BAB 2 EVALUASI EKONOMI DAN FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 EVALUASI EKONOMI DAN FINANSIAL"

Transkripsi

1 BAB 2 EVALUASI EKONOMI DAN FINANSIAL A. EVALUASI EKONOMI Tujuan dari evaluasi ekonomi adalah untuk mengetahui kelayakan pengembangan pelabuhan Bungkutoko, Kota Kendari dalam rentang waktu perencanaan ditinjau dari sudut pandang ekonomi nasional. Dalam bab ini disajikan hasil analisa tentang manfaat-manfaat ekonomi (economic benefits) maupun biaya-biaya ekonomi (economic cost) yang dihasilkan oleh proyek pembangunan fisik dalam rangka pengembangan pelabuhan yang selanjutnya dievaluasi apakah manfaat bersih (net benefits) yang dihasilkannya dapat melampaui apa yang mungkin dapat diperoleh bila dilakukan investasi pada kesempatan (peluang) investasi lainnya (the opportunity cost of capital) di Indonesia. Rencana pengembangan pelabuhan Bungkutoko, Kota Kendari yang dituangkan dalam studi ini juga diharapkan akan dapat mendorong peningkatan kegiatan ekonomi di Kota Kendari khususnya dan Kabupaten terdekat lainnya di Provinsi Sulawesi Tenggara. Pembangunan fasilitas dan peralatan pelabuhan akan menghasilkan manfaat yang besar bagi sektor industri maupun sektor ekonomi lainnya di Kota Bungkutoko, Kendari dan daerah sekitarnya. 1. Metodologi analisa ekonomi Kelayakan ekonomi dari proyek yang direncanakan akan dianalisa dengan menggunakan dua cara (metode), yaitu : Pertama dengan cara menghitung Internal Rate of Return (IRR), yaitu cara perhitungan yang mempergunakan prinsip present value dengan mencari tingkat diskon (discount rate) yang dapat menghasilkan nilai net present value sama dengan nol. Cara yang kedua melakukan perhitungan rasio antara manfaat dan biaya yang dihasilkan proyek dalam kurun waktu tertentu yang lazim dikenal dengan Benefit/Cost Ratio (B/C ratio) analysis. Analisa rasio ini juga mempergunakan prinsip present value dengan mengambil faktor diskon tertentu sesuai dengan tingkat opportunity cost of capital yang berlaku. Dalam analisa ini digunakan nilai diskon (discount rate) sebesar 12%, sebagai opportunity cost of capital di Indonesia (sebagaimana Rencana Pengembangan II - 1

2 digunakan oleh Bank Dunia dalam melakukan appraisal proyek di negara-negara berkembang). Pengaruh secara ekonomi yang dihasilkan proyek yang akan dibangun dapat dikenali dengan memperbandingkan perbedaan antara keadaan tanpa proyek dan keadaan dengan adanya proyek ( with and without project). Kegiatan operasional pelabuhan dengan adanya proyek pembangunan pelabuhan baru di Bungkutoko, Kendari sebagai pengganti terhadap fasilitas yang sudah ada (Pelabuhan Bungkutoko, Kendari yang ada saat ini) dianggap sebagai Dengan Proyek dan kegiatan operasional pelabuhan dengan hanya mempergunakan fasilitas yang saat ini ada dianggap sebagai Tanpa Proyek. Proyeksi arus (volume) barang yang akan dikelola pelabuhan pada masa yang akan datang adalah sama dalam kasus dengan maupun tanpa proyek. Pada kedua kasus tersebut pembangunan fisik proyek yang direncanakan dianggap akan dapat selesai sesuai jadual konstruksi yang ditetapkan. Yang berbeda adalah bahwa pada kasus tanpa proyek maka waktu tunggu kapal rata-rata akan menjadi lebih panjang..dalam evaluasi ekonomi ini diambil rentang waktu proyeksi selama 30 tahun (sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2034 ) yang diperkirakan sebagai umur ekonomis dari proyek. 2. Biaya Biaya proyek yang diusulkan terdiri dari biaya konstruksi, biaya pemeliharaan dan biaya operasional untuk menjalankan fasilitasfasilitas yang dibangun proyek. a. Biaya Konstruksi Biaya konstruksi menurut harga pasar (market price) diperkirakan sebesar Rp ,-untuk tahun tahapan 2008, Rp ,- untuk tahun tahapan perencanaan 2015 dan Rp ,- untuk tahun tahapan perencanaan 2023, tidak termasuk nilai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan eskalasi biaya (price escalation) yang keduanya dikatagorikan sebagai transfer uang. Biaya konstruksi proyek atas dasar harga pasar dan jadual pengeluarannya disajikan pada Lampiran 9.1 b. Biaya Personil (Personel Cost) Pengeluaran biaya personil dihitung berdasarkan asumsi Rp ,- per orang per tahun dengan jumlah personil sebesar Rencana Pengembangan II - 2

3 191 orang pada Tahap I (2008). Perkiraan kebutuhan jumlah personil didasarkan pada perkembangan jumlah kargo dengan tingkat produktivitas kerja rata-rata per personil yang selalu meningkat yatu ton/thn/orang pada tahun Tahap I (2008), ton/thn/orang pada Tahap II (2015) dan ton/tahun/orang pada Tahap III (2023). Jumlah personil seluruhnya menjadi 231 orang pada tahun c. Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost) Biaya pemeliharaan semua fasilitas yang dibangun diperkirakan atas dasar prosentase tertentu dari biaya perolehannya (biaya konstruksi). Prosentase masing-masing jenis fasilitas diasumsi sebagai berikut: Jenis Aktiva Dermaga dan trestle 1.0% Bangunan 1.5% Jalan, jembatan, drainase 1.0% Utilities dan Peralatan 2.5% % biaya/thn Biaya pemeliharaan diperkirakan sebesar Rp ,-/ tahun. pada tahun Biaya pemeliharaan diperkirakan sebesar Rp ,-/ tahun. pada tahun Biaya pemeliharaan diperkirakan sebesar Rp ,-/ tahun. pada tahun 2024 dan seterusnya. d. Biaya Administrasi dan Bahan (Biaya Overhead) Biaya administrasi (overhead cost) terdiri dari antara lain premi asuransi, biaya administrasi dan umum, pemakaian bahan bakar, pelumas, makan dan lain-lain. Biaya administrasi per tahun diperkirakan tetap sebesar 100% dari total biaya personil pertahun. 3. Manfaat (benefit) Manfaat yang dihasilkan oleh proyek pengembangan pelabuhan Bungkutoko, Kota Bungkutoko, Kendari antara lain adalah sebagai berikut: a. Pengurangan biaya operasional kapal saat menunggu di kolam pelabuhan untuk tambat (shipcost saving for waiting time) dan Rencana Pengembangan II - 3

4 penghematan waktu tambat kapal. Oleh karena adanya pemindahan Pelabuhan Bungkutoko, Kendari ke Bungkutoko, Kota Bungkutoko, Kendari, memberikan manfaat lebih longgarnya fasilitas yang berada di pelabuhan. Sehingga kapal yang datang dengan tujuan pelabuhan Bungkutoko, Kendari tidak perlu menunggu untuk bertambat dipelabuhan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan bila Pelabuhan Bungkutoko, Kendari tidak dipindahkan ke Bungkutoko, Kota Bungkutoko, Kendari. Demikian pula Pelabuhan Bungkutoko memiliki peralatan yang lebih baik sehingga operasi bongkar/ muat dari dan ke kapal memakan waktu yang lebih cepat. b. Terhindarnya biaya transportasi darat, pada kondisi tanpa proyek saat pelabuhan Bungkutoko, Kendari mencapai kapasitas maksimum, maka akan terjadi kelebihan kargo yang akan dibongkar/dimuat di pelabuhan lain. Dalam hal ini maka kemungkinan pelabuhan terdekat adalah di Pelabuhan Kariangau, Balikpapan yang berjarak kurang lebih 105 Km dari Pelabuhan Bungkutoko, Kendari. Penghematan biaya transportasi tersebut pada kondisi Dengan Proyek dihitung berdasarkan biaya ekonomi transportasi menggunakan truk berdasarkan data yang digunakan dalam perencanaan jalan raya di Indonesia, dimana pada tahun 2001 nilai ekonominya adalah Rp ,- /truk/km menggunakan truk dengan kapasitas (payload) 10 Ton dengan load factor 90%. Biaya ini pada tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi Rp ,-/truk/Km (kenaikan 5% per tahun). c. Bertambahnya biaya transport darat (transport disbenefit) karena pindahnya pelabuhan ke Bungkutoko yang berjarak 13 KM (setelah jembatan baru selesai) dari Kota Bungkutoko, Kendari. Biaya ini dihitung dengan asumsi yang sama pada butir (2). d. Pengaruh positip pada pembangunan ekonomi daerah. e. Peningkatan jumlah kesempatan kerja bagi penduduk di daerah serta peningkatan pendapatannya. Suatu analisa kwantitatip dari manfaat (4) dan (5) secara teknis sulit dilaksanakan dalam kurun waktu dan anggaran yang tersedia, oleh karena itu evaluasi ekonomi secara kwantitatip dilakukan dengan menyandarkan pada manfaat (1) s/d (3) yaitu penghematan (pengurangan) biaya operasional kapal waktu menunggu, penghematan waktu tambat dan terhindarnya biaya transportasi darat dari Kariangau-Bungkutoko, Kendari serta bertambahnya biaya transportasi darat dari Bungkutoko ke Kota Bungkutoko, Kendari. Rencana Pengembangan II - 4

5 1) Manfaat dari Penghematan Waktu Menunggu dan Waktu Tambat Kapal serta Penghematan Biaya Transportasi Darat. Manfaat dari pengurangan biaya waktu menunggu dan waktu tambat kapal dihitung dengan perkalian antara jumlah kunjungan kapal (ship call) dengan rata-rata pengurangan waktu kapal menunggu dan waktu tambat, antara kasus dengan dan tanpa proyek. Perhitungan perkiraan waktu menunggu kapal dilakukan menggunakan diagram simulasi yang dibuat berdasarkan teori antrian (queuing theory). Manfaat ekonomi yang menghasilkan pengurangan biaya waktu menunggu kapal tidak berlaku untuk semua kapal yang berkunjung ke pelabuhan Bungkutoko, dari sudut pandang analisa manfaat ekonomi hanya kapal-kapal Indonesia yang akan memanfaatkan ulang atas penghematan biaya yang diperolehnya ke dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu hanya penghematan biaya waktu menunggu dari kapal-kapal Indonesia saja yang akan dimasukkan sebagai manfaat ekonomi dalam analisa ini. Berdasarkan data 6 tahun terakhir ( ) rata-rata kapal pelayaran luar negeri yang berkunjung ke pelabuhan Bungkutoko, Kendari adalah 7% dan sisanya 93% merupakan kunjungan kapal dalam negeri. Berdasarkan proyeksi kunjungan kapal yang dilakukan sampai dengan tahun 2030, untuk menghitung besarnya penghematan biaya waktu menunggu kapal, maka ukuran kapal disederhanakan berdasarkan rata-rata ukurannya dan diasumsikan bahwa biaya operasional kapal per hari berdasarkan data yang diperoleh adalah sebagai berikut: Rencana Pengembangan II - 5

6 Tabel 2.1.: Standarisasi Ukuran Kapal dan Biaya Operasional Kapal /Hari Kapal General Cargo GRT Economic cost / day (Rp.000) Kapal Pelra - GRT Economic cost / day (Rp.000) Kapal Peti Kemas - GRT Economic cost / day (Rp.000) Hasil penghematan biaya kapal sesuai dengan pertumbuhan volume barang dan kunjungan kapal di Pelabuhan Bungkutoko, dan manfaat dari penghematan biaya transportasi darat diproyeksikan sebagai berikut: Tabel 2.2.: Proyeksi Hasil Perhitungan Manfaat Ekonomi Waktu Menunggu dan waktu tambat Kapal (Rp.000) Terhindarnya B. Transportasi (Rp. 000) Tambahnya B. Transportasi (disbenefit) -- (Rp. 000) Total Nilai Manfaat Ekonomi (Rp. 000) Sumber : Analisa Konsultan 2) Pengaruh Positip pada Pembangunan Ekonomi Daerah Dengan dikembangkannya pelabuhan Bungkutoko, Kota Bungkutoko, Kendari pada masa yang akan datang. akan lebih mendorong kelancaran sistem angkutan laut yang akan berpengaruh semakin meningkatnya pembangunan sektor perindustrian, pertanian, perdagangan, transmigrasi dan pariwisata bagi Kota Bungkutoko, Kendari maupun Kabupaten yang berada di sekitarnya. Rencana Pengembangan II - 6

7 3) Peningkatan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Pembangunan fasilitas-fasilitas baru di pelabuhan Bungkutoko. Kota Bungkutoko, Kendari akan membuka kesempatan kerja baru bagi para pekerja dan penduduk Kota Bungkutoko, Kendari dan hinterlandnya. Sedangkan semakin meningkatnya perekonomian daerah sebagai pengaruh positip berkembangnya pelabuhan Bungkutoko, Kota Bungkutoko, Kendari pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan penduduk dan berarti tingkat hidup mereka juga akan meningkat pula. 4. Harga Ekonomi (Economic Prices) Maksud dilakukannya analisa ekonomi adalah untuk menguji apakah investasi yang dilakukan pada proyek yang direncanakan akan dibangun sudah merupakan alternatip investasi yang effisien dipandang dari sudut alokasi pemanfaatan sumber daya ekonomi dalam sistem perekonomian nasional. (1) Nilai barang-barang yang ditawarkan pada harga pasar tidak selalu mewakili nilai yang sesungguhnya dari sumber daya ekonomi nasional yang sebenar-benarnya digunakan ditinjau dari sudut pandang perekonomian nasional. (2) Barang-barang lokal menrut harga pasar seringkali memasukkan unsur pajak pertambahan nilai (pajak penjualan), subsidi, bea masuk dan lain-lain. (3) Biaya tenaga kerja pada harga pasar seringkali terpengaruh oleh adanya aturan system pengupahan minimum seperti upah minimum regional/provinsi. Oleh karena itu harga ekonomi harus diperkirakan kembali dari harga pasar dalam melakukan analisa ekonomi. Harga pasar diubah menjadi harga ekonomi dengan berbagai macam faktor konversi seperti standard conversion faktor dan conversion factors for consumption. a. Standard Conversion Factor (SCF) Bea masuk barang impor dan subsidi ekspor menyebabkan perbedaan harga diantara harga domestik (dalam negeri) dan harga pasar Internasional. standard conversion factor (SCF) memberikan kompensasi atas perbedaaan harga tersebut. SCF dihitung berdasarkan formula (rumus) sebagai berikut: SCF = (I + E) / ((I+Di)+(E-De)) I E : Total nilai impor (CIF) : Total nilai ekspor (FOB) Rencana Pengembangan II - 7

8 Di De : Total nilai bea masuk barang impor : Total nilai pajak ekspor SCF untuk 10 tahun terahir (th ) rata-rata Dalam studi ini nilai tersebut di gunakan sebagai SCF. b. Conversion Factor for Consumption (CFC) Faktor konversi untuk konsumsi (conversion factor for consumption/cfc) digunakan untuk mengkonversi harga-harga barang konsumsi dari harga pasar ke dalam harga ekonomi. Hal ini terutama diperlukan untuk melakukan konversi harga upah tenaga kerja dari harga pasar menjadi harga ekonominya. CFC biasanya dihitung dengan cara yang sama seperti menghitung SCF. dengan menggantikan total nilai impor dan total ekspor dengan impor dan ekspor barang-barang konsumsi. Akan tetapi oleh karena terbatasnya data-data yang tersedia seperti nilai penerimaan pajak (bea) barang-barang konsumsi, maka CFC tidak dapat dihitung secara langsung. Oleh karena itu CFC diasumsikan sama atau sedikit dibawah nilai SCF dan dalam studi ini nilai digunakan sebagai nilai CFC c. Biaya Tenaga Kerja dalam Harga Ekonomi Dalam analisa ekonomi biaya tenaga kerja harus diukur dalam opportunity cost of labor. yaitu nilai produk marginal dari tenaga kerja yang keluar dimana saja yang disebabkan oleh penggunaannya dalam suatu proyek tertentu. (1) Faktor Konversi nilai Tenaga Kerja Terlatih (skilled labor) Opportunity cost dari tenaga terlatih (skilled labor) diasumsikan sama dengan tingkat upah riel mereka. oleh karena tenaga terlatih ini keberadaannya terbatas dan mekanisme pasar tenaga kerja bekerja dengan semestinya. Akan tetapi karena upah ini merupakan harga domestik. jadi harus dikonversi menjadi harga ekonomi. Upah dapat diukur dengan daya beli mereka untuk memperoleh barang-barang konsumsi. Oleh karena itu biaya tenaga kerja terlatih dihitung dengan cara mengalikan tingkat upah riel mereka dengan CFC yaitu faktor konversi tenaga kerja terlatih yang ditetapkan dalam studi ini sebesar Rencana Pengembangan II - 8

9 (2) Faktor Konversi untuk Tenaga Kerja tidak Terlatih (Unskilled Labor) Nilai opportunity cost dari tenaga kerja tidak terlatih (unskilled labor) pada umumnya jauh di bawah nilai upah riel, oleh karena upah riel dipengaruhi oleh sistem penggajian minimum dan peraturan-peraturan lainnya. Ketika suatu proyek dibangun, maka banyak tenaga kerja tak terlatih yang berpindah dari sektor pertanian menjadi buruh bangunan di proyek yang secara relatip elastis dalam penggunaan tenaga kerjanya. Oleh karena itu secara sederhana seringkali diasumsikan bahwa opportunity cost dari tenaga kerja tak terlatih adalah sama dengan produktivitas mereka disektor pertanian. Jadi faktor konversi dari tenaga kerja tak terlatih dihitung dengan mengalikan rasio antara tingkat harga bayangan upah tenaga kerja (shadow wage rate) dengan harga pasarnya. Shadow wage rate diperoleh dengan rumus sebagai berikut; SWR C m S SWR = C - (C-m) / S : Shadow Wage Rate : Market Wage : Opportunity Cost : Premium for Saving Diasumsikan bahwa premium for saving tidak mempengaruhi proyek. jadi S=1. dan SWR=m Jumlah hari kerja tenaga kerja di sektor pertanian diasumsikan 350 hari dalam setahun. maka opportunity cost dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut; m = GRDP / (Px350) = Rp /hari GRDP : GRDP sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan P : Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor Pertanian. Kehutanan dan Perikanan dalam tahun 2001 Faktor konversi untuk tenaga kerja tak terlatih diperoleh dengan rumus sebagai berikut; Faktor konversi tenaga kerja tak terlatih = SWR x CFC / W = Rencana Pengembangan II - 9

10 d. Biaya W : Harga pasar upah tenaga kerja tak terlatih di Kendari (+Rp /hari) (1) Biaya Konstruksi Dalam analisa ekonomi biaya konstruksi dibagi dalam traded goods, non-traded goods, skilled labor dan unskilled labor. Oleh karena traded goods ditunjukkan dalam harga CIF, nilainya tidak perlu dikonversi dalam harga ekonomi. Harga ekonomi dari non-traded goods dihitung dengan perkalian antara SCF setelah dikurangi 10% PPN. dan tenaga kerja lokal dikonversikan kedalam harga ekonomi dengan faktor tersebut di atas. Biaya konstruksi proyek dalam harga ekonomi dan skedul pengeluaran biayanya disajikan pada Tabel 2.3. Ringkasan biaya konstruksi dalam harga ekonomi dan jadwal pembayarannya disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.3.: Biaya Konstruksi menurut Harga Ekonomi Tahun Biaya Konstruksi (Rp ) Harga Pasar Harga Ekonomi TOTAL Sumber : Analisa Konsultan (2) Biaya Personil. Pemeliharaan dan Biaya Administrasi Biaya-biaya ini dikonversikan dalam harga ekonomi dengan perkalian harga pasarnya dengan faktor konversi (0.95). Rencana Pengembangan II - 10

11 e. Benefit Penghematan biaya kapal (waktu menunggu dan waktu tambat) Biaya-biaya ini dikonversikan dalam harga ekonomi dengan perkalian harga pasarnya dengan faktor konversi (1,0). 5. Hasil Evaluasi Ekonomi a. Perhitungan Economic Internal Rate Of Return (EIRR) Nilai EIRR digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan apakah proyek layak (feasible) atau tidak. Jika EIRR lebih tinggi dari opportunity cost of capital. yang ditetapkan sebesar 12% di Indonesia. maka proyek dinilai layak (feasible). IRR diperoleh dengan cara perhitungan sebagai berikut: n B i - C i Σ = 0 i=1 (1 + r) i-1 Dimana. N = Periode dari Cost - Benefit analysis B i = Benefit (manfaat) dalam tahun ke-i. C i = Biaya (Cost) dalam tahun ke-i r = Discount Rate (EIRR) Hasil perhitungan EIRR ditunjukkan pada Lampiran 9.6. b. Evaluasi Proyek 1) EIRR EIRR dari proyek adalah 22,49% Pada umumnya dikatakan Opportunity Cost of Capital di Negara sedang berkembang berada antara 10% s/d 12%. World Bank menentukan pada 12%. Oleh karena itu pada umumnya EIRR lebih besar dari 10% secara ekonomis adalah layak. Dalam studi masterplan ini angka 12% digunakan sebagai angka Opportunity cost of capital di Indonesia. Dalam studi ini EIRR diatas angka 12%, oleh karena itu ditinjau dari sudut pandang ekonomi, proyek adalah layak (feasible). Rencana Pengembangan II - 11

12 2) Rasio Manfaat Biaya (Benefit - Cost Ratio) B/C Ratio Benefit and Cost (B/C) Ratio proyek ini dihitung dengan discount rate 12% hasilnya adalah: : 1,921 (secara rinci periksa Lampiran 9.6) B/C Ratio diatas angka 1,00 oleh karena itu proyek adalah layak (feasible). 3) Analisa Sensitivitas (Sensitivity Analysisis) Hasil analisa sensitivitas terhadap perubahan yang tak terduga baik biaya maupun manfaat disajikan pada Lampiran 9.6 s/d Lampiran 9.6 F, hasilnya dapat diringkaskan sebagai berikut: Tabel 2.4.: Ringkasan Hasil Analisa Sensitivitas No. Case EIRR (%) 1 Base Case 22,49 2 Manfaat (Benefit) - 10% 20,51 3 Biaya Konstruksi + 10% 20,98 4 Biaya Operasional + 10% 22,34 5 Manfaat -10%. B. Konstruksi +10% 19,21 6 Manfaat -10%. B. Operasional +10% 20,20 7 Manfaat 10. B Konstr. + 10%. B. Operasi + 10% 18,83 Sumber : analisa Konsultan Semua hasil analisa sensitivitas menunjukkan angka diatas 12,0%. Dengan demikian dari segi ekonomi proyek dikatagorikan layak (feasible). B. EVALUASI KEUANGAN Analisa keuangan terhadap proyek yang diusulkan ditujukan untuk mengetahui serta menguji apakah program investasi yang direncanakan dapat dipertimbangkan sebagai langkah kebijakan yang menguntungkan secara finansial. Analisa ini dilakukan dengan suatu anggapan bahwa pengendalian keuangan perusahaan dilakukan menurut kaidah akuntansi yang lazim digunakan dalam dunia usaha dan pelabuhan Bungkutoko, Kota Bungkutoko, Kendari diperlakukan sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri dengan sistem pengendalian keuangan yang mandiri. Beberapa assumsi lain telah diambil dalam analisa keuangan antara lain: Rencana Pengembangan II - 12

13 1) Pelabuhan Bungkutoko. Kota Bungkutoko, Kendari dioperasikan oleh manajemen yang mandiri dan melaksanakan sistem akuntansi yang mandiri pula. 2) Tarip pelabuhan yang digunakan adalah tarip yang saat ini berlaku sejak 11 September ) Jangka waktu proyeksi keuangan adalah 20 tahun sejak tahun 2013 s/d tahun ) Struktur dan ketentuan tentang pendanaan proyek adalah sebagai berikut: Struktur Pendanaan : Equity (Pemkot & PT Pelindo) : 40% 40% 0% Pinjaman lunak (jangka panjang) : 40% 40% 0% Pinjaman Komersial : 20% 20% 0% Dana hasil operasional : 0% 0% 100 Ketentuan tentang dana pinjaman Lunak: Tingkat bunga pinjaman : 4% / tahun Masa tenggang (grace period) : 10 tahun Jangka waktu pengembalian : 20 tahun Ketentuan tentang dana pinjaman Komersial: Tingkat bunga pinjaman : 16% / tahun Masa tenggang (grace period) : 2 tahun Jangka waktu pengembalian : 10 tahun 5) Blended rate tingkat pinjaman dengan struktur pendanaan tersebut menjadi : 4,80 %/tahun 6) Nilai tukar mata uang asing (luar negeri) 1 US$ = Rp ) Berbagai faktor yang mempengaruhi penerimaan dan biaya operasional merupakan faktor variable yang sejalan dengan perubahan jumlah arus barang dan kunjungan kapal di pelabuhan 8) Asumsi yang digunakan dalam proyeksi penerimaan dan biaya operasional pelabuhan secara lebih rinci diuraikan lebih lanjut pada paragraf berikut dalam bab ini. 1. Penerimaan Komponen penerimaan pelabuhan terdiri dari jasa pelayanan kapal. jasa pelayanan barang. pass masuk pelabuhan dan jasa terminal peti kemas serta pendapatan lain-lain. a. Tarip Pelabuhan Penerimaan pelabuhan dihitung berdasarkan tarip pelabuhan tahun 2000 yang dikeluarkan oleh PT Pelindo IV sesuai dengan Keputusan Direksi No. KD 48 tahun 2000 tertanggal 11 Rencana Pengembangan II - 13

14 September Terhadap tarip ini diasumsi adanya kenaikan sebesar 15% tiap 3 (tiga) tahun sekali. b. Standard ukuran dan jenis kapal Untuk menghitung penerimaan dari jasa pelayanan kapal. ukuran dan jenis kapal disederhanakan sebagai berikut: Standar Ukuran Kapal Kapal Kargo (GT) Kapal Pelra (GT) Kapal Peti Kemas (GT) Kapal Penumpang PELNI (GT) Kapal NON PELNI (GT) c. Penerimaan Jasa Pelayanan Kapal Penerimaan dari jasa pelayanan kapal terdiri dari uang labuh. uang tambat. uang pandu. uang tunda dan pelayanan air untuk kapal. Penerimaan dari jasa pelayanan kapal ditunjukkan pada Lampiran 9.9. dan 9.9-A d. Penerimaan Jasa Pelayanan Barang Tarif jasa pelayanan barang berlaku bagi pemakaian jasa dermaga. gudang tertutup dan gudang terbuka (lapangan penumpukan) ditetapkan atas dasar jumlah bongkar-muat barang, lama waktu penyimpanan dan volume barang yang disimpan di gudang. Penerimaan dari jasa pelayanan barang selama tahun proyeksi dihitung berdasarkan tarip dasar jasa pelayanan barang yang berlaku. e. Penerimaan Terminal Peti Kemas Jasa layanan terminal peti kemas meliputi antara lain jasa stavedooring, haulage, lift on/off, stripping, stuffing, shifting, dan monitoring. Atas dasar hal tersebut penghasilan terminal peti kemas dihitung dengan assumsi penerimaan bersih rata-rata Rp /boks untuk peti kemas 20 isi dan Rp /bok peti kemas 20 kosong. Dengan assumsi kenaikan 15% tiap 3 (tiga) tahun. Rencana Pengembangan II - 14

15 f. Penerimaan dari pass masuk pelabuhan Penerimaan berasal dari pas masuk pelabuhan bagi orang dihitung atas dasar tarip yang berlaku yaitu Rp /orang/masuk. Jumlah pas yang dikeluarkan pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak orang selanjutnya diproyeksikan dengan kenaikan 5%/tahun. Disamping itu ada penerimaan dari pass masuk jenis kendaraan truck yang masuk pelabuhan yang jumlahnya dihitung dengan asumsi rata-rata muatan per truck adalah 12,5 ton. Pass masuk rata-rata Rp /kendaraan. Pass masuk penumpang kapal dan para pengantar masing-masing Rp ,- dan Rp ,- per orang. 2. Biaya Operasional Pelabuhan Biaya operasional pelabuhan terdiri dari biaya personil (pegawai). biaya pemeliharaan biaya administrasi dan umum (biaya overhead) dan biaya pemelihaaraan aktiva tetap pelabuhan. a. Biaya Personil Rata-rata biaya personil dalam tahun 2008 sebesar Rp. 57,1 juta/orang/tahun dengan assumsi kenaikan biaya 10%/tahun pada tahun-tahun berikutnya. Biaya personil tersebut didasarkan pada jumlah personil (pegawai) sebanyak 191 orang pada tahun 2008, dan menungkat menjadi 231 orang pada tahun b. Biaya Administrasi dan Umum Biaya administrasi (overhead cost) terdiri dari antara lain premi asuransi. biaya administrasi, biaya bahan dan biaya umum lainnya diasumsikan sebesar 100% (biaya bahan 25%, biaya administrasi dan lain-lain 75%) dari biaya personil. c. Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan per tahun dari asset tetap yang sudah ada saat ini diperkirakan atas dasar prosentase tertentu dari nilai perolehan. Untuk aktiva tetap dari proyek yang direncanakan diassumsi biaya pemeliharaannya per tahun berdasarkan suatu prosentase tertentu dari nilai perolehannya yaitu: Rencana Pengembangan II - 15

16 Tabel 2.5.: Biaya dan pendanaan Proyek Jenis Aktiva % biaya/thn Dermaga dan trestle 1.0% Bangunan 1.5% Jalan, jembatan, drainase 1.0% Utilities dan Peralatan 2.5% Dalam Ribuan Rupiah STRUKTUR PENDANAAN TOTAL Dana Equity Dana Pinjaman Dana Hasil Operasional TOTAL BIAYA PROYEK d. Bunga pinjaman Bunga pinjaman lunak diasumsi sebesar 4%/tahun dan bungan pinjaman komersial adalah 16% per tahun. Perhitungan beban bunga selama masa pinjaman disajikan pada Lampiran 9.15 dan 9.15 A e. Biaya Konstruksi Proyek dan Pendanaannya Nilai investasi dan jadwal pengeluaran biaya konstruksi termasuk biaya tak terduga (contingencies), biaya Konsultan, eskalasi harga dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 3. Hasil Evaluasi Finansial Proyeksi keuangan selama 30 tahun ( ) telah dilakukan berdasarkan pada perkiraan penerimaan dan biaya operasional selanjutnya dievaluasi berdasarkan analisa rasio keuangan dan perhitungan Financial Internal Rate of Return (FIRR) sebagai berikut: a. Rasio Keuangan Working Ratio (untuk menetapkan posisi hasil usaha) Pengeluaran Operasional x 100 % Penerimaan Rencana Pengembangan II - 16

17 Rasio keuangan tahun 2014, 2018, 2024, 2028 dan 2033 adalah sebagai berikut: Tabel 2.6.: Rasio Keuangan Rasio Keuangan Working Ratio 35.5% 41.2% 50.1% 57.8% 59% Debt Coverage Service b. Financial Internal Rate of Return (FIRR) & B/C Ratio 1) Secara financial hasil perhitungan FIRR adalah 9,14%. yang berarti lebih tinggi dari tingkat bunga pinjaman yang diharapkan sebesar 4,80%. dengan hasil perhitungan B/C ratio sebesar yang berarti lebih besar dari angka 1 (satu), maka dapat disimpulkan bahwa proyek yang diusulkan dalam rencana ini layak (feseable) secara finansial. c. Analisa Sensitivitas (Sensitivity Analysisis) Hasil analisa sensitivitas terhadap perubahan yang tak terduga baik biaya maupun manfaat disajikan pada lampiran Secara ringkas hasilnya dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 2.7.: Ringkasan Hasil Analisa Sensitivitas No. Case FIRR (%) 1 Base Case 9,14 2 Manfaat (Benefit) - 10% 7,63 3 Biaya Konstruksi + 10% 8,28 4 Biaya Operasional + 10% 8,57 5 Manfaat -10%. B. Konstruksi +10% 6,80 6 Manfaat -10%. B. Operasional +10% 6,91 7 Manfaat 10. B Konstr. + 10%. B. Operasi + 10% 6,13 Sumber : analias Konsultan Semua hasil analisa sensitivitas menunjukkan angka diatas 4,80%. Dengan demikian dari segi finansial proyek dikatagorikan layak (feasible). Rencana Pengembangan II - 17

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI TERHADAP PELABUHAN SUMBA TENGAH

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI TERHADAP PELABUHAN SUMBA TENGAH ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI TERHADAP PELABUHAN SUMBA TENGAH Oleh: Ir. Hermawati Konsultan PT. Formasi Empat Pola Selaras Email: hermawati.santoso@yahoo.com ABSTRAK: Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara kepulauan, peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupan ekonomi, sosial, pemerintahan, pertahanan/keamanan. Bidang kegiatan pelayaran

Lebih terperinci

BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL 6.1. Analisa Ekonomi Analisa ekononi dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini dilihat dari sudut pandang pemakai jasa pelabuhan. Analisa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2 ANALISIS PROYEK/INVESTASI Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 PROYEK ADALAH SUATU RANGKAIAN KEGIATAN YANG MENGGUNAKAN SEJUMLAH SUMBER DAYA UNTU MEMPEROLEH SUATU MANFAAT (BENEFIT). MEMERLUKAN BIAYA (COST),

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 220, 2015 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5742). PERATURAN

Lebih terperinci

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Analisis kelayakan investasi proyek jalan tol pada dasaraya adalah mencoba mengkaji ulang suatu rencana penanaman sejumlah uang dengan memperhatikan manfaat yang dinikmati oleh

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang melimpah, baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, iklim yang bersahabat, dan potensi lahan yang besar. Pada

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut. 4.1. Biaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda Reka racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda GLEN WEMPI WAHYUDI 1, DWI PRASETYANTO 2, EMMA AKMALAH

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan dan Kelautan Disusun Oleh: Ludfi Dwi 230110120120 Sofan

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

I. FORMAT SURAT USULAN RENCANA PENERBITAN OBLIGASI DAERAH KOP SURAT GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA

I. FORMAT SURAT USULAN RENCANA PENERBITAN OBLIGASI DAERAH KOP SURAT GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA I. FORMAT SURAT USULAN RENCANA PENERBITAN OBLIGASI KOP SURAT GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA Nomor : [NOMOR SURAT] [KOTA], [TGL, BLN, ] Sifat : [SIFAT SURAT] Lampiran : 5 (lima) Berkas Hal : Usulan Rencana Penerbitan

Lebih terperinci

STUDI HARGA AIR BAKU PADA BENDUNGAN BENDO KABUPATEN PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR

STUDI HARGA AIR BAKU PADA BENDUNGAN BENDO KABUPATEN PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR STUDI HARGA AIR BAKU PADA BENDUNGAN BENDO KABUPATEN PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR Intan Fardania Putri 1, Rispiningtati 2, Ussy Andawayanti 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA Florence Kartika Panditasiwi Universitas Katolik Parahyangan Jln. Ciumbuleuit 94 Bandung 40141 Tlp. (022)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian dan Pentingnya Investasi Investasi diambil dari kata bahasa Inggris investation yang bermakna penanaman modal. Investasi merupakan salah

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pengadaan Mobile Coolbox Dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekspor Kubis

Studi Kelayakan Pengadaan Mobile Coolbox Dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekspor Kubis Studi Kelayakan Pengadaan Mobile Coolbox Dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekspor Kubis ABSTRAK IBRAHIM SYAH PUTRA (080304058/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Yusak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 45 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan daerah tersebut dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hortikultura Komoditas hortikultura termasuk produk yang mudah rusak (perishable product), dimana tingkat kerusakan dapat terjadi dari masa panen hingga pascapanen dan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan, dua pertiga wilayahnya merupakan perairan dan berada pada rute perdagangan dunia. Wilayah Indonesia terbentang antara Samudera Hindia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA Florence Kartika Panditasiwi Universitas Katolik Parahyangan Jln. Ciumbuleuit 94, Bandung Telp: (022)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Untuk menjawab pertanyaan dari studi ini banyak digunakan acuan teori keuangan. Teori yang digunakan untuk landasan perhitungan studi ini adalah teori proses bisnis, financial planning

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T.

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. Investment is not just about cold cash, BUT ALSO about imagination and innovation. Imagination to make better use of what we have already. Innovation

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI MATERI KULIAH 4 PERTEMUAN 6 FTIP - UNPAD METODE MEMBANDINGKAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI Ekivalensi Nilai dari Suatu Alternatif Investasi Untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan/maritim, sehingga peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupaan sosial, ekonomi, pemerintahan, hankam dan sebagainya. Sarana

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

9 Universitas Indonesia

9 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan atau feasibility study adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting. Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut mutlak diperlukan sarana dan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendahuluan Di dalam bab ini akan dibahas mengenai aspek keuangan dan aspek strategis dari investasi proyek pembangunan pelabuhan laut PT. X. Untuk aspek strategis,

Lebih terperinci

Penentuan Umur Ekonomis Truk Trailer Berdasarkan Biaya Tahunan Rata-rata di PT Richie Persada Logistindo

Penentuan Umur Ekonomis Truk Trailer Berdasarkan Biaya Tahunan Rata-rata di PT Richie Persada Logistindo Penentuan Umur Ekonomis Truk Trailer Berdasarkan Biaya Tahunan Rata-rata di PT Richie Persada Logistindo Syafrianita Program Studi Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia Jl.

Lebih terperinci

DESAIN STUDI KELAYAKAN. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

DESAIN STUDI KELAYAKAN. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM DESAIN STUDI KELAYAKAN Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Tujuan: Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami: Aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan studi kelayakan?

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Pendahuluan. Rumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Pengumpulan Data. Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Pendahuluan. Rumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Pengumpulan Data. Analisis Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Sesuai tujuan yang hendak dicapai, maka konsep rancangan penelitian secara skematis ditunjukkan Gambar 3.1 Studi Pendahuluan Studi Pustaka Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI BAB II KEPUTUSAN INVESTASI II.1. Pengertian Investasi Investasi dapat diartikan sebagai pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang (Mulyadi, 2001: 284).

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN Mengelola keuangan suatu usaha bukan hanya dilakukan oleh usaha yang besar saja, tetapi usaha kecil dan menengah juga harus melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan benar. Karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA 62 6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA Pendahuluan Bila dilihat dari segi lingkup pelayaran yang dilayani, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura merupakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL 7.1. UMUM Bab ini menguraikan lebih lanjut tentang hasil yang diperoleh pada Bab VI Studi Optimasi. Analisa Ekonomi dan Finansial dimaksudkan untuk menilai apakah

Lebih terperinci

5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang Net Present Value (NPV)

5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang Net Present Value (NPV) 5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang 5.3.1 Net Present Value (NPV) Usaha penangkapan udang, yang dilakukan oleh nelayan pesisir Delta Mahakam dan sekitarnya yang diproyeksikan dalam lima tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan digunakan pada saat musim kemarau (Purnomo, 1994). Menurut Peraturan Pemerintah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan digunakan pada saat musim kemarau (Purnomo, 1994). Menurut Peraturan Pemerintah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Evaluasi Proyek Bendungan Bendungan adalah bangunan penampung kelebihan air hujan pada musim hujan dan digunakan pada saat musim kemarau (Purnomo, 1994). Menurut Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Risa Rininta 1), Nurhadi Siswanto 2), dan Bobby O. P. Soepangkat 3) 1) Program

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia sebagai negara maritim yang terdiri dari ribuan pulau membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan, perdagangan

Lebih terperinci

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno STRUKTUR HARGA PLTMH Topik Utama Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi h_maksum@yahoo.com

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Clinton Yan Uguy T. K. Sendouw, A. L. E. Rumayar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: clinton.uguy@gmail.com ABSTRAK Pelabuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Pasar dan Pemasaran Gula Tahun Jawa Luar Jawa Jumlah Peningkatan (%) 1990 1,693,589 425,920 2,119,509-1991 1,804,298 448,368 2,252,666 6.28

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian ini akan disampaikan bagan alir dimana dalam bagan alir ini menjelaskan tahapan penelitian yang dilakukan dan langkah-langkah apa saja yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Investasi ialah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lainnya, dengan pengharapan untuk memperoleh imbalan di masa mendatang (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008).

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.3 Tujuan dan Manfaat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benefit Cost Ratio (BCR) 1.2 Identifikasi Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.3 Tujuan dan Manfaat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benefit Cost Ratio (BCR) 1.2 Identifikasi Masalah 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia, terutama untuk digunakan sebagai air minum, memasak makanan, mencuci, mandi dan kakus. Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Tata Kelola Pelabuhan Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 55 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pelabuhan, pelabuhan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Proyek Menurut UU No. 17 Tahun 2008, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) sebagai operator pelabuhan dituntut untuk bertanggung jawab terhadap aset negara. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini transportasi mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan salah satu unsur yang turut menentukan perkembangan ekonomi suatu kota bahkan Negara. Moda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin 22 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Analisis Dewasa ini pengembangan sektor pertanian menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin berat disebabkan adanya perubahan lingkungan strategis

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sayur Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci