BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut (Subri, 2003).Pada tiap negara batas umur tenaga kerja berbeda-beda hal
|
|
- Shinta Veronika Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Tenaga Kerja (Manpower) Penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktiviatas tersebut (Subri, 2003).Pada tiap negara batas umur tenaga kerja berbeda-beda hal ini karena situasi tenaga kerja di masing-masing negara juga berbeda-beda.di negara Indonesia tenaga kerja ditetapkan dengan UU No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan yang menetapkan bahwa batas usia kerja 15 tahun. MenurutSimanjuntak (dalam Kiki, 2012) Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau golongan penerima pendapatan.ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja.pada dasarnya tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 1. Angkatan kerja, yaitu tenaga kerja berusia 15 tahun dan lebih yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja dan mereka yang tidak mempunyai 8
2 pekerjaan tetap sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan dapat bekerja. 2. Bukan angkatan kerja, yaitu tenaga kerja yang berusia 15 tahun keatas yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan lain-lain atau penerima pendapatan dan melakukan kegiatan yang dapat dikategoriakan bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari kerja Pasar Kerja Pasar kerja merupakan aktivitas dari para pelaku yang tujuannya adalah mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja (Sumarsono, 2009). Proses mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja ternyata memerlukan waktu lama. Dalam proses ini, baik pencari kerja maupun pengusaha dihadapkan pada suatu kenyataan sebagai berikut : 1. Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan dan sikap pribadi yang berbeda. Di pihak lain setiap lowongan yang tersedia mempunyai sifat pekerjaan yang berlainan. Pengusaha memerlukan pekerjaan dengan pendidikan, keterampilan, kemampuan, bahkan mungkin dengan sikap pribadi yang berbeda. Tidak semua pelamar akan cocok untuk satu lowongan tertentu, dengan demikian tidak semua pelamar mampu dan dapat diterima untuk satu lowongan tertentu. 2. Setiap pengusaha atau unit usaha menghadapi lingkungan yang berbeda seperti output, input, manajemen, teknologi, lokasi, pasar sehingga mempunyai kemampuan berbeda dalam memberikan tingkat upah, 9
3 jaminan sosial dan lingkungan pekerjaan. Di pihak lain, pencari kerja mempunyai produktivitas yang berbeda dan harapan-harapan mengenai tingkat upah dan lingkungan pekerjaan. Oleh sebab itu tidak semua pencari kerja bersedia menerima pekerjaan dengan tingkat upah yang berlaku di suatu perusahaan, sebaliknya tidak semua pengusaha mampu serta bersedia memperkerjakan seorang pelamar dengan tingkat upah dan harapan yang dikemukakan oleh pelamar tersebut. 3. Baik pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai informasi yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam butir (1) dan (2). Sekian banyak pelamar, pengusaha biasanya menggunakan waktu yang cukup lama melakukan seleksi guna mengetahui calon yang paling tepat untuk mengisi lowongan yang ada Permintaan dan Penawaran Tenaga kerja Permintaan tenaga kerja berhubungan dengan fungsi tingkat upah. Semakin tinggi tingkat upah, maka semkain kecil permintaan pengusaha akan tenaga kerja. Tiap perusahaan mempunyai jumlah dan fungsi permintaan yang berbeda sesuai dengan besar kecilnya perusahaan atau produksi, jenis usaha, penggunaan teknologi, serta kemampuan manajemen dari pengusaha yang bersangkutan (Simanjuntakdalam Setiawan, 2010). Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh pensupply untuk di tawarkan.jumlah satuan pekerja yang ditawarkan tergantung pada (1) besarnya penduduk, (2) persentase penduduk yang memilih berada dalam angkatan kerja, (3) jam kerja 10
4 yang ditawarkan oleh peserta angkatan kerja, di mana ketiga komponen tersebut tergantung pada tingkat upah.jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan dalam masyarakat.besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan tersebut.selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerjadipengaruhi oleh tingkat upah.apabila tingkat upah naik maka jumlah penawaran tenaga kerja akan meningkat. Sebaliknya jika tingkat upah meningkat maka permintaan tenaga kerja akan menurun. Berikut Gambar 2.1 yang menunjukkan adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. w SL We DL Sumber : Mulyadi Subri, Ne N Gambar 2.1 Kurva Keseimbangan Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja Keterangan Gambar : SL DL W N : Penawaran tenaga kerja (supply of labor) : Permintaan tenaga kerja (demand for labor) : Upah riil : Jumlah tenaga kerja 11
5 Ne We E : Jumlah tenaga kerja yang diminta : Tingkat Upah : Keseimbangan permintaan dan penawaran Berdasarkan Gambar 2.1 diketahui bahwa jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat upah keseimbangan We. Dengan demikian titik-titik keseimbangan adalah titik E.Di sini tidak ada excess supplyof labor maupun excess demand for labor.pada tingkat upah keseimbangan We maka semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak ada orang yang menganggur.secara ideal keadaan ini disebut full employment pada tingkat upah We tersebut. Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja pada suatu tingkat upah.ketidakseimbangan tersebut dapat berupa: 1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (excess supply of labor). Pada Gambar 2.2 terlihat adanya excess supply of labor dimana pada tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar dari permintaan tenaga kerja (DL).Jumlah tenaga kerja yang menawarkan diri untuk bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan yang diminta hanya N1 dengan demikian ada tenaga kerja yang menganggur pada tingkat upah W1 sebanyak N1 N2. 12
6 W Supply Labour W1 Excess Supply Demand Labour 0 N1 N2 N Sumber : Mulyadi Subri, 2003 Gambar 2.2 Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan Dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja (Excess Supply Of Labor) Keterangan Gambar : W : Tingkat upah N : Jumlah tenaga kerja 2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran terhadap tenaga kerja(excess demand for labor). Pada Gambar 2.3 terlihat adanya excess demand for labor dimana padatingkat upah W2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan diriuntuk bekerja pada tingkat upah W2adalah sebanyak N3 tenaga kerja,sedangkan yang diminta adalah sebanyak N4 tenaga kerja. 13
7 W Supply Labour W2 Excess Demand Demand Labor 0 N3 N4 N Sumber : Mulyadi Subri, 2003 Gambar 2.3 Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan Dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja (Excess Demand For Labor) Pengangguran Pengangguran adalahangka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan (Subri, 2003).Menurut Santoso, 2012) pengangguran adalah jumlah akumulasi orang yang tidak bekerja pada suatu titik waktu tertentu. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Sementara setengah menganggur dibagi dalam dua kelompok yaitu: (1) Setengah MenganggurKetara (Visible Underemployment) ialah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya. Dan (2) Setengah Menganggur Tidak Ketara (Invisible Underemployment) ialah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaannya dianggap tidak mencukupi, karena pendapatannya terlalu 14
8 rendah atau pekerjaannya tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya (Subri, 2003) Jenis-Jenis Pengangguran Pengangguran terjadi karena ketidaksesuain antara permintaan dan penyediaan dalam pasar kerja. Berikut bentuk-bentuk pasar kerja menurut (Sumarsono, 2009) yaitu : 1. Pengangguran Friksional Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowonga kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk : (a) tenggang waktu yang diperlukan selama proses/prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi karena faktor jarak dan kurangnyainformasi; (b) kurangnya mobilitas pencari kerja dimana lowongan pekerjaan justru terdapat bukan disekitar tempat tinggal si pencari kerja dan (c) pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan pekerjaan dan demikian pula pengusaha tidak mengetahui dimana tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai. 2. Pengangguran Musiman Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena pergantian musim.di luar musim panen dan turun kesawah, banyak orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu musim baru.selama masa menunggu tersebut mereka digolongkan sebagai penganggur musiman. 15
9 3. Pengangguran Siklikal Pengangguran siklikal dalam kegiatan ekonomi yang ada kalanya terjadi ekspansi kegiatan meningkat.timbul kejenuhan dan penurunan kegiatan setelah itu diikuti kenaikan intensitas kegiatan lagi.siklus seperti ini tentu membawa dampak pada permintaan tenaga kerja. 4. Pengangguran Struktural Pengangguran sturktual adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian.perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan baru tersebut. 5. Pengangguran Teknologi Dalam pertumbuhan industri bahwa teknologi yang dipakai dalam proses produksi yang selalu berubah. Perubahan teknologi produksi membawa dampak kesempatan kerja keberbagai arah.kekuatan substitutif dan kekuatan merombak spesifikasi jabatan yang ditimbulkan membawa dampak negatif bagi kesempatan kerja berupa pengangguran. 6. Pengangguran karena kurangnya permintaan aggregat Permintaan total masyarakat merupakan dasar untuk diadakannya kegiatan investasi. Pengeluaran investasi memberikan peluang untuk tumbuhnya kesempatan kerja.kurangnya permintaan aggregat diartikan sebagai mendasar bukan sementara bulanan atau sementara tahunan, tetapimerupakan kondisi yang berlaku dalam jangka panjang.profil yang perlu diketahui adalah tempat 16
10 terjadinya pengangguran menurut sektor ekonomi, pertanian, pertambangan dan selanjutnya distribusi menurut pendidikan diketahui pengangguran tidak terdidik atau berpendidikan rendah dapat lebih mudah ditangani karena kesempatan kerja bagi tenaga berketerampilan mudah lebih besar, sehingga kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih besar.akan tetapi sebaliknya dapat terjadi bahwa orang yang berpendidikan rendah susah menyesuaikan diri dengan keterampilan baru Pasar Tenaga Kerja Terdidik dan Tenaga Kerja Tak Terdidik Penggolongan pasar kerja menurut pasar kerja intern dan eksternmenekankan proses pengisian lowongan kerja. Sebaliknya penggolongan pasar kerjamenurut pasar kerja utama dan biasa hanya menekankan aspek atau keadaanlingkungan pekerjaan dan orang yang sudah bekerja di dalamnya.pasar kerjamenyangkut kedua-duanya yaitu seluruh penawaran dan pemintaan akan tenagakerja.penawaran mencakup yang sudah bekerja dan pencari kerja.permintaanmencakup jumlah pekerjaan yang sudah terisi dan lowongan yang belum terisi.pasar kerja membicarakan hubungan permintaan dan penawaran akan tenagakerja, jadi mencakup aspek proses pengisian lowongan kerja dan orang-orangyang bekerja serta pekerjaan yang sudah terisi. Menurut Simanjuntak dalam (setiawan, 2010) Tenaga kerja terdidik biasanyamempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi dari tenaga kerja tak terdidik.produktivitas kerja pada dasarnya tercemin dalam tingkat upah, tiap lowonganpekerjaan umumnya selalu dikaitkan dengan persyaratan tingkat pendidikan bagicalon yang akan mengisinya. Penyediaan tenaga kerja terdidik 17
11 harus melaluisistem sekolah yang memerlukan waktu lama, oleh karena itu elastisitaspenyediaan tenaga terdidik biasanya lebih kecil daripada penyediaan tenaga takterdidik.tingkat partisipasi kerja tenaga terdidik lebih tinggi daripada partisipasitenaga tak terdidik.tenaga terdidik biasanya berasal dari keluarga yang lebihberada, yaitu keluarga kaya, yang mampu menyekolahkan anak-anaknya kesekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan Perguruan Tinggi.Dengandemikiantenaga kerja dari keluarga miskin umumnya tidak mampu meneruskanpendidikannya dan terpaksa mencari pekerjaan Teori Mencari Kerja (Job Search Theory) Adanya informasi yang tidak sempurna menyebabkan pekerja harus mencari informasi tentang perusahaan yang prospektif. Pada saat masih awal mencari pekerjaan, pekerja biasanya akan menawarkan upah yang masih rendah. Seiring dengan frekuensi mencari pekerjaan yang semakin sering maka tingkat upah yang ditawarkan juga akan semakin tinggi. Namun pada frekuensi tertentu, tingkat upah yang ditawarkan akan kembali rendah setelah semakin seringnya mencari pekerjaan. Search Theory adalah suatu metode model yang menjelaskan masalah pengangguran dari sudut penawaran yaitu keputusan seorang individu untuk berpartisipasi di pasar kerja berdasarkan karakteristik individu pencari kerja.search Theorymerupakan bagian dari economic uncertanty yang timbul karena informasi di pasar kerja tidak sempurna, artinya para penganggur tidak mengetahui secara pasti kualifikasi yang dibutuhkan maupun tingkat upah yang ditawarkan pada lowongan-lowongan pekerjaan yang ada di pasar.informasi yang 18
12 diketahui pekerja hanyalah distribusi frekuensi dari seluruh tawaran pekerjaan yang didistribusikan secara acak dan struktur upah menurut tingkatan keahlian.search Theory mengasumsikan bahwa pencari kerja adalah individu yang riskneutral, artinya mereka akan memaksimisasi expected incomenya.dengan tujuan maksimisasi expected net income dan reservation wage sebagai kriteria menerima atau menolak suatu pekerjaan. Pencari kerja akan mengakhiri proses mencari kerja pada saat tambahan biaya (marginal cost) dari tambahan satu tawaran kerjatepat sama dengan tambahan imbalan (marginal return) dari tawaran kerja tersebut. Pencari kerja menghadapi ketidakpastian tentang tingkat upah sertaberbagai sistem balas jasa yang ditawarkan oleh beberapa lowongan pekerjaan.kalaupun informasi tentang hal ini ada, tetapi biaya untuk memperolehnya mahal(sutomo, dkk, 1999 dalam Setiawan 2010). Search Theory juga mengasumsikan bahwa pencari kerja adalah individu yang risk neutral. Artinya mereka akan memaksimisasi expected incomenya. Dengan tujuan maksimisasi expected net income dan reservation wage sebagai kriteria ia menerima atau menolak suatu pekerjaan, pencari kerja akan mengakhiri proses mencari kerja pada saat tambahan biaya (marginal return) dari tawaran kerja tersebut Human Capital Investasi pada bidang sumber daya manusia adalah pengorbanan sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesmepatan memperoleh penghasilan selama proses investasi. Penghasilan yang diperoleh pada masa yang akan datang adalah 19
13 penghasilan yang lebih tinggi untuk mampu mencapai konsumsi yang lebih tinggi pula. Menurut Sumarsono (2009) Investasi di bidang sumber daya manusia dapat dilakukan dalam bentuk : a. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam sumber daya manusia.pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan,akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja.dengan melakukan investasi di bidang pendidikan akanmemperoleh imbalannya beberapa tahun kemudian dalam bentuk pertambahan hasil kerja. Human Capital dibidang pendidikan dapat digunakan dalam beberapa hal: (1) Sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai apakah seseorang akan melanjutkan sekolah atau tidak, (2) digunakan untuk menerangkan situasi kerja seperti bertambahnya pengangguran dikalangan tenaga kerja terdidik, (3) memperkirakan tambahan penyediaan tenaga dari beberapa jenis dan tingakat pendidikan beberapa tahun ke depan, (4) menyusun kebijaksanaan pendidikan dan perencanaan tenaga kerja, (5) menentukan apakah suatu program pendidikan cukup baik untuk diselenggarakan atau tidak (Sumarsono, 2009). b. Pelatihan Pelatihan merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia disamping pendidikan. Pelatihan dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 20
14 1. Pelatihan umun adalah jenis pelatihan yang diberikan kepada seseorang oleh suatu perusahaan atau lembaga, namun hasil pelatihan tersebut dapat dimanfaatkan oleh perusahaan lainnya. 2. Pelatihan spesifik adalah jenis pelatihan yang diberikan kepada seseorang oleh suatu perusahaan atau lembaga, hasil pelatihan tidak dapat dimanfaatkan oleh perusahaan lain Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang terkait tentang lama mencari kerja pada tenaga kerja terdidik. Beberapa penelitian tersebut antara lain : 1.Satrio Adi Setiawan (2010) Judul : Pengaruh umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman kerja dan jenis kelamin terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di kota Magelang. Hasil penelitian sebagai berikut : a. Variabel umur memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama mencari kerja. Berarti bahwa semakin tua umur pencari kerja akan semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja. b. Variabel pendidikan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama mencari kerja. Berarti bahwa semakin tingginya pendidikan pencari kerja justru akan semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja. 21
15 c. Variabel pendapatan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama mencari kerja. Berarti bahwa semakin tinggi pendapatan yang diperoleh akan semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja. d. Variabel pengalaman kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama mencari kerja. Berarti bahwa pencari kerja yang memiliki pengalaman kerja akan lebih cepat waktu yang digunakan untuk mencari kerja dibandingkan yang tidak memiliki pengalaman. e. Variabel jenis kelamin memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadaplama mencari kerja. Berarti bahwa pencari kerja yang berjenis kelamin laki-lakiakan lebih lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja dibandingkandengan perempuan. f. Dari lima variabel yang diteliti, variabel pendapatan merupakan variable paling dominan dalam mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerjaterdidik di Kota Magelang. 2. Andi Supratikno dan Nenik Woyanti (2011) Judul : Fakto-faktor yang mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di kabupaten Semarang. Hasil penelitian sebagai berikut : a. Variabel pendapatan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama mencari kerja. Berarti bahwa semakin tinggi pendapatan yangdiperoleh akan semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja. b. Variabel tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif yang signifikanterhadap lama mencari kerja. Berarti bahwa semakin tingginya 22
16 pendidikanpencari kerja justru akan semakin lama waktu yang digunakan untukmencari kerja. c. Variabel umur memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap lamamencari kerja. Berarti bahwa di Kabupaten Semarang umur pencari kerjayang semakin tua akan singkat waktu yang digunakan untuk mencari kerja. d. Variabel Pendidikan Teknis memiliki pengaruh positif yang signifikanterhadap lama mencari kerja. Berarti bahwa di Kabupaten Semarangbahwa pencari kerja dengan latar belakang pendidikan kejuruan akan lebihsiap masuk pasar kerja sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan itusendiri, akibatnya lama mencari kerja lebih kecil. e. Dari empat variabel yang diteliti, variabel tingkat pendidikan merupakanvariable paling dominan dalam mempengaruhi lama mencari kerja bagitenaga kerja terdidik di Kabupaten Semarang. 3. Azhar Putera Kurniawan dan Herniawati Retno Handayani (2013) Judul : Analisis lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di kabupaten Purworejo. Hasil penelitian sebagai berikut : a. Variabel pendidikan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap lama mencari kerja. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan pencari kerja di Kabupaten Purworejo akan semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk mencari kerja. 23
17 b. Variabel umur memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama mencari kerja. Berarti bahwa semakin tua umur pencari kerja akan semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja. c. Variabel gaji memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap lama mencari kerja. Hal ini menunjukkan semakin tinggi gaji yang diperoleh akan semakin lama waktu yang digunakan untuk mencari kerja. d. Terdapat perbedaan lama mencari kerja antara status pekerjaan formal dan status pekerjaan informal, yaitu responden yang bekerja di sektor formal waktu untuk mendapatkan pekerjaan lebih lama dibandingkan responden yang bekerja di sektor non-formal yang membutuhkan waktu lebih singkat untuk mendapatkan pekerjaan. Dari empat variabel yang digunakan pada penelitian ini, variabel umur merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kabupaten Purworejo. Dari empat variabel pada penelitian ini variabel status pekerjaan secara individu tidak berpengaruh terhadap lama mencari kerja. Namun dari empat variabel yang digunakan penelitian ini secara bersama memiliki pengaruh terhadap lama mencari kerja. 24
18 2.2 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dalam penelitian adalah sebagai berikut : Umur (X1) Pendidikan (X2) Pendapatan (X3) Lama Mencari Kerja (Y) Jenis Kelamin (X4) 2.3 Hipotesis Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga umur berpengaruh terhadap lama mencari kerja. 2. Diduga tingkat pendidikan berpengaruh terhadap lama mencari kerja. 3. Diduga harapan pendapatan berpengaruh terhadap lama mencari kerja. 4. Diduga terdapat perbedaan lama mencari kerja antara jenis kelamin lakilaki dan perempuan. 25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut (Kusumosuwidho, 2007).Pada tiap negara batas umur tenaga kerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tenaga Kerja (manpower) Penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika
Lebih terperinci[ OPISSEN YUDISYUS ]
Ada pendapat yang mengatakan bahwa proses yang mempercepat pembangunan ekonomi adalah jumlah penduduk yang besar. Namun, ada yang berpendapat lain yaitu jumlah penduduk yang sedikit justru mempercepat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena
Lebih terperincilaporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari yang diperlukan untuk pekerjaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Overeducation dan Undereducation Istilah ini pada situasi overeducation di mana seorang individu memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan
Lebih terperinciPENGARUH UMUR, PENDIDIKAN, PENDAPATAN, PENGALAMAN KERJA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK DI KOTA MAGELANG
PENGARUH UMUR, PENDIDIKAN, PENDAPATAN, PENGALAMAN KERJA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK DI KOTA MAGELANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah
7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini terdapat penelitian sejenis yang sudah dilakukan oleh beberapa orang. Penelitian terdahulu yang menjadi refrensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an
9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya
Lebih terperinciEmployment and Unemployment Dewi Pancawati N.,S.Pd.,M.M.
Employment and Unemployment Dewi Pancawati N.,S.Pd.,M.M. Employment Not Labor Population Labor Not Force Labor Force Population Employee (Manpower) Population aged 10 years Bukan Tenaga kerja Penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan penjelasan teoritis sebagai basis atau komparasi analisis dalam melakukan penelitian. Pembahasan ditekankan pada penjabaran disiplin keilmuan tertentu sesuai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,
Lebih terperinciPerekonomian Indonesia
Modul ke: Perekonomian Indonesia Konsep Ketenagakerjaan Fakultas Ekonomi & Bisnis Janfry Sihite Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Tujuan Sesuai rapem Definisi Ketenagakerjaan Menurut
Lebih terperinciBAB V KESEMPATAN KERJA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB V KESEMPATAN KERJA Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian-pengertian 2.1.1 Kesempatan kerja Kesempatan kerja identik dengan Sasaran Pembangunan Nasional, khususnya pembangunan ekonomi. Oleh karena kesempatan kerja merupakan
Lebih terperinciANALISIS LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK DI KECAMATAN PEDURUNGAN
ANALISIS LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK DI KECAMATAN PEDURUNGAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angkatan kerja tidak dapat diserap oleh pasar kerja (Pratiwi, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang muncul karena jumlah angkatan kerja yang ada secara relatif atau absolut lebih
Lebih terperinciMAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN
MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN Disusun Oleh : Anggota Kelompok 1 Kelas XI IPS 1 :Agit Olivia Ariswan Ahmad Fajar Ilma Destina Silvi Toni iskandar Yuniasari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah minimum. Upah minimum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja
II. TINJAUAN PUSTAKA A. LandasanTeori 1.Definisi Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja (Sumarsono, 2009). Artinya bahwa semua orang yang melakukan kegiatan pekerjaan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat
Lebih terperinciTINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri 1. Pengertian Industri Menurut Sukirno (2008), industri adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Industri merupakan suatu
Lebih terperinciANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA
ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA KETENAGAKERJAAN Pendekatan Labour Force : Seseorang masuk angkatan kerja adalah yang aktif secara ekonomi (mencari pekerjaan),
Lebih terperinciIndikator dan Teknik Perhitungan Penduduk dan ketenagakerjaan termasuk TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi.
Indikator dan Teknik Perhitungan Penduduk dan ketenagakerjaan termasuk TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi Oleh : Afwandi Perbedaan antara Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk Registrasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian pengertian 2.1.1. Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu Negara / masyarakat dapat dijabarkan jika diketahui
Lebih terperinciAnalisis Tingkat Pendidikan dan Kemampuan Tenaga Kerja Perempuan terhadap terjadinya Diskriminasi Upah pada Sektor Industri Sedang di Kota Palembang
An Nisa a: Jurnal Kajian Gender dan Anak Volume 12, Nomor 01, Juni 2017 Analisis Tingkat Pendidikan dan Kemampuan Tenaga Kerja Perempuan terhadap terjadinya Diskriminasi Upah pada Sektor Industri Sedang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/03/Th. IV, 20 Maret 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN Jumlah angkatan kerja di
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah
Lebih terperinciekonomi KETENAGAKERJAAN Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI KETENAGAKERJAAN Semester 1 Kelas XI SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian ketenagakerjaan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumber daya dapat dialihkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bonus Demografi Bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan (PDRB). Dalam hal ini faktor-faktor produksi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan dalam bidang pendidikan dapat secara positif mempengaruhi suatu bangsa dalam produktivitas, GDP, dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Lebih terperinciANALISIS LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK DI KECAMATAN PEDURUNGAN
1 ANALISIS LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK DI KECAMATAN PEDURUNGAN Reza Primanda Adi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Dosen Pembimbing: Drs. H. Wiratno, M.Ec ABSTRACT The problem of
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 71 /11/76/Th.IX, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,35 PERSEN Jumlah penduduk usia kerja di Sulawesi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian-Pengertian 2.1.1 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja identik dengan Sasaran Pembangunan Nasional, khususnya pembangunan ekonomi. Oleh karena kesempatan kerja merupakan
Lebih terperinciTINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014
BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 9,84 PERSEN No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja pada Februari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini dapat tercapai bila jumlah supply tenaga kerja yang besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar merupakan
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017
Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan catatan semua hasil pembangunan tersebut dapat dirasakan oleh seluruh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah salah satu kegiatan yang selalu dilakukan suatu negara, karena dapat menciptakaan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dengan catatan semua
Lebih terperinciBPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 8,36 PERSEN Jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian-pengertian 2.1.1 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja identik dengan Sasaran Pembangunan Nasional, khususnya pembangunan ekonomi. Oleh karena kesempatan kerja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab
Lebih terperinciANALISIS TENTANG SETENGAH PENGANGGUR DI INDONESIA: ANTARA SUKARELA DAN KETERPAKSAAN
ANALISIS TENTANG SETENGAH PENGANGGUR DI INDONESIA: ANTARA SUKARELA DAN KETERPAKSAAN JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Cindy Sangri Kinanti 115020100111061 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
Lebih terperinciA. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih rendah dibanding jumlah penduduk
SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 8. Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara MajuLatihan Soal 8.1 1. Pengangguran yang terjadi karena ketidaksesuaian antara jenis pekerjaan yang tersedia dengan kemampuan yang
Lebih terperinciANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTOR FORMAL DI INDONESIA Oleh : Diarora Arjuna Neka, Sri Ulfa Sentosa, Hasdi Aimon. Abstract
ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTOR FORMAL DI INDONESIA Oleh : Diarora Arjuna Neka, Sri Ulfa Sentosa, Hasdi Aimon Abstract This study aims to analyze and determine (1) the effect of wages, economic growth,
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen
Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Data Berdasarkan sumbernya, data dan informasi yang dikumpulkan dapat dibedakan menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Data primer adalah yang diperoleh langsung dari sumbernya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Swalayan Menurut Kotler dan Keller (2007), pasar swalayan adalah satu toko yang cukup besar yang menyediakan seluruh kebutuhan rumah tangga, barang-barang
Lebih terperincikesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 35/05/21/Th. VIII, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,39 PERSEN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. baik bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Tenaga kerja Pengertian tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja, baik bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM.
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 54/11/31/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 SEBESAR 7,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan
Lebih terperinciANALISIS PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI PROVINSI RIAU TAHUN
Pekbis Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: 54-62 ANALISIS PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2006-2010 Sri Maryanti Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning-Pekanbaru
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu negara/masyarakat dapat di
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu negara/masyarakat dapat di jabarkan jika diketahui mengenai komposisi lapangan pekerjaan dari angkatan kerjanya,
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat
Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor faktor
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Penelitian yang dilakukan oleh Kholidah Azhar dan Zainal Arifin pada Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014
No. 22/5/Th.XVII, 5 Mei 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,75 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi
Lebih terperinciANALISIS LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK DI KABUPATEN PURWOREJO
ANALISIS LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK DI KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
No.75/11/52/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,94 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2016 mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORETIS
BAB II URAIAN TEORETIS 2.1 INDUSTRI 2.1.1 Pengertian Industri Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara
Lebih terperinciCompany LOGO PENGANGGURAN.
PENGANGGURAN DEFINISI PENGANGGUR ORANG YANG TERGOLONG DALAM ANGKATAN KERJA TETAPI TIDAK MEMPUNYAI PEKERJAAN/SEDANG MENCARI PEKERJAAN JENIS PENGANGGURAN Company PENGANGGURAN BERDASAR PENYEBABNYA BERDASAR
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011
BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2011 SEBESAR 10,83 PERSEN No. 19/05/31/Th XIII, 5 Mei 2011 Jumlah angkatan kerja pada Februari
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 33 /05/76/Th.IX, 5 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI FEBRUARI : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 1,81 PERSEN Pada bulan, jumlah angkatan kerja di Sulawesi
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013
BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 9,94 PERSEN No. 25/05/31/Th. XV, 6 Mei 2012 Jumlah angkatan kerja pada Februari
Lebih terperinciAnalisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi
Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Junaidi, Junaidi; Z,Zulfanetti; Hardiani, Hardiani ABSTRAK Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi ketenaga kerjaan di Provinsi Jambi yang mencakup
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
No.25 /05/TH.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,39 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Februari 2017 mencapai 2,330
Lebih terperinciSOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi
SOSIOLOGI KEBUTUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERDASARKAN KLASIFIKASI KETENAGA KERJAAN Oleh : Ahmad Darmawi A. Pendahuluan Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan dari pembangunan ekonomi suatu negara
Lebih terperinciIlmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi
Ilmu Ekonomi Pengangguran dan Inflasi 23/12/2013 1 Pengangguran Salah satu ukuran keberhasilan pengelolaan ekonomi suatu negara tingkat pengangguran Pengangguran (unemployment), tidak berkaitan dengan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2008 S.D 2012 ABSTRAK
HUBUNGAN PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2008 S.D 2012 Sri Maryanti dan Liviawati Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru ssrimaryanti@yahoo.com
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2012 SEBESAR 10,72 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga kerja. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau
Lebih terperinciKETENAGAKERJAAN DAN PERMASAALAHANNYA URAIAN MATERI
KEGIATAN BELAJAR 4 KETENAGAKERJAAN DAN PERMASAALAHANNYA Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG Kompeten dalam mengkategorikanketenagakerjaan dan permasalahannya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Kesempatan Kerja Secara umum, kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang mencerminkan seberapa jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut
Lebih terperinciHandout Pengantar Ekonomi Makro. A. Arti Definisi Dan Pengertian
A. Arti Definisi Dan Pengertian adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya
Lebih terperinciPerluasan Lapangan Kerja
VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Perubahan Struktural Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yang semula
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bahwa dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan
Lebih terperinciPenawaran agregatif Meet-7
Penawaran agregatif Meet-7 penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barangbarang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu. Penawaran
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011 FEBRUARI 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari
Lebih terperinci