KARAKTERISTIK LAPISAN FINISHING PELARUT MINYAK (POLYURETHANE) DAN PELARUT AIR (WATERBASED LACQUER) PADA KAYU JATI DAN MAHONI ALISA MAULINA JAUHARI
|
|
- Liana Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KARAKTERISTIK LAPISAN FINISHING PELARUT MINYAK (POLYURETHANE) DAN PELARUT AIR (WATERBASED LACQUER) PADA KAYU JATI DAN MAHONI ALISA MAULINA JAUHARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
2 ii KARAKTERISTIK LAPISAN FINISHING PELARUT MINYAK (POLYURETHANE) DAN PELARUT AIR (WATERBASED LACQUER) PADA KAYU JATI DAN MAHONI ALISA MAULINA JAUHARI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian tingkat SARJANA KEHUTANAN pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
3 iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Lapisan Finishing Pelarut Minyak (Polyurethane) dan Pelarut Air (Waterbased Lacquer) pada Kayu Jati dan Mahoni adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir ini. Bogor, Maret 2012 Alisa Maulina Jauhari E
4 iv LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Karakteristik Lapisan Finishing Pelarut Minyak (Polyurethane) dan Pelarut Air (Waterbased Lacquer) pada Kayu Jati dan Mahoni Nama Mahasiswa NRP : ALISA MAULINA JAUHARI : E Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc NIP Diketahui, Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc NIP
5 v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukoharjo pada tanggal 6 Agustus Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Muhtadi Thontowi Jauhari, S. Pd dan Ibu Siti Khomariyah. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 11 Langsa. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Langsa dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Swasta Patra Nusa Rantau. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan selanjutnya diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktik lapang antara lain Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan 2009 di Sancang-Kamojang, Praktek Pengelolaan Hutan 2010 di Hutan Pendidikan Gunung Walat, kemudian pada bulan Maret-Mei 2011 melakukan Praktik Kerja Lapang di Perusahaan Rakabu Furniture Solo. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Karakteristik Lapisan Finishing Pelarut Minyak (Polyurethane) dan Pelarut Air (Waterbased Lacquer) pada Kayu Jati dan Mahoni dibimbing oleh Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc.
6 vi RINGKASAN Alisa Maulina Jauhari (E ). Karakteristik Lapisan Finishing Pelarut Minyak (Polyurethane) dan Pelarut Air (Waterbased Lacquer) pada Kayu Jati dan Mahoni. Dibawah Bimbingan Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc. Sebagian besar cat yang beredar di pasaran dan diaplikasikan di Indonesia berasal dari bahan finishing larut minyak yang dalam pemakaiannya menghasilkan emisi bahanbahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu cat yang diminati oleh masyarakat pada umumnya adalah cat yang ramah lingkungan, tidak mengandung racun (daya toksisitasnya rendah) dan ekonomis. Bahan finishing pelarut air merupakan cat ramah lingkungan yang saat ini cukup diminati. Dengan pertimbangan bahwa bahan finishing larut air belum banyak diaplikasikan di Indonesia, maka dipandang perlu untuk meneliti bahan finishing larut air pada jenis-jenis kayu yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan furniture. Kondisi aplikasi bahan finishing yang dilakukan adalah perlakuan kekentalan bahan cat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu Mahoni, Jati, Impra Aqua Wood Filler AWF-911, Impra Aqua Wood Stain AWS-921, Impra Aqua Sanding Sealer ASS-941, Impra Aqua Lacquer AL-961, SH-113, PU PUSS 740-2K, dan PU PUL 745-2K, kecap, saos, dan minyak goreng. Alat-alat yang digunakan antara lain Circular saw dan band saw untuk membuat contoh uji, 30 lembar kertas ampelas (nomor 180, 240, dan 400), spray gun, kompresor, alat tulis, caliper, ember, dan kain bersih. Masingmasing contoh uji diberi perlakuan pelapisan permukaan kayu dengan sistem finishing waterbased lacquer (pelarut air) dan polyurethane (pelarut minyak). Pada sistem waterbased lacquer setiap contoh uji difinishing dengan pengenceran air yang berbeda, yaitu sealer 5% + top coat 15%, sealer 10% + top coat 30%, dan sealer 20% + top coat 60%. Pengujian sifat finishing yang dilakukan adalah pengujian daya tahan terhadap bahan kimia rumah tangga, pengujian panas dan dingin, serta pengujian ketahanan terhadap rayap Cryptotermes cynocephalus Light. Berdasarkan hasil pengamatan, permukaan kayu yang telah difinishing menggunakan sistem pelarut air (waterbased lacquer) dengan pengenceran air yang berbeda memiliki penampilan yang sama. Apabila dibandingkan dengan permukaan kayu yang telah difinishing menggunakan sistem pelarut minyak (polyurethane), penampilan permukaan kayu yang difinishing dengan bahan pelarut air (waterbased lacquer) kurang mengkilap sehingga terlihat kurang menarik. Pengujian dengan menggunakan pelaburan bahan rumah tangga (kecap, saos, dan minyak goreng) selama 1 jam tidak memberikan pengaruh terhadap penampilan permukaan kayu (berada pada kelas 10). Setelah pengamatan selama 24 jam, permukaan kayu yang difinishing menggunakan sistem pelarut air (waterbased lacquer) memiliki noda sisa kecap, saos, dan minyak goreng sehingga keenam contoh uji turun menjadi kelas 9 sedangkan permukaan kayu yang difinishing menggunakan pelarut minyak (polyurethane) masih berada pada kelas 10. Dari pengamatan uji panas dan dingin tidak ditemukan perubahan penampilan pada permukaan contoh uji. Setelah pengujian ketahanan terhadap rayap Cryptotermes cynocephalus Light selama 100 hari, contoh uji kayu mahoni dan jati yang difinishing menggunakan pelarut air (waterbased lacquer) mengalami kerusakan dan penurunan berat sebesar 1,55% dan 0,52%. Sedangkan kayu yang dilapisi bahan finishing pelarut minyak (polyurethane) tidak mengalami kerusakan. Kata kunci : Polyurethane, Waterbased Lacquer, uji bahan kimia rumah tangga, uji air panas dan dingin, pengumpanan rayap.
7 vii DHH ABSTRACT Characteristics of Oil Based and Waterbased Wood Finishes Applied on Teak and Mahogany by 1) Alisa Maulina Jauhari, 2) I Wayan Darmawan INTRODUCTION: Most of the paint in market and used in Indonesia are comes from the oil-soluble finishing materials, which in aplication, produce emissions of harmful chemicals to human health. So that, many peoples prefer to use eco-friendly paint, nontoxic (toxicity, low power) and economical. Water based finishing material is an environment-friendly paint that currently quite popular. By considering that water soluble finishing material have not been widely applied in Indonesia, it is necessary to examine the water-soluble finishing material to most favorable types of wood as a furniture s raw material. The conditions of application of finishing materials obtained were paint viscosity treatment. MATERIAL AND METHOD: Materials used in this study were Mahogany wood, Teak, Impra Aqua Wood Filler AWF-911, Aqua Wood Stain Impra AWS-921, Aqua Impra ASS-941 Sanding Sealer, Aqua Lacquer Impra AL-961, SH-113, PU 740 Puss - 2K, and 2K PU-745 PUL, soy sauce, chili sauce, and cooking oil. Tools used were Circular saw and band saw to make the test sample, 30 sheets of sandpaper (number 180, 240, and 400), spray gun, compressor, stationery, caliper, a calculator, a bucket, and a clean cloth. Each specimen was treated by coating the wood surface with waterbased lacquer finishing system and oil solvent system. In waterbased lacquer system, each specimen was finished with different water dilution, i.e. 5 % sealer + 15 % top coat, 10 % sealer + 30 % top coat, and 20 % sealer + 60 % top coat. Finishing properties tested were household chemicals resistance, heat and cold testing, and termites resistance (Cryptotermes cynocephalus Light). RESULT: Based on the observation results, wood surfaces which finished with waterbased lacquer with different water dilution have the same performance surfaces. Compared with wood surfaces which finished with oil-solvent system, the performance surfaces which finished with waterbased lacquer have less shiny so it look less attractive. Household chemicals resurfacing test (with ketchup, sauces, and cooking oil) for one hour does not give effect to wood surfaces (the grade is 10). After observation for 24 hours, the wood surfaces which finished with waterbased lacquer have residual spots from ketchup, sauces, and cooking oil, so sixth specimens grades were dropped to 9, while the wood surfaces which finished with oil-solvent system (polyurethane) was still at grade 10. From the observation of heat and cold test for two hours, there are no appearance changes in the specimen surfaces. On termites resistance test with Cryptotermes cynocephalus Light for 100 days, mahony wood and teak wood specimens which finished with waterbased have damages and decreased weight of 1.55 % and 0.52 % respectively, while wood which finished with oil-solvent has no damaged. KEYWORDS: Polyurethane, Waterbased Lacquer, household chemicals treatment, hot and cold water test, feeding termites. 1) Student of Forest Product Department, Faculty of Forestry, IPB. 2) Lecturer of Forest Product Department, Faculty of Forestry, IPB.
8 i KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan atas pimpinan dan teladan kita Rasulullah Muhammad SAW, para sahabat dan pengikut yang setia kepada ajarannya hingga akhir zaman. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul Karakteristik Lapisan Finishing Pelarut Minyak (Polyurethane) dan Pelarut Air (Waterbased Lacquer) pada Kayu Jati dan Mahoni. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda Muhtadi Thontowi Jauhari, Ibunda Siti Khomariyah, Kakanda Topik Hidayat, Adinda Basyit Wulan Istikamah dan Dinda Khairunnisa serta keluarga tercinta yang telah mendukung dan mendoakan penelitian ini agar penulis dapat menyelesaikannya. 2. Bapak Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M. Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. 3. Bapak Ir. Edje Djamhuri selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan, masukan, dan saran kepada penulis. 4. Bapak Kadiman, Bapak Suhada, Mbak Esti, staff Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu yang membantu dalam penelitian ini. 5. Semua teman-teman THH 44 dan teman-teman Fahutan yang selalu mengingatkan dan memberi motivasi untuk terus semangat. 6. Sahabat-sahabatku tersayang ( Dewonk, Suntel, Ayu dan Hary) serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi, wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat diperbaiki dalam tulisan selanjutnya. Bogor, Maret 2012 Penulis
9 ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Finishing Kayu Kayu Mahoni (Swietenia machrophylla King) Kayu Jati (Tectona Grandis) III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan Contoh Uji Proses Finishing dengan Water Based Lacquer Proses Finishing dengan Polyurethane Uji Ketahanan terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga Uji Ketahanan terhadap Panas dan Dingin Uji Ketahanan terhadap Rayap Kayu Kering IV. PEMBAHASAN 4.1 Berat Labur Bahan Finishing yang Digunakan Daya Tahan terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga Daya Tahan terhadap Uji Panas dan Dingin Daya Tahan terhadap Rayap Kayu Kering V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran... 33
10 LAMPIRAN iii
11 iv DAFTAR TABEL 1. Klasifikasi Kondisi Cacat Permukaan Klasifikasi Ketahanan Kayu terhadap Rayap Kayu Kering... 17
12 v DAFTAR GAMBAR 1. Tampilan contoh uji yang difinishing menggunakan Waterbased Lacquer dan Polyurethane Kayu Jati dan Mahoni yang difinishing dengan penambahan air 10% untuk sealer dan 30% air untuk top coat Kayu Jati dan Mahoni yang difinishing dengan penambahan air 5% untuk sealer dan 15% air untuk top coat Kayu Jati dan Mahoni yang difinishing dengan penambahan air 20% untuk sealer dan 60% air untuk top coat Kayu Jati dan Mahoni yang difinishing menggunakan polyurethane Permukaan kayu yang dilapisi filler Berat labur filler untuk setiap jenis perlakuan Permukaan kayu dilapisi wood stain Berat labur wood stain untuk setiap jenis perlakuan Lapisan sealer dengan kekentalan yang berbeda Berat labur sealer untuk setiap jenis perlakuan Berat labur top coat untuk setiap jenis perlakuan Cacat Orang peel Pengujian terhadap bahan kimia rumah tangga Klasifikasi kelas daya tahan finishing setelah dilakukan pengujian selama 1 jam Klasifikasi kelas daya tahan finishing setelah dilakukan pengujian selama 24 jam Uji panas dan dingin Contoh uji yang diserang rayap dan kerusakan contoh uji... 32
13 vi DAFTAR LAMPIRAN 1. Berat Labur Contoh Uji Kelas Daya Tahan Finishing terhadap Bahan Rumah Tangga setelah 1 Jam dan 24 Jam Kelas Daya Tahan Finishing terhadap Uji Panas dan Dingin Persentase Penurunan Berat Contoh Uji pada Uji Rayap... 41
14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan perkembangan ekonomi Indonesia 25 tahun terakhir ini, tampak beberapa perubahan mendasar yang penting. Ciri pokok yang menonjol dalam bidang kehutanan adalah perubahan struktur industri kayu yang semula terpusat pada kegiatan sektor industri kayu primer seperti kayu gergajian dan kayu lapis sekarang menjurus pada struktur industri kayu hilir (downstream industry), mengolah lebih lanjut produk yang dihasilkan oleh unit industri kayu primer. Jenis industri yang termasuk kelompok industri kayu hilir adalah bentukan (moulding), mebel (furniture), bahan lantai kayu (parquet flooring), komponen mebel (furniture component), barang kerajinan (handycraft), kayu lapis indah (fancy plywood), mainan (toys), peralatan music (musical instrument), peralatan olahraga (sport articels), dan sebagainya. Perkembangan industri kayu primer menjadi industri kayu hilir dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya dari sumber daya alam hutan sehingga dapat mempertinggi nilai tambah produk tersebut dalam upaya meningkatkan sunber pendapatan nasional ataupun penerimaan devisa dari sub sektor kehutanan (Effendi 1993). Kayu yang digunakan untuk industri pengerjaan kayu adalah jenis kayu komersil yang berkualitas tinggi dan mempunyai corak yang dekoratif, seperti kayu Jati (Tectona gandis L.F), Mahoni (Swietenia Spp) dan jenis kayu lainnya yang berasal dari famili Dipterocarpaceae. Jenis kayu komersil tersebut memiliki kelas awet dan nilai jual yang tinggi. Bidang perforasi yang umum dipakai dalam pengerjaan kayu yaitu pada bidang tangensial. Hal tersebut dikarenakan corak yang diberikan pada bidang tangensial memberikan kesan dekoratif yang indah. Selanjutnya upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan (penampilan dan keawetan) kayu adalah finishing. Finishing merupakan suatu kegiatan melapisi permukaan suatu produk kayu dengan bahan pelapis tertentu untuk tujuan perlindungan dan peningkatan nilai keindahan serta membuat permukaan kayu mudah dibersihkan. Bahan finishing di pasaran telah banyak dijual misalnya cat, politur, pernis, dan lain-lain. Dari semua bahan finishing, cat mempunyai daya proteksi yang lebih baik terhadap erosi permukaan. Namun, cat tidak dapat mencegah terjadinya kerusakan
15 2 kayu oleh serangan organisme perusak kayu. Selain itu, cat mengakibatkan keadaan asli kayu tertutup oleh bahan tersebut dan terjadi perubahan warna. Disamping itu, sebagian besar cat yang beredar di pasaran dan diaplikasikan di Indonesia berasal dari bahan finishing larut minyak yang dalam pemakaiannya menghasilkan emisi bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu cat yang diminati oleh masyarakat pada umumnya adalah cat yang ramah lingkungan, tidak mengandung racun (daya toksisitasnya rendah) dan ekonomis. Bahan finishing pelarut air merupakan cat ramah lingkungan yang saat ini cukup diminati. Dengan pertimbangan bahwa bahan finishing larut air belum banyak diaplikasikan di Indonesia, maka dipandang perlu untuk meneliti bahan finishing larut air pada jenis-jenis kayu yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan furniture. Kondisi aplikasi bahan finishing yang dilakukan adalah perlakuan kekentalan bahan cat. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Membandingkan proses finishing kayu yang menggunakan bahan pelarut minyak (polyurethane) dengan bahan pelarut air (waterbased lacquer) dengan tiga perlakuan penambahan air. 2. Mengetahui daya tahan lapisan finishing larut air dan minyak terhadap bahan kimia rumah tangga, pengujian panas dan dingin serta rayap kayu kering. 1.3 Manfaat Penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat sebagai sumber informasi mengenai penggunaan bahan finishing larut air (waterbased lacquer) dengan kekentalan yang berbeda dan bahan finishing larut minyak (polyurethane).
16 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Finishing Kayu Kayu merupakan bahan baku yang sering digunakan dalam industri furniture dan memerlukan proses finishing dalam rangka peningkatan nilai jualnya. Setiap jenis kayu memiliki sifat-sifat dan karakteristik yang berbeda sehingga sangat berpengaruh terhadap proses finishing. Beberapa sifat kayu yang berpengaruh dalam proses finishing adalah kembang susut kayu, kandungan zat ekstraktif, ukuran pori, dan tekstur kayu (ATTC 1992). Secara alami kayu memiliki pori-pori yang dapat dimasuki oleh air, minyak, debu, dan material lainnya. Masuknya bahan-bahan tersebut akan menyebabkan kayu mengembang, menyusut, retak, melengkung atau berubah warna. Selain itu, produk kayu juga akan lebih mudah terserang organisme perusak seperti jamur atau serangga. Finishing yang baik akan menghambat kemungkinan tersebut. Bahan-bahan finishing akan memberikan perlindungan dari perubahan kadar air kayu, menghalangi masuknya material halus ke dalam pori-pori kayu bahkan beberapa bahan finishing telah ditambah dengan bahan pengawet atau zat aditif lainnya sehingga tahan terhadap serangan organisme perusak dan bahan kimia. Bahan pewarna pada bahan finishing akan memberikan efek psikologis pada pengguna produk tersebut. Beberapa warna khusus telah diketahui memberikan efek perasaan lega, tenang, cerah, terang, teduh, dan emosi lain pada orang yang melihatnya. Bahan finishing tertentu juga dapat menonjolkan aspek keindahan serat kayu sehingga menambah nilai estetisnya (Hammond 1961 dalam Kurniawan 2006). Finishing berfungsi melindungi permukaan kayu atau perabot rumah tangga sehingga terhindar dari hal-hal berikut: a. Korosi atau pengaruh bahan-bahan kimia yang merubah permukaan kayu b. Rusaknya permukaan karena terkelupas atau tergores c. Pengaruh cuaca seperti kelembaban, sinar matahari, dan perubahan bentuk. d. Jamur-jamur pewarna dan pelapuk kayu e. Serangga yang sering melubangi dan memakan zat organik pada kayu (Yuswanto 2000)
17 4 Sedangkan menurut USFPL (1974), fungsi utama dari bahan finishing (cat) adalah untuk melindungi permukaan kayu, menjaga penampilan dan memberikan kesan indah pada kayu. Untuk keperluan interior maupun eksterior, kayu yang tidak diberi perlakuan finishing mudah mengalami penurunan kualitas penampilan, seperti perubahan warna dan strukur kimia kayu akibat cuaca dan degradasi akibat sinar matahari. Proses produksi pada dasarnya merupakan suatu bentuk kegiatan untuk mengolah suatu bahan baku (input produksi) menjadi produk (output produksi). Untuk melaksanakan proses atau kegiatan tersebut diperlukan satu rangkaian proses pengerjaan yang bertahap. Perancangan proses produksi dalam hal ini akan tergantung pada karakteristik produk yang dihasilkan dan pola kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proyek pembuatan produk. Untuk mendapatkan produk akhir yang sangat bagus, indah dan berpenampilan menarik, maka aspek teknologi proses finishing sangatlah berperan penting. Proses finishing merupakan faktor penentu pada sentuhan akhir suatu produk (Sobur 2005 dalam Gunawan 2008). Tahapan pelapisan bahan finishing pada kayu (Inkote 2006) dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Persiapan Permukaan Kayu dengan Pengampelasan (Sanding) Sebelum melakukan pengaplikasian bahan finishing, maka perlu diperhatikan kondisi permukaan kayu. Kayu harus dikeringkan hingga mencapai kadar air sebesar %, kayu tidak bergetah dan memiliki serat bagus, sehingga proses pengampelasan menjadi lebih mudah. Tujuan utama dalam melakukan pengampelasan yaitu untuk mendapatkan permukaan kayu yang licin dan rata, sehingga kayu siap menerima bahan finishing. Pengampelasan dilakukan dengan cara menghilangkan serat-serat kayu yang muncul dipermukaan kayu. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka pada proses pengampelasan kayu harus dilakukan secara benar. Pada proses pengampelasan biasanya digunakan kertas ampelas dari nomor 180 atau 240 grit tergantung kondisi permukaan kayu. 2. Pengisian Permukaan Kayu dengan Filler atau Pendempulan Pengaplikasian filler dapat menghasilkan permukaan kayu yang halus dan seragam untuk proses finishing selanjutnya. Apabila filler tidak digunakan,
18 5 maka bahan finishing seperti varnish, lacquer, dan paint akan meresap ke dalam poripori sehingga membutuhkan lebih banyak bahan finishing. Cara pengaplikasian filler yaitu dengan menggunakan kape atau scrap. Filler tersedia dalam 2 bentuk yaitu pasta dan cair. Filler dalam bentuk pasta terbagi menjadi 2 yaitu water based filler dan oil based filler. Filler cair tidak memerlukan solvent sebagai pelarut dan digunakan untuk close-grained wood, sedangkan filler dalam bentuk pasta perlu diberi tambahan pelarut sebelum digunakan tergantung bahan dasar filler tersebut. Pada water based filler digunakan tambahan pelarut air, sedangkan pada oil based filler digunakan gum terpenin atau thinner. Pelarut berfungsi untuk melunakkan filler agar mudah diaplikasikan. 3. Pewarnaan Permukaan Kayu dengan Stain Stain adalah pewarna yang biasa digunakan untuk memperjelas atau merubah warna natural kayu. Fungsi utama stain adalah mewarnai kayu tanpa menutupi serat-serat kayu dan memperjelas serta memperindah serat-serat kayu. Sifat-sifat yang dimiliki oleh wood stain yang baik adalah cepat kering, penetrasi ke dalam kayu baik sehingga serat-serat kayu yang telah diwarnai tampil dengan cerah dan warna tidak mudah pudar (kecuali bila langsung terkena sinar matahari). Tahapan pewarnaan permukaan kayu dengan stain merupakan proses finishing yang dapat meninggalkan efek transparan agar keindahan natural dari kayu dapat diperlihatkan semaksimal mungkin. Stain dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yaitu proses pembuatan, daya larut dalam air atau cairan organik yang lain, cara aplikasi dan bahan kimia yang ditambahkan. Ada berbagai macam pewarnaan kayu, yaitu pewarnaan natural, pewarnaan transparan, pewarnaan semi transparan, pewarnaan paint (solid color/duco) dan efek pewarnaan khusus (air brush). Wood stain tersebut bersifat transparan, mudah dicampur dan diencerkan sesuai warna yang diinginkan, cepat kering, penetrasi ke dalam pori kayu sangat baik, warna cerah dan indah, relatif tahan terhadap sinar matahari dan tidak luntur. Untuk mendapatkan warna yang lebih tua, maka aplikasi penyemprotan dapat dilakukan lebih dari satu kali (biasanya 3 kali sampai 4 kali). Ada
19 6 berbagai macam pilihan warna wood stain antara lain candy brown, candy yellow, cocoa brown, coffee brown, dark brown, dark mahogany, green, light brown dan lain-lain. 4. Penutupan Permukaan Kayu dengan Sealer Sealer digunakan sebagai penghalang antara stain dengan top coat atau antara filler dengan stain. Kegunaan lain sanding sealer antara lain adalah agar pori-pori kayu tidak terlihat lagi dan merangsang corak dekoratif kayu. Aplikasi sanding sealer dilakukan dengan menggunakan kuas atau spray gun. Ada banyak tipe sealer yang tersedia dipasaran sehingga perlu dilakukan pemilih sealer yang tepat, tergantung dari apa yang sedang dikerjakan (kayu yang digunakan berserat tertutup atau terbuka) dan kecocokan dengan top coat yang akan digunakan. Beberapa tipe sealer yang tersedia dipasaran yaitu shellac, nitrocellulose lacquer, pre-catalysed lacquers (precats), acid catalysed lacquers, polyurathene, polyester products dan UV curable coating. 5. Pelapisan Cat Akhir Permukaan Kayu dengan Top coat Pemberian cat akhir pada permukaan kayu penting untuk dilakukan karena akan memberikan pengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Bahan finishing untuk top coat dapat dibagi menjadi 3 yaitu varnish, lacquers, dan paint. a) Varnish Varnish adalah salah satu grup dari top coat yang biasa digunakan untuk pelapis yang transparan. Berdasarkan tujuannya varnish dibagi menjadi 3 tipe yaitu Oil Varnishes, Spirit Varnishes dan Japan Varnishes. Aplikasi penggunaan varnish dilakukan dengan menggunakan kuas. Proses pengeringannya membutuhkan waktu 1 sampai dengan 2 hari. Penggunaan varnish semakin lama semakin tergeser oleh lak sintetik yang menawarkan berbagai macam pilihan properti (ATTC, 1992). b) Lak (Lacquers) Lak merupakan formulasi sintetis yang dapat menghasilkan lapisan yang transparan pada permukaan kayu. Perbedaan yang mendasar antara lak dan cat adalah lak tidak memiliki pigment seperti cat. Sehingga lak tampak transparan. Lak dapat digunakan sebagai sealer dan top coat. Sebagai sealer
20 7 lak diutamakan sifat kekuatannya dan persen solid yang tinggi. Sedangkan sebagai top coat, diutamakan untuk penampilan, daya tahan, dan kehalusannya (ATTC 1992). c) Cat (Paint) Cat adalah suatu cairan yang akan menyebar di atas suatu permukaan kayu dan setelah mengering akan membentuk lapisan film tipis padat yang merupakan fungsi dekoratif maupun protektif. Cat dapat digunakan sebagai pelapisan transparan maupun untuk warna solid (duco) dengan bahan pembentuk utama, yakni bahan pembentuk film (binder) dikenal sebagai resin atau polymer yang dilarutkan dalam pelarut organik ditambah bahan pembantu (additive), pigmen dan bahan pengisi (filler) (Adidarma, 1998). Setiap cara aplikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam proses finishing, alat yang baik merupakan salah satu sumbangan yang menguntungkan. Keberhasilan finishing juga dipengaruhi oleh berbagai aspek, misalnya aspek operator, sistem aplikasi, penyiapan bahan, dan kondisi operasional lingkungan seperti suhu, kelembaban, kebersihan, dan sirkulasi udara. Pengaplikasian bahan finishing dapat dilakukan dengan menggunakan kuas, roller, dan spraygun. Adapun keuntungan dalam penggunaan spraygun jika dibandingkan dengan kuas dan roller adalah memiliki kualitas dan kapasitas produksi yang lebih baik. Kemampuan untuk melapiskan sejumlah bahan cat yang efektif menempel pada permukaan substrat adalah jauh lebih baik. Adapun kelemahannya adalah biaya investasi yang cukup tinggi untuk membeli alat tersebut dan membutuhkan keterampilan operator yang tinggi agar diperoleh hasil finishing yang baik (Sunaryo 1997). Menurut Adidarma (1998) suatu cat bisa mengkilap jika : (1) cat mempunyai sifat merata (levelling properties) yang baik; (2) cat yang lambat kering (sampai batas tertentu) akan lebih gloss karena kesempatan merata lebih lama; dan (3) pemakaian thinner yang tepat bisa memberikan pemerataan yang lebih baik, sehingga permukaan yang terbentuk akan lebih mengkilap.
21 8 Proses finishing yang biasa dilakukan menggunakan bahan finishing cair seperti Oil, Politur, Nitrocellulose, Polyurethane, Melamine, dan Waterbased Lacquer. Pengaplikasian bahan finishing tersebut berbeda pada tiap bahannya, seperti pada penggunaan bahan oil yang diaplikasikan dengan cara sistem penyemprotan. Kekurangan dalam penggunaan bahan-bahan finishing tersebut yaitu bahan finishing mengandung emisi formaldehyde terutama pada penggunaan Melamine dan Polyurethane. Tingginya kandungan formaldehyde dapat menyebabkan iritasi pada mata dan tenggorokan, kanker, dan jika terpapar dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan kematian. Selain itu penggunaan bahanbahan tersebut tidak memberikan keawetan pada aspek benturan, goresan ataupun benturan fisik lainnya (Anonim 2008). Sistem finishing PU (Polyurethane) adalah sistem reka oles dengan bahan polyol yang bereaksi polyisocyanate. Hasil cross-linkingnya mempunyai sifat film yang tahan solvent, fleksibel, dan keras. Sifat film yang dihasilkan tergantung jenis polyol dan polyisocyanate, misalnya : Acrylic Polyol dengan Polyisocyanate Alifatic akan menghasilkan film yang non yellowing; sedangkan Alkyd Polyol dengan Polyisocyanate Aromatic akan menghasilkan film yang yellowing bila kena sinar matahari. Tipe PU moisture curing adalah tipe PU 1 komponen dengan bahan Polyisocyanate yang akan bereaksi dengan uap air, membentuk film yang keras, elastis, tahan solvent dan tahan abrasi. Sistem ini banyak dipakai pada pengecatan mebel berkualitas tinggi dan parquet. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengaplikasian sistem ini adalah jenis thinner yang dipakai harus PU grade, karena akan mempengaruhi kekerasan film. Jenis thinner yang cepat kering akan memberi hasil permukaan yang tidak halus (Adidarma 1998). Waterbased (waterborne) finishing material adalah bahan finishing yang berbahan dasar air yang sedang popular dan banyak digunakan orang. Adanya isu mengenai lingkungan, seperti perubahan iklim dan pemanasan global telah mendorong manusia untuk mencari produk produk dan teknologi yang dianggap lebih ramah lingkungan. Menjawab masalah itu, maka industri saat ini telah mengembangkan produk-produk yang lebih ramah lingkungan, salah satunya adalah waterbased finishing material. Waterbased finishing material yang menggunakan air sebagai solvent utama merupakan material yang dianggap ramah
22 9 lingkungan. Berbeda dengan solvent base finishing material, waterbased finishing ini tidak atau sedikit sekali mengeluarkan gas solvent pada saat proses pengeringannya sehingga tidak akan mengotori udara lingkungan. Beberapa jenis waterbased finishing material yang dikenal dan banyak dipakai untuk wood finishing adalah: 1. Waterbased coating Waterbased coating atau waterborne coating adalah bahan pembentuk lapisan film yang dibuat dengan berbasiskan air. Waterbased coating yang dipakai untuk menggantikan solvent base clear coating ini biasanya dibuat dari resin acrylic atau polyurethane 1 komponen. Material ini sebenarnya tidak larut dalam air, karena itu maka dia dilarutkan ke dalam suatu solvent yang bisa saling melarutkan dengan air dan memiliki pelarutan yang lebih lambat dibandingkan dengan air. Campuran resin ini terdispersi dalam air mementuk suatu emulsi cat. Pada saat pengeringan maka air didalam campuran ini akan menguap lebih dulu baru kemudian diikuti oleh penguapan solventnya sehingga material finishingnya akan merapat, dan kemudian mengering menghasilkan suatu lapisan film yang keras. Waterbased coating ini sudah mulai banyak digunakan sebagai sealer dan top coat dengan hasil yang memuaskan, meskipun tentu saja masih tidak bisa digunakan semudah pada solvent base material. Material ini juga sudah tersedia sebagai sealer dan top coat dalam berbagai sheen. 2. Waterbased filer Waterbased filler merupakan salah satu waterbased finishing material yang sudah banyak digunakan pada wood finishing. Waterbased filler ini dapat mengisi pori-pori dan serat dengan hasil yang baik. Bahan ini relatif mudah diaplikasikan dan begitu kering juga mudah diamplas dan dibersihkan. Aplikasi filler ini dapat dilakukan dengan cara yang sama denga aplikasi solvent base filler. Untuk produksi panel-panel yang besar dan dalam jumlah yang banyak, waterbased filler ini dapat diaplikasikan dengan suatu roller coater yang dilengkapi dengan suatu oven. Alat ini bisa mengaplikasikan filler dengan sangat cepat, begitu keluar mesin ini maka filler sudah kering, dan panel bisa langsung diamplas dan dibawa ke proses berikutnya.
23 10 3. Waterbased stain. Waterbased stain ini juga sudah sangat populer dan banyak digunakan dalam industri finshing mebel. Stain ini bisa diaplikasikan dengan cara spray, dikuas atau pencelupan. Pencelupan dengan waterbased stain bisa lebih mudah dilakukan karena waterbased stain lebih lambat kering sehingga bisa membasahi dengan lebih baik. Waterbased stain ini juga sudah seringkali digunakan untuk pewarnaan pada kayu atau rotan untuk kemudian diikuti dengan aplikasi bahan finishing yang lain datasnya. 4. Waterbased paint, enamel atau base coat. Material ini adalah suatu stain untuk menghasilkan warna solid. Stain ini dibuat dari pigment yang dicampur dengan waterbase clear coating. Bahan ini juga sudah banyak digunakan dalam finishing mebel. Bahan ini masih agak sulit diaplikasikan, pemakaiannya tentu saja masih belum semudah aplikasi base coat dari jenis solvent base. Untuk aplikasi pada barang-barang yang datar seperti panel-panel, maka bahan ini bisa diaplikasikan menggunakan roller coater dan oven dengan kecepatan produksi yang tinggi. Pada saat ini dorongan untuk menggunakan waterbased finishing material ini semakin menguat. Adanya sentiment terhadap lingkungan dan harga solvent yang semakin mahal membuat waterbased finishing material menjadi semakin disukai. Teknologi waterbased finishing ini juga akan semakin berkembang sehingga kesulitan dan kelemahannya akan dapat semakin dikurangi, pada suatu saat nanti mungkin sebagian besar proses finishing akan dilakukan dengan menggunakan waterbased finishing material. Beberapa keuntungan penggunaan waterbased material adalah : 1. Waterbased merupakan material yang relatif aman. Bahaya kebakaran merupakan salah satu resiko yang paling besar pada suatu finishing room. Semua solvent dan material finishing yang menggunakan solvent merupakan bahan yang mudah terbakar, karena itu suatu finishing room harus dilengkapi dengan perlengkapan keamanan yang cukup. Waterbased finshing material yang menggunakan air sebagai solvent utama tentu saja merupakan material finishing yang mempunyai resiko terbakar yang kecil sehingga lebih aman dibandingkan base material.
24 11 2. Waterbased material merupakan bahan yang lebih ramah lingkungan Proses pengeringan bahan finishing yang mengunakan solvent pasti akan mengeluarkan gas hasil dari penguapan solventnya baik pada saat aplikasi maupun saat pengeringan. Waterbased finishing tentu saja akan lebih sedikit mengeluarkan solvent yang menguap ke udara lingkungan karena tidak banyak mengandung solvent. Dengan demikian bahan ini akan menghasilkan lebih sedikit pollutant ke lingkungannya (Wisno 2011) 2.2 Kayu Mahoni (Swietenia machrophylla King) Kayu mahoni termasuk ke dalam suku Meliaceae yang memiliki warna kayu cokelat muda kemerahan atau kekuningan sampai coklat tua kemerahan dan lambat laun menjadi lebih tua. Teksturnya agak halus dan permukaan kayunya mengkilap. Berat jenis kayu mahoni sekitar 0,61 (0,53-0,67). Secara umum termasuk kelas kuat II-III dan kelas kuat III. Kayu mahoni dikenal baik untuk vinir dekoratif dankayu lapis. Selain itu dapat digunakan untuk mebel, panil, perkapalan (kulit, rumah, geladak, lapisan dinding kedap air), balok percetakan, dan barang kerajinan seperti patung, ukiran, barang bubutan, dan sebagainya (Martawijaya dan Iding 1997). 2.3 Kayu Jati (Tectona grandis) Kayu jati memiliki warna kayu teras kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, mudah dibedakan dengan gubalnya berwarna putih agak keabu-abuan. Tekstur yang dimiliki kayu jati agak kasar sampai kasar dan tidak rata, arah serat lurus, bergelombang sampai agak terpadu. Berat jenis 0,67 (0,62-0,75), kelas awet I-II dan kelas kuat II. Kayu jati banyak dipakai untuk sega;a keperluan,bahan bangunan, kusen pintu dan jendela, pintu panel, bantalan kereta api, perabot rumah tangga, karoseri badan truk, dek kapal, parket, lumber sering dan vinir indah (Kurniawan dan Pandit 2008).
25 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, mulai bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Januari Penelitian ini bertempat di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. 3.2 Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kayu Mahoni dan Jati. Sedangkan bahan finishing yang digunakan antara lain, Impra aqua Wood Filler AWF-911, Impra Aqua Wood stain AWS-921, Impra Aqua Sanding Sealer ASS-941, Impra Aqua Lacquer AL-961, SH-113, PU PUSS 740-2K, dan PU PUL 745-2K. Alat-alat yang digunakan antara lain Circular saw dan band saw untuk membuat contoh uji, 30 lembar kertas ampelas nomor 180, 15 lembar kertas ampelas nomor 240, 15 lembar kertas ampelas nomor 400, spray gun, kompresor, alat tulis, caliper, penggaris, kalkulator, ember, dan kain bersih. 3.3 Metode Penelitian Pembuatan Contoh Uji Pembuatan contoh uji berasal dari dua jenis kayu yaitu kayu Mahoni dan Jati. Masing-masing jenis kayu digergaji untuk dibuat contoh uji dengan ukuran 2 cm x 10 cm x 20 cm pada arah tangensial. Contoh uji diberi perlakuan finishing pada keadaan kering udara. Setelah diberi perlakuan finishing, selanjutnya dilakukan pengujian pada daya tahan lapisan terhadap bahan kimia rumah tangga dan rayap. Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, tiap perlakuan contoh uji diberi 2 kali ulangan. Setiap contoh uji yang akan difinishing diberi kode : Ma : Kayu Mahoni Ja : Kayu Jati
26 13 A1 A2 A3 M : difinishing menggunakan waterbased lacquer dengan penambahan air pada sealer 10%dan top coat 30% : difinishing menggunakan waterbased lacquer dengan penambahan air pada sealer 5% dan top coat 15% : difinishing menggunakan waterbased lacquer dengan penambahan air pada sealer 20% dan top coat 60% : difinishing menggunakan polyurethane Permukaan contoh uji yang difinishing diberi tampilan sebagai berikut : Permukaan awal Permukaan awal Filler Filler Filler + Stain Filler + Sealer Filler + Stain + Sealer Filler + Stain + Sealer + Top coat Filler + Sealer + Top coat (a) (b) Gambar 1 (a) Tampilan contoh uji yang difinishing menggunakan Waterbased Lacquer dan (b) Tampilan contoh uji yang difinishing menggunakan Polyurethane Proses Finishing dengan Water Based Lacquer 1. Persiapan Permukaan Kayu Sebagai persiapan permukaan contoh uji, permukaan kayu diamplas menggunakan kertas amplas nomor 180 searah dengan serat kayu. Pengamplasan secara manual menggunakan sebatang kayu yang dilapisi dengan bahan lebih lunak dengan ukuran sekitar (80 x 40 x 20) mm sebagai klos amplas. Klos ini akan membantu membuat alur pengamplasan lebih rata dan datar. Pengampelasan
27 14 bertujuan meratakan serta menghaluskan permukaan contoh uji dan membersihkan permukaan kayu dari segala kotoran yang menempel seperti debu. 2. Pemberian Filler atau Pengisian Pori-Pori Filler yang digunakan pada proses finishing ini adalah Impra Aqua Wood Filler AWF-911 yang berpelarut air. Setelah filler dicampur dengan pelarut, filler diaplikasikan dengan menggunakan spray gun. Bahan filler dipastikan telah mengisi dan menutup seluruh permukaan kayu yang efektif dan dibiarkan kering. Setelah kering, contoh uji diamplas menggunakan kertas amplas nomor 240 hingga permukaan kayu terlihat lagi. 3. Pewarnaan (Staining) Proses pewarnaan menggunakan Impra Aqua Wood stain AWS-921 dengan cara dispray dan dibiarkan hingga stain kering. 4. Pemberian Sealer Sealer diberikan dengan tujuan untuk membatasi antara stain dengan bahan pelapis akhir (top coat) sehingga dapat mencegah perpindahan bahan lapisan akhir ke dalam kayu atau sebaliknya. Impra Aqua Sanding Sealer ASS- 941 diaplikasikan dalam tiga variasi penambahan campuran air yaitu 5%, 10%, dan 20%. Contoh uji dibiarkan kering dan kemudian diamplas menggunakan kertas amplas nomor 400 agar permukaan contoh uji lebih rata. Pemberian sealer dilakukan dengan 2 kali ulangan. 5. Pengecatan Akhir (Top coating) Pada sistem Aqua, pengecatan akhir menggunakan Impra Aqua Lacquer AL-961 clear gloss dengan tiga variasi penambahan air, yaitu 15%, 30%, dan 60%. Standar penambahan air yang dianjurkan sebesar 30%. Jika permukaan telah kering, permukaan contoh uji diamplas menggunakan kertas amplas nomor 400 dan pengecatan dilakukan sekali lagi agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal Proses Finishing dengan Polyurethane 1. Persiapan Permukaan Kayu Contoh uji yang akan difinishing dengan Polyurethane diamplas dengan kertas amplas no 180 searah serat kayu. Permukaan contoh uji dibersihkan dari
28 15 debu dan kotoran yang menempel. Selain itu, pengampelasan permukaan contoh uji bertujuan untuk memotong serat besar, marking mesin, dan ujung-ujung kasar lainnya. 2. Pemberian Sanding Sealer Pemberian sealer pada contoh uji menggunakan PU PUSS 740-2K dengan menggunakan spraygun. PU PUSS 740-2K dicampur dengan thinner dan hardener terlebih dahulu dengan perbandingan 2:1:1. Pemberian sealer dilakukan 2 kali ulangan. Setelah sealing, permukaan contoh uji diampelas dengan kertas amplas nomor 400 searah dengan serat kayu. 3. Pengecatan Akhir (Top coating) Pemberian top coat menggunakan bahan PU PUL 745-2K dengan bantuan spray gun. PU PUL 745-2K dicampur dengan thinner dan hardener dengan perbandingan 2:1:1. Setelah mengering, contoh uji diampelas dengan kertas ampelas nomor 400 dan proses ini dilakukan dua kali untuk mendapatkan hasil yang lebih baik Uji Ketahanan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga Pengujian dilakukan dengan menggunakan bahan kimia rumah tangga seperti kecap, minyak sayur, dan saos. Sebelum dilakukan pengujian, contoh uji dikeringudarakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Waktu pengeringan yang cukup lama bertujuan untuk menghindari terjadinya penguapan dari bahan cat yang memungkinkan kecerahan dan kekerasan menjadi berubah. Tahapan pengujian yang dilakukan yaitu: a. Setiap bagian dilebur dengan bahan kimia rumah tangga dengan menggunakan pipet sebanyak 2 tetes, lalu didiamkan selama 5-10 menit. b. Contoh uji dibersihkan dengan menggunakan kain lap yang bersih, kemudian diamati perubahan fisik cat yang terjadi dengan interval 1 jam dan 24 jam. c. Perubahan fisik cacat yang terjadi pada permukaan kayu dapat dikalsifikasikan berdasarkan Tabel 1.
29 16 Tabel 1 Klasifikasi kondisi cacat permukaan berdasarkan ASTM D (2000). Persentase Permukaan Bercacat (%) Kelas Tidak bercacat > Uji Ketahanan terhadap Panas dan Dingin Dalam pengujian ketahanan terhadap bahan rumah tangga, material pengotor (reagents) hanya menyentuh permukaan saja. Sementara itu pada penggunaannya nanti seringkali perabot rumah tangga mendapat kontak dengan bahan panas atau dingin. Panas dan dingin ini dapat merambat melalui lapisan bahan finishing sehingga dapat mempengaruhi ikatan antar material finishing dan kayu (mengembang atau menyusut). Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian ini. Pengujian panas dilakukan dengan cara meletakkan gelas kecil berisi air panas (mendidih) yang didiamkan sampai air dalam gelas menjadi dingin. Pengujian dingin dilakukan dengan meletakkan batu es dalam gelas di atas permukaan uji, kemudian tunggu sampai seluruh es mencair. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap permukaan contoh uji dan diklasifikasikan dalam 10 kelas seperti yang ditampilkan padatabel 1.
30 Uji Ketahanan terhadap Rayap Kayu Kering Tahap-tahap pengujian terhadap rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light) mengacu pada Andiasri (2010). Contoh uji berukuran 5 cm x 2,5 cm x 1,5 cm yang telah difinishing menggunakan bahan larut air (waterbased lacquer) dan bahan larut minyak (polyurethane) dimasukkan ke dalam botol kaca. Pada uji ini contoh uji difinishing sesuai anjuran. Ke dalam masing-masing botol kaca dimasukkan 50 ekor rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light) dan ditutup menggunakan kain kasa berwarna hitam. Kemudian contoh uji disimpan di ruangan gelap selama 100 hari. Setelah 100 hari, contoh uji dikeluarkan dari botol kaca dan dibersihkan. Penilaian tingkat keawetan kayu terhadap rayap kayu kering dapat dilihat dari penurunan berat contoh uji selama pengumpanan. Berdasarkan nilai kehilangan berat maka ketahanan kayu yang telah difinishing dari rayap kayu kering dapat diklasifikasikan berdasarkan SNI (Tabel 2). Persen pengurangan berat dihitung dengan rumus: % KB dengan : % KB = persentase kehilangan berat W1 = berat sebelum pengumpanan dalam keadaan kering udara (g) W2 = berat setelah pengumpanan (g) Tabel 2 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap kayu kering. Kelas Ketahanan Penurunan berat (%) I Sangat tahan <2.0 II Tahan III Sedang IV Tidak tahan V Sangat tidak tahan >28.1 Sumber : SNI
31 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kayu Jati dan Mahoni difinishing menggunakan bahan finishing pelarut air (water based lacquer) dan pelarut minyak (polyurethane). Kayu yang difinishing menggunakan bahan pelarut air diberi tiga variasi pada saat penambahan air di tahapan sanding sealer dan top coat. Hal ini bertujuan untuk melihat variasi tampilan permukaan contoh uji dan efek yang diberikan pada saat pengujian. Hasil finishing permukaan kayu yang menggunakan bahan finishing berpelarut air (water based lacquer) dapat dilihat pada Gambar 2, 3, dan 4. Gambar 2 (JA1) (MaA1) Kayu jati (JA1) dan Mahoni (MaA1) yang difinishing dengan penambahan air 10% untuk sealer dan 30% air untuk top coat.
32 19 Gambar 3 (JA2) (MaA2) Kayu jati (JA2) dan Mahoni (MaA2) yang difinishing dengan penambahan air 5% untuk sealer dan 15% air untuk top coat. Gambar 4 (JA3) (MaA3) Kayu jati (JA3) dan Mahoni (MaA3) yang difinishing dengan penambahan air 20% untuk sealer dan 60% air untuk top coat.
33 20 Keunggulan bahan finishing berpelarut air adalah berbahan dasar air yang ramah lingkungan, 100% bebas formaldehyde, tidak berbau tajam, dan tanpa mengandung logam berat yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Dari gambar dan permukaan kayu yang dihasilkan, tidak terlihat perbedaan yang begitu mencolok antar kayu yang difinishing menggunakan bahan pelarut air dengan tiga kombinasi penambahan air. Permukaan kayu yang dihasilkan cenderung mempunyai kilap yang sama dan ketebalan lapisan yang sama. Hal ini tentu saja dapat menjadi acuan untuk menghemat penggunaan bahan finishing larut air dalam pengaplikasian. Namun jika dibandingkan dengan permukaan kayu yang difinishing menggunakan polyurethane, permukaan kayu yang difinishing dengan bahan pelarut air kurang mengkilap sehingga kelihatan kurang menarik. Selain itu, lapisan yang dihasilkan bahan pelarut air lebih tipis dibanding bahan larut minyak. Pada umumnya sifat dari cat polyurethane adalah (1) Daya kilapnya baik; (2) Warnanya cemerlang; (3) Tahan cuaca lingkungan; (4) Lapisannya sangat keras; (5) Tahan terhadap larutan kimia; (6) Tahan terhadap sinar ultraviolet; (7) Tahan terhadap abrasi (Kurniawan 2006). Polyurethane menimbulkan bau yang sangat tajam dibanding bahan finishing berpelarut air. Hal ini disebabkan karena polyurethane mengandung formaldehyde yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia. Permukaan kayu yang difinishing menggunakan polyurethane dapat dilihat pada Gambar 5.
34 21 (JM) (MaM) Gambar 5 Kayu jati (JM) dan Mahoni (MaM) yang difinishing menggunakan polyurethane. 4.1 Berat Labur Bahan Finishing yang Digunakan Penggunaaan filler merupakan syarat penting untuk tercapainya hasil yang baik. Filler berfungsi untuk mengisi pori-pori pada permukaan kayu. Pengaplikasian filler menggunakan kape. Permukaan kayu yang telah dilapisi filler dapat dilihat pada gambar 6.
35 22 (a) (b) Gambar 6 (a) permukaan kayu yang dilapisi filler larut air, (b) permukaan kayu yang dilapisi filler larut minyak. Berat labur filler pada kedua jenis kayu ini hampir sama, yaitu berkisar antara 0,0030-0,0060 g/cm 2. Berat labur filler masing-masing jenis kayu tersaji pada gambar 7. 0,007 Berat Labur Filler (g/cm 2 ) 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 0 MaA1 MaA2 MaA3 MaM JA1 JA2 JA3 JM Kombinasi Perlakuan Gambar 7 Berat labur filler untuk setiap jenis perlakuan.
36 23 Wood stain hanya digunakan pada pelarut berbahan dasar air (water based lacquer) yaitu AWS-921. Wood stain digunakan untuk memberikan warna pada permukaan kayu sehingga dapat menimbulkan kesan dekoratif yang lebih indah. Permukaan kayu yang dilapisi wood stain dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8 Permukaan kayu dilapisi Wood stain. Berat labur untuk penggunaan wood stain tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Nilai berat labur wood stain relatif sama, karena diaplikasikan menggunakan metode dan kondisi aplikasi yang sama yaitu menggunakan spray gun pada tekanan 6,5 kg/cm 2. Berat labur wood stain dapat dilihat pada Gambar 9.
37 24 Berat Labur Wood Stain (g/cm 2) 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 0 MaA1 MaA2 MaA3 JA1 JA2 JA3 Kombinasi Perlakuan Gambar 9 Berat labur wood stain untuk setiap jenis perlakuan. Variasi penambahan air dilakukan pada tahapan sealer dan top coat. Hal ini disebabkan karena hanya pada bagian sealer dan top coat yang menggunakan penambahan air pada saat pengaplikasian. Untuk sealer, air yang ditambahkan sebanyak 5%, 10%, dan 20%. Penambahan air yang dianjurkan adalah 10%. Sealer yang digunakan adalah ASS 941 untuk pelarut air dan PUSS 740-2K untuk bahan pelarut minyak. Pada Gambar 10 terlihat permukaan kayu yang dilapisi sealer larut air dengan kekentalan yang berbeda dan permukaan kayu yang dilapisi sealer larut minyak.
38 25 (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Lapisan sealer dengan penambahan air 5%, (b) lapisan sealer dengan penambahan air 10%, (c) lapisan sealer dengan penambahan air 20%, dan (d) lapisan sealer larut minyak. (d)
39 26 Walaupun diberi variasi penambahan air pada ASS 941, berat labur sealer pada setiap permukaan kayu tidak begitu berbeda. Begitu pula berat labur pada sealer PUSS 740-2K. Data berat labur sealer dapat dilihat pada Gambar 11. Berat Labur Sealer (g/cm 2 ) 0,01 0,008 0,006 0,004 0,002 0 MaA1 MaA2 MaA3 MaM JA1 JA2 JA3 JM Kombinasi Perlakuan Gambar 11 Berat labur sealer untuk setiap jenis perlakuan. Pengaplikasian top coat menggunakan AL 961 yang berbahan dasar air dengan variasi penambahan air sebanyak 15%, 30%, dan 60%. Penambahan air yang dianjurkan untuk top coat sebanyak 30%. Sedangkan top coat berbahan dasar minyak yang digunakan adalah PU PULL 745-2K. Bahan finishing ini terdiri dari 2 komponen dan memiliki sifat cepat kering, daya tutup permukaan yang baik, permukaan yang halus dan kekuatan yang baik. Permukaan kayu yang telah dilapisi top coat dengan berbagai jenis perlakuan telah ditampilkan pada Gambar 2. Besarnya berat labur top coat ditampilkan pada Gambar 12.
40 27 Berat Labur Top Coat (g/cm 2 ) 0,012 0,01 0,008 0,006 0,004 0,002 0 MaA1 MaA2 MaA3 MaM JA1 JA2 JA3 JM Kombinasi Perlakuan Gambar 12 Berat labur top coat untuk setiap jenis perlakuan. Selama proses finishing, dapat terjadi cacat pada permukaan kayu yang disebabkan kemampuan pengaplikasian bahan finishing yang terbatas. Salah satu cacat yang terjadi adalah Orange Peel. Orange peel adalah cacat permukaan kayu yang menyerupai kulit jeruk dan memberikan kesan raba yang tidak rata. Cacat ini bisa berasal dari penggunaan spray gun yang tidak tepat seperti nozzle spray gun terlalu besar. Orange peel juga dapat disebabkan oleh viskositas material finishing yang terlalu tinggi, ketidaksesuaian thinner yang digunakan serta lingkungan pengerjaan yang terlalu dingin atau terlalu panas. Pada Gambar 13 ditampilkan permukaan kayu yang terkena cacat Orange peel. Gambar 13 Cacat Orang peel.
41 28 Pencegahan terjadinya orange peel dapat dilakukan dengan menggunakan spray pada tekanan angin yang direkomendasi, menggunakan thinner yang sesuai dengan jumlah yang cukup, mengurangi jumlah cat, menggunakan nozzle yang sesuai, aplikasi top coat harus rata dengan flow yang baik, kondisi suhu dan kelembaban ruangan yang benar, dan menghindari penggunaan additive anti silicon (Talan 1998). 4.2 Daya Tahan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga Bahan kimia rumah tangga yang digunakan dalam uji pelaburan adalah kecap, saos, dan minyak goreng. Dari hasil pengujian didapatkan hasil bahwa tiga bahan kimia rumah tangga yang diujikan tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap permukaan untuk semua jenis kayu yang difinishing. Gambar 14 Pengujian terhadap bahan kimia rumah tangga. Klasifikasi kelas finishing kayu setelah dilakukan pengujian selama 1 jam dan 24 jam dapat dilihat pada Gambar 15 dan 16.
42 Kelas Daya Tahan Kecap Saos Minyak 0 MaA1 MaA2 MaA3 MaM JA1 JA2 JA3 JM Kombinasi Perlakuan Gambar 15 Klasifikasi kelas daya tahan finishing setelah dilakukan pengujian selama 1 jam. 12 Kelas Daya Tahan Kecap Saos Minyak 0 MaA1 MaA2 MaA3 MaM JA1 JA2 JA3 JM Kombinasi Perlakuan Gambar 16 Klasifikasi kelas daya tahan finishing setelah dilakukan pengujian selama 24 jam. Permukaan kayu tidak mengalami perubahan setelah pelaburan selama 1 jam dan masih berada pada kelas 10. Hal ini terjadi karena kecap, saos, dan minyak goreng belum merusak struktur lapisan film pada bahan pelarut air dan bahan pelarut minyak (tidak bereaksi secara kimiawi). Namun, setelah pelaburan selama 24 jam permukaan kayu yang difinishing menggunakan bahan pelarut air memiliki noda sisa kecap, saos, dan minyak goreng. Hal ini diduga karena saos, kecap, dan minyak goreng mampu merusak struktur lapisan film water based
43 30 lacquer yang berbahan dasar air sehingga turun menjadi kelas 9. Sedangkan permukaan kayu yang difinishing menggunakan polyurethane masih berada dikelas 10 karena tidak mengalami kerusakan pada lapisan bahan finishing. Selanjutnya permukaan kayu yang difinishing menggunakan polyurethane lebih mengkilap dan lebih mudah dibersihkan dibanding permukaan kayu yang difinishing menggunakan bahan pelarut air dengan tiga variasi penambahan air setelah pelaburan 24 jam. Menurut Adidarma (1998) Keunggulan dari PU adalah (1) daya isi yang baik pada pori-pori kayu, (2) tahan solvent dan tahan beberapa bahan kimia, (3) memiliki film yang keras dan tahan gores, (4) gloss retention yang tinggi, dan (5) lapisan film yang tebal. Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah harus mencampur dua komponen B (hardener) sensitif terhadap panas dan uap air dan mempunyai umur campur (pot life) terbatas. 4.3 Daya Tahan Terhadap Uji Panas dan Dingin Pada pengujian ini batu es dan air mendidih dalam gelas diletakkan di atas contoh uji dan ditunggu sampai suhunya normal. Lama pengujian panas dan dingin sekitar 2 jam. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap permukaan contoh uji. Dari pengamatan tidak ditemukan perubahan pada permukaan contoh uji. Hal ini menandakan bahwa bahan finishing berpelarut air (waterbased lacquer) yang telah diberi tiga variasi penambahan air dan berpelarut minyak (polyurethane) tidak terpengaruh oleh kondisi ini.
44 31 (a) (b) Gambar 17 (a) Uji panas dan (b) uji dingin. 4.4 Daya Tahan terhadap Rayap Kayu Kering Setelah dilakukan pengumpanan selama 100 hari, contoh uji kayu mahoni dan jati yang difinishing menggunakan pelarut air mengalami penurunan berat dan kerusakan pada permukaan kayu. Sedangkan kayu yang dilapisi bahan finishing pelarut minyak tidak mengalami kerusakan sama sekali. Hal ini menandakan bahwa bahan larut air (waterbased lacquer) tidak dapat mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh serangan rayap dan bahan finishing larut minyak (polyurethane) dapat mencegah serangan rayap. Bahan yang digunakan dalam larut minyak dapat menyebabkan kematian pada rayap akibat bau yang dimiliki bahan Polyurethane yang menyengat dan bahan kimia yang terkandung didalamnya. Pengurangan berat pada kayu Mahoni yang dilapisi bahan finishing larut air adalah sebesar 2,45% dan kayu Jati sebesar 0,52%. Dari nilai kehilangan berat yang didapat dan berdasarkan standar SNI , kayu Mahoni termasuk dalam kelas II dan kayu Jati termasuk dalam kelas I. Data nilai kehilangan berat setelah pengumpanan dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan kerusakan permukaan kayu akibat serangan rayap tersaji pada Gambar 18.
45 32 (a) (b) Gambar 18 (a) Contoh uji kayu Mahoni yang diserang rayap, (b) kerusakan contoh uji kayu Mahoni, dan (c) kerusakan contoh uji kayu Jati. (c)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Finishing Kayu
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Finishing Kayu Kayu merupakan bahan baku yang sering digunakan dalam industri furniture dan memerlukan proses finishing dalam rangka peningkatan nilai jualnya. Setiap jenis kayu
Lebih terperinciKayu jati (JA1) dan Mahoni (MaA1) yang difinishing dengan penambahan air 10% untuk sealer dan 30% air untuk top coat.
18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kayu Jati dan Mahoni difinishing menggunakan bahan finishing pelarut air (water based lacquer) dan pelarut minyak (polyurethane). Kayu yang difinishing menggunakan bahan pelarut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 Tabel 3 Klasifikasi kondisi cacat permukaan berdasarkan ASTM D 1654-92 (2000) Presentase Permukaan Bercacat (%) Kelas Tidak bercacat 10 0-1 9 2-3 8 4-7 7 7-10 6 11-20 5 21-30 4 31-40 3 41-55 2 56-57
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
10 tergantung dari adanya air dan tanah sebagai kebutuhan penting untuk kehidupannya. Rayap kayu kering sendiri memiliki cara penyerangan yang berbeda dengan rayap tanah. Di Indonesia hanya ditemukan sedikit
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2009. Penelitian bertempat di Pusat Batik Desa Jarum Kecamatan Bayat
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pembentukan Lapisan Film dengan Teknik Batik
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pembentukan Lapisan Film dengan Teknik Batik Penelitian mengenai finishing dengan menggunakan teknik batik ini menerapkan kombinasi beberapa urutan proses pengerjaan. Pada kombinasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Efektifitas Fumigasi Amonia Fumigasi amonia bertujuan mereaksikan amonia dengan tanin dalam kayu agar terjadi perubahan warna secara permanen. Fumigasi amonia akan menhasilkan perubahan
Lebih terperinciPerlindungan kayu. perabotan. Produk Wood Care Putramataram
Volume 4 April 2011 Putramataram Coating International Wood Care Perlindungan kayu Seperti telah dibahas pada buletin Volume 2 3 dimana selain berfungsi untuk keindahan, fungsi lain proses finishing kayu
Lebih terperinciPELATIHAN TEKNIK FINISHING MEBEL BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN
PELATIHAN TEKNIK FINISHING MEBEL BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN Oleh: Darmono, Martono, dan Sutiman Analisis Situasi Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, reka oles atau finishing
Lebih terperinciIII. DATA PERANCANGAN. Kesiapan Data Rincian Data. Pedoman Membuat Dining chair. Sumber Inspirasi Refrensi Model. Dalam Menciptakan Dining Chair
III. DATA PERANCANGAN A. TABEL DATA PERANCANGAN Sifat Data Manfaat Data Kesiapan Data Rincian Data Dalam Perancangan Sudah Belum Utama Penunjang Data Objek Dan Teknik Perancangan Spesifikasi Pedoman Membuat
Lebih terperinci3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim
3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan bahan dengan tujuan untuk memperindah (decoratif), memperkuat (reinforcing), dan melindungi (protective)
Lebih terperinciPUMA. Buletin SISTEM FINISHING TAHAPAN APLIKASI WOOD FINISHES I PRODUK. PERSIAPAN PERMUKAAN dan PEWARNAAN WOOD FINISHES PUTRAMATARAM *022011*
PUMA Buletin WOOD FINISHES I TAHAPAN APLIKASI WOOD FINISHES SISTEM FINISHING PERSIAPAN PERMUKAAN PEWARNAAN PRODUK WOOD FINISHES PUTRAMATARAM Edisi II Februari 2011 *022011* design by IT Volume 2 Page 1
Lebih terperinciTEKNIK FINISHING PERABOT DENGAN BAHAN MELAMINE
TEKNIK FINISHING PERABOT DENGAN BAHAN MELAMINE Oleh: Darmono Dosen JPTSP FT UNY Disampaikan dalam Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Jurusan Bangunan Rayon 11 Angkatan XIV DIY dan Jawa Tengah Pada Tanggal
Lebih terperinciLignalac - Polyurethane
PT PUTRAMATARAM COATING INTERNATIONAL Lignalac - Polyurethane Daftar Isi : Oktober 2011 Volume 10 Pendahuluan 1 Cat PU (Polyurethane) 1 Pendahuluan Produk PU PT Putramataram CI 2 Kayu masih merupakan bahan
Lebih terperinciFINISHING KAYU KELAPA (Cocos nucifera, L) UNTUK BAHAN INTERIOR RUANGAN
Finishing Kayu Kelapa (Cocos nucifera, L) untuk Bahan Interior Ruangan...Djoko Purwanto. FINISHING KAYU KELAPA (Cocos nucifera, L) UNTUK BAHAN INTERIOR RUANGAN FINISHING OF COCONUT WOOD (Cocos Nucifera,
Lebih terperinciCat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk melindungi dan memberikanwarna pada suatu objek atau permukaan
PAINT / CAT Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau melindungi (protective) bahan tersebut. Setelah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. 4.1 Analisa Kecukupan Data
BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Kecukupan Data Data yang telah didapat, baik itu berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan sebagai referensi dan literatur dari perancangan multimedia interaktif
Lebih terperinciOXYFLOOR Epoxy Floor Coating
PT. PUTRAMATARAM COATING INTERNATIONAL OXYFLOOR Epoxy Floor Coating AGUSTUS 2011 VOLUME 8 Pendahuluan Epoxy merupakan cat dua komponen yang terbuat dari kombinasi epoxy dan amine. Epoxy mempunyai keunggulan
Lebih terperinciRSU KASIH IBU - EXTENSION ARSITEKTUR - BAB - 12 DAFTAR ISI PEKERJAAN PENGECATAN
DAFTAR ISI 01. PENGECATAN SECARA UMUM 77 02. PENGECATAN LANGIT-LANGIT GYPSUM. 80 03. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT DAN DINDING BETON EXPOSE. 81 04. PENGECATAN DINDING.. 82 05. PENGECATAN BESI. 84 06. PEKERJAAN
Lebih terperinciPENINGKATAN KENAMPAKAN SERAT DAN WARNA BEBERAPA JENIS KAYU KURANG DIKENAL UNTUK BAHAN MEBEL
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.2, No., Juni 200 : 8 PENINGKATAN KENAMPAKAN SERAT DAN WARNA BEBERAPA JENIS KAYU KURANG DIKENAL UNTUK BAHAN MEBEL IMPROVEMENT OF PERFORMANCE OF FIBER AND COLOR FOR
Lebih terperinciBAB XIII PENGECATAN A.
BAB XIII PENGECATAN A. Pekerjaan Pengecatan Pada saat melakukan pengecatan baik itu tembok lama maupun baru, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih warna yang sesuai dengan fungsi dinding yang
Lebih terperinciPROSES FINISHING WHITE WASH PADA MEBELAIR KAYU Oleh : Sri Karyono ABSTRAK
PROSES FINISHING WHITE WASH PADA MEBELAIR KAYU Oleh : Sri Karyono ABSTRAK Makalah ini berjudul Finishing whitewash pada furniture, Tujuan penulisan ini untuk memberikan pengetahuan pada siapa saja yang
Lebih terperinciDECORATIVE PAINT PT. MEKAR PERDANA
Technical Data Sheet DECORATIVE PAINT SKEMA FUNGSI CAT DECORATIVE NO ELBRUSPAINTS BRANDS STANDAR PENERAPAN BAHAN RESIN APLIKASI STANDARD FINISHING JENIS ROLL FUNGSI 1 Dantech Interior Vinyl Acrylic ElbrusAlkali
Lebih terperinciFINISHING. Fungsi dari bahan finishing: A. Melindungi material B. Memberikan nilai estetika
FINISHING Merupakan suatu cara / teknik yang digunakan untuk memberikan suatu sentuhan akhir/finishing dalam suatu bangunan yang di aplikasikan untuk semua elemen bangunan supaya tampilan fisik suatu bangunan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fungsi dan Bentuk Fungsi dan bentuk furnitur yang dibuat adalah membuat setiap pengunjung yang datang ke restoran ini menjadi nyaman dan dapat menikmati waktunya.konsep dasar
Lebih terperinciTUJUAN DAN METODE PERSIAPAN PERMUKAAN
PERSIAPAN PERMUKAAN TUJUAN DAN METODE PERSIAPAN PERMUKAAN Tujuan persiapan permukaan adalah persyaratan umum yang digunakan untuk menjelaskan semua pekerjaan yang meliputi pemulihan suatu kerusakan atau
Lebih terperinciA. KELOMPOK DATA BERKAITAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN FUNGSI PRODUK RANCANGAN Analisis desain yang pertama dilakukan adalah untuk mendapatkan data atau informasi yang diperlukan berkaitan dengan
Lebih terperinciPENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Juni 009 : 7 PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL THE INFLUENCE OF NATURAL AND ARTIFICIAL DRYING FOWORD THE
Lebih terperinciWood Finishes 2. Sistem Wood Finishes. Jenis Wood Finishes
Volume 3 Mare 2011 Page 1 Wood Finishes 2 Sistem Wood Finishes Topik : Sistem Wood Finishes Jenis Wood Finishes Karakter Cat Wood Finishes Kualitas Wood Finishes Produk wood finishes Putramataram Forum
Lebih terperinciPENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko
1 PENGECATAN Oleh: Riswan Dwi Djatmiko Salah satu proses finishing yang terpopuler di kalangan masyarakat adalah proses pengecatan (painting). Proses ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan beaya yang
Lebih terperinciMACAM MACAM EPOXY DAN POLYURETHANE BASED FLOORING SYSTEM BESERTA KINERJANYA
MACAM MACAM EPOXY DAN POLYURETHANE BASED FLOORING SYSTEM BESERTA KINERJANYA Brian Christopher Sutandyo 1, Evan Sutantu Putra 2, Sudjarwo 3, Januar 4 ABSTRAK : Cat lantai Epoxy dan Polyurethane merupakan
Lebih terperinciKAJIAN SIFAT-SIFAT FINISHING INTERIOR PADA BEBERAPA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH DIMAS MULYANA E
KAJIAN SIFAT-SIFAT FINISHING INTERIOR PADA BEBERAPA JENIS KAYU CEPAT TUMBUH DIMAS MULYANA E 24102018 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 KAJIAN SIFAT-SIFAT FINISHING
Lebih terperinciTata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung
Standar Nasional Indonesia Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung ICS 87.020; 91.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1
Lebih terperinciJenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan
Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi di proyek- Pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Kayu adalah material
Lebih terperinciDAYA TAHAN LAPISAN FINISHING INTERIOR PELARUT AIR PADA KAYU JATI, KAMPER, DAN PINUS ACHMAD ZAKKY
DAYA TAHAN LAPISAN FINISHING INTERIOR PELARUT AIR PADA KAYU JATI, KAMPER, DAN PINUS ACHMAD ZAKKY DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya
Lebih terperinciANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL
ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL Syahrizal & Johny Custer Teknik Perkapalan Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis-Riau djalls@polbeng.ac.id
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber (CLT) 1) Definisi 2) Manfaat dan Keunggulan
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber (CLT) 1) Definisi Cross laminated timber (CLT) merupakan salah satu produk kayu rekayasa yang dibentuk dengan cara menyusun sejumlah lapisan kayu yang
Lebih terperinciDAYA TAHAN LAPISAN FINISHING INTERIOR PADA LIMA JENIS KAYU BAHAN BAKU ALAT PERMAINAN EDUKATIF GINA APRILLIANA PUTRI
DAYA TAHAN LAPISAN FINISHING INTERIOR PADA LIMA JENIS KAYU BAHAN BAKU ALAT PERMAINAN EDUKATIF GINA APRILLIANA PUTRI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %
TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.
Lebih terperinciTEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINA
TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINA Oleh I.M. Sulastiningsih Peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Email : tsulastiningsih@yahoo.co.id I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah
Lebih terperinciPENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA
PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Lebih terperinciPengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID
Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Pengaruh Variasi Penyusunan
Lebih terperinciPapan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI
Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...
Lebih terperinciBAB 2 PRODUK 2.1 Pengertian Produk 2.2 Karakteristik Produk
BAB 2 PRODUK 2.1 Pengertian Produk Setiap perusahaan yang memproduksi suatu produk mengharapkan produknya dapat memuaskan keinginan hati konsumen. Produk tidak akan berjalan lancar apabila keinginan konsumen
Lebih terperinciKARAKTERISTIK HASIL FUMIGASI AMONIA DAN DAYA TAHAN LAPISAN FINISHING BERPELARUT AIR PADA BEBERAPA JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT ELA MARLIANA E
KARAKTERISTIK HASIL FUMIGASI AMONIA DAN DAYA TAHAN LAPISAN FINISHING BERPELARUT AIR PADA BEBERAPA JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT ELA MARLIANA E24080039 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan
TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,
Lebih terperinciALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN 1. Orisinalitas Perbedaan karya rancangan penulis dengan karya desainer lain berdasarkan riset yang penulis kumpulkan adalah desainer lain ada juga yang membuat rancangan meja
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini, baik proses fumigasi maupun pengolahan data penelitian dilakukan di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil
Lebih terperinciPENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO
PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL
Lebih terperinciJENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN
JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN Oleh: Kasmudjo* Abstrak Jenis kayu dari hutan rakyat jumlahnya cukup banyak. Terdiri dari jenis kayu yang sudah dikenal maupun belum dengan potensi
Lebih terperinciTujuan. Manfaat Penelitian
2 bahan tersebut menimbulkan emisi bahan kimia yang bersifat racun sehingga tidak baik bagi kesehatan. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan bahan pelapis dengan pelarut air (waterbased), dimana
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular
Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular Iyus Susila 1,*, Fakhri Huseini 1 1 Institut Teknologi dan Sains Bandung, Deltamas, Bekasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Agar pelaksanaan penelitian lebih mudah dan sistematis, maka dibuat diagram alir penelitian serta prosedur penelitian. Dengan begitu, percobaan akan lebih terarah. 3.1. DIAGRAM
Lebih terperinciBAB III UPAH BORONGAN DI PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO
BAB III UPAH BORONGAN DI PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO A. Gambaran Singkat Perusahaan PT. Integra Indocabinet pertama kali didirikan pada tahun 1989, berlokasi di desa Betro kecamatan Sedati
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Proses Perancangan Dalam suatu pembuatan alat diperlukan perencanaan yang matang agar hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA
i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN
Lebih terperinciFAQ. Pengisi Nat (Tile Grout):
FAQ Pengisi Nat (Tile Grout): Q: Apa kelebihan pengisi nat AM dengan pengisi nat semen konvensional? A: Kelebihan pengisi nat AM dibandingkan dengan pengisi nat semen konvensional adalah mengandung bahan
Lebih terperinciInternational Quality Waterproofing
International Quality Waterproofing Hidup di negara tropis, kita dihadapkan pada cuaca yang cukup ekstrim yang datang silih berganti, yaitu panas matahari yang terik dan curah hujan yang tinggi. Menghadapi
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM. Rekayasa Model II (DPK 211) Topik. Rekayasa Model I. Penyusun: Oskar Judianto. SSn., MM., MDs.
MODUL PRAKTIKUM Rekayasa Model II (DPK 211) Topik Rekayasa Model I Penyusun: Oskar Judianto. SSn., MM., MDs. KATA PENGANTAR Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun
Lebih terperinciSELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian
Lebih terperinciEpoxy Floor Coating :
PT PUTRA MATARAM COATING INTERNATONAL Epoxy Floor Coating : Aplikasi dan masalahnya Volume 2 Desember 2015 Pendahuluan Epoxy merupakan cat dua komponen yang terbuat dari kombinasi polimer epoksi sebagai
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.
KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.) FARIKA DIAN NURALEXA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
Lebih terperinciSIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI
SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich
Lebih terperinciBAB IV KENDALA YANG DIALAMI SELAMA PROSES PERANCANGAN PANEL DINDING RINGAN BERBAHAN BOTOL PLASTIK
BAB IV KENDALA YANG DIALAMI SELAMA PROSES PERANCANGAN PANEL DINDING RINGAN BERBAHAN BOTOL PLASTIK Percobaan Membuat Lapisan Komposit pada Permukaan Botol Percobaan membuat lapisan campuran semen pada panel
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Dari pengujian dengan alat spectrometer yang telah dilakukan pada sampel uji, komposisi yang terdapat di dalam sampel uji dapat dilihat pada Lampiran 1,
Lebih terperinciBAB VII. PENGERJAAN AKHIR PRODUK (FINISHING)
BAB VII. PENGERJAAN AKHIR PRODUK (FINISHING) Apabila pengerjaan utama suatu produk dianggap cukup dan tinggal meakukan penyelesaian pengerjaan akhir produk yang biasa disebut dengan finishing, maka ada
Lebih terperinciLakukan Sendiri Aplikasi Peredam Suara Mobil Acourete Paint
Lakukan Sendiri Aplikasi Peredam Suara Mobil Acourete Paint Langkah-langkah Pengaplikasian Peredam Suara Mobil Acourete Paint Kebisingan yang terdengar di dalam kabin kendaraan dapat disebabkan oleh dua
Lebih terperinciPENGECATAN ULANG MOBIL DAIHATSU CHARADE TAHUN 1986 SISI ATAS DAN BELAKANG
PENGECATAN ULANG MOBIL DAIHATSU CHARADE TAHUN 1986 SISI ATAS DAN BELAKANG PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Lebih terperinciUji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu
SNI 01-7207-2006 Standar Nasional Indonesia Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu ICS 79.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1
Lebih terperinciPENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD)
PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR ERHADAP SABILIAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD) Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSIAS SUMAERA UARA MEDAN 2008 DAFAR ISI Halaman Kata Pengantar.. i Daftar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI RANCANGAN
BAB III METODOLOGI RANCANGAN Sebelum dilakukan proses pengerjaan tugas akhir akan lebih baik apabila dilakukan perancangan terhadap pengerjaan tersebut. Pengkonsepan ini dimaksutkan adar dapat membantu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil sumber daya yang berasal dari hutan yang dapat di jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat dijadikan bahan baku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Selain memiliki sifat yang awet dan kuat,
Lebih terperinciKayu lapis untuk kapal dan perahu
Standar Nasional Indonesia Kayu lapis untuk kapal dan perahu ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah, definisi,
Lebih terperinciWayan DARMAWAN 1 dan Itan Iskova PURBA 2 Corresponding Author : Daya Tahan Lapisan Finishing Eksterior
Daya Tahan Lapisan Finishing Eksterior 1 DAYA TAHAN LAPISAN FINISHING EKSTERIOR BEBERAPA JENIS KAYU TERHADAP PENGARUH CUACA Durability of Exterior Finishing Layer in Several Wood Species under Weather
Lebih terperinciTata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung
Standar Nasional Indonesia Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN
BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep Desain Konsep kantor kaskus itu sendiri adalah community dan memperkuat filosofi work-play yang mengedepankan area publik, lalu area ruang kerja sebagai mesin utama
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763
16 TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa sawit Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Plantae
Lebih terperinciPengujian Tak Merusak Penetrant Testing
Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Disusun oleh : Ariseno Adhi Saputra (3331121968) Kelas A JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2014 Latar belakang
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGECORAN LOGAM
BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian Tarik Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan, regangan, modulus elastisitas bahan dengan cara memberikan beban tarik secara berlahan sampai
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN. I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN
PPM PROGRAM I b PE LAPORAN KEMAJUAN I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN Oleh: Slamet Karyono, Darmono, dam M. Lies Indarwati Dibiayai oleh Direktorat
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PEMBUATAN CAT BESI DARI GETAH KARET MENGGUNAKAN PELARUT SOLAR DAN CPO DENGAN WARNA ALAMI DARI EKSTRAK PANDAN
LAPORAN AKHIR PEMBUATAN CAT BESI DARI GETAH KARET MENGGUNAKAN PELARUT SOLAR DAN CPO DENGAN WARNA ALAMI DARI EKSTRAK PANDAN Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Finishing Bumper
BAB IV PEMBAHASAN Selanjutnya setelah pada bab sebelumnya menguraikan tentang perencanaan maka pada bab ini adalah tahap pelaksanaan pengerjaan. Berikut disampaikan proses, hasil, dan pembahasan pada pengerjaan
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Produk Sejenis Produk meja dan kursi belajar dari P kolino ini memiliki desain yang unik dengan meja dan kursi yang dapat menyatu. Pemilihan bentuk yang
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN November 2008
KARYA TULIS PENGERINGAN KAYU Oleh : ARIF NURYAWAN, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 839 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN November 2008 Arif Nuryawan : Pengeringan Kayu,
Lebih terperinciBATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH
BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak
Lebih terperinciPENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan
PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jl. Gunung Batu No. 5. Bogor 16610. Telp/fax : 0251 8633378/0251 86333413
Lebih terperinciKayu lapis Istilah dan definisi
Standar Nasional Indonesia Kayu lapis Istilah dan definisi (ISO 2074:2007, IDT) ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Jenis kayu lapis...
Lebih terperinciAditif Mortar Waterproof, untuk pengisi celah pipa toilet, perbaikan dinding,
TOP 5 PRODUCTS WELDPRIME WELDPAINT WELDNAT WELDGROUT Aditif Mortar Waterproof, untuk pengisi celah pipa toilet, perbaikan dinding, mencegah bocor dan lembab WELDCRETE COATING Waterproof Coating untuk mencegah
Lebih terperinciPROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT
PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK - UPI 2 June 2010 asolehudin@upi.edu 1 PENGENALAN CAT Salah satu metoda yang paling banyak dipergunakan
Lebih terperinciMORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari
Kayu Definisi Suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciTata Cara Perawatan. Heveatech Decking
Tata Cara Perawatan Heveatech Decking Daftar Isi Pendahuluan 3 Perawatan sehari-hari 4 Menghilangkan jamur 5 Re-coating 6 Pendahuluan Setelah Anda memutuskan untuk menggunakan Decking Heveatech, ada beberapa
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fungsi dan Bentuk Bentuk sebuah furnitur adalah pertimbangan penting dalam lingkungan internal.bentuk furnitur dirancang berdasarkan tiga prinsip, yakni keadaan stabil, seimbang
Lebih terperinci