakit, adanya penambahan jumlah pasien sehingga dapat mempengaruhi ketepatan waktu distribusi sehingga proses produksi makanan di instalsi gizi akan mengalami penambahan waktu. Standar waktu penyajian di RSUD dr.drajar Prawiranegara Kabupaten Serang untuk makan pagi jam 07.00, snack pagi jam 10.00, makan siang jam snack sore jam makan sore Suhu Makanan Suhu adalah tingkat panas dari hidangan yang disajikan. Suhu makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan mengurangi sensitifitas syaraf terhadap rasa makanan (Fatimah, 2008). Suhu makanan pada waktu disajikan mempunyai peran penting dalam menentukan cita rasa makanan, Makanan sebaiknya dihidangkan dalam keadaan panas/hangat terutama makanan yang dapat memancarkan aroma yang sedap (Atmanegara, 3013). Perbedaan suhu makanan akan menyebabkan perbedaan rasa, makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan sangat mengurangi sensitivitas syaraf pengecapan terhadap rasa. Suhu makanan juga mempengaruhi daya terima seseorang terhadap makanan yang disajikan sesuai dengan cuaca atau lingkungan (Puji, 2008). Suhu pada makanan dibedakan menurut jenis perlakuannya, menurut (PGRS, 2013) makanan kering disimpan dalam suhu kamar C, 23

24 makanan basah (berkuah) harus segera disajikan pada suhu diatas 60 0 C, makanan disajikan dingin disajikan dengan suhu 5 0 C-10 0 C. Menurut (Kemenkes, 2003) penyimpanan makanan yang terolah seperti makanan dengan kemasan tertutup disimpan dalam suhu ±10 0 C, makanan yang sudah jadi seperti makanan yang cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu -5 0 C sampai -1 0 C, makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas yaitu C atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin 4 0 C atau kurang. Faktor yang mempengaruhi suhu makanan yaitu ketika makanan matang makanan tidak ditempatkan pada tempat atau alat khusus yang dapat mempertahankan suhu makanan yang sudah matang (Yunita Atiq, 2014). 2.4 Kerangka Teori Faktor Internal : - Nafsu Makan - Kebiasaan Makan - Rasa Bosan Daya Terima Faktor Eksternal : - Penampilan Makanan - Rasa Makanan - Suhu - Penyajian - Makanan - Waktu Tunggu Gambar 1.1 Kerangka teori 24

25 2.5 Kerangka Konsep Suhu Waktu Tunggu Daya Terima Makanan Gambar 1.2 Kerangka konsep 2.6 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara waktu tunggu makanan dengan daya terima makanan di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang 2. Ada hubungan antara suhu makanan dengan daya terima makanan di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kebupaten Serang 3. Ada hubungan antara waktu tunggu dan suhu makanan dengan daya terima makanan di RSUD dr.drajat Prawiranegara kabupaten Serang 25

26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini termaksud penelitian observasi dengan menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan desain crosss sectional dimana data setiap subjek penelitian dalam waktu yang sama Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Juli Populasi dan Sampel Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rumah sakit di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten dengan bentuk makanan biasa tanpa diet Sampel dan Besar sampel Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah pasien kelas 2 dan 3 diruang rawat inap RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Banten yang tidak sedang menjalankan diet dari rumah sakit. 26

27 Besar dan Teknik Pengambilan Sempel Besar sampel ditentukan dengan rumus estimasi proposi (Lameshow, 1990 dalam Notoatmodjo) yaitu : Keterangan : n = Besar sampel = Nilai Z pada derajat kemakanaan 95% = 1,96 P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, 50% (0,50) d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 5% (0,05). Ditambah 10% = = 43 sampel Berdasarkan perhitungan jumlah responden yang dibutuhkan adalah 39 responden, penambahan 10% dilakukan untuk mencegah adanya kekurangan responden jika ada responden yang tidak bisa mengikuti penelitian, sehingga menjadi 43 responden. Cara pengambilan sampel menggunakan konsekutif sampling. Teknik pengambilan sampel berdasarkan dengan kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebagai berikut : Kriteria Inklusi yaitu : Pasien dewasa usia tahun Tidak sedang menjalani diet khusus dari rumah sakit 27

28 Sudah mendapat perawatan dan pelayanan dari rumah sakit kurang lebih selama tiga hari penuh Bersedia untuk dijadikan sampel penelitian Kriteria Ekslusi yaitu : Perubahan bentuk makanan atau diet 3.4. Variabel Penelitian Variabel Bebas Vaiabel bebas yaitu waktu tunggu dan suhu makanan Variabel Terikat Variabel terikat yaitu daya terima makanan 3.5. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Oprasional No. Variabel Definisi Oprasional Instrumen satuan Skala 1. Waktu Waktu tunggu Stopwach Jam/Menit Rasio tunggu merupakan jarak makanan waktu antara makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan sayur yang telah selesai diolah di Instalasi Gizi hingga saat disajikan ke pada pasien diruang rawat inap. jarak waktu yang baik saat makanan matang yaitu tidak lebih dari 4 2. Suhu Makanan jam. Suhu adalah tingkat panas dari hidangan yang disajikan. Batas suhu untuk makanan yang akan disajikan yaitu <4 0 C dan >60 0 C Thermometer makanan Derajat Celcius Ordinal 28

29 3. Daya Terima makanan Daya terima makan adalah kemampuan seseorang untuk menghabiskan makanan yang disajikan sesuai dengan kebutuhan. Kuesioner. Persentase (%) Rasio 3.6. Teknik Pengumpulan Data Data Primer Data primer merupakan data umum yang diperoleh secara langsung. Data primer yang dikumpulkan meliputi : a. Data waktu tunggu makan. b. Data suhu makanan didapatkan dengan mengukur pada waktu makanan matang. c. Data daya terima makanan dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner Data Sekunder Data sekunder merupakan data penunjang atau data pendukung dari data primer yang meliputi : a. Identitas pasien meliputi nama, usia, alamat, jenis makanan. b. Data penyelenggaraan makanan meliputi standar makanan, satandar porsi, menu dan gambaran umum lokasi penelitian dan profil rumah sakit Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Formulir persetujuan penelitian 2. Formulir identitas peserta penelitian 3. Kuesioner daya terima makanan 4. Stopwatch 5. Thermometer suhu makanan 29

30 3.8. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data 1) Daya terima makan Data daya terima diperoleh dari : a. Penampilan Makanan - Aspek penampilan makanan (warna, bentuk, konsistensi, besar porsi dan cara penyajian). Keterangan : Skor total setiap waktu makan = hasil penjumlahan skor peraspek untuk setiap waktu makan pagi / siang / malam, untuk snack tiap waktu pagi / malam. Nilai maksimal skor = maksimal skor untuk kelompok makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah pada masing-masing waktu makan yaitu 18 poin Kategori total penampilan makanan : 1. Kurang segar / menarik / sesuai, jika jumlah skor <60% 2. Cukup segar / menarik / sesuai, jika jumlah skor 60%-80% 3. Segar / menarik / sesuai, jika jumlah skor 80% (Lumbantoruan, 2012). 30

31 b. Rasa Makanan - Aspek rasa makanan (aroma, bumbu, keempukan, tingkat kematangan dan suhu) Keterangan : Skor total setiap waktu makan = hasil penjumlahan peraspek untuk setiap waktu makan pagi / siang / malam, untuk snack tiap waktu pagi / malam Nilai maksimal skor = Maksimal skor untuk kelompok makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah dan snack pada makan pagi atau siang yaitu pagi dan siang skor maksimal 18 namun untuk makan malam atau (tidak ada snack) maksimal skor poin 15. Kategori total penampilan makanan : 1. kurang sedap / enak / hangat / sesuai / matang, jika jumlah skor <60% 2. Cukup sedap / enak / hangat / sesuai / matang, jika jumlah skor 60%-80% 3. Sedap / enak / hangat / sesuai / matang, jika jumlah skor 80% (Lumbantoruan, 2012). 31

32 2) Suhu makanan Pengukuran suhu makanan dimulai dari makanan matang hingga di distribusikan ke ruang rawat inap pasien, makanan diukur suhunya menggunakan thermometer makanan kemudian dicatat pada masing-masing jenis makanan yaitu makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan sayur. Pengukuran suhu makanan menggunakan sampel makanan, sampel makanan yang digunakanan sesuai dengan menu yang diberikan kepada pasien. Suhu aman untuk makanan matang yaitu <4 0 C sampai >60 0 C (Yunita Atiq, 2014). 3) Waktu tunggu makanan Pengukuran waktu tunggu makanan dengan cara pencatatan makanan pertama kali makanan matang sampai di distribusikan ke ruang rawat inap pasien. Pencatatan makanan dilakukan pada masing-masing jenis makanan yaitu makanan pokok,lauk hewani, lauk nabati dan sayur, pencatatan waktu dilakukan selama 3 hari dengan waktu pengamatan pada makan pagi, siang dan sore. Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data untuk mempermudah analisis data. Data yang diolah kemudian dianalisis dengan pengolahan sebagai berikut: a. Editing Editing dilakukan dengan cara pengecekan dan perbaikan data yang telah diperoleh meliputi kelengkapan pengisian dan dapat dibaca dengan baik serta relevan. b. Coding Coding memberikan kode pada setiap jawaban yang menyangkut variabel dari daya terima makanan pada taruna. c. Tabuling Data yang didapatkan dari hasil diolah secara manual dan komputerisasi (SPSS). 32

33 Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik subjek penelitian yaitu identitas sampel dan penilaian terhadap daya terima makanan. Disajikan dengan suhu dan waktu tunggu makanan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskritif Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variable, yaitu satu variable bebas waktu tunggu dan suhu makanan dan variabel terikat yaitu daya terima makanan menggunakan uji kenormalan, apabila data berdistribusi normal maka menggunakan uji korelasi person dan jika data berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji korelasi sperman Uji Kenormalan Uji kenormalan dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji yang digunakan dalam analisis bivariat. Uji kenormalan data dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov-Z. Data dikatakan berdistribusi normal maka nilai p-value lebih besar dari 0,05 (pvalue > 0,05), sedangakan nilai p-value 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. 33

34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang sebelumnya bernama RSUD Kabupaten Serang yang merupakan Rumah Sakit kelas B non Pendidikan sebagai pusat rujukan rumah sakit sewilayah 1 Provinsi Banten yang mencangkup Kabupaten Lebak, Pandeglang, Kabupaten Serang, Kota Serang serta Kota Cilegon dituntut untuk dapat melakukan pelayanan profesional. Bukti berdirinya RSUD Serang yaitu adanya prasasti atau batu pertama yang diletakan pada dinding poli klinik oleh Raden Ajoe Toemenggoeng Djajadiningrat dengan menggunakan Bahasa Belanda pada tanggal 20 Agustus Pada tahun 2014 RSUD Kabupaten Serang berubah nama menjadi RSUD dr.drajat Prawiranegara sesuai dengan peraturan Daerah Kabupaten Serang No.12 Tahun RSUD dr.drajat Prawiranegara berlokasi di JL.Rumah Sakit No.1 Kota Serang Banten. Fasilitas pelayanan yang dimiliki RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang terdiri dari 20 pelayanan rawat jalan, 14 pelayanan penunjang medik, 19 ruang rawat inap, 412 tempat tidur, 43 dokter sperialis, 22 dokter umum dan gigi. 4.2 Gambaran Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini berjumlah 43 orang sesuai dengan kriteria inklusi, penelitian dilakukan pada pasien kelas 2 dan 3 diruang anggrek 1, dahlia 1 dan ruang wijayakusuma di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang. 34

35 Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel Kategori Jumlah N % Umur Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total Sumber : data primer yang diolah peneliti Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukan untuk umur sampel berkisar antara tahun, sebagian besar sampel (77%) berusia tahun. Jenis kelamin sampel sebagian besar perempuan (60.5%). Diagnosa medis sampel sebagaian besar adalah post.secar sebanyak 10 sampel (23.3%). 4.3 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Waktu tunggu makanan dilakukan pada saat makanan matang sampai pada pendistribusian ke ruang rawat inap pasien. Pengukuran waktu tunggu makanan dilihat dari berapa lama waktu makanan matang sampai disajikan sampai kepada pasien. Tabel 4.2 Jam Makanan Matang dan Distribusi Hari Waktu Jam Makanan Matang Hari 1 Pagi Makanan Pokok = Lauk Hewani = Lauk Nabati = Sayur = Siang Makanan Pokok = Lauk Hewani = Lauk Nabati = Sayur = Sore Makanan Pokok = Lauk Hewani = Lauk Nabati = Sayur = Jam Distribusi Makanan Ruang 1 Ruang 2 Ruang

36 Hari Waktu Jam Makanan Matang Jam Distribusi Makanan Ruang 1 Ruang 2 Ruang 3 Pagi Makanan Pokok = Lauk Hewani = Lauk Nabati = Sayur = Siang Makanan Pokok = Hari 2 Lauk Hewani = Lauk Nabati = Sayur = Sore Makanan Pokok = Lauk Hewani = Lauk Nabati = Sayur = Pagi Makanan Pokok = Lauk Hewani = Lauk Nabati = Sayur = Siang Makanan Pokok = Hari 3 Lauk Hewani = Lauk Nabati = Sayur = Sore Makanan Pokok = Lauk Hewani = Lauk Nabati = Sayur = Sumber : RSUD dr.drajat Prawiranegara Tabel 4.3 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Pertama Waktu Rata-rata Mean (SD±) Nilai Minimal Nilai Maksimal Pagi 21 menit Siang 63 menit Sore 128 menit Sumber : data primer yang diolah peneliti Tabel 4.4 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Kedua Waktu Rata-rata SD Nilai Minimal Nilai Maksimal Pagi 26 menit Siang 103 menit Sore 68 menit Sumber : data primer yang diolah peneliti 36

37 Tabel 4.5 Gambaran Waktu Tunggu Makanan Hari Ketiga Waktu Rata-rata SD Nilai Minimal Nilai Maksimal Pagi 86 menit Siang 90 menit Sore 73 menit Sumber : data primer yang diolah peneliti Berdasarkan Tabel 4.3 tabel 4.4 tabel 4.5 menunjukan bahwa ratarata sebagian besar waktu tunggu makanan responden menit. Pada tabel 4.3 waktu tunggu makanan pada sore hari yaitu 128 menit dengan menu masakan nasi putih, pindang dori, tempe masak kecap dan cah kacang panjang wortel. Waktu tunggu sore lebih lama dibandingkan dengan waktu tunggu makanan pagi dan siang hari, dikarenakan peroses pemasakan yang cepat sehingga jarak waktu makanan matang dengan waktu jam distribusi yang ditentukan dari pihak rumah sakit tidak sesuai atau lebih cepat dari jam distribusi yang sudah ditentukan yaitu jam Pada tabel 4.4 waktu tunggu makanan pada siang hari yaitu 103 menit dengan menu masakan nasi putih, fuyunghai, tahu bumbu kecap dan cah sayur tumis tiram. Waktu tunggu siang lebih lama dibandingkan dengan waktu tunggu makanan pagi dan sore hari, dikarenakan peroses pemasakan yang cepat sehingga jarak waktu makanan matang dengan waktu jam distribusi yang ditentukan dari pihak rumah sakit tidak sesuai atau lebih cepat dari jam distribusi yang sudah ditentukan yaitu jam Pada tabel 4.5 waktu tunggu makanan pada siang hari yaitu 90 menit dengan menu masakan nasi putih, telur bumbu bali, tempe bumbu kecap dan bening bayam jagung. Waktu tunggu siang lebih lama dibandingkan dengan waktu tunggu makanan pagi dan sore hari, dikarenakan peroses pemasakan yang cepat dan mudah sehingga jarak waktu makanan matang dengan waktu jam distribusi yang ditentukan dari pihak rumah sakit tidak sesuai atau lebih cepat dari jam distribusi yang sudah ditentukan yaitu jam

38 Proses penyajian makanan yang berkaitan dengan ketepatan waktu dan kondisi makanan haruslah selalu dijaga, dalam penyajian makanan yang telah dimasak harus disajikan kepada konsumen tepat pada waktunya yaitu tidak boleh disajikan terlalu lambat atau terlalu awal sehingga dapat menyebabkan suhu makanan berubah dan mempengaruhi selera makan konsumen (Halek Adek, 2012). 4.4 Gambaran Suhu Makanan Suhu makanan dilakukan pada saat makanan matang sampai pendistribusian keruang rawat inap pasien. Pengukuran suhu makanan yang dikonsumsi untuk pasien rawat inap di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang dilakukan dengan dengan cara mengukur suhu makanan menggunakan sampel makanan sampai kepada pasien. Tabel 4.6 Gambaran Suhu Makanan Hari Pertama Waktu Jenis Makanan Rata-rata SD Nilai Minimal Nilai Maksimal Pagi makanan C pokok lauk hewani C lauk nabati C sayur C Siang makanan C pokok lauk hewani C lauk nabati C sayur C Sore makanan C pokok lauk hewani C lauk nabati C sayur C Sumber : data primer yang diolah peneliti 38

39 Tabel 4.7 Gambaran Suhu Makanan Hari Kedua Waktu Jenis Makanan Rata-rata SD Nilai Minimal Nilai Maksimal Pagi makanan C pokok lauk hewani C lauk nabati C sayur C Siang makanan C pokok lauk hewani C lauk nabati C sayur C Sore makanan C pokok lauk hewani C lauk nabati C sayur C Sumber : data primer yang diolah peneliti Tabel 4.8 Gambaran Suhu Makanan Hari Ketiga Waktu Jenis Makanan Rata-rata SD Nilai Minimal Nilai Maksimal Pagi makanan C pokok lauk hewani C lauk nabati C sayur C Siang makanan C pokok lauk hewani C lauk nabati C sayur C Sore makanan C pokok lauk hewani C lauk nabati C sayur C Sumber : data primer yang diolah peneliti Berdasarkan Tabel 4.6 tabel 4.7 tabel 4.8 menunjukan bahwa ratarata sebagian besar rata-rata suhu makanan pasien selama 3 hari yaitu C. 39

40 Pada tabel 4.6 gambaran suhu makanan hari pertama, suhu makanan pada pagi hari makanan pokok C, lauk hewani C, lauk nabati C dan sayur C. pada siang hari makanan pokok C, lauk hewani C, lauk nabati C dan sayur C. pada sore hari makanan pokok C, lauk hewani C, lauk nabati C dan sayur C. rata-rata suhu pada tabel 4.5 dibawah 60 0 C. Pada suhu makanan hari pertama pagi hari dengan menu makanan pokok nasi ayam suhu menunjukan C, dimana suhu pada makanan pokok di hari pertama lebih besar dari pada suhu makan siang dan sore. Pada suhu makanan pokok di pagi hari proses pematangannya lebih lama di bandingkan dengan proses pematangan lauk lainnya yaitu pada pukul dimana waktu pematangan makanan lainnya seperti lauk hewani pukul 06.39, lauk nabati pukul 06.42, sayuran pukul jarak waktu makanan pokok matang sampai pada makanan di distribusikan ke ruang rawat inap pasien jaraknya 8 menit dengan waktu distribusi makan pagi pada pukul Pada tabel 4.7 gambaran suhu makanan hari kedua, suhu makanan pagi pada makanan pokok suhu rata-rata C, lauk hewani C lauk nabati C dan sayur C. pada siang hari makanan pokok C, lauk hewani C, lauk nabati C dan sayur C. pada sore hari makanan pokok C, lauk hewani C, lauk nabati C dan sayur C. rata-rata suhu pada tabel 4.6 dibawah 60 0 C. Pada suhu makanan hari kedua pagi hari dengan menu lauk nabati perkedel kentang suhu rata-rata menunjukan C, dimana suhu pada lauk nabati di hari kedua lebih besar dari pada suhu makan siang dan sore. Pada suhu lauk nabati di pagi hari proses pematangannya lebih cepat di bandingkan dengan proses pematangan lauk lainnya yaitu pada pukul dimana waktu pematangan makanan lainnya seperti lauk hewani pukul 05.55, makanan pokok pukul 06.00, sayuran pukul jarak waktu matang masakan lauk nabati sampai pada makanan di distribusikan 40

41 ke ruang rawat inap pasien jaraknya 35 menit dengan waktu distribusi makan pagi pada pukul Pada tabel 4.8 gambaran suhu makanan hari ketiga, suhu makanan pagi pada makanan pokok C, lauk hewani C lauk nabati C dan sayur C. pada siang hari makanan pokok C, lauk hewani C, lauk nabati C dan sayur C. pada sore hari makanan pokok C, lauk hewani C, lauk nabati C dan sayur C. rata-rata suhu pada tabel 4.7 dibawah 60 0 C. Pada suhu makanan hari ketiga sore hari dengan menu lauk hewani gelantin suhu rata-rata menunjukan C, dimana suhu pada lauk hewani di hari ketiga lebih besar dari pada suhu makan pagi dan siang. Pada suhu lauk hewani di sore hari proses pematangannya sedikit lama di bandingkan dengan proses pematangan lauk lainnya yaitu pada pukul dimana waktu pematangan makanan lainnya seperti lauk nabati pukul 15.15, makanan pokok pukul 15.25, sayuran pukul jarak waktu matang masakan lauk hewani sampai pada makanan di distribusikan ke ruang rawat inap pasien jaraknya 80 menit dengan waktu distribusi makan sore pada pukul Suhu pada makanan merupakan titik kritis yang menentukan pertumbuhan berbagai macam bakteri pada makanan, terutama pada makanan matang. Suhu aman untuk makanan yaitu 4 0 C C. Apabila suhu berkisar 4 0 C C termaksud pada danger zone dapat memungkinkan bakteri dapat berkembang biak pada makanan tersebut. Sehingga suhu pada makanan harus selalu dijaga agar kualitas makanan tidak menurun (Yunita Atiq, 2014). 4.5 Gambaran Daya Terima Makanan 41

42 Daya terima makanan pada penelitan ini untuk mengetahui kemampuan responden dalam menghabiskan makanan yang disajikan. Pengambilan data daya terima makanan pada pasien rawat inap di RSUD dr.drajat Prawiranegara Kabupaten Serang tahun 2016 dengan menggunakan kuesioner, pengambilan data dilakukan selama tiga hari. Tabel 4.9 Daya Terima Berdasarkan Penampilan Makanan Pokok Hari Pagi Siang Sore Kategori n % n % n % Tidak Segar (<60%) Hari 1 Cukup Segar (60-80%) Segar (>80%) Tidak Segar (<60%) Hari 2 Cukup Segar (60-80%) Segar (>80%) Tidak Segar (<60%) Hari 3 Cukup Segar (60-80%) Segar (>80%) Sumber : data primer yang diolah peneliti Tabel 4.10 Daya Terima Berdasarkan Penampilan Makanan Lauk Hewani Lauk Nabati 42

43 Hari Pagi Siang Sore Kategori n % n % n % Tidak Segar (<60%) Hari 1 Cukup Segar (60-80%) Segar (>80%) Tidak Segar (<60%) Hari 2 Cukup Segar (60-80%) Segar (>80%) Tidak Segar (<60%) Hari 3 Cukup Segar (60-80%) Segar (>80%) Sumber : data primer yang diolah peneliti Tabel 4.11 Daya Terima Berdasarkam Penampilan Makanan Sayur Hari Pagi Siang Sore Kategori n % n % n % Tidak Segar (<60%) Hari 1 Cukup Segar (60-80%) Segar (>80%) Tidak Segar (<60%) Hari 2 Cukup Segar (60-80%) Segar (>80%) Tidak Segar (<60%) Hari 3 Cukup Segar (60-80%) Segar (>80%) Sumber : data primer yang diolah peneliti 43

44 Berdasarkan tabel 4.9 dari penampilan makanan pokok responden selama 3 hari untuk 3x makan responden berpendapat penampilan makanan disajikan cukup segar dari makanan pagi hari pertama (41.9%) siang (51.2%) sore (55.8%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan pokok yang disajikan tidak segar yaitu makan pagi (14.0%), siang (14.0%), sore (11.6%). Pada tabel 4.10 dari penampilan makanan lauk hewani dan nabati selama 3 hari untuk 3x makan responden berpendapat penampilan makanan disajikan cukup segar dari makanan pagi hari pertama (48.8%) siang (53.5%) sore (55.8%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan pokok yang disajikan tidak segar yaitu makan pagi (7.0%), siang (11.6%), sore (11.6%). Pada tabel 4.11 dari penampilan makanan sayuran selama 3 hari untuk 3x makan responden berpendapat penampilan makanan disajikan cukup segar dari makanan pagi hari pertama (51.2%) siang (51.2%) sore (51.2%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan pokok yang disajikan tidak segar yaitu makan pagi (14.0%), siang (16.3%), sore (9.3%). 44

45 Tabel 4.12 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Pokok Hari Pagi Siang Sore Kategori n % n % n % Tidak sedap (<60%) Hari 1 cukup sedap (60-80%) sedap (>80%) Tidak sedap (<60%) Hari 2 cukup sedap (60-80%) sedap (>80%) Tidak sedap (<60%) Hari 3 cukup sedap (60-80%) sedap (>80%) Sumber : data primer yang diolah peneliti Tabel 4.13 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Lauk Hewani Lauk Nabati Hari Hari 1 Hari 2 Hari 3 Kategori Tidak sedap (<60%) cukup sedap (60-80%) sedap (>80%) Tidak sedap (<60%) cukup sedap (60-80%) sedap (>80%) Tidak sedap (<60%) cukup sedap (60-80%) sedap (>80%) Pagi Siang Sore n % n % n %

46 Tabel 4.14 Daya Terima Berdasarkan Rasa Makanan Sayur Hari Pagi Siang Sore Kategori n % n % n % Tidak sedap (<60%) Hari 1 cukup sedap (60-80%) sedap (>80%) Tidak sedap (<60%) Hari 2 cukup sedap (60-80%) sedap (>80%) Tidak sedap (<60%) Hari 3 cukup sedap (60-80%) sedap (>80%) Sumber : data primer yang diolah peneliti Berdasarkan tabel 4.12 dari rasa makanan pokok responden selama 3 hari responden berpendapat penampilan makanan disajikan cukup sedap dari makanan pagi hari pertama (48.8%) siang (48.8%) sore (67.4%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan pokok yang disajikan tidak sedap yaitu makan pagi (20.9%), siang (18.6%), sore (16.3%). Pada tabel 4.13 dari rasa makanan lauk hewani dan nabati selama 3 hari responden berpendapat penampilan makanan disajikan cukup sedap dari makanan pagi hari pertama (55.8%) siang (62.8%) sore (27.9%) dan hanya sebagian kecil responden yang berpendapat penampilan makanan 46

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Terima Daya terima makan adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya (Kurnia, 2010). Daya terima secara umum dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit Berdasarkan SK. MenKes No.l34/MenKes/IV/1978 menyebutkan bahwa instalasi gizi merupakan wadah yang melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi merupakan suatu pelayanan yang bertujuan membantu masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif bidang gizi institusi yang menggambarkan sisa makanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi sisa makanan yang

Lebih terperinci

ABSTRACT. Objective: To find out association between timelines in food distribution and food intake of patients on rice diet at Atambua Hospital.

ABSTRACT. Objective: To find out association between timelines in food distribution and food intake of patients on rice diet at Atambua Hospital. 1 KETEPATAN JAM DISTRIBUSI DAN ASUPAN MAKAN PADA PASIEN DENGAN DIET NASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ATAMBUA TIMELINESS IN FOOD DISTRIBUTION AND FOOD INTAKE OF PATIENTS ON RICE DIET AT ATAMBUA HOSPITAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sisa Makanan Keberhasilan suatu pelayanan gizi di ruang rawat inap di evaluasi dengan pengamatan sisa makanan tidak di konsumsi setelah makanan disajikan (Sutarjo, 1999 dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi ruang rawat inap adalah rangkaian kegiatan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi ruang rawat inap adalah rangkaian kegiatan mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan gizi ruang rawat inap adalah rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan data sampai evaluasi penyelenggaraan makanan, yang dilakukan dengan tujuan untuk menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi penyelenggara pelayanan kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan dengan perkembangan penyakit.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit Citra sebuah rumah sakit di tentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sistem pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit Berdasarkan SK. Men. Kes No. 134 / Men. Kes / IV / 1978 dan SK. Men. Kes No. 983 / 1992 menyebutkan bahwa Instalasi Gizi merupakan wadah yang

Lebih terperinci

reporsitory.unimus.ac.id

reporsitory.unimus.ac.id 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SisaMakanan 2.1.1 Pengertian Sisa adalah jumlah yang tidak habis dikonsumsi setelah disajikan. Menurut Komalawati, Dewi dkk (2005) sisa adalah volume atau persentase yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pelayanan gizi, dalam standar profesi Gizi, dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah pelayanan gizi, dalam standar profesi Gizi, dinyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Depkes, 2003) salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan gizi, dalam standar profesi Gizi, dinyatakan bahwa Pelayanan gizi adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan. pencatatan, pelaporan serta evaluasi (PGRS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan. pencatatan, pelaporan serta evaluasi (PGRS, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan RS merupakan serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja,

Lebih terperinci

GAMBARAN SISA MAKANAN BIASA YANG DISAJIKAN DI RUANG MAWAR RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN SISA MAKANAN BIASA YANG DISAJIKAN DI RUANG MAWAR RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI GAMBARAN SISA MAKANAN BIASA YANG DISAJIKAN DI RUANG MAWAR RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun Oleh : TRI VIORIDA J

Lebih terperinci

GAMBARAN RASA, WARNA, TEKSTUR, VARIASI MAKANAN DAN KEPUASAN MENU MAHASANTRI DI PESANTREN MAHASISWA KH.MAS MANSUR UMS

GAMBARAN RASA, WARNA, TEKSTUR, VARIASI MAKANAN DAN KEPUASAN MENU MAHASANTRI DI PESANTREN MAHASISWA KH.MAS MANSUR UMS GAMBARAN RASA, WARNA, TEKSTUR, VARIASI MAKANAN DAN KEPUASAN MENU MAHASANTRI DI PESANTREN MAHASISWA KH.MAS MANSUR UMS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Diploma III Program Studi Ilmu Gizi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai siklus menu 10 hari

BAB V PEMBAHASAN. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai siklus menu 10 hari 43 BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Data Dari hasil penelitian, pada tabel 4.1 diketahui bahwa menu yang ada di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai siklus menu 10 hari ditambah menu

Lebih terperinci

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat A. KEPUASAN PASIEN 1. Definisi Pengertian kepuasan pasien Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan BAB II Penampilan makan Rasa makanan TINJAUAN PUSTAKA Keramahan pramusaji Kebersihan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KETEPATAN WAKTU PENYAJIAN DAN MUTU MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN PASIEN DEWASA NON DIET DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KETEPATAN WAKTU PENYAJIAN DAN MUTU MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN PASIEN DEWASA NON DIET DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KETEPATAN WAKTU PENYAJIAN DAN MUTU MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN PASIEN DEWASA NON DIET DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL RINA AMBARWATI NIM: P07131213061 PRODI D-IV REGULER JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi sangat berpengaruh pada proses

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi sangat berpengaruh pada proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya.

Lebih terperinci

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA Listia Anita 1, Yeni Prawiningdyah 2, Farissa Fatimah 3 ABSTRACT

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DARI KUALITAS MAKANAN RUMAH SAKIT DENGAN SISA MAKANAN DI RSUD KOTA SEMARANG

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DARI KUALITAS MAKANAN RUMAH SAKIT DENGAN SISA MAKANAN DI RSUD KOTA SEMARANG ILMU GIZI INDONESIA pissn 2580-491X Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DARI KUALITAS MAKANAN RUMAH SAKIT DENGAN SISA MAKANAN DI RSUD KOTA SEMARANG Angelina Swaninda Nareswara * Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan yang meliputi upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan yang meliputi upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan di fasilitas-fasilitas

Lebih terperinci

KUESIONER PENYELENGGARAAN MAKANAN

KUESIONER PENYELENGGARAAN MAKANAN KUESIONER PENYELENGGARAAN MAKANAN 1. Perencanaan Menu a. Apakah ketering melakukan perencanan menu? b. Apakah dalam perencanaan menu yang dibuat ketering memperhatikan kecukupan gizi konsumen? c. Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu singkat. Upayaupaya

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu singkat. Upayaupaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang berupaya untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu singkat. Upayaupaya yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sumber energi, pertumbuhan dan perkembangan, pengganti sel-sel yang rusak,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sumber energi, pertumbuhan dan perkembangan, pengganti sel-sel yang rusak, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit Makanan merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar yang harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhannya. Secara umum makanan berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Sisa Makanan a. Definisi sisa makanan Sisa makanan (waste) yaitu bahan makanan yang hilang karena tidak dapat diolah atau tercecer. Sisa pengolahan ataupun

Lebih terperinci

1 i HUBUNGAN SUHU MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN PASIEN DEWASA DENGAN DIET LUNAK DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu mengukur variabel bebas aktivitas olahraga dan variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SENSORIK MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP RSUD DR. SOERATNO, GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SENSORIK MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP RSUD DR. SOERATNO, GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SENSORIK MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP RSUD DR. SOERATNO, GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Vivin Ariyanti 1, Endang Nur Widyaningsih 2, Rusdin Rauf 3

Lebih terperinci

ABSTRAK PENILAIAN MENGENAI SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SWASTA AL-ARIF CIAMIS TAHUN 2013.

ABSTRAK PENILAIAN MENGENAI SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SWASTA AL-ARIF CIAMIS TAHUN 2013. FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA GIZI 213 ABSTRAK NURDEWI ANGGIANTI RAHAYU. PENILAIAN MENGENAI SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SWASTA AL-ARIF CIAMIS TAHUN 213.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PASIEN BANGSAL RAWAT INAP RSUD SALATIGA

FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PASIEN BANGSAL RAWAT INAP RSUD SALATIGA FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PASIEN BANGSAL RAWAT INAP RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : ENDAH MURJIWANI J 310 111 007 PROGRAM STUDI TRANSFER S1 GIZI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Banyak Penyelenggaraan makanan institusi adalah serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, penyediaan atau pembelian bahan makanan, penerimaan,

Lebih terperinci

PERBEDAAN DAYA TERIMA, SISA DAN ASUPAN MAKANAN PADA PASIEN DENGAN MENU PILIHAN DAN MENU STANDAR DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

PERBEDAAN DAYA TERIMA, SISA DAN ASUPAN MAKANAN PADA PASIEN DENGAN MENU PILIHAN DAN MENU STANDAR DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK PERBEDAAN DAYA TERIMA, SISA DAN ASUPAN MAKANAN PADA PASIEN DENGAN MENU PILIHAN DAN MENU STANDAR DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK THE DIFFERENCE OF FOOD ACCEPTANCE, FOOD WASTE AND FOOD INTAKE OF STANDARD AND

Lebih terperinci

Suhu Makanan dan Sisa Makanan Pasien Dewasa Diet Lunak di Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Suhu Makanan dan Sisa Makanan Pasien Dewasa Diet Lunak di Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 41 Suhu Makanan dan Sisa Makanan Pasien Dewasa Diet Lunak di Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Najibah Nuraini 1, Sufiati Bintanah 2,Kartika Nugraheni 3 1,2,3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ruang perawatan kelas III, dan data-data terkait antara lain standar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ruang perawatan kelas III, dan data-data terkait antara lain standar 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan November 2011, dimana data yang diambil adalah data sekunder

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DIET JANTUNG DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DIET JANTUNG DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN DIET JANTUNG DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RSUD SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, sehingga harus diperhatikan secara individual. Khususnya

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BENTUK LAUK NABATI TERHADAP DAYA TERIMA PADA PASIEN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENGARUH VARIASI BENTUK LAUK NABATI TERHADAP DAYA TERIMA PADA PASIEN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PENGARUH VARIASI BENTUK LAUK NABATI TERHADAP DAYA TERIMA PADA PASIEN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Hilma Ika Muhlisina 1, Yeni Prawiningdyah 2, Yeny Sulistyowati 3 INTISARI Latar belakang : Berdasarkan

Lebih terperinci

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA Dosen pembimbing : Ir. Suyatno, M.Kes Disusun oleh : Bertin F W 25010110141094 Annisa Arum S 25010112150038 BAGIAN GIZI

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No. 147 tahun 2010, rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan strategi dalam peperangan. Menurut Anwar (1989) makanan

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan strategi dalam peperangan. Menurut Anwar (1989) makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Makanan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia dan sangat berpengaruh dalam perilaku dan pola kehidupan sehari-hari, bahkan dapat dijadikan strategi dalam peperangan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan tujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Penelitian ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA.

ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA. ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA Repa Kustipia 1 1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul, Jakarta

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT. Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang dilaksanakan, saya :

INFORMED CONSENT. Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang dilaksanakan, saya : Lampiran-lampiran INFORMED CONSENT Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang dilaksanakan, saya : Nama Anak : Umur Anak : Nama Orangtua : Menyatakan bersedia untuk menjadi

Lebih terperinci

Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang

Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang ABSTRACT Hidayatus Sholehah, Agus Sartono 2, Mufnaetty 3,2,3 Program Studi Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, pekerja perkebunan, para prajurit, orang. sakit, penghuni asrama atau panti asuhan,narapidana dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, pekerja perkebunan, para prajurit, orang. sakit, penghuni asrama atau panti asuhan,narapidana dan sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Oleh karena itu penyelenggraan makanan merupakan suatu keharusan, baik dilingkungan keluarga maupun diluar lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

Iswanelly Mourbas, M. Husni Thamrin, Ayu Restika (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Iswanelly Mourbas, M. Husni Thamrin, Ayu Restika (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ANALISIS BIAYA SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN DI RSUD PROF. DR. M.A HANAFIAH BATUSANGKAR TAHUN 2014 Iswanelly Mourbas, M. Husni Thamrin, Ayu Restika (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT Food

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional deskriptif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional deskriptif yaitu 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah observasional deskriptif yaitu menganalisis kesesuaian preskripsi diet dengan makanan yang disajikan pada pasien rawat

Lebih terperinci

KUESIONER PENILAIAN DAYA TERIMA MAKANAN PASIEN

KUESIONER PENILAIAN DAYA TERIMA MAKANAN PASIEN KUESIONER PENILAIAN DAYA TERIMA MAKANAN PASIEN A. Data Umum 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : L / P 4. Lama dirawat : 5. Jenis terapi : Radioterapi / Kemoterapi 6. Pendidikan : 7. Diagnosa : B. Data

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

PEDOMAN PELAYANAN GIZI PEDOMAN PELAYANAN GIZI SOP Direktur 1. Definisi Kegiatan pelayanan gizi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien rawat inap di guna memenuhi keperluan metabolisme tubuh, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa Remaja merupakan periode dimana terjadi peningkatan pertumbuhan. Oleh sebab itu pada periode ini kebutuhan gizi meningkat dibandingkan periode lain setelah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADANYA SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP DI KELAS III RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADANYA SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP DI KELAS III RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADANYA SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP DI KELAS III RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN Nama : Jenis Kelamin : Usia : Lama Rawat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif dan promotif. Ada 4 kegiatan pokok PGRS yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif dan promotif. Ada 4 kegiatan pokok PGRS yaitu : BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, administrasi umum dan keuangan. (2) sakit dalam melayani pasien. Makanan yang disediakan oleh Instalasi

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, administrasi umum dan keuangan. (2) sakit dalam melayani pasien. Makanan yang disediakan oleh Instalasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rumah sakit merupakan salah satu sub system dari sebuah system pelayanan kesehatan nasional secara menyeluruh. Selain itu rumah sakit juga merupakan sebuah industry

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara lain melalui kegiatan pengamanan makanan dan minuman, kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. antara lain melalui kegiatan pengamanan makanan dan minuman, kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dinyatakan bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan antara lain melalui

Lebih terperinci

Kata Kunci : Variasi Makanan, Cara Penyajian Makanan, Ketepatan Waktu Penyajian Makanan, Kepuasan Pasien

Kata Kunci : Variasi Makanan, Cara Penyajian Makanan, Ketepatan Waktu Penyajian Makanan, Kepuasan Pasien FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA PENYELENGGARAAN MAKANAN DI BLU IRINA C. RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO R. B Purba*, Grace Kandou*, Alfa C. Laode*

Lebih terperinci

Bab III METODE PENELITIAN. pada satu waktu tertentu (Sastroasmoro, 2002).

Bab III METODE PENELITIAN. pada satu waktu tertentu (Sastroasmoro, 2002). Bab III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu pengambilan atau pengukuran data

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Program Studi Gizi FIK UMS. Oleh:

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Program Studi Gizi FIK UMS. Oleh: HUBUNGAN CITA RASA MAKANAN DAN KONSUMSI MAKANAN DARI LUAR RUMAH SAKIT DENGAN SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah

Lebih terperinci

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH

DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH DAYA TERIMA MAKANAN DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN PASIEN RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT DR.H.MARZOEKI MAHDI MUTMAINNAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien, berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian

Lebih terperinci

LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI

LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI DISUSUN OLEH : RIRIN SURYANI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG DIPLOMA IV JURUSAN GIZI TAHUN 2013 A. GAMBARAN RESEP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar akreditasi rumah sakit menyebutkan bahwa pelayanan gizi. metabolisme manusia untuk pemulihan dan mengoreksi kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Standar akreditasi rumah sakit menyebutkan bahwa pelayanan gizi. metabolisme manusia untuk pemulihan dan mengoreksi kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Standar akreditasi rumah sakit menyebutkan bahwa pelayanan gizi tidak hanya penyediaan makanan bagi pasien dan petugas saja tetapi yang terpenting adalah penyediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian mengenai Manfaat Hasil Belajar Manajemen Sistem Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang berupaya mencapai pemulihan penderita. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan kegiatan terpadu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

TANGGAL TERBIT. 01 januari 2013

TANGGAL TERBIT. 01 januari 2013 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Kata pengantar... ii Daftar Isi... iii 1. Perencanaan anggaran belanja... 1 2. Perencanaan menu... 2 3. Persiapan pelaksanaan produksi distribusi sebelum masuk ruang kerja...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Putri Remaja (adolescence) merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini terdiri dari rancangan penelitian dan metode penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian,

Lebih terperinci

MOTIVASI MAKAN PASIEN, LAMA PERAWATAN DAN SISA MAKAN PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

MOTIVASI MAKAN PASIEN, LAMA PERAWATAN DAN SISA MAKAN PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA MOTIVASI MAKAN PASIEN, LAMA PERAWATAN DAN SISA MAKAN PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DEWI PRATIDINA J 310 090 029 PROGRAM STUDI S1 GIZI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

ANALISIS ZAT GIZI DAN BIAYA SISA MAKANAN PADA PASIEN DENGAN MAKANAN BIASA

ANALISIS ZAT GIZI DAN BIAYA SISA MAKANAN PADA PASIEN DENGAN MAKANAN BIASA 108 JURNAL Mihir GIZI Djamaluddin, KLINIK INDONESIA, Endy P Prawirohartono, Ira Paramastri Volume 1, No. 3, Maret 2005: 108-112 ANALISIS ZAT GIZI DAN BIAYA SISA MAKANAN PADA PASIEN DENGAN MAKANAN BIASA

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN VARIASI MENU, BESAR PORSI, SISA MAKANAN DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA MAKANAN LUNAK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

SKRIPSI HUBUNGAN VARIASI MENU, BESAR PORSI, SISA MAKANAN DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA MAKANAN LUNAK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG SKRIPSI HUBUNGAN VARIASI MENU, BESAR PORSI, SISA MAKANAN DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN PADA MAKANAN LUNAK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG Oleh SHOPIA DAMAYANTI 2014-32-159 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECEPATAN PELAYANAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

HUBUNGAN KECEPATAN PELAYANAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA HUBUNGAN KECEPATAN PELAYANAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 disebutkan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

PROGRAM STUDI SI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 4 GAMBARAN SISA MAKANAN, KONTRIBUSI ZAT GIZI DAN BIAYA MAKAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : OKTAVIANI FADILAH J310 111 005 PROGRAM STUDI SI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS Fahmi Said 1, Ida Rahmawati 2 ABSTRAK Perbedaan pola makan vegetarian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular yang diawali dengan adanya tumor yaitu pembengkakan pada tubuh akibat berkembangbiaknya sel-sel yang bersifat abnormal. Tumor

Lebih terperinci

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING Penerimaan bahan makanan kering adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas, dan kuantitas bahan makanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu data variabel bebas (caring perawat) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu data variabel bebas (caring perawat) dengan 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu data variabel bebas (caring perawat) dengan variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SENSORIK MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP RSUD DR. SOERATNO, GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SENSORIK MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP RSUD DR. SOERATNO, GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SENSORIK MAKANAN DENGAN SISA MAKANAN BIASA PADA PASIEN RAWAT INAP RSUD DR. SOERATNO, GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci