LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA"

Transkripsi

1 i LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KARAKTERISASI DAN OPTIMASI JUMLAH SEL TESTIKULAR DALAM RANGKA REKAYASA PRODUKSI IKAN CARDINAL (Paracheirodon axelrodi) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) BIDANG KEGIATAN: Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Diusulkan oleh: Syadam Husein F. C Ria Maulida C Maya Fitriana C Linly Amelianing M. C Triatmadja Pramudita W. C Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Program Kreativitas Mahasiswa Nomor : 050/SP2H/KPM/Dit.Litabmas/V/2013, tanggal 13 Mei 2013 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i

2 ii HALAMAN PENGESAHAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 1. Judul Kegiatan : Karakterisasi Sel dan Optimasi Jumlah Sel Testikular dalam Rangka Rekayasa Produksi Ikan Cardinal (Paracheirodon axelrodi) Menggunakan Teknologi Transplantasi Sel pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKMP ( ) PKMK ( ) PKMT ( ) PKMM 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Syadam Husein Fatagar b. NIM : C c. Jurusan : Budidaya Perairan (BDP) d. Institut : Institut Pertanian Bogor (IPB) e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl.Pelda La Poe RT 02/ 02 No.3 Kab.Fakfak,Papua/ f. Alamat dhadham_farlan@yahoo.co.id 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 4 orang 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar :Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc b. NIDN : c. Alamat Rumah dan No Tel./HP :Jl. Cinangneng Asri 115, Rt 01/01 Bojong Jengkol, Ciampea Bogor. HP Biaya Kegiatan Total: a. Dikti : Rp b. Sumber lain : - 7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan Menyetujui Ketua Departemen Budidaya Perairan Bogor, 19 Oktober 2013 Ketua Pelaksana Kegiatan, Dr. Ir. Sukenda, M.Sc NIP Mengetahui, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Syadam Husein Fatagar NIM.C Dosen Pendamping Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S NIP Dr. Alimuddin, S.Pi, M.Sc NIDN ii

3 iii CHARACTERIZATION OF CELLS AND TESTICULAR CELL NUMBER OPTIMIZATION IN ORDER TO THE PRODUCTION ENGINEERING OF FISH (PARACHEIRODON AXELRODI) CARDINAL USES THE TECHNOLOGY OF CELL TRANSPLANTATION IN CARP (CYPRINUS CARPIO) Syadam Husein F 1), Ria Maulida 2), Maya Fitriana 3), Linly Amelianing Mustikasari 4), Triatmadja Pramudita Wisnu 5) 1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (Penulis 1) dhadham_farlan@yahoo.co.id ABSTRAK Fish the cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) is ornamental fish which have iridescent particles that can confound the color when it gets reflected rays are so relatively great demand. Cardinal fish production in Indonesia has not been able to meet demand given the fecundity cardinal fish is fairly low. Testicular cell transplant technology is used to help the fish production of the cardinal. Okutsu et al. (2006) States that the testicular cell transplantation of fish is a technology that can be used to reverse engineer seed production through the landlady (surrogate broodstock). Host fish must have advantages such as the characteristics and size of the fish that resembled egg donor and pemijahannya technology has been mastered very well. One of the types of fish that are potentially great use as landlady fish cardinal tetra are carp (Cyprinus carpio). The transplant was carried out in a way mentransplantasikan germinal cells in the form of primordial germ cells (PGC) or spermatogonia cells that have yet to differentiate into the abdominal cavity of fish larvae recipients as well, so that the donor cells differentiate into eggs or sperm donor at the fish in the fish body recipients as well. Cell staining method is done using PKH-26 to observe the success of transplants performed. The preliminary results of the study show that testicular size s cardinal fish (16-18 cm) stem cells is used as either a percentage of spermatogonia of 76,90%. The transplant is performed using mikroinjektor by injecting a dose of 5,000 cells/ 0.5 µl, 0.5: 10,000 cells/ 0.5 µl, and 20,000 cells/ 0.5 µl 5 per tail. Observations on the 21st day of pascatransplantasi through luminescence PKH-26 showed that at doses of injecting 10,000 cells/ 0.5 µl colonisatied of 70%. The survival of the fish the best transplant results obtained on the dose injecting 10,000 cells/ 0.5 µl. so that it can be said that a good stem cells used for transplants come from cardinal fish-size cm with a dose of injecting 10,000 cells/ 0.5 µl. Key words: fish, cardinal tetra, testicular cell transplant Technology, germinal cells, PKH-26 iii

4 1 A. JUDUL : Karakterisasi Sel dan Optimasi Jumlah Sel Testikular dalamrangka Rekayasa Produksi Ikan Cardinal (Paracheirodon axelrodi) Menggunakan Teknologi Transplantasi Sel pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) B. LATAR BELAKANG MASALAH Ikan cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) merupakan salah satu spesies ikan hias yang relatif banyak diminati manca negara karena memiliki partikel iridescent yang dapat membaurkan warna ketika mendapat pantulan sinar. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2009 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan pengekspor ikan hias dengan urutan kesembilan di dunia dengan nilai ekspor Rp 98,6 miliar. Produksi ikan cardinal tetra belum memenuhi permintaan ekspor di pasaran karena hanya mencapai 1 juta ekor per bulannya (Kompas 2009). Hal ini terkait dengan sarana dan prasarana produksi yang masih terbatas sehingga produksi yang dihasilkan belum maksimal, selain fekunditasnya yang rendah mencapai 100 telur/induk (Sudrajat 2003), ikan ini pun belum bisa dipijahkan secara buatan. Dengan demikian teknologi rekayasa produksi benih ikan cardinal perlu dikembangkan untuk mengatasi produktivitas ikan cardinal yang belum maksimal. Salah satu teknologi yang berpotensi menangani permasalahan ini adalah teknologi transplantasi sel testikular. Okutsu et al.(2006) menyatakan bahwa transplantasi sel testikular ikan adalah teknologi yang dapat digunakan untuk merekayasa produksi benih melalui induk semang (surrogate broodstock). Transplantasi sel germinal atau germ cell transplantation (GCT) dilakukan dengan cara mentransplantasikan sel germinal yang berupa primordial germ cells (PGC) (Takeuchi et al., 2003) atau sel spermatogonia yang belum terdiferensiasi (Okutsu et al., 2006) ke dalam rongga perut larva ikan resipien, sehingga sel donor berdiferensiasi menjadi telur atau sperma ikan donor di dalam tubuh ikan resipien. Pada pemijahan ikan resipien membawa sperma dan sel telur yang berkembang dari sel donor dan menghasilkan ikan target (Okutsu et al., 2006). Teknologi transplantasi sel testikular membutuhkan ikan resipien yang cocok dan dapat menerima serta mendukung perkembangan sel ikan donor. Ikan semang harus memiliki keunggulan seperti karakteristik dan ukuran telur yang menyerupai ikan donor dan teknologi pemijahannya telah dikuasai dengan baik. Salah satu jenis ikan yang berpotensi besar digunakan sebagai induk semang ikan cardinal tetra adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan mas memiliki keunggulan diantaranya fekunditas tinggi berkisar ribu telur/kg bobot induk (BSN, 1999),dapat dipijahkan secara buatan, ukuran telur sedikit lebih besar daripada ikan cardinal tetra, masa rematurasi relatif cepat (sekitar 3 bulan), metode pemeliharaan larva, benih dan induk sudah dikuasai dengan baik (Imanpour & Enayat 2009). C. PERUMUSAN MASALAH Kendala utama yang dialami dalam produksi ikan cardinal tetra adalah pemijahannya masih relatif sulit dan memiliki fekunditas rendah sehingga produksi benih per ekor induk juga relatif rendah. Teknologi transplantasi sel gonad ikan merupakan teknologi rekayasa produksi benih yang berpotensi diaplikasikan untuk mengatasi masalah ketersediaan benih ikan cardinal akibat pemijahan yang sulit tersebut. Kolonisasi sel donor dalam individu resipien 1

5 2 merupakan indikator pertama yang menentukan keberhasilan transplantasi sel gonad ikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses kolonisasi tersebut adalah penentuan jumlah sel testikular berupa spermatogonia yang ditransplantasikan. Sel spermatogonia memiliki ukuran lebih besar daripada tipe sel testikular lainnya, dan jumlah sel spermatogonia bervariasi antar umur/ukuran ikan. Oleh karena itu perlu dilakukan studi morfologi dan identifikasi umur ikan cardinal tetra yang memiliki jumlah dan proporsi sel spermatogonia terbanyak. Sortasi sel spermatogonia dari populasi sel testikular relatif sulit dilakukan, sehingga pada penelitian ini dilakukan transplantasi tanpa memisahkan sel spermatogonia. D. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk:(1) menentukan umur ikan cardinal tetra yang memiliki sel spermatogonia paling banyak, (2) mendapatkan jumlah sel testicular yang menghasilkan persentase ikan mas paling banyak terkolonisasi sel testikular ikan cardinal tetra,dan (3) mengevaluasi kemampuan proliferasi sel spermatogonia ikan cardinal tetra dalam gonad ikan mas. E. LUARAN YANG DIHARAPKAN 1. Dihasilkan ikan mas yang telah membawa sel testikular ikan cardinal tetra dalam gonadnya. 2. Diketahui jumlah sel testikular optimum untuk kolonisasi sel testikular ikan cardinal tetradalam gonad ikan mas. 3. Diketahui karakteristik sel testikular ikan cardinal tetra. 4. Diketahui potensi ikan mas sebagai induk semang (surrogate broodstock). 5. Publikasi ilmiah G. TINJAUAN PUSTAKA G.1 Ikan Cardinal Tetra Paracheirodon axelrodi Ikan cardinal tetra merupakan ikan musiman di Amazon dan sangat melimpah di perairan-perairan Rio Negro-Amazon. Ikan cardinal tetra memiliki garis merah yang melintang diteruskan sampai ke daerah abdomen (perut) dan garis biru menutupi daerah punggung secara mencolok, sehingga memberikan warna yang sangat indah pada ikan ini. Ikan cardinal tetra dapat tumbuh hingga panjangnya mencapai 5 cm. Ikan cardinal tetra jantan mudah dibedakan dari cardinal betina. Ikan betina bertubuh lebih besar dan gemuk penuh dengan telur, sementara jantan lebih langsing. Ikan jantan juga memiliki sirip anal yang berujung putih. G.2 Ikan Mas Cyprinus carpio Ikan mas mempunyai sifat-sifat sebagai hewan air omnivora yang lebih condong ke sifat hewan karnivora. Pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim,serta dapat dilakukan secara alami dan buatan. Telur ikan mas dapat diinkubasi di atas lempeng kaca sebagai tempat penempelan telur (Novita 2004). G.3 Transplantasi Sel Testikular Teknologi transplantasi sel germinal pertama kali dikembangkan oleh Brinster dkk.pada tahun 1994 dengan melakukan transplantasi germ cell (sel 2

6 3 germinal) hewan donor ke dalam gonad hewan resipien. Teknologi ini menggunakan sistem induk pengganti (surrogate broodstock). Menurut Okutsu et al. (2005) sel stem spermatogonia sel yang belum terdiferensiasi memiliki kemampuan memperbaharui diri (self-renewal) sepanjang hidup organisme serta dapat terus berkembang menjadi spermatozoa seperti sel spermatogonia terdiferensiasi. Sel stem ini dapat menurunkan informasi genetik ke generasi berikutnya melalui pematangan gonad dan fertilisasi. Selanjutnya sel stem spermatogonia dapat berkembang menjadi sperma dan telur (Okutsu et al. 2008). Jika sel stem spermatogonia ikan donor yang belum terdiferensiasi ditransplantasikan ke ikan resipien dan sel stem spermatogonia tersebut dapat berkembang menjadi sperma dan telur dalam gonad ikan resipien. G.4 Pewarna Sel PKH-26 Pewarna sel PKH-26 merupakan bahan kimia yang tidak beracun dan dapat menandai sel sehingga berpendar fluoresen dalam jangka waktu tertentu. PKH-26 dapat digunakan untuk berbagai jenis sel. Dalam berbagai penelitian, PKH-26 sering digunakan untuk menandai sel seperti pada penelitian Fischer et al. (1998), PKH-26 digunakan untuk menandai eritrosit pada ikan koki Carassius auratus.pkh-26 memiliki pendaran berwarna merah dengan eksitasi (551 nm) dan emisi (567 nm). H. METODE PELAKSANAAN H.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2013 bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. H.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah 2 buah akuarium berdimensi 80 x 40 x40 cm 3, 9 buah akuarium berdimensi 20 x 20 x 30 cm 3, kaca berdimensi 10 x 10 cm, set aerasi, mikroinjektor, mikroskop Stemi DV4 Zeiss, mikroskop fluorescent, heater, termometer, alat bedahdan cawan petri. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah ikan donor yakni ikan cardinal tetra berukuran S (18 mm), M (23 mm) dan L (28 mm), induk ikan mas, ovaprim,larutan fisiologis, methylene blue (MB), Artemia, larutan disosiasi sel dan pewarna sel PKH-26. H.3 Prosedur Penelitian H.3.1.Karakterisasi Morfologi Sel Testikular H Pembuatan Preparat Histologi Testis Testis dari ikan cardinal tetra ukuran S, M dan L diambil, dibersihkan menggunakan larutan phosphate buffer saline (PBS) dan difiksasi menggunakan larutan BNF selama 48 jam. Proses dehidrasi dilakukan dengan menggunakan alkohol selama 24 jam. Proses penjernihan dilakukan dengan menggunakan larutan xylol. Selanjutnya testis diberi perlakuan infiltrasi dengan menggunakan parafin cair dan inkubator pada suhu o C dan perlakuan embedding. Setelah parafin beku, cetakan embedding dikeluarkan dan dibentuk blok parafin. Blok parafin dipotong dengan ketebalan 4 μm dan diletakkan di permukaan air hangat. 3

7 4 Selanjutnya dilakukan perendaman dengan menggunakan larutan xylol dan larutan alkohol selama lima menit. Perparat diberi perwarna menggunakan hematoksilineosin (HE) direndam selama lima menit dan direndam air yang mengalir selama 10 menit (Firdaus 2012). H Identifikasi Tipe Sel Testikular Preparat histologi testis ikan cardinal tetra diamati di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi morfologi sel testikular untuk menentukan tipe sel spermatogonia. Spermatogonia berukuran lebih besar dibandingkan sel-sel testikular lainnya, dan umumnya terletak di bagian tepi serta dikelilingi oleh satu atau beberapa sel sertoli. Saat spermatogenesis terjasi perubahan dari bentuk sel spermatogonia menjadi spermatozoa. H.3.2. Persiapan Ikan Resipien H Proses Triploidisasi Induk betina yang telah disuntik ovaprim kemudian distriping, sedangkan sperma yang dikeluarkan, dikoleksi menggunakan syringe 10 ml. Telur dan sperma dicampurkan didalam cawan. Setelah itu, ditambahkan air secukupnya untuk mengaktifkan sperma sehingga fertilisasi dapat terjadi. Proses triploidisasi dilakukan pada waterbath dengan kejutan panas (heat shock) pada suhu 41 o C. Kejutan panas dilakukan selama 1,5-2,0 menit terhadap embrio ikan mas umur 3 menit pasca pembuahan. Inkubasi telur dilakukan pada lempengan kaca (10 x 10 cm) dengan suhu air berkisar o C. Inkubasi telur ikan mas dilakukan selama 2 hari. H.3.3. Persiapan TestisIkan Donor H Disosiasi Sel Gonad Ikan Donor Testis dibersihkan dengan PBS,kemudian dipotong dan dicacah sampai halus dan diasosiasi menggunakan tripsin 0,5 % (tripsin dilarutkan di dalam PBS). Setelah terlihat keruh, suspensi sel disaring menggunakan saringan 60 μm dan dimasukkan ke dalam microtube. Sel diendapkan dengan sentrifugasi selama 10 menit. Supernatan dibuang dan sel dicuci dengan PBS sebanyak 400 μl.selanjutnya sel dihomogenasi menggunakan vortex. Kepadatan sel dihitung dengan menggunakan hemositometer, selanjutnya dibuat menjadi 5.000, , dan sel testicular/ 0.5 μl. H Pewarnaan Sel Metode pewarnaan sel pada penelitian ini menggunakan PKH-26 (SIGMA). Setelah sel gonad didisosiasi, sel testikular dimasukkan ke dalam tabung mikro 1,5 ml. Kemudian diluent dimasukkan ke dalam tabung mikro yang berisi sel sebanyak 3 kali volume sel (1 sel : 3 diluent). Pewarna PKH-26 dimasukkan sebanyak 3 μl. Kemudian sel disentrifugasi sebanyak dua kali dan supernatannya dibuang. Setelah itu, sel di dalam tabung mikro tersebut diisi kembali menggunakan larutan PBS sebanyak volume awal. H.3.4. Teknik Transplantasi dan Perlakuan Penelitian Transplantasi sel dilakukan dengan menggunakan alat mikroinjektor (mikroskop Stemi DV4, Zeiss). Ikan resipien ditransplantasi sebanyak 5.000, , dan sel donor/ekor. Sel diinjeksikan pada rongga peritoneal larva 4

8 5 menggunakan jarum mikroinjeksi yang digerakkan secara manual dengan mikromanipulator. Transplantasi dilakukan dengan perlakuan larva ikan mas berumur 2 haripasca menetas. H.3.5. Pemeliharaan Larva dan Pengambilan Data Pemeliharaan larva dilakukan pada wadah telah diaerasi dan diberi MB untuk mencegah terjadinya serangan jamur pada larva. Pengambilan data dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 21 setelah transplantasi dengan mengamati pendaran PKH26 pada ikan resipien. Evaluasi keberhasilan transplantasi ditentukan berdasarkan kelangsungan hidup larva, persentase kolonisasi dan proliferasi sel testikular pada larva ikan mas. Data disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan dianalisis secara deskriptif. I. HASIL DAN PEMBAHASAN I.1 Hasil Pengamatan preparat histologi dilakukan untuk mengetahui persentase spermatogonia yang ada pada testis ikan cardinal. Spermatogonia terdiri atas dua jenis yaitu spermatogonia a dan spermatogonia b. Perbedaan karakteristik spermatogonia tersebut dapat terlihat dari ukuran sel. Gambaran mengenai spermatogonia yang berasal dari testis ikan cardirnal dengan ukuran yang berbeda disajikan pada Gambar 1. Gambar 1a. Spermatogonia a ikan cardinal ukuran S (17 mm), M (22 mm), dan L (27 mm) Sumber: Dokumentasi pribadi Gambar 1b. Spermatogonia b ikan cardinal ukuran S (17 mm), M (22 mm), dan L (27 mm) Sumber: Dokumentasi pribadi Berdasarkan gambaran histologi testis ikan cardinal tetra (Gambar 1) diketahui bahwa sebaran spermatogonia yang terdapat pada ikan cardinal berbeda- 5

9 6 beda. Pada ikan cardinal ukuran S (17 mm) terlihat sebaran spermatogonia a mendominasi sel. Pada testis ikan cardinal ukuran M (22 mm) terlihat sebaran spermatogonia a mulai berkurang. Sedangkan pada testis ikan cardinal ukuran L (27 mm) terlihat bahwa spermatogonia b lebih mendominasi dibandingkan spermatonia a. Persentase spermatogonia a yang terdapat pada ikan cardinal dengan ukuran yang berbeda ditampilkan dalam tabel 1 berikut. Tabel 1. Persentase Spermatogonia a pada testis ikan cardinal dengan ukuran berbeda Persentase Ukuran ikan Spermatogonia a Spermatogonia b spermatogonia a S ,90 % M ,77 % L ,90 % Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa pada ikan yang berukuran lebih kecil, yaitu S (17 mm) sel testikular didominasi oleh spermatogonia a dengan persentase sebaran sebesar 76,90 %. Pada kelompok ukuran M (22 mm) terlihat sebaran spermatogonia sebesar 5,77 %, sedangkan pada ukuran ikan yang semakin besar, yaitu L (27 mm), maka persentase sebaran spermatogonia di dalam sel testikularnya semakin menurun, yaitu hanya sebesar 1,90 %. Sel testikular ikan cardinal kemudian didisosiasi untuk kemudian dilakukan penyuntikan terhadap larva ikan mas. Sel testikular ikan cardinal disuntikkan ke dalam rongga peritoneal larva ikan mas yang berumur 2 hari setelah menetas (HSM). Dosis penyuntikan yang dilakukan yaitu sel/0,5µl, sel/0,5µl, dan sel/0,5µl. Hasil kolonisasi diamati menggunakan mikroskop flourescent Stemi DV4, Zeiss, dengan pendaran warna hijau. Hasil kolonisasi penyuntikan sel testikular dapat dilihat pada tabel 2 dibaawah ini. Tabel 2. Hasil kolonisasi penyuntikan sel testikular dengan dosis berbeda pada larva ikan mas 2 HSM Perlakuan Dosis Penyuntikan SR Hari ke- Persentasi Terkolonisasi hari ke Triploid % 90 % 45 % 30 % 55 % 30 % 25 % % 80 % 75 % 65 % 80 % 75 % 70 % % 50 % 50 % 20 % 70 % 70 % 50 % % 70 % 55 % 50 % 60 % 40 % 20 % Kontrol % 90 % 90 % 70 % 70 % 35 % 22 % % 55 % 55 % 50 % 60 % 50 % 40 % Persentase kolonisasi sel testikular yang disuntikkan pada larva ikan mas umur 2 HSM memperlihatkan bahwa sintasan terbaik terdapat pada perlakuan penyuntikan dengan dosis sel/0,5µl. Hasil pengamatan kolonisasi sel testikular memperlihatkan bahwa pada perlakuan triploid, kolonisasi terbaik diperoleh pada dosis penyuntikan sel/0,5µl. Berikut hasil koloniasasi penyuntikan larva ikan mas umur 2 HSM yang diamati pada hari ke-21 melalui mikroskop fluorescent dengan pendaran warna hijau (Gambar 2). 6

10 7 Gambar 2. Hasil kolonisasi sel ikan cardinal tetra pada larva ikan mas umur 2 HSM pada kontrol (A), penyuntikan sel /0.5 µl/ekor (B), sel /0.5 µl/ekor (C) dan penyuntikan sel/0.5 µl/ekor (D). Pada gambar 2 diatas diketahui bahwa pada perlakuan kontrol, sel ikan cardinal yang disuntikkan pada larva ikan mas kurang berpendar. Pada perlakuan triploid larva ikan mas yang disuntikkan dengan dosis penyuntikan sel /0.5 µl/ekor, sel /0.5 µl/ekor, dan penyuntikan sel/0.5 µl/ekor terlihat berpendar dan terkolonisasi. I.2 Pembahasan Teknologi yang berpotensi tinggi untuk menunjang produksi benih ikan cardinal secara efisien adalah teknologi transplantasi sel testikular dengan memanfaatkan induk semang. Transplantasi sel testikular yang mengandung sel stem spermatogonia yang telah dilakukan, berhasil terkolonisasi pada gonad calon induk semang. Hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya (Tabel 1) memperlihatkan bahwa sel testikular yang banyak mengandung sel spermatogonia adalah ikan cardinal berukuran S (±17 mm) dengan persentase spermatogonia a sebesar 76,90 %. Perbedaan umur dan kematangan gonad ikan dapat menyebabkan perbedaan jumlah sel spermatogonia. Transplantasi sel testikular ikan cardinal tetra ke larva ikan mas triploid berhasil dilakukan dengan menginjeksi sel donor pada rongga peritonial ikan resipien. Penggunaan ikan triploid akan mendukung keberhasilan transplantasi sel testikular pada ikan resipien karena, ikan triploid adalah ikan steril yang artinya tidak dapat menghasilkan keturunan (Hussain et al. 1996) dan ikan ini tidak akan 7

11 8 mampu mengembangkan sel gonadnya sendiri, sehingga memungkinkan perkembangan sel gonad ikan donor dalam tubuh ikan resipien akan semakin tinggi. Tingkat kelangsungan hidup (SR) benih ikan mas yang diamati pada hari ke 7, 14, dan 21 pascatransplantasi dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan benih terhadap proses transplantasi. Pengamatan larva ikan mas transplan di bawah mikroskop flourescent dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya sel donor di dalam tubuh ikan resipien. Dari hasil penelitian ini diperoleh persentase keberhasilan kolonisasi sebesar 70%. Dari 10 ekor gonad resipien yang diperiksa terdapat 7 ekor yang positif berpendar. Dosis penyuntikan yang dilakukan yaitu sel /0.5 µl/ekor, sel /0.5 µl/ekor, dan sel/0.5 µl/ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keberhasilan kolonisasi (Tabel 2) mengalami kecenderungan penurunan pada setiap pengamatan. Penurunan persentase kolonisasi diduga oleh adanya kemampuan ikan untuk menolak adanya bentul sel dari luar. Nakanishi (1985) dalam Wulandari (2012) menyebutkan bahwa beberapa ikan dapat melakukan allograft rejection (penolakan transplantasi jaringan atau organ dari individu lain yang sama spesies oleh sistem imun) setelah umur tertentu. Pada pengamatan hari ke-21 sel terlihat telah berjajar ke arah genital ridge. Hal ini sesuai dengan pernyataan Takeuchi et al. (2003), yaitu sebelum terinkorporasi dengan daerah genital (genital ridges) ikan calon induk semang, sel ikan target tersebar pada rongga peritoial dan kemudian menempel pada dinding peritoneal induk semang. Setelah terkolonisasi dalam genital ridges, selanjutnya sel ikan donor akan berpoliferasi dan berdiferensiasi hingga menjadi telur atau spermatozoa (Yoshizaki et al. 2010). Selanjutnya dari hasil penelitian ini, maka transplantasi sel testikular ikan cardinal pada ikan mas dapat dijadikan sebagai salah satu metode dalam rangka meningkatkan produksi ikan cardinal. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai model dalam perkembangan transplantasi sel testikular di Indonesia. J. RANCANGAN BIAYA Pengeluaran biaya yang digunakan untuk menunjang terlaksananya kegiatan penelitian PKM-P ini sebesar Rp Dana yang diberikan oleh dikti sebesar Rp , sehingga diperoleh kelebihan dana sebesar Rp K. DAFTAR PUSTAKA BSN SNI: tentang Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Firdaus, M Studi Morfologi, Proposal, Serta Keberasilan Kolonisasi Sel Testikular Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Pada Larva Ikan Mas Cyprinus carpio. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Imanpour, M.R. and Enayat, G.T The Effects of Broodstock Age on Some Biological Characters of Wild Common Carp Cyprinus carpio Eggs in 8

12 9 Gorganrood River. Abstract. Journal of Agricultural Sciences and Natural Resources 16(2):1-10 Kementrian Kelautan dan Perikanan (dalam) Surabaya Post. September 2012]. Kompas Budidaya ikan jenis tetra masih menjanjikan. html:// [19 September 2012]. Novita, R.D Pengaruh Sedimen Waduk saguling Propinsi Jawa Barat Terhadap Perkembangan Awal Embrio Ikan Mas (Cyprinus carpio). [Skripsi]. Departemen Budi Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Okutsu, T., Suzuki, K., Takeuchi, Y., Takeuchi, T., and Yoshizaki, G Testicular germ cells can colonize sexually undifferentiated embryonic gonad and produce functional eggs in fish. Proc. Nat. Acad. Sci., 103: Okutsu, T., Takeuchi, Y., and Yoshizaki, G Manipulation of fish germ cell: visualization, cryopreservation and transplantation. Journal of Reproduction and Development, 52: Okutsu, T., Takeuchi, Y., and Yoshizaki, G Spermatogonial transplantation in fish: production of trout offspring from salmon parents. Fisheries for Global Welfare and Environment, 5th World Fisheries Congress 2008, pp Sudrajat, A.O Modul: Pemijahan Induk Ikan Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Wulandari, Setyo Sri Transplantasi Sel Testikular Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesi) Pada Benih Ikan Mas Umur Berbeda. [Skripsi]. Departemen Budidaya Periaran, Fakultas Perikanan dan Ilku Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yoshizaki G. Okutsu, T., Ichikawa, M., Hayashi, M., Takeuchi, Y., Sexual plasticity of rainbow trout germ cells. Animal Reproduction 7,

13 10 Nota keuangan 10

Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada benih ikan mas

Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada benih ikan mas Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 113 120 (2013) Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada benih ikan mas Testicular cell transplantation of neon tetra Paracheirodon innesi

Lebih terperinci

OPTIMASI TRANSPLANTASI MENGGUNAKAN SEL DONOR DARI IKAN GURAME MUDA DAN IKAN NILA TRIPLOID SEBAGAI RESIPIEN

OPTIMASI TRANSPLANTASI MENGGUNAKAN SEL DONOR DARI IKAN GURAME MUDA DAN IKAN NILA TRIPLOID SEBAGAI RESIPIEN Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Desember 2010, hlm. 186-191 ISSN 0853 4217 Vol. 15 No.3 OPTIMASI TRANSPLANTASI MENGGUNAKAN SEL DONOR DARI IKAN GURAME MUDA DAN IKAN NILA TRIPLOID SEBAGAI RESIPIEN (OPTIMIZATION

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Disosiasi Sel Testikular Ikan Gurame Berdasarkan kriteria ukuran sel spermatogonia ikan gurame (5-15 µm) menurut Mauluddin (2009), jumlah dan persentase sel spermatogonia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir ini, para peneliti mencoba mengatasi masalahmasalah reproduksi pada hewan melalui teknologi transplantasi sel germinal jantan atau disebut juga transplantasi

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA REKAYASA PRODUKSI IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DENGAN TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR KE IKAN NILA (Oreochromis niloticus) UMUR BERBEDA BIDANG KEGIATAN: PKM-AI

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN: PKM-AI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN: PKM-AI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus BIDANG KEGIATAN: PKM-AI Diusulkan oleh: Yadi Apriadi C14080090 2008 Darmawan

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

KOLONISASI DAN PROLIFERASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA PUTIH YANG DITRANSPLANTASIKAN KE IKAN NILA HITAM TRIPLOID ANNA OCTAVERA

KOLONISASI DAN PROLIFERASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA PUTIH YANG DITRANSPLANTASIKAN KE IKAN NILA HITAM TRIPLOID ANNA OCTAVERA KOLONISASI DAN PROLIFERASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA PUTIH YANG DITRANSPLANTASIKAN KE IKAN NILA HITAM TRIPLOID ANNA OCTAVERA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (1), 1 13 (2013)

Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (1), 1 13 (2013) Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (1), 1 13 (2013) Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi (Characidae) pada larva ikan mas Cyprinus carpio (Cyprinidae): morfologi, proporsi, dan

Lebih terperinci

Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada larva ikan mas Cyprinus carpio

Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada larva ikan mas Cyprinus carpio Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (1), 1 12 (2013) Transplantasi sel testikular ikan neon tetra Paracheirodon innesi pada larva ikan mas Cyprinus carpio Testicular cells transplantation of neon tetra Paracheirodon

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Rancangan perlakuan yang diberikan pada larva ikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010 di Stasiun Lapangan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2008 sampai dengan bulan Juli 2009 di Kolam Percobaan Babakan, Laboratorium Pengembangbiakkan dan Genetika Ikan

Lebih terperinci

Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label green fluorescent protein pada ikan nila

Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label green fluorescent protein pada ikan nila Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 187 192 (2013) Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label green fluorescent protein pada ikan nila Electroporation and green fluorescent protein-labelled

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR

PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR PENGEMBANGAN MARKA MOLEKULER DNA DALAM IDENTIFIKASI SEL GONAD IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN PCR MARLINA ACHMAD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6130 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar SNI : 01-6132 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan... 2 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Deskripsi...

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label GFP pada ikan nila

Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label GFP pada ikan nila Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 186 192 (2013) Artikel Orisinal Elektroporasi dan transplantasi sel testikular dengan label GFP pada ikan nila Electroporation and GFP-labelled transplantation of testicular

Lebih terperinci

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13 PEMBENIHAN : SEGALA KEGIATAN YANG DILAKUKAN DALAM PEMATANGAN GONAD, PEMIJAHAN BUATAN DAN PEMBESARAN LARVA HASIL PENETASAN SEHINGGA MENGHASILAKAN BENIH YANG SIAP DITEBAR DI KOLAM, KERAMBA ATAU DI RESTOCKING

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were. II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari April 2010 sampai Januari 2011, di Laboratorium Pembenihan Ikan Ciparanje dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar SNI : 01-6136 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Deskripsi...1

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI

STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI STUDI MENGENAI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI SEL TESTIKULAR IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. MAULUDDIN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar SNI : 01-6140 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1. Ruang lingkup... 1 2. Acuan... 1 3. Definisi...

Lebih terperinci

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok Standar Nasional Indonesia SNI 6138:2009 Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 6138:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

V. ANALISIS PROLIFERASI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI PADA GONAD IKAN NILA

V. ANALISIS PROLIFERASI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI PADA GONAD IKAN NILA V. ANALISIS PROLIFERASI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI PADA GONAD IKAN NILA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan proliferasi sel spermatogonia ikan gurami yang terkolonisasi pada

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 12 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan bulan November 2012 di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, Bogor. Analisis hormon testosteron

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian Materi penelitian berupa benih ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.) berumur 1, 2, 3, dan 4 bulan hasil kejut panas pada menit ke 25, 27 atau 29 setelah

Lebih terperinci

DETEKSI SEL DONOR IKAN GURAME Osphronemus gouramy PADA LARVA IKAN NILA Oreochromis niloticus

DETEKSI SEL DONOR IKAN GURAME Osphronemus gouramy PADA LARVA IKAN NILA Oreochromis niloticus DETEKSI SEL DONOR IKAN GURAME Osphronemus gouramy PADA LARVA IKAN NILA Oreochromis niloticus SEBAGAI RESIPIEN DENGAN TEKNIK PCR ADE HERMAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN LAMA WAKTU KEJUTAN SUHU TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN GINOGENESIS IKAN KOI (Cyprinus carpio)

PENGARUH PEMBERIAN LAMA WAKTU KEJUTAN SUHU TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN GINOGENESIS IKAN KOI (Cyprinus carpio) PENGARUH PEMBERIAN LAMA WAKTU KEJUTAN SUHU TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN GINOGENESIS IKAN KOI (Cyprinus carpio) R. Selfi Nendris Sulistiawan, S.Pi * Rukoyah, S.Pi ** RINGKASAN Ginogenesis adalah suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Materi penelitian berupa larva dari nilem umur 1 hari setelah menetas, yang diperoleh dari pemijahan induksi di Laboratorium Struktur Perkembangan Hewan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai bulan Januari 2013 bertempat di Hatcery Kolam Percobaan Ciparanje

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tepatnya di Laboratorium Pembenihan Kuda

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6138 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar SNI : 01-6137 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1

Lebih terperinci

VI. VIABILITAS DAN EFISIENSI KOLONISASI SPERMATOGONIA DARI TESTIS IKAN GURAMI PASCAPRESERVASI DINGIN PADA LARVA IKAN NILA

VI. VIABILITAS DAN EFISIENSI KOLONISASI SPERMATOGONIA DARI TESTIS IKAN GURAMI PASCAPRESERVASI DINGIN PADA LARVA IKAN NILA VI. VIABILITAS DAN EFISIENSI KOLONISASI SPERMATOGONIA DARI TESTIS IKAN GURAMI PASCAPRESERVASI DINGIN PADA LARVA IKAN NILA ABSTRAK Pada aplikasi transplantasi, ketersediaan sel donor sering tidak sinkron

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal** Daya Tetas Telur dan Sintasan Larva Dari Hasil Penambahan Madu pada Bahan Pengencer Sperma Ikan Nila (Oreochromis niloticus) (Egg Hatching Rate and Survival of Larvae produced from Supplementation of Honey

Lebih terperinci

OPTIMASI ELEKTROPORASI DENGAN GEN GREEN FLUORESCENT PROTEIN UNTUK TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA EPRO BARADES

OPTIMASI ELEKTROPORASI DENGAN GEN GREEN FLUORESCENT PROTEIN UNTUK TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA EPRO BARADES OPTIMASI ELEKTROPORASI DENGAN GEN GREEN FLUORESCENT PROTEIN UNTUK TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN NILA EPRO BARADES SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar SNI : 02-6730.3-2002 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar Prakata Standar produksi benih kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintah Indonesia bertanggung jawab menetapkan pengelolaan sumberdaya alam Indonesia bagi kepentingan seluruh masyarakat, dengan memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah belut sawah (Monopterus albus) yang diperoleh dari pengumpul ikan di wilayah Dramaga. Kegiatan penelitian terdiri

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6135 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2

Lebih terperinci

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF Pemijahan ikan lele semi intensif yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian Materi yang diteliti adalah ikan nilem ( Osteochilus hasselti C. V.), pada tahap perkembangan juvenil berumur 13 minggu

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar SNI : 01-6133 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1

Lebih terperinci

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI 5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI Pengukuran parameter reproduksi akan menjadi usaha yang sangat berguna untuk mengetahui keadaan kelamin, kematangan alat kelamin dan beberapa besar potensi produksi dari

Lebih terperinci

TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL. Testicular cell transplantation technology in manipulation of giant gouramy fry production

TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL. Testicular cell transplantation technology in manipulation of giant gouramy fry production TEKNOLOGI TRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR DALAM REKAYASA PRODUKSI BENIH IKAN GURAME (Osphronemus gouramy ) Testicular cell transplantation technology in manipulation of giant gouramy fry production Alimuddin,

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu nr. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau pada tanggal 10 sampai dengan 28 Desember 2003.

Lebih terperinci

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock) Standar Nasional Indonesia SNI 7471.1:2009 Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock) ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7471.1:2009 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar SNI : 01-6149 - 1999 Standar Nasional Indonesia (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar Daftar isi Halaman Pendahuluan... ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Istilah Dan Singkatan...

Lebih terperinci

Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) pada Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Awal Menetas

Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) pada Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Awal Menetas Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) pada Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Awal Menetas Transplantation of Giant Gouramy (Osphronemus gouramy) Testicular Cells in Early

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan September 2013 bertempat di Laboratorium Fisisologi Hewan Air dan hatchery Ciparanje

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Ikan Jantan Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses maskulinisasi ikan nila yaitu persentase ikan jantan. Persentase jantan

Lebih terperinci

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 103 108 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 103 PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

XENOTRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN GURAMI KEPADA LARVA IKAN NILA IRMA ANDRIANI

XENOTRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN GURAMI KEPADA LARVA IKAN NILA IRMA ANDRIANI XENOTRANSPLANTASI SEL TESTIKULAR IKAN GURAMI KEPADA LARVA IKAN NILA IRMA ANDRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret-Mei 2013. Pengambilan sampel ikan mas berasal dari ikan hasil budidaya dalam keramba jaring apung

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

II. KARAKTERISASI MORFOLOGI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI DAN PENENTUAN SUMBER DONOR

II. KARAKTERISASI MORFOLOGI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI DAN PENENTUAN SUMBER DONOR II. KARAKTERISASI MORFOLOGI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI DAN PENENTUAN SUMBER DONOR ABSTRAK Salah satu faktor pembatas dalam melakukan transplantasi adalah bahwa tipe sel spermatogonia yang memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2017, selama 80 hari, 40 hari proses triploidisasi di ruang karantinainstalasi Budidaya

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jenis Kelamin Belut Belut sawah merupakan hermaprodit protogini, berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada ukuran panjang kurang dari 40 cm belut berada pada

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur 2.1.1 Persiapan Wadah Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah kolam pemeliharaan induk berukuran 20x10x1,5 m. Kolam disurutkan, lalu dilakukan pemasangan patok-patok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013, di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat. B. Alat dan Bahan (1)

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

MODUL: PEMIJAHAN INDUK IKAN TETRA

MODUL: PEMIJAHAN INDUK IKAN TETRA BDI-T/21/21.2 BIDANG BUDIDAYA IKAN PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR BUDIDAYA IKAN HIAS JENIS TETRA MODUL: PEMIJAHAN INDUK IKAN TETRA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6484.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Prakata... 1 Pendahuluan... 1 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari subset penelitian faktorial untuk mendapatkan dosis PMSG dengan penambahan vitamin mix 200 mg/kg pakan yang dapat menginduksi

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Persiapan Ikan Uji Ikan nila (Oreochromis niloticus) BEST didatangkan dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor yang berukuran rata-rata 5±0,2g, dipelihara selama ±

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6483.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01 6131 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna lebih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan pengamatan. Proses

Lebih terperinci

ORGANOGENESIS DAN PERKEMBANGAN AWAL IKAN Corydoras panda. Organogenesis and Development of Corydoras panda in Early Stage

ORGANOGENESIS DAN PERKEMBANGAN AWAL IKAN Corydoras panda. Organogenesis and Development of Corydoras panda in Early Stage Jurnal Akuakultur Indonesia, 4(2): 67 66 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 67 ORGANOGENESIS DAN PERKEMBANGAN AWAL IKAN Corydoras panda

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi LAMPIRAN 38 Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Pembuatan preparat histologi terdiri dari beberapa proses yaitu dehidrasi (penarikan air dalam jaringan) dengan alkohol konsentrasi bertingkat,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilaksanakan di laboratorium bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, tahap

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING) PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING) DISUSUN OLEH : TANBIYASKUR, S.Pi., M.Si MUSLIM, S.Pi., M.Si PROGRAM STUDI AKUAKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso Abstrak Dalam rangka memenuhi kebutuhan induk betina sebagai pasangan dari induk jantan YY, maka diperlukan suatu teknologi

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 02-6730.2-2002 Standar Nasional Indonesia Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok disusun

Lebih terperinci

USE OF OVAPRIM WITH DIFFERENT DOSES ON SPERM QUALITY AND SPAWNING OF SIGNAL BARB (Labeobarbus festivus, Heckel 1843) By:

USE OF OVAPRIM WITH DIFFERENT DOSES ON SPERM QUALITY AND SPAWNING OF SIGNAL BARB (Labeobarbus festivus, Heckel 1843) By: USE OF OVAPRIM WITH DIFFERENT DOSES ON SPERM QUALITY AND SPAWNING OF SIGNAL BARB (Labeobarbus festivus, Heckel 1843) By: Rozi Ramadhani Putra 1), Netti Aryani 2), Mulyadi 2) ABSTRACT This research was

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU TAHAN PENYAKIT KHV DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6483.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Deskripsi...

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar SNI : 01-6484.2-2000 Standar Nasional Indonesia Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar Prakata Standar benih ikan lele dumbo kelas benih sebar diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Pemijahan Kolam pemijahan dibuat terpisah dengan kolam penetasan dan perawatan larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga mudah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Berdasarkan tingkat keberhasilan ikan lele Sangkuriang memijah, maka dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok perlakuan yang tidak menyebabkan

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6484.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar produksi induk ikan lele dumbo kelas induk

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PEMBERIAN KEJUTAN DINGIN PADA PEMBENTUKAN INDIVIDU TRIPLOID IKAN PATIN (Pangasius sp)

PENGARUH LAMA WAKTU PEMBERIAN KEJUTAN DINGIN PADA PEMBENTUKAN INDIVIDU TRIPLOID IKAN PATIN (Pangasius sp) AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) PENGARUH LAMA WAKTU PEMBERIAN KEJUTAN DINGIN PADA PEMBENTUKAN INDIVIDU TRIPLOID IKAN PATIN (Pangasius sp) Dwi Puji Hartono 1 Dian Febriani 1 Ringkasan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada 8 induk ikan Sumatra yang mendapat perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukan Spawnprime A dapat mempengaruhi proses pematangan akhir

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar SNI : 01-6146 - 1999 Standar Nasional Indonesia Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan...ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4

Lebih terperinci

Gambar^. Induk selais betina yang digabung dengan induk jantan. 3.4.3 Pemijahan Semi Alami Tahapan pekerjaan pada pemijahan semi alami/ semi buatan adalah : a. Seleksi induk jantan dan betina matang gonad

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004) 12 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-September 2011 dengan waktu pengambilan contoh setiap satu bulan sekali. Lokasi pengambilan ikan contoh

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MUREY-RES TECHNOLOGY : APLIKASI MULTI-STOREY AND RESIRCULATION TECHNOLOGY DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI DESA CARANGPULANG, DRAMAGA, BOGOR BIDANG KEGIATAN: PKM-PENGABDIAN

Lebih terperinci