BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 disebutkan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Oleh karena itu kesehatan menyangkut 4 aspek yang penting yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Keempat aspek tersebut dalam perwujudannya saling mempengaruhi dalam pencapaian tingkat kesehatan seseorang, kelompok, atau masyarakat (Yuniastuti, 2008). Aspek kesehatan fisik merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai kesehatan yang menyeluruh. Wujud kesehatan fisik adalah seseorang tidak menderita sakit. Kesehatan fisik bisa dicapai dengan mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi yang pada akhirnya tubuh akan terpelihara dan akan ada perbaikan sel-sel tubuh secara berkelanjutan serta mengoptimalkan proses pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004 dan Yuniastuti, 2008 ). Upaya agar kebutuhan zat gizi seseorang dapat diperoleh secara optimal adalah dengan diadakannya penyelenggaraan makanan yang dikelola dengan menerapkan disiplin disiplin ilmu seperti ilmu gizi, manajemen, dietetika serta dilakukan dengan menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas karena tujuan dari penyelenggaraan makanan adalah menghasilkan makanan yang berkualitas baik dan sesuai dengan kebutuhan ( Mukrie, 1990 dan Khan, 1987). Agar makanan yang disajikan tetap terjaga kualitasnya, maka makanan yang disajikan harus dievaluasi salah satu caranya adalah dengan menghitung daya terima makanan konsumen. Daya terima 1

2 2 makanan adalah presentase makanan yang di konsumsi dari total keseluruhan yang disediakan. Daya terima ini banyak dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah penampilan makanan saat disajikan dan rasa makanan (Dewi, 2007 ). Penampilan makanan yang disajikan sangat mempengaruhi indera penglihat. Indera penglihat sangat peka terhadap warna makanan, bentuk makanan, serta besarnya porsi makanan yang disajikan. Kombinasi warna yang menarik, bentuk yang baik, perpaduan yang baik antar tekstur makanan, serta konsistesi yang baik dari makanan dan besar porsi makanan yang disajikan, sangat mempengaruhi selera makan konsumen dan juga mampu membuat konsumen menikmati makanan yang disajikan (Khan, 1987 dan Wood, 1988). Selanjutnya faktor lain yang mempengaruhi daya terima adalah rasa makanan. Rasa makanan sangat menentukan penerimaan makan dari konsumen. Perpaduan yang tepat antara bumbu dan rempah yang digunakan dapat lebih meningkatkan selera makan konsumen (Wood, 1988 dan Winarno, 1992 ). Pada penelitian Hermawati (2003), diperoleh hasil ada hubungan yang bermakna antara kualitas makanan yang disajikan dengan daya terima (p=0,006). Hal ini menunjukan bahwa daya terima dipengaruhi oleh penampilan dan rasa makanan. Pada tahun 2000, Daniyah telah melakukan penelitian di SMU Al Azhar tentang faktor faktor yang berhubungan dengan daya terima makanan. Disebutkan bahwa sebanyak 34 sampel (87,2 %) memiliki daya terima yang baik dan 5 sampel (12,8 %) memiliki daya terima yang kurang. Baiknya daya terima makanan karena sampel lebih memilih makan diluar kantin yang menyediakan hidangan yang menurut sampel baik. Ini karena penampilan makanan dan rasa makanan yang dihidangkan oleh institusi kurang baik.

3 3 Nihayah, pada tahun 2007 melakukan penelitian yang serupa yaitu tentang kualitas makanan di MTs Darul Arqam Garut. Dari penelitain tersebut diperoleh hasil bahwa dari 54 sampel yang menilai kualitas makanan yang disajikan, 53,7% menilai bahwa penampilan makanan baik sedangkan sisanya 46,3% menilai bahwa penampilan makanan kurang baik. Dari hasil ini membuktikan bahwa penampilan makanan yang disajikan masih kurang baik (Nihayah, 2007). Pada penelitian Daniyah (2000), disebutkan bahwa 4 sampel (10,26 %) menilai rasa makanan baik dan 35 sampel (89,74 %) menilai rasa makanan kurang. Hal ini karena tekstur nasi yang keras dan tingkat kematangan telur yang kurang. Selain itu suhu sup sayuran yang disajikan kurang sehingga membuat rasa sup sayuran kurang terasa. Bumbu ayam goreng pun kurang terasa hal ini membuat sampel menilai rasa makanan yang disajikan kurang. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu institusi penyelenggaraan makanan dengan sistem pengelolaan yang baik sehingga dihasilkan makanan yang baik. Makanan yang berkualitas baik akan berperan besar dalam penerimaan makanan tersebut (Mukrie, 1990 dan Khan, 1987). Salah satu institusi yang mengadakan penyelenggaraan makanan adalah Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi. Dari wawancara dengan pihak sekolah diketahui bahwa penyelenggaraan makanan tersebut dikelola langsung oleh pihak sekolah. Biaya makan sehari adalah Rp.8.500,00 Selama ini belum pernah ada penelitian yang menyangkut tentang penyelenggaraan makanan di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi. Hasil wawancara diketahui bahwa Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi telah bekerjasama dengan Ahli Gizi Rumah Sakit Syamsudin SH dalam hal administrasi perencanaan menu.

4 4 Atas dasar inilah, penulis berminat mengetahui bagaimana penyelenggaraan makanan Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi. Selain itu penulis berminat mengetahui penilaian siswa terhadap makanan yang disajikan meliputi aspek penampilan makanan serta rasa makanan ditambah aspek daya terima makan siang siswa. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada Hubungan Antara Penampilan Makanan dan Rasa Makanan Terhadap Daya Terima Makan Siang di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Antara Penampilan Makanan dan Rasa Makanan Terhadap Daya Terima Makan Siang di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran umum tentang Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi; b. Mengetahui tentang karakteristik sampel meliputi jenis kelamin, kelas, dan usia ; c. Mengetahui gambaran penyelenggaraan makanan meliputi standar porsi, standar bumbu, pola menu, siklus menu, dana, proses produksi dan distribusi di Pondok Pesantren Modern Al- Himmah Kabupaten Sukabumi;

5 5 d. Mengetahui penilaian sampel tentang kualitas penampilan makanan yang disajikan meliputi kombinasi warna, besar porsi, penyajian dan bentuk makanan di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi; e. Mengetahui penilaian sampel tentang kualitas rasa makanan yang disajikan meliputi aroma, bumbu, dan kematangan di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi; f. Mengetahui penilaian sampel tentang citarasa makanan yang disajikan di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi; g. Mengetahui daya terima makan siang siswa Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi; h. Mengetahui hubungan penampilan makanan dengan daya terima makan siang; i. Mengetahui hubungan rasa makanan dengan daya terima makan siang; j. Mengetahui hubungan citarasa makanan dengan daya terima makan siang. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ini meliputi Hubungan Antara Penampilan dan Rasa Makanan Terhadap Daya terima Makan Siang di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi.

6 6 1.5 Manfaat Penelitian Bagi peneliti Mendapat wawasan dan ilmu serta pengalaman dalam bidang penyelenggaraan makanan di sebuah institusi sekolah. Bagi institusi sekolah Memberikan penilaian penyelenggraan makanan yang telah dilaksanakan dan sebagai bahan evaluasi agar kedepan penyelenggaraan makanan lebih baik lagi. Bagi institusi perguruan tinggi Sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut. Serta menambah wawasan bagi para mahasiswa. 1.6 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data penilaian sampel terhadap penampilan makanan dan rasa makanan yang dikumpulkan sangat bergantung kepada pemahaman sampel tentang makanan tersebut. Untuk itu sebelum dilakukan penelitian diberi pengarahan terlebih dahulu tentang penilaian makanan dan tata cara pengisian kuesioner agar data yang dikumpulkan akurat. Penilaian terhadap penampilan makanan dan rasa makanan tidak perhidangan tetapi satu menu yang disajikan. Hal ini membuat penilaian terhadap penampilan makanan dan rasa makanan yang didapat tidak menggambarkan secara terperinci penilaian terhadap penampilan dan rasa tiap-tiap hidangan. Faktor lain yang mempengaruhi daya terima makanan seperti sanitasi dan suhu makanan tidak diteliti meskipun dapat mempengaruhi hasil penelitian.

7 7

8 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penyelenggaraan Makanan Institusi Pada dasarnya pengertian penyelenggaraan makanan institusi adalah sebuah penyelenggaraan makanan dalam jumlah banyak diatas 50 porsi dan pada pelaksanaannya menggunakan prinsip-prinsip manajemen dengan memanfaatkan unsur-unsur manajemen agar pelaksanaan penyelenggaraan menjadi lebih efektif dan efisien serta mencapai hasil yang optimal dan cita rasa yang baik (Mukrie, 1990). 2.2 Jenis Penyelenggaraan Makanan Institusi Penyelenggaraan makanan institusi dapat di bagi menjadi 2 jenis penyelenggaraan makanan institusi. 1. Penyelenggaraan makanan institusi yang bertujuan untuk mencari keuntungan atau dengan kata lain disebut komersial. Penyelenggaraan makanan ini biasanya mencari keuntungan yang sebesar-besarnya (Kusumastuti, 2009). Adapun ciri penyelenggaraan makanan institusi komersial adalah a. Pengelola masyarakat umum atau kadang-kadang dibawah pemerintah; b. Adanya pengelolaan dengan pendekatan manajemen oleh pemiliknya; c. Penyediaan makanan, macam dan frekuensinya tidak harus kontinyu; d. Konsumen bersifat heterogen dan adanya tuntunan tanggung jawab kesehatan;

9 9 e. Makanan aman untuk konsumen meski makanan yang disajikan, macam, dan variasi tidak terikat oleh suatu peraturan; f. Adanya kebebasan konsumen dalam memilih makanan dan pemilik harus memberikan informasi makanan atau hidangan dalam bentuk tulisan juga gambar; g. Cara pelayanan dapat berupa pelayanan sendiri, dilayani diatas meja, dilayanai dengan kereta makanan ataupun cara-cara lain yang sudah ditetapkan oleh pemilih institusi tersebut; h. Sanitasi harus berstandar baik dan pelayanan yang disajikan harus maksimal sesuai kemampuan institusi (Mukrie, 1990). 2. Penyelenggaraan yang bergerak untuk kepentingan sosial tanpa mengambil untung dari masyarakat yang berada di institusi tersebut. Adapun yang termasuk institusi sosial adalah panti asuhan, panti jompo, panti cacat, panti tuna netra, dan semua intstitusi lainnya yang bergerak untuk kepentingan sosial baik oleh pihak pemerintah ataupun swasta (Mukrie, 1990). 2.3 Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi Ada empat sistem penyelenggaraan yang sampai hari ini masih di pakai. Perbedaan dari keempat sistem ini berdasarkan tempat pengolahan dan tempat yang menjadi sasaran, serta tergantung dari pekerja dan alat yag tersedia. Keempat sistem penyelenggaraan tersebut adalah konvesional, komisar, sistem makanan jadi, dan sistem makanan olahan. a. Konvensional Sistem konvensional itu bisa disebutkan juga dengan sistem tradisional dimana bahan makanan diolah menjadi makanan jadi di dapur dan jika sudah siap saji, makanan akan disimpan pada sebuah tempat

10 10 penyajian atau penungguan. Pada ruangan yang sama makanan akan dibagikan pada konsumen. Pada sistem ini ruangan pengolahan makanan dan ruangan penyajian berdampingan pada satu ruangan. Keuntungan menggunakan sistem ini adalah adanya penghematan biaya untuk distribusi makanan serta makanan yang disajikan masih segar dan terjaga kualitasnya (Khan 1987 dan Wood, 1988). b. Komisar Pada sistem ini, terdapat pemisahan tempat pengolahan dan konsumsi makanan. Dalam sistem ini makanan diolah disebuah dapur besar yang menjadi pusat pengolahan. Lalu setelah makanan diolah menjadi makanan jadi, ada proses pengiriman makanan ke tempat yang terpisah dari ruangan pengolahan serta memiliki jarak yang jauh (West dan Wood, 1988). c. Sistem Makanan Jadi Dalam sistem ini, makanan sudah dalam keadaan siap santap dan telah dikemas. Kemudian makanan didinginkan atau dibekukan sesuai kebutuhan. Sistem ini digunakan saat ada perbedaan waktu yang lama antara pengolahan dan penyajian makanan serta makanan yang telah diolah tidak segera disajikan (West dan Wood, 1988). d. Sistem Makanan Olahan Sistem makanan olahan lebih menitikberatkan pada proses pembelian makanan olahan dan penyimpanan makanan tersebut. Sehingga saat akan disajikan makanan hanya tinggal disusun, panaskan dan sajikan pada konsumen. Sistem ini lebih hemat dari segi biaya produksi yang meliputi biaya pembelian bahan bakar, listrik, dan air. Selian itu ada hal yang harus diperhatikan saat mengunakan sistem ini

11 11 yaitu adanya keterbatasan pasar dalam meyediakan bahan makanan olahan tersebut (West dan Wood, 1988). 2.4 Tujuan Penyelenggaraan Makanan Institusi Penyelenggaraan Makanan Institusi bertujuan agar para konsumen mendapatkan kepuasan dan manfaat yang banyak dari makanan yang disajikan oleh institusi sehingga berdampak pada status kesehatan yang baik dapat dicapai konsumen. Selain tujuan tersebut, masih ada lagi tujuan dari penyelenggaraan makanan institusi tersebut, diantaranya makanan yang dihasilkan berkualitas baik, adanya pelayanan yang cepat dan bervariasi, menyediakan makanan dengan konsep menu seimbang, harga yang ditawarkan tepat dan layak sesuai dengan pelayanan yang disajikan serta yang terakhir kebersihan dan sanitasi terjaga ( Livianti, 2008 ) 2.5 Penyelenggaraan Makanan Asrama Asrama adalah tempat atau wadah yang dikelola oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu yang mendapatkan pelayanan makan secara terus menerus dan menampung berbagai masyarakat dari berbagai golongan usia yang memerlukan perlindungan baik mereka yang termasuk golongan lemah ataupun yang membutuhkan tempat untuk kegiatannya ( Mukrie, 1990 ). Penyelenggaraan makanan asrama bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dalam asrama tersebut. Adapun ciri dari makanan untuk asrama adalah : a. Dikelola oleh pemerintah ataupun peran serta masyarakat; b. Standar gizi sesuai dengan kebutuhan orang-orang yang berada di asrama dengan memperhatikan sumber daya yang ada di asrama;

12 12 c. Melayani golongan umur ataupun sekolompok orang dengan usia tertentu; d. Dapat bersifat komersial bila diperlukan; e. Frekuensi makan 2-3 kali sehari dengan makanan selingan ataupun tanpa makanan selingan; f. Jumlah yang dilayani tetap; g. Macam pelayanan tergantung peraturan asrama; h. Tujuan penyediaan makanan lebih diarahkan untuk pencapaian kesehatan penghuni (Mukrie, 1990). 2.6 Cita Rasa Cita rasa makanan sangat penting kaitannya dengan penerimaan makanan dalam penyelenggaraan makanan. Aspek cita rasa makanan terbagi menjadi dua kategori, yaitu aspek penampilan dan rasa makanan (Khan, 1987 dan Wood, 1988). Dalam penyajian makanan perlu memperhatikan aspek-aspek penampilan dari makanan tersebut, serta kombinasi makanan dalam satu menu yang disajikan. Tidak hanya aspek penampilan saja yang terdiri dari warna, tekstur, bentuk makanan, dan besar porsi makanan yang harus diperhatikan tetapi juga aspek rasa yang meliputi rasa, bumbu, aroma dan suhu (West & Wood, 1988 dan Livianti, 2008 ) Penampilan Penampilan makanan adalah penampakan makanan yang terlihat saat penyajian makanan ( Dewi, 2007 ). Aspek penampilan ini sangat mempengaruhi selera makanan konsumen (Khan, 1987). Penampilan makanan makanan meliputi beberapa aspek. Diantaranya,

13 13 a. Warna makanan Warna yang nampak dari makanan dapat membuat konsumen terkesan sehingga akan timbul daya tarik untuk mencobanya. Hal ini berkaitan dengan aspek psikologis manusia yang tertarik pada warna warna yang cerah, selera makanan dapat menurun pada kondisi dimana warna makanan yang disajikan kurang menarik, tidak cerah, dan tidak bervariasi. Oleh karenanya harus diperhatikan dari segi warna makanan agar daya terima makanan menjadi baik adalah dengan mengkombinasikan warna makanan yang disajikan dan warna tiap-tiap hidangan harus kontras dengan hidangan yang lainnya ( Dewi, 2007 dan Khan, 1987). b. Bentuk makanan Rupa makanan yang disajikan disebut dengan bentuk makanan. Bentuk makanan akan menambah daya tarik dari makanan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah makanan yang disajikan harus beraneka ragam bentuknya serta serasi dalam penyajiannya misalnya mengenai potongan bahan makanan. Apakah makanan dipotong memanjang, atau berbentuk dadu, atau dipotong parut. Selain itu ukuran potongan menjadi daya tarik bagi konsumen (West & Wood, 1988 dan Dewi, 2007 ) c. Besar Porsi Porsi adalah banyaknya makanan yang disajikan. Porsi makanan akan memperngaruhi daya tarik dari konsumen karena tiap-tiap konsumen memiliki besar porsi makanan yang berbeda dalam setiap aktivitas makannya. Besar porsi akan mempengaruhi penampilan makanan. Jika terlalu besar atau terlalu kecil penampilan makanan jadi tidak terlalu menarik ( Dewi, 2007 dan Livianti, 2008 )

14 14 d. Konsistensi Konsistensi merujuk pada apakah makanan yang disajikan itu memiliki tingkat kepadatan dan kekentalan yang baik. Konsistensi digambarkan dengan istilah cair, kental, dan padat (Dewi, 2007). Konsumen sangat peka pada makanan dengan konsistensi yang beragam sehingga menimbulkan sensasi yang unik yang dirasakan di mulut, ini akan menambah daya terima makan bagi konsumen karena pada dasarnya konsumen sangat menyukai makanan dengan kombinasi yang baik (Khan, 1987 ). e. Penyajian Makanan Penyajian makanan adalah perlakuan akhir setelah makanan matang, diantaranya menata dan menyusun hidangan pada tempat penyajian makanan. Susunan yang baik ditambah garnish pada makanan yang disajikan dapat menambah selera makan ( Moehyi, 1992 ). Penyajian makanan yang baik akan berpengaruh pada daya terima konsumen. Hal ini karena penyajian makanan dapat merangsang indera penglihat konsumen sehingga timbul selera makan yang baik. Selera makan yang baik menjadikan daya terima terhadap makanan yang disajikan menjadi baik ( Moehyi, 1992 ) Rasa Rasa dapat diartikan sebagai rangsangan dari makanan terhadap indera pengecap dan indera penghidu yang dapat menimbulkan sensasi pada indera tersebut. Rangsangan ini karena pada makanan tersebut terdapat senyawa yang mampu merangsang reseptor reseptor pada indera pengecap dan penghidu yang mampu menangkap senyawa tersebut ( Winarno, 2002 ).

15 15 Dengan demikian makanan yang masuk kedalam mulut akan sangat mempengaruhi reaksi dari indera tersebut oleh karenanya makanan yang disajikan harus mempunyai rasa yang baik, agar rangsangan terhadap indera tersebut menjadi baik sehingga akan menimbulkan selera makan yang baik dari konsumen ( Livianti, 2008 ). a. Aroma Aroma adalah bau yang berasal dari bahan makanan yang disajikan yang merangsang indera penciuman sehingga memunculkan selera. Aroma dari setiap bahan makanan berbeda-beda (Livianti, 2008 ). Aroma dapat dikenali saat berbentuk uap dan menyentuh reseptor pada indera penghidu. Manusia memiliki kemampuan untuk mengenal bau kurang lebih sebanyak 16 juta jenis bau. Oleh karena manusia memiliki kemampuan yang baik dalam menentukan jenis bau yang ada, perpaduan bau pada makanan harus bervariasi untuk menambah selera makan konsumen ( Winarno, 1992 dan Winarno, 2002 ) b. Bumbu Bumbu adalah bahan yang ditambahkan pada hidangan untuk memperoleh rasa dan aroma. Racikan bumbu yang benar dapat menambah selera konsumen serta dapat membuat makanan menjadi lebih awet (Tarwotjo, 1998). c. Tekstur Tekstur adalah struktur makanan yang disajikan. Adapun yang dikategorikan tekstur adalah apakah makanan tersebut disajikan dalam keadaan kering, halus, lunak, ataupun kenyal (West dan Wood, 1988 ). Agar tekstur bisa dideteksi dengan sangat baik maka makanan tersebut harus dirasakan dalam mulut (Dewi, 2007).

16 16 d. Suhu Suhu makanan menjadi faktor penting dalam citarasa makanan. Suhu yang terlalu panas akan membuat indera pengecap menjadi terbakar sehingga membuat selera makan menjadi berkurang hal ini karena berkurangnya sensitivitas indera pengecap ( Moehyi, 1992 ). Makanan yang terlalu dingin membuat kepekaan terhadap rasa makanan berkurang. Ini akibat dari saraf pada indera pengecap yang terbius suhu dingin ( Winarno, 1992 ). 2.7 Daya terima Dalam menilai kepuasan konsumen dalam suatu jasa boga adalah dengan menggunakan aspek daya terima karena daya terima merupakan produk akhir dari makanan. Daya terima biasanya diukur sebagai sisa makanan yang dikonsumsi. Sisa makanan ini harus diperhatikan karena menentukan apakah makanan disukai atau tidak ( Sediaoetama, 1996). Penelitian Yamsehu menyebutkan ada banyak faktor yang mempengaruhi daya terima konsumen seperti lingkungan dan iklim. Faktor lainnya adalah umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, sosial budaya, serta faktor kepercayaan dan agama ( Mukrie, 1990 ). Selain itu, yang dapat mempengaruhi daya terima makanan adalah jarak makan antara makan pagi dengan makan siang serta aktivitas dari konsumen ( Dewi, 2007 ). Efek lanjutan dari makanan yang tidak dihabiskan adalah berkurangnya asupan gizi pada konsumen yang dapat mempengaruhi status gizi konsumen. Oleh karenanya agar makanan yang disajikan habis, perencanaan dalam membuat menu harus diperhatikan dengan baik agar selera makan konsumen meningkat dan makanan yang disajikan habis ( Sullivan, 1990 ).

17 17 Metode yang digunakan dalam menghitung sisa makanan adalah dengan menimbang sisa makanan. Agar lebih efektif penimbangan dilakukan dengan cara menimbang berat awal lalu dihitung sisa makanan yang ada (Yamsehu, 2008). Adapun rumus untuk mencari prosentase BeratAwal BeratAkhir daya terima adalah sebagai berikut x100% (Dewi, BeratAwal 2007). 2.8 Survey Konsumsi Makanan Secara umum metode survey konsumsi makanan terbagi menjadi dua garis besar yaitu survey konsumsi pada tingkat rumah tangga dan survey konsumsi pada tingkat individu. Tujuan dari survey konsumsi makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan baik itu tingkat rumah tangga maupun tingkat individu. Selain itu, survey konsumsi makanan dapat mengetahui asupan zat gizi tingkat rumah tangga dan individu (Par i, 2009). Survey konsumsi pada tingkat rumah tangga meliputi metode pencatatan, metode pendaftaran makanan, metode inventaris dan yang terakhir yaitu metode pencatatan makanan rumah tangga (Par i, 2009). Menurut Gibson, survey konsumsi pada tingkat individu meliputi metode recall 24 jam, estimated food record yang lebih dikenal dengan istilah food record, dietary history, food frequency questionner, dan yang terakhir adalah metode food weighing (Gibson, 2009) Metode food weighing adalah cara untuk mendapatkan hasil akurat tentang daya terima makanan. Dalam menentukan daya terima makanan ditimbang sisa makanan yang disajikan. Penimbangan bisa dilakukan oleh peneliti ataupun responden. Penimbangan dilakukan beberapa hari tergantung dari tujuan penelitian, dana yang tersedia, dan waktu yang disediakan (Supariasa, 2001)

18 18 Kelebihan dari metode ini adalah peneliti dapat memperoleh data akurat mengenai jumlah makanan yang dikonsumsi karena sisa makanan ditimbang. Adapun kekurangan dari metode iini adalah membutuhkan waktu, tenaga, dan alat. Selain itu tenaga penimbang harus terampil, perlu ada kerjasama dengan responden, dan dapat merubah pola makan responden bila penimbangan cukup lama (Livianti, 2008) Langkah-langkah dalam penimbangan makanan adalah a. Petugas atau responden menimbang dan mencatat bahan makanan atau makanan yang dikonsumsi dalam gram. b. Hitung sisa makanan, kemudian bandingkan dengan berat awal makanan. Maka akan diperoleh nilai daya terima makanan (Supariasa, 2001) BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Daya terima makanan dipengaruhi oleh penampilan dan rasa makanan. Penampilan makanan sangat mempengaruhi indera penglihatan, pengaruh ini mampu merangsang selera makan dan membuat konsumen menjadi menikmati makan. Begitu juga dengan rasa makanan, perpaduan rasa makanan yang disajikan dapat menimbulkan sensasi rasa pada indera pengecap serta sensasi bau yang menarik pada indera penciuman yang pada akhirnya berpengaruh juga terhadap selera makan konsumen sehingga membuat daya terima makanan menjadi baik. Untuk mengetahui hubungan antara penampilan, rasa dengan daya terima dapat dilihat pada gambar berikut GAMBAR 3.1

19 19 HUBUNGAN ANTARA PENAMPILAN DAN RASA TERHADAP DAYA TERIMA MAKAN SIANG DI PONDOK PESANTREN MODERN AL- Persepsi Cita Rasa Makanan Penampilan : ( Warna, Bentuk, penyajian dan Besar Porsi ) HIMMAH Rasa : (Aroma, Bumbu dan Kematangan,) Daya Terima Makanan Keterangan : Variabel independen Variabel dependen : Penampilan, rasa, dan citarasa : Daya terima 3.2 Hipotesis Ada hubungan antara penampilan makanan dengan daya terima makanan siang di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi Ada hubungan antara rasa makanan dengan daya terima makanan siang di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi Ada hubungan antara cita rasa makanan dengan daya terima makanan siang di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi

20 Definisi Operasional Penampilan Penampilan adalah penampakan menu yang tersaji yang terlihat oleh indera penglihat siswa. Penilaian penampilan ini didapat selama 2 hari tidak berturut turut yaitu pada menu ke-1 dan menu ke-3. Aspek penampilan meliputi aspek warna, bentuk makanan, penyajian dan besar porsi makanan. Cara ukur Alat ukur : wawancara : Kuesioner berupa angket Kategori : baik, jika nilai penampilan median (20) kurang, jika nilai penampilan median (20) Skala : ordinal Rasa Rasa adalah persepsi rasa terhadap menu yang disajikan serta dirasakan oleh indera pengecap siswa. Penilaian rasa didapat selama 2 hari tidak berturut turut yaitu pada menu ke-1 dan menu ke-3. Aspek rasa meliputi aroma, bumbu dan kematangan. Cara ukur Alat ukur : wawancara : Kuesioner berupa angket Kategori : baik, jika nilai rasa median (19) kurang, jika nilai rasa median (19)

21 21 Skala : ordinal Cita Rasa Cita rasa adalah nilai komposit antara nilai penampilan makanan dan rasa makanan yang diambil selama 2 hari tidak berturut turut. Cara ukur Alat ukur : wawancara : Kuisioner berupa angket Kategori : baik, jika nilai penampilan dan rasa median (39,5) kurang, jika nilai penampilan dan rasa (39,5) median Skala : ordinal Daya Terima Makanan Daya terima adalah persentase makanan yang dihabiskan oleh siswa melalui proses penimbangan awal berat makanan dan sisa makanan selama 2 hari tidak berturut-turut yaitu pada menu ke-1 dan menu ke-3. Cara ukur Alat ukur Kategori : pengukuran : timbangan digital : baik, jika nilai daya terima = 100 % dari hidangan yang disajikan kurang, jika nilai daya terima yang disajikan 100 % dari hidangan Skala : ordinal

22 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Pada penelitian ini digunakan desain penelitian cross sectional dengan melakukan pengukuran secara bersamaan antara variabel independen dengan variabel dependen. 4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi. 4.3 Populasi Dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMP dan SMA Pondok Pesantren Modern Al-Himmah Kabupaten Sukabumi. Sampel penelitian adalah siswa SMA dan SMP yang memenuhi kriteria sebagai berikut a. Bersedia ikut dalam penelitian; b. Sampel hadir pada saat penelitian. Adapun besar sampel yang diperlukan menggunakan rumus sebagai berikut : n = 1 d 2

23 23 N n : besar populasi : besar sampel d : presisi 0,05 (Notoatmodjo, 2005) Hasil penjajagan awal didapat jumlah populasi pada sekolah tersebut adalah 43 siswa. Dengan demikian sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan tingkat kepercayaan 95 % dan presisi 0,05 adalah 38 orang. Sampel akan dipilih dengan metode Purposive Sampling. Dimana sampel yang memenuhi kriteria diambil sampai memenuhi sebanyak 38 sampel. 4.4 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data Jenis Data Data yang didapat dari penelitian ini adalah meliputi data primer yang meliputi : a. Data umum meliputi usia, kelas dan jenis kelamin. b. Data penilaian penampilan makanan. c. Data penilaian rasa makanan. d. Data citarasa makanan. e. Data penilaian daya terima makanan. Adapun data sekunder meliputi data susunan menu, pola menu, siklus menu, standar bumbu, standar porsi, pola makan, standar makanan dan dana yang digunakan dalam proses produksi.

24 24

25 Cara Pengumpulan Data a. Data karakterisitk sampel meliputi usia, kelas dan jenis kelamin didapat dari kuesioner yang diisi langsung oleh sampel. b. Data penilaian penampilan makanan diperoleh dari kuesioner yang diisi langsung oleh sampel dengan cara sampel memberikan jawaban pada lembar kuesioner yang berisi pertanyaan tentang penampilan makanan yang disajikan meliputi warna, bentuk makanan, cara penyajian dan besar porsi makanan. Pengambilan data penilaian sampel terhadap penampilan makanan yang disajikan diambil selama 2 hari tidak berturut turut. c. Data penilaian rasa makanan diperoleh dari kuesioner yang diisi langsung oleh sampel dengan cara sampel memberikan jawaban pada lembar kuesioner yang berisi pertanyaan tentang rasa makanan yang disajikan meliputi aroma, bumbu, dan kematangan makanan. Sampel memberikan nilai pada format kuesioner yang telah disediakan. Pengambilan data penilaian sampel terhadap rasa makanan yang disajikan diambil selama 2 hari tidak berturut turut d. Data citarasa didapat dengan menjumlahkan nilai penampilan makanan dan rasa makanan yang diambil selama 2 hari tidak berturut turut e. Data penilaian daya terima makanan diperoleh dengan cara menimbang berat makanan yaitu berat awal keseluruhan makanan dan berat akhir keseluruhan makanan. Adapun cara penimbangan awal sebelum makanan disajikan kepada konsumen semua makanan akan ditimbang dahulu.

26 26 Sehingga per masing-masing makanan diketahui berat awalnya berapa banyak. Adapun berat akhir diperoleh dengan cara menimbang kembali sisa makanan yang tidak dihabiskan dengan cara mengambil sisa makanan tersebut lalu memasukkannya kedalam keresek hitam lalu ditimbang beratnya. Pengambilan data daya terima sampel diambil selama 2 hari tidak berturut turut f. Adapun data sekunder yang meliputi data susunan menu, pola menu, siklus menu, standar bumbu, standar porsi, pola makan, standar makanan dan dana yang digunakan dalam proses produks diperoleh dari pihak dapur dengan cara wawancara. 4.5 Pengolahan Dan Analisis Data Pengolahan Data a. Data karakterisitik sampel yang didapat dari hasil Kuesioner akan diolah dan dikategorikan menurut jenis kelamin, usia dan kelas. Jenis kelamin akan dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Data usia akan dikelompokan menjadi usia tahun, usia tahun dan usia tahun. Untuk data kelas akan dikategorikan menjadi kelas 7, 8, 10, 11, dan 12. b. Pengolahan penilaian penampilan makanan Kuesioner mengenai penilaian penampilan makanan yang disajikan memiliki 4 pilihan jawaban bertingkat. Setiap jawaban akan diberi skor berbeda sesuai dengan tingkatan jawaban. Skor terkecil yaitu 1 diberikan untuk jawaban yang sangat kurang dan skor terbesar yaitu 4

27 27 untuk jawaban yang paling baik. Data yang dikumpulkan akan diolah dengan menjumlahkan semua nilai. Data yang sudah dihitung akan di kategorikan menjadi kategori baik dan kurang. Kategori baik jika nilai penampilan makanan median dan kurang jika nilai penampilan makanan < median. Penyajian data penilaian penampilan makanan akan disajikan menurut hari pelaksanaan penelitian dan data penilaian penampilan makanan yang sudah dijumlahkan antara hari pertama penelitian dan hari kedua penelitian. Data data tentang aspek penampilan makanan yang dikumpulkan selama dua hari penelitian meliputi warna, bentuk makanan, cara penyajian dan besar porsi makanan akan dilihat median dari masing-masing aspek setelah seluruh data dari hari pertama penelitian dan hari kedua penelitian dijumlahkan. Aspek penampilan makanan baik jika aspek penampilan makanan median dan kurang jika < median. c. Pengolahan penilaian rasa makanan Kuesioner mengenai penilaian rasa makanan yang disajikan memiliki 4 pilihan jawaban bertingkat. Setiap jawaban akan diberi skor berbeda sesuai dengan tingkatan jawaban. Skor terkecil yaitu 1 diberikan untuk jawaban yang sangat kurang dan skor terbesar yaitu 4 untuk jawaban yang paling baik. Data yang dikumpulkan akan diolah dengan menjumlahkan semua nilai. Data yang sudah dihitung akan di kategorikan menjadi kategori baik dan kurang. Kategori baik jika nilai rasa makanan median dan kurang jika nilai rasa makanan < median.

28 28 Penyajian data penilaian rasa makanan akan disajikan menurut hari pelaksanaan penelitian dan data penilaian rasa makanan yang sudah dijumlahkan antara hari pertama penelitian dan hari kedua penelitian. Data data tentang aspek rasa makanan yang dikumpulkan selama dua hari penelitian meliputi aroma, bumbu, dan kematangan makanan akan dilihat median dari masing-masing aspek setelah seluruh data dari hari pertama penelitian dan hari kedua penelitian dijumlahkan. Aspek rasa makanan baik jika aspek rasa makanan median dan kurang jika < median. d. Pengolahan penilaian cita rasa makanan Data citarasa makanan yang diambil dengan menjumlahkan data penampilan makanan dan rasa makanan. Hasilnya akan dikategorikan menjadi kategori baik dan kurang. Kategori baik jika nilai cita rasa makanan median dan kurang jika nilai cita rasa makanan < median. Penyajian data citarasa makanan akan disajikan menurut hari pelaksanaan penelitian dan data penilaian citarasa makanan yang sudah dijumlahkan antara hari pertama penelitian dan hari kedua penelitian. e. Pengolahan daya terima makanan Data yang terkumpul dari hasil penimbangan berat awal makanan dan berat akhir makanan selama 2 hari akan dihitung sehingga menjadi data daya terima makanan BeratAwal BeratAkhir menggunakan rumus x100%. BeratAwal

29 29 Sehingga akan diperoleh data daya terima hari pertama dan hari kedua. Hasil daya terima hari pertama dan hari kedua akan di rata-ratakan sehingga menjadi data daya terima sampel. Data daya terima akan diolah menjadi dua kategorik yaitu baik dan kurang. Kategori baik jika nilai daya terima = 100% dan kurang, jika nilai daya terima 100%. Penyajian data daya terima makanan akan disajikan menurut hari pelaksanaan penelitian dan data daya terima makanan yang sudah dijumlahkan antara hari pertama penelitian dan hari kedua penelitian kemudian dirataratakan. f. Pengolahan data sekunder Data sekunder yang didapatkan akan dijadikan bahan pembahasan dengan cara dinarasikan kembali hasil wawancara dengan pihak dapur Analisis Data Data akan diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat dan bivariat. a. Analisis Univariat Data karakterisitik sampel meliputi kelas, usia, dan jenis kelamin akan analisis secara deskriptif dengan skala nominal. Data penampilan makanan, rasa makanan, citarasa dan daya terima makanan masing-masing akan dianalisis secara deskriptif dengan skala ordinal.

30 30 b. Analisis Bivariat Analisis ini menggunakan Uji Chi-Square. Pengujian dengan table silang akan dilakukan pada variabel penampilan makanan terhadap daya terima makanan, variabel rasa makanan terhadap daya terima makanan dan variabel citarasa makanan dengan daya terima makanan. Rumus Uji Chi Square : Keterangan : 0ij = jumlah observasi pada kasus kasus yang dikategorikan dalam baris ke-1 dalam kolom ke j Eij = jumlah kasus yang diharapkan yang dikategorikan dalam baris ke-1 dalam kolom ke-j Kriteria Uji Syarat menggunakan Uji Chi Square : 1. Jumlah sel dengan frekuensi yang diharapkan kurang dari 5 tidak boleh dari 20 % dari jumlah seluruhnya. 2. Tidak boleh satu sel pun memiliki frekuensi yang diharapkan kurang dari 1 Bila pada uji Chi Square, nilai frekuensi harapan lebih kecil dari 5 dan lebih dari 20%, maka digunakan uji Fisher exact pada titik kepercayaan 95% dengan α = tingkat kemaknaan (0,05)

31 31 Rumus Statistik Fisher Exact : P = (A+B)!(C+D)!(A+C)!(B+D)! N!A!B!C!D! Keterangan : N P A,B,C,D = Jumlah sampel = Populasi yang diharapkan = Nilai pada setiap sampel α = 0,05 Ho ditolak jika P < α, dengan nilai α = 0,05 ( Fajar, 2009 ). BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Pondok Pesantren Modern Al Himmah Pondok Pesantren Modern Al Himmah didirikan pada 24 Februari 2007 dibawah Yayasan Himmatul Muslimin dan diresmikan oleh Dr. Hidayat Nur Wahid selaku Ketua MPR periode Pondok Pesantren Modern Al Himmah berlamat di Jalan Sukabumi-Cianjur KM 14 Sukalarang, Kabupaten Sukabumi Pondok Pesantren Modern Al Himmah menyelenggarakan pendidikan formal untuk tingkat SMA dan SMP. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara penuh (Fullday School) dimulai pada pukul WIB. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan ekstrakulikuler pendidikan

32 32 kepesantrenan. Waktu istirahat sebanyak 2 kali. Istirahat pertama pada pukul WIB. Istirahat kedua saat sholat Zhuhur. Waktu makan siang dilakukan setelah melaksanakan sholat zhuhur berjamaa ah. Pondok Pesantren Modern Al Himmah hanya membuka pendaftaran bagi siswa laki-laki dan saat ini telah berjumlah 43 siswa. Siswa SMP sebanyak 16 siswa dan siswa SMA sebanyak 27 siswa. Pada tingkat SMP baru untuk kelas 7 dan 8. Untuk tingkat SMA terdiri dari kelas 10, 11, dan 12. Tim pengajar di Pondok Pesantren Modern Al Himmah berjumlah 20 orang, berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dalam negeri dan luar negeri. Pondok Pesantren AL Himmah telah memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Fasilitas yang ada di Pondok Pesantren Modern Al Himmah terdiri dari ruangan kelas sebanyak 5 kelas, ruangan guru sebanyak 1 ruangan, ruangan sebanyak perpustakaan 1 ruangan, kantin sebanyak 1 ruangan, dapur sebanyak 1 ruangan, kamar mandi sebanyak 20 kamar, dan kamar asrama siswa sebanyak 5 kamar. 5.2 Gambaran Umum Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makan di Pondok Pesantren Modern Al Himmah telah dilakukan sejak berdirinya Pondok Pesantren Modeern Al Himmah dan dikelola sendiri oleh yayasan. Yayasan menunjuk Biro Rumah Tangga untuk menyelenggarakan kegiatan makanan. Biro Rumah Tangga kemudian membentuk tim dapur yang melaksanakan proses produksi makanan Dana

33 33 Penyelenggaraan makanan di Pondok Pesantren dilaksanakan sebanyak 3 kali waktu, yaitu pagi, siang, dan malam. Biaya penyelenggaraan makan sebesar Rp ,00 sehari. Biaya ini hanya untuk biaya bahan makanan termasuk beras. Adapun biaya tenaga kerja, air, dan gas atau biaya overhead terpisah dari biaya bahan makanan. Apabila melihat biaya makan, sulit dihidangankan makanan dengan penampilan yang baik dan rasa makanan yang baik. Hal ini akibat keterbatasan dalam pembelian bahan makanan karena dana yang tersedia terbatas. Dengan demikian diperlukan perencanaan ulang terhadap menu yang ada. Menurut Mukrie (1990), merencanakan menu tidak dimulai dengan penentuan harga. Cara ini biasanya akan membuat menu yang dibuat memiliki keterbatasan dalam hal penampilan dan rasa akibat keterbatasan pemilihan bahan makanan karena dana terbatas. Dalam merencanakan menu sebaiknya disusun dahulu menu yang memiliki citarasa yang baik dengan nilai gizi yang baik, kemudian tetapkan bahan makanan yang digunakan dalam menu tersebut. Langkah terakhir adalah menentukan harga dari bahan makanan yang digunakan. Meskipun demikian menu dengan citarasa yang baik dan memiliki nilai gizi yang baik tidak selalu mahal. Oleh karenanya dalam hal perencanaan dan penyusunan menu perlu melibatkan ahli gizi dan secara berkala ahli gizi melakukan evaluasi terhadap menu yang disusun agar menu yang disajikan selain memiliki citarasa yang baik juga memiliki nilai gizi yang baik Menu Dalam hal penyusunan menu, dilakukan oleh Tim Ahli Gizi RSUD Syamsuddin SH Sukabumi. Pondok Pesantren Modern Al Himmah memiliki siklus menu 7 hari, pedoman menu, standar porsi, standar bumbu dan standar resep. Meskipun demikian, dalam pelaksanannya belum

34 34 sesuai dengan apa yang tercantum, hal ini berkaitan kesediaan bahan makanan yang terbatas Standar Makanan Pondok Pesantren Modern Al-Himmah belum memiliki standar makanan untuk para siswa. Standar makanan penting disusun, agar kebutuhan siswa dapat tercukupi karena fungsi dari penyelenggaraan makanan adalah terpenuhinya kebutuhan gizi bagi konsumen. Oleh karenanya perlu dilakukan perencanaan ulang dalam penyusunan menu makanan berdasarkan standar makanan Standar Porsi Pondok Pesantren Modern Al-Himmah telah memiliki standar porsi. Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan untuk tiap jenis hidangan yang dinyatakan dengan berat bersih ( Mukrie, 1990). Dengan adanya standar porsi, hidangan yang disajikan terjaga kualitasnya.

35 Pola Menu Pola menu di pondok pesantren terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah. Akan tetapi dalam pelakasanaannya belum bisa menyediakan menu dengan susunan pola menu diatas. Pada hari pertama dan hari kedua penelitian, menu yang disajikan hanya makanan pokok dan lauk hewani saja tanpa ada lauk nabati, sayuran, dan buah Dalam perencanaannya, pola menu yang disusun merujuk pada Pedoman Umum Gizi Seimbang. Akan tetapi pada pelaksanaanya belum sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Sebaiknya perlu ada pengawasan terhadap pelaksanaan penyelengaraan makanan. Sehingga apa yang telah direncanakan dapat terlaksanakan Perhitungan dan Pembelian Bahan Makanan Biro rumah tangga bertugas melakukan perencanaan kebutuhan bahan makanan dan pembelian bahan makanan. Pembelian bahan makanan dilakukan setiap 2 hari sekali. Untuk pembelian beras tidak dilakukan setiap 2 hari sekali. Pembelian beras setiap 7 hari sekali Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan Tim dapur menerima bahan makanan dan menyimpan bahan makanan. Untuk penyimpanan bahan makanan segar ditempatkan di refrigerator. Untuk penyimpanan bahan makanan kering ditempatkan di gudang Persiapan dan Pengolahan Persiapan dan pengolahan dilakukan 3 kali waktu. Menu makan pagi disiapkan pada pukul WIB, menu makan siang disiapkan pada pukul WIB, dan menu makan malam disiapkan pada pukul

36 Distribusi dan Pelayanan Makanan didistribusikan secara sentralisasi. Setiap kali produksi dihasilkan sekitar 70 porsi makanan. Makanan tersebut diperuntukan bagi siswa dan karyawan pondok pesantren. Jadwal makan pagi pada pukul 06.00, makan siang 12.30, dan makan malam pukul Peralatan makan di Pondok Pesantren menjadi tanggung jawab siswa. Siswa membawa piring dan sendok masing-masing. Pelayanan di Pondok Pesantren menggunakan system cafeteria dimana siswa mengambil sendiri makanan yang disajikan. Untuk makanan pokok tidak diporsikan, adapun untuk lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah diporsikan. Makanan yang disiapkan hanya makanan utama. Tim dapur tidak menyiapkan menu snack atau selingan untuk siswa. Padahal dalam pola menu yang disusun, terdapat menu snack untuk makanan selingan Tenaga Biro rumah tangga dikepalai oleh seorang pengajar yang memiliki riwayat pendidikan strata 1 sedangkan tim dapur terdiri 3 orang. Satu orang ketua dan 2 lainnya adalah pembantu. Ketua tim dapur hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 2 SD sedangkan pembantunya lulusan SMA.

37 Menu Saat Penelitian dan Kebutuhan Gizi Saat penelitian menu makan siang yang disajikan dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 5.1 PERENCANAAN MENU Siklus Menu Perencanaan Pelaksanaan Hari Ke-1 Nasi Goreng Teri Kacang Tempe Bacem Lalapan Nasi Ayam Bumbu Kecap Hari Ke-3 Nasi Balado Telur Ceplok Bakwan Cah Buncis Nasi Ikan Goreng Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa menu makan siang yang disajikan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Untuk itu perlu pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan makanan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Menurut angka kecukupan gizi tahun Rata-rata kebutuhan gizi laki-laki dengan usia antara tahun adalah 2464,47 kalori dengan protein sebesar 61,44 gram. Kebutuhan gizi untuk makan siang sebesar 30% dari kebutuhan adalah 739,34 kalori dengan protein 18,43 gram.

38 38 TABEL 5.2 TABEL KECUKUPAN GIZI MAKAN SIANG Zat Gizi Angka Kecukupan Gizi Nilai Gizi Perencanaan Nilai Gizi Pelaksanaan % Terhadap AKG Energi 739,34 kalori 827 kalori 487,5 kalori 64,71 Protein 18,43 gram 28,4 gram 12 gram 66,66 Selama 2 hari kegiatan penelitian, menu yang disajikan adalah nasi dan ayam bumbu kecap pada hari pertama. Pada hari kedua adalah nasi dan ikan goreng. Rata-rata zat gizi menu yang disajikan adalah sebesar 487,5 kalori dan 12 gram protein. Selisih energi sebesar 64,71 % dan selisih protein adalah 66,66 %. Menu yang disajikan bila dibandingkan dengan AKG lebih rendah. Kekurangan zat gizi dalam waktu yang lama akan berakibat pada penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh (Almatsier, 2004). Perlu adanya pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan penyelenggaraan makanan sehingga apa yang direncanakan dapat dijalankan. Sehingga tujuan dari penyelenggaraan makanan, yaitu menyediakan makanan sesuai kebutuhan dapat dilaksanakan. Apabila melihat pada perencanaan menu, kebutuhan gizi yang terkandung pada satu kali makan siang rata-rata sebesar 827 kalori dengan jumlah protein 28,4 gram. Jumlah ini sangat baik apabila dapat terlaksana dengan baik. Dengan demikian pengawasan dan evaluasi perlu dilakukan secara berkala.

39 Gambaran Umum Sampel Sampel seluruhnya adalah laki-laki dengan berjumlah 38 orang dan merupakan siswa SMP kelas 7 dan 8 serta siswa SMA kelas 10,11, dan 12 di Pondok Pesantren Modern Al Himmah dengan usia tahun. Sampel memiliki karakterisitik sebagai sampel tidak terlatih. Faktor jenis kelamin mempengaruhi penerimaan makanan sehingga dapat memicu adanya sisa makanan dari makanan yang disajikan. Menurut penelitian Ermalina pada tahun 2008 disebutkan bahwa perbedaan kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan perempuan menjadikan adanya sisa makanan. Hal ini sesuai dengan penelitian Daniyah (2000) tentang hubungan antara jenis kelamin dengan daya terima dengan hasil uji statistik bermakna (p<0,05). Dari 17 sampel laki-laki, seluruh sampel memiliki daya terima yang baik sedangkan dari 22 sampel perempuan, 17 sampel (77,3%) memiliki daya terima yang baik dan 5 sampel (22,7%) memiliki daya terima yang kurang. Daya terima makanan pada remaja laki-laki dan perempuan sangat berbeda. Remaja perempuan lebih rentan memiliki daya terima makanan yang kurang akibat dari persepsi terhadap bentuk tubuh. Remaja perempuan lebih cemas terhadap kegemukan sehingga membuat perempuan lebih memilih melewatkan waktu makan sampai dua waktu makan dan lebih memakan kudapan bahkan tidak makan sama sekali (Arisman, 2004 ). Berbeda dengan laki-laki, laki-laki memiliki persepsi bahwa bentuk tubuh yang baik adalah bentuk tubuh yang kekar dan atletis. Ini membuat laki-laki lebih menderung untuk makan ditambah aktivitas olahraga (Alimudin, 2009). Pada penelitian Daniyah (2000) didapatkan hasil bahwa seluruh sampel laki-laki memiliki daya terima makanan yang baik sedangkan untuk sampel perempuan, 17 sampel (77,3 %) yang memiliki daya terima makanan yang baik.

40 40 TABEL 5.3 TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT KELAS DI PONDOK PESANTREN AL HIMMAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2011 Kelas Jumlah (n) % Jumlah Dari data di atas dapat kita lihat bahwa sampel sebanyak 9 orang (23,7%) berasal dari kelas 7, 5 orang (13,2%) dari kelas 8 dan 10, 8 orang (21.1 %) dari kelas 11 dan 11 orang (28,9%) berasal dari kelas 12. Menurut Djamaludin (2005), tingkat pendidikan tidak banyak berpengaruh terhadap daya terima makanan. Jadi tingkat pendidikan apapun memiliki daya terima yang sama. Hal ini berbeda dengan Suhardjo (1989), tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap daya terima makanan. Selain tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan karekterisitik makanan pun menjadi faktor yang mempengaruhi daya terima makanan. Secara teori, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka diharapkan semakin tinggi pula pengetahuannya tentang makanan sehingga penerimaan terhadap makanan akan semakin baik ( Suhardjo 1989).

41 41 TABEL 5.4 TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL MENURUT USIA DI PONDOK PESANTREN AL HIMMAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2011 Usia Jumlah (n) % tahun 5 13, tahun 12 31, tahun 21 55,3 Jumlah ,0 Dari data diatas dapat kita lihat bahwa sebanyak 5 siswa (13,2%) berusia tahun, 12 siswa (31,6%) berusia tahun dan 21 siswa (55,3%) berusia tahun. Djamaludin (2005), mengatakan bahwa tidak ada perbedaan penerimaan makanan meskipun ada perbedaan tingkat usia. Menurut Almatsier (2004), faktor umur sangat menentukan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan gizi semakin meningkat saat usia meningkat. pada usia remaja kebutuhan meningkat karena dalam masa pertumbuhan. Hal ini akan berpengaruh pada daya terima makanan sehari-hari.

42 Penilaian Sampel Terhadap Citarasa makanan Persepsi Penampilan Makanan TABEL 5.5 TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI PENILAIAN PENAMPILAN MAKANAN DI PONDOK PESANTREN AL HIMMAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2011 Penampilan Makanan Hari 1 Hari 2 Total n % n % n % Kurang 11 28,9 9 23, ,2 Baik 27 71, , ,8 Jumlah , , ,0 Pada hari pertama sebanyak 11 sampel (28,9%) menilai penampilan makanan kurang dan 27 sampel (71,1 %) menilai penampilan makanan baik. Pada hari kedua sebanyak 9 sampel (23,7%) menilai penampilan makanan kurang dan 29 sampel (76,3 %) menilai penampilan makanan baik. Data setelah dijumlahkan didapat sebanyak 13 sampel (34,2%) menilai makanan yang disajikan kurang baik sedangkan 25 sampel (65,8%) menilai makanan yang disajikan sudah baik. Penilaian penampilan makanan ini adalah penilaian menu yang disajikan selama 2 hari. Menurut Khan (1987), aspek warna makanan sangat berpengaruh terhadap penampilan makanan sehingga berpengaruh juga terhadap selera makan konsumen. Hal ini dikarenakan aspek psikolgis manusia yag senang terhadap variasi warna. Selain variasi warna, tingkat kecerahan warna pun menjadi faktor penting yang mempengaruhi penampilan makanan.

43 43 Selain dari aspek warna makanan, hal hal yang berpengaruh terhadap penampilan makanan adalah besar porsi makanan, bentuk makanan, konsistensi dan tekstur makanan. Semakin banyak variasi antara semua faktor maka penampilan makanan semakin baik. Melihat penilaian siswa terhadap penampilan menu makanan yang kurang baik sebanyak 13 sampel (34,2%), ini menunjukan penampilan menu makanan yang disajikan secara umum masih belum baik, hal ini dikarenakan menu yang disajikan belum menunjukan variasi warna yang baik. Pada pelaksanaannya menu yang disajikan selama dua hari tidak sesuai dengan menu yang tercantum. Pada hari pertama menu yang disajikan adalah nasi putih dan ayam bumbu kecap sedangkan menu hari kedua adalah nasi putih dan ikan goreng. Perpaduan dari kedua menu tersebut kurang variasi warna. Menu hanya tampak warna putih dan cokelat saja sehingga kurang menarik dalam hal penampilannya. Sehingga masih ada yang menilai penampilan makanan kurang baik sebanyak 13 sampel (34,2%). Agar penampilan makanan lebih baik lagi perlu adanya pengelolaan yang baik dalam hal tenaga pengolah makanan. Perlu adanya peningkatan kualitas tenaga pengolah makanan. Baik pengetahuan dan keterampilan tentang pengolahan makanan serta pengetahuan tentang gizi. Peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara pemberian pelatihan secara berkala serta perlu adanya ahli gizi sebagai pengawas penyelenggaraan makanan. Menurut Wood (1988), penampilan makanan sangat mempengaruhi penerimaan makanan. Hal ini karena kombinasi warna yang baik akan meningkatkan selera makan sehinggga meningkatkan penerimaan makanan. Selain aspek warna, aspek besar porsi dan bentuk makanan sangat memperngaruhi selera makan. Apabila makanan tersebut terlalu besar atau terlalu kecil akan sangat mempengaruhi terhadap penerimaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya.

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA.

ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA. ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA Repa Kustipia 1 1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul, Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit Berdasarkan SK. MenKes No.l34/MenKes/IV/1978 menyebutkan bahwa instalasi gizi merupakan wadah yang melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit.

Lebih terperinci

GAMBARAN RASA, WARNA, TEKSTUR, VARIASI MAKANAN DAN KEPUASAN MENU MAHASANTRI DI PESANTREN MAHASISWA KH.MAS MANSUR UMS

GAMBARAN RASA, WARNA, TEKSTUR, VARIASI MAKANAN DAN KEPUASAN MENU MAHASANTRI DI PESANTREN MAHASISWA KH.MAS MANSUR UMS GAMBARAN RASA, WARNA, TEKSTUR, VARIASI MAKANAN DAN KEPUASAN MENU MAHASANTRI DI PESANTREN MAHASISWA KH.MAS MANSUR UMS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Diploma III Program Studi Ilmu Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi sangat berpengaruh pada proses

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi sangat berpengaruh pada proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian mengenai Manfaat Hasil Belajar Manajemen Sistem Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit Citra sebuah rumah sakit di tentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sistem pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi merupakan suatu pelayanan yang bertujuan membantu masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit untuk memperoleh

Lebih terperinci

HANDOUT 4 1. Tujuan Instruksional Umum 2. Tujuan Instruksional Khusus 3. Uraian Materi perkuliahan A. Perencanaan Menu

HANDOUT 4 1. Tujuan Instruksional Umum 2. Tujuan Instruksional Khusus 3. Uraian Materi perkuliahan A. Perencanaan Menu HANDOUT 4 Mata Kuliah : Katering Pelayanan Lembaga Program : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering Jenjang : S-1 Semester : VI Minggu : 6 dan 7 Pokok Bahasan : Perencanaan Menu Jumlah SKS : 3 sks 1. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi institusi, salah satunya adalah pelayanan Gizi Institusi Asrama. Pelayanan gizi institusi asrama adalah pelayanan gizi yang dilakukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk. aktifitas fisik maupun biologis dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk. aktifitas fisik maupun biologis dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk keberlangsungan hidup dan sebagai sumber energi untuk menjalankan aktifitas fisik maupun biologis dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Banyak Penyelenggaraan makanan institusi adalah serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, penyediaan atau pembelian bahan makanan, penerimaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, pekerja perkebunan, para prajurit, orang. sakit, penghuni asrama atau panti asuhan,narapidana dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, pekerja perkebunan, para prajurit, orang. sakit, penghuni asrama atau panti asuhan,narapidana dan sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Oleh karena itu penyelenggraan makanan merupakan suatu keharusan, baik dilingkungan keluarga maupun diluar lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Terima Daya terima makan adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya (Kurnia, 2010). Daya terima secara umum dapat dilihat

Lebih terperinci

reporsitory.unimus.ac.id

reporsitory.unimus.ac.id 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SisaMakanan 2.1.1 Pengertian Sisa adalah jumlah yang tidak habis dikonsumsi setelah disajikan. Menurut Komalawati, Dewi dkk (2005) sisa adalah volume atau persentase yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ruang perawatan kelas III, dan data-data terkait antara lain standar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ruang perawatan kelas III, dan data-data terkait antara lain standar 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan November 2011, dimana data yang diambil adalah data sekunder

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan. mencapai status gizi yang optimal (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan. mencapai status gizi yang optimal (Kemenkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan makanan institusi merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,

Lebih terperinci

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA Dosen pembimbing : Ir. Suyatno, M.Kes Disusun oleh : Bertin F W 25010110141094 Annisa Arum S 25010112150038 BAGIAN GIZI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan. pencatatan, pelaporan serta evaluasi (PGRS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan. pencatatan, pelaporan serta evaluasi (PGRS, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan RS merupakan serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan strategi dalam peperangan. Menurut Anwar (1989) makanan

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan strategi dalam peperangan. Menurut Anwar (1989) makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Makanan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia dan sangat berpengaruh dalam perilaku dan pola kehidupan sehari-hari, bahkan dapat dijadikan strategi dalam peperangan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sisa Makanan Keberhasilan suatu pelayanan gizi di ruang rawat inap di evaluasi dengan pengamatan sisa makanan tidak di konsumsi setelah makanan disajikan (Sutarjo, 1999 dalam

Lebih terperinci

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat A. KEPUASAN PASIEN 1. Definisi Pengertian kepuasan pasien Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan BAB II Penampilan makan Rasa makanan TINJAUAN PUSTAKA Keramahan pramusaji Kebersihan

Lebih terperinci

KUESIONER PENYELENGGARAAN MAKANAN

KUESIONER PENYELENGGARAAN MAKANAN KUESIONER PENYELENGGARAAN MAKANAN 1. Perencanaan Menu a. Apakah ketering melakukan perencanan menu? b. Apakah dalam perencanaan menu yang dibuat ketering memperhatikan kecukupan gizi konsumen? c. Apakah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

PELAYANAN Gizi Institusi Sosial

PELAYANAN Gizi Institusi Sosial PONDOK PESANTREN, PANTI JOMPO DAN PANTI ASUHAN PELAYANAN Gizi Institusi Sosial Pelayanan Gizi Institusi Sosial Adalah Pelayanan Gizi Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Atau Swasta Yang Berdasarkan Azas Sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit Berdasarkan SK. Men. Kes No. 134 / Men. Kes / IV / 1978 dan SK. Men. Kes No. 983 / 1992 menyebutkan bahwa Instalasi Gizi merupakan wadah yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai siklus menu 10 hari

BAB V PEMBAHASAN. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai siklus menu 10 hari 43 BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Data Dari hasil penelitian, pada tabel 4.1 diketahui bahwa menu yang ada di Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai siklus menu 10 hari ditambah menu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif bidang gizi institusi yang menggambarkan sisa makanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi sisa makanan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DARI KUALITAS MAKANAN RUMAH SAKIT DENGAN SISA MAKANAN DI RSUD KOTA SEMARANG

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DARI KUALITAS MAKANAN RUMAH SAKIT DENGAN SISA MAKANAN DI RSUD KOTA SEMARANG ILMU GIZI INDONESIA pissn 2580-491X Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DARI KUALITAS MAKANAN RUMAH SAKIT DENGAN SISA MAKANAN DI RSUD KOTA SEMARANG Angelina Swaninda Nareswara * Abstrak

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pelayanan gizi, dalam standar profesi Gizi, dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah pelayanan gizi, dalam standar profesi Gizi, dinyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Depkes, 2003) salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan gizi, dalam standar profesi Gizi, dinyatakan bahwa Pelayanan gizi adalah suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sumber energi, pertumbuhan dan perkembangan, pengganti sel-sel yang rusak,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sumber energi, pertumbuhan dan perkembangan, pengganti sel-sel yang rusak, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit Makanan merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar yang harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhannya. Secara umum makanan berfungsi sebagai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Gizi Rumah Sakit Pelayanan gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien, berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesehatan dan gizi merupakan hak asasi bagi setiap manusia dan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Dengan semakin pesatnya kemajuan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, dimana dinamika korelasi antara faktor faktor resiko dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu sebuah studi pada sekelompok orang pada satu titik waktu untuk mengetahui hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan status kesehatannya. Melalui perbaikan gizi dan kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa, maka

Lebih terperinci

[DataSet1] C:\Users\user\Desktop\Panti Asuhan\DATA PANTI ASUHAN.sav Statistics. Jenis Kelamin. Frequency Percent Valid Percent

[DataSet1] C:\Users\user\Desktop\Panti Asuhan\DATA PANTI ASUHAN.sav Statistics. Jenis Kelamin. Frequency Percent Valid Percent ANALISIS UNIVARIAT 1. Jenis Kelamin [DataSet1] C:\Users\user\Desktop\Panti Asuhan\DATA PANTI ASUHAN.sav Statistics Jenis Kelamin N Valid 54 Missing 0 Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Putri Remaja (adolescence) merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis dan psikososial.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa Remaja merupakan periode dimana terjadi peningkatan pertumbuhan. Oleh sebab itu pada periode ini kebutuhan gizi meningkat dibandingkan periode lain setelah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 )

METODE PENELITIAN. Keterangan: N = besar populasi n = besar subyek d 2 = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0.1) n = 1 + N (d 2 ) METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu yang tidak berkelanjutan. Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI LANJUT USIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY Ardy Ahmad Budiman Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

HANDOUT I. : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering. Minggu : 1 dan 2 Pokok Bahasan : Konsep Dasar, Klasifikasi dan Karakteristik

HANDOUT I. : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering. Minggu : 1 dan 2 Pokok Bahasan : Konsep Dasar, Klasifikasi dan Karakteristik Mata Kuliah Program Jenjang : S-1 Semester HANDOUT I : Katering Pelayanan Lembaga : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering : VI Minggu : 1 dan 2 Pokok Bahasan : Konsep Dasar, Klasifikasi dan Karakteristik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini di desain melalui pendekatan cross-sectional study yaitu rancangan suatu studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Pada Data Primer Kegiatan Praktek Kesehatan Masyarakat dengan melakukan penelitian / survei yang berjudul Gambaran Umum Status Gizi dan Kesehatan Baduta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan bahan selain obat yang mengandung zatzat gizi dan atau unsur-unsur ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif dan promotif. Ada 4 kegiatan pokok PGRS yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif dan promotif. Ada 4 kegiatan pokok PGRS yaitu : BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa. latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa. latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja dalam bahasa Inggris adolescence berasal dari bahasa latinadolescere berati tumbuh menjadi dewasa. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1975, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental. Untuk masyarakat yang berpendidikan dan cukup

Lebih terperinci

PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN

PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 79 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi penyelenggara pelayanan kesehatan berfungsi kuratif dan rehabilitatif yang menyelaraskan tindakan dengan perkembangan penyakit.

Lebih terperinci

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah pola konsumsi daging ayam broiler,

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah pola konsumsi daging ayam broiler, 39 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pola konsumsi daging ayam broiler, sedangkan subjek yang terlibat di dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT. Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang dilaksanakan, saya :

INFORMED CONSENT. Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang dilaksanakan, saya : Lampiran-lampiran INFORMED CONSENT Setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang dilaksanakan, saya : Nama Anak : Umur Anak : Nama Orangtua : Menyatakan bersedia untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara

Lebih terperinci

FORMULIR A INFORMED CONSENT

FORMULIR A INFORMED CONSENT FORMULIR A INFORMED CONSENT Yth: Saudara/ Saudari Saya, Rishitharan Doraisamy, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ingin membuat penelitian gambaran pengetahuan tentang diet seimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi di samping air susu ibu kecuali air putih, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian eksplanatory research dengan metode observasi dan wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Saya Meiti Mahar Resy sebagai mahasiswi Universitas Esa Unggul akan melakukan penelitian Skripsi di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian Lampiran 1. Angket Penelitian KATA PENGANTAR Ibu yang terhormat, Pada kesempatan ini perkenankanlah kami meminta bantuan Ibu untuk mengisi angket yang telah kami berikan, angket ini berisi tentang : 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi keluarga, nusa dan bangsa. Untuk mewujudkan impian akan anak

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi keluarga, nusa dan bangsa. Untuk mewujudkan impian akan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang berprestasi adalah investasi sumber daya manusia yang berharga bagi keluarga, nusa dan bangsa. Untuk mewujudkan impian akan anak yang berprestasi, selain diperlukan

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN SANTRI PONDOK PESANTREN HUBULO GORONTALO

GAMBARAN ASUPAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN SANTRI PONDOK PESANTREN HUBULO GORONTALO GAMBARAN ASUPAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN SANTRI PONDOK PESANTREN HUBULO GORONTALO Description Intake, Nutritional Status and Level of Student Satisfaction Hubulo Islamic Center Gorontalo Harniko

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi Kualitas dapat berbeda-beda makna bagi setiap orang, karena

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi Kualitas dapat berbeda-beda makna bagi setiap orang, karena BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Makanan 2.1.1 Definisi Kualitas Definisi Kualitas dapat berbeda-beda makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung konteksnya.

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN MAKANAN DARURAT MILITER

PENYELENGGARAAN MAKANAN DARURAT MILITER PENYELENGGARAAN MAKANAN DARURAT MILITER A. Pengertian Penyelenggaraan makanan darurat merupakan peyelenggaraan makanan yang dipersiapkan pada waktu terjadi keadaan darurat yang ditetapkan oleh Kepala Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertahanan negara adalah upaya untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan keselamatan segenap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak Indonesia merupakan generasi penerus untuk melanjutkan kegiatan pembangunan bangsa. Sudah seharusnya generasi penerus bangsa mendapatkan pembinaan dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode pendekatan analitik cross sectional yang diarahkan untuk mengetahui hubungan pola makan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan desian Cross Sectional yang bertujuan mengukur variabel bebas (independen) yaitu umur, jenis

Lebih terperinci