KONFLIK DAERAH SEBAGAI BUDAYA POLITIK MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONFLIK DAERAH SEBAGAI BUDAYA POLITIK MASYARAKAT"

Transkripsi

1 RUANG UTAMA KONFLIK DAERAH SEBAGAI BUDAYA POLITIK MASYARAKAT Muhammad Fadil Abstract Democracy and election process in Indonesia, both of general and local, has often caused conflicts in many places. It might happen in political party and supporting the candidate. Geopolitics aspects also show differences how public acts on their political system. Those differences can be drawn in their orientation such as cognitive, affective, and evaluative and all of these orientation forms political culture in Indonesia. Comparative political culture can bring political process in Indonesia becomes well. Kata Kunci: Konflik, Daerah, Budaya Politik Latar Belakang Di setiap pemilihan kepala daerah yang diselenggarakan di berbagai wilayah, tidak sedikit ditemukan konflik-konflik yang terjadi di antara para pendukung calon bupati, walikota, dan gubernur. Konflik lokal pun tidak hanya terjadi pada suasana pemilihan kepala daerah, namun dalam ruang partai politik pun juga terjadi, seperti yang terjadi pada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Konflik yang terjadi ditingkat elit PKB akhirnya berimbas di tingkat grass root antara masingmasing pendukung, sehingga dalam penentuan calon anggota legislatif (caleg), konflik tidak dapat dihindarkan. Di balik itu semua, akan timbul sebuah pertanyaan mengapa suasana politik di Indonesia tidak pernah mencapai titik kondusif dan menunjukkan kedewasaan berpolitik. Di lain tempat, proses pemilihan calon presiden Amerika Serikat, mulai dari pemilihan intern calon dari Partai Demokrat dan Partai Republik, hingga persaingan antara Barack Obama dan John Mc Cain yang disiarkan di seluruh dunia, menjadi inspirasi tersendiri bagi masyarakat Indonesia, yaitu kenapa proses pemilihan di Amerika Serikat dapat berjalan dengan baik dengan konflik yang begitu minimal. Di dalam politik, persaingan antar calon hingga terjadinya kampanye negatif di antara masingmasing pendukung merupakan hal yang biasa. Namun, intensitas konfliklah yang menjadi pembeda di masing-masing negara. Negara Taiwan, misalnya, sering ditemukan bahwa perbedaan pendapat di tingkat anggota dewan senantiasa berakhir dengan perkelahian. Hal ini tidak

2 akan dijumpai di Negara Eropa dan Amerika Utara, seperti Amerika Serikat dan Kanada dan jarang sekali ditemukan konflik fisik terjadi di antara anggota kongres atau senat. Kewibawaan pejabat publik pun bisa berbeda-beda di antara wilayah lainnya. Di Negara Jepang, misalnya, pejabat publik yang tidak mampu dalam menjalankan tugasnya maka akan segera mengundurkan diri sesegera mungkin seperti yang terjadi pada Perdana Menteri Shinzo Abe pada tahun 2007 yang kabinetnya diduga telah terjadi korupsi di dalamnya. Dengan demikian ada perbedaan-perbedaan sikap dan reaksi politis di berbagai wilayah yang menjadikan sebuah ciri khas dalam kehidupan politik lokal. Inilah yang disebut dengan budaya politik. Budaya politik sesungguhnya tidak selalu bisa dianggap modal baik bagi masyarakat, karena di dalamnya ada usaha-usaha yang diinginkan oleh berbagai lapisan masyarakat untuk membentuk budaya politik yang lebih bermartabat lagi. Hal ini akan coba dibahas dengan mengangkat budaya politik lokal yang terdapat di Indonesia. Politik masyarakat daerah di Indonesia Sejak diberlakukannya otonomi daerah dan ditetapkannya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kegiatan perpolitikan lokal semakin marak. Masyarakat daerah tidak hanya terpusat pada pemilihan umum semata, namun secara mandiri dapat melaksanakan kegiatan demokrasi lokal berupa pemilihan kepala daerah (pilkada) di daerahnya, entah itu dalam rangka pemilihan gubernur, bupati, dan walikota. Kegiatan pilkada pun akhirnya diatur dalam aturan pemilihan umum yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Para calon pun tidak harus berasal dari partai politik semata, namun juga bisa berasal dari kalangan umum atau yang dikenal dengan calon independen setelah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 diberlakukan. Di luar itu, pelaksanaan beberapa pilkada di daerah sudah menunjukan politik lokal secara gamblang yang cukup membuka mata bagi seluruh warga Indonesia. Budaya politik yang akan dijelaskan berikut akan menunjukan bagaimana wajah sesungguhnya politik masyarakat Indonesia. Ini diperlihatkan pada kondisi berikut: a. Perilaku partai politik yang terdapat di daerah-daerah. Partai politik di Indonesia, sebelum di selenggarakannya pemerintahan daerah yang mandiri, bertindak secara sentralistik. Orientasi partai politik adalah pemerintahan pusat, sehingga pengorganisasian dan pengkaderan partai politik pun lebih fokus pada tingkat kekuasaan tertinggi. Pemberdayaan partai politik pada tingkat terendah hanya menjadi basis kekuatan massa dan tidak ada pemberdayaan kader-kader daerah untuk lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan. Persaingan antara partai politik pun sangat nyata dan persaingan dapat terjadi mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah. Namun, sejak diberlakukannya pemilihan kepala daerah (pilkada), partai politik daerah mulai mampu menunjukan eksistensi 22

3 dalam perpolitikan lokal. Dalam tingkat pemerintah pusat, sebuah partai boleh jadi berbeda kepentingan dalam kebijakan politis, namun pada tingkat daerah partai yang berbeda kepentingan tersebut ternyata mampu menjadi pasangan, kelompok dan koalisi terbaik dalam mengusung calon mereka. Kepentingan pusat tidaklah sama dengan kepentingan lokal (daerah). Boleh jadi setiap partai politik mengklaim bahwa calon yang mereka usung sudah melalui keputusan dan persetujuan di tingkat tertinggi partai, namun koalisi antar partai yang berbeda di tiap tempat menunjukkan bahwa partai politik lokal mampu bergerak dalam tingkat lokal tanpa harus bergantung pada kepentingan di tingkat pusat. Akan tetapi, konflik internal partai akibat kepentingan pilkada pun tidak bisa dihindari. Konflik ini bisa berupa ketidakcocokan antara partai politik di tingkat daerah dan tingkat pusat, antara calon yang diusung oleh masyarakat pemilih dengan partai, seperti yang terjadi pada kondisi berikut ini. b. Pencalonan para pemimpin daerah dan wakil rakyat. Konflik internal partai bisa terjadi ketika partai pencalonan nama mulai dilakukan. Ketidaksesuaian antara dukungan kelompok dan keinginan partai politik biasa terjadi, seperti yang terjadi di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Masyarakat pemilih di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua menolak kader Golkar Budiman Kogoya jadi calon Bupati pada pilkada Jayawijaya dan lebih mendukung Paskalis Kossy yang juga merupakan kader partai Golkar. Sayangnya, Paskalis, yang lebih diprioritaskan oleh masyarakat justru tidak direkomendasikan oleh DPD Partai Golkar Papua dan Jayawijaya. Hal serupa juga terjadi pada pencalonan nama untuk anggota legislatif. Sejak kubu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terpecah menjadi dua, antara PKB Muhaimin Iskandar dan PKB Abdurrahman Wahid (Gusdur), pencalonan anggota legislatif dari PKB selalu menemukan kesulitan. Di beberapa daerah PKB Gusdur belum mau bergabung dengan PKB Muhaimin, masingmasing PKB mengajukan nama calon, karena, baik dari PKB Gusdur dan PKB Muhaimin sama-sama membukan pendaftaran caleg. Contoh kasus lainnya ialah perwakilanperwakilan dari DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI- P) Cirebon yang menolak keputusan DPP PDI-P yang mengusulkan kembali nama Subardi sebagai Walikota Cirebon dan konflik internal yang terjadi di DPD PDI-P Sumatra Utara tentang pencalonan Tritamtomo-Benny Pasaribu sebagai Gubernur Sumatra Utara yang diusulkan oleh DPP PDI-P. Rata-rata konflik politik lokal terjadi di luar wilayah inti yang mempunyai tingkat aktifitas tinggi, walaupun boleh jadi di Propinsi Sulawesi Selatan juga terjadi ketegangan politik tentang posisi gubernurnya. Namun, pilkada yang dilaksanakan di Jakarta, Bekasi, Tangerang, sampai propinsi Jawa Barat tampaknya memang minim konflik terbuka baik di dalam partai politik maupun antara calon pendukung. Kota Depok, misalnya, walaupun sempat terjadi sengketa tentang siapa calon walikota sesungguhnya, namun cepat ter- 23

4 selesaikan dengan adanya mekanisme hukum yang menetapkan sehingga konflik tidak berlarut-larut. Hal sebaliknya terjadi di pilkada Maluku yang cukup berlarut-larut penyelesaiannya dan sudah melibatkan konflik massa. Tentu ada sebuah hipotesis apakah daerah-daerah yang dianggap lebih maju secara aktifitas dan pola pikir masyarakat ternyata memang mampu meredam konflikkonflik politik lokal agar tidak diwujudkan melalui sebuah tindakan kekerasan atau minimnya konflik justru diakibatkan karena semakin tingginya kelompok golongan putih atau yang lebih dikenal dengan Golput, seperti yang sering dikemukakan oleh Lembaga Survey Indonesia. Walaupun daerah-daerah tersebut tidak memiliki tingkat konflik yang cukup tinggi selama pelaksanaan pilkada, namun tidak bisa diabaikan bahwa konflik sejenis akan senantiasa muncul ke permukaan. Menurut Ramlan Surbakti, hampir semua partai mengalami kekisruhan dalam menentukan calon kepala daerah. Dengan demikian akan semakin terlihat budaya politik lokal yang terjadi di Indonesia. Budaya Politik di Indonesia Pada umumnya, pengertian atau definisi budaya politik yang dijabarkan oleh para ahli politik hampir serupa. Gabriel Almond dan Sidney Verba misalnya menganggap budaya politik sebagai sikap dan orientasi warga negara terhadap sistem politik dan bagian-bagiannya, termasuk sikap kepada peran warga negara di dalam sistem itu. Mochtar Mas oed dan Colin MacAndrew menitikberatkan pada sikap masyarakat terhadap pemerintahan. Dengan kata lain, budaya politik pada dasarnya adalah sikap politik masyarakat terhadap kehidupan politiknya sendiri. Selanjutnya ialah bagaimana sebuah sikap politik dimunculkan oleh individu atau pun kelompok, karena sikap individu dimunculkan karena faktor dan orientasi tertentu. Oleh Almond and Powell, tiga orientasi, yang menjadi teori dominan dalam teori budaya politik, tersebut ialah: 1. Orientasi kognitif Orientasi kognitif dihubungkan dengan pengetahuan dan kepercayaan pada politik, peran, dan sistem politik baik input maupun output. Individu dan kelompok yang mempunyai orientasi kognitif, sudah terbentuk oleh konsepnya tentang sistem politik di lingkungannya. Dengan kata lain, mereka mampu memahami dengan baik tentang pola sistem politik tersebut. Budaya politik yang dibentuk oleh orientasi kognitif berusaha mencari bentuk ideal (termasuk rasional) atau mempertahankannya dalam aktifitas politik. 2. Orientasi afektif Orientasi afektif dihubungkan dengan perasaan terhadap sistem politik, peranan para pelaku politik, dan penampilannya. Tidak seperti orientasi kognitif, orientasi afektif lebih mempertimbangkan perasaan individu kelompok dalam menyikapi politik dan pelakunya. Tentu saja faktor like or dislike bisa menjadi kekuatan dominan dalam membentuk budaya politik masyarakat. Tidak bisa diabaikan pula bahwa pertimbangan politik masyarakat dalam pemilihan umum dan daerah pun tidak bisa dilepaskan dari orientasi afektif. 24

5 3. Orientasi evaluatif Orientasi evaluatif berhubungan dengan keputusan dan pendapat tentang objek politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria informasi dan perasaan. Orientasi evaluatif bisa dikatakan sebagai bentuk sinergi antara orientasi kognitif dan afektif, sehingga sebuah justifikasi politis dimunculkan oleh individu. Dalam hubungannya dengan budaya politik di Indonesia, ketiga orientasi ini bisa menjadi acuan dalam melihat budaya politik lokal di Indonesia. Satu hal yang tidak bisa diabaikan ialah budaya politik golput. Di beberapa wilayah yang rentan terhadap konflik (daerah yang tingkat kehidupan tradisionalnya masih cukup tinggi), orientasi afektif merupakan faktor paling dominan dalam membentuk budaya politik mereka. Rasa fanatisme, tunduk pada kekuatan adat, pemimpin agama, dan pemimpin lokal (patriarkis), menjadi faktor kenapa kelompok pendukung calon dan masyarakat pemilih mudah kurang menerima bentuk kompetisi politik yang elegan dalam ruang demokrasi. Dalam sistem demokrasi, pertimbangan rasio publik harus menjadi modal awal bagi masyarakat modern saat ini. Sebagai contoh, sekaligus bentuk orientasi kognitif, ialah yang umum terjadi di negaranegara wilayah Eropa dan Amerika, sehingga penyelenggaran demokrasi tingkat pusat dan daerah berjalan sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan. Berbeda dengan negara-negara yang pada dasarnya belum pernah menjalankan sistem demokrasi pada masa lampau. Pengaruh pemimpin karismatik yang ditetapkan karena garis keturunan tertentu, aturan adat, bahkan pengaruh mistis sangatlah kuat di wilayah-wilayah Indonesia. Belum perjalanan pemerintahan yang pernah terjadi pada sistem kenegaraan Indonesia seperti: a. Rezim Orde Lama. Rezim ini tidak bisa lepas dari sosok karismatik Soekarno yang sampai saat ini mempunyai peran penting bagi karir politik putrinya seperti Megawati, Rahmawati, dan Sukmawati. b. Rezim Orde Baru. Rezim yang dipimpin oleh Soeharto ini telah berhasil membentuk sistem yang terintegrasi dan terpusat, sebagaimana yang lazim pada pola militeristik, sehingga faktor kepemimpinan sangatlah berperan penting dalam proses politik dan bukan berdasarkan faktor publik. c. Era Reformasi. Era yang sudah memasuki satu dekade bisa dikatakan masih secara bertahap mengurangi bentuk-bentuk budaya politik kurang baik oleh sistem politik di Indonesia yang pernah dijalankan dua orde sebelumnya. Isu-isu pemberantasan korupsi tanpa memandang pihak tertentu mulai menunjukkan hasilnya dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Persaingan politik secara terbuka mulai diberlakukan di daerahdaerah dengan diselenggarakannya pemilihan kepala daerah (pilkada). Seiring berjalannya waktu perpolitikan Indonesia, maka ada beberapa hal dari budaya politik yang perlu dikaji, yaitu: a. Perbedaan pola perilaku daerah, seperti yang dijelaskan sebelumnya, menunjukkan pertanyaan 25

6 kenapa daerah-daerah yang memiliki tingkat aktifitas/modernitas tinggi, pluralitas masyarakat, dan kuat dengan pola kapitalisme seperti Jakarta dan sekitarnya kurang menunjukkan konflik terbuka (walaupun konflik tersebut juga ada) dalam pelaksanaan pilkada dibandingkan di beberapa daerah yang mempunyai karakteristik sosial dan geografi yang berbeda dari daerah tersebut. Namun, apabila dihubungkan dengan orientasi pembentukan budaya politik, maka masyarakat lokal memang masih banyak yang masuk dalam kategori orientasi afektif, yaitu masyarakat masih mengangkat rasa solidaritas lokal dan fanatisme calon dalam proses pilkada. b. Keberadaan golongan putih (golput) berdasarkan hasil pengamatan di beberapa pilkada, seperti pilkada Jakarta. Kenyataannya, jumlah golput memang cukup besar dan cukup mempengaruhi pelaksanaan pilkada itu sendiri, karena masyarakat pemilih yang seharusnya mempunyai hak, justru tidak memanfaatkan hak tersebut. Tentu saja jumlah golput yang besar ini akan mempengaruhi perolehan jumlah suara para calon, sehingga kemenangan pasangan calon pun tentu bisa dirasakan kurang maksimal karena adanya penurunan minat pemilih terhadap pelaksanaan pilkada. Ini adalah budaya politik baru yang ditunjukkan oleh masyarakat lokal. Berdasarkan pengamatan Lembaga Survey Indonesia (LSI), kondisi golput memang terjadi pada lingkungan terpelajar. Artinya, kelompok tersebut memang menyadari proses politik dan pemerintahan yang terjadi di sekitar mereka. Tentu saja budaya politik seperti ini didasarkan oleh orientasi evaluatif. Mereka merasakan secara langsung kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah daerah (sekaligus pemerintah pusat). Dengan modal pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, mereka merasakan bahwa proses politik tersebut tidak berjalan baik dan keadaan sosial tidak lah mengalami perubahan yang berarti. Kondisi tersebut menyebabkan kekecewaan yang cukup tinggi, terhadap kegiatan pemerintahan dan pasangan calon yang diusung dalam pilkada. Boleh jadi mereka merasakan bahwa siapapun calon yang diusung maka belum tentu akan membawa perubahan yang lebih baik bagi daerah mereka. Budaya politik lokal tersebut memang lebih cenderung dipengaruhi oleh orientasi-orientasi yang melatarbelakanginya. Dalam kajian budaya politik, Almond juga mengangkat tentang tingkat keaktifan masyarakat dalam budaya politik seperti parokial, subjektif, dan partisipatif. Mulai dari kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kegiatan politik hingga cukup partisipatif di dalamnya. Namun, pendekatan ini sepertinya kurang sesuai karena ada fenomena golput yang terjadi di masyarakat, misalnya, masyarakat perkotaan yang seharusnya berada pada tingkat partisipatif dengan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kegiatan pemerintahan bisa kembali pada bentuk parokial yang kesadaran 26

7 politiknya rendah yang disebabkan oleh rasa jenuh oleh kondisi politik di daerah mereka. Rendahnya budaya politik yang dibentuk oleh faktor kognitif, sehingga masyarakat mampu mengkritisi setiap calon dan pelaksanaan pilkada, tanpa didasari oleh rasa fanatisme kelompok tampaknya belum terwujud nyata. Pola tradisional memang masih begitu dominan dalam proses politik. Eep Saefullah, sebagaimana Ramlan Surbakti, menyatakan bahwa pilkada memang mudah memicu konflik, baik konflik internal partai ataupun konflik horizontal antar pendukung calon, sehingga tampak jelas bahwa budaya politik lokal di Indonesia memang masih diwarnai oleh konflik. Referensi Sistem Politik. Jakarta: Gadjah Mada Press. Almond, Gabriel A. and G Bingham Powell, Jr Comparative Politics: A Developmental Approach. New Delhi, Oxford & IBH Publishing Co. (Waspada Online) (Lembaga Survey Indonesia) (Situs Portal Berita) (Situs Ginandjar Kartasasmita) Mas'oed, Mochtar. & MacAndrew, Colin Perbandingan 27

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa pertama, fungsi partai sebagai sosialisasi politik sangat minim dilakukan dan bahkan tidak ada, sebagai contoh dalam

Lebih terperinci

30 Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol. 1 No. 3 Juni SEKAPUR SIRIH MASALAH POLITIK DI SULAWESI SELATAN Oleh : A.

30 Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol. 1 No. 3 Juni SEKAPUR SIRIH MASALAH POLITIK DI SULAWESI SELATAN Oleh : A. 30 Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan Vol. 1 No. 3 Juni 2012 SEKAPUR SIRIH MASALAH POLITIK DI SULAWESI SELATAN Oleh : A. GAU KADIR ABSTRAK Arus reformasi dalam kehidupan politik di Sulawesi Selatan membawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan politiknya termasuk di dalamnya untuk turut berpatisipasi memberikan suaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Korupsi masih menjadi masalah mendasar di dalam berjalannya demokrasi di Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi menjadi terhambat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

V. PENUTUP. seterusnya. Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang dinyatakan

V. PENUTUP. seterusnya. Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang dinyatakan V. PENUTUP A. Kesimpulan Partai politik sebagai wadah atau muara bertemunya banyak kepentingan sudah tentu rawan terjadi konflik. Partai politik sebagai organisasi modern akan selalu dihadapkan pada realitas

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurang lebih 32 tahun Orde Baru berdiri, dan selama pemerintahan itu berlangsung telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DPR atau MPR. Karena pergantian sistem pemerintahan, banyak wajah wajah

BAB I PENDAHULUAN. DPR atau MPR. Karena pergantian sistem pemerintahan, banyak wajah wajah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tumbangnya rezim Soeharto pada tahun 1998, Indonesia mengalami masa reformasi, dimana rakyat bisa terlibat langsung dalam aktivitas politik di DPR atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum kepala daerah merupakan sarana pelaksana kedaulatan rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak. Sehingga, demokrasi tidak mungkin dilaksanakan secara langsung. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan

Lebih terperinci

ANDRI AFRIYANTO NIM UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA

ANDRI AFRIYANTO NIM UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA PARTISIPASI POLITIK DI INDONESIA YANG MENCAKUP KESIAPAN INFRASTRUKTUR POLITIK MEWADAHI PARTISIPASI, MODEL MODEL PARTISIPASI, DAN KEDEWASAAN MASYARAKAT BERPOLITIK PENGANTAR Partisipasi Politik Partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 Ayat (3)

Lebih terperinci

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website: WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi BAB IV PENUTUP 4.1.Kesimpulan Menjadi pemain baru dalam pemilu di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Semua hal mulai dari syarat untuk menjadi partai, syarat lolos verifikasi untuk menjadi peserta pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman

Lebih terperinci

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia Oleh Syamsuddin Haris Apa Masalah Pemilu-pemilu Kita? (1) Pemilu-pemilu (dan Pilkada) semakin bebas, demokratis, dan bahkan langsung,

Lebih terperinci

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Standar Kompetensi : 1. Menganalisis budaya politik di Indonesia Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik A. Pendahuluan Salah satu komponen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. 106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Tanggal 15 Februari 2017 merupakan pesta demokrasi bagi sebagian masyarakat di Indonesia yang melaksanakan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1 PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan sistem demokrasi. Pada sistem demokrasi, rakyat memiliki peran penting di dalam urusan negara atau kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

Calon Kepala Daerah sebagai Tersangka

Calon Kepala Daerah sebagai Tersangka Calon Kepala Daerah sebagai Tersangka Sampai akhir Maret 2018 terdapat lima calon kepala daerah yang ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka karena diduga melaku- kan tindak pidana

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap kedudukan di pemerintahan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi demokrasi, terbukti dengan diberikannya kebebasan kepada setiap warga negara untuk bebas menyatakan pendapat

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

DI BALIK POLITIK PENCITRAAN. Oleh. Yoseph Andreas Gual

DI BALIK POLITIK PENCITRAAN. Oleh. Yoseph Andreas Gual DI BALIK POLITIK PENCITRAAN Oleh Yoseph Andreas Gual Salah satu strategi yang dipakai para politisi untuk memenangkan pemilu yakni dengan politik pencitraan. Politik pencitraan itu sendiri merupakan cara

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan aktor yang menarik dalam pemerintahan, menarik dalam hal status, fungsi, dan koordinasi partai terhadap aktor-aktor lainnya. Peran partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak bulan Juni 2005 pemilihan kepala daerah dan wakilnya dipilih secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi

Lebih terperinci

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara demokrasi dimana pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan rakyat. Semua proses pembuatan kebijakan politik yang menyangkut kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka I. PEMOHON Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), dalam hal ini diwakili oleh Drs. H. Muhaimin Iskandar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu 2014 akan menjadi cermin bagi kualitas yang merujuk pada prinsip demokrasi yang selama ini dianut oleh Negara kita Indonesia. Sistem Pelaksanaan

Lebih terperinci

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan Daerah dan Ormas Partai Desak Munas Minggu, 24 Agustus 2014 JAKARTA, KOMPAS Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2004-2009 Jusuf Kalla mengatakan, tradisi Partai Golkar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagi masyarakat di Indonesia maupun di seluruh dunia, politik merupakan permasalahan yang selalu menjadi perbincangan hangat. Hal ini tentu saja membuat para pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tak terkecuali sektor ekonomi. Berbagai sektor dalam perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. tak terkecuali sektor ekonomi. Berbagai sektor dalam perekonomian ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi di dunia hampir berpengaruh disegala sektor, tak terkecuali sektor ekonomi. Berbagai sektor dalam perekonomian ini mengalami berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partai politik merupakan sarana ataupun wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam kekuasaan atau pemerintahan di suatu negara. Di dalam bukunya Miriam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik adalah alat perjuangan masyarakat untuk menduduki pemerintahan, dimana anggota-anggotanya terorganisir dan terbentuk dari pandangan mengenai nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat empat provinsi yang diberikan dan diakui statusnya sebagai daerah otonomi khusus atau keistimewaan yang berbeda dengan Provinsi lainnya,

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, merupakan sosialisasi disekolah mengenai pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN STRATEGI PARPOL DALAM PILKADA SERENTAK

TANTANGAN DAN STRATEGI PARPOL DALAM PILKADA SERENTAK Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

Tjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa, Calon Walikota Singkawang Pilihan PDIP

Tjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa, Calon Walikota Singkawang Pilihan PDIP Tjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa, Calon Walikota Singkawang Pilihan PDIP http://sinarharapan.net/2016/05/tjhai-chui-mie-perempuan-tionghoa-calon-walikota-singkawang-pilihan-pdip/ May 9, 2016 SHNet, Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek dinamika internal partai politik yang menyebabkan kinerja partai politik sebagai salah satu institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH Policy Brief [04] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Sukses-tidaknya pemilu bisa dilihat dari sisi proses dan hasil. Proses pemilu dapat dikatakan

Lebih terperinci